[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELULUSHIDUPAN (SR) BENIH IKAN NILA ( Oreochromis Niloticus )
ENDAH SIH PRIHATINI Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Untuk meningkatkan kualitas perairan salah satunya adalah dengan cara pemberian probiotik. Menurut Purnomo (2004) tujuan utama menggunakan probiotik adalah memperbaiki mutu lingkungan secara alami melalui kerja dari bakteri pengurai. Probiotik adalah jasad renik (bakteri atau fungi) yang telah diisolasikan dan dikembangkan secara massal yang kondisinya masih sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap tingkat kelulushidupan pada benih ikan nila. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu mengadakan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil yang akan didapat menegaskan bagaimana hubungan kausal antara variabel – variabel yang diselidiki dan seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan – perlakuan tertentu dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir, 1988) Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), karena medium yang digunakan bersifat homogen dan dilakukan didalam ruangan, sehingga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah pengaruh perlakuan dan faktor kebetulan (semua faktor yang ada dalam media percobaan saja). Hasil penelitian ini adalah pemberian probiotik berpengaruh terhadap tingkat kelulushidupan benih ikan nila. Yaitu dengan pemberian dosis optimal (0,002 ppm) angka kelulushidupan sangat tinggi. Pemberian probiotik berpengaruh terhadap kualitas air seperti amonia dan nitrit selama pemeliharaan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap suhu, oksigen terlarut dan pH. Saran perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut pada skala yang sebenarnya yaitu pada skala pertambakan agar pengaruh probiotik yang digunakan tersebut lebih nyata. Kata Kunci : Probiotik, Ikan Nila
9
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis Niloticus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan telah di budidayakan di berbagai negara termasuk Indonesia. Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak di budidayakan setelah Ikan mas (Crypinus Carpio) (Kordi, 2010). Spesies ini berasal dari kawasan Sungai Nil maupun waduk di Benua Afrika. Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ini kemudian di sebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang di berikan oleh pemerintah melalui Direktorat Jendral Perikanan pada tahun 1972 (Gustiano, 2010). Nila merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang prospektif dikembangkan di Indonesia. Jenis Ikan nila yang telah berkembang di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. Ikan nila terkenal dengan keunggulannya yaitu mudah berkembangbiak,pertumbuhannya cepat, tahan terhadap penyakit, rasanya enak dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Disamping sifatnya pemakan plankton yang cenderung omnivorous, ikan nila mempunyai kemampuan untuk hidup pada rentang salinitas yang luas sehingga dapat di budidayakan di air tawar, payau maupun di laut (Wardoyo, 2007 ). Potensi pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia cukup besar, selain memiliki peluang pasar cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor, ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah di budidayakan baik dikolam, Karamba Jaring Apung (KJA) maupun sawah (Khairuman dan Amri, 2011). Pengembangan budidaya ikan dalam menunjang produksi perikanan dengan menggunakan ikan nila merupakan program nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Sejalan dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam 9
rangka peningkatan produksi perikanan dan pemenuhan kebutuhan protein hewani dari ikan, selain budidaya ikan di sawah tambak dan kolam, saat ini telah mengembangkan program Karamba Jaring Apung (KJA) dan program budidaya ikan di Kolam Terpal. Komoditas andalan yang dibudidayakan selain udang vaname, ikan bandeng, ikan tawes, ikan mas, ikan lele adalah ikan nila (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2011a). Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan produksi ikan nila di Kabupaten Lamongan pada tahun 2011 mencapai sebesar 6.500 ton yang dihasilkan dari kegiatan budidaya sawah tambak, KJA dan kolam. Dan tercatat kebutuhan benih nila di Kabupaten Lamongan sebesar 52 juta ekor per tahun dan baru terpenuhi sebesar 15 juta, dan kekurangan benih ikan nila sebesar 37 juta dicukupi dari luar Kabupaten Lamongan (DPK, 2011b). Untuk meningkatkan kualitas perairan salah satunya adalah dengan cara pemberian probiotik. Menurut Purnomo (2004) tujuan utama menggunakan probiotik adalah memperbaiki mutu lingkungan secara alami melalui kerja dari bakteri pengurai. Probiotik adalah jasad renik (bakteri atau fungi) yang telah diisolasikan dan dikembangkan secara massal yang kondisinya masih sehat. Jasad renik tersebut dikemas dalam media cairan atau padat berbentuk tepung atau granula dalam kondisi kering. Efektivitas dari penggunaan probiotik ini akan meningkat seiring dengan kemampuan bertahan hidup bakteri, hal tersebut menyebabkan ketidaksesuaian kondisi lingkungan untuk hidup bakteri. Munculnya beragam produk probiotik yang diproduksi secara massal menjadikan perlu untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian probiotik. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian probiotik terhadap tingkat kelulushidupan (SR) pada benih ikan nila (Oreochromis niloticus). 1.2. Tujuan Penelitian
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] Mengetahui pengaruh probiotik terhadap tingkat kelulushidupan benih ikan nila. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian probiotik terhadap tingkat kelulushidupan pada benih ikan nila dan kualitas air untuk meningkatkan produksi benih ikan nila. 1.4. Hipotesa Diduga pemberian berpengaruh terhadap kelulushidupan benih ikan nila. II.
probiotik tingkat
METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2014 bertempat di Desa Tlogorejo Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan dan untuk pengamatan kualitas air dilakukan di laboratorium Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. 2.2. Materi Penelitian 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila berukuran ± 0.8 cm sampai 1,2 cm yang diperoleh dari pembenihan ikan nila di daerah kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang diseleksi mutu dan kualitas benih yang baik. Probiotik menggunakan probiotik komersial yang di dalamnya mengandung bakteri Lactobacillus sp, Nitrosomonas sp, Bacillus spp. Sumber air yang digunakan berasal dari air sungai yang telah diendapkan terlebih dahulu. Pakan yang digunakan pakan benih ikan nila dengan frekuensi pemberian 2 kali dalam sehari. 2. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Ember sebanyak 12 buah yang diisi air 20 liter digunakan untuk masa pemeliharaan benih ikan nila selama satu bulan. Akuarium digunakan untuk menampung sementara dan adaptasi benih ikan nila sebelum 10
perlakuan. Aerator dan selang aerator untuk sumber oksigen dan sirkulasi air. Gelas ukur untuk mengukur mililiter air. Alat suntik untuk mengambil probiotik. Thermometer untuk mengukur suhu. DO test sebagai alat untuk mengukur oksigen terlarut. pH test alat untuk mengukur pH. Amonia test kit untuk mengukur NH3 dan Mikroskop untuk mengukur kelimpahan bakteri. 2.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu mengadakan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil yang akan didapat menegaskan bagaimana hubungan kausal antara variabel – variabel yang diselidiki dan seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan – perlakuan tertentu dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir, 1988). 2.4. Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), karena medium yang digunakan bersifat homogen dan dilakukan didalam ruangan, sehingga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah pengaruh perlakuan dan faktor kebetulan (semua faktor yang ada dalam media percobaan saja) (Hanafiah, 2014). Ketentuan – ketentuan yang mendukung penggunaan Rancangan Acak Lengkap adalah benih ikan nila yang sehat dan berkualitas baik yang berukuran ± 0,8 cm sampai 1,2 cm dengan kepadatan 20 ekor / 20 liter air, hal ini menurut Jangkaru (1991) bahwa padat penebaran yang optimal untuk benih ikan nila dikolam umur 1 bulan berukuran 1,2 cm adalah 50 – 100 ekor / m 2. Benih ikan nila ditaruh dalam akuarium agar beradaptasi dengan air dan lingkungannya. Ember yang digunakan mempunyai ukuran yang sama. Air berasal dari satu sumber. Penempatan unit – unit ember dilakukan dengan acak.
