1 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL MULTILITERASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Arini Maharani1, Tatang Herman2, Edi Rohendi3 Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa sekolah dasar. Hal ini dapat terlihat dari hasil PISA 2012 yang menyatakan bahwa Indonesia berada diperingkat dua terbawah dalam proses evaluasi pendidikan international. Salah satu penyebabnya adalah karena kemampuan berfikir kritis yang siswa belum berkembang, dimana kemampuan tersebut sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan tes tersebut ataupun permasalahan lainnya. Pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, karena pembelajaran matematika memerlukan pemikiran yang mendalam dalam menyelesaikannya. Selain itu pembelajaran matematika menjadi media untuk siswa dalam memahami berbagai hal yang bersumber dari lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa salah satunya dengan menggunakan model Multiliterasi. Pembelajaran dengan model Multiliterasi terdiri dari empat siklus belajar yaitu setup, explore, share and discuss, dan presenting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model multiliterasi dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Penelitian ini berbentuk penelitian kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Berdasarkan pengolahan data yang didapatka, diketahui rata-rata skor pretes kelompok kontrol sebesar 23,33 dan kelompok eksperimen sebesar 21,81. Setelah mendapatkan perlakuan berbeda, maka diperoleh rata-rata kelompok kontrol sebesar 50,74 dan kelompok eksperimen sebesar 72,93. Kualitas peningkatan kemampuan berfikir kritis berada di batas atas kategori sedang sedangkan peningkatan kelompok kontrol berada di batas bawah kategori sedang serta peningkatan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dengan demikian, model Multiliterasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa Sekolah Dasar.
Kata kunci : Multiliterasi, Berpikir Kritis, Pembelajaran Matematika di Indonesia, Kelas V Sekolah Dasar, Penelitian Kuasi Eksperimen.
1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101533 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2)
2 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar
THE INFLUENCE OF MATH LEARNING MULTILITERATION MODEL TO INCREASE 5TH ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS CRITICAL THINKING SKILLS Arini Maharani1, Tatang Herman2, Edi Rohendi3 Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACK The research is motivated by the lower critical thinking skill of the elementary school students. It based on the results of PISA 2012, which states that Indonesia is the lowest second state on the international education evaluation. One of the reason is the student critical thinking skill are did not yet developing, which this one is very important to solve the test or the other problem. Mathematics learning would develop the critical thinking skill, because it would thinking hardly. Besides of that, mathematic would be their media to learn various knowledge from their environment. Therefore, teachers should be able to choose a learning model to develop students critical thinking skills. One of the solution is by using Multiliteration model. Multiliteration learning model consists of four learning cycles they are, setup, explore, share and discuss, and presenting. The purpose of this research is to determine the differences of raising critical thinking skills between the multiliteration learning student and the convensional learning student. This research is a quasi-experimental research with non-equivalent control group design. This research was done in SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Based on data processing of critical thinking skill test, the average pretest results of control group is 23,33 and experimental group is 21,81. After receiving different treatments, the average posttest result of control group is 50,74 and experimental group is 72,93. Improvement quality of student’s critical thinking of experimental group is upper limit medium category and control group is lower limit medium category. Moreover, improvement of mathematical connection of students from experimental group is higher than control group. Based on the results, Multiliteration learning model can be one of the alternative learning model to improve the student’s critical thinking skill.
Keywords: Multiliteration, Critical Thinking, Mathematic Learning in Indonesia, 5th of
Elementary School, Quasi Experimental Research
1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101533 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2)
3 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12 Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang sama (Kemendikbud, 2012). Pendidikan yang dimaksud bukan sekedar proses transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan haruslah menjadi sarana latihan siswa untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan. Sejalan dengan hal tersebut, maka setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pembelajaran yang dapat menuntunnya menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Matematika adalah salah satu bidang studi yang dipelajari siswa pada setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran Matematika tentunya memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan khusunya yang berkaitan dengan permasalahan ilmu hitung dalam kehidupan siswa. Akan tetapi siswa yang telah mendapatkan pembelajaran matematika masih kesulitan dalam menghadapi permaslahan nyata dalam kehidupan. Hal ini merupakan bentuk kesenjangan nyata yang menjadi permasalahan besar bagi pendidikan Indonesia. Kesenjangan ini terbukti dengan hasil Programme for International Student Asessment (PISA) 2012. PISA adalah program internasional yang menilai kemampuan berbahasa, matematika dan sains anak yang telah menyelesaikan pendidikan dasarnya dan tengah menempuh sekolah mennegah. Berdasarkan keterangan Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD (2012) dalam hasil PISA Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti survei ini. Kondisi ini tentunya menjadi PR besar bagi penyelenggara Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan bukti langsung proses pembelajaran matematika. Siswa tidak terbiasa dengan tantangan menyelesaikan permasalahan.
