1
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : FARAH DEDI SETIAWAN NIM. K8404024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
FARAH DEDI SETIAWAN NIM. K8404024
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
3
2010 PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Zaini Rohmad, M.Pd
Drs. Slamet Subagya, M.Pd
NIP. 195811171986011001
NIP. 195211261981031002
4
PENGESAHAN
Skripsi ini telah Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa Tanggal : 29 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. H.MH. Sukarno, M.Pd
……………………..
Sekretaris
: Drs. Suparno, M.Si
……………………..
Penguji I
: Dr. Zaini rohmad, M.Pd
……………………..
Penguji II
: Drs. Slamet Subagya, M.Pd
……………………..
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP 19600727 198702 1001
5
ABSTRAK Farah Dedi Setiawan, HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara : (1) Pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa, (2) pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa, (3) Motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa, dan (4) Disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini mengambil lokasi di kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini menggunakan metode diskriptif korelasional. Populasinya adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten, sebanyak 120 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 25% dari keseluruhan populasi yaitu 30 siswa yang terbagi atas 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Proporsional Random Sampling. Metode pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan intercorelasi product moment dan regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin baik kualitas pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan dengan adanya disiplin yang tinggi maka prestasi belajar sosiologi siswa akan semakin tinggi pula. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (4) Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi
6
siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinngi disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.
ABSTRACT Farah Dedi Setiawan, THE RELATION BETWEEN PARENT’S NURTURE PATTERN, LEARNING MOTIVATION AND LEARNING DISCIPLINE, AND THE SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT IN THE XI GRADERS OF SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010. The objectives of research are to find out whether there is or not the positive significant relation between: (1) The parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students learning achievement, (2) the parent’s nurture pattern and the students learning achievement, (3) The learning motivation and the students learning achievement, and (4) The learning discipline and the students learning achievement. The research took place in Class XI of SMA Muhammadiyah 1 Klaten. In line with the research problem and objective, this research employed a correlational descriptive method. The population was the XI graders of SMA Muhammadiyah 1 Klaten, as many as 120 students. The sample employed was 25% of entire population as 30 students divided into 3 classes. The sampling technique employed was Cluster Proportional Random Sampling. Techniques of collecting data with questionnaire and documentation. Technique of analyzing data employed was statistical analysis with intercorelasi product moment and multiple regression. Considering the result of research, it can be concluded that: (1) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher quality of parent’s nurture pattern, learning motivation and the higher discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (2) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the parent’s nurture pattern, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (3) There is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning motivation, the higher is the students’ Sociology learning
7
achievement. (4) There is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievemen. MOTTO “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
( Q.S. Luqman: 17 )
8
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini dipersembahkan untuk : 1. Bapak
(Sukono)
(Mutmainah) membesarkan
dan
yang dan
Ibu telah
mendidik
dengan penuh kasih sayang. 2. Kakak-kakakku (Mbak Fitri & Mbak
Ana)
yang
memberikan motivasi. 3. Almamater
selalu
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga pada saat ini peneliti mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Oang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010” adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di lingkungan Universitas Sebelas Maret. Banyak kesulitan yang peneliti temui dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan yang diberikan, peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd, ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 3. Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd, ketua Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 4. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd, dosen pembimbing I skripsi ini. 5. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, dosen pembimbing II. 6. Seluruh civitas akademika SMA Muhammadiyah 1 Klaten atas kerjasama yang baik selama menyelesaikan skripsi ini.
10
7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2010
Peneliti
11
DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................
i
PENGAJUAN .................................................................................................
ii
PERSETUJUAN .............................................................................................
iii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................
7
C. Pembatasan Masalah ............................................................
7
D. Perumusan Masalah .............................................................
8
E. Tujuan Penelitian .................................................................
8
F. Manfaat Penelitian ...............................................................
9
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..................................................................
10
1. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua .........................
10
2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar .................................
16
3. Tinjauan tentang Disiplin Belajar ..................................
22
12
BAB III
BAB IV
BAB V
4. Tinjauan tentang Prestasi Belajar……………………….
25
B. Kerangka Berfikir ................................................................
31
C. Perumusan Hipotesis ............................................................
33
METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
34
B. Metodelogi Penelitian ..........................................................
35
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...........
39
D. Tehnik Pengambilan Data ...................................................
46
E. Teknik Analisis Data ............................................................
57
HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Data ......................................................................
65
B. Uji Prasyarat Analisis Data ..................................................
75
C. Pengujian Hipotesis...............................................................
78
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ..........................................
83
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ..............................................................................
91
B. Implikasi ...............................................................................
91
C. Saran .....................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
95
LAMPIRAN ....................................................................................................
98
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Waktu Penelitian ...........................................................................
35
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Data Pola Asuh Orang Tua (X1) .................
72
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar (X2)...................................
72
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Disiplin Belajar (X3) ...................................
73
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (X1) ....................
74
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
Kerangka Berfikir ...................................................................
33
Gambar
2
Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten ..............
70
Gambar
3
Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1) ........................
72
Gambar
4
Grafik Motivasi Belajar (X2) ..................................................
73
Gambar
5
Grafik Disiplin Belajar (X3) ...................................................
74
Gambar
6
Grafik Prestasi Belajar Sosiologi (Y) ......................................
75
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Kisi-kisi Uji Coba Angket Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar ................................................
98
Lampiran
2
Surat Pengantar Angket Penelitian ....................................... 104
Lampiran
3
Angket Penelitian .................................................................
Lampiran
4
Tabulasi Hasil Uji Coba Angket
105
Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2), dan Disiplin Belajar (X3)......................................................
112
Lampiran
5
Hasil Uji Validitas X1 ..........................................................
115
Lampiran
6
Hasil Uji Reliabilitas X1 .......................................................
118
Lampiran
7
Hasil Uji Validitas X2........................................................... 121
Lampiran
8
Hasil Uji Reliabilitas X2 ....................................................... 124
Lampiran
9
Hasil Uji Validitas X3........................................................... 127
Lampiran
10 Hasil Uji Reliabilitas X3 ....................................................... 130
Lampiran
11 Tabulasi Data Hasil Angket Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2), dan Disiplin Belajar (X3)...................................................... 133
Lampiran
12 Data Induk Penelitian............................................................ 136
Lampiran
13 Deskripsi Data....................................................................... 137
Lampiran
14 Uji Normalitas Data X1, X2, dan X3.................................... 140
Lampiran
15 Uji Linieritas X1-Y ............................................................... 143
Lampiran
16 Uji Linieritas X2-Y ............................................................... 144
16
Lampiran
17 Uji Linieritas X3-Y ............................................................... 145
Lampiran
18 Uji Independensi ................................................................... 146
Lampiran
19 Analisis Korelasi ................................................................... 147
Lampiran
20 Analisis Regresi Ganda......................................................... 148
Lampiran
21 Analisis Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ........... 149
Lampiran
22 Denah Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten..................... 150
Lampiran
23 Surat Perijinan....................................................................... 151
Lampiran
24 Curiculum Vitae.................................................................... 158 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini pendidikan merupakan
salah satu unsur penting bagi masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan masyarakat dapat menerima dan mengusai perkembangan ilmu teknologi secara cepat dan sesuai dengan tatanan budaya masyarakat setempat. Arus globalisasi dan modernisasi mengakibatkan perkembangan kebudayaan masyarakat tidak terkendali, hal ini dikarenakan kita kurang mempunyai filter yang kuat untuk menerima kebudayaan asing secara bebas masuk ke negara kita. Melonggarnya standar nilai moral dan norma serta adat istiadat dalam masyarakat mengakibatkan beberapa golongan tidak dapat menempatkan segala sesuatu ke tempat yang semestinya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sekarang ini beserta teknologinya ternyata bersifat menyeluruh di segala bidang kehidupan manusia, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Apalagi tuntutan jaman modern yang semakin kompleks, bidang pendidikan perlu penanganan yang serius. Oleh karena itu, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pencapaian generasi berkualitas merupakan tanggung jawab bersama. Pembentukan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya bukanlah proses yang mudah.
17
Keluarga adalah unsur penting dalam perkembangan diri siswa termasuk dalam pencapaian prestasi yang baik untuk menghasilkan generasi yang berkualitas, karena keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Kita tidak dapat melepaskan tanggung jawab kita sebagai orang tua, karena remaja bukan dewasa yang sudah memiliki kemandirian dan kematangan dalam berpikir. Remaja merupakan pribadi yang unik mereka tidak dapat dikekang maupun dilepaskan sepenuhnya. Peran orang tua bagi remaja sangat mutlak karena keluarga merupakan lingkungan primer individu dalam sosialisasi. Pola asuh orang tua sangat di perlukan bagi perkembangan anak, dengan tujuan agar dapat mengantar 1anak menjadi manusia
berguna bagi
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sikun Pribadi (1981: 67) mengatakan bahwa “Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari”. Perilaku orang tua tersebut akan mendatangkan hasil dengan baik apabila dilakukan dengan benar dan sebaliknya jika perilaku orang tua tersebut bersifat negatif atau bertentangan dengan keinginan anak, maka tidak dapat digolongkan sebagai usaha bimbingan. Keberhasilan seorang anak dalam menghadapi kehidupan kelak tergantung bagaimana orang tua memberikan bekal hidup anak mereka, seperti pendidikan, pemenuhan kebutuhan, arahan masa depan, penanaman nilai, norma, adat istiadat, agama, kemandirian, dan beberapa kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Penanaman nilai primordialisme yang kuat di dalam diri anak akan membantu anak hidup bergaul di lingkungan luar dengan baik dan tidak mudah mengikuti arus kehidupan luar yang negatif. Berkaitan dengan pendidikan, orang tua memiliki peranan sangat penting. Bagaimana perilaku anak tergantung orang tua mendidik dan mengarahkan anak serta lingkungan sekitar anak tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia pertama kali belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam kelompok tersebut individu mengalami suatu proses pembentukan norma-norma sosial, internalisasi
18
norma-norma terbentuknaya Frame of reference, sense of belongingness dan lainlain. Dalam keluarga anak pertama –tama memegang peranan sebagai makluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi mapan cenderung lebih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Bagi mereka pendidikan yang berkualitas itu penting bagi anak-anak mereka agar mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan para orang tua akan melakukukan berbagai cara untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Dengan tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang cukup serta pekerjaan yang mapan para orang tua cenderung lebih banyak memberikan dorongan atau motivasi kepada anak untuk lebih berprestasi dalam belajar. Motivasi yang diberikan orang tua dapat berupa suri tauladan yang baik, lingkungan keluarga yang mendukung pendidikan, sikap mendidik anak, pemenuhan fasilitas belajar dan lain-lain. Partisipasi orang tua dalam kegiatan belajar anak secara tidak langsung akan berhubungan dalam pencapaian prestasi belajar anak hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaryanto dalam majalah ilmiah ilmu pengetahuan sosial vol.4 no 2 September 2005 halaman237245. Namun pola asuh orang tua tersebut tidak akan ada korelasinya dengan prestasi belajar manakala dalam diri individu tidak memiliki motivasi untuk menuju hal yang lebih baik. Seorang siswa kelas menengah atas tidak akan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik apabila dia tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Karena motivasi memberikan kekuatan seseorang untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginannya. Motivasi merupakan faktor penting dalam meraih keberhasilan atau prestasi bukan hanya belajar tapi juga dalam berbagai hal. Karena dengan adanya motivasi atau dorongan seseorang dapat mencapai sesuatu yang diinginkan. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang memberikan dorongan, menumbuhkan gairah, merasa senang, semangat dalam melakukan kegiatan belajar. Dilihat dari uraian tersebut jelas bahwa motivasi berhubungan dalam proses belajar siswa. Sardiman AM (2001: 83) mengatakan ada 4 fungsi motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk
19
berbuat, sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan oleh seseorang; (2) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbutan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan mensisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; (3) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai; dan (4) Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Selain dengan adanya pola asuh orang tua dan motivasi belajar tersebut, prestasi belajar yang maksimal juga bisa diraih dengan kedisiplinan belajar yang tinggi. Dengan kedisiplinan belajar, siswa dapat mencapai prestasi seperti yang diinginkan. Karena siswa akan mempunyai suatu perasaan patuh dan taat. Rasa disiplin pertama kali timbul oleh karena pendidikan orang tua. Dalam proses mendidik kedisiplinan anak, orang tua akan tidak mudah untuk menanamkan rasa disiplin tersebut pada diri anak. Menanamkan disiplin pada anak harus dimulai sejak dini, karena dengan dimulai dari kecil diharapkan anak menjadi terbiasa dan rasa disiplin tersebut berkembang terus menerus sampai anak menjadi dewasa. Soegeng Prijodarminto (1992: 23) mengemukakan “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesenian, keteraturan, dan atau ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup yang kita jalani akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh hasil seperti yang kita harapkan. Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa, menurut ketentuanketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak. Dengan kedisiplinan dapat tercipta ketertiban dan keteraturan serta dapat menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Seorang
20
siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan mengikuti dan mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri untuk melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari orang tua, guru maupun masyarakat. Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan belajar anak di rumah yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi anak dan bertanggung jawab mencukupi kebutuhan anak. Apabila dari kecil anak sudah diajarkan untuk berlaku disiplin dalam segala hal, semakin lama anak akan dapat memahami dan menjiwai arti disiplin tersebut. Penanaman kedisiplinan secara dini kepada anak adalah sangat baik, karena anak tersebut semakin besar semakin kuat rasa kedisiplinannya, dan khususnya rasa disiplin dalam hal belajar di sekolah maupun di rumah. Disiplin belajar dalam hal ini tidak hanya dalam taat dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Secara otomatis, semakin sering anak belajar maka pelajaran yang telah diajarkan akan semakin dimengerti oleh anak tersebut. Perilaku disiplin belajar tersebut tidak hanya berlaku dalam lingkungan sekolah namun juga berlaku dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Selain lingkungan keluarga yang tidak kalah penting adalah lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang penting yang memberikan pendidikan tambahan bagi anak yang tidak dapat diberikan oleh orang tua. Pendidikan memberikan sumbangan yang besar dalam pembentukan kepribadian individu. Karena melalui pendidikan individu tersebut tidak hanya diajarkan dari segi akademis namun juga dari segi non akademis seperti keterampilan dan keahlian, penanaman nilai, norma, adat istiadat, tingkah laku dan nilai-nilai afektif lainnya yang mendukung individu dapat bersosialisai dengan baik di lingkungan masyarakat. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk memanusiakan manusia, artinya dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan budi pekerti
21
akal pikiran sehingga dapat mejadi manusia yang purna, yang berguna bagi diri dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada diri siswa sendiri sebagai subjek dan objek pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Rubino Rubiyanto dkk, 2003: 21). Pendidikan tidak akan berhasil apabila tidak ada kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan pihak keluarga yaitu orang tua. Sekolah sebagai lembaga formal dengan bantuan tenaga guru sebagai jembatan transfer of learning memberikan seluruh kemampuannya untuk mendidik dan mengajar dengan baik kepada siswa, dengan harapan siswa dapat menerima informasi sepenuhnya dengan baik dan berhasil dalam pendidikan serta mendapat prestasi yang baik. Prestasi belajar adalah penilaian hasil belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat dihubungani oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan dari dalam diri siswa. Muhibbinsyah (1995: 320) menyebutkan ada 3 faktor yang memhubungani prestasi belajar siswa antara lain: (1) Faktor internal siswa (faktor dari dalam diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi jasmani rohani siswa; (2) Faktor eksternal siswa ( faktor dari luar diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar diri siswa; dan (3) Faktor pendekatan belajar ( Approach to learning) yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Prestasi belajar adalah sesuatu yang penting bagi siswa, karena prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang tertentu saja, tetapi juga sebagai indikator penentu kualitas pendidikan. Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi belajar memiliki 4 fungsi antara lain: (1) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator
22
dengan daya serap (kecerdasan) anak didik; (2) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik; (3) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu; dan (4) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam invasi pendidikan. Bertitik dari pemikiran diatas peniliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar anak. Sehingga penulis mengambil judul: Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar
dengan
Prestasi
Belajar
Sosiologi
Siswa
Kelas
XI
SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah Permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pola asuh orang tua merupakan unsur penting dalam prestasi belajar anak. 2. Pola asuh orang tua yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang berbeda bagi anak. 3. Motivasi belajar merupakan faktor yang penting dalam menentukan prestasi belajar siswa, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 4. Keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran dilihat dari bagaimana prestasi belajar yang di peroleh siswa. Namun saat ini masih banyak siswa yang masih menganggap remeh prestasi belajar. 5. Disiplin belajar mempengaruhi prestasi belajar anak. 6. Prestasi belajar dipengaruhi dari faktor internal siswa, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Pola asuh orang tua adalah cara, kebiasaan, atau perlakuan orang tua yang diterapkan untuk menjaga, merawat dan membimbing anak dalam rangka
23
memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu dengan cara menunjukkan kekuasaan dan memperhatikan keinginan anak. Pola asuh orang tua dalam hal ini dibatasi pada pola asuh demokratis, pola asuh liberal dan pola asuh otoriter. 2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah
dorongan yang berhubungan
dengan prestasi yang ingin dicapai, yaitu menguasai, memahami serta mampu mengatasi rintangan rintangan yang ada serta memelihara kualitas kerja yang tinggi agar mampu bersaing dengan standart keunggulan tertentu. 3. Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak, sehingga tercipta ketertipan dan keteraturan dan menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Kedisiplinan dalam hal ini dibatasi pada kedisiplinan dalam hal mengikuti dan mentaati peraturan sekolah, adanya kesadaran diri untuk melaksanakan peraturan tersebut, adanya hukuman, adanya alat pendidikan dan adanya konsistensi. 4. Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.
