?,!
I .t
MANUSIA DAN SISTEM NILAI BUDAYA ( Kajian Awal Menuju Kajian Filsafat Hukum ) Oleh: Amir Syarifudin (Dosen Fakultas Hukum UNSRI)
Abstrak : Manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan ruakhtuk lainnya, vokni aknl dan kemampuan berbahasa- Dengan kedua kelebihan ini nrunusia ,tatmpu menciptakan kebudavaan \)ang mencakup ilmu, kaedah, dan seni yang mewujudkandii dalam kebudayaanfisik, sistem sosial, dan sistem budava dan sistem nilai budava. Selain itu, dalam kehidupan manusia tercipta sesuatu vang berharga atau bernilai, yaitu nilai kebenaran, nilai keserasian dan nilai keindahan
Kata kunci: Manusia, Sistem, Nilai, Budaya, Filsafat Hukurn
A- Pendahuluan Manusia dibedakan dengan makhluk-makhluk lain, karerra manusia rnerniliki kelebihan yang sangat mencolok dibandingkan dengan rnaklrluk lainnya yaitu memiliki pikiran. Pada zaman Yunani kuno, telah ada tesis -yang menyatakan trahwa manusia makhluk berakal atau "animale rationale". Socrates telah men_"*adari kemampuan yang dimiliki oleh manusia tersebut, sebagai kernampuan yang maha besar.Sehingga, ia menyeruhkan agar manusia menyadari kemampuan yang dimilikinya dengan ungkapan "kenali dirimu" (Gnothi Seauton). Dengan pikiran, manusia mampu menciptaan alat komunikasi yang dinamakan bahasa. Bahasa mengantarkan manusia untuk berpikir pada tahap yang lebih tinggi yaitu berpikir abstrak, berpikir menggunakan simbol-simbol, meng-komunikasikan pikiran kepada orang lain. menyimpan hasil pikirannya kedalam cataan-cammn, pada buku-buku dan sebagainya. Beberapa ahli telah mengadakan penelitian yang mendalam terhadap manusia. Manusia dikaji dari berbagai sudut,idari filsafat maka timbullah filsafat manusia, dari sudut tubuhnya maka timbullah ilmu kedokteran, dari sudut me-menuhi kebutuhannya timbullah ilmu ekonomi dan seterusnya. Contotr-contoh di atas -merupakan hasil kegiatan manusia yang dinamakan "kebudayaan" atau hasil budi daya (cultura). Pada mulanya cultura dianikan sebagai pengolahan tanah, namun pada perkembangannya, diartikan sebagai segala sesuatu yang di-hasilkan oleh kegiatan manusia. Sitl*ltr Calrya
No. 05 Tahun I
I
Desember 1997
ISSN.
t4r0-06t4
Setiap suku bangsa mengembangkan kebudayaannya masing-masing. Kita mengenal kebudapan Cina, lndia, Yunani, Indonesia dan lain-lain. Disamping itu, juga dikenal isilah kebudayaan modern dan kebudayaan primitif, kebudayaan bar:at dan kebuday:nn timur. Namun, dari berbagai penggolongan kebudayaan tersebut terdapat suatu persamaan. yaitu wujud kebuday;n dan unsur-unsur kebudayaan. Di dalam kebudayaan itulah manusia menerapkan kemampuan berbahasanya (Soemargono, 1988) dan dengan bahasa manusia menentukan sifat-sifat dan berusaha untuk menyingkap rahasia-rahasia alam semesta. Dengan perkataan lain bahwa kebudayaan manusia merupakan usaha-usaha untuk memberikan penjelasan-penjelasan untuk menyingkapkan serra mengungkapkan alam. Manusia selain disebut makhluk kebudayaan juga *"iupitrn makhluk yang mempunyai sitat kesusilaan (ethical animal)- Disinilah manusia se ring mengajukan pertanyaan-penanyaan renang yang baik dan buruk. Apalagi tnanusia tidak hidup di ruang hampa. melainkan dikelilingi nilai-nilai yang dikenalnya sejak lahir, sehingga manusia dapat rnembedakui u,rtum yangtaik dan buruk, indah dan jelek. benar dan salah.
