Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS ( Pluchea indica (L.) LESS. ) TERHADAP Propionibacterium acnes PENYEBAB JERAWAT
Anggita Rahmi H1, Tri Cahyanto2 , Toni Sujarwo3, Rahayu Indri Lestari4 Jurusan Biologi 1,2,3,4 Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Email :
[email protected] Abstrak Tanaman beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) merupakan salah satu tanaman yang terdapat di Indonesia yang pemanfaatannya belum digali secara maksimal. Daun beluntas diketahui dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit karena senyawa fitokimia yang ada di dalamnya. Jerawat merupakan penyakit permukaan kulit yang muncul pada saat kelenjar minyak kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan sehingga bakteri penyebab jerawat tumbuh didalamnya dan memacu inflamasi. Bakteri tersebut adalah Propionibacterium acnes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak daun beluntas dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes serta pada konsentrasi berapakah yang lebih efisien dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan berbagai macam konsentrasi dari 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%, serta digunakan tetrasiklin sebagai pembanding dan aquadest sebagai kontrol. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun beluntas yang dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dihasilkan ekstrak kental yang kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri pada bakteri Propionibacterium acnes. Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Analisis data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Hasilnya diketahui bahwa ekstrak daun beluntas memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes terlihat dengan adanya zona hambat yang dibentuk. Diameter zona hambat pada konsentrasi 1% sebesar 9 mm, konsentrasi 2% sebesar 7,67 mm, konsentrasi 3% sebesar 8,67 mm, konsentrasi 4% sebesar 8,83 mm, dan konsentrasi 5% sebesar 9 mm. Kata kunci: Ekstrak, Konsentrasi, Pluchea indica (L) Less, Propionibacterium acnes.
Pendahuluan Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan bertanah subur memiliki berbagai jenis tanaman, salah
satunya tanaman obat-obatan. Banyak tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat, tetapi sebagian besar dari tanaman tersebut
tidak
dikenali.
tersebut
tumbuh
secara
Tanaman liar
tanpa 141
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
terawat dengan baik bahkan dianggap
pagar pekarangan (Yovita dan Yoanna,
sebagai
2010).
pengganggu
sehingga
tanaman
lain,
pemanfaatannya
belum
maksimal.
Jerawat adalah peradangan yang disertai dengan penyumbatan saluran
Seiring
berjalannya
waktu
kelenjar
minyak kulit
dan rambut
pengetahuan tentang tumbuhan obat
(saluran (pilosebasea). Apabila saluran
makin berkembang, kini tanaman obat
pilosebasea tersumbat, maka minyak
telah digali manfaatnya. Masyarakat
kulit (sebum) tidak dapat keluar dan
kini
untuk
mengumpul di dalam saluran, saluran
menggunakan obat dari alam. Hal ini
menjadi membengkak sehingga terjadi
karena
lebih
cenderung
banyaknya
ditimbulkan
oleh
kendala
yang
komedo.
penggunaan
obat
permulaan terbentuknya jerawat, baik
sintesis, seperti harganya mahal dan
komedo
menimbulkan
komedo
resistensi
bakteri
(Febriyati, 2010).
Komedo
terbuka
merupakan
(blackhead)
tertutup
atau
(whitehead)
(Tranggono, dkk., 2007).
Beluntas (Pluchea idica L.)
Propionibacterium
merupakan salah satu tanaman obat
merupakan
tradisional yang cukup tersebar luas di
berbentuk batang dan merupakan flora
Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis
normal kulit yang ikut berperan dalam
semak atau setengah semak. Tumbuh
pembentukan
tegak dengan tinggi mencapai 2 meter.
Propionibacterium acnes mengeluarkan
Tanaman ini tumbuh secara liar dan
enzim hidrolitik yang menyebabkan
terdapat di tanah yang tandus yang
kerusakan
kurang
meghasilkan
terurus.
Sebagian
orang
memanfaatkan tanaman ini sebagai
bakteri
acnes gram
positif
jerawat.
folikel
polisebasea
lipase,
dan
hialuronidase,
protease, lesitinase, dan neurimidase 142
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
yang memegang peranan penting pada
resistensi bakteri terhadap antibiotik
proses peradangan. Propionibacterium
tersebut (Roslizawaty, dkk., 2013).
acnes mengubah asam lemak tak jenuh menjadi
asam
lemak
jenuh
yang
Tingginya antibiotik
penggunaan
menjadi
pemicu
terbesar
menyebabkan sebum menjadi padat.
munculnya resistensi. Resistensi bakteri
Jika
terhadap
produksi
sebum
bertambah,
antibakteri merupakan salah
Propionibacterium acnes juga akan
satu masalah global baik negara maju
bertambah banyak yang keluar dari
maupun
kelenjar
Berkembangnya
sebasea,
karena
negara
berkembang.
resistensi
terhadap
Propionibacterium acnes merupakan
obat-obatan hanyalah salah satu contoh
pemakan lemak (Harahap, 2000).
proses alamiah yang tak pernah ada
Pengobatan
jerawat
dilakukan
akhirnya
yang
oleh
dengan cara memperbaiki abnormalitas
organisme
folikel, menurunkan produksi sebum,
toleransi terhadap keadaan lingkungan
menurunkan
yang baru. Resistensi terhadap obat
jumlah
koloni
mengembangkan
Propionibacterium acnes atau hasil
pada
metabolismenya
disebabkan oleh suatu faktor yang
dan
menurunkan
suatu
untuk
dilakukan
mikroorganisme
inflamasi pada kulit. Populasi bakteri
memang
Propionibacterium
mikroorganisme itu sebelumnya atau
acnes
dapat
sudah
dapat
ada
diturunkan dengan memberikan suatu
mungkin juga faktor itu
zat
kemudian
Organisme
klindamisin dan tetrasiklin (Harahap,
mempunyai
gen
2000).
melindungi
bakteri
antibakteri
antibiotik,
seperti
Meningkatnya memacu
eritromisin,
penggunaan meningkatnya
pengaruh
yang
pada
diperoleh resisten berfungsi
tersebut
bakterisidal
dari
antibiotik.
