Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
Sebuah Pengantar Kecil tentang Sejarah Kaum Baptis
Menelusuri Jejak Baptis Sejati
OLEH: CHRIS TRAFFANSTEDT PENERJEMAH: DR. PETER S. WONG, TH.M.
2
Pendahuluan
K
ebanyakan orang Kristen hari ini hampir tak pernah membayangkan seperti apa sejarah Gereja kita, dan betapa penting untuk memahaminya. Juga termasuk kebanyakan orang Kristen Baptis gelap terhadap sejarah kaum Baptis. Buku kecil ini memberikan sejarah singkat tentang fondasi kelompok yang disebut kaum Baptis. Buku ini dimaksudkan untuk menantang Anda untuk mempelajari sejarah Gereja Baptis dan bahkan semua sejarah Gereja. Marilah kita mulai dengan pernyataan dasar tentang sejarah Gereja Baptis: Denominasi Baptis modern berasal dari Inggris dan Belanda pada awal abad tujuh belas. Asal usul ini menjadi perdebatan sepanjang sejarah, tetapi sasaran kami di sini adalah bahwa pernyataan kami lebih dekat pada fakta-fakta sejarah dibandingkan dengan posisi-posisi lainnya. Sejak awal 1600-an, kita melihat dua kelompok besar muncul di Inggris, yang dapat kita klasifikasi sebagai kaum Baptis Umum (General Baptists) dan Baptis Khusus (Particular Baptists). Sebelum kita membahas kedua kelompok ini secara rinci, marilah kita lihat terlebih dahulu sejarah lahirnya dua kelompok ini.
Sejarah Berdirinya Baptis Reformasi Tahunnya adalah 1517. Seorang biarawan yang tak dikenal bernama Martin Luther memaparkan sebuah daftar masalah (tepatnya apa yang disebut dengan 95 tesis) dengan salah satu program-program baru Gereja. Dalam daftar itu, ia memukul telak pandangan Gereja Katolik Roma tentang indulgensi, yang adalah pembayaran kepada Gereja untuk bisa mendapatkan pengampunan dosa. Luther memandang bahwa pembayaran semacam ini merupakan kekejian terhadap karya pengampunan Kristus. “95 tesis” itu merupakan suatu undangan debat, walaupun perdebatan tak
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
3
pernah terjadi. Namun seruan ini menggoncangkan rakyat Jerman. Tantangan Luther untuk sementara waktu diabaikan oleh Gereja yang ada, tetapi orang-orang tak membiarkan seruan itu berlalu begitu saja. Melalui providensi Allah, seruan untuk memandang Alkitab sebagai satu-satunya otoritas Kristen, mulai menggema di seluruh Jerman dan bagian-bagian Eropa lainnya. Gerakan ini, yang belakangan dinamakan Reformasi, adalah suatu gerakan untuk kembali kepada Alkitab. Mottonya menjadi Sola Scriptura[1] dan para “pemberontak” dari Tuhan ini mulai menyebarkan berita Injil sekali lagi kepada dunia. Ada orang-orang lain yang juga dipakai Tuhan untuk membawa berita tentang Allah yang berdaulat ini, yang memberikan Kitab Suci-Nya kepada umat-Nya. Orang-orang seperti Ulrich Zwingli, John Calvin, dan John Knox selalu dikaitkan dengan gerakan besar dari Allah ini. Bersama dengan menyebarnya Reformasi melalui karya-karya Calvin dan Knox, kita melihat selanjutnya dampak besar Injil di negara Inggris abad tujuh belas. Di sinilah kita mulai melihat bersemainya gerakan Baptis. Sejarah Inggris Inggris pada saat itu adalah sebuah Negara yang sedang berubah, baik dalam hal politik maupun agama. Ini dapat dilihat pada diri Raja Henry VIII (1509-1547) dan keputusan yang disebut Act of Supremacy (1534) yang dikeluarkannya. Keputusan ini memisahkan Gereja Inggris dari kendali Roma, meskipun dalam praktek dan doktrinnya sebagian besar masih Katolik. Kemudian Raja Edward VI menggantikannya pada tahun 1547. Walaupun masih sangat muda, ia menggerakkan negaranya menuju Protestanisme. Gerakan ini kemungkinan besar karena Edward dididik oleh para penasihat Protestan. Dengan semangat mudanya, Edward membuka pintu bagi doktrin dan praktek Protestan yang mengalir dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
4
Namun, kematian dini Edward membawa suatu perubahan radikal yang berdarah di Inggris. Perubahan ini menyebabkan perebutan tahta yang akhirnya dimenangkan oleh Mary Tudor pada tahun 1553. Selama 5 tahun pemerintahannya, Ratu Mary memulihkan system Katolik dan mulai secara sistematik membersihkan Inggris dari orang-orang Protestan. Aktivitas ini membuat dia dijuluki “Bloody Mary.” Elizabeth Tudor menggantikan Mary, memerintah dari 1559 sampai 1603. Meskipun tak begitu religius, Elizabeth berpenampilan seorang Katolik. Tetapi arus politik memaksa dia untuk menerima Protestanisme. Gerakan politik ini terkait dengan berbagai reaksi rakyat terhadap Ratu Mary, dan sekali lagi mengarahkan Inggris kepada posisi Protestan. Elizabeth, karena tak mau kehilangan keuntungan politis, membuat suatu kompromi antara Katolik dan Protestan. Keputusan ini disebut “Elizabethan Settlement” dan bersama dengan itu datang juga pemikiran bahwa peperangan religious di Inggris sudah diselesaikan. Tetapi ini hanya berlangsung sesaat saja. Banyak rakyat Inggris masih menyerukan reformasi yang lebih besar dalam Gereja. Seruan agar lebih banyak reformasi ini menghasilkan sekelompok orang yang nantinya menjadi bagian besar dari pendiri-pendiri Baptis. Kelompok ini disebut kaum Puritan. Kaum Puritan Sedihnya, kebanyakan orang sekarang tak mempunyai pemahaman yang benar tentang Puritan. Mereka cuma dianggap sebagai orang-orang dengan selera murahan yang hanya mau merusak kesenangan orang lain. Namun pandangan orang modern ini jauh dari kebenaran. Barangkali ringkasan di bawah ini tentang Puritan yang sebenarnya membawa kita pada pemahaman yang benar. Hal yang pokok dalam memahami kaum Puritan adalah bahwa, mereka pertama-tama adalah pengkhotbah sebelum mengambil macam-macam peran lainnya seturut dengan panggilan masing-masing untuk mereformasi dunia melalui Gereja, dan meskipun usaha-usaha mereka banyak digagalkan oleh para pemimpin Gereja saat itu, apa yang mengikat dan
