PELAKSANAAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)
Oleh : MUH. NUR ISKANDARSYAH F1D2 11 137
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKATA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasihNya, limpahan rezki, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyelesaikan proposal ini tidak terlepas karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada Dr. H. Ruslan Majid,. M.Kes sebagai Pembimbing I dan Hartati Bahar, S.KM,.M.Kes sebagai Pembimbing II, yang telah banyak memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis persembahkan pula kepada Ayahanda tercinta Budian Syarif
dan Ibunda
Masnawati yang telah melahirkan, membina, mendidik serta memberikan doa restu dan dukungan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. Ketua Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
v
4. Dosen Pengajar dan Staf Pengelola Jurusan Kesmas, ibu Hartati Bahar, S.KM.,M.Kes dan Pak Putu Eka Meiyana Erawan, S.KM.,M.Kes yang telah banyak memberikan masukan, bantuan serta arahan-arahan selama mengikuti pendidikan. 5. Kepala Puskesmas Puuwatu, kepala Promosi Kesehatan Puskesmas Puuwatu, Kepala BOK Puskesmas Puuwatu dan Kepala Bagian Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Kendari atas bantuannya demi kelancaran penyelesaian penelitian ini, serta petugas kesehatan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari dalam terselesaikannya skripsi ini. 6. Tim Penguji, Ambo Sakka S.KM., M.A.R.S, Hariati Lestari S.KM,. M.Kes, Karma Ibrahim, S.KM, M.Kes, atas arahannya selama pembuatan proposal. 7. Kakakku tercinta Siti Sabria Dharma Pratiwi S.T dan adikku Muh. Yoga Triansyarif, serta semua keluargaku yang telah memberikan banyak motivasi. 8. Teman seperjuangan dalam menyusun dan membantu, fery fergiawan, dwi reski c, Abdul Muthalib, Asriani S.KM, Muh. Agun Gunarsa S.KM, Abdul Hamid S.KM, Wiati S.KM, Susanto Hadi Saputra S.KM terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam melalui tahap-tahap terselesaikannya. 9. Buat sahabat-sahabatku Abdul Rafid dan Fitrian B am,keb yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyusun. 10. Keluarga besar kelas C angkatan 2011 Andi Ratna sintia, Nurul Safaati, Feby Ourelia, Ningtias Eka, Allail Nuzran, Marfin, Asriana, Tinka Hesti dan yang lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
vi
11. Keluarga besar peminatan promkes 2011 Andri Jupri, Abdul Wahid, Okky Yacob Poapa, Rois Kurnia, Herlan, Rusman, Asrin, Iswanto, Iwan Jefry, Adriana Sallo, Wd Hasnawati, Risnawati, Dian, Hj Yuliana, Hasria Moita dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. 12. Buat teman-teman diluar sana yang kenal dengan penulis terima kasih atas dukungannya. Akhirnya penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi dan melimpahkan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan Kesehatan Masyarakat, Bangsa, Negara dan Agama. Amin. Kendari, April 2016
Penulis
vii
PELAKSANAAN STRATEGI PROMISI KESEHATAN DALAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2015
Oleh Muh. Nur Iskandarsyah F1D211137
ABSTRAK
Di Kota Kendari rumah tangga yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik yakni 44% pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 48,57% pada tahun 2014, akan tetapi selama tahun 2013 sampai tahun 2014 belum terjadi pencapaian target PHBS tatanan rumah tangga sehat yakni 65%. Pada tahun 2014 hanya Puskesmas Puuwatu yang mengalami penurunan PHBS baik tatanan rumah tangga dari 15 puskesmas yang ada di Kota Kendari yaitu 42% menjadi 23,56%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi promosi kesehatan dalam program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Kota Kendari ditinjau dari advokasi, binasuasana, dan pemberdayaan masyrakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan kunci yakni sebanyak 2 orang dan informan biasa 3 orang. Pengumpulan informasi primer melalui wawancara mendalam (indepth interview). Data sekunder diperoleh dari data instansi yang terkait dengan penelitian. Pengolahan data dilakukan secara manual dan disajikan dalam bentuk naskah (content analysis). Advokasi yang dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu berupa permintaan dana dan sarana prasarana berupa media cetak ke Dinas Kesehatan Kota Kendari. Belum adanya dukungan dari tokoh masyarakat dalam kegiatankegiatan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas, sedangkan partisipasi pemerintah daerah hanya pada saat diadakannya lomba PHBS oleh wali kota kendari. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Puskesmas Puuwatu berupa konseling dari rumah kerumah, posyandu, pelatihan bagi kader, serta penyuluhan PHBS tatanan rumah tangga dengan ibu rumah tangga sebagai sasaran utama.
Kata Kunci : Advokasi, Bina suasana, Pemberdayaan Masyarakat
viii
STRATEGY IMPLEMENTATION IN BEHAVIORAL HEALTH PROMOTION AND HEALTHY LIFE (PHBs) ORDER OF HOUSEHOLD IN HEALTH CITY PUUWATU KENDARI 2015
Oleh Muh. Nur Iskandarsyah F1D211137
ABSTRACT
In Kendari Municipality, the households had Clean and Healthy Lifestyle in good category was 44% in 2013 and increased to 48,57% in 2014, but it has not achieved to target (cut off point) of Clean and Healthy Lifestyle at households i.e. 65%. In 2014, only the Local Government Clinic of Puuwatu decreased in Clean and Healthy Lifestyle in good category at households of 15 Local Government Clinics in Kendari Municipality was 42% become 23,56%. This study aimed to determine the description of the health promotion strategy in clean and healthy lifestyle program at households in Kendari Municipality in terms of advocacy, social support, and empowerment of the community. This study was qualitative research, the key informants were 2 people and the ordinary informants were 3 people. Collection of primary information through in-depth interview. Secondary data was obtained from the institution associated with this study. The data processing was done manually and presented in the form of text (content analysis). Advocacy was done in the Local Government Clinic of Puuwatu were fund request and infrastructure was the print media to the Health Office of Kendari. The absence of support of community leaders in the health activities was done by local government clinic, while the participation of the local government exist only when there is contest of Clean and Healthy Lifestyle by Mayor of Kendari Municipality. Empowerment of the community was done by the Local Government Clinic of Puuwatu were door to door counseling, integrated health center, training for cadres, and also health education of Clean and Healthy Lifestyle at households with housewives as the main target.
Keywords: Advocacy, Development atmosphere, Community Empowerment
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNNYATAAN KEASLIAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG DAN ISTILAH DAFTAR SINGKATAN BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Organisasi dan Sistematika Penelitian
I II III IV V VIII IX X XII XIII XIV XVI
1 9 9 10 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya B. Tinjauan Umum Tentang Promosi Kesehatan C. Tinjauan Umum Tentang PUSKESMAS D. Tinjauan Umum Tentang PHBS Tatanan Rumah Tangga E. Tinjauan Umum Tentang Strategi Global PROMKES F. Kerangka Teori G. Kerangka Konseptual
11 14 16 20 25 36 37
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian B. Waktu dan Lokasi Penelitian C. Informan Penelitian D. Sumber Data
39 39 39 41
x
E. Teknik dan Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Pengolahan dan Penyajian Data H. Pengecekan Validasi Temuan/Kesimpulan BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian B. Hasil penelitian C. Pembahasan
BAB V. PENUTUP B. Simpulan C. Saran
41 43 44 44 46 54 67
80 81
82
DAFRTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Hubungan variabel, informasi dan informan
40
2. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu
49
3. Jenis Sarana Kesehatan di Puskemas Puuwatu
51
4. Jenis dan Jumlah Prasrana Sarana Kesehatan Puskesmas Puuwatu
52
5. Matriks Tabel
Lampiran
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian
37
2. Kerangka Teori Penelitian
36
3. Gambar Hasil Penelitian
Lampiran
xiii
DAFTAR LAMBANG DAN ISTILAH
Lambang dan Istilah ()
Arti dan Keterangan Dalam kurung
.
Titik
,
Koma
%
Persen
-
Hingga/sampai
!
Tanda Seru
“
Tanda petik
?
Tanda tanya
:
Titik dua
/
Atau
xiv
Istilah
Definisi
Promotif
Upaya promosi
Rehabilitatif
Rehabilitasi
Kuratif
Bersifat pengobatan
Geografi
Batas wilayah
Preventif
Bersifat mencegah (supaya jangan terjadi).
Advokasi
Memberikan keputusan
Enable
Memanpukan
Urgent
Penting
Mediate
Mediasi atau menjembatani
decision makers
membuat keputusan
policy makers
penentu kebijakan
Planing
Perencanaan
Organaising
Pengorganisasian
Actualing
Pelaksanaan
Controling
Pengawasan
Cridible
Dipercaya
Feasible
Layak
Relevant
Memenuhi kebutuhan masyarakat
Equity
Persamaan
Transparency
Keterbukaan
Mutual benefit
Saling menguntungkan
Empowerment
Pemberdayaan masyarakat
xv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
Keterangan
PUSKEMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat
Dinkes
Dinas Kesehatan
PPM
Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat
PKM
Petugas Kesehatan Masyarakat
Riskesdas
Riset Kesehatan Dasar
POAC
Planing, Organaising, Actualiting and Controling
UPTD
Unit Pelaksana Tingkat daerah
RI
Republik Indonesia
WHO
World Health Organization
Depkes
Departeman Kesehatan
BOK
Bantuan Operasional Kesehatan
SDM
Sumber daya manusia
PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya (Dinas kesehatan, 2009). Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat (Syafrudin, 2009). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang menimbulkan risiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber makanan seperti penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan dan kondisi kehidupan yang buruk. Dalam
1
2
perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat (Depkes RI., 2004). Sekitar tahun 80-an mulai disadari bahwa pendidikan kesehatan saja tidak cukup berdaya untuk mengubah perilaku masyarakat. Pendidikan kesehatan harus disertai pula dengan upaya peningkatan kesehatan. Kesadaran akan hal ini menimbulkan munculnya paradigma baru kesehatan masyarakat, yang mengubah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan. Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada,
berlangsung
konfrensi
internasional
promosi
kesehatan
yang
menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa Charter). Piagam ini menjadi acuan bagi penyelenggaraan promosi kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Aktivitas promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah advokasi (advocating), pemberdayaan (enabling) dan mediasi (mediating). Selain itu, juga dirumuskan 5 komponen utama promosi kesehatan yaitu: 1) membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy), 2) menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments), 3) memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action), 4) membangun keterampilan individu (develop personal skill), dan 5) reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services). Berdasarkan Piagam Ottawa tersebut, dirumuskan strategi dasar promosi kesehatan, yaitu empowerment (pemberdayaan masyarakat), social support (bina suasana), dan advocacy (advokasi) (WHO, 2010). Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut di atas, pada tahun 2009 WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai proses mengupayakan
individu-individu
dan
masyarakat
untuk
meningkatkan
3
kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI., 2011) Negara-negara berkembang khususnya Indonesia perlu menerapkan strategi global promosi kesehatan, strategi advokasi sangat diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh perhatian secara proposional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Pedahal masalah kesehatan ditimbulkan oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan perhatian dan komitmen pembuat keputusan dari sektor-sektor ini maka diperlukan advokasi. Strategi dukungan sosial dari tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan pemerintah mengingat masyarakat di Indonesia masih kental dengan adat-istiadat dimana orang-orang yang diangap sebagai tokoh masyarakat sangat dihormati sehingga bila tokoh masyarakat tersebut berperilaku positif terhadap peningkatan kesehatannya maka tidak menutup kemungkinan dapat dicontoh oleh masyarakat, untuk itu strategi dukungan sosial sangat diperlukan di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia.
