Daftar Isi 01 Senandung Pagi Jimmy Hng
04 Menelusuri jejak sejarah & pemikiran doktrin Calvinis Pdt. A.R. Persang
11 Predestinasi di dalam TULIP Pnt. Rusmin Satiawijaya
14 BINER 0&1
Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
18 Anugerah yang tidak dapat ditolak Dkn. Anthon Simangunsong
24 Calvinisme dan Pengaruhnya Pdt. Budianto Lim
30 TAK SATUPUN
Dkn. Boaz Wibowo
Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para pembaca, kirimkan ke
[email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA. Penasehat Pdt. Abraham Ruben Persang Majelis Pendamping Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama Tim Redaksi Boaz Y. Wibowo, Jimmy Hng, Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat Cetak & Distribusi Ratna Lie e-mail
[email protected] website www.gema-gpo.sg
MENELUSURI JEJAK SEJARAH DAN PEMIKIRAN DOKTRIN CALVINIS, KHUSUSNYA DOKTRIN T.U.L.I.P Oleh: Pdt. Abraham Ruben Persang
Gema pada awal tahun 2016 menerbitkan edisi khusus ini, yang berisi tulisan-tulisan tentang doktrin Calvinis, khususnya doktrin yang dikenal dengan akronim T.U.L.I.P. merupakan ‘hadiah’ untuk kita semua yang bersekutu, beribadah, melayani dan berjemaat di GPO.
Gema edisi 17/I/16
Mengapa disebut ‘hadiah’? Pertama, doktrin T.U.L.I.P. merupakan salah satu dasar penting ajaran Gereja, dengan mengetahui, mengerti dan menghayatinya, maka berarti setiap pribadi yang percaya akan sangat bersyukur untuk anugerah keselamatan dari Allah dan sangat bersyukur untuk dahsyatnya kasih Allah. Kedua, biasanya tulisan-tulisan tentang doktrin dimuat dalam kemasan yang kaku dan tidak praktis, tidak demikian dengan Gema edisi khusus kali ini, tulisan-tulisan tentang doktrin dituangkan dengan kalimat-kalimat yang ‘menyapa’ setiap pembaca dengan istilah sederhana namun sarat dengan makna, dan para penulisnya
2
pun bukan hanya tahu dan mengerti tentang doktrin yang dituliskan tetapi lebih dari itu, para penulisnya pun adalah pribadi-pribadi yang memiliki kehidupan iman yang menghayati akan kebenaran pengajaran itu yang berlandaskan pada firman TUHAN. Dan yang ketiga, Gema edisi khusus ini terbit untuk melengkapi sukacita Natal. Sebagaimana kita bersukacita atas Natal Kristus, kedatangan-Nya dan penggenapan janji keselamatanNya, maka edisi Gema kali ini memperlengkapi pengetahuan dan pemahaman kita serta meneguhkan penghayatan kita akan hadiah terbesar dari Allah yaitu Ia memilih dan menetapkan kita untuk menerima anugerah keselamatan. Bagian berikut di bawah ini akan mengantar masuk ke dalam arena tulisan-tulisan tentang doktrin T.U.L.I.P. dengan memaparkan dan mengulas secara umum sejarah gereja dan pemikiran doktrin keselamatan serta pergulatannya hingga sampai pada doktrin Calvinis, khususnya doktrin T.U.L.I.P. Era Reformasi Gereja, yang dimotori oleh Martin Luther merupakan dasar pijak untuk kita memulai perjalanan menapaktilasi sejarah dan pemikiran doktrin Calvinis. Namun, kita perlu juga perlu tahu bahwa sesuai kajian para pakar sejarah gereja, Gema edisi 17/I/16 –
3
sejak awal para Rasul memberitakan Injil dan Jemaat mula-mula makin bertambah dan berkembang serta meluas, maka seiring dengan itu berkembang pula pemikiran-pemikiran tentang ajaran Kristus dan Kekristenan. Ada pemikiran-pemikiran yang sama sekali berbeda dengan ajaran Kristus dan Kekristenan, seperti: Mandeanism – sebuah pengajaran yang hanya percaya akan keberadaan Yohanes Pembaptis dan tidak menerima keberadaan Kristus maupun karya keselamatan dalam Kristus; Gnosticism – sebuah pengajaran yang menolak akan kemanusiaan Kristus Yesus, bagi mereka tidak mungkin yang ilahi menjadi yang non ilahi. Pemikiran dan pengajaran dari Kekristenan dan sekitar Kekristenan terus bertumbuh dan berkembang sejak jemaat mulamula, yang kemudian mendorong adanya pengelompokan ajaran, seperti Kristen Ortodoks Timur dan Kristen Barat (Katolikisme).
Bagan di atas ini memperlihatkan perjalanan pertumbuhan, perkembangan dan pengelompokan ajaran-ajaran yang berkembang dari dan di sekitar Kekristenan. Kekristenan yang lebih berkembang dan meluas adalah Kekristenan Barat; hal ini terjadi karena dunia Barat – dalam hal ini Eropa, adalah bagian dunia yang masyarakatnya giat melakukan banyak eksplorasi dan ekspansi ke dunia-dunia baru melalui penjelajahan laut. Kekristenan Barat
Gema edisi 17/I/16
terus berkembang seiring dengan gerak langkah dari para pioneer yang melakukan penjelajahan ke wilayahwilayah yang baru. Dan seiring dengan itu pula, terbangun ‘kemesraan’ antara Gereja dengan Negara (dalam hal ini Raja), juga kelas Bangsawan. Kemesraan yang disertai dengan belaian kemudahan dan kemewahan, membuat Gereja terlena bahkan ‘terlacur’ dengan melakukan perilaku pembenaran atas nama kebenaran Gereja untuk membenarkan segala bentuk perilaku ketidakbenaran para Raja dan Bangsawan pada saat itu. Kebenaran firman TUHAN dibungkus rapi dalam jubah-jubah kebesaran ritual para Imam di Gereja membelai lembut para Raja dan Bangsawan yang mampu ‘membeli’ materai pengampunan yang diberikan oleh Gereja. Perilaku para elite imam ini telah merendahkan wibawa rasuli dan
4
menyelewengkan ajaran-ajaran dasar tentang keselamatan yang adalah anugerah dari Allah dalam Kristus Yesus. Keadaan ini telah membuat Gereja (Kekristenan Barat) semakin terpuruk, dan semakin jauh dalam memelihara kebenaran firman TUHAN. Martin Luther adalah seorang Biarawan, seorang Imam yang batin dan imannya gelisah memperhatikan tindak-tanduk dari para elite Gereja dengan segala kebijakan Gerejawi yang semakin duniawi. Sebagai seorang yang memberi diri untuk pelayanan gereja TUHAN, Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya dengan berusaha melakukan segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui doa-doa untuk jiwajiwa mereka. Ia memiliki kehidupan spiritual yang ketat dan terus-menerus melakukan pengakuan dosa. Dan dari semua yang ia lakukan, ia semakin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa. Martin Luther juga seorang yang sangat baik pencapaiannya dalam bidang akademis teologi: Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada Gema edisi 17/I/16 –
5