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
5
menguatkan mereka untuk berjuang adalah kesadaran mereka akan panggilan mereka untuk memberitakan Injil.[2] Kaum Puritan ingin melihat reformasi alkitabiah yang nyata dalam Gereja. Kaum Puritan mula-mula ini dipimpin oleh Uskup Hooker dan Thomas Cartwright dan mereka mulai menyerukan pemurnian Gereja (Pure = murni). Tetapi Ratu dan Gereja Inggris tak mau mengalah kepada orangorang Puritan ini sehingga dikeluarkanlah undang-undang agar tunduk kepada Gereja Inggris. Dengan demikian berakhirlah masa damai religius yang singkat itu. Kaum Separatis Tuntutan agar tunduk terhadap Gereja Inggris dari berbagai kekuatan politis dan religius ini melahirkan kelompok yang dikenal sebagai “kaum separatis.” Prinsip-prinsip dibalik gerakan ini adalah kebebasan Gereja dari peraturan Negara, doktrin yang murni tanpa dikompromikan, dan reformasi Gereja yang menyeluruh. Kaum separatis menjunjung tinggi Alkitab dan mereka bertekad untuk menata kehidupan mereka berdasar pada pengajarannya. Mereka menegaskan bahwa Gereja adalah orangorang tebusan, bukan yang berkiblat pada politik. Mereka tidak mau percaya bahwa Alkitab mengajarkan pemerintahan Gereja yang hirarkis (diperintah dari atas ke bawah), melainkan menyerukan pemerintahan Gereja yang mempunyai sejumlah partisipasi dari jemaat (diperintah dari level bawah). Mereka lebih suka liturgi yang sederhana yang berpusat pada Allah yang kudus. Mereka merasa bahwa bentuk dan bantuan tertulis dari Negara bagi Gereja Inggris membuat orang-orang berfokus pada bentuk, bukan pada Allah yang berdaulat, dengan demikian mereka memandang rendah bentuk dan bantuan semacam itu. Dari panggilan untuk memurnikan Gereja ini, baik dalam hal ibadah maupun praktek kehidupan sehari-hari, “denominasi Baptis,” sebagaimana dikenal hari ini, lahir melalui gerakan Separatis Inggris itu. Bukti historis yang terbaik mengkonfirmasi asal usul ini, dan tak ada pakar terkemuka yang selama setengah abad ini yang menentangnya.[3] Sebagaimana
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
6
sudah kita katakan sebelumnya bahwa kaum Baptis muncul sebagai dua kelompok yang terpisah. Baiklah sekarang kita beralih untuk membahas dua kelompok ini.
Kaum Baptis Mula-mula Kaum Baptis Umum atau General Baptists Kelompok ini dikenal sebagai kaum Baptis Umum karena mereka percaya pada penebusan umum.[4] Kaum Baptis Umum juga percaya bahwa orang Kristen bisa keluar dari anugerah (dengan demikian kehilangan keselamatannya). Dua pendiri utama gerakan Baptis Umum adalah John Smyth dan Thomas Helwys. Gereja Baptis yang paling awal diperkirakan didirikan sekitar 1608 atau 1609. Pendiri utamanya adalah John Smyth (1570-1612) dan berlokasi di Belanda. Sejarah Smyth dimulai di Inggris di mana ia ditahbiskan sebagai seorang imam Anglican pada tahun 1594. Segera sesudah pentahbisannya, semangatnya yang berkobar mengantarnya ke penjara karena menolak ajaran dan praktek Gereja Inggris. Ia adalah seorang yang vokal yang dengan cepat menantang orang lain tentang kepercayaan mereka, tetapi juga sama cepatnya mengubah posisinya sendiri ketika teologinya berubah. Smyth terus menerus berjuang dalam Gereja Inggris sampai menjadi nyata sekali bahwa ia tak mungkin bisa bersekutu dengan Gereja ini. Jadi, pada akhirnya ia sama sekali berpisah dari mereka dan menjadi seorang “separatis.” Pada tahun 1609, Smyth, bersama dengan satu kelompok di Belanda, percaya pada baptisan orang percaya (berlawanan dengan baptisan anak yang merupakan norma pada zaman itu), dan mereka bersama-sama membentuk Gereja “Baptis” yang pertama. Pada mulanya, Smyth sejalan dengan posisi gereja ortodoks; tetapi seiring berjalannya waktu, sebagaimana sudah menjadi ciri khasnya, ia mulai mengubah posisinya.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
7
Pertama, Smyth menyatakan bahwa ibadah yang sejati adalah dari dalam hati dan bahwa pembacaan apapun dari buku dalam ibadah adalah buatan manusia yang berdosa. Doa, nyanyi dan khotbah, harus sama sekali spontan. Ia terus melaju dengan mentalitas seperti ini sehingga ia melarang pembacaan Alkitab dalam ibadah “sebab ia menganggap Alkitab terjemahan bahasa Inggris kurang berbobot dibanding Firman Tuhan langsung.”[5] Kedua, Smyth memperkenalkan dua kepemimpinan gereja, yaitu gembala dan diaken. Ini berbeda dengan tiga kepemimpinan dalam gereja reformasi, yaitu Gembala, Penatua, dan Diaken. Ketiga, bersama dengan posisi yang baru ditemukannya dalam hal baptisan ini, menjadi fokus yang baru pula bagi “kaum Baptis” ini. Sesudah menjalani baptisan anak, mereka semua sadar bahwa mereka semua harus dibaptis ulang. Karena tak ada hamba Tuhan lain yang melayani pembaptisan, maka Smyth membaptis dirinya sendiri dan kemudian membaptis kawanan jemaatnya. Ada catatan yang menarik disini bahwa cara pembaptisan adalah baptisan curah, sebab baptisan selam masih belum menjadi standar sampai generasi berikutnya. Sebelum meninggal, memang tampaknya sudah menjadi ciri Smyth, ia meninggalkan pandangannya tentang baptisan, dan mulai mencoba membawa kawanan jemaatnya masuk ke dalam Gereja Mennonite. Walaupun ia meninggal sebelum ini terjadi, kebanyakan jemaatnya bergabung dengan Gereja Mennonite sesudah ia meninggal. Sekarang kita mengalihkan perhatian kita kepada Thomas Helwys. Ia pada mulanya memiliki hubungan yang cukup erat dengan Smyth, tetapi sesudah Smyth mulai menyimpang dari kepercayaan Baptis Umum, Helwys kembali pada Baptis mula-mula. Helwys memimpin kelompok kecilnya kembali ke Inggris pada tahun 1611, dan ini dianggap sebagai Gereja Baptis yang pertama di tanah Inggris. Kelompok ini berpegang pada baptisan orang percaya, mereka menolak Calvinisme dan berpegang pada posisi kehendak bebas (termasuk keselamatan bisa hilang karena murtad), dan mereka mengijinkan setiap gereja memilih para pejabat masing-masing, baik penatua maupun diaken.