4
Strategi permberdayaan sangat diperlukan di negara-negara berkembang khususnya Indonesia, mengingat masyarakat di negara-negara berkembang pada umumnya masih jauh dari kemauan dan kemampuannya dalam mencapai derajat kesehatan. Pemberdayaan masyarakat ini bertujuan agar masyarakat mau dan mampu mencapai derajat kesehatan seoptimal mungkin (Notoatmodjo, 2010). Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010 yaitu masa depan dimana Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, sehingga memeiliki derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan didasarkan pada paradigm sehat. Paradigma sehat yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), tanpa mengeyampingkan upayaupaya penanggulangan atau penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rahabilitatif). (Depkes 2006) Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan yang optimal. Dalam mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan kebijakan dan visi Indonesia sehat 2010. Visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ditandai oleh penduduk hidup dalam lingkungan yang sehat, produktif, memiliki derajat kesehatan yang setingggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia. Promosi kesehatan merupakan pilar utama dari visi Indonesia sehat 2010, bahkan dapat dikatakan sebagai pilar terpenting karena dengan perilaku hidup bersih dan sehat, akan
5
tercipta pilar-pilar yang lain yaitu pilar lingkungan sehat dan pilar pelayanan yang bermutu (Depkes RI 2006). Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Program promosi kesehatan tetap menjadi program utama Kemenkes RI pada tahun 2012 dalam rangka untuk mencapai target program MDGs 2015 untuk menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian ibu, menurunkan prevalensi gizi kurang dan meningkatkan umur harapan hidup. Program utama Kemenkes 2012 ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 bidang kesehatan yaitu pembangunan kesehatan diarahkan pada memprioritaskan kesehatan di setiap wilayah melalui program kesehatan untuk masyarakat, program KB, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan obat-obatan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif. Penyelenggaraan upaya promotif dan preventif sangat penting untuk diutamakan dalam penyelenggaraan kesehatan di Indonesia, karenasecara statistik menurut Does Sampoerno (2010) jumlah penduduk Indonesia yang sehat jauh lebih banyak dari yang sakit, perbandingan hanya sekitar 10–15% saja orang Indonesia yang sakit, sedangkan selebihnya antara 90–85% adalah orang
6
Indonesia yang sehat. Akan tetapi sebaliknya anggaran kesehatan lebih dimaksimalkan untuk pelayanan kuratif dengan perbandingan 85% penganggaran (budget) kesehatan dialokasikan untuk kegiatan kuratif, dan sisanya hanya 15% dialokasikan untuk kegiatan promotif dan preventif. Alokasi anggaran kesehatan yang demikian berdampak pada kurang seriusnya penyelenggaraan kesehatan promotif dan preventif yang akibatnya derajat kesehatan Indonesia masih belum membaik, ditandai dengan IPM Indonesia saat ini semakin menurun dalam dua tahun terakhir berada pada peringkat 107 dari 117 negara dan pada tahun 2009 baru menjadi peringkat 111. Buramnya kondisi kesehatan bangsa Indonesia saat ini juga masih ditandai dengan AKI 228 per 100.000 penduduk, padahal target MDGs 102 per 100.000 penduduk (Sampoerna, 2010) www.xamthone.com). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah pengalaman dengan
belajar
bagi perorangan, keluarga, kelompok,
membuka jalur
guna meningkatkan advokasi,
bina
upaya dan
komunikasi, memberikan informasi
pengetahuan,
suasana
memberikan masyarakat
dan
edukasi
sikap dan perilaku melalui pendekatan
(social
support),
dan
gerakan
masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga,
Aplikasi
memelihara,
paradigma
hidup
dan
sehat
meningkatkan dapat
dilihat
kesehatan masyarakat. dalam program Perilaku
Hidup Bersih Sehat (Depkes RI, 2006). Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis
lingkungan
yang
secara
epidimiologis
masih
tinggi
di
7
Indonesia(Tursilowati dkk., 2007). Data Departemen Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 30 ribu desa di 440 kabupaten di Tanah Air
memiliki sanitasi
lingkungan yang buruk. Ini berarti banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat. Akibatnya,angka kesakitan masyarakat sangat tinggi. (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Departemen kesehatan RI, 2009). Kebijakan nasional
promosi
kesehatan
untuk mendukung upaya
peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) 2012” dengan target minimal 70%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007), secara nasional penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%, belum sesuai target yang ingin dicapai. Berdasarkan PERMENKES RI NO.741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota, cakupan promosi kesehatan adalah 80%. Dari data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa proporsi nasional rumah tangga dengan PHBS baik sebesar 32,3%, dengan proporsi
8
tertinggi pada DKI Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%) sedangkan pada daerah Sulawesi Tenggara yakni sebesar (21%) hal ini juga jauh dari kategori PHBS baik (riskesda 2013). Di kota Kendari rumah tangga yang Ber-PHBS baik yakni sekitar 44% pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 48,57% pada tahun 2014, akan tetapi selama tahun 2013 sampai tahun 2014 belum terjadi pencapaian target PHBS tatanan rumah tangga sehat yakni 65% (cakupan rumah tangga sehat tahun 2013, 2014). Puskesmas Puuwatu merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota Kendari tepatnya diwilayah kecamatan Puwatu. Jumlah Rumah Tangga pada wilayah kerja puskesmas Puuwatu terbanyak kedua setelah puskesmas Poasia dari 15 Puskesmas lainnya yang berada di Kota Kendari. Dari data cakupan Rumah tangga sehat kota kendari tahun 2013 terdapat 42% rumah tangga yang berPrilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (cakupan rumah tangga sehat kota kendari tahun 2013). Pada tahun 2014 terjadi penurunan rumah tangga yang masuk kategori PHBS baik dari sekitar 42% menjadi 23,56% yang ber-Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari 15 puskesmas yang ada di kota kendari hanya puskesmas Puuwatu yang mengalami penurunan rumah tangga PHBS baik.(cakupan rumah tangga sehat kota kendari tahun 2014). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul : “pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam program PHBS tatanan rumah tangga di puskesmas puuwatu kota kendari tahun 2015”.
9
B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran pelaksanaan strategi promosi kesehatan sebagai upaya mendukung peningkatan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu di Kota Kendari tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan
strategi
promosi
kesehatan
sebagai
upaya
mendukung
peningkatan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015 2.
Tujuan khusus 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan advokasi dalam ptogram PHBS tatanan rumah tangga di Puskesmas Puuwatu
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan bina suasana dalam pogram PHBS Rumah Tangga di Puskesmas Puuwatu
3.
Untuk mengetahui pelaksanaa Pemberdayaan masyarakat dalam program PHBS rumah tangga di Puskesmas Puuwatu
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang promosi kesehatan
10
2.
Manfaat Ilmiah Hasil Penelitian di harapkan dapat menjadi Khasanah ilmu dan Bahan acuan Bagi Peneliti Selanjutnya.
3.
Manfaat bagi Peneliti Bagi perkembangan ilmu pengetahuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi maupun wawasan mengenai Gambaran Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
E. Organisasi/ Sistematika Penelitian ini di bimbing langsung oleh pembimbing I Bapak Dr. H. Ruslan Majid, M.Kes dan pembimbing II Ibu Hartati Bahar, S.KM., M.Kes.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Penelitian yang dilakukan oleh Garhim Burhanudin, dkk dengan judul strategi promosi kesehatan terhadap peningkatan Perilaku hidup bersih dan sehat individu pada Masyarakat perkebunan di wilayah puskesmas seikijang kabupaten pelalawan. Penelitian ini menggunakan metode Fenomenologis. Adapun hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Tiga strategi promosi kesehatan yang dilakukan pada masyarakat di wilayah Puskesmas Seikijang adalah advokasi, pemberdayaan masyarakat dan bina suasana. Strategi advokasi yang telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Seikijang adalah pertemuan presentasi kegiatan kesehatan yang dihadiri oleh lintas program dengan lintas sektoral. Strategi pemberdayaan masyarakat telah dilakukan
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Seikijang
adalah
dengan
memperkenalkan kepada masyarakat, mengidentifikasi dan melakukan motivasi akan program PHBS, juga melibatkan masyarakat sebagai kader posyandu Strategi bina suasana yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Seikijang meliputi petugas kesehatan hanya mengadakan penyuluhan dan menyebarkan informasi kesehatan yang diprogramkan oleh Dinas Kesehatan, akan tetapi belum ada petugas kesehatan mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan masyarakat memberikan penyuluhan tentang PHBS, lomba desa PHBS, sehingga belum terbentuknya opini yang baik antara tokoh masyarakat dengan semua pihak dalam meningkatkan PHBS..
38
12
2. Penelitian yang dilakukan oleh Alia, dkk dengan judul Analisis Sistem Pelaksanaan Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga Di Puskemas Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Hasil penelitian kualitatif diperoleh bahwa tenaga PHBS belum optimal dari segi kualitas dan kuantitas, dana yang tersedia masih sebatas dana transfort saja, sarana dan prasarana yang digunakan adalah poster, pamphlet , brosur dan stker, metode yang digunakan terdiri dari metode langsung dan tidak langsung berupa penyuluhan dan penyebaran brosur, pamphlet dan stiker, perencanaan belum terlaksana secara terpadu, pelaksanaan PHBS rumah tangga berupa penyuluhan, sosialisasi, pendataan, pengkajian dan pemasangan stiker dan pengawasan belum maksimal bukan laopran kegiatan tetapi hanya berupa laporan rekapitulasi hasil penilaian 10 indikator PHBS rumah tangga. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Lamawati. Dengan judul Analisis Manajemen Promosi Kesehatan Dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Kota Padang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode penelitian Kuantitatif. Adapun hasil penelitian kuantitatif didapatkan cakupan PHBS 61% dan hasil penelitian kualitatif diperoleh bahwa tenaga promosi kesehatan puskesmas belum pernah mendapat pelatihan tentang promosi PHBS, dana yang tersedia masih terbatas, promosi kesehatan belum mencukupi, perencanaan belum terlaksana secara terpadu, di samping itu pengorganisasian untuk PHBS
13
belum ada, penggerakan masyarakat belum maksimal, dan pemantauan penilaian belum dilaksanakan secara rutin. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Frincessca Wenny Ariyaty,dkk dengan judul Studi Implementasi strategi promosi kesehatan terhadap program jaminan kesehatan masyrakat didinas kesehatan prowinsi Sulawesi tenggara, dilakukan pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Advokasi yang dilakukan dalam bentuk kebijakan yaitu kebijakan program jamkesmas yang dilaksanakan pada tahun 2011 merupakan kelanjutan dari program tahun sebelumnya dan pemerintah propinsi melanjutkan kebijakan dari pemerintah pusat pada tahun ini diperluas dengan program JAMPERSAL DAN BOK. Kebijakan dalam hal kepesertaan, untuk tahun 2011 data masyarakat miskin diusulkan melalui Dinas Sosial. B. Bina Suasana dalam bentuk kerjasama dengan lintas sektor terkait seperti DPRD, PT. ASKES,PEMDAUpaya advokasi masih terbatas terhadap pihak swasta, belum ke pihak pemerintah karena masih terkendala dana dan SDM. C. Gerakan Masyarakat belum menyentuh program sehingga masih banyak masalah-masalah yang muncul dan seringnya ada pengaduan masyarakat yang datang ke Dinas Kesehatan Propinsi terkait masalah Program Jamkesmas
14
B. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Promosi Kesehatan Istilah dan pengertian promosi kesehatan merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, KIE (Kominikasi, Informasi, Edukasi). Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehtan sematan, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat (Fitriani, 2011) Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian. Dengan demikian, promosi
kesehatan
merupakan
upaya
mempengaruhi
masyarakat
agar
menghentingkan perilaku beresiko tinggi dan nenghentikan dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko rendah. Program promosi kesehatan tidak dirancang “dibelakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat (Kholid, 2012). Promosi Kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat sesuai dengan lingkungan social budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan (Fitriani, 2011).
15
Promosi
kesehatan
adalah
“memasarkan”
atau
“menjual”
atau
“memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat “menerima”, atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2011). Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melaluipembelajaran dari, oleh untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2010) Menurut Green (1984 dalam Notoatmodjo 2010), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan dan kondusif bagi kesehtan. Berdasarkan piagam Ottawa (Otawwa Charter: 1986) : “Health Promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve their health. To reach a state of complete physical, mental, and social well being, and individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs and to change or cope with the environment”. Dari kutipan ini jelas dinyatakan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu
proses
untuk
memampukan
masyarakat
dalam
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Green, 1984).
16
C. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas 1.
Pengertian Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009). Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah : a.
Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
b.
Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatanyang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas merupakan program kesehatan dasar, meliputi : a.
Promosi kesehatan
b.
Kesehatan Lingkungan
17
c.
KIA & KB
d.
Perbaikan gizi
e.
Pemberantasan penyakit menularyang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium dan farmasi)
Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap. a.
Pelayanan rawat jalan rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b.
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan
tindak
lanjut
oleh
petugas
perawat
kesehatan
masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien. Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1)
puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,
18
2)
puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas sekitarnya, puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai
3)
jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari
4)
penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah puskesmas
disekelilingnya
minimal
rata-rata
20.000
orang/Puskesmas. 5)
pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai (Depkes RI, 2011).