Beberapa individu dalam suatu spesies 143
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
bakteri membawa gen resisten sewaktu
sebagai antimikroba, peneliti tertarik
terjadi
kemudian
untuk melakukan penelitian pengaruh
memperbanyak diri, sedangkan galur-
ekstrak etanol daun beluntas terhadap
galur yang sensitif terhambat atau mati.
bakteri Propionibacterium acnes.
infeksi,
Gen resisten ini dapat pula dipindah sebarkan
melalui
konjugasi,
transformasi atau transduksi dari bakteri
METODE PENELITIAN Alat Penelitian
lain selama berlamgsungnya pengobatan antibiotik (Pelzczar dan Chan, 2012). Ross, dkk dalam Lood (2011) membuktikan
50%
Propionibacterium
acnes
Alat
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah neraca analitik, eksikator,
penjepit
cawan,
blender,
isolat
Gelas kimia 1000 mL, batang pengaduk,
berbagai
corong, kain saring, batang statif, botol
strain dari pasien berjerawat resisten
1000 mL, labu erlenmeyer 100 mL,
terhadap antibiotik klindamisin dan
vakum rotari evaporator.
eritromisin, dan 20% dari isolat resisten
Bahan Penelitian
terhadap tetrasiklin sehingga dibutuhkan
Bahan-bahan yang digunakan
beberapa tindakan untuk mengurangi
dalam
masalah ini. Oleh sebab
beluntas yang berasal Desa Sukahaji,
itu untuk
penelitian
ini
daun
mencegah terjadinya resistensi bakteri
Kecamatan
terhadap
Indramayu, dan etanol 96%, NaCl 0.9%.
dikembangkan
antibakteri penelitian
perlu dalam
penemuan obat baru yang berasal dari alam.
Patrol,
adalah
Kabupaten
Rancangan Penelitian Metode digunakan
penelitian adalah
yang penelitian
Dengan adanya zat kimia pada
eksperimental laboratorik. Uji aktivitas
daun beluntas yang dapat digunakan
antibakteri dari ekstrak etanol daun 144
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
beluntas
terhadap
Propionibacterim
acnes
ISSN 1979-8911
bakteri dilakukan
Parameter
yang
diamati
dalam
penelitian ini adalah diameter zona
secara in vitro menggunakan metode
hambat
difusi sumur dengan analogi penentuan
acnes pada media agar darah yang
diameter zona hambatan. Pengujian
diberi perlakuan dengan masing-masing
antibakteri disusun dalam Rancangan
konsentrasi
ekstrak
Acak
Pengukuran
diameter
Lengkap
(RAL)
dengan
uji
bakteri
Propionibacterium
daun zona
hambat
pendahuluan pada konsentrasi ekstrak
pertumbuhan
etanol daun beluntas 10 %, 25%, 50%.
mistar. Data dianalisis dengan metode
Setelah
ANOVA
diketahui
hasil
dari
uji
pendahuluan diuji kembali dengan 6
bakteri
beluntas.
(Analysis
menggunakan
of
Variance)
menggunakan software SPSS.
perlakuan berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas 1%, 2%,
PROSEDUR PENELITIAN
3%, 4%, dan 5% serta digunakan
Ekstraksi
aquades sebagai kontrol dan tetrasiklin
Metode Maserasi
sebagai pembanding. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan.
Daun beluntas yang telah diuji kadar
Penelitian meliputi determinasi
Daun Beluntas dengan
airnya
dihaluskan
dengan
menggunakan blender hingga menjadi
sampel, uji kadar air, preparasi sampel,
serbuk,
sterilisasi alat-alat, pembuatan media,
menggunakan saringan hingga diperoleh
pembuatan
serbuk daun kering. Daun beluntas yang
konsentrasi
ekstrak,
dan
menjadi
diayak
serbuk
dengan
penyiapan bakteri uji, dan uji aktivitas
sudah
ditimbang
ekstrak daun beluntas terhadap bakteri
sebanyak 300 g, dimasukkan ke dalam
Propionibacterium acnes. Ekstrak yang
wadah kemudian ditambahkan etanol
digunakan adalah ekstrak daun beluntas.
96% sebanyak 1000 mL dan diaduk 145
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
dengan batang pengaduk lalu didiamkan
tabung supaya cairan yang diambil tidak
selama tiga hari. Ekstrak disaring
berlebihan lalu oleskan pada media agar
dengan penyaring, diperoleh filtrat I,
darah. Setelah ditanam dibuat lubang
ditampung dalam botol dan ampas I
sumuran
ditambah etanol 96% 1000 mL lagi,
berdiameter 10 mm. Lalu dilakukan
diaduk dengan batang pengaduk lalu
pengujian
diamkan selama tiga malam. Setelah itu
ekstrak daun beluntas pada lubang
ekstrak disaring dengan kertas saring
sumuran dengan variasi konsentrasi
sehingga diperoleh filtrat II. Selanjutnya
yang telah dibuat, meneteskan aquadest
proses yang sama dilakukan hingga
pada lubang sumuran sebagai kontrol,
diperoleh filtrat III. Seluruh filtrat yang
dan
diperoleh dari proses maserasi I, II, III
pembanding masing-masing sebanyak
digabung,
20 µl.
disaring
dan
dipekatkan
dengan
dengan
meneteskan
pelubang
cara
sumur
meneteskan
tetrasiklin
sebagai
Media bakteri yang sudah
dengan Vacum Rotary evaporator pada
ditetesi bahan antibakteri diinkubasi
suhu 400C hingga diperoleh ekstrak
pada suhu 35-37oC selama 24jam.
kental (Manu, 2013).
