GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG MAKANAN PENDAMPING (MP) ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI KELURAHAN CIPAGERAN DAN CITEUREUP CIMAHI UTARA PERIODE MARET-MEI 2008 Yusti Meliana, Budiman, Yeni Rohayeni ABSTRAK Latar Belakang: Tidak terselenggaranya program ASI Eksklusif dipengeruhi oleh adanya pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan sebelum bayi berumur 6 bulan. Adanya pemberian MP ASI dini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti belum optimal dan belum komprehensifnya penerangan dan penyuluhan tentang kapan dan bagaimana sebaiknya MP ASI itu diberikan. Selain itu kebiasaaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada masyarakat juga memicu tidak terlaksananya ASI eksklusif. (Ainy , 2003) Berdasarkan data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan. (SDKI, 2002-2003) Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang MP ASI berdasarkan karakteristik di kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara. Metodelogi Penelitian: Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif. Pengambilan sample menggunakan tekhnik total sampling dimana sampel yang diambil yaitu seluruh bidan sebanyak 20 orang.Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer yang dengan menggunakan angket dengan alat ukur kuesioner. Hasil penelitian: dari hasil penelitian yang diperoleh, pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik, sikap bidan tentang MP ASI sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif, pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (61,1%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3 ,pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun. Kesimpulan: pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik, sikap bidan sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif, pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (61,1%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3 ,pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun Kata kunci : Makanan Pendamping ASI, Deskriptif Kepustakaan: 19 (1997-2007) A. PENDAHULUAN ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat menyusui/memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. (Wahyuni,2005)
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
18
Manfaat ekonomi pemberian ASI bagi keluarga adalah mengurangi biaya pengeluaran terutama untuk membeli susu. Lebih jauh lagi, bagi negara pemberian ASI dapat menghemat devisa negara, menjamin tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, menghemat subsidi biaya kesehatan masyarakat, dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik sebagai bahan peralatan susu formula (botol dan dot). Dengan demikian menyusui bersifat ramah lingkungan. (Wahyuni,2005) Mengingat besarnya manfaat ASI bagi bayi, keluarga, masyarakat, dan negara maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI). Selama ini upaya PP-ASI telah dilaksanakan, namun masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. (Wahyuni, 2005) Tidak terselenggaranya program ASI Eksklusif juga dipengeruhi oleh adanya pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan sebelum bayi berumur 6 bulan. Adanya pemberian MP ASI dini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti belum optimal dan belum komprehensifnya penerangan dan penyuluhan tentang kapan dan bagaimana sebaiknya MP ASI itu diberikan. Selain itu kebiasaaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada masyarakat juga memicu tidak terlaksananya ASI eksklusif (Ainy , 2003) Berdasarkan data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan (SDKI, 2002-2003) Terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam pemberian ASI (terutama ASI Eksklusif), sehingga terjadi pemberian makanan pendamping ASI sebelum waktunya diantaranya dengan adanya perilaku menyusui yang kurang mendukung misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan kotor. Selain itu, masih banyak diantara masyarakat yang beranggapan bahwa kolosrum adalah air susu yang kotor sehingga tidak layak dikonsumsi oleh bayi. Pemikiran yang tidak benar seperti ini harus sesegera mungkin di rubah karena kolostrum merupakan bagian dari ASI yang paling banyak menyimpan zat-zat penting yang diperlukan bagi pertumbuhan bayi. Untuk itu, pensosialisasian kolostrum dan kandungan ASI harus lebih ditingkatkan. (Ainy , 2003) Pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar masih terjadi dikalangan masyarakat, ini juga didukung dengan adanya berbagai kepercayaan dan mitos seputar pemberian makanan pada bayi baru lahir masih masih dilakukan oleh sebagian masyarakat sehingga pemberian ASI tertunda dan dapat menyebabkan ASI tidak keluar. Kurangnya rasa percaya diri ibu dalam menysusui bayinya faktor psikis dapat mendukung tercapai dan tidaknya dalam pemberian ASI . kondisi psikis yabg tidak baik pada ibu dapat menghambat produksi ASI sehingga asupan ASI bagi bayi tidak terpenuhi sepenuhnya. (Ainy , 2003)
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
19
Pada negara berkembang, terjadi fenomena dimana wanita aktif dalam karir, setelah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula secara dini, sehingga menggeser/menggantikan kedudukan ASI. Hal ini diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997 jumlah pekerja wanita adalah 34,33 juta jiwa dengan angka pertumbuhan sebesar 4,76% (1998), sementara angka pertumbuhan pekerja pria pada tahun yang sama adalah 2,70%. (Ainy , 2003) Selain faktor yang berasal dari masyarakat, tidak sedikit program dan tindakan salah berasal dari tenaga kesehatan sendi seperti gencarnya promosi susu formula dan makanan pendamping ASI, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media, bahkan dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu. Sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan PPASI. Faktor lain penghambat pemberian ASI berasal dari petugas kesehatan sendiri yang kurang mendukung program pemberian ASI. Lemahnya perencanaan terpadu dalam program PP-ASI. Berbagai program yang terkait dengan peningkatan mutu pemberian ASI tidak terlaksana sesuai dengan tujuan utamanya. Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari kegiatan PP-ASI di tingkat pelayanan maupun di masyarakat. (Ainy , 2003) Maka dari itu, peran serta pemerintah agar terciptanya program ASI Eksklusif dapat terselenggara dengan baik perlu ditingkatkan lagi. Dan kesadaran masyarakat tentang hal ini masih minim sehingga kasus pemberian MP ASI Dini masih ada dan berpengaruh pada peningkatan dan pertumbuhan BB yang tidak maksimal. Dalam hal ini, bidan selaku indikator utama yang melayani kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak sangat berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup ibu dan anak. Bidan dikatakan profesional, apabila memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkalkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan mendekatkan pelayanan pada masyarakat sedemikian besarnya. Diantaranya dengan lebih meningkatkan lagi pendidikan khususnya kebidanan dengan pengharapan bahwa dengan peningkatan ini, meningkat pula wawasan dan pengetahuan bidan sehingga dalam sikap dan pelayanannya, bidan akan lebih maksimal lagi sehingga taraf kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak akan berada pada level yang lebih baik lagi ( IBI, 2001). Dari beberapa pengkajian yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan dan juga WHO terkait dengan pendayagunaan bidan dan kemampuannya telah diperoleh informasi bahwa bidan dan perawat menempati jumlah lebih dari 40% dari keseluruhan tenaga kesehatan di Indonesia, ini membuktikan bahwa profesi tenaga kesehatan menjadi tonggak utama keberhasilan tercapainya tingkat kesehatan masyarakat. Hampir semua bidan tingkat pendidikannya belum profesional, ini dibultikan dengan masih banyaknya bidan Lulusan DI yang masih aktif memberikan
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
20
pelayanan, dan ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan pendidikan seorang bidan minimal D III untuk dapat melakukan pelayanannya. Bidan yang bekerja dirumah sakit dan puskesmas kurang lebih 40-60% merasa tidak adekuat dalam melaksanakan keterampilan klinik kebidanan, ini dipengaruhi oleh kebijakan yang tertera di tempat kerja masing-masing yang tidak sesuai dengan kurikulum terbaru sehingga mempengaruhi pada pelayanan dan hasil dari asuhannya itu sendiri.Pelatihan-pelatihan yang diterima oleh bidan masih dirasakan sangat kurang. Kurangnya berbagai macam pelatihan menyebabkan tidak berkembangnya kompetensi bidan dan ketidakprofesionalan dalam memberikan pelayanan dan asuhan. (Bambang, 2003) Pada pengambilan data yang dilakukan pada bulan November 2007 di 4 RW yang berada di kawasan kelurahan Cipageran, didapatkan di daerah RW 05 : 39,2 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 187 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 60,8 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan/ sedangkan untuk RW 09 : 33,4 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanayk 155 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 66 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan. Untuk RW 11 : 35,8 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 163 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 64,2 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan, dan pada daerah RW 12 : 47,4 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 166 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 52,6 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang MP ASI Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara Periode Maret – Mei 2008”. B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002). Jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang MP ASI berdasarkan karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara. 2. Paradigma Penelitian Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang melakukan tindakan yang benar dalam kehidupannya. Pengetahuan yang didasari
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
21
dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif sehingga akhirnya tumbuh suatu bentuk prilaku yang diharapkan (Notoatmojo, 2003). Perkembangan pendidikan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan. Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat semakin tinggi terhadap pelayanan kebidanan yang bermutu, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat, dan perkembangan IPTEK, serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan satu pola pendidikan bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalismenya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.(Notoatmojo, 2003). Sikap mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan dan program didalam pelayanan kesehatan. Semakin bijak keputusan tenaga kesehatan dalam pengambilan keputusan, semakin berkualitas pula kinerja tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan. Atas dasar itulah peneliti mengharapkan bahwa dengan dilakukannya penelitian ini dapat membentuk pribadi yang utuh dan sesuai dengan pengharapan yang akan menjadikan kehidupan lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas, penelitian menyimpulkan kerangka penelitian sebagai berikut : Pengetahuan Perilaku Tenaga Kesehatan (Bidan)
Sikap
Karakteristik
Keterangan : : diteleti : tidak diteleti Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
22
3. Definisi Operasional Tabel 1.Definisi Operasional dan Cara Pengukuran No
Variabel
1
Pengetahuan
2
Sikap
3
Umur
4
Pendidikan
5
Lama kerja
Definisi Konseptual Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003) Umur adalah lama waktu seseorang manusia hidup atau seorang manusia itu ada Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran Masa kerja adalah hitungan lamanya pegawai dalam bekerja di prusahaan. (BKN, 2002).
