UNIVERS SITAS INDO ONESIA
APLIIKASI CO OMFORT T THEORY Y KOLCA ABA DALAM MENGA ATASI GA ANGGUA AN RASA NYAMAN N NYERI PADA ANAK DENGAN D KANKER R DI RUA ANG RAW WAT ANA AK NON IINFEKSI
KARYA ILMIAH AKHIR
NI ISWAR RI YEN 099066215333
PROG GRAM NE ERS SPES SIALIS KE EPERAW WATAN AN NAK FAKU ULTAS IL LMU KEP PERAWAT TAN U UNIVERSI ITAS IND DONESIA A DE EPOK, 20112
i Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
UNIVERS SITAS INDO ONESIA
LA AMPIRAN N APL LIKASI CO OMFORT T THEORY Y KOLCA ABA DALA AM MENGA ATASI GA ANGGUA AN RASA NYAMAN N NYERI PADA ANAK DENGAN D KANKER R DI RUA ANG RAW WAT ANA AK NON IINFEKSI
KARYA ILMIAH AKHIR Diiajukan sebaggai salah satuu syarat untuuk mempero roleh gelar Neers Spesialis Keperawatan K n Anak
YEN NI ISWAR RI 099066215333
PROG GRAM NE ERS SPES SIALIS KE EPERAW WATAN AN NAK FAKU ULTAS IL LMU KEP PERAWAT TAN U UNIVERSI ITAS IND DONESIA A DE EPOK, 20112
i Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ABSTRAK Nama : Yeni Iswari Program Studi : Spesialis Keperawatan Anak Judul : Aplikasi Comfort Theory Kolcaba Dalam Mengatasi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Anak dengan Kanker Di Ruang Rawat Anak Non Infeksi”. Karya ilmiah ini menjelaskan tentang aplikasi Comfort Theory (Kolkaba) pada anak dalam pemenuhan rasa nyaman nyeri di ruang non infeksi. Penerapan Comfort Theory Kolkaba ini dilaksanakan pada 5 kasus kelolaan yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman nyeri yang berfokus pada faktor fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Pemenuhan rasa nyaman nyeri sangat penting bagi anak yang di rawat dengan kanker. Tindakan keperawatan untuk memenuhi rasa nyaman tersebut di laksanakan secara mandiri, kolaborasi dan pendidikan kesehatan, sehingga diharapkan klien mencapai rasa nyaman relief, ease, dan transcendence. Ners spesialis keperawatan anak menerapkan tindakantindakan keperawatan pada klien, diperlukan dukungan dan kerjasama yang baik antara tim kesehatan, anak dan orang tua, sehingga pemberian asuhan keperawatan menjadi optimal. Kata kunci : Anak, kanker, nyeri, comfort.
vi
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ABSTRACT Name : Yeni Iswari Study Program: Pediatric Nursing Spesialist Title : The Application of Comfort Theory Kolcaba In reduce pain Children with Cancer in Non-Infectious Pediatric Ward " This final assignment explains about the application of Kolkaba’s Comfort Theory in children with in the fulfillment of a sense of comfort in the pain of noninfectious pediatric ward. Application of Comfort Theory Kolkaba was held on 5 different cases managed to meet the comfort needs of pain that focus on physical factors, psikospiritual, environmental and social. Fulfillment of a sense of comfort is very important for the pain in hospitalized children with cancer. Nursing actions to meet the comfort is carried on independently, collaboration and health education, so expect the client to achieve a sense of comfort relief, ease, and transcendence. Specialist nurses apply the nursing child nursing actions on the client, required the support and good cooperation between the health teams, children and parents, thus providing nursing care to be optimal. Key words: children, cancer, pain, comfort.
vi
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yanng Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat
dan
segala
kebaikannya
sehingga
menyelesaikan tugas menyusun Karya Ilmiah Akhir (KIA)
penulis
dapat
dengan judul “
Aplikasi Penerapan Comfort Theory Kolcaba dalam Mengatasi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Anak dengan Kanker di Ruang Anak Non Infeksi”. Karya ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan Program Ners Spesialis Keperawatan Anak Universitas Indonesia. Penyusunan karya ilmiah akhir ini dapat terlaksana atas bimbingan, bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Untuk itu, penulis meyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp, MN selaku Supervisor Utama yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan untuk kesempurnaan karya ilmiah akhir ini. 2. Ibu Happy Hayati, Ns., Sp.Kep. An selaku supervisor yang juga telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama penyusunan karya ilmiah akhir. 3. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4. Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah menyediakan fasilitas dan dukungan demi kelancaran penyusunan proposal ini. 5. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd., M.A, selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum yang telah memberikan kesempatan dan memberikan motivasi. 6. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan yang tidak terbatas selama penyusunan proposal ini 7. Rekan sejawat dosen Akademi Keperawatan Harum yang telah memberikan bantuan dan semangat. 8. Sahabat-sahabatku kelas anak Program Pasca Sarjana angkatan 2009 atas dukungan, masukan dan semangatnya.
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga kaarya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan.
Depok, Juni 2012
Penulis
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ……….
i
HALAMAN ORISINALITAS ……………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………………
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….
xi
DAFTAR SKEMA …………………………………………………………
xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………
1
1.2 Tujuan …………………………………………………………
7
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………..
7
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI 2.1 Gambaran Kasus………………………………………………
8
2.2 Tinjauan Teoritis …………………………………………….
20
2.2.1 Penyakit Keganasan ……………………………………...
27
2.2.2 Nyeri pada Penyakit Keganasan………………………...
38
2.3 Konsep Family Centered Care pada Penatalaksanaan nyeri …
41
2.4 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses
45
keperawatan……………………………………………………. 2.5 Aplikasi Teori Keperawatan pada kasus Terpilih……………….
51
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI 3.1 Melaksanakan Asuhan Keperawatan ……………………………
85
3.2 Kompetensi Ners Spesialis Keperawatan Anak Secara Umum …
88
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Aplikasi Comfort Theory Kolcaba pada Anak dengan Kanker
92
yang Mengalami Masalah Nyeri ……………………………….. 4.2 Pencapaian Target dalam Praktik Spesialis Keperawatan ………
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
99
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan…………………………………………………………..
101
5.2 Saran………………………………………………………………
102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Struktur Taksonomi Kebutuhan Kenyamanan …………………
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
46
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Patofisiologi Nyeri pada Kanker ………………………….......
30
Skema 2.1 Pain Ladder …………………………………………………... 41 Skema 2.2 Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak ………….
47
Skema 2.3 Patofisiologi Leukemia ……………………………………….
49
Skema 2.4 Integrasi Comfort Theory dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
50
Nyaman Nyeri pada Anak dengan Kanker …………………..
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian
Lampiran 4
Jadual Kegiatan Penelitian
Lampiran 5
Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 6
Kunci Jawaban Kuisioner Pengetahuan
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Kontrak Belajar
Lampiran 2
Laporan Kasus 1
Lampiran 3
Laporan Kasus 3
Lampiran 4
Lampiran Kasus 4
Lampiran 5
Lampiran Kasus 5
Lampiran 6
Proyek Inovasi
xii Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anak adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua, namun tidak semua anak dengan kondisi sehat. Gangguan kesehatan yang terjadi pada masa anak-anak dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, khususnya jika gangguan tersebut terjadi pada anak-anak dengan penyakit keganasan atau kanker. Anak yang menderita penyakit keganasan atau kanker akan mengalami berbagai macam masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis, jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama akan berdampak terhadap kualitas hidup anak dengan kanker.
Kanker merupakan sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak berbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis (Otto, 2005). Kanker dapat terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya sel kanker ke jaringan sekitarnya sambil merusak dan dapat menyebar kebagian tubuh yang lain. (Sukardja, 2007)
Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat terutama bila terjadi pada anak-anak, karena angka insiden dan angka kematiannya terus meningkat terutama di negara berkembang. Berdasarkan data dari Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) meski kanker pada anak lebih sedikit dibandingkan dengan kejadian kanker pada orang dewasa, kejadian kanker pada anak saat ini cenderung meningkat dibandingkan dengan dua dasawarsa lalu. Di Indonesia sedikitnya ada 150.000 anak terkena kanker dari berbagai jenis kanker. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Empat persennya
1 Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
2
(250.000 penderita) adalah anak-anak. Sekitar 10 persen kematian pada anak disebabkan kanker.
Sejalan dengan kemajuan ilmu kedokteran, penyakit infeksi sudah terkendali secara efektif, kanker kini menjadi salah satu penyakit utama yang mengancam jiwa anak. Di negara maju seperti Amerika dan Eropa, kanker berada di urutan kedua setelah kecelakaan sebagai penyebab kematian pada anak (James & Ashwill, 2007; Ball & Bindler 2003). Kanker pada anak dalam hal timbul, berkembang, patologik, klinis, terapi dan prognosis memiliki kekhasan, berbeda jauh dibandingkan tumor pada orang dewasa. Kanker pada anak terpusat pada sistem hematopoetik, sistem saraf pusat dan simpatis serta jaringan mesenkimal; umumnya berasal dari jaringan residif embrional dan mesoderm, timbul dari sel yang belum matur, jarang ditemukan kanker dari epitel (Otto, 2005).
Jenis kanker yang sering ditemukan adalah leukemia, tumor sistem saraf pusat, limfoma maligna, osteosarkoma dan sarkoma jaringan lunak, neuroblastoma, nefroblastoma dan retinoblastoma. Penelitian yang dilakukan oleh Soekimin terhadap anak-anak yang menderita kanker di Medan tahun 2009, didapatkan lima insiden kanker tertinggi yang sering terjadi yaitu leukemia 44,8%, limphoma 8,9%, retinoblastoma 6,8%, neuroblastoma 4,7%, dan NPC 4,2%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang non infeksi RSCM dari bulan Januari sampai April 2012 didapatkan 5 penyakit kanker terbanyak yang dirawat yaitu leukemia 49%, retinoblastoma 25 %, neuroblastoma 7,5%, limfoma non hodgkin 5,6% dan osteosarkoma 5,6%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa insiden terbanyak penyakit kanker pada anak di RSCM yaitu leukemia.
Masalah keperawatan yang sering dialami oleh anak-anak yang menderita penyakit kanker, diantaranya adalah nyeri, masalah nutrisi, kelemahan, infeksi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
3
dan hipertermia (Baradero, 2008). Pada penderita kanker, nyeri merupakan masalah utama yang sering dijumpai (sukardja, 2000).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Sedangkan menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri kanker dapat terjadi akibat invasi langsung dari tumor kedalam saraf, tulang, jaringan lunak, ligamen dan fasia. Nyeri juga dapat terjadi karena distensi dan obstruksi organ. Pengobatan seperti operasi, kemoterapi dan radiasi juga dapat mengakibatkan rasa sakit dengan menyebabkan kerusakan atau cedera pada visera, muskuloskeletal dan jaringan (Desen, 2011).
Nyeri dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang datang secara tiba-tiba, jika tidak ditanggulangi secara benar, nyeri akut bisa berubah menjadi nyeri kronis, oleh karena itu peran perawat adalah memperhatikan gejala nyeri akut sebelum berubah menjadi nyeri kronis yang cenderung sulit disembuhkan. Nyeri akut terjadi secara tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendirinya dan dapat diprediksi serta merupakan reaksi fisiologis akan sesuatu yang berbahaya (Dinisari, 2006). Sedangkan pada nyeri kronis pasien merasakan nyerinya terjadi selama beberapa bulan, tahun atau seumur hidup, dan mungkin memburuk (Fink & Gates, 2006). Dalam kasus kanker, nyeri kronis sering dikategorikan sebagai kronis ganas atau kronis non-ganas.
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat analgetik golongan non opoid maupun opoid, sedangkan intervensi non farmakologis yaitu dengan memberikan stimulasi kutan berupa kompres panas dan dingin, stimulasi saraf listrik trankutan, intervensi perilaku seperti relaksasi, distraksi,
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4
imajinasi/visual, berdoa dan terapi bermain. Perawat dapat melakukan penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis secara bersamaan untuk mengurangi nyeri (Tamsuri, 2007).
Respon nyeri yang terjadi
pada anak tergantung dari usia, tingkat
perkembangan dan faktor situasional lainnya seperti faktor kognitif, tingkah laku dan emosional (Ball & Bindler, 2003). Manifestasi nyeri yang terjadi pada anak dengan kanker biasa bersifat kronik dimana nyeri terjadi dalam jangka yang lama dan sering timbul berulang kali. Pendekatan khusus pada anak diperlukan oleh perawat selama memberikan asuhan keperawatan.
Perawat mempunyai peranan yang penting dalam membantu mengurangi dan menghilangkan nyeri pada pasien, karena perawat mempunyai waktu lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya (Smeltzer & Bare, 2002). Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan dengan memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan, pernyataan tersebut sejalan dengan konsep teori comfort yang dikemukakan oleh Kolcaba yang menyatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (Peterson, 2004).
Terkait dengan peran perawat ners spesialis keperawatan anak, dalam hal ini residen juga berusaha untuk mengembangkan profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, khususnya untuk mengatasi masalah nyeri yang dialami oleh anak yang menderita penyakit kanker. Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan, residen berusaha mengembangkan asuhan keperawatan yang efektif melalui pendekatan teori keperawatan. Untuk mengatasi nyeri pada anak penderita penyakit kanker dapat
dilakukan
intervensi
yang
lebih
komprehensif
dengan
mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan penyebab dan akibat dari
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
5
nyeri tersebut. Penulis mencoba menerapkan teori comfort yang dikemukakan oleh Kolcaba untuk mengatasi masalah nyeri pada penyakit kanker.
Kolcaba dalam teorinya menjelaskan bahwa kenyamanan didefinisikan sebagai pengalaman manusia yang segera dilakukan untuk memenuhi kebutuhan relief, ease, dan transcendence bertemu dalam empat konteks dari pengalaman
(secara
fisik,
psikospiritual,
sosial,
dan
lingkungan).
Kenyamanan adalah sebuah payung yang lebih besar, istilah yang dibandingkan untuk nyeri. Seperti yang dinyatakan di atas, ada tiga jenis tingkatan dari kenyamanan: relief, ease dan transcendence. Relief adalah pengalaman pasien yang mempunyai kebutuhan kenyamanan yang spesifik, dimana respon nyeri yang dirasakan oleh individu berbeda-beda. Nyeri fisik juga dipengaruhi oleh psikospiritual, sosiokultural, dan faktor lingkungan. Ease berarti ketenangan atau kepuasan yang dialami oleh individu, sedangkan Trancendence adalah kemampuan untuk naik keatas ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan itu tidak dapat di hapuskan atau dihindari ( Peterson, 2004).
Dalam struktur taksonomi, Kolcaba mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan mendesain intervensi yang akan diberikan untuk mengukur efektivitas intervensi tersebut. Kolcaba menggambarkan nyeri sebagai suatu kegelisahan multidimensi termasuk berhubungan dengan perasaan, kognitif, dan komponen afektif. Untuk itu perawat mengikutsertakan tindakan kenyamanan
sepenuhnya
bersama
dengan
pasien.
Intervensi
untuk
memberikan kenyamanan pada pasien dapat diterapkan pada berbagai kondisi pasien dengan masalah nyeri, cemas, dan takut. Untuk memberikan kenyamanan pasien setidaknya memerlukan tiga jenis intervensi, yaitu teknik pengukuran kenyamanan, pelatihan, dan Comfort Food (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Penerapan teori comfort untuk mengatasi ketidaknyamanan nyeri yang terjadi akibat penyakit kanker atau keganasan membutuhkan bantuan perawat agar anak merasa nyaman. Ketika perawat menerapkan teori ini dalam intervensi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
6
keperawatan maka harus mempertimbangkan keunikan dan kompleksitas anak dalam konteks keluarga.
Perawat profesional,
dituntut untuk melaksanakan peran dalam memberikan
asuhan keperawatan, memberi konseling dan pendidikan kesehatan, advokat bagi klien dan keluarga, kolaborator dengan disiplin ilmu lain yang terkait, sebagai peneliti dan inovator untuk perkembangan dalam bidang ilmu keperawatan. Dalam melaksanakan peran sebagai inovator residen berusaha untuk melakukan pengembangan dalam pemberian asuhan keperawatan melalui penerapan filosofi/prinsip family centered care dengan meningkatkan peran serta keluarga dalam asuhan keperawatan. Residen memfasilitasi keluarga untuk ikut terlibat dalam merawat anak sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi penyakit pada anak, termasuk anak yang mengalami nyeri akibat penyakit kanker.
Penanganan nyeri merupakan salah satu terapi suportif yang sangat penting karena
mempengaruhi
prognosis
penyakit
(Otto,
2005).
Pendekatan
keperawatan turut berperan aktif mengatasi masalah nyeri yang terjadi pada anak yang dirawat dengan penyakit kanker tersebut. Aplikasi teori keperawatan, salah satunya teori Comfort Kolcaba dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengkajian, penegakan diagnosis dan perumusan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada anak. Melalui pendekatan teori Comfort Kolcaba diharapkan klien dapat mencapai kenyamanan baik dari
aspek fisik, psikospiritual, lingkungan
dan
sosiokultural anak sehingga masalah yang terjadi pada anak penderita penyakit kanker dapat diatasi secara komprehensif.
Penerapan Theory of Comfort oleh Kolcaba telah diterapkan dan diuji coba pada pasien dengan kanker payudara dan pada lingkup keperawatan anak di ruang ICU dengan spinal fusion, Kolcaba juga telah menyusun kerangka kerja untuk dapat dipahami dan diimplementasikan, dalam penelitian dan praktik keperawatan anak (Kolcaba & DiMarco, 2005). Hal inilah menjadi latar belakang residen menerapkan Theory of Comfort yang dipelopori oleh Kolcaba untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri pada anak penderita
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
7
penyakit kanker di ruang rawat anak non infeksi kelas III RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Diperolehnya gambaran aplikasi Theory of Comfort Kolcaba pada asuhan keperawatan masalah nyeri pada anak dengan kanker, yang dirawat di ruang anak non infeksi kelas III RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1
Diperolehnya gambaran penerapan Theory of Comfort Kolcaba pada anak penderita penyakit kanker yang mengalami nyeri dengan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2.2
Diperolehnya gambaran dan analisis asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan penyakit kanker, khususnya yang mengalami nyeri, berdasarkan teori yang diterapkan.
1.2.2.3
Diperolehnya gambaran dan analisis pencapaian kompetensi dalam praktik spesialis keperawatan anak.
1.3 Sistematika Penulisan Karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab berisi pokok bahasan tertentu. Bab satu pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Bab dua aplikasi teori keperawatan dalam praktik residensi yang meliputi tentang gambaran kasus, tinjauan teoritis, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan, aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih. Bab tiga mencakup pencapaian kompetensi praktik residensi keperawatan anak. Bab empat adalah pembahasan yang terdiri dari penerapan Theory of Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan
nyeri pada anak dengan penyakit kanker dan
pembahasan praktik spesialis keperawatan anak dalam pencapaian target. Bab lima mencakup simpulan dan saran.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
8
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI
Pada bab 2 ini akan membahas tentang gambaran kasus yang dikelola selama paraktik residensi yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil sebagai penerapan teori keperawatan, tinjauan teoritis terkait dengan kasus yang dipilih, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan, dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih.
2.1 Gambaran Kasus Kasus 1 An. Dn (perempuan) umur 3,5 tahun, masuk RS tanggal 8 Maret 2012 dengan diagnosa medis rhabdomiosarkoma cilli stadium IV dengan metastase paru. Pada Februari 2011 orang tua mengatakan menemukan benjolan di punggung kanan anak sebesar telur ayam kampung, kemudian dilakukan operasi 2 kali pada bulan Maret dan April tahun 2011, setelah dilakukan pemeriksaaan BMP anak dinyatakan menderita tumor ganas oleh dokter. Pada bulan Juni 2011 anak Dn dirawat di RSCM karena lengan dan tungkai terasa lemas, kemudian anak kontrol teratur untuk menjalani kemoterapi 4 siklus, setelah menjalani kemoterapi ibu klien mengatakan benjolan pada daerah punggung anak makin mengecil namun sejak 1 bulan yang lalu benjolan makin membesar dan muncul benjolan baru di daerah aksila kanan, anak mengeluh nyeri pada daerah benjolan, kemudian anak menjalani radioterapi sebanyak 4 kali, namun benjolan tetap membesar.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Maret 2012 ditemukan data anak mengeluh nyeri pada daerah benjolan di punggung dan aksila kanan, anak tampak lemas, kesadaran kompos mentis. Tanda-tanda vital: suhu 36,8 C, frekuensi nafas 44 x/menit, frekuensi nadi 140 x/menit. Konjungtiva tampak pucat, terpasang oksigen 2 liter/menit, pola nafas dangkal, suara nafas vesikuler berkurang pada dada sebelah kanan, bibir tampak kering dan terkelupas berwarna kemerahan, mukosa mulut dan bibir bagian bawah
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
9
terdapat stomatitis. Berat badan 12 Kg, tinggi badan 93 cm, dari perhitungan status gizi BB/U 92,3%, TB/U = 98%, BB/TB = 85,7 %, anak Dn mengalami gizi kurang. Tampak benjolan di regio bahu kanan kearah punggung dengan ukuran diameter 24 cm x 20 cm, teraba keras, batas tidak tegas, kulit tampak kemerahan dan terasa nyeri bila dipegang dan ditekan. Di regio aksila kanan terdapat massa dengan ukuran 11 x 9 cm, terasa, berbatas tidak tegas dan terdapat venektasi dan terdapat nyeri bila dipegang dan disentuh. Dari pengkajian nyeri dengan menggunakan gambar skala wajah didapatkan anak mengalami nyeri pada skala 6 (nyeri sedang). Hasil pemeriksaan penunjang diperoleh bahwa hasil pemeriksaan hematologi tanggal 12 Maret 2012 sebagai berikut: Hb 9,2 g/dl, Ht 27,2, eritrosit 3,78 juta/Ul, MCV/VER 72,0 fl, MCHC/KHER 33,8 g/dl, trombosit 242 ribu, leukosit 1410/Ul. Hitung jenis: basofil 0,1 %, eosinofil 0,2 %, netrofil 92,3 %, limfosit 5,9 %, monosit 1,5 %. Dari hasil laboratorium diatas didapatkan kesimpulan bahwa anak Dn mengalami anemia dan leukositosis.
Masalah keperawatan utama yang muncul adalah tidak efektifnya pola nafas, nyeri, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Rencana keperawatan yang telah di lakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu teknis tindakan kenyamanan, merupakan intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis, Coaching, meliputi intervensi yang didesain
untuk
menurunkan
kecemasan,
memberikan
informasi,
mendengarkan dan Comfort Food. Terapi pada food comfort ini meliputi pemijatan,
adaptasi
lingkungan
yang
meningkatkan
kedamaian
dan
ketenangan, guided imagery dan terapi musik. Adapun rencana tindakan untuk masalah pola nafas tidak efektif yaitu: kaji irama, kecepatan dan kedalaman nafas, auskultasi paru dan bunyi nafas tambahan, berikan posisi nyaman, kolaborasi pemeriksaan laboratorium dan rontgen paru. Rencana keperawatan untuk masalah nyeri adalah pantau tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi nyeri), pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, kolaborasi pemberian terapi analgetik, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Rencana keperawatan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
10
masalah ketidakseimbangan nutrisi yaitu; timbang berat badan, kaji pola makan, kaji penyebab anak tidak mau makan, berikan makanan dan porsi yang hangat, berikan makanan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
Hasil evaluasi setelah 5 hari dilakukan intervensi keperawatan didapatkan data bahwa masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi dikarenakan pada anak Dn telah mengalami metastase kanker ke paru, hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan rontgent paru pada tanggal 14 Maret 2012 bahwa anak mengalami efusi pleura kanan dan direncanakan tapping dengan USG. Hasil konsultasi dengan bedah vaskuler didapatkan bahwa anak suspek mengalami stenosis di arteri brakialis dextra dan rencana akan di lakukan pemeriksaan CT angio arteri. Dari hasil pemeriksaan AGD tanggal 16 Maret didapatkan gambaran pH normal 7,341 dan peningkatan PO2 127,4%. Masalah nyeri masih belum teratasi, anak masih mengeluh nyeri didaerah punggung dan aksila terutama bila dipegang dan posisi tidak nyaman, dengan skala nyeri 5, posisi anak tampak selalu miring kekiri dengan disanggah bantal untuk menghindari tertekannya bagian yang bengkak. Kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian anak terhadap nyeri adalah dengan menonton film kartun, namun tidak ada penurunan derajat nyeri. Masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak juga belum teratasi, walaupun terdapat peningkatan porsi makanan yang dihabiskan oleh anak menjadi ½ porsi makanan dan anak hanya mau makan makanan dari luar rumah sakit, masih terdapat stomatitis/ sariawan di mukosa mulut, tidak ada peningkatan berat badan klien (12 Kg).
Kasus 2 An. Az (Perempuan) umur 3,5 tahun, masuk RS tanggal 18 Maret 2012 dengan keluhan anak Az 6 hari sebelum dirawat di rumah sakit mengalami demam tinggi, dan suhu tubuh naik turun sampai 40°C, panas tidak reda walaupun sudah mendapatkan paracetamol. Awalnya anak dibawa ke IGD RSCM dan kemudian di rawat di ruang non infeksi. Selama di ruang rawat anak mengalami demam dan lemas terdapat bengkak dimata, nyeri pada kaki
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
11
kanan serta mendapatkan transfusi trombosit sebanyak 2 kali. Dari hasil pemeriksaan PA tanggal 21 november 2011 dari jaringan di regio femur distal kanan didapatkan hasil bahwa klien didiagnosis neuroblastoma stadium IV. Klien telah menjalani kemoterapi protokol ABAB sejak 19 november 2011 sebanyak 4 siklus kemudian dilanjutkan 4 siklus kemudian di lanjutkan protokol OPEC-OJEC, pasien dirawat selama 7 hari untuk siklus I protokol OPEC_OJEC dan pulang tanggal 6 Maret 2012. Sejak anak dirawat diruang non infeksi mengalami penurunan kondisi kesehatan dari data yang muncul terdapat demam naik turun, anak tidak mau makan dan terjadi leukositosis dengan nilai laboratorium leukosit 5250/ul, pada tanggal 23 Maret anak dipindahkan ke ruang isolasi untuk mendapatkan perawatan intensif dan untuk menghindari anak mengalami infeksi silang.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Maret 2012 ditemukan data anak tampak lemas, kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital: suhu 36,5
C,
frekuensi nafas 24 x/menit, frekuensi nadi 120 x/menit, berat badan 14 kg, tinggi badan 95 cm, dari pehitungan status gizi TB/U= 95%, BB/U = 100%, BB/TB = 93,3%, anak mengalami gizi sedang. Konjungtiva tampak anemis, terpasang selang NGT di hidung kiri, terdapat stomatitis dan oral thrush di mukosa mulut, di dada kanan kearah aksila terdapat benjolan, tidak terdapat pembesaran pada hepar dan limpa, terdapat pembesaran pada ginjal kanan dan kiri melebar 13 cm, anak mengeluh nyeri dan sakit pada kaki kanan dan kiri, dari pengkajian skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah nyeri dengan skala 6 (sedang), anak rewel dan tidak kooperatif dan menangis saat didekati oleh perawat. Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 20 Maret 2012 didapatkan hematologi: Hb 11,3 g/dl, Ht 30,5, eritrosit/ul 3,78, trombosit 41200/ul, leukosit 8230. Hitung Jenis: basofil 0 %, eosinofil 0 %, batang 0 %, segmen 0 %, limfosit 15 %, monosit 0 %, blas 85 %, ANC 0. Urin Lengkap: warna: kuning jernih, BJ 1,015, pH 6,5, protein +3, darah Hb +2, urobil 1, sel epitel +1, leukosit 1-2/lpb, kristal, bakteri negatif.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
12
Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertemi, perdarahan dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu tehnis tindakan
kenyamanan,
merupakan
intervensi
yang
didesain
untuk
mempertahankan homeostasis, coaching, meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan, memberikan informasi, mendengarkan, membantu perencanaan perbaikan secara realistis dan comfort Food, Terapi pada comfort food ini meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, terapi musik. Intervensi untuk masalah nyeri adalah pantau tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi nyeri), pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, kolaborasi pemberian terapi analgetik, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Intervensi keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi yaitu; timbang berat badan, kaji pola makan, kaji penyebab anak tidak mau makan, berikan makanan dalam kondisi porsi yang hangat, berikan makanan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Intervensi untuk masalah risiko hipertemi pantau TTV terutama suhu tubuh setiap 2 jam, berikan kompres di daerah dahi, aksila dan lipatan tubuh, anjurkan ibu untuk memberikan anak pakaian tipis dan menyerap keringat, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum, berikan lingkungan yang nyaman pada anak, kolaborasi pemberian antipiretik (parasetamol/farmadol), memantau status hidrasi, pantau pemeriksaan laboratorium leukosit dan kultur darah. Intervensi untuk perdarahan adalah pantau adanya tanda-tanda perdarahan (spontan, gusi dan kulit), anjurkan untuk menggunakan sikat gigi yang lembut, pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit, Hb, berikan transfusi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dari tanggal 26 – 29 Maret 2012 adalah pemberian nutrisi yang adekuat anak mendapatkan diet MB 400 kal ekstra + 4 x 200 kal, terpasang NGT, anak mendapatkan transfusi PRC leukodepleted 3 kali (200 ml, 100 ml, 150 ml) dan TC 3 kali (@ 4 unit)
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
13
penatalaksanaan mengurangi nyeri dengan mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Terapi yang diberikan yaitu: ceftazidine, amikasin, tramadol, parasetamol, IVFD KaEn 1B 8 tpm makro.
Dari 5 masalah keperawatan yang muncul, semua masalah belum teratasi Penerapan prinsip comfort menurut kolcaba belum dapat diterapkan sesuai harapan karena pada penatalaksanaan nyeri anak sangat tidak koperatif dan takut didekati oleh perawat. Evaluasi masalah nyeri pada hari 5 An. Az mengalami penurunan nyeri, dengan skala 4 (nyeri sedang), sehingga dalam menerapkan asuhan keperawatan perawat bekerja sama dan melibatkan ibu/ orang tua.
Kasus 3 Anak Dr, laki-laki, usia 10 tahun dirawat di ruang non Infeksi, dengan diagnosis medis ALL relaps end stage. Klien masuk rumah sakit tanggal 11 November 2011, dengan rencana akan dilakukan kemoterapi. Klien masih berada pada fase induksi minggu ke tiga. Klien telah dilakukan BMP pada tanggal 15 Desember dan mendapatkan kemoterapi Mtx sebanyak 2 kali (24 Nov dan 9 Des 2012), VCR 1,5 mg/m2 3 kali (2, 13 dan 20 Desember 2011), Daunorubicine 30 mg/m2 sebanyak 3 kali ( 2 , 9 dan 16 Desember 2011).