[6] Menjelang 1624, ada lima gereja Baptis Umum yang diketahui, dan menjelang 1650, jumlahnya
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
8
menjadi sedikitnya 47.[7] Meskipun sebagian orang mungkin melihat gerakan Baptis modern dalam kelompok ini, namun kita harus paham bahwa kepercayaan kelompok ini jauh dari warisan Reformed yang membentuk kepercayaan Baptis modern. Kaum Baptis Khusus atau Particular Baptists Sering dikatakan bahwa kaum Baptis di Inggris terpecah karena doktrin tentang penebusan (atonement), tetapi ini tidak mencerminkan sejarah yang sesungguhnya. Memang benar bahwa kedua kelompok ini berpegang pada dua pandangan yang berbeda tentang penebusan dan doktrin pada umumnya, tetapi mereka tidak pecah. Mereka melebur sebagai dua kelompok yang berbeda. Sebagaimana Baptis Umum, Baptis Khusus lahir dari gerakan separatis. Kelompok ini muncul pada masa 1630-an. Kelompok ini mendapat pengaruh dari tokoh besar Reformasi John Calvin serta memegang teguh penebusan khusus (particular atonement).[8] Gereja pertama, menurut sebagian orang, diperkirakan didirikan pada tahun 1633 atau 1638. Benar tidaknya data ini, yang jelas pada tahun 1644 jumlah Baptis khusus ini mencapai sedikitnya tujuh gereja. Satu hal yang luar biasa adalah, kelompok kecil yang masih sangat muda ini bertindak bersama untuk menelurkan sebuah pengakuan iman pada tahun 1644, yang diberi nama Pengakuan Iman London yang Pertama (the First London Confession of Faith). Pengakuan iman ini dibuat dua tahun sebelum Pengakuan Iman Westminster yang terkenal itu dibuat. Sebagaimana kita lihat kemudian bahwa Baptis yang ada sekarang ini bisa ditelusuri balik sampai pada Baptis mula-mula ini. Walaupun sejarah khas Baptis lebih menyorot pada gerakan Baptis Umum, namun dari Baptis khususlah kebanyakan Baptis modern mewarisi berbagai doktrin dan praktek-prakteknya. Sebagaimana seorang sejarahwan mengingatkan kita bahwa kaum Baptis Umum:
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
9 … selalu mewakili sebagian kecil kehidupan Baptis di Inggris, dan bahkan lebih kecil lagi di Amerika. Pengaruh mereka pada berbagai aliran utama kehidupan Baptis di kedua Negara ini sangat kecil.[9]
Sejarah gerakan Baptis Khusus dimulai dengan Henry Jacob (1563-1624). Walaupun Jacob tak pernah menjadi seorang Baptis, ia memberikan pengaruh yang mendasar pada apa yang belakangan menjadi Baptis Khusus. Kita boleh menyebut Jacob seorang separatis moderat. Jacob tak mau menyebut Gereja Inggris sebagai Antikristus; jadi, ia terus menerus berusaha mereformasi gereja itu. Pada tahun 1603, Jacob menandatangani sebuah dokumen yang berisi seruan reformasi dalam Gereja Inggris. Dokumen ini dikesampingkan oleh Raja James I. walaupun Jacob tidak menyerukan pemisahan, namun ia menulis sebuah karangan yang berjudul Reasons taken out of Gods Word and the best humane Testimonies proving a necessitie of reforming our Churches in England (Alasan-alasan yang diambil dari Firman Allah dan berbagai kesaksian bersahabat yang terbaik yang membuktikan perlunya mereformasi gereja-gereja di Inggris). Dengan terbitnya buku ini, Jacob dipenjarakan untuk waktu yang singkat. Setelah dibebaskan, ia hidup dalam pembuangan di Belanda sebagaimana kebanyakan kaum separatis lainnya. Meskipun ia tak mau bersikap radikal terhadap Gereja Inggris, ia membuat perbedaan yang tegas antara gereja-gereja yang sejati dan yang palsu dalam Gereja Inggris. Pola pikir yang baru ini menggerakkan dia untuk menyerukan kemerdekaan untuk membentuk berbagai tipe gereja dengan berbagai cara beribadah. Pada tahun 1616, Jacob berhasil kembali ke Inggris dan membentuk dan mendirikan Gereja JLJ (inisial dari tiga gembala pertama, Jacob, Lathrop dan Jesse) sebagaimana dikenal sampai hari ini.[10] Gereja inilah yang kemudian hari melahirkan Baptis Khusus. Dalam gereja ini timbul perdebatan tentang baptisan, yang kemudian menimbulkan perpecahan dalam Gereja JLJ. Salah satu perpecahan terjadi pada tahun 1633 ketika enam belas orang minta ijin keluar dari Gereja JLJ untuk membentuk sebuah gereja yang terpisah. Ada dua alasan: pertama, dirasa ada keharusan. Gereja JLJ sudah menjadi gereja yang terlalu besar dan dalam
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
10
bahaya “dipergoki” (karena ada larangan bergereja di luar Gereja Inggris). Alasan kedua yang dinyatakan adalah terlalu banyak persesuaian dengan Gereja Inggris. Pada tahun 1638, perpecahan lain terjadi ketika enam orang meninggalkan Gereja JLJ karena isu tentang baptisan orang percaya yang mereka pegang teguh. Jadi, Gereja Baptis Khusus yang pertama dapat ditelusuri dari salah satu atau dari kedua gereja tersebut.