21 Oktober 1521, ia “diterima menjadi anggota senat dosen teologi” dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Dengan disiplin yang sangat ketat Martin Luther mempelajari Kitab Suci secara mendalam, ia menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dan sebagai hasilnya, Luther menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci — yang terpenting di antaranya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman. Luther melihat kebenaran yang berasal dari Alkitab mula-mula dan melihat kesalahan orde gereja Katolik yang banyak menutup-nutupi doktrin Alkitab yang sebenarnya. Pendalaman Surat Paulus, khususnya Surat Roma menuntun Martin Luther pada
pemahaman dasar yang kemudian dikenal sebagai motto reformasi gereja: sola fide (hanya karena iman), sola gratia (hanya karena anugerah), sola scriptura (hanya oleh Firman Tuhan). Dasar inilah yang membuat Martin Luther sangat menentang ajaran gereja tentang Indulgensia suratsurat penghapusan dosa. Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Agung Albert dari Mainz untuk mempromosikan dan menjual indulgensia demi mengumpulkan dana
Gema edisi 17/I/16
untuk merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel berhasil dengan tugasnya ini, sampai-sampai ia memiliki pesan: “Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas”. Bagi Martin Luther penjualan surat indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Dan Martin Luther menyatakan keberatannya dengan sangat tegas, di samping melalui khotbahkhotbahnya, ia juga menempelkan 95 dalil keberatannya di pintu Gereja Wittenberg. Pimpinan Gereja menganggap Luther sebagai penyesat. Namun pengaruh Martin Luther semakin meluas; pimpinan gereja membujuk Luther untuk diam. Oleh pimpinan Gereja Roma Luther diekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Namun pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya dalam memperjuangkan kebenaran firman TUHAN. Alih-alih meredam dan menghancurkan perjuangan Martin Luther, dengan cara mengekskomunikasikannya; gerakan reformasi justru semakin berkembang dan salah seorang yang cukup besar pengaruhnya dalam gerakan reformasi
6
gereja ini, adalah John Calvin, teolog Kristen dari Perancis. Pada usia 12 tahun, ia dipekerjakan oleh uskup setempat sebagai jurutulis (clerk) dan menerima tonsure, yaitu pencukuran rambut di ubun-ubun sebagai tanda dedikasi kepada gereja. Calvin kuliah di Collège de la Marche, Paris, untuk mempelajari bahasa Latin; dan setelah itu ia kuliah di Collège de Montaigu dalam bidang filsafat. Pada tahun 1532, Calvin telah menjadi Doktor Hukum di Orléans. Pada 1536 Calvin menetap di Jenewa, kemudian ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Yohanes Calvin menikah, ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang perempuan yang “sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan bisa merawat kesehatan saya.” Pada 1539 ia menikah dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. John Calvin menerbitkan beberapa revisi dari Institutio (Institusi Agama Kristen), sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca hingga sekarang. Ia juga banyak menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. Calvin di Jenewa, dengan khotbah-khotbahnya dan tulisan-tulisannya menyebarkan gagasan-gagasannya tentang bagaimana Gereja Reformasi yang benar. Dari karya-karya Gema edisi 17/I/16 –
7
John Calvin ini, dikumpul dan disatukan menjadi sebuah system ajaran, yang dikenal dengan sebutan Calvinisme. Pengaruh pengajaran John Calvin dalam perkembangan doktrin-doktrin Reformasi Protestan dimulai ketika ia berusia 25 tahun, ketika ia mulai menulis edisi pertamanya dari Institusi Agama Kristen pada 1534. Calvin memberikan pengaruh secara pribadi yang besar terhadap Protestanisme, memengaruhi doktrin-doktrin gerejagereja Hervormd. Gereja-gereja Hervormd, dan juga Calvin, tergolong pada tahap kedua dari Reformasi Protestan, ketika gereja-gereja Injili mulai tebentuk setelah Martin Luther dikucilkan dari Gereja Katolik. Sejak awal jelas bahwa doktrin gerejagereja Hervormd berkembang dalam arah yang bebas dari Luther. Doktrin dari gereja-gereja Hervormd dan seluruh kumpulan ajaran Calvin yang kemudian disebut sebagai “Calvinisme”. Teologi Calvinis kadang-kadang diidentifikasi dengan lima pokok
Calvinisme, atau disebut juga doktrin rahmat, yang merupakan sebuah respon pokok demi pokok terhadap lima pokok dari Remonstrans Arminian dan yang berfungsi sebagai sebuah ringkasan dari keputusan yang dihasilkan oleh Sinode Dort tahun 1619. Kelima pokok itu berfungsi sebagai ringkasan perbedaan antara Calvinisme dan Arminianisme, tetapi bukan sebagai ringkasan lengkap dari tulisan Calvin atau teologi gereja-gereja Reformed pada umumnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan singkatan TULIP: Total depravity (Kerusakan total), Unconditional election (Pemilihan tanpa syarat), Limited atonement (Penebusan terbatas), Irresistible grace (Anugerah yang tidak dapat ditolak), Perseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus). Di samping itu ada pokok ajaran Calvinis lainnya, yaitu: Predestinasi, Pembenaran yang diberikan, Syafaat para kudus tentang penolakan kultus kepada para kudus,
Teologi Perjanjian, Apologetika, Calvinisme menjadi sistem teologi dari mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia, Belanda, dan bagian-bagian tertentu dari Jerman dan berpengaruh di Perancis, Hongaria (khususnya di Transilvania dan Polandia). Sebagian dari gereja-gereja Calvinis sebagai buah karya para misionaris abad ke-19 dan abad ke-20, khususnya di Indonesia, Korea dan Nigeria. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Memahami jejak-jejak sejarah gereja dan pemikirannya hingga pada doktrin Calvinis atau Calvinisme, maka kita melihat big picture dari sejarah gereja dan lebih lagi sejarah keselamatan. Prinsip yang kita pelihara, kita syukuri anugerah keselamatan yang TUHAN beri, hingga pada akhirnya, bukan karena usaha kita atau kemampuan kita, tetapi semata-mata karena kemurahan kasih-Nya. Artikel-artikel berikut dalam edisi Gema kali ini akan menuntun lebih dalam dari 5 pokok ajaran Calvinis yang dikenal dengan istilah T.U.L.I.P. •
TUHAN YESUS memberkati kita semua.