D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI? 2. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI? 3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI?
24
4. Apakah ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI. 3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI. 4. Untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan proses belajar pada khususnya di bidang ilmu Sosiologi. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan masukan kepada pihak sekolah berkaitan dengan peningkatan kualitas lulusan. b. Mengajukan wawasan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan anak. c. Memberikan inspirasi kepada siswa untuk lebih memotivasi diri lebih baik dalam proses belajar sehingga mencapai prestasi yang baik. d. Dijadikan sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta oleh peneliti.
25
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Pola asuh orang tua Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama bagi anak yang berfungsi sebagai tempat untuk berinteraksi. Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga yang sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dinilai dan ditiru oleh anak yang secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dalam mengasuh anak, orang tua sangat dihubungani oleh budaya yang ada dilingkungannya dan diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, mengarahkan anak yang tercermin dalam pola pengasuhan anak. a. Pengertian pola asuh orang tua Sikun Pribadi (1981: 67) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Perlakuan orang tua tersebut akan mendatangkan hasil yang baik apabila dilakukan dengan benar dan sebaliknya. Perlakuan orang tua yang negative atau bertentangn dengan keinginan anak, maka tidak dapat digolongkan sebagai usaha bimbingan. Sears dalam Rohan Aliah (1990: 40) mengatakan bahwa “Pola asuh orang tua merupakan cerminan orang tua dengan anak. Komunikasi ini melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua untuk
26
memelihara anaknya”. Pola asuh dalam hal ini merupakan cara yang digunakan orang tua dalam menjaga, merawat dan membimbing anak terutama pada sikap, proses pengadilan, pemberian dorongan dan interaksi dalam mengantarkan anak agar berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Singgih (2000: 55) mengatakan bahwa “Pola asuh merupakan perlakuan orang tua memperhatikan keinginan anak”. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Sam Vaknin (2009) mengatakan bahwa “parenting is interaction between parent’s and children during their care”. Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan secara bebas bahwa pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Maksud dari pengertian di atas adalah bahwa pola asuh orang tua adalah perlakuan atau hubungan interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Interaksi ini terjadi antara orang tua dengan anak dalam proses membimbing, mendidik dan mengasuh. Hubungan di sini dapat berupa perlakuan yang diberikan orang tua dalam menunjukkan perhatian kepada anak-anaknya. Dengan kata lain, bagaimana orang tua memahami keinginan-keinginan anaknya dapat terlihat dari cara orang tua mengasuh anaknya. Kegiatan pengasuhan ini dapat berupa cara-cara yang dilakukan oleh orang tua untuk mengatur anak-anaknya yang dapat diwujudkan dengan cara memberitahukan nilai atau hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anakanaknya menjadi manusia yang mandiri dan berguna bagi keluarga, masyarakat dan Negara. Dalam hal ini mengasuh mengandung pengertian mendampingi, membimbing, membantu dan melatih anak supaya memiliki prestasi belajar yang tinggi b. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua
27
Elizabeth B. Hurlock (1993: 205) mengatakan bahwa ”Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif atau bebas dan demokratis”. 1) Cara demokratis Abu
Ahmadi
(1999:
264) mengemukakan
bahwa
“Sikap
demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak takuttakut, lebih giat dan lebih bertujuan”. Dalam hal ini sikap pribadi anak lebih banyak menesuaikan diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif didalam hidupnya, emosi lebih stabil dan mempunyai rasa tanggung jawab. Suherman (2000: 10) mengemukakan bahwa “Orang tua yang mempunyai karakteristik sikap demokratis adalah orang tua yang memperlakukan anaknya sesuai dengan tingkat
perkembangan
usia
anak
dan
memperhatikan
serta
mempertimbangkan keinginan-keinginan anak “. 2) Cara otoriter Suherman (2000: 8) bahwa karakteristik sikap orang tua yang otoriter adalah: a) Orang tua yang menentukan segala sesuatu b) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya c) Keinginan atau cita-cita anak tidak mendapatkan perhatian d) Sikap orang tua dengan prinsip Berikutnya pendapat dari Probins yang diterjemahkan oleh Abu Ahmadi (1991: 112) di mana mengemukakan tentang keluarga yang bersifat otoriter yaitu, “Di sini perkenbangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tua“. Abu Ahmadi (1991: 92) juga mengatakan ”Pola asuh otoriter yaitu orang tua yang selalu bersikap otoriter merupakan sikap yang suka memaksakan kehendaknya kepada anak-anak mereka”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang bersifat otoriter menngmbarkan komunikasi searah dan orang tualah yang menentukan segala sesuatu. 3) Cara liberal
28
Probins yang diterjemahkan oleh Abu Ahmadi (1991: 112) mengemukakan bahwa, “ Keluarga liberal ditandai oleh adanya kebebasan anak-anak untuk bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya agresif, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil dan mempunyai sifat curiga”. Orang tua yang mempunyai sifat liberal, biasanya menganngap bahwa anak adalah orang dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan sendiri menurut kehendak tanpa bimbingan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pola asuh liberal tidak adanya komunikasi, anak diberi kebebasan yang mutlak dalam bertindak dan berbuat serta perilaku anak tidak mendapat bimbingan dan control dari orang tua. Suherman (2009: 9) mengatakan bahwa “Pada orang tua yang menunjukan sikap liberal, biasanya mempunyai anggapan bahwa anak sebagai orang dewasa dapat mengambil tindakan atau keputusan sendiri menurut kehendaknya sendiri tanpa bimbingan”. c.
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Anak Di dalam hal ini, keadaan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain adalah berbeda-beda, sehingga akan membawa hubungan yang berbeda-bada pula dengan motivasi berprestasi anak. Hubungan pola asuh orang tua tersebut adalah: 1) Hubungan Pola Asuh Demokratis Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 88) mengungkapkan bahwa hubungan dari pola asuh orang tua yang demokratis adalah: a). Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya; b). Daya kreatif anak menjadi lebih besar dan daya ciptanya kuat; c). Sifat kerja sama, hubungan yang akrab, dan terbuka sangat cocok dengan perkembangan jiwa anak serta besar kemungkinannya untuk berhasil sesuai dengan kemampuannya; d). Anak akan menerima orang tuanya sebagai orang tua yang wibawa
29
e). Anak mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu disenangi temantemannya baik dirumah maupun diluar rumah; f). Anak merasa aman karena diliputi oleh rasa cinta kasih dan merasa diterima oleh orang tuanya; g). Anak percaya kepada diri yang wajar dan disiplin serta sportif; h). Anak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya; i). Anak hidup dengan penuh gairah dan optimis karena hidup dengan penuh kasih sayang, merasa dihargai sebagai anak yang tumbuh dan berkembang serta orang tuanya memperhatikan kebutuhan, minat, cita-cita dan kemampuannya. Pola asuh dengan cara demokratis ini dapat mengakibatkan anak mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri. Apabila tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain, maka anak tersebut akan mampu untuk menunda dan menghargai tuntutan yang ada di lingkungannya sebagai sesuatu yang berbeda dengan norma-norma yang ada. 2) Hubungan Pola Asuh Otoriter Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 89) menguraikan hubungan perilaku otoriter adalah sebagai berikut: a). Di dalam rumah tangga, seorang anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dihubungani dan sering berbohong khususnya pada orang tuanya sendiri; b). Anak selalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada tempatnya dan tidak berani mengeluarkan pendapat; c). Anak kurang berterus terang, disamping sangat tergantung pada orang lain;
30
d). Anak pasif dan kurang berinisiatif biasanya hanya menerima begitu saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk belajar sangat kurang sebelum pelajaran diterangkan sejelas-jelasnya oleh guru; e). Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak dengan mendapat persetujuan dari orang tua ; f). Perilaku orang tua yang kasar menjadikan anak sulit berhubungan dengan orang lain; g). Diluar rumah anak cenderung menjadi agresif yaitu suka berkelahi dan mengganggu teman karena dirumah dikekang dan ditekan; h). Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam segala hal sebab tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri; i). Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul tanggung jawab; j). Anak bersifat pesimis, cemas dan putus asa; k). Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah terhubungan oleh teman lainnya. Pola asuh dengan cara otoriter apalagi ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam maka dapat menjadikan anak patuh dihadapan orang tua tetapi dibelakang orang tuanya, anak tersebut akan diperlihatkan reaksi-reaksi yang menentang atau melawan karena anak tersebut merasa dipaksa dirumah. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar norma-norma dan menimbulkan persoalan serta kesulitan baik pada diri sendiri maupun lingkungan pergaulannya. 3) Hubungan Pola Asuh Liberal Pola asuh yang bersifat liberal biasanya menerapkan disiplin bebas. Dalam hal ini, orang tua biasanya membiarkan anak untuk bertindak menurut keinginannya dan tidak memberikan hukuman sehingga bagi anak akan terasa sulit untuk memilih tindakan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Suherman (2000: 9) mengemukakan bahwa hubungan pola asuh orang tua yang liberal adalah:
31
a) Tidak mengenal tata tertib atau sopan santun b) Tidak mengenal disiplin c) Sering mengalami kecewa d) Tidak dapat menghargai orang lain e) Lebih mementingkan diri sendiri (egois) f)
Mempunyai keinginan aneh dan tidak sesuai dengan kemampuannya
g) Hubungan dengan orang lain kurang harmonis h) Sering menentang norma yang berlaku di masyarakat tempat tinggalnya i)
Tidak menurut dan sulit diperintah Salah satu hal yamng ditimbulkan oleh pola asuh orang tua yang
bersifat liberal adalah anak tidak mengenal disiplin. Jika hal tersebut terbawa dalam kebiasaan dalam belajar yaitu anak tidak disiplin dalam belajar dan dalam penyelesaian tugas-tugas belajar maka akan berakibat pada pembentukan motivasi berprestasi anak.
2. Tinjauan Tentang Motivasi belajar a. Pengertian Motivasi Belajar. Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin movere, yang kemudian menjadi motion, yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motivasi merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu (Abd. Rahman, 1993: 114). Segala tindakan yang kita lakukan akan didasari oleh motif-motif tertentu yang mana motif tersebut dapat menguntungkan diri kita. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wood Worth & Marquis dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa ”Amotive is asset predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
32
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi, motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu sendiri pada dasarnya memiliki definisi yang sangat beragam. Seperti yang diungkapkan Atkinson dalam Margaret E. Bell Grendler (1994: 436) yang berpendapat bahwa “motivasi merupakan fungsi variabel tugas dan disposisi individu untuk berusaha mencapai keberhasilan atau menghindari kegagalan”. Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42) “Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorongatau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”. Selanjutnya Ngaliman Purwanto (1990: 71) berpendapat bahwa ”Motivasi adalah pendorong yaitu suatu usaha yang disadari untuk memhubungani tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak dalam melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Senada dengan hal itu Suraja (1994: 2) berpendapat bahwa “Motivasi adalah suatu tindakan (dorongan, alasan, kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai”. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi yang ada dalam jiwa manusia, di mana kekuatan itu menjadi daya penggerak baik secara sadar maupun tidak mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk menjadi aktif
dalam setiap kegiatan sehingga tercapai tujuan yang di
inginkan. Adapun sebagaimana pendapat dari Slameto (1995: 2) bahwa belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Wingkel (1987: 36) “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa maupun di luar diri
33
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi tercapainya tujuan. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar pada mata pelajaran sosiologi. b. Ciri-ciri Motivasi Ningsih Paimin (1998: 23), seseorang yang memiliki motivasi akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. Tekun menghadapi tugas. Ulet meghadapi kesulitan. Menunjukkan minat dengan berbagai masalah orang dewasa. Dapat mempertahankan pendapatnya. Senang mencari dan memecahkan soal-soal senang dan rajin, penuh semangat serta cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 8) Mengerjakan tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. Selanjutnya menurut Sardiman AM (1994: 83) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa ciri motivasi yang ada dalam diri setiap orang yaitu: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan berhenti setelah selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak putus asa). 3) Menunjukkan minat dengan bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, plitik, ekonomi, keadilan, pemberantasan KKN dan lain sebagainya). 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah. Apabila siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas maka siswa tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri seperti di atas akan sangat penting dalam kegiatan belajar dan akan dengan mudah dapat mencapai prestasi yang diinginkan. c. Macam-macam Motivasi Menurut Winkel (1999: 94) Motivasi yang mendorong kegiatan atau perbuatan belajar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :
34
1) Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas sendiri atau motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Adapun yang termasuk dalam bentuk motivasi belajar ekstrinsik adalah sebagai berikut: a) Belajar demi memenuhi kewajiban. b) Belajar demi menghindari hukuman dan ancaman. c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan. d) Belajar demi meningkatkan status sosial. e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang penting, misalnya guru dan orang tuanya. f) Belajar demi tujuan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang atau golongan administratif. 2) Motivasi intrinsik, adalah kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar itu atau tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang muncul dari dalam individu. Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya: Ada anak yang suka membaca buku, meskipun tidak ada yang mendorong, dia akan tetap mencari buku-buku untuk membacanya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa motivasi sangat bermanfaat
bagi
siswa
dalam
menghadapi
proses
belajar
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi intrinsik merupakan kesadaran anak untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik perlu juga ditanamkan pada siswa dengan tujuan untuk membantu munculnya motivasi intrinsik. Bagi peserta didik, motivasi dapat digunakan untuk pengembangan aktifitas dan inisiatif. Oleh karena itu perlu adanya cara-cara menumbuhkan aktivitas anak didik dengan cara memberikan motivasi, antara lain:
35
1) Memberi nilai. Karena nilai merupakan sasaran bagi siswa, maka siswa hanya mengejar nilai ulangan agar nilai dalam raportnya bagus. Sebaiknya guru dapat mengartikan nilai-nilai itu, bukan hanya sekedar kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotorik. 2) Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, karena dengan adanya hadiah akan membuat seseorang menjadi tertarik. 3) Saingan. Saingan dapat digunakan sebagai motivasi, sebab persaingan antar kelompok dalam berprestasi akan menimbulkan dorongan berprestasi yang baik. 4) Memberikan ulangan atau tes, yang akan menjadikan siswa giat belajar ketika mengetahui akan ada ulangan. 5) Mengetahui hasil tes atau ulangan. Jika siswa tahu hasil ulangannya baik, maka belajarnya akan semakin meningkat. 6) Pujian, dengan diberikannya pujian kepada siswa, mereka akan termotivasi. Dengan memberikan pujian, akan memupuk suasana yang menyenangkan dan akan meningkatkan gairah belajar, sekaligus membangkitkan harga diri. 7) Minat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, karena motivasi berhubungan dengan minat. Minat dapat dimunculkan dengan cara-cara sebagai berikut: a)
Membangkitkan adanya kebutuhan.