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] Denah percobaan sebagai berikut : D2
C3
A2
B3
C1
A3
B2
D3
B1
C2
D1
A1
Gambar 2. Denah Percobaan Untuk perlakuan dosis, berdasarkan pada label botol probiotik penggunaan dosis minimal adalah 10 liter / Ha. Dengan menggunakan air 20 liter tiap perlakuan, maka dosis minimal probiotik dalam 20 liter air adalah 0,001 ppm (lampiran 1.) Perhitungan dosis probiotik. Dalam penelitian ini penggunaan dosis probiotik adalah sebagai berikut: A 1 - 3 : Tanpa pemberian probiotik (Kontrol ) B 1 - 3 : Pemberian probiotik 0.001 ppm / 20 liter air. C 1 - 3 : Pemberian probiotik 0,002 ppm / 20 liter air. D 1 - 3 : Pemberian probiotik 0,003 ppm / 20 liter air. 2.5. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Wadah Dalam penelitian ini menggunakan 12 ember plastik yang diletakkan secara acak sebelum dilakukan penelitian. Ember harus dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada ember, kemudian ember dikeringkan, setelah itu pemasangan aerator beserta selangnya. 2. Persiapan media Pengisian air dilakukan di media percobaan masing – masing disii 20 liter air, kemudian mengatur kekuatan aerasi sehingga di peroleh kekuatan yang sama pada tiap ember, pemasangan aerasi ini sangat penting karena sebagai sumber oksigen dan sirkulasi air. 3. Persiapan benih ikan nila Untuk proses adaptasi benih ikan nila dimasukan kedalam akuarium selama 11
3 hari agar bisa beradaptasi dengan air dan lingkunganya. Benih ikan nila yang digunakan adalah benih dengan ukuran ± 0,8 cm sampai 1,2 cm yang diperoleh dari pembenihan ikan nila di daerah Glagah lamongan yang telah diseleksi untuk mendapatkan benih ikan nila yang sehat dan berkualitas baik. 2.6. Pelaksanaan Penelitian Benih ikan nila dimasukan kedalam ember dengan kepadatan 20 ekor / 20 liter air. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dalam masa pemeliharaan. Pemberian dosis probiotik kedalam tiap ember percobaan sesuai dengan perlakuan. Perlakuan A pemberian 0 ml probiotik untuk 20 liter air. Perlakuan B adalah pemberian 1 ml probiotik untuk 20 liter air (1 ml probiotik untuk 20 liter air sama dengan 0,001 ppm). Perlakuan C adalah pemberian 2 ml probiotik untuk 20 liter air (2 ml probiotik untuk 20 liter air sama dengan 0,002 ppm). Perlakuan D adalah pemberian 3 ml probiotik untuk 20 liter air (3 ml probiotik untuk 20 liter air sama dengan 0,003 ppm). Pengamatan kualitas air suhu, pH, DO, amonia (NH3), Nitrit dan perhitungan tingkat kelulushidupan dilakukan satu minggu sekali, dengan cara pengambilan sampling air di tiap perlakuan, dan menghitung benih ikan nila yang lulus hidup. 2.7. Parameter Penelitian Parameter penelitian yang diamati dapat dibedakan sebagai parameter utama dan parameter penunjang. 1. Parameter utama a. Tingkat Kelulushidupan Pengamatan kelulushidupan dilakukan dengan menghitung kematian benih ikan nila selama penelitian. Kemudian dihitung dengan rumus : SR % = x 100% Keterangan : SR : Kelulushidupan ikan nila (%) Nt : Jumlah ikan nila akhir penelitian (ekor)
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] : Jumlah ikan nila awal penelitian (ekor) 2. Parameter Penunjang Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, DO, pH, amonia (NH3) dan Nitrit (NO2).
ikan nila dengan dosis yang berbeda bisa dilihat pada gambar 3.
