PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR DAN MEMAKAI SABUN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK AISYIYAH BLIMBING KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI “Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : INDRO SETIAWAN NIM. S10018
PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Indro Setiawan NIM
: S10018
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat pentimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.
Surakarta, 10 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,
Indro Setiawan S10018
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Orangtua Dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan Dengan Benar Dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing utama dan kepala program studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Ibu Ariyani, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Kepala Sekolah TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
5.
Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
iv
6.
Bapak dan ibu yang tak henti – hentinya mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.
7.
Kakak tercinta atas doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
8.
Sahabat PAIDI ( Pitriono, Azis, Dayat dan Irawan) serta Teman – teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Para responden saya ucapkan terimakasih banyak atas partisipasi dan ketersedian waktu dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta, 10 Juli 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
DAFTAR ISI ................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR SKEMA ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
ABSTRAK ...................................................................................................
xiii
ABSTRACT .................................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................
4
1.3. Tujuan ...............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................
5
1.5. Keaslian Penelitian ...........................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Orangtua .................................................................
9
2.1.1. Pengertian ............................................................
9
2.1.1.1. Macam-macam Peran ............................
vi
10
2.1.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Peran..........
14
2.1.2. Motivasi ..............................................................
16
2.1.3. Cuci Tangan ........................................................
17
2.1.3.1. Pentingnya Mencuci Tangan Memakai sabun ........................................................
18
2.1.3.2. Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan ........
19
2.1.3.3. Cara Mencuci Tangan ............................
19
2.1.4. Sabun .................................................................
21
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah .......................................
21
2.1.5.1.Ciri-ciri Anak Pra Sekolah.......................
23
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak .....................
25
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan 26 2.2. Kerangka Teori .................................................................
30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................
31
3.2.
Populasi dan Sampel ........................................................
31
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................
32
3.4. Variabel Penelitian ............................................................
32
3.5. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data ............................
33
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................
35
3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ...............................
36
3.8. Etika Penelitian .................................................................
37
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................
39
4.2. Karakteristik Responden ....................................................
40
4.3. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
42
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ....................................................
43
5.2. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun ...................................
43
5.3. Keterbatasan Penelitian ....................................................
47
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ........................................................................
49
6.2. Saran ..................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
1.1
Keaslian Penelitian
6
3.1
Definisi Operasional
33
4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu
40
4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu
40
4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu
41
4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
41
Anak 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak
42
4.6
Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci
42
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
1
Cuci tangan memakai sabun
19
2
6 Langkah Cuci Tangan
20
x
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema 1
Judul Skema
Halaman
Kerangka Teori
30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Penelitian
Lampiran 2
: F-1 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3
: F-2 Pengajuan Persetujuan Judul
Lampiran 4
: F-4 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5
: F-3 Penggantian Judul Skripsi
Lampiran 6
: Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 7
: F-6 Lembar AUDIENCE Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 8
: F-5 Lembar OPONENT Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 9
: F-7 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 11 : Surat Rekomendasi BAPPEDA Sukoharjo Lampiran 12 : Lembar Kuesioner Lampiran 13 : Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 14 : Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 15 : Hasil Kuesioner Lampiran 16 : Hasil SPSS Lampiran 17 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 1 Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 2 Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1 Lampiran 20 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2 Lampiran 21 : Dokumentasi Penelitian
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
Indro Setiawan Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah Di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo Abstrak Peran Orangtua dalam menjaga kesehatan anak usia pra sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan dengan memakai sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah. Penelitian kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode observasional terhadap kebiasaan mencuci tangan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Analisis data menggunakan univariat yaitu distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %). Peran orangtua dalam memotivasi anak merupakan kewajibannya dalam membimbing dan menjaga kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun. Orangtua dapat mempertahankan peran tersebut, sehingga kesehatan anak terjaga dengan baik.
Kata kunci : Peran Orangtua, Cuci Tangan, Pra Sekolah Daftar Pustaka : 38 (1999-2013)
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014
Indro Setiawan ROLE OF PARENTS IN MOTIVATING CHILDREN TO WASH HANDS RIGHTLY WITH SOAP AT AISYIYAH KINDERGARTEN OF BLIMBING, SUKOHARJO REGENCY Abstract The role of parents in maintaining the health of pre-school children is usually related to the conducts of individual and environmental hygiene. One of them is the habit of hand washing with soap. The objective of this research is to investigate the role of parents in motivating their children to wash their hands with soap correctly at their pre-school ages. This research used the descriptive analytical method with observation toward the habit of hand washing with soap of the pre-school children at Aisyiyah Kindergarten of Blimbing, Sukoharjo regency. The data of the research were analyzed by using the univariate analysis, namely: frequency distribution. The result of the research shows that 16 respondents (80%) have a moderate role in motivating children to conduct hand washing with soap. The role of parents in motivating their children is their responsibility to guide their children to wash hands particularly with soap and to maintain their health. The parents shall keep their role in motivating their children to wash hands with soap so that their health is maintained. Keywords: Role of parents, hand washing, and pre-school References: 38 (1999-2013)
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Peran aktif orangtua sangat diperlukan disaat mereka berada dibawah usia lima tahun. Peran aktif orang tua tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak seperti membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak serta peran lain yang lebih penting adalah dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak, melalui pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang ulang, anak ingin menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya, ucapan dan tingkah laku atau perilaku orangtua yang konsisten, anak memperoleh perasaan aman, mengetahui apa yang diharapkan dari hubungan anak, serta membangun pengertian yang jelas tentang apa yang benar dan salah (Suherman 2000). Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia pra sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci dengan pakai sabun. Survey Health Service Program Tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai ke hampir setiap rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, dan di desa angkanya bisa lebih rendah lagi.