Diameter zona hambatan yang terbentuk diukur
Uji Efektivitas Antibakteri Media agar darah yang telah memadat
lalu
ditanam
menggunakan
mistar
untuk
menentukan aktivitas antibakteri. Zona hambatan diukur dengan mistar dengan
bakteri uji
cara mengurangi diameter keseluruhan
dengan cara menggoreskan swab steril
(sumuran + zona hambatan) dengan
yang telah dicelupkan pada suspensi
diameter sumuran. Pengujian dilakukan
biakan aktif yang telah dibuat sesuai
3 kali pengulangan (Lathifah, 2008).
dengan standar Mc. Farland dan diperas dengan cara ditekan pada dinding 146
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
bahan dalam oven pada suhu 105-1100C
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum
diekstraksi,
selama 3 jam atau sampai didapat berat
kemudian
yang konstan. Selisih berat sebelum dan
dikeringkan menjadi simplisa, dibuat
sesudah pengeringan adalah banyaknya
menjadi serbuk, selanjutnya diekstrak
air yang diuapkan (Winarno, 1991).
dengan menggunakan pelarut etanol.
Proses
Sampel
mempengaruhi
sampel
sampel
dicuci
dahulu,
dicuci
bertujuan
untuk
pengeringan bahan
dapat aktif
yang
membersihkan sampel dari kotoran
terdapat pada tanaman. Setiap jenis
yang melekat pada daun (Said, 2007).
tanaman
Proses
selanjutnya
mempunyai
respon
yang
adalah
berbeda, ada beberapa tanaman yang
pengeringan dengan menggunakan sinar
peka terhadap penyinaran. Pengeringan
matahari
tanaman
yang tepat akan menghasilkan mutu
sebagian besar terdiri dari air. Pada
simplisa yang tahan disimpan lama dan
bagian
tidak terjadi perubahan bahan aktif yang
karena
daun,
bagian
bunga,
dan
kandungan air mencapai
buah
90%. Pada
dikandungnya (Manoi, 2006).
bagian yang miskin organ penyimpanan,
Kandungan
air
pada
daun
kandungan air menurun hingga sekitar
beluntas yang telah dikeringkan selama
50%, yaitu pada kulit dan kayu. Dan
2 minggu adalah 10,2568107 %. Hasil
yang paling sedikit adalah bagian biji
penelitian Manoi (2006) kadar air
dengan kandungan air ±10% (Sirait,
Sambiloto yang dikeringkan dengan
2007). Pengeringan sampel dilakukan
menggunakan matahari dan blower
untuk
sehingga
adalah
8,40%.
diperoleh sampel dengan kadar air yang
(2009)
dalam
rendah. Pada umumnya penentuan kadar
menyatakan maksimum kadar air yang
air dilakukan dengan mengeringkan
disyaratkan agar proses ekstraksi dapat
menghilangkan
air
Menurut Nurmillah
Setiawati (2009)
147
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
berjalan lancar yaitu sebesar 11%. Hal
dibandingkan dengan daun yang telah
ini
tua
bertujuan
untuk
menghindari
(Berquist
dkk.,
2005
dalam
cepatnya pertumbuhan
jamur dalam
Widyawati, dkk) Hal ini terkait dengan
ekstrak (Soetarno dan
Soediro, 1997
fungsi dari metabolit sekunder tersebut
dalam Pine, dkk). Menurut Koirewoa,
yaitu
dkk penghilangan air pada sampel
herbivora, patogen, insekta, bakteri,
bertujuan untuk mencegah tumbuhnya
jamur,
mikroorganisme
Mousallamy 2008).
membusukan
daun
yang
dapat
dan
merubah
untuk
dan
pertahanan
virus
Ekstraksi
melawan
(Saffan
dilakukan
dengan
senyawa kimia pada daun. Menurut
menggunakan
Pramono (2005) dalam Ma’mun (2006)
mendapatkan metabolit sekunder dari
jika
dapat
daun beluntas. Pelarut yang digunakan
terjadinya proses enzimatik, enzim akan
etanol 96% karena etanol merupakan
mengubah kandungan kimia yang ada
pelarut yang selektif, sehingga dengan
dalam bahan menjadi produk lain yang
menggunakan
mungkin tidak lagi memiliki efek
metabolit sekunder yang ada di dalam
farmakologi seperti senyawa aslinya.
simplisia
Beberapa enzim perusak kandungan
Selain itu etanol tidak bersifat toksik
kimia adalah hidrolase, oksidase, dan
(Sulistyaningsih,
polimerase.
bakteri sulit tumbuh dalam etanol 70%.
kandungan
air
tinggi
Daun beluntas yang digunakan
etanol
dan
96%
etanol
sebagian
diharapkan
besar
2009).
untuk
terambil.