Definisi Alat Operasional Kumpulan Kuesinor informasi yang didapatkan oleh tenaga kesehatan tentang MP ASI
Penilaian terhadap sesuatu yang dianggapnya benar berkaitan dengan MP ASI
Kuesinor
Usia responden sampai ulang tahun terakhir
Kuesinor
Jenjang sekolah responden sampai wawancara Lama waktu yang
Kuesinor
Kuesinor
Kategori
Skala
1. Baik = bila Ordinal jawaban benar > 75 % 2. cukup = bila jawaban benar 60 - 75 % 3. kurang = bila jawaban < 60 1. Negatif < median 2. Positif > median Ordinal
1. 18-40 th 2. 41-60 th 3. > 61 tahun
1. D1 2. D3 3. D 4 1. < 3 tahun 2. 3-6 tahun 3. 6-9 tahun 4. > 9 tahun
Ordinal
Ordinal
Ordinal
4. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah Bidan yang berada di wilayah kerja Kelurahan Cipageran dan Citeureup kecamatan Cimahi Utara yang berjumlah 20 orang. Dengan sampel adalah total populasi. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik total sampling dimana sampel yang diambil yaitu seluruh bidan yang ada di wilayah kerja Kelurahan Cipageran dan Citeureup Kecamatan Cimahi Utara, dengan waktu penelitian yaitu pada bulan Maret- Mei 2008.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
23
5. Tekhnik Pengambilan dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer menggunakan angket yang didalamnya berisi 20 pertanyaan seputar pengetahuan tentang MP, dan untuk variabel sikap berisi 10 pernyataan tertutup yang diberikan kepada responden. Untuk mengetahui apakah pertanyaan tersebut dapat digunakan atau tidak, maka dilakukan uji pertanyaan dengan melakukan uji validitas dan Reabilitas. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan untuk menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan menghasilkan distribusi frekuensi serta prosentase dari tiap variabel.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pengetahuan dan sikap bidan terhadap MP ASI berdasarkan karakteristik di Kelurahan Cipageuran dan Citeureup Cimahi. Penelitian dilakukan pada 20 responden dengan hasil sebagai berikut : 1. Gambaran Umur, Pendidikan dan Lama Kerja Bidan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Karakteristik 1. Umur a. 18-40 tahun b. 41-60 tahun 2. Pendidikan a. D3 b. D4 3. Lama kerja a. < 3 tahun b. 3-6 tahun c. 6-9 tahun d. >9 tahun Jumlah
Jumlah
Persentase
16 4
80 20
18 2
90 10
1 9 2 8 20
5 45 10 8 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa yang paling banyak bidan berada pada kelompok umur 18-40 tahun yaitu sebanyak 16 orang (80%), sebagian besar responden tingkat pendidikannya yaitu D3 sebanyak 18 orang (90%), dan untuk kelompok masa kerja terbanyak yaitu pada kelompok 3-6 tahun sebanyak 3-6 tahun (45%).