Dari hasil pengkajian pada tanggal 27 Desember 2011, didapatkan data : Tanda-tanda Vital : S = 36,5 °C, N = 80 x/mnt, RR = 24 x/mnt TD= 110/70 mmHg. Pada mata terdapat anemis, tidak ikterik, mukosa dan bibir lembab tidak ada sianosis, suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing, anak batuk dan pilek, suara jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada murmur dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen; hepar teraba ± 5 cm dibawah arcus costa, tepi tumpul, permukaan rata, konsistensi kenyal, terdapat nyeri tekan, Lien teraba pada schuffner IV. Ekstremitas tangan dan kaki tidak terdapat edema dan sianosis, CRT < 3 detik dan teraba hangat. Anak mengeluh perut sebelah kanan sakit, terdapat sariawan di lidah dan di bibir, nyeri pada persendian terutama di lutut. BB= 29 Kg, TB= 131 cm dengan penilaian status gizi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
14
kurang (89%). Dari pemeriksaan penunjang tanggal 27 Januari 2012 didapatkan hasil darah lengkap: Hb10,1 g/dl, Ht 31 %, Trombosit 124.000/ui, Leukosit 8400/ui, Eritrosit 4,7 juta/ul, MCV 66 fl, MCH 22 pg, MCHC 33gr/dl. Hitung jenis: blast 73, basofil 0 %, eosinofil 0 %, batang 0 %, segmen 2 %, limfosit 23 %, monosit 2 %. Kimia: Bilirubin total 1,0, SGOT (ALT) 103, SGPT 152, Elektrolit: natrium 140 mg/dl, Kalium 2,1 mEq/dl, Klorida 99 mEq/dl, Ureum 25 mg/dl, Kreatinin 0,5 mg/dl, Asam Urat7,8 gr/dl. Masalah keperawatan yang muncul yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan, nyeri, perdarahan, risiko hipertermi dan intoleransi aktivitas. Intervensi yang telah dilakukan Intervensi keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu teknis tindakan kenyamanan, merupakan intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis, Coaching, meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan, memberikan informasi, mendengarkan, membantu perencanaan pemulihan secara realistis dan Comfort Food. Terapi pada food comfort ini meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery dan terapi musik. Intervensi untuk masalah nyeri adalah pantau tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi nyeri), pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, kolaborasi pemberian terapi analgetik, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. Intervensi keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi yaitu; timbang berat badan, kaji pola makan, kaji penyebab anak tidak mau makan, berikan makanan dalam kedaan yang hangat, berikan makanan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Intervensi untuk masalah risiko hipertemia pantau TTV terutama suhu tubuh setiap 2 jam, berikan kompres di daerah dahi, aksila dan lipatan tubuh, anjurkan ibu untuk memberikan anak pakaian tipis dan menyerap keringat, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum, berikan lingkungan yang nyaman pada anak, kolaborasi pemberian antipiretik (parasetamol/farmadol), memantau status hidrasi, pantau pemeriksaan laboratorium leukosit dan kultur darah. Intervensi untuk perdarahan adalah pantau adanya tanda-tanda perdarahan (spontan, gusi dan kulit), anjukan untuk
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
15
menggunakan sikat gigi yang lembut, pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit, Hb, berikan transfusi.
Selama dirawat dari tanggal 27- 29 Januari 2012 anak mengalami penurunan kadar Hb 5,3 gr/dl, penurunan trombosit 45.000/ui dan peningkatan leukosit 17.400/ui. Anak Dr mendapatkan transfusi trombosit 5 unit, FFP 300 unit selama 3 hari dan PRC 200 cc (2x), anak juga mengalami perdarahan di gusi dan telah dilakukan penekanan gusi menggunakan kasa yang telah diberi adrenalin. Untuk mengatasi masalah nyeri di daerah persendian kaki, tangan dan punggung akibat peningkatan asam urat, anak mendapatkan alupurinol dan mengajarkan teknik nafas dalam serta distraksi dengan mengalihkan perhatian dengan menonton film kartun.
Pada tgl 30 Januari puku l5.00 WIB anak dipindahkan ke ruang Isolasi karena anak mengalami penurunan kondisi kesehatan, pada pukul 12.20 WIB anak dinyatakan meninggal oleh dokter.
Kasus 4 An.
Hb, laki-laki, usia 7
tahun, dengan diagnosis medis limfoma non
hodgkin tersangka AML, masuk RS tanggal 11 April 2012, jam 09.20 WIB. Keluhan yang dirasakan adalah anak mengalami pembesaran di daerah kelenjar getah bening dan terasa nyeri, demam naik turun, tidak mau makan. Menurut Ibu klien mengatakan pada awalnya tidak menyadari adanya benjolan di leher, awalnya sebesar kelereng, kenyal, dan tidak nyeri, demam naik turun dan mendadak demam tinggi sebelum menyadari adanya benjolan di leher, anak juga batuk dan pilek, dahak sulit keluar, nyeri pada tenggorokan dan menelan. 1 bulan sebelum masuk rumah sakit benjolan dirasa semakin membesar hingga akhirnya sebesar kepalan tinju, tidak terasa nyeri, demam dan nafsu makan menurun. 2 minggu SMRS anak mengeluh sakit di daerah benjolan, sakit kepala, kuping terasa sakit, demam naik turun, kemudian anak dibawa ke rumah Sakit Lampung dan dirawat selama 1 minggu dan kemudian dikatakan menderita tumor ganas lalu di rujuk ke RSCM.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
16
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Maret 2012 didapatkan data TTV: suhu 36,1°C, frekuensi pernafasan 28 x/menit, freuensi nadi 114 x/menit. Tampak edema palpebra dextra, terdapat bengkak di pipi bagian kiri dan berwarna kemerahan, di leher terdapat benjolan di regio colli dextra dengan ukuran 15 x 15 x 3 cm dengan konsistensi keras, terflixir, berwarna kemerahan, terdapat venektasi dan teraba hangat dan anak mengeluh nyeri bila di sentuh. Berat badan 17 kg, tinggi badan 111 cm, dari hasil interpretasi status gizi anak mengamai gigi kuran dengan perhitungan BB/U = 73%, TB/U = 91%, BB/TB = 89%. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di aksila sinistra dan inguinal dextra, multiple, ukuran 0,5 x 1 cm dan tidak ada nyeri. Hati teraba 3 cm di bawah arkus kosta dan 6 cm di bawah prosesus xifoideus, tidak ada pembesaran pada limpa. Tampak umbilikus membesar dan menonjol pada saat menangis. Anak mengeluh nyeri di daerah kaki, dengan skala nyeri 8 (nyeri berat). Pada saat dilakukan pengkajian anak tidak kooperatif dan selalu menangis bila di dekati oleh perawat. Dari pemeriksaan penunjang Imunologi pada tanggal 10 April 2012, didapatkan CRP 24 mg/l. Pemeriksaan hematologi tanggal 11 April 2012 didapatkan hasil, Hb 11,3 g/dl, Ht 32,4 %, Trombosit 120.000/mm3, Leukosit 46800/ui, Eritrosit 3,0 juta/ul. Hitung jenis: blast 31, basofil 0 %, eosinofil 1 %, batang11 %, segmen 47 %, limfosit18 %, monosit 0 %. Kimia: Bilirubin total 0,68, SGOT (ALT) 103, SGPT 24, Ureum52,7,Kreatinin 1,1, Asam Urat7,2 mg/dl. Pemeriksaan diagnostik CT Scan leher (10 April 2012), kesan: adanya massa lobulated heterogen berbatas tidak tegas di regio colli kanan, dengan perluasan tersebut diatas disertai destruksi sebagian kecil ramus mandibula kanan sisi posterior dan pembesaran multipel KGB colli kiri dan sub mandibula bilateral sugestif limfoma. Pemeriksaan CT Abdomen (10 April 2012), kesan: tidak tampak kelainan organ-organ intra abdomen dan tidak tampak pembesaran KGB paraaorta maupun parailiaka.
Pemeriksaan
Imunohidrokimia (10 April 2012), hasil: limfoma hodgkin dengan CD 20 +.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
17
Masalah
keperawatan
yang
muncul
pada
anak
Hb
yaitu:
nyeri,
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermia, kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan anak. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu teknis tindakan kenyamanan, merupakan intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis, coaching, meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan, memberikan informasi, mendengarkan, membantu perencanaan pemulihan secara realistis dan comfort Food. Terapi pada comfort food ini meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery dan terapi musik. Intervensi untuk masalah nyeri adalah pantau tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi nyeri), pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, kolaborasi pemberian terapi analgetik, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dari tanggal 11 – 18 april 2012 adalah pemberian nutrisi yang adekuat, anak mendapatkan diet ML 1600 kal, menganjurkan membersihan mulut, memberikan kompres dan menganjurkan banyak minum, memberikan informasi tentang kondisi anak klien, penatalaksanaan mengurangi nyeri dengan mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, terapi yang diberikan yaitu, cefotaxim, patasetamol, allupurinol, prednisone. IVFD KaEn IB + KCL (100) Î15 tpm.
Dari hasil pemeriksaan immunofenotise anak didiagnosa LLA L1 B Linege. Pada tanggal 16/4/12 anak menjalankan protocol kemoterapi untuk LLA : pemberian MTX intratekal pada tanggal 16/4 dan rencana pemberian vicristin dan DNR tanggal 19/4/12.
Dari 4 masalah keperawatan yang muncul, masalah yang teratasi yaitu peningkatan suhu tubuh, sedangkan masalah yang teratasi sebagian yaitu nyeri dan kurangnya informasi, sedangkan untuk masalah nutrisi kurang dari
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
18
kebutuhan tubuh belum dapat teratasi. Masalah nyeri belum teratasi, walaupun terdapat penurunan skala nyeri pada pasien dari 8 menjadi 6, namun belum sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, hal ini dapat di lihat adanya penurunan berat badan menjadi 16,8 kg, anak menghabiskan ½ porsi makanan.
Penerapan prinsip comfort menurut Kolcaba belum dapat diterapkan sesuai harapan karena pada penatalaksanaan nyeri anak masih kurang kooperatif dan takut didekati oleh perawat, sehingga dalam menerapkan asuhan keperawatan perawat bekerja sama dan melibatkan ibu/ orang tua.
Kasus 5 Anak Ds, perempuan, usia 1,5 tahun , masuk dirawat di ruang IKA ruang non infeksi, kamar 110 A RSCM, pada tanggal 30 Maret 2012, jam17.23 WIB dengan diagnosis medis yolk sack tumor. Keluhan utamanya adalah Anak di rawat di ruang non infeksi dengan rencana kemoterapi protokol germ cell tumor. Nyeri di daerah bokong, terdapat benjolan di daerah bokong, dan terdapat hemoroid kemerahan yang menonjol keluar. Anak juga mengalami demam, BAK menggunakan kateter. Riwayat penyakit sekarang yaitu sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit (Desember 2011), pasien mengalami jatuh terduduk, pada saat itu pasien sadar, tidak ada perdarahan, demam maupun BAB dan BAK normal. 2 bulan sebelum masuk rumah sakit (Januari 2012) pasien mulai tidak bisa berjalan dengan baik, berjalan diseret, bokong mulai terlihat membesar dan mengeluh sulit BAB dan BAK. Satu bulan kemudian (awal Maret 2012), anak dibawa ke RSCM bagian bedah anak kemudian dilakukan CT Scan abdomen dan didapatkan hasil terdapat massa multiple di rongga pelvis serta dilakukan biopsi tanggal 7 Maret 2012 didapatkan data bahwa ditemukan adanya yolk sac tumor dan tampak benjolan dari lubang anus (hemoroid). Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien kontrol ke poli hematologi IKA dan direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan AFP, kimia darah lengkap dan rontgen thorax serta kemoterapi.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
19
Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2012, didapatkan data TTV: suhu 37,7 ° C , frekuensi pernafasan 32 x/menit, frekuensi nadi 110 x/menit. Terdapat massa ukuran 5 x 4 x 2 cm, tertutup perban, tampak di daerah anus hemoroid yang membesar dan berwarna kemerahan. Anak tampak meringis kesakitan saat akan merubah posisi. Ibu Klien mengatakan kadang anaknya mengeluh sakit pada bokong, dan nyeri bertambah bila digerakan dengan skala nyeri 6, anak tampak takut didekati oleh perawat. Ibu klien mengatakan anaknya belum BAK sejak semalam, kandung kemih teraba di atas simpisis pubis, tampak terpasang kateter. Anak tampak susah untuk makan, tampak terpasang NGT di hidung sebelah kanan, anak masih mendapatkan ASI dari ibu. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi 29 Maret 2012, didapatkan hasil, Hb 11,1 g/dl, Ht 35,3 %, Trombosit 370.000/mm3, Leukosit 126.2000/ul. Hitung jenis: blast 31, basofil 0,2 %, eosinofil 2,4 %, netrofil 53 %, limfosit 10,5 %, monosit10,5 %, LED 60. Kimia: SGOT 24/ul, SGPT 4/ul, Protein total 6,4, albumin 3,11, globulin 3,29, Bilirubin total 0,45, bilirubin direk 0,19, bilirubin indirek 0,26, ureum 14 g/dl, kreatinin 0,2 mg/dl. Natrium 138 mg/dl, kalium 4,4 mEq , klorida 98,7 mEq/dl. Immunoserologi: Procalatonin 0,27 ng/ml. Urin Lengkap: Warna: kuning, agak keruh, BJ 1,020, pH 6, Protein 1 +, glukosa, keton, darah, bilirubin negatif, urobilinogen 4, nitrit negatif, leukosit esterase negatif, epitel positif, leukosit banyak, eritrosit 1-2/lpr, silinder, kristal, bakteri, jamur negatif. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan pola berkemih: Retensi urin, resiko gangguan keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan efek kemoterapi. Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu teknis tindakan kenyamanan, merupakan intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis, Coaching, meliputi intervensi yang didesain
untuk
menurunkan
kecemasan,
memberikan
informasi,
mendengarkan, membantu perencanaan pemulihan secara realistis dan comfort
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
20
food. Terapi pada comfort food ini meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik. Intervensi untuk masalah nyeri adalah pantau tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi nyeri), pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, kolaborasi pemberian terapi analgetik, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dari tanggal 1 – 5april 2012 adalah pemberian nutrisi yang adekuat pada anak dengan pemasangan NGT dikarenakan anak tidak mau makan, pemberian antibiotik dan bilas bladder dengan menggunakan nistatin + NaCl selama 1-2 jam. Untuk mengatasi nyeri dengan melibatkan orang tua dalam setiap melakukan tindakan pada anak. Pada tanggal 2/4/2012 anak mulai mendapatkan kemoterapi sesuai dengan program yolk sac tumor anak mendapatkan etoposide 120 mg secara IV. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dari tanggal 1– 5 April 2012, dari 3 masalah keperawatan yang muncul, masalah nyeri dan gangguan pola eliminasi: retensi belum teratasi sedangkan resiko ketidakseimbangan nutrisi masih terjadi, dimana pada tanggal 4 April 2012 anak dipasang NGT karena anak susah makan. Penerapan prinsip comfort menurut Kolkaba belum dapat diterapkan sesuai harapan karena pada penatalaksanaan nyeri anak masih kurang kooperatif dan takut didekati oleh perawat, sehingga dalam menerapkan asuhan keperawatan perawat bekerja sama dan melibatkan ibu/ orang tua.
2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Penyakit Keganasan Pada Anak Penyakit kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang terjadi karena dalam tubuh timbul dan berkembangbiaknya sel-sel baru yang bentuk, sifat dan kinetiknya berbeda dari sel normal asalnya (Sukardja, 2000).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
21
Penyakit kanker atau keganasan adalah suatu penyakit dimana sel berubah menjadi ganas yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan perkembangan sel yang abnormal. Pertumbuhan sel kanker diawali pada suatu area primer di tubuh kemudian dapat menyebar secara luas, berbentuk tumor solid atau sistemik (Potts & Mandleco, 2007). Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen besar dari untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton, 1981).
2.2.1.1 Etiologi dan Patofisiologi Keganasan Pada Anak Penyebab dari keganasan pada anak secara pasti tidak diketahui. Faktor genetik,
pemaparan
karsinogenik
pada
prenatal
dan
postnatal
meningkatkan risiko anak berkembangnya beberapa kanker pada anak. Sebagian besar kanker pada anak berhubungan dengan faktor genetik yang terjadi selama perkembangan fetus atau embrionik. Pemaparan faktor karsinogen pada ibu selama kehamilan seperti Diethylstibestrol (DES), radiasi, area elektromagnetik, polusi, pestisida juga dapat menjadi pencetus terjadinya kanker pada anak (Ball & Bindler, 2003; Baggot et al, 2002).
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyebab perkembangan kanker pada anak tidak sama. Penyebab tidak hanya satu faktor, tidak hanya akibat satu pemaparan atau genetik, hal itu muncul akibat interaksi dari banyak faktor dan berhubungan dengan banyak penyebab atau multifaktorial.Kanker muncul dipredisposisi oleh karakteristik individu yang berinteraksi dengan lingkungan, yaitu faktor kimia, fisik, biologis dan sosial (Baggot et al, 2002).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
22
Berbagai kajian penanda genetik menunjukkan bahwa sel kanker berasal dari suatu sel yang mengalami translokasi kemudian berkembang membentuk suatu sel yang homogen yang disebut sebagai koloni. Sifat sel ganas dapat berasal dari translokasi kromosom yang berasal dari gen yang secara normal terdapat di dalam sel. Gen ini disebut sebagai protoonkogen. Setelah terjadi translokasi kromosom yang berasal dari gen yang terdapat di dalam sel, lalu terjadi mutasi somatik, sehingga sel berubah menjadi sel onkogen. Onkogen inilah yang merubah sifat sel dari normal menjadi sel kanker (Sudoyo dkk, 2006).
Hilangnya gen supresor tumor juga merupakan peristiwa kunci pada sebagian besar atau bahkan dalam semua kejadian kanker pada manusia. Produk gen supresor tumor berfungsi untuk mengatur pertumbuhan sel dengan menghambat proliferasi sel. Selain itu ada faktor lain yang juga berperan dalam pembentukan sel kanker, yaitu gen yang mengatur apoptosis atau kematian sel yang terprogram merupakan involusi sel yang terkendali pada sel-sel yang berlebih. Ada banyak gen yang mengendalikan apoptosis. Apabila gen-gen ini rusak, terdapat akumulasi sel yang menetap yang seharusnya tidak ada. Kerusakan gen yang mengatur perbaikan DNA secara tidak lansung juga dapat memicu timbulnya sel kanker. Kerusakan gen yang mengatur perbaikan DNA menungkinkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang lain pada saat replikasi, sehingga meningkatkan kemungkinan pembentukan sel-sel tumor (Davey, 2005).
Selain itu, proses pertumbuhan sel, akumulasi dan metastasis sel pada keganasan juga dapat disebabkan nekrosis dan apoptosis sel yang berkurang.
Secara
normal,
pertumbuhan
sel
ditentukan
oleh
keseimbangan antara siklus pertumbuhan sel dan apoptosis sel. Pada sel kanker, siklus pertumbuhan sel lebih cepat daripada apoptosis sel, sehingga terjadi akumulasi sel. Sel ganas lama kelamaan akan menginvasi secara lokal menggunakan kolagenase dan metaloprotease, kemudian
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
23
menginvasi saluran limfatik dan pembuluh darah yang kemudian membentuk emboli dan mencapai tempat-tempat yang jauh atau bermetastasis. Molekul adhesi, suplai pembuluh darah, ukuran sel tumor dan karakteristik jaringan target menentukan distribusi sel target.Sistem imun sel penjamu hanya efektif terhadap beberapa jenis keganasan karena surveilans sel imun biasanya cukup toleran terhadap adanya kanker (Davey, 2005).
2.2.1.2 Jenis-Jenis Keganasan Yang Lazim Terjadi Pada Anak Penyakit keganasan pada anak berbeda dengan dewasa. Keganasan pada anak umumnya berasal dari jaringan primitif embrionik, sedangkan pada dewasa umumnya berasal dari jaringan epitel. Jenis keganasan yang umum terjadi pada anak berdasarkan usia adalah sebagai berikut: persentase jenis keganasan yang lazim pada anak usia < 5 tahun yaitu 36 % leukemia akut, tumor otak 13 %, limfoma 10 %, kanker ginjal 10 %, neuroblastoma 7 %, kanker pada jaringan lunak 7 %, kanker mata 6 % dan kanker ovarium/testis 2 % (Ball & Bindler, 2003).
2. 2.1.3 Manifestasi Klinis Setiap jenis keganasan pada anak memiliki gejala yang berbeda. Tanda dan gejala pada kanker awalnya sering hampir sama dengan gejala penyakit yang biasa terjadi pada anak, sehingga menyebabkan diagnosis sering terlambat. Ada beberapa gejala yang umumnya dialami oleh anak yang menderita penyakit keganasan, yaitu: nyeri, kakexia, anemia, infeksi dan memar pada kulit atau perdarahan (Ball & Bindler, 2003).
Nyeri pada penderita keganasan secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh rangsangan pada reseptor saraf akibat adanya obstruksi, inflamasi, kerusakan jaringan, regangan pada jaringan viseral atau invasi jaringan. Kakexia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan anoreksia, mual, muntah, kehilangan berat badan dan kelemahan. Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan kronik atau defisiensi besi. Pada
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
24
penyakit kronik, terjadi peningkatan penggunaan zat besi oleh tubuh. Anemia juga disebabkan karena penekanan pada sumsum tulang sehingga menurunkan produksi sel darah merah (Ball & Bindler, 2003).
Infeksi merupakan akibat dari imaturitas sistem imun. Keganasan pada sumsum tulang menghambat maturasi sel imun normal. Infeksi juga dapat disebabkan karena efek samping pengobatan penyakit keganasan yang menimbulkan penekanan pada fungsi sumsum tulang, sehingga mempengaruhi fungsi sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel darah, termasuk sel darah putih. Penurunan produksi platelet oleh sumsum tulang menyebabkan mudah terjadi perdarahan dan memar pada kulit (Ball & Bindler, 2003).
2.2.1.4 Penatalaksanaan Pengobatan Pengobatan kanker terdiri dari kuratif, suportif dan paliatif. Kuratif adalah untuk membersihkan sel kanker dari tubuh. Pengobatan suportif terdiri dari pemberian transfusi, analgetik dan antibiotik. Pengobatan paliatif adalah cara untuk membuat anak nyaman selama anak hidup dalampengobatan atau menderita penyakit. Terapi kuratif untuk penderita kanker adalah pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, transplantasi sumsum tulang (Hematopoietic steam cell transplantation) dan modifikasi respon biologis (Biological respon modifier). Kombinasi terapi sering diberikan untuk pengobatan kanker pada anak (Ball & Bindler, 2003; Potts & Mandleco, 2007).
Tujuan dari pembedahan pada manajemen terapi kanker adalah untuk menegakkan diagnosis atau penentuan stadium tumor. Tujuan kedua adalah untuk mengangkat semua sel kanker baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, jika memungkinkan. Tumor yang efektif dengan pembedahan adalah jenis tumor solid, misalnya tumor Wilms’ pada ginjal (Ball & Bindler, 2003).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
25
Radioterapi merupakan penggunaan radioisotop yang mengeluarkan berbagai tingkatan energi yang dapat menyebabkan rusaknya mulekul DNA dan bersifat merusak sel atau memicu apoptosis. Radioterapi sering digunakan untuk mengontrol sel kanker, baik secara lokal maupun regional. Dosis radiasi dibagi (difraksi) untuk memungkinkan pemulihan jaringan
normal
sehingga
mengurangi
efek
samping.
Kadang
dikombinasikan dengan pembedahan dan kemoterapi. Tumor yang sensitif dengan terapi radiasi adalah limfoma Hodgkin’s, tumor Wilms’, retinoblastoma dan rabdomiosarkoma yang sering diberikan secara kombinasi dengan terapi pembedahan dan kemoterapi (Ball & Bindler, 2003; Permono dkk, 2006).
Radioterapi juga mengandung efek samping. Anak yang menerima radioterapi pada tulang yang luas, seperti kranium, pelvis, spinal, akan menimbulkan ionisasi produk sel darah di sumsum tulang, sehingga menimbulkan gejala anemia, trombositopenia dan neutropenia. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher menyebabkan perubahan pada mukosa oral karena sel epitel mulut sensitif terhadap ionisasi radiasi. Xerostomia atau kering pada mulut dapat terjadi karena penurunan produksi saliva. Radiasi pada abdomen menimbulkan mual, muntah, anoreksia dan diare. Kulit yang terkena radiasi mengalami perubahan, misalnya; kering, eritema atau pruritus. Radiasi pada daerah kepala menimbulkan alopesia (Potts & Mandleco, 2007).
Radiasi pada bagian otak secara luas dapat menimbulkan toksisitas. Gejala toksisitas akut disebabkan oleh inflamasi, edema dan peningkatan tekanan intrakranial. Sakit kepala, mual dan muntah merupakan gejala toksisitas akut. Toksisitas subakut terlihat 5-7 minggu setelah radioterapi dan akan hilang dalam 1-3 minggu. Gejala dapat berupa sindrom somnolen, mual, malaise, demam, disfasia, ataksia, transient papiledema. Pemberian steroid dapat mengurangi edema dan peningkatan tekanan intrakranial (Potts & Mandleco, 2007).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
26
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan yang paling sering untuk penyakit kanker pada anak karena sangat efektif untuk kanker sistemik yang tidak dapat diatasi dengan operasi atau radioterapi. Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat khusus yang dapat membunuh sel kanker maupun sel normal. Obat kemoterapi memiliki efek merusak sel. Waktu pemberian obat kemoterapi dipengaruhi oleh efek obat pada siklus replikasi sel. Siklus sel terdisi dari premitosis (G2), mitosis (M) terdiri dari profase, metaphase, anaphase dan telophase, resting (G0), postmitosis (G1), sintesis (S) (Ball & Bindler, 2003).
Efek kemoterapi dapat merusak DNA dari sel yang membelah dengan cepat sehingga memicu apoptosis dari sel dan merusak aparatus spindle sel sehingga mencegah proses pembelahan sel. Ankylating agent dapat memecah rantai DNA, menghambat sintesis RNA, sehingga mengganggu replikasi. Obat yang berinteraksi dengan topoisomerase menghambat kerja
topoisomerase
dalam
pembelahan
DNA.
Alkaloid
dapat
mempertahankan stabilisasi mikrotubulus sehingga dapat memperpanjang masa istirahat metaphase (Davey, 2005; Permono dkk, 2006).
Obat kemoterapi digunakan secara kombinasi untuk beberapa jenis obat kemoterapi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek samping kemoterapi yang juga ikut merusak sel-sel normal. Pemberian kemoterapi secara kombinasi meningkatkan efek terapeutik dan memberi kesempatan pada sel-sel normal untuk mengalami regenerasi. Protokol tertentu telah direncanakan sebelum melakukan kemoterapi. Protokol dirancang berdasarkan jenis kanker, stadium dan jenis partikular sel kanker (Ball & Bindler, 2003).
Efek samping pemberian obat kemoterapi akan mempengaruhi sistem hematopoetik di sumsum tulang sehingga menimbulkan mielosupresi (anemia,
trombositopenia,
neutropenia).
Kemoterapi
juga
sering
mempengaruhi gastrointestinal yang menimbulkan gejala mukositis, mual
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
27
dan muntah mulai dari ringan sampai berat. Tingkat toksisitas obat kemoterapi berbeda-beda terhadap hepar. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan peningkatan enzim hepar bahkan menyebabkan fibrosis hepar. Obat kemoterapi khususnya metotreksat dan cisplatin signifikan menimbulkan toksisitas pada renal. Toksisitas pada renal dimanifestasikan dengan peningkatan kadar ureum serum (BUN), kreatinin serum dan penurunan urine creatine clearance. Ifosfamide dan Cytoxan berisiko untuk mengalami sistitis hemoragi. Untuk menghindari hal tersebut, anak harus dihidrasi selama dan setelah pemberian obat serta berusaha mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam. Pengaruh pada sistem integumen dapat menimbulkan alopesia dan sistem reproduksi dapat menimbulkan keterlambatan perkembangan pubertas (Potts & Mandleco, 2007).
2.2.2 Nyeri Pada Penyakit Keganasan 2.2.2.1 Definisi dan Patofisiologi Nyeri Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Sedangkan Menurut Kozier dan
Erb
(1983),
nyeri
adalah
sensasi
ketidaknyamanan
yang
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeridisebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
28
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuhyaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu: reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yangmemungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan, dan
Serabut C, merupakan serabut
komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
2.2.2.2 Teori Nyeri Beberapa teori yang menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri (Tamsuri, 2007) yaitu: Teori gate control menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka danimpuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
29
Teori Pola (Pattern theory), dalam teori ini menjelaskan ada dua serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu menghantarkan rangsang dengan cepat dan serabut yang mampu menghantarkan dengan lambat. Serabut tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri.
Teori Spesivisitas (Specivicity Theory), teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan menstransmisikannya melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respon nyeri.
Tiga faktor utama yang berperan pada patogenesis nyeri pada penderita kanker ialah: mekanisme nosiseptif didefinisikan sebagai hasil dari aktivasi nosiseptif pada struktur somatik atau visceral. Biasanya berhubungan erat dengan luasnya kerusakan jaringan dan lokasi. Nyeri somatik nosiseptif sering digambarkan sebagai nyeri yang tajam, sakit berdenyut atau seperti ditekan, sedang nyeri visceral nosiseptif sulit dilokalisir dan bisa terasa perih atau kram.
Mekanisme neuropati adalah akibat dari fungsi yang abnormal dari sistem somatosensor sentral atau perifer. Diagnosis berdasarkan penemuan lesi neurologi dan kelainan sensoris seperti disestesia atau hiperalgesia. Persepsi subyektif seringkali digambarkan sebagai nyeri terbakar atau menusuk. Lesi nervus perifer oleh karena tumor, pembedahan atau kemoterapi merupakan tipe yang paling sering dari nyeri neuropati pada penderita kanker.
Nyeri idiopatik pada umumnya digunakan bila keluhan nyeri tidak dapat diterangkan secara adekuat dengan proses patologis, diperkirakan disebabkan oleh proses organik tersembunyi atau yang lebih jarang lagi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
30
oleh proses psikologis. Patofisiologi nyeri kanker dapat dilihat pada gambar berikut:
Skema 2.1 Patofisiologi Nyeri pada Kanker -
Tindakan Desakan Infiltrasi Kerusakan Jaringan
(Suwiyoga, 2007)
2.2.2.3 Respon Tubuh Terhadap Nyeri Respon fisiologis timbul karena adanya Inpuls nyeri ditransmisikan oleh medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga menimbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap stres. Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta nyeri superficial,
tubuh bereaksi
mengambangkan “General Adaptation
Syndrome” (Reaksi Fight or Flight), dengan merangsang sistem saraf simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat di toleransi serta nyeri yang berasal dari organ visceral, akan mengakibatkan stimulasi terhadap saraf parasimpatis (Tamsuri, 2007).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
31
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain: bahaya atau merusak, komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal, peningkatan ketidakmampuan, kehilangan mobilitas, menjadi tua, sembuh, perlu untuk penyembuhan, hukuman untuk berdosa, tantangan, penghargaan terhadap penderitaan orang lain, sesuatu yang harus ditoleransi, bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki. Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial budaya (Tamsuri, 2007).
Respon tingkah laku terhadap nyeri dapat bermacam-macam yaitu: pernyataan verbal mengaduh, menangis, sesak nafas dan mendengkur, ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi dan
menggigit bibir),
gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri). Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Adapun respon anak terhadap nyeri yaitu
takut akan cedera tubuh.
Dampak rasa takut pada anak lebih dalam dibandingkan dengan orang dewasa. Dalam merawat anak, perawat harus menghormati kekhawatiran anak terhadap cedera tubuh dan reaksi terhadap nyeri sesuai dengan tahap perkembangan. Adapun karakteristik perkembangan reaksi anak terhadap nyeri adalah:
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
32
1. Bayi Bayi tidak dapat berkomunikasi melalui verbal secara menyeluruh, walaupun tingkah laku mereka menampilkan ekspresi wajah nyeri seperti: menangis, wajah meringis, mata menyipit, dagu bergetar. Bayi secara sempurna bergantung kepada tenaga medis untuk mengkaji nyeri dan menginterpretasikan nyeri mereka (Marie, 2002). Indikator distres yang paling konsisten pada bayi baru lahir adalah ekspresi wajah terhadap ketidak nyamanan yaitu alis mata menurun dan
tertarik, dahi menonjol di antara alis, berkerut vertical, mata
tertutup, pipi menonjol, hidung melebar dan menonjol, lipatan nasofabial cekung, mulut terbuka dan membentuk bujur sangkar. 2. Toddler Reaksi toddler terhadap nyeri adalah meringis kesakitan, mengatupkan gigi atau bibir, membuka mata lebar-lebar, mengguncang-guncang, menggosok-gosok dan bertindak agresif, seperti mengigit, menendang, memukul atau melarikan diri. 3. Pra Sekolah Reaksi terhadap nyeri pada anak prasekolah cendrung sama dengan yang terlihat pada anak toddler, meskipun beberapa perbedaan menjadi jelas. Misalnya, respon anak prasekolah terhadap intervensi persiapan dalam hal, penjelasan dan distraksi lebih baik bila dibandingkan dengan respon anak yanga lebih kecil. Agresi fisik dan verbal lebih spesifik dan mengarah pada tujuan. Ekspresi verbal secara khusus menunjukkan kemajuan perkembangan mereka dalam merespon terhadap stres. Anak usia prasekolah dapat menunjukkan letak neyri dan dapat menggunakan skala nyeri dengan tepat. Anak usia 3 tahun dapat menggunakan alat pengkajian yang menggunakan ekspresi wajah terhadap nyeri. 4. Sekolah Ketakutan mendasar terhadap sifat fisik dari penyakit muncul pada saat ini. Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri dibandingkan dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
33
kemungkinan kematian. Anak yang menderita penyakit kronis lebih cenderung mengidentifikasi prosedur intrusive sebagai hal yang menimbulkan stres, sedangkan anak-anak yang menderita penyakit akut cenderung mengidentifikasikannya dengan gejala fisik (Wong, 2009).
