Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Satu Kasus Tersangka Dermatomiositis Yang Menunjukan Perbaikan Dengan Terapi Metilprednisolon
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 13 Mei 2008
Abstrak : Dermatomiositis adalah kasus jarang ditemukan, ditandai berupa miopatia inflamatorik idiopatik dengan manifestasi kulit khas. Kriteria diagnosis menurut Bohan dan Peter terdiri atas kelemahan otot proksimal simetris, biopsi otot menunjukan miopatia inflamatorik, peningkatan enzim otot dalam serum, gambaran miopatia pada elektromiografi (EMG), dan erupsi kulit yang khas dermatomiositis. Seorang laki-laki usia 52 tahun, dengan keluhan kemerahan hamper seluruh tubuh sejak 2 tahun dan kelemahan pada bahu dan panggul sejak 5 bulan. Pada pemeriksaan fisi didapatkan papul-papul Gottron, tanda Gottron, heliotrope, eritama ektremitas ekstensor, tanda V dan shawl, serta kekuatan otot proksimal ekstremirtas atas bawah menurun. Pada pemeriksaan labolatorium menunjukan peningkatan kadar keratin kinase dan laktat dehidrogenase serum. Pengobatan dengan metilprednisolon 48 mg per hari dan tabir surya SPF 30, memberikan hasil perbaikan kekuatan otot pada hari ke- 7. Hanya 3 dari 5 kriteria diagnosis dermatomiositis menurut Bohan dan Peter yang terpenuhi yaitu erupsi kulit (papul-papul Gottron, tanda Gottron, heliotrope, tanda V dan shawl), kelemahan otot proksimal simetris, dan peningkatan kadar keratin kinase serum. Berdasarkan hal tersebut ditegakkan diagnosis tersangka dermatomiositis. Untuk diagnosis pasti, dianjurkan EMG dan biopsy otot. Pasien mendapat terapi metilprednisolon 48 mg per hari dan menunjukkan perbaikan pada hari ke-7.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Serial Cases Of Sensile Pruritus Concomitant With Microsporidia Infestation
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 13 Mei 2008
Abstrak : Pruritus senilis dapat disebabkan oleh bernagai macam keadaan sebagai contoh kulit kering, infestasi parasit, reaksi alergi baik terhadap makanan, obat, maupun bahan kimia, dan penyakit sistemik. Laporan ini merupakan laporan pendahuluan dari hasil observasil mengenai pruritus senilis kronik yang ditemukasn bersamaan dengan infestasi mikrosporidia. Analisa feses dilakukan pada semua pasien geriatric di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan keluhan gatal yang menggangu. Pada hasil pemeriksaan ditemukan bahwa kesembilan pasien tersebut mengalami microsporidiosis. Pengobatan yang diberikan adalah albendazol 400 mg, dua kali/hari selama dua minggu atau metronidazol 750 mg, tiga kali/hari selama 10 hari. Sensasi gatal berkurang setelah pemberian oabat anti parasit tersebut. Microsporidia, suatu parasit obligat intraselular, jarang berinfestasi pada manusia. Jalan masuk parasit trsebut adalah melalui inhalasi atau tertelannya spora. Microsporidiosis umumnya terjadi pada pasien imonukompromais. Infestasi mikrosporidia ditandai dengan dengan gejala yang khas berupa diare yang hebat dan menetap. Semua penderita microsporidiosis pada laporan kasus ini mengeluh mengenai sensasi gatal hebat yang tidak menyembuh meskitelah diterapi dengan berbagai macam modalitas. Walaupun belum terdapat laporan yang menghubungkan infestasi micrpsporidia dengan keluhan kulit, sensai gatal pada pasien-pasien di atas berkurang setelah pemberian obat anti parasit. Hubungan anatara infestasi microsporidia dan pruritus senilis harus dievaluasi lanjut.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Dermatitis Artefakta
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 13 Mei 2008