b)
Menghubungkan adanya pengalaman.
c)
Memberi kesempatan untuk memberikan atau mendapatkan hasil yang baik.
d)
Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
8) Tujuan yang diukur. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima siswa merupakan alat motivasi yang penting, karena dengan memahami tujuan yang akan dicapai dirasa sangat menguntungkan, maka akan muncul gairah untuk belajar. d. Peranan Motivasi Dalam Belajar
36
Manusia pada prinsipnya adalah makhluk yang dapat berpikir, berbuat, dan melakukan kegiatan. Dengan adanya motivasi, berperan membantu mendorong perilaku individu, khususnya dalam kegiatan belajar siswa. 1) 2) 3) 4)
“Ada empat macam peranan motivasi dalam belajar, yaitu : Motivasi dapat menentukan hal-hal yang dijadikan penguat dalam belajar. Motivasi dapat memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi dapat menentukan ragam kendali dengan rangsangan belajar. Motivasi dapat menentukan ketekunan belajar (Roman Natawidjaja, 1995: 59)”.
e. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan akhir, contohnya: setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong untuk membacanya lagi. 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi: Jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. 3) Mengarahkan kegiatan belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara serius yang terbukti dengan seringnya bersendau gurau, maka ia akan merubah perilaku belajarnya. 4) Membesarkan semangat belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah merasa menghabiskan biaya belajar yang besar dan masih ada adiknya yang harus dibiayai orang tuanya, maka ia berusaha untuk cepat lulus. 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah bermain atau istirahat) yang berkesinambungan, individu dilatih untuk mengunakan kekuatannya sendiri sehingga dapat di rumah, membantu pekrjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya. Apa yang dilakukannya diharapkan akan berhasil dengan memuaskan.
37
Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi dengan manusia yang harus disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka suatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar dapat terselesaikan dengan bagus. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangatnya telah kuat; dalam hal ini memberikan hadiah pujian atau dorongan dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar siswa. 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacammacam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memperhatikan, ada yang bermain, disamping ada yang bersemangat belajar. Diantara yang bersemangat belajar, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Dengan bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar. 3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran paedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa. 4) Memberi peluang guru untuk ”Unjuk kerja” rekayasa paedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangannya justru terletak pada “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi semangat belajar.
3. Tinjauan Tentang Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar Melayu SP Hasibuan (1994: 212) mengatakan bahwa “Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
38
perusahaan dan norma-norma yang berlaku”. Jadi menurut Melayu, kedisiplinan harus dilakukan secara sadar dan dengan kesadaran tanpa adanya suatu paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Suharsimi Arikunto (1990: 114) mengatakan : “Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar melalui pembentukan diri dan watak”. Seperti yang dikatakan di atas, displin dapat diartikan sebagai sebuah kesadaran hati yang mengharuskan diri seseorang mengikutinya dengan melibatkan juga suatu sikap pengendalian yang dapat digunakan sebagai perilaku atau sikap sadar terhadap pembentukan diri maupun watak individu itu sendiri. Kemudian I.G. Woersanto (1985: 147) mengatakan bahwa “Disiplin adalah suatu sikap ketaatan seseorang dengan suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam suatu organisasi itu, atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan bukan adanya unsur paksaan”. Sedangkan Soegeng Prijodarminto (1992: 23) mengatakan bahwa “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban”. Berdasarkan pengertian disiplin tersebut, dapatlah peneliti simpulkan bahwa kedisiplinan adalah sikap kesadaran, ketaatan, dan kepatuhan seseorang dengan tata tertib, norma-norma, peraturan dan ketentuan-ketentuan baik yang dibuat sendiri maupun yang disepakati bersama. Dalam hal ini disiplin mempunyai tiga aspek yaitu: 1) Disiplin mental (mental attitude), yaitu sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari pelatihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. 2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria dan standart yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut
39
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan dengan aturan, norma, kriteria dan standart tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses). 3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, yang mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Slameto (1995: 2) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Sardiman AM (2001: 23) mengatakan bahwa “ Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, dan ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik”. Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa kedisiplinan belajar adalah suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak secara sadar sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam belajar, dan dengan tujuan untuk menjadi yang lebih baik b. Fungsi Kedisiplinan Dengan belajar disiplin dari kecil, kita akan mendapat keuntungan di masa depan dengan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Dengan disipin kita akan mendapat banyak keuntungan dalam pergaulan dimasyarakat. Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajarkan pengendalian diri secara baik, menghormati dan mematuhi perilaku yang otoriter. Sedangkan wujud dari perilaku disiplin anak sekolah dalam belajar antara lain anak mematuhi peraturan yang berlaku, mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu, belajar secara teratur dan mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan. EB. Hurlock (1993: 97) menyebutkan bahwa fungsi disiplin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Fungsi yang bermanfaat
40
Fungsi yang bermanfaat ini meliputi: (a) untuk mengajar anak yaitu bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian, (b) untuk mengajar anak tentang suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, dan (c) untuk membantu anak mengembangkan hati nurani mereka. 2) Fungsi yang tidak bermanfaat Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi: (a) untuk menakut-nakuti anak, dan (b) sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin. c. Unsur-unsur Kedisiplinan Elizabeth B Hurlok (1992: 82) menyebutkan bahwa ada empat unsur kedisiplinan yaitu: 1) Peraturan: sejumlah aturan-aturan yang telah disetujui oleh anggota kelompok tersebut. 2) Hukuman: ganjaran atau suatu pembalasan atas suatu pelanggaran yang berfungsi pengulangan dan untuk mendidik. 3) Penghargaan: suatu janji akan imbalan karena berbuat sesuatu yang berbentuk kata-kata atau pujian, senyuman maupun bentuk materi yang berfungsi mendidik dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. 4) Konsistensi: tingkat stabilitas pelaksanaan peraturan atau konstan. Dari beberapa unsur kedisiplinan di atas dapat diketahui bahwa penerapan kedisiplinan pada para siswa memerlukan berbagai cara, diantaranya dengan diberlakukannya peraturan yang harus dipatuhi siswa. Berdasarkan unsur-unsur ini dapat digunakan para pendidik untuk diberlakukan dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran semacam ini merupakan terapi penanaman kedisiplinan agar siswa dapat berhasil lebih baik prestasi belajarnya.
4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar
41
Zainal Arifin (1990: 3) mengatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Ketut Sukardi (1983: 26) mengatakan bahwa “Prestasi adalah suatu hasil yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”. Zainal Arifin (1990: 3) menambahkan bahwa “Prestasi belajar adalah Suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”. Singgih D. Gunarso (1990: 57) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.” Kemudian Poerwodarminta (2002: 787) mengatakan “Prestasi adalah penguasaan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru”. Sedangkan Saifudin Azwar (1996: 13) mengatakan “Prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar”. Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil belajar yang selalu dikejar oleh setiap siswa di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. b. Fungsi Prestasi Belajar Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat dan jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada manusia khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi mempunyai beberapa fungsi. Zainal Arifin (1990: 4) menyebutkan kegunaan prestasi banyak ragamnya, antara lain adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. Untuk keperluan diagnostik. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. Untuk keperluan seleksi. Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. Untuk menentukan isi kurikulum.
42
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Selain itu prestasi belajar juga mempunyai fungsi seperti yang diungkapkan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yaitu: 1) Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. 3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya prstasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pndidikan. 4) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan indikator extern dijadikan sebagai tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. 5) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Dalam melaksanakan kegiatan belajar sehari-hari, seorang siswa selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Prestasi belajar yang dicapai siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Zainal Arifin (1989: 23-24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Peserta didik harus melakukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir dan sebagainya. 2) Peserta didik harus rajin latihan dan mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan. 3) Suasana belajar.
43
4) Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau tidak dalam belajar. 5) Pengalaman belajar. 6) Pengalaman masa lalu. 7) Kesiapan belajar. 8) Minat dan usaha. 9) Alat-alat dalam kegiatan belajar mengajar. 10) Keadaan dalam kegiatan belajar mengajar. Sumadi Suryabrata (1983: 7) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua yaitu: 1) faktor dari dalam (intern), dan 2) faktor dari luar (ekstern). Agar lebih jelas akan peneliti uraikan lebih lanjut mengenai dua faktor tersebut: 1) Faktor dari dalam Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan faktor penentu berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah sangat tergantung dari siswa yang bersangkutan. Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan dari segi anak didik adalah: a) Faktor fisiologis / jasmaniah Keadaan jasmani siswa harus diperhatikan dan diusahakan selalu dalam keadaan baik agar prestasi belajar siswa dapat dicapai secara optimal. Keadaan jasmani yang penting seperti: pendengaran, penglihatan, kondisi fisik dan kematangan fisik. b) Faktor psikologis Faktor ini sangat berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai siswa, baik yang bersifat pembawaan maupun yang berasal dari pergaulan seperti
kemampuan
belajar,
tingkat
intelegensi,
bakat,
unsur
kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, rasa aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa. 2) Faktor dari luar
44
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua macam, yaitu: a) Lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca, dan lain sebagainya. (2) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain, dan lain sebagainya. b) Instrumen Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor instrumen merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar tersebut. Semakin lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka kemungkinan tercapainya tujuan belajar semakin besar. Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok: (1) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu: kurikulum, guru, program, buku pedoman belajar, dan lain-lain. (2) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu: gedung sekolah, mesin-mesin praktik, perlengkapan belajar, dan lain-lain. Sedangkan Drs. Dimyati Mahmud (1989: 84-87) menyebutkan faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi ada dua, yaitu: 1) Faktor internal a) N.Ach (Need for Achievement) ialah dorongan atau motif untuk berprestasi. N.Ach ialah suatu usaha instrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu. Menurut hasil penelitian Winterbottom (1958), Rosen dan D’Andrade (1959) remaja-remaja yang mempunyai dorongan kuat untuk berprestasi berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki standart tinggi dalam berprestasi, yang memberikan imbalan hadiah dengan keberhasilan berprestasi dan yang memberikan dorongan
45
untuk mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. Di samping itu, menurut Shaw dan White (1965) hal tersebut pada umumnya ada kaitannya dengan hubungan orang tua – anak yang hangat dimana anak membentuk identifikasi yang kental dengan orang tuanya. b) Takut gagal Takut gagal, yang seringkali berupa perasaan cemas seperti apabila menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru atau memecahkan masalah yang sulit, dapat mengganggu dalam keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat gugup selama menempuh ujian, akan memperoleh hasil yang lebih buruk daripada mereka yang tenang dan santai.
c) Takut sukses Takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita ketimbang pada pria. Apabila cukup kuat, takut sukses itu dapat mendorong seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif dengan prestasi yang baik. 2) Faktor eksternal Banyak perbedaan dalam prestasi akademik (atau prestasi dalam pekerjaan) bukan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan tempat kemampuan dan motif itu ditunjukkan. Lingkungan sekolah misalnya, sangat bervariasi: gedung, fasilitas fisik lain, peralatan, perpustakaan,
kesempatan
untuk
memperluas
dan
memperkaya
pengetahuan, suasana kelas, disiplin, kualitas, dan penghasilan gurugurunya. Selain itu prestasi tersebut juga dihubungani oleh lingkungan yang lain, seperti lingkungan rumah tangga. Kualitas lingkungan keluarga misalnya: ada tidaknya pesawat TV, kamus, ensiklopedi, surat kabar, dan sebagainya, sangat berkait dengan tingkat prestasi akademik para siswa.