Pada anak usia 9 atau 10 tahun, sebagian besar anak usia sekolah menunjukan ketakutan yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang lebih kecil. Pada usia ini anak telah mempelajari metode koping untuk menghadapi rasa tidak nyaman, seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi atau meringis. Anak mampu mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami berkaitan dengan letak, intensitas dan deskripsinya.
2.2.2.3 Fase- fase Nyeri Meinhart dan Mc Caffery mendeskripsikan 3 fase pengalaman nyeri yaitu: Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima, pada fase ini mungkin bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa).
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
34
terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri timbul.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar. Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukkan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti), fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh
kontrol
diri untuk
meminimalkan
rasa
takut
akan
kemungkinan nyeri berulang.
2.2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah: 1. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
35
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan. 2. Jenis kelamin Pada laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya. 3. Kultur Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. 4. Makna nyeri Makna nyeri berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya. 5. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi nyeri. 6. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. 7. Pengalaman Masa lalu seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. 8. Pola koping Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
36
9. Support keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
2.2.2.5 Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Menurut Smeltzer (2002) adalah sebagai berikut : 1. Skala intensitas nyeri deskriptif
0
1
2
3
4
Tidak Nyeri Nyeri ringan
2.
5
6
7
Nyeri sedang
8
9
10
Nyeri berat
Nyeri berat
Berat terkontrol
tidak terkontrol
Skala identitas nyeri numeric
0
1
2
3
Tidak
4
5
6
7
8
Nyeri Sedang
Nyeri
9
10 Nyeri hebat
3. Skala analog visual Tidak nyeri
Nyeri sangat hebat
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
37
4.
Skala Wajah Wong-Baker untuk mengukur nyeri
Keterangan : 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
38
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melabel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkonsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
2.2.2 Nyeri pada Penyakit Kanker Rasa nyeri adalah salah satu akibat dari penyakit kanker yang paling ditakuti oleh pasien, nyeri merupakan gejala kanker yang muncul paling akhir. Awalnya nyeri tidak dirasakan oleh pasien karena kanker masih terlokalisasi. Sekitar 5-10% pasien dengan tumor padat merasa nyeri, dan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
39
lebih dari 90% pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan bermetastasis (Baradero, 2008)
Nyeri kanker bisa bersifat nosiseptip (langsung berhubungan dengan kerusakan organ bersifat aching, sharp dan throbbing) atau neuropatik (burning, tingling, hypersensitivity to touch or cold) yang timbul akibat kerusakan atau disfungsi sistem saraf, dan bisa juga bersifat kombinasi antara keduanya. Tak sedikit orang yang tidak mampu menghadapi nyeri kanker ini, sampai-sampai merasa depresi, bahkan ingin bunuh diri. Itulah alasan utama pentingnya penanganan nyeri kanker untuk membebaskan penderitaan
kanker
dari
rasa
nyeri
(Sukardja,
2000).
Penyebab nyeri pada kanker 70 % dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri, yang diakibatkan karena infiltrasi kanker ke saraf, tulang atau kanker lanjut dan mengenai organ dalam, bisa juga akibat komplikasi dari kanker karena adanya obstruksi, fraktur, nekrose, depresi dan cemas. Selain itu nyeri pada kanker juga disebabkan oleh komplikasi pengobatan atau
terapi
kanker
(10-20%), nyeri dapat disebabkan karena komplikasi pembedahan berupa infeksi, hematom, edema, fibrosis, komplikasi dari radioterapi yaitu radionekrose, dermatitis dan fibrosis, sedangkan komplikasi dari kemoterapi yaitu neuritis, miositis, mukosistis (Sukardja, 2000).
2.2.2.1 Penatalaksanaan Nyeri Kanker Terapi nyeri menurut Desen (2011) menjelaskan bahwa terapi nyeri kanker dibagi menjadi terapi antitumor/kanker dan terapi medikamentosa nyeri kanker. Terapi anti tumor akibat tumor yaitu terapi yang diberikan untuk menangani tumor, pemberian terapi ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri pada beberapa pasien kanker stadium lanjut atau mengurangi dosis analgesik yang diperlukan. Pemberian terapi anti tumor pada pasien yang mengalami nyeri dapat diberikan pada pasien yang mendapatkan penatalaksanaan radioterapi dimana terapi diberikan untuk mengatasi nyeri akibat metastasis tulang, desakan pada medulla spinalis,
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
40
metastase otak, invasi tumor pada saraf tepi, memiliki efek yang sangat baik. Pada pasien yang mendapatkan kemoterapi terapi anti tumor juga di berikan terutama terhadap sel kanker yang peka terhadap kemoterapi seperti limfoma, karsinoma sel kecil paru, karsinoma ovari, myeloma atau leukemia yang menekan atau menginvasi saraf hingga timbul nyeri, kemoterapi dapat memberikan efek dengan cepat. Pada pasien yang di lakukan prosedur operasi, dapat mengatasi nyeri akibat operasi paliatif reseksi massa tumor besar. Selain itu, fiksasi terhadap fraktur patofisiologis, mengatasi desakan medulla spinalis dan obstruksi usus, maupundrainasi asites massif juga dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
Terapi medikamentosa nyeri kanker yang diberikan yaitu pemberian analgesia. Terapi analgesia di berikan berdasarkan derajat nyeri yang di rasakan pasien yaitu derajat ringan, sedang dan berat. Terapi analgesia di berikan secara 3 tahapan yaitu tahap pertama pemberian obat nonopioid (aspirin, parasetamol, dipyron), tahap kedua adalah obat opoid lemah (kodein) dan tahap ketiga adalah obat opoid kuat (morfin). Obat nonopoid dapat memperkuat efek obat opioid. Berdasarkan penelitian yang di lakukan di RRC menunjukkan bahwa metode analgesia tiga tahap, merupakan cara relatif sederhana yang mampu meredakan nyeri pada 90% pasien kanker. Maka terapi medikamentosa merupakan metode utama dalam terapi nyeri kanker (Desen, 2011).
Penatalaksanaan nyeri juga dikembangkan oleh WHO pada tahun 1986 yang di kenal dengan istilah “pain ladder” untuk memberikan pedoman dalam penggunaan obat dalam pengelolaan nyeri. Pada awalnya di terapkan untuk pasien-pasien dengan nyeri kanker, tetapi pada saat ini juga di
gunakan
untuk
pengelolaan
semua
jenis
nyeri.
WHO
merekomendasikan pemberian terapi nyeri berdasarkan tingkatan nyeri pasien, penanganan nyeri pain ladder dapat di gambarkan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
41
Skema 2.2 Pain Ladder Menurut WHO untuk mengurangi nyeri pada Pasien Kanker
Treatment Ladder
Step 3 Strong Opoid For moderate to severe pain (e.g Morphine) +/_ Non-Opoid +/- Adjuvant
Step 2 Weak Opoid For mild to moderate pain (e.g Codeine) +/- Non-Opoid +/- Adjuvant
Step 1 Non Opoid (e.g. Aspirin, paracetamol or NSAID) +/_ Adjuvant
Paint Persisting of increasing Paint Controlled
(Sumber: World Health Organization, 2009)
Penatalaksanaan
nonfarmakologis
terdiri
dari
berbagai
tindakan
penanganan nyeri stimulasi fisik maupun prilaku kognitif. Penanganan fisik meliputi stimulasi kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS, Transkutaneous Electrical Nerve Stimulation), akupuntur, dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, imaginasi terbimbing, umpan balik biologis, hipnotis dan juga sentuhan terapeutik. Tujuan dilakukan penanganan nyeri dengan
tindakan
fisik
adalah
untuk
meningkatkan
kenyamanan,
memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respon fisiologis dan menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan imobilitas karena nyeri atau adanya pembatasan aktivitas (Tamsuri, 2007).
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
42
2.3. Konsep Family-Centered Care Pada Penatalaksanaan Nyeri Menurut Americans Academic of Pediatric (2003) Family-Centered Care atau perawatan yang terpusat pada keluarga adalah pendekatan perencanaan, penyampaian dan evaluasi perawatan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan antara penyedia pelayanan, pasien dan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, perawatan yang berpusat pada keluarga dibangun atas kemitraan antara keluarga dan profesional. Menurut Ball (2003) family centered care melibatkan keluarga pada perencanan perawatan, evaluasi dan membuat keputusan untuk meningkatkan perawatan anak, dimana praktik keperawatan yang baik melibatkan tenaga kesehatan dan keluarga.
Sedangkan Hockenberrry (2007) menyatakan bahwa konsep dasar dalam family
centered
care
adalah
pemberdayaan
dan
memperkokoh.
Memberdayakan berarti menciptakan kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan kemampuan dan keterampilan yang ada untuk mendapatkan kemampuan dan keterampilan baru yang diperlukan. Sedangkan memperkokoh artinya family centered care terciptanya interaksi perawat
dan
keluarga
yang
sedemikian
rupa
sehingga
keluarga
mempertahankan atau mendapatkan perasaan mampu mengontrol kehidupan dan aspek perubahan yang positif sebagai dampak dari perilaku bantuan.
Pada asuhan anak dengan masalah nyeri dapat diterapkan konsep familycentered care. Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan family-centered care menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan program perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi harian antara pasien dengan tenaga kesehatan harus melibatkan keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk terlibat dalam perawatan pasien, hal ini berarti keluarga dengan latar belakang pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan manfaat positif dalam perawatan anak. Memberikan kewenangan kepada keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
43
Esensi utama dari family-centered care adalah perawat harus memberikan perhatian kepada kebutuhan keluarga dan anak untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari perawatan anak. Pada perawatan anak dengan nyeri dapat pula diterapkan konsep family-centered care untuk meningkatkan kemampuan pencapaian hasil yang diharapkan.
Prinsip family-centered care menurut Saleeba (2008) dapat dijelaskan bahwa keluarga berasal dari berbagai unsur yang memiliki karakteristik yang berbeda. Peran perawat adalah mengetahui dan memberikan penghargaan terhadap perbedaan sosial, kultur, ekonomi, aspek spiritual dalam kehidupan individu, nilai spiritual dan budaya yang dapat memberikan efek pada persepsi seseorang. Perawat harus berbagi informasi secara jujur untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga tentang cara perawatan anak yang mengalami nyeri agar keluarga dapat ikut berperan aktif dalam perawatan.
Tugas penting perawat pada family centered care adalah memberikan dukungan pada keluarga. Komponen dukungan meliputi memberikan kesempatan dan kekuatan. Memberikan kesempatan adalah memberikan peluang kepada keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka serta memberikan kesempatan keluarga untuk mempelajari keterampilan baru. Kekuatan adalah kemampuan tim kesehatan dalam mengizinkan keluarga untuk mengontrol kehidupan keluarganya. Untuk mencapai hal tersebut, perawat seharusnya mengenali kekuatan keluarga dan membantu keluarga untuk membangun kekuatan tersebut. Karena keluarga mengetahui yang terbaik untuk anaknya dan mendorong mereka untuk membuat keputusan sesuai dengan yang mereka yakini. Keluarga membutuhkan dukungan pada masa-masa sulit. Perawat memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan keluarga. Memfasilitasi pembentukan support group untuk anak dan keluarga,
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
44
melakukan pendampingan kepada keluarga, menyediakan akses informasi support group yang tersedia di masyarakat.
Manfaat penerapan family-centered care menurut American Academic Paediatric (2003) adalah sebagai berikut : 1. Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam 2. Meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak 3. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebih baik dan proses kolaborasi. 4. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan yang berkolaborasi dengan keluarga. 5. Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan kapasitas pemberi pelayanan. 6. Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga profesional lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan di rumah, mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu, lebih efektif dalam menggunakan cara pencegahan) 7. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan. 8. Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif 9. Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga profesi lainnya dalam pelatihan-pelatihan 10. Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan profesional 11. Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan yang diterima.
Tujuan Family-Centered Care pada Pasien dan Keluarga 1. Keluarga berperan selama prosedur asuhan keperawatan untuk menurunkan kecemasan orang tua dan anak. Kesiapan orang tua terhadap prosedur yang akan dilakukan terhadap anaknya membuat pemberi asuhan percaya diri dalam melakukan tindakan. 2. Tingkat kesembuhan anak akan lebih cepat
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
45
3. Anak tidak akan banyak menangis, dapat beristirahat dengan tenang, dan membutuhkan
pengobatan
yang
lebih
sedikit
ketika
orang
tua
mendampingi anaknya. 4. Meningkatkan rasa percaya diri orang tua dan kemampuan pemecahan masalah orang tua terhadap masalah kesehatan anaknya 5. Dukungan keluarga meningkatkan status kesehatan mental orang tua dengan anak yang mempunyai sakit kronis. 6. Keluarga dapat berperan dalam merancang prosedur yang akan dilaksanakan terhadap anaknya.
2.4 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan Dalam Proses Keperawatan 2.4.1 Konsep Teori Comfort Kolcaba Dalam teorinya kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai pengalaman manusia yang segera dilakukan untuk memenuhi kebutuhan relief, ease, dan transcendence bertemu dalam empat konteks dari pengalaman (secara fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan). Kenyamanan adalah sebuah payung yang lebih besar, istilah yang dibandingkan untuk nyeri. Seperti yang dinyatakan di atas, ada tiga jenis tingkatan dari kenyamanan: relief, ease dan transcendence. Relief adalah pengalaman pasien yang mempunyai kebutuhan kenyamanan yang spesifik, dimana respon nyeri yang dirasakan oleh individu berbeda-beda. Nyeri fisik juga dipengaruhi oleh faktor psikospiritual, sosiokultural, dan faktor lingkungan. Ease berarti ketenangan atau kepuasan yang dialami oleh individu, sedangkan Trancendence adalah kemampuan untuk naik keatas ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan itu tidak dapat di hapuskan atau dihindari ( Peterson, 2004).
Ketiga jenis karakteristik kenyamanan dapat dijabarkan di empat konteks pengalaman yaitu : fisik yang berhubungan dengan sensasi tubuh dan mekanisme homeostatis, psikospiritual berhubungan dengan kesadaran diri termasuk didalamnya harga diri, konsep, seksualitas, makna hidup serta hubungan seseorang dengan yang lebih tinggi atau sederajat, sosial budaya
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
46
berhubungan dengan interpersonal, keluarga, hubungan sosial, tradisi keluarga, ritual dan agama, dan lingkungan yang berhubungan dengan lingkungan eksternal individu (suhu, pencahayaan, suara, bau, warna). Gambaran Struktur Taksonomi dan aplikasinya dapat dilihat pada skema berikut ini :
Context in Which Comfort Occurs
Tabel. 2.1 Struktur Taksonomi Kebutuhan Kenyamanan.
Relief
Ease
Transcedence
Fisik Psikospiritual Lingkungan Sosiokultur
Gambar .Taxonomi Structure of Comfort Adapted with permission from Kolcaba, K. & Fisher, E. A holistic perspective on comfort care as anadvance directive. Critical Care Nurs Quarterly,18(4):66-76, (c)1996. Aspen Publishers.
Penerapan skema taksonomi di atas dapat digunakan untuk melakukan pengkajian terhadap kebutuhan rasa kenyaman pada pasien, termasuk juga pada pasien anak. Perawat melakukan pengkajian pada 4 area kenyamanan yaitu
fisik,
psikososial,
spiritual
maupun
sosiokultural,
kemudian
mengidentifikasi area mana yang menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Berdasarkan masalah yang ditemukan perawat menyusun intervensi keperawatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman tersebut (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Ada tiga tipe intervensi comfort yaitu: intervensi comfort standar untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri seperti: tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, medikasi dan pengobatan. Intervensi coaching diberikan untuk menghilangkan cemas, memberikan support
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
47
emosi, memberikan informasi, harapan, kesempatan untuk mendengar, dan membantu perencanaan untuk penyembuhan. Sedangkan intervensi comfort food for the soul, yaitu hal-hal menarik ekstra yang perawat lakukan untuk membuat anak/keluarga merasa diperhatikan dan dikuatkan, seperti massase atau guided imagery dan mengurangi stimulus dari lingkungan (Kolcaba, 2003).
Untuk mengevaluasi kenyamanan anak, sesuai teori comfort Kolcaba, dapat digunakan alat ukur berupa: Children comfort daises dan comfort behavior checklist (CBC). Aplikasi comfort theory pada keperatan anak menurut anak menurut Kolcaba di gambaran digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Skema 2.3 Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak
Dari skema di atas dapat dilihat mulai dari konsep umum comfort theory hingga contoh penerapan konsep. Line 1 menggambarkan konsep umum comfort theory yang merupakan level tertinggi dari abstraksi konsep dan menjadi semakin konkrit pada garis berikut dibawahnya. Line 2 merupakan tingkatan praktis dari comfort
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
48
theory khususnya pada keperawatan anak. Line 3 merupakan cara dimana setiap konsep pada garis sebelumnya dioperasionalisasi (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Penerapan comfort theory dalam menangani masalah ketidaknyamanan nyeri pada anak dengan kanker, baik nyeri yang ditimbulkan akibat dari prosedur diagnostik seperti prosedur pengambilan darah, pemberian terapi intratekal, BMP maupun pemberian kemoterapi. Dalam pemberian intervensi keperawatan kenyamanan pada anak perawat perlu melibatkan peran serta dari orang tua dan keluarga selama pemberian intervensi keperawatan. Nyeri yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh prosedur tindakan bisa menimbulkan kecemasan, sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan perawat memperhatikan juga prinsip atraumatic care. Pemenuhan rasa nyaman yang adekuat pada semua aspek dengan tingkatan relief hingga transcendence, akan mendorong pada penurunan lama rawat anak, penurunan kebutuhan akan tindakan/fasilitas medis, dan peningkatan kepuasan anak dan keluarga. Hal tersebut merupakan keluaran positif yang membawa manfaat besar bagi institusi pelayanan (rumah sakit) (Kolcaba & DiMarco, 2005). Untuk optimalisasi penerapan comfort theory, perlu konsistensi asuhan keperawatan, yang berfokus pada kenyamanan, dimulai dari pengkajian hingga evaluasi.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
49
Skema 2.4 Patofisiologi Leukemia Mengancam Kehidupan
Faktor Etiologi ( Idiopatik)
Mutasi Somatik Sel Induk (Lymfoid & Myeloid)
Blokade Maturitas Sehingga Proses Deferensiasi sel‐sel induk terhenti pada sel muda (blast) & Proliferasi
Akumulasi Sel‐sel Muda Dlm Sumsum Tulang
Kegagalan Sum‐Sum Tulang RBC
WBC
Platelet
Anemia
Imun
Perdarahan
Intoleransi Aktifitas
Resiko Infeksi
Resiko Cidera
Trombosit
Hospitalisasi
HyperKatabolisme
Infiltrasi Ke Organ
Perubahan proses keluarga
Darah
Nyeri tulang dan Sendi
Resiko Kurang Volume Cairan
Kemoterapi
Tempat Ektra Medular Lain
Sindroma Hypervisikositas
Mual & Muntah
Nutrisi Kurang dari Keb. Tubuh
Lympadenopati, Hepatomegali, Splenomegali, Meningitis, Lesi Kulit, Pembesaran Testis
Nyeri Sumber: Ball & Binder ( 2003), Corwin (2001), Wison & Hockenberry (2009)
Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan Sitogenik : Kelainan dihubungkan dgn prognosis • Hitung darah Lengkap : Anemia, Trombositopenia, leukosit • Aspirasi & Biopsi Sumsum Tlg : Hiperseluler • Apusan darah tepi : Adanya sel muda (Mioblast, Limfoblast, Monoblast , Eritroblast)
Sel Leukemia
Tulang Antisipasi berduka
Faktor Pencetus (Pengobatan Sitostatika Pada Tumor Padat)
Faktor Predisposisi (Benzene, Radiasi Ionik, Irisomi Kromosom 21 (herediter) Sindrome Bloom & Anemia Fanconi (genetic))
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Merusak Sel Blast
Membran mukosa rusak
Rambut rontok, kulit kering
Ggn Citra Tubuh
Katabolisme Meningkat
Asam Urat Meningka
Kohek si
Gout
Keringat Malam
Ggn Integritas UniversitasKulit Indonesia
Gagal Ginjal
Perubahan Membran Mukosa Mulut
50
Skema 2.5 Integrasi Comfort Theory dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Pada Anak dengan Kanker.
Line 1: Kebutuhan Pelayanan Kesehatan
Variabel Intervensi
Intervensi Keperawatan
Kenyamanan
Prilaku mencari Pelayanan Kesehatan
Integrasi Institusi
Line 2: Kebutuhan kenyaman anak & keluarga: Nyeri
1. 2. 3. 4. 5.
Manajemen nyeri Pengaturan posisi Kompres Pengaturan posisi Dukungan emosional 6. Sentuhan khusus 7. Kehadiran orang tua
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia Jenis kelamin Perkembangan Jenis penyakit Dukungan sosial Sikap
1. 2. 3. 4.
Fisik Psikospiritua Sosiokultural Lingkungan
1. Nyeri terkontrol 2. Nutrisi terpenuhi 3. Hipertemi tidak terjadi 4. Perdarahan tidak terjadi 5. Infeksi tidak terjadi 6. Cemas berkurang
1. Meningkatnya kepuasan keluarga 2. Berkurangnya hari rawat 3. Berkurangnya penggunaan obatobat
Comfort Behavior Checklist (CBC)
Kebutuhan kenyamanan selama prosedur invasif
Hari rawat singkat, berkurangnya penggunaan obat nyeri, sedasi& keluarga merasa
Line 3: Kebutuhan kenyamanan selama prosedur invasif
Standar/protocol pengobatan di ruangan
Catatan usia anak dan kehadiran keluarga selama anak di rawat
Sumber: Kolkaba & DiMarco (2005), Peterson., (2004)
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
51
2.5 Aplikasi Teori Keperawatan Pada Kasus Terpilih Proses asuhan keperawatan berdasarkan teori comfort Kolcaba tetap digambarkan pada lima tahapan asuhan keperawatan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, menyusun intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2.5.1 Pengkajian An. Az (Perempuan) umur 3,5 tahun , masuk RS tanggal 18 Maret 2012 dengan keluhan anak Az 6 hari sebelum di rawat di rumah sakit mengalami demam tinggi, dan suhu tubuh
naik turun sampai 40°C, panas tidak reda walaupun sudah
mendapatkan paracetamol. Awalnya anak dibawa ke IGD RSCM dan kemudian dirawat di ruang non infeksi. Selama di ruang rawat, anak mengalami demam dan lemas terdapat bengkak di mata, nyeri pada kaki kanan serta mendapatkan transfusi trombosit sebanyak 2 kali. Dari hasil pemeriksaan PA tanggal 21 november 2011 dari jaringan di regio femur distal kanan didapatkan hasil bahwa klien didiagnosis neuroblastoma stadium IV. Klien telah menjalani kemoterapi protokol ABAB sejak 19 november 2011 sebanyak 4 siklus kemudian dilanjutkan protokol OPEC-OJEC, pasien dirawat selama 7 hari untuk siklus I protokol OPEC_OJEC dan pulang tanggal 6 Maret 2012.
Sejak anak dirawat diruang non infeksi mengalami penurunan kondisi kesehatan, dari data yang muncul terdapat demam naik turun, anak tidak mau makan dan terjadi leukositosis dengan nilai laboratorium leukosit 8230/ul, pada tanggal 23 Maret anak dipindahkan ke ruang isolasi untuk mendapatkan perawatan intensif dan untuk menghindari anak mengalami infeksi silang.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Maret 2012 ditemukan data anak tampak lemas, kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital: suhu 36,5
C,
frekuensi nafas 24 x/menit, frekuensi nadi 120 x/menit, berat badan 14 kg, tinggi badan 95 cm, dari pehitungan status gizi TB/U= 95%, BB/U = 100%, BB/TB = 93,3%, anak mengalami gizi sedang. Konjungtiva tampak anemis, terpasang selang NGT di hidung kiri, terdapat stomatitis dan oral thrush di mukosa mulut,
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
52
di dada kanan kearah aksila terdapat benjolan, tidak terdapat pembesaran pada hepar dan limpa, terdapat pembesaran pada ginjal kanan dan kiri melebar 13 cm, anak mengeluh nyeri dan sakit pada kaki kanan dan kiri, dari pengkajian skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah nyeri dengan skala 6 (sedang), anak rewel dan tidak kooperatif dan menangis saat didekati oleh perawat. Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 20 Maret 2012 didapatkan hematologi: Hb 11,3 g/dl, Ht 30,5, eritrosit/ul 3,78, trombosit 41200/ul, leukosit 8230/ui. Hitung Jenis: basofil 0 %, eosinofil 0 %, batang 0 %, segmen 0 %, limfosit 15 %, monosit 0 %, blas 85 %, ANC 0. Urin Lengkap: warna: kuning jernih, BJ 1,015, pH 6,5, protein +3, darah Hb +2, urobil 1, sel epitel +1, leukosit 1-2/lpb, kristal, bakteri negatif.
Pengkajian berdasarkan taksonomi Kolcaba pada anak Az adalah sebagai berikut: Context
Dorongan
Ketenteraman
(Relief)
(Ease)
of Comfort Fisik
1. Nyeri
di
daerah
Transcedence
kaki Tempat tidur nyaman, Pasien
terutama di kaki kanan dan homestatis, persendian.
dapat
posisi mentoleransi
nyaman.
nyaman nyeri yang
2. Nyeri bertambah bila di
dialaminya.
gerakkan 3. Skala nyeri 6 4. Ibu
klien
mengatakan
anaknya rewel bila terasa sakit. 5. Anak tampak menangis bila kaki di pegang 1. Tampak stomatitis/sariawan Makanan di
mukosa
mulut
bergizi, Nutrisi terpenuhi
dan kebersihan
mulut,
nafsu
makan
terdapat oral trush.
2. Anak tampak tidak mau sulit meningkat. makan karena nyeri di bibir dan mulut. 3. Tampak
terpasang
selang
NGT di hidung kiri
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
rasa
53 4. IVFD: Kaen 1 B 32 ml/jam tpm dan Ifosfamid/24 jam 5 tpm 5. Konjungtiva pucat, Hb: 7,2 g/dl, albumin 3,10 u/l. 6. BB: 14,9 kg 7. Diet MC 400 kalori , ektra
MC 7 x 200ml 1. Ibu klien mengatakan suhu Badan tidak hangat, Suhu tubuh stabil tubuh anaknya naik turun.
leukosit normal
2. Suhu tubuh 38,8 c 3. Badan anak teraba hangat 4. Anak terpasang IVFD KaEn 1 B 16 tpm makro 1. Laboratorium : Hb 7,2 g/dl,
Homestatis terjaga
trombosit 7000/ul.
Perdarahan
tidak
terjadi
2. Konjungtiva tampak pucat 3. CRT > 2 detik 4. Tidak ada perdarahan di kulit
seperti
ptekie,
hematoma. 5. Tidak
ada
melena
dan
hematuria 6. Tidak ada perdarasan dari gusi Psikospiritual 1. Orang cemas
tua
klien dengan
tampak Cemas
berkurang, Kebutuhan
kondisi anak
anaknya yang tidak stabil
mendapatkan terhadap dukungan keluarga spiritual
2. Tegang.
support dari
tenaga
kesehatan
dan jaminan dari tim
perawatan
kesehatan Lingkungan
1. Anak dirawat ruangan isolasi berisi 2 orang.
Kamar cukup nyaman, Kebutuhan nyaman tidak ada
bau dan Lingkungan nyaman
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
54 2. Kamar 104 ber AC, tidak bersih terdapat
jendela,
untuk
terdapat
keluarga,
kebutuhan
pintu berkaca.
untuk
3. Kamar bersih dan tidak ada
privacy perawatan
secara individu.
bau 4. Kamar di desain dengan wall paper
bermotif
sesuai
dengan anak-anak. 5. Anak mengami leukositosis Leukosit = 8230/ul Sosiolkultural 1. Tidak ada tradisi, istiadat/ keyakinan
adat
Kebutuhan
budaya
serta
dari
agama
yang
teman.
dianut bertentangan dengan
keluarga, Kebutuhan
informasi
pelaksanaan pengobatan atau terapi serta perawatan pada anak dengan kanker. 2. Selama
anak
menjalani
terapi An.Az di temani oleh ibu
dan
ayahnya
secara
bersamaan dan bergantian.
2.5.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan dari pengkajian yang dilakukan pada anak Az, menggunakan teori comfort Kolcaba pada 4 area Context of Comfort yaitu: fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural dapat dijabarkan sebagai berikut: 2.5.2.1 Fisik 1. Nyeri berhubungan dengan osteopenia 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, efek kemoterapi. 3. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh. 4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit/ trombositopenia.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
support
55
2.5.2.2 Psikospiritual Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prosedur, test diagnostik dan pengobatan.
2.5.2.3 Lingkungan Risiko terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan leukopenia dan penurunan daya tahan tubuh
2.4.2.4 Sosiokultural Dari hasil pengkajian, walaupun klien mengalami masalah kesehatan, tetapi tidak terlihat mengalami masalah dalam kontek sosiokultural.
2.5.3 Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan intervensi comfort, terdiri dari 3 tipe yaitu teknik tindakan kenyamanan, merupakan intervensi yang didesain untuk mempertahankan homeostasis, Coaching, meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan, memberikan informasi, mendengarkan, membantu perencanaan pemulihan secara realistis dan Comfort Food, terapi pada comfort food ini meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik.