1
2
Menurut penelitian World Health Organization (WHO) mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian 2011). Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), cacingan, flu, hepatitis A, dan bahkan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Desiyanto dan Djannah 2012). Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-5 tahun dan mengikuti program pra sekolah (Patmonodewo 2003). Pada masa ini anak menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Anak suka bermain dengan posisi sangat berdekatan satu sama lain, menggunakan tangan untuk meletakkan suatu benda di mulutnya, makan dan membuang ingus. Kondisi tersebut dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tingginya angka penyebaran infeksi yang terjadi di lingkungan sekolah menimbulkan kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi belajar anak dan
3
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil belajar anak (Cutler 2010). Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak usia pra sekolah diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku cuci tangan ini pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil, tidak hanya oleh orang tua di rumah, bahkan menjadi salah satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Dasar. Pada anak usia 4-5 tahun sangat rentang terkena penyakit, mereka belum mendapat kesehatan dengan baik dan pada usia tersebut anak masih berperilaku
ceroboh
sehingga
membahayakan
kesehatannya.
Kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit. Sehingga sangat penting perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung. Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak dengan menyediakan lingkungan sekolah yang sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan kesehatan yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong 2008). Anak-anak sekolah di dalam kehidupan bangsa tidak dapat diabaikan, karena mereka inilah sebagai generasi penerus
4
bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan (Notoatmodjo 2010). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo secara observasi saat pengambilan data awal yang dilakukan peneliti tanggal 23 Desember 2013 pada anak usia pra sekolah 4-5 tahun, didapatkan data bahwa kebiasaan cuci tangan pada anak sudah diterapkan. Namun kebiasaan cuci tangan ini hanya dilakukan sebelum makan oleh anak-anak, sedangkan sesudah makan dan setelah main di luar, anak-anak belum mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melakukan cuci tangan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo?
5
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengidentifikasi peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar
2.
Untuk mengidentifikasi perilaku anak dalam mencuci tangan memakai sabun.
3.
Untuk mengevaluasi peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui pentingnya mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.4.2. Instansi Pendidikan Sebagai bahan refrensi tambahan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
6
1.4.3. Peneliti Lain Peneliti lain dapat mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan serta dapat menambah pengetahuan peneliti tersebut dan dapat menjadikan pedoman dalam melakukan penelitian yang sama di daerah lain.
1.4.4. Peneliti Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan peneliti tentang peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.4.5. Perawat Perawat dapat mengetahui pentingnya peran orangtua terhadap perilaku anak dalam mencuci tangan memakai sabun.
1.5.
Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama Peneliti
Dyna Apriany
Judul Penelitian Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Anak Usia 4-5 Tahun
Metode yang digunakan Metode Kuantitatif
Hasil Penelitian Didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan signifkan antara perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
7
Nama Peneliti Fajar Ardi Desiyanto
dr A. Chusnul Chuluq Ar, MPH, Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN, Asri Puji Lestari
Judul Penelitian
Metode yang digunakan Efektivitas True Mencuci Tangan experiment dengan Menggunakan Cairan Pembersih rancangan penelitian Tangan Antiseptik (Hand posttest only control group Sanitizer) Terhadap Jumlah design Angka Kuman
Hasil Penelitian
Pengaruh Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di Sekolah dengan Perilaku Mencuci Tangan Anak Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun di TK Islam Terpadu As-Salam Kota Malang
Bahwa perlakuan cuci tangan dengan air mengalir tidak efektif, sedangkan kelompok perlakuan cuci tangan dengan sabun, hand sanitizer A, dan hand sanitizer B efektif dalam penurunan jumlah angka kuman Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun (baik perilaku ketika disekolah, dirumah), dengan kekuatan korelasi masing-masing 0,338 ; 0,401 ; 0,303. Uji rasio prevalensi menunjukkan kegiatan rutin mencuci tangan disekolah merupakan faktor
Design penelitian ini adalah cross sectional design dengan menggunakan Tehnik sampling yaitu Total Sampling
8
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode yang digunakan
Hasil Penelitian (ketika disekolah, dirumah) dengan nilai rasio prevalensi 3,85 ; 1,87 ; 1,37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Peran Orangtua
2.1.1. Pengertian Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Setiap perilaku individu menempati posisi-posisi multiple, orang dewasa dan pria suami (Biddle dalam Friedmen 2002) yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini adalah sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang terkait adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain bagi anak (Friedman 2002). Peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya (Rice 2001). Orang tua merupakan seorang atau dua orang ayahbunda yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual (Wadnaningsih 2005). Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru dari orang tuanya (Maulani dkk 2005)
9
10
Peran orangtua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu dalam bekerjasama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunan sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap dan spiritual serta emosional yang mandiri (Wadnaningsih 2005).