Jamur
dan
Pelarut etanol dapat menyari senyawa-
pada penelitian ini adalah daun beluntas
senyawa
yang masih muda diambil dari pucuk
aktivitas
tanaman. Pada daun muda biasanya
alkaloid, glikosida, kurkumin, flavonoid,
senyawa
kumarin, antrakinon, klorofil, tannin,
fitokimia
lebih
banyak
yang
dapat
antibakteri
memberikan diantaranya
148
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
dan saponin (Kemenkes RI, 1986 dalam Nurwahyuni,
dari
uji
aktivitas
Menurut
antibakteri ekstrak etanol daun beluntas
Poeloengan (2007) Etanol merupakan
ini adalah terbentuknya diameter zona
pelarut yang bersifat polar, universal,
bening
mudah didapat, dan merupakan pelarut
merupakan zona hambat pertumbuhan
yang sering digunakan untuk ekstraksi.
bakteri. Zona bening yang terlihat
Etanol bersifat polar karena mudah larut
disekeliling
dalam
bahwa ekstrak etanol daun beluntas
air
2012).
Hasil
dan
mempunyai
gugus
disekitar
lubang
lubang
sifat
yang
membuktikan
hidroksida (OH), sehingga zat aktif
memiliki
antibakteri
terhadap
lebih mudah tersari dalam jumlah yang
Propionibacterium acnes (Gambar 4.1).
besar. Sedangkan jika pelarut yang 3%
5%
bersifat nonpolar yang sukar larut dalam air, maka zat aktif yang tersari akan lebih sedikit. Hasil ekstrak
maserasi
pekat,
ekstrak
didapatkan pekat
4%
2%
ini
kemudian dibuat variasi konsentrasi untuk digunakan pengujian aktivitas
Gambar
antibakteri
Antibakteri
mengetahui
yang
bertujuan
pengaruh
untuk aktivitas
Dari
beluntas
diameter
menghambat
Hasil ekstrak
Uji
Aktivitas
daun
beluntas
terhadap Propionibacterium acnes
antibakteri dari ekstrak etanol daun dalam
4.1
hasil
tersebut yang
dapat
diukur
dibentuk.
Hasil
pertumbuhan bakteri Propionibacterium
pengukuran diameter zona hambat dapat
acnes dalam konsentrasi tertentu.
dilihat pada tabel 4.1.
149
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
adalah 9 mm, konsentrasi 2% adalah
Diameter Zona hambat (mm)
Konsentr asi (%)
ISSN 1979-8911
Jumlah
Ratarata
1
2
3
1
9,5
9
8,5
27
9,00
2
4,5
9,5
9
23
7,67
3
8
8
10
26
8,67
4
11
9,5
6
26,5
8,83
5
9
10
8
27
9,00
34
34
34
34
34
7,67 mm, konsentrasi 3% adalah 8,67, konsentrasi 4% adalah 8,83 mm, dan konsentrasi 5% adalah 9 mm. Menurut David
Tetrasikl in (Pemban ding) Aquadest (Kontrol)
stout
Ambarwati
(1971)
dalam
(2007)
tingkat
penghambatan pertumbuhan bakteri jika zona hambat 5 mm atau kurang maka 0
0
0
0
0
tingkat penghambatannya dikategorikan
Tabel 4.1 Variasi konsentrasi (%) Ekstrak Daun Beluntas, Kontrol, dan Pembanding Terhadap Diameter Zona Hambat
(mm)
Bakteri
Hasil uji aktivitas antibakteri beluntas
menghambat
terbukti
dapat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
lubang. Zona bening yang dibentuk zona
hambat
10-19 mm dikategorikan kuat, dan 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Dengan
demikian
ektstrak
peghambatan
daun
bagi
pertumbuhan bakteri. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas antibakteri pada daun beluntas. Pada konsentrasi 1% rata-rata zona hambat yang dibentuk
terhadap
Propionibacterium
acnes
termasuk
kategori sedang. Adanya
dengan
dibentuknya zona bening di sekeliling
merupakan
lemah, 5-10 mm dikategorikan sedang,
beluntas pada konsentrasi 1-5% tingkat
Propionibacterium acnes
daun
and
terbentuk
zona
karena
antibakteri
pada
hambat
yang
adanya
senyawa
daun
beluntas.
Senyawa tersebut antara lain flavonoid, minyak
atsiri,
fenolik,
tanin,
dan
alkaloid (Dalimartha,2008). Menurut Widyawati, dkk dan Sulistyaningsih (2009)
daun
beluntas
mengandung 150
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
senyawa fitokimia tanin, Flavonoid,
fungsi transport aktif dan kemudian
sterol,
mengontrol komposisi internal sel. Jika
fenol
hidrokuinon,
alkaloid,
polifenol, monoterpen, sesquiterpen dan
fungsi
kuinon. Hasil tersebut dilakukan uji
sitoplasma dirusak, makromolekul dan
aktivitas
ion keluar dari sel, kemudian sel rusak
antibakteri
terhadap
daun
bakteri
beluntas
Pseudomonas
aeruginosa Multi resistant (PaMR) dan Meticillin
Resistant
integritas
sel
membran
atau terjadi kematian (Brooks, 2005). Rasmehuli (1986) menyatakan
Staphylococcus
kandungan minyak atsiri dari daun
aureus (MRSa) hasilnya menunjukan
beluntas mengandung benzil alkohol,
senyawa tersebut dapat menghambat
benzil asetat, eugenol, dan linolol
pertumbuhan
Senyawa
sehingga cara kerja minyak atsiri itu
antibakteri yang terdapat pada daun
sendiri sebagai antibakteri masih belum
beluntas
jelas diketahui, namun diduga aktifitas
bakteri.