2.5.3.1 Nyeri berhubungan dengan diagnosis, pengobatan, efek fisiologis kanker. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil: 1. Nyeri dapat berkurang 2. Skala dan kualitas nyeri berkurang 3. Anak tampak rileks 4. Anak dapat beraktivitas tanpa nyeri 5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
56
Intervensi Keperawatan: Intervensi standart untuk comfort : 1. Pantau tanda tanda vital 2. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, derajat, skala, faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi dan waktu terjadi nyeri) 3. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur 4. Berikan posisi yang nyaman 5. Atur suasana perawatan yang kondusif dan nyaman. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgetik. 7. Pantau hasil laboratorium Coaching : 8. Beri dukungan emosional dan spiritual 9. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 10. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi dan radiasi 11. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua Comfort food for the soul : 12. Ajarkan teknik relaksasi 13. Ajarkan teknik distraksi, seperti menonton film mewarnai, dll 14. Turunkan stimulus lingkungan
2.5.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, efek kemoterapi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Status nutrisi dapat
dipertahankan
Kriteria Hasil: 1. Nafsu makan meningkat 2. Anak dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan. 3. Tidak ada mual dan muntah 4. Berat badan dapat dipertahankan 5. BB ideal anak untuk usia 1-5 tahun: = 2 n + 8= 2 x 3,5 + 8= 15 Kg
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
57
6. Interpretasi gizi = BB anak x 100 % BB ideal = 12 x 100% = 80 % 15 Berdasarkan interpretasi diatas anak mengalami status gizi sedang. 7. Kebutuhan Kalori= 80 x BB 80 x14 = 1120 Karbo = 50% x 1120 = 560 kal Protein = 15 % x 1120 = 168 kal Lemak = 35 % x 1120= 392 kal 8. Hb normal = 12 -14 gr/dl
Intervensi Keperawatan: Intervensi standart untuk comfort 1. Timbang berat badan 2. Kaji pola makan klien 3. Kaji penyebab anak tidak mau makan 4. Berikan makan dalam porsi hangat 5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Berikan diet sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan ahli gizi. 7. Berikan supplemen tambahan/vitamin 8. Pantau pemeriksaan Hb Coaching : 9. Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan. 10. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi Comfort food for the soul : 11. Berikan makanan sesuai keinginan anak 12. Berikan lingkungan yang nyaman pada saat makan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
58
2.5.3.3 Resiko gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, neutropenia Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan pada An. Az hipertermia dapat teratasi, Kriteria hasil : 1. Badan tidak teraba panas 2. Suhu tubuh dalam batas normal = 36-37 C 3. Pemeriksaan lab dalam batas normal Leukosit = 5.000-10.000/ul
Intervensi Keperawatan Intervensi standart untuk comfort 1. Pantau TTV setiap 2 jam, terutama suhu 2. Pantau intake cairan 3. Kaji & pantau hidrasi (turgor, kelembaban, membran mukosa, warna kulit) 4. Berikan kompres di daerah dahi, aksila dan lipatan tubuh 5. Berikan lingkungan yang nyaman 6. Beri informasi orang tua mengenai kondisi suhu badan anak. 7. Berikan antipiretik sesuai indikasi = paracetamol , farmadol 8. Pantau laboratorium leukosit
Coaching: 9. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum 10. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak pakaian tipis dan menyerap
keringat Comfort food for the soul : 10. Beri dukungan emosional dan spiritual 11. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 12. Berikan lingkungan yang nyaman bagi anak 13. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua 2.5.3.4
Risiko
perdarahan
berhubungan
dengan
penurunan
trombosit/
trombositopenia Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada anak Az perdarahan dapat teratasi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
59
Kriteria hasil : 1. Perdarahan dapat berkurang 2. Tidak terjadi perdarahan spontan 3. Tidak terjadi syok (TD menurun, ekstrermitas dingin, kesadaran menurun) 4. Tanda-tanda vital dalam batas normal 5. Trombosit 150.00-400.000/ul
Intervensi Keperawatan Intervensi standart untuk comfort 1. Pantau tanda tanda vital 2. Pantau dan laporkan adanya tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, pucat, diaforesis, meningkatnya kecemasan) 3. Pantau kulit dan membran mukosa setiap hari 4. Pantau urin dan tinja terhadap tanda-tanda perdarahan 5. Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygiene 6. Pantau pemeriksaan hematologi dan faktor pembeku darah dan trombosit Coaching : 7. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 8. Jelaskan tentang prosedur transfusi darah Comfort food for the soul : 9. Turunkan stimulus lingkungan 10. Berikan lingkungan yang nyaman selama anak
2.5.3.5 Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan leukopenia dan penurunan daya tahan tubuh Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi Kriteria Hasil: 1. Infeksi terkontrol/ tidak terjadi 2. Daya tahan tubuh meningkat 3. Anak terhindar dari infeksi 4. Leukosit meningkat
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
60
Intervensi Keperawatan: Intervensi standart untuk comfort 1. Pantau tanda- tanda infeksi 2. Lakukan teknik cuci tangan yang benar setiap sebelum menyentuh dan sesudah melakukan tindakan 3. Kaji kemungkinan terjadinya infeksi 4. Lakukan teknik aseptik pada semua prosedur tindakan 5. Pantau suhu tubuh. Coaching : 6. Anjurkan orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh anaknya 8. Jelaskan pada orang tua tentang kondisi anaknya yang rentan terkena infeksi Comfort food for the soul : 9. Turunkan stimulus lingkungan dengan membatasi pengunjung ke dalam ruangan 10. Berikan lingkungan yang nyaman selama anak
2.5.3.6 Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prosedur tindakan, test diagnostik, efek fisiologis kanker Tujuan: cemas berkurang Kriteria Hasil: 1. Anak tidak takut pada saat dilakukan prosedur medis 2. Anak tampak rileks 3. Anak kooperatif 4. Cemas terkontrol
Intervensi Keperawatan Intervensi standar untuk comfort: 1. Kaji tingkat kecemasan pada anak dan orang tua 2. Kaji penyebab kecemasan anak dan orang tua 3. Libatkan orang tua dalam tindakan keperawatan dan medis
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
61
Coaching : 4. Jelaskan pada orang tua tentang program pengobatan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada anak Comfort food for the soul : 5. Berikan lingkungan yang nyaman pada anak 6. Lakukan teknik/ pendekatan bermain pada anak dalam melakukan prosedur tindakan
2.5.4 Implementasi dan Evaluasi 2.5.4.1 Nyeri Tanggal 26 Maret 2012 1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 120x/mnt, reguler, isi cukup. TD = 101/60 mmHg RR: 20 x/mnt, suhu; 38,4
C.
2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di kaki, persendian dan tulang. Skala nyeri 6, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri pada saat bergerak dan di pegang. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, dan masih rewel. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kaki disanggah dengan bantal oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: anak tampak menolak pada saat di lakukan pendekatan. 6. Memberikan terapi : tramadol 20 gr (IV). Respon: anak tampak meringis pada saat obat di masukkan.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
62
Evaluasi: Jam 20.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi kaki kanan anak disanggah dengan bantal. 4. FN= 140x/mnt 5. Suhu = 37,1° C 6. RR = 36 x/mnt Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karakteristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri.
Tanggal 27 Maret 2012 1. Mengkaji tanda-tanda vital Respon: Nadi: 110 x/mnt, reguler, isi cukup. TD = 96/67 mmHg RR: 30 x/mnt, suhu; 38,4
C,
2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: nyeri dirasakan anak di kaki, persendian dan tulang. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area massa, anak merasa nyeri pada saat bergerak dan dipegang. Anak tampak rewel yang sering menangis menahan sakit 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
63
4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring ke kiri dengan disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan menggambar Respon: perhatian anak teralihkan saat diajak untuk menggambar dan mewarnai. 6. Memberikan terapi : tramadol 20 gr (IV) Respon: anak tampak meringis kesakitan.
Evaluasi Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanggah dengan bantal. 4. FN= 138x/mnt, suhu = 37,3 ° C, RR = 36 x/mnt
Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karakteristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
28 Maret 2012 1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 100x/mnt, reguler, isi cukup, TD: 113/81 mmHg RR: 28 x/mnt, suhu; 38,7
C.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
64
2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di kaki, persendian dan tulang. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri pada saat bergerak dan di pegang. Anak tampak rewel yang sering menangis menahan sakit 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak mau mengikuti anjuran perawat, dan masih rewel. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kaki kanan dengan disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: perhatian anak teralihkan saat diajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat ditonton kapan saja anak mau, anak lebih senang mendengarkan lagu-lagu rohani. 6. Memberikan terapi : tramadol 30 gr (PO). Respon: Obat masuk, anak tampak meringis kesakitan saat di berikan obat.
Evaluasi Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak tampak miring ke sebelah kanan disanggah dengan bantal, dan kadang-kadang miring ke sebelah kiri Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri belum teratasi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
65
Planning : 1. Kaji karakteristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Tanggal 29 Maret 2012 1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 110x/mnt, reguler, isi cukup, TD: 115/85 mmHg RR: 24 x/mnt, suhu; 36,4
C,
2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: nyeri dirasakan anak di kaki, persendian dan tulang disertai bengkak pada kaki. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri pada saat bergerak dan dipegang. Anak tampak rewel yang sering menangis menahan sakit. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kaki kanan dengan disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton. Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau. 6. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO). Respon: Obat masuk, diberikan sesuai dosis.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
66
Evaluasi Jam 07.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya kadang masih merasakan nyeri Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak tampak miring ke sebelah kanan disanggah dengan bantal, dan kadang-kadang miring ke sebelah kiri Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karakteristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
2.5.4.2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Tanggal 26 Maret 2012 Implementasi 1. Menimbang berat badan Respon: BB= 14,7 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Klien tidak mau makan makanan yang disediakan di rumah sakit, diet MC 400ml via NGT + extra ML 7 x 200 ml 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: dimulut terdapat sariawan, dan perut terasa mual. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Ibu klien memberikan makanan cair melalui NGT dengan porsi hangat
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
67
5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali , bahkan snack dan biscuit juga tidak mau. Ibu memberikan makan cair extra yang diberikan oleh rumah sakit. 6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, albumin, protein total Hasil: Hb= 7,2 gr/dl, albumin= 3,10 gr/dl Kesan : terjadi anemia 7. Memberikan terapi ondansetron 3 mg (IV) Respon: obat telah diberikan sesuai dengan dosis, anak tampak meringis. 8. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan memberikan obat kumur pada anaknya.
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang diberikan. 2. Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka makanan dari rumah sakit dan juga makanan kecil seperti biskuit. Objektif : 1. Anak tampak tidak mau menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk makan. 3. Konjungtiva anemis 4. Diet MB 400 kalori extra ML 7 x 200 ml Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
68
Planning : 1. Timbang berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Pantau makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein
Tanggal 27 Maret 2012 Implementasi 1. Menimbang berat badan Respon: BB= 14,7 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Klien tidak mau makan makanan yang disediakan di rumah sakit, diet MC 400ml via NGT + extra ML 7 x 200 ml 3.Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: dimulut terdapat sariawan, dan perut terasa mual. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Ibu klien memberikan makanan cair melalui NGT dengan porsi hangat 5. Menganjurkan orang tua klien untuk memberikan makanan sedikit tapi sering. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali, bahkan snack dan biskuit juga tidak mau. Ibu memberikan makan cair extra yang diberikan oleh rumah sakit. 6. Memberikan terapi ondansetron 3 mg (IV) Respon: obat telah diberikan sesuai dosis, anak tampak meringis 7. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara dikumur-kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan memberikan obat kumur pada anaknya
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
69
Evaluasi Jam 14.00 WIB Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang diberikan. 2. Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka makanan dari rumah sakit dan juga makanan kecil seperti biskuit Objektif : 1. Anak tampak tidak mau menghabiskan makanan. 2.Anak tampak susah untuk makan. 3.Konjungtiva anemis 4. Diet MB 400 kalori extra ML 7 x 200 ml 5. Tidak ada peningkatan berat badan = 14,7 kg Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Pantau makanan yang
dihabiskan.
4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein Tanggal 29 Maret 2012 Implementasi 1. Menimbang berat badan Respon: BB= 15 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Ibu klien mengatakan anaknya mau makan biscuit/ snack yang di sediakan di rumah sakit, diet MC 400 ml via NGT + extra ML 7 x 200 ml.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
70
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: dimulut terdapat sariawan, dan perut terasa mual. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Ibu klien memberikan makanan cair melalui NGT dengan porsi hangat 5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali , bahkan snak dan biscuit jg tidak mau. Ibu memberikan makan cair extra yang di berikan oleh rumah sakit. 8. Memberikan terapi ondansetron 3 mg (IV) Respon: obat telah diberikan sesuai program 9. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan memberikan obat kumur pada anaknya 10. Memantau pemeriksaan hemoglobin dan albumin Hasil : Hb = 9,8 gr/dl albumin = 3, 12 u/dl Kesan : Anemia dan hipoalbuminemia
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang diberikan. 2. Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka makanan dari rumah sakit dan juga makanan kecil seperti biskuit Objektif : 1. Anak tampak tidak mau menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk makan. 3. Konjungtiva anemis 4. Diet MB 400 kalori extra ML 7 x 200 ml
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
71
5. Terdapat peningkatan berat badan 1 ons. Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhbelum teratasi Planning : 1. Timbang berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Pantau makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein Tanggal 29 Maret 2012 Implementasi 1. Menimbang berat badan Respon: BB= 15 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Klien tidak mau makan makanan yang disediakan di rumah sakit, diet MC 400ml via NGT + extra ML 7 x 200 ml 3.Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: dimulut terdapat sariawan, dan perut terasa mual. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Ibu klien memberikan makanan cair melalui NGT dengan porsi hangat 5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali, bahkan snack dan biscuit juga tidak mau. Ibu memberikan makan cair extra yang diberikan oleh rumah sakit. 6. Memberikan terapi ondansetron 3 mg (IV) Respon: obat telah diberikan sesuai dosis, anak tampak meringis saat obat masuk.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
72
7. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan memberikan obat kumur pada anaknya Evaluasi Jam 07.00 WIB Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang diberikan. 2. Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka makanan dari rumah sakit dan juga makanan kecil seperti biskuit Objektif : 1. Anak tampak tidak mau menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk makan. 3. Konjungtiva anemis 4. Diet MB 400 kalori extra ML 7 x 200 ml 5. Tidak ada peningkatan berat badan = 15 kg Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi Planning : 1. Timbang berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Pantau makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
73
2.5.4.3 Risiko perdarahan Tanggal 26 Maret 2012 Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda vital (S, N, RR) Respon: Nadi: 120x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 20 x/mnt, S= 38,4 C 2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: tidak ditemukan tanda-tanda klinis perdarahan pada anak Az, tidak ada perdarahan pada kulit seperti ptekie dan hematom< tidak ada perdarahan pada gusi dan mulut, CRT < 2 detik. 3. Menganjurkan orang tua untuk membersihkan gigi dan gusi dengan menggunakan sikat yang lembut atau menggunakan kassa. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau sikat gigi dibersihan dengan, hanya diberi obat kumur saja 4. Mengajarkan orang tua untuk membersihkan gigi dan gusi dengan menggunakan kassa Respon : Ibu klien tampak memperhatikan dan mengatakan akan membersihkan gigi dan mulut anak dengan menggunakan kassa. 5. Memantau pemeriksaan hematologi dan faktor pembeku darah dan trombosit Respon:/Hasil: Darah lengkap: Hb= 7,2 gr/dl,
Ht= 21 %, leucosit= 4500/ul,
trombosit= 7000/ul. Hitung jenis: basofil/ eosinofil/ batang/ segmen/ limfosit/Monosit = 0/0/2/8/0, blast 90 % . Kimia: Ur = 21 mg/dl, kreatinin= 0,3 SGOT = 106 u/lSGPT = 104 u/l. Elektrolit: Na= 121 mg/dl , K= 3,7 mEq, Klorida= 90,3 mEq, fosfat= 3,4. Ca darah 8,0 mg/dl Kesan:
anemia
normositik
normokromik,
trombositopenia,
hiponatremia, peningkatan liver fracture test (SGOT/SGPT) > 2 x Sikap: rencana tranfusi trombosit = 4 unit, tranfusi PRC leucodeplet, target Hb 10
(10-7,2) x 4 x 15 = 168 ~ 175, Infus NaCl 150
cc dalam 24 jam, 130-121x 0,6 x 15 kg = 500cc NaCl 0,9%
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
74
6. Konsul dengan divisi hematologi: o Berikan PRC leukodepleted/washad PRC o Premedikasi dengan dexametason dan diphenhydramine o Follow up immunotapping o Bila cek darah minta slide darah tepi o Lanjutkan antibiotik O Bila besok masih demam rencana ganti antibiotik, kultur darah ulang. 7. Memberikan prednison 1,5 mg (iv) dan dipenhidramin 10 gr (iv) Memasang Infus di line II, memberikan PRC 199 ml golongan darah O (06.00-08.30) setelah selesai bila dengan NaCl 0,9%. Tidak reaksi setelah transfusi
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak ada perdarahan dari gusi dan mulut serta perdarahan dari kulit Objektif : 1. Konjungtiva anemis +/+ 2. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar Hb dan trombosit anak menurun. 3. Tanda-tanda vital; FN = 140 x/mnt, S = 37,1 C,RR = 36 4. Telah dilakukan tranfusi PRC, tidak ada reaksi alergi Analisa: Tujuan tercapai, masalah perdarahan tidak terjadi Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3. Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 4. Rencana transfusi trombosit = 4 unit
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
75
5. Tranfusi PRC leucodeplet, target Hb 10 (10-7,2) x 4 x 15 = 168 ~ 175 6. Infus NaCl 150 cc dalam 24 jam. 130-121x 0,6 x 15 kg = 500cc NaCl 0,9% 7. Kultur darah ulang
Tanggal 27 Maret 2012 Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda vital (S, N, RR) Respon: Nadi: 110x/mnt, reguler, isi cukup, RR: 30 x/mnt, suhu; 38,4 C, TD = 96/67 mmHg 2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: tidak ditemukan tanda-tanda klinis perdarahan pada anak Az, tidak ada perdarahan pada kulit seperti ptekie dan hematom, tidak ada perdarahan pada gusi dan mulut. CRT < 2 detik. 3. Mengingatkan orang tua untuk membersihkan gigi dan gusi dengan menggunakan sikat yang lembut atau menggunakan kassa. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau sikat gigi dibersihkan dengan, hanya di beri obat kumur saja 4. Ronde Divisi Hematologi: O
Hitung dosis doxo, ulang echo, kontrol infeksi untuk antibiotik, jika belum dijawab sampai siang, berikan piptozactam, kultur urin
5. Memasang tranfusi TC III sebanyak 3 unit (47 ml, 83 ml, 68 ml) dan bilas NaCl 0,9%. Respon : tidak ada alergi pasca tranfusi, tidak ada demam, S= 36,9 C.
Evaluasi Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak ada perdarahan dari gusi dan mulut seta perdarahan dari kulit.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
76
Objektif : 1. Konjungtiva anemis +/+ 2. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar Hb dan trombosit anak menurun. 3. Tanda-tanda vital; FN = 120 x/mnt, S = 36,9° C, RR = 32 x/mnt 4. Telah dilakukan transfusi TC 3 unit , tidak ada reaksi alergi Analisa: Tujuan tercapai, masalah perdarahan tidak terjadi Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3.Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 4. Rencana transfusi trombosit IV 5. Rencana transfusi PRC II leukodepleted 100 cc
Tanggal 28 Maret 2012 Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda vital (S, N, RR) Respon: Nadi: 100x/mnt, reguler, isi cukup, RR: 28 x/mnt, suhu; 38 C, TD = 100/75 mmHg 2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: tidak ditemukan tanda-tanda klinis perdarahan pada anak Az, tidak ada perdarahan pada kulit seperti ptekie dan hematom, tidak ada perdarahan pada gusi dan mulut. CRT < 2 detik. 3 Ronde Divisi Hematologi: o Cek ulang DPL, SGOT/SGPT, bila SGOT/SGPT > 2 x normal o Kemoterapi gunakan protocol AML yang baru 4. Memasang tranfusi TC IV sebanyak 4 unit(78 ml, 61 ml, 75 ml dan 67 ml) = 281 cc dan bbilas NaCl 0,9%
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
77
Respon : tidak ada alergi pasca transfusi 5. Mengambil darah untuk pemeriksan DPL, SGOT/SGPT Hasil : Darah diambil 5 cc, anak tampak menangis saat diambil darah. 6. Memantau pemeriksaan laboratorium Respon:/Hasil: Darah lengkap: Hb= 9,8 gr/dl, Ht= 28,7 %, leucosit= 3200/ul, trombosit= 82000/ul Hitung jenis: Basofil/ eosinofil/ batang/ segmen/ limfosit/Monosit = 0/0/1/7/0 blas 91 %. Kimia: Ur = 21 mg/dl, kreatinin= 0,3 gr/dl, SGOT = 114 u/l, (meningkat 2,1 x). SGPT = 84 u/l x) GGT = 104
(meningkat 2,1
Alk fosfotase = 162. Albumin = 3,22
Bilirubin
total/insirek/derek = 1,08/0,82/0,62. Elektrolit: Na= 147 mg/dl , K= 3,4 mEq, Klorida= 106,6 mEq, fosfat= 3,4 gr/dl, Ca= 167 (meningkat), Ca darah 2,09 mg/dl (meningkat) Kesan : o Anemia normositik normokromik => transfusi PRC (target Hb 12) o Trombosit meningkat (tidak perlu tranfusi TC)
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak ada perdarahan dari gusi dan mulut serta perdarahan dari kulit Objektif : 1. Konjungtiva anemis +/+ 2. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar Hb dan trombosit anak menurun. 3. Tanda-tanda vital; FN = 110 x/mnt, S = 37,1 C, RR = 32 x/mnt 4. Telah dilakukan transfusi TC 3 unit , tidak ada reaksi alergi Analisa: Tujuan tercapai, masalah perdarahan tidak terjadi Planning :
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
78
1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3.Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 4. Rencana tranfusi PRC leukodepleted 150 cc
Tanggal 29 Maret 2012 Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda vital (S, N, RR) Respon: Nadi: 100x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 24 x/mnt, S= 36
C,
TD = 110/75 mmHg 2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: tidak ditemukan tanda-tanda klinis perdarahan pada anak Az, tidak ada perdarahan pada kulit seperti ptekie dan hematom, tidak ada perdarahan pada gusi dan mulut. CRT < 2 detik. 3. Memasang transfusi TC sebanyak 4 unit dan PRC 175 cc dan bilas NaCl 0,9%. Respon : tidak ada alergi pasca transfusi 4. Memantau pemeriksaan laboratorium Respon:/Hasil: Darah lengkap: Hb= 9,8 gr/dl, Ht= 28,7 %, leucosit= 3200/ul, trombosit= 82000/ul Hitung jenis: Basofil/ eosinofil/ batang/ segmen/ limfosit/ Monosit = 0/0/1/7/0, blas 91 % Kesan : o Anemia normositik normokromik => tranfusi PRC (target Hb 12) o Trombosit meningkat (tidak perlu tranfusi TC)
Evaluasi Jam 07.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak ada perdarahan dari gusi dan mulut seta
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
79
perdarahan dari kulit.
Objektif : 1. Konjungtiva anemis +/+ 2. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar Hb dan trombosit anak menurun. 3. Tanda-tanda vital= FN = 10 x/mnt, S = 36,9 C, RR = 32 x/mnt 4. Telah dilakukan transfusi TC dan PRC , tidak ada reaksi alergi Analisa: Tujuan tercapai, masalah perdarahan tidak terjadi Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji tanda-tanda vital 3.Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 3.5.2.1 Risiko gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermia Tanggal 26 Maret 2012 Implementasi 1. Mengukur tanda tanda vital (S, N, RR) Hasil: Suhu= 38,4 ° C, Nadi = 120x/mnt, RR= 20x/mnt. 2. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil: Ibu klien tampak mengompres anak. 3. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum, sesuai dengan kebutuhan anak. Hasil: Orang tua mengatakan akan memberikan anak minum 4. Mengukur suhu tubuh Hasil = 37,6° C 5. Memberikan obat antipiretik paracetamol 1,5 cth Hasil: anak meminum obat sesuai dengan dosis 6. Memberikan terapi : amikasin 270 mg (IV), ceftazidim 700 mg (IV
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
80
Respon: Obat telah diberikan sesuai dosis, anak tampak meringis saat obat masuk.
7. Memantau cairan infus Respon:Anak terpasang IVFD KaEn 1B 16 tpm makro, aliran infus lancar.
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas Objektif : 1. Badan klien teraba panas 2. Muka klien tampak merah 3. Anak tampak berkeringat 4. Anak tampak rewel 5. Suhu tubuh= 37,6 °C A nalisa: Tujuan belum tercapai, masalah hipertermi belum teratasi Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun.
Tanggal 27 Maret 2012 Implementasi 1. Mengukur tanda-tanda Vital (S, N, RR) Hasil :Suhu= 38,4° C, Nadi = 110x/mnt, RR= 30x/mnt. TD 96/67 mmHg 2. Memberikan obat antipiretik Parasetamol 1,5 mg (PO)
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
81
Hasil: Obat telah diminum anak sesuai dosis 3. Menyarankan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak. 4. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum sesuai dengan kebutuhan anak Hasil: orang tua mengatakan akan memberikan anak minum 5. Mengukur suhu tubuh Hasil = 37,1
C
6. Memberikan terapi : amikasin 20 mg (IV), ceftazidim 700 mg (IV) Respon:Obat telah diberikan. 7. Memantau cairan infus Respon:Anak terpasang IFVD 2 line, Line I = NaCl 0,9% + co natrium dalam 24 jam 10,4 ml/jam. => 8 tpm makro, Line II = transfusi PRC.
Evaluasi Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas Objektif : 1. Badan klien teraba panas 2. Muka klien tampak merah 3. Anak tampak berkeringat 4. Anak tampak rewel 5. Suhu tubuh= 38 °C A nalisa: Tujuan belum tercapai, masalah hipertermi belum teratasi Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
82
3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun. 4. Berikan minum yg banyak
Tanggal 28 Maret 2012 Implementasi 1. Mengukur tanda tanda vital (S, N, RR) Hasil :Suhu= 37,8° C, Nadi = 125x/mnt, RR= 32x/mnt. 2. Memberikan obat antipiretik paracetamol 7,5 m (PO) Hasil: Obat telah diminum anak sesuai dosis. 3. Menyarankan orang tua untuk mengompresanak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil :Ibu klien tampak mengompres anak. 4. Menganjurkan orang tua untuk memberik ananak banyak minum, sesuai kebutuhan anak. Hasil: Orang tua mengatakan anaknya baru minum 250 cc dari jam 12.00 WIB 5. Konsul dengan divisi infeksi: Saran : o Berikan cefepime dosis sepsis => evaluasi terlebih dahulu o Kultur darah jamur, cek prokalsitonin 6. Memberikan terapi: amikasin 270 mg (IV), ceftazidim 700 mg (IV) Respon: Obat telah diberikan sesuai dosis, anak tampak meringis saat obat masuk.. 7. Memantau cairan infus Respon: Anak terpasang IFVD 2 line, Line I = NaCl 0,9% + co natrium dalam 24 jam 10,4 ml/jam. => 8 tpm makro, Line II =stoper
Evaluasi Jam 20.00 WIB Subjektif :
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
83
Ibu klien mengatakan badan anaknya saat ini tidak panas Objektif : 1. Suhu tubuh masih belum stabil/naik turun. 2. Suhu tubuh= 36,6 °C.
A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah hipertermi teratasi sebagian Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun. 4. Berikan antipiretik bila demam
Tanggal 29 Maret 2012 Implementasi 1. Mengukur tanda-tanda vital (S, N, RR) Hasil : Suhu= 37,1° C, Nadi = 110x/mnt, RR= 32x/mnt. 2. Memantau hasil laboratorium : Hasil: leukosit = 32000/ul , MCV = 8,5,4 fl, MCH = 34,1 pg, MCHC = 35,2 g/dl 3. Memberikan terapi: Cefepim 700 mg (IV) Respon: Obat telah diberikan sesuai dosis, anak tampak meringis saat obat masuk. 4. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum Hasil: Orang tua mengatakan akan memberikan anak minum 5. Memantau cairan infus Respon: Anak terpasang IFVD 2 line Line I = NaCl 0,9% + co natrium dalam 24 jam 10,4 ml/jam => 8 tpm makro, Line II =stopper.
Evaluasi
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
84
Jam 07.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih naik turun.
Objektif : 1. Suhu tubuh masih belum stabil/naik turun. 2. Suhu tubuh= 36,3 °C Analisa: Tujuan belum tercapai, masalah hipertermi teratasi sebagian Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun. 4. Berikan antipiretik bila demam
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
Program pendidikan ners spesialis keperawatan anak bertujuan untuk mendidik peserta didik melalui pembelajaran yang mengarah pada pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan, untuk dapat berperan dan berfungsi secara mendiri. Program pendidikan ners spesialis keperawatan anak dicapai dalam dua semester, setelah peserta didik melalui tahapan penerapan dan analisis konsep dan teori keperawatan, serta kebijakan pemerintah, yang berhubungan dengan keperawatan anak pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Setelah menyelesaikan program pendidikan ners spesialis keperawatan anak, di harapkan peserta didik memiliki kompetensi sebagai perawat klinik anak IV (perawat ahli), yang bertanggung jawab terhadap pola pengembangan keperawatan anak, serta penyelesaian masalah secara efektif. Lebih lanjut, kompetensi tersebut di jabarkan dalam bentuk kemampuan berperan dalam praktik profesional, etis, legal dan peka budaya dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan dan dalam pengembangan profesional.
Standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang ners spesialis telah ditentukan oleh organisasi keperawatan. Standar kompetensi perawat adalah ukuran atau patokan yang disepakati tentang kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan. Standar dari kompetensi ners spesialis keperawatan merefleksikan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh seorang ners spesialis keperawatan. Ranah dan unit kompetensi perawat meliputi praktik profesional yang bertanggungjawab dan bertanggung gugat secara aspek etik dan legal, memberikan asuhan dan manajemen asuhan keperawatan serta mengembangkan profesionalisme dalam rangka peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan (PP-PPNI, 2010).
85 Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
86
3.1 Melaksanakan AsuhanKeperawatan Praktik residensi strata pendidikan untuk mengembangkan professionalisme diberikan. Praktik residensi dilaksanakan oleh residen mulai tanggal 03 Oktober 2011 sampai 20 April 2012. Sebelum melaksanakan praktik, residen terlebih dahulu menyusun kontrak belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Praktik residensi terdiri dari dua tahapan, yaitu: residensi I dan residensi II. Residensi I dilaksanakan selama 16 minggu yang dimulai tanggal 03 Oktober 2011sampai 27 Januari 2012. Ruang praktik terdiri dari ruang kelas III Infeksi IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta 6 minggu, ruang perinatologi RSAB Harapan Kita selama 4 minggu, ruang kelas III non infeksi IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta selama 6 minggu. Residensi II dilaksanakan selama 9 minggu, dimulai tanggal 12 Maret 2012 sampai 20 April 2012 dengan tempat praktik di ruang gambir RSAB Harapan Kita Jakarta selama 3 minggu dan diruang kelas III non infeksi IKA RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 6 minggu. Selama praktik residensi, residen juga melaksanakan suatu program inovasi yang terkait
dengan
pelaksanaan Discharge Planning.
Dalam melaksanakan praktik selalu menerapkan prinsip etik dalam keperawatan, menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien, menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan yang diberikan, menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi yang diperoleh dari klien serta melaksanakan tanggung jawab kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya
penyakit
atau
komplikasi
penyakit,
mengurangi
dan
menghilangkan penderitaan yang dialami oleh klien dan keluarga.
3.1.1 Kompetensi di Ruang Infeksi Praktik di ruang infeksi berlangsung dari tanggal 03 Oktober sampai 11 November 2011. Kompetensi yang telah dicapai selama praktik di ruang infeksi adalah merawat anak dengan masalah respirasi (bronkopneumonia,
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
87
TB paru), merawat anak dengan masalah gangguan keseimbangan cairan (diare, DHF), merawat anak dengan masalah gastro-hepatologi (hepatitis), merawat anak dengan infeksi sistem persarafan (kejang demam, encephalitis) dan sosialisasi jurnal keperawatan berdasarkan Evidence Based Practice.
3.1.2 Kompetensi di Ruang Perinatologi Praktik di ruang perinatologi berlangsung dari tanggal 14 November sampai 9 Desember 2011. Kompetensi yang telah dicapai selama praktik di ruang perinatologi adalah merawat neonatus dengan masalah respirasi, merawat neonatus dengan gangguan metabolisme (hiperbilirubinemia, hipoglikemia), dan merawat neonatus dengan penyakit infeksi (sepsis neonatus awitan dini), menilai masa gestasi, manajemen laktasi, manajemen neonatus dengan masalah termoregulasi, merawat neonatus dengan penyakit infeksi.
3.1.3 Kompetensi di Ruang Noninfeksi Kasus non infeksi merupakan bidang peminatan yang dipiliholeh residen. Praktik residensi yang dijalani di ruang non infeksi terdiri dari dua periode, yaitu tahap pertama dimulai tanggal 12 Desember 2011 sampai 27 Januari 2012, tahap kedua dari tanggal 12 Maret 2012 sampai 21 April 2012. Kompetensi meliputi melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak dengan penyakit keganasan, meliputi; retinoblastoma, leukemia limfositik akut, rabdomiosarkoma, limfoma non hodgkin tumor yolk sac. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem hematologi, meliputi: hemophilia. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem urinarius, yaitu glomerulonephritis akut. Gangguan sistem kardiovaskuler, yaitu demam reumatik.
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
88
3.2 Kompetensi Ners Spesialis Keperawatan Anak Secara Umum Selama melaksankan praktik residensi, residen telah melaksanakan peran sebagai seorang ners spesialis keperawatan anak, yaitu: 3.2.1 Hubungan Terapeutik Dalam berinteraksi dengan klien residen membina hubungan yang bermakna dengan anak dan keluarga dan memisahkan kepentingan dan perasaan
pribadi
saat
berinteraksi.