Gema edisi 17/I/16
8
PREDESTINASI DI DALAM TULIP Oleh: Pnt. Rusmin Satiawijaya
Istilah predestinasi (Allah memilih seseorang bahkan sebelum ia dilahirkan untuk diselamatkan) sering secara sengaja dihindari di dalam khotbah, topik persekutuan, maupun kelompok PA (Pemahaman Alkitab). Topik predestinasi dianggap tabu karena konsep Allah memilih seseorang untuk diselamatkan dan yang lainnya tidak, seakan-akan menggambarkan Allah sebagai Allah yang pilih kasih dan tidak adil. Tapi bukankah Gema edisi 17/I/16 –
9
kasih memang harus memilih? Seorang rekan mengatakan bahwa kalau kasih tidak memilih, maka kita akan menikah
dengan siapa saja. Kalau kasih tidak memilih untuk tetap setia kala suka duka, sehat sakit, kaya papa, maka tidak ada kasih di dalam pernikahan. Bahkan tidak ada pernikahan karena pernikahan adalah ikatan kasih dua insan yang memilih untuk memberikan dirinya secara unik kepada pasangannya. Kalau kasih tidak memilih, maka sahabat dan teman biasa tidak ada bedanya. Kalau kasih tidak memilih maka kasih tidak lagi spesial dan berharga. Justru karena tidak semua orang mendapatkan, maka kasih menjadi lebih berharga. Kasih Allah jauh lebih mulia dari kasih manusia. Tatkala Allah memilih untuk mengasihi, maka Allah membuat pilihan sebagai Allah yang Maha Kasih, Maha Adil, Maha Tahu dan sekaligus Maha Kuasa. Sehingga pilihan-Nya pastilah penuh dengan belas kasihan, adil, bijaksana, dan sempurna. Sebenarnya yang adil bagi kita semua adalah kebinasaan kekal. Sehingga jika Allah memilih untuk menyelamatkan
siapa yang mau Ia selamatkan, maka itu menunjukkan belas kasihan Allah, bukannya ketidak-adilan Allah. Bagi kita yang merasa Allah tidak adil, sebenarnya kita sedang merasa bahwa kita layak diselamatkan karena kebaikan atau merit kita. Di dalam keterbatasan kita, kita mungkin tidak akan pernah tahu mengapa Allah memilih kita. Hal tersebut hanyalah merupakan kedaulatan dan hak Tuhan semata. Namun kita bisa bersukacita karena tahu setidaknya akan ketiga hal ini: 1. Kita bersukacita karena jika Allah tidak memilih kita, maka kita tidak akan pernah mampu memilih Allah. Kita sudah rusak dan bobrok total (Total Depravity). Kita dikandung di dalam dosa (Mazmur 51:5), ternodai oleh dosa, dan adalah budak dosa (Yohanes 8:34, Roma 6:6). Tidak ada satupun serat dalam keberadaan kita mampu, atau bahkan mau, memilih Allah. Sehingga berita mengenai predestinasi, di mana Allah memilih kita semata-mata berdasarkan kedaulatan-Nya, dan bukan berdasarkan kebaikan kita (Unconditional Election), merupakan berita sukacita yang luar biasa bagi kita yang sebenarnya tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri. 2. Kita bersukacita karena Allah yang memilih kita adalah Allah yang maha kuasa, yang mampu mengerjakan
Gema edisi 17/I/16
10
keselamatan bagi kita secara sempurna (Limited Atonement) dan menjaga serta memelihara kita sampai kesudahan (Perseverance of the Saints). Sehingga karena Allah yang memilih, maka Allah yang mengerjakan dan tidak ada satupun andil kita sebagai manusia di dalam karya keselamatan tersebut (Efesus 2:8-9). Jika Ia memilih kita, maka kita dapat mempunyai keyakinan dan kepastian bahwa kita tidak akan pernah kehilangan keselamatan kita (Yohanes 10:28), walaupun di kala kita sedang tidak setia. Karena keselamatan kita bukan berdasarkan kepada kesetiaan kita yang rapuh, melainkan kepada kesetiaan Allah yang sudah berkenan memilih kita. Keselamatan kita bukan karena perbuatan dan karya kita, melainkan karena apa yang Kristus sudah perbuat di kayu salib, yaitu mengerjakan karya keselamatan bagi kita. 3. Kita dengan semangat dan sukacita akan lebih terdorong dan termotivasi untuk mengabarkan Injil kepada semua orang. Karena jika Allah yang memilih, maka outcome atau hasil dari penginjilan kita bukanlah tergantung atas keterampilan atau persiapan kita. Melainkan sematamata karena pilihan dan karya Allah. Sehingga Gema edisi 17/I/16 –
11
kita tidak perlu kuatir apalagi takut untuk menginjili. Allah akan menarik orang-orang pilihan-Nya kepadaNya (Irresistible Grace). Sehingga kita hanya perlu fokus untuk setia memberitakan Injil dan sedia memberikan penjelasan akan iman percaya kita, dengan lemah lembut dan hormat tentunya (1 Petrus 3:15). Kiranya istilah predestinasi bukan lagi merupakan suatu istilah yang tabu atau menakutkan untuk dibahas. Melainkan: • Memberikan kita syukur dan kekaguman akan kebesaran dan kemurahan kasih Allah, • Memberikan kita jaminan dan sukacita dalam kehidupan rohani kita, dan • Memberikan kita keberanian dan semangat untuk menjadi saksi Injil-Nya. Sehingga kita yang sudah dipilih dan dikasihi boleh membagikan kasih tersebut dan terus hidup bagi kemuliaan-Nya •
BINER 0&1 Oleh: Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
Teringat masa kecil waktu saya masih SD, saat ujian akhir sekolah. Selain pertanyaan dalam bentuk jawaban isian bebas atau essay yang biasanya ditaruh di bagian paling akhir, ada pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk jawaban pilihan. Di awal masa sekolah, jawaban hanya berupa benar atau salah, beberapa waktu kemudian, lebih bervariasi lagi dengan jawaban
Gema edisi 17/I/16
pilhan A, B, C & D, dan di kelas-kelas akhir, pilihan jawabannya semakin bervariasi, bisa semuanya benar atau semuanya salah, bisa A & B benar, dan lain sebagainya. Walaupun pilihannya semakin bervariasi, pada intinya jawaban itu hanya mempunyai dua kemungkinan yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah, true or false. Atau dalam bahasa mesin komputer biasanya hanya memakai simbol 0 atau 1. Inilah yang disebut sistem bilangan basis dua atau system bilangan Biner. Kata Biner sendiri (diambil dari KBBI) berarti: 1. Terjadi dari atau ditandai oleh dua benda atau dua bagian; serba dua; 2. Berdasar dua (tentang bilangan pada sistem bilangan). Sejak dari kecil, jalan pikiran kita 12
sudah terbiasa dengan memakai cara berpikir biner, yang biasanya hanya mempunyai dua pilihan, benar atau salah, ke kanan atau ke kiri, maju atau mundur, naik atau turun, cepat atau lambat. Jarang kita mempunyai pilihan yang lebih dari dua pilhan, ataupun keduanya kita pilih secara bersamasama karena biasanya pilihan ini berlawanan atau kontradiksi satu sama lainnya. Maka tidak heran orang-orang (yang belum percaya) pada umumnya sulit menerima konsep ke-Kristenan, karena di dalam ke-Kristen-an banyak pemahaman yang sepertinya berlawanan satu sama lainnya atau tidak bisa menjadi satu. Tetapi kita umat Kristen meng-iman-i percaya hal yang berlihat berlawanan atau kontradiksi tersebut. Sebagai contoh, Tuhan Yesus adalah Allah 100% dan juga manusia 100%, Dia yang Raja segala raja, tetapi merendahkan diri sebagai hamba, Allah yang transcendent, sekaligus Allah yang immanent. Di dalam ke-Kristen-an, kita menyebutnya sebagai Paradoks, bukan Kontradiksi. Hukum Kontradiksi adalah aturan yang menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat dikatakan adalah “A” dan bukan “A” pada waktu yang sama dan dalam relasi yang sama pula. Contohnya: seorang pria dapat menjadi seorang ayah dan seorang Gema edisi 17/I/16 –