2. Tujuan Puskesmas Tujuan
pembangunan
kesehatan
yang
diselenggarakan
oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005). 3. Fungsi Puskesmas Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu
19
juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009). Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu
berupaya
menggerakkan
dan
memantau
penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 4. Peran Puskesmas Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikut sertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut
20
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009). 5. Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendy, 2009). D. Tinjauan Umum Tentang PHBS Tatanan Rumah Tangga 1. Definisi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yangdipraktekkan
atas
dasar
kesadaran
sebagai
hasil
pembelajaran yang menjadikanseseorang atau keluarga dapat menolong
21
diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehatmenjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga olehkarena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggotarumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berartimampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumahtangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes, 2007). PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. 2. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
22
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 3. Indikator PHBS tatanan rumah tangga Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya). 2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan; 3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya; 4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. 5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir;
23
6. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman; 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup). 8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir. 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. 10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2013). 4. Strategi pencapaian PHBS Kebijakan
Nasional
Promosi
kesehatan
menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007)
24
a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. b. Bina Suasana (Social Support) Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota
masyarakat
untuk
mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain: 1) Pendekatan individu 2) Pendekatan kelompok 3) Pendekatan masyarakat umum c. Advokasi (Advocacy) Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungandari pihakpihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal
yang
berperan
sebagai
penentu kebijakan pemerintahan Dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu: 1) Mengetahui adanya masalah 2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
25
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah 4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah 5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan E. Strategi Global Promosi Kesehatan Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang dalam program-program kesehatan yang lain seperti pemberantasan penyakit menular dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan. Adapun strategi yang digukan dalam mewujudkan promosi kesehatan diantaranya adalah dengan strategi global. Berikut ini adalah 3 langkah strategi global 1. Advokasi Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau atau penentu kebijakan diberbagai sektor, dan diberbagai tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Kegiatan Advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal ataupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu atau usulan program yang ingin
26
dimintakan dukungan dari para pejabat terkait. Kegiatan Advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain (Hartono, 2010). Kegiatan
memberikan
bantuan
kepada
masyarakat
dengan
membuat keputusan (decision makers) dan penentu kebijakan (policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk dapat membuat peraturanperaturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi 2007). Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undangundang, instruksi yang di harapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Strategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau
27
pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengaruhi kesehatan masyrakat setempat dan seminar-seminar kesehatan (Mubarak, 2009). a. Tujuan advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legalisasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin. b. Advokasi berfungsi untuk memepromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain. c. Persyaratan untuk advokasi 1) Cridible, di mana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan, oleh karena itu harus di dukung akurasi data dan masalah. 2) Feasible, program yang di tawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun teknik sosial. 3) Relevant 4) Urgent, program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi. d. Pendekatan kunci advokasi 1) Melibatkan para pemimpin atau pengambil keputusan 2) Menjalin kemitraan
28
3) Memobilisasi kelompok peduli. Advokasi ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan di tingkat keluarga/nunah tangga dapat meneladani dalam berperilaku sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya. Advokasi ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan (Notoatmodjo, 2010). Advokasi
adalah
suatu
kegiatan
yang
diharapkan
akan
mengahasilkan suatu produk, yakni adanya komitmen politik dan dukungan kebijakan dari penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Advokasi sebagai suatu kegiatan adalah sudah barang tentu mempunyai masukan (input), proses, dan keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai keberhasilan advokasi, maka kita harus menilai tiga hal tersebut. Penilaian tiga hal ini didasarkan pada indikator-indikator yang jelas. Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta
29
indikator-indikator evaluasai tentang 3 komponen tersebut menurut Notoatmodjo (2010) 2. Bina Suasana Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana (Depkes RI, 2006). Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individuindividu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang
30
diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. 2. Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), kelompok keagamaan, perkumpulan seni,
organisasi
profesi,
organisasi
wanita,
organisasi
siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut
menjadi
peduli
terhadap
perilaku
yang
sedang
diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan
perilaku
yang
sedang
diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. 3. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan
membina
dan
memanfaatkan
media-media
komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan
31
pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individuindividu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta
kelompok
media
massa;
dan
(2)
Pengembangan
penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan. Dukungan sosial di tingkat keluarga menurut Notoatmodjo (2010), strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannva adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan
atau
menciptakan
suasana
yang
mendukung
dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita. Dukungan sosial di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasar sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang peduli kesehatan, dan media
32
masa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, semin studi banding, pelatihan. Langkah-langkah pengembangan dukungan sosial : a. Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi. b. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya. c. Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan. d. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan 3. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama eropa (Kholid, 2010). Pemberdayaan masyarakat di butuhkan dalam kaitannya supaya masyarakat memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian pembangunan masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan
keterampilan
dalam
rangka
meningkatkan
pendapatan
masyarakat (keluarga) seperti (keterampilan beternak, berdagang, menukang dan kegiatan lain sebagainya). Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih lebih pada kegiatan penggerakan
33
masyarakat untuk kesehatan seperti dana sehat, pengobatan gratis, kerja bakti, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sering disebut Gerakan Masyarakat Untuk Kesehatan. (Mubarak, 2009) Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia
atau
masyarakat
melalui
pengembangan
kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan
masyarakat
yaitu
mengembangkan
kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh yang kita temui dimasyarakat seperti, anak tidak boleh sekolah, ibu hamil tidak boleh makan telor, yang membicarakan rencana pembangunan desa
34
hanya kaum laki-laki saja, dan masih banyak lagi yang dapat kita temui dimasyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Ada empat prinsip kegiatan kesehatan masyarakat : sentralitas keputusan berada ditangan masyarakat, peran provider hanya sebagai fasilitator, kegiatan utama ditujukan untuk mengatasi kerugian, tekanan dan diskriminasi yang dihadapi masyarakat. Kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan tetapi berkenaan dengan suatu keadaan sehat (Notoatmodjo, 2010). Konsep pemberdayaan menurut WHO (1998) dikemukakan sejak dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984 yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa tahun 1986. Dalam deklarasi tersebut dinyatakan tentang perlunya mendorong terciptanya : a. Kebijakan berwawasan kesehatan b. Lingkungan yang mendukung c. Reorientasi dalam pelayanan kesehatan d. ketrampilan individu
35
e. Gerakan masyarakat. Tujuan pemberdayaan menurut Ngatimin (2010) adalah membantu klien memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka. Paling tidak ada 3 syarat dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu : a. Kesadaran, kejelasan serta pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan b. Pemahaman yang baik tentang keinginan berbagai pihak tentang halhal apa,dimana,dan siapa yang akan diberdayakan c. Adanya kemauan dan
ketrampilan kelompok sasaran untuk
menempuh proses pemberdayaan. Pemberdayaan kesehatan (health empowerment), sadar kesehatan (health literacy) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Gerakan masyarakat di tingkat keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat sehingga
pengetahuannya dapat
berperilaku
kesadaran sehat
maupun
caranya
kemampuannya,
dengan
penyuluhan
perorangan. kelompok, membuat gerak PHBS. Ditingkat petugas strategi ini ditujuk kepada sasaran primer. meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasi
36
petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan caranva antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan (Notoatmodjo, 2007). F. Kerangka Teori Kerangka teori yang dijadikan acuan ialah konsep yang dikemukakanoleh Eviyanti R. (2008) Peraturan Pemerintah Advokasi (Advocacy) Individu
Strategi Promkes
Dukungan Sosial (Sosial Support)
Masyarakat Kelompok
Pemberdayaan (Empowerment)
Petugas Kesehatan
Pembinaan
Gambar I Kerangka Teori (Elvina R 2008)
37
G. Kerangka Konseptual Program PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan rumah tangga, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Advokasi Program PHBS tatananTangga rumah Rumah tangga
Bina Suasana
Pemberdayaan Masyrakat Gambar.II. Variabel Penelitian Keterangan : = Variabel yang diteliti
Definisi konsep dari kerangka konsep adalah sebagai berikut 1. Advokasi yaitu kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap public agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan
38
kesehatan public baik berupa aturan maupun peneyedian dana atau sarana dan prasarana. 2. Bina Suasana yaitu kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang mempunyai pengaruh dimasyarakat serta keterlibatan pemerintah setempat dalam mendukung program 3. Pemberdayaan masyarakat yaitu jenis-jneis kegitan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan baerdasarkan sasaran dan pendekatan yang dilakukan dimasyarakat dalam upaya meningkatkan PHBS tatanan rumah tangga dimasyarakat
39
III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan
pendekatan fenomenologis. Teknik dasar dari penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan informan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam program PHBS tatanan rumah tangga di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember di Kota Kendari Tahun 2015, dimana lokasi penelitian didasarkan pada kesepakatan informan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan kenyamanan tempat bagi informan dalam menjawab pertanyaan selama proses penelitian berlangsung. C. Informan Penelitian Informan penelitian berjumlah 5 orang: 1. Kepala Puskesmas Puuwatu (informan kunci) 2. Kepala Bagian Promosi Kesehatan di Puskesmas Puuwatu (informan kunci) 3. Bendahara BOK Puskesmas Puuwatu (informan biasa) 4. Kepala Seksi pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Kendari (informan biasa) 5. Kader Puskesmas Puuwatu (informan biasa)
39
40
Informan inilah yang akan membantu penelitian tentang Analisis Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan sebagai upaya peningkatan PHBS dapat diperoleh dengan mudah. Hal yang perlu diperhatikan dalam sampling pada penelitian kualitatif adalah pemilihan sampel awal, apakah itu merupakan informan kunci atau suatu situasi sosial. Ketepatan pemilihan sampel awal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan sampling dan kelancaran pengumpulan informasi, yang pada gilirannya akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian (Bungin, 2010). Adapun hubungan antara variabel dan informasi dengan informan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hubungan variabel, informasi dan informan No
Variabel
1.
Advokasi
2.
Bina susana
3
Informasi 1. Pelaksanaan advokasi. 2. Proses advokasi 3. Output advokasi
1. Pelaksanaan bina suasana terhadap masyarakat 2. Pelaksanaan biansuasana bersama pemerintah daerah 3. Pelaksanaan binasuasana tokoh masyarakat Pemberdayaa 1. Jenis kegiatan n masyarakat pemeberdayaan masyarakat 2. Yang jadi sasaran dalam pemberdayaan masyrakat
Informan
Metode
1. Kunci 2. Biasa
Wawancara mendalam Observasi
1. Kunci 2. Biasa
Wawancara mendalam Observasi
1. Kunci 2. Biasa
Wawancara mendalam Observasi
41
3. Kendala yang dihadapi pemberdayaan 4. Pelatihan sebagai upaya pemberdayaan
D. Sumber Data 1. Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (Indepth interview). Wawancara mendalam pada informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya dan juga menggunakkan tape recorder. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data pendukung yang berguna sebagai penunjang dan pelengkap data primer dan masih berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan adalah Cakupan Rumah Tangga Sehat Dinas Kota Kendari Tahun 2013-2014. E. Teknik Pengumpulan Data Upaya untuk mendapatkan data yang obyektif dilapangan, maka diperlukan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Tehnik wawancara yang digunakan dalm penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan dalam penelitian hal ini mengkaji informasi informan sehingga diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan strategi promosi kesehatan. (Anwar, 2002).
42
Wawancara mendalam yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka, sehingga jawaban sesuai dengan apa yang dikehendaki informan dan tidak terbatas. Dengan metode yang terbuka ini diharapkan akan diperoleh suatu informasi yang asli dan sesuai dengan yang diharapkan (Bungin, 2010). Selain itu ada pula catatan hasil wawancara yang dilengkapi dengan catatan lapangan untuk mencatat hal-hal penting yang dikomunikasikan dengan informan dan apa yang dipikirkan peneliti dari fenomena yang ada dilapangan dalam rangka pengumpulan dan refleksi terhadap data tersebut. Pelaksanaan
wawancara
mendalam
bersifat
komunikasi
interpersonal antara peneliti sebagai komunikator dan informan sasaran sebagai komunikan. Tata cara pengumpulan informasi menggunakan komunikasi interpersonal, yaitu: 1) Pewawancara membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud dan tujuan wawancara yang dilakukan. 2) Pewawancara
memberitahukan
kerahasiaan
terwawancara
akan
dirahasiakan oleh pewawancara dengan memberikan jaminan berupa surat perjanjian antara pewawancara dan terwawancara yang ditandatangani terwawancara. 3) Pewawancara
meminta
izin
kepada
terwawancara
untuk
mempergunakan alat bantu (alat perekam suara) selama proses wawancara berlangsung.