2.1.1.1.Macam-macam Peran Ada dua macam peran : 1.
Peran Formal Peran
formal
merupakan
peran
yang
membutuhkan
ketrampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga, di samping itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga yang lainnya mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan baik (Murray dkk dalam Friedman 2002). Setiap posisi peran dalam keluarga adalah peran yang terkait, yaitu sejumlah perilaku yag kurang lebih bersifat homogen. keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat
membagi
peran-perannya
menurut
pentinggnya
pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang
11
yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertetu, ada juga peran yang tidak terlalu komplek, sehingga dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan (Maulani dkk 2005). Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tanggga, sopir, pengasuh anak, dan lain-lain). Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktuyang berbeda. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak memenuhi suatu peran, maka anggota laian akan mengambil alaih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi (Maulani dkk 2005). Peran yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai barikut : a.
Peran sebagai provaider atau penyedia
b.
Sebagai pengatur rumah tangga
c.
Perawat anak, baik yang sehat maupun yang sakit
d.
Sosialisasi dan rekresasi anak
e.
Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga peternal man maternal
f.
Peran terapeutik dan peran seksual
12
2.
Peran Informal Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu. Peran formal dapat mempermudah pandangan terhadap sifat masalah yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat. Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran formal (Friedmen 2002). Peran informal adalah peran yang bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan emosional indivudu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga (Maulani dkk 2005). Berikut beberapa contoh peran informal antara lain : a.
Pendorong. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuatmereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan.
b.
Pengharmonis.
pengharmonis
yaitu
berperan
menengahi
perbedaaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
13
c.
Inisiator-kontribitor. mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan kelompok-kelompok.
d.
Pendamai. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka
konflik
konflik
dapat
diselesaikan
dengan
jalan
musyawaroh atau damai. e.
Pencari nafkah. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota keluarganya.
f.
Perawatan keluarga. Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.
g.
Penghubung keluarga. Perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitorkomunikasi dalam keluarga.
h.
Pionir keluarga. Pionir keluarga yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing dan mendapatkan pengalaman baru.
i.
Sahabat, Penghibur dan koordinator. Koordinator berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang
berfungsi
kepedihan.
mengangkat
keakraban
dan
memerangi
14
j.
Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut kecuali dalam beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
2.1.1.2.Faktor yang Mempengaruhi Peran 1.
Faktor Kelas Sosial Kelas sosial ditentukan oleh unsure-unsur seperti pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bias terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya (Notoatmodjo 2003). Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal paling penting dari sang ibu, dimana ibu lebih jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin bila dibandingkan dengan keluarga menengah ke atas yang lebih menitik beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak (Besmer dalam Friedmen 2002).
15
2.
Faktor Bentuk Keluarga Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong 2009). Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan, meliputi kebutuhan fisiologis sosial dan spiritual (Hidayat 2008). Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri (Wong 2009).
3.
Faktor Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap
16
berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan (Wong 2009). 4.
Faktor Model Peran Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran dari individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran (Friedman 2002).
5.
Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan atau Sakit Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran keluarga, peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Litman dalam Friedman 2002).
2.1.2. Motivasi Motivasi
merupakan
hasrat
didalam
diri
seseorang
yang
menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan (Malthis 2001). Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu (Rivai 2004). Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi
17
guna mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu (Robins dan Mary 2005). Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan (Masrukhin dan Waridin, 2004). Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi merupakan sesuatu yang membuat bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Armstrong 1999). Berdasarkan
pengertian
diatas
disimpulkan
bahwa
motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan mendorong perilaku manusia. Peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun salah satu untuk menjaga kesehatan anak agar terhindar dari penyakit seperti diare.
2.1.3. Cuci Tangan Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang paling penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok menggunakan dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dibawah air yang mengalir (Potter 2005).
18
2.1.3.1.Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun Mantan Menteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan air saja, tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Berbagi kobokan sama saja saling berbagi kuman. Kebiasaan itu harus ditinggalkan. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam membunuh kuman yang menempel di tangan. Gerakan nasional cuci tangan pakai sabun dilakukan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk pengendalian risiko penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti diare dan penyakit kecacingan (Lestari 2008). Sama halnya dengan Erman (2007) yang mengatakan bahwa, untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut: sabun antiseptic, air bersih dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil yang maksimal disarankan mencuci tangan selama 20-30 detik (Wati 2010).