13
anak pada waktu yang sama, tetapi ia tidak dapat menjadi seorang pria dan bukan seorang pria pada waktu yang sama. Sedangkan Paradoks adalah sesuatu yang kelihatannya kontradiksi, namun apabila diteliti secara cermat dapat dipecahkan atau dijelaskan. Kata Paradoks sering digunakan dengan kontradiksi. Sesuatu yang kontradiksi satu sama lainnya, tidak dapat dibenarkan ada pada saat yang bersamaan, harus memilih salah satu. Sedangkan untuk Paradoks, ke dua hal tersebut dapat dibenarkan ada pada saat yang bersamaan dan bisa dijelaskan atau dipecahkan, walaupun mungkin terpecahkan melalui sebuah perdebatan. Di dalam pemahaman iman Kristen, ada dua pandangan yang selalu menimbulkan perdebatan yang tidak pernah berakhir, kedua pandangan itu adalah Predestinasi dan Free Will. Secara sederhana Predestinasi berbicara mengenai Allah di dalam kedaulatanNya, yang memilih
orang-orang untuk diselamatkan , sedangkan Free Will berbicara mengenai keselamatan manusia diperoleh setelah manusia memberikan respon, dengan memilih untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya. Kedua pandangan ini seperti dua garis sejajar yang tidak pernah ketemu dan kontradiksi satu sama lainnya, saya sering melihat perdebatan di antara orang-orang yang memegang kedua pemahaman ini. Masing-masing mengeluarkan ayat-ayat dari Firman Tuhan untuk mendukung pemahaman mereka, dan biasanya perdebatan diakhiri tanpa sebuah konklusi, bahkan ada yang akhirnya menjadi panas dan ribut. Setelah membaca sebuah buku tentang Predestinasi, saya melihat sebenarnya pandangan Predestinasi tidak menihilkan atau menghilangkan peran free will manusia. Tidak dapat dipungkiri sejak Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambarNya di dalam kitab Kejadian, maka
Gema edisi 17/I/16
dengan sendirinya manusia juga mempunyai kehendak bebas (seperti Allah), hanya setelah manusia jatuh ke dalam dosa, kehendak bebas ini sudah tercemar, sehingga untuk menggunakan free will-nya di dalam memutuskan dengan benar, kadang Allah perlu campur tangan didalamnya, termasuk peran Roh Kudus di dalam mendorong manusia untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya. Sebenarnya perdebatan di antara dua pandangan ini lebih kepada mana yang terlebih dahulu di dalam proses keselamatan manusia. Apakah Allah yang memilih dulu orangorang tertentu untuk menyelamatkan manusia, kemudian Roh Kudus mendorong dan mempengaruhi manusia pada saat menggunakan free will-nya untuk memilih dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat, ataukah manusia yang menggunakan free will-nya terlebih dahulu, dengan dorongan Roh Kudus untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya dan masuk menjadi bagian umat pilihanNya. Saya melihat paling tidak ada dua hal persamaan dari kedua pemahaman ini, keduanya tetap berpegang pada peranan Roh Kudus di dalam menyelamatkan manusia, dan keduanya percaya tidak semua manusia diselamatkan. Selain itu ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dari
14
kedua pemahaman ini, yang masih menjadi misteri, dan biasanya berakhir dengan satu jawaban yaitu semuanya kembali kepada kedaulatan Allah. Bagi yang memegang pemahaman Predestinasi dan menghilangkan peran kehendak bebas manusia, maka bahayanya akan mudah jatuh ke dalam pemikiran fatalisme, semuanya sudah ditakdirkan oleh Tuhan Allah, jika semuanya sudah ditentukan oleh Allah, termasuk didalamnya kejahatan dan dosa manusia, maka akan menjadi kontradiksi dengan sifat Allah yang Maha Kudus, sangat tidak mungkin Allah menciptakan kejahatan dan dosa. Bagi yang memegang pemahaman Free Will (kehendak bebas) dan tidak memegang paham predestinasi, ada beberapa hal yang menjadi masukan sebagai bahan pemikiran: • Jikalau manusia menggunakan kehendak bebasnya (free will) terlebih dahulu, maka Allah menjadi tidak berdaulat sepenuhnya terhadap keselamatan manusia, rencana keselamatan manusia bergantung 100% kepada respons dari kehendak bebas manusia untuk memilih. • Peran Roh Kudus untuk mendorong manusia bertobat, menerima Yesus sebagai Juru Selamat, jika manusia menggunakan Gema edisi 17/I/16 –
15
kehendak bebasnya bisa menolak terus dorongan Roh Kudus, sampai akhirnya dia tidak diselamatkan, maka itu berarti kehendak bebas manusia lebih berkuasa dari (berkuasa di atas) Roh Kudus, berarti Allah tidak maha kuasa dan bisa gagal. Predestinasi dan kehendak manusia seharusnya jangan dilihat sebagai sebuah kontradiksi, yang saling bertentangan dan harus memilih salah satu, tetapi sebaiknya dilihat sebagai sebuah paradoks, keduanya ada memperkaya pemahaman iman Kristen, dan juga saling melengkapi di dalam rencana keselamatan Allah terhadap umat pilihan-Nya, walaupun tetap keduanya tidak dapat menjawab dengan sempurna, dan masih ada bagian yang masih menjadi misteri Allah. Sumber: Wikipedia dan buku Kaum Pilihan Allah, R.C Sproul
ANUGERA TIDAK DA
(Irresistible Gra Oleh: Dkn Anthon Simangunsong
Dalam artikel ini kita akan membahas aspek anugerah yang tidak dapat ditolak dari konsep TULIP, dari lima hal yang disampaikan oleh John Calvin dalam pemahamannya akan teologi
reform, atau lebih kita kenal dengan Five Points of Calvinism (Lima pokok pikiran Calvin). Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, TULIP merupakan suatu singkatan yang terdiri dari: 1. Total Depravity (kerusakan total manusia yang berdosa) 2. Unconditional Election (pilihan Allah yang tanpa syarat) 3. Limited Atonement (penebusan Kristus hanya terbatas bagi umat pilihan)
Gema edisi 17/I/16
16
4. Irresistible Grace (anugerah Roh Kudus yang tidak dapat ditolak) 5. Perseverance of the Saints (Ketekunan orang-orang kudus) Kelima pokok pikiran di atas harus dilihat sebagai kesatuan yang utuh dan bergantung satu sama lain alias tidak berdiri sendiri-sendiri. Dalam arti, ketika kita berusaha mengerti
alami akan berakhir di neraka kekal. Anugerah ini tidak dapat kita tolak. Itu berarti bahwa jika Tuhan memberikan anugerah kepada kita, tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menolaknya dan menggagalkan niat Allah untuk membawa kita ke surga. Kepastian keselamatan bagi umat pilihan Allah dituliskan dalam Yohanes 6:37 di mana Yesus berkata: “Semua yang
H YANG APAT DITOLAK
ace) dalam TULIP pokok pikiran ke empat, kita tidak dapat memahaminya terlepas dari pemahaman pokok pikiran pertama. Kebenaran Alkitab ke empat dari lima poin Calvinisme ini mengajarkan bahwa kasih karunia Allah untuk menyelamatkan seseorang tidak dapat dilawan atau ditolak. Kasih karunia adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya , karena kalau tidak manusia akan dibawa ke neraka. Anugerah akan membawa manusia ke surga, yang tadinya secara Gema edisi 17/I/16 –
17
diberikan Bapa kepada-Ku ...”, tidak ada keraguan bahwa mereka akan diselamatkan. Yohanes 6:44 mengatakan bahwa mereka yang datang kepada Allah, datang karena Allah menarik mereka.