Ikhtisar tentang Asal Usul Kaum Baptis Sebagai sudah coba kami jelaskan, sejarah menyatakan bahwa asal usul kehidupan Baptis lahir dari Gerakan Separatis dalam masa 1600-an di Inggris. Namun, ini bukan satu-satunya pandangan yang telah dikemukakan tentang asal usul kaum Baptis. Untuk menjernihkan sejarah, kita perlu mengeksplorasi secara singkat posisi-posisi lain tentang asal usul gerakan Baptis ini. Pengaruh Anabaptis Kebanyakan kaum Baptis beranggapan bahwa kami berasal dari Anabaptis hanya karena sama-sama ada kata “baptis” dalam nama masingmasing. Tetapi kita harus hati-hati di sini. Kita harus meneliti siapa kaum Anabaptis sesungguhnya dan kita bertanya pertanyaan yang maha penting ini: Apakah mereka sungguh dapat mewakili kepercayaan Baptis yang sejati? Siapakah orang-orang yang disebut kaum Anabaptis itu? Kelompok ini merujuk pada sebuah komunitas pemberontak selama masa Reformasi; mereka dianggap sayap radikal dari Reformasi. Dalam kelompok inipun ada berbagai kubu dan pandangan. Dua kubu utama dapat dikategorikan sebagai “Anabaptis Revolusioner” dan “Anabaptis Injili.”[11] Kita tak perlu membahas Anabaptis Revolusioner karena mereka sama sekali tak mencerminkan pendekatan alkitabiah terhadap Kekristenan. Mereka sesungguhnya adalah sebuah sekte yang berpegang pada pandangan yang
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
11
bertitik berat pada pengalaman mistis dan kepercayaan bahwa para pemimpin mereka adalah nabi-nabi (peramal). Mereka juga cepat memakai kekerasan untuk memaksakan jalan mereka. Namun, Anabaptis “Injili” adalah sebuah gerakan jenis lain. Dan dari kelompok inilah banyak orang mengatakan lahirnya gerakan Baptis. Jadi, kita perlu mengkajinya sejenak. Kelompok ini, pertama-tama, menolak pandangan Kristen ortodoks tentang dosa. Mereka tidak memandang dosa sebagai belenggu baik dalam natur maupun dalam perbuatan manusia, mereka berpegang bahwa dosa merupakan “hilangnya kapasitas atau sebuah penyakit yang serius.”[12] Kaum Anabaptis, mengikuti pandangan Roma tentang pembenaran, berpegang pada kepercayaan bahwa Allah membuat kita benar dan kemudian menerima kita berdasarkan kebenaran kita (our righteousness). Mereka juga percaya bahwa Kristus tidak mendapatkan tubuh dari Maria, tetapi dari sorga. Dalam hal pandangan tentang dunia, kaum Anabaptis percaya kita harus memisahkan diri kita daripadanya (walaupun kadang-kadang mereka mencebur ke dalamnya dengan semangat penginjilan). Kaum Anabaptis menolak baptisan bayi dan berpegang pada baptisan orang percaya, tetapi cara mereka dengan memercik, bukan curah atau selam. Kemudian pandangan tentang interpretasi Alkitab adalah meniru secara ketat apa kata Alkitab sehingga memimpin ke arah gerakan legalisme besar-besaran.[13] Ketika kita memandang Anabaptis kita harus setuju memang ada kemiripan dengan kaum Baptis Umum mula-mula, tetapi secara keseluruhan kemiripan ini kecil dan tidak selalu ada kaitannya. Pada akhirnya, kita harus berkata bahwa kelompok Kristen ini tidak mencerminkan pengajaran historis Baptis. Sebagian besar sejarah Baptis menunjukkan kepada kita bahwa kaum Baptis berpegang pada posisi kuat tentang dosa, baik dalam natur kita maupun dalam perbuatan kita, bukan hanya sekadar penyakit yang serius. Kaum Baptis juga berpegang pada kepercayaan tentang kelahiran perawan dan melihat bahwa ini yang memimpin pada ajaran bahwa Yesus adalah Manusia Ilahi, bukan hanya suatu ilusi dari sorga. Kaum Baptis juga berpegang teguh pada pandangan Reformasi tentang pembenaran (justification) – bahwa itu didasarkan pada
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
12
kebenaran Kristus saja, bukan kebenaran kita, sebab kita sama sekali tidak benar. Dan akhirnya, kaum Baptis selalu melihat bahwa Alkitab harus dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kuasa Roh Kudus, bukan hanya meniru secara membabi buta atau melalui lompatan iman (yang tak ada kaitannya dengan kebenaran alkitabiah). Jadi kita harus dengan tegas menolak, sebagaimana sejarah menyatakan, bahwa asal usul kaum Baptis adalah dari kaum Anabaptis. Kelanjutan atau Suksesi Ajaran Baptisan Pandangan berikut tentang asal usul Baptis tidak begitu dipegang kuat sekarang, tetapi masih terlihat dalam sejumlah kalangan Baptis. Pandangan ini menyatakan bahwa gereja Baptis dapat ditelusuri balik berabad-abad melalui suksesi yang tanpa putus dari gereja-gereja Baptis yang terorganisir (walaupun mereka semua tidak mempunyai nama Baptis yang sama), sampai Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis. Kita harus berhati-hati dalam cara kita membantah posisi ini, sebab kita tidak boleh mengatakan bahwa warisan Baptis kita bukan berasal dari Kristus dan kebenaran yang didirikan di atas Alkitab. Tetapi kita harus melawan posisi yang membuat lukisan