19
2.1.3.2.Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak orang tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke kamar mandi. Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh mereka atau dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan system pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E.coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, diare (Lestari 2008).
2.1.3.3.Cara Mencuci Tangan dengan Benar Mencuci tangan dengan air dan sabun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Gambar 1. Cuci tangan memakai sabun (WHO 2013)
20
1.
Rata sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan.
2.
Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan.
3.
Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan.
4.
Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci.
5.
Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan kanan, lakukan juga pada tangan satunya.
6.
Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan kiri, lakukan juga pada tangan satunya kemudian bilas.
7.
Setelah selesai mencuci tangan keringkan menggunakan handuk kertas atau pengering udara.
Gambar 2. 6 Langkah Cuci Tangan (WHO 2013)
21
2.1.4. Sabun Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk (2005), komponen utama pembuatan sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 – C18 dan garam sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium (NaOH) dikenal dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft soaps. Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk 2005).
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah Anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun. Pada masa ini terjadi pertumbuhan biologis, kognitif, psikososial dan spiritual serta mengalami banyak perubahan fisik dan mental ( Betz 2002). Anak usia prasekolah biasanya mengikuti program pra sekolah misalnya kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak (Padmonodewo 2003).
22
Anak usia pra sekolah memainkan peranan penting mengenai citra tubuhnya. Mereka mengenali perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan ras. Mereka menyadari makna kata “ cantik”, ataupun “ jelek “. Anak mulai membandingkan postur tubuh dengan teman sebaya dan bisa membandingkan apakah mereka tinggi, pendek, kecil atau terlalu besar, anak yang memiliki citra tubuh tidak sempurna akan merasa malu (Wong 2008). Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak mampu memakai pakaianya sendiri, Naik turun tangga, memasang manik-manik besar, membuka kancing depan dan samping, memanjat dan melompat, Bermain lompat tali dengan cukup baik, melempar bola dengan cukup baik, menggunting gambar sederhana, mengikat tali sepatu, memukul kepala paku dengan palu, dapat menulis namanya sendiri dan orang lain, bermain bersama teman sebaya, mampu menggunakan garpu dan pisau (Betz 2002). Perkembangan perilaku sosialisasi pada anak usia pra sekolah yaitu anak selalu memandang orang tua sebagai figur yang terpenting, bersifat posesif : ingin maunya sendiri, mampu bekerjasama dengan teman sebaya dan orang dewasa sehingga dalam melakukan kebiasaan sehari-hari anak selalu menirukan kebiasaan
orang tua dan model peran dewasa lainnya.
Sementara perkembangan moral anak usia pra sekolah yaitu anak melihat aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi negatif dilihat sebagai hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai dan anak
23
selalu melihat orang tua sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar dan salah sehingga anak mulai mendalami proses pengertian benar dan keliru (Padmonodewo 2003).
2.1.5.1.Ciri-Ciri Anak Usia Pra Sekolah Menurut Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak. 1.
Ciri Fisik Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. a.
Anak dengan prasekolah umumnya sangat aktif. mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu dibawah pengawasan (Padmonodewo 2003).
b.
Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila dia tidak terampil. jauhkan dari sikap membandingkan lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi ketrampilan (Padmonodewo 2003).
24
2.
Ciri Sosial Anak prasekolah mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
3.
Ciri Emosional Anak pra sekolah mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
4.
Ciri Kognitif Anak prasekolah
umumnya sudah terampil
berbahasa,
sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik (Padmonodewo 2003).
25
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak Soetjiningsih
(1998),
mengemukakan
bahwa
semua
tugas
perkembangan anak usia 4-5 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi: 1. Perilaku Sosial Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi
dan berinteraksi
dengan
lingkungan misalnya,
membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan sendiri (Soetjiningsih 1998). 2. Gerakan Motorik Halus Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot terkecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia (Soetjiningsih 1998). 3. Bahasa Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat besar-kecil (Soetjiningsih 1998).
26
4. Gerakan Motorik Kasar Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan (Soetjiningsih 1998).
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain (Supartini 2004) : 1. Keturunan Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan perilaku pada aktu orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungan.
27
2. Faktor Neuroendokrin Penelitian
menunjukan
kemungkinan
adanya
pusat
pertumbuhan dalam region hipotalamik yang bertanggng jawab untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetik.