Bukan kehendak manusia, tetapi kehendak Allah adalah yang terutama dan kuat. Beberapa orang tidak mempercayai kebenaran ini dan mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan keinginan manusia. “Manusia menendang dan berteriak sepanjang jalan ke surga.” Tapi itu bukan bagaimana Alkitab menyajikan kasih karunia Allah. Tuhan membuat umat-Nya “bersedia pada hari kuasaNya”(Mazmur 110: 3). Kita juga dapat melihat peristiwa Rasul Paulus menerima Kristus sebagai suatu ilustrasi yang indah. “ Dengan kasih karunia Allah ‘dia adalah sebagaimana dia ada (I Korintus 15:10). Dan segera setelah pertobatannya ia mengatakan dengan rela,” Tuhan, apakah yang engkau mau untuk aku lakukan” (Kisah Para Rasul 9:6). Itu pasti tidak bertentangan dengan kemauannya. Anugerah Allah adalah manis dan tak dapat dilawan. Dia membuat kita menyukainya dan tidak ingin hal yang
lain. Orang-orang yang telah dipilih untuk diselamatkan dan yang bagi mereka korban Kristus telah diberikan akan benar-benar diselamatkan. Mereka dipanggil dari kegelapan oleh suara Anak Allah yang berkuasa dan kemudian dibimbing ke dalam terang anugerah Allah yang menakjubkan. Ini tidak hanya terjadi pada awalnya, ketika Roh Allah memulai pekerjaan anugerah di dalam hati mereka, tetapi berulang kali anak-anak Allah juga dikaruniai dan diperkaya dengan berkat-berkat dan kebaikan Ilahi dalam kehidupan rohani mereka. Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah doktrin dalam teologi reformed, yang mengajarkan bahwa anugerah keselamatan Allah secara efektif diterapkan untuk siapa (umat pilihan) yang Ia tentukan untuk selamat, dan pada saat yang ditentukan Tuhan, menaklukkan perlawanan mereka untuk mematuhi panggilan Injil, membawa mereka kepada iman di dalam Kristus. Pertama-tama, kita perlu mengerti arti anugerah. Anugerah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang tidak layak menerima. Misalnya, seorang penjahat yang luar biasa biadab, kemudian menerima pengampunan dari pengadilan, itu adalah anugerah. Mengerti anugerah harus disandingkan dengan mengerti
Gema edisi 17/I/16
18
dosa dan kerusakan total manusia. Memisahkan dua hal penting ini mengakibatkan munculnya bidat-bidat di sepanjang sejarah gereja. Dalam buku “Five Points of Calvinism” Dr. Edwin Palmer memberikan istilah “kerja sama” untuk doktrin ini. Artinya, di dalam keselamatan, Allah memberikan anugerah kepada manusia, dan manusia harus menerimanya dengan iman, jika tidak, maka keselamatan itu tidak bisa diperoleh manusia. Benarkah ajaran ini? Jika “benar”, maka di dalam keselamatan manusia, unsur jasa baik manusia (dengan dalih “iman”) tetap diperhitungkan, padahal berkali-kali Alkitab menegaskan bahwa di dalam keselamatan manusia, tidak ada unsur jasa baik yang diperhitungkan, semuanya murni anugerah Allah! Hal ini jelas bertentangan dengan inti pengajaran Alkitab. Bukan hanya itu saja, doktrin ini sangat berbahaya, yaitu mengajarkan bahwa Allah “kewalahan” kalau manusia tidak meresponi anugerah-Nya melalui iman. Jika manusia tidak menerima anugerah Allah melalui iman, maka Allah tidak mau menyelamatkan (atau istilah kerennya: Allah “ngambek”). Bukankah doktrin ini sangat berbahaya dan merendahkan otoritas kemahakuasaan Allah yang berdaulat? Gema edisi 17/I/16 –
19
Lalu, apa yang Alkitab ajarkan? Mengerti anugerah Allah yang tidak dapat ditolak harus didasari dari mengerti akan kerusakan total manusia akibat dosa. Dalam pokok pikiran pertama dari lima pokok ajaran Calvin ini, kita telah merenungkan dan mempelajari makna kerusakan total manusia berdosa yang merusak seluruh keberadaan manusia, dari rasio, emosi, kehendak, dll. sehingga motivasi kita dalam berbuat baik tidak lagi murni untuk memuliakan Tuhan. Bayangkan kerusakan total manusia itu seperti seorang penjahat kelas kakap dan sangat biadab yang akan dihukum mati. Lalu, orang yang paling biadab ini tiba-tiba mendapat pengampunan, yaitu tidak jadi dihukum mati, kirakira sebagai orang normal, apa yang dilakukan oleh orang ini? Menolak? Tentu tidak. Justru, menerima, bahkan mungkin orang ini akan berlutut bersyukur kepada orang yang telah membebaskannya dari hukuman mati. Begitu juga dengan umat pilihan-Nya.
