EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
( t•endekatan Ekonometri )
T E SIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi Pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Disusun oleh ; Sudinnan Bungi
NPM. 6601220557
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK 2003
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
SUDIRMAN BUNGI
Nama
TP.mpat/Tanggal Lahir : Pinrang, 27 Agustus 1970 ·- NPM
: 6601220557
Judul Tesis
: Efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang. ( Pendekatan Ekonometri )
Pembimbing Tesis,
Mengetahui, Direktur Prog9~~s~ .Perenc~naa~ dan Kebija~an Publik Pr . ~rif·'~sca~.$~J9ana Umversttas Indonesia
,1 {1'.- ;. . . _ , )~ -t~~ ~ \
\ -r. '"'(, •
''
Dr.
I
~
'
1
-~&Z Simanjuntak
NI:P. 131.679.316
AHSTRAKSI
Pembangunan sektor pertanian. khususnya sub sektor tanaman pangan mempunyai nilai strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, antara lain karena menghasilkan bahan kebutuhan pokok, dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar, serta adanya potensi sumber daya alam (endowment factor) yang mendukung. Tetapi tidak sedikit pula kendala yang dihadapi, baik kendala yang bersifat biologis maupun kendala sosial. Ada yang dapat dikendalikan dan adapula yang tidak dapat dikendalikan D leh manusia. Karena demikian luasnya kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan sub sektor pertanian tanaman pangan, maka dalam penclitian yang bcrjudul "ejisiensi penggunaan faklor produksi dalam usahatani padi di kabupalen Sidenreng Rappang" ini. permasalahan yang dibahas dibatasi pada : (1) Faktor-fhlct:or apakah yang berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang; (2) Apakah tingkat kombinasi penggunaan input dalam proses produksi telah memenuhi syarat efisiensi secara teknis; (3) Apakah pengelolaan ushatani padi telah efisien secara ekonomis, dan sejauh mana tingkat efisiensi yang telah dicapai; dan (4) Bagaimana peluang pengembangan usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang dimao;a mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang nyata berpengaruh terhadap jumlah produksi padi yang dicapai, efisiensi penggunaan faktor produksi oleh petani baik secara teknis rnaupun ekonomis, dan prospek pengembangannya di masa mendatang. Model uji berbentuk tinier logaritrna ganda yang ditransforrnasi dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Menggunakan data sekunder time series tahun 1990 s/d 2001, metode analisis kuantitatif regresi Enier berganda, dan pengolahan data dengan Eviews-3. Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut; LOG(PROD) = 23.75937013 + 1.21269099*LOG(AREA)- 0.4389402362•LOG(BBT) (4.008002) (7.645312) (-1.620833) - 0.75061717*LOG(PPK) - 0.240895965*LOG(IRGTK) + 0.795428310*LOG(TRD) (-2.551838) (-2.940776) (2.918406) - 0.2119911043*LOG(HSP) - 0.1128901411*01 ( -2. 922826) (-3.459366) R2
=0.992934
D.W
= 1.952241
F-statistik
= 80.29882
Angka dalam kurung adalah nilai t-statistlk
Dimana: PROD = adalah perubah tak. bebas, dalam hal ini adalah jumlah produksi gabah kering panen (dalam Kg) AREA = adalah perubah bebas laban berupa luas areal panen (dalam Ha) BBT = adalah variabel bebas modal berupa jumlah benih yang digunakan (dalam kg) PPK = adalah perubah bebas modal berupa jumlah pupuk urea yang dipakai (dalam Kg)
IV
IRGTK= adalah perubah bebas luas laban yang ter:jangkau irigasi teknis (dalam Ha) TRD = adalah perubah bebas modal berupa jumlah Traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) HSP = adalah perubah bebas modal berupa jumlah Hand Sprayer yang kondisinya baik (dalam unit) diasumsikan dapat menggambarkan pengunaan pestisida. 0 = variabel dummy (bencana alam musim kemarau akibat badai elnino pada tahun 1998) (a) Dari sepuluh variabel yang diduga berpengaruh pada tingkat produksi padi dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang, temyata hanya ada tujuh yang nyata berpengaruh atau signifikan (Luas laban, benih, pupuk, irigasi teknis, traktor roda dua, pestisida, dan Perubahan kondisi alam sebagai variabel dummy). Sedangkan tiga variabel lainnya (Tenaga kerja, lntensifikasi supra insus, dan Laban Puso) tidak signifikan dan multikolinear antara tenaga ke:r:_ja dengan traktor roda dua (koefisien korelasi 0,9102) dan dengan hansprayer (koefisien korelasi 0,9677), sehingga dikeluarkan dari model. Hubungan antara variabel independen dengan ketujuh variabel bebas yang signifikan tersebut tidak semuanya sesuai dengan ya:1g dihipotesakan sejak awal. Hanya ada tiga yang sesuai (Luas laban, dan Traktor roda dua secara positit: serta variabel dummy secara negati:t). Sementara empat lainnya (benih, pupuk urea, irigasi teknis, dan handsprayer dihipotesakan positif tapi muncul dengan nilai negati:t), artinya penggunaan benih, pupuk urea dan pestisida relatif berlebih. (b) Jumlah koefisien elastistas semua variabel bebas yang signifikan kecuali variabel dummy, diperoleh 0,365675 < 1, artinya bahwa secara teknis kombinasi penggunaan faktor produksi oleh petani belum efisien. dengan kondisi Decreasing Return to Scale yaitu pertambahan hasil yang sudah menurun, tetapi masih dianggap rasional, karena masih · dapat memberikan keuntungan. (c) Dari hasil perhitungan perbandingan Nilai Produksi Marjinal (NPM) dengan Biaya Faktor Marjinal (BFM) semua variabel bebas yang signifikan kecuali variabel dummy, tidak seragam satu sama lain dengan jumlah total nilai NPM/BFM 13,98469 > 1, berarti secara ekonomis kombinasi input dalam proses produksi usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang belum efisien. (d) Prospek pengembangan usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki peluang yang cukup baik, terutama melalui penambahan luas laban
v
Berkaitan dengan basil penelitian, disampaikan beberapa saran yaitu : (a) Perlu dilakuk.an rasionalisasi penggunaan faktor produksi, berupa upaya perluasan I~ peningkatan jumlah traktor rodak dua, dan mengurangi benih, pupuk urea, pestisida, serta perbaikan jaringan irigasi teknis dan penglolaannya .(b) Perlu dilakukan penelitian berkelanjutan berkaitan dengan pengembangan teknologi, k.hususnya kombinasi penggunaan pupuk yang tepat dan varietas yang lebih baik agar dapat menghasilkan beras berkualitas tinggi Wltuk memenuhi permintaan pangsa pasar dengan daya beli lebih tinggi, sehingga dengan jumlah produksi yang sama dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar. (c) Dalam jangka Pa.D:iang pemerintah perlu memikirkan program pem~rian "income support to the farmer" yaitu memberikan transfer uang secara langsWlg kepada para petani berdasarkan jumlah produksi yang dijual ke Bulog. lni dimaksudkan Wltuk meningkatkan minat petani Wltuk tetap berproduksi dan dapat meningkatkan kesejahteraannya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadiarat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul "Efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani padi di kabupaten
.Jidenreng rappang ( pendekatan ekonometri) ". Tak dapat dipungkiri bahwa sejak awal sampai selesainya tesis ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih khususnya kepada lbu Dr. Sulastri Surono selJ.agai pembimbing yang dengan sabar dan penuh perhatian telah mengarahkan dan memberi petunjuk selama penelitian sampai selesainya tesis ini. Disamping itu penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat: l. Bapak Rektor, Pimpinan MPKP FEUI, dan segenap civitas akademika Universitas Indonesia. 2. OTO Bappenas atas penyediaan biaya selama mengikuti studi di Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universita Indonesia.
.3. Bapak Bupati Kabupaten Sidenreng Rappang, atas kesempatan tugas belajar yang telah diberikan serta segala dukungan moril dan materil. 4. Bapak Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor Statistik, dan
Ketua Bappeda Kabupaten Sidenreng Rappang beserta staf atas segala pelayanannya yang baik selama penulis melakukan penelitian.
5. Bapak ldris Bau Mange, Risal, Hijas, Tellese atas segala bantuannya. 6. Bapak Bagja Mulyariadi dan ternan-ternan mahasiswa MPKP angkatan X-A pagi atas segala masukannya yang konstruktif.
7. Kedua Orang Tua, lstri dan anak tersayang, atas segala Do'a restu dan pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penelitian
ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala dukungan dan bantuannya selama studi sampai selesainya penclitian ini. Semoga segala bantuan dan dukungannya diterima serta diridhoi sebagai ibadah oleh Allah Swt.
Vll
Akimya kesempurnaan hanyalah milik yang maha sempurna, oleh karena itu tulisan ini tcntu masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian scmoga hasilhasil
yang
tertuang
dalam
tulisan
ini
bermanfaat
bagi
mereka
yang
memerlukannya dan bagi penulis sendiri.
Depok, Mei 2003
Penulis
DAFTAR lSI
Halaman Abstraksi Kata Pengantar Daftar lsi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran
I.
m v vn X Xll
xiii
PENDAHULUAN 1. 1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang masalah Pcrumusan Masalah Hipotesis ............................................. . Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................... . Metodologi Penelitian ............................... . ......................... , 1.5.1 Jenis dan Sumber Data 1.5.2 Model Penelitian ............................... . ............................... . 1.5.3 Metode Analisis 1.6 Kerangka Tulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II.
•• •
••••
0
•••
0
••••
0
•••••••
0
0.
0
0
0
•••
1 3 6 6
7 7 8 9
13
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 2.2 Konsep Efisiensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 2.2.1 EfisiensiTeknis ................................ 18 2.2.2 Efisiensi Alokasi atau Efisiensi Harga . . . . . . . . . . . . . . 19 2.2.3 Efisiensi Ekonomis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.3 Penelitian Terdahulu III
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
POTENSI DAN KINERJA SEKTOR PERTANIAN 3.1 Kondisi Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan . . . . . . . . . . . . . . 30 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32 3.2 Hasil Analisa Location Quotient (LQ) 3.3 Hasil Analisis Shift Share . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
IX
lV
SPESIFIKASI MODEL 4.1 4.2 4.3 4.4
V
Model Uji ............ ·. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Data ............................................ Alasan Pcmilihan Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tahap-tahap Analisa dan Pembahasan Model .............. 4.4.1 Menentukan Variabel yang signifikan .............. 4.4.2 Menghitung RetumTo Scale . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.4.3 Mengukur Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi . . . . . . . .
38 39 39 44 44 45 45
ANALISA DAN PEMBAHASAN MODEL 5.1 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Padi. . . . . . . . 5.1.1 Variabel yang Signifik.an . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 5.1.2 Variabel yang Tidak Signifikan .................... 5.2 Analisa Efisiensi Teknis Faktor Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.3 Analisa Efisisnsi Ekonomis Faktor Produksi .............. 5.3.1 Efisiensi Ekonomis pada kondisi saat ini .............. 5.3 .2 Efisiensi Ekonomis pada kondisi biaya minimum ........
48
55 62 62 64 64 66
VI KESIMPULAN DAN SARAN
69
6. I Kesimpulan 6.2 Saran
70
Lampiran Daftar Kcpustukaan
73 ............................................
84
DAYI'AR T ABEL
Halaman 2.1
Gambaran efisiensi teknis berdasarkan hubungan antara Produksi Marjinal (MP), Produksi rata-rata (AP), Elastisitas (E), dan strategi pembuatan keputusan manajerial .........................
19
Statistik deskriptif alokasi faktor produksi dan hasil produksi dalam usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001 . . . . .
31
Analisis pendapatan petani per hektar lahan garapan di kabupaten Sidenreng Rappang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
32
Nilai LQ Kabupaten Sidenreng Rappang Terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
Nilai LQ Sektor Pertanian Kabupaten Sidenreng Rappang ................... Terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001
33
Nilai Shift Share PDRB Kabupaten Sidenreng Rappang Terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001 (Juta Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
57
Nilai Shift Share PDRB Khusus Sektor Pertanian Kabupaten Sidenreng Rappang Terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001 (Juta Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
37
Perkembangan Produksi Padi, Jumlah Petani, Areal Panen, Penggunaan Pupuk Urea, Bibit, Traktor Roda dua, Handsprayer, ................... dan Produksi rata-rata tahun 1990 - 2001
40
Luas Lahan Terjangkau Irigasi Teknis, Intensifikasi Supra lnsus, dan Lahan PusoHasil Estimasi Model Pertama .............
41
5.1
Hasil Estimasi Model Pertama
46
5.2
Hasil Estimasi Model Kedua
5.3
Hasil Estimasi Model Ketiga
51
5.4
Hasil Estimasi Model Keempat
53
5.5
Nilai Elastisitas Faktor Produksi dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001 .........................
3.1
3.2
3:3
3.4
3.5
3.6
4.1
4.2
.. ·.......... ' ................. .
49
. 63
XI
5.6
Perbandingan NPM dan BFM faktor produksi kondisi saat ini (tahun2001)
5.7
5.8
............................................
63
Rata-rata geometri alokasi faktor produksi dengan pendekatan biaya minimum dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang
67
Rata-rata geometri alokasi faktor produksi dengan basil produksi tetap, Faktor laban dipegang konstan dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
68
DAFTAR GAMBAR
llalarnan 1.1
Model yang menjelaskan perbedaan hasil antara hasil lembaga Eksperimen dan hasil yang dicapai usahatani (Gomez, dalam Soekartawi 2002)
1.2
Pola autokorelasi
1.3
Flow-Chart Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas ..
4
II
Xll
. . . . . . . . . 12
DAFT AR LAMPI RAN Halaman 1.
Perhitungan NPMIBFM faktor produksi pada kondisi saat sekarang ·
73
2.
Perhitungan rata-rata geometri faktor produksi pada kondisi biaya mmtmum
75
Perhitungan rata-rata geometri faktor produksi pada kondisi biaya minimum, dengan luas lahan dipegang konstan seperti pada kondisi saat sekarang
77
Koefisien korelasi antar variabel bebas
79
4.
XIII
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi antara lain ditujukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang dapat memacu peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan disertai pemerataan diharapkan akan bennuara pada peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Untuk itu hampir semua k.hususnya
negara
negara-negara
sedang
berkembang
pada tahap
awal
pernbangunan ekonominya bertumpu pada sektor primer yang ditandai dengan besarnya
kontribusi
nilai
tambah
sektor
pertanian
dalarn
struktur
perekonomiannya, kemudian ketika sektor industri mulai ·berkembang juga diawali dengan tumbuhnya industri-industri yang sangat terkait dengan sektor pertanian, baik pengolahan hasil maupun yang menyediakan bahan dan alat yang diperlukan di sektor primer. Hal ini menunjukkan betapa sektor pertanian mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi. Secara makro regional, struktur perekonomian kabupaten Sidenreng Rappang selama ini masih sangat dominan dipengaruhi oleh sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian tanaman pangan. Pada tahun 2001 46,40% dari PDRB kabupaten Sidenreng Rappang berasal dari sektor pertanian, 82,72% diantaranya berasal dari sub sektor pertanian tanaman pangan atau 38,38% dari keseluruhan PDRB Kab. Sidrap. Di satu sisi kondisi ini
m~~kan
pujian kepada
pemerintah daerah karena telah berhasil menunjang program ketahanan pangan, sebagai salah satu daerah sentra penghasil beras di provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2001 mencapai mencapai produksi 449.383 ton Gabah kering giling. Namun ironisnya prestasi ini tidak disertai dengan peningkatan yang signifikan pada sisi pendapatan perkapita masyarakatnya. Walaupun tingkat pendapatan perkapita mempunyai banyak kelemahan untuk
dijadikan
indikator kesejahteraan rakyat,
tetapi dengan segala
keterbatasannya paling tidak dapat memberikan gambaran secara agregat. Dalam kurun waktu pengamatan (1990-2001) hanya pada tahun 1993 PDRB perkapita
2
masyarakat kabupaten Sidenreng Rappang lebih tinggi daripada PDRB perkapita provi.nsi Sulawesi Sclatan. Selain itu, sampai akhir tahWl 200 1 sclalu bcrada pada
tingkat yang lebih rendah. Lebih jauh dapat dilihat bahwa secara aktual pertumbuhan nilai produk sektor pertanian di kabupaten Sidenreng Rappang lebih kecil dibanding tingkat provinsi Sulawesi Selatan, terrnasuk sub sektor tanaman pangan. Dalam kurun waktu 1990 - 2001 (selarna 12 tahun) sektor pertanian di provinsi Sulawesi Selatan secara aktual tumbuh sebesar 44,07% atau rata-rata 3,67% per tahun, sedangkan di kabupaten Sidenreng Rappang hanya 30,54% atau rata-rata 2,55% per tahun, sub sektor tanaman pangan di provinsi Sulawesi Selatan tumbuh sebesar 29,98% atau rata-rata 2,50% per· tahun, labih besar daripada kabupaten Sidenreng Rappang yang hanya tumbuh sebesar 26,67% atau rata-rata 2,22% per tahWl. Hal tersebut menggambarkan betapa perekonomian daerah yang bertumpu pada sektor pertanian melahirkan kondisi tingkat pendapatan masyarakat kabupaten Sidenreng Rappang yang relatif rendah, tambahan lagi sektor yang menjadi andalan tersebut tidak menjadi lebih baik bahkan tumbuh lebih rendah dibanding pada tingkat wilayah yang lebih luas. Pertanyaan besar yang menghadang adalah apakah untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan meninggalkan strategi pembangunan yang berturnpu pada sektor pertanian, sementara endowment factor memang lebih cocok untuk pengembangan sektor pertanian ? tentu saja tidak, tetapi harus dipandang sebagai suatu proses yang dinamis sebagaimana diungkapkan dalam teori pertumbuhan ekonomi oleh Rostow bahwa setiap masyarakat pasti terletak dalam salah satu dari lima buah tahapan ekonomi yang ada, yakni; ( 1) tahapan masyarakat tradisional, (2) penyusunan kerangka dasar tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsWlg secara otomatis, (3) tahapan tinggal landas, (4) tahapan menuju kematangan ekonomi, (5) tahapan .konsumsi massa yang tinggi. 1
1 Profesor Rostow ''The Stages of Economic Growth" dalam Michael P. Todaro "Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga" edisi keenam Hal. 84, 1998.
3
Salah satu peluang yang memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah mengupayakan peningkatan produktivitas sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan. Hasil penelitian denplot 2 oleh dinas pertanian tanaman pangan kabupaten Sidenreng Rappang dapat mencapai produksi sebesar 8,39 ton!Ha gabah kering giling, sementara produktivitas petani baru mencapai rata-rata 6,59 ton/Ha Gabah kering giling. Artinya masih ada peluang dan kemungkinan untuk lebih ditingkatkan, walaupun kendala untuk itu tentu juga tidak sederhana.
Peluang peningkatan produksi ini1ah yang akan
menjadi fokus dalam penelitian ini dengan titik berat pada faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, serta efisiensi dan optimalisasi penggunaan swnber daya.
1. 2 Perumusan Masalah Perhatian utama dalam upaya mempelajari aspek produksi adalah terletak pada hubungan antara input (faktor produksi) dengan output (hasil produksi). Peranan input terhadap output dapat dilihat dari segi jenis atau macarnnya, kualitas, ketepatan jurnlah dan waktu penyediaannya, disarnping itu dapat pula dilihat dari segi efisiensi penggunaafi faktor produksi tersebut. Karena thlctorfaktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan antara produktivitas aktual (produktivitas yang dihasilkan oleh petani) dengan produktivitas potensial (produktivitas yang seharusnya dapat dicapai oleh petani) yang biasa disebut dengan kesenjangan produktivitas. Untuk lebih rnemaharni bagaimana terjadinya kesenjangan produktivitas tersebut, garnbar 1.1 rnenyajikan model yang menjelaskan terjadinya perbedaan antara produktivitas yang dicapai oleh lembaga penelitian dengan produkti:vitas potensial serta aktual di tingkat petani. Model tersebut rnenjelaskan adanya dua macarn kesenjangan produktivitas,
Kesenjangan Pertama yaitu gap antara hasil yang dicapai pada lembaga penelitian dengan tingkat produksi potensial di tingkat petani, dan Kesenjangan Kedua yaitu gap antara tingkat produksi potensial dengan hasil aktual di tingkat petani. Gap 2 Denplot adalah istilah dalam pertanian, singkatan dari Demonstration Plot diartikan sebagai areal percontohan yang dikelola oleh petugas dari dinas pertanian tanaman pangan.
4
pertama disebabkan o1eh adanya faktor yang su1it diatasi oleh manusia (petani) seperti adanya teknologi yang tidak dapat dipindahk.Wl atau adanya pcrbcdaan lingkungan, misalnya iklim, curah hujan, tinggi rendalmya lokasi dan lain-lain. Sementara kcsenjangan kedua disebabkan oleh kenda1a biologi scperti perbedaan vruietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama dan penyakit, dan lain-lain. Disamping itu penyebab lainnya adalah faktor kendala sosial ekonomi seperti perbedaan akses memperoleh kredit atau permodalan, perbedaan besamya biaya dan penerimaan usaha tani dan lain-lain.