$:
B- Manusia dan Kebudayaan Charles Darwin berpendapat bahwa manusia sekarang ini merupakan hasil proses evolusi yang sangat lama. Asal mula manusia iermasuk dalam suku primat.yaitu sejenis kera yang berevolusi menjadi sub-suku anthropoid yang kemudian berkernbang lagi menlaoi infrasuku hominoid. Selanjutnyainfrasuku Hominoid berevoiusi *.niuai keluarga hominidae dan selanjutnya berkembang menjadijenis horno sapiens. Jenis Homo sapien berevolusi menjadi 4 ras yaitu: Australoid, 2. Mongoroid, 3. causasoid, dan 4. Negroid (Koentjaraningrat, 1996).
Evolusi manusia terus berranjut. Isi otaknya makin membesar dan organ_ organ tubuhnya berkembang sedemiki"n rupa, misalnya tenggorokan, .rn-ggu mulut, lidah dan bibir dapat membuat variasi $ara yang t ompteks oan aktr'[_ nya dapat berbahasa- Kemampuan bahasa ini dapat *"nio.ong perkembangan otak dan sebaliknya otak manusia digunaku, ,ntuk *.ng"*bungkan bahasa. Teuku Jaco,b berpendapat bahwa u*ur pikiran dan biasa merupakan dua, unsur m1{ak yang memungkinkan manusia mempunyai kebudayaan. Apabila suatu makhluk terah memiriki suatu kebudayaan, maka krurah ia secara utuh dapat disebut .rnanufia" (Koentjaraningrat, Evolusi pikiran manusia terus berranjut &ngan merarui . beberapa tahap. A u sgu ste comte mengem ukakan bah wa sejarah r rirt r"nu sia, termasri j i ;"r,y" baik secara individual maupun secam keLluruhan, berkembang menurut tiga
1996).
SimbwCahaya No- 0S Tahw
il
Desember 1997
,
lssM.
t4t046t4 &5
tahap, ,'aitu tahap teologi aau fiktip, metafisik atau abstrak dan tahap positip atau riel (Wibisono, 1996). Makna teori Comte itu adalah bahwa perkembangan jiwa atau masyarakat di atas garis linier menuju kearah kemajuan dan kemajuan itu digambarkan sebagai masyarakat tahap positip, yakni masyarakat induSrial. Pada tahap ini ilmu pengetahuan berkembang pesat, masyarakat menjadi lebih baik berkat diatur oleh ilmu pengeahuan. Studi tentang hakekat manusia cenderung melihat manusia sebagai gabungan antara jiwa (subsansi berpikir) dan raga (substansi berkeluasaan) seperti yang telah dilakukan oleh Plato dan Descartes. Notonagoro menyebut manusia itu sebagai susunan kodrat jiwa-raga, susunan sitht kodrat individu-makhluk Tuhan (Notonagoro, 1995)- Purbacaraka (1986) juga mengemukakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani. Kedua unsur ini saling melengkapi agar'manusia' dapat disebut manusia adanya. Dalam unsur rohani (yang dilengkapi unsur jasmani), manusia mendapatkan kesadaran, yang tersimpul dari adanya kegiatan berpikir, berkehendak dan merasa. Sebaliknya rnanusia yang (sedang) tidak sadar, tidak berpikir. ridak memiliki kehendak dan tidak bisa merasakanDengan pikiran (cipta) manusia mendapatkan pengetahuan, dengan kehendaknya (karsa) mengarahkan sikap tindaknya dan dengan perasaannya dapat mencapai kesenangan. Pengetahuan manusia yang disusun secara sistematis dengan memakai metode terrcntu disebut ilmu. Kehendak (karsa) terbentuk karina gabungan anara pikiran dengan rasa, menghasilkan kaedah atau norma, yang dapat dibedakan menjadi: l. kaedah religi, 2. kaedah kesusilaan, 3. kaedah hukum, dan 4. kaedah sopan saRtun. Selanjutnya rasa manusia dapat diwujudkan dalam kesenian. Manusia tidak saja dapat menghasilkan ilmu, kaedah dan kesenian, terapi juga sanggup merenungkan sistem ajaran yang disebut filsafat sebagai sarana (alae untuk memelihara dan meningkatkan mutu hasil dayanya. Sarana untuk memelihara dan meningkatkan muru ilmu disebut logika, sarana untuk meningkatkan mutu kaedah atau norma disebut etika dan sarana untuk meningkalkan dan memelihara mutu seninya disebut estitika (Purbacaraka, 1986). Logika berpedoman kepada ide kebenaran, etika berpedoman pada ide keserasian dan estitika berpedoman pada ide keindahan. Apabila kesemuanya itu disusun dalam suaru skema adalah sebagai berikut (purbacaraka, l9g6)-
SiaburCbhqn
No- 05
Tohu I I De*aber
1997
tssN.