sejarah tentang gereja-gereja Baptis yang sejati dapat ditelusuri dari Perjanjian Baru sampai sekarang. Pandangan Suksesionis ini dikemukakan dalam sebuah buku kecil berjudul: The Trail of Blood oleh J.M. Carroll. Buku kecil ini berusaha untuk menyatakan “menurut sejarah… kaum Baptis memiliki garis keturunan gereja sejak Kristus.” Buku ini dan lainnya semacam ini menekankan bahwa Yohanes Pembaptis mewakili awal dari denominasi. Dan bahwa Kristus yang membentuknya dan berjanji bahwa denominasi ini tak akan punah. Mereka telah membuat pernyataan yang arogan seperti “Gereja yang sejati adalah Gereja Baptis” dan semua komunitas selama tiga abad adalah denominasi Baptis.” Pandangan semacam ini tidak dilandaskan pada sumber-sumber yang memadai dan lebih didasarkan pada pola pikir polemical daripada historis. Mereka membuat asumsiasumsi besar tanpa bukti yang cukup. Posisi ini muncul pada masa 1800an, masa terjadinya persaingan denominasional yang sengit, ketika orang-
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
13
orang percaya bahwa iman berasal dari dirinya sendiri bukan dari pemberian anugerah Allah. Banyak orang berpikir bahwa pandangan semacam ini akan membawa orang pada keyakinan yang telah hilang bersama dengan munculnya masyarakat modern.[14] Kita harus juga diingatkan bahwa hampir semua kaum Baptis mula-mula menolak pandangan suksesionis. John Smyth adalah salah satunya, sebagaimana dapat dilihat dalam tulisannya: “Saya menyangkal semua suksesi kecuali dalam hal kebenaran” dan “tak ada suksesi secara lahiriah, tetapi semua suksesi adalah dari sorga.”[15] Thomas Helwys, yang berbicara menentang pola pikir suksesionis, berkata: “Tak seorang pun bisa membuktikannya…buang itu, karena tak ada jaminan dari Firman Allah untuk anda, bahwa ia atau mereka adalah yang pertama.”[16] Juga, John Spilsbury, Seorang gembala Baptis Umum menyatakan: “Tak ada suksesi dari Perjanjian Baru, kecuali secara spiritual melalui iman dan Firman Tuhan.”[17] Kutipan terakhir ini memberikan kepada kita pandangan yang benar sebagai kaum Baptis. Walaupun kita tak pernah eksis sebagai denominasi Baptis, namun kita dibangun di atas kebenaran Allah yang kekal! Sekali lagi, kita diingatkan tentang hal ini dalam Pengakuan Iman Baptis bab 26.3: Gereja yang paling murni di dunia masih dapat terganggu oleh anggota yang belum sungguh – sungguh diselamatkan dan dengan tafsiran yang salah.1 Sesungguhnya, sudah ada beberapa gereja yang telah menyeleweng, sehingga bukan menjadi gereja Kristus lagi melainkan menjadi “jemaah iblis.” 2 Walaupun demikian Kristus selalu mempunyai kerajaan-Nya di dunia sampai akhir zaman.3 Kerajaan-Nya terdiri dari orang yang percaya akan Dia dan mengakui nama-Nya. 11Kor 5:2; Why 2:3 3
2
2Tes 2:11, 12
Mzm 71:17; 102:28; Mat 16:18
Jadi, apa yang harus kita lihat adalah denominasi Baptis berangkat dari Reformasi, khususnya dari kaum Separatis di Inggris. Dengan pemikiran ini, kita adalah kelompok Protestan yang harus mencerminkan latar Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
14
belakang Reformasi dan berpegang, sebagaimana para bapak leluhur kita, pada doktrin-doktrin tentang anugerah, pembenaran hanya melalui iman, otoritas Alkitab dan imamat yang terdiri dari semua orang percaya.[18]
Aliran Sejarah Baptis Marilah kita sekarang beralih pada bagaimana kaum Baptis berkembang di Inggris dan kemudian, bagaimana mereka bergerak ke Amerika Serikat. Kita harus memberi perhatian khusus pada perkembangan ke dalam dunia baru itu sebab kita, kaum Baptis Amerika mendapati langsung para bapak leluhur Baptis kita. Kaum Baptis di Inggris Sekarang kita melihat bahwa menjelang pertengahan 1600-an sejumlah kelompok kaum Baptis berfungsi di Inggris. Tetapi, apa sesungguhnya yang terjadi pada dua kelompok ini; apa yang terjadi pada gereja-gereja mereka? Baptis Umum memasuki 1600-an dengan sebuah gerakan yang berkembang, tetapi menjelang akhir 1600-an dan awal 1700-an, kelompok ini merosot akibat masalah-masalah doktrinal. Keilahian Kristus mulai dipertanyakan dan doktrin tentang pendamaian melenceng jauh bahkan lebih jauh dari posisi Arminian.[19] Kaum Baptis Umum bahkan semakin surut akibat mentalitas anti alkitabiah. Namun, pada tahun 1763, seorang petobat Methodist bernama Dan Taylor untuk sesaat menghidupkan kembali Baptis Umum, mengajak mereka kembali pada pandangan alkitabiah. Tetapi sekali lagi, “koneksi baru” ini (1770) hanya berlangsung sebentar saja. Alasan mengapa pengharapan baru ini cepat sirna kemungkinan besar disebabkan karena kaum Baptis Umum dipimpin oleh para gembala dan pemimpin yang kurang berpengetahuan. Hanya membutuhkan satu generasi lagi kaum Baptis menyimpang jauh dari sejarah.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
15