Beberapa
hubungan
fungsional
diyakini
diantara
hipotalamus dan system endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan. 3. Nutrisi Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling penting pada pertumbuhan. faktor diit mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan efeknya ditunjukan pada cara yang beragam dan rumit, selama masa bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan kalori relative besar dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. 4. Hubungan Interpersonal Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan terutama dalam perkembangan
emosi,
intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang sedang berkembang
tetapi
luasnya
rentang
kontak
penting
pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.
untuk
28
5. Tingkat Sosial Ekonomi Tingkat
sosial
ekonomi
keluarga
mempunyai
dampak
signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari kelas atas dan menengah mempunyai tinggilebih dari anak keluarga dengan strata ekonomi rendah. keluarga dari sosioekonomi rendah kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak. 6. Penyakit Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom (syndrome turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis dan berbagai gangguan lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan. Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan memberi efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan. 7. Bahaya Lingkungan Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan keamanan. Cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya
29
lingkungan dan berkaitan dengan usia dapat menimbulkan bahaya karna ketidakmampuan fisik. 8. Stress pada Masa Kanak-Kanak Meskipun semua anak mengalami stress beberapa anak muda tampak lebih rentan dibanding yang lain. Usia anak temperamen situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan reaksi dan kemampuan mereka mengatasi stress. Orang tua dapat mencoba untuk mengenali tanda stress untuk membantu anak menghadapi stress sebelum menjadi berat. 9. Pengaruh Media Massa Media dapat member pengaruh besar pada perkembangan anak, media memberi anak suatu cara untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Anak dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang digambarkan dalam materi bacaan, film, video dan program televisi serta iklan.
30
2.2. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi · · · · · ·
Pengetahuan Sikap Kepercayaan Keyakinan Nilai-nilai Motivasi
Faktor Enabling · ·
Lingkungan Fisik Sarana-sarana Kesehatan
Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
Faktor Reenforcing Anak Usia Pra Sekolah ·
Peran Orangtua
· · · ·
Skema 1. Kerangka Teori
Fisik Sosial Emosional Kognitif
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode observasional yaitu mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo (Dharma 2011).
3.2.
Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua anak-anak murid A kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.2.2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, A aziz Alimul 2007). Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A
31
32
kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.2.3. Tehnik Sampling Teknik penggunaan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono 2013). Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.3.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat / lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmojo 2003). Penelitian dilakukan di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo dan penelitian dilakukan selama 1 bulan dari tanggal 1 Mei sampai 31 Mei 2014.
3.4.
Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
3.4.1. Variabel Variabel adalah karakteritik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, A aziz Alimul 2007). Dalam peneltian ini hanya ada satu variabel terikat (dependen) yaitu peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar memakai sabun merupakan suatu tindakan untuk melakukan hidup bersih dan sehat.
33
3.4.2. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Variabel Peran orang tua dalam memotivasi anak cuci tangan
3.5.
Definisi Operasional Seperangkat aktifitas orang tua untuk mengajarkan kebiasaan mencuci tangan kepada anak guna mencegah penularan penyakit.
Alat Ukur Menggunakan Kuesioner yang terdiri dari 24 item pertanyaan dengan skala likert dikategori untuk jawaban 4= selalu 3= sering 2=kadang 1= tidak pernah
Indikator Skor Penilaian Peran i. Kategori Orangtua baik skor ≥84 ii. kategori sedang skor 5684 iii. kategori skor ≤56
Skala Ordinal
Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2011). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah closedended questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Penelitian ini menggunakan 1 jenis kuesioner sesuai dengan 1 variabel. Kuesioner mengadopsi dari penelitian Muhamad Marjuandi pada tahun 2011 yaitu kuesioner peran orangtua dalam memo-
34
tivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun dengan penelitian yang berjudul “Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak PraSekolah di TK Assalamah Ungaran Kabupaten Semarang” (Nursalam 2011).
3.5.2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Pada penelitian kuantitatif, peneliti harus melaksanakan lima tugas dalam proses pengumpulan data. Tugas tersebut berhubungan dan dilaksanakan secara simultan, dengan kata lain tidak secara berurutan. Tugas tersebut meliputi : memilih subjek, mengumpulkan data secara konsisten, mempertahankan pengendalian dalam penelitian, menjaga integritas atau validitas, dan menyelesaikan masalah (Nursalam 2011). Secara metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data, diantaranya : Observasi, Wawancara, Angket, Studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan cara pengumpulan data dengan angket yaitu teknik
pengumpulan
data
melalui
penyebaran
kuesioner
(daftar
pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum (fathoni 2006). Dalam penelitian ini adalah melakukan observasi pada seluruh anak
35
murid A kelas besar dan memberikan kuesioner kepada orangtua murid di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
3.6.
Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1. Uji Validitas Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur yang hendak diukur maka akan dilakukan uji validitas. Uji instrumen ini akan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Arikunto 2002). Nilai kritis r tabel
dengan n = 20 pada taraf
signifikansi 5% adalah 0,444 (Sugiyono 2005). Validitas instrumen diuji cobakan pada 20 orang yang diambil secara acak dan memenuhi kriteria sampel penelitian, yang mana akan diujikan di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Adapun ketentuan pengujiannya yaitu jika nilai rhitung > rtabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid (Sugiyono 2008). Untuk nilai rtabel dimana n=20, pada taraf signifikan 5% adalah 0,444.
3.6.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono 2003). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini. menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji instrumen ini dikatakan reliabilitas jika r hitung atau hasil nilai alpa lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel untuk N=20
36
maka nilai df: N - 2 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,468 (Arikunto 2002).