Kepada mereka diberikan anugerah Allah yang menyelamatkan, dan tentu mereka pasti menerima anugerah itu dengan penuh rasa syukur, karena mereka telah dimerdekakan dari dunia kegelapan dan dibawa kepada Terang Allah. Respons mereka ini pun adalah anugerah Allah. Mari kita telusuri apa yang Alkitab ajarkan tentang anugerah yang tidak dapat ditolak. Seperti yang telah kita bahas di atas, ayat Alkitab pertama yang mengajar bahwa anugerah Roh Kudus tidak dapat ditolak adalah perumpamaan Tuhan Yesus sebagai Gembala Domba yang baik di dalam Injil Yohanes 10. Di ayat 16, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa dombadomba lain yang dari kandang lain dituntun-Nya. Ayat ini TIDAK berkata bahwa domba-domba lain yang mau ikut dituntun-Nya, tetapi ayat ini mengatakan bahwa domba-domba lain dituntun-Nya juga. Apakah ini paksaan? TIDAK. Ini terjadi karena
Gema edisi 17/I/16
anugerah. Bayangkan, Tuhan Yesus menyamakan kita (umat pilihanNya) seperti domba-domba yang suka menurut dan mengenal siapa Gembalanya. Kalau kita disamakan seperti domba, mengapa kita maunya seperti buaya atau binatang lain yang mau berjalan sendiri tanpa pemimpin/ gembala? Ini kegagalan manusia berdosa yang terus menganggap diri “pintar”. Rasul Paulus menjelaskan kronologi dari pemilihan sampai pemuliaan anak-anak Allah secara rinci dan teliti di dalam Roma 8:29-30, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Pada kedua ayat ini, tidak ada satu-pun indikasi bahwa orang yang telah dipilih Allah tiba-tiba menolak anugerah Allah itu lalu binasa. Justru kedua ayat ini menunjukkan kronologi teliti yang Paulus paparkan dari pemilihan, penentuan Allah, pemanggilan, pembenaran, sampai pemuliaan mereka yang telah dipilih-Nya. Tidak ada pemisahan di antara proses ini. 20
Apa signifikansi doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak?
anugerah Allah yang mahadahsyat ini •
Anugerah Allah yang tidak dapat ditolak membawa kita pada keagungan karya Allah. Melalui pokok pikiran ini kita menyadari bahwa karya Allah begitu agung sehingga Ia rela menyelamatkan beberapa orang dari manusia dari jurang dosa yang gelap dan membawa mereka kepada terang Allah yang ajaib. Kalau keselamatan manusia diletakkan pada kehendak bebas manusia, lalu manusia bisa menerima atau menolak anugerah Allah, percayalah, hampir bisa dipastikan manusia berdosa banyak (atau hampir semua) memilih untuk menolak anugerah Allah, karena dosa manusia telah mencengkeram hidup mereka sehingga mereka menolak kebenaran. Akibatnya, dosa semakin bertambah, dan Allah “kewalahan”. Tetapi puji Tuhan, Alkitab mengajarkan bahwa manusia diselamatkan mutlak dan murni atas inisiatif anugerah Allah. Mungkin seolah-olah bagi kita, anugerah Allah “memaksa” kita sehingga kita menerima Kristus, padahal kita “tidak mau”, tetapi ketika kita makin lama makin melihat “paksaan” Allah ini, kita mendapati begitu agungnya karya Allah yang Maha Besar ini sehingga kita tidak henti-hentinya mengucap syukur atas
Ucapan syukur atas anugerah Allah yang tidak dapat ditolak ini harus diteruskan juga kepada orang-orang lain dengan memberitakan Injil kepada mereka, sehingga kita membawa mereka juga bersama-sama mengalami dan melihat kedahsyatan anugerah Allah di luar rasio manusia yang terbatas.
Gema edisi 17/I/16 –
21
“
“
Oleh: Pdt. Dr. Budianto Lim, M.Div, M.Th
Sekitar tahun 2007-2008, saya dan istri menempati HDB sewaan 3 kamar tidur, Blok 395 Bukit Batok West Ave 5. Tanpa kami duga ternyata HDB yang baru tersebut juga menjadi berkat
Gema edisi 17/I/16
bagi anggota keluarga lain. Kakak ipar dan kedua anak, yang sulung pria usia 3,5 tahun dan yang bungsu perempuan usia 9 bulan, sempat tinggal bersama kami untuk beberapa bulan. Ada satu kesempatan dimana saya ajak keponakan bernama Darren untuk main petak umpet (hide and seek) di dalam rumah. Saya sembunyi, Darren mencari. Ketika saya sembunyi, saya langsung tentukan tempat yang mudah untuk ditemukan oleh anak 3,5 tahun. Setelah itu Darren mulai mencari saya dengan kelucuan dan keluguannya sendiri. Dia teriak panggil “Icang” sambil masuk ke toilet, menengok ke kolong ranjang,
22
buka lemari satu demi satu, masuk ke kamar satu demi satu, bahkan sempat teriak di koridor HDB. Tentu akhirnya ia berhasil menemukan saya karena tempat persembunyian sudah ditentukan untuk dapat ditemukan oleh anak seusianya. Ketika ia berupaya mencari, saya tidak pernah mengekang kehendak bebasnya.
Meski pengajaran ini semakin tidak mudah diterima di zaman yang sangat meninggikan hak manusia, tidak sedikit komunitas Kristen yang masih meyakini dan terus mengajarkannya. Pengajaran kedaulatan kasih Allah dalam memilih seseorang sebelum dunia dijadikan berasal dari kitab suci dan pada dasarnya, John Calvin di abad 16 menggarisbawahi ajaran Alkitabiah ini. Dengan bergulirnya sejarah gereja pasca Reformasi, ajaran tentang pemilihan dirumuskan oleh para pengikut Calvin dengan singkatan T.U.L.I.P. Saudara-saudari
DAN PENGARUHNYA Dari peristiwa kecil tersebut, saya segera tersentak dan bersyukur. Karena ketika Allah dalam kedaulatan kasihNya memilih untuk menyelamatkan, Ia sebenarnya tidak melanggar kehendak bebas manusia yang adalah pemberianNya. Inilah esensi umum pengajaran gereja yang menganut paham Calvinis. Kedaulatan Kasih Allah tidak akan bertentangan dengan kehendak bebas manusia. Sebuah hikmat Allah yang sering menjadi sandungan bagi manusia yang terlalu optimis pada kemampuan dirinya untuk memilih Allah. Gema edisi 17/I/16 –
23
bisa membacanya dalam artikelartikel sebelumnya. Namun T.U.L.I.P bukan dirumuskan oleh Calvin sendiri. T.U.L.I.P lahir sebagai sebuah respons atas 5 artikel pengajaran Jacob Arminius yang sangat humanis (baca: menekankan kehendak bebas
manusia). Semua perdebatan terjadi di Belanda dan ditutup dengan Sidang Internasional Gereja Reformed Belanda di Dordrecht atau Dort pada tahun 1618-1619. Namun T.U.L.I.P bukan satusatunya rumusan pengajaran para pengikut Calvin (Calvinis). John Piper mencatat Timothy George menggunakan rumusan R.O.S.E.S (Radical Depravity, Overcoming Grace, Sovereign Election, Eternal Life, Singular Redemption). Roger Nicole memilih rumusan G.O.S.P.E.L yaitu Grace, Obligatory Grace, Sovereign Grace, Provision-making Grace, Effectual Grace dan Lasting Grace. Masih banyak pengajar lainnya yang merumuskan dengan cara berbeda meski esensinya serupa. Menginventarisasi gereja-gereja atau denominasi yang kuat memegang ajaran Calvinis sebenarnya tidak terlalu mudah. Sebab keragaman ekspresi teologia banyak dipengaruhi bukan