80
2.8. Analisa Data Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat (4) perlakuan dan tiga (3) ulangan. Data hasil percobaan menurut RAL ditata dalam tabel analisis data dan dari tabel ini dapat dihitung nilai FK (Faktor Korelasi), Jumlah Kuadrat Total (JK total), Jumlah Kuadrat Perlakuan (JK Perlakuan), Jumlah Kuadrat Galat (JKG) dari hasil yang didapat dilanjutkan dengan analisis keragaman dengan menggunakan uji F. Bila F hitung < dari F tabel 5% maka hipotesis Ho diterima, yang berarti perlakuan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dengan parameter uji. Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis Hi diterima pada taraf nyata 95% (P<0,05) dan perlakuan dinyatakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Hanafiah, 2014). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Dan Pembahasan Penelitian tentang pengaruh pemberian probiotik terhadap tingkat kelulushidupan pada benih ikan nila (Oreochromis Niloticus), diperoleh beberapa data hasil penelitian antara lain pengamatan kelulushidupan (SR) dan pengamatan kualitas air. 1. Kelulushidupan Kelulushidupan merupakan presentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal yang dipelihara dalam suatu wadah (Effendi, 1985). Kelulushidupan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya dan kualitas airnya. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data kelulushidupan benih ikan nila, Data kelulushidupan benih ikan nila selama penelitian disajikan pada (lampiran 2). Hasil rata – rata kelulushidupan benih 12
90
88,33
100 Kelulushidupan ( % )
No
86,66
71,66
60 40
20 0 A (0 ppm)
B ( 0,001 C ( 0,002 D ( 0,003 ppm ) ppm ) ppm ) Dosis Probiotik
Gambar 3.
Diagram Rata – rata Kelulushidupan Benih Ikan Nila.
2. Kualitas air Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan mahluk – mahluk hidup di air (Djatmika, 1986). Kualitas air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007). Pengukuran terhadap para parameter kualitas air yang di ukur dalam media penelitian antara lain suhu, pH, Oksigen terlarut (DO), Amonia (NH3) dan Nitrit (NO2). Hasil pengamatan kualitas air dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Data pengamatan kualitas air No
Parameter
Hasil Maksimum
Minimum
Kisaran Optimal
Referensi
1
Suhu
28,5
27
28 – 32 o C
(Kordi dan Tancung,2007)
2
Ph
8
7
7.5 – 8.7
(Kordi dan Tancung,2007)
3
DO
6
5
5-7
(Kordi dan Tancung,2007)
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] 4
Amonia
0,27
0,14
1 ppm
5
Nitrit
0,35
0,115
0,5 - 5
3. Suhu Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air, suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Secara umum kenaikan suhu dapat menekan kehidupan ikan bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim atau drastis. Dari hasil rata – rata selama penelitian di tiap – tiap perlakuan nilai kisaran suhu masih berada dikisaran optimal yaitu berkisar antara 27 oC sampai 28,5 oC. Kisaran suhu yang demikian dianggap cukup baik, karena menurut Kordi dan Tancung (2007), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 28 oC - 32oC. Sedangkan menurut Anonim (2010) kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25oC – 30oC. Data pengamatan suhu tersaji pada lampiran 3, dan selanjutnya dari data yang diperoleh dilakukan analisis sidik ragam diperoleh hasil pada tabel 5. Pada tabel 5 menunjukan hasil pada tiap – tiap perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap suhu selama penelitian (F Hitung < F tabel 5% atau 2,6 < 4,067). 4. Derajat keasaman (pH) Kemampuan air untuk mengikat dan melepas sejumlah ion hidrogen menunjukkan bahwa apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Hasil rata – rata pengukuran pH di masing – masing perlakuan selama penelitian adalah berkisar antara 7 – 8 merpakan pH yang optimal untuk kehidupan ikan. Hal ini sesuai Kordi dan Tancung (2007), menyatakan bahwa dalam budidaya ikan pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat. Namun ikan dapat mengalami pertumbuhan yang optimal pada pH 6,5 9,0. Menurut Asmawi(1983), bahwa derajat keasaman yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut Anonim (2010) pH air 13
(Asmawi, yang 1983)