t4l0-ail4
Dunia Kebudayaan Dunia nilai
Dunia alam kodrat Pfiiran
Ihu
renauan
Iaedah Erika
;-
fohani |ranusial L nrm
logika
lesnian - Estet ik
[-lasaani
Manusia dengan dua unsur pokoknya (asmani dan rohani) serta kesadarannva (pikiran. kemauan dan rasa) disebut dunia alam kodrat (natura), karena keberadaannya tidak tergantung pada manusia. Sebaliknya ilmu, kaedah, seni dan sarana berpikir (logika, etika dan estetika) dinamakan kebudayaan, karena merupakan hasil kegiatan manusia- Selanjutnya kebenaran, keserasian dan keindahan merupakan dunia nilai. a;.
C. Unsur-rf;*. dan Wujud
Kebudayaan
Apabila orang mengatakan kenyataan sebagai keseluruhan, maka yang dimaksudkan ialah:(l). hal-hal yang adanya tidak terganrung pada manusia, dan (2). hal-hal yang adanya sebagai hasil kegiatan manusia. Hal yang pertama disebut "alam kodrat" (natura), dan yang kedua disebut "kebudayaan" atau "pembudidayaan" atau "hasil budidaya' (cultura). Manusia dengan kesadarannya (cipta, rasa dan karsa) dapat mengusahakan segala s€suatu yang diperlukan dalam hidupnya dan hasil usaha itu merupakan "way of life" serta "tools for living" dan itu dinamakan kebudayaan (Purbacaraka, I987). Atas dasar itu penelaahan terhadap manusia dapat didasarkan pada segi "penguasaarry?" dalam memenuhi kebutuhan hidup, yang tercakup dalam antroplogi budaya. Antropolqgi budaya mencakup (Purbacaiaka, r
987): I
. lingguisik/kebahasaan;
2. ekonomi;
3.'sistemologi' sosial; 4. logikalkeilmuan; 5. estetika/kesenian; - 6. ethika (religi, keakhlakan, sopan santun dan hukum); 7. teknologi.
Simbur
Colrya
No. OS Tahyn I
I Desembcr I 997
dan
TSSN.
1410-0614
-:--&.
Ketujuh rumusan' antropologi budaya itu merupakan hasi I penguasinn manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketujuh unsur tersebut di atas dimiliki oleh semua kebudayaan masyarakat yang ada di dunia (Koentjaraningrat, 199+). Ketujuhnya dapat ditemukan pada masyarakat pedesaan yang kecil maupun pada masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks. Atas dasar tersebut Koentjaraningrat menyebutnya sebagai "unsur-unsur kebudayaan universal"Kebudayaan mewujudkan diri dalam empat wujud konkrit, yaitu: Kebudayaan fisik, yaitu berupa benda-benda fisik yang dapat dilihat, diraba, difoto,. Sebutan lain untuk benda-benda fisik ini ialah artifact. Contohnya candi-candi, kendaraan, komputer, rumah dan lain-lain; Sistem sosial, yaitu berupa wujud prilaku manusia yang masih kongkrit, dapat difoto dan diflimkan. Contohnya menari, berbicara, cara kerja dan lain-lain;
l.