46
Selanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999: 239) menyebutkan bahwa proses belajar dihubungani oleh faktor intern dan ekstern, antara lain: a) Sikap dengan belajar b) Motivasi belajar c) Konsentrasi belajar d) Mengolah bahan belajar e) Menyimpan perolehan hasil belajar f) Menggali hasil belajar yang tersimpan g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar h) Rasa percaya diri i) Inteligensi dan keberhasilan belajar j) Kebiasaan belajar k) Cita-cita siswa B. Kerangka Berpikir Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam pribadi siswa tersebut (individu), dan kondisi disekelilingnya. Kondisi tersebut dinyatakan sebagai kondisi internal dan kondisi eksternal. Faktor internal merupakan faktor penting dan berpengaruh dalam menentukan prestasi belajar siswa, selain faktor eksternal yang juga berpengaruh tetapi tidak terlalu besar andilnya dalam keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar yang bagus. Pola asuh adalah perlakuan, cara atau kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk menjaga, merawat, dan membimbing anak di dalam lingkungan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu dengan cara menunjukkan kekuasaan dan memeperhatikan keinginan anak. Sikap, cara dan kebiasaan orang tua dalam mendidik anak secara konsisten cenderung mengarah pada pola asuh tertentu sesuai dengan wawasan dan pengalaman orang tua sebagai pemimpin didalam lingkungan keluarga. Orang tua harus menerapkan pola asuh yang paling tepat dan sesuai agar anak menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap orang tua memiliki cara
47
yang berbeda-beda dalm mendidik dan membesarkan anak, yaitu ada yang menggunakan
cara
liberal,
otoriter,
demokratis,
dan
ada
pula
yang
menggabungkan ketiganya. Dengan pola asuh tepat dapat memotivasi anak agar berprestasi, dan sebaliknya pola asuh yang kurang baik mengakibatkan prestasi belajar anak yang kurang optimal. Motivasi belajar adalah keinginan yang kuat untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri, kepedulian pada keunggulan dalam pelaksanaan tugas yang optimal berdasarkan perhitungan yang rasional. Motivasi belajar diperlukan untuk mencapai prestasi yang diinginkan, yaitu dalam hal menguasai, memahami, dan mampu mengatasi rintangan yang ada, serta dapat memelihara kualitas belajar yang tinggi agar mampu bersaing dengan standar keunggulan tertentu. Dorongan tersebut dapat berupa dorongan dari dalam maupun dari luar diri siswa. Mengingat begitu pentingnya peran motivasi belajar, maka hal tersebut perlu diusahakan dan dikembangkan, sehingga perlu adanya peran serta guru dan orang tua dalam pengupayaannya. Peran serta guru sangat diperlukan saat anak sedang belajar disekolah, sedangkan peran peran orang tua dibutuhkan saat anak berada dalam pengawasan keluaraga. Pada kenyataannya, kadar tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki setiap siswa juga berbeda antara satu dengan yang lain, yang disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa itu sendiri. Meskipun pada dasarnya motivasi yang paling baik adalah motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, namun sedikit banyak dorongan dari pihak luar juga sangat diperlukan untuk perkembangan siswa. Apabila seorang siswa dalam melakukan setiap kegiatan belajar selalu didasari dengan motivasi belajar yang tinggi, maka dimungkinkan bahwa hasil belajar yang dicapaikan lebih maksimal dan sesuai dengan harapan. Disiplin belajar adalah suatu tata tertib sebagai pola tingkah laku belajar, sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam belajar serta menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Kedisiplinan dapat terbentuk melalui perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban. Seseorang dikatakan memiliki
48
kedisiplinan yang tinggi apabila ia mau mengikuti dan mentaati peraturan, mempunyai kesadaran melakukan peraturan tersebut, dan melaksanakan hukuman apabila melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar sangatlah penting untuk memotivasi anak agar berprestasi. Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka berfikir antara keempat variabel tersebut adalah:
Pola asuh orang tua ( X1 )
Motivasi belajar ( X2 )
Prestasi belajar (Y)
Disiplin belajar ( X3 )
X1
: Variabel Bebas
X2
: Variabel Bebas
X3
: Variabel Bebas
Y
: Variabel Terikat
C. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis yang dapat dikemukakan sesuai dengan kerangka pikir yang ada adalah sebagai berikut:
49
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. 4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan tujuannnya, penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi dengan kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan, dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Metode-metode ilmiah di dalam suatu penelitian dikelompokkan dalam metodologi penelitian. Berikut ini akan diuraikan pengertian mengenai metodologi penelitian agar kita dapat memahaminya dengan jelas. Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “Metodologi penelitian adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 4) menyatakan bahwa “Metodologi Penelitian adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk research”. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah suatu pengetahuan yang membahas tentang prosedur atau cara yang akan ditempuh oleh seorang peneliti guna mencari kebenaran yang mencakup teknik-teknik yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Metodologi
50
penelitian ini mempunyai ruang lingkup pembahasan yaitu: metode penelitian, pengambilan sampel, pengumpul dan inventarisasi data serta penyajian dan analisis data.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang beralamatkan di JL. Sersan Sadikin No. 89 Girimulyo, Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten. Kemudian yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut adalah: a. SMA Muhammadiyah 1 Klaten
belum pernah dijadikan objek penelitian
dengan topik yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan berguna bagi sekolah. b. Tersediannya data yang diperlukan.
34 c. Adanya ijin dari pihak SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan setelah proposal persetujuan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Jenis Kegiatan Pengajuan judul Proposal Seminar proposal Revisi proposal Perijinan penelitian Pelaksanaan penelitian Analisis data Penyusunan laporan Ujian skripsi
Januari
Februari
Tahun 2009 – 2010 Maret April
Mei
Juni
51
B. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian keberhasilan ditentukan oleh ketepatan metode yang digunakan. Yang dimaksud metode penelitian menurut Winarno Surakhmad (1994: 131) adalah “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 136) berpendapat bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “ Metodologi penelitian adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Sutrisno Hadi (2000: 4) “Metodologi Penelitian adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk research”. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa metodologi adalah suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ilmiah. Kegiatan tersebut meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian. Ada berbagai metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Winarno Surakhmad (1998: 29) mengemukakan ada tiga macam metode penelitian, yaitu “Jenis pertama digolongkan dalam kategori metode penyelidikan historis, yang kedua dalam kategori metode penyelidikan deskriptif, yang ketiga dalam kategori metode penyelidikan experimental”. Untuk memperjelas ketiga metode penelitian tersebut, akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Metode Penelitian Historis Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang bertujuan membuat rekonstruksi masa lalu dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami kenyataankenyataan
sejarah,
memahami
perkembangan yang akan datang.
situasi
sekarang
dan
meramalkan
52
2. Metode Penelitian Deskriptif Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki dan menggambarkan keadaan penelitian yang ada pada masa sekarang. Penelitian deskriptif merupakan istilah penelitian umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif yang meliputi teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik tes: studi kasus, studi komparatif atau operasional. 3. Metode Penelitian Eksperimen Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara membandingkan dengan peristiwa dengan fenomena tertentu. Metode ini digunakan pada penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti hubungan dari beberapa kondisi dengan suatu gejala. Untuk mendapatkan data penelitian yang tepat, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang didasarkan pada penarikan
kesimpulan
menggunakan
metode
berdasarkan statistik.
angka-angka
Metode
deskriptif
yang
diolah
dengan
dimaksudkan
untuk
memecahkan masalah yang dihadapi yaitu membuat paparan keadaan secara obyektif dari prestasi belajar sosiologi siswa yang ditinjau dari segi pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Winarno Surakhmad (1998: 140) mengemukakan ciri-ciri pokok metode deskriptif sebagai berikut: 1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual. 2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik) Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif menurut Moh. Nazir (1999: 73) adalah:
53
1. Memilih dan merumuskan masalah yang dikehendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada. 2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah. 3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan dilakukan. Batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau. 4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasi. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik maka kerangka analisa dapat dijabatkan dalam bentuk-bentuk model matematika. 5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. 6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit. 7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, guna teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian. 8. Membuat tabulasi serta analisis statik dilakukan dengan data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan. 9. Memberikan intepretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas dengan masalah yang ingin dipecahkan. 10. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesishipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian. 11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
54
Sedangkan Sumadi Suryabrata (1998: 19) mengemukakan langkahlangkah pokok dalam melaksanakan penelitian deskriptif adalah: 1. Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Faktafakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan? 2. Rancangkan dikumpulkan?
cara
pendekatannya.
Bagaimana
Bagaimana
caranya
menentukan
kiranya
data
sampelnya
akan untuk
menjamin supaya sampel representatif bagi populasinya? Alat atau teknik observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode pengumpulan data itu perlu di try out kan? Apakah para pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu? 3. Kumpulkan data. 4. Susun laporan. Langkah-langkah penelitian yang akan peneliti lakukan sejalan dengan langkah-langkah penelitian deskriptif dari kedua pendapat di atas, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah. 2. Memilih masalah yang diteliti. 3. Merumuskan masalah yang akan diteliti. 4. Mengadakan pembatasan masalah. 5. Menentukan tujuan. 6. Merumuskan kerangka teori. 7. Merumuskan hipotesis. 8. Menyiapkan instrumen dan memilih teknik pengumpulan data yang tepat. 9. Mengumpulkan data di lapangan. 10. Menganalisis data. 11. Mengadakan generalisasi (membuat kesimpulan). 12. Menyusun laporan.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Slamet Widodo (2004: 52) menyatakan “Populasi adalah semua nilai baik hasil penilaian maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada
55
karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas”. Sutrisno Hadi (2000: 220) menyatakan bahwa “Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 115) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang minimal mempunyai satu sifat yang sama yang sifatnya jelas dan lengkap yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi terdiri dari siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Klaten Tahun ajaran 2009/2010 yang memiliki 3 cluster, yaitu XI.1, XI.2, dan XI 3 yang semuanya berjumlah 120 siswa.
2.
Sampel penelitian
a. Pengertian Kegiatan penelitian ini dapat dilakukan dengan meneliti seluruh populasi atau hanya sebagian saja sesuai dengan keperluan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan tenaga yang mungkin menjadi kendala dalam kegiatan penelitian, maka seorang peneliti perlu menetapkan sampel. Dengan kata lain, dalam suatu penelitian adakalanya tidak semua anggota dari populasi dapat di amati, oleh karena itu diperlukan sampel. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian mengenai sample. Kartini Kartono (1992: 115) menegemukan bahwa “Sampel atau sample adalah contoh, monster, representant atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya”. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2003: 107) mengemukakan “Sampel atau contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sampel merupakan contoh, monster, atau sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu di dalam suatu penelitian. Pengambilan sampel ini dilakukan karena tidak dimungkinkannya untuk mengamati seluruh anggota populasi yang sangat besar jumlahnya. Dalam
56
pengambilan sampel perlu memperhatikan syarat yang sangat penting yaitu sampel harus mewakili populasi. Wakil dari populasi dalam hal ini harus mencerminkan semaksimal mungkin ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi. b. Besarnya sampel Masalah tentang besar kecilnya pengambilan sampel merupakan masalah yang serius. Pada umumnya orang menentukan besar kecilnya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan praktis seperti biaya, kesempatan dan tenaga. Besarnya anggota sampel harus dihitung berdasarkan teknik-teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dipertanggungjawabkan. Di samping itu, dalam pengambilan sampel juga harus memenuhi teknik sampling seperti yang telah diuraikan tersebut di atas. Winarno Surakhmad (1990: 100) menyatakan bahwa “Untuk pedoman umum saja dapat dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen dengan populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50 %, dan di atas 100 dapat diambil sampel sebesar 15-20 %”. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila sampel yang diambil semakin besar, maka hasil yang diperolah juga semakin valid dan memuaskan. Sebaliknya, apabila sampel yang diambil hanya sedikit maka hasil yang diperoleh juga kurang valid atau tidak memuaskan. Hadari Nawawi (1995: 144) mengatakan bahwa “Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian”. Donald Ary (1982: 198) menyatakan bahwa “Besarnya sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar mungkin namun disarankan agar penulis memasukkan sedikitnya tiga puluh subyek kedalam sampelnya, karena jumlah ini memungkinkan penggunaan statistik sampel besar. Penelitian deskriptif biasanya menggunakan sampel yang lebih besar; kadang-kadang dianjurkan untuk mengambil 10 sampai 20 persen dari populasi yang dapat dijangkau”. Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti mengambil sampel sebanyak 25% atas dasar pertimbangan keadaan populasi yang homogen yaitu siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jadi sampel yang diambil
57
peneliti sebesar 25% x 120 = 30, jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa. c. Teknik Pengambilan Sampel Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, ada teknik-teknik yang harus dilakukan untuk mengambil sampel dari populasi yang ada. W. Gulo (2002: 78) mengemukakan “Pengambilan sampel dari populasi disebut penarikan sampel atau sampling”. Hadari Nawawi (1990: 152) mengemukakan “Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”. Sutrisno Hadi (2000: 75) menyatakan bahwa “Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel….”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa teknik sampling merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengambil sampel sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data di dalam suatu penelitian. Dalam pengambilan sampel tersebut seorang peneliti harus memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi. Sutrisno Hadi (2000: 75) menyebutkan ada dua macam teknik sampling, yaitu: 1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi: a) Cara undian, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. b) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu dari suatu daftar yang telah disusun. c) Cara randomisasi dari tabel bilangan random. 2) Teknik Non Random Sampling meliputi: a) Proporsional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap- tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub- sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok- kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
58
d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan ada quantum. e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada area. g) Teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut: 1) Teknik Random Sampling Teknik random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun cara-cara yang digunakan dalam random sampling adalah sebagai berikut: a) Cara Undian Cara ini dilakukan sebagaimana kita melakukan undian. Jika cara ini dilakukan dengan semua individu dalam populasi maka teknik ini disebut unrestricted random sampling atau random sampling tak bersyarat. Akan tetapi sangat sulit untuk melakukan cara ini jika jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika kita belum mengatahui secara pasti semua individu dalam populasi. b) Cara Ordinal Cara ini dilakukan dengan mengambil subjek dari atas ke bawah. Ini dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang bernomor ganjil genap, nomor kelipatan angka tiga, lima sepuluh dan sebagainya tergantung ketentuan yang dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah disusun. c) Randomisasi dari Tabel Bilangan Random Tabel bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku statistik. Cara ini paling banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini karena
selain
prosedurnya
sangat
sederhana,
kemungkinan
59
penyelewengan juga dapat dihindari. Randomisasi dapat dikenakan pada semua subjek atau individu dalam populasi. 2) Teknik Non Random Sampling Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random sampling disebut nonrandom sampling. Dalam sampling ini tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel. Generalisasi dalam nonrandom sampling tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila peneliti memiliki keyakinan dan dapat membuktikan bahwa populasi relatif sangat homogen. Jenis-jenis nonrandom sampling adalah sebagai berikut:
a) Proporsional Sampling Proporsional sampel adalah sampel yang terdiri dari sub-sub sampel yang pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub populasi, artinya adalah bahwa besarnya sampel ditentukan atau tergantung besar kecilnya dari tiap sub populasi.