43
4) Pewawancara dapat menggunakan prinsip ‘ice breaker’ untuk memecahkan kebekuan bila terjadi selama proses komunikasi berlangsung. 5) Pewawancara harus menggunakan waktu secara konsisten selama 1 sampai 2 jam dan terfokus hanya pada topik dan pertanyaan. 2. Observasi Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2010). Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi yang dilakukan tidak untuk menguji kebenaran tetapi untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan aspek
(kategori) sebagai aspek studi yang
dikembangkan peneliti (Satori, 2010). Dalam
penelitian
ini
observasi
dibutuhkan
untuk
dapat
memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara (Bungin, 2010). F. Instrumen Peneltian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yaitu sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti memperlengkapi diri dengan:
44
a. Daftar pertanyaan terbuka sebagai pedoman wawancara. b. Alat perekam suara/handphone yang berfungsi untuk merekam hasil wawancara antara peneliti dan informan c. Kamera/handphone yang berfungsi untuk mengambil gambar pada saat di lapangan d. Catatan lapangan yang berfungsi untuk mencatat data (informasi) tambahan yang merupakan hasil observasi lapangan. G. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan diolah secara toksonomi dengan mencari kaitan antara pernyataan yang satu dengan yang lain, juga secara komponensial dengan menulis semua simbol-simbol yang ada, kemudian dibuat dalam bentuk transkip dan analisis dengan menggunakan cara sebagai berikut : 1. Penulusuran data dan catatan lapangan. 2. Rangkuman isi inti wawancara. 3. Pembuatan matriks hasil wawancara. H. Pengecekan Validasi Temuan/Kesimpulan Penggunaan triangulasi adalah untuk menjamin validitas dan realibilitas informasi yang diperoleh. Alasan menggunakan metode triangulasi adalah untuk mendaptkan informasi yang tepat, lengkap, dan dapat dipercaya. Data serta informasi tersebut diperoleh dengan mengunakan alat bantu berupa pedoman wawancara,alat rekam suara, dan HP/Kamera diggital sebagai lampiran dokumentasi.
45
Teknik pemerikasaan untuk mencapai keabsahan dari penggunaan triangulasi yakni: 1.
Triangulasi sumber seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi dari informan kunci dan informan biasa.
2.
Triangulasi metode seperti wawancara mendalam (indepth interview) dan metode partisipasi (partisipan observation). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.
3.
Triangulasi teori digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat, kemudian dilakukan pengecekan dengan proses transferability (temuan dapat ditranfer kelatar lain), atau dengan kata lain hasil temuan dapat diungkapkan dengan menggunakan teori-teori relevan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Kendari Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan kota Kendari 295,89 M2 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi
atau 0,70
Tenggara. Wilayah Kota
Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan juga sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Secara geografis terletak di bagian selatan garis
khatulistiwa berada di antara 3054`30`` - 403`11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 1220 23` - 1220 39` Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1)
Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Soropia & Kecamatan sampara (Kabupaten Konawe)
2)
Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda
3)
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo (Kabupaten Konawe Selatan).
4)
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara (Kabupaten Konawe), Kecamatan Ranomeeto & Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe Selatan).
46
47
2. Gambaran Umum Puskesmas Puuwatu Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu, berdiri pada tahun 1974 sebagai Puskesmas Induk di Wilayah Administratif Kota Kendari untuk meningkatkan jangkauan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat di Wilayah Kerjanya Puskesmas Induk pada masa itu didukung oleh 3 sarana Puskesmas Pembantu, Yaitu, Puskesmas Pembantu Lepo – Lepo, Puskesmas Pembantu Labibia, dan Puskesmas Pembantu Perumnas. Pada tahun 1987 masing – masing dari puskesmas pembantu ini, secara definitif berubah status menjadi Puskesmas Induk, sehingga secara Institusional telah menjalankan Pelayanan Kesehatan secara mandiri dari bagian Puskesmas Induk Puuwatu. Setelah
mengalami
perkembangan
Program
Pembangunan
Kesehatan baik secara fisik bangunannya maupun teknis medisnya, dan sesudah menjalani masa persiapan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan yang sederhana, maka pada pertengahan tahun 2006, tepatnya hari Senin, tanggal 01 Mei 2006, Puskesmas Induk Puuwatu meningkatkan fungsi Pelayanan Kesehatannya menjadi Puskesmas Perawatan (Rawat Inap). yang diresmikan oleh pelaksana Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari mewakili Walikota Kendari. Pada awal Januari 2007, Kecamatan Puuwatu telah secara resmi di mekarkan menjadi 2 bagian yakni : Kecamatan Mandonga dan Kecamatan
48
Puuwatu. Puskesmas Puuwatu sendiri masuk di dalam administrasi Kecamatan Puuwatu. a. Letak Geografis Keadaan Wilayah Kerja dan Letak Geografis serta Luas Wilayah Puskesmas Puuwatu, Yaitu : 1.
Letak Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu, secara administrasi berbatasan dengan : Sebelah Utara
:Kelurahan
Wawombalata,
Kecamatan
–
Kecamatan
Mandonga. Sebelah Selatan
:Kelurahan
Lepo
lepo,
Baruga. Sebelah Timur
:Kelurahan
Mandonga,
Kecamatan
Mandonga. Sebelah Barat
:Desa Abeli Sawa, Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.
2. Wilayah Kerja
: Meliputi 6 Kelurahan. Kelurahan Puuwatu. Kelurahan Watulondo. Kelurahan Tobuuha. Kelurahan Punggolaka. Kelurahan Lalodati. Kelurahan Abeli Dalam.
3. Luas Wilayah Kerja
: 2156 km2
49
b. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu
adalah
sebanyak 23543 Jiwa. Dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2071 KK / 8820 Jiwa, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2: Distribusi Jumlah Penduduk Kec. Puuwatu Per Kelurahan Tahun 2013 Jml No
Nama
Jml
Jml Pddk
Pddk
Jml
Jml KK
Kelurahan
Pddk
Perempuan
Laki –
KK
Miskin
1133
475
Laki 1. 2. 3. 4.
5. 6.
Kel. Puuwatu Kel. Watulondo Kel. Tobuuha Kel. Punggolaka Kel. Abeli Dalam Kel. Lalodati JUMLAH
2539
Jml Jiwa Miskin
5057
2516
2125
5967
2890
3077
1297
360
5216
2598
2618
1012
299
4781
2385
2396
1076
497
694
317
377
209
116
1820
910
918
433
324
1346
23543
11616
11925
5160
2071
8820
1586
1076 2188
499
Sumber : Data Sekunder, Kantor Kec. Puuwatu Kota Kendari Tahun 2013 c. Lingkungan Fisik dan Biologi 1. Lingkungan Fisik Puskesmas Puuwatu terdiri dari beberapa ruangan diantaranya : a. Ruangan Kepala Puskesmas b. Kamar Kartu
50
c. Pojok Gizi d. Poli KIA e. Poli Umum f.
Ruangan Administrasi
g. Poli Gigi h. Ruangan Promkes i.
Ruangan Apotik
j.
Gudang Obat
k.
Laboratorium
l.
Unit Gawat Darurat
m. Ruang Perawatan ( Terdiri dari 10 tempat tidur ) n. Kamar Bersalin o. Instalasi Gizi Secara umum kondisi semua ruangan dalam keadaan baik, namun ada ruangan yang tidak bisa berfungsi optimal karena ukurannya sangat sempit seperti kamar kartu, apotik dan Pojok Gizi. Dengan keterbatasan diatas semua staf tetap berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. 2. Lingkungan Biologi Lingkungan Biologi yang berkaitan dengan beberapa penyakit menular seperti Malaria dan demam berdarah adalah nyamuk sebagai
51
vektor, sedangkan penyakit diare erat kaitannya dengan tingginya indeks bakteriologis sejumlah sumber air. Untuk mengetahui angka bebas jentik (ABJ) dilakukan survai jentik Pemeriksaan jentik dilakukan pada tempat – tempat perindukan vektor baik di dalam maupun diluar rumah
seperti tempat
penampungan air. d. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Puuwatu adalah sebagai berikut Tabel 3. No 1
2
Jenis sarana kesehatan
Sarana kesehatan pemerintah - Puskesmas Induk - Puskesmas Pembantu Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat - Posyandu Balita - Posyandu Lansia - Bakesra - Dokter Praktek Swasta - Bidan praktek swasta - Poskeskel
Jumlah 1 1 16 2 2 4 2 1
52
e. Sarana Prasarana Tabel 4 . Sarana Prasrana Puskesmas Puuwatu Tahun 2013 No Jenis Sarana 1. Mobil Puskel 2
Mobil
Spesifikasi Kijang Inova Avansa
Operasional
Jumlah 1 Buah 1 Buah
Pjo. Penggunaan Puskel
Ket 2007
Ka Puskesmas
2008
3.
Motor
Suzuki
1 Buah
Bides Kel. Punggolaka
2005
4.
Motor
Yamaha
1 Buah
Bikor KIA
2005
5.
Motor
Yazuki
1 Buah
Program Gizi
2006
6.
Motor
Yazuki
1 Buah
Pjo. Kesling
2006
7.
Motor
Yazuki
1 Buah
Program UKS
2006
8.
Motor
Yazuki
1 Buah
Program Imunisasi
2006
Motor
Suzuki
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Shogun Motor
Suzuki Shogun
Motor
Suzuki Shogun
Motor
Suzuki Shogun
Motor
Suzuki Shogun R
Motor
Suzuki Shogun R
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
Program Diare ISPA
2007
TU / Surveilans
2007
Program Malaria
2007
Pemegang Kas
2007
Koor. Medis Rawat Inap Program UKGMD
UKGS
/
2008
2008
53
3. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2015 – 15 Januari tahun 2016 di Kota Kendari Kecamatan Puuwatu Puskesmas Puuwatu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam strategi promosi kesehatan dalam pelaksanaan program PHBS tatanan rumah tangga di Puskesmas Puuwatu. Proses awal penelitian dimulai dengan membawa surat izin penelitian ke Puskesmas Puuwatu dan kemudian mengadakan janji untuk datang di hari berikutnya. Di hari sabtu petugas kesehatan yang menerima surat tidak hadir sehingga ditundanya waktu penelitian. Di hari berikutnya saya datang ke puskesmas puuwatu dan bertemu dengan petugas yang mengantarkan saya untuk bertemu dengan penanggung jawab program PHBS tatanan rumah tangga sekaligus penanggung jawab di bidang Promosi Kesehatan, kemudian beliau meminta waktu wawancara dilakukann di hari sabtu tanggal 3 Desember 2015. Setelah berhasil melakukan wawancara dengan DY kemudian beliau mengajukan kepala Puskesmas Puuwatu pada tanggal 23 Desember 2015. Kemudian DY menunjukan rumah dari salah satu kadernya yaitu SR pada tanggal 28 Desember 2015 Kemudian saya melakukan wawancara dengan kepala seksi bidang peromosi kesehatann dan pemberdayaan masyarakat di dinas kesehatan kota kendari pada tanggal 10 Januari 2016. Setelah seminar hasil dibutuhkan tambahan informan yakni bendahara bok puskesmas puuwatu wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2016.
54
B. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan Dalam Program PHBS Tatanan Rumah Tangga di Puskemas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015 dianalisis dari aspek strategi promosi kesehatan dan pelaksanaan program PHBS adalah sebagai berikut : 1. Advokasi Advokasi sebagai komponen strategi promosi, yang secara parsial berpengaruh terhadap PHBS, secara teoritis menunjukkan kesesuaian dengan pendapat para ahli (seperti Notoadmodjo, 2006; Green, 1980; McKenzie, 2007), yang dapat dijelaskan bahwa advokasi sebagai unsur strategi
promosi
kesehatan
dapat
mempengaruhi
perilaku
sehat
masyarakat, keluarga atau individu. Advokasi (Advocacy) yaitu kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap publik agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kesehatan publik. Advokasi yang baik tidak hanya sekedar melakukan advokasi politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi agar tercipta komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dukungan sistem (Notoatmodjo, 2010).