Gambar 1.1 Model yang menjelaskan perbedaan basil antara hasillembaga Eksperimen dan basil yang dicapai usahatani. (Gomez, dalam Soekartawi 2002)
··············~~~;~~:~·····~~ ~
{
~~~~~~~~~~=~apat pindahkan
,,
KENDALA BIOLOGI a.Varietas b. Tanaman Pengganggu c.Hama dan Penyakit d. Masalah tanal1 e. Kesuburan Tanah KENDALASOSIAL a. Biaya dan Penerimaan b. Kredit c. Kebiasaan dan Sikap d. Pengetahuan e. Kelembagaan f. Ketidak pastian g. Resiko
Hasil I .----__.__,................................................. ~~
Perbedaan Hasil II r
Hasil Lembaga Eksperimen
Hasil Potensial Usahatani
Hasil Usahatani Sesungguhnya
Kendala-kendala biologis dan ekonomis seringkali berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehinga sifatnya sangat spesifik atau kondisional. Untuk
meningkatkan
produktivitas
itulah,
selama
ini pemerintah telah
menerapkan berbagai instrumen kebijakan baik instrumen harga seperti penetapan harga dasar, maupun kebijakan non harga seperti mendekatkan lembaga penyalur sarana produksi seperti KUD ke sentra sentra produksi agar petani dapat dengan
5
mudah memperolah pupuk, · bibit, dan sarana produksi lain yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu. Pembentukan
wadah kelompok tani,
penempatan penyuluh pertanian lapangan, mengadakan pelatihan pengendalian
hama terpadu, dan lain-lain. Namun demikian, tersedianya sarana atau faktor produksi atau input dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu, belum berarti produktivitas yang dicapai oleh petani menjadi tinggi. Yang lebih penting adalah bagaimana petani melakukan efisiensi penggunaan faktor produksi atau input itu dalam usaha taninya. Konsep efisiensi itu sendiri dalam kaitannya dengan hubungan antara faktor produksi atau input dengan out put basil pertanian dibedakan atas : (a) l!-]isiensi teknis ; yaitu suatu komposisi alokasi faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat dicapai produksi yang tinggi, (b) Efisiensi harga ; yaitu dicapainya basil yang tinggi melalui suatu komposisi alokasi faktor produksi sedemikian rupa dengan tingkat biaya termurah, (c) Efisiensi ekonomis ; yaitu pencapaian produksi yang tinggi melalui adanya efisiensi taknis dan efisiensi harga secara bersamaan, dengan kata lain efisiensi ekonomis dicapai ketika petani dapat menggabungkan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga sekaligus pada saat yang bersamaan. Hasil yang dicapai oleh petani dapat saja efisien secara teknis tetapi belwn · tentu efisien jika ~hingga
dikaitkan dengan harga faktor produksi dan harga output
produksinya tinggi tetapi secara ekonomis mengalami kerugian. Dapat
pula terjadi hal sebaliknya yaitu efisien dari sisi harga tapi tidak dari segi teknis sehingga secara ekonomis memperoleh keuntungan tetapi masih ada
peluang
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keuntungan maksimum baru dapat diperoleh pada titik dimana efisiensi teknis berpotongan dengan efisiensi harga. Disinilah letak permasalahannya, bagaimana mengupayakan agar hubungan antara input dan output dalam produksi pertanian mencapai tingkat efisiensi secara ekonomis.
6
Dalam bentuk pertanyaan pennasalahan tersebut dapat diajukan sebagai berikut : 1.2.1
Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang ?
1.2.2
Apakah tingkat kombinasi penggunaan input dalam proses produksi telah memenuhi syarat e:fisiensi secara teknis ?
1.2.3
Apakah pengelolaan usahatani padi telah e:fisien secara ekonomis, dan sejauh mana tingkat e:fisiensi yang telah dicapai.
1.2.4 Bagaimana peluang pengembangan usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang dimasa mendatang ?
L 3 Hipotesis
Dalam penelitian ini hubwtgan antara produksi padi dengan faktor produksi serta faktor-faktor lain diduga sebagai berikut : 1.3.1
Tingkat produksi usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang dipengaruhi secara positif oleh faktor luas lahan, jumlah tenaga kerja, penggunaan benih, pupuk, traktor roda dua, irigasi teknis, pestisida, dan secara negatif oleh adanya lahan puso, dan bencana alam musim kemarau akibat badai elnino pada tahun 1998.
1.3.2
Kombinasi penggunaan input
dalam usahatani padi di kabupaten
Sidenreng Rappang telah memenuhi kondisi efisiensi teknis. 1.3.3
Petani telah melakukan alokasi sumberdaya faktor produksi pada tingkat yang efisien secara ekonomis sedemikian rupa sehingga diperoleh keuntungan maksimum dengan ·pendekatan biaya minimum.
1. 4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.4.1
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi yang telah dicapai dalam pertanaman pf!di di Sidenreng Rappang.
kabup~ten
7
1.4.2
Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis skala usaha pertanaman padi di kabupaten Sidenreng Rappang.
}.4.3
Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomis alokasi sumber daya faktor produksi yang telah dilakukan oleh petani, dan
}.4.4
Untuk mengetahui bagaimana· prospek pengembangan usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang di masa mendatang.
Upaya menciptakan kondisi ketahanan pangan yang tetap diiringi dengan peningkaatan tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani sebagai pelaku produksi harus didukung oleh semua pihak. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk perwujudannya, karena informasi dari hasil penelitian ini dapat berguna baik bagi pemerintah maupun petani. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan dapat memanfaatkan sebagai informasi awal untuk menyusun program serta rencana investasi pembangunan sektor pertanian sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi, sementara untuk petani dapat menjadikan acuan untuk mencari formula alokasi faktor produksi yang· ·dapat memberikan keuntungan optimum secara ekonomis. Disamping itu hasil penelitian ini dapat pula berguna sebagai informasi untuk mendukung penelitian serupa.
1. 5
Metodologi Penelitian
1.5.1 Jenis dan Surnber Data Data yang akan dipergunakan untuk keperluan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam lingkup wilayah kabupaten Sidenreng Rappang untuk kurun waktu 1990 sampai dengan 2001 yang terdiri dari data perkembangan jumlah produksi gabah kering giling, luas areal panen padi, jumlah petani padi, jumlah bibit yang digunakan dalam pertanarnan padi, data jumlah penggunaan pupuk, jumlah traktor roda dua yang kondisinya masih baik dan dapat digunakan, jumlah Hand Sprayer yang kondisinya baik dan dapat digunakan, perkembangan luas jangkauan irigasi teknis, luas lahan yang menerapkan jenis intensifikasi supra insus, dan data jumlah lahan yang mengalami kerusakan (puso ). Diharapkan data
8
ini akan diperoleh dari (a) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, (b) BPS kabupaten Sidenreng Rappang, (c) Bappeda .Kab. Sidrap, (e) BPS provinsi Sulawesi Selatan, (f) BPS Pusat. Disamping data sekunder penelitian ini didukung pula oleh hasil wawancara dengan beberapa orang PPL, ketua kelompok tani, dan staf dinas pertanian tanaman pangan yang dianggap mempunyai pengetahuan tentang kondisi usaha pertanaman padi di kabupaten Sidenreng Rappang.
1.5.2
Model Penelitian ldealnya pendugaan terhadap suatu fungsi produksi dilakukan atas dasar logika dan mekanisme proses produksi yang telah diketahui secara pasti, akan tetapi seringkali keterangan yang sempurna tidak cukup tersedia sehingga peneliti terpaksa hanya mencoba-coba saja model yang biasa digunakan oleh peneliti lain sebelumnya dengan menggunakan data yang tersedia. Produksi merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, dalarn bentuk aljabar dapat dituliskan sebagai berikut ;
.......................... (1.1) Dimana ; y Xl, X2, .
= Jumlah produksi yang dihasilkan .Xn = Faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi.
Terdapat banyak sekali bentuk aljabar dari fungsi produksi yang dapat digunakan dalarn penelitian pertanian, bentuk fungsi yang biasa digunakan adalah fungsi kuadrat dan fungsi Cobb-Douglas. 3 Model yang dipergunakan dalarn penelitian ini adalah model tinier logaritma ganda
yang ditransformasi dari fungsi produksi Cobb-Douglas, dipilih karena beberapa kelebihannya antara lain besaran parameter regresinya sekaligus merupakan nilai elastistas faktor produksi, dengan demikian memudahkan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. 3
Menurut Doll dan Orazem ( 1984) dalam Oktavianus Porajouw Status Peilguasaan Laban Swnberdaya pada Usaha Padi Sawah di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa, halaman 18, tahun 1990
dan' Alokasi
9
Dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, hubungan fisik antara jumlah produksi padi dengan beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya dapat dituliskan sebagai berilrut ;
PROD = a AREA~ 1 TK ~2 BBT ~ 3 PPK IW IRGTK ps TRD P6 HSP P7 lSI ps_ LP P9 D PJO eu
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... ( 1.2)
Kemudian setelah ditransformasi menjadi bentuk tinier double log, modelnya menjadi ;
Log PROD
+
~s
log IRGTK +
+
~9log
LP +
~10
p6 log TRD D + U loge
+
Jn log HSP + Ps log lSI ............ (1.3)
Dimana: PROD
=
AREA
= Varia bel bebas luas areal panen (ha)
TK
• Variabel bebas tenaga kerja berupajumlah petani (orang) = Varia bel bebas jumlah benih atau bibit yang digunakan (kg) = Variabel bebas jumlah pupuk urea yang dipakai (kg) = Variabel bebas luas lahan irigasi teknis (Ha) = Variabel bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) = Variabel bebas jumlah handsprayer yang kondisinya baik (unit) = Variabel bebas luas lahan intensifikasi supra insus {ha) = Variabel bebas luas lahan puso (ha) = Variabel dummy (musim kemarau pada tahun l998) ;<::Error term ::: Bilangan natural ::: Konstanta = Parameter yang akan diduga (i = 1,2,3 ... n), bi pada persamaan model logaritma ganda yang sekaligus menunjukkan nilai elastisitas produksi faktor ke-i.
BBT
PPK IRGTK TRD HSP lSI
LP D e
u a ~i
1.5.3
a + ~~ log AREA + f32 log TK + p3log BBT + p4 log PPK
=
Varia bel terikat, berupa jumlah produksi gabah kering panen ( Kg)
Metode Analisis Dalam penelitian ini digunakan metode analisis Regresi dengan Ordinary Least Square (OLS), pengolahan data menggunakan program Econometric-Eviews 3. Sebelum memberikan
interpr~tasi
terhadap angka-
angka koefisien yang dihasilkan dari pengolahan data komputer, terlebih dahulu harus ditemukan model yang mempunyai spesifikasi terbaik secara
10
~1atistik
dan ekonomi, dari basil run data akan diketahui hal-hal sebagai
berikut ; (a) Sifat hubungan antar variabel, ditunjukkan oleh tanda dari koefisien regresi atau koefisien elastisitas yang positif atau negatif ; (b) Kemampuan model dalam menjelaskan perubahan pada variabel terikat. ( uji R-Square) ; (c) Uji signifikansi individual, apakan suatu variabel bebas secara individual berhubungan dengan variabel terikat (uji statistik t) ; (d) Uji signifikansi koefisien regresi secara serentak berdasarkan uji Fstatistik. Disamping itu perlu pula diwaspadai kemungkinan . munculnya masalah pelanggaran aswnsi ekonometrik yaitu (a) heteroskedastisity, autokorelasi, dan (c) multikolinearitas.
(b)
Masalah .heteroskedasti~itas
nampaknya menjadi lebih biasa terjadi dalam data cross-sectional dibanding dengan data deretan waktu . Pada prakteknya, metode regresi lUltuk data time series seringkali mengalami masalah autokorelasi (hubungan antar eror) dan multikolinearitas (hubungan antar variabel indepcnden). Masalah-masalah tersebut juga harus ditangani terlebih dahulu sebelum melakukan analisis atau interpretasi basil regresi. 4 Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah multikolinearitas ndalah mengamati nilai koefisien determinasi (R2), nilai F-statistik, dan nilai t-statistik semua variabel bebas. Dikatakan oleh gujarati bahwa jika koefisien determinasi tinggi (antara 0,7 sampai dengan 1), dan F-statistik signifikan tetapi tidak satupun atau sangat sedikit ni1ai t-statistik variabel bebas yang signifikan, berarti ada rnasalah multikolinearitas Biasanya
untuk
mendeteksi
masalah
autokorelasi
digunakan
statistisk Durbin-Watson, secara umum jika nilai statistik DW mendekati
nilai "2" atau menjauhi nilai "1" tidak ada masalah autokorelasi, demikian sebaliknya. dengan ketentuan jumlah observasi minimal 15 buah dan variabel bebas tidak lebih dari 5 karena statistik Durbin Watson tidak efektif mendeteksi autokorelasi jika syarat itu tidak dipenuhi. 5 Karena
dalam penelitian ini jumlah observasi hanya berjumlah 12 buah dan 4
Lihat Gujarati "Ekonometrika Dasar" halaman 179, tahun 1974.
~ Lihat Gujarati "Ekonometrika Dasar" halaman 216, tahun 1978.
11
variabel bebas yang digunakan lebih dari 5 maka metode yang digunakan adalah graJik residual terbadap waldu, dan tetap membandingk.an hasilnya
dengan statistik durbin watson. Jika grafik residual menunjukkan pola seperti pada gambar 1.2.a s/d 1.2.d kemungkinan besar terdapat masalah autokorelasi, sedangkan pola pada gambar 1.2.e tidak ada masalah autokorelasi. 6 Gambar 1.2 Pola Autokorelasi
u,e
u,e
,~·'
....... •.•I
··.....,·.. .'//... \ I o~~----~--~----_. '
/
'
\
i'
........·"''-,...
.......... ······,·...
.··"''...................,..
····--....•/
....l
waktu
-·
/
--
.....·"'_ ___ 0 ...__....._...::;_
waktu
,..-·"
....
·'
(b) Pola trend tinier positif
(a) Pola siklus
u,e
u,e .......,.···············............. .,
/
0 ·····-·--····-·--....... _
u
·-............................
ot----r-/_____~. .,.. . ~----l~~tu
/
(c) Pola trend tinier negatif
(d) Pola trend linier dan kuadratis
u,e
0
ll ,........... t'. ......·•''! _;··..... .....} .......,,.'/'\..•l i/ ii .. £: r
waktu
(e) Tidak ada masalah autokorelasi
6
Lihat Gujarati "Ekonornetrika Dasar" halarnan 203, tahun 1978.
12
Langkah analisis model mengikuti pola pada gambar berikut;7 Gambar 1.3 flow-Chart Analisis fungsi Produksi Cobb-Douglas Start
hi
Yi = aXi 1. Tentukan mana variabel Y dan X 2. Tentukan Satuan/ ukuran!unit dari Variabel
.
.. Spesifik.asi Variabel
~ ~
.....
+ Operasional?
• •
tidak I
Ya
Analisis dengan Komputer
Uji F Significance?
t
Ya
Koefisien Determinasi ( R2 ) Cukup tinggi ? .. Ya
• •
tidak
Uji t pada masing-masing Koefisien Significance ?
tidak
tidak
Ya
Selesai ( artikan)
Lihat Soekartawi "Teori Ekonomi Produksi, dengan pokok bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas", halaman 185, tahun 1994. 7
13
1. 6 Kerangka Tulisan Pcnulisan penelitian ini direncanakan ak.an ditulis dalam enam bab, pada bab .
'
pertama disajikan pendahuluan yang berisi pokok-pokok tentang (a) latar . belakang masalah ; (b) perumusan masalah) ; (c) hipotesis ; (d) tujuan dan manfaat penelitian; (e) metodologi penelitian, dan (f) kerangka tulisan. Bah kedua tentang Tinjauan Pustaka, akan memuat informasi tentang (a) fungsi produksi Cobb-Douglas ; (b) konsep efisisensi ; dan (c) tinjauan beberapa basil penelitian terdahulu terutama yang menggunak.an model tinier logaritma ganda basil transformasi fungsi produksi Cobb-Douglas. Bah ketiga tentang potensi dan kinerja sektor pertanian, ak.an disajikan informasi tentang kondisi dan potensi sektor pertanian. k.hususnya sub sektor pertanian tanaman pangan di kabupaten Sidenreng Rappang, dikaitkan dengan perkembangan pendapatan perkapita masyarakat serta posisinya dalam struktur perekonomian daerah. Dalam hal ini digunakan alat analisis Location Quetion (LQ) dan Shift Share Analysis. Pada bah keempat tentang spesifikasi model, menyajikan tentang data, model uji yang digunakan, alasan pemilihan variabel, dan beberapa tahap analisa dan pembahasan model penelitian. Selanjutnya dalam bah kelima disajikan basil dan pembahasan model, berupa penjelasan mengenai informasi yang dapat diperoleh dari besaran-besaran parameter basil estimasi yang diperoleh berkaitan dengan permasalahan, hipotesis, dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Terakhir pada bah keenam, disampaikan beberapa poin kesimpulan dan saran terkait dengan basil temuan dalam penelitian ini, serta upaya pengembangan sub sektor pertanian tanaman pangan dan peningkatan kesejahteraan petani di kabupaten Sidenreng Rappang di masa depan.
BAB II TIN.JAUAN PUST AKA
Pemahaman tentang
konsep-konsep
teoritis
berkaitan dengan objek
pengamatan sangat penting sebagai dasar suatu penelitian ilrniah, disamping berguna sebagai justifikasi basil yang diperoleh, yang lebih penting adalah sebagai pedoman agar langkah dan instrumen yang digunakan dalam penelitian itu tidak keliru, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam bah kedua tentang tinjauan pustaka ini akan disajikan uraian tentang beberapa konsep dasar yang terkait dengan (1) fungsi produksi Cobb-Douglas ; (2) konsep efisiensi ; dan (3) resume bcbcrapa pcnclitian tcrdahulu yang mencliti tcntang fungsi produksi pertanian dengan menggunakan model Cobb-Douglas.
2. 1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi produksi produksi Cobb-Douglas terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb, C. W. Dan Douglas, P. H. Pada bulan maret tahun 1928 melalui artikclnya yang berjudul "A Theory of Production" . Artikel ini dimuat untuk pertama · kalinya dalam majalah ilmiah American Economic Review 18 (Suplement), halaman 139-165. 1 sejak saat itulah fungsi produksi Cobb-Douglas banyak digunakan dan dikembangkan oleh para peneliti termasuk dalam bidang pertanian. Bahkan dalam perkembangannya bukan saja digunakan dalam bentuk fl.mgsi produksi, tetapi juga yang lain seperti fungsi biaya Cobb-Douglas, fungsi keuntungan Cobb-Douglas dan lain-lain. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel ; variabcl yang satu disebut variabel terikat atau yang dije~kan (Y), dan yang lain disebut variabel bebasatau yang menjelaskan (X). 2
misalkan kita mempunyai jumlah produksi suatu barang (Q), yang diperoleh dengan menggunakan dua macam input yaitu modal (K), dan tenaga kerja (L),
1 Lihat Dominick Salvatore, "Managerial Economics in a Global Economy'' Fourth Edition, halaman 265, tahun 2001. 2 Oleh Soekartawi, "Prinsip dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan aplikasi", edisi revisi, halaman 84, tahun 2002.
15
maka hubungan antara input dan output tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
lungsi produksi Cobb-I>ouglas scbagai bcrikut ;
Q = AKa L b
................................................. (2.1)
Dimana; Q K L
Jumlah output Jumlah modal yang digunakan Jumlah tenaga kerja · Parameter yang diestimasi.
=
=
A, a dan b
= =
Fungsi produksi Cobb-Douglas· sering dipakai karena memiliki beberapa keunggulan praktis antara lain;3
( 1)
besamya produksi marjinal input (untuk
persarnaan 2.1) produksi marjinal modal dan tenaga kerja tergantung pada jumlah mput modal dan tenaga kerja tersebut yang digunakan dalam proses produksi, hal
ini sesuai dengan realita dalam dunia nyata, karena produksi marjinal adalah turunan pertama dari produksi total, maka secara matematik persarnaan produksi marjinal modal dan tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut ; a-l
PMk = 8Q/8K = aAK
L
b
= a . Q/K atau
a b
PMk = a (AK L) K PMk =a. Q/K Dimana; = PMk a = = QIK
(2.2)
Produksi marjinal modal Parameter atau koefisien regresi variabel modal Produksi rata-rata modal.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh persarnaan produksi marjinal tenaga kerja sebagai berikut ;
PMt = 8Q/8L
a
= aAK L
b-1
= a . Q/L atau
a b PM1 = a(AK L) L PMt =a. Q/L Dimana; = PMI a =
QIL
=
(2.3)
Produksi marjinal tenaga kerja Parameter atau koefisien regresi variabel tenaga kerja Produksi rata-rata tenaga kerja.
3 Lihat Dominick Salvatore, "Managerial Economics in a Global Econoimy" Fourth Edition, halaman 265 - 266, tahun 2001.
16
(2) Eksponen-eksponen K dan L (yaitu a dan b) secara berturut-turut ·menggambarkan elastisitas produksi dari modal dan tenaga kerja (Ek dan Et), dan jumlah dari eksponen-eksponen tersebut (a + b) merupakan nilai return to scale. Jika a + b = 1, berarti kegiatan produksi berada dalam kondisi constant return to scale, Jika a + b > 1, berarti kegiatan produksi berada dalam kondisi increasing return to scale, dan jika
a + b < 1
berarti produksi berada dalam kondisi
decreasing return to scale. Secara matematik hubungan antara elastisitas produksi · dengan persamaan produksi total dapat dituliskan sebagai beikut ;
Hk = iiQ. K JK Q Ek
= @ill . K = a
..................................... (2.4)
K Q Dimana; Et a
=
Elastis.itas produksi modal Eksponen atau koefisien regresi variabel modal.
Dengan cara yang sama dapat pula ditemukan persmaan elastisitas produksi variabel tenaga kerja sebagai berikut ;
E,= QQ. L DL Q E1
=
001 . L__
=
b
...................................... (2.5)
L Q
Dimana; Et b
=
Elastisitas produksi tenaga kerja. Eksponen atau koefisien regresi variabel tenaga kerja.
(3) Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diestimasi dengan analisis regrest dengan mentransionnasikannya ke bentuk tinier double log, dengan demikian persamaan (2.1) dapat dituliskan menjadi ;
In Q =In A + a InK + bIn L
............................ (2.6)
dan (4) fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dengan mudah digunakan dalam suatu fungsi dengan variabel bebas yang lebih banyak atau lebih dari dua.