adalah
flavonoid,
minyak
atsiri, fenolik, tanin, dan alkaloid. Mekanisme
kerja
antibakteri ekstrak etanol daun beluntas
flavonoid
didapatkan
dari
kandungan
benzil
sebagai antibakteri adalah membentuk
alkohol yang merupakan suatu turunan
senyawa
protein
alkohol. Cara kerja benzil alkohol
ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat
hampir sama dengan alkohol. Alkohol
merusak membran sel bakteri dan
memiliki sifat pelarut lemak yang
diikuti
mendenaturasikan
kompleks
dengan
intraseluler
dengan
keluarnya
(IndoBIC,
protein
secara
dalam
dehidrasi sehingga membran sel akan
Nuria, dkk., 2009). Sitoplasma dalam
rusak dan terjadi inaktivasi enzim-
sel semua hidup dibatasi oleh membran
enzim (Aksara, 1993 dalam Susanti).
sitoplasma,
Penelitian
yang
2005
senyawa
berperan
sebagai
Hidayaningtias
(2008)
barrier permeabilitas selektif, membawa 151
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
minyak atsiri dapat sebagai antibakteri
menyebabkan kematian sel tersebut
terhadap Streptococcus mutans.
(Robinson, 1995).
Nurmillah (2009) menyatakan senyawa
fenolik
bekerja
Menurut Brooks, dkk (2005)
dengan
bakteri mempunyai lapisan luar yaitu dinding sel. Dinding sel berfungsi untuk
mengubah
permeabilitas
membran
sitoplasma,
menyebabkan
kebocoran
mempertahankan
bentuk
bahan-bahan intraseluler. Senyawa ini
mikroorganisme
juga mendenaturasi dan menginaktifkan
bakteri,
protein seperti enzim. Zat lain yang
osmotik internal yang tinggi. Tekanan
mempunyai aktivitas antibakteri adalah
internal tersebut tiga hingga lima kali
tanin.
lebih besar pada bakteri gram positif
Tanin
pertumbuhan
mampu bakteri
menghambat dengan
cara
yang
dinding
dan protein transport pada membran sel
pembentukannya,
(Naim, 2004 dalam Hamdiyati, dkk).
pada sel.
kimia
lain
pelindung
mempunyai
sel
tekanan
dari pada gram negatif. Trauma pada
menginaktivasi adhesin mikroba, enzim,
Senyawa
dan
sel
atau
penghambatan
menimbulkan
lisis
yang
Mekanisme Sterol dan kuinon
terdapat dalam daun beluntas yang
hanya untuk perlindungan tumbuhan
memiliki
dari serangga atau insektisida
kemampuan
menghambat
dalam
pertumbuhan
bakteri
mekanisme
kerja
terpene
dan
sebagai
adalah alkaloid. Mekanisme alkaloid
antimikroba belum diketahui secara
dalam
jelas
menghambat
pertumbuhan
kemungkinan
dengan
bakteri adalah dengan cara mengganggu
menyebabkan disintegrasi membran sel
komponen penyusun peptidoglikan pada
oleh komponen lipofilik (Cowan, 1999
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
dalam Rendra, 2011). Namun perlu
tidak
adanya penelitian lebih lanjut mengenai
terbentuk
secara
utuh
dan
152
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
senyawa
yang
terdapat
beluntas
yang
paling
dari aktif
ISSN 1979-8911
daun dalam
hambatan (Pelczar dan Chan, 2012; Brooks, dkk., 2005).
menhambat pertumbuhan bakteri. Pembanding
yang
Kontrol yang digunakan adalah
digunakan
aquadest. Pada kontrol tidak terbentuk
dalam penelitian ini yaitu dengan
adanya zona hambat. Karena tidak
menggunakan tetrasiklin dan kontrol
terdapat zona bening disekitar lubang.
menggunakan aquadest. Pada tabel 4.1
Hal ini menunjukkan bahwa aquadest
dapat terlihat bahwa pada tetrasiklin
tidak
zona hambat yang terukur lebih besar
karena tidak memberikan pengaruh
dibandingkan
terhadap
dengan
ekstrak
daun
beluntas dan aquadest. Hal tersebut menunjukan
tetrasiklin
mempunyai
sifat
antibakteri
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes.
mengandung
Hasil
analisis
data
dengan
antibakteri yang sangat kuat karena
menggunakan ANOVA (Analysis Of
tetrasiklin mempunyai sifat antibakteri
Variance)
bakteriostatik dan berspektrum luas
zona hambat ekstrak daun beluntas
yaitu mampu menghambat pertumbuhan
memiliki signifikansi (0,605) >p (0,05)
bakteri gram positif dan negatif yang
hasil
peka (Brooks, dkk., 2005). Cara kerja
hambat yang dihasilkan tidak signifikan.
dari
cara
Tidak signifikannya zona hambat yang
menghalangi terikatnya RNA (RNA
diukur karena selisih variasi konsentrasi
transfer aminoasil) pada situs spesifik di
jumlahnya tidak melebihi 1% sehingga
ribosom yaitu pada unit 30S ribosom
hasil
selama pemanjangan rantai peptide.
terbentuk tidak jauh berbeda ukurannya.
Akibatnya sintesis protein mengalami
Dari hasil yang diperoleh adanya
tetrasiklin
dengan
diketahui bahwa diameter
tersebut
diameter
kesamaan
menunjukkan
zona
rata-rata
hambat
diameter
zona
yang
zona 153
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
hambat pada konsentrasi 1% dan 5%
penelitiannya hasil zona hambat yang
yaitu
tersebut
dibentuk oleh ekstrak metanol daun
mebghasilkan grafik yang dibentuk
Melastoma candidum D.Don terhadap
tidak sesuai pernyataan Nurwahyuni
pertumbuhan
(2012)
semakin
konsentrasi
mengalami fluktuatif data zona hambat
ekstrak
maka
besar
pula
namun
yang
kecenderungan
9
diameter
mm.