55
Dalam pelaksanaan kegiatan advokasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “advokasi itu apakah?.” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Hasil dari kutipan wawancara bahwa, informan belum mengetahui mengenai advokasi. “kalau advokasi yang saya lakukan bisanya itu permintaan anggran dari saya ke pihak puskesmas dari puskemas ke dinkes, kalau di dinkes kota biasanya saya memintaan poster atau itu ee…liflet dan kegiatannya itu dilakukan tiap tahun”. (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan diatas informan lain juga mengemukakan pelaksanaa kegiatan advokasi “Memang setiap tahun kami pihak puskesmas melakukan upaya permintaan anggaran dengan pihak Dinas Kesehatan Kota”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “advokasi yang dilakukan dari puskemas atau petugas promosi kehatan biasanya berupa anggaran, kalau sarana biasanaya mereka minta poster PHBS”. (informan biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) Hasil kutipan wawancara kegiatan advokasi yang dilakukan hanya ke pihak dinas kesehatan yaitu berupa permintaan anggaran dan sarana berupa media cetak yaitu poster PHBS. Dalam proses pelaksanaan kegiatan advokasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut :
56
“pertama kita buatkan dulu poanya apa-apa saja programnya kemudian kita ajukan kepuskesmas dibuatkan RKAnya baru kita ajukanmi ke dinkes kota.” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan proses pelaksanaa kegiatan advokasi “dari petugas promkes dia buatkan kita poanya dengan berdasarkan anggaran kemudian kita periksa bersama kepala puskesmas dan bendahara bok puskesmas setelah itu kita buatakan RKAnya dan kemudian diajukan ke dinkes kota”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “pertama dia buat kegiatannya seperti pembinaan rumah tangga, penyuluhan dia laksanakan terus dia buat laporannya dalam bentuk poa terus dia serahkan kepada saya bendahara puskesmas kemudian saya rekap dalam RKA saya laporkan kepada dinas, saya buatkanmi SPUnya untuk dibawa kedinas, di dinasmi dibahas apabila sudah di acc kita dihubungimi untuk cek di rekening puskesmas. (Informan Biasa IY, 34 tahun, wc: 28-3-2016) “dari puskesmas da ajukan RKAnya ke dinkes kota, kemudian dibahas sama tim anggaran didinkes yaitu, sekretaris, bendahara, kepala dinas dan kepal seksi lainnya, setelah dibahas kemudian kita ajukan ke bapeda, setelah dibahas dibapeda kemudian dikeluarkan dalam bentuk laporan kegiatan kemudian kita kembalikanmi ke puskesmas hasilnya dan anggrannya dikirimkan ke rekening puskesmas, sedangkan untuk posternya mereka datang langsung kesini dari sini kita kasihmi posternya”. (informan biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) Hasil dari kutipan wawancara bahwa, kegiatan proses advokasinya mengikuti juknis dan kemudian dibuatakan RKA yang diserahkan kedinkes kota dan hasilnya menjadi sebuah laporan
kegitan yang
57
kemudian dikeluakan
dalam bentuk
laporan kegiatan
sedangkan
permintaan sarana atau prasarana dilakukan secara langsung tanpa adanya proposal atau media sebagai perantara. Dalam output pelaksanaan kegiatan advokasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut : “itu anggaran dialokasikan kemasing-masing penanggung jawab kegiatan kalau untuk promkes seperti PHBS saya sendiri, dalam sekali turun itu Rp, 50.000 untuk uang bensin toh sebenarnya tidak cukup tapi kita cukupkan saja toh, kalau saya alhamdulilah tidak pernahji saya nombok kalau poster sama lifletnya juga kurang”. (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan diatas informan lain juga mengemukakan output pelaksanaa kegiatan advokasi
“berupa anggaran yang telah di acc yang kemudian dialokasiakan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing program termasuk PHBS tatanan rumah tangga, biasanya dana yang diajuakan tidak sesuai dengan yang diterima”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “di dinasmi dibahas apabila sudah di acc kita dihubungimi untuk cek di rekening puskesmas yang bisa ambil itu uang dari rekening hanya saya dan kepala puskesmas, setelah ada direkening kemudian dananya diberikan kepada masing-masing program kayak PHBS diberikan dana pada saat akan turun tidak dikasi satu kali semua. Kan anggaran puskesmas tahun 2015 sekitar 100 juta lebih dan biasanya memang tidak di acc 100% itu anggaran yang diajukan. (Informan Biasa IY, 34 tahun, wc: 28-03-2016)
58
“dari anggaran itu semua berdasarkan hasil diskusi tim anggaran apakah sudah sesuai jadi biasanya anggaran yang diterima kadang tidak sesuai dengan yang diajukan, sedangkan permintaan poster kami juga tidak memberikan semua berdasarkan kebutuhan yang diajukan dikarenakan keterbatasan dana kami untuk menyediakan jadi paling 50%ji yang kita kasih dari 100%”. (informan biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) Hasil dari kutipan wawancara menyatakan bahwa, output dalam pelaksanaan kegiatan advokasi yaitu hasil dari advokasi yang dilakukan ke pihak dinas kesehatan kota kendari belum 100% tercapai baik advokasi dalam hal anggaran atau dana maupun advokasi dalam hal saran dan prasarana yakni media cetak berupa poster maupun liflet. 2. Bina Suasana Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan binasuasana bersama masyrakat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “ eh yang bagaimana itu bina suasana?” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015)
59
Dari pertanyataan di atas di ketahui bahwa belum diketahuinya tentang bina suasana. “ ee..dulu itu waktu camat sebelumnya toh dia itu wajibkan semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas toh untuk ikut di kegiatan ariasan di masyrakat jadi saya sambil ikut itu sambil saya lakukan juga biasa penyuluhan juga tentang PHBS…..”. (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan pelaksanaa kegiatan binasuasana dimasyarakat “perna dilakukan kalau tidak salah itu..petugas kesehatan harus ikut arisan.” (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “tidak ada kegiatan seperti itu” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015) Hasil dari kutipan wawancara menyatakan bahwa kegiatan bina suasana yang dilakukan atas dasar kebijakan atau aturan yang dikeluarakan oleh pemerintah daerah dalam hal ini camat puwatu di tahun 2012 kegiatan binasuasana yang dilakukan di masyarakat hanya bersifat sementara. Dalam hal dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama terhadap program PHBS tatanan rumah tangga yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : “Di sini penyuluhan berkelompok dilakukan dikegiatan posyandu jadi siapa yang datang ke posyandu dia yang memperoleh penyuluhan dan dilakukan oleh petugas puskesmas sendiri tanpa bantuan tokoh masyarakat. Tetapi dibantu oleh kader yang kami berdayakan. Selain penyuluhan di posyandu dilakukan pula penyuluhan dari rumah kerumah atau konseling yang dilakukan oleh saya sendiri dan biasanya saya dibantu sama anak-anak yang
60
mengabdi disini karana tenaga promosi yang PNS hanya saya sendiri.” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai
dengan
keterangan
diatas
informan
lain
juga
mengemukakan mengenai dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama terhadap program promosi kesehatan, yang mengatakan bahwa : “Dukungan sosial dari pihak tokoh masyarakat masih sangat kurang. Sedangkan pada kegiatan lain juga seperti itu, padahal sebenarnya kegiatan-kegiatan kesehatan seperti posyandu, kegiatan PHBS itu sangat penting untuk kesadaran kesehatan mereka sendiri, mereka seakan-akan acuh tak acuh ” (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) Hal serupa juga diungkapkan oleh informan yang lain “Tidak ada dukungan langsung yang berarti dari pihak yang dianggap tokoh masyarakat, mereka seakan tidak peduli dan mengenggap kegiatan posyandu ini untuk ibu dan bayi saja” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015)
Berdasarkan pendapat ketiga informan diatas dapat menyatakan bahwa, dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama terhadap program promosi kesehatan yaitu Tidak ada dukungan yang posistif dari tokoh masyarakat maupun tokoh agama terhadap kegiatan atau program kesehatan yang dilaksanakan kecuali partisipasi kader yang telah diberdayakan. Dalam proses pelaksanaan kegiatan binas suasana bersama pemerintah yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut
61
“…..baru-baru ini juga ada lomba PHBS jadi pemerintah juga ikut turun membantu da arahkan masyrakat karena kalau hanya kita masyrakatnya juga susah bergerak….” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan pelaksanaa kegiatan Binasuasana bersama pemerintah “biasanya dalam kegiatan lomba-lomba baru ada partisipasi pihak pemerintah…” (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “lomba PHBS tatanan rumah tangga biasanya kita lakukan atas rujukan dari walikota, sebagai bentuk kerjasama dengan petugas kesehatan agar bisa menjalin kerjasama dengan masyrakat dan pemerintah daerah, kita adakan juga ini sebagai motifasi bagi petugas kesehatan juga bagi masyrakat”. (Informan Biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) “tidak adanya dukungan dan partisipasi dari pihak pemerintah setempat terhadap kegiatan kesehatan ynag dilakukan” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015)
Hasil kutipan wawancara diatas kegiatan binasuasan yang terjadi hanya pada saat lomba-lomba diadakan oleh pemerintah pusat atau dinas kesehatan kota untuk membentuk hubungan yang baik. 3. Pemberdayaan Masyrakat Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama eropa (Kholid, 2010). Pemberdayaan masyarakat di butuhkan dalam kaitannya supaya masyarakat memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
62
Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sebagai upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “ee kegiatan pemberdayaan yang saya lakukan itu posyandu ee sama konseling juga. Toh dari kumah ke rumah toh, ee penyuluhan juga saya lakukan biasanya toh” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan pelaksanaa kegiatan Pemberdayaan masyarakat “Kalau tidak salah yang dilakukan ibu…..Posyandu, sama konseling door to door biasanya penyuluhan juga diberikan disela-sela kigaiatan posyandu”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “kalau untuk membantu phbs rumah tangga kegiatan pemberdayaan yang dilakukan itu, posyandu, aktif didaswisma, kunjungan dari rumah kerumah, penyuluhan sama pelatihan kader tentang phbs ataupun posyandu…”. (Informan Biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) “kegiatan yang berhubungan dengan PHBS biasanaya hanya posyandu saja yang melibatkan para kader selebihnya tidak” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015)
Hasil dari kutipan wawancara menyatakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan posyandu, konseling dan penyuluhan sedang kegiatan dasawisma petugas promkes sudah tidak aktif di kegiatan tersebut dan para kader hanya dilibatkan dalam posyandu. Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sebagai upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga yang menjadi sasarannya
63
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “… kalau posyandu yang jadi sasaran itu ibu rumah tangga sama balitanya, kalau konseling biasanya saya dapat itu ibunya jarang bapaknya tapi kan ibu itu orang yang paling berperan dalam rumah toh jadi dari dia saja sudah biasami kita tau kebiasaan dirumahnya, kalau penyuluhan juga ibu-ibunya itupun sedikitji yang datang…..” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan sasaran pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat “yang jadi sasarannya masyaakat puuwatu toh” (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “yang jadi sasaran utama dalam pemberdayaan masyarakat itu ibu rumah tangga karena yang paling tau keadaan rumahnya dari 10 indikator itu ibu rumah tanggami yang paling tau mana yang sudah dan belum terlaksana dengan baik…”. (Informan Biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) “yang jadi sasaran biasnya ibu-ibu yang datang diposyandu karena sekaligus mendapatkan penyuluhan juga tentang PHBS” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015)
Hasil dari kutipan wawancara, yang menjadi sasaran dari kegiatan masyarakat dan individu yang lebih aktif yakni ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam rumah sehingga dapat membantu miningkatkan prilaku PHBS tatanan rumah tangganya. Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sebagai upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga yang menjadi kendala
64
dalam pelaksanaannya yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “ee kendalanya….kalau konseling yang saya lakukan dari rumah ke rumah itu biasanya da tutupkan kita pintunya apalagi kalau kita tidak pake baju dinas da tidak mau buka….kalau penyuluhan yang say lakukan diposyandu biasa kacau kalau kelewat banyakmi yang datang karna sudah desak-desakan dan jadi tidak teratur.” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015) Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan kendala dalam pelaksanaa kegiatan pemberdayaan masyarakat “yang jadi kendala disini partisipasi mayarakat ee atau kepeduliannya lah yang masih kurang”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “kadang dari petugas sendiri begitu, tapi biasanya dari masyrakatnya juga yang susah untuk berpartisipasi begitu”. (Informan Biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) “yang jadi kendala kayaknya pelaksanaan penyuluhan diposyandu, biasa kacau karena banyak orang tua sama anak-anaknya” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015) Hasil dari kutipan wawancara, kendala yang di hadapi berasal dari masyarakat yang menjadi sasaran. Dalam upaya pelatihan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sebagai upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “kalau pelatihan yang saya dapat itu tentang surfey phbs, kalau kayak advokasi begitu belum perna dan kalau kader biasanya posyandu”. (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015)
65
Sesuai keterangan di atas informan lain juga mengemukakan pelatihan dalam pelaksanaa kegiatan pemberdayaan masyarakat “Biasanya pelatihan yang mereka dapat dari dinas kota atau provinsi”. (Informan Kunci ML, 31 tahun, wc: 23-12-2015) “Pelatihan yang kita adakan biasanya untuk para kader hanya 1 kali 1 tahun dan itu diikuti oleh 1 atau 2 kader tergantung jumlah anggran, kalau petugas kesehatan biasanya pelatihan dari dinas kesehatan provinsi sedangkan kita hanya melakukan monitoring dari latihan itu”. (Informan Biasa AH, 36 tahun, wc: 10-01-2016) “belumpi ada pelatihan yang saya dapat tapi kalu teman saya sudahmi perna daikut pelatihan tentang posyandu kalau tidak salah” (Informan Biasa SR, 35 tahun, wc: 28-12-2015)
Hasil dari kutipan wawancara mengatakan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan masih tebatas baik para keder dan para petugas kesehatan sebagai upaya untuk membantu meningkatkatkan kualitas petugas kesehatan dan para kader. Belum adanya pelatihan yang diberikan dibidang advokasi dan binasuasana dan pemberdayaan masyarkat, atau pelatihan tentang strategi promkes. Dalam
upaya
pengawasan
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan diperoleh dari hasil wawancara dengan informan adalah sebagai berikut “saya tidak perna lakukan pengawasan atau evaluasi” (Informan Kunci DY, 39 tahun, wc: 03-12-2015)
66
Hasil kutipan wawancara tidak dilakukan pengawasan dari kegitan pemberdayaan masyarakat sehigga tidak diketahui apakah kegiatan tersebut membuat masyarakatat mampu dalam meninggakatkan perilaku PHBS tatanan rumah tangga. C. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan Dalam Program PHBS Tatanan Rumah Tangga di Puskemas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015 dianalisis dari aspek strategi promosi kesehatan dan pelaksanaan program PHBS adalah sebagai berikut : 1. Advokasi Advokasi adalah suatu pendekatan yang dilakukan kepada para pembuat kebijakan untuk membantu atau mendukung program kesehatan yang telah disusun berdasarkan masalah yang terjadi dilapangan. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran atau target advokasi ini adalah suatu organisasi atau institusi kerja, baik dilingkungan
pemerintah
maupun
swasta
ataupun
organisasi
kemasyarakatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk dapat membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan
67
tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Budiyono (2010) tentang
“Posisi
Stakeholder
dan
Strategi
Advokasi
Kibbla
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah” menyebutkan bahwa stakeholders memiliki pengaruh yang kuat dan memiliki keterkaitan tinggi dalam upaya advokasi. Kebutuhan dan permasalahan dari pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan lebih banyak diketahui oleh pemegang program Pengembangan kemitraan dilakukan. Kegiatan Advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal ataupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat terkait. Kegiatan Advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain (Hartono, 2010). Dari hasil wawancara mendalam seperti yang dikemukakan ditemukan fakta dilapangan bahwa petugas kesehatan di Puskesmas Puuwatu setiap tahunnya selalu melakukan asvokasi. Tujuannya agar memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan terhadap program kesehatan yang diusulkan kepada Dinas Kesehatan Kota Kendari baik berupa dana maupun saran untuk mendukung kegiatan program PHBS.