)-
3.
Sistem sosial, yaitu berupa wujud prilaku manusia yang masih konkrit,dapat difoto dan difilm. Contoh wujud kongkrit sistem sosial ini
seperti menari, berbicara,cara bekerja dan lain-lain. Sistem budaya,yaitu berupa wujud gagasan yang keberadaannya terdapat dalam pikiran atau kesadaran atau jiwa manusia. Ia bersil'at abstrak tak dapat difoto dan hanya diketahui dan difahami melalui wawancara yang intensif atau dipelajari dari buku-buku. Contoh sistem budaya adalah adat istiadat; Sistem nilai budaya, yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga masyarakat sejak kecil, telah mendarah daging, shingga sulit diubah. Sistem nilai sangat abstrak sekali, tidak bisa dilihat dan difoto, dan ia menentukan corak dari pikiran, ciri-ciri berpikir dan menentukan tingkah laku manusia. Sistem nilai juga menentukan corak benda budaya (anifacts) yang dibuat oleh warga suatu kebudayaan. ,, Jika unsur-unsur kebudayaan universal tersebut dihubungkan dengan empat wujud konkrit kebudayaan, maka setiap unsur akan terjelma dalam keempat wujud konkrit. Sebagai contoh sistem ekonomi memiliki nilai budaya ekonomi, sistem budaya ekonomi, sistem sosial ekonomi dan kebudayaan fisik ekonomi. Demikian juga unsur lain seperti teknologi, religi, bahasa dan lain-lain.
4.
5.
l.
Rumusan ketujuh unsur keudayaan tersebut di atas agak berbeda dengan rumusan C.Kluckhohm dalam karangannya "Universal Categories of Culture (1953). Ketujuh rumusan Kluckhohn dapat dibaca dalam buku Kantjaraningrat yang berjudul "Pengantar Antropologi I', hal. 80-81. Simbu Calnlm No. 05 Tahu I I Desember 1997
ISSN. I4tA-0614
D. t{anusia dan dunia Nilai Uraian memperlihatkan bahwa salah satu wujud konkrit kebud4yaan ialah sistem nilai budaya. Sisem adalah keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian dan antara bagian mempunyai hubungan sntu sama lain. Demikian juga halnya dengan sistem nilai, nilai-nilai tidak berdiri sendiri akan tetapi berhubungan satu samu tainnya. Nilai-nilai menentukan corak pikiran, cara berpikir, prilaku dan benda-ben& budaya (artifacts ). Demikian juga nilai-nilai menjadi landasan terdalam dari sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan frsik (Koentjaraningrat, 1996 ). Timbul pertanyaaan apakah yang dimaksud dengan nilai ?. Purbacaraka dan Soekanto (1985) mengemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang diinginkan (positip) dan sesuatu yang tidak diinginkan (negatip). Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan dalam hal nilai itu bersifat positip, dalam arti menguntungkan atau men)renangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut. Sebaliknya, merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam hal nilai tersebut bersifat negatff;artinya rnerugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingannya, sehingga nilai tersebut dijauhi. Telah disebutkan di atas, bahwa nilai itu dapat dikelompokkan menjadi; (l) nilai kebenaran, (2) nilai keserasian, dan (3) nilai keindahan. Berikut ini akan dibicarakan satu persatu.
l.