Komunikasi
terbuka
tetap
dipertahankan selama berinteraksi dengan anak dan keluarga.
3.2.2 Advokat Sebagai advokat, residen membantu anak dan keluarga menentukan pilihan dan melakukan yang terbaik bagi anak. Residen, klien dan keluarga mengidentifikasi tujuan dan harapan klien dan keluarga serta membantu klien dan keluarga untuk menentukan pilihan yang terbaik bagi klien. Residen membimbing keluarga agar dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi kesehatan klien, mendapatkan informasi yang adekuat tentang prosedur dan tindakan perawatan.
Peran sebagai advokat dilakukan dengan memberikan advokasi kepada klien dan keluarga, memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang tepat dalam mengambil keputusan, melaksanakan informed consent, memberi solusi terkait proses pembiayaan di rumah sakit, menjamin pemberian obat dan pemeriksaan diagnostik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak, dan melindungi anak dari mal praktek. Pengalaman advokasi ini dilakukan pada semua unit pelayanan keperawatan anak baik di RSCM, RSAB Harapan Kita maupun RSGS.
3.2.3 Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan Residen berusaha mengidentifikasi masalah dan menyusun rencana perawatan pada setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan. Proses pengkajian masalah yang berhubungan dengan nutrisi, imunisasi, keamanan bagi anak dan anticipatory guidance.
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
89
3.2.4 Pendidikan Kesehatan Memberikan pendidikan kesehatan merupakan bagian dari peran perawat. Selama menjalankan praktik, residen telah memberikan pendidikan kesehatan agar anak dan keluarga mengerti tentang penyakit yang dialami dan tindakan pengobatannya, mendorong anak untuk bertanya tentang masalah pada kesehatannya.
3.2.5 Dukungan dan Konseling Ketika merawat anak, residen memperhatikan kebutuhan dukungan emosi bagi anak dan keluarga. Memberikan konseling dengan saling berdiskusi, bertukar ide dan pendapat sebagai dasar dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini termasuk memberikan motivasi, dukungan, informasi, pengungkapan perasaan dan pikiran, dan melakukan pendekatan untuk membantu keluarga dalam berespon terhadap stres. Konseling diberikan tidak hanya membantu keluar dari permasalahan yang krisis, tetapi juga membantu anak dan keluarga agar dapat mempertahankan fungsinya dan lebih percaya diri.
3.2.6 Kolaborator Residen dalam memberikan perawatan
kepada klien selalu dalam
sebuah tim, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan disiplin ilmu lain, yaitu dengan dokter, ahli gizi, bagian farmasi, radiologi dan lainnya. Dalam memberikan asuhan keperawatan residen selalu bekerjasama dengan anak dan keluarga, berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan, dan menyusun rencana intervensi sehingga dapat menemukan dengan benar kebutuh anak.
3.2.7. Pembuat Keputusan Etik Dilema etik terkadang muncul ketika secara moral dihadapkan pada beberapa alternatif. Nilai moral termasuk autonomy, non maleficence, beneficence dan justice. Residen berusaha untuk meminimalkan hal-hal yang berpotensi merusak dan bertentangan dengan nilai moral sosial,
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
90
standar praktik profesional, hukum, peraturan institusi, dan sistem nilai yang dianut oleh keluarga, tradisi agama, dan nilai personal diri perawat. Residen berusaha untuk menciptakan lingkungan yang peduli dan pengertian terhadap klien dan keluarga. Residen mempersiapkan diri untuk berkolaborasi dalam membuat keputusan etik, misalnya dengan cara mempelajari literatur dan mengetahui tentang kode etik profesional sebagai pedoman dan kontrol diri agar tetap bersikap profesional.
Residen terkadang berhadapan dengan masalah etik ketika klien menghadapi penyakit terminal dan menolak pengobatan.
3.2.8 Peneliti Selama menjalani praktik, residen tidak ada melakukan penelitian tersendiri, tetapi residen memaparkan evidence based practice (EBP) dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian terbaru dalam mengatasi masalah pada klien.
3.2.9 Inovator Sebagai innovator residen melaksanakan fungsi membuat suatu perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Di ruang non infeksi gambir RSAB Harapan Kita residen memfasilitasi ruangan dalam optimalisasi pelaksanaan discharge planning dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu: pemilihan penanggungjawab (PJ) pelaksanaan discharge planning dari perawat ruangan, pembuatan format dicharge planning, juknis discharge Planning dan standar prosedur kerja bekerjasama dengan bidang keperawatan RSAB Harapan Kita, revisi hak dan kewajiban pasien serta tata tertib ruangan baru bekerjasama dengan bidang keperawatan dan instalasi rawat inap RSAB Harapan Kita, pembuatan media penyuluhan kesehatan leaflet dan lembar balik untuk kasus noninfeksi (leukemia, thalassemia dan GNA) serta untuk kasus infeksi
(diare,
dan bronkopneumonia), sosialisasi discharge
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
91
planning, pelaksanaan discharge planning dan evaluasi pelaksanaan discharge planning.
Setelah menyelesaikan praktik residensi, residen dituntut untuk mampu menuangkan hasil pelaksanaan residensi ners keperawatan anak, dengan menyusun karya ilmiah akhir. Penyusunan karya ilmiah akhir ini merupakan kompetensi yang harus dipenuhi oleh residen ners spesialis keperawatan anak dengan jumlah kredit 3 SKS. Selanjutnya dipertahankan di hadapan tim penguji. Kelulusan mata ajar ini, merupakan prasyarat bagi residen untuk menyandang gelar Ners Spesialis Keeperawatan Anak.
Universitas Indonesia Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN Bab 4 ini membahas tentang analisa karakteristik pasien, aplikasi comfort theory Kolcaba pada anak dengan kanker yang mengalami
masalah nyeri, dan
pencapaian kompetensi dalam praktik spesialis keperawatan anak. 4.1 Aplikasi Comfort Theory Kolcaba pada Anak dengan Kanker yang Mengalami Masalah Nyeri Selama praktik residensi di kelas III ruang non infeksi IKA RSUPN Dr. Cipto Mangkusumo, penderita penyakit keganasan merupakan kasus terbanyak yang ditemukan. Kasus terpilih yang dikelola selama praktik residensi adalah lima kasus anak dengan penyakit kanker. Residen memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia, rabdomiosarkoma, limfoma non hodgkin’s dan tumor yolk sac. Diantara kasus yang dikelola terdapat dua kasus anak dengan diagnosis leukemia. Ditinjau dari jenis kelamin, dalam literatur disebutkan bahwa leukemia banyak terjadi pada anak laki-laki, berdasarkan data dari RSUD Dr. Sutoyo Surabaya, dari tahun 1990-1994 (Sukardja, 2000). Namun dari temuan selama praktik di ruang non infeksi RSCM, anak dengan leukemia lebih banyak berjenis kelamin perempuan, dengan demikian terdapat perbedaan insiden leukemiaberdasarkan jenis kelamin, namun temuan ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada populasi yang lebih besar.
Dari lima orang anak yang dirawat, dua anak diantaranya sedang menjalani kemoterapi, satu orang anak dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi serta satu orang anak dengan perawatan suportif akibat penyakit kanker. Pada umumnya usia anak yang dirawat bervariasi, anak toddler 1 orang (1tahun 7 bulan), anak usia prasekolah 2 orang (3-5 tahun) dan 2 orang anak usia sekolah (7 tahun). Hal ini sesuai dengan
lama waktu anak terdiagnosa
penyakit kanker rata-rata dibawah satu tahun, kecuali An Hb yang mengalami
92
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
93
limfoma non hodgkin sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Akibat penyakit kanker dan pengobatan yang dijalani, 1 orang anak izin dari sekolah dan 1 orang tidak sekolah karena anak mengalami gangguan perkembangan. Manifestasi klinis dari kanker pada kasus kelolaan yang umumnya dikeluhkan oleh anak sebelum terdiagnosis penyakit kanker adalah demam yang tidak sembuh, adanya pembengkakan, penurunan berat badan, perdarahan dan nyeri pada kaki. Tanda dan gejala kanker pada anak tergantung usia, jenis tumor dan tingkat keparahan penyakit (Leonard dalam Baggott et al, 2002). Setiap tipe kanker pada anak dapat memberikan keluhan yang berbeda pada anak. Gejala utama dari kanker diantaranya adalah nyeri, penurunan berat badan, anemia, infeksi dan memar (Ball & Bindler, 2003). Nyeri merupakan masalah yang teridentifikasi dan dikeluhkan oleh anak pada semua kasus kelolaan. Masalah fisik yang juga teridentifikasi adalah anemia, demam, nyeri, mual, penurunan nafsu makan, mukositis, dan beberapa gejala spesifik lainnya seperti gangguan pola berkemih yang terlihat pada An Ds dengan diagnosis tumor yolk sac. Beberapa masalah yang dijumpai oleh ners spesialis selama kegiatan di rumah sakit diantaranya adalah nyeri, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, risiko perdarahan, cemas pada anak dan orang tua. Ditinjau dari masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan kemoterapi, dalam Hokenberry dan Wilson (2011), disebutkan bahwa masalah keperawatan pada anak kanker adalah risiko cedera, risiko infeksi, ketidakseimbangan nutrisi, nyeri akut/kronik, takut, gangguan gambaran diri dan perubahan proses keluarga. Dari lima kasus yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa masalah keperawatan yang muncul secara umum sesuai dengan literatur. Namun, bila dilihat dari kecenderungan masalah yang ada, masalah yang paling banyak ditemukan adalah masalah nyeri dan
ketidakseimbangan nutrisi. Masalah nyeri yang timbul bisa
disebabkan oleh dampak dari pertumbuhan sel kanker, infiltrasi obstruksi dan juga akibat injuri pada jaringan, organ dan persarafan, selain itu nyeri juga
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
94
bisa akibat prosedur tindakan seperti insisi, infeksi, trauma, lumbal fungsi, pemasangan infus, biopsi dan juga akibat kemoterapi terutama vincristin yang berdampak terjadinya neuropatik (Abla, 2010). Masalah ini ditemukan hampir pada semua kasus kelolaan yang diambil. Masalah nyeri yang terjadi pada An. Az timbul akibat infiltrasi sel tumor ke tulang (Osteopenia), pada An. Ds
kemungkinan terjadinya nyeri diakibatkan fisiologi dari kanker,
karena adanya metastasis dari kanker yang diketahui dapat menimbulkan nyeri pada anak kanker. Pada An. Ds, nyeri yang muncul akibat adanya kerusakan jaringan efek prosedur biopsi di daerah massa di bokong, nyeri pada anak Ds tidak hilang walaupun sudah diberikan anti nyeri, dikarenakan daerah insisi mengalami perlukaan. Pada Anak Hb, nyeri yang terjadi akibat infiltrasi jaringan limfoma di daerah leher yang semakin membesar. Dari 5 kasus kelolaan, masalah nyeri belum teratasi, walaupun ada penurunan dalam skala nyeri tetapi penurunan tersebut masih dikategorikan dalam nyeri sedang, hal ini terjadi karena kesulitan dalam melakukan pengkajian nyeri pada anak terutama pada anak toddler dan prasekolah dan anak juga kurang kooperatif selama pemberian asuhan keperawatan. Untuk mengatasi hal tersebut perawat melakukan pendekatan pada orang tua anak dengan melibatkan dan bekerjasama dalam pemberian tindakan dan asuhan keperawatan.
Selain masalah nyeri, masalah lain yang sering muncul pada pasien kelolaan adalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini mungkin disebabkan karena anak dengan kanker mendapatkan kemoterapi, dan radiasi yang
juga mengakibatkan terjadinya efek ketidaknyamanan
terhadap sistem pencernaan, seperti nyeri pada area abdomen yang dapat terjadi karena berbagai penyebab (akibat pembedahan, infeksi, inflamasi pada pencernaan, dismotility, kerusakan hati dan juga akibat efek dari terapi), mual, muntah, stomatitis (Abla, 2010). Efek samping pemberian kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi akibat anoreksia, stomatitis, gangguan saluran pencernaan, perubahan pengecapan, mual, muntah, dan juga diare. Sedangkan akibat dari radioterapi dapat mempengaruhi jaringan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
95
normal di sekitar area pengobatan, terutama pasien dengan kanker di daerah kepala dan leher. Efek radiasi ini mengakibatkan jaringan normal kelenjar saliva, mukosa oral, otot mengalami kerusakan (Otto, 2005). Dari 5 kasus pasien kelolaan semuanya mengalami gangguan ketidakseimbangan nutrisi.
Ketidaknyamanan nyeri menurut Kolcaba dibedakan berdasarkan 4 faktor penyebab rasa tidak nyaman diantaranya adalah faktor fisik, faktor psikospiritual, faktor lingkungan serta faktor sosial. Gangguan pada rasa nyaman yang dirasakan klien diantaranya disebabkan oleh karena faktor fisik seperti tindakan prosedur pengambilan darah, pemasangan infus, tindakan pengambilan contoh sumsum tulang, pemberian agen kemoterapi dan radiasi. Rasa tidak nyaman diungkapkan dengan ekspresi wajah menunjukkan nyeri, merintih, menangis keras, tidak kooperatif, menarik-narik alat. Gangguan rasa nyaman ini dialami oleh 100 % klien kelolaan ners spesialis keperawatan anak. Pada kelima kasus tersebut diantaranya adalah cemas dari anak dan orang tua akibat prosedur tindakan dan prognosis anak, ditunjukkan dengan menanyakan prosedur yang akan dilaksanakan, dan anak takut saat akan dilakukan prosedur tindakan, orang tua bertanya tentang kondisi, prognosis dan penanganan lebih lanjut. Kondisi gangguan rasa nyaman akibat faktor psikospiritual dirasakan oleh 100% keluarga klien. Hal ini muncul akibat klien mengalami penyakit kronis dan keganasan dimana anak mengalami kondisi ketidakstabilan akibat penyakitnya.
Gangguan rasa nyaman akibat faktor lingkungan dialami oleh 1 anak yaitu anak Az, dimana anak dirawat di ruang isolasi untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat penurunan leukosit (leukopenia), ketidakstabilan dalam tanda-tanda vital dan juga anak harus mendapatkan pengawasan khusus dari petugas kesehatan. Pada 4 kasus kelolaan lainnya anak dirawat diruang perawatan non infeksi, dimana ruangan telah disesuaikan dengan nuansa anak yang dapat dilihat dari penggunaan wallpaper dengan bertema anak-anak, walaupun dalam satu ruangan jumlah anak yang dirawat terdiri dari 6 orang.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
96
Gangguan rasa nyaman akibat faktor sosiokultural diantaranya adalah kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan keluarga menunggu anaknya di dalam ruangan dengan terus menerus, anak harus ditunggu oleh satu orang secara bergantian terutama di ruang isolasi, jadwal kunjungan klien pada jam-jam tertentu. Pada umumnya kondisi ini dialami oleh 100% keluarga klien pada kasus kelolaan ners spesialis keperawatan anak.
Ners spesialis keperawatan anak berusaha untuk menciptakan rasa nyaman pada klien dan keluarga selama proses perawatan di rumah sakit. Rasa nyaman tersebut harus mencakup keempat faktor yaitu fisik, psikososial, lingkungan dan sosial, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan maksimal.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh ners spesialis keperawatan anak sesuai dengan kebutuhan klien namun tidak lepas untuk menggunakan teori keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teori keperawatan yang digunakan yaitu comfort theory Kolcaba dimana memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa nyaman sehingga berdampak pada lama rawat dan kepuasaan keluarga terhadap pelayanan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diterapkan ners keperawatan untuk mengatasi masalah rasa nyaman: nyeri akibat faktor fisik diantaranya dilakukan dengan manajemen nyeri non farmakologi sebagai tindakan kolaborasi sehingga hasil yang diharapkan untuk meningkatkan status rasa nyaman klien dapat tercapai. Tindakan keperawatan nyeri non farmakologi diantaranya adalah dengan persiapan prosedur sebelum tindakan dengan menjelaskan pada keluarga klien dan klien sendiri, pengaturan posisi, distraksi/pengalihan perhatian. Evaluasi akhir klien setelah dirawat dengan masalah gangguan rasa nyaman, terutama masalah nyeri pada beberapa anak mengalami penurunan walaupun tidak mengalami penurunan yang drastis dari nyeri sedang menjadi ringan, hal ini ditunjukkan dengan ekspresi klien, tanda vital, ungkapan klien secara verbal.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
97
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menurunkan rasa tidak nyaman bagi masing-masing klien berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang menyebabkan klien tidak nyaman, Faktor usia anak mempengaruhi respon dan persepsi terhadap nyeri yang dirasakan pada anak toddler, prasekolah dan usia sekolah mempunyai karateristik berbeda-beda. Teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri akibat tindakan pemasangan infus terkait dengan nyeri dan upaya menghindari efek samping obat serta tidak membutuhkan biaya yang besar bisa dilaksanakan secara mandiri oleh perawat (Jacobson, 1999 dalam Movahedi).
Ners spesialis keperawatan anak memberikan tindakan keperawatan dalam upaya mengatasi rasa tidak nyaman klien atau keluarga klien akibat faktor psikososial adalah dengan memberikan penjelasan kepada orang tua klien alasan prosedur tersebut dilakukan pada klien, tim kesehatan selalu berkomunikasi kepada klien dan keluarga klien tentang tindakan atau prosedur yang dilaksanakan, hal ini mengurangi kecemasan klien (Hong, Murphy, dan Connolly, 2008). Evaluasi akhir pada klien kelolaan adalah klien lebih merasa tenang, rasa cemas lebih terkontrol.
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil dari evaluasi ini akan digunakan untuk mengambil keputusan selanjutnya. Evaluasi dapat diperoleh dari hasil observasi respon klien terhadap intervensi/tindakan keperawatan yang dilakukan dan hasil pemeriksaan penunjang laboratorium serta radiologik (Tomey & Alligood, 2006).
Hasil evaluasi dari masalah ketidaknyamanan pada kelima anak adalah pada klien yang mengalami masalah ketidaknyamanan akibat faktor fisik seperti nyeri, gangguan nutrisi, risiko infeksi dan risiko perdarahan. Pada klien yang mengalami masalah nyeri akibat prosedur pemasangan infus, injeksi, maupun fisiologis dari kanker, karakteristik ketidaknyamanan yang dialami kelima klien berbeda-beda sesuai kondisi klien. Usia masing-masing klien pun
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
98
berbeda-beda. Rentang usia mereka adalah dari 1,7 tahun sampai 10 tahun. Hal ini tentunya memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rasa tidak nyaman yang dialami dan setelah dilakukan tindakan, respon nyaman yang ditunjukkan berdeda-beda pula. Semakin meningkat usia maka toleransi terhadap nyeri pun akan meningkat. Belum teratasinya nyeri pada kasus kelolaan, hal ini bisa diakibatkan tidak hanya dalam konteks masalah fisik yang terjadi, tetapi perlu juga diperhatikan faktor lingkungan yang membuat anak tidak nyaman selama di rawat dan juga faktor psikospiritual yaitu kecemasan anak terhadap prosedur tindakan yang dilakukan serta cemas terhadap orang asing yang berada di sekeliling anak. Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil dari evaluasi ini akan digunakan untuk mengambil keputusan selanjutnya.
Penerapan comfort theory pada anak dengan kanker, dapat memberikan dampak dan manfaat bagi anak, keluarga maupun rumah sakit terutama untuk mengatasi masalah nyeri, akan mengurangi lama rawat anak, berkurangnya penggunaan obat-obat penurun nyeri serta meningkatkan kepuasan keluarga, oleh sebab itu
perawat perlu mengkaji tingkat
kenyamanan anak baik pada area fisik, psikospiritual, lingkungan maupun sosiokultural secara komprehensif dan juga diperlukan intervensi kenyaman yang sesuai dengan kebutuhan pasien serta diperlukan evaluasi
untuk
mengukur keberhasilan dari intervensi.
Kendala yang residen hadapi dalam menerapkan comfort theory Kolkaba pada anak kanker selama praktik adalah pada saat melakukan pengkajian residen kesulitan dalam membina trust dengan anak sehingga dalam penentuan skala nyeri hanya berdasarkan observasi ekspresi wajah anak, sedangkan untuk memperoleh data secara verbal sulit didapatkan, pengkajian pada area psikospiritual, lingkungan dan sosiakultural tidak ditemukan kendala cukup berarti, dikarenakan data didapatkan langsung dari orang tua
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
99
pasien dan orang tua sangat kooperatif. Solusi yang dilakukan yaitu dengan melibatkan orang selama pengkajian.
Kendala yang ditemukan selama melakukan tindakan keperawatan yaitu pada awal pemberian asuhan keperawatan anak menolak untuk dilakukan tindakan, karena anak mengalami kecemasan dan takut akibat berbagai prosedur tindakan terutama adalah prosedur invasive. Ketika melakukan tindakan keperawatan residen berusaha untuk melakukan berbagai pendekatan pada anak dengan sering melakukan kontak dengan anak dan melibatkan diri dengan hal-hal yang disukai oleh anak, seperti menonton, bermain dan mewarnai. Tidak semua intervensi keperawatan dapat dilakukan pada anak, terutama pada anak usia toddler dan prasekolah, seperti panduan imajinaasi.
Kendala pada saat melakukan evaluasi adalah residen mengalami kesulitan untuk menilai kembali skala nyeri pasien terutama pada anak usia toddler dan prasekolah, pada usia ini walaupun anak sudah dapat berkomunikasi namun akibat gangguan fisik yang di rasakan anak sangat sulit untuk di ajak komunikasi. Perlu di kembangkannya evaluasi khusus untuk anak dalam mengatasi rasa ketidaknyaman akibat penyakit terutama anak dengan kanker. Kolcaba dalam teorinya telah merancang format comfort behavior checklist (CBC) yang bisa di gunakan untuk mengevaluasi kenyamanan, namun perlu diuji cobakan penerapannya pada anak dengan kanker terutama di Indonesia.
4.2 Pencapaian Target dalam Praktik Spesialis Keperawatan Anak Praktik residensi dalam lingkup keperawatan anak selama 7 bulan di beberapa Rumah Sakit rujukan nasional Indonesia memberikan pengalaman belajar yang unik dan kesempatan bagi residen untuk mencapai target kompetensi sebagai
seorang
praktisi
keperawatan
dengan
spesialisasi
dibidang
keperawatan. Beberapa kompetensi yang telah dicapai selama praktik residensi adalah melakukan praktik profesional, berfikir kritis dan analisis, dan
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
100
memberikan asuhan keperawatan dan koordinasi keperawatan serta praktik kolaboratif dan terapeutik. Dalam pencapaian kompetensi tersebut, residen merasakan adanya dukungan dan beberapa kendala. Faktor utama yang mendukung pengalaman belajar residen untuk mencapai target kompetensi sebagai spesialis keperawatan anak adalah adanya dukungan dan fasilitasi dari pihak rumah sakit. Rumah sakit tempat praktik merupakan rumah sakit rujukan nasional di Indonesia, yang merawat anak dengan berbagai jenis penyakit yang memungkinkan terjadinya penambahan pengetahuan dan penerapan evidence based practice yang belum tentu dapat ditemukan di rumah sakit daerah. Perawat, pembimbing (akademik dan klinik), dokter dan tenaga kesehatan lain juga memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada residen dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, mengasah keterampilan dan menerapkan model keperawatan kepada pasien anak yang dirawat. Pencapaian target kompetensi tidak terlepas dari keterbukaan dan penerimaan pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh residen. Pasien dan keluarga menjadi sumber utama bagi pengalaman belajar dan pencapaian target kompetensi. Selama memberikan asuhan keperawatan, pasien dan keluarga cukup kooperatif, berpartisipasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan. Kendala yang dihadapi residen selama pencapaian target kompetensi mencakup pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dirasakan menjadi kendala adalah kemampuan interpersonal yang harus ditingkatkan dan peningkatan keterampilan keperawatan klinis yang memerlukan latihan terus menerus di lahan praktik. Waktu dan tempat pelaksanaan praktik dirasakan menjadi faktor eksternal yang menjadi kendala bagi residen dalam mencapai target kompetensi. Tempat praktik yang berbeda dalam kurun yang bervariasi mempengaruhi kemampuan adaptasi residen dan penerimaan dari pemberi layanan perawatan terutama perawat, selain itu kurangnya kasuskasus non infeksi yang dirawat diruang gambir RSAB Harapan kita selama
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
101
residen praktik sehingga ini juga mempengaruhi pencapaian kompetensi yang diharapkan. Kendala yang cukup besar dirasakan adalah pada waktu melaksanakan kegiatan inovasi di RSAB Harapan Kita, residen mengalami beberapa kendala yaitu dimana di ruang gambir masih bervariasinya kasus pasien yang dirawat yaitu terdapat pasien anak dengan penyakit infeksi dan non infeksi. Berdasarkan hasil wawancara dan pertemuan yang diadakan dengan perawat ruangan juga ingin dilaksanakannya inovasi untuk anak dengan kasus infeksi. Kurangnya partisipasi dan keterbukaan dari beberapa perawat ruangan dalam kegiatan inovasi disebabkan karena belum terjalinnya hubungan saling percaya. Proses identifikasi masalah dan pemecahan masalah, hanya dilakukan selama 3 minggu sehingga evaluasi kegiatan tidak maksimal dan belum secara utuh dapat memberikan perubahan pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, menurut perspektif residen, waktu dan tempat praktik merupakan hal yang penting diperhatikan untuk keefektivan pencapaian target kompetensi spesialis keperawatan anak di masa yang akan datang.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
101
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Ketidaknyaman nyeri merupakan masalah yang sering dijumpai pada berbagai penyakit, terutama dapat ditemukan pada kasus klien dengan keganasan. Nyeri yang dialami anak yang menderita kanker yang dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri, prosedur tindakan atau dampak dari pemberian kemoterapi. 5.1.2 Kasus penyakit kanker yang dikelola adalah leukemia, limfoma non hodgkin, rabdomiosarkoma dan tumor yolk sac. 5.1.3 Aplikasi comfort theory Kolcaba pada anak dengan kanker yang mengalami nyeri mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. 5.1.4 Pengkajian comfort yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan relief, ease, dan transcendence pada empat konteks dari pengalaman (context of experience) yang terdiri dalam (secara fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan. 5.1.5 Masalah keperawatan utama yang muncul dari empat konteks pengalaman berdasarkan comfort theory, berdasarkan konteks fisik masalah keperawatan yang teridentifikasi adalah Gangguan rasa nyaman nyeri, ketidakseimbangan nutrisi, gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermia, dan risiko perdarahan, masalah keperawatan, berdasarkan konteks psikospiritual adalah cemas pada anak dan orang tua, berdasarkan konteks lingkungan masalah yang muncul adalah risiko
terjadinya
infeksi
sekunder,
sedangkan
pada
konteks
sosiokultural tidak ditemukan masalah keperawatan. 5.1.6 Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu: intervensi comfort standar untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri seperti: tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, medikasi dan pengobatan. Intervensi coaching diberikan untuk menghilangkan cemas, memberikan support emosi, memberikan informasi, harapan,
101
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
102
kesempatan untuk mendengar, dan membantu perencanaan untuk penyembuhan. Sedangkan intervensi comfort food for the soul, yaitu hal-hal menarik ekstra yang perawat lakukan untuk membuat anak/keluarga merasa diperhatikan dan dikuatkan, seperti massase atau guided imagery dan menguragi stimulus dari lingkungan. 5.1.7 Pada umumnya anak menunjukkan penurunan skala nyeri yang dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan berdasarkan skala wajah Wong-Baker dan juga dilihat secara fisik setelah dilakukan intervensi keperawatan. Dari lima kasus kelolaan, pasien yang mengalami penurunan skala nyeri yaitu An. Ds dan An. Hb dari nyeri berat menjadi nyeri sedang dengan skala pada rentang 4-6. 5.1.8 Pencapaian kompetensi dalam praktik spesialisasi keperawatan anak diantaranya adalah membina hubungan terapeutik, sebagai, promosi kesehatan, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan dukungan dan koseling, sebagai kolaborator, pembuatan keputusan etik, sebagai peneliti dan sebagai inovator.
5.2 Saran 5.2.1 Aplikasi comfort theory Kolcaba dapat dilakukan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah nyeri. 5.2.2 Diperlukan adanya suatu pengkajian yang komprehensif dan konsisten terhadap masalah nyeri. 5.2.3 Diperlukannya
melibatkan keluarga dalam melakukan intervensi
keperawatan pada anak yang mengalami nyeri dan penerapan family centered care. 5.2.4 Diperlukan pendekatan pada anak yang mengalami masalah nyeri kanker, terutama ketika dilakukan prosedur tindakan baik medis maupun keperawatan dengan menggunakan prinsip atraumatic care. 5.2.5 Diperlukannya pembuatan standar intervensi keperawatan pada pasien kanker dengan masalah nyeri. 5.2.6 Diharapkan adanya suatu panduan khusus tentang target kompetensi spesialis keperawatan anak .
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
103
5.2.7 Waktu dan tempat praktik merupakan hal yang penting diperhatikan untuk efektivitas pencapaian target kompetensi spesialis keperawatan anak di masa yang akan datang.
Universitas Indonesia
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA Alligood, M. R., &Tomey, A. M. (2006).Nursing theory, utilization &application. (3rded), USA: Mosby Elsevier.
American Academy of Pediatric. (2003). Patient and family centered collaborative care an orthopaedic model. Pittsburgh: University of Pittsbrugh Medical Centered. Baggot, C.R., Kelly, K.P., Fochtman, D., & Foley, G.V. (2002). Nursing care of children and adolencents with cancer. 3 th edition. Philadelphia: W.B. saunder Company. Ball, J.W., & Binder, R.C. (2003). Pediatric of nursing: Caring for children. New Jersey: Pearson Education, Inc. Ball.Jane.W,&Bindler. Ruth. C,.(2003). Pediatric nursing caring for children. New Jersey. Prentice Hall. Betz. Cecily L. (2002). Keperawatanpediatrik. Jakarta: EGC. Chapman. S,.(2011). Assessment and management of patients with cancerpain.Cancer Nursing Practice. 10, 10, 28-36. Date of acceptance: October 3 2011 Classification and Physical Therapy Management inPalliativeCare.IndianJournal of Palliative Care / May-Aug 2011 / Vol-17 / Issue-2 Corwin, E.J. (2001). Buku saku patofisiologi, alih bahasa: Bramh U Pedit. Jakarta: EGC Davey, P. (2006). At a glance medicine, alih bahasa Rahmalia, A., & Novianty C. Jakarta: Erlangga. Desen, Wan. (2011). Buku ajar onkologiklinis, edisi 2. Jakarta. Balaipenerbit FKUI. Hockenberry.M& Wilson.(2009). Wong’s Nursing.St.Louise Missouri: Mosby Essiver.
essensials
of
pediatric
Iwamoto, R. (2001). Radiation therapy dalam otto , Oncology nursing (hlm. 606616). Philadelphia: W.B sauders Company. James, S.R., & Aswill, J.W. (2007). Nursing care of children: Principle & practice. Canada: saunders Elsevier.
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Kathy, R. 92002). Biologic basis of cancer in cancer and adolancents, dalam Baggott, C.H., Kelly, K.P., Forchtman, D., & Foley, G.V, Nursing care of children and adolencent with cancer (hlm.27-31). Philadelphia: W.B Saunders Company Nelsson, W. E. (2000). Ilmukesehatananak.edisi 15 (Wahab, A. S., Penerjemah). Jakarta: EGC Otto. Shirley. E,.(2005). BukuSakukeperawatanonkologi. Jakarta: EGC Permono, B., Sutatyo., Ugerasena, I., Widiastuti, E., & Abdulsalam, M. (2006). Hematologi anak. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitaas Indonesia Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children and their families. Clifton park, New York: Thomson Delmar Learning. Saleeba, A. (2008). The importance of family centered care in pediatric nursing. Diakses 19 September 2008 dari http://digitalicommons.uconn.edu/son_Article/48. Senthil.Kumar.P,.(2011). Cancer Pain: A Critical Review of Mechanism-based Soekimin. H,. (2011). Prevalensilimakankertertinggipadaanak di beberapalaboratorium di kota Medan padatahun 2009. Februari 16 2012, http//repository.usus.ac.id/handle. Sudoto, .w., Setiohadi, B., Alwi, I., Sumadibrata, M., & Setiati, S., (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia. Tomey. A. M &Alligood. M. R. (2006). Nursing theorists and their work.St.Louis: Mosby,Inc Wong. D. L, Hockenberry. M, Wilson. D, Wikelstein. M. L, Schwartz. P. (2009).Buku ajar keperawatanpediatrik, volume 1. Jakarta: EGC. Wong. D.L (2003).Nursing care of infants and children,(7th edition), volume 2. St.louis: Mosby.