68
Advokasi tersebut tidak memperoleh dukungan sepenuhnya dari Dinas Kesehatan Kota Kendari. Sebagai contoh anggaran yang diajukan tidak dapat diturunkan berdasarkan permintaan yang diajukan dan tidak tersedianya sarana atau prasarana berupa poster secara maksimal yang dikarenakan kurangnya anggran dari pihak pemerintah sehingga petugas promosi kesehatan dalam melakukan konseling tidak menggunakan media cetak atau poster, dana melaksanakan kegiatannya seadanya dengan dana yang ada. Suatu proses advokasi, yang sebaiknya perlu dilakukan oleh pihak Puskesmas Puuwatu adalah melakukan advokasi dengan penentu kebijakan dan pembuat keputusan yang melibatkan media agar lebih menarik perhatian penentu kebijakan dan pembuat keputusan. Selain itu, ketertarikan dan keikut sertaannya dalam seminar maupun lokakarya yang membahas tentang masalah kesehatan. Selain dilakukannya advokasi dalam proses advokasi juga bisa melakukan
petisi
dimana
pihak
Puskesmas
Puuwatu
dapat
mengumpulkan dukungan berupa tanda tangan dari individu atau organisasi yang mendukung tujuan dari advokasi ini. Selain itu dapat pula dilakukan debat bila ada dua atau lebih individu yang berbeda pendapat tentang suatu masalah yang di advokasikan namun berjalan dengan baik tanpa adanya konflik. Dengan begitu pihak penentu kebijakan juga bisa menyadari bahwa hal yang di advokasikan tersebut dapat menguntungkan banyak pihak, kerena semakin banyak dukungan
69
dari individu atau organisasi melalui tanda tangan dan debat itu maka semakin kuat pula dukungan advokasi bagi penentu kebijakan dalam menentukan arah kebijakan peningkatan kesejahteraan kesehatan masyarakat. Advokasi dikatakan berhasil apabila dikeluarkannya peraturanperaturan yang mendukung program kesehatan dan adanya penambahan anggaran serta penambahan pemeriksaan medis. Kegiatan advokasi dengan pelaksanaan kewenangan maksimal dapat dilakukan oleh puskesmas, pada tingkat kecamatan dan desa sebagai wilayah kerja puskesmas. Puskesmas dapat melakukan advokasi kepada Camat, para pimpinan lintas sektor tingkat kecamatan, kepala desa/lurah, tokoh masyarakat, dan pengusaha di wilayah kerja puskesmas; dalam rangka memperoleh dukungan tenaga, dana, dan sarana/prasaran promosi kesehatan untuk PHBS bersumber dari potensi masyarakat dan dunia usaha. Jika pola advokasi ini dilakukan oleh puskesmas, maka pola ini dapat diharapkan untuk mengatasi atau memperkecil keterbatasan sarana, tenaga, dan dana untuk pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas PHBS. Menurut
Notoadmodjo
(2010)
yang mengutip
pendapat
Hopkins, advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik, yang diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak terkait,
70
yang diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan, memperoleh dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Hasil penelitian menunjukan bahwa informan menyatakan bahwa sudah melakukan advokasi tapi hanya sebatas permintaan dana ke dinkes kota belum adanya upaya advokasi ke pemerintah daerah puuwatu berupa program atau kebijakan untuk mendukung program PHBS tatanan rumah tangga. Kesimpulannya
bahwa
kegiatan
advokasi
oleh
petugas
kesehatan Puskesmas Puuwatu telah diupayakan akan tetapi pencapaian tujuannya belum optimal. 2. Binasuasana Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga
di
rumah,
orang-orang
yang
menjadi
panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Dukungan sosial merupakan bentuk penyelerasan dengan berbagai pihak terhadap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan pada masyarakat. Kesesuaian masalah masyarakat menjadikan respon positif terhadap kegiatan yang akan dibuat. Dukungan tokoh
71
masyarakat, tokoh agama, maupun tokoh pemerintah diharapkan mampu menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat sebagai sasarannya. Di Indonesia masyarakat umumnya masih bersifat paternalistik dimana tokoh masyarakat maupun tokoh agama dianggap sebagai panutan perilaku bagi masyarakat umum yang sangat signifikan. Oleh sebab itu diharapakan apabila tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh pemerintah sudah mempunyai perilaku sehat akan lebih mudah ditiru oleh masyarakat lain. Dari hasil wawancara mendalam seperti yang di kemukakan di peroleh fakta bahwa binasuasana di Puskesmas Puuwatu dapat dikatakan belum baik di liat dari kegiatan binasuasana yang dilakukan oleh pihak puskesmas kemasyarakat tidak terlaksana lagi sejak tahun 2013 sampai saat ini. Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan. Seseorang akan merasa terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila di lingkungan sosial tempat dia berada berperilaku positif
72
terhadap kesehatan mereka. Dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun tokoh pemerintah di Kecamatan Puuwatu masih sangat kurang. Mereka masih menganggap bahwa kesehatan itu adalah tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan dalam hal ini tenaga Puskesmas Puuwatu. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing tanpa mereka sadari bahwa segiat apapun mereka bekerja tidak akan ada gunanya bila mereka jatuh sakit. Untuk menggali partisipasi dan dukungan dari tokoh masyarakat maupun tokoh pemerintah, pihak puskesmas diharapkan dapat memberikan pengertian bahwa kesehatan memerlukan perhatian yang lebih. Selain itu perlu juga menyadari adanya unsur saling membutuhkan antar petugas kesehatan, masyarakat dan
pemerintahan
setempat
agar
terjalin
kerjasama
yang
menguntungkan bagi semua. Menurut Djatmiko (2008), bahwa masalah yang muncul pada implementasi Strategi Promosi Kesehatan adalah masih rendahnya kreatifitas dan inovasi dari petugas Puskesmas, kurang perhatian dan tanggung jawab dari petugas puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin kerumah warga, tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi PHBS. Dengan demikian hubungan bina suasana terhadap peningkatan PHBS akan terjalin dengan baik.
73
Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa peran tokoh masyarakat dan pemerintah masi sangat jurang terlebih tidak terlibatnya tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga terutam pihak pemerintah yang bahkan masi sangat kurang keterlibatannya sedangkan kegitan dalam masyarakat juga sudah tidak dilakukankan lagi. Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif. Tentu saja lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien/klien yang sedang diberdayakan. Kegiatan untuk menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini disebut bina suasana (Hartono, 2010). 3. Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka (Fitriani,
2011). Suatu pemberdayaan terhadap masyarakat diharapkan dapat membantu masyarakat memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia ambil yang berkaitan dengan diri mereka terutama kesehatan. Pemberdayaan
74
terhadap masyarakat ini dapat dilakukan melalui kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan kemampuannya. Dari hasil wawancara mendalam seperti yang dikemukakan diperoleh fakta bahwa pemberdayaan masyarakat di Puskesmas Puuwatu dapat dikatakan cukup baik diliat dari banyaknya kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak puskesmas, tetapi yang menjadi kendala yakni kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tetapi
tingkat
pengetahuan
dan
keterampilan
termasuk
pengkaderan masyarakat yang masih perlu ditingkatkan Hal ini disebabkan karena masih minimnya bentuk kegiatan pelatihan sebagai perencanaan awal untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan para kader. Selain itu, kesadaran dan motivasi para kader perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui peran sertanya secara aktif. Program
PHBS
dalam
rumah
tangga
adalah
upaya
pemberdayaan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta ikut berperan aktif dalam gerakan-gerakan peningkatan kesehatan masyarakat. Program PHBS dalam rumah tangga ini perlu terus dipromosikan karena rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga di dalamnya. Rumah tangga sehat juga merupakan suatu aset dan modal utama pembangunan
75
di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Program rumah tangga sehat ini dapat membawa manfaat bagi Rumah Tangga yang melaksanakan, seperti peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga dan mencegah penyakit, membantu anak tumbuh sehat dan cerdas, meningkatkan produktivitas setiap anggota keluarga dalam kegiatan atau pekerjaan masing-masing, menurunkan biaya untuk pengobatan penyakit, sehingga meningkatkan efektivitas penggunaan keuangan rumah tangga, dan dapat dipergunakan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha. Dalam perencanaan awal pemberdayaan masyarakat, hal yang perlu kita perhatikan berupa kesadaran, kejelasan, serta pengetahuan tentang apa yang diberdayakan dan yang akan dilakukan. Selain itu perlunya pemahaman yang baik mengenai dimana, dan siapa yang akan diberdayakan, dan satu hal yang paling utama namun sering terlupakan yakni memastikan adanya kemauan dan keterampilan masyarakat untuk menempuh proses pemberdayaan. Hal yang harus dilakukan keluarga untuk mewujudkan rumah tangga sehat adalah sebagai berikut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan., menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali
76
seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. Terlihat cukup banyak kriteria yang harus dipenuhi, tetapi tentu saja kita dapat berusaha mewujudkannya secara bertahap. Kita harus memulai dari satu langkah kecil untuk menuju pelaksanaan PHBS rumah tangga yang optimal. Yang diharapkan dapat melakukan Pembinaan PHBS di rumah tangga secara resmi tentu adalah petugas kesehatan dan sektor-sektor yang terkait dengan peran masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat,
diharapkan
masyarakat
dapat
berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya. Partisipasi
masyarakat
dapat
pula
ditumbuhkan
dengan
mengajak dan memberikan mereka kesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan dan program kesehatan. Sering terjadi masyarakat bersikap masa bodoh terhadap suatu kegiatan atau program kesehatan karma mereka merasa tidak diajak dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi. Partisipasi menunjukkan
masyarakat
bahwa
suatu
dapat kegiatan
pula atau
ditingkatkan program
dengan kesehatan
mempunyai manfaat yang dapat segera dirasakan oleh masyarakat
77
sendiri. Selain itu dapat pula ditingkatkan dengan adanya contoh dan keteladanan dari para tokoh dan pimpinan masyarakat, dan hal ini dapat dilakukan dengan upaya peningkatan binasuasana sebagai salah satu startegi utama untuk mempromosikan suatu program kesehatan. Dengan adanya pengkaderan ini, para keder tersebut mulai dapat mengetahui mengenai masalah kesehatan serta ingin lebih semakin mengetahui mengenai masalah kesehatan dan mereka pun lebih dapat memimpin diri mereka sendiri untuk sadar posyandu serta menjaga kesehatan bayi dan ibu hamil. Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurnah. Oleh karnanya. Akan lebih tepat jika evaluasi diarahkan pada proses pemberdayaannya dari pada hasilnya. Hal-hal yang dapat dievaluasikan dalam pemberdayaan adalah jumlah anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan, jumlah kegiatan yang bersifat pendekatan dari bawah, jumlah pelaku kegiatan yang merasa melakukan belajar sambil bekerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa informan menyatakan kegiatan pemeberdayaan masyrakat yang dilakukan sudah cukup baik tetapi masih banyak sektor yang diperhatikan mulai dari pelatihan yang diberikan bagi para kader maupun petugas kesehatan. Tidak di libatkannya kader dalam kegiatan konseling PHBS dari rumah ke rumah. Belum adanya upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan rasa
78
kepedulian dari masyarakat. Belum adanya pengawasan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan konseling sehingga tidak ditau apakah kegiatan tersebut berjalan dengan baik atau tidak.