3.7.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data Etika penelitian menurut Hidayat (2011), terdiri dari 4 macam yaitu: 1. Pengecekan Data (Editing) Yaitu memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Pemberian Kode Data (Coding) Yaitu memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data menggunakan komputer. 3. Pemprosesan Data (Entering) Yaitu langkah memasukkan data yang telah di kumpulkan ke dalam data komputer,kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 4. Analisa Data (Analiting) Dalam
melakukan
analisis
terhadap
data
penelitian
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang dianalisis. Data yang telah dikumpulkan pada saat penelitian kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
37
3.6.7. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan karaktristik setiap variabel (Widyasari dan Anik 2010). Penelitian ini menggunakan katagori penilaian selalu, sering, kadangkadang dan tidak pernah sehingga hasilnya akan tersaji dalam bentuk distribusi frekuensi.
3.7.
Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian seorang peneliti harus menerapkan etika penalitian (Hidayat 2011).
3.7.1. Persetujuan Riset (informed concent) Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, jika responden
bersedia
maka
mereka
harus
menandatangani
lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
3.7.2. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya, semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
38
3.7.3. Tanpa Nama (Anonimity) Merahasiakan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau penelitian yang akan disajikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan data yang diambil selama 7 hari penelitian yaitu pada tanggal 5 mei 2014 sampai 12 mei 2014 dengan 20 responden yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1.
Gambaran Penelitian TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu TK terbesar yang berada di wilayah Polokarto. Siswa-Siswi yang sekolah di TK tersebut dikelompokkan berdasarkan usia. Rata-rata jumlah siswa satu kelas 20 anak dengan usia yang berbeda. Usia 4-5 di kelas yang lebih kecil dan 5-6 di kelas yang lebih besar, jumlah kelas secara keseluruhan di TK Aisyiyah sebanyak 8 kelas. Setiap siswa diijinkan istirahat pada pukul 08.30 WIB. Pintu gerbang Sekolah selalu ditutup ketika jam masuk tiba, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan anak. Fasilitas yang ada di sekolah antara lain adalah tempat mencuci tangan masih di kamar mandi dan belum ada tempat khusus untuk mencuci tangan. Kondisi kamar mandi tampak bersih dan airnya jernih. Lantai kamar mandi tidak tampak licin, anak-anak sering ke kamar mandi tanpa melepas sepatu.
39
40
4.2.
Karakteristik Responden
4.2.1. Usia Ibu Karakteristik ibu berdasarkan umur diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Umur 28-33 tahun 34-40 tahun 41-47 tahun Total
Jumlah 9 7 4 20
Persentase (%) 45,0 35,0 20,0 100
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas usia ibu di TK Aisyiyah Blimbing adalah antara 28-33 tahun dengan jumlah 9 orang (45%). 4.2.2. Pendidikan Ibu Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Pendidikan SD SMP SMA PT Total
Jumlah 7 9 2 2 20
Persentase (%) 35,0 45,0 10,0 10,0 100
Pada Tabel 4.2 diatas karakteristik ibu berdasarkan pendidikan diketahui bahwa mayoritas ibu mempunyai tingkat pendidikan SMP, yaitu sebanyak 9 orang (45%).
41
4.2.3. Pekerjaan Ibu Karakteristik ibu berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Pekerjaan Wiraswasta IRT Total
Jumlah 3 17 20
Persentase (%) 15,0 85,0 100
Pada Tabel 4.3 diatas bahwa karakteristik ibu berdasarkan pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (85 %). 4.2.4. Jenis Kelamin Anak Karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Jumlah 8 12 20
Persentase (%) 40,0 60,0 100
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin anak di TK Aisyiyah laki-laki sebanyak 12 orang (60,0%) dan perempuan sebanyak 8 anak (40%), sehingga mayoritas adalah jenis kelamin laki-laki.
42
4.2.5. Usia Anak Karakteristik anak berdasarkan usia diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Usia Anak 5 6 Total
Jumlah 6 14 20
Presentase (%) 30,0 70,0 100
Pada Tabel 4.5 diatas bahwa karakteristik anak berdasarkan usia di TK Aisyiyah adalah anak usia 6 tahun berjumlah 14 anak (70%).
4.3.
Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Hasil analisis adalah sebagai berikut : Hasil analisis peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Distribusi Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun di TK Aisyiyah Blimbing Tahun 2014 (N=20) Kategori Peran Baik Sedang kurang Total
Jumlah 2 16 2 20
Presentase (%) 10,0 80,0 10,0 100
Pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas penelitian yang telah dilaksanakan pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun. Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 sampai 12 Mei 2014 dengan jumlah sebanyak 20 responden.
5.1.
Karakteristik Responden
5.1.1. Usia Ibu Motivasi orangtua terhadap anak dalam mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun pada penelitian ini ditemukan pada sebagian besar ibu dengan usia 28-33 tahun. Menurut Ma’ruf (2006) usia 28-33 tahun merupakan kelompok usia dewasa muda. Menurut Sadli (2010) usia dewasa muda paling benyak tersentuh dan menyentuh perubahan sosial yang sedang berlangsung. Mereka juga kelompok yang dijadikan sasaran program pembangunan, seperti program kesehatan, gizi, dan program Keluarga Berencana (KB).