Individu yang
ditugaskan untuk menjadi sampel diambil secara random dari sub populasi. Cara ini disebut dengan proporsional random sampling. b) Teknik Stratified Sampling Stratified sampling biasa digunakan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat. Banyaknya tingkat
harus
diperhatikan,
kemudian
setiap
tingkatan
harus
mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel sehingga mereka dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. c) Teknik Purposive Sampling Dalam
purposif
sampling
pemilihan
sekelompok
subjek
didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan
60
lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa kelompok kunci saja. d) Teknik Quota Sampling Dalam quota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan. e) Teknik Double Sampling Teknik
ini
sangat
baik
digunakan
apabila
penelitian
menggunakan angket yang dikirimkan dengan menggunakan jasa pos sebagai usaha penampungan bagi mereka yang tidak mengembalikan angket. Responden
yang telah mengembalikan daftar angket
dimasukkan kedalam sampel pertama, sedangkan responden yang tidak mengembalikan daftar angket dimasukkan ke dalam sampel kedua. Pengumpulan data dari sampel kedua dapat ditempuh dengan jalan interview. f) Teknik Area Probability Sampling Area probabiliti sampling membagi daerah-daerah populasi menjadi sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam daerah yang lebih kecil dan apabila diperlukan maka daerah kecil ini dapat dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun besarnya subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut tidak dapat ditetapkan secara umum. Hal ini sangat tergantung pada situasi khusus yang dihadapi oleh peneliti. g) Teknik Cluster Sampling
61
Dalam cluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau cluster. Sampling ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan dengan cluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi dengan individu yang terpencar-pencar. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah tehnik cluster proporsional random sampling. Tehnik cluster proporsional random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana populasi terdiri dari berbagai macam kelompok atau sub populasi yang tiap individu yang dipilih sebagai sampel memiliki kesempatan yang sama. Alasan dipilihnya teknik ini karena populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang berupa kelas. Tiap kelas-kelas atau kelompok individu mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dan dari keseluruhan kelas dapat terwakili secara proporsional. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Muhammadiyah 1 Klaten (2) Menetapkan populasi penelitian, yaitu siswa kelas XI IPS (3) Seluruh populasi terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI 1, XI 2, dan XI 3 (4) Mengambil sampel secara random dari 3 kelas tersebut (5) Sampel diambil 25% dari jumlah populasi yaitu sejumlah
30 siswa
sebagai responden.
b. Tehnik Pengambilan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang dikumpulkan dari para responden. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Angket a. Pengertian Angket Dalam penelitian ini teknik pokok yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan angket atau kuesioner. Nasution (2003: 128) mengemukakan “Angket atau questionnaire adalah daftar
62
pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk dijawab dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti”. Mardalis (2004: 67) mengemukakan bahwa “Kuesioner atau angket adalah teknik
pengumpulan
data
melalui
formulir-formulir
yang
berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti”. Sedangkan Iqbal Hasan (2004: 25) mengatakan “Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian dengan objek yang diteliti (populasi dan sampel)”. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis, yang ditujukan kepada responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. b. Jenis-jenis Angket. Nasution (2003: 129-130) membagi jenis angket menjadi 3 berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan oleh peneliti: 1) Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. 2) Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. 3) Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban yang tersedia. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 129) mengungkapkan bahwa berdasarkan bentuknya angket dapat dibagi menjadi empat jenis: 1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup. 2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. 3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (V) pada kolom yang sesuai.
63
4) Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke sangat tidak setuju. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2005: 77) membagi macmmacam angket sebagai berikut: 1. Menurut prosedurnya. a. Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada dan dijawab oleh responden. b. Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain. 2. Menurut jenis penyusunannya. a. Angket tipe isian. Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan mengisi format titik pada tiap pertanyaan, angket tipe isian menurut bentuknya dapat dibedakan lagi menjadi: 1) Angket terbuka, apabila responnya tentang masalah yang dipertanyakan. 2) Angket tertutup, yaitu angket yang diwajibkan oleh responden secara oleh faktor-faktor tertentu misalnya faktor subyektivitas seseorang. b. Angket tipe pilihan. Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jumlah alternatif jawab minimal dua dan maksimal lima dengan maksud supaya tidak menjemukkan responden. Berdasarkan jenis-jenis angket yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan jenis angket tertutup, langsung dan merupakan angket pilihan. c. Kelebihan dan Kelemahan Angket Sebagai suatu teknik pengumpulan data, angket memiliki kelebihan dan kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002: 75) juga mengemukakan beberapa kebaikan angket, di antaranya sebagai berikut:
64
1) Biaya relatif murah. 2) Waktu mendapatkan data relatif singkat. 3) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai perihal yang sedang terjadi. 4) Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar. Senada dengan pendapat Sumadi Suryabrata, kelebihan penggunaan metode angket menurut Suharsimi Arikunto (2002: 129) yaitu: 1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2) Dapat dibagikan serentak 3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masingmasing. 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab. 5) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan di atas, angket/kuesioner juga memiliki beberapa kelemahan. Suharsimi Arikunto (2002: 129) mengemukakan bahwa kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut: 1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya. 2) Seringkali sukar dicari validitasnya 3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. 4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. 5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Sedangkan Sutrisno Hadi (2002: 157) mengemukakan bahwa kelemahan angket sebagai alat pengumpul data di antaranya adalah: 1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. 2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dihubungani oleh keinginan-keinginan pribadi. 3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya halhal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. 4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. 5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsurunsur yang dirasa kurang berhubungan secara logika.
65
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penggunaan metode angket mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di perhatikan oleh peneliti. a. Alasan Penggunaan Angket Alasan digunakannya angket sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: 1) Metode angket sangat praktis, yaitu dalam jangka waktu yang singkat dapat memperoleh data yang relatif banyak. 2) Menghemat waktu dan biaya. 3) Responden dapat menjawab dengan bebas sesuai dengan keadaan dirinya. b. Penyusunan Angket Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan angket agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan yaitu sebagai berikut: 1) Menetapkan tujuan pembuatan angket Tujuan penyusunan angket adalah memperoleh data tentang Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar dengan
Prestasi
Belajar
Sosiologi
Siswa
Kelas
XI
SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010. 2) Menyusun kisi-kisi angket Kisi-kisi angket disusun dengan maksud agar dalam penyusunan angket yang sesungguhnya tidak mengalami kesulitan. Angket yang dibuat merupakan hasil dari penjabaran dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. 3) Menyusun angket Angket disusun melalui beberapa bagian yaitu: (1) membuat surat pengantar penyebaran angket, (2) membuat petunjuk pengisian angket, dan (3) membuat item-item atau butir-butir pertanyaan hasil penjabaran dari kisi-kisi angket yang telah dibuat. 4) Memberi skor atau penilaian angket
66
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabe terikat. Variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua, motivasi belajar dan disiplin belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Dalam penelitian ini alaternatif jawaban beserta skoringnya adalah sebagai berikut: a) Variabel pola asuh orang tua (X1) Jika pertanyaan positif maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=4
(2) Sering
=3
(3) Kadang-kadang
=2
(4) Tidak pernah
=1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=1
(2) Sering
=2
(3) Kadang-kadang
=3
(4) Tidak pernah
=4
b) Untuk variabel motivasi belajar (X2) . Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=4
(2) Sering
=3
(3) Kadang-kadang
=2
(4) Tidak pernah
=1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=1
(2) Sering
=2
(3) Kadang-kadang
=3
(4) Tidak pernah
=4
c) Untuk variabel disiplin belajar (X3) Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=4
(2) Sering
=3
67
(3) Kadang-kadang
=2
(4) Tidak pernah
=1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah: (1) Selalu
=1
(2) Sering
=2
(3) Kadang-kadang
=3
(4) Tidak pernah
=4
5) Uji coba (try out) angket Angket yang telah disusun perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hadari Nawawi (1995: 122) menyatakan bahwa tujuan uji coba angket adalah sebagai berikut: a) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang kurang jelas maksudnya bagi responden b) Memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata asing yang dapat memberikan berbagai tafsiran dan bahkan mungkin yang sentimentil c) Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal/masih terdapat faktor-faktor yang perlu diungkapkan ternyata belum ditanyakan d) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang tidak relevan dengan masalah penelitian dan perlu dihilangkan. Jadi tujuan diadakan try out adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. c. Teknik Analisis Item Angket Analisis item angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur yang telah dibuat, setelah angket tersebut disebarkan
68
kepada sejumlah kecil responden sebagai subjek uji coba. Analisis item angket yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Uji Validitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang diujicobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Saifuddin Azwar (2000: 5) menyatakan “Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Selanjutnya Saifuddin Azwar (2000: 45) menyebutkan ada beberapa jenis validitas yaitu: a) Validitas Isi, b) Validitas konstruk dan c) Validitas kriteria. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a) Validitas Isi Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional. Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu: (1) Validitas Muka (Face Validity) yaitu tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian dengan format penelitian (appearance) tes. (2) Validitas Logika (Logical Validity), yaitu validitas yang menunjukkan sejumlah isi tes yang merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. b) Validitas Konstruk (Constuct Validity) Yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks. c) Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity)
69
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes. Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu: (1) Validitas Prediktif (Predictif Validity) Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar karena prosedur ini pada dasarnya merupakan kontinuitas dalam proses pengambilan tes.
(2) Validitas Konkuren Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnostis. Adapun validitas dalam penelitian ini menggunakan jenis validitas konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan seberapa jauh tes mengukur sifat atau konstruk tertentu karena item disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini angket bertujuan mengungkapkan konstruk teoritik yang hendak diukur. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam uji validitas item adalah sebagai berikut: a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. b) Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden. c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total. Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment dari Suharsimi Arikunto (2002: 146) yaitu:
r ( x , y )=
å XY -(å X )(å Y ) [(N å X 2 )-(å X 2 )]éêë N å Y 2 (å Y )2 ùúû
Keterangan :
N
70
rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N
= jumlah sampel
∑X = skor masing-masing item ∑Y = skor total Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika p > 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa butirr item valid dan sebaliknya jika p < 0,050 maka butir item tidak valid.
2) Uji Reliabilitas Suharsimi Arikunto (2002: 154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”. Artinya bahwa instrumen itu dapat dipercaya jika mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari responden yang diukur. Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui item yang valid dan yang tidak. Item yang tidak valid dibuang. Sedangkan item yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana ketepatan atau keajegan hasil yang ditunjukkan oleh alat ukur tersebut. Ada dua jenis reliabilitas yang dikemukakan
oleh Arif Sukadi
Sadiman (1991: 107) yaitu: a) Reliabilitas Stabilitas Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuks setiap orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya. Menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional dan prosedur yang berbeda, untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas, setiap kali unit diukur skornya haruslah sama pada waktu yang berbeda. b) Reliabilitas Ekuivalen Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi
71
konseptual
yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih
indikator pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis reliabilitas stabilitas, karena menggunakan indikator, definisi operasional dan prosedur pengumpulan data yang sama meski pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitias digunakan untuk keempat variabel penelitian yaitu pola asuh orang tua (X1), motivasi belajar (X2), disiplin belajar (X3) dan prestasi belajar (Y). Sedangkan teknik reliabilitas dapat dibedakan menjadi: (1) Pendekaatan test-retest (tes ulang) Pendekatan tes ulang dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subyek dengan tenggang
waktu diantara
kedua penyajian tersebut. (2) Pendekatan paralles forms (bentuk paralel) Pendekatan paralel dalam konsistensi hasil pengukuran yang isi itemnya baik secara kualitas dan kuantitasnya punya kesamaan dengan bahasa sederhana mempunyai dua tes yang kembar. (3) Pendekatan internal consistensy (konsistensi internal) Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok subjek, caranya dengan pembelahan tes. (Saifuddin Azwar, 2000: 36-42) Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah jenis reliabilitas konsistensi internal. Untuk mengukur tingkat reliabilitas
atau
keterandalan
instrumen
dalam
penelitian
ini
menggunakan rumus Alpha dari Suharsimi Arikunto, (2002: 168) yaitu sebagai berikut: 2 é k ù é Ss b ù r11 = ê 1 2 ú úê ë k - 1û êë s i úû
72
Keterangan : r 11
= indeks reliabilitas instrumen
k
= banyaknya soal
∑ s b = jumlah varian butir 2
si
2
= varian total
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah dapat dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Jika p < 0,050 maka hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika p > 0,050 maka hasil penelitian tidak reliabel. 2. Dokumentasi Sebagai teknik bantu pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Hadari Nawawi (1995: 133) berpendapat bahwa “Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan “Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah metode untuk memperoleh data dari dokumen-dokumen yang digunakan sebagai sumber yang berwujud benda dan tulisan terutama arsiparsip, laporan-laporan catatan harian tentang suatu gejala atau peristiwa yang lalu. Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah: a. Lebih mudah mendapatkan data karena sudah tersedia dan menghemat waktu. b.
Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah mengunakannya.
c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.
73
d. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan diambil dari bagian pengajaran SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang berupa profil sekolah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah yang dapat dipakai sebagai pelengkap dari hasil penelitian.
c. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data, yang berguna untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pada tahap inilah data dikerjakan, diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga seorang peneliti berhasil menyimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pelaksanaan analisis tersebut peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto (2005: 209) yang menyatakan bahwa “Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian”. Ketiga hal tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut: a. Persiapan Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah mengecek nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan data dan mengecek pengisian data. Tujuan dari kegiatan persiapan ini adalah untuk memilih data yang dipakai sehingga kita tinggal mengadakan pengolahan data lebih lanjut. b. Tabulasi Data Langkah yang diambil dalam kegiatan ini adalah pemberian skor dengan tiap-tiap item yang ada. Kegiatan tabulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyusun tabulasi data untuk variabel pola asuh orang tua, motivasi belajar dan disiplin belajar. c. Penerapan Penerapan merupakan pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi ganda
74
(multiple regression). Suharsimi Arikunto (2005: 264) menyatakan bahwa “Regresi ganda merupakan suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi dengan variabel terikat”. Dengan kata lain, teknik regresi ganda digunakan untuk menggambarkan suatu variabel terikat yang dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik regresi ganda adalah sebagai berikut: 1) Dalam penelitian ini ada tiga variabel prediktor dan satu variabel kriterium a) Variabel terikat / dependen / kriterium: prestasi belajar. b) Variabel bebas / independen / prediktor: pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar. 2) Permasalahan yang hendak dicari dalam penelitian ini adalah mencari hubungan dan menentukan besarnya sumbangan atau kontribusi. Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisa regresi ganda yaitu dengan menggunakan bantuan komputer seri SPSS 2000. Sesuai teknik yang digunakan maka dalam mengadakan analisis data, peneliti berpedoman pada kaidah uji hipotesis via melalui komputer secara otomatis yaitu sebagai berikut : Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan Jika P (Probabilitas) < 0,15 maka Cukup Signifikan Jika P (Probabilitas) < 0,30 maka Kurang Signifikan Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan Kaidah uji normalitas menggunakan P > 0,050 = normal Kaidah uji hipotesis konvensional (menggunakan tabel signifikasi) Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan Untuk uji butir tes menggunakan signifikasi P < 0,050 1. Uji Persyaratan Analisis
75
Sebelum melakukan analisis data dengan analisis regresi linier ganda, seorang peneliti terlebih dahulu harus melakukan analisis prasyarat. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan analisis regresi adalah sebagai berikut: a) Data harus linier, yaitu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. b) Normalitas, yaitu dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data dari variabel penelitian. Dengan kata lain, normalitas digunakan untuk melihat subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat mewakili populasi atau tidak. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Menyusun tabulasi data tentang pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. b) Melakukan uji prasyarat analisa yang meliputi: 1) Uji Normalitas Uji normalitas ini sangat berguna untuk menguji normal atau tidaknya distribusi data penelitian. Tujuan utama dari uji normalitas adalah untuk menguji keadaan distribusi sampel yang berasal dari populasi. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadart dari Mardalis (2004: 85) yaitu sebagai berikut: X2 = å
( fo - fh) 2 fh
Keterangan : X2 = Chi kuadrat fo = Data frekuensi yang diperoleh dari sampel fh = Frekuensi yang diperoleh atau diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi. Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka
76
sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak normal. 2) Uji Linieritas Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui data yang akan dianalisis merupakan data yang berbentuk regresi linier atau tidak. Dengan kata lain, uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan yang linier antara X1 dengan Y, untuk uji linieritas variabel X2 dengan Y dapat menggunakan rumus yang sama hanya saja untuk X1 harus diganti dengan X2, dan begitu juga untuk uji linieritas variabel X3. Dalam hal ini uji linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus dari Sudjana (2001: 332) yaitu sebagai berikut: a) JK (G) =
å
2 é ( Y) å 2 X1 ê å Y N êë
ù ú úû
b) JK(TC) = JK (S) - JK (G) c) dK (G) = N – K d) dK (TC) = K – 2 e) RJK (TC) =
JK (TC ) dk (TC )
f) RJK (G) =
JK ( TC ) dk ( G )
g) F hitung
=
RJK (TC ) RJK (G )
Keterangan : Jk (G)
: Jumlah Kuadrat Galat
Jk (TC)
: Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dk (G)
: Derajat Kebebasan Galat
dk (TC)
: Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJk (G)
: Kuadrat Tengah Galat
RJk (TC) : Kuadrat Tengah Tuna Cocok
77
Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak normal. 3) Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X1 , X 2 ,dan X3
rx1x 2 x3 =
N å X1X 2 - (å X1 )(å X 2 )
{Nå X
2 1
}{
- (å X1 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
Keterangan :
rx 1 x 2 x3 = koefisien korelasi X1 , X 2 dan X3 X1
= variabel pertama
X2
= variabel kedua
X3
= variabel ketiga
N
= menyatakan jumlah data observasi
(Suharsimi Arikunto, 2004: 124)
2. Uji Hipotesis Uji ini menggunakan uji regresi dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor 1) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment antara X1 dengan Y, digunakan rumus:
ry1 =
N å X1 Y - (å X1 )(å Y )
Nå X12 - (å X 1 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
2) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment antara X 2 dengan Y, digunakan rumus:
ry 2 =
N å X 2 Y - (å X 2 )(å Y )
N å X 22 - (å X 2 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
78
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 245) 3) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment antara X3 dengan Y, digunakan rumus:
NåX3Y - (åX3 )(åY)
ry3 =
NåX32 - (åX3) NåY2 - (åY) 2
2
4) Menentukan koefisien korelasi dengan regresi ganda antara X1 , X 2 , X3 dengan Y dengan rumus:
a 1 å X1Y + a 2 å X 2 Y + a3å X 3Y
ry (1,2,3) =
åY
2
Keterangan : ry (1,2,3)
= koefisien korelasi antara Y dengan X1 , X 2 , X3
a1
= koefisien prediktor X1
a2
= koefisien prediktor X 2
a3
= koefisien prediktor X3
X1 Y
= jumlah produk antara X1 dan Y
X2 Y
= jumlah produk antara X 2 dan Y
X3 Y
= jumlah produk antara X3 dan Y
åY
2
= jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2000:
225) b. Uji signifikansi Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut: F=
R
2
(1 - R ) 2
k
(n - k - 1)
Keterangan : F
= harga F garis regresi
n
= jumlah sampel
k
= jumlah variabel bebas
R
= koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya
79
(Sudjana, 2001: 108) c. Sumbangan Relatif Mencari sumbangan relatif X1 , X 2 ,dan X3 dengan Y dengan rumus : Untuk X1 =
Untuk X 2 =
Untuk X3 =
a 1 å X1 Y JK(reg )
x100%
a 2 å X2Y JK(reg )
a 2 å X3Y JK(reg )
x100%
x100%
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
d. Sumbangan Efektif Untuk mencari sumbangan efektif X1 , X 2 dan X3 dengan Y, dengan rumus: R 2 = SE =
JK(reg ) x100% JK (T )
1) Mencari sumbangan efektif X1 dengan Y SE % X1 = SR % X 2 x R 2 2) Mencari sumbangan efektif X 2 dengan Y SE % X 2 = SR % X 2 x R 2 3) Mencari sumbangan efektif X3 dengan Y SE % X 2 = SR % X3 x R 2 Keterangan : SE = Sumbangan Relatif masing-masing prediktor SE = Sumbangan Efektif masing-masing prediktor R 2 = koefisien antara X1 , X 2 dan X3
dimana R 2 = SE adalah efektivitas garis regresi (Sutrisno Hadi, 2001: 46)
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Wilayah Penelitian a. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 1 Klaten SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri di atas areal seluas 15.000 m2, dengan perincian untuk bangunan gedung seluas 9.000m2, untuk lapangan olah raga seluas 4.200M2, dan tanah kosong seluas 1.000M2. Kepemilikan tanah tersebut atas nama Yayasan Muhammadiyah yang telah disertifikasikan. SMA Muhammadiyah 1 Klaten terletak di jalan Sersan Sadikin No. 89 Klaten Utara. SMA ini berada di daerah pinggiran utara kota Klaten. Jarak dari pusat kota kurang lebih 3 km ke arah timur laut, tepatnya 150 m ke arah utara dari GOR (Gedung Olah Raga) Klaten. Sekolah ini sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun umum, karena letaknya yang strategis. b. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Muhamamdiyah 1 Klaten SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 agustus 1955. Pada masa wal berdirinya, lokasi belajar mengajar berpindah-pindah. Tahun 1955 hingga 1961 kegiatan belajar mengajar dilakukan di belakang beteng
81
(sekarang SD Muhammadiyah depan masjid raya Klaten). Kemudian pada tahun 1961 sampai tahun 1064, proses belajar mengajar berada di lokasi yang sekarang. Namun pada tahun ajaran 1964/1965, proses belajar mengajar berada kembali di belakang beteng Klaten. Tahun 1976 berlokasi di Lingga Harga Klaten. Tahun ajaran 1968 sampai tahun 1982 berada di Gedung A Kasum (sekarang dipakai untuk SMA Muhammadiyah Klaten). Sejak tahun 1982 hingga sekarang menempati gedungnya sendiri di Jalan Sersan Sadikin no. 89 Klaten. Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Klaten ini atas prakarsa dan perjuangan dari tiga anggota persyarikatan Muhammadiyah, yaitu bapak Dwijosungkoyo (ketua), Bapak Alwi Sudarmo (sekretaris), dan bapak Drs. H. Marjuki Mahdy (bendahara). Berkat keuletan para pengurus Muhammadiyah tingkat cabang, pada 65 tanggal 1 Agustus 1963 SMA Muhammadiyah 1 Klaten mendapat status bersubsidi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 28835/bi/1963 tanggal 27 September 1963 yang berlaku terhitung sejak tanggal 1 Agustus 1963. Kepala sekolah yang pertama adalah Bapak Soetarmanto yang dibantu Bapak Ma’roef. Pada tahun ajaran 1956/1957 digatikan Bapak Ibrahim Cokrokartiko, SH, yang dibantu bapak M. Soetardjo. Tahun ajaran 1957/1958 sampai 1958-1959 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ma’roef dengan wakilnya Bapak Soetedjo, SH. Tahun ajaran 1959-1960 yang menjadi kepala sekolah adalah Bapak Ma’roef dengan wakilnya bapak Jalal Suripto. Tahun ajaran 1960-1961 kepala sekolah untuk sementara dijabat oleh Bapak Jalal Suripto, sebab Bapak Ma’roef diangkat menjadi kepala sekolah di SMA Tunas Jaya Klaten. Tahun 1963 sampai 1989 kepala sekolah dijabat kembali oleh Bapak Ma’roef dibantu Bapak Jalal. Tahun 1989 sampai tahun 1995 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Jalal Suripto dengan dibantu lima wakil kepala. Tahun 1995 sampai tahun 2000 dijabat oleh Bapak Drs. Nawiyono, dan pada tahun 2000 sampai 2005 dijabat oleh Bapak Lilik
82
Haryanto, MM dengan dibantu lima wakil kepala sekolah. Dari tahun 2005 sampai sekarang kepala sekolah dipegang oleh bapak Drs. H. Muhni. c. Sistem Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten Sistem organisasis ekolah menganut sistem yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional ditambah dengan sistem pendidikan yang mengacu pada lembaga
pendidikan
yang
berada
dibawah
naungan
organisasi
Muhammadiyah. Diantaranya sebagai berikut: 1) Kepala sekolah Jabatan kepala sekolah mempunyai fungsi dan tugas yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor. 2) Wakil kepala sekolah Tugas wakil kepala sekolah adalah membantu tugas-tugas kepala sekolah yang didelegasikan kepadanya. Pada SMA Muhammadiyah 1 Klaten ada lima wakil kepala sekolah, yaitu sebagai berikut: a) Wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Bagian ini bertugas menangani kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, Inservice Training, administrasi kurikulum, pembagian tugas guru, pengembangan profesi, pembuatan jadwal, serta evaluasi dan pengayaan. b) Wakil kepala sekolahurusan sarana dan prasarana. Bagian ini bertugas mengurusi rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasi pembiayaan/gaji, mengelola pembiayaan alat-alat pelajaran, menyusun laporan pelaksanaan sarana dan prasarana sekolah. c) Wakil kepala sekolahurusan kesiswaan. Bagian ini mempunyai tugas membina osis, melaksanakan bimbingan pengarahan dan pengendalian kegiatna siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, serta pengembangan potensi diri siswa. d) Wakil kepala urusan humas. Bagian ini mempunyai tugas mengtur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau wali siswa, membina hubungan antar sekolah dengan bp3, membina hubungan sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya.
83
e) Wakil kepala sekolah urusan keMuhammadiyahan. Bagian ini mempunyai
tugas
peningkatan
mengurusi
mutu
hal-hal
akademis,
yang
berkaitan
wawasan
keislaman
dengan dan
keMuhammadiyahan, pengajian tafsir/rajih guru dan karyawan, lembaga
kajian
keislaman
untuk
siswa,
urusan
organisasi
Muhammadiyah dan ortomnya termasuk IRM, pesantren ramadhan, dan kemakmuran masjid (SK Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Klaten no. e.13/730/SMAm1/vii/2001). 3) Wali kelas Wali kelas bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan diantaranya yaitu pengelolaan kelas, penyelenggaraan administasi kelas, pembuatan catatan khusus tentang siswa, pengisian laporan penilaian hasil belajar, pembagian buku laporan penilaian hasil belajar. 4) Guru bidang studi Guru bidang studi mempunyai tugas dan tanggung ajwab antar alain, membuat program pengajaran yang terdiri dari analisa materi pelajran, melaksanakn kegiatan pembelajran, menyusun dan melaksanakna program
perbaikan
danpengayaan,
mengisi
daftar
nilai
siswa,
melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar, meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran. 5) Guru bimbingan dan konseling Di antara tugas-tugasnya yaitu menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling siswa, melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. d. Visi dan Misi sekolah 1) Visi sekolah: beriman dan bertaqwa, tertib, cerdas, dan terampil. Visi sekolah dirumuskan dlam indikator sebagai berikut: a) Taat dan patuh perintah allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya. b) Patuh pada peraturan sekolah. c) Berprestasi dalam belajar.
84
d) Berprestasi dalam olahraga, seni, dan budaya. e) Memiliki keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. 2) Misi sekolah SMA Muhammdiyah 1 Klaten memiliki misi: a) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam serta berbudi pekerti luhur. b) Mengoptimalkan kerjasama antar warga sekolah dengan orang tua/wali siswa, dan masyarakat. c) Meningkatkan minat baca dan bimbingan pembelajaran. d) Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keterampilan. e. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten Struktur organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten sebagai berikut:
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KLATEN MAJLIS DIKDASMEN MUHAMMADIYAH
DINAS P & K KAB. KLATEN
KEPALA SEKOLAH Drs. H. Muhni NBM: 614345
KOMITE SEKOLAH KEPALA TU Suripto, S.Pd. NBM: 844493
Wakasek.Ur.Kesiswaan Drs. Agus Anas Fuadi NIP. 13169895 Staf: 1. Drs. Agus Supriyadi 2. Drs. Aris Munandar 3. Drs. Sami 4. Thomas Yunianto, S.Pd. 5. Ihsan Samchan Otong G., S.Pd
Koordinator BK Dra. Endang Sri Mulyani NBM. 552514 Staf: 1. Dra. Dwi Keksi 2. Ihsan Samchani Otong G S.Pd. 3. Roymiyatun, S.Pd.
Wakasek.Ur.Kurikulum Drs. Indar Rakhmanto NIP. 131689673
Wakasek.Ur.Sarpras Drs. M. Wisnu S., M. Hum. NIP. 131835404
Staf: 1. Suyatno, S.pd. 2. Drs. Hj. Nugraheni W. 3. Raharjo, SE 4. Drs. Umar Hamdan
Staf: 1. Dra. Hj. Dwi Keksi 2. Agus Cahyono, S.Pd.