Kaum Baptis Khusus lain lagi ceritanya. Masa 1800-an membawa pertumbuhan yang pesat, bahkan di tengah-tengah religius yang hebat yang melanda Inggris. Pada tahun 1644, kaum Baptis Khusus menerbitkan Pengakuan Iman Baptis yang Pertama. Pengakuan Iman ini bersifat Calvinistik dan menepis semua anggapan bahwa mereka adalah kaum “Anabaptis.” Meskipun pengakuan ini tidak lengkap, tetapi sudah merupakan sebuah dokumen yang kuat yang bisa menolong mempersatukan kaum Baptis Khusus mula-mula ini. Kemudian pada tahun 1677, pengakuan iman yang kedua dibuat mencerminkan Westminster Confession (1647) dan Savoy Declaration (1658). Dalam kebanyakan bagiannya, pengakuan iman ini mengikuti Pengakuan Iman Westminster, tetapi dalam hal pemerintahan gereja (isu kritisnya di sini adalah kekuasaan gereja) Pengakuan Iman Baptis mengikuti Deklarasi Savoy.[20] Pengakuan iman Baptis yang baru ini mulai berurusan dengan isu-isu tentang kekuasaan macam apa yang dimiliki perwakilan asosiasi atas gereja-gereja lokal, di samping juga berurusan dengan baptisan dengan mengemukakan posisi baptisan orang percaya sebagai ganti baptisan bayi. Kita harus ingat bahwa pembedaan ini bukan berasal dari Anabaptis, tetapi timbul dari dalam hati yang ingin merefleksikan Alkitab yang sudah disampaikan kepada kita. Kaum Baptis khusus di Inggris juga mengalami kemerosotan, tetapi mereka adalah gerakan kearah kanan, bukan kiri (baca: kanan – konservatif; kiri – liberal). Permulaan “hyper-Calvinism”[21] mulai muncul dalam masa 1700-an dan gerakan ini, yang menyimpang dari teologi Reformasi sejati, mulai merusak kaum Baptis Khusus. Namun, suatu pembaruan datang pada tahun 1750 bersama Andrew Fuller dan kaum Baptis Khusus sekali lagi mendapatkan kekuatannya. Dengan kekuatan ini datanglah misi dan kaum Baptis Khusus adalah pelopor gerakan misi modern. William Carey memimpin pemberitaan Injil ke dalam dunia dan banyak orang lain yang mengikuti jejaknya.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
16
Kaum Baptis di Amerika Pada masa itu, ada eksodus besar-besaran ke Dunia Baru dan kaum Baptis berada di tengah-tengah gerakan pindah ke Amerika. Gereja Baptis pertama di Amerika diperkirakan adalah gereja yang ada di Providence yang didirikan oleh Roger Williams (1603-1684) pada tahun 1639. Gereja ini didirikan atas dasar doktrin Baptis Khusus, tetapi pada pertengahan 1650 berubah lebih ke arah posisi Baptis Umum. Namun, gereja ini kembali pada kepercayaan Baptis Khusus dalam masa 1700-an di bawah kepemimpinan James Manning. Gereja-gereja lain dari masa ini mulai bermunculan, satu di Newport, Rhode Island, yang lain di Boston, kemudian di koloni-koloni daerah selatan. Semua gereja-gereja ini didirikan di atas kepercayaan Baptis Khusus, meskipun ada sejumlah kaum Baptis Umum di antara mereka. Walaupun ada pertumbuhan kaum Baptis pada masa 1600-an di Amerika, namun baru pada masa 1700-an gereja-gereja Baptis di Amerika memperoleh pengaruh yang luas. Pada tahun 1700, hanya ada 24 gereja Baptis dengan 839 anggota, tetapi pada tahun 1790, ada 979 gereja dengan 67.490 anggota.[22] Pada tahun 1707 Asosiasi Baptis Philadelphia terbentuk. Persekutuan kaum Baptis Khusus yang kuat ini memberi dampak yang berlangsung lama pada kaum Baptis di Amerika. Pada tahun 1742 asosiasi ini mengadopsi Pengakuan Iman Baptis London 1689 sebagai landasan pengakuan iman mereka dan memberinya nama baru, Pengakuan Iman Philadelphia. Kaum Baptis ini dengan cepat menerapkan kepercayaan mereka dalam bentuk tindakan nyata, dan pada tahun 1770, mereka mendirikan sebuah perguruan tinggi dan mulai mengutus secara regular misionari ke seluruh Amerika. Sejak saat itu, kaum Baptis Khusus mulai menutup bayang-bayang Baptis Umum yang memudar. Tetapi meskipun ada posisi historis dan doktrinal yang kuat ini, kaum Baptis Khusus juga mulai kehilangan kemurnian doktrinalnya dalam dunia baru ini.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
17
Merosotnya Baptis Khusus Kami menutup buku kecil ini dengan pertanyaan: Mengapa kaum Baptis kehilangan warisan Reformasi mereka? Bagaimana sampai terjadi kehilangan doktrin ini? Samuel E. Waldron, dalam bukunya Baptist Roots in America, [23] memberi kita beberapa alasan untuk kemerosotan besar dalam hal warisan kita. Faktor-faktor ini sangat penting bagi kita untuk memahaminya, sebagaimana sudah menjadi ciri kita kaum Baptis modern, terus menerus mengulang kesalahan yang sama dari masa lalu. Marilah kita mulai mengulas penilaian Waldron tentang kemerosotan besar ini. Pertama, Waldron mengarahkan perhatian kita pada “Etos demokrasi Amerika.” Ini adalah pola pikir Amerika tentang kebebasan mutlak yang datang bersama Revolusi Amerika. Amerika memiliki mentalitas kemerdekaan yang kuat dan pandangan hidup ini mulai memenuhi Gereja. Sama seperti pandangan hidup bebas apapun