Abstrak : Dermatitis artefakta adalah kelainan kulit akibat perbuatan diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja untuk memuaskan kebutuhan psikologis atau emosi yang tidak disadari. Terdapat hubungan erat antara dermatitis artefakta dengan kondisi psikomatik. Penderita dermatitis artefakta lebih banyak perempuan dengan awitan bervariasi. Terdapat komorbiditas dengan depresi dan gangguan kepribadian. Lesi dermatitis artefakta dapat timbul disemua lokasi tubuh dan menyerupai berbagai kelainan kulit. Dilaporkan dua kasus dermatitis artefakta pada seoarang perempuan berusia 64 tahun dan seorang laki-laki berusia 41 tahun. Kedua pasien tersebut mengalami stresor psikososial bersamaan dengan munculnya kelainan kulit. Morfologi lesi kulit pada kedua pasien tidak menunjukan gambaran khas dermatosis tertentu. Psikotologi pada kasus pertama adalah depresi dnegn ciri psikotik, sedangkan pada kasus kedua dijumpai gangguan penyesuaian dengan efek cemas. Perbaikan kelainan kulit tampak nayata setelah kondisi psikologis pasien membaik. Diagnosis dermatitis artefakta ditegakkan berdsarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan didukung hasil pemeriksaan status mentalis. Penatalaksanaan dermatitis artefakta memerlukan pemndekatan non-konfrontatif, suportif, dan empati. Perjalanan penyakit dan prognosis ditentukan oleh psikopatologi yang mendasari. Kerjasama antara dokter spesialis kulit dan kelamin dengan spikiater diperlukan untuk menangani dermatitis artefakta.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Perawatan Kulit Usia Lanjut
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 13 Mei 2008
Abstrak : Peningkatan polpulasi usia lanjut akan meningkatkan risiko timbulnya masalah kulit yang dihubungkan dengan penurunan fungsi fisiologis kulit pada proses penuaan. Penurunan kemampuan keratinosit untuk bediferensiasi serta regulasi suhu terutama terdapat kelembaban ekternal dapat mempengaruhi permeabilitas sawar stratum korneum. Waktu penggantian keratinosit yang lebih panjang dan penurunan fungsi makrofag serta sel T dapat mempenagruhi proses penyembuhan luka. Penurunan mikrovaskularisasidermis berhubungan dengan termoregulasi dan respons inflamasi. Penurunan persepsi sensoris badan Meissner dan Pacinijuga terjadi pada proses penuaan. Penurunan adiposity pada proses penuaan mengakibatkan penurunan fungsi proteksi mekanis kulit. Masalah kulit pada usia lanjut dapat membatasi aktivitas sehari-harisehingga mengurangi kualitas hidup. Perawatan kulit rutin merupakan langkah yang tepat untuk mencegah terjadinya masalah kulit pada usia lanjut. Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian pada individu usia lanjut, antara lain frekuinsi dan cara mandi, pemaikaian pelembab, pakaian, lingkungan pemakaian pelindung terhadap sinar matahari, pencegahan xerosis kutis, robekan kulit, pajanan kontak, dan ulkus tekan.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Nama
: dr. Saut L. Tobing, Sp.KK
Judul Makalah
: Kurkumin Dalam Bidang Dermatologi
Majalah
: MDVI
Tanggal kegiatan
: 13 Mei 2008
Abstrak : Kurkumin adalah salah satu komponen kurkuminoid yang merupakan bahan aktif tumbuhan kurkuma terutama Curcuma longa (kunyit). SEjak tahun 2000 SM, akar tumbuhan tersebut digunakan sebagai penambahan rasa, aroma, warna makanan, dan obat di Asia. Kandungan kurkumin dalam Curcuma longan Linn adalah antara 3-8%. Kurkumin telah banyak diteliti di bidang kedokteran termasuk daam bidang dermatologi tetapi dosis, keamanan, efek samping kurkumin sampai sekarang belu m diketahui secara jelas. Beberapa efek terapeutik yang dimiliki kurkumin antara lain efek anti-inflamasi, antiplatelet, antineoplasa, antioksidan, antimikroorganisme (antibakteri, antijamur, dan antiparasit( dan antivirus. Kurkumin dalam bidang dermatologi belum diteliti secara luas, tetapi beberapa efek terapeutik pada penyakit kulit telah dilaporkan antara lain digunakan untuk kanker kulit, psoriasis, skreloderma, penyembuhan luka, dan dermatitis. Perlu dilakukan penelitian efek terapeutikal kurkumin dalam bidang dermatologi lebih lanjut agar ada bukti ilmiah yang mendukung penggunaan kurkumin lebih luas di bidang dermatologi.
Yang membuat,
Dr. Saut L. Tobing, Sp.KK