17
Karena penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fi.mgsinya menjadi fi.mgsi tinier, maka ada beberapa asumsi atau persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakannya, antara lain;4 (1) tidak ada ni1ai pengamatan yang bemilai· nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite) ; (2) Dalam fungsi produksi, perlu ada asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral
d~fference
in the respective technologies). Ini artinya,
kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan; dan hila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut ; (3) Tiap variabel bebas adalah
perfect competition ; dan (4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim, adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan (error term). Agar relevan dengan analisis ekonomi, maka nilai parameter estimasi (a dan b) harus positif dan lebih kecil dari satu. Ini artinya berlaku asumsi bahwa penggunaan fungsi Cobb-D()uglas dalam keadaan hukum kenaikan yang semakin berkurang atau law of diminishing return untuk setiap jenis input, sehingga informasi yang dipcrolch dapat dipakai untuk mclakukan upaya agar sctiap penambahan masukan produksi dapat menghasilkan produksi yang lebih besar. Namun dalam banyak kenyataan, peneliti melupakan asumsi tersebut karena beberapa alasan antara lain; 5 (1) Tidak diketahui secara pasti bagaimana sebenarnya keadaan usaha yang dilakukan, apakah dalam keadaan decreasing,
constant, atau increasing of returns .; (2) Diharapkan pengaruh masing-masing masukan produksi dalam skala yang berbeda, misalkan fungsi Cobb-Douglas ditaksir begitu saja, dilihat bagaimana hasilnya kemudian dilakukan manipulasi terhadap besaran elastisitas, kemudian dilihat seterusnya bagaimana pengaruh dari berbagai manipulasi besaran elastisitas tersebut ; dan (3) Fungsi Cobb-Douglas digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan fungsi pendugaan dengan model yang lain. 4
Lihat Soekartawi "Teori Ekonomi Produksi, dengan pokok bahasan analisis fungsi Cobb-Douglas", halaman 161-162 tahun 1994. · ' ~ Lihat Soekartawi "Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, teori dan aplikasi", edisi revisi . 2002, halaman 94-95, tahun 2002.
18
Sebagai penutup dari saJian tentang fungsi Cobb-Douglas perlu dicatat
bahwa disamping bcrbagai kclcbihannya, tcrdapat pula bcbcrapa kelcmahan yang dimilikinya antara lain ; ( 1) Bias terhadap variabel manajernen, secara riil dirnaklumi bahwa kemampuan rnanajernen rnerupakan faktor penting untuk meningkatkan produks~ tetapi variabel ini sulit dipakai sebagai variabel bebas
dalarn pendugaan fungsi
Co~b-Douglas
karena variabel ini erat kaitannya dengan
penggunaan variabel lain misalnya manajernen dalarn rnenggunakan pupuk, bibit dan, lain-lain akan rnendorong peningkatan efisiensi teknis. Karena variabel manajernen erat
kaitannya dengan proses pengarnbilan keputusan dalarn
mengalokasikan variabel input, rnaka rnelupakan variabel ini dalarn fungsi pendugaan akan rnenghasilkan dugaan yang bias; (2) Asumsi bahwa teknologi dianggap netral, yang artinya intercept boleh berbeda, tetapi slope garis penduga Cobb-Douglas diangap sarna, padahal. belurn tentu teknologi di daerah penelitian adalah sarna; (3) Sarnpel dianggap price takers, padahal untuk sarnpel petani yang subsisten, mungkin tidak selalu demikian; (4) dan lain-lain.
l. 2 Konsep Efisiensi Kebanyakan fungsi produksi ·berfokus pada efisiensi, dalarn berbagai literatur efisiensi dibedakan atas (1) efisiensi teknis, (2) efisiensi alokasi atau efisiensi harga, dan (3) efisiensi ekonomis.
· 2.2.1 Efisisensi teknis Efisiensi teknis adalah basil produksi rnaksimum yang dapat dicapai untuk suatu kombinasi tertentu tingkat "decision variables"6, Pengertian
ini dapat dijelaskan dengan model pada tabel berikut :
6 Oleh Yotopolus dan Nugent tahun 1976, dalam Adreng Purwoto, Tesis "Efisiensi Usahatani Padi tanpa dan dengan Mempertimbangkan Risiko, serta Pengaruh faktor Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalarn Menghadapi Risiko (Studi Kasus di dua Desa di Jawa Tengah)", halaman 10, tahun 1990.
19
Tabel2.1 Uambardll ciisicnsi tcknis bcrdasarkan hubungan antara MP, AP, E,
dan strategi pembuatan keputusan manajerial. 7 No
Situasi Jika
- --·-·
--------------
I.
Elastisitas Produksi (maka) -
Akibat Pada AP
--------------------------- ----------------------------
Keputusan ·--
-------- ----- ·-· ------ .
MP>AP
E = MP/AP > 1, elastik
AP meningkat
Tambah input
2.
MP=AP
E = MP/AP = 1, Unitary
AP maksiml.!lll
Input tetap
3.
MP<AP
E = MP/AP < 1, inelastik
AP menurun
Kurangi input
Buku contoh soal dan penyelesa1an ekonom1 manaJenal, panduan solus1 masalah bisnis karangan Vincent Gaspers, halaman 65, tahun 200 I. Keterangan ; MP = Marginal Product AP =Average Product E = Elastisitas
Sumber :
Dari tabel 2.1, tergambar bahwa efisiensi teknis tercapai ketika marginal produksi sarna dengan produksi rata-rata, atau elastisitas produksi sarna dengan satu, dimana produksi rata-rata mencapai maksimum. Dalam hal ini sikap produsen adalah menggunakan input dalam jumlah yang tetap sesuai yang telah dicapai saat itu. Tetapi tingkat penggunaan input masih berada pada daerah rasional (stage kedua) selama perbandingan antara produksi marginal dengan produksi rata-rata bernilai antara nol sampai dengan satu atau elastisitas produksi sama atau lebih besar dari nol dan sarna atau lebih kecik dari satu ( 1 2: Ep 2: 0 ).
2.2.2 Efisiensi Alokasi atau Efisiensi Harga
Adapun efisiensi alokasi atau efisiensi ha.rga adalah upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya sehingga nilai produk marginal (NPMx) untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau biaya marginal faktor (BFMx) input tersebut. (Soekartawi, 58 : 2002). Secara matematis dapat dituliskan : NPMxi = Pxi : atau NPMxi
Pxi 7
=
1
..... ~ ...................................... (2. 7)
Lihat Vincent Gaspers, "Contoh Soal dan Penyelesaian Ekonomi Manajerial, Panduan Solu'si masalah bisnis" halaman 65, tahun 2001.
20
hubungan antara produksi marginal dengan nilai elastisitas adalah ;
Pi-1 Pn
= BY/ BXi = Pi aXi
PMxi
Xn
= Pi. Y Xi
NPMxi
=
(2.8) (2.9)
PMxi . PY
Substitusi persamaan (2.8) dan Persamaam (2.9) NPMxi = Pi. y_ . py (2.10)
Xi BFMxi = Pxi atau
tm4
1
=
B.FM
.......................... ·.............. (2.11)
Dengan demikian pemakaian faktor produksi yang efisien secara alokatif dicapai pada saat ;
WY
. PY Xi
NPMxi = BFMxi atau
=
Pxi
.............. (2.12)
Atau
Xi=
Pi. y. py
................................. (2.13)
Pxi Dimana:
2.2.3
py
=
Pxi
=
y
=
Xi Bi
=
=
=
harga satuan produk harga satuan faktor produksi ke-i rata-rata geometri produk yang dihasilkan dari observasi rata-rata geometri jumlah faktor produksi ke-i dari hasil observasi. Elastisitas produksi faktor ke-i macam faktor prsoduksi yang digunakan ( i = 1, 2, 3, ... n)
Efisiensi Ekonomis Efisiensi ekonomis dalam pengertian kegiatan produksi dilakuk:an oleh petani dengan menggunakan kombinasi input sedemikian rupa sehingga dia mendapatkan ketmtungan, dianggap merupakan tujuan setiap petani yang rasional. Dalam ilmu ekonomi untuk memperoleh keuntungan tersebut dikenal dua pendekatan serupa tapi tak sama. Bagi petani yang mempunyai modal besar tidak menghadapi kendala biaya untuk pengadaan input
yang
diperlukan,
mengalokasikan input
dia
akan
selalu
berpikir
bagaimana
ia
seefisien mungkin untuk dapat memperoleh
produksi yang maksimal.
Cara berpikir demikian dikenal dengan
21
pendekatan memaksimurnkan keuntungan atau profit maximization, di lain pihak manakala petani dihadapkan pada keterbatasan dana dalam melaksanakan usahataninya, maka mereka juga tetap mencoba untuk memperoleh keuntungan dengan kendala biaya yang terbatas. Tindakan yang dilakukan adalah bagaimana · memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan seperti
ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization. Konsep efisiensi alokatif yang juga efisien ·secara ekouomis yang ditunjukkan oleh persamaan (2.9) dan persamaan (2.13) adalah konsep yang menggunakan pendekatan profit maximization, karena pada kondisi tersebut produk marginal input X berpotongan dengan rasio harga satuan input X dengan harga satuan output Y tepat di titik jumlah produksi maksimal. Dalam
kriteria
keuntungan
maksimwn
(profit
maximization)
tercakup ao;umsi yaitu 'decision variable' tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas. Padahal di Indonesia sebagaimana keadaan umwn di negaranegara berkembang, laban garapan, dan modal (capital) secara umum adalah terbatas. Oleh karena itu kajian efisiensi ekonomis khususnya pada usahatani padi di negara sedang berkembang yang didasarkan atas kriteria keuntungan maksimum (profit maximization) adalah tidak tepat. 8 Apabila suatu
sistem produksi menggunakan n jenis input,
katakWllah X 1, X2, ... , Xn serta harga masing-masing input itu berturutturut adalah Pxl, Px2, . . . , Pxn, maka keseimbangan produsen yang meminimwnkan biaya total produksi akan tercapai dengan memenuhi kondisi berikut; 9
NPMxl I Pxl = NPMx2 I Px2 = ... = NPMxnl Pxn > 1 ... (2.14)
Oleh Sugianto 1979 dalam Adreng Purwoto, Tesis, "Efisiensi Usaha Tani tanpa dan dengan mempertimbangkan risiko, serta pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap sikap dalam menghadapi risiko (studi kasus di dua desa di Jawa Tengah), halaman 11, tahun 1990. 9 Lihat Vinvenct Gaspers "Contoh soal dan penyelesaian Ekonomi Manajerial, panduan solusi masalah bisnis", halaman 68, tahun 2000. 8
22
Apabila kondisi keseimbangan produsen yang menggunakan n jenis input itu tidak. tercapai, manajer harus melak.ukan tindak.an korektif dengan memperhatikan jenis input apa yang harus dikurangi untuk meningkatkan produk marjinal (PM) input tersebut dan
jenis input apa yang harus
ditambah untuk menurunkan nilai produksi marjinal (PM) input tersebut.
l. 3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang melak.ukan pendugaan fungsi produksi padi
baik di dalam maupun
luar negeri kiranya baik untuk dijadikan bahan
perbandingan. Kamiya pada tahun 1941 (dalam Heady dan Dillon, 1972) melakukan pendugaan fungsi produksi usaha tani padi di · wilayah Tokoku dan Seinan, Jepang. Menggunak.an model
Cob~Douglas
dengan data tahun 1939,
menemukan · 10
'
Tokoku;
P = 0,924 + 0,75 T - 0,07 L
Seinan;
P
Dimana;
p T L
= 1,101 + 1,3 T =
= =
- 0,53 L
Produksi padi Luas areal tanam (dalam cho, satu cho = 0,99174 ha) Jumlah tenaga kerja (dalam hari orang)
Nilai koefisien regresi variabel buruh bertanda negatif untuk kedua wilayah, dijelaskan bahwa hal ini disebabkan karena keadaan luas laban dan
~nggunaan
buruh keluarga di jepang yang menyebabkan petani jepang membeli sebagian besar dari produksinya sendiri Wltuk dikonswnsi.
Pada tahun 1975, penelitian serupa dilak.ukan oleh Bhati 1975 di Tanjong karang, Malaysia. juga menggunakan model
Cob~douglas
dengan data Cross
Section diperoleh dari 42 orang petani sampel, memperoleh basil; Y = 0,034 + 0,039Xl + 0,737X2 + 1,385X3 + 0,002X4 + 0,182X5. Dimana;
XI X2 X3
X4 X5 10
= = = = =
indeks nilai pengetahuan petani Luas areal tanam (acre, 1 acre= 0,45 ha) indeks kualitas tanah, diukur denpn harga pasar yang berlaku Jumlah tenaga kerja, dikur dengan jam kerja Modal yang digunakan dalam dollar Malaysia.
Dalam Pajung Surbakti "Pendugaan Fungsi Produksi Padi Unggul untuk Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah" Tesis, halaman 18, tahun 1977.
23
R-Square sebesar 0.86, tetapi basil uji parsial (t-stat) variabel X4 dan X5 tidak signifikan. Herarti investasi di sektor modal dan tenaga kerja tidak lagi memberikan pengaruh yang berarti untuk peningkatan pendapatan. Penelitian yang pernah dilakukan di dalam negeri antara lain oleh Pajung Si.lrbakti pada tahun 1977 di beberapa kabupaten dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, fokus penelitiannya pada pendugaan fungsi produksi padi unggul di kabupaten Tegal, Brebes, Pekalongan, Magelang, Banywnas, Banjamegara, dan Klaten. 11 Diperoleh basil ;
K.abupaten Tegal; Q = -0,828 + 0,073 Xt -
(0,41)
0,100 X2 + 0,042 X3 + 0,658 X. + 0,110 Xs (1,18) (1,40) (2,05) (2,07)
+ 0,367 )4 - 0,082 X, + 0,050 Xs + 0,011 X9 + 0,300 X10 (4,47)
(1,16)
(1,15)
- o,028 x11 + o,o96 X12 (0,72) (2,41) R 2 = 0,534
(0,32)
(0,79)
o,o95 x13 (1,62)
Angka dalam kurung adalah t-statistik
Kabupaten Brebes;
Q = -0,438 - 0,563 Xt + 0,721 X2 + 0,010 XJ + 0,481 X. - 0,009 Xs (1,75)
(5,03)
(0,43)
(2,02)
(0,16)
.. 0,010 )4 + 0,041 x, - 0,024 Xs - 0,042 x9 + 0,350 XIO (0,13) (0,71) (0,88) (1,52) (1,11) - 0,019 Xu+ 0,343 X12 + (0,53) (3,57) R 2 = 0,643
0,254 X13 (2,59)
Angka dalam kurung adalan t-statistik
Kabupaten Pekalongan;
Q = -0,960 + 1,470 Xt + 0,074 X2 + 0,083 X3 - 0,558 X. + 0,213 'Xs (7,01) (0,76) (4,38) (2,35) (3,69) .. 0,098 )4 (1 ,44)
- 0,015 X,
(0, 17)
+ 0,012 Xu+ 0,014 X12
(0,43) R 2 = 0, 735
(0,35)
- 0,005 Xs + 0,009 X9 + 0,020 Xto (0, 18) (0,30) (0, 78) -
0,127 X13 (2,61)
Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik
11
Pajung Surbakti Pendugaan Fungsi Produksi Padi Unggul untuk Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah" Tesis, halarnan 35, tahun 1977.
u
24
Kabupaten Magelang ;
Q =T -0,097 + 1,344 Xt + 0,367 X2 + 0,081 XJ + 0,617 N - 0,073 Xs (2,61) (3,25) (1,56) (2,22) (0,85)
+ 0,083
~
+ 0,290 x, + 0,115 Xs - 0,058 x9 + 0,063 XIO
(1 ,04)
(2,38) o,oo4 x12 (0,04)
(2,58)
-
(1 ,40)
- o,085 x11 (1,71)
-
R2 = 0,498
Angka dabim kurung adalah t-statistik
(1 ,69)
o,031 xlJ (0,34)
Kabupaten Banyumas ;
Q = -0,272 - 0,147 X 1 + 0,110 X2 + . 0,006 X3 + 0,128 N + 0,006 Xs (0,57) (1,31) (0,34) (0,90) (0,22) .. 0,032 x6 + 0,122 x, (0,65) (1,71)
-
0,004 Xs - 0,028 x9 + 0,008 XIO (0,18) (1,38) (0,38)
- 0,001 Xtt- 0,016 X12 + 0,035 X13 (0,06) (0,20) (0,45) R2 = 0,211
Angka dalam kurung adalah t-statistik
Kabupaten Klaten ;
0,030 X3 + 0,312 N + 0,052 Xs (2,52) (2,06) (2,59)
Q = 0,494 - 0,410 Xt + 0,274 X2 (2,04) (5,03)
+ 0,180 x6 + 0,174 x, + 0,069 Xs - 0,011 X9 + 0,003 X10 (6, 73)
(3,45)
+ 0,001 Xtt - 0,079 X12 (0,64) R2 = 0,554
(1,84)
(2,68) -
(0,67)
0,054 XtJ (1,04)
Angka dalam kurung adalah t-statistik.
Dimana;
Q
x, x2 x3 x4 Xs x6
x1 Xs
x9
= =
= = =
= = = =
Xro Xu
=
xl3
=
x12
Produksi dalam kuintal Banyaknya pestisida dalam desiliter Banyaknya pupuk dalam kilogram Besarnya biaya untuk pengairan dalam rupiah Banyaknya tenaga hewan yang dipakai dalam h~ri hewan Buruh panen yang dipakai J umlah buruh yang dipakai dalam hari orang JumJah benih dalam kilogram Variabel dummy berupa luas laban kurang dari 0,2 ha Variabel dummy berupa luas laban antara 0,2 s/d 0,5 ha. Variabel dummy musim hujan. Variabel dummy musim kemarau Variabel dummy jenis intensifikasi bimas Variabel dummy jenis intensifikasi inmas
(0, 19)
25
Penelitian lebih kompleks dilakukan oleh C. Peter Timmer pada tahun 1982 di Indonesia dengan menggwmkan data time series 1968 - 1982. topik penelitian
ini adalah peranan kebijaksanaan harga beras di Indonesia dengan penekanan pada pengaruh kebijakan harga beras dan subsidi pupuk terhadap peningkatan produksi beras di Indonesia dalam tenggang waktu pengamatan. Menggunakan model logaritma ganda, model kuadratik, dan semi log dengan 46 persamaan. Salah satu persamaan menarik diamati adalah yang berkaitan dengan pendugaan produksi gabah model logaritma ganda yaitu persamaan 17 dan 24 yang hasilnya adalah sebagai berikut ; Persamaan 17 ; Y = -0.9869 + 1,3636 X, + 0,1998 X2 (1,4) (3,3) . (6,8)
R2 = 0,9772 Persamaan 24; Y
=
D.W = 1,44
-1,2390 + 0,9314 X, + 0,3560 X2 + 0,0643 X3 (1 ,6) (2,9) (4,0) (0, 7)
R2 = 0,9890
D. W = 2,39
Angka dalam kurung adalah t-statistik
Dimana; Luas areal panen dalam juta hektar Jumlah pupuk yang digunakan dalamjuta metrik ton Harga pupuk urea dalam rupiah.
XI
x2 x3
= =
Farida B. Nurlan pada tahun 1983 melakukan penelitian serupa di kabupaten
Maros provinsi Sulawesi Selatan, 12 hasilnya adalah; Musim tanam 1982 ;
Y = 7,0725 + 0,9637Xl + 0,1555 X2 + 0,07695 X3 - 0,16815 X4 (***) (**) (**) (*)
. + 0,05017 X5 - 0,0625 X6 + 0,2816 X7 + 0,0926 X8 + 0,3095 X9 (*)
R2 = 0,848
12
F = 134,45
D.W = 1,64
Dalam Farida B. Nurland, "Tingkat Produksi, Produk Marjinal dan Distribusi Pendapatan usahatani padi sawah Di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan", Tesis, halaman 59,
tahun 1983.
26
Musim tanam 1982/1983 ; Y
=
9.0582 + 1,1264 x, + o,0685 x2 + o,o3o13 x3 (***) (**) (*)
- 0,1319 x. (**
-0.1340 Xs + 0,0121:N + 0,0166 X1 + 0,0200Xs (**) R2
= 0,831
Dimana; y =
x, x2
x3 x4 Xs x6 x, Xs x9
= = = = = = = =
(*) (**) (***)
=
=
F = 167,478 D.W = 1,30 Jumlah produksi padi dalam kilogram Luas areal garapan dalam satuan hektar Jumlah pupuk urea dan TSP yang digunakan dalam Kg Biaya yang dikeluarkan untuk insektisida dalam rupiah Jumlah bib it yang digunakan dalam kilogram Tenaga kerja manusia pra-panen dalam Hari Kerja Orang Tenaga kerja temak dalam hari kerja ternak Variabel dummy petani pemilik penggarap Variabel dummy petani penggarap Variabel dummy status petani campuran Signiftkan pada tingkat kepercayaan 90% Signifi~an pada tingkat kepercayaan 95% Signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %
Penelitian lain oleh Adreng Purwoto pada tahun 1990 dengan studi kasus pada dua desa di Jawa Tengah, meneliti topik tentang e:fisiensi usaha tani padi serta dikaitkan dengan sikap petani dalam menghadapi resiko. Juga menggunakan tnodel fungsi produksi Cobb-Douglas, 13 hasilnya;
x.
Y = 5.5819 + o.6440 x, + 0,2689 x3 + 0,1661 ( 6,0790) (4,9333) (2,4130) (2, 1760)
R 2 = 0,9438 F = 257,3030. Angka dalam kurung adalah t-statistik Dimana; y
x, x3 x4 x2
= =
=
Jumlah produksi padi dalam kilogram Luas areal garapan dalam satuan hektar Jumlah pupuk urea dan TSP yang diguilakan dalam Kg Tenaga kerja manusia dalam hari orang kerja Jumlah bibit, dikeluarkan dari model karena tidak signifikan.
13 Dalam Adreng Purwoto "Efisiensi Usahatani Padi tanpa dan dengan Mempertimbangkan Risiko, serta Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Dalam Menghadapi Risiko, Studi Kasus di Dua Desa di Jawa Tengah", Tesis, halaman 75, tahun 1990.