Siswa pada umumnya hanya melihat deretan angka dan melewatkan proses menganalisis, mengkomunikasikan dan langkah-langkah penting lainnya. Keadaan ini membuktikan ketidaksiapan siswa dalam menghadapi tantangan abad 21. Tuntutan kemampuan abad 21 secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Morocco, Aguilar, dan Bershad, (2008) menyampaikan tentang empat kompetensi yang harus dikuasia siswa dalam menghadapi abad 21. Kompetensi tersebut berkaitan dengan pemahaman, berpikir kritis, elaborasi, komunikasi dan berpikir kreatif. Pada umumnya siswa Indonesia dapat memahami konteks yang dihadapinya. Akan tetapi siswa belum mampu mengkritisi permasalahan yang ada. Begitupun dengan kemampuan lainnya, belum nampak pada diri siswa. Siswa akan mampu mengkounikasikan dan membuat karya yang kreatif ketika siswa mampu mengkritisi suatu permaslahan. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting dimiliki siswa. Berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam mengenali suatu permasalahan. Secara sederhana berpikir kritis dapat dimaknai sebagai kemampuan menilai kebenaran suatu pernyataan yang diberikan dengan menggunakan berbagai cara. Cara tersebut meliputi proses analisis, pemberian alasan, penilaian, sintesis, dan lain-lain. Dengan demikian kita sadari bersama bahwa penting adanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah yaitu penggunaan kurikulum 2013. Akan tetapi berdasarkan pelaksanaan kurikulum 2013 sejauh ini, konsep matematika menjadi bias karena tuntutan pembelajaran yang terintegrasi. Selain itu, penyampain konsep menjadi kabur karena kurangnya pendalaman konsep. Oleh sebab itu pendidik perlu
4 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar mempertimbangkan strategi atau model disampaikan Vygotsky (dalam Suyono pembelajaran yang digunakannya. Dalam dan Hariyanto, 2013) dimana hal ini, peneliti merekomendasikan disampaikan bahwa kebudayaan menjadi penggunaan model Multiliterasi dalam salah satu faktor utama dalam suksenya upaya untuk meningkatkan kemampuan belajar. Dalam hal ini bahasa adalah berpikir siswa khususnya kemampuan budaya yang sangat lekat dengan diri berpikir kritis. siswa. Dapat diartikan pula bahwa Model multiliterasi adalah model kemampuan berbahasa dapat memabantu pembelajaran yang mewadahi proses pembelajaran. pembelajaran integratif. Model ini Berdasarkan uraian di atas, maka memfasilitasi siswa untuk rumusan masalah dalam penelitian ini mengembangkan kompetensi berpikir adalah untuk mengetahui peningkatan kritisnya. Abidin (2014) menyampaikan kemampuan berpikir kritis siswa yang bahwa Model Pembelajaran Multiliterasi memperoleh pembelajaran Multiliterasi dapat didefinisikan sebagai model dengan siswa yang memperoleh pembelajaran yang mengoptimalkan pembelajaran biasa. Dengan demikian keterampilan-keterampilan multiliterasi. penelitian ini bertujuan untuk Keterampilan multiliterasi yang menganalisis dan mengetahui dimaksud adalah kemampuan peningkatan kemampuan koneksi memformulasikan, membangun dan matematis siswa yang memperoleh menginterpretasikan matematika dalam pembelajaran Multiliterasi dengan siswa berbagai konteks kehidupan. yang memperoleh pembelajaran biasa. Multiliterasi dapat diartikan pula pembelajaran yang menggunakan METODE berbagai literatur dan keterampilan Penelitian ini merupakan belajar. Dalam penelitian ini peneliti penelitian kuantitatif. Populasi yang mengintegrasikan pembelajaran dipilih dalam penelitian ini adalah matematika dengan kemampuan seluruh siswa Sekolah Dasar berbahasa. Dimana dalam mempelajari Laboratorium UPI Kampus Cibiru. matematika diperlukan pula kemampuan Peneliti menetapkan Kelas V sebagai berbahasa seperti menyimak, membaca, sampel penelitian. Pemilihan sampel memahami dan lain-lain. Dalam dilakukan dengan cara non probability praktiknya pembelajaran multiliterasi sampling yaitu dipilih berdasarkan teknik menuntut berbagai macam penggunaan purposive sampling. Berdasarkan hasil media, sumber belajar, literatur dan lainobservasi pada guru bidang studi lain. Dengan demikian multiliterasi dapat matematika dan guru wali kelas, terdapat