yang berpusat pada diri manusia, Allah yang berdaulat ditempatkan di atas rak, dengan kata lain, Allah yang tidak merintangi kemerdekaan kita. Etos macam inilah yang memimpin pada merosotnya kepercayaan kaum Baptis Khusus. Kedua, kita melihat penyebab kemerosotan pada kaum Baptis Khusus dalam apa yang disebut “Revivalisme” yang menyebar ke seluruh negeri kita pada masa 1700-an dan 1800-an. Kita tak boleh salah mengerti poin ini; masalahnya bukan pada “revival” (kebangunan) tetapi pada respons terhadap kebangunan itu. Ada dua respons yang ekstrim yang telah menyebabkan tragedi besar ini. Satu ekstrim pada revivalisme dimulai dengan pandangan bahwa harus ada ketertiban dalam Gereja yang menjurus kearah legalisme yang kaku, yang menyebabkan kematian yang perlahan-lahan bagi gereja-gereja yang mengambil pendirian ini. Dan ketika kaum Baptis Khusus jatuh ke dalam posisi ini, mereka mulai merosot. Ekstrim lainnya adalah mengalah pada tipu daya perasaan yang
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
18
berpusat pada pengalaman. Ini memimpin pada posisi anti tradisional dan membuka pintu pada Arminianisme. Metode gereja yang baru ini sangat menarik bagi banyak kaum Baptis, karena mereka berusaha bertahan hidup; tetapi sikap itu justru menghasilkan virus dalam gereja yang menyerang ke inti pusat warisan Reformasi Baptis. Ketiga, kami melihat “sinkretisme” adalah kejatuhan berikutnya dari kaum Baptis Khusus. Sinkretisme menggabungkan dua posisi menjadi satu. Penggabungan teologi ini dalam tahap-tahap awal negara Amerika dipandang perlu oleh sejumlah orang, supaya Injil bisa masuk tanpa halangan. Tetapi sinkretisme ini memimpin pada kejatuhan teologis yang memperlemah warisan Baptis dengan pergeseran dari akar calvinistiknya. Seperti halnya dengan anak-anak Israel pada zaman Perjanjian Lama, demikianlah kaum Baptis di Amerika mengijinkan godaan budaya kontemporer membutakan mereka terhadap kebenaran yang sudah dikemukakan oleh Tuhan. Keempat, ketika ada gerakan untuk mencairkan teologi maka datanglah esktrim lain, yaitu “hiper-calvinisme.” Banyak orang sekarang perlu ditantang dalam hal ini, sebab apa yang mereka sebut Calvinisme tidak Calvinisme alkitabiah yang sejati melainkan bervariasi “hiper.” Karena seorang tak menyukai suatu posisi, maka ia tak mempunyai hak untuk mendefinisikannya dalam bentuk-bentuk ekstrim. Namun, kita harus melihat bahwa “hiper-calvinisme” sama sekali tak ada kaitannya dengan Calvinisme sejati, bahkan boleh kita katakan sama sekali bukan Kristen. “Hiper-calvinisme” menyangkal bahwa Injil mengundang orang-orang bukan pilihan… menyangkal bahwa iman adalah kewajiban setiap orang yang mendengar Injil.”[24] Sebagaimana sudah kita katakan, ketika sebuah posisi keras diambil, maka lambat laun kematian mengikutinya. Ketika beberapa gereja Baptis Khusus menjadi “hiper-calvinis”, kematian ada di depan mata. Dan dengan kematian mereka pergilah gereja-gereja yang berlabelkan “hiper-calvinis”, sebab tampaknya ketika label itu dikenakan pada sebuah gereja yang bercirikan mirip dengan posisi seperti itu, mereka juga secara radikal kena dampaknya.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
19
Kelima, kemerosotan itu juga disebabkan oleh “liberalisme.” Pandangan hidup baru ini melanda Amerika dan dengan mudah diterima dalam berbagai bentuk. Ketika kelompok ini mulai menegaskan individualisme di atas segalanya, pandangan kuat tentang kedaulatan Allah dan berbagai prinsip dan nilai absolut alkitabiah mulai runtuh dalam gereja. Banyak gereja mulai menerima posisi ini sesudah perang saudara dan pengaruh kaum Baptis Khusus memudar seperti halnya semua kepercayaan ortodoks. Yang terakhir, Kami lihat bahwa “Gerakan Fundamentalis” merupakan faktor kuat lainnya dalam kemerosotan Baptis Khusus di Amerika. Kaum Fundamentalis, merespons liberalisme, menghasilkan ekstrim lain yang berlawanan – yaitu legalisme. Pola pikir baru ini menghasilkan pandangan umum tentang doktrin. Mereka percaya bahwa kebenaran-kebenaran besar Reformasi tidak penting, sebab mereka percaya bahwa doktrin memimpin orang hanya bersandar pada pengetahuan saja tanpa membuka Alkitab. Mereka berpegang pada posisi non-credal (baca: mengesampingkan semua pengakuan iman) dan jauh lebih menekankan emosi dibanding doktrin. Ini membuat banyak orang Kristen menjadi bodoh dalam hal pengetahuan doktrin dan alkitabiah, dan akhirnya memimpin orang pada kepercayaan keselamatan hanya percaya saja, tanpa memahami isi dan makna “percaya” itu apa dan bagaimana. Pandangan “baru” tentang keselamatan ini menekankan iman yang bukannya berpusat pada Allah, tetapi berpusat pada manusia. Sama dengan posisi lainnya yang berpusat pada manusia, doktrin menjadi hilang. Dan ketika doktrin hilang, maka warisan Reformasi kita juga hilang.