27
Tingkat cfisicnsi pcnggunaan input secara parsial berdasarkan kriteria kombinasi biaya minimum disimpulkan belum efisien dan· belum optimum karena perbandingan antara Nilai Produksi Marginal (NPM) dengan Biaya Faktor Marginal (BFM) tidak sama dengan satu. Secara berturut-turut nilai NPM/BFM faktor laban, pupuk dan tenaga kerja adalah 1,43, 1,97, dan 0,73. dikatakan bahwa efisiensi dengan kombinasi biaya minimum dicapai jika nilai NPM/BFM ketiga faktor produksi terse but sebesar 1,39 (rata-rata dari jumlah nilai NPM/BFM faktor yang ada sekarang), oleh karena itu ada input yang harus dikurangi dan adapula yang perlu ditambah. Berikutnya adalah penelitian oleh Octavianus Porajouw pada tahun 1990 di Kecamatan Tompaso kabupaten Minahasa provinsi Sulawesi Utara. Fukos penelitian ini adalah pada pengukuran efisiensi alokasi sumber daya dalam usaha
tani padi sawah dikaitkan dengan status penguasaan lahan, y~itu petani penggarap dan petani pemilik. Menggunakan penelitian fungsi produksi Cobb-Douglas, jenis data cross section dengan 80 orang petani sampel terdiri dari 40 orang petani pemilik dan 40 orang petani penggarap. 14 Memperoleh hasil sebagai berikut;
Petani pemilik; Y = 2,4613 + 0,4405 XI (0,1379)
+
0,286I X2 (0,1445)
+
0,38I5 X3 (0,1300)
R 2 = 0,9860 F = 845,5 Angka dalam kurung adalah Standar error
Petani penggarap; Y = 3,I733 + 0,4273 XI + 0,3949 X2 + 0,2700 X3 (0,0973) (0,1273) (0,0580) R 2 = 0,9869 F
14
= 902,5 Angka dalam kurung adalah standar error
Dalam Oktavianus Porajouw "Status Penguasaan Laban dan Alokasi Sumberdaya Pada {Jsahatani Padi Sawah di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa"; Tesis, halaman 48, tahun
·1990.
28
Gabungan; Y = 2, 9793 + 0,4406 X 1 + 0,3551 X2 + 0,3120 X3 - 0,0862 X4 (0,0804) (0,0943) (0,0623) (0,0414) R2 = 0,9859 F = 1311,00 Angka dalam kurung adalah standar error Dimana;
y
x,
x2 x3 x4
= =
= = =
Jumlah produksi padi dalam kilogram Luas lahan garapan per usahatani dalani hektar Jumlah pupuk urea dan TSP yang digunakan dalam kg Jumlah modal yang digunakan perusahatani da1am rupiah Variabel dummy petani penggarap.
Hasil pengolahan data dipero1eh antara lain adalah jumlah koefisien elastisitas variabel bebas untuk petani penggarap adalah 1,0922 sedangkan untuk petani pemilik adalah 1,1081. ini menunjukkan bahwa efisiensi alokasi faktor produksi secara bersama-sama belum mencapai titik efisien dan berada pada kondisi increasing return to scale, demikian pula untuk data gabungan jumlahnya adalah 1,0220 juga lebih besar daripada satu. Adapun tingkat efisiensi input secara parsial pada petani pemilik diperoleh bahwa ketiga jenis input telah berada pada daerah penggunaan rasional yaitu nilainya ( 1 < hi > 0 ). Tetapi perbandingan antara NPM dan BFM faktor produksi laban, tenaga ketja, dan modal masingmasing 2,8077. 1,6347.dan 3,6287. artinya secara ekonomi belum berada pada kondisi efisien. Ketiganya masih memungkinkan untuk menambah keuntungan jika jumlahnya ditambah. Penelitian terbaru dilakukan oleh Diahhadi Setyonaluri pada tahun 2001 ·betjudul "kontribusi pendidikan terhadap produktivitas pertan!an : sebuah uji kausalitas", juga menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan data time series tahun 1979 - 1999, 15 hasilnya sebagai berikut ;
1' Diahhadi Setyonaluri, "Kontribusi Pendidikan Terhadap Produktivitas Pertanian : Sebuah Uji Kausalitas," dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 2, No, I, halaman 53 - 76, bulan Juli tahun 2001
29
Y = 0,974496 + 1,118479 X,+ 0,395304 Xz - 0,206473 X3 (-1,515) (4,302) (4,977) (-2,483) R2 = 0,974496
F = 216,5169
D.W = 0,777293
Angka dalam kurung adalah t-statistik Dimana; y
=
XI X2
= = =
X3
Jumlah· produksi padi Luas Iahan Jumlah tenaga kerja Tingk.at buta huruf (Illiteracy rate)
Nilai Durbin Watson sebesar 0, 777293 menjauhi 2 dan mendekati 1, menunjukkan adanya masalah otokorelasi (hubungan antar error) adalah umum dihadapi jika mengunakan data time series. Untuk mengatasinya peneliti melakukan Autoregresive Correction AR( 1) dan AR(2). dihasilkan nilai R-square lebih baik yaitu 0,995636. F-statistik juga lebih baik yaitu 593,2195. tetapi nilai tstadstik menjadi lebih buruk, hanya variabel X 1 yang signifikan sedangkan lainnya tidak, ini diartikan sebagai tanda terjadinya masalah multikolinearitas. Peneliti kemudian menghilangkan variabel yang tidak signifikan, hasilnya lebih baik tetapi dengan hanya ada variabel X 1 peneliti kehilangan informasi untuk sampai pada tujuan penelitian. Kemudian digunakan data hasil koreksi AR( 1) dan AR(2).
Kesimpulannya
produktivitas
pertanian
tidak
dipengaruhi
se~ara
signifikan oleh tingkat pendidikan masyarakat pedesaan di Indonesia, kalaupun · ada, nilainya sangat kecil.
DAB III POTENSI DAN KINERJA SEKTOR PERTANIAN
Perkembangan suatu sektor atau sub sektor pembangunan akan memberikan dampak kepada perkcmbangan sektor lain dalam struktur pcrekonomian, baik dalam skala nasional maupun regional. Demikian halnya dengan sektor pertanian. Oleh karena itu untuk memahami kondisi sektor tertentu secara mendalam sebaiknya pengamatan tidak dibatasi hanya pada indikator potensi 4an produktivitas secara pisik saja, tetapi tidak kalah pentingnya adalah bagaimana · kontribusi sektor tersebut dengan potensi dan produkstivitas yang telah dicapai 0
terhadap kinerja perekonomian secara keseluruhan. Untuk itu pada bab ketiga ini akan disajikan data perkembangan potensi produksi sub sektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi di kabupaten Sidenreng Rapang. Kemudian dilanjutkan dengan basil analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share.
3.1
Kondisi Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan Dalam rangka program pengwilayahan komoditas 'di provinsi Sulawesi
Selatan, ditetapkan enam kabupaten sebagai wilayah pengembangan tanaman padi yaitu kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng Rapang, Pinrang, dan kabupaten Luwu (sekarang sudah dimekarkan menjadi kabupaten Luwu dan kabupaten Luwu Utara). Kawasan ini disebut BOSOWASIPILU. Pada tahun 2001 luas areal panen mencapai 66.701,06 Hektar atau sekitar 14,64 persen dari luas panen wilayah BOSOWASIPILU dan sekitar 8,30 persen dari luas panen provinsi Sulawesi Selatan. Produksi padi mencapai 439.559 Ton lebih gabah kering giling atau sekitar 19,00 persen dari produksi BOSOWASIPILU dan 10,90 persen dari produksi provinsi Sulawesi Selatan, dengan produktivitas 6.589,99 Kg/Ha gabah kering giling. Data tabel 3.1 menunjukkan statistik deskriptif alokasi faktor produksi perhektar. Rata-rata luas laban adalah 0.958 ha/orang dan standar deviasi sebesar 0.0866, jadi secara umum luas laban garapan petani berada pada kisaran 0.8714l. 0446 hektar.
31
Tabel3.1 Statistik deskriptif alokasi faktor produksi dan hasil produksi dalam usahatani padi di kabupaten Sidrap tahun 2001 Standar deviasi Rata-rata pemakaian input Faktor produksi 0,0866 0,958 halorang Lahan 0,0491 1,052 oranglha Tenaga Kerja 2,4579 36,490 kglha B enih 12,6928 177,935 kg/ha Pupuk Urea 0,0472 0,738 ha/ha Irigasi T eknis 0,0031 0,038 unit/ha Traktor roda dua 0,0397 0,128 unit/ha Hand sprayer Produksi (gkp) 6.642,670 kg/ha 351,8791 Sumbcr; BPS, Dinas pcrtanian tanaman pangan kab.S1drap, d10lah
Rata-rata tenaga ketja 1,052 orang perhektar dengan standar deviasi 0.049 berarti secara umum rasio tenaga ketja terhadap lahan berada pada kisaran 1,0029 - 1,1011 orang pehektar. Sedangkan penggunaan benih rata·rata diperoleh 36,490 kglha dengan standar deviasi 2.4579 sehingga kisaran jumlah benih unggul yang digunakan adalah 34,0321 - 38,9479 kglha. Adapun penggunaan pupuk urea ratarata adalah 177,935 dengan sirnpangan baku sebesar 12,6928 berarti secara umum jumlah pupuk urea yang digunakan oleh petani adalah 165,242 - 190,6273 kglha. Sementara itu rata-rata pemanfaatan irigasi teknis dihitung dengan membagi jwnlah lahan terjangkau irigasi teknis dengan jumlah areal panen diperoleh angka rata-rata 0, 738 ha/ha dengan sirnpangan baku 0,04 72, dengan demikian kisaran penggunaan irigasi teknis berada pada 0,6908 - 0, 7852 ha/ha. Selanjutnya penggunaan traktor roda dua sebagai rasio antara jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik dan dapat digunakan terhadap jumlah lahan diperoleh nilai ratarata sebesar 0,0384 dengan simpangan baku 0,0031, oleh karena itu kisaran penggunaan traktor roda dua adalah 0,0353 - 0,0415 unit/ha. Berikutnya adalah rata-rata penggunaan hansdprayer secara rata-rata diperoleh 0,256 unitlha dengan simpangan baku sebesar 0,0397 sehingga kisaran penggunaan handsprayer berada pada 0,2163 - 0,2957 unit/ha. Dengan kondisi penggunaan taktor seperti itu jumlah produksi rata-rata adalah 6.642,67 kg/ha gabah kering panen, dengan simpangan baku 351,8791. sehingga secara umum produksi berada pada 6.290,7909- 6.994,5491 kglha gabah kering panen.
32
Adapun gambaran pendapatan usahani secara rata-rata di kabupaten Sidcnrcng Rappang dapat dilihat pada data dalam tabel3.2 sebagai berikut; Tabel3.2 Analisis pendapatan petani per hektar lahan garapan di kabupaten Sidrap tahun 2001 Uraian
J umlah input
Variabel Cost (Rupiah) 2.000.000,00 per ha 2.180.283,68 per ha 100.347,50 per ha 199.287,20 per ha 422.400,00 per ha 34.560,00 per ha 18.000,00 per ha 4.954.878,33 8.635.471,00
1 Ha Laban Tenaga Kerja 1,052 orang per ha Bib it 36,490 kg Pupuk 177,935 Kg 0,038 Unit Traktor Roda Dua Handspraycr 0,128 Unit 0,736 Ha Irigasi Total Cost (TC) Total Revenew (TR) = P x Q Keuntungan (TR - TC) 3 .680. 992,67 Petani Pemilik Penggarap ( TR- TC) Petani Penggarap (TR- TC)- (sewa laban) 1.680.992,67 Sumber: Dmas pertaman tanaman pangan kab. S1drap, d10lah. Keterangan : P (harga gabah) = Rp. 1.300,- per kilogram Gkp Q (jumlah produksi) = 6.642,67 kilogramg Gkp per hektar Sewa lahan Rp. 2.000.00,- per ha Upah tenaga kerja Rp. 2.072.513.,- per ha Harga benih Rp. 2.750,- per kilogram Harga pupuk urea Rp. 1.120,- per kilogram Harga traktor roda dua Rp. 11.000.000,- per unit Harga handsprayer Rp. 270.000,- per unit Biaya irgasi adalah besarnya IP AIR (iyuran pelayanan irigasi) yang dibayarkan oleh petani sebesar Rp. 18.000,- per hektar per musim tanam. Biaya investasi pembangunan jaringan irigasi teknis diperkirakan sebesar Rp. 25.000.000,- per hektar. Jika dikalikan dengan pemakaian irigasi oleh petani sebesar 0, 736 halha diperoleh biaya sebesar Rp. 18.400.000,.; tetapi petani hanya dibebani biaya iyuran pelayanan irigasi (IPAIR) sebesar Rp. 18.000,- per hektar per musim tanam, berarti selebihnya ditanggung oleh pemerintah.
3. 2 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)
Pendekatan Location Quotient atau serirlg disingkat LQ merupakan salah satu indikator untuk menentukan sektor unggulan suatu daerah dalam struktur perekonomiannya. Angka LQ > 1 untuk sektor tertentu menunjukkan keadaan proporsi sektor yang
bers~gkutan
melebihi proporsi yang sama di tingkat
nasional atau wilayah perekonomian yang lebih luas_. . atau menunjukkan
33
keunggulan komparatif sektor tersebut, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian sektor-sektor yang mempunyai LQ > 1 dikatakan sebagai sektor basis, sedangkan sektor yang mempunyai LQ < 1 dinyatakan sebagai sektor non basis. 1 Dilakukan analisis pada dua macam data, pertama data untuk sembilan sektor dalam PDRB untuk melihat posisi sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain, kedua data khusus untuk sektor pertanian dengan sub-sub sektomya untuk
melihat secara rinci kondisi tiap sub sektor. Dalam hal ini data provinsi Sulawesi Selatan dijadikan sebagai pembanding. Nilai LQ tahun 1990 dan 2001 untuk data pertama disajikan pada tabel3.3 sebagai berikut: Tabel3.3 Nilai LQ Kabupaten Sidenreng Rappang Terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001
LQ Thn. 2001 LQ Thn. 1990 No Sektor 1 Pertanian 1,337 1,557 0,524 2 Pertambangan dan penggalian 0,027 0,360 Industri pengolahan 0,284 3 4 Listrik, gas, dan air bersih 0,615 0,751. Bangunan 5 1,900 0,373 6 Perdagangan, hotel, dan restoran 0,912 1,092 7 Angkutan dan komunikasi 0,801 0,901 Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 0,716 8 1,163 0,771 9 Jasa-jasa 0,519 Sumber D10lah dengan memakat data PDRB kab. Stdrap dan PDRB provmst Sulawesi Selatan tahun 1990 dan 200 I. Keterangan : Angka tercetak tebal menunjukkan sektor basis.
Pada tahun 1990 sektor yang mempunyai nilai LQ > 1 adalah sektor pertanian dan sektor Perdagangan, hotel, dan restoran. Artinya sektor tersebut merupakan sektor basis atau sektor sektor yang mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan jasanya ke luar daerah. · Sedangkan pada tahun 2001 jumlah sektor basis bertambah menjadi tiga yaitu ~ktor
pertanian, sektor Bangunan, dan sektor Keuangan, persewaan dan jasa
perusahan, sedangkan sektor Perdagangan, hotel, dan restoran tidak lagi menjadi sektor basis pada tahun 2001. Dengan demikian baik pada tahun 1990 maupun 2001 sektor pertanian secara umum menw\iukkan peranan sebagai sektor strategis
t
Bambang PS. Brojonegoro "Ekonomi Regional", halaman 24.
34
bagi perekonomian daerah kabupaten Sidenreng Rappang. Lalu bagaimana dengan posisi sub sektor pertanian tanaman pangan terhadap sub-sub sektor pertanian lainnya, hal ini dapat dilihat pada tabel3.4 sebagai berikut; Tabel3.4 Nilai LQ sektor pertanian kabupaten Sidenreng Rappang terhadap provinsi Sul-Sel tahwt 1990 dan 2001 LQ Thn. 2001 Sub Sektor LQ Thn. 1990 Tanarnan bahan Makanan 1,264 1,506 0,348 Tanarnan Perkebwtan 0,362 Peternakan 1,819 2,410 Kehutanan 0,565 0,143 Perikanan 0,126 0,156 5 .. Sumber : DIOlah dengan memaka1 data PDRB kab. S1drap dan PDRB provinsi Sulawesi Selatan tahun 1990 dan 200 I. Keterangan : Angka tercetak tebal menunjukkan sektor basis No 1 2 3 4
Narnpak bahwa baik pada tahwt 1990 maupun 2001 yang menjadi sektor basis adalah sub sektor tanarnan bahan makanan dan sub sektor peternakan. Sekali lagi ditemukan suatu bukti bahwa sub sektor pertanian tanaman pangan memang · merniliki posisi sangat strategis bagi perekonomian kabupaten Sidenreng Rappang, sehingga sangat beralasan jika mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dalam upaya pengembangannya.
3. 3 Basil Analisis Shift Share Setelah diketahui bahwa sektor pertanian tennasuk didalamnya sub sektor pertanian tanaman pangan ~empwtyai posisi strategis sebagai sektor basis dalam perekonomian daerah, maka selanjutnya perlu diketahui pula bagaimana tingkat peJ1umbuhan sektor dan sub sektor yang bersangkutan dibandingkan dengan pertumbuhan sektor dan sub sektor yang sama pada tingkat wilayah perekonomian lebih luas, dalarn hal ini perekonomian provinsi Sulawesi Selatan. Infonnasi tersebut dapat diperoleh dari hasil analisis shift share yang digambarkan pada tabel3.5.
35
Tabel3.5 Nilai shill share PDRB kabupatcn Sidenreng Rappang terhadap provinsi Sul-Sel tahun 1990 dan 2001 (juta rupiah) SEK. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TOTAL Sumber:
Sp Sd R s (25.629,95) (19.685,30) 38.309,34 83.309,34 (45.315,25) 128,48 7.370,43 114,89 7.498,91 7.613,80 2.036,61 3.636,88 9.655,53 3.982,04 5.673,49 1.623,79 862,06 716,73 2.469,18 845,39 2.949,47 (1.487,80) 22.277,31 23.738,98 20.789,51 7.622,79 (5.688,19) 24.415,20 22.415,20 1.934,60 (7.475,25) 5.879,73 6.320,38 (440,65) 7.034,61 6.047,95 5.827,60 .7.134,92 (1.307,32) (7.355,27) 11.945,14 20.682,80 7.916,01 12.766,79 821,65 (15.966;83) 19.190,70 138.526,76 135.302,86 3.223,86 D10lah dengan memaka1 data PDRB kab. S1drap dan PDRB provms1 Sulawesi Sclatan tahun 1990 dan 200 I. G
Keterangan : Sektor 1: Pertanian Sektor 2: Pertambangan dan penggalian Sektor 3: I ndustri pengolahan Sektor 4: Listrik, gas, dan air bersih Sektor 5: Bangunan Sektor 6: Perdagangan, hotel, dan restoran Sektor 7: Angkutan dan komunikasi Sektor 8: Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Sektor 9: Jasa-jasa. G : Pertumbuhan aktual suatu daerah R : Pertumbuhan yang diharapkan terjadi jika daerah terscbut tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan pertumbuhan nasional S : Selisih antara pertumbuhan aktual daerah dengan regional share ( G - R ) Sp : Proporsional shift Sd : Differential shift Angka dalam kurung menunjukkan nilai yang negatif
Dari perhitungan diketahui bahwa total perekonomian di kabupaten Sidenreng Rappang mempunyai pertumbuhan aktual (G) bemilai positif, demikian juga dengan national sharenya (R). Selisih antara pertumbuhan aktual dengan national share
ditunjukkan oleh nilai total shift (S) juga positit: Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor-sektor secara keseluruhan di kabupaten Sidenreng Rappang relatif lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di tingkat provinsi Sulawesi Selatan. Secara agregat nilai proportional shift (Sp)
adalah negatif sedangkan nilai diffential shift (Sd) adalah positif. Proportional shift (Sp) negatif berarti secara agregat perekonomian terkonsentrasi pada sektor
36
yang tumbuh lebih lambat di tingkat provinsi dengan kata lain sektor unggulan di kabupaten Sidenreng Rappang adalah sektor yang memplll_l~ai pertumbuhan yang lambat di tingkat provinsi Sulawesi Selatan. Sementara itu nilai differensial shift (Sd) posistif artinya secara agregat pertumbuhan yang dicapai didukung oleh adanya keuntungan lokasional dan telah dimanfaatkan dengan baik atau pertumbuhan yang dicapai lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan intern ketimbang faktor lingkungan ekstern. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa secara aktual perekonomian daerah kabupaten Sidenreng Rappang telah mengalami pertumbuhan posistif, sedikit lebih cepat dari pertumbuhan perekonomian provinsi Sulawesi Selatan, karena didukung oleh keuntungan faktor lokasional yang telah dimanfaatkan dengan
baik, tetapi terkonsentrasi atau mempunyai sektor andalan (antara lain sektor pertanian) yang tumbuh lebih lambat di tingkat provinsi. Selanjutnya untuk lebih mendalami kondisi intern sektor pertanian, hasil analisis shift sharenya dapat dilihat pada data dalam tenel3.6. Pertwnbuhan aktual sektor pertanian (G) posistif, demikian pula dengan national share-nya (R). Selisih antara pertumbuhan aktual dengan national share (S) bernilai negatif menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian secara agregat di kabupaten Sidenreng Rappang relatif lebih lambat dibanding dengan pertwnbuhan sektor yang sama di tingkat provinsi Sulawesi Selatan, hal ini sejalan dengan hasil analisis menggunakan sembilan sektor secara agregat sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.5. Hal ini terjacti karena sektor pertanian didominasi oleh sub sektor yang secara agregat pertumbuhannya lambat di tingkat propinsi, ditunjukkan oleh nilai Proportional Shift (Sp) negatif: Ditambah lagi dengan dukWlgan faktor lokasional
kurang baik atau
kW:ang dimanfaatkan dengan baik, terbukti dengan nilai Differential Shift-nya (Sd) yang juga negatif. Besarnya dominasi sub sektor pertanian tanaman pangan
dalam komposisi struktur sektor pertanian menyebabkan kinerja sektor pertanian sangat tergantWlg pada kondisi sub sektor tanaman pangan.