Nilai kebenaran
Abbas Hamarni (1996) mengemukakan bahwapertama kebenaran itu berkair an dengan kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, misalnya seseorang memiliki pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafati dan pengetahuan agama. Jenis pengetahuan biasa memiliki inti kebenaran yang sangat bersifat subjektif, aninya kebenaran itu sangat ditentukan oleh subjek yang mengetahui. Pengetahuan ilmiah ),iang mempunyai metode khas, memiliki sifat kebenaran relatif, artinya ia dianggap benar sepanjang tidak terbukti salah. Pengetahuan filsafati memiliki sifat kebernran absolut-intersubjektif, artinya kebenaran itu selalu melekat pada pandangan filosuf )ang bersangkutan atau filosuf lain yang mendukungnya. Akhirnya kebenaran pada pengetahuan agama memilki sifat dogmatis, artinya kebeoaran didasarkan pada dogma-dogma rgama yang bersangkutan. Dalam perkembangan sejarah pemikiran filsafat yang dimulai dari Plato dan Arisdeles sampai &ngan sekarang rclah berkembang banyak rcori-rcori ke-
SinfurColqt
No. 05 Tahun
ll
Descrter D97
t&sN.14104614 s
benaran, yaitu (Abbas Hamami, 1996): Teori kebenaran Koreryondensi, yang intinya mengemukakan bahwa suatu pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan itu sesuai dengan kenyataan yang diketahui. Teori kebenaran Koherensi, yang intinya bahwa suatu pengetahuan itu benar apabila sesuai dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Teori Kebenaran Pragmatis, yang intinya meng€mukakan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan itu mempunyai konsekwensi dibidang praktis, artinya pengetahuan itu benar apabila mempunyai manfaat dibidang praktek. Teori Kebenaran Semantis, yang intinya mengemukakan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila ia mempunyai pangkal acu (referensi) yang jelas. Teori Kebenaran Non-Deskriptif, yang intinya mengemukakan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Teori kebenaran sintaksis, yang intinya mengemukakan bahwa suatu pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan itu mengikuti aturanaturan atau gramatika yang baku. Teori kebenaran yang berkelebihan yang intinya mengemukakan bahwa teori kebenaran itu hanya pemborosan karena pada dasarnya kebenaran yang hendak dibuktikan telah memiliki derajat yang logik yang saling melengkapi. Pranarka (1987) membedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu(l) Kebenar- an epistimologikal, yaitu kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia,(2) Kebenaran ontologikal, yaitu kebenaran yang melekat pada sesuatu yang ada atau tiada, dan (3) Kebenaran semantikal, yaitu kebenaran yang melekat dalam tutur kata atau bahasa.
a.
b. c.
d.
e. f.
g.
2. Nilai Keserasian Keserasian merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh kaedah (Purbacaraka dan Soekanto, 1985). Secara filosofis keserasian termasuk bidang filsafat moral atau etika. Berten (1994) mengemukakan sistena etika sebagai berikut: Hedonisme, yang intinya bahwa apa yang dianggap terbaik adalah yang
a.
menyenangkan (he'done'-kesenangan).Sesuatu
b.
yani
menyenangkan
adalah yang memuaskan keinginan, yang meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri manusia yang aktual dan individual. Eudemonisme, yang intinya bahwa apa yang dianggap baik adalah
Simlwr Cnfiay,s No. 05 Tahun I I Desember 1997
tssN. t4t0-0614
segala sesuatu yang mendaangkan kebahagian, yaqg menryakan
tujuan hidup tertinggi. c.
d.
Utilitarisme yang intinya balrwa apa yaog dianggap
hik
adalah
perbuatan yang mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan adajil@ saldo kebahagian melebihi ketidak bahagiaan. Selain itu, masih rcrdapat utilitarisme. Aturan yang intinya bahrrya prinsip keguraan ti&k harus di te rapkan atas salah satu perbuatan, melainkan aas aturan-aruran moral yang mengatur perbuatan manusia. Deontologi, bahwa apa yang dianggap baik adalah kehendak png baikKesehatan, kepintaran, kekayaan adalah baik jika dipakai &ngan baik oleh kehendak baik manusia. Yang membuat keherdak menjadihik, jika bertindak karena kewajiban. Oleh sebab itu, perbuaan dilakukan karena kewajiban (l-rgalitas).