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Format Comfort Behaviors Checklist (CBC) How is the child acting righ now? Please circle best response. NA = sleeping, or not appropriate for this child because of diagnosis or age (For examples, if child is sleeping, question 3-5 are circle NA) Vocalization
NA
N0
somewhat
Moderate
Strong
1. Awake
0
1
2
3
4
2. Moaning
0
1
2
3
4
3. Complaining
0
1
2
3
4
4. Contenet sounds/talk
0
1
2
3
4
5. Crying/shounting
0
1
2
3
4
6. Peaceful
0
1
2
3
4
7. Agitated
0
1
2
3
4
8. Rapid pacing
0
1
2
3
4
9. Fidgety
0
1
2
3
4
10. Muscles relaxed
0
1
2
3
4
11. Rubbing an area
0
1
2
3
4
12. guarding
0
1
2
3
4
13. anxious movement
0
1
2
3
4
14. accepts kindness
0
1
2
3
4
15. Like touch/hand holding
0
1
2
3
4
16. Able to rest
0
1
2
3
4
17. Able ti eat
0
1
2
3
4
18. Clam, at ease
0
1
2
3
4
19. Purposeful movements
0
1
2
3
4
20. Tries to move away
0
1
2
3
4
21. Appeas depressed
0
1
2
3
4
22. Grimaces/winces
0
1
2
3
4
23. Relaxed expression
0
1
2
3
4
24. Hyper-vigilant
0
1
2
3
4
25. Appears frightened or worried
0
1
2
3
4
26. Smiles
0
1
2
3
4
27. Unusual breathing
0
1
2
3
4
28. Focouses mentally
0
1
2
3
4
29. Able to converse
0
1
2
3
4
30. Awakens smoothly
0
1
2
3
4
Motor Sign
Performance
Facial
Miscellaneous
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
NA = sleeping or not appropriate for this child because of diagnosis or age. (For example, if child is sleeping question 3-5 are circled NA) If this is the only comfort/pain instrument being used, ask the child: 31. Do you any pain? No Yes {Please rate yor pain from 0 to 110, with 10 being the highest possible pain}. (rating) 32. Taking everything into consideration, how comfortable are you right now? {Please rate your total comfort from 1 to 10 being the highest possible comfort. } (rating) Note: Adapted by K. Kolcaba from Volicer, L. (1988). Managemnet of advance Alzeimer’s dementia/ The comfort checklist. In volicer et al.’s (End), Clinical management of Alzaeimer’s disease. Rockville, MD: Aspen Publication Other open-ended information (change in medication use, recent injury, recent decline in function status, staff report of comfort/discomfort, change in appetite, ambulation, etc.0
Scoring of the Behavior Checklist 1. Subtract number of “not appropriate” (NA) from 30, to obtain total answered 2. Multiply total answered (step 1) by 4, to obtain total possible score 3. Reverse code: numbers 2,3,5,7,8,9,11,12,13,20,21,22,24,25,27 to obtain raw comfort score 4. Add raw comfort responses (step #) for all questions not marked NA, to obtain raw comfort score. 5. Divide actual comfort score (step 4) by total possible score (step 2) and round to two decimal places. (if the third decimal place is a 5 or grater, round the second decimal place up to the next number) 6. Report score as a 2-digit number (percent without the % sign or decimal). Higher scores indicated higher comfort. From: Kolcaba, K. (1997). The comfort line. Retrieved from www.uakron.edu/comfort/
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
APLIKASI PENERAPAN COMFORT THEORY KOLKABA PADA ANAK Dn DENGAN RABDOMIOSARKOMA
A. Pengkajian 1. Biodata : Nama Pasien
: Anak Dn
Umur
: 3,5 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Diagnosa Medis
: Rhabdomiosarkoma cilli stadium IV dengan metastase paru
Ruangan
: IKA Ruang Non Infeksi, Kamar 112 C
No RM
: 349-77-70
Tgl MRS
: 8Maret 2012, jam 11.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2012 2. Anamnesa : a) Keluhan utama : Anak mengeluh nyeri di daerah punggung dan aksila, b) Riwayat penyakit sekarang : Februari 2011 orang tua mengatakan menemukan benjolan di punggung kanan anak sebesar telur ayam kampung, kemudian dilakukan operasi 2 kali pada pada bulan maret dan april tahun 2011, setelah dilakukan pemeriksaaan BMP pada...anak dinyatakan menderita tumor ganas oleh dokter. Pada bulan Juni 2011 anak Dn di rawat di RSCM karena lengan dan tungkai terasa lemas, kemudian itu anak kontrol teratur untuk menjalani kemoterapi 4 siklus, setelah menjalani kemoterapi ibu klien mengatakan benjolan pada daerah punggung anak makin mengecil namun sejak 1 bulan yang lalu benjolan makain membesar dan muncul benjolan baru di daerah aksila kanan, anak mengeluh nyeri pada daerah benjolan, kemudian anak menjalani radioterapi sebanuak 4 kali, namun benjolan tetap membesar. c) Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya anak tidak pernah mengalami penyakit yang berat.
Page | 1 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
d) Riwayat penyakit keluarga : Tidak anggota keluarga baik dari pihak ibu maupun ayah klien yang mengalami penyakit berhubungan dengan keganasan. e) Riwayat Kelahiran Anak Dn merupakan anak pertama, lahir ditolong oleh bidan secara spontan, dengan BBL 3500 gr dan PBL 48 cm, menurut ibu anaknya langsung menangis segera setelah lahir. f) Riwayat Imunisasi Menurut ibu, anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap seperti hepatitis B, BCG, DPT 1,2 dan 3, polio dan campak sesuai dengan bulan pemberian imunisasi, anak mengalami reaksi panas setelah di imunisasi campak. g) Riwayat Tumbuh Kembang Menurut ibu, anaknya tidak ada mengalami masalah/ gangguan tumbuh kemabang sebelum menderita penyakit kanker. h) Riwayat nutrisi Sebelum sakit, anak tidak ada mengalami masalah dalam nutrisi, pola makan dan nafsu makan anak baik. Anak makan 3 x sehari dengan menu makanan keluarga. BB = 12 Kg, TB = 93 cm, dari perhitungan status gizi BB/U 92,3%, TB/U = 98%, BB/TB= 85,7%, anak Dn mengalami gizi kurang. 3. Pemeriksaan Fisik yang terkait : a) Kesadaran komposmentis b) Tanda-tanda vital = suhu 36, 8 c, pernafasan 44 x/menit pola nafas dangkal, nadi 140 x/menit, reguler, isi cukup. c) Kulit: tidak ada sianosis, terdapat kebiruan pada tangan dan kaki bekas penusukan jarum infus. d) Kepala dan rambut : tidak ada deformitas, rambut tipis dan rontok, tidak ada nyeri. e) Mata : konjungriva pucat, skelera tidak ikterik f) Telinga: Bentuk simetris, tidak ada nyeri pada daun telinga, tidak ada serumen/ sekret dari lubang telinga. Pendengaran baik. g) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret, terpasang oksigen kanul 2 ltr/mnt Page | 2 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
h) Mulut: bibir tampak kering dan terkelupas berwarna kemerahan, mukosa mulut dan bibir bagian bawah terdapat stomatitis. i) Tenggorokan : faring tidak anemis j) Dada : bentuk tidak simetris, di dada kanan kearah aksila terdapat benjolan. Paru-paru; suara nafas vesikuler berkurang pada dada kanan, pola nafas dangkal, ronkhi -/-, wheezing -/-. Jantung: BJ I-II normal, tidak ada murmur dan gallop k) Perut : datar, lemas, tidak ada pembesaran hati dan limfa, bising usus 8 x/mnt. l) Punggung : Regio bahu kanan tampak massa ukuran dengan diameter 24 cm X 20 cm, teraba keras, batas tidak tegas, kulit tampak kemerahan dan terasa nyeri bila di pagang dan tertekan. Regio aksila kanan terdapat massa dengan ukuran 11 x 9 cm, teraba keras,berbatas tidak tegas dan terdapat venektasi dan terdapat nyeri m) Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 detik. n) Pengkajian Skala nyeri
Skala derajat 10 Tipe nyeri sangat berat. 7-9 Tipe nyeri berat. Nyeri 4-6 Tipe nyeri sedang. 1-3 Tipe nyeri ringan. Berdasarkan pengkajian skala nyeri pada anak Dn dengan menggunakan gambar diatas didapatkan anak mengalami nyeri sedang dengan skala 6.
Page | 3 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium(tanggal 12 Maret 2012) Hematologi: Hb 9,2 g/dl, Ht 27,2, eritrosit 3,78, MCV/VER 72,0 fl, MCHC/KHER 33,8 g/dl, trombosit 242 ribu, leukosit 14,10. Hitung Jenis: Basofil 0,1 %, eosinofil 0,2 %, netrofil 92,3 %, limfosit 5,9 %, monosit 1,5 %. 5. Terapi a. Ondansentron
3 x 2,5 mg (IV)
b. PCT
4 cth
c. Tramadol
3 x 20 mg (PO)
d. Ambroxol
3 cth
e. Salbutamol
3 x 0,6 mg (PO)
f. Cefotaxime
3 x 350 mg (IV)
g. Kenalog zalf (oles di mulut/sariawan) h. Bactroban zalf
2 x/ hari
i. Mebo zalf
2 x/ hari
j. Minosa Gargle (kumur-kumur) k. NGT Makanan Cair
8 x 175/ drip
Page | 4 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
B. TAKSONOMI KOLCABA BERDASARKAN PENGKAJIAN PASIEN Context of Comfort
Fisik
Dorongan
Ketenteraman
(Relief)
(Ease)
1. Tampak benjolan di daerah bahu kanan 1. Anak tampak gelisah. dan aksila kanan
Transcedence Kebutuhan pemenuhan. kenyamanan
2. Ekspresi wajah menahan nyeri bila di fisik (bebas dari nyeri) .
2. Tampak kemerahan di daerah benjolan
pegang daerah benjolan.
3. Nyeri di daerah bahu kanan dan aksila 3. Anak tampak rewel kanan.
4. Posisi tidur tampak miring kiri dan
4. Nyeri bertambah bila di gerakkan dan
sisanggah oleh bantal
miring kearah kanan. 5. Skala nyeri 6. 1. Pola nafas dangkal dan cepat, suara
Anak tampak sesak
nafas di area kanan menurun, ronki +/-
Kebutuhan Oksigenisasi : Pola nafas tidak efektif
RR: 44x/mnt. 2. Terpasang oksigen kanul 2 ltr/mnt. 1. Tampak stomatitis/sariawan di mukosa mulut dan bibir bagian bawah.
Kebutuhan
pemenuhan
nutrisi:
kurang dari kebutuhan
2. Bibir tampak kering dan kemerahan karena di kelupas. 3. Anak tampak tidak mau sulit makan karena nyeri di bibir dan mulut. 4. Terpasang IVFD 2 line, 2 A polos 10 Page | 5
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
tpm dan Ifosfamid/24 jam 5 tpm 5. Konjungtiva
pucat,
Hb:
9,2
g/dl,
trombosit 65.000. 6. BB: 12 kg. Psikospiritual
•
• Cemas pada anak dan orang tua.
•
Ketakutan kehilangan anak.
• Tegang.
•
Cemas menjalani terapi (kemoterapi
Kebutuhan dukungan emosi dan spiritual.
dan radiasi). Lingkungan
•
Ruangan berisi 6 orang yang dibatasi •
Kamar cukup nyaman , tidak ada
dengan gorden.
bau dan bersih
•
Kamar 112 ber AC dan terdapat jendela.
•
Kamar bersih dan tidak ada bau
•
Kamar di desain dengan wall paper bermotif sesuai dengan anak-anak.
• Sosialkultural
•
Tidak ada tradisi, adat istiadat/ budaya •
Ketidakhadiran
serta keyakinan agama yang dianut
selama dirawat.
bertentangan
dengan
ayah
kandung Kebutuhan akan dukungan keluarga atau orang lain yang berpengaruh
pelaksanaan
pengobatan atau terapi serta perawatan pada anak dengan kanker. •
Selama anak menjalani terapi ayah kandung
An.Dn
tidak
pernah
menjenguk. Page | 6
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
•
Ibu klien mengatakan selama di rawat tidak
ada
anggota
keluarga
yang
menjenguk karena ada di kampung dan hanya mendapatkan dukungan dari suami ke-2 (ayah tiri).
Page | 7
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan dari pengkajian yang dilakukan pada anak Dn, menggunakan teori Comfort Kolkaba didapatkan ada beberapa masalah keperawatan yang muncul yaitu: 1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan Penekanan paru oleh massa tumor, metastase paru, penurunan ekspansi paru. 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan penekanan masa tumor di paru 3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, efek kemoterapi dan stomatitis.
Page | 8 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
D. RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dn
Diagnosa Medis :Rhabdomiosarkoma Alpha Press
Kebutuhan
Beta Press
Intervensi
Intervening
kenyamanan 1. Fisik
No MR : 349-77-70 Unitary Trend
Persepsi terhadap kenyamanan
Rencana Tindak
Perilaku mencari
Lanjut
kesehatan
Variable 9 Monitor tanda tanda vital
• Mengontrol TTV
9 Pemenuhan
• Mengontrol nyeri
• Rilek,tenang
• Merawat luka
• Mampu beraktivitas tanpa nyeri
kebutuhan
istirahat tidur 9 Tindakan pengobatan untuk nyeri
• Memonitot
Obyektif :
nilai
9 Monitoring hasil laboratorium
•
skala •
Monitor
Pasien
akan
nyeri
melakukan
Anjurkan pasien
tindakan reduksi
melakukan
nyeri
tindakan reduksi
lab
9 Perawatan luka post operasi
•
Subyektif :
• Mengajarkan teknik relaksasi
• Menyatakan bebas nyeri
9 Berikan terapi energy untuk
nyeri saat nyeri muncul (relaksasi :
penyembuhan
Suportif
9 Ajarkan teknik relaksasi
nafas
dalam,
massage
dan
distraksi)
9 Ajarkan teknik distraksi 9 Fasilitasi guided imagery 2. Psikospiritual
9 Dukungan
emosional
dan • Memberikan
spiritual 9 Jelaskan perawatan radiasi
Obyektif : • Rilek, tenang
dukungan tentang
prosedur
kemoterapi
dan
emosional spiritual
dan
• Monitor nyeri
• Mampu menggunakan koping • Anjurkan mekanisme yang adaptif
• Memberikan
skala • Keluarga berikan dukungan/support pasien
melakukan tindakan
reduksi Page | 9
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
9 Dengarkan keluhan pasien
kesempatan untuk
nyeri saat nyeri
9 Dorong
sharing
muncul (relaksasi
pasien
untuk
• Memberikan
membagi perasaannya. 9 Pertahankan
kontak
yang
sering dengan pasien.
informasi
mengenal
tentang
dan
keluarga
nafas
dalam,
massage
dan
distraksi)
penyakit
9 Bantu pasien dan keluarga • Melibatkan dalam
:
Subyektif : • Tenang, cemas berkurang
menjernihkan rasa takut untuk mulai
mengembangkan
strategi koping menerima rasa takut/cemas. 9 Berikan
informasi
yang
akurat dan konsisten tentang prognosis.
Suportif : • Dukungan
&
motivasi
dari
keluarga
9 Izinkan
pasien
untuk
mengungkapkan rasa marah, takut,
kecewa
tanpa
konfrontasi. 9 Jelaskan dilakukan, potensial
pengobatan
yang
tujuan
dan
efeknya.
Bantu
pasien mempersiapkan diri Page | 10
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
terhadap pengobatan. 9 Jawab dengan
pertanyaan
pasien
jujur
temani
dan
pasien selama prosedur yang mencemaskan. 9 Identifikasi
tingkat
kehilangan pada pasien dan keluarga. 9 Catat
koping
yang
tidak
efektif. 9 Waspadai tanda-tanda denial / depresi. 9 Kaji
dan motivasi
untuk masalah
pasien
mengungkapkan dan
dengarkan
keluhan pasien 9 Kaji
koping
mekanisme
dalam menghadapi masalah 9 Berikan
motivasi/
system dalam koping
support
membangun
mekanisme
yang
adaptif Page | 11
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
9 Perhatikan
privasi
pasien
dalam memberikan perawatan kepada pasien 9 Libatkan
keluarga
memberikan
dalam
dukungan
/
motivasi 3. Lingkungan
9 Mengatur suasana perawatan • Memodifikasi yang kondusif dan private 9 Menurunkan
lingkungan
stimulus • Meperhatikan
lingkungan 9 Berikan
privasi klien lingkungan
yang
Obyektif • Susana kondusif, tenang, tidak gaduh.
• Kontrol lingkungan. • Pertahankan
• Pasien keluarga mendapatkan
• Privasi klien terjaga.
intervensi
lingkungan yang
• Lingkungan tidak berbau.
selanjutnya
nyaman.
terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaannya. 9 Berikan
lingkungan
yang
tenang. 9 Perhatikan
privasi
pasien
dalam memberikan perawatan kepada pasien 9 Ciptakan
lingkungan
dan
yang
nyaman bebas bau. Page | 12
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Sosiokultural
9 Menumbuhkan
keyakinan
terhadap pengobatan 9 Libatkan
keluarga
dalam
memberikan
keluarga
internal
• Klien dan keluarga yankin akan tentang
pengobatan dalam
dukungan
/
• Tetap
Obyektif
keyakinan
pengambilan keputusan. 9 Libatkan
• Membangun
penyembuhan
dan
pengobatan yang dilakukan • Semua
anggota
keluarga
mempertahankan
• Mendapatkan support sistem
keterlibatan anggota keluarga
memberikan support terhadap pasien
motivasi
Page | 13
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dn
No. 1.
Diagnosa Medis :Rhabdomiosarkoma
DiagnosaKeperawatan Tidak
efektifnya
pola
nafas
No MR : 349-77-70
Tujuan&Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tehnik:
Penekanan paru oleh massa tumor, pola nafas kembali efektif. metastase paru, penurunan ekspansi Kriteria Hasil: paru Data Subjektif :
1. Orang tua mengatakan anaknya tidak sesak.
1. Ibu klien mengatakan anaknya batuk 2. Suara nafas bersih/vesikuler dan pilek sejak 20 hari yang lalu
3. Dipsnue tidak ada
2. Ibu klien mengatakan sulit untuk 4. RR dalam batas normal: 20-30 x/mnt mengeluarkan dahaknya.
5. Irama nafas teratur
1. Kaji irama, kecepatan dan kedalaman nafas serta pergerakan dada. 2. Auskultasi daerah paru, catat adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi . 3. Pantau pemeriksaan Rontgen paru 4. Pantau hasil laboratorium : Leukosit, AGD (pH, PCo2, PO2, HCO3, BE, O2 Saturasi.
Data Objektif:
6. Pola nafas normal
Coaching :
1. Suara nafas ronkhi +/+
7. Tidak menggunakan otot bantu nafas
5. Ajarkan anak/ortu tentang tindakan yangmempermudah upaya
2. RR = 44 x/mnt 3. Irama nafas teratur, tidak ada pengunaan otot bantu nafas dan retraksi dada. 4. Tampak benjolan di dada kanan kearah aksila.
pernafasan. 5. Anjurkan Anak/orang tua untuk memberikan minum air hangat. Comforting: 6. Berikan Oksigen sesuai dengan indikasi klien 7. Berikan posisi yang nyaman seperti semi fowler
5. Laboratorium : Leukosit= 18.700 Page | 14
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. DnDiagnosa Medis :Rhabdomiosarkoma
No. 2.
No MR : 349-77-70
DiagnosaKeperawatan Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
Tujuan&Kriteria Hasil b.d Setelah
penekanan massa tumor ke paru
dilakukan
tindakan
Intervensi
keperawatan Tehnik:
diharapkan nyeri dapat teratasi
1. Monitor tanda tanda vital 2. Kaji karateristik nyeri (Lokasi, derajat, skala, faktor
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan anak mengeluh Kriteria Hasil:
yang memperberat dan memperingan, radiasi dan
nyeri di daerah bahu kanan dan aksila 1. Nyeri dapat berkurang
waktu terjadi nyeri)
kanan.
2. Skala dan kualitas nyeri berkurang
3. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
3. Anak tampak rileks
4. Atur suasana perawatan yang kondusif dan nyaman.
Data Objektif:
4. Anak dapat beraktivitas tanpa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
6. Anak tampak meringis kesakitan.
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
analgetik.
7. Anak tampak rewel
6. Monitoring hasil laboratorium
8. Anak tampak memegangi daerah
Coaching :
yang sakit.
1. Beri dukungan emosional dan spiritual
9. Nyeri terjadi hilang timbul
2. Tumbuhkan
10. Anak tampak berkeringat digin bila
keyakinan
orang
tua
terhadap
pengobatan
sedang nyeri
3. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi dan
11. Skala nyeri 6
radiasi
12. Tanda-tanda vital
4. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
Suhu= 36,8 c, Nadi= 1380x/mnt, Page | 15
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RR= 44x/mnt
Comfort food for the soul : 1. Ajarkan teknik relaksasi 2. Ajarkan teknik distraksi 3. Fasilitasi guided imagery 4. Turunkan stimulus lingkungan
Page | 16
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dn
No. 3
Diagnosa Medis :Rhabdomiosarkoma
DiagnosaKeperawatan
No MR : 349-77-70
Tujuan&Kriteria Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Setelah
dilakukan
tindakan
Intervensi Teknical:
keperawatan
dari kebutuhan tubuh berhubungan Statusnutrisi dapat dipertahankan .
1. Timbang berat badan
dengan anoreksia
2. Kaji pola makan klien
Data Subjektif :
Kriteria Hasil:
3. Kaji penyebab anak tidak mau makan
1. Nafsu makan meningkat
4. Berikan makan dalam porsi hangat
1. Ibu klien mengatakan anaknya susah 2. Anak dapat menghabiskan porsi makanan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Berikan Diet sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan yang di berikan. untuk makan. ahli gizi.
terdapat 3. Tidak ada mual dan muntah 4. Berat badan dapat dipertahankan sariawan di mukosa mulut dan bibir.
2. Ibu
klien
mengatakan
3. Ibu klien mengatakan anaknya hanya 5. BB ideal anak unt usia 1-5 tahun: =2n+8 menghabiskan makanan ± ¼ - ½ porsi makanan yang di sediakan.
= 2 x 3,5 + 8= 15 Kg
7. Berikan supplemen tambahan/vitamin 8. Pantau pemeriksaan Hb Coaching : 9. Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rilek pada saat anak makan.
6. Interpretasi gizi Data Objektif: 1. Tampak terdapat sariawan di daerah mukosa mulut dan bibir klien 2. Anak tampak susah untuk makan dan
= BB anak x 100 % BB ideal
10. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi Comfort food for the soul :
= 12 x 100% = 80 % 15
11. Berikan makanan sesuai keinginan anak 12. Berikan lingkungan yang nyaman pada saat makan
menolak bila di berikan makanan. Page | 17
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
3. Anak tampak lemas
7. Kebutuhan Kalori= 80 x BB
4. Konjungtiva tampak anemis
80 x12 = 960
5. BB saat ini 12 Kg
Karbo = 50% x 960 = 480 kal
6. Hb = 9,2 gr/dl
Protein = 15 % x 960 = 144 kal Lemak = 35 % x 960= 336 kal 8. Hb normal = 12 -14 gr/dl
Page | 18
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dn
No. 4.
Diagnosa Medis :Rhabdomiosarkoma
DiagnosaKeperawatan Resiko
terjadinya
berhubungan
Tujuan&Kriteria Hasil
komplikasi Setelah
dengan
dilakukan
tindakan
No MR : 349-77-70
Intervensi
keperawatan Tehnik:
pemberian diharapkan komplikasi tidak terjadi
1. Monitor tanda tanda vital
kemoterapi
2. Pantau adanya tanda-tanda komplikasi pemberian Kriteria Hasil:
Data Subjektif :
kemoterapi.
1. Ibu klien mengatakan anak setelah 1. Tidak ada perubahan dalam pemeriksaan 3. Berikan terapi (kemoterapi sesuai Protokol/program) menjalani kemoterapi sebanyak 4 x
laboratorium Hb/Ht/Trombosit/Leukosit dalam
4. Monitoring hasil laboratorium
benjolan semakin mengecil tetapi
batas normal.
Coaching :
setelah dilakukan radiasi sebanyak 4 2. Mual dan muntah berkurang
5. Beri dukungan emosional dan spiritual
x
6. Tumbuhkan
benjolan
dirasakan
semakin 3. Rontok berkurang
membesar di daerah punggung dan
keyakinan
orang
tua
terhadap
pengobatan
aksila.
7. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi dan
2. Ibu klien mengatakan semenjak mendapatkan kemoterapi dan radiasi
radiasi 8. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
rambut anaknya rontok bahkan susah untuk tumbuh kembali. 3.
Ibu
klien
mengatakan
Comfort food for the soul : anaknya
mengeluh mual dan kadang muntahmuntah
dan
sariawan
9. Turunkan stimulus lingkungan 10. Berikan lingkungan yang nyaman selama anak
setelah
mendapatkan kemoterapi Page | 19
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
mendapatkan kemoterapi.
Data Objektif: 1. Anak menjalankan protokol kemoterapi rabdomyosarkom minggu pertama dan kedua. 2. Protokol kemoterapi o Ifosfamide 3000 mg/m2 (IV) o Mesna 3000 mg/m2 (IV) o Carboplatin 400 mg/m2 (IV) o Etoposide 100 mg/m2 (IV)
Page | 20
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN Nama Klien
=An. Dn
Umur
= 3 tahun 6 bulan
No
Tgl
.D
Jam
Diagnosa Medis = Rabdomiosarkoma NO RM
Tindakan Keperawatan dan Hasil
K 1
12/3
= 349-77-70 Nama
Evaluasi Hasil (SOAP)
&
(Mengacu pada tujuan)
Paraf
1. Mengkaji irama, kecepatan dan Jam 14.00 WIB
/12
kedalaman nafas serta pergerakan Subjektif :
Pagi
dada.
Yeni
1. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Irama pernafasan regular,
masih batuk dan pilek.
nafas dangkal, RR = 38 x/mnt, anak tampak sulit bernafas bila Objektif : posisi berbaring.
1. Anak masih tampak batuk
2. Mengauskultasi daerah paru, catat 2. Suara nafas masih terdengar adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi .
ronkhi 3. RR = 34 x/mnt
Respon : Suara nafas vesikuler, terdengar wheezing +/+ ada ronki Analisa: dan wheezing.
Tujuan belum tercapai masalah
3. Memberikan posisi yang nyaman bersihan jalan nafas belum pada pasien.
teratasi
Respon : klien merasa nyaman dengan posisi tidur miring kekiri. 4. Menganjurkan memberikan
ibu anak
Planning :
untuk 1. Pantau status pernafasan
minum
air 2. Anjurkan untuk memberikan
hangat;
air hangat pada anak
Respon : ibu mengtakan akan 3. Berikan obat batuk memberikan
air
hangat
pada
anaknya. 5. Memberikan
terapi
inhalasi
ventolin 1cc dan Nacl 0,9%. Respon: inhalasi sudah diberikan anak
tampak
nyaman
setelah
diberikan inhalasi Page | 20 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
6. Memberikan terapi ambroxol 1 cth dan salbutamol 0,6 mg (PO) Respon : obat telah dim un oleh anak 7. Memantau aliran oksigen yang terpasang Respon : oksigen terpasang 2 liter /menit,
menggunakan
kanul
oksigen. 1.
13/3
1. Mengkaji irama, kecepatan dan
Jam 14.00 WIB
/12
kedalamannafas serta pergerakan Subjektif :
pagi
dada.
Yeni
2. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Irama pernafasan regular,
masih batuk dan pilek.
nafas dangkal, RR = 36 x/mnt, anak tampak sulit bernafas bila Objektif : posisi berbaring.
2. Anak masih tampak batuk
2. Mengauskultasi daerah paru, catat 3. Suara nafas masih terdengar adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi .
ronkhi 4. RR = 34 x/mnt
Respon : Suara nafas vesikuler, terdengar wheezing +/+ ada ronki Analisa: dan wheezing.
Tujuan belum tercapai masalah
3. Memberikan posisi yang nyaman bersihan jalan nafas belum pada pasien.
teratasi
Respon : klien merasa nyaman dengan posisi tidur miring kekiri. 4. Menganjurkan memberikan
ibu anak
Planning :
untuk 1. Pantau status pernafasan
minum
air 2. Anjurkan untuk memberikan
hangat;
air hangat pada anak
Respon : ibu mengtakan akan 3. Berikan obat batuk memberikan
air
hangat
pada
anaknya. 5. Memberikan
terapi
inhalasi
ventolin 1cc dan Nacl 0,9%. Respon: inhalasi sudah diberikan Page | 21 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
anak
tampak
nyaman
setelah
diberikan inhalasi 6. Memberikan terapi ambroxol 1 cth dan salbutamol 0,6 mg (PO) Respon : obat telah dim un oleh anak 7. Memantau aliran oksigen yang terpasang Respon : oksigen terpasang 2 liter /menit,
menggunakan
kanul
oksigen. 1.
14/3
1. Mengkaji irama, kecepatan dan
Jam 20.00 WIB
/12
kedalamannafas serta pergerakan Subjektif :
Sore
dada.
Yeni
1. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Irama pernafasan regular,
masih batuk dan pilek.
nafas dangkal, RR = 40 x/mnt, anak tampak sulit bernafas bila Objektif : posisi berbaring.
1. Anak masih tampak batuk
2. Mengauskultasi daerah paru, catat 2. Suara nafas masih terdengar adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi .
ronkhi di area lapang paru 3. RR = 34 x/mnt
Respon : Suara nafas vesikuler, terdengar wheezing +/+ ada ronki Analisa: dan wheezing.
Tujuan belum tercapai masalah
3. Memberikan posisi yang nyaman bersihan jalan nafas belum pada pasien.
teratasi
Respon : klien merasa nyaman dengan posisi tidur miring kekiri. 4.
Menganjurkan memberikan
ibu
anak
Planning :
untuk 1. Pantau status pernafasan
minum
air 2. Anjurkan untuk memberikan
hangat;
air hangat pada anak
Respon : ibu mengtakan akan 3. Berikan obat batuk memberikan
air
hangat
pada
anaknya. 5.
Memberikan
terapi
inhalasi Page | 22
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ventolin 1cc dan Nacl 0,9%. Respon: inhalasi sudah diberikan anak
tampak
nyaman
setelah
diberikan inhalasi 6. Memberikan terapi ambroxol 1 cth dan salbutamol 0,6 mg (PO) Respon : obat telah dim un oleh anak 7. Memantau aliran oksigen yang terpasang Respon : oksigen terpasang 2 liter /menit,
menggunakan
kanul
oksigen. 8. Memantau hasil konsul hasil rontgen thorak. Respon : Hasil
konsul
dengan
bagian
respiro, kesan: efusi pleura. Saran : Rencana tapping dengan USG guide, kirim sampel untuk sitologi,
kultur,
karena
masa
tumor menutupi seluruh lapang hemathorak kanan dan mudah berdarah----
tunggu
respon
dexametason bila dalam 2-3 hari mengecil rencana tapping dengan USG guided. Expertise Radiologi: Kesan : Perselubungan homogen hemitorax kanan e.c efusi pleura kanan dengan gambaran jantung bergeser ke kiri. Hasil Konsul Bedah Vaskuler : Page | 23 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Kesan
:
Rhabdomiosarkoma
dengan suspek stenosis di arteri brakhialis dextra. Sikap : Pro CT angio arteri subclavikula dextra cito. 1.