Koordinator Perpustakaan Suripto, S.Pd. NBM. 844493
UKS Ir. Hj. Rufaida Istiyati M. Muslich Dra. Retno Hastutiningsih
WALI KELAS
SISWA SMA MUH. 1 KLATEN
Wakasek.Ur.Humas dan Keislaman Drs. M. Wisnu S., M. Hum. NIP. 131918806 Staf: 1. Ismiyati, B.Sc. 2. Drs. M. Toyibi Mustofa 3. Drs. Slamet Widada
SEMUA GURU
i
2. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini membahas tentang hubungan 3 variabel bebas yaitu pola asuh orang tua (X1), Motivasi belajar (X2), dan Disiplin belajar (X3) dengan satu variabel terikat yaitu Prestasi belajar Sosiologi (Y). Data tersebut diperoleh dengan menggunakan angket dan dokumen. Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dilakukan try out kepada 20 orang siswa di luar sampel penelitian. Try out ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item-item yang tidak valid dan angket yang tidak reliabel. Hasil uji validitas angket tentang pola asuh orang tua sebanyak 35 butir pernyataan, ada 4 pernyataan yang tidak valid yaitu soal nomor 5, 12, 22 dan 33. Hasil uji validitas angket tentang Motivasi belajar sebanyak 40 butir pernyataan, terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 6 yaitu nomor 6, 12, 20, 26, 36, dan 39. Hasil uji validitas angket tentang Disiplin belajar sebanyak 40 butir pernyataan, terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 4 yaitu nomor 14, 23, 27, dan 31. Nomor-nomor yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan untuk mengambil data penelitian, karena sudah terwakili oleh item soal yang lain. Hasil perhitungan reliabilitas angket tentang pola asuh orang tua = 0,973, reliabilitas angket motivasi belajar = 0,932, dan reliabilitas angket disiplin belajar = 0,938. Karena harga reliabilitas lebih besar dari rtabel (0,444), maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa angket sudah reliabel. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka angket dalam penelitian ini sudah teruji dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat dipercaya. Selanjutnya, angket disebarkan ke responden penelitian untuk memperoleh data sebagai bahan pengujian hipotesis. Hasil penyebaran angket kemudian ditabulasi, dijumlah dan diperoleh data induk penelitian. Selanjutnya dilakukan deskripsi data sebagai berikut 1. Pola Asuh Orang Tua Data pola asuh orang tua diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada 30 responden. Data pola asuh orang tua memiliki nilai terendah 89, tertinggi 116, rata-rata 107,20, median 108,0. Mode 111, dan standar deviasi 6,085. Distribusi data pola asuh orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
i
ii
Tabel 1. Distribusi Data Pola Asuh Orang Tua Kelas Interval 114 - 118 109 - 113 104 - 108 99 - 103 94 - 98 89 - 93
Frekuensi
Prosentase 10,00% 36,67% 26,67% 16,67% 6,67% 3,33% 100,00%
3 11 8 5 2 1 30
Sumber: Hasil Angket Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini: 12
Jumlah
10 8 6 4 2 0 89-93
94-98
99-103
104-108
109-113
114-118
Pola Asuh Orang Tua
Gambar 2. Histogram Data Pola Asuh Orang Tua 2. Motivasi Belajar Data motivasi belajar diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada 30 responden. Data motivasi belajar memiliki nilai terendah 93, tertinggi 127, rata-rata 116,37, median 116,5, Mode 112, dan standar deviasi 7,586. Distribusi data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Distribusi Data Motivasi Belajar Kelas Interval 123 - 128 117 - 122 111 - 116 105 - 110 99 - 104 93 - 98
Frekuensi 6 9 10 3 1 1 30
Sumber: Hasil Angket ii
Prosentase 20,00% 30,00% 33,33% 10,00% 3,33% 3,33% 100,00%
iii
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini: 10
Jumlah
8 6 4 2 0 93-98
99-104
105-110
111-116
117-122
123-128
Motivasi Belajar
Gambar 3. Histogram Data Motivasi Belajar
3. Disiplin Belajar Data disiplin belajar diperoleh dengan menyebarkan angket kepada 30 responden. Data disiplin belajar memiliki nilai terendah 111, tertinggi 134, ratarata 124,43, median 125,0. Mode 125, dan standar deviasi 6,072. Distribusi data disiplin belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Distribusi Data Disiplin Belajar Kelas Interval 131 - 134 127 - 130 123 - 126 119 - 122 115 - 118 111 - 114
Frekuensi 6 5 12 2 2 3 30
Prosentase 20,00% 16,67% 40,00% 6,67% 6,67% 10,00% 100,00%
Sumber: Hasil Angket Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di bawah ini:
iii
iv
12 10
Jumlah
8 6 4 2 0 111-114
115-118
119-122
123-126
127-130
131-134
Disiplin Belajar
Gambar 4. Histogram Data Disiplin Belajar 4. Prestasi Belajar Sosiologi Data prestasi belajar sosiologi diperoleh dari dokumen sekolah. Data prestasi belajar memiliki nilai terendah 60, tertinggi 90, rata-rata 75,33, median 80,0. Mode 80, dan standar deviasi 9,732. Distribusi data prestasi belajar sosiologi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Distribusi Data Prestasi Belajar Sosiologi Kelas Interval 60 70 80 90
Frekuensi 5 9 11 5 30
Prosentase 16,67% 36,67% 30,00% 16,67% 100,00%
Sumber: Hasil Angket Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di bawah ini:
iv
v
12 10
Jumlah
8 6 4 2 0 60
70
80
90
Prestasi Belajar Sosiologi
Gambar 5. Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi B. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dilakukan sebelum uji hipotesis, yang merupakan uji untuk memberikan keyakinan dengan data yang akan dianalisis. Uji prasyarat dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas dan Uji Linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah diperoleh mempunyai sebaran yang normal, yaitu data sampel dapat mewakili atau telah mencerminkan populasinya. a. Uji Normalitas Data Pola Asuh Orang Tua Hasil perhitungan uji normalitas data variabel pola asuh orang tua dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 8,400 dan asymp. Sig. (p) sebesar 0,957. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,957 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data pola asuh orang tua berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Hasil perhitungan uji normalitas data variabel motivasi belajar dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 7,333 dan asymp. Sig. (p) sebesar 0,992. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,992> 0,05, maka disimpulkan bahwa data motivasi belajar berdistribusi normal.
v
vi
c. Uji Normalitas Data Disiplin Belajar Hasil perhitungan uji normalitas data variabel disiplin belajar dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 15,600 dan asymp. Sig. (p) sebesar 0,552. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,552 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data disiplin belajar berdistribusi normal. d. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sosiologi Hasil perhitungan uji normalitas data variabel prestasi belajar sosiologi dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 3,600 dan asymp. Sig. (p) sebesar 0,308. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,308 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data prestasi belajar sosiologi berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan data variabel bebas diikuti oleh perubahan data variabel terikat secara linier (segaris). Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil uji linieritas diperoleh sebagai berikut: a. Uji linieritas X1 dengan Y Hasil uji linieritas X1 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,788 dengan signifikansi (p) 0,677. Karena harga signifikansi 0,677 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data X1 linier dengan Y. b. Uji linieritas X2 dengan Y Hasil uji linieritas X2 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,709 dengan signifikansi (p) 0,748. Karena harga signifikansi 0,748 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data X2 linier dengan Y. c. Uji linieritas X3 dengan Y Hasil uji linieritas X3 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 1,203 dengan signifikansi (p) 0,379. Karena harga signifikansi 0,379 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data X3 linier dengan Y. 3. Uji Independensi
vi
vii
Uji independensi dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi sederhana antar variabel bebas. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Correlations
Pola Asuh Orang Tua
Motivasi Belajar
Disiplin Belajar
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pola Asuh Orang Tua 1 30 ,101 ,595 30 ,222 ,238 30
Motivasi Belajar ,101 ,595 30 1 30 ,182 ,336 30
Disiplin Belajar ,222 ,238 30 ,182 ,336 30 1 30
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa harga koefisien korelasi (rxx) antar variabel bebas sebagai berikut: rx1x2 = 0,101
sig. = 0,595
rx1x3 = 0,222 sig. = 0,238 rx2x3 = 0,182 sig. = 0,336 Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi antar variabel bebas memiliki harga signifikansi lebih besar dari 0,05. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berarti antara variabel X1 dengan X2, X1 dengan X3, X2 dengan X3. Dengan demikian ketiga variabel bebas tersebut dapat digunakan untuk meneliti variabel Y. Berdasarkan hasil uji normalitas, uji linieritas, dan uji independensi di atas, menunjukkan bahwa uji prasyarat analisis sudah terpenuhi. Karena itu, dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang
vii
viii
telah terkumpul dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis, sebaliknya hipotesis akan ditolak apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis. Langkah-langkah pengujian hipotesis meliputi tiga hal yaitu: 1. Analisis data, 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis, dan 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis. 1. Analisis Data Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis nol/nihil (Ho) diterima atau ditolak, maka diajukan hipotesis nol (Ho) bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi. Analisis data dimulai dari langkah sebagai berikut: a. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana dengan Product Moment 1) Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: rx1y
= 0,437
Sig. (p)
= 0,016 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx1y = 0,437 dengan p sebesar
0,016. Karena p < 0,05 berarti variabel X1 berhubungan signifikan dengan variabel Y. 2) Koefisien Korelasi Sederhana X2 dengan Y Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: rx2y
= 0,430
Sig. (p)
= 0,018 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx2y = 0,430 dengan p sebesar
0,018. Karena p < 0,05 berarti variabel X2 berhubungan signifikan dengan variabel Y. 3) Koefisien Korelasi Sederhana X3 dengan Y Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
viii
ix
rx3y
= 0,526
Sig. (p)
= 0,003 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx3y = 0,526 dengan p sebesar
0,003. Karena p < 0,05 berarti variabel X3 berhubungan signifikan dengan variabel Y. b. Koefisien Korelasi Ganda X1, X2, dan X3 dengan Y Menggunakan Regresi Ganda Perhitungan koefisien korelasi ganda diperoleh hasil sebagai berikut: R2
= 0,487
Fhit
= 8,213
Sig (p) = 0,001 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 8,213, dan signifikansi sebesar 0,001. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara X1, X2, dan X3 dengan Y. Jadi ada hubungan yang berarti variabel X1, variabel X2, dan variabel X3 dengan variabel Y. c. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear Multipel Analisis regresi ganda yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi linear ganda sebagai berikut: Yˆ = -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3
d. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 dengan Y Perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Sumbangan Relatif a) Sumbangan relatif X1 dengan Y sebesar 28,38%. b) Sumbangan relatif X2 dengan Y sebesar 28,86%. c) Sumbangan relatif X3 dengan Y sebesar 42,76%. 2) Sumbangan Efektif a) Sumbangan efektif X1 dengan Y sebesar 13,81%. b) Sumbangan efektif X2 dengan Y sebesar 14,04%. c) Sumbangan efektif X3 dengan Y sebesar 20,80%.
ix
x
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis selanjutnya dilakukan penafsiran pengujian hipotesis. Penafsiran dengan regresi linear hanya dapat dipertanggungjawabkan bila nilai Freg yang diperoleh berarti atau signifikan. Penafsiran pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Korelasi Antara X1 Dengan Y Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui keberartian hubungan pola asuh orang tua (X1) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,437 dan signifikansi (p) 0,016. Karena p < 0,05, dapat ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 28,37% dan sumbangan efektif sebesar 13,81% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh dari aspek-aspek yang terdapat dalam pola asuh orang tua. b. Korelasi Antara X2 dengan Y Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui keberartian hubungan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,430 dan signifikansi (p) 0,018. Karena p < 0,05, dapat ditafsirkan bahwa motivasi belajar berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 28,86% dan sumbangan efektif sebesar 14,04% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh dari aspek-aspek yang terdapat dalam motivasi belajar.
c. Korelasi Antara X3 dengan Y Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui keberartian hubungan disiplin belajar (X3) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,526 dan signifikansi (p) 0,003. Karena p < 0,05, dapat ditafsirkan bahwa disiplin belajar berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif x
xi
disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 42,76% dan sumbangan efektif sebesar 20,80% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh dari aspek-aspek yang terdapat dalam disiplin belajar. d. Korelasi Multipel X1, X2 dan X3 dengan Y Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui keberartian atau hubungan pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar 8,213 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Jadi p
<
0,05, sehingga dapat
ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar secara simultan berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Ini berarti bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dapat dihubungkan dengan prestasi belajar sosiologi secara bersama-sama. Berdasarkan hasil penelitian nilai R2 = 0,487, hal ini berarti bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar secara bersama-sama memiliki hubungan dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 48,7 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. e. Persamaan Garis Regresi Linear Multipel Hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh persaman garis regresi linear ganda sebagai berikut: Yˆ = -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3
Dari persamaan regresi tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa 1) Koefisien regresi X1 sebesar 0,507 berarti rata-rata prestasi belajar sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,507 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit pola asuh orang tua. 2) Koefisien regresi X2 sebesar 0,419 berarti rata-rata prestasi belajar sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,419 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar. 3) Koefisien regresi X3 sebesar 0,634 berarti rata-rata prestasi belajar sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,634 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit disiplin belajar.
xi
xii
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengujian hipotesis dan penafsiran pengujian hipotesis, maka selanjutnya dikemukakan kesimpulan pengujian hipotesis. Kesimpulan pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Hipotesis 1 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhit 8,213 dengan p sebesar 0,001, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.` b. Hipotesis 2 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,437 dengan p sebesar 0,016, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima. c. Hipotesis 3 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,430 dengan p sebesar 0,018, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
d. Hipotesis 4 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,526 dengan p sebesar 0,003, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis keempat berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
xii
xiii
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan kesimpulan hasil analisis data di atas, maka setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pola Asuh Orang Tua Orang tua adalah penanggung jawab dari kehidupan anak-anaknya, termasuk di dalamnya adalah tanggung jawab masalah pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua mendidik dan mengasuh anaknya sejak lahir. Pendidikan dan pengasuhan orang tua merupakan lingkungan pendidikan paling awal yang membentuk pola kehidupan anak-anak. Pola kehidupan ini akan menentukan bagaimana perilaku anak sehari-hari, termasuk di dalamnya perilaku dalam belajar. Pola kehidupan tersebut merupakan bentuk dari pola asuh orang tua dalam tanggungjawabnya dengan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sikun Pribadi (1981: 67) yang menjelaskan bahwa pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat tersebut jelas bahwa orang tua yang memiliki kewajiban bertanggung jawab dengan anak-anaknya akan memberikan pengasuhan tersendiri, dan tiap-tiap keluarga memiliki pola yang berbeda-beda. Tuntutan pengetahuan dan pendidikan formal tidak memungkinkan orang tua melakukan pendidikan dengan anaknya sendiri. Orang tua harus menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan formal, yaitu sekolah. Menyerahkan anak ke sekolah bukan berarti orang tua lepas tanggung jawab dalam pendidikan anaknya. Bahkan dapat dikatakan bahwa dengan menyerahkan anak ke sekolah merupakan bentuk tanggung jawab orang tua dengan anak di masa depan. Meskipun anak sudah diserahkan pendidikannya ke sekolah, namun bukan berarti orang tua tidak memberikan pendidikan dan pengasuhan lagi di rumah. Di sekolah, pendidikan diberikan sebatas kurikulum formal, sedangkan dalam hal pendidikan tentang kehidupan sosial, orang tua tetap harus memberikannya di lingkungan rumah.
xiii
xiv
Setiap keluarga memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda. Karena itu, pola asuh orang tua juga berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sosialnya. Pola asuh inilah yang membentuk sikap anak dalam belajar, sehingga akan menentukan pula perilaku anak dalam belajar. Perilaku anak tersebut akan memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Karena itu, pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa. Perbedaan latar belakang sosial tersebut akan menentukan pola asuh yang dilakukan dengan anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (1993: 205) yang mengatakan bahwa ”Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif atau bebas dan demokratis”. Cara-cara yang berbeda tersebut tentunya juga akan memberikan dampak yang berbeda untuk setiap anak, sehingga apa yang dilakukan anak tergantung dari pola asuh orang tua masing-masing. Dampak dari pola asuh orang tua dengan anak-anaknya akan menyeluruh dalam segi kehidupannya, yang dapat menjadikan anak menjadi seseorang yang sangat tergantung, mandiri, peragu, pemberani, bertingkah kasar, halus, sopan santun, penyayang, atau pendemdam dan sebagainya. Kesemua perilaku tersebut sedikit banyak juga merupakan hasil dari pola asuh yang diberikan orang tuanya. Pola asuh orang tua yang baik, terutama yang terkait dengan kegiatan belajar akan memberikan efek yang baik, yaitu tercapainya keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan dalam belajar tersebut terwujud dalam prestasi belajar anak. Dengan pola asuh orang tua yang baik, maka akan menghasilkan prestasi belajar anak yang baik pula di sekolah.