V. PENUTUP
A. Simpulan Dari uraian pada pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kegiatan advokasi yang dilakukan oleh puskesmas puuwatu dalam program PHBS tatanan rumah tangga hanyalah permintaan dana atau anggran dari pihak puskesmas ke dinas kesehatan kota kendari, sedangkan permintaan sarana dan prasaran berupa media cetak dilakukan oleh petugas promosi kesehatan atau penanggung jawab program PHBS tatanan rumah tangga. 2. Dukungan dari tokoh masyarakat yang kurang serta dukungan atau keterlibatan pemerintah daerah puuwatu dalam kegiatan-kegiatan kesehatan yang dilakukan hanya pada saat diadakannya lomba-lomba bertemakan kesehatan yang dikeluarkan oleh wali kota serta kegiatan dasawisma yang diikuti oleh petugas kesehatan yang tidak dilanjutkan lagi partisipasinya oleh petugas kesehatan. 3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas puuwatu dalam upaya meningkatkan PHBS tatanan rumah tangga seperti posyandu, penyuluhan PHBS, konseling PHBS dari rumah ke rumah serta pelatihan bagi para kader maupun petugas kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan.
79
80
B. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis, untuk mensukseskan program kesehatan perlu didukung oleh promosi kesehatan yang baik dan promosi kesehatan yang baik perlu didukung oleh strategi promosi kesehatan yang baik. Untuk itu pelaksanaan strategi promosi kesehatan perlu ditingkatkan dan lebih diperhatikan, diantaranya : 1. Untuk pelaksana program Promkes di Puskesmas Puuwatu, agar lebih mendukung pelaksanaan advokasi yang baik bukan hanya berupa kegiatan lobby kepihak dinas kesehatan akan tetapi juga berupa loby kepihak pemerintah
puuwatu
guna
mendukung
program-program
dalam
meningkatkan perilaku PHBS masyarkat puuwatu serta dalam pelaksanaan binasuasna aktif kembali dalam kegiatan kemasyrakatan seperti arisan yang pernah dilakukan. Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sudah cukup baik tetapi mulailah dengan melakukan pengawasan dan evaluasi dari hasil kegiatan. 2. Untuk masyarakat, pemerintahan setempat dan petugas kesehatan di Puskesmas Puuwatu perlu menumbuhkan rasa saling percaya, menjalin kerjasama, kemitraan yang baik, kesadaran yang tinggi dan bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan. 3. Untuk
Kepala
Puskesmas
dan
petugas
ditingkatkannya
pemberian
pelatihan
yang
kesehatan
agar
mendukung
perlu
kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan upaya menjalin hubungan yang biak dengan masyarakat melalui kegiatan biasuasana.
81
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Departemen Kesehatan RI . 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2013. Data PHBS Tatanan Rumah Tangga Sekota Kendari tahun 2013. Kendari :Dinas Kesehatan Kota Kendari Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2014. Data PHBS Tatanan Rumah Tangga Sekota Kendari tahun 2014. Kendari :Dinas Kesehatan Kota Kendari Effendi. 2009. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta Elvina R. 2008. Strategi Program Promosi Kesehatan Dalam Pembinaan Masyarakat di Kelurahan Tipulu Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari Tahun 2009. Kendari : Skripsi Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Fitriani, 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Kapawali. Irwandi. 2007. Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini. Dalam Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 11 Februari 2016. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kholid Ahmad. (2014). Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali pers. Kuron M, Rattu M, & Pangemanan J. (2014). Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Mubarak, W.I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu kesehatan masyarakat teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 81
82
Ngatimin, H. M. Rusli. 2000. Promosi Kesehatan Menjiwai Disentralisasi di Bidang Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Tahun 2010. PPS-UNHAS. Makassar. _______. 2003. Ilmu perilaku kesehatan. Yayasan PK-3. Makassar. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (2010). Pemberdayaan masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. ____________. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2011). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pangemanan M, Maramis F, & Kawulur M. (2014). Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas teling atas Kecamatan Wanea Kota Menado. Jurnal. Riskesdas, 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Sampoerno D. (Ketua Kolegium Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat/IAKMI) Seimbangkan Upaya Preventif dan Kuratif. www.xamthone.com. Diposkan hari Senin tanggal 18 Oktober 2010). Sugiharto, 2011. Gambaran Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. Skripsi. Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Tawi. Mirzal. 2008. Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan. diambil darihttp://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan masyarakat-dalam-promkes, diakses tanggal 11 Februari 2009. WHO, 1998, Health Promotion Glossary. Geneva: WHO. Jakarta. Yusril. 2008. Strategi Promosi Kesehatan pada Masyarakat Da’a di Desa Kasoloang kecamatan Bambalamotu, kabupaten Mamuju Utara. Universitas Hasannuddin. Makassar.
83
Lampiran 1. Informed Consent LEMBAR PENJELASAN Assalamu’alaikum Wr.Wb Saya atas nama Muhammad Nur Iskandarsyah mahasiswa Kesehatan Masyarakat semester X Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. Saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015”. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan beberapa pertanyaan yang akan diajukan diantaranya mengenai Advokasi program PHBS, Binasuasana dan Pemberdayaan masyarakat. Informasi yang anda berikan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mengenai strategi promosi kesehatan. Jawaban yang anda berikan selama proses penelitian berlangsung tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Identitas anda akan dirahasiakan tidak akan dituliskan atau disebarluaskan. Data/Informasi yang saya kumpulkan hanya untuk tujuan penelitian tidak untuk dipublikasikan ataupun disebarluaskan kepada pihak lain. Bila terjadi sesuatu atau ada yang anda ingin tanyakan, anda dapat menghubungi saya di nomor 085241864972. Anda mempunyai kebebasan untuk ikut berpartisispasi ataupun menolak untuk diwawancarai. Kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Demikian penjelasan ini saya sampaikan, atas partisipasinya dan kesediaanya saya ucapkan terimah kasih. Kendari, Desember 2015
Muhammad Nur Iskandarsyah F1D2 11 137
84
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informan (Informent Consent) Yang bertanda tangan dibawah ini
:
Inisial/No. Responden
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Setelah membaca keterangan dan mendapat penjelasan secara lengkap serta memahami manfaat dan tujuan dari penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015”, bersedia diikutsertakan sebagai subjek tersebut. Dalam melaksanakan penelitian, saya bersedia diwawancarai dan akan memberikan jawaban yang sesuai dengan kenyataan pada diri sendiri. Demikian surat perjanjian ini saya buat tanpa paksaan dan apabila dikemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun. Kendari, Desember 2015 Penanggung Jawab Peneliti
Muhammad Nur Iskandarsyah F1D2 11 137
Informan
(.......................)
85 Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2015
IDENTITAS RESPONDEN NAMA
:................................................
UMUR
:................................................
JENIS KELAMIN
:................................................
JABATAN
:................................................
PENDIDIKAN TERAKHIR
:................................................
Advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan merupakan strategi global dari promosi kesehatan. Suatu program dapat mencapai target yang diharapakan jika mempunyai strategi yang perencanaan dan implementasinya berjalan dengan baik. Untuk itu pedoman wawancara ini mengarahkan pada pencarian informasi mengenai bagaimana strategi yang dijalankan Puskesmas Puuwatu terhadap pelaksanaan program PHBS tatanan rumah tangga diwilayah kerja Puskesmas Puuwatu. ADVOKASI (ADVOCACY)
1. Apa saja kegiatan advokasi yang dilakukan oleh puskesmas puuwatu di dalam upaya kegiatan PHBS tatanan rumah tangga?
86
............................................................................................................................. .................... 2. Menurut Bapak/Ibu bagaimana proses dalam pelaksanaan kegiatan advokasi di Puskesmas Puuwatu? ............................................................................................................................. ......................... 3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana output dalam pelaksanaan kegiatan advokasi di Puskesmas Puuwatu? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. .........................
DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT)
1. Menurut Bapak/Ibu Adakah kegiatan binasuasana yang dilakukan bersama masyarakat? ............................................................................................................................. ........................ 2. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana dukungan tokoh masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan? ............................................................................................................................. ...............
87
3. Menurut Bapak/Ibu Adakah kegiatan binasuasana yang dilakukan bersama pemerintah ke masyarakat? ............................................................................................................................. .................... PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
1. Menurut Bapak/Ibu Apa saja kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga? ............................................................................................................................. .................... 2. Menurut Bapak/Ibu Siapa saja sasaran dari kegiatan tersebut? ............................................................................................................................. .................... 3. Menurut Bapak/Ibu kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan? ............................................................................................................................. .................... 4. Menurut Bapak/Ibu Adakah upaya pelatihan kegiatan pemberdayaan masyarakat? ............................................................................................................................. .................... 5. Bagaimana pengawasan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan? ............................................................................................................................. ....................
88 Lampiran 4
DISTRIBUSI INFORMAN KUNCI DAN BIASA PADA PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2015
No
Jenis Kelamin
Informan
1.
Laki-Laki
Kunci
MN
31 Tahun
Kedokteran umum
2
Perempuan
Kunci
MH
39 Tahun
S1 Kesehatan Masyarakat
3.
Perempuan
Biasa
AH
36 Tahun
S2 Kesehatan Masyarakat
4.
Perempuan
Biasa
SR
35Tahun
SMA
5
Perempuan
Biasa
IY
34 Tahun
S1 Kesehatan Masyarakat
Kode Informan
Umur
Pendidikan
89 Lampiran 5
INDIKATOR STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
NO 1.
ITEM Advokasi : a. Melakukan lobby politik dengan penentu kebijakan dataupun pembuat keputusan. b. Ada peraturan-peraturan, penambahan anggaran, dan penyedian sarana dan prasarana yang merupakan hasil dari advokasi.
2.
Dukungan Sosial : Adanya dukungan dari pemerintah, tokoh masyarakat maupun tokoh agama terhadap suatu kegiatan atau program kesehatan sehingga dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
3.
Pemberdayaan Masyarakat : a. Adanya peran aktif atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan atau program kesehatan . b. Jenis kegiatan pemberdayaan dan sasrannya c. Hasil dari kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang dilakukan d. Laporan dan pengawasan
90
Lampiran 6
MATRIKS HASIL PENELITIAN STRETEGI PROMOSI KESEHATAN
Variabel Advokasi
Pertanyaan Bagaimana pelaksanaan kegiatan advokasi?
Kode Informan
Data Emik
Data Etik
(Informan Langsung)
(Kesimpulan Peneliti)
DY
advokasi itu apakah?
ML
Memang setiap tahun kami pihak puskesmas melakukan lobbying dengan pihak Dinas Kesehatan Kota
AH
advokasi yang dilakukan dari puskemas atau petugas promosi kehatan biasanya berupa anggaran, kalau sarana biasanaya mereka minta poster PHBS
kegiatan advokasi yang dilakukan hanya ke pihak dinas kesehatan yaitu berupa permintaan anggaran dan kalau yang saya lakukan bisanya itu sarana berupa media cetak yaitu poster anggran dari saya ke pihak puskesmas, PHBS kalau di dinkes kota biasanya peermintaan poster atau itu ee…liflet
91
Advokasi
Bagaiman proses DY pelaksanaan kegiatan advokasi?