15/3
1. Mengkaji irama, kecepatan dan
Jam 20.00 WIB
/12
kedalamannafas serta pergerakan Subjektif :
Sore
dada.
Yeni
1. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Irama pernafasan regular,
masih batuk dan pilek.
nafas dangkal, RR = 36 x/mnt, anak tampak sulit bernafas bila Objektif : posisi berbaring.
1. Anak masih tampak batuk
2. Mengauskultasi daerah paru, catat 2. Suara nafas masih terdengar adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi .
ronkhi di area lapang paru 3. RR = 32 x/mnt
Respon : Suara nafas vesikuler, terdengar wheezing +/+ ada ronki Analisa: dan wheezing.
Tujuan belum tercapai masalah
3. Memberikan posisi yang nyaman bersihan jalan nafas belum pada pasien.
teratasi
Respon : klien merasa nyaman dengan posisi tidur miring kekiri. 4.
Memberikan
terapi
inhalasi 1. Pantau status pernafasan
ventolin 1cc dan Nacl 0,9%.
2. Anjurkan untuk memberikan
Respon: inhalasi sudah diberikan anak
tampak
nyaman
Planning :
air hangat pada anak
setelah 3. Berikan obat batuk
diberikan inhalasi 5. Memberikan terapi ambroxol 1 cth dan salbutamol 0,6 mg (PO) Respon : obat telah dim un oleh anak 6. Mengambil
darah
untuk
pemeriksaan AGD Elektrolit dan albumin. Respon : anak tampak menangis, Page | 24 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
darah dsudah diambil 5 cc. 7. Memantau aliran oksigen yang terpasang Respon : oksigen terpasang 2 liter /menit,
menggunakan
kanul
oksigen. 16/3
1. Mengkaji irama, kecepatan dan
Jam 14.00 WIB
/12
kedalamannafas serta pergerakan Subjektif :
Pagi
dada.
1. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Irama pernafasan regular,
masih batuk dan pilek.
nafas dangkal, RR = 44 x/mnt, anak tampak sulit bernafas bila Objektif : posisi berbaring.
1. Anak masih tampak batuk
2. Mengauskultasi daerah paru, catat 2. Suara nafas masih terdengar adanya bunyi nafas tambahan : wheezing, ronkhi .
ronkhi di area lapang paru 3. RR = 36 x/mnt
Respon : Suara nafas vesikuler, terdengar wheezing +/+ ada ronki Analisa: dan wheezing.
Tujuan belum tercapai masalah
3. Memberikan posisi yang nyaman bersihan jalan nafas belum pada pasien.
teratasi
Respon : klien merasa nyaman dengan posisi tidur miring kekiri.
Planning :
4. Memantau hasil pemeriksaan AGD 1. Pantau status pernafasan dan elektrolit.
2. Anjurkan untuk memberikan
Hasil AGD:
air hangat pada anak
pH : 7,341, PCO2 : 35,5, HCO3 : 3. Berikan obat batuk 19,3, PO2 : 127,4, BE : -5,4 Hasil Elektrolit: Na: 124, K; 3,84, CL: 95,8 Hasil Albumin: 3,44 g/dl Kesan
:
Hiponatremia
dan
hipoalbuminemia Sikap : Koreksi hipo natremia. Koreksi: Page | 25 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Kebutuhan cairan:1150ml Kebutuhan Cl : 3XBB = 3 x 13 = 39 mEq Kebutuhan Na: (135-124) x 0,6x 13 = 86 mEq Total Na : 125 mEq/24 jam Dikoreksi
dengan
RL
(Na=130mEq/l) = 125 x 1000 = 9623 ml≈ RL 1000 ml/24 jam
130
= 42 ml/jam 5.
Memberikan
terapi
inhalasi
ventolin 1cc dan Nacl 0,9%. Respon: inhalasi sudah diberikan anak
tampak
nyaman
setelah
diberikan inhalasi 6. Memberikan terapi ambroxol 1 cth dan salbutamol 0,6 mg (PO) Respon : obat telah dim un oleh anak 7. Mengantar
pasien
pintuk
pemeriksaan angiografi Respon:
anak
dilakukan
pemeriksaan angiografi
Page | 26 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN Nama Klien
=An. Dn
Diagnosa Medis = Rabdomiosarkoma
Umur
= 3 tahun 6 bulan
NO RM
No. DK 2
Tgl Jam 12/3/ 12 Pagi
Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 140x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 37 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah bahu kanan, punggung dan ketiak karena terdapat masa dan bengkak serta berwarna kemerahan. Skala nyeri 6, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri bila posisi miring kanan dan pada saat bergerak. 3. Mengobservasi daerah punggung dan aksila Hasil : Punggung: terdapat masa 24 x 20 cm, keras, batas tidak tegas dan berwarna kemerahan. Bahu: terdapat masa ukuran 11 x 9 cm, keras, batas tidak tegas dan terdapat venektasi 4. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 5. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring ke kiri dengan disanggah oleh bantal. 6. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD
= 349-77-70 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus punggung anak. 4. Masih tampak masa di daerah punggung/bahu dan aksila yang berwarna kemerahan. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 1. Kaji TTV 2. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 3. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Page | 27 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Nama & Paraf Yeni
portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau. 7. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO) dan parasetamol 1 cth (PO) Respon: Obat diberikan pada anak. 8. Konsul dengan spesialis bedah vaskuler Hasil: Evaluasi sirkulasi di lengan atas perlu dilakukan uro doppler atau CT angiografi. 9. Konsul dengan spesialis anastesi (tim pain management) Hasil : Evaluasi dan tatalaksanan nyeri pada pasien keganasan sebelumnya mendapatkan tramadol 3 x 20 mg (PO) + parasetamol 3 x 120 mg (PO) rutin tapi masih nyeri. Jawaban konsulen: Kesan : Cheops 5-6 Sikap : a. saat ini anak tampak tenang b. Terapi per oral dilanjutkan (tramadol dan paracetamol) c. Saat ini tidak ada penambahan terapi namun bila pasien nyeri yang tidak dapat diatasi segera hubungi dokter jaga atau anastesi. 2
13/3/ 12 pagi
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah bahu kanan, punggung dan ketiak karena terdapat masa dan bengkak serta berwarna kemerahan. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri bila posisi miring kanan dan pada saat bergerak. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 5. Memberikan posisi yang nyaman pada
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus punggung anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV Page | 28
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
3. Anjurkan anak untuk anak. melakukan tehnik Respon: anak nyaman dengan posisi relaksasi dan distraksi miring ke kiri dengan disanggah oleh 4. Berikan terapi untuk bantal. 6. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri mengurangi nyeri dengan menonton film kartun Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau. 7. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO) dan parasetamol 1 cth (PO) Respon: Obat diberikan pada anak. 8. Mengingatkan ibu untuk mengoleskan bactroban zalf dan mebo zalf di luka daerah ketiak. Respon : Tampak ibu mengoleskan zalf bactroban dan mebo di luka ketiak. 2
14/3/ 12 Sore
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 140x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 38 x/mnt, suhu; 37,5 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah bahu kanan, punggung dan ketiak karena terdapat masa dan bengkak serta berwarna kemerahan. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri bila posisi miring kanan dan pada saat bergerak. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring ke kiri dengan disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan menonton film kartun Respon: perhatian anak teralihkan saat
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus punggung anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Page | 29 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau. 6. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO) dan parasetamol 1 cth (PO) Respon: Obat diberikan pada anak. 7. Mengingatkan ibu untuk mengoleskan bactroban zalf dan mebo zalf di luka daerah ketiak. Respon : Tampak ibu mengoleskan zalf bactroban dan mebo di luka ketiak. 2
15/3/ 12 Sore
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 136x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 38 x/mnt, suhu; 37,2 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah bahu kanan, punggung dan ketiak karena terdapat masa dan bengkak serta berwarna kemerahan. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri bila posisi miring kanan dan pada saat bergerak. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring ke kiri dengan disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan menonton film kartun Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau. 6. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO) dan parasetamol 1 cth (PO) Respon: Obat diberikan pada anak.
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus punggung anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
7. Mengingatkan ibu untuk mengoleskan Page | 30 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
bactroban zalf dan mebo zalf di luka daerah ketiak. Respon : Tampak ibu mengoleskan zalf bactroban dan mebo di luka ketiak. 2
16/3/ 12 Pagi
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah bahu kanan, punggung dan ketiak karena terdapat masa dan bengkak serta berwarna kemerahan. Skala nyeri 5, tidak ada penyebaran, nyeri setempat di area masa, anak merasa nyeri bila posisi miring kanan dan pada saat bergerak. 3. Mengobservasi daerah punggung dan aksila Hasil : Punggung: terdapat masa 24 x 20 cm, keras, batas tidak tegas dan berwarna kemerahan. Bahu: terdapat masa ukuran 11 x 9 cm, keras, batas tidak tegas dan terdapat venektasi 4. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 5. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring ke kiri dengan disanggah oleh bantal. 6. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri dengan menonton film kartun Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. Anak juga membawa DVD portabel yang dapat di tonton kapan saja anak mau.
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus punggung anak. 4. Skala nyeri masih sedang antara 4 dan 5 5. Masih tampak masa di punggung/bahu dan aksila, dengan ukuran belum ada perubahan dari tanggal 12/3/12. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Page | 31 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
7. Memberikan Terapi : tramadol 20 gr (PO) dan parasetamol 1 cth (PO) Respon: Obat diberikan pada anak. 8. Mengingatkan ibu untuk mengoleskan bactroban zalf dan mebo zalf di luka daerah ketiak. Respon : Tampak ibu mengoleskan zalf bactroban dan mebo di luka ketiak.
Page | 32 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN Nama Klien
=An. Dn
Diagnosa Medis = Rabdomiosarkoma
Umur
= 3 tahun 6 bulan
NO RM
No. DK 3
Tgl Jam 12/3/ 12 Pagi
= 349-77-70 Nama
Evaluasi Hasil (SOAP)
Tindakan Keperawatan dan Hasil
&
(Mengacu pada tujuan)
1. Menimbang berat badan
Paraf
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 12 kg
Yeni
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien hanya menghabiskan 4 susah
makan.
porsi makanan yang di sediakan di rumah menghabiskan
3
Hanya sendok
sakit. Klien mendapatkan makanan cair makan porsi yang di berikan. 175 cc/NGT drip 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon:
Anak
mengatakan
Objektif :
perutnya 1. Anak
terasa mual bila makan, dan dimulut
tampak
tidak
menghabiskan makanan.
terdapat sariawan. Ibu klien mengatakan 2. Anak tampak susah untuk jam 06.00 muntah 1 kali ± 50 cc 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan. 3. Konjungtiva anemis
Respon: Anak tampak tidak mau makan 4. Makanan makanan yang diberikan dari rumah sakit
cair
telah
diberikan 2 x 175 cc (pagi
5. Menganjurkan orang tua klien untuk
dan siang hari)
makan memberikan makanan sedikit tapi Analisa: sering.
Tujuan
belum
tercapai
6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, masalah albumin, protein total
Nutrisi
Hasil: Hb= 9,2 gr/dl, albumin= 2,9 gr/dl
kebutuhan
kurang
dari
tubuh
belum
7. Menganjurkan orangtua untuk memberikan teratasi kenalog zalf yang di oleskan di mulut dan Planning : sariawan,dan minosep gargle dengan cara 1. Timbang Berat badan di kumur-kumur.
2. Berikan makanan sesuai
Respon: tampak pada saat mengoleskan
diet
kenalog anak meringis kesakitan dan 3. Monitor makanan yang menolak untuk di oleskan.
dihabiskan.
8. Memberikan terapi ondansetron 2,5 mg 4. Observasi adanya mual Page | 33 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
secara intravena
dan muntah
Respon : obat telah diberikan
5. Pantau
pemeriksaan
laboratorium Hb, albumin dan protein 3
13/3/ 12 pagi
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 12 kg
Yeni
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien hanya menghabiskan 4 susah
makan.
porsi makanan yang di sediakan di rumah menghabiskan
4
Hanya sendok
sakit. Klien mendapatkan makanan cair makan porsi yang di berikan. 175 cc/NGT drip 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon:
Anak
mengatakan
Objektif :
perutnya 1. Anak
terasa mual bila makan, dan dimulut
tampak
tidak
menghabiskan makanan.
terdapat sariawan. Ibu klien mengatakan 2. Anak tampak susah untuk anaknya tidak ada muntah 1 kali ± 50 cc. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan. 3. Tidak ada muntah
Respon: Anak tampak tidak mau makan 4. Masih tampak sariawan di makanan yang diberikan dari rumah sakit
mukosa bibir dalam
5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi Analisa: sering.
Tujuan
belum
tercapai
6. Menganjurkan orangtua untuk memberikan masalah kenalog zalf yang di oleskan di mulut dan Nutrisi sariawan,dan minosep gargle dengan cara kebutuhan di kumur-kumur.
kurang
dari
tubuh
belum
teratasi
Respon: tampak pada saat mengoleskan kenalog anak meringis kesakitan dan
Planning :
menolak untuk di oleskan
1. Timbang Berat badan
7. Memberikan terapi ondansetron 2,5 mg 2. Berikan makanan sesuai secara intravena Respon : obat telah diberikan
diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah Page | 34
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
3
14/3/ 12 Sore
8. Menimbang berat badan
Jam 20.00 WIB
Respon: BB= 12 kg
Yeni
Subjektif :
9. Mengkaji pola makan klien
ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien hanya menghabiskan 4 susah
makan.
porsi makanan yang di sediakan di rumah menghabiskan
4
Hanya sendok
sakit. Klien mendapatkan makanan cair makan porsi yang di berikan. 175 cc/NGT drip 10. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon:
Anak
mengatakan
Objektif :
perutnya 1. Anak
terasa mual bila makan, dan dimulut
tampak
tidak
menghabiskan makanan.
terdapat sariawan. Ibu klien mengatakan 2. Anak tampak susah untuk anaknya tidak ada muntah 1 kali ± 50 cc. 11. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan. 3. Tidak ada muntah
Respon: Anak tampak tidak mau makan 4. Masih tampak sariawan di makanan yang diberikan dari rumah sakit
mukosa bibir dalam
12. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi Analisa: sering. 13. Menganjurkan
Tujuan orangtua
belum
tercapai
untuk masalah nutrisi kurang dari
memberikan kenalog zalf yang di oleskan kebutuhan
tubuh
belum
di mulut dan sariawan,dan minosep gargle teratasi dengan cara di kumur-kumur. Respon: tampak pada saat mengoleskan
Planning :
kenalog anak meringis kesakitan dan
1. Timbang berat badan
menolak untuk di oleskan
2. Berikan makanan sesuai
14. Memberikan terapi ondansetron 2,5 mg secara intravena
diet 3. Monitor makanan yang
Respon : obat telah diberikan
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah
3
15/3/ 12 Sore
1. Menimbang berat badan Respon: BB= 12 kg 2. Mengkaji pola makan klien
Jam 20.00 WIB Yeni
Subjektif : ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien hanya menghabiskan 1/4 susah
makan.
Hanya
porsi makanan yang di sediakan di rumah menghabiskan 1/4 sendok Page | 35 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
sakit. Klien mendapatkan makanan cair makan porsi yang di berikan. 175 cc/NGT drip
Objektif :
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon:
Anak
mengatakan
1. Anak
perutnya
tampak
tidak
menghabiskan makanan.
terasa mual bila makan, dan dimulut 2. Anak tampak susah untuk terdapat sariawan. Tidak ada muntah. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan. 3. Tidak ada muntah
Respon: Anak tampak tidak mau makan 4. Masih tampak sariawan di makanan yang diberikan dari rumah sakit
mukosa bibir dalam
5. Menganjurkan orangtua untuk memberikan Analisa: kenalog zalf yang di oleskan di mulut dan Tujuan
belum
tercapai
sariawan,dan minosep gargle dengan cara masalah di kumur-kumur.
Nutrisi
Respon: tampak pada saat mengoleskan
kebutuhan
kenalog anak meringis kesakitan dan
teratasi
menolak untuk di oleskan
Planning :
kurang
dari
tubuh
belum
6. Memberikan terapi ondansetron 2,5 mg 1. Timbang Berat badan secara intravena
2. Berikan makanan sesuai
Respon : obat telah diberikan
diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah
3
16/3/ 12 Pagi
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 12 kg
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien hanya menghabiskan 1/2 susah
makan.
Hanya
porsi makanan yang di sediakan di rumah menghabiskan 1/2 sendok sakit. Klien mendapatkan makanan cair makan porsi yang di berikan. 175 cc/NGT drip
Objektif :
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon:
Anak
mengatakan
1. Anak
perutnya
tampak
tidak
menghabiskan makanan.
terasa mual bila makan, dan dimulut 2. Anak tampak susah untuk terdapat sariawan. Tidak ada muntah. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan. 3. Tidak ada muntah Page | 36
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Respon: Anak tampak tidak mau makan 4. Masih tampak sariawan di makanan yang diberikan dari rumah sakit
mukosa bibir dalam
5. Mengingatkan orangtua untuk memberikan Analisa: kenalog zalf yang di oleskan di mulut dan Tujuan
belum
tercapai
sariawan,dan minosep gargle dengan cara masalah di kumur-kumur.
Nutrisi
Respon: tampak pada saat mengoleskan
kebutuhan
kenalog anak meringis kesakitan dan
teratasi
menolak untuk di oleskan
Planning :
kurang
dari
tubuh
belum
6. Memberikan terapi ondansetron 2,5 mg 1. Timbang Berat badan secara intravena
2. Berikan makanan sesuai
Respon : obat telah diberikan
diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN Nama Klien
=An. Dn
Diagnosa Medis = Rabdomiosarkoma
Umur
= 3 tahun 6 bulan
NO RM
No. DK 4.
Tgl Jam 12/3/ 12 Pagi
Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8 C 2. Memberikan obat kemoterapi: Ifosfamid 1650 gr + Mesna 1650 gr diberikan per drip selama 24 jam. (dokter PPDS) 3. Memantau pemberian obat kemoterapi selama diberikan dan memonitor efek selama kemoterapi. Respon: tidak ada keluhan selama di berikan
= 349-77-70 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB klien
mengatakan
anaknya tidak mengalami mual dan muntah selama mendapatkan kemoterapi. Objektif : 1.
Anak
tampak
tenang
selama
Kemoterapi.
diberikan terapi Page | 37
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
& Paraf Yeni
Subjektif : Ibu
Nama
4. Memberikan support pada orang tua (ibu) selama anak mendapatkan kemoterapi.
2. Tidak ada mual dan muntah
Respon : ibu tampak senang.
selama kemoterapi.
5. M emberikan lingkungan yang nyaman pada Analisa: klien selama kemoterapi, dengan cara Tujuan mengatur posisi, membatasi pengunjung
tercapai
resiko
komplikasi tidak terjadi Planning : 1. Pantau TTV 2.
Pantau
adanya
komplikasi/ efek samping selama
mendapatkan
kemoterapi. 3.
Pantau
pemriksaan
laboratorium
(Hb,
Ht,
Trombosit, Leukosit, dll) 4. Observasi adanya mual dan muntah 5. Berikan dukungan pada orang
tua
selama
anak
mendapatkan pengobatan/kemoterapi. 4.
13/3/ 12 Pagi
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8 C 2. Memberikan obat kemoterapi: Etoposide 50 mg (IV) di berikan selama 24 jam Carboplatin 220 mg IV dalam NaCl 0,9 % 150 ml diberikan secara drip dalam 4 jam.
Jam 14.00 WIB
Yeni
Subjektif : Ibu
klien
mengatakan
anaknya tidak mengalami mual dan muntah selama mendapatkan kemoterapi. Objektif : 1.
Anak
tampak
tenang
selama
Hidrasi cairan 2 A 15 tpm (dokter PPDS) 3. Memantau pemberian obat kemoterapi selama diberikan dan memonitor efek selama kemoterapi.
diberikan terapi 2. Tidak ada mual dan muntah selama kemoterapi.
Respon: tidak ada keluhan selama di berikan Kemoterapi.
Analisa: Page | 38
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Memberikan support pada orang tua (ibu)
Tujuan
tercapai
resiko
selama anak mendapatkan kemoterapi.
komplikasi tidak terjadi
Respon : ibu tampak senang.
Planning :
5. M emberikan lingkungan yang nyaman pada 1. Pantau TTV klien selama kemoterapi, dengan cara 2. mengatur posisi, membatasi pengunjung
Pantau
adanya
komplikasi/ efek samping selama
mendapatkan
kemoterapi. 3.
Pantau
pemriksaan
laboratorium
(Hb,
Ht,
Trombosit, Leukosit, dll) 4. Observasi adanya mual dan muntah 5. Berikan dukungan pada orang
tua
selama
anak
mendapatkan pengobatan/kemoterapi. 4
14/3/ 12 Sore
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8 C 2. Hasil Ronde divisi hematologi (Pagi): Hasil : o Berikan dexametason 0,5 mg/Kg/1x 10 mg (IV) bolus (one shot) selama 3 hari o Konsul respiratori untuk sesak dengan rontgen kesan adanya penekanan tumor. 3. Memberikan obat dexametason 5 mg Respon : obat telah diberikan 4. Memantau pemeriksaan darah lengkap Respon : Hb : 8,2 gr, Ht ; 32,3 %, eritrosit 4,41/ul, leukosit 125000, trombosit: 215.000. 5. Memberikan tranfusi PRC 150 ml, golongan darah B+ Respon : Line I = PRC telah diberikan selama 1 jam setelah itu bilas dengan NaCl. Line II = Kaen IB 10 tpm makro.
Jam 14.00 WIB
Yeni
Subjektif : Objektif : 1. Anak tampak tenang 2.Anak telah mendapatkan tranfusi PRC 150 ml dan tidak ada efek setelah tranfusi. 3. Obat telah di berikan : dexametason
sesuai
program
Analisa: Tujuan
tercapai
resiko
komplikasi tidak terjadi Planning : Page | 39
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
1. Pantau TTV 2.
Pantau
adanya
komplikasi/ efek samping selama
mendapatkan
kemoterapi. 3.
Pantau
pemriksaan
laboratorium
(Hb,
Ht,
Trombosit, Leukosit, dll) 4. Observasi adanya mual dan muntah 5. Berikan dukungan pada orang
tua
selama
anak
mendapatkan pengobatan/kemoterapi. 4
15/3/
1. Mengkaji Tanda-tanda vital
Jam 14.00 WIB
12
Respon: Nadi: 138x/mnt, reguler, isi
Subjektif :
Sore
cukup.
Ibu
RR: 32 x/mnt, suhu; 36,8
C
2. Ronde divisi hematologi : o Konsul bedah torax untuk debuking tumor o Lanjutkan pemberian dexametason 0,5 mg/Kg (3 hari)
o Pasien dengan peningkatan fibrinogen
mual dan muntah selama mendapatkan kemoterapi. Objektif : 1.
Anak
2.
obat warfarin telah
diberikan sesuai program. Analisa:
perdarahan.
Tujuan
5. Memantau tanda-tanda perdarahan
tenang
diberikan terapi
0,2 mg/Kg, 1 x 2 mg (PO) dan pantau
Respon : obat telah diberikan.
tampak
selama
dan D- dimer berikan warfarin (symarc)
4. Memberikan warfarin 2 mg (PO)
mengatakan
anaknya tidak mengalami
o Stop pemberian kenalog 3. Ronde Dokter PPDS IKA
klien
yeni
tercapai
resiko
komplikasi tidak terjadi Planning : 1. Pantau TTV
Respon : tidak ada perdarahan di gusi,
2. Pantau adanya perdarahan
hidung, melena dll
3.
Pantau
laboratorium
pemriksaan (Hb,
Ht,
Page | 40 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Trombosit, Leukosit, dll) 4. Observasi adanya mual dan muntah 5. Berikan dukungan pada orang
tua
selama
anak
mendapatkan pengobatan/kemoterapi.
Page | 41 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ASPEK
ETIK
DAN
LEGAL
DALAM
PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN Pada kasus anak Dn diatastidak ditemukan masalah aspek etik dan legal selama pemberian asuhan keperawatan yang diberikan.Dalam melakukan tindakan keperawatan maupun kolaborasi yang dilakukan pada anak Ds sesuai dengan prinsip etik dan legal. Semua prosedur tindakan terlebih dahulu dilakukan Inform Concern (persetujuan tindakan) seperti pada saat akan dilakukan pemasangan infus, tranfusi darah atau prosedur invasive lainnya. Keluarga juga diberi kebebasan untuk memilih rencana keperawatan yang akan dilakukan pada anaknya terutama pada saat akan dilakukan tindakan keperawatn invasive orang tua diperbolehkan untuk menemani anak di ruang tindakan dan memberitahukan kepada orang tua tentang rencana medis dan keperawatan yang telah di programkan. Pada prinsipRespect for Autonomy, melibatkan pasien dalam membuat keputusan perawatan dirinya maupun keluarganya dengan memberikan Informed consent agar klien bebas menentukan keputusan yang akan diambil.Pada kasus ini keluarga (orang tua) merupakan pengambil keputusan dalam hal perawatan terhadap anaknya atau menolak dilakukan yang dilakukan. Perawat tetap bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada keluarga terkait tindakan yang dilakukan serta dampak bila tindakan tidak dilakukan walaupun keputusan akhir tetap ditangan keluarga. Dilain pihak perawat juga dihadapkan pada prinsip etik Non-malfisiensi dan Benefisiensi.Non-malefisiensi artinya menghindari dari berbagai macam situasi yang membahayakan atau mengancam, khususnya situasi seperti pada kematian, ketidakmampuan, dan penderitaan.Prinsip ini juga menjelaskan bahwa tidak melakukan sesuatu yang membahayakan atau menyakiti orang lain, menghindari dan menghilangkan bahaya. Beneficience artinya bersikap baik, murah hati, kompeten, memberikan rasa aman dan penolong yang maksudnya adalah berusaha melakukan segala Page | 42 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk kepentingan sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain, selain itu prinsip beneficience juga memberikan kewenangan kepada orang lain sesuai dengan wewenangnya,memberikan kontribusi yang baik untuk orang lain dalam memenuhi kebutuhan orang lain meliputi pencegahan dan menghindari dari sesuatu yang membahayakan atau mengancam. Prinsip ini juga berupaya untuk melakukan yang terbaik, tidak hanya memberikan berdasarkan kompetensi atau keterampilan dasar saja tetapi juga
meliputi pendekatan holistik meliputi kepercayaan, harapan
pasien dan keluarga dan lain-lain.Prinsip Beneficience, pada kasus An. Dn disini adalah perawat dalam melakukan pelayanan perawatan sesuai dengan standar yang ada dengan baik dan benar, penanganan segera terhadap masalah yang terjadi, selalu siap untuk pasien, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Sebagaimana disebutkan dalam Potter dan Perry, 2006bahwa, nonmalfisiensi
memberikan
standar
minimum
dimana
praktisi
selalu
memegangnya. Dalam situasi klinis sering sulit menggambarkan garis antara bahaya yang tidak berarti dan melakukan yang baik (benefisiensi). Demikian pula pada kasus An. Dn
Page | 43 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ANALISA EVIDANCE BASED PRACTICE YANG TERKAIT Judul Author
: Massage therapy for children with cancer : Janice Post-White, PhD, RN, FAAN; Maura Fitzgerald, MS, MA, RN, CNS; Kay Savik, MS; Mary C. Hooke, MS, RN, CPON; Anne B. Hannahan, MA, RN, LP; Susan F. Sencer, MD : Journal of Pediatric Oncology Nursing, 26(1): 16-28 : 2009 : Anak dengan kanker yang menerima 2 silus kemoterapi dan salah satu orang tua : Mengikuti sesi terapi pijat (massage therapy) : Tidak dilakukan intervensi : Perubahan relaksasi (frekuensi nadi dan pernafasan, tekanan darah dan tingkat pelepasan kartisol) dan gejala (nyeri, mual, kecemasan dan kelelahan) pada anak dengan kanker yang menjalani pengobatan dan kecemasan serta kelelahan yang dirasakan orang tua. : Apakah terapi pijat dapat memberikan efek terhadap masalah fisik dan distress emosional pada anak yang menderita kanker dan menjalani kemoterapi
Jurnal Tahun Subjek Intervensi Pembanding Hasil
Pertanyaan klinis
Analisis jurnal: Penelitian diatas bermaksud untuk membandingkan masalah fisik dan distres emosional anak dengan kanker yang menjalani kemoterapi antara yang diberikan intervensi terapi pijat dengan yang tidak diberikan intervensi. Anak dengan kanker yang berusia 1 sampai 18 tahun beserta salah satu orang tua atau wali diambil sebagai subjek dari klinik hematologi/onkologi dan unit rawat jalan rumah sakit Children’s Hospital and Clinics of Minnesota. Subjek yang diambil adalah anak yang akan menjalani siklus kemoterapi 4-8 minggu, jumlah trombosit > 20.000/mm3 minimal 48 jam setelah operasi, mempunyai kemampuan untuk memberikan persetujuan (anak . dari 7 tahun dan orang tua). Subjek kemudian dibagi secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan terapi pijat di bagian yang teritegrasi dari rumah sakit atau diruangan pasien.Terapi pijat diberikan oleh terapis yang sudah mempunyai sertifikat dan keahliah dalam terapi pijat. Orang tua yang pertama kali mendapatkan terapi pijat dan tetap Page | 44 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
berada di ruangan selama anak dilakukan terapi pijat. Pada orang tua pijat dilakukan pada posisi duduk, mulai dengan pijatan pada bahu, kemudian bagain
punggung
belakang,
lengan,
tangan,
leher
dan
terakhir
kepala.Sedangkan pada anak pijatan terdiri atas bagian belakang, kaki, lengan, perut dan dada, dan wajah.Anak diberikan kesempatan untuk memilih area yang terlebih dahulu dipijat.
Teknik pijatan yang dilakukan diantaranya
adalah effleurage (tekanan yang lembut dan berirama dengan menggunakan permukaan tangan), racking (menyisir dengan ujung jari) thumb stroking (pijatan pendek dengan ibu jari), dan petrisagge (meremasa dengan lembut). Tekanan atau pijatan yang diberikan tegas dan lembut serta sesuai dengan toleransi anak. Pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Kelompok ini berada pada satu kondisi yang tenang, dimana anak dan orang tua ditempatkan pada ruangan khusus di unit hematologi/onkologi, dan diberikan kesempatan untuk saling berbincang, menonton video, membaca buku dan apa anak diberikan alat permainan yang sesuai dengan usia. Hasil menunjukkan bahwa terapi pijat efektif dalam menurunkan frekuensi nadi dan kecemasan anak usia kurang dari 14 tahun dan kecemasan orang tua. Tidak ada perubahan yang signifikan pada tekanan darah, kortisol, nyeri, mual atau kelelahan.Anak menyatakan merasa lebih baik, kecemasan dan ketakutan berkurang dan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan kelompok kontrol.Terapi pijat pada anak dengan kanker dapat dilakukan dan tanpaknya berhubungan dengan penurunan kecemasan pada orang tua dan anak yang lebih kecil. Walaupun pijat pada anak relatif aman, kontraindkasi harus selalu diobservasi.Khususnya, tidak boleh memijat pada area kulit yang lecet, terpotong, terbakar, terkena air panas atau bercak infeksi misal skabies.Tidak boleh memijat pada sendi yang terinflamasi, tumor dan benjolan yang tidak terdiagnosis.Pada kejadian injury (misal memar berat, sprain, fraktur atau Page | 45 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
dislokasi) atau kondisi medis, konsul dengan dokter anak sebelum pelaksanaan pemijatan.Jika anak mengalami sakit akut, terutama jika suhu tubuhnya meningkat, pijat merupakan kontraindikasi.