Gema edisi 17/I/16
hanya oleh pengakuan iman tertulis tetapi juga oleh pemimpin institusi baik gereja maupun Sekolah Alkitab. Tentu secara umum kita tetap bisa memberi catatan adanya tiga grup besar yang masih terus menganut kuat paham Calvinisme ini, antara lain Gereja Reformed, Gereja Presbyterian dan Gereja Congregational. Gereja Reformed sendiri berasal dari gereja-gereja Calvinis di Eropa dan perlahan dibawa ke Amerika Utara. Sekarang komunitas gereja Reformed yang konservatif di Amerika antara lain Christian Reformed Church of North America & United Reformed Church of North America. Gereja Presbyterian sendiri dirintis oleh John Knox, yang sempat mengungsi dari Skotlandia ke Jenewa, Swiss dan belajar dibawah bimbingan John Calvin. Sekembalinya John Knox ke Skotlandia, beliau merintis berdirinya denominasi Presbyterian. Saudara-saudari dapat mengunjungi gereja Presbyterian pertama yaitu St. Giles Cathedral di Edinburgh. Gereja Presbyterian sendiri juga akhirnya berkembang ke Amerika Utara dan terbagi menjadi: (a) Presbyterian Church (PCUSA) yang sudah menyangkal ajaran Limited Atonement dan menganut paham liberal; (b) Presbyterian Church of America (PCA) yang lebih konservatif; (c) Associate 24
Reformed Presbyterian Church; (d) Evangelical Presbyterian Church; (e) Orthodox Presbyterian Church (tidak ada afiliasi dengan Eastern Orthodox); (f) Cumberland Presbyterian Church yang menolak semua ajaran Calvinis tetapi tetap menerapkan sistem pemerintahan gereja presbyterian. Gereja Congregational adalah turunan dari gerakan kaum Puritan dari Inggris di abad 17. Akibat penganiayaan dari pihak Katolik dan Anglikan, kelompok Puritan menyebrangi Samudera Atlantik dan membangun koloni baru di kota Plymouth, Massachussets (Amerika Serikat). Kaum Puritan tergolong Calvinis tulen dan sekarang tergolong dalam 2 grup yang konservatif: (a) Congregational Christian Churches & (b) Conservative Congregational Christian Conference dan United Church of Christ yang dikenal sebagai kelompok terbesar tetapi menganut paham liberalisme. Gereja Baptis juga suka disebut sebagai turunan dari Gereja Congregational dan Betlehem Baptist Church dimana Pdt John Piper melayani tergolong gereja yang amat kuat menganut ajaran Calvinis. Southern Baptist Convention yang merupakan payung besar gereja-gereja Baptis di Amerika dan dunia juga mencantumkan pengajaran Gema edisi 17/I/16 –
25
pemilihan sebagai bagian integral dari anugerah Allah. Yang menarik bagi Gereja Presbyterian Orchard adalah para pendahulu kita merintis PUKBI sebagai sebuah persekutuan oikumene. Artinya identitas GPO sejak dari awal adalah mau merangkul semua orang Kristen dari berbagai latar belakang denominasi dan ajaran. Meski banyak yang salah menyikapi gerakan oikumene sebagai gerakan yang mengijinkan ajaran ‘gado-gado’, kita tidak perlu terkecoh dengan semua itu. Sebab sejak 1995, GPO memutuskan untuk berada dibawah naungan Sinode Presbyterian Singapura. Implikasinya adalah menerima pengajaran yang dianut oleh Presbyterian dengan pegangan Pengakuan Iman Westminster. Semangat oikumenis sejati perlu terus dijaga. Oikumenis sejati adalah persekutuan komunitas murid Kristus yang mau setia pada pengajaran Alkitabiah.
Saya percaya apa yang dirumuskan dalam ajaran Calvinis khususnya mengenai doktrin pemilihan adalah ajaran yang setia pada wahyu Allah di seluruh Alkitab. Dengan semangat saling merangkul dan mengasihi inilah, saya rindu agar semua jemaat di GPO menyikapi perbedaan pendapat mengenai ajaran ini demikian: 1. Gereja yang sungguh-sungguh mengasihi Yesus Kristus sebagai kepalaNya adalah gereja yang akan terus berupaya setia pada seluruh wahyu Allah dalam kitab suci. Sampai saat ini, saya bersyukur sebab untuk isu pengajaran, gereja Presbyterian di Singapura terus berada pada lajur kesetiaan tersebut. Oleh karena itu, terus cintai GPO dan jangan abaikan keberadaan GPO di tengah payung yang lebih besar yaitu Presbyterian Singapura.
Gema edisi 17/I/16
2. Sadarilah dan rendah hatilah bahwa Gereja Tuhan Yesus Kristus lebih besar dari denominasi Presbyterian. Kita meyakini ajaran gereja Presbyterian khususnya doktrin predestinasi adalah benar dan setia pada Firman Tuhan. Namun kita tidak perlu memutlakan hal tersebut apalagi berspekulasi terlalu jauh berdasarkan filsafat-filsafat tertentu. Artinya jika ada orang Kristen yang kesulitan mengikuti logika Alkitabiah atas doktrin predestinasi, maka jangan kita segera mengecap ia sesat dan tidak diselamatkan. Hal ini saya utarakan khususnya ketika kita berjumpa dengan teman atau sanak saudara yang berasal dari gereja dengan teologia Arminian. Mereka percaya keselamatan hanya melalui Yesus Kristus, tiap 26
orang bertobat akibat karya Roh Kudus dan diadopsi oleh Bapa Surgawi menjadi anak-anak Allah. Perbedaan umum terdapat pada memaknai peran manusia dalam seluruh prosesnya sebab mereka tidak mau menerima kealpaan manusia dengan kehendak bebasnya. Bagi Calvinis tulen, manusia itu bukan sakit tetapi mati sehingga tidak ada kekuatan (kehendak bebas) memilih Allah. Semua pekerjaan anugerah Allah. 3. Pekerjaan penginjilan adalah sebuah kepastian bagi komunitas Kristiani yang mengimani tindakan Allah dalam doktrin predestinasi. Tanpa Allah memilih untuk beranugerah, seseorang dimenangkan semata-mata karena kemampuan orang itu untuk memilih. Deduksi logis dari hal tersebut adalah Allah pun tidak lebih berkuasa dari manusia. Justru dengan menganut ajaran Calvin khususnya mengenai kedaulatan kasih Allah dalam memilih, kita mempunyai kepastian bahwa pekerjaan pengabaran Injil tidak pernah sia-sia. Mengapa? Sebab semua orang pilihan Allah pasti meresponi anugerah Allah melalui karya Yesus Kristus di atas kayu salib. Jadi dampak terpenting dari Gema edisi 17/I/16 –
27
komunitas Kristiani yang menghayati dengan tepat dan benar doktrin predestinasi, komunitas tersebut makin menggebu-gebu untuk membagi kesaksian mengenai kasih Yesus Kristus. Dalam hal inilah kita patut memeriksa apakah keyakinan kita atas pengajaran predestinasi yang Alkitabiah hanya berhenti pada penerimaan secara mental/kognitif atau sudah menjadi bagian identitas kita.