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
24
2. Pengetahuan dan Sikap Bidan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Bidan Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Kategori 1. Pengetahuan a. Baik > 75% b. Cukup 60-75 2. Sikap a. Negatif b. Positif Jumlah
Jumlah
Persentase
13 7
65 35
9 11
45 55
20
100
Dari tabel diatas didapatkan persentase pengetahuan terbesar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 13 orang (65%), dan untuk sikap positif berjumlah 11 orang (55%). Hal ini dipengaruhi pula oleh adanya peningkatan jenjang pendidikan bidan yang minimal harus D3, selain itu merebaknya media yang menampilkan informasi tentang Makanan pendamping ASI menambah pengetahuan responden. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Hadi (2007) bahwa dengan pengetahuan seseorang dapat mengubah prilaku yang kurang benar sehingga berpengaruh terhadap kebijakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan untuk peningkatan pelayanan dan pola hidup yang lebih baik dimasyarakat. Pengetahuan yang baik dan terbaru dalam hal penyuluhan tentang MP ASI dari tenaga kesehatan (bidan) kepada masyarakat menunjang terjadi pola hidup yang sehat untuk kesejahteraan ibu dan bayi akan bisa lebih meningkat lagi. Setiap tenaga kesehatan memiliki sikap yang berbeda, bervariasi dan sulit ditebak, dimana setiap individu arah berfikir dan berbagai hal yang dipertimbangkannya memiliki karakteristik yang bervariasi, yang dapat menentukan atau mengarahkan sikap seseorang. Dari hasil penelitian didapatkan hasil dimana perbandingan jumlah bidan yang bersikap positif tidak terlalu jauh dengan bidan yang bersikap negatif. Hal ini berhubungan dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (Notoatmodjo,2003) .
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
25
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2003). Sikap mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan dan program didalam pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan harus bekerja sama secara langsung dengan pembuat pelayanana kesehatan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa dalam program pelayanan ibu dan anak yang membantu atau menghalangi upaya pemberian MP ASI tepat waktu dan menentukan upaya perbaikannya. Keputusan yang dibuat harus berkaitan dengan kebijakan yang meliputi struktur dan fungsi pelayanan kesehatan.
3. Pengetahuan Bidan Berdasarkan Karakteristik Tabel 3. Pengetahuan Bidan Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Pengetahuan Karakteristik 1. Umur 18-40 tahun 41-60 tahun Jumlah 2. Pendidikan D3 D4 3. Lama Kerja < 3 Tahun 3 – 6 tahun 6 – 9 tahun ‘> 9 tahun Jumlah
Baik
Jumlah Cukup
n
%
n
%
N
%
11 2 13
68,8 50 65
5 2 7
31,3 50 35
16 4 20
100 100 100
11 2 13
61,1 100 65
7 0 7
38,9 0 35
18 2 20
100 100 100
1 6 1 3 13
100 89,9 50 37,5 65
0 3 1 5 7
0 11,1 50 62,5 35
1 9 2 8 20
100 100 100 100 100
Dari 16 orang bidan tersebut bidan yang memiliki pengetahuan baik adalah pada umur 1840 tahun sebanyak 11 orang (68,8%), dan terdapat 18 (90%) bidan yang berpendidikan D3 dan 2 bidan (10%) yang berpendidikan D4. Dari 18 bidan yang berpendidikan D3 mempunyai pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 11 orang (61,1%). Dari 20 orang bidan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar bidan berpengalaman kerja 3-6 tahun yang kesemuanya mempunyai pengetahuan baik (89,9%). Umur merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana kesehatan. Bidan yang bertugas rata-rata termasuk masa dewasa dini dan masa dewasa madya yaitu berumur 18 tahun sampai pada umur 60 tahun. Seorang bidan yang berusia
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
26
18 tahun sampai pada umur 40 tahun keadaan fisik dan keadaan berfikirnya masih kuat dan segar, mereka mampu menyerap pengetahuan dan semangat untuk melakukan tugasnya (IBI, 2001). Produktifitas setiap individu terpengaruhi pula oleh tingkat aktifitas dan daya tangkap. Pada rentang waktu 18-40 tahun inilah segala bentuk aktifitas akan semakin aktif dilakukan dengan hasil yang lebih produktif pula. Pengaruh pendidikan yang lebih tinggi terhadap pengetahuan dan sikap menjadi faktor pendukung tercapainya pengetahuan dan sikap yang lebih baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hastono (1997), kematangan intelektual ini berpangaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam kebijakan. Dan menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kesempatan seseorang untuk mendapatkan informasi dan sumber pengetahuan yang lebih banyak dan berkualitas Dari keseluruhan data diketahui bahwa untuk kategori pengetahuan berdasarkan lama kerja secara keseluruhan berada pada kategori pengetahuan yang baik, meskipun ada diantaranya pada salah satu kelompok lama kerja tersebut yang dominan berpengetahuana cukup. Sedangkan untuk kategori sikap, meskipun perbandingan antara kategori positif dan negatif didapatkan hasil yang tidak terlalau besar tetapi sikap positif mendominasi sikap bidan berdasarkan lama kerja. 6.Sikap Bidan Berdasarkan Karakteristik Tabel 4. Sikap Bidan Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Sikap Karakteristik 1. Umur 18-40 tahun 41-60 tahun Jumlah 2. Pendidikan D3 D4 3. Lama Kerja < 3 Tahun 3 – 6 tahun 6 – 9 tahun ‘> 9 tahun Jumlah