dipahami pula sebagai model yang dua kelas yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan keterampilanpelaksanaan penelitian dimana keterampilan multiliterasi untuk kemampuan awal kedua kelas tidak jauh memahami konteks lintas kurikulum. berbeda. Kedua kelas dipilih untuk Pemilihan model multiliterasi menjadi sampel penelitian. Kemampuan berdasarkan kesesuaian model tersebut matematis kedua kelas yang sama dengan rujukan teori belajar. Model ini menjadi landasan peneliti dalam sesuai dengan teori yang disampaikan menentukan kelas yang dapat dipilih Ausubel karena pada tahap pertama menjadi kelompok kontrol dan kelompok pembelajaran multiliterasi menekankan eksperimen. Kedua kelas tersebut adalah pemahaman siswa pada pentingnya kelas VA dan VC. Pada penelitian ini, pembelajaran yang akan diikutinya. peneliti menetapkan kelas VA sebagai Pembelajaran ini sesuai pula dengan yang
5 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12 kelompok eksperimen dan kelas VC sebagai kelompok kontrol. Penelitian kuantitatif ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Sugiyono (2013, hlm.107) mengemukakan bahwa “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Pemilihan metode kuasi eksperimen berdasarkan kesesuain kebutuhan peneliti di lapangan. Metode ini sesuai dengan permasalahan yang dirasakan. Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah nonequivalent kontrol group design. Dimana dalam desain ini kedua kelompok mendapatkan pretes dan postes. Pretes dan postes adalah soal tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada kedua kelas. Soal pretes dan postes adalah bundel soal yang sama. Pretes diberikan diawal sebelum perlakuan dilaksanakan, sedangkan postes diberikan setelah seluruh perlakuan selesai dilaksanakan. Pada penelitian ini kelas eksperimen memperoleh perlakuan dengan mnedapatkan pembelajaran menggunakan Model multiliterasi dan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran biasa yakni saintifik pembelajaran yang biasa dilakukan dalam kurikulum 2013. Berikut ini merupakan gambaran desain penelitian kuasi eksperimen nonequivalent kontrol group design menurut Ruseffendi (2010). O X O O O Keterangan: O : Pretes dan Postes (tes kemampuan berpikir kritis) X : Pembelajaran menggunakan Model Multiliterasi Soal tes yang diberikan dalam pretes dan postes merupakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan
adalah tes, berupa soal dalam bentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, selain itu digunakan pula instrumen pendukung berupa lembar observasi untuk kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Lembar observasi digunakan sebagai upaya pengumpulan informasi otentik atas apa yang dilakukan di kelas. Lembar observasi ini digunakan di kelas eksperimen. Sebagai upaya mendapatkan data yang baik, sebelum soal digunakan sebagai instrumen penelitian terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrument dan dilakukan uji coba. Instrumen yang diujicobakan merupakan instrumen yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud pemilihan soal yang baik dan sesuai. Hasil uji coba tes kemampuan berpikir kritis ini dianalisis menggunakan program software Anates V4 dan software SPSS (Statistic Product and Servive Solution) versi 17.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 1 Deskripsi Skor Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas
N
Sum
Min
Max
Mean
Eksp Pre erime tes n Pos tes Kont Pre rol tes Pos tes
27
589
3,0
50,0
21,81
Std. Deviasi 14,37
27
1969
32,0
92,0
72,93
15,47
27
670
3,0
67,0
23,33
16,84
27
1370
10,0
82,0
50,47
19,86