3. Nilai Keindahan. Keindahan dapat dirumuskan, sebagai contoh kita melihat sbuah tarian, "mengalir' dengan lancar jugd yang Demikian merupakan kornbimsi serta dengan keindahan warna nuansa dari kontras susunan warna (Purbacaraka. 1986). Kattsoff (1995) mengemukakan bahwa memberi definisi tentang keindahan akan nrcnutup nutupi sejumlah besar kesulitan. Ia menyatakan lebih baik mengemukakan penlyataan "gambar ini indah". Pernyataan ini akan menimbulkan pertanyaanpertanyaan; (l).makna apa yang dikandung oleh pernyauan terrebut?, (2) bagaimana cara orang untuk mengetahuinya ?, (3) bahan bukti ap lrang tersedia ?. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah kepada penyusunan teori estetika. Santayana, dalam bukunnya "The Sense of Beauty" memandang keir&han dan seni berhubungan secara interinsik dengan manusia- Kausoff (1995) menyatakan bahwa keindahan berhubungan dengan masalah: a. keindahan tergantung pada pencerapan, artinya kia tidak &pat mengarakan sesuatu itu indah kalau tidak dapat die.ap. b. keindahan bersangkut paut dengan rasa nikmat, arrin)'ajika $arau objek ' tidak menimbulkan rasa nikmat pada siapapun, maka tidak mungkin, objek itu dikatakan indah. rnaka yang d{4flksud adalah mengenai hal-hal yang
E.
Penu_tup
Manusia adalah makhluk yang memilki kelebihan dibadirgkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Kelebihan manusia terdapat pada ekul dan kernamSimburCahayo No. 05
Ta,lrrulr
lI b**r
l9f7
ESN-
IltOfiI. *
puannlaberbahasa. Kemampuan akaldan bahasa ini membuat manusia mampu mencipakan kebudayaan yang pada garis besarnya mencakup ilmu, kaedah dan seni. Kebudayaan terwujud dalam kebudayaan fisik, sistem sosial, sistem budaya dan sisem nilai budaya. Disamping itu manusia juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terlihat dari unsur-unsur kebudayaan yang universal. Dalam kehidupan manusia tercipta sesuatu yang berharga atau bernilai png mencakup nilai kebenaran, nilai keserasian dan nilai keindahan.
F. Daftar Pustaka Adi Imam Muhni, Djuretna., 19.. Pengantar Ke Filsafat Kebudayaan., FF UGM, Yogyakarta. Benens,K, l994., Etika., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakara Kattsoff, [,ouis, o.. Elemerx of Philosophy., Diterjemahkan oleh soejono soernargono, 1992, dalam., Pengantar Filsafat., Tiara wacana, yogyakarta. Koentjaraningrat, 1994.,Kebtda.vaan Mentalitas dan pembangunan., pr. Gramedia Pusraka Utama, Jakana ---. 1996., Pengantar Awroplogi 1., pT.Rineka Cipta, Jakarta Notonagoro, 1995. , Pancasila Secara tlntiah populer., Bumi Aksara, Jakarta Purbacaraka, Purnadi, 1986., penggarapan Disiptin Hukum dan Fitsafat Hukum Bagi Pendidikan Hukum., Ra.iawali, Jakarta Purbacaraka, Purnadi dan Soekanto, Soerjono, 1985. , Ikhtisar Antirnmi Aliran Filsafat sebagai Landasan Filsafat Hukum., Rajawali, Jakarta Pranarka, A.M.w., 1987, Epistimologi Dasar suatu pengantar., yayasan Proklamasi, CSIS, Jakarta. soemargono, soejono, 1988. , Berpikir secara Kfilsafatan, Nur Cahaya,
Yogyakarta. Tim Dosen Filsafat llmu FF
Abisono, Koento.,
1996.
uGM, 1996., Fitsafat llmu.,Literty, yogyakarra . Arti perkembangan Menurut Fikafat poiitivisme
Auguste Comte., Gajah Mada University press, yogyakarta
SiafurCalryw
No. 05 Ta.hm
It
besember Ig97
lssN. 11t046t4