43
44
Orangtua dengan usia dewasa muda akan lebih mudah membimbing atau mengarahkan anak-anak mereka dalam menjaga kesehatan. Orangtua akan menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan anak mereka khususnya dimulai dari hal kecil, seperti mencuci tangan menggunakan sabun.
5.1.2. Pendidikan Ibu Pada penelitian ini mayoritas ibu dari anak-anak TK Aisyiyah berpendidikan SMP (sekolah menengah pertama). Akhir tamatan SMP ini lebih mempunyai wawasan luas dibanding mereka yang hanya tamat sekolah dasar (SD). Pengetahuan yang mereka miliki salah satunya akan menuntun anak-anak mereka menuju kehidupan yang sehat, karena orangtua telah berlandaskan pada ilmu-ilmu dasar terkait masalah kesehatan yang didapatkan pada pembelajaran di SMP.
5.1.3. Pekerjaan Ibu Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan orangtua dari anak-anak di TK tersebut mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 7 orang (85 %). Pekerjaan ibu rumah tangga yang cukup padat terkadang membuat ibu kurang memperhatikan anak-anaknya pada dalam menjaga kesehatan, khususnya dalam hal mencuci tangan setelah anak melakukan aktivitas tidak terlalu diperhatikan.
5.1.4. Jenis Kelamin Anak
45
Jenis kelamin anak di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo mayoritas adalah laki-laki dengan jumlah 12 anak (60 %). Anak laki-laki kebanyakan bermain diluar rumah sehingga akan mudah kotor dalam aktivitasnya. Orangtua yang memperdulikan anaknya dalam menjaga kesehatan akan memberikan motivasi bagi anak-anak mereka dalam mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah anak melakukan aktivitas yang kotor.
5.2.
Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Hasil penilitian menunjukkan bahwa hampir semua orangtua memiliki peran motivasi sedang pada anak. Orangtua yang masuk pada kategori motivasi sedang yaitu 16 responden (80 %). Menurut Masrukhin dan Waridin (2004) Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Peran motivasi orangtua kepada anak termasuk motivasi sedang hal ini dipengaruhi oleh usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak. Hal-hal tersebut yang akan merubah sikap atau tingkah laku orangtua dan anak-anak mereka dalam menjaga kesehatan sehari-hari.
46
Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua dalam memotivasi anak untuk memcuci tangan memakai sabun rata-rata dipengaruhi karena tingkat pendidikan orang tua hanya sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak (45 %), dengan tingkat pendidikan SMP maka tingkat pengetahuan orang tua dapat mempengaruhi dalam peran memotivasi anak untuk mencuci tangan dengan menggunkan sabun. Selain pendidikan orang tua dengan lulusan tingkat SMP rata-rata bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak (85 %). Dengan pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah tanggga maka waktu bersama anak lebih banyak sehingga orangtua mampu memperhatikan anaknya dalam menjaga kesehatan seperti halnya mencuci tangan supaya terhindar dari penyakit seperti diare. Selain memiliki nilai positif juga memiliki nilai negatif yaitu ibu hanya berinteraksi dengan sesama ibu yang memiliki pekerjaan yang sama sehingga tingkat pengetahuaan ibu hanya biasa dan tidak ada perubahan dalam pengetahuan. Peran orangtua yang konsisten terhadap perilaku hidup sehat akan ditiru oleh anak kemudian menjadi kebiasaan atau kepribadian anaknya. Para orangtua sering kali mempraktekan kebiasaan lama mereka yaitu bermain bebas dengan alam, namun jarang ada penyakit yang menghinggapi dirinya dan ini dipraktekan pula oleh anaknya. Peran orangtua sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
menjadikan
baik
atau
buruknya
menanamkan peran motivasi pada anaknya.
perilaku
orangtua
dalam
47
Mencuci tangan memakai sabun merupakan salah satu kebiasaan yang tercakup dalam perilaku hidup bersih sehat. Meski terkesan simpel namun mencuci tangan dengan sabun memiliki manfaat yang sangat besar. Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan yang kotor dapat dicegah dengan mencuci tangan memakai sabun. Berkaitan dengan penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa peran orangtua dalam memotivasi pada anak terutama adalah kebiasaan mencuci tangan. Semakin baik peran orangtua terutama dengan keteladanan,
pendidikan
akan
pentingnya
kesehatan
dan
serta
menyediakan saran atau fasilitas penunjang maka akan semakin baik pula anak dalam menerapkan kebiasaan untuk mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun setiap sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
5.3.