Kiranya Tuhan Allah memberkati dan menolong kita semua untuk makin mengasihiNya •
Walau khotbah tentang doktrin Predestinasi jarang kita dengarkan di khotbah minggu di gereja, topik ini cukup ramai dalam diskusi di seminar-seminar, pembinaan jemaat, maupun mailing list. Namun tidak jarang Gema edisi 17/I/16
28
terjadi, diskusi yang ditujukan untuk pengajaran dan perdebatan yang sehat menuju pengetahuan yang benar akan Allah, malah menambah kebingungan dan menimbulkan perselisihan antar kelompok. Kiranya dengan GEMA Edisi Khusus ini, kita memiliki pengenalan yang nyata akan Allah yang hidup, dan kita lebih memiliki keinginan untuk belajar mengenai Allah melalui Firman Tuhan yang ada di Alkitab dan memohon pertolongan Roh Kudus dalam pertumbuhan iman kita. Berikut beberapa catatan yang
kebaikan, kita tidak mengerti akan kebaikan, bahkan kita tidak mengingini kebaikan. Kita tidak sedang terapung di permukaan laut dan berusaha menarik perhatian penolong, tapi kita sedang berada di dasar lautan, pasif dan mati. Bersyukur bahwa kalau kita memiliki hasrat untuk memohon kepada Allah untuk menolong kita, itu hanya karena Allah sendiri yang bekerja di dalam kita menurut kerelaan-Nya.
Oleh: Dkn. Boaz Wibowo
TAK SATUPUN
dapat kita ambil dari tulisan-tulisan di GEMA kali ini dan beberapa hal sebagai respon pemahaman kita akan doktrin TULIP.
1. Total Depravity (Kerusakan Total) Menyadari bahwa TAK SATUPUN yang baik dari manusia yang menyenangkan hati Allah. Fundamentally, kerusakan total ini membuat kita tidak mampu melakukan Gema edisi 17/I/16 –
29
2. Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat) Menyadari bahwa TAK SATUPUN atribut yang ada pada kita atau perbuatan kita yang membuat kita punya kemungkinan yang lebih besar untuk dipilih Allah. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mencintai Yesus kalau bukan Dia yang mencintai kita terlebih dulu, bahwa kita tidak akan pernah memilih Yesus kalau bukan Dia yang memilih kita dulu, dan oleh Roh Kudus yang telah memberi kita iman. Seperti halnya seorang bayi tidak pernah memilih untuk dilahirkan, sama juga dengan born-again Christian, kita tidak memilih untuk lahir baru. Bersyukur akan jaminan keselamatan dari Allah selain karena Kristus mati untuk penebusan dosa-dosa kita, dan juga atas iman yang Allah berikan.
3. Limited Atonement (Penebusan Terbatas) Menyadari bahwa TAK SATUPUN manusia yang dapat menyelamatkan diri dari hukuman kekal. Menyadari bahwa kita sudah dipilih oleh Allah dan dikasihi-Nya, dan kita menjadi bagian dari kawanan domba yang digembalakan Yesus. Menyadari bahwa pada saat Kristus mati, (1) Dia menjadi korban pengganti untuk dosa-dosa kita; (2) Dia meredakan murka Allah; (3) Dia mendamaikan kita dengan Allah sehingga tidak ada lagi perseteruan antara kita dan Allah; dan (4) Dia membebaskan kita dari kutukan dan hukuman. Bersyukur atas pekerjaan Yesus di dunia ini, sehingga setiap manusia yang sudah dipilih Allah, mendapat keselamatan melalui penebusan oleh Yesus. 4. Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) Menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah yang tak terbendung bagi orang yang dipilih Allah, apapun latar belakang orang tersebut. Seperti halnya Paulus sebelumnya adalah pembunuh orang-orang Kristen, dia berbalik menjadi pengikut Kristus. Tidak ada yang dapat
Gema edisi 17/I/16
30
dia lakukan selain percaya. TAK SATUPUN yang dapat kita lakukan untuk membendung luapan kasih Allah atas kita. Bersyukur atas Roh Kudus yang tinggal dan bekerja di antara kita, orang yang sudah dipilih Allah dan sudah ditebus oleh Kristus, sehingga kita dimampukan untuk percaya. 5. Perseverance of the Saints (Ketekunan orang-orang kudus) Menyadari bahwa kita lemah dan tidak mampu menjaga iman sampai pada akhirnya. Menyadari bahwa iman bukan hal yang kita persembahkan kepada Allah, tapi karunia Allah bagi kita, itu artinya bahwa Allah tidak berhenti setelah memilih dan menebus kita, tetapi juga terus menjaga dan menguatkan kita. TAK SATUPUN yang dapat merampas kita dari tangan kasih Tuhan. Bersyukur atas kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan walau kita jauh bangun dalam kehidupan iman kita.
Sikap kita terhadap Predestinasi Keamanan bukan berasal dari kekayaan kita. Sukacita bukan berada di pekerjaan dan penghasilan kita. Negara atau kota dimana Gema edisi 17/I/16 –
31
kita tinggal tidak menjamin hidup kita. Warna kulit dan etnisitas kita bukanlah indikator dekatnya rahmat Tuhan atas kita. Bahkan agama yang kita anut dan gereja dimana kita beribadah bukanlah yang menyelamatkan kita. Janganlah kita menyombongkan diri. Keselamatan tidak didasarkan atas pengetahuan teologia kita, tidak berdasarkan apakah kita Calvinist atau Arminian; apakah kita Presbyterian, Methodist, atau Pentecostal. Namun berdasarkan kasih Tuhan yang memilih kita dan memberi kita iman sehingga kita percaya bahwa Kristus telah menebus kita dari dosa. Janganlah kita bermegah. Doktrin TULIP hanya sebagian dari doktrin mengenai Allah, dan sebagai manusia yang terbatas kita tidak mampu mengerti semua mengenai Allah dan masih banyak hal yang belum terungkap dan menjadi bagian dari Misteri Ilahi.
Karena TAK SATUPUN manusia yang sempurna sehingga dapat menghasilkan doktrin yang sempurna juga jika tanpa pertolongan Roh Kudus. Janganlah kita berhenti belajar Firman Tuhan.
Call To Action • Bertekun dalam membaca Firman Tuhan Mengikuti kelas belajar Alkitab, mengikuti Persekutuan Wilayah, mengikuti program KeMAS (Kelar Membaca Alkitab Setahun) • Bertekun dalam doa dan pujian Mengadakan Mezbah Keluarga rutin, Mengikuti MPD (Malam Puji dan Doa) • Ikut serta dalam pekerjaan misi Mengikuti Mezbah Doa Tim Misi, mengikuti mission trip
Tuhan Memberkati