2. Motivasi Belajar Seorang individu yang melakukan sesuatu tentunya ada yang menyebabkan mengapa ia melakukannya. Tanpa ada sebab, maka tidak akan ada akibat. Karena itu pula seseorang yang bertindak atau melakukan sesuatu tentu ada penyebabnya. Hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan tersebut yang menjadi daya dorong sehingga terjadi sesuatu karena tindakannya. Daya dorong tersebut merupakan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wood Worth xiv
xv
& Marquis dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa ”Amotive is asset predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari pendapat tersebut jelas bahwa seseorang melakukan suatu tindakan atau kegiatan karena adanya motif-motif tertentu yang memiliki tujuan tertentu pula. Dengan adanya motif tertentu, seseorang ingin mencapai tujuan yang dimaksudkan tersebut. Siswa, sebagai seorang individu juga memiliki motif-motif tertentu sehingga ia mau melakukan suatu tindakan yang disebut dengan belajar. Motivasi setiap siswa berbeda-beda, meskipun juga ada yang sama. Karena itu pula, maka tujuan yang dapat dicapai oleh setiap individu juga berbeda-beda. Mengenai motivasi, Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42) menyatakan bahwa “Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu”. Dari pendapat tersebut menunjukkan secara jelas bahwa motivasi merupakan tenaga atau daya pendorong yang menjadikan seseorang bertingkah laku yang memiliki tujuan tertentu pula. Bagi seorang siswa melakukan kegiatan bukanlah suatu kebetulan saja, akan tetapi ia melakukan kegiatan belajar karena adanya motif-motif tertentu. Motivasi tersebut merupakan penyebab mengapa seorang siswa mau melakukan kegiatan belajar. Dapat dikatakan bahwa jika seorang siswa yang datang ke sekolah tidak melakukan kegiatan belajar sebagaimana mestinya, maka berarti ia tidak memiliki motivasi untuk belajar atau hanya memiliki motivasi yang rendah. Motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar juga sangat beragam. Masing-masing siswa memiliki motivasi yang berbeda dengan siswa lainnya. Hal ini memang beralasan, karena setiap orang memiliki keinginan atau tujuan tertentu dalam hidupnya. Karena itu pula, maka setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda karena masing-masing memiliki keinginan dan tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan motivasi dalam diri setiap siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang harus menjadi perhatian utama bagi guru. xv
xvi
Seorang guru harus dapat mengetahui motivasi setiap siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tanpa mengetahui motivasi siswa dalam belajar, maka guru tidak dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kegiatan pembelajaran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk merencanakan kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang latar belakang siswa. Pengetahuan tersebut tidak hanya sekedar bahwa siswa ingin belajar, akan tetapi guru harus memahami motivasi setiap siswa. Dengan mengetahui dan memahami motivasi setiap siswa, maka guru dapat merencanakan metode yang paling sesuai dengan keadaan siswa dengan harapan dapat berhasil. Motivasi dapat timbul dari dalam diri siswa (internal motivation) dan juga dapat berasal dari luar dirinya (external motivation). Motivasi dari dalam merupakan motivasi yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku siswa. Motivasi ini timbul karena adanya berbagai faktor seperti keinginan atau citacita untuk meraih sesuatu. Motivasi internal akan sangat kuat pengaruhnya dalam perilaku belajar siswa. Karena itu, motivasi internal merupakan motivasi yang paling diutamakan sebagai pendorong utama bagi siswa untuk belajar. Motivasi internal ini dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Guru dan orang tua dapat menggali motivasi internal tersebut. Penggalian dilakukan dengan cara-cara tertentu, terutama yang terkait dengan keinginannya di masa yang akan datang. Guru atau orang tua tersebut utamanya adalah menyadarkan akan makna hidup. Jika seorang siswa sudah memahami makna hidup, maka motivasi internalnya
akan tumbuh dan berkembang sehingga akan
memberikan daya dorong yang kuat untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Motivasi eksternal atau motivasi dari luar juga tidak kalah pentingnya dalam mendorong perilaku belajar siswa. Motivasi eksternal tersebut berasal dari lingkungannya, seperti orang tua, guru, teman, saudara, dan lain-lain. Bahkan situasi lingkungan yang lebih luas juga dapat menjadi motivasi eksternal bagi siswa, seperti keberhasilan seseorang dalam karirnya. Berbeda fungsi dengan motivasi internal, seorang guru atau orang tua memberikan motivasi eksternal dapat dikatakan sebagai motivasi yang memberikan dorongan secara langsung. Dalam kaitannya dengan motivasi internal, orang xvi
xvii
tua atau guru bersifat menggugah kesadaran akan arti hidup, sedangkan pada motivasi eksternal, guru dan orang tua memberikan dorongan berupa pemberian suatu penguatan kepada siswa agar melakukan tindakan belajar dengan baik. Motivasi tidak hanya ditumbuhkan saja, akan tetapi juga perlu dikembangkan sedemikian rupa, sehingga motivasi yang sudah tumbuh akan terus berkembang sehingga motivasinya semakin kuat. Siswa yang belum memiliki motivasi yang jelas tentang kegiatan belajarnya, harus didukung dan diarahkan agar motivasinya menjadi lebih jelas. Setelah motivasinya jelas, maka siswa diberi penguatan (reinforcement) agar motivasi tersebut menjadi lebih kuat. Bagi siswa yang sudah memiliki motivasi, perlu dipelihara agar motivasinya menjadi lebih konstan atau stabil dan kemudian diberi penguatan agar motivasinya menjadi meningkat. Demikian pula dengan motivasi siswa yang sudah kuat, harus dijaga agar tidak menurun sehingga keadaan motivasinya menjadi stabil. Dengan motivasi yang kuat, maka siswa akan memiliki perilaku belajar yang tinggi dan akan terlihat dari prestasi belajarnya. Adanya motivasi internal dan didukung oleh motivasi eksternal, perilaku yang ditimbulkan juga akan semakin baik. Jadi, motivasi belajar siswa memiliki hubungan yang berarti pada prestasi belajarnya.
3. Disiplin Belajar Seseorang yang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, diperlukan berbagai persyaratan agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal. Namun, semua persyaratan tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang harus dilakukan agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi. Salah satu persyaratan untuk tercapaianya tujuan secara maksimal adalah kedisiplinan. Kedisiplinan menurut Suharsimi Arikunto (1990: 114) adalah ”Kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar melalui pembentukan diri dan watak”. Jadi, kedisiplinan adalah bentuk xvii
xviii
pemenuhan dengan peraturan atau norma-norma yang ada. Peraturan atau norma tersebut tidak hanya sebatas peraturan yang bersifat formal, akan tetapi juga menyangkut dengan peraturan yang secara otomatis terkait dengan suatu tindakan atau tujuan tertentu. Misalnya, kegiatan belajar untuk mencapai prestasi yang baik, tidak ada aturan resmi yang menyebutkan harus melakukan tindakan tertentu. Namun secara otomatis, akan muncul peraturan bahwa prestasi yang tinggi akan diperoleh jika seseorang belajar dengan tekun, rajin, teratur, sesuai dengan waktu, dan sebagainya. Jadi, aturan atau norma untuk mencapai tujuan tertentu terkait dengan tujuan itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan pada urian di atas, belajar dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tercapainya tujuan tersebut secara maksimal memerlukan syarat atau peraturan tertentu dan salah satunya adalah kedisiplinan, terutama dari segi waktu. Belajar yang dilakukan dengan disiplin waktu, akan menjadikan belajar menjadi teratur. Keteraturan dalam belajar inilah yang akan memberikan efek positif pada hasil belajar. Belajar dengan disiplin dan teratur, materi yang dipelajaripun juga tidak terlalu banyak. Dengan kata lain, belajar dengan disiplin dan teratur seperti pepatah ”sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Belajar yang dilakukan dengan disiplin dan teratur, meskipun tidak banyak, lama-lama akan dapat menyelesaikan seluruh materi pelajaran. Dengan demikian belajar yang dilakukan dengan kedisiplinan akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Jadi, disiplin belajar mempunyai hubungan dengan prestasi belajar. 4. Prestasi Belajar Prestasi adalah wujud atau hasil dari suatu tindakan tertentu. Prestasi ini sangat tergantung dari bagaimana seseorang melakukan tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yang menyatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Jadi, prestasi merupakan hasil dari tindakan seseorang berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan sikapnya dalam melakukan sesuatu. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, secara umum bertujuan untuk memperoleh prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut akan dapat xviii
xix
diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap yang baik dalam belajar. Karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang tinggi dapat diperoleh dengan syarat adanya kemampuan dan ketrampilan yang tinggi, serta sikap yang baik dalam melakukan tindakan belajar. Karena itu, untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, siswa perlu dilatih kemampuannya, keterampilannya, dan dibina sikapnya sehingga dapat meningkat dan dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. 5. Hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar Prestasi belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam berperilaku. Kemampuan dan keterampilan serta sikap tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja, akan tetapi perlu diusahakan. Dalam mengusahakan kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut dilakukan dengan belajar, baik belajar sendiri maupun diberi pembelajaran. Baik dengan belajar sendiri maupun dengan pembelajaran, keduanya juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar. Pola asuh orang tua akan membentuk perilaku siswa dalam belajar, sehingga bila pola asuh orang tuanya baik, maka perilaku belajarnya juga baik. Dengan perilaku belajar yang baik, maka akan diperoleh kemampuan, keterampilan, dan sikap yang baik yang mendukung tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal. Demikian pula dengan motivasi belajar siswa, sangat diperlukan untuk mendorong seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang tinggi menjadikan seorang siswa dapat melakukan kegiatan belajar
dengan
lebih
baik.
Karena
itulah
akan
berdampak
pada
keberhasilannya dalam belajar yang terwujud dalam prestasi belajar. Kedisiplinan juga sangat penting bagi seorang siswa, karena dengan kedisiplinan dapat menjadikan kegiatan belajar menjadi teratur. Kegiatan belajar
yang
teratur
inilah
yang
dapat
meningkatkan
kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang baik yang akan berdampak pada hasil belajar. Untuk itulah, kedisiplinan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebagai wujud dari hasil belajarnya. xix
xx
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun
xx
xxi
ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi motivasi belajar yang ada pada siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi yang diperoleh siswa. 4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat disiplin belajar yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi pada siswa tersebut.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka pada uraian berikut akan peneliti sajikan implikasi hasil penelitian, sebagai berikut: Pola asuh orang tua merupakan salah satu pendidikan bagi anak. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak, sehingga tingkah laku anak 91tua. Latar belakang sosial orang tua juga sangat tergantung pada pola asuh orang memiliki hubungan yang empiris pada pola asuh orang tua yang diberikan kepada anaknya. Karena itu, siswa yang memiliki orang tua dengan latar belakang sosial rendah lebih cenderung memiliki prestasi yang rendah. Untuk itu, dalam usaha meningkatkan prestasi belajar yang tinggi, salah satunya adalah dengan meningkatkan kehidupan sosial keluarga. Salah satunya dengan meningkatkan penghasilan dan juga meningkatkan kesadaran akan pendidikan agar orang tua memahami pentingnya pendidikan dan mampu memberikan fasilitas yang menunjang belajar siswa sehingga prestasi belajar yang diraih menjadi maksimal. Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting bagi seorang siswa. Motivasi merupakan daya dorong yang menggerakkan siswa melakukan kegiatan belajar. Rendahnya motivasi belajar dapat menyebabkan hasil belajar siswa juga rendah. Karena itu, motivasi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan pada diri siswa agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Peningkatan motivasi xxi
xxii
belajar merupakan tugas guru dan orang tua. Dengan meningkatkan motivasi pada diri siswa, maka diharapkan siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi. Kedisiplinan dalam belajar juga menjadi faktor penting dalam kegiatan belajar. Kedisiplinan perlu diterapkan dalam belajar agar kegiatan belajar dapat dilakukan secara teratur. Keteraturan dalam belajar inilah yang menjadikan siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dengan pemahaman materi yang baik tersebut, maka siswa dapat mengerjakan soal-soal tes dengan baik yang hasilnya adalah prestasi belajar yang baik pula. Jadi, dengan kegiatan belajar secara disiplin, prestasi belajar dapat meningkat.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga, guru, siswa maupun peneliti yang akan datang. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Sekolah Kepada kepala sekolah diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan orang tua, agar pola asuh orang tua dapat diarahkan. Kerjasama tersebut dapat dilakukan melalui komite sekolah yaitu dengan cara mengadakan pertemuan orang tua dengan sekolah, membuka kotak saran agar orang tua dapat mengajukan saran-saran kepada sekolah ataupun keluhan tentang anak-anaknya. Selain itu, sekolah juga harus meningkatkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara, antara lain menyarankan guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih banyak mempartisipasikan siswa. Peningkatan kedisiplinan dapat dilakukan dengan memberikan hukuman kepada pelanggar disiplin dan memberikan hadiah kepada siswa teladan. 2. Kepada Guru Kepada guru diharapkan dapat bekerjasama dengan orang tua dengan melakukan komunikasi orang tua guru melalui Komite Sekolah. Dengan adanya komunikasi antara orang tua dengan guru, maka kesulitan belajar siswa dapat terpantau sehingga dapat dicari jalan keluarnya dengan segera. Pemberian motivasi sangat penting bagi siswa, karena itu guru diharapkan dapat xxii
xxiii
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara-cara yang mendidik, seperti memberikan reward kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi. Pendisiplinan siswa dalam belajar juga sangat penting. Karena itu guru diharapkan dapat memberikan contoh tindakan disiplin kepada siswa. Untuk meningkatkan disiplin belajar siswa, guru dapat memberikan tugas yang hasilnya dikoreksi. Dengan demikian siswa dapat terpacu untuk melakukan kegiatan belajar. 3. Kepada Siswa Kepada siswa diharapkan dapat memahami orang tuanya masing-masing. Pola asuh yang diberikan orang tua yang kurang baik tidak perlu diikuti. Siswa dapat mencari contoh-contoh dari teman yang orang tuanya dapat mengarahkan anaknya dalam belajar. Motivasi belajar perlu ditingkatkan dengan memahami dirinya tentang kegiatan belajar dan harapan di masa depan. Usahakan mematuhi peraturan agar dapat melakukan kegiatan secara disiplin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal kegiatan sehari-hari di rumah. Dengan adanya jadwal, maka ada usaha untuk melakukan kegiatan belajar secara disiplin. 4. Kepada Peneliti Yang Akan Datang Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis yang juga berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Sehingga hasil penelitian dapat lebih lengkap dan akurat dibanding penelitian ini.
xxiii
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Abdurrahmant Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi. Jakarta: rineka Cipta Arif Sukardi Sadiman. 1991. Metode dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta: Erlangga Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Yogyakarata: Raka Press Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Donald Ary. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak Jilid II. Alih bahasa oleh dr. Met. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press I.G. Wursanto. 1985. Pokok-pokok Perencanaan/Etika komunikasi. Yogyakarta: Kanisius Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Kartini Kartono. 1992. Pengantar Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Oofset Ketut Sukardi. 1983. Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Buimi Aksara Margaret E. Bell Grendler. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Melayu S.P. Hasibuan. 1991. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung 95 xxiv
xxv
Moh. Nasir. 1993. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia Muhibbinsyah. 1995. Psikologi Penelitian Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Nasotion. 2003. Metode Risearch. Jakarta: Bumi Aksara Ngaliman Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Poerwodarminto. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Roman Natawidjaja. 1995. Cara Memberikan Motivasi Pada Siswa. Jakarta: Komunikan Sadirman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grasindo Persada Rohn Aliah. 1990. Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Eresco Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar --------------------2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SamVaknin, Ph.D. 2009. Parenting The Irrational Vocation. Tersedia pada (http://archive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive/1102 104663935.html). Diakses pada tanggal 23 Februari 2010 Singgih D. Gunarso. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slamet Widodo. 2004. Metodelogi Penelitian. Surakarta. UNS Press Soegeng Priyodarminto. 1992. Disiplin Menuju Sukses. Jakarta: Pradya Paramita Sudjana. 2001. Tehnik Analisis Regresi Dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta ---------2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
xxv
xxvi
Sumadi Suryabrata. 1998. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada -------------------2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sutrisno Hadi. 2002. Metodologi Research. Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta: Andi offset Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito ---------1998. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito Wingkel.W.S 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo W. Gulo. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grasindo Zahara Idris dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Interaksional Prinsip-Tehnik-Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya
xxvi