37
Tabel3.6 Nilai shift share PDRB khusus sektor pertanian kabupaten Sidenreng Rappang ·terhadap Sul-Sel Tahun 1990 dan 2001 (juta rupiah) SUB SEKTOR
G
R
s
Sp
1
25.585,56 5.472,60 1.778,57 (163,73) 2.646,39
49.208,82 1.900,65 4.599,43 170,09 1.277,68
(23.623,26) 3.571,95 (2.820,86) (333,82) 1.368,71
(18.839,51) 3.894,35 (4.357,45) 201,87 778,57
(4.783,75) (322,39) 1.536,59 (535,69) 590,14
35.319,39
57.156,68
(21.837,29)
( 18.322, 18)
(3.515,11)
2 3 4 5 TOTAL
Sd
Sumber
: D10lah dengan memakal' data PDRB kab. S1drap dan PDRB provms1 Sulawesi Selatan tahun 1990 dan 2001. Keterangan : Sub Sektor 2: Tanaman Perkebumin Sub Sektor I : Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor 4 : Kehutanan Sub Sektor 3 : Peternakan Sub Sektor 5 : Perikanan
Khusus sub sektor pertanian tanarnan pangan, kondisinya sama persts dengan basil perhitungan sektor pertanian secara agregat, walaupun secara aktual tumbuh secara posistif, tetapi lebih lambat daripada pertumbuhannya di tingkat provinsi Sulawesi Selatan, terkonsentrasi pada pengembangan jenis
kom~diti
yang tumbuh lambat di tingkat provinsi ditunjukkan dengan nilai Proportional Shift (Sp) negatif, serta adanya dukungan fhlctor lokasional relatif rendah atau kemungkinan tidak dimanfaatkan dengan baik, terlihat dari nilai Diffential Shift (Sd) yang juga negatif. Yang sangat penting digaris bawahi dukungan faktor lokasional atau potensi lingkungan
intern
sub
sektor
pertanian
menguntungkan, terbukti dengan nilai
tanaman
pangan
tidak
Differential Shift (Sd) negatif.
begitu Hal ini
memunculkan banyak pertanyaan, antara lain mungkinkah yang dimaksudkan dengan faktor lokasional itu adalah potensi secara fisik atau hon fisik, jika potensi secara fisik yang kurang mendukung secara teknis, mengapa dalam program pengwilayahan komoditas kabupaten Sidenreng Rappang dijadikan sebagai sentra pengembangan tanaman padi. Atau mungkin yang dimaksud kurang mendukung adalah bersifat non fisik, untuk membuktikan hal stersebut memerlukan penelitian lebih mendalam dengan metode lain, sebab analisis LQ dan Shift Share tidak menyediakan informasi tentang hal tersebut.
BAB IV SPESIFIKASI MODEL Dalam penggunaan fungsi produksi Cohb-Doughis, diasumsikan hahwa jumlah koefisien elastisitas semua variabel bebas dalam model adalah satu, artinya dianggap skala produksi berada pada tahap constant return to scale. Oleh karena dalam penclitian ini asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka fungsi Cobb-Douglas tidak dapat dipakai, karena itu model uji yang digunakan adalah model linier double log basil transtormasi dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Untuk lebih memahami metode penelitian yang digunakan, seJanjutnya perlu diketahui bebcrapa informasi penting terkait dengan model uji, data, alasan pemilihan variabel, dan beberapa tahap analisa dan pembahasan model penelitian.
4. 1 Model Uji Sebagaimana telah dijelaskan dalam persamaan .1.3, model
UJI
linier
logaritma ganda yang digunakan sebagai berikut ; Log PROD =
a +
+ +
~~
~s
~9
log AREA +
Jog IRGTK + log LP +
~10
~2 ~6
log TK +
~3
Jog TRD +
D + U log e
log BBT + ~7
~4
log HSP +
log PPK ~s
log lSI
. . . . . . . . ....
(1.4) Dimana: PROD AREA TK BBT PPK IRGTK TRD HSP lSI
LP D e
u
a ~i
= Variabel terikat, berupajumlah produksi gabah kering panen (Kg) = Variabel bebas luas areal panen (ha) = Variabel bebas tenaga kerja berupajumlah petani (orang) = Variabel bebas jumlah benih atau bibit yang digunakan (kg) = Variabel bebas jumlah pupuk urea yang dipakai (kg) = Variabel bebas luas lahan irigasi teknis (Ha) = Variabel bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) = Variabel bebas jumlah handsprayer yang kondisinya baik (unit) = Variabel bebas luas lahan iiltensifikasi supra insus (ha) = Varia bel bebas luas laban puso (ha) = Variabel dummy (musim kemarau pada tahun 1998) =Error term = Bilangan natural = Konstanta = Parameter yang akan diduga (i = I ,2,3 ... n), hi pada persamaan model logaritma ganda menunjukkan nilai elastisitas produksi faktor ke-i.
39
4. 2 Data Untuk keperluan analisis dalam penelitian ini, sesuai dengan faktor yang menjadi variabel bebas dalarn model penelitian, digunakan data sekunder dalam lingkup wilayah kabupaten Sidenreng Rappang untuk kurun waktu 1990 sarnpai dengan 2001 yang terdiri dari ( 1) Perkembangan jurnlah produksi gabah kering giling; (2) Luas areal panen padi ; (3) Jurnlah petani padi ; ( 4) Jurnlah bibit yang digunakan dalam pertanaman padi ; (5) jumlah penggunaan pupuk urea ; (6) Jumlah traktor roda dua yang kondisinya masih baik dan dapat digunakan ; (7) Jumlah
handsprayer
yang
kondisinya
baik
dan
dapat
digunakan
; (8)
. Perkembangan luas jangkauan irigasi teknis ; (9) Luas laban yang menerapkan jenis intensifikasi supra insus ; dan ( 10) Data jumlah lahan yang mengalami kerusakan (puso ). Selengkapnya data tersebut tersaji dalam tabe14.1 dan 4.2.
4. 3 Alasan Pemilihan Variabel Pada umumnya dalam ·pcnelitian yang memakai fungsi produksi CobbDouglas membagi variabel independen yang dianggap berpengaruh terhadap ting~at
produksi dala tiga kelompok utama yaitu (a) Laban, (b) Tenaga Kerja, dan
(c) Modal. Secara matematis dituliskan ;
PRODUKSI = a o +a I LAHAN
+ ~ TENAGA KERJA + y MODAL
Dibaca; produksi merupakan fungsi linier dari logaritma luas laban, logaritma tenaga kcrja, dan logaritma modal.
Tabel4.1 Perkembangan produksi padi, jumlah petani, areal panen, penggunaan pupuk urea, bibit, traktor roda dua, handsprayer, dan produksi rata-rata tahun 1990 - 2001 JUMLAH JUMLAH AREAL PRODUKSI M 0 DA L TAHUN PRODUKSI PETANI PAN EN PUPUK UREA HAND SPRAYER RATA-RATA BIB IT TRAKTOR (Unit} · {ton Gkp} {Orang} (Kg/Ha} (Ha) (_ton) RODA DUA {unit' .(tonj 1990 407.781,540 32.548 6.818,20 59.807,80 9.897,546 2.223,242 795 2.873 1991 363.694,770 32.780 6.798,26 53.498,21 10.021,870 2.09f,325 3.963 860 1992 435.901 ,470 33.017 5.734 6.755,64 64.524,09 10.286,032 2.281,027 976 6.740,62 7.410 1993 364.527,110 33.257 10.408,800 2.223,420 1.113 54.079,17 6.837,79 1994 435.213,640 33.489 7.950 63.648,31 10.623,859 2.355,872 1.128 6.865,21 9.327 1995 471.507,730 33.714 12.123,240 2.490,232 1.344 68.680,71 6.909,45 8.186 2.307,505 1.325 65.038,99 11.697,580 1996 449.383,360 33.805 6.810,12 10.146 1.492 1997 431.191,650 33.892 63.316,30 12.303,340 2.333,832 5.625,45 10.057 12.872,510 2.468,480 1.449 1998 363.979,000 33.901 64.702,1.5 6.418,14 10.339 1.389 73.799,72 12.743,958 2.299,252 1999 473.656,690 33.986 6.543,17 11.227 1.560 74.437,79 2000 487.059,120 34.007 2.599,895 12.799,490 6.589,99 12.692 1.437 2.355,230 2001 439.559,470 34.359 11.294,260 66.7Q1,06 Keterangan ; Traktor roda dua dan Hands prayer yang kondisinya masih baik dan dapat digunakan Sumber; Dinas pertanian tanaman pangan Kab. Sidrap, BPS Kab. Sidrap, BPS Prop. Sulsel, dan Biro Pusat Statistik. I
I
41
Table 4.2 Luas lahan irigasi teknis, lntensifikasi supra insus, dan Laban puso di kabupaten Sidiap pada tahun 1990 sampai dengan 2001
Tahun
Irigasi Teknis (ha)
Supra Insus (ha)
Lahan Puso (ha)
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
19,874.00 20,563.00 20,563.00 20,563.00 19,775.00 20,612.00 24,955.00 26,596.00 26,617.00 26,617.00 26,656.00 30,316.00
45,137.15 45,685.94 46,024.73 46,717.79 59,266.23 55,345.70 59,100.98 56,233.03 56,"566.02 53,372.79 67,845.35 58,641.91
3,174.00 5,745.00 126.00 9,143.00 2,685.00 1,630.00 754.00 3,758.00 6,486.00 4,148.00 667.00 1,075.00
Sumber;
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab: Stdrap. BPS kabupaten.Sidrap.
Produksi ; Dalam beberapa penelitian terdahulu, produksi dihitung dalam satuan berat berupa ton atau kilogram, sementara adapula yang menghitungnya · dalam bentuk nilai uang yaitu Rupiah atau mata uang lainnya, hal ini sangat tergantung dari data yang tersedia. karena berbagai keterbatasan, dalam penelitian
ini digunakan satuan berat dalam kilogram. Laban ; dalam beberapa penelitian ada yang menggunakan luas areal tanam, dan adapula yang menggunakan luas areal panen dengan satuan hektar. Laban sebagai luas areal tanam dalam satuan hektar biasanya digunakan apabila jenis datanya adalah data primer melalui beberapa petani sampel, sedangkan laban sebagai luas areal panen dalam satuan hektar biasanya digunakan oleh penelitian yang jenis datanya adalah data sekunder. Ada juga yang meilgkonversi luas lahan itu dalam bentuk nilai bentuk nilai uang seperti Rupiah atau mata uang lainnya berdasarkan besamya sewa lahan yang berlaku di pasar saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini karena jenis data adalah data sekunder maka yang digunakan adalah lahan sebagai luas areal panen dalam satuan hektar.
42
Tenaga Kerja ; untuk variabe1 tenaga kerja, ada yang menggunakan jum1ah curahan
tenaga
kerja
yang
digunakari
dalam
proses
produksi
dengan
menjumlahkan tenaga mencangkul, menanam, menyiangi, memanen dan lain-lain k..emudian mengkonversinya dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK), ada yang menggunakan satuan tersebut
Kerja Setara .Pria, atau menghitung nilai tenaga kerja
dalam nilai uang, dan adapula yang menggunakan satuan orang atau
jum1ah petani. Karena berbagai keterbatasan, penelitian ini menggunakan satuan jumlah orang atau jumlah petani.
Modal ; modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk k..ekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk mcngahasilk.an scsuatu baik secara 1angsung maupun tidak 1angsung dalam suatu proses produksi. (Soekartawi, 24 ; 2002). Dalam beberapa Jiteratur tidak ditemukan pembatasan yang baku dan merinci tentang apa saja yang termasuk dalam modal. Beberapa penelitian juga menggunakan unsur modal yang berbeda. Tetapi secara garis besar benang merah yang dapat ditemukan dari beberapa penelitian terdahulu adalah :
"semua barang yang diproduksi untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya dimasukkan sebagai variabe/ modaf', seperti behih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Hanya saja dalam analisisnya ada yang mengkonversi jumlah modal itu dalam bentuk nilai uang, adapula yang memisahkannya sesuai jenis input modal yang bersangkutan dengan satuannya masing-masing. Misalnya bibit dalam kilogram, pupuk dalam kilogram, alat mesin pertanian dalam unit. "Karena data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan bentuk time series, maka dalam memproksi variabe/ modal dilakukan secara terpisah dengan satuannya masing-masing, terdiri dari "jumlah bibit, jumlah pupuk, jumlah traktor roda dua, dan jumlah hand sprayer yang kondisinya baik dan dapat digunakan ". Dalam penelitian ini juga dimasukkan beberapa variabel yang secara teknis sangat kecil kemampuan petani dalam mengendalikannya tetapi lebih banyak ditentukan oleh intervensi kebijakan pemerintah dan faktor alam yaitu "luas areal
sawah yang terjangkau dengan pelayanan sa/uran irigasi teknis, luas /ahan yang
43
menerapkan jenis
intens~fikasi
supra insus, dan luas lahan yang mengalami puso
atau kerusakan baik karena serangan hama, bencana a/am, dan lain-lain".
Saluran irigasi teknis ; adalah suatu sistem pengairan yang mempunyai jaringan lengkap, mulai dari saluran induk, saluran primer atau saluran utama, saluran sekunder atau pembawa dan saluran kwarter atau saluran pembagi, lcngkap dcngan pintu-pintu pengatur air. Sehingga suplay air dapat diatur sesuai kebutuhan kondisi pertanaman padi.
Intensifikasi supra insus ; adalah suatu sistem pengelolaan usaha tani padi yang dilakukan secara berkelompok dalam suatu hamparan areal sawah dengan merggunakan paket teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah serta mendapat pembinaan langsung dari pemerintah melalui aparat dinas pertanian tanaman pangan. Tujuan utamanya adalah agar petani mampu mengelola usaha taninya dalam suatu organisasi yang baik dengan menerapkan teknologi yang dianjurkan agar hasilnyapun lebih baik. Dalam penelitian ini luas areal sawah yang terajangkau oleh saluran irigasi teknis dan luas areal intensifikasi supra msus diukur dalam satuan hektar.
Variabelluas laban puso ; secara teoritis ini berhubungan negatif dengan jumlah produksi, artinya jika luas laban yang mengalami puso bertambah maka jumlah produksi pertanian secara keseluruhan akan berkurang. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya puso
a~au
kerusakan antara lain serangan hama,
atau bencana alam. Pada kondisi tertentu serangan hama biasanya masih dapat dikendalikan oleh petani dengan penyemprotan · pestisida. Tetapi pada taraf serangan hama yang meluas apalagi karena bencana alam seperti banjir atau kekeringan maka kemampuan kendall petani tidak lagi berarti. Dalam penelitian
ini luas areal puso diukur dalam satuan hektar.
44
Variabel Dummy ; karena jumlah produksi pada tahun 1998 turon relatif bcsar yaitu 63.39K.360 kilogram gkp dari 449.398.360 pada tahun 1997, dWl naik kembali menjadi 473.666.690 kilogram gkp, diduga ada kejadian 1uar biasa yang terjadi pada saat itu dan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dicapai. Hal luar biasa yang terjadi pada tahun 1998 adalah ( 1) krisis ekonomi ; dan (2) bencana a1am kekeringan akibat badai elnino. Jika penyebab turunnya produksi
adalah krisis ekonomi, dengan alasan daya beli petani menurun seiring dengan naiknya harga input, berarti kemungkinan jumlah input yang digunakan berkurang serta luas lahan panen juga menurun, tetapi hal itu tidak terjadi. Sebaliknya justru jumlah input seperti pupuk, benih, dan traktor roda dua yang digunakan bertambah serta luas lahan panen juga meningkat. Oleh karena itu diduga turunnya produksi pada tahun 1998 bukan karena pengaruh krisis ekonomi tetapi akibat
bencana
a1am
kemarau
panjang
yang
menyebabkan
turunnya
produkstivitas, walaupun tidak sampai menyebabkan lahan puso. Atas dasar alasan tersebut dalam model juga dimasukkan variabel dummy berupa bencana
alam musim kemarau.
4. 4 Tahap-tahap Analisa dan Pembahasan Model 4.4.1
Menentukan variabel yang signifikan Setelah ditemukan spesifikasi model terbaik secara statistik dan ekonomi, maka atas dasar model tersebut dilakukan penentuan variabel apa saja yang nyata berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, sekaligus kita menguji hipotesis pertama. Jika semua faktor yang sejak awal dimasukkan sebagai variabel bebas dalam model signifikan berdasarkan uji t-statistik berarti kita menerima hipotesis pertama, jika lainnya ditolak. Hasil pengujian hipotetsis sekaligus dapat menjawab permasalahan pertama.
45
4.4.2 Menghitung return to scale dan efisiensi teknis. Menjwnlahkan semua koefisien elastisitas produksi variabel bebas yang signifikan kecuali variabel dummy guna mengetahui tingkat efisiensi teknis penggunaan input ·atau kondisi return to scale sebagai gambaran skala kombinasi penggunaan faktor produksi, sekaligus kita menguji hipotesis kedua. Kalau jumlah koefisien elastisitas sama dengan satu berarti kita menerima hipotesis kedua, jika tidak maka kita menolak hipotesis kedua tersebut. Hasil pengujian hipotesis kedua akan dapat menjawab permasaJahan kedua.
4.4.3 Mengukur efisiensi ekonomis pengunaan faktor produksi Tingkat efisiensi ekonomis pemakaian faktor produksi dapat dilihat melalui perbandingan nilai produksi marjinaJ (NPM) setiap faktor produksi dengan harga faktor produksi per satuan atau biaya fakror marjinal (BFM). Jika nilai NPMIBFM setiap faktor produksi seragam dan lebih besar dari satu, berarti penggunaan faktor produksi telah efisien secara ekonomis dengan pendekatan biaya minimum sekaligus kita menerima hipotesis ketiga, jika tidak, hipotesis ketiga ditolak. Hasil pengujian hipotesis ketiga akan dapat pula menjawab permasaJahan ketiga dan keempat.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN MODEL
Sebagai basil penelitian, dalam bab ini akan disajikan uraian tentang ( 1) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produk.si padi, baik yang signifikan maupun yang tidak signifikan secara statistik ; (2) Skala penggunaan faktor produk.si; dan (3) efisiensi ekonomis penggunaan faktor-faktor produksi.
5. 1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi Telah dijelaskan sebelumnya dalam bab pertama bahwa pada awal analisis data, beberapa faktor yang secara ekonomi berdasarkan teori pertanian diduga berpengaruh terhadap tingkat produk.si yang dapat dicapai dalam suatu usahatani akan dijadikan sebagai variabel be bas dalam model penelitian. V ariabel apa yang benar-benar signifikan nyata berpengaruh terhadap produk.si, inilah yang pertama
akan diamati. Tabel5.1 Hasil Estimasi Model Pertama Dependent Variable: LOG( PROD) Method: Least Squares Date: 04/28/03 Time: 20:08 Sample: 1990 2001 Included observations: 12 Variable
CoeffiCient Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(AREA) LOG(TK) LOG(BBT) LOG(PPK) LOG(IRGTK) LOG(TRD) LOG(HSP) LOG( lSI) LOG(LP) 01
-19.44863 0.911045 3.731544 -0.212869 -0.284278 -0.285510 0.447887 -0.221397 -0.014608 -0.009119 -0.138897
-0.612407 3.351083 1.334735 -0.613889 -0.607007 -2.805524 1.143439 -2.298477 -0.143344 -1.205325 -3.469049
0.6502 0.1846 0.4093 0.6495 0.6527 0.2180 0.4575 0.2612 0. 9094 0.4409 0.1787
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.997844 0.976282 0.016107 0.000259 47.42397 2.848434
c
31.75768 0.271866 2.795719 0.346756 0.468327 0.101767 0.391702 0.096323 0.101909 0.007566 0.040039
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Sch~rz criterion F-statistlc Prob( F-statistic)
19.86726 0.104589 -6.070661 -5.626163 46.27875 0.113944
47
LOG(PROD) = -19.44863164 + 0.9110454156*LOG(AREA) + 3.731543641*LOG(TK) (-0.61240) (3.35108) (1.33473) - 0.2128694206*LOG(BBT) - 0.2842n6419*LOG(PPK) - 0.2855096318*LOG(IRGTK) (-0.61388) (-0.60700) (-2.80552) + 0.4478870703*LOG(TRD) - 0.2213972756*LOG(HSP) - 0.01460811452*LOG(ISI)
(1.14343) -0.009119328908*LOG(LP) ( -1.20532)
Dimana: PROD
(-2-.29847) -
0.1388971145*01 (-3.46904)
(-0.14334) ................... (5.1)
= Perubah tak bebas, jumlab produksi gabah kering panen dalam kg
AREA
=Perubab bebas laban berupa luas areal panen (dalam ha)
TK
= =
BBT
PPK IRGTK TRD
HSP lSI
LP ·D
Perubab bebas tenaga kerja berupa jumlah petani (orang) Perubah bebas jumlab benih yang digunakan (dalam kg) :.: ;: Perubah bebas jumlah pupuk urea yang dipakai (dalam kg) = Perubab bebas luas laban yang terjangkau irigasi teknis (dalam ha) = Pubah bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) = Perubah bebas jumlah handsprayer yang kondisinya ba~ dalam unit = Perubab bebas luas laban intensifikasi supra insus (dalam ha) = Perubab bebas luas laban puso (dalam ba) = Variabel dummy (musim kemarau akibat badai elnino tabun 1998)
R2 cukup tinggi, yaitu 0,99784 berarti 99,784 persen perubahan yang terjadi pada produksi dapat dijelaskan oleh model tersebut. Tetapi nilai F-statistik < F tabel artinya secara bersama-sama semua variabel bebas tidak signifikan mempengaruhi produksi. Kita bisa melihat banyak t-statistik yang tidak signifikan, berarti terdapat masalah multikolinearitas (korelasi antara tenaga kerja dengan traktor roda dua 0,9102 dan dengan hansprayer 0,967.7 ; lihat lampiran 4). Nilai Durbin Watson yaitu 2,84843 menjauhi 2 sehingga· kemungkinan besar terdapat masaJab autokorelasi. Namun karena statistik D. W tidak efektif untuk mendeteksi kemungkinan adanya masa1ah autokorelasi karena observasi kurang dari 15 dan variabel bebas lebih dari lima, maka pemeriksaan autokorelasi dilakukan dengan melihat grafik residual terhadap waktu sebagaimana tampak pada gambar 5.1. gambar 5.1 menunjukkan adanya pola siklus, mirip dengan gambar 1.2 (a) yang menunjukkan adanya autokorelasi positif. Dengan demikian perlu dilakukan spesi:fikasi ulang variabel bebas, treatmen yang dilakukan adalah mencoba mengeluarkan variabel bebas yang paling tidak signifikan yaitu variabel intensifikasi supra insus (lSI) dari model. Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.2.