Dari
hasil
tinggi
semakin
zona
hambat
dibentuk(Gambar.8).
dari
Salmonella
data
tersebut semakin
Typhi
adanya besar
konsentrasi ekstrak semakin besar daya hambatnya. Banyak
faktor
yang
mempengaruhi yaitu lingkungan seperti keadaan ruangan, kesterilan alat, alat pendukung
penelitian.
Selama
Gambar 8. Grafik perlakuan variasi
penelitian yang telah dilakukan selama
konsentrasi (%) ekstrak daun beluntas
3 kali, media pertumbuhan bakteri uji
terhadap diameter zona hambat (mm)
yang
diberikan
bakteri Propionibacterium acnes.
etanol
daun
antibakteri beluntas
ekstrak
mengalami
Jika dilihat dari tabel 4.1 dan
kontaminasi. Keadaan ruangan yang
Grafik pada gambar 8. Terdapat data
terbuka, udara, angin, dan banyaknya
yang rata-rata zona hambat sama yaitu
orang di dalam ruangan mengakibatkan
konsentrasi 1% dan 5% yaitu 9 mm.
bakteri
Namun, jika dilihat secara keseluruhan
bakteri lain. Kemudian alat pendukung,
semakin
maka
bakteri uji merupakan bakteri anaerob
yang
fakultatif. Bakteri anaerob biasanya
semakin
besar besar
konsentrasi zona
hambat
dibentuk. Mulyani, dkk (2010) dalam
pada
uji
saat
terkontaminasi
ditanam
ke
dengan
media 154
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
penanamannya di Laminar Air Flow. Dengan
menggunakan
kesterilannya
alat
terjamin
ini
sehingga
terhindar dari kontaminasi jamur dan bakteri lain, berbeda pada ruangan yang terbuka.
Sebelum
KESIMPULAN
menggunakan
Laminar Air Flow, alat ini disterilkan
Berdasarkan yang
telah
hasil
dilakukan
penelitian
maka
dapat
disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol daun beluntas dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes.
terlebih dahulu dengan menggunakan
2. Rata-rata zona hambat yang
UV yang terdapat pada perangkatnya.
dibentuk pada konsentrasi 1%
Selain itu faktor yang mempengaruhi
adalah 9 mm, konsentrasi 2%
terjadinya
rata-rata
adalah
alat
Bakteri
uji
dibentuk 7,67 mm, konsentrasi
merupakan bakteri anaerob fakultatif,
3% rata-rata zona hambat yang
pada umumnya bakteri anaerob ini
dibentuk 8,67, konsentrasi 4%
diinkubasi pada inkubator anaerob. Pada
rata-rata
penelitian
dibentuk
inkubasi
kontaminasi (inkubator).
yang
dilakukan
tidak
zona
zona
hambat
yang
hambat
yang
mm,
dan
8,83
menggunakan inkubator anaerob, tetapi
konsentrasi 5% rata-rata zona
menggunakan inkubator aerob. Namun,
hambat yang dibentuk 9 mm.
Bakteri uji sebelum disimpan pada inkubator aerob, bakteri uji disimpan pada anaerob jar. Anaerob jar ini merupakan
alat
pengikat
SARAN Berdasarkan
hasil
penelitian
oksigen,
yang telah dikemukakan maka diberikan
namun dalam penggunaannya tidak
saran-saran yang dapat dipergunakan
begitu optimal sehingga bakteri tidak
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
sesuai yang diharapkan.
Adapun saran-saran tersebut adalah: 155
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
untuk
mengetahui
Beluntas (Plucea indiva L.) dan StabilitasAktivitasnya pada
berbagai
senyawa aktif antibakteri dalam daun
beluntas
efisien
yang
dalam
paling
menghambat
Konsentrasi
garam dan Tingkat pH. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XIV, No. 2 4. Astuti, Dewi. 2009. Pengobatan
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes.
Kerawat dan Tips Pemakain Kosmetik. Yogyakarta
2. Perlu diteliti lebih lanjut faktor 5. Aziz, lingkungan yang berpengaruh
Oryza:
Syaikhul.
Aktivitas Etanol
2010.
Uji
Antibakteri Ekstrak Daun
dan
Umbi
Bakung Putih (Crinum
DAFTAR PUSTAKA
asiaticum L.) Terhadap Bakteri 1. Ambarwati. 2007. Efektivitas Zat
Antibakteri Biji Mimba
(Azadirachta indica) untuk
thyposa
Salmonella
dan
Staphylococcus
aureus.
Biodiversitas
2. Anonim.
2014.
Pembentukan
Tahaoan Jerawat.
(http://www.veminim.com/inilah -
proses- tumbuhnya-
antibakteri
wanita/)dikases pada tanggal 20-
ekstrak
3. Ardiansyah, L. Nuraida dan N. Aktivitas
Aktivitas etanolik
daun dan umbi Crinum asiaticum L. terhadap bakteri jerawat. Majalah
Farmasi Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta 7. BPOM RI. 2009. Bahan-Kahan Kosmetik Sebagai Anti Acne. Obat dan
Makanan edisi 10. Vol. IV. No. 10.
07-2014. 21:59.
2003.
2010.
Badan Pengawas
jerawat-pada-wajah-
Andarwulan.
6. Azrifitria., Syaikul aziz., dan
penyebab
Vol 8. No. 3.
[Skripsi].
UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Chairul.
menghambat Pertumbuhan
Penyebab Jerawat
Badan
Pengawas
Obat
dan Makanan Republik Indonesia: Jakarta
Antimikroba Ekstrak daun 156
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
8. BPOM RI, 2010. Acuan Sediaan
15. Fissy A, SYV Octy Novy. 2013.
Herbal. Edisi kelima. Badan
Uji Aktivitas Sediaan Gel Anti
Pengawas Obat
Jerawat Ekstrak
dan
Makanan Republik Indonesia: Jakarta
Etanol
Rimpang
Jahe
Merah
(Zingiber officinale Rosc. Var.
9. Brooks., J.S. Butel., S.A. Morse.
Rubrum)
Terhadap
2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Propionibacterium acnes dan
Salemba
Staphylococcus
10. Chooi,
Medika: Jakarta Ong
Hean.
2004.
Tumbuhan Liar: Khasiat Ubatan Dan
Kagunaan
Lain.
Perpustakaan Negara: Malaysia
[Skripsi].
2008.Atlas
Setiawan. Tumbuhan
Obat
Indonesia. Trubus Agriwidya:
Kedokteran: Pontianak 16. Ganiswarna
S.
1995.
Farmakologi dan Terapi. Ed ke-
17. Hamdiyati, Yanti., Kusnadi, dan Irman
Aktivitas Daun
Patikan
12. Dwikarya, Maria. 2007. Cara Membasmi
Jerawat.
(Euphorbia
hirta)
terhadap Bakteri
Staphylococcus
13. Emaliah., Bobone., H. Yuda., O.Y. Miluwati., S.R Putri. 2013. Poltekes
epidermidis.
FPMIPA
UPI:
Bandung 18. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu
Kemenkes RI Pangkal Pinang:
Penyakit
Bangkabelitung
Jakarta
2010.
Kebo
Pertumbuhan
Kawan Pustaka: Jakarta
Antibiotik.
Rahadian.
Antibakteri Ekstrak
Jakarta
14. Febriyati,
Fakultas
IV. Gaya Baru Pr : Jakarta
11. Dalimartha,
Tuntas
epidermidis
Analisis
19. Harmanto,
Kulit.
Ning.
Hipokrates:
2006.
Ibu
Komponen Kimia Fraksi Minyak
Sehat dan Cantik dengan Herbal.
Atsiri Daun Sirih
PT.
(Piper
bettla Linn.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Beberapa Jenis
Bakteri
[Skripsi].
Gram UIN
Elex
Media
Komputindo: Jakarta 20. Harbone, J. B. 1987. Metode
Positif
Fitokimia
Syarif
Modern
Penuntun
cara
menganalisis
Hidayatullah: Jakarta 157
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
Tumbuhan.
ISSN 1979-8911
Terbitan
Kedua. Penerbit ITB: Bandung. 21. Hidayatiningtias, Prima. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Air Seduhan Daun (Piper betle
Sirih
Linn)
Buah belimbing Wuluh (Averhoa blimbi L.) dengan Variasi Pelarut) UIN Malang: Malang. 26. Lood,
terhadap
Strepcoccus mutans pada Waktu
[Skipsi].
Rolf.
2011.
Propionibacterium acnes and its Phages
[Disertasi].
Kontak dan Konsentrasi
Department of clinicukal
Yang Berbeda. Artikel Karya
sciences, Faculty of Medicine,
Tulis Ilmiah. Universitas
Lund University:
Diponegoro: Semarang
Sweden
27. Manu, R.R.S. 2013. Aktivitas
22. Indrawati, Ni Luh dan Lazimin.
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
2013. Bawang Dayak Si Umbi
Beluntas (Pluchea
Ajaib Penakluk
Terhadap Staphylococcus aureus,
Aneka
Penyakit.
PT.
Bacillus
AgroMedia Pustaka: Jakarta.
Metode Ekstraksi Maserasi dan
Piperin
terhadap Buah
(Piperis retrofracti [Skripsi].
Jawa
fructus)
UIN
Syarif
Hidayatullah: Jakarta.
dan
Jurnal
Mahasiswa
Ilmiah Universitas
Surabaya Vol. 2 No. 1 28. Manoi, Feri. 2006. Pengaruh Cara
Pengeringan
Mutu Simplisa
Terhadap Sambiloto.
Bul. Littro. Vo. XVII No. 1,
24. Koirewoa, Yohanes Adithya., Fatimawati.,
Calyptra:
Kadar
Cabe
subtilis,
Pseudomonas aeruginosa.
23. Istiqomah, 2013. Perbandingan
Sokletasi
indica L.)
Wiyono.
29. Ma’mun. S. Suhirman, F. Manoi,
dan
Identifikasi
B.S Sembiring, Tritianingsih, M.
Senyawa
Flavonoid
Sukmasari, A. Gani, Tjitjah F.,
Isolasi
W.I
2006 1-5
dalam Daun Beluntas (Pluchea
D.
indica L.).
Pembuatan
FMIPA
UNSRAT: Manado. 25. Lathifah,
Q.
A.
2008.
Uji
efektifitas
Ekstrak
Kasar
Senyawa
Antibakteri
pada
Kustiwa.
2006. Simplisa
Teknik dan
Ekstrak
Purwoceng.
Laporan
Pelaksanaan
Penelitian
Tanaman
Obat
Aromatik. 158
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
30. Nuria, Maulia Cut., A. Faizatun.,
galanga L.).