baik untuk budidaya ikan nila adalah 6 – 8,5 dengan kisaran optimum 7 – 8. (Boyd 1982) Dengan demikian kisaran derajat keasaman (pH) selama penelitian masih berada dalam batas yang cukup baik bagi ikan. Data pengamatan Derajat Keasaman (pH) tersaji pada lampiran 4 dan selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam pada tabel 6. Pada tabel 6 menunjukan hasil pada tiap – tiap perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pH air selama penelitian ( F Hitung < F tabel 5% atau 0,061 < 4,061). 5. Oksigen terlarut (DO) DO (dissolved oxygen) merupakan kadar oksigen yang terlarut dalam air, Oksigen terlarut adalah faktor terpenting dalam menentukan kehidupan ikan, pernapasan akan terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut rata-rata selama penelitian pada masing – masing perlakuan adalah berkisar antara 5 – 6 ppm. Hal ini sesuai dengan Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm. Pada penelitian ini kandungan oksigen terlarut umumnya sudah cukup baik, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut selama masa penelitian 30 hari cukup baik dalam menunjang kelulushidupan benih ikan nila. Data pengamatan Oksigen terlarut selama penelitian di masing – masing perlakuan bisa dilihat pada lampiran 5. Dan selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam pada tabel 7. Pada tabel 7 menunjukan hasil pada tiap – tiap perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap kelarutan oksigen selama penelitian (F Hitung < F tabel 5% atau 1,21
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] 6. Amonia (NH3) Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (faces) dan terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang. Kotoran padat dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi polypeptida, asam-asam amino dan akhirnya amonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi oksigen, pH dan suhu air makin tinggi pula konsentrasi NH 3. Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm. Hasil pengukuran dari kadar amoniak (NH3) berkisar antara 0,14 – 0,27 mg/l. 7. Nitrit Hasil pengukuran nitrit selama penelitian terdapat pada lampiran 7. Kadar nitrit selama pengamatan pada masing – masing perlakuan berkisar antara 0,115 – 0,35 mg/l. Nilai ini masih dalam kisaran yang aman bagi kehidupan ikan, hal ini sesuai dengan (boyd,1982 dalam Kordi dan Tancung, 2007) bahwa nilai kisaran nitrit yang aman untuk kehidupan ikan yaitu sebesar 0,5 – 5 mg/l. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian probiotik terhadap tingkat kelulushidupan (SR) pada benih ikan nila dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian probiotik berpengaruh terhadap tingkat kelulushidupan benih ikan nila. Yaitu dengan pemberian dosis optimal (0,002 ppm) angka kelulushidupan sangat tinggi. 2. Pemberian probiotik berpengaruh terhadap kualitas air seperti amonia dan nitrit selama pemeliharaan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap suhu, oksigen terlarut dan pH.
14
4.2. Saran Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut pada skala yang sebenarnya yaitu pada skala pertambakan agar pengaruh probiotik yang digunakan tersebut lebih nyata.
[GROUPER FAPERIK] [Pick the date] DAFTAR PUSTAKA Amri, K. dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. hal. 16-18. Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Diakses dari http://pdfcari.com pada tanggal 23 Februari 2014. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba.Gramedia. Jakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2011a. Rencana Strategis Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan Tahun 2010 – 2015. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Lamongan. Hal. 30 – 33. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2011b. Informasi Data Statistik Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Lamongan. hal. 3. Djatmika, 1986. Usaha Perikanan Air Deras. Simplek.Jakarta. Gustiano, R dan O. Z. Arifin. 2010. Budidaya Ikan Nila Best. IPB Press. Bogor. Hal. 1 – 3. Jangkaru, Z, A . Hardjamulia, F. Sukandi, N. Suhendra, P. Yuliati, Surisno, P. Taufik dan Y. P. Haryani. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Puslitbang Perikanan, Badan Litbang Pertanian. Khairuman dan K. Amri 2011. 2,5 Bulan Panen Ikan Nila. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal. 3. Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta. Kordi, K. M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. Hal. 4. Purnomo, A. 2004. Teknologi probiotik untuk mengatasi permasalahan tambak udang dan lingkungan budidaya. Makalah pada pertemuan UPT Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Bandung. 30 hal. Wardoyo, S. E. 2007. Ternyata Ikan Nila, Oreochromis niloticus Mempunyai Potensi 15
yang Besar untuk Dikembangkan. Media Akuakultur, 2: 147-150.