48
Gambar 5.1 Urafik residual model pertama 0.02
0.01
0.00
-0.01
-0.02 90
91
92
93
94
95
96
97
98. .
99
00
01
I - - LOG(PROD) Residuals gambar 5.1 menunjukkan adanya pola siklus, mirip dengan gambar 1.2 (a) yang menunjukkan adanya autokorelasi positif. Dengan demikian perlu dilakukan spesifikasi ulang variabel bebas, treatmen yang dilakukan adalah mencoba mengeluarkan variabel bebas yang paling tidak signifikan yaitu variabel intensifikasi supra insus (lSI) dari model. Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.2. Setelah variabel intensifikasi supra insus dikeluarkan dari model, hasilnya menjadi lebih baik secara statistik, R2 tetap tinggi yaitu 0,997800, artinya perubahan pada produksi dapat dijelaskan oleh model 99,78 persen. Hasil uji F, menunjukkan nilai F statistik > F tabel berarti secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model signifikan mempengaruhi produksi. Nilai t-statistik juga menjadi lebih baik dari sebelumnya, walaupun masih banyak yang belum signifikan secara statistik, sehingga kemungkinan masalah multikolinearitas masih ada. Statistik Durbin Watson diperoleh 2,864874. menjauhi dua sehingga kemungkinan masih terdapat masalah autokorelasi. Untuk itu perlu kembali dilanjutkan dengan memeriksa grafik residual terhadap waktu yang ditunjukkan oleh gambar 5.2. Gambar 5.2 kembali menunjukkan adanya pola siklus yang menunjukkan adanya masalah autokorelasi, sehingga masih perlu dilakukan spesifikasi ulang terhadap variabel bebasnya.
49
Tabel5.2 I Iasil Estimasi Model Kcdua Dependent Variable: LOG(PROD) Method: Least Squares Date: 04/28/03 Time: 21 :54 Sample: 1990 2001 Included observations: 12
LOG(AREA) LOG(TK) LOG(BBT) LOG(PPK) LOG(IRGTK) LOG(TRD) LOG(HSP) LOG(LP) 01
Coefficient Std. Error -17.89314 21.32018 0.909789 0.194102 3.571322 1.830522 -0.227830 0.236213 -0.273723 0.330381 -0.281910 0.070447 0.437472 0.274950 -0.215254 0.061621 -0.009174 0.005398 -0.138617 0.028567
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.997800 0.987897 0.011506 0.000265 47.30193 2.864874
Variable
c
t-Statistic
-0.839258 4.687164 1.950985 -0.964510 -0.828505 -4.001718 1.591096 -3.493170 -1.699688 -4.852324
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike Info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.4897 0.0426 0.1003 0.4366 0.4945 0.0571 0.2526 0.0731 0.2313 0.0399 19.86726 0.104589 -6.216988 -5.812899 100.7666 0.009864
LOG(PROD) = -17.8931404 + 0.9097891645*LOG(AREA) + 3.571321809*LOG(TK) (-0.839258) (4.687164) (1.950985) .. 0.2278300311*LOG(BBT) - 0.2737228075*LOG(PPK) - 0.2819095568*LOG(IRGTK) (-0.964510) (-0.828505) (-4.001718)
+ 0.4374720748*LOG(TRD) - 0.2152539695*LOG(HSP) - 0.009174273324*LOG(LP) (1.591096) ~
0.1386172859*01 (-4.852324)
Dimana: PROD AREA TK BBT
PPK IRGTK TRD
HSP LP D
(-3.493170)
(-1.699688)
.............. : . ............................. (5.2)
= Perubab tak bebas, jumlah produksi gabah kering panen dalam kg Perubab bebas laban berupa luas areal panen (dalam ba) Perubab bebas tenaga kerja berupa jumlab petani (orang) = Perubab bebas jumlab benih yang digunakan (dalam kg) · = Perubab bebas jumlab pupuk urea yang dipakai (dalam kg) = Perubab bebas luas lahan yang terjangkau irigasi teknis (dalam ba) = Pubah bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) = Perubab bebas jumlah bandsprayer yang kondisinya baik dalam unit = Perubab bebas luas laban puso (dalam ha) = Variabel dummy (musim kemarau akibat badai elnino tahun 1998) = =
50
Gambar 5.2 Urafik residual model kcdua 0.015 0.010 0.005 0.000 -0.005 -0.010 ·0.015 90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
I -- LOG(PROD) Residuals Variabel bebas yang paling tidak signifikan secara statistik pada model kedua secara berturut turut adalah pupuk, bibit, traktor roda dua, dan laban puso . . Untuk
menghindari
kesalaban
spesifikasi,
maka
pertimbangan
dalam
mengeluarkan suatu variabel dari model tidak hanya berdasarkan kriteria statistik, tetapi juga kriteria ekonomi. Karena bibit, pupuk, dan traktor roda dua secara ekonomi dianggap lebih erat kaitannya dalam proses produksi dibanding laban
puso, maka walaupun secara statistik variabel bibit, pupuk dan traktor roda dua lebih tidak signifikan daripada laban puso,
maka dalam treatmen selanjutnya
dicoba untuk mengeluarkan. variabel laban puso dari model. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel5.3. Hasil estimasi model ketiga setelah variabel laban puso dikeluarkan dari model, memberikan basil yang lebih baik secara statisti.k; R 2 tinggi, F-statistik signifikan, nilai Durbin Watson juga mendekati dua sehingga kemungkinan besar sudah tidak ada masalah autokorelasi. Untuk lebih meyakinkan perlu diperiksa grafik residualnya, sebagaimana disajikan dalam gambar 5. 3.
51
Tabel5.3 Hasil Estimasi Model Ketiga Dependent Variable: LOG(PROD) Method: Least Squares Date: 04!28/03 Time: 23:08 Sample: 1990 2001 Included observations: 12 Coefficient Std. Error
Variable
c LOG(AREA) LOG(TK) LOG(BBT) LOG(PPK) LOG(IRGTK) LOG(TRD) LOG(HSP) 01 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Q
t-Statistic
Prob.
0.132979 6.527091 0.970000 -1.261233 -2.055221 -3.065040 2.337566 -3.059007 -3.562721
0.9026 0.0073 0.4036 0.2964 0.1321 0.0548 0.1014 0.0550 o.o3n
2.959952 1.143166 1.922012 -0.359337 -0.647242 -0.275211 0.690175 -0.235909 -0.120036
22.25886 0.175142 1.981456 0.284909 0.314926 0.089790 0.295254 0.0n120 0.033692
0.994621 0.980277 0.014688 0.000647 41.93896 2.125459
Mean dependent var S.O.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion
F-statistic Prob(F-statistic)
19.86726 0.104589 -5.489827 -5.126147 69.34097 0.002564
=
LOG(PROD) 2.959952446 + 1.143165904*LOG(AREA) + 1.92201248*LOG(TK) (0.970000) (6.527091) (0.132979) --0.35933709Q-LOG(BBT)- 0.6472416019*LOG(PPK) - 0.27521 08287*LOG(IRGTK) (-3.065040) (-2.055221) (-1.261233)
.. + 0.6901750165*LOG(TRD)- 0.2359091217*LOG(HSP)- 0.1200358957*01 ... (5.3) (2.337566)
(-3.059007)
(-3.562721)
Dimana:
PROD AREA TK BBT
PPK IRGTK TRD
HSP D
• Perubah tak bebas, jumlah produksi pbah kerins panen dalam ka = Perubah bebas laban berupa luas areal panen (dalam ha) = Perubah bebas tenaga kerja berupa jumlah petani (orang) = Perubah bebasjumlah benih yang digunakan (dalam kg) =Perubah bebas jumlah pupuk urea yang dipakai (dalam kg) = Perubah bebas luas laban yang terjangkau irigasi teknis (dalam ha) = Pubah bebasjumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) =Perubah bebas jumlah handsprayer yang kondisinya baik dalam unit = Variabel dummy (musim kemarau akibat badai elnino tahun 1998)
seSuai dengan nilai statistik durbin watson sebesar 2,125459 yang mendekati 2, ternyata grafik residual juga tidak menunjukkan adanya autokorelasi karena pola siklus yang sebelunmya ada pada model kedua, kini tidak tampak lagi. Tetapi masih ada beberapa variabel bebas
y~g
tidak signifikan terutama tenaga kerja,
52
diduga masih terdapat masa1ah multikolinearitas. Oleh karena itu dianggap masih perlu dilakukan spesifikasi ulang variabel bebas. Gambar 5.3 Grafir residual model ketiga 0015 0.010 0.005 0.000
. -0.005 ·0.010
I --
LOG(PROD) Resicllall
Sekarang semua variabel yang tersisa sama-sama penting secara ekonomi karena berkaitan langsung dengan proses produksi, maka kriteria statistik meqjadi pegangan utama dalam mengeluarkan salah satu variabel yang tidak signifikan, sehingga treatmen selanjutnya variabel tenaga kerja akan dikeluarkan dari model ketiga. Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.4. Hasilnya diperoleh R2 cukup tinggi yaitu 0,992934. berarti model ini 99,2934 persen mampu menjelaskan perubahan pada
produks~
sisanya oleh faktor
yang tidak. tercakup dalam model. Uji F statistik menunjukkan nilai F-statistik > F-tabel. Artinya semua variabel dalam model secara bersama-sama signifikan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. Hasil uji parsial variabel bebas dengan t-statistik menunjukkan semua nilai t-statistik signifikan dengan tingkat lcepercayaan antara 90% sampai dengan 99%. Ini berarti bahwa tidak ada lagi masalah multikolinearitas dan secara parsial variabelluas areal panen berpengaruh 11yata terhadap jumlah produksi dengan tingkat kepercayM,Il 99%, demikian pula variabel pupuk, irigasi teknis, traktor roda dua, pestisida, dan musim kemarau pada tahun 1998 nyata berpengaruh dengan tingkat kepercayaan 95%, . dan variabel bibit atau benih nyata berpengaruh dengan tingkat kepercayaan 90%.
53
Tabel5.4 Basil Estimasi Model Keempat Dependent Variable: LOG( PROD) Method: Least Squares Date: 04128103 Time: 23:44 Sample: 1990 2001 Included observations: 12 Variable
c LOG( AREA) LOG(BBT) LOG(PPK) LOG(IRGTK) LOG(TRD) LOG(HSP) 01 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
t-Statistic
23.75937 1.212691 -0.438940 -0.750617 -0.240896 0.795428 -0.211991 -0.112890
4.008002 7.645312 -1.620833 -2.551838 -2.940n6 2.918406 -2.922826 -3.459366
5.927984 0.158619 0.270812 0.294148 0.081916 0.272556 0.072529 0.032633
0.992934 0.980569 0.014579 0.000850 40.30218 1.952241
Mean dependent var S.D. dependent var
Akaike info criterion Schwarz criterion
F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0160 0.0016 0.1804 0.0632 0.0424 0.0433 0.0431 0.0258 19.86726 0.104589 -5.383696 -5.060425 80.29882 0.000389
=
LOG( PROD) 23.75937013 + 1.21269099*LOG(AREA) - 0.4389402362*LOG(BBT) (4.008002) (7.645312) (,-1..620833) - 0.75061717*LOG(PPK) - 0.240895965*LOG(IRGTK) + 0.795428310*LOG(TRD) (2.918406) (-2.551838) (-2.940776) • 0.2119911043*LOG(HSP) - 0.1128901411*D1 ( -2.922826) (-3.459366)
................... (5.4)
Dimana: PROD
= Perubah tak bebas, jumlah produksi gabah kering panen dalam kg
AREA BBT
= Perubah bebas laban berupa luas areal panen (dalam ha) = Perubah bebas jumlah benih yang digunakan (dalam kg)
PPK IRGTK TRD HSP
=Peru bah bebas jumlah pupuk urea yang dipakai (dalam kg) = Perubah bebas luas laban yang terjangkau irigasi teknis (dalam ha) = Pubah bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) = Peru bah bebas jumlah handsprayer yang kondisinya baik dalam unit = Variabel dummy (musim kemarau.akibat badai elnino tahun I 998)
D
Grafik residual juga tidak menunjukk.an adanya pola siklus, sesuai dengan nilai statistik Durbin Watson sebesar 1,952241 yang mendekati 2. artinya dalam
model ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
54
Gambar 5.4 Urafik. residual model keempat 0.02
0.01
0.00
-0.01
-0.02 90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
I - - LOG(PROD) Residuals Dengan demikian dapat diketahui bahwa "tidak semua faktor yang secara apriori diduga berpengaruh terhadap jumlah produksi padi terbukti berpengaruh secara nyata ". Hanya faktor luas areal, benih, pupuk, irigasi teknis, traktor roda
dua, pestisida, dan bencana alam musim kemarau yang terbukti nyata atau signifikan berpengaruh. Sementara faktor jumlah tenaga kerja, intensi.fikasi supra insus dan lahan puso tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. artinya bahwa fak.tor jumlah petani, kegiatan supra insus, dan laha puso tidak nyata berpengaruh terhadap perubahan jumlah produksi padi yang dicapai dalam usahatani di Kabupaten Sidenreng Rappang, yang signifikan pengaruhnya adalah luas lahan, benih, pupuk, irigasi teknis, traktor roda dua, dan perubahan kondisi ·alam. Selanjutnya basil estimasi menunjukkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel independen tidak sesuai dengan yang telah dihipotesiskan sebelumnya, pada awalnya dihipotesiskan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel independen adalah ;
PROD= AREA+ TK + BBT+ PPK + IRGTK + TRD + HSP +lSI- LP- Dl
55
Sementara basil estimasi model keempat diketahui sebagai berikut ; PROD= AREA- BBT - PPK- IRGTK + TRD- HSP- D1 Dimana: PROD
=
Perubab tak bebas, jumlab produksi gabab kering panen dalam kg
AREA
= Perubab bebas lab~:~,n berupa luas areal panen (dalam ba)
TK
=
BBT
PPK IRGTK TRD
HSP lSI
LP D
Perubah bebas tenaga kerja berupa jumlah petani (orang)
= Perubab bebas jumlab benib yang digunakan (dalam kg) = Perubab bebas jumlab pupuk urea yang dipakai (dalam kg) = Perubab bebas luas laban yang terjangkau irigasi teknis (dalam ha) = Pubab bebas jumlah traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) Perubab bebas jumlab handsprayer yang kondisinya baik dalam unit Perubab bebas luas laban intensifikasi supra insus (dalam ba) = Perubab bebas luas laban puso (dalam ha) = Variabel dummy (musim kemarau akibat badai elnino tabun 1998) = =
5.1.1 Variabel yang signifikan Luas Laban ; Variabel luas lahan tandanya positif sesuai hipotesis awal dengan nilai koefisien elastisitas 1,21. artinya jika luas lahan ditambah 1% akan dapat menambah jumlah produksi sebesar 1,21% (faktor lain dianggap tidak berubah). Walaupun faktor lahan garapan sifatnya lebih statis dalam arti untuk jangka .pendek kemungkinan penambahannya tidak mudah, bahkan di beberapa daerah seperti di pulau jawa justru luas lahan sawah semakin berkurang akibat konversi penggunaan lahan sawah menjadi lokasi perumahan atau industri dan kegiatan jasa, dalam periode tahun 1983 - 1993 total konversi laban pertanian di Indonesia mencapai 1,28 juta hektar dengan proporsi lahan di Jawa mencapai 79,3 persen atau seluas 1,02 juta hektar, tetapi di sulawesi selatan pada periode yang sama lahan sawah justru mengalami peningkatan dari 719.628 hektar menjadi 858.354 hektar atau meningkat sebesar 138.672 hektar. 1 Di kabupaten Sidenreng Rappang peluang untuk menambah lahan sawah
terolah masih terbuka Iebar. Dalam dokumen
Program Pembangunan Daerah (Propeda) kabupatert Sidenreng Rapang tahun 2001 - 2005 terungkap bahwa penggunaan lahan menurut jenis
1 Oleh
Tahlim Sudaryanto "Perkembangan lndustri Pupuk. Jnvestasi Irigasi. dan Konversi Lahen". dalam "Bunga Rampai Ekonomi Beras", halaman 29-30, Tahun 200 I.
56
pengairannya adalah sebagai berikut (1) sawah beririgasi teknis : 26.617 hektar yang seluruhnya dapat ditanami padi dua kali setahun ; (2) sawah beririgasi semi teknis: 7.170 hektar yang sebagian besar atau 94,16 persen dapat ditanami padi dua kali setahun ; (3) sawah beririgasi desa : 3.425 hektar yang sebagian besar pula atau 92,15 persen dapat ditanami padi dua
kali setahun ; (40) sawah tadah hujan : 8.978 hektar yang pada umumnya hanya dapat ditanami padi sekali dala setahun.. Disamping itu, masih terdapat pula 1.810 hektar sawah tadah hujan belwn dimanfaatkan atau lebih dikenal dengan lahan tidur. Dengan demikian peluang pemanfaatan
laban sawah untuk pengembangan tanaman padi di kabupaten Sidenreng Rappang adalah 76.128 hektar, sedangkan luas tanam rata-rata setiap tahun (dua musim tanam) adalah 72.186 hektar. hal ini berarti bahwa pada kondisi sekarang pemanfaatan lahan sawah untuk pengembangan komoditi padi belum optimal 2 Sehubungan dengan luas lahan garapan yang dikelola oleh petani, berdasarkan data dari Bappenas/USAID/DAI/CASER '"food policy support activity" 2000, Sjaiful Bahri mengatakan bahwa pada musim hujan (MH) pada saat harga biasanya mencapai titik terendah, usaha tani padi mampu menghasilkan pendapatan bersih antara 22 - 23 persen dari total biaya atau Rp. 1 juta - 1,7 juta/ha/musim. Pendapatan tersebut telah memperhitungkan biaya modal kerja sehingga dapat diartikan sebagai pendapatan untuk manajemen (return to management). Dengan kata lain, seandainya benar bahwa petani padi itu miskin, kemiskinan tersebut lebih disebabkan oleh sempitnya laban garapan, bukan harga. 3 Benih atau bibit ; tanda koefisiennya negatif tidak sesuai hipotesis
awal dengan elastisitas produksi -0,44. artinya jika jwnlah benih yang digunakan bertambah 1% akan menyebabkan penurunan produksi sebesar 0,44% (faktor lain dianggap tidak berubah). Tanda koefisiennya yang
2
Lihat Propeda Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2001 - 2005, halaman 8, tahun
2001. 3 Oleh Sjaiful Bahri, "Perilaku Harga Beras dan Gabah di Indonesia", dalam "Bunga Rampai Ekonomi Beras", halaman 257, tahW12001.
57
negatif menunjukkan bahwa secara teknis penggunaan benih dalam usaha tani di kabupaten Sidenreng Rappang relatif berlebih, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh berkembangnya sistim tanam benih langsung atau dikenal dengan TABELA,4 disamping itu tidak sulit bagi petani memperoleh benih unggul di pasaran yang diproduksi oleh PT. Pertani dan PT. Sang Hyang Seri atau dari kelompok-kelompok petani penangkar benih. Bahkan sudah ada petani yang mampu menangkarkan benih sendiri untuk kebutuhan usahataninya.
Penelitian terdahulu yang juga memasukkan bibit atau benih dalam analisisnya adalah yang dilakukan oleh Pajung Surbakti di beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah pada tahun 1977 menemukan koefisien elastisitas produksi benih di magelang sebesar 0,203, dan di Banjarnegara - 0,209 sementara di kabupaten lain yaitu
Tega~
Brebes, Pekalongan,
Banyumas dan Klaten malah menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kemudian pada tahun 1983 dalam penelitian serupa oleh Farida B Nurland yang dilakukan di kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan rn.enemukan koefisien elastistas bibit sebesar - 0,1319. Pupuk ; Elastistas produksi pupuk diperoleh -0,75 juga tidak sesuai dengan hipotesis awal karena tandanya negatif. Artinya jika jumlah
pemakaian pupuk urea ditambah sebesar 1% akan dapat menurunkan produksi sebanyak 0, 75% (faktor lain dianggap tidak berubah). Tanda koefisien yang negatif berarti pemakaian pupuk urea dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rapang relatif berlebih, antara lain disebabkan oleh ketergantungan petani yang cukup tinggi pada pemakaian pupuk urea sementara tanaman juga memerlukan unsur hara lain selain dari pupuk urea dalam jumlah yang berimbang, pola tanam monokultur dengan
pemakaian pupuk secara terus menerus, menyebabkan dan tidak lagi memberi respon positif terhadap pemupukan.
4 Tabela adalah singkatan dari Tanam Benih Langsung, suatu cara tanam dengan langsung menabur benih pada laban sawah yang telah dioleh. Sehingga petani tidak lagi membuat pesemaian lalu kemudian memindahkan tanaman ke petak sawah.