6 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat Tabel 2 Normalitas Distribusi Skor dilihat bahwa kemampuan awal siswa Pretes a kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak Kolmogorov-Smirnov jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari Kelas Statistic df Sig. * perolehan rata-rata skor pretes kelas eksperimen .115 27 .200 eksperimen sebesar 21,81 dan rata-rata kontrol .169 27 .045 skor pretes kelas kontrol 23,33. Selisih Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan bahwa hasil output uji normalitas varians kelas kontrol adalah 1,52 Berdasarkan dengan menggunakan uji Kolmogorovdata tersebut, terlihat bahwa rata-rata skor Smirnov menunjukkan signifikansi data pretes kelas kontrol sedikit lebih besar skor pretes untuk kelompok eksperimen dibandingkan dengan rata-rata skor pretes adalah 0,200 dan kelompok kontrol kelas eksperimen. Namun, secara adalah 0,045. Karena nilai signifikansi keseluruhan kedua kelas penelitian kedua kelompok lebih dari 0,05, maka H0 memiliki kemampuan berpikir kritis yang diterima. Hal ini dapat dikatakan bahwa sama. Untuk melihat persamaan distribusi kedua sampel adalah normal. kemampuan berpikir kritis siswa pada Uji Homogenitas dilakukan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka mengetahui apakah dua atau lebih dapat dilihat dari analisis statistik kelompok data sampel berasal dari perbedaan rerata kedua kelas. Sebagai populasi yang memiliki variansi sama. syarat pengujian maka perlu diketahui Berikut adalah hipotesis untuk uni terlebih dahulu normalitas dan homogenitas. homogenitas dari data yang didapatkan. Ho : tidak terdapat perbedaan varians Uji normalitas terhadap dua antara kedua kelompok sampel kelompok tersebut dilakukan dengan uji Ha : terdapat perbedaan varians antara Kolmogorov-Smirnov untuk data 30 kedua kelompok sampel dengan menggunakan program SPSS 17.0 Dengan mengambil taraf for Windows. Hipotesis dalam uji signifikansi sebesar =5% kriteria normalitas ini adalah sebagai berikut. pengambilan keputusan ini adalah H0 H0 : Data berasal dari populasi diterima jika signifikansi (sig.) 0,05 berdistribusi normal dan H0 ditolak jika nilai signifikansi (sig) Ha : Data tidak berasal dari populasi < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan berdistribusi normal data, tampilan output dapat dilihat pada Dengan mengambil taraf tabel 3 di bawah ini. signifikansi sebesar =5% kriteria Tabel 3 Homogenitas Dua Varians Skor pengambilan keputusan dalam pengujian Pretes ini adalah H0 diterima jika nilai Test of Homogeneity of Variance signifikansi (sig.) 0,05 dan H0 ditolak Levene Statistic df1 df2 Sig. jika nilai signifikansi < 0,05. Berikut .321 1 52 .573 adalah hasil perhitungan uji normalitas Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat Kolmogorov-Smirnov dengan dilihat bahwa tingkat signifikansi uji menggunakan program SPSS versi 17.0 Levene Statistic berada di atas 0,05 yaitu for Windows. 0.573. Berdasarkan hasil uji Levene Statistic tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12 Karena uji normalitas dan uji homogenitas memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t, maka berikut adalah hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu: Ho : µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis H1 : µ1 ≠ µ2, terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak. Tabel 4 Independent Sampel Test Pretes T -.355
Independent Sampel Test df Sig (2Mean Std.Error tailed) Difference Difference 52
.724
-1.51852
4.27909
Hasil uji beda dua rata-rata dapat dilihat dari tabel 4.6, maka hasil dari output didapat nilai thitung adalah -0,355 dengan signifikansi 0,724. Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik signifikansi (uji dua sisi) diperoleh untuk ttabel 2,052, dengan derajat kebenaran (df) n-2=542=52. Karena signifikansi > 0,05 (0,355 > 0,05) dan –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel (-2,052 ≤ 0,355 ≤ 2,052) maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ratarata kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama. Dalam artian tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Postest dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Hasil postes kedua kelas tersebut dapat kita lihat kembali di tabel1. Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata skor postes kelompok eksperimen sebesar 72,93 dan rata-rata skor postes kelompok