Seruan Reformasi Kita sudah melihat dasar-dasar historis gereja Baptis dan bahwa mereka dapat ditelusuri balik sampai pada Baptis Khusus. Sekarang kita perlu merebut kembali warisan kita. Semakin jauh kita dari doktrin-doktrin Reformasi, semakin lama kita mengalami kemerosotan dalam hal
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
20
pengetahuan dan spiritualitas. Kita harus melihat bahwa warisan Baptis berakar kuat dalam Reformasi yang merebut kembali Alkitab dari gereja yang pragmatis. Ketika kita melihat di sekitar kita hari ini, kita melihat kebanyakan gereja Baptis (dan juga gereja-gereja injili secara keseluruhan) sedang digerogoti oleh pragmatisme. [25] Jika kita mau melihat Reformasi pada hari ini, kita harus kembali pada warisan Reformasi kita, dimulai dari diri kita sendiri. Teologi Baptis sudah pernah memberi dampak yang hebat dalam dunia sejak 1700-an. Tetapi kita tak mau karena pengenceran teologi, Baptis sudah kehilangan dampak bagi dunia (seperti garam yang sudah tidak asin lagi). Jika kita mau menyebut diri kita kaum Baptis, kita harus mengikuti jejak para bapak leluhur kita dalam kesetiaan mereka pada kemurnian alkitabiah pada doktrin-doktrin ortodoks. Kita adalah orang-orang doktrinal, suatu umat yang mengalir keluar dari Reformasi untuk menyerukan kepada dunia untuk mengikuti Allah yang berdaulat yang mengutus Anak-Nya mati di atas salib bagi semua orang yang mau percaya! Marilah kita mulai Reformasi ini hari ini, dimulai dari diri kita sendiri! Catatan Akhir [1] Ini adalah bahasa Latin yang berarti hanya Alkitab saja. [2] Dikutip dari J.I. Packer, A Quest for Godliness. [3] H. Leon McBeth, The Baptist Heritage, (Broadman Press: Nashville, 1987), hlm.31. [4] Pendamaian umum (general atonement) adalah kepercayaan bahwa Kristus mati untuk setiap orang yang pernah hidup dan akan hidup. [5] McBeth, hlm.35. [6] Mereka berpegang pada kepercayaan bahwa baik laki maupun perempuan dapat menjadi diaken.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
21
[7] McBeth, hlm. 39. [8] Pendamaian Khusus (Particular Atonement) adalah kepercayaan bahwa Kristus mati hanya untuk orang-orang pilihan saja. [9] Dikutip dari H. Leon McBeth, The Baptist Heritage, hlm. 40. [10] Nama JLJ diambil dari inisial nama tiga gembala pertama; Henry Jacob, John Lathrop, dan Henry Jessey. [11] "Anabaptist Theology" dalam New Dictionary of Theology, (InterVarsity Press: Downers Grove, Illinois, 1988), hlm. 18. [12] Ibid, hlm. 18. [13] Sebuah pandangan untuk meniru secara ketat perkataan Alkitab, yang mengharuskan seorang meniru secara langsung nas-nas Kitab Suci. Jadi jika tak memperlakukan Alkitab secara hurufiah, kita tak mendapat bagian dalam melakukan atau memikirkannya. Tak ada ruang bagi prinsip atau cara pandang sistematis pada Alkitab. [14] Untuk studi lebih lanjut, baca H. Leon McBeth, The Baptist Heritage, hlm. 58-61. [15] Dikutip dari H. Leon McBeth, The Baptist Heritage, hlm.60. [16] Ibid, hlm.60-61. [17] Ibid, hlm. 61. [18] Doktrin tentang imamat umat percaya secara historis mengajarkan bahwa Roh Kudus mengajar umat-Nya secara individu melalui “penghakiman pribadi”, “komunitas orang kudus yang ada” dan “Warisan Kristen.”
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta
22
[19] Arminianisme berpandangan bahwa keselamatan terbuka bagi seluruh umat manusia dan didasarkan pada keputusan masing-masing manusia untuk menerima atau menolak Kristus. [20] The Savoy Declaration adalah pengakuan Kongregationalis confession dan ditulis oleh John Owen, Thomas Goodwin, Philip Nye, William Bridge, Joseph Caryl and William Greenhill (semua kecuali Owen pernah duduk dalam Sidang Westminster). [21] Hyper-calvinism adalah kepercayaan bahwa Allah sudah sedemikian merencanakan dunia sehingga segala penyebab kedua (tindakan kita) tidak perlu sama sekali. Pandangan ini secara historis tidak merefleksikan Calvinisme. Kita bisa menyebut pandangan ini “anti-calvinisme” karena tidak mencerminkan ajaran Alkitab tentang Allah dan ciptaan-Nya sebagaimana calvinisme sejati. [22] McBeth, hlm. 200.
Gereja Baptis Indonesia Getsemani TPW Amanat Agung. Jakarta