58
Untuk. kasus Indonesia pada tahun 1982 C. Peter Tinuner menemuk.an koefisien elastisitas produk.si pupuk sebesar 0,3425 artinya bahwa pada tahun 1982 penambahan jumlah pupuk yang digunakan secara nasional masih dapat menningkatkan produk.si padi. Sementara penelitian
lain misalnya oleh pajung surbakti pada tahun 1977 menemuk.an koefisien elastisitas pupuk di Brebes 0.012, Pekalongan 0.030, Magelang 0.053, Banjarnegara 0.044, dan Kalten 0.022. sedangkan di Tegal dan Banyumas tidak signitikan. Adreng Purwoto pada tahun 1990 di dua desa di Jawa Tengah menemukan 0,1586. Farida B Nurland di Kahupaten Maros tahun 1983 menemuk.an koefisien yang sama sebesar 0. 8219. Irigasi Teknis ; Selanjutnya irigasi teknis tidak sesuai dengan hipotesis awal karena tandanya negatif dengan nilai koefisien elastisitas produksi -0,24. artinya jika jangkauan pelayanan irigasi teknis ditambah atau diperluas sebanyak 1% akan dapat menurunkan produksi sebesar 0,24% (faktor lain dipegang konstan). Tanda koefisien yang negatif menandakan bahwa pengelolaan irigasi dalam usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang belum optimal. Tanaman padi memerluk.an air dalam proses pertumbuhannya dalam jumlah tidak tetap sepanjang waktu., pada waktu-wkatu tertentu perlu jumlah air banyak, tetapi pada saat lain air
harus dikeluarkan dari-lahan sawah. Oleh karena itu jumlah air yang ada dalam areal pertanaman harus diatur dan dikendalikan sesuai kebutuhan
tanmnan padi, jika tidak akan menyebabkan efek. pertwnbuhan tanaman tjdak normal dan bermuara pada produksi yang tidak maksimal. Dengan kata lain sangat boleh jadi disaat tanaman padi membutuhkan air dengan
jumJah relatif banyak, suplai air tidak mencukupi, dan pada saat lahan sawah harus dikeringkan, karena beberapa hal air tetap ada di dalam petak
sawah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak mencukupinya suplai air dapat disebabkab oleh beberapa hal antara lain (a) Curah hujan rendah karena musim kemarau berkepanjangan ; (b) Adanya kerusakan pada jaringan irigasi baik pada saluran induk, saluran primer, saluran
59
sekunder maupun pada jaringan lainnya ; (c) Debit .air kurang karena adanya pendangkalan pada jaringan irigasi akibat sedimentasi ; (d) kurangnya
pemeliharaan jaringan
irigasi
sehingga
tidak
berfungsi
optimal.(e) Petani di daerah hulu tidak mengambil air melaui saluran kwarter atau pembagi menyebabkan aliran air ke hilir tergangggu. ini biasa dilakukan dengan membobol saluran tersier menggunakan pipa atau
bambu untuk mengalirkan air langsung ke petak-petak sawah mereka yang kebetulan berhimpit dengan tanggul-tanggul jaringan tersier. Bahkan
sekarang ini tidak sedikit yang menggunakan mesin pompa memompa air. Sedangkan penyebab berlebihnya suplai air
mitara
lain (a) Curah
hujan tinggi pada musim penghujan ; (b) Pola tanam tidak tepat waktu sehingga menyulitkan dalam pengaturan suplai air. Di kabupaten Sidenreng Rappang sebelum para petani turun sawah didah.ului dengan
"musyawarah tudang sipulung'' yaitu suatu lembaga adat dimana para tokoh masyarakat petani berkumpul dan bermusyawarah membicarakan rencana pertanaman padi temasuk menetapkan waktu memulai pengolaban tanah, waktu tanam dan lain-lain. Hasil kesepakatan dalam musyawarah adat ini harus dipatuhi oleh semua petani dalam kelompok atau desa tersebut. Lembaga ini sudah menjadi lembaga formal dan secara rutin
dilakukan bersama aparat pemerintah setiap tahun secara berjenjang dari tingkat Desa/K.elurahan, kecamatan: sampai ke tingkat kabupaten. Masalah kemudian muncul ketika ada sekelompok petani tidak mematuhi jadwal tanam yang telah ditetapkan, misalnya petani di daerah hilir terlambat tnenanam, pada saat pertanaman padi di daerah hulu menjebtng panen
berarti sawah harus dikeringkan karena tanaman tidak lagi memerlukan banyak, tetapi karena di daerah hilir terlambat menanam, saat itu tanaman
padi baru akan keluar buah dan membutuhkan air relatif banyak. Jika dilakukan suplai air untuk daerah hilir sesuai kebutuhannya akan mengganggu pertanaman di daerah hulu karena untuk sampai ke hilir air
barus melalui jaringan irigasi di daerah hulu, sebaliknya jika suplai air dihentikan
sesuai
kebutuhan
pertanaman
di
daerah
hulu,
akan
60
menyebabkan tanaman di daerah hilir akan terganggu pula bahkan mati. Kondisi seperti ini tidak jarang ditemukan di lapangan. (c) Pintu-pintu air dibuka secara paksa oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan
sepihak. lni biasanya dilakukan oleh peternak bebek yang datang menggembalakan temaknya di laban sawah baru selesai dipanen. Masalah tnuncul ketika laban yang telah dipanen berada di daerah hilir, sementara padi di daerah hulu menjelang panen dan petak sawah harus dikeringkan, sementara
ternak
bebek
memerlukan
air
yang
banyak
ditempat
gembalaannya, kalau para peternak membuka pintu air secara paksa untuk tnemenuhi kebutuhan ternaknya akan mengganggu pertanaman padi di daerah hulu, kalau tidak dialirkan,· ternak bebek tidak akan berproduksi maksimal. Peternak-peternak seperti ini biasanya datang dan berpindah dari satu daerah ke daerah lain untuk mencari laban sawah .yang baru selesai dipanen, jumlah ternak mereka relatif banyak bahkan ada yang tnencapai ribuan ekor.
Traktor roda dua ; kofisiennya positif sesuai yang dihipotesiskan d.engan nilai elastisitas produksi 0, 795. artinya jika jumlah traktor roda dua
yang digunakan bertambah sebanyak 1% akan dapat menaikkan jumlah produksi sebesar 79,5% (filktor lain dianggap konstan). Telah dijelaskan sebelwnnya bahwa setiap tahun basil musyawarah tudang sipulung antara
lain menetapkan jadwal tanam yang harus ditepati oleh petani. Untuk tnemenuhi hal itu diperlukan pengolahan tanah serempak da1am suatu
hamparan sawah rel;atif 1• yang sangat sulit dilakukan jika hanya menggunakan tenaga manusia atau hewan dalam pengolahan tanah. Kesulitan ini dapat diatasi dengan adanya traktor roda dua untuk pengolahan tanah dengan cepat dalam areal yang luas. Sayang sekali tidak ditemukan basil penelitian terdahulu yang tnemasukkan penggunaan traktor roda dua dalam analisisnya, adanya hanya penggunaan tenaga hewan. Pajung surbakti dalam penelitiannya tnenemukan koefisien elastisitas tenaga hewan sebesar 0,658 di Tega, di Brebes 0,481, di Pekalongan -0,558, Magelang 0,617, Klaten 0,312,
61
sementara di Banywnas tidak signifikan. Dalam penelitian yang lain oleh Farida B Nurland di Kabupaten Maros menemukan koefisien elastisitas tenaga hewan sebesar
~,0625
pada musim gadu tahun 1982, dan 0,012
pada musim rendengan tahun 1982.
Handsprayer ; diasumsikan mengambarkan pemakaian perstisida,
tanda koefisiennya negatif tidak sesuai hipotesis awal dengan elastisitas produksi
~,21.
artinya jika jumlah pemakaian pestisida ditambah sebesar
1% akan dapat menurukan produksi sebanyak 0,21% (faktor lain dianggap tidak berubah). Ada beberapa kemungkinan jastifikasi mengapa tanda koefisiennya negatif yaitu ( 1) jumlahnya yang mungkin berlebih sehingga lebih efisien jika digunakan secara berkelompok dan tidak semua petani
harus memiliki secara pribadi; Atau (2) karena penggunaan hansprayer ini diasumsikan dapat menggabarkan tingkat penggunaan pestisida, berarti penanggulangan hama dengan menggunakan pestisda relatif tidak efektif. Berdasarkan pengalaman di lapangan, dalam melakukan penanggulangan
.hama dengan pestisida biasanya petani mencoba mencampur pestisida dengan bahan lain seperti solar, petsin dan lain-lain karena berdasarkan pengalaman mereka itu mampu secara efektif meningkatkan keampuhan pestisida ; dan (3) Biasa juga petani menggunakan pestisida palsu, sehingga penanggulangan hama menjadi sia-sia.
Variabel Dummy; Bencana a1am musim kemarau yang terjadi pada tahun 1998 koefisiennya negatif sesuai dengan hipotesis aw~l. Artinya musim kemarau pada tahun 1998 itu menyebabkan terjadinya penurunan produksi padi di kabupaten Sidenreng Rappang. Inilah salah satu kendala
da1am kegiatan usahatani dimana pengaruh kondisi a1am sangat berpengaruh sementara petani tidak mampu mengendalikannya. Pada tahun 1998 jumlah produksi. tidak hanya turun di Kabupaten Sidenreng Rappang, tetapi produksi secara nasional juga mengalami penurunan yang signifikan yaitu dari 51.101.000. ton pada tahun 1996, turun meqjadi 49.377.000 ton pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 49.236.000 ton
62
pada tahun 1998. nanti pada tahun 1999 baru naik menjadf 50.866.000 ton. 5
5 .1.2 V ariabel yang tidak signifikan Terdapat tiga variabel yang diduga berpengaruh terhadap produks~ temyata secara statistik tidak signifikan antara lain (1) Jntensifikasi supra insus, Artinya kemungkinan para petani tidak menerapkan sepenuhnya apa
yang
direkomendasikan,
misalnya
tentang
kombinasi
pemupukan
berimbang ataukah kombinasi jumlah pupuk yang direkomendasikan
da1am program intensifikasi supra insus sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan ; (2) Laban puso. Artinya persentase 1ahan yang mengalami kerusakan dan dinyatakan puso relatif kecil sehingga tidak mempengaruhi
jumlah produksi secara keseluruhan. (3) Tenaga kerja . .Karena semakin banyak dapat disubstitusi oleh alat mekanisasi pertanian seperti traktor roda dua, dan lain-lain. "Dengan demikian sampai disini kita dapat
menolak hipotesis pertama"
S. 2 Analisa Efisiensi Teknis Faktor Produksi Tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi secara bersama-sama tnerupakan gambaran skala produksi jangka panjang dari usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang. Hal ·ini dapat diukur dari besarnya nilai return to scale, diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai
k~efisien
elastisitas faktor
produksi dalam model analisis. Adapun koefisien elastisitas produksi masingtnasing variabel yang signifikan dan terkait Iangsung dengan kegiatan produksi diperoleh dari hasil estimasi model keempat sebagaimana tergambar .dalam tabel5.5. Terdapat tiga kemungkinan yaitu ; (1) jika jumlahnya lebih besar dari satu berarti skala produksi jangka pangjang berada dalam kondisi increasing return to scale, artinya persentase pertambahan produksi yang diperoleh lebih besar 5 Oleh Sulastri Surono "Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani", dalam "Bunga Rampai Ekonomi Beras, halaman 44, tahun 2001
63
daripada persentase penambahan
faktor produksi yang digunakan ; (2) jika
jumlahnya sama dengan satu berarti skala produksi jangka panjang berada. dalam kondisi constant return to scale, artinya persentase pertambahan produksi yang diperoleh sama dengan persentase penambahan faktor produksi yang digunakan; (3) jika jumlahnya lebih kecil dari satu berarti skala produksi jangka panjang berada pada kondisi decreasing return to scale, artinya persentase kenaikan jumlah produksi yang diperoleh lebih kecil daripada persentase penambahan penggunaan faktor produksi. Kondisi skala produksi jangka panjang dianggap efisien secara teknis jika jumlah koefisien alastisitas faktor produksi sama dengan satu atau berada pada kondisi conStant return to scale. Dengan catatan masih dianggap rasional walaupun lebih rendah dari satu tetapi belum mencapai titik nol ( 1 > jumlah koefisien elastisitas > 0 ). Tabel5.5 Nilai elastisitas faktor produksi dalam usahatani padi di kab. SidrapTahun 2001, basil estimasi model keempat No. 1.
2. 3. 4.
5. 6.
Faktor Produksi Luas Laban Benih atau bibit Pupuk Irigasi Teknis Traktor Roda Dua Handsprayer Jumlah
.
Elastisitas Produksi 1,212691 -0,438940 -0,750617 -0,240896 0,795428 -0,211991 0,365675
Swnber : basil pengolahan data spesifikas1 model keempat Jumlah koefisien elastisitas semua faktor produksi sebagaimana data dalam tabel 4.5 diperoleh sebesar 0,365675. Lebih kecil dari satu berarti skala produksi jangka panjang berada da1am kondisi decreasing return to scale, sekaligus berarti bahwa secara teknis penggunaan faktor produksi dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang "tidak eflsien".
Namun masih tetap dianggap
rasional karena 1 > Jumlah Koefisien Elastisitas > 0. dengan demikian sampai di
sini "kita dapat menolak hipotesis lcedua ".
64
S. 3 Analisa Efisiensi Ekonomis Faktor Produksi Pada sub bah 5.2 telah diperoleh gambaran bahwa secara teknis penggunaan faktor faktor produksi secara bersama.-sama tidak efisien dan berada pada kondisi decreasing return to scale. Karena diasumsikan bahwa dalam mengelola usahataninya petani bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan kendala biaya terbatas, maka pertimbangan efisiensi teknis dianggap belum memadai. Oleh karena itu dalam menentukan tingkat penggunaan faktor produksi .harus pula dipertimbangkan efisiensi alokasi dengan memperhatikan harga faktor produksi itu sendiri. Jika efisiensi alokasi telah dicapai maka dengan sendirinya efisiensi
taknis juga diperoleh. 5.3.1 Efisiensi Ekonomis pada kondisisaat ini Perbandingan antara nilai produksi marjinal (NPM) terhadap biaya faktor marjinal (BFM) diperoleh jumlah total sebesar 13,98469 (lihat tabel 5.6). lebih besar dari satu dan tidak seragam sehingga dapat disimpulkan bahwa "penggunaan faktor produksi da/am usahatani padi di Kabupaten
Sidenreng Rappang belum mencapai lcondisi efisiensi elconomis ". Oleh karena itu perlu dilakukan reorganisasi, secara parsial ada faktor produksi yang perlu ditambah dan adapula yang harus dikurangi. Nilai NPM/BFM variabel lahan diperoleh 5,3782 lebih besar dari satu artinya penambahan lahan masih memungkinkan meningkatkan keuntungan. Temuan ini sejalan dengan kondisi pemanfaatan 1ahan sawah yang memang belwn optimal sebagaimana telah disajikan sebelumnya pada sub bah 5.1.1 bahwa peluang pemanfaatan 1ahan sawah untuk pengembangan tanaman padi di K.abupapten Sidenreng Rappang adalah 76.128 hektar, sedangkan luas tanam rata-rata setiap tahun (dua musim tanam) adalah 72.186 hektar.
65
Tabel5.6 Perbandingan NPM dan BFM faktor produksi dalam usahatani padi di kab. Sidrap kondisi saat ini (tahun 2001) NPM BFM Rara-rata (Rp) (Rp) Geometri 10.931.271,36 1.916.000,00 0,958 36,490 -103.876,50 100.347,50 -36.428,65 199.287,20 177,935 -2.826.427,20 18.400.000 0,738 178.877.485,07 422.400,00 0,0384 34.560,00 0,128 -14.301.891,66 J u m I a h Sumber : Hast) pengolahan data dengan memakat model keempat. Keterangan : NPM; Ni1ai Produksi Marjinal BFM ; Niaya Faktor Marjinal Rata-rata geometrik hasil produksi Rp. 6.642.670,- kg gabah kering panen Harga produksi Rp. 1.300,- per kilogram gabah kering panen 6 Biaya untuk sewa lahan Rp. 2.000.000,- per hektar7 Harga benih Rp. 2. 750,- per kilogram 8 Harga pupuk urea Rp. 1.120,- per kilogram 9 .. Biaya investasi pembangunan jaringan irigasi teknis Rp. 25.000.000,- per hektar 10 Harga traktor roda dua Rp. 15.000.000,- per unit 11 Harga Handsprayer Rp. 270.000,- per unit 12 Contoh perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran I Faktor ·Produksi Lahan Benih Pupuk lrigasi teknis Traktor roda dua Handsprayer
Koefisien Elastisitas I ,212691 -0,438940 -0,750617 -0,240896 0,795428 -0,211991
NPMI BFM 5,1053 -1,0352 -0,1828 -0,1536 423,4789 -413,8279 13,98469
Variabel lain yang secara ekonomis memungkinkan untuk ditambah penggunaannya adalah traktor roda dua, diperoleh NPMIBFM sebesar 367,4431. karena produktifitasnya sangat tinggi sehingga terlihat bahwa peluang untuk penambahannya juga sangat besar. Menurut hasil penelitian tellese lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan akan traktor roda dua lebih banyak karena telah ditetapkannya jadwal tanam yang harus ditepati oleh petani dalam suatu hamparan sawah yang relatif luas, sehingga kegiatan
6 Berdasarkan Instruksi Presiden Nom or 9 tahun 200 I harga dasar gabah kering giling ditetapkan sebesar Rp. 1.519,- per kilogram, pada saat itu harga gabah di tingkat petani Rp. 1.300,per kilogram gabah kering panen. 7 Sumber; Bappenas/USAID/DAIICASER "Food Policy Support Activity'', 2000, dalam Sjaiful Bahri "Masa depan petani Indonesia bukan di beras", Bunga Rampai Ekonomi Beras, halaman 257, tahun 2001. 8 Berdasarkan harga pasar. 9 Berdasarkan harga pasar. 10 Berdasarkan basil estimasi Tahlim Sudaryanto "Perkembangan Industri Pupuk , Tnvestasi Irigasi, dan Konversi Lahan", dalam Bunga Rampai Ekonomi Beras, halaman 25, tahun 2001. 11 Berdasarkan harga pasar. 12 Berdasarkan harga pasar.
66
pengolahan tanah dilakukan secara serempak dan itu memerlukan. dukungan traktor roda dua lebih banyak pada saat- bersarnaan. Empat variabel lainnya yaitu benih, pupuk, irigasi teknis, dan handsprayer mempunyai nilai NPM/Bl-'M lebih lebih kecil dari satu bahkan negatif, berarti semestinya dilakukan pengurangan dari atau perbaikan
dalam
pengelolaannya.
Penggunaan
hansprayer
sebagai
gambaran intensitas penggunaan pestisida dan atau bahan kimia lain yang penggunaannya melalui penyemprotan, berarti penggunaan pestisida tersebut harus dikurangi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara ekonomis penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang belum efisien, sampai disini "kita dapat meno/ak hipotesis ketiga ".
5.3.2 Alokasi Faktor Produksi Pada Kondisi Biaya Minimum Karena alokasi penggunaan faktor produksi pada saat ini belum efisien secara ekonomis, maka perlu dilakukan reorganisasi dengan asumsi bahwa sumber daya yang dimiliki oleh petani terbatas. Efisiensi ekonomis dengan kondisi biaya minimum tercapai pada saat nilai NMP/BFM semua faktor produksi sama atau seragam dan lebih besar dari satu. 13
Jumlah NPM/BFM faktor produksi pada kondisi saat ini adalah 13,98469, dibagi dengan enam buah fhlctor produksi diperoleh rata-rata sebesar 2,330782.
Kombinasi penggunaan input jika semua nilai
NPM/BFM faktor produksi seragam sama dengan 2,330782 ditunjukkan dalam tabel5.7.
Oleh Dubertin tahun 1986 dalam Adreng Purwoto "Efisiensi usahatani padi tanpa dan dengan mempertimbangkan risiko, serta pengaruh faktor sosial ekonorni terhadap sikap dalam menghadapi risiko, studi kasus di dua desa di Jawa Tengah", Tesis, halarnan 12, tahun l990. 13
67
Tabel5.7 Rata-rata geometri alokasi faktor produksi dengan hasil produksi, dengan pendekatan biaya minimwn dalam usahatani padi di Kab. Sidrap tahun 2001 Faktor Produksi NMP/BFM Rara-rata Geometri 2,330782 2,435 ha/orang Laban 2,330782 -0,444 kglha Benih Pupuk 2,330782 -0,078 kg/ha -0,066 ha/ha 2,330782 lrigasi Teknis 2,330782 Traktor Roda Dua 181 ,690 unit/ha 2,330782 Hand sprayer -140.995 unitlha Sumber : Hasil pengolahan data dengan menggunakan model keempat Keterangan : Contoh perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 2 Dcngan mcmcgang jumlah produksi, harga produksi, harga taktor produksi dan lain-lain tetap, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.7, laban harus
ditamb~
menjadi 2,435 ha/orang, Penggunaan benih menjadi
-0,444 kg/ha, pupuk -0,078 kglha, irigasi teknis -0,066 halha, traktor roda dua 181,690 unitlha, dan handsprayer -140,995 unitlha. Nampaknya perubaban yang direkomendasikan oleh data tabel4. 7 tidak realistis karena laban sawah harus ditambah dari 0,958 ha/orang menjadi 2,435 ha/orang, suatu hal hampir mustahil dilakukan dalam jangka pendek bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Apalagi penggunaan benih, pupuk irigasi yang negatif sangat tidak rasional. Langkah yang lebih rasional dalam melakukan reorganisasi untuk jangka pendek adalah memegang luas laban dalam kondisi konstan seperti saat sekarang sebesar 0,958 ha/orang sementara faktor lain berubah. Jika
ini dilakukan, hasilnya dapat dilihat pada data dalam tabel5.8. Ditemukan bahwa jika dilakukan reorganisasi dengan pendekatan biaya minimwn, luas laban sawah per orang dipegang konstan seperti saat sekarang, diperoleh nilai NPM/BFM sebesar 5, 7053 :untuk semua faktor produksi. Tetapi nampaknya rekomendasi penggunaan fuktor lain masih tidak realistis seperti benih, pupuk yang masih direkomendasikan negatif. Nilai negatif ini disebabkan karena elastisitas produksi dari faktor terse but negatif.