kontrol sebesar 50,47. Dengan demikian terlihat bahwa rata-rata skor postes kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor postes kelompok kontrol dengan selisih 22,46. Untuk melihat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dilihat dari analisis statistik perbedaan rerata kedua kelas. Sebagai syarat pengujian maka perlu diketahui terlebih dahulu normalitas dan homogenitas dari data yang didapatkan. Uji normalitas terhadap data skor postes dua kelompok penelitian dilakukan dengan uji KolmogorovSmirnov untuk data 30 menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut. H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi (sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows. Tabel 5 Normalitas Distribusi Skor Postes Kelompok Eksperimen Kontrol
Kolmogorov-Smirnov Statistic Df Sig. .166 27 .055 .130 27 .200*
Berdasarkan tabel 5 di atas diperoleh nilai signifikansi skor postes kelas eksperimen adalah 0,055 dan kelas kontrol 0,200. Nilai signifikansi kedua kelompok tersebut lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa data skor postes untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
8 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar berasal dari populasi yang berdistribusi a) Jika nilai signifikansi lebih besar normal. dari 0,05, maka H0 diterima. Uji Homogenitas dilakukan untuk b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari mengetahui apakah dua atau lebih 0,05, maka H0 ditolak. kelompok data sampel berasal dari Pada tahap ini akan dilakukan uji t populasi yang memiliki variansi sama. (T-Test Sample Independent) dengan Berikut adalah hipotesis untuk uji asumsi data berasal dari populasi yang homogenitas. berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan Ho : tidak terdapat perbedaan varians rerata dari postes kedua sampel tersaji antara kedua kelompok sampel pada tabel 7 di bawah ini. Ha : terdapat perbedaan varians antara Tabel 7 Independent Sampel Test Postest Independent Sampel Test kedua kelompok sampel T df Sig (2Mean Std. Dengan mengambil taraf tailed) Difference Error signifikansi sebesar =5% kriteria Difference pengambilan keputusan ini adalah H0 4.579 52 .000 22.18519 4.84504 Hasil uji beda 2 rata-rata dapat diterima jika signifikansi (sig.) 0,05 dilihat dari tabel 7, maka hasil dari output dan H0 ditolak jika nilai signifikansi (sig) didapat nilai thitung (Equal Variance < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan Assumed) adalah 4,579 dengan data, tampilan output dapat dilihat pada signifikansi 0,000. T dapat dilihat tabel tabel 6 di bawah ini. pada tabel statistik signifikansi 0,05 (uji Tabel 6 Homogenitas Dua Varians Skor dua sisi) diperoleh untuk ttabel 2,052 Postes dengan derajat kebenaran (df) n-2=54Test of Homogeneity of Variance 2=52. Karena signifikansi ≤ 0,05 (0,00 > Levene Statistic df1 df2 Sig. 0,05) dan thitung > ttabel (4,381 > 2,052) 2.152 1 52 .148 maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai disimpulkan bahwa rata-rata populasi signifikansi skor pretes adalah 0,148. kelompok berbeda. Kesimpulan ini dapat Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari pula diartikan bahwa terdapat perbedaan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho kemampuan berpikir kritis siswa kelas diterima, artinya tidak terdapat perbedaan eksperimen yang mendapatkan varians antara kelas kontrol dan kelas pembelajaran multiliterasi dan siswa eksperimen. Hal tersebut menunjukkan kelas kontrol yang mendapatkan bahwa data skor postes hasil belajar pembelajaran biasa (saintifik). untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol Dari semua uraian diatas, dapat tidak terdapat perbedaan varians. Dengan ditarik sebuah benang merah bahwasanya demikian hasil uji homogenitas postes terdapat perbedaan kemampuan berpikir kelas eksperimen dan kelas kontrol kritis siswa antara kelompok siswa adalah homogen. eksperimen yang menggunakan Selanjutnya dilakukan uji t, berikut pembelajaran Model Multiliterasi dengan merupakan hipotesis yang digunakan kelompok kontrol yang menggunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor pembelajaran biasa (konvensional) dalam postes kelompok eksperimen dan konteks Kurikulum 2013 yaitu kelompok kontrol yaitu: pembelajaran biasa adalah pembelajaran Ho : µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan saintifik. rata-rata kemampuan berfikir kritis Berdasarkan data hasil postes H1 : µ1 ≠ µ2, terdapat perbedaan rata-rata menunjukan bahwa kemampuan berpikir kemampuan berfikir kritis kritis siswa yang memperoleh Kriteria pengambilan keputusan yang pembelajaran Model Multiliterasi lebih digunakan adalah sebagai berikut:
9 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12 baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran matematika yang sudah dilakukan dapat dilakukan uji statsistik yaitu uji gain. Uji gain dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai pretes dan postes. Pada tahap ini akan dilihat perubahan atau peningkatan kemampuan berpikir kritis setiap siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 8 Deskripsi Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas
N Sum Min Max Mean Std. Deviasi
Eksperi 27 17,7 0,27 0,93 0,65 0,179 men 6 Kontrol 27 9,6 0,03 0,81 0,35 0,193
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwasanya rata-rata indeks gain kelas eksperimen yaitu 0,6578 yaitu menurut kriteria indeks gain termasuk kualitas gain sedang, dan rata-rata indeks gain kelas kontrol yaitu 0,35 menunjukkan bahwa kualitas gainya juga termasuk kategori sedang. Meskipun keduanya ada dalam kategori yang sama yaitu sedang tapi memiliki perbedaan, kelas eksperimen di batas atas kategori sedang sedangkan kelas kontrol di batas bawah kategori sedang. Hal ini berarti bahwa kualitas pembelajaran siswa yang mendapatkan pembelajaran Model Multiliterasi lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Untuk memperkuat semua uraian diatas, maka akan dilakukan uji t terhadap ratarata skor indeks gain, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut. H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar = 5% kriteria
pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi (sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi < 0,05. Pengajuan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9 Normalitas Distribusi Gain Kelompok Kolmogorov-Smirnov Statistic Df Sig. .139 27 .197 Eksperimen * .100 27 .200 Kontrol Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan mengunakan uji kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai signifikansi data skor gain untuk kelompok eksperimen adalah 0.197 dan kelompok kontrol adalah 0,200. Nilai signifikansi kedua kelompok lebih dari 0,05, oleh sebab itu Ho diterima. Hal ini dapat diasumsikan bahwa distribusi data kedua sampel adalah normal. Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Berikut adalah hipotesis untuk uni homogenitas. Ho : tidak terdapat perbedaan varians antara kedua kelompok sampel Ha : terdapat perbedaan varians antara kedua kelompok sampel Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan ini adalah H0 diterima jika signifikansi (sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi (sig) < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Homogenitas Dua Varians Skor Gain Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. .001
1
52
.981
10 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Berdasarkan tabel 10 diperoleh nilai 2 = 0,00. Perolehan signifikansi uji satu signifikansi berdasarkan rata-rata indeks fihak lebih kecil dari 0,025 (0,00 < 0,05) gain adalah 0,981. Nilai signifikansi dan t hitung lebih besar dari t tabel (5,960 tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat > 2,052), maka Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya didefinisikan bahwa kemampuan berpikir tidak terdapat perbedaan varians antara kritis siswa kelompok eksperimen lebih kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal baik dari kelompok kontrol. tersebut menunjukkan bahwa indeks gain Dari semua uraian di atas, dapat ditarik untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebuah kesimpulan bahwa kualitas tidak terdapat perbedaan varians atau peningkatan kemampuan berpikir kritis homogen. siswa yang memperoleh pembelajaran Selanjutnya dilakukan uji t, Multiliterasi lebih baik dari siswa yang karena uji normalitas dan uji homogenitas memperoleh pembelajaran