Sumantri. 2009. Uji Aktivitas
(2): 100-104
Antibakteri
Ekstrak
Jurnal Kimia 2
Etanol
34. Pelczar MJ dan Chan ECS. 2012.
Daun Jarak Pagar (Jatropha
Dasar-dasar Mikrobiologi. UI
curcas
pres: Jakarta
L)
terhadap
Bakteri
Staphylococcus
aureus
35. Pine, A.T.D., G, Alam,m dan F,
ATCC 25923, Escherichia coli
Attamin.
ATCC
Ekstrak
25922,
dan
Salmonella typhi ATCC
Standarisasi Daun
1408. Mediagro. Vol. 5. No. 2,
(L.)
2009: Hal 26- 37
Antioksidan denga
Kajian
Aktivitas
Antioksidan
dan Antimikroba
Ekstrak
Biji, Kulit Buah, Batang dan
curcas
L.).
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor:
Bogor
Medik
dan
36. Rahmawati,
Aktivitas
Ekstrak
Daun
Uji
Efek
metode
Hubungan Wajah
Dewi.
2012.
Perawatan
Kulit
Dengan
Timbulnya
Akne Vulgaris
pada
SMA/Ma/SMK
yang
Siswi
menderita
akne
Fakultas Universitas
32. Nurwahyuni, Rani. 2012. Uji
manihot
DPPH.
Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha
Gendi
(Abelmoschus
31. Nurmillah, Ovi Yulianti. 2009.
Mutu
vulgaris. Kedokteran Diponegoro:
Semarang 37. Rendra,
Andreas.
2011.
Uji
Binahong (Anredera cordifolia
Potensi Ekstrak Etanol Daun
(Ten.)
Beluntas (Pluchea
Steenis.)
Pertumbuhan
UIN
Terhadap
Indica)
Staphylococcus
sebagai Antimikroba terhadap
epidermidis Pada Jerawat.
Escherichia coli secara Invitr
Sunan
Gunung
Djati:
Bandung
[Skripsi].
Universitas
Brawijaya: Malang
33. Parwata. I.M Oka Adi., P. Fanny
38. Robinson,
Trevor.
1995.
Sastra Dewi. 2008. Isolasi dan
Kandungan Organik Tumbuhan
Uji Aktivitas Antibakteri
Tinggi. Penerbit ITB: Bandung
Minyak Rimpang
Atsiri
lengkuas
dari
(Alpinia
39. Roslizawaty, N.Y Ramadani., Fakhrurrazi,
dan
Herrialfian. 159
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
2013.
Jurnal
ISSN 1979-8911
Medika
45. Suseno, Dedy. 2009. Aktivitas
Veterinaria. ISSN: 0083-
Antibakteri Propolis Trigona spp.
1943. Vol 7 No. 2
Pada Dua
40. Said, Ahmad. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak: PT. Sinar Wadja Lestari 41. Saffan,
Mousallamy,
dan
A.M.D.
El2008.
Allelopathic effect of Acacia raddiana leaf extract on the phytochemical contents of
Seeds.
Berberda
Terhadap
Cairan Rume Sapi. IPB: Bogor 46. Syamsuhidayat, S. S. dan J. R.
S.E.S.
germinated
Konsentrasi
Lupinus
Journal
of
termis Applied
Hutapea.
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta 47. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obatan Penting
Kasiat,
Pengguanaan
277.
dan
Efek-Efek
Sampingnya.
Elex
Media
PT.
Fitokimia dalam Farmasi. ITB: Bandung
Inventaris
Tanaman Obat
Sciences Research, 4(3): 270-
42. Sirait, Midian. 2007. Penuntun
1991.
Komputindo: Gramedia: Jakarta
43. Sulistiyaningsih, 2009. Potensi
48. Tranggono, Retno Iswari dan F.
Daun Beluntas (Pluche indica
Latifah. 2007. Buku Pegangan
Less.) Sebagai
Ilmu Pengetahuan
Inhibitor
Terhadap Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant dan Methicillin Staphylococcus Laporan
Penelitian
Fakultas Universitas
Resistant aureus.
Padjajaran:
49. Widiastuti, Ira. 2013. Sukses Agribisnis
Minyak
Atsiri
Peluang
Usaha
Aneka Olahan
Minyak
Menguak
Atsiri.
Pustaka
50. Widiyarto, Unus.
1995.
Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa: Bandung
Baru
Press:
Yogyakarta.
Bandung 44. Suriawiria,
PT Gramedia Pustaka: Jakarta
Mandiri. Farmasi
Kosmetik.
Aktivitas Atsiri
A.N.
2009.
Antibakteri daun
(Citrus Terhadapa
Jeruk nobilis
Uji
Minyak Keprok Lour.)
Staphylococcus 160
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
aureus
dan
ISSN 1979-8911
Escherichia
coli
[Skripsi]
Universitas
.
Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta 51. Widyawati,
Paini
Sri.,
C.H
Wijaya., P.S. Hardjosworo., D. Sajuthi. Evaluasi Antioksidatif Beluntas
Aktivitas Ekstrak
(Pluchea
Berdasarkan Ruas
indica) Perbedaan
Daun.
Teknologi
Dan
Fakultas Pertanian,
Widya
Unika Mandala:
Surabaya 52. Wijayakusuma, 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 3. Pustaka
Kartini:
Jakarta 53. Wijaya Kusuma, Hembing. 2008. Ramuan
Lengkap
Herbal
Taklukan
Penyakit.
Pustaka
Bunda
(Grup
Puspa Swara)
Anggota IKAPI: Jakarta 54. Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka: Jakarata. 55. Yovita
dan
Yoanna.
2010.
Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Setia
Kawan:
Jakarta
161