Keterbatasan Penelitian Kendala penelitian yaitu dalam pemberian kuesioner tidak secara langsung diberikan kepada orangtua siswa. Alat penelitian atau kuesioner diberikan kepada kepala sekolah untuk diberikan siswa dan dibawa pulang agar kuesioner diisi oleh orangtuanya. Ketidak ada pertemuan dengan orangtua mempengaruhi jawaban yang akan diisikan pada kuesioner. Peneliti tidak mengetahui orang yang mengisi kuesioner tersebut, benarbenar orang tua siswa atau orang lain. Peneliti juga tidak bisa menjelaskan poin kuesioner secara langsung, apabila orangtua siswa kurang paham terhadap sebagian kuesioner yang diberikan. Peniliti juga tidak melakukan uji
48
validitas dan uji realibilitas karena kuesioner yang digunakan untuk melakukan penelitian mengabdopsi dari penelitian Marjuandi pada tahun 2011 yang berjudul “Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak PraSekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten Semarang” selain itu kuesioner juga sudah teruji validitasnya.
BAB VI PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 6.1.
Kesimpulan
6.1.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %). 6.1.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun dipengaruhi oleh peran orangtua dalam membimbing anak dalam menjaga kesehatannya. 6.1.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orangtua dalam memotivasi anak merupakan kewajibannya dalam membimbing dan menjaga kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun.
49
50
6.2.
Saran Saran dalam penelitian ini antara lain adalah :
6.2.1. Instansi Pendidikan Instansi pendidikan hendaknya menambah bahan referensi tambahan khususnya dalam menjaga perilaku hidup bersih sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi muridnya. 6.2.2. Masyarakat Masyarakat hendaknya menjaga perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, Orangtua dapat mempertahankan peran tersebut, sehingga kesehatan anak terjaga dengan baik. 6.2.3. Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya diharapkan kuesioner dapat diberikan secara langsung pada orangtua siswa tanpa melalui perantara orang lain. Peneliti lain juga dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua siswa terkait penelitian yang dilakukan. 6.2.4. Perawat Perawat perlu untuk memaksimalkan perannya sebagai pendidik secara langsung dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan pada orangtua dan masyarakat pada umumnya tentang perilaku hidup bersih sehat.
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Michael, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia: A Handbook Of Human Resource Management. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Arthur, 2006, Peran Aktivitas Pengasuhan Pada Pembentukan Perilaku Anak Sejak Sejak Usia Dini: Kajian Psikologis Berdasarkan Teori Sistem Ekologis. Journal of Child Psychology and Psychiatry. Betz, Cecili 2002, buku saku keperawatan pediatri Ed.3, EGC, Jakarta. Cutler, Ron. 2010. Promoting Hygiene in Schools : Breaking The Chain of Infection. Journal of School Nursing. Desiyanto, F, A & Djannah, S, N, 2013, Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, No. 2. Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur : CV Trans Info Media. Hasibuan, Malayu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hidayat, A, A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data, Jakarta: Salemba Medika. Friedman, M. 2002, Keperawatan keluarga: teori praktek, Edisi ketiga, Jakarta: Salemba Medika. Kirk, 2005, ‘Kajian Pengaruh Kosentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan’, Skripsi, Fakultas Tehnologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Lestari, D, 2008, ‘Efektivitas Metode Expository Teaching Terhadap Perilaku Mencuci Tangan dengan Menggunakan Sabun’, Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata Malthis, R.L dan Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat.Jakarta.
Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. EKOBIS. Vol 7. No.2. Hal: 197-209. Maulani, dkk. 2005. Panduan Orang Tua Dalam Menjaga Dan Merawat Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaaknya. Jakarta: Gramedia. Ma’ruf, H, 2006, Pemasaran Ritel, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Kedua Marjuandi, M, 2011, ‘Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak PraSekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten Semarang’, Skripsi, Stikes Ngudiwaluyo Ungaran. Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. rineka Cipta. Nototatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo. 2010. Perilaku Kesehatan. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2011. Buku Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Patmonodewo, S. 2003. Pendekatan Anak Pra Sekolah. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Rineka cipta. Padmonodewo, Soemiarti 2003, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta. Rice. 2001. Keluarga Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak. Bandung : Prioner Jaya. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta Riyanti, E. 2008. Pengenalan Dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. http://www.google.co.id Robbins, Stephen. P. dan Mary Coulter. 2005. Manajemen. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Sadli, S, 2010, Pemikiran Tentang Kajian Perempuan, Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. alfabeta. Bandung. Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC. Supartini, Y. 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC. Tazrian, 2011, ‘Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Pakai Sabun Menggunakan Media Film Terhadap Perubahan Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Usia Sekolah’. Tugas Akhir, Universitas Airlangga Surabaya. Widnaningsih. 2005. Peran Orang Tua Bagi Anak. http://pikiran rakyat.com/anak. Wati, Nur. 2010. ‘Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada Siswa Kelas V Di SDN Bulukantil Surakarta’, KTI, Universitas Sebelas Maret Surakarta. WHO 2013, Enam Langkah Cuci Tangan, Diakses 8 Januari 2014, http://www.who.int Wong, et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6, EGC, Jakarta. Wong, L.D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.