biasa. memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t. Hasil analisis pengujian hipotesis Berikut adalah hipotesis yang digunakan secara ststistik yang diungkapkan untuk mengetahui perbedaan rerata skor sebelumnya, menyatakan secara empirik gain kelompok eksperimen dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian kelompok kontrol. ini diterima. Hal ini memiliki artian Ho : µ1 ≤ µ2, peningkatan kemampuan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa berpikir kritis siswa yang mendapatkan kelompok eksperimen tidak pembelajaran menggunakan model lebih baik daripada multiliterasi dengan yang mendapatkan kelompok kontrol pembelajaran menggunakan model biasa H1 : µ1 > µ2, peningkatan kemampuan (saintifik) di kelas V sekolah dasar berpikir kritis siswa Laboratorium UPI Kampus Cibiru. kelompok eksperimen lebih Berdasarkan pengolahan data yang baik daripada kelompok telah dilakukan sebelumnya, rata-rata kontrol skor pretes kelompok eksperimen Kriteria pengambilan keputusan yang diperoleh sebesar 21,81. Setelah siswa digunakan adalah sebagai berikut: mendapat perlakuan melalui a) Jika nilai signifikansi lebih besar pembelajaran Model Multiliterasi, dari 0,025, maka H0 diterima. kemampuan berpikir kritis siswa b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari mengalami peningkatan secara signifikan. 0,025, maka H0 ditolak. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perolehan rata-rata skor postes siswa Tabel 11 Independent Sampel Test yaitu sebesar 72,93. Dengan demikian, Postest dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Independent Sampel Test Model Multiliterasi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis T df Sig (2Mean Std. siswa secara signifikan. tailed) Difference Error Hal ini sejalan dengan teori belajar Difference 5.96 52 .000 .30230 .05072 kognitivisme dari Ausubel yang Berdasarkan tabel 11 di atas, disampaikan oleh Suyono dan Hariyanto terlihat bahwa t hitung untuk gain equal (2013) yang menyatakan bahwa proses variance assumed adalah 5,960 dengan belajar haruslah memberikan pengalaman signifikansi 0,000. Nilai signifikansi di yang bermakna bagi siswa. Sejalan atas adalah nilai signifikansi dua pihak, dengan hal tersebut Vygotsky dalam maka untuk uji t satu fihak nilai Suyono dan Hariyanto (2013, hlm.120) signifikansi harus dibagi dua yaitu 0,000 : mengungkapkan “Seluruh pengetahuan
11 Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-12 terkonstruksi secara sosial dan kultural”. Bertemali dengan hal tersebut, Piaget dalam Suyono dan Hariyanto (2013) menyampaikan “guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari mengamati dan menemukan, memungut berbagai hal dari lingkungan”. Pembelajaran Multiliterasi mampu memberikan pembelajaran dan menstimulus siswa melalui empat tahapan pembelajaran. Pada pembelajaran ini, pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dengan dukungan lingkungannya menjadi menjadi modal utama yang kemudian diperkuat melalui kegiatan setup, explorasi, share and discuss, dan presenting. Rasa penting akan pembelajaran mulai tumbuh di diri siswa dengana tahapan setup. Kegiatan pembelajaran secara individu dan kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan menciptakan interaksi sosial yang baik diantara siswa. Dengan strategi pembelajaran koperatif pada tahap explorasi, share & discuss, dan presenting menjadikan siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk memaknai setiap pembelajaran dan penyelesaian masalah yang dihadapinya. Setiap tahapan pembelajaran Multiliterasi sangat mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model Multiliterasi berkualitas sedang dengan nilai di batas atas kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji gainnya yaitu dengan skor 0,6578. Selain itu, model multiliterasi berpengaruh dengan sangat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, hal ini dapat dilihat perbandingannya dengan model pembelajaran yang lazim digunakan. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara kelompok eksperimen dan kontrol dengan melihat rata-rata skor postes masingmasing kelas. Kelompok eksperimen mendapatkan rata-rata skor postes sebesar 72,94 dan rata-rata postes kelompok kontrol adalah sebesar 50,74. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrolnya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh t hitung untuk postes yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 4,579 dengan signifikansi 0,000 dengan t tabel untuk derajat kebebasan 52 adalah 2,052. Dengan demikian, karena perolehan t hitung lebih besar dari t tabel (4,381 > 2,052), serta nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka pengambilan keputusan terhadap hipotesisnya adalah Ho ditolak. Hal ini dapat didefinisikan bahwa model Multiliterasi berpengaruh dengan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis yang dapat dilihat dari perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model Multiliterasi dan biasa. Berdasarkan rata-rata postes yang diperoleh kelompok eksperimen 72,92 dan kelompok kontrol 50,74. Berdasarkan fakta tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan peningkatan kelompok eksperimen dan kelas kontrol, dengan hasil lebih baik untuk kelompok eksperimen. Pembelajaran model Multiliterasi merupakan model pembelajaran yang mampu membuat iklim pembelajaran yang aktif, menciptakan interaksi sosial yang baik diantara seluruh masyarakat kelas, memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya, serta melatih siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
12 Arini Maharani, Tatang Herman, Edi Rohendi Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar disesuaikan dengan perkembangaan batas atas kategori sedang sedangkan kognitif siswa yaitu tahap operasional kelas kontrol berada di batas bawah konkret. Penyampaian pembelajaran yang kategori sedang. Dengan demikian, disesuaikan dengan perkembangan peningkatan kemampuan berpikir kognitif siswa mampu meningkatkan kritis siswa yang memperoleh kemampuan berpikir siswa dengan pembelajaran dengan Model optimal. Multiliterasi lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model biasa (saintifik). KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang berbanding lurus DAFTAR PUSTAKA dengan fokus permasalahan penelitian, Abidin, Y. (2014). Desain Sistem dapat ditarik kesimpulan mengenai Pembelajaran Dalam Konteks pembelajaran matematika dengan Model Kulrikulum 2013. Bandung : PT. Multiliterasi di kelas V Sekolah Dasar Refika Aditama berlandaskan pada kurilulum 2013 Kemendikbud (2012). Himpunan sebagai berikut: Perundang-undangan Republik 1. Terdapat perbedaan kemampuan Indonesia Tentang: Sistem berpikir kritis antara siswa yang Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). memperoleh pembelajaran dengan Bandung: Nuansa Aulia menggunakan Model Multiliterasi Morocco, C.C., Aguilar, C.M, & dengan siswa yang memperoleh Bershad, C.J. (2008). Supported pembelajaran dengan model biasa Literacy for Adolescents : (pembelajaran yang lazim digunakan Transforming Teaching and content di sekolah tersebut). Pembelajaran Learning for Twenty-First Century. matematika dengan menggunakan San Fransisco : Jossey-Bass A Model Multiliterasi berpengaruh Wiley Imprint secara signifikan terhadap OECD (2012). PISA 2012 Result Fokus. peningkatan kemampuan berpikir French: OECD kritis. Hal ini disebabkan Model Ruseffendi (2010). Dasar-dasar Multiliterasi memberikan banyak Penelitian Pendidikan dan Bidang kesempatan dan memfasilitasi siswa Eksakta Lainnya. Tursito: untuk berpikir kritis dan berdampak Bandung baik pada peningkatan kemampuan Sugiyono (2013). Metode Penelitian berpikir kritis siswa. Pendidikan. Bandung: Alfabeta 2. Kemampuan berpikir kritis siswa Suyono & Hariyanto (2013). Belajar dan yang memperoleh pembelajaran Pembelajaran. Bandung: Rosda dengan Model Multiliterasi dan pembelajaran Biasa (saintifik) mengalami kualitas peningkatan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil indeks gain ternormalisasi. Berdasarkan indeks gain, kualitas kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Model Multiliterasi dan model biasa mengalami peningkatan dalam kategori sedang. Akan tetapi hasil di kelas eksperimen berada di