ML
IY
Pertama kita buatkan dulu poanya apa-apa saja programnya kemdian kita ajukan kepuskesmas dibuatkanmi RKAnya baru kita ajukanmi ke dinkes kota
Dari petugas promkes dia buatakan poanya dengan berdasarkan anggaran kemudian kemudian kita periksa bersama bendahara bok puskesmas setelah itu kita buatkan RKAnya dan kemudian kita ajukan ke dinkes kota
pertama dia buat kegiatannya seperti pembinaan rumah tangga, penyuluhan dia laksanakan terus dia buat laporannya dalam bentuk poa terus dia serahkan kepada saya bendahara puskesmas kemudian saya rekap dalam RKA saya laporkan kepada dinas, saya buatkanmi SPUnya untuk dibawa kedinas, di dinasmi dibahas apabila sudah di acc kita dihubungimi untuk cek di rekening puskesmas
kegiatan proses advokasinya mengikuti juknis dan kemudian dibuatakan RKA yang diserahkan kedinkas kota dan hasilnya menjadi sebuah kegitan yang kemudian dikeluakan dalam bentuk laporan kegiatan sedangkan permintaan sarana atau prasarana dilakukan secara langsung tanpa adanya proposal atau media sebagai perantara
92
Advokasi
AH
dari puskesmas da ajukan RKAnya ke dinkes kota, kemudian di bahas sama tim anggaran didinkes yaitu, sekretaris, bendahara, kepala dinas dan kepal seksi lainnya, setelah dibahas kemudian kita ajukan ke bapeda, setelah dibahas dibapeda kemudian dikeluarkan dalam bentuk laporan kegiatan kemudian kita kembalikanmi ke puskesmas hasilnya, sedangkan untuk posternya mereka datang langsung kesini dari sini kita kasihmi posternya
DY Bagimana kegiatan output dari kegiatan advokasi yang dilakukan?
itu anggaran dialokasikan kemasingmasing penanggung jawab kegiatan kalau untuk promkes seperti PHBS saya sendiri, dalam sekali turun itu Rp, 50.000 untuk uang bensin toh sebenarnya tidak cukup tapi kita cukupkan saja toh, kalau saya alhamdulilah tidak pernahji saya nombok kalau poster atau litleetnya juga kurang
output dalam pelaksanaan kegiatan advokasi yaitu dari hasil advokasi ini tidak ada penambahan anggaran, penambahan jumlah media poster dan pemeriksaan fisik. Akan tetapi ada peraturan-peraturan yang dikeluarkan berupa wajib dilakukannya tiga bulan ke dinas kesehatan kota kendari terkait
93
ML
berupa anggaran yang telah di acc yang program PHBS tatanan rumah tangga kemudian dialokasiakan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing program termasuk PHBS tatanan rumah tangga, biasanya dana yang diajuakan tidak sesuai dengan yang diterima
AH
dari anggaran itu semua berdasarkan hasil diskusi tim anggaran apakah sudah sesuai jadi biasanya anggaran yang diterima kadang tidak sesuai dengan yang diajukan, sedangkan permintaan poster kami juga tidak memberikan semua berdasarkan kebutuhan yang diajukan dikarenakan keterbatasan dana kami untuk menyediakan jadi paling 50%ji yang kita kasih dari 100%
94
IY
di dinasmi dibahas apabila sudah di acc kita dihubungimi untuk cek di rekening puskesmas yang bisa ambil itu uang dari rekening hanya saya dan kepala puskesmas, setelah ada direkening kemudian dananya diberikan kepada masing-masing program kayak PHBS diberikan dana pada saat akan turun tidak dikasi satu kali semua. Kan anggaran puskesmas tahun 2015 sekitar 100 juta lebih dan biasanya memang tidak di acc 100% itu anggaran yang diajukan
95
MATRIKS HASIL PENELITIAN STRETEGI PROMOSI KESEHATAN
Variabel Binasuasana
Binasuasana
Pertanyaan
Kode Informan
Adakah kegiatan DY binasuasana yang dilakukan bersama masyarakat?
Data Emik
Data Etik
(Informan Langsung)
(Kesimpulan Peneliti)
eh yang bagaimana itu bina suasana?
Dari kutipan wawancara diatas kegiatan bina suasana yang dilakukan atas dasar kebijakan atau aturan yang ee..dulu itu waktu camat sebelumnya toh dikeluarakan oleh pemerintah daerah dia itu wajibkan semua tenaga kesehatan dalam hal ini camat puwatu di tahun yang ada di puskesmas toh untuk ikut di 2012. kegiatan ariasan di masyrakat jadi saya sambil ikut itu sambil saya lakukan juga biasa penyuluhan juga tentang PHBS.
MH
perna dilakukan kalau tidak salah itu..petugas kesehatan harus ikut arisan.
SR
tidak ada kegiatan seperti itu
DY Bagaimana dukungan tokoh
Di sini penyuluhan berkelompok kebijakan yang dikelurakan terkait dilakukan dikegiatan posyandu jadi siapa kegiatan bina suasana hanya
96
masyarakat/tokoh agama terhadap program PHBS tatanan rumah tangga
yang datang ke posyandu dia yang berlangsung sementara dan tidak memperoleh pennyuluhan dan dilakukan dilanjutkan lagi oleh pihak puskesmas oleh petugas puskesmas sendiri tanpa maupun pihak pemeintah yang baru. bantuan tokoh masyarakat. Tetapi dibantu oleh kader yang kami berdayakan. Selain penyuluhan di posyandu dilakukan pula penyuluhan dari rumah kerumah atau konseling yang dilakukan oleh saya sendiri dan biasanya saya dibantu sama anak-anak yang mengabdi disini karana tenaga promosi yang PNS hanya saya sendiri. tetapi partisipasi masyarakat yang kurang karena biasanaya mereka menolak petugas kesehatan yang datang kecuali mereaka mengunakan baju dinas ML
Dukungan sosial dari pihak tokoh masyarakat masih sangat kurang. Mereka baru berpartisipasi jika pihak puskesmas malaksanakan lomba-lomba. Sedangkan pada kegiatan lain yang sebenarnya sangat penting untuk kesadaran kesehatan mereka sendiri, mereka seakan-akan acuh tak acuh.
97
SR
Tidak ada dukungan langsung yang berarti dari pihak yang dianggap tokoh masyarakat, mereka seakan acuh tak acuh dan mengenggap kegiatan ini untuk ibu dan bayi saja
Adakah kegiatan DY binasuasana yang dilakukan bersama pemerintah ke ML masyarakat?
baru-baru ini juga ada lomba PHBS jadi pemerintah juga ikut turun membantu da arahkan masyrakat karena kalau hanya kita masyrakatnya juga susah bergerak
AH
lomba PHBS tatanan rumah tangga biasanya kita lakukan atas rujukan ke walikota, sebagai bentuk kerjasama dengan petugas kesehatan agar bisa menjalin kerjasama dengan masyrakat dan pemerintah daerah, kita adakan juga ini sebagai motifasi bagi petugas kesehatan juga bagi masyrakat
SR
“tidak adanya dukunga dan partisipasi dari pihak pemerintah setempat terhadap kegiatan kesehatan ynag dilakukan”
Binasuasana
biasanya dalam kegiatan lomba-lomba baru ada partisipasi pihak pemerintah
kegiatan binasuasan yang terjadi hanya pada saat lomba-lomba diadakan oleh pemerintah pusat atau dinas kesehatan kota.
98
MATRIKS HASIL PENELITIAN STRETEGI PROMOSI KESEHATAN
Variabel Pemberdayaan masyarakat
Pertanyaan Apa saja kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam upaya peningkatan PHBS tatanan rumah tangga?
Kode Informan
Data Emik
Data Etik
(Informan Langsung)
(Kesimpulan Peneliti)
DY
ee kegiatan pemberdayaan yang saya kegiatan pemberdayaan masyarakat lakukan itu posyandu ee sama konseling yang dilakukan posyandu, konseling juga. Toh dari kumah ke rumah toh, ee dan penyuluhan penyuluhan juga saya lakukan biasanya toh
ML
Kalau tidak salah yang dilakukan ibu…..Posyandu, sama konseling door to door biasanya penyuluhan juga diberikan disela-sela kegiatan posyandu
AH
kalau untuk membantu phbs rumah tangga kegiatan pemberdayaan yang dilakukan itu, posyandu, aktif didaswisma, pelatihan kader tentang phbs ataupun posyandu
99
SR
Apa saja sasaran DY dari kegiatan tersebut?
Pemberdayaan masyarakat
kegiatan yang berhubungan dengan PHBS biasanaya hanya posyandu saja yang melibatkan para kader selebihnya tidak adami kalau posyandu yang jadi sasaran itu ibu yang menjadi sasaran dari kegiatan rumah tangga sama balitanya, kalau masyarakat dan individu yang lebih konseling biasanya saya dapat itu ibunya aktif yakni ibu rumah tangga jarang bapaknya tapi kan ibu itu orang yang paling berperan dalam rumah toh jadi dari dia saja sudah biasami kita tau kebiasaan dirumahnya, kalau penyuluhan juga ibu-ibunya itupun sedikitji yang datang
ML
yang jadi sasarannya masyaakat puuwatu toh
AH
yang jadi sasaran utama dalam pemberdayaan masyarakat itu ibu rumah tangga karena yang paling tau keadaan rumahnya dari 10mindikator itu diami yang paling tau mana yang sudah dan belum terlaksana dengan baik
100
SR
Kendala apa DY yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan?
yang jadi sasaran biasnya ibu-ibu yang datang diposyandu karena sekaligus mendapatkan penyuluhan juga tentang PHBS ee kendalanya….kalau konseling yang kendala yang dihadapi berasal dari saya lakukan dari rumah ke rumah itu masyarakat yang menjadi sasaran biasanya da tutupkan kita pintunya apalagi kalau kita tidak pake baju dinas da tidak mau buka….kalau penyuluhan partisipasi mayarakatji yang menjadi kendalanya, bagaimanakah orang-orang sibuk toh, biar kita ambil hari libur tetapji kurang juga, kalau posyandu biasa kacau kalau saya selipkan kegitan brainstorming kacau tidak teratur begitu.
ML
yang jadi kendala disini partisipasi mayarakat ee atau kepeduliannya lah yang masih kurang
AH
kadang dari petugas sendiri begitu, tapi biasanya dari masyrakatnya juga yang susah begitu
101
SR
Adakah upaya DY pelatihan kegiatan pemberdayaan ML masyarakat?
AH Pemberdayaan masyarakat
SR
Pemberdayaan
pengawasan
yang jadi kendala kayaknya pelaksanaan penyuluhan diposyandu, biasa kacau karena banyak orang sama anak-anaknya kalau pelatihan yang saya dapat itu kegiatan pelatihan yang dilakukan tentang surfey phbs, kalau kader masih tebatas baik para keder dan para biasanya posyandu petugas kesehatan sebagai upaya untuk membantu meningkatkatkan Biasanya pelatihan yang mereka dapat kualitas petugas kesehatan dan para dari dinas kota atau provinsi kader. Belum adanya pelatihan yang diberikan dibidang advokasi dan Pelatihan yang kita adakan biasanya binasuasana dan pemberdayaan untuk para kader hanya 1 kali 1 tahun masyarkat, atau pelatihan tentang dan itu diikuti oleh 1 atau 2 kader strategi promkes tergantung jumlah anggran, kalau petugas kesehatan biasanya pelatihan dari dinas kesehatan provinsi sedangkan kita hanya melakukan monitoring dari latiha itu belumpi ada pelatihan yang saya dapat tapi kalu teman saya sudahmi perna daikut pelatihan tentang posyandu kalau tidak salah Tidak dilakukannya pengawasan dan
102
masyarakat
DY kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan?
saya tidak perna lakukan pengawasan pelaporan sehingga tidak diketahuinya sama evaluasi keberhasilan dari kegiatan tersebut
103 Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan Informan Kunci Staf Promosi Kesehatan (Pelaksanan PHBS tatanan rumah tangga) Puskesmas Puuwatu Kota Kendari,
Gambar 2. Wawancara dengan Informan Biasa Kabid Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Dinkes kota kendari
104
Gambar 3. Suasana Penyuluhan Pada Saat Posyandu
105
106
107