68
Tabel5.8 Rata-rata geometri alokasi fa.ktor produksi dengan basil produksi tetap, Faktor laban dipegang konstan dalam usahatani padi di kab. Sidrap tahun 2001 Faktor Produksi NMPIBFM Rara-rata Geometri 5,7053 0,958 ha/orang Laban -0,181 kg/ha 5,7053 Benih Pupuk 5,7053 -0,032 kg/ha Irigasi Teknis 5,7053 -0,027 halha Traktor Roda Dua 5,7053 74,229 unit/ha Handsprayer 5,7053 -57,604 unit/ha Sumber : Hasd pengolahan data menggunakan model keempat Keterangan : Contoh perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 Namun demikian pesan penting yang perlu dicatat dari hasil
pcrhitungan ini bahwa pcluang · ckonomi tcrhadap pcnan1bahan taktor produksi laban, dan traktor roda dua dimasa mendatang masih terbuka. Dan penggunaan benih, pupuk urea, pengelolaan irigasi dan pestisida secara ekonomi perlu bagi
pemerintah
dik~angi.
dan
pihak
Hal ini juga penting sebagai masukan terkait
dalam
penentuan
kebijakan
pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan di kabupaten Sidenreng Rappang.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai penutup, dalam bab ini dicoba untuk menyajikan beberapa poin kesimpulan dan saran beradsarkan basil analisa dan pembahasan seperti telah diuraikan pada bab terdahulu.
6. 1
Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan model serta basil pengamatan di
lapangan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu ;
6.1.1
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi dalam usahatani padi di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah (1) Luas laban; (2) benih; (3) pupuk; (4) irigasi teknis; (5) traktor roda dua; (6) Pestisida, dan (7) Perubahan kondisi alam. Oleh karena itu faktor-faktor inilah yang perlu mel\iadi fokus perhatian pemerintah dalam upaya pengembangan sub sektor tanarnan pangan di masa mendatang.
6.1.2
Sedangkan faktor jumlah tenaga kerja, intensifiaksi supra insus, dan laban puso tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi yang dicapai. Hal ini terjadi karena banyak kegiatan yang sebelumnya harus dikerjakan oleh tenaga manusia sudah dapat digantikan dengan alat mekanisasi pertanian, seperti hand traktor, power traser dan lain-lain. Sementara muatan program intensifikasi supra insus nampaknya perlu ditinjau
kembali
karena
kemungkinan
kombinasi
input
yang
direkomendasikan kepada petani tidak lagi sesuai dengan kondisi saat sekarang. selanjutnya tingkat pengendalian hama dan hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi cukup berhasil karena jumlah laban puso masih cukup terkendali.
70
6.1.3
Tingkat kombinasi penggunaan input oleh petani dalam proses produksi "belum efisien" tetapi masih dianggap rasional, karena berada pada posisi "decreasing return to scale", yaitu pertambahan basil yang sudah menurun tetapi belum negatif sehingga masih dapat memberikan keuntungan. Dengan
demikian para petani
perlu diarahkan untuk melakukan
reorganisasi kombinasi penggunaan input, dengan mengurangi pemakaian pupuk urea, pestisida, benih, dan menambah luas laban, pemakaian traktor roda dua, serta diikuti perbaik.an sistem pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis.
6.1.4
Berdasarkan basil perhitungan perbandingan nilai produksi marjinal (NPM) dengan biaya faktor marjinal (BFM) semua variabel bebas yang signifikan kecuali variabel dummy, diperoleh NPM/BFM 13,98469 > 1, dan tidak seragam. Berarti secara ekonomis kombinasi penggunaan input dalam usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang "belum efisien". Oleh karena itu, para petani perlu diarahkan untuk tidak hanya memperhatikan
kombinasi
mempertimbangkait harga
input dari
input
secara yang
tehnis,
tetapi
Juga
digunakan agar dapat
memberikan keuntungan yang optimal secara ekonomis.
6.1.5
Prospek pengembangan usahatani padi di kabupaten Sidenreng Rappang masih memiliki peluang yang cukup ~aik., terutama me1alui peningkatan luas laban dan alat mekanisasi pertanian. Tetapi harus disertai dengan rasionalisasi pemanfaatan sarana jaringan irigasi teknis, dan input produksi
benih, pupuk dan pestisida.
6. 2 Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan di kabupaten Sidenreng Rappang selanjutnya, disampaikan beberapa saran sebagai beikut:
71
6.2.1
Perlu dilakukan rasionalisasi secara teknis dan ekonomis penggunaan faktor produksi, sesusai dengan temuan dalam penelitian ini, ada beberapa variabel yang perlu ditingkatkan jumlahnya dan adapula yang perlu dikurangi dan atau diperbaiki pengelolaanya. Penambahan luas areal sawah terolah, dan traktor roda dua masih menjanjikan peluang ekonomi cukup baik, tetapi itu harus disertai dengan rasionalisasi pemanfaatan sarana irigasi, benih, kombinasi penggunaan pupuk secara berimbang, dan pengmangan pestisida. Namun meningkatkan jumlah fisik sawah lengkap dengan jaringan saluran irigasi teknisnya tentu memerlukan investasi besar dan waktu relatif lama, yang lebih memungkinkan dalam jangka pendek adalah mengoptimalkan pengelolaan laban yang sudah ada untuk ditanami seluruhnya.
6.2.2
Pemerintah daerah perlu memfasilitasi peningkatan penggunaan alat mekanisasi pertanian khususnya traktor roda dua, karena produktivitasnya sangat tinggi dan masih perlu ditambah untuk memenuhi permintaan yang tinggi akibat adanya jadwal tanam serempak dalam suatu hamparan laban yang relatif luas setiap musim tanam. Tetapi karena nilai investasi untuk satu unit traktor roda dua relatif tinggi, sehingga diperlukan sosialisasi lebih intensif
ke~ada
pihak yang mungkin berminat menanamkan
tnodalnya, atau oleh pemerintah daerah melalui perusahaan daerah dapat tnengelola peluang ini.
6.2.3
Peningkatan luas 1ahan, dan alat mekanisasi pertanian tidak akan banyak berarti tanpa diikuti oleh adanya sarana irigasi yang dapat menjamin kepastian tersedianya air untuk mencukupi kebutuhan tanaman setiap saat. Oleh karena itu perlu
di.lakukan rehabilitasi jaringan dan peningkatan
peran aktif masyarakat petani melalui lernbaga P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dalam pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
72
6.2.4
Penelitian berkelanjutan untuk pengembangan teknologi, khususnya untuk pengembangan varietas yang lebih baik dan kombinansi jumlah pemakaian pupuk secara berimbang sangat diperlukan, baik oleh lembaga penelitian dalam lingkup strutur pemerintahan daerah maupun lembaga lain seperti perguruan tinggi dan lain-lain sangat dibutuhkan.
6,2.5
K.arena kemampuan teknis para petani di kabupaten Sidenreng Rappang $udah relatif maju, maka orientasi kegiatan produksi sebaiknya tidak lagi ditekankan pada pencapaian produksi secara kuantitatif semata-mata, tetapi sudah saatnya lebih diarahkan pada orientasi suplai atas permintaan segmen pasar yang
lebih tinggi dengan menanam varietas dan
memproduksi beras sesuai permintaan segmen pasar tersebut, misalnya fragrant rice dari Thailand. Karena harganya lebih tinggi, dan itu dapat memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi.
6.2.6
Dalam jangka panjang pemerintah perlu memikirkan program pemberian ••income support to the farmer". Yaitu memberikan transfer uang secara kepada para petani berdasarkan jumlah produksi yang dijual ke Bulog. Seperti model yang dilakukan oleh pemerintah malaysia. Dengan itu petani akan lebih bergairah dalam melakukan kegiatan produksi, jaminan ketersediaan bahan pangan secara nasional dari sumber dalam negeri dengan harga tetjangkau dapat terpenuhi, tetapi juga kesejahteraan petani tidak dikorbankan. Tetapi itu akan memerlukan jumlah dana yang besar sehingga perlu dipikirkan juga alternatif sumber dananya, misalnya dengan memberikan hak monopoli impor beras kepada Bulog, jika harga beras di pasar Internasional lebih rendah maka bulog dapat
memperoleh
keuntungan, keuntungan itulah yang dapat dijadikan sumber dana untuk program income support to the farmer. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, model ini dapat dikembangkan dengan melibatkan ketjasama antara pemerintah daerah dan bulog yang telah berubah statusnya menjadi perusahaan umum.
73
LAMPIRAN Lampiran "1" Perhitungan NPMIBFM faktor produksi pada kondisi saat sekarang. A;
Elastisitas Produksi :
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor Roda Dua Handsprayer
1,212691 -0,438940 -0,750617 -0,240896 0,795428 -0,112890
B ; Rata-rata Geometri : (menggunakan metode rata-rata hitung) Produksi Laban Bibit/Benih Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
6.642,670 Kg.ha 0,958 ha/orang 36,490 kglha 177,935 ,kglha 0,736 ha//ha 0,038 unitlha 0, 128 unitlha
C ; Produksi Rata-rata ( Produksi rata-rata dibagi rata-rata faktor produksi) Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
6.933,890 kg/ ha 182,041 kg/kg 37,332 kg/kg 9.025,367 kglha 172.968,198 kg/unit 51.895,859 kg/unit
D ; Produksi Marjinal ( Elastitas produksi dikali Produksi rata-rata) Laban Bibit/Benih Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
8.408,67 kglha -79,91 kg/kg -28,02 kg/kg -2.174,17 kglha 137.598,07 kg/unit -11.001,46 kg/unit
74
E; Nilai Produksi Marjinal (Produksi Marjioal dikali Harga Gkp Rp.1300
per Kg) Laban Bibit/Bcnih
Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
Rp. 10.931.271~36 Rp. -103.876.50 Rp. -36.428,65 Rp. -2.826.427,20 Rp. 178.877.485,07 Rp. -14.301.891,66
F; Harga Satuan _l.'aktor l,roduksi Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
Rp. 2.000.000,- per hektar Rp. 2. 750,- per kilogram Rp. 1.120,- per kilogram. Rp. 25.000.000,- per hektar Rp. 11.000.000,- per unit Rp. 270.000,- per unit
G ; Biaya Faktor Marjinal (Harga Satuan Faktor Produksi dikali rata-rata geometri) Laban Bibit/Benih Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
Rp. 1.916.000,00,- per hektar Rp. 100.347,50,- per hektar Rp. 199.287,20,- per hektar Rp. 18.400.000,00,- per hektar 422.400,00,- per hektar Rp. Rp. 34.560,00,- per hektar
H; NPMIBFM; Laban Bibit/Benih Pupuk I rgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
4,7053 -1,0351 -0,1828 -0,1536 423,4789 -413,8279
I ; Jumlah NPMIBFM
13,98469
J ; Rata-rata PMIBFM
2,330782
75
Lampiran "2" Perhitungan rata-rata geometri faktor produksi pada kondisi biaya nurumum. A;
Elastisitas Produksi (tli)
Laban Bibit/Benih
Pupuk lrgasi Teknis Traktor Roda Dua
Handsprayer
1,212691 -0,438940 -0,750617 -0,240896 0,795428 -0,112890
B ; Produksi Rata-rata (Y)
Laban Bibit/Benih
Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua
Handsprayer
6.933,890 kg/ ha 182,041 kg/kg 37,332 kg/kg 9.025,367 kg/ha 172.968,198 kg/unit 51.895,859 kg/unit
D; Barga Gkp Rp. 1.300,- per kilogram (Pv) E ; (pi. Y • Pv) Lahan
Bibit/Benih
Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua
Handsprayer
I 0.931.265,80 -103.876,50 -36.428,65 -2.826.427,20 178.877.485,05 -14.301.891,66
F ; NPMIBFM (a)
Laban Bibit/Benih
Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua
Handsprayer
2,33078 2,33078 2,33078 2,33078 2,33078 2,33078
76
G ; Biaya Faktor Marjinal (BFM)
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Tekn.is Traktor roda dua Handsprayer
Rp. 2.000.000,00,- per hektar Rp. 100.347,50,- per hektar Rp. 199.287.20.- per hektar Rp. 18.400.000,00,- per hektar 422.400,00,- per hektar Rp. Rp. 34.560,00,- per hektar
H; (a. BFM) Laban
Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
4.661.564,00 233.888,15 464.495,02 42.886.388,80 984.522,32 80.551,83
l; Rata-rata geometri faktor produksi; [(pi. Y. Py) I (a. BFM)] Lahan Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
2,345 -0,444
-0,078 -0,066 181,690 -177,549
77
Lampiran "3" Perhitungan rata-rata geometri faktor produksi pada kondi.Si biaya minimum. Dengan luas laban dipegang konstan seperti kondisi saat sekarang.
A ;
Elastisitas Produksi (IJi)
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor Roda Dua Handsprayer
1,212691 -0,438940 -0,750617 -0,240896 0,795428 -0,112890
8 ; Produksi Rata-rata (Y)
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
6.933,89 Okgl ha 182,041 kg/kg 37,332 kg/kg 9.025,367 kglha 172.968,198 kg/unit 51.895,859 kg/unit
D; Harga Gkp Rp. 1.300,- per kilogram (Pv) E ; (pi. Y . Pv)
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
10.931.265,80 103.876,50 -36.428,65 -2.826.427,20 178.877.485,05 -14.301.891,66
F ; NPM/BFM (a)
Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
5,705 5,705 5,705 5,705 5,705 5,705
78
G; Biaya Faktor Marjinal (BFM) Laban Bibit/Benih Pupuk lrgasi l'eknis Traktor roda dua Handsprayer
Rp. 2.000.000,00,- per hektar Rp. 100.347,50,- per hektar 199.287,20,- per hektar Rp. Rp. 18.400.000,00,- per hektar Rp. 422.400,00,- per hektar Rp. 34.560,00,- per hektar
H; (a. BFM) Laban Bibit/Benih Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
11.410.000,00 572.482,49 1.136.933,48 104.972.000,00 2.409. 792,00 248.281,60
I ; Rata-rata geometri faktor produksi ; ((pi. Y . Py) I (a. BFM)J Lahan Bibit/Benih Pupuk Irgasi Teknis Traktor roda dua Handsprayer
0,958 -0,181 -0,032 -0,027 74,229 -57,604
79
Lampiran : "4" KOEFISIEN KORELASI ANTAR V ARIABEL BEBAS AREA TK BBT PPK IRGTK TRD HSP AREA 1,0000 0,4764 0,5802 0,5769 0,3038 0,4947 0,4639 TK 1,0000 0,4402 0,6645 0,7163 0,9102 0,9677 BBT 1,0000 0,5631 0,1784 0,5831 0,4921 PPK 1,0000 0,4848 0,8386 0,6350 IRGTK 1,0000 0,6464 0,6701 TRD 1,0000 0,9040 HSP 1,0000 lSI LP Keterangan ; variabel yang hubungannya sangat kuat adalah TK dengan TRD dengan TRD, dan antara TRD dengan HSP.
lSI 0,4951 0,6445 0,6653 0,5890 0,3711 0,6826 0,6120 1,0000
LP 0,3657 0,0581 0,1553 0,1431 0,0345 0,359 0,0387 0,1917 1,0000 dan HSP, PPK
Dimana: AREA: adalah perubah bebas laban berupa luas areal panen (dalam Ha) TK adalah perubah bebas tenaga kerja berupa jumJah petani (orang) adalah variabel bebas : modal :berupa jumJah benih atau bibit yang digunakan· (dalam kg) BBT PPK adalah perubah bebas modal berupa jumlah pupuk urea yang yang dipakai (dalam Kg) IRGTK: adalah perubah bebas luas lahan yang terjangkau irigasi teknis (dalam Ha) adalah perubah bebas modal berupa jumlah Traktor roda dua yang kondisinya baik (unit) TRD adalah perubah bebas modal berupa jumlah Hand Sprayer yang kondisinya baik (dalam unit) HSP diasumsikan dapat menggambarkan pengunaan pestisida. . : adalah perubah bebas luas 1ahan intensifikasi Supra Insus (dalam Ha) ISI : adalah perubah bebas luas lahan puso (dalam Ha) LP
DAFTAR KEPUSTAKAAN Arifin. Rustanul. Didik J. Rachbini 2001. "Ekonomi Politik dan Ke~Uakan Publik". Jakarta: Grasindo.
Arifin. Bustanul. Aclunad munir, Enny Sri Hartati dan Didik J. Rachbini. 2001 ••.Food Security and Markets in Indonesia : State-Private Sector Interaction in rice Trde". MODE, Inc. And SEA Council All Rights Reserved. Arifin, Bustanul. 2002. "Jurang antara Keb~jakan dan Realitas". Dalam harian kompas minggu tanggal 20 Januari 2002. Arsyad, Lincoln. 1998. "Ekonomi Manajerial. Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen bisnis". Yogyakarta: BP.FE Yogyakarta. Bahri, Sjaiful. 2001 "Masa Depan Petani Indonesia B.ukan di Beras". Dalam Bunga Rampai Ekonomi Beras. Halaman 255 - 264. Jakarta : Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI). Brojonegoro, PS. Bambang. "Ekonomi Regional" Jakarta : Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dumairy. 1999. "Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi" Edisi Kedua Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Eviews User's Guide. 1998. United States Of America Software Copyrights Reserved.
Quantitative Micro
Gaspersz, Vincent. 2000. "Contoh Soal dan Penyelesaian Ekonomi Manajerial, Panduan Solusi Masalah Bisnis". Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gujarat~
Damodar. Alih bahasa oleh· Zain, Somarno. "Ekonometrika Dasar". Jakarta: Erlangga.
Nurland, B. Farida. 1983. "Tingkat Produksi, Produk Marginal dan Distribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah di .Kabupaten Maros Sulawesi Selatan". Tesis. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. Tahun 1990 "Sidenreng Rappang Dalam Angka". Pangkajene : BPS.
2001
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. 2001 "Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor; 34 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2001 - 2005. Pangkajene : Pemerintah Kabupaten Sidrap.
~I
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. Januari 2002 "Rencana Strategis Daerah (R.ENSTRADA)". Pangkajene: Pemerintah .Kabupaten Sidrap. Pcmerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. Talum 1990 - 200 I. "Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidenreng Rappang". Pangkajene : BPS. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. Talmo 1990 - 2001. "Sulawesi Selatan Dalam Angk.a". Makassar : BPS. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. Tahun 1990 - 2001. "Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sulawesi Selatan". Makassar : BPS. Pindick, S. Robert. And Daniel L. Rubinfeld. 1989. "Micro Economics". United States Of America : Macmillan Publishing Company. Porajouw, Oktavianus. 1990 "Status Penguasaan Laban dan Alokasi Sumberdaya pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa". Tesis. Bogor: Fakultas Pascasarjana KPK IPB- UNSRAT. Preseiden Republik Indonesia, Jakarta 31 Desember 2001 "lnstruksi Presiden Nomor 9 tahun 2001 tentang Penetapan Kebijakan Perberasan". Jakarta : Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertabian RI. Purwoto, Adreng. 1990 "Efisiensi Usahatani Padi tanpa dan dengan Mempertimbangkan Risiko, serta Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Sikap dalam Menghadapi Risiko : Studi Kasus di dua Desa di Jawa Tengah". Tesis. Bogor : .Fakultas Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Renyowijoyo, Muindro. "fenomena lmpor Beras dan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Perberasan". Dalam jurnal Usahawan No. 05 TH XXXI Mei 2002 halaman 51 - 54. Jakarta. Salvatore, Dominick. 2001 "Managerial Economics, m a Global Economy". Fourth Edition. New York : Harcort, Inc. Setyonaluri, Diahhadi. 2001 "Kontnbusi Pendidikan Terhadap Produktivitas Pertanian : Sebuah Uji Kausalitas". Dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Volume 2. Nomor 1. Bulan Juli tahun 2001. Jakarta : Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEUI. Soedaryanto, Tahlim. 2001 "Perkembangan lndustri Pupuk, Investasi lrigasi dan Konversi Laban". Dalam Bunga Rampai Ekonomi Beras. Halaman 15-40. Jakarta : Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI).
82
Soekartawi. 2002. "Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi". Jakarta : Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1994. "Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas". Jakarta: Raja Grafindo Persada. · Stevens, D. Robert. And Cathy L. Jabara. 1988 "Agricultural Development Principles : Economic Theory and Empirical Evidence". New York : The John Hopkins University Press. Supranto, J. 1983. "Ekonometrik"~ Buku I. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Supranto, J. 1995. "Ekonometrik". Buku II. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Surbakti, Pajung. 1977. "Pendugaan Fungsi Produksi Padi Unggul untuk Beberapa K.abupaten Di Jawa Tengah" Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana ·· lnstitut Pertanian Bogor. Surono, Sulastri. 2001 "Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani". Dalam Bunga Rampai Ekonomi Beras. Halaman 41 - 58. Jakarta : Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEMFEUI). Tellese. 2001. "Analisa Usaha Tani Musim Tanam 2000" : Persatuan bektar (Wilayah Kelompok Tani Sentosa kabupaten Sidemeng Rappang". Makalah. Pangkajene : tahun 2001. Timmer, C. Peter. 1983. "Peranan Kebijaksanaan Harga Dalam Produksi Beras di Indonesia 1968 - 1982". Center For Policy and Implementation Studies (CPIS). Tjokroprajitno, Soeheroe. "1994. "Matematika Ekonomi". Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. ·· · Todaro P. Michael. 1998."Pembangunan Ekonomi. ~i Dunia Ketiga". Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Tomich, P. Thomas. Peter Kilby, and F.Johnston. 1995 "Transforming Agrarian Economies, Opportunities Seized, Opportunities Missed". New York : Cornell University Press.