Jumlah
Negatif
Positif
n
%
n
%
N
%
7 2 9
43,8 50 45
9 2 11
56,2 50 55
16 4 20
100 100 100
9 0 13
50 0 65
9 2 7
50 100 35
18 2 20
100 100 100
0 5 0 4 9
0 55,6 0 50 45
1 4 2 4 11
100 44,4 100 50 55
1 9 2 8 20
100 100 100 100 100
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
27
Dari tabel diatas, berdasarkan kelompok umur 18-40 tahun terdapat 9 (56,3%) bidan berada pada kategori sikap positif, dan 7 ( 43,8) bidan berada pada kategori sikap negatif. Sedangkan untuk pendidikan bidan D3 sama-sama mempunyai sifat positif dan negative (50%) terhadap MP ASI. Dan dari segi pengalaman, sebagian besar dengan pengalaman 3-6 tahun mempunyai sikap negative 5 bidan (55,6%) terhadap MP ASI, dan 4 bidan (44,4%) mempunyai sikap positif terhadap MP ASI sama besar dengan yang mempunyai pengalaman kerja lebih dari 9 tahun. Pengaruh pendidikan yang lebih tinggi terhadap pengetahuan dan sikap menjadi faktor pendukung tercapainya pengetahuan dan sikap yang lebih baik, hanya saja dari hasil penelitian diatas didapatkan angka yang seimbang dimana dari tingkat pendidikan bidan yang D3 masih terdapat bidan-bidan yang memiliki sikap negatif.
Padahal, diharapkan dengan adanya
peningkatan jenjang pendidikan bidan yang minimal harus berpendidikan D3 tidak terdapat lagi bidan-bidan yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi, hasil ini tidak semata-mata menjadikan citra bidan menjadi buruk, karena sikap merupakan cara pandang seseorang melihat suatu objek dari sudut pandang yang berbeda pada setiap individunya. Nilai pengetahuan yang baik dan sikap yang positif tidak sepenuhnya tergantung dari masa kerja dan pengalaman kerja yang lama, karena perspektif setiap individu tidak hanya didapatkan dari masa kerja yang lama saja melainkan dari berbagai aspek seperti tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan dan pandangan hidup seseorang. Hasil penelitian diatas sesuai dengan PP IBI (2001) bahwa pengalaman kerja seseorang dapat dikaitkan dengan seberapa lama dia bekerja. Semakin lama masa kerja, maka pengalaman yang diperoleh sewaktu bekerja akan semakin baik. Namun kecakapan dan keahlian bidan sebagai tenaga kesehatan profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. Bidan yang profesional menuntut pendidikan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif, efisien dan terstandar .
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan : a. Pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik b. Sikap bidan tentang MP ASI sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, c. Pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
28
d. Pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (61,1%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3 e. Pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyampaikan saran sebagai berikut : a. Diharapkan agar pihak Puskesmas dapat memfasilitasi tenaga kesehatan ( bidan ) dengan informasi terbaru serta mengadakan pelatihan-pelatihan yang akan meningkatkan kinerja pelayanan bidan dan memberikan dorongan bagi bidan untuk selalu meningkatkan tingkat pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. b. Bagi Bidan, diharapkan untuk berperan aktif pada setiap kegiatan pelatihan yang diadakan oleh instansi kesehatan terkait serta berkemauan keras untuk terus menggali pengetahuan baik itu yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informal.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, A., 2003. Pedoman Pemberian MP-ASI, EGC, Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005, Buku Panduan Pemberian MP ASI, Jakarta. Krisnatuti Diah, Yenrina Rina, 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Penerbit : Puspa Swara, Jakarta. Machfoedz, I., 2007, Metodologi Penelitian. Penerbit : Fitramaya, Yogyakarta Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.penerbit Rineka Cipta, Jakarta Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2001, 50 Tahun IBI : Bidan Menyongsong Masa Depan Supartini,2004, Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. WHO, 2000. Hak Asasi dan Pekan ASI Sedunia. Ainy, 2003, Membangun Kasih Sayang Dengan ASI, http ://www.suara karya.com. Wahyuni, Tri,2007, Persiapan Pemberian Makanan Pendamping ASI, http ://www.artikelkesehatan.com
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
29