Page | 46 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
APLIKASI PENERAPAN COMFORT THEORY KOLKABA PADA ANAK Dr DENGAN ALL
A. Pengkajian 1. Biodata : Nama Pasien
: Anak Dr
Umur
: 10 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Diagnosa Medis
: ALL Relaps end Stage
Ruangan
: IKA Ruang Non Infeksi, Kamar kemoterapi
No RM
: 36-94-60
Tgl MRS
: 11 November 2011
Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2011 2. Anamnesa : a) Keluhan utama : Anak mengeluh nyeri pada persendian, perdarahan pada gusi b) Riwayat penyakit sekarang : Anak rencana akan dilakukan kemoterapi. Klien masih berada pada fase induksi minggu ke tiga. Klien telah dilakukan BMP pada tgl 15 des dan mendapatkan terapi kemoterapi mtx sebanyak 2 kali (24 Nov dan 9 Des2012), VCR 1,5 mg/m2 3 kali (2 des, 13 des dan 20 des), Daunorubicine 30 mg/m2 sebanyak 3 kali (2 Des, 9 Des dan 16 Des). c) Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya anak tidak pernah mengalami penyakit yang berat. d) Riwayat penyakit keluarga : Tidak anggota keluarga baik dari pihak ibu maupun ayah klien yang mengalami penyakit berhubungan dengan keganasan. e) Riwayat Kelahiran Anak Dr merupakan anak pertama, lahir ditolong oleh bidan secara spontan, dengan BBL 3250 gr dan PBL 50 cm, menurut ibu anaknya langsung menangis segera setelah lahir.
1 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
f) Riwayat Imunisasi Menurut ibu, anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap seperti hepatitis B, BCG, DPT 1,2 dan 3, polio dan campak sesuai dengan bulan pemberian imunisasi, anak mengalami reaksi panas setelah di imunisasi campak. g) Riwayat Tumbuh Kembang Menurut ibu, anaknya tidak ada mengalami masalah/ gangguan tumbuh kembang sebelum menderita penyakit kanker. h) Riwayat nutrisi Sebelum sakit, anak tidak ada mengalami masalah dalam nutrisi, pola makan dan nafsu makan anak baik. Anak makan 3 x sehari dengan menu makanan keluarga. BB = 30 Kg, TB = 131 cm, BB ideal = 30 Kg dengan interpretasi gizi = 30/30 x 100% = 100 (≥ 90-100) anak Dn mengalami gizi normal. 3. Pemeriksaan Fisik yang terkait : a) Kesadaran kompos mentis b) Tanda-tanda vital = suhu 37, 4° c, pernafasan 28 x/menit pola nafas dangkal, nadi 100 x/menit, reguler, isi cukup. c) Kulit: tidak ada sianosis, terdapat kebiruan pada tangan dan kaki bekas penusukan jarum infus. d) Kepala dan rambut : tidak ada deformitas, rambut tipis dan rontok, tidak ada nyeri. e) Mata : konjungriva pucat, skelera tidak ikterik f) Telinga: Bentuk simetris, tidak ada nyeri pada daun telinga, tidak ada serumen/ sekret dari lubang telinga. Pendengaran baik. g) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret, terpasang oksigen kanul 2 ltr/mnt h) Mulut: mukosa mulut dan bibir bagian bawah terdapat stomatitis. i) Tenggorokan : faring tidak anemis
2 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
j) Dada : bentuk tidak simetris, di dada kanan kearah aksila terdapat benjolan. Paru-paru; suara nafas vesikuler berkurang pada dada kanan, pola nafas dangkal, ronkhi -/-, wheezing -/-. Jantung: BJ I-II normal, tidak ada murmur dan gallop k) Perut : datar, lemas, anak mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan, teraba pembesaran hati ± 5 cm di bawah arcus kosta, tepi tumpul, permukaan rata, konsisitensi kenyal, teraba limfa pada schuffner IV dan bising usus 8 x/mnt. l) Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada sianosis. m) Pengkajian Skala nyeri
Skala derajat 10 Tipe nyeri sangat berat. 7-9 Tipe nyeri berat. Nyeri 4-6 Tipe nyeri sedang. 1-3 Tipe nyeri ringan. Berdasarkan
pengkajian skala nyeri pada anak Dr
dengan
menggunakan gambar diatas didapatkan anak mengalami nyeri sedang dengan skala 8.
3 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium Jenis pemeriksaan Darah Lengkap Hb Ht Trombosit Leukosit Eritrosit MCV MCH MCHC Hitung Jenis Blas Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Kimia Bilirubin Total SGOT (ALT) SGPT Natrium Kalium Klorida Kalsium Fosfor Magnesium Ureum Kreatinin Asam Urat
Hasil 22/1/12
Hasil 27/1/12
Nilai Normal
Keterangan
10,4 g/dl 29 % 17.000/ui 10000/ui 3,6 juta/ul 81 fl 29 pg 36 gr/dl
10,1 g/dl 31 % 124.000/ui 3400/ui 4,7 juta/ul 66 fl 22 pg 33 gr/dl
13,5 -18 40 – 45 150.000 – 400.000 4.500 – 11.000 4,3 – 6,0 80 – 96 27 -32 32 – 36
Menurun Menurun Menurun Normal Normal Menurun Normal Normal
70 0% 0% 0% 2% 25 % 3%
73 0% 0% 0% 2% 23 % 2%
0-1 1–3 2-6 50 – 70 20 – 40 2–8
1,0 103 152 140 2,1 99 25 0,5 6,7
5. Terapi a. b. c. d. e. f.
IVFD D5 ¼ S Dexametason Cotrimoksazol Nistatin Colistin Allopurinol g. Diit
3000 cc/24 Jam = 20 tetes/mnt 4-4-4 tab 2 x 1 Tab (PO) 3 x 1 Tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab MB 1800 kal
4 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
B. TAKSONOMI KOLCABA BERDASARKAN PENGKAJIAN PASIEN Context of Comfort
Fisik
Dorongan
Ketenteraman
(Relief)
(Ease)
1. Tampak benjolan di daerah bahu kanan 1. Anak tampak gelisah. dan aksila kanan
Transcedence Kebutuhan pemenuhan. kenyamanan
2. Ekspresi wajah menahan nyeri bila di fisik (bebas dari nyeri) .
2. Tampak kemerahan di daerah benjolan
pegang daerah benjolan.
3. Nyeri di daerah bahu kanan dan aksila 3. Anak tampak rewel kanan.
4. Posisi tidur tampak miring kiri dan
4. Nyeri bertambah bila di gerakkan dan
sisanggah oleh bantal
miring kearah kanan. 5. Skala nyeri 6. 1. Pola nafas dangkal dan cepat, suara
Anak tampak sesak
nafas di area kanan menurun, ronki +/-
Kebutuhan Oksigenisasi : Pola nafas tidak efektif
RR: 44x/mnt. 2. Terpasang oksigen kanul 2 ltr/mnt. 1. Tampak stomatitis/sariawan di mukosa mulut dan bibir bagian bawah
Kebutuhan
pemenuhan
nutrisi:
kurang dari kebutuhan
2. Anak tampak tidak mau sulit makan karena nyeri di bibir dan mulut.
5 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
3. Anak hanya menghabiskan ¼ - ½ porsi makanan yang disediakan. 4. Konjungtiva pucat, Hb: 10,1 g/dl, trombosit 124.000/ui. 5. BB: 30 kg. Psikospiritual
• Cemas pada anak dan orang tua.
•
Ketakutan kehilangan anak.
• Tegang.
•
Cemas
menjalani
• terapi
Kebutuhan dukungan emosi dan spiritual.
(kemoterapi) dan prosedur tindakan. Lingkungan
Sosialkultural
•
Ruangan berisi 7 orang yang dibatasi •
Kamar cukup nyaman , tidak ada
dengan gorden.
bau dan bersih
•
ber AC dan terdapat jendela.
•
Kamar bersih dan tidak ada bau
•
Tidak ada tradisi, adat istiadat/ budaya
Kebutuhan akan dukungan keluarga
serta keyakinan agama yang dianut
atau orang lain yang berpengaruh
bertentangan
dengan
pelaksanaan
pengobatan atau terapi serta perawatan pada anak dengan kanker.
6 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan dari pengkajian yang dilakukan pada anak Dr, menggunakan teori Comfort Kolkaba didapatkan ada beberapa masalah keperawatan yang muncul yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam urat
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, efek kemoterapi dan stomatitis.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia/ penurunan trombosit
4. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertemia berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
7 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
C. RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dr
No. 1.
DiagnosaKeperawatan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Data Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk makan. 2. Ibu klien mengatakan terdapat sariawan di mukosa mulut dan bibir. 3. Ibu klien mengatakan anaknya hanya menghabiskan makanan ± ¼ - ½ porsi makanan yang di sediakan. Data Objektif: 1. Tampak terdapat sariawan di daerah mukosa mulut dan bibir klien 2. Anak tampak susah untuk makan dan menolak bila di berikan makanan. 3. Anak tampak lemas 4. Konjungtiva tampak anemis 5. BB turun = 1 Kg 6. BB saat ini 29 Kg 7. Hb = 6,7 gr/dl
Diagnosa Medis : ALL
No MR : 36-94-60
Tujuan&Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan Status nutrisi dapat dipertahankan . Kriteria Hasil: 1. Nafsu makan meningkat 2. Anak dapat menghabiskan porsi makanan yang di berikan. 3. Tidak ada mual dan muntah 4. Berat badan dapat dipertahankan 5. BB ideal anak unt usia 6-12 tahun: = Umur (tahun) x7 – 5 2 = 10 x 7 – 5= 32,5 Kg 2 6. Interpretasi gizi = BB anak x 100 % BB ideal = 29 x 100% = 89 % 32,5 7. Kebutuhan Kalori= 80 x BB 80 x 29 = 2320 Karbo = 50% x 2320 = 1160 kal Protein = 15 % x 2320 = 348 kal Lemak = 35 % x 2320 = 812 kal 8. Hb normal = 13 -16 gr/dl
Intervensi Keperawatan Teknical: 1. Timbang berat badan 2. Kaji pola makan klien 3. Kaji penyebab anak tidak mau makan 4. Berikan makan dalam porsi hangat 5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Berikan Diet sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan ahli gizi. 7. Berikan supplemen tambahan/vitamin 8.
Pantau pemeriksaan Hb
Coaching : 9. Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rilek pada saat anak makan. 10. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi Comfort food for the soul : 11. Berikan makanan sesuai keinginan anak Berikan lingkungan yang nyaman pada saat makan
8 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dr
No. 2.
DiagnosaKeperawatan Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan asam urat Data Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anak mengeluh nyeri di daerah persendian terutama di lutut. Data Objektif: 1. Anak tampak meringis kesakitan. 2. Anak tampak memegangi daerah yang sakit, terutama di daerah lutut dan punggung. 3. Nyeri terjadi hilang timbul 4. Skala nyeri 8 5. Tanda-tanda vital Suhu= 37,5 c, Nadi= 100x/mnt, RR= 28x/mnt
Diagnosa Medis : ALL
No MR : 36-94-60
Tujuan&Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Tehnik:
nyeri dapat teratasi
1. Monitor tanda tanda vital 2. Kaji karateristik nyeri (Lokasi, derajat, skala, faktor yang
Kriteria Hasil:
memperberat dan memperingan, radiasi dan waktu terjadi
1. Nyeri dapat berkurang
nyeri)
2. Skala dan kualitas nyeri berkurang
3. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
3. Anak tampak rileks
4. Atur suasana perawatan yang kondusif dan nyaman.
4. Anak dapat beraktivitas tanpa nyeri
5. Kolaborasi
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
dengan
dokter
untuk
pemberian
terapi
analgetik. 6. Monitoring hasil laboratorium Coaching : 1. Beri dukungan emosional dan spiritual 2. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 3. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi dan radiasi 4. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
9 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Comfort food for the soul : 1. Ajarkan teknik relaksasi 2.
Ajarkan teknik distraksi
3.
Fasilitasi guided imagery
4.
Turunkan stimulus lingkungan
10 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dr No. 3
Diagnosa Medis : ALL DiagnosaKeperawatan
No MR : 36-94-60
Tujuan&Kriteria Hasil
Regulatory Operation
Risiko perdarahan b.d penurunan tombosit/ trombositopenia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada anak Dr perdarahan dapat teratasi
Tehnik:
Data Subjektif:
dengan kriteria hasil :
2. Pantau dan laporkan
Ibu klien mengatakan gusi dan gigi geraham bawah anaknya berdarah tapi tidak banyak.
1. Perdarahan dapat berkurang 2. Tidak terjadi perdarahan spontan 3. Tidak terjadi syok (TD menurun, ekstermitas dingin, kesadaran menurun) 4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Data Obyektif : 1. 2. 3.
4.
Tampak adanya perdarahan di gusi dan gigi anak Dr Tampak adanya hematom di daerah tangan, paha dan badan klien Pemeriksaan laboratorium hematologi Tgl 22/12/11 Hb= 10,4, Ht= 29, eritrosit = 3,6, leucosit= 10.950, trombosit= 17.000
1. Monitor tanda tanda vital adanya tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, pucat, diaforesis, meningkatnya kecemasan) 3. Pantau kulit dan membran mukosa setiap hari 4. Pantau urin dan tinja terhadap tanda-tanda perdarahan 5. Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygine 6. Pantau dan pantau pemeriksaan hematologi dan faktor pembeku darah dan trombosit Coaching : 7. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan
Tanda-tanda vital Suhu= 37,5 c, Nadi= 100x/mnt, RR= 28x/mnt
8. Jelaskan tentang prosedur tranfusi darah Comfort food for the soul : 9. Turunkan stimulus lingkungan 10. Berikan lingkungan yang nyaman selama anak ..
11 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Dr No. 4
Diagnosa Medis : ALL DiagnosaKeperawatan
Gangguan keseimbangan suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh Data Subjektif: Ibu klien mengatakan panasnya turun naik
No MR : 36-94-60
Tujuan&Kriteria Hasil
Regulatory Operation
Setelah dilakukan keperawatan pada An. Az hipertermi dapat teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Badan tidak teraba panas 2. Suhu tubuh dalam batas normal = 36-37 C 3. Pemeriksaan lab dalam batas normal Leukosit = 5.000-10.000
Data Obyektif : 1. 2. 3. 4.
Badan anak Dr teraba panas Anak tampak rewel Suhu tubuh = 38,8 C Pemeriksaan Laboratorium tgl 27/1211 Darah Lengkap: Leucosit = 17.4000, MCV= 82, MCH= 28, MCHC= 34 Hitung jenis: Blas/basofil/eosinofil/batang/segmen /limfosit/ monosit = 73/0/0/0/2/23/2
Tehnik: 1. Monitor TTV setiap 2 jam, terutama suhu 2. Monitor intake cairan 3. Kaji & monitor hidrasi (turgor, kelembaban, membrane mukosa, warna kulit) 4. Berikan kompres di daerah dahi, aksila dan lipatan tubuh 5. Berikan lingkungan yang nyaman 6. Beri informasi orang tua mengenai kondisi suhu badan anak. 7. Berikan antipiretik sesuai indikasi = Paracetamol , Farmadol 8. Pantau laboratorium ; Leukosit Coaching: 9. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum 10. Anjurkan orang tuan untuk memberikan anak pakaian tipis dan menyerap keringat Comfort food for the soul : 10. Beri dukungan emosional dan spiritual 11. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 12. Berikan lingkungan yang nyaman bagi anak 13. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
12 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
D. CATATAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien Umur Tgl No. Jam DK 1
=An. Dr = 10 Tahun
NO RM
Tindakan Keperawatan dan Hasil
27/1/ 12 1. Menimbang berat badan Respon: BB= 35 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Klien hanya menghabiskan ¼ porsi makanan yang di sediakan di rumah sakit, diet MB 1800 Kal 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: Anak mengatakan perutnya terasa mual bila makan, dan dimulut terdapat sariawan. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Anak tampak tidak mau makan makanan yang diberikan dari rumah sakit 5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. 6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, albumin, protein total Hasil: Hb= 6,7 gr/dl, albumin= 2,9 gr/dl Protein total= 5,6 gr/dl. 7. Memberikan terapi Nistatin 1 tab (PO) dan colistin1 tab (PO) Respon: obat teklah diberikan dan diminum oleh anak.
Diagnosa Medis = ALL = 36-44-60 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB Subjektif : ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang di berikan. Objektif : 1. Anak tampak tidak menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk makan. 3. Konjungtiva anemis
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Batasi makanan yang mengandung tinggi sodium 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein
13 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Nama & Paraf Yeni
28/1/ 12
1
29/112
1. Menimbang berat badan Respon: BB= 34 kg 2. Mengkaji pola makan klien Respon: Klien hanya menghabiskan 3 sendok makanan yang di sediakan di rumah sakit, diet MB 1800 Kal 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: Anak mengatakan perutnya terasa mual bila makan, dan dimulut terdapat sariawan. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Anak tampak tidak mau makan makanan yang diberikan dari rumah sakit 5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. 6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, albumin, protein total Hasil: Hb= 5,3 gr/dl, albumin= 2,8 gr/dl Protein total= 5,8 gr/dl. 7. Memberikan terapi Nistatin 1 tab (PO) dan colistin1 tab (PO) Respon: obat teklah diberikan dan diminum oleh anak.
Jam 14.00 WIB Subjektif : ibu klien mengatakan anak susah makan. Hanya menghabiskan 3 sendok makan porsi yang di berikan. Objektif : 1. Anak tampak tidak menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk makan. 3. Konjungtiva anemis
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Batasi makanan yang mengandung tinggi sodium 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein
Jam 14.00 WIB 1. Menimbang berat badan Subjektif : Respon: BB= 33 kg ibu klien mengatakan anak 2. Mengkaji pola makan klien susah makan. Hanya Respon: Klien hanya menghabiskan 2-3 porsi makanan yang di sediakan di menghabiskan 3 sendok makan porsi yang di berikan. rumah sakit, diet MB 1800 Kal 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau Objektif : makan 1. Anak tampak tidak Respon: Anak mengatakan perutnya menghabiskan makanan. 2. Anak tampak susah untuk terasa mual bila makan, dan dimulut makan. terdapat sariawan. 3. Konjungtiva anemis 4. Memberikan makan dalam porsi 4. Tampak sariawan mukosa hangat mulut. Respon: Anak tampak tidak mau makan makanan yang diberikan dari Analisa: rumah sakit Tujuan belum tercapai masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan 5. Menganjurkan orang tua klien untuk tubuh belum teratasi 14 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
makan memberikan makanan sedikit tapi sering. 6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, albumin, protein total Hasil: Hb= 5,3 gr/dl, albumin= 2,9 gr/dl Protein total= 5,8 gr/dl. 7. Memberikan terapi Nistatin 1 tab (PO) dan colistin1 tab (PO) Respon: obat telah diberikan dan diminum oleh anak.
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor makanan yang dihabiskan. 4. Batasi makanan yang mengandung tinggi sodium 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein
15 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien Umur Tgl No. Jam DK 2
27/1/ 12
=An. Dr = 10 Tahun Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah persendian, nyeri dirasakan anak hilang timbul. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 4. Menglihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. 5. Memberikan Terapi : Colistin 250.000, alinamin 5 cc, Cotrimoxasol ¾ tab Respon: Obat diberikan pada anak 6. Menganjurkan orang tua untu memasase daerah yang sakit/nyeri Respon : Ibu klien tampak mengelus lutut klien.
Diagnosa Medis = ALL NO RM = 36-44-60 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus daerah lutut anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 1. Kaji TTV 2. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 3. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
16 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Nama & Paraf Yeni
2
2
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah persendian, nyeri dirasakan anak hilang timbul. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 4. Menglihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. 5. Memberikan Terapi : Colistin 250.000, alinamin 5 cc, Cotrimoxasol ¾ tab Respon: Obat diberikan pada anak 6. Menganjurkan orang tua untu memasase daerah yang sakit/nyeri Respon : Ibu klien tampak mengelus lutut klien. 29/1- 1. Mengkaji Tanda-tanda vital 12 Respon: 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di daerah persendian, nyeri dirasakan anak hilang timbul. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidak mau mengikuti anjuran perawat, anak tampak menangis dan rewel. 4. Menglihkan perhatian anak dari nyeri dengan mengajak anak menggambar dan menonton Respon: perhatian anak teralihkan saat di ajak untuk menggambar dan mewarnai. 5. Memberikan Terapi : Colistin 250.000, alinamin 5 cc, 28/1/ 12
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus daerah lutut anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus daerah lutut anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi
17 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
dan distraksi Cotrimoxasol ¾ tab 4. Berikan terapi untuk Respon: Obat diberikan pada anak mengurangi nyeri 6. Menganjurkan orang tua untu memasase daerah yang sakit/nyeri Respon : Ibu klien tampak mengelus lutut klien 2
2
28/1/ 12
29/1/ 12
1. Mengukur TTV (suhu, nadi, RR) Respon /hasil: Suhu=38 °C, nadi= 106 x/mnt, RR= 28 x/mnt 2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, skala, kualitas, radiasi, waktu, faktor yang memperberat dan faktor yang dapat mengurangi nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di persendian dan tulang belakang, nyeri skala 6 dan kualitas nyeri sedang, nyeri tidak ada penyebaran, nyeri dirasakan hilang timbul. 3. Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi Seperti: tehnik nafas dalam saat terjadi nyeri dan mengalihkan perhatian dengan membaca dan bermain game. Respon: Anak tampak melakukan tarik nafas dalam pada saat nyeri terasa. 4. Menganjurkan orang tua untuk memberikan kompres hangat di daerah nyeri dan melakukan masase Respon: Ibu klien tampak memijit dan mengelus daerah yang sakit. 5. Memberikan terapi: Dexametason 4 tab(PO), Cotrimoxazol 1 tab (PO), Kolistin 1 tab (PO). 1. Mengukur TTV (suhu, nadi, RR) Respon /hasil: Suhu=37,7 °C, nadi= 116 x/mnt, RR= 28 x/mnt 2. Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, skala, kualitas, radiasi, waktu, faktor yang memperberat dan faktor yang dapat mengurangi nyeri) Respon: Nyeri dirasakan anak di persendian dan tulang belakang, nyeri skala 8 dan kualitas nyeri berat, nyeri tidak ada penyebaran.
Jam 14.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus daerah lutut anak. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Jam 20.00 WIB Subjektif : Anak mengatakan nyerinya masih terasa Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Tampak orang tua memijit dan mengelus daerah lutut anak.
18 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
3. Menganjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi Seperti: tehnik nafas dalam saat terjadi nyeri dan mengalihkan perhatian dengan membaca dan bermain game. Respon: Anak mengatakan melakukan tarik nafas dalam pada saat nyeri, tapi nyerinya tidak berkurang 4. Menganjurkan orang tua untuk melakukan masase pada daerah yang nyeri Respon: Ibu klien tampak memijit dan mengelus daerah yang sakit. 5. Memberikan terapi: Dexametason 4 tab(PO), Cotrimoxazol 1 tab (PO), Kolistin 1 tab (PO)
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
19 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN & CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien Umur Tgl No. Jam DK 3.
=An. Dr = 10 Tahun Tindakan Keperawatan dan Hasil
27/12 1. Mengkaji Tanda-tanda vital (S, N, /11
RR)
Respon /hasil: Suhu=37,7 °C, nadi= 116 x/mnt, RR= 28 x/mnt
2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: terdapat tanda-tanda perdarahan di gusi dan di gigi serta hematoma di tangan, paha dan kaki anak. 3. Menganjurkan orang tua untuk membersihkan gigi dan gusi dengan menggunakan sikat yang lembut atau menggunakan kassa. Respon: Ibu klien mengatakan membersihkan mulut dan gigi menggunakan sikat gigi anak-anak. 4. Mengajarkan orang tua untuk membersikan gigi dan gusi dengan menggunakan kassa Respon : Ibu klien tampak memperhatikan dan mengatakan akan membersihkan gigi dan mulut anak dengan menggunakan kasa. 5. Memantau pemeriksaan hematologi
dan faktor pembeku darah dan trombosit Respon:/Hasil:
Diagnosa Medis = ALL NO RM = 36-94-60 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan gusi dan gigi anak masih ada keluar darah tapi sedikit.
Nama & Paraf Yeni
Objektif : 1. Masih tampak perdarahan sedikit di gusi dan gigi anak. 2. Masih tampak adanya hematom di daerah tangan, paha dan kaki anak. 3. Konjungtiva anemis 4. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar hb dan trombosit anak menurun. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah Perdarahan belum teratasi Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3. Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb
Hb= 6,7, Ht= 19, eritrosit = 2,3, leucosit= 17.400, trombosit= 45.000 3
28/12 -11 08.00 1. Mengkaji Tanda-tanda vital (S, N,
RR)
08.10
Respon /hasil: Suhu=38 °C, nadi= 106 x/mnt, RR= 28 x/mnt
Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan gusi dan gigi anak masih ada keluar darah tapi sedikit. Objektif : 1. Masih tampak perdarahan
20 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: terdapat tanda-tanda perdarahan di gusi dan di gigi serta hematoma di tangan, paha dan kaki 09.00 anak. 3. Mengingatkan orang tua untuk membersihkan gigi dan gusi dengan menggunakan sikat yang lembut atau menggunakan kassa.
09.05
Respon: Ibu klien mengatakan membersihkan mulut dan gigi menggunakan sikat gigi anak-anak. 4. Mengingatkan orang tua untuk membersikan gigi dan gusi dengan menggunakan kassa
09.30
Respon : Ibu klien tampak memperhatikan dan mengatakan akan membersihkan gigi dan mulut anak dengan menggunakan kasa. 5. Konsultasi dengan dokter Respon: dokter menginstruksikan= a. cek pH urin, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, ureum dan kreatinin
sedikit di gusi dan gigi anak. 2. Masih tampak adanya hematom di daerah tangan, paha dan kaki anak. 3. Konjungtiva anemis 4. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar hb dan trombosit anak menurun. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah Perdarahan belum teratasi Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3. Berikan oksigen 2 liter/mnt 4. Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 5. Berikan tranfusi PRC, Trombosit dan FFP
b. Tranfusi trombosit 5 unit selama 3 hari berturut-turut. c. Tranfusi PRC 200 cc(2x) d. FFP 300 unit selama 3 hari e. Berikan oksigen per nasal 2 liter/menit. 09.45
11.00
f.
Lakukan deep dengan kasa + adrenalin di gusi.
6. Memberikan oksigen 2 liter/mnt via nasal kanul. Respon: oksigen terpasang 2 liter/mnt 7. Memberikan tranfusi trombosit 3 unit golongan darah B
12.00
Respon: Trombosit terpasang 8. Mengganti cairan dengan NaCl 0,9%
21 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
17.00
Respon: cairan diganti NaCl untuk membilas setelah pemberian trombosit 9. Memberikan tranfusi PRC I = 150 cc gol darah B Respon: PRC terpasang dan diberikan 150 cc
3
29/12 1. Mengkaji Tanda-tanda vital (S, N, /11
RR)
Respon /hasil: Suhu=37,7 °C, nadi= 116 x/mnt, RR= 28 x/mnt
Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan gusi dan gigi anak masih ada keluar darah tapi sedikit.
Objektif : 1. Masih tampak perdarahan sedikit di gusi dan gigi anak. 2. Masih tampak adanya hematom di daerah tangan, 3. Menganjurkan orang tua untuk paha dan kaki anak. menekan gusi menggunakan kasa yang 3. Konjungtiva anemis 4. Hasil pemeriksaan telah diberi adrenalin laboratorium didapatkan Respon: Ibu klien tampak menekan bahwa kadar hb dan gusi dengan menggunakan kasa yang trombosit anak menurun. telah diberikan adrenalin. Analisa: 4. Kolaborasi dengan dokter Tujuan belum tercapai masalah Respon/hasil: Perdarahan belum Dokter menginstruksikan; teratasi
2. Mengkaji tanda-tanda perdarahan Respon: terdapat tanda-tanda perdarahan di gusi dan di gigi serta hematoma di tangan, paha dan kaki anak.
a. Monitor Balance cairan/8 jam b. Berikan KCL 75 mg/KgBB/hari = 3 x 825 mg c. KSR di stop 5. Memantau pemeriksaan hematologi
dan faktor pembeku darah dan trombosit Respon:/Hasil:
Planning : 1. Pantau tanda-tanda perdarahan 2. Kaji Tanda-tanda vital 3. Pantau pemeriksaan laboratorium terutama trombosit dan Hb 4. Berikan tranfusi PRC, Trombosit dan FFP
Hb= 6,7, Ht= 19, eritrosit = 2,3, leucosit= 17.400, trombosit= 45.000 6. Memberikan PRC II = 164 cc golongan darah B. Respon: PRC diberikan 164 cc, aliran Lancar.
22 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
7. PRC habis ganti dengan NaCl 0,9 % Respon: Cairan diganti dengan NaCL 0,9% setelah itu ganti dengan D5 ¼ s + bicnat 30 Meq/kolf 8. Memberikan tranfusi FFP 232 cc gol darah B Respon: Tranfusi telah diberikan.
23 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN & CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien Umur Tgl No. Jam DK 4.
4
=An. Dr = 10 Tahun Tindakan Keperawatan dan Hasil
28/12 1. Mengukur Tanda-Tanda Vital (S, N, /11 RR) Hasil : Suhu= 37,9° C, Nadi = 116x/mnt, RR= 32x/mnt. 2. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak. 3. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum Hasil: Orang tua mengatakan akan memberikan anak minum 4. Mengukur suhu tubuh Hasil = 38,8 C 5. Memberikan obat antipiretik PCT Hasil: Obat diberikan 6. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak
29/12 -11 1. Mengukur Tanda-Tanda Vital (S, N, RR) Hasil : Suhu= 38,8° C, Nadi = 106x/mnt, RR= 28x/mnt. 2. Memberikan obat antipiretik PCT Hasil: Obat diberikan 3. Menyarankan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak. 4. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum Hasil: Orang tua mengatakan akan
Diagnosa Medis = ALL NO RM = 36-94-60 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas
Yeni
Objektif : 1. Badan klien teraba panas 2. Muka klien tampak merah 3. Anak tampak berkeringat 4. Anak tampak rewel 5. Suhu tubuh= 37,8 °C A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Hipertermi belum teratasi Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun. Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas Objektif : 1. Badan klien teraba panas 2. Muka klien tampak merah 3. Anak tampak berkeringat 4. Anak tampak rewel 5. Suhu tubuh= 38 °C A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Hipertermi belum teratasi
24 | P a g e
Nama & Paraf
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
memberikan anak minum 5. Mengukur suhu tubuh Hasil = 39 C 6. Memberikan obat antipiretik Farmadol 300 mg Hasil: Obat diberikan 7. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak
Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun.
25 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
E. ASPEK
ETIK
DAN
LEGAL
DALAM
PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN Pada kasus anak Dr diatas tidak ditemukan masalah aspek etik dan legal selama pemberian asuhan keperawatan yang diberikan.Dalam melakukan tindakan keperawatan maupun kolaborasi yang dilakukan pada anak Dr sesuai dengan prinsip etik dan legal. Semua prosedur tindakan terlebih dahulu dilakukan Inform Concern (persetujuan tindakan) seperti pada saat akan dilakukan pemasangan infus, tranfusi darah atau prosedur invasive lainnya. Keluarga juga diberi kebebasan untuk memilih rencana keperawatan yang akan dilakukan pada anaknya terutama pada saat akan dilakukan tindakan keperawatn invasive orang tua diperbolehkan untuk menemani anak di ruang tindakan dan memberitahukan kepada orang tua tentang rencana medis dan keperawatan yang telah di programkan.
Pada prinsip Respect for Autonomy, melibatkan pasien dalam membuat keputusan perawatan dirinya maupun keluarganya dengan memberikan Informed consent agar klien bebas menentukan keputusan yang akan diambil.Pada kasus ini keluarga (orang tua) merupakan pengambil keputusan dalam hal perawatan terhadap anaknya atau menolak dilakukan yang dilakukan. Perawat tetap bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada keluarga terkait tindakan yang dilakukan serta dampak bila tindakan tidak dilakukan walaupun keputusan akhir tetap ditangan keluarga. Dilain pihak perawat juga dihadapkan pada prinsip etik Non-malfisiensi dan Benefisiensi. Non-malefisiensi artinya menghindari dari berbagai macam situasi yang membahayakan atau mengancam, khususnya situasi seperti pada kematian, ketidakmampuan, dan penderitaan.Prinsip ini juga menjelaskan bahwa tidak melakukan sesuatu yang membahayakan atau menyakiti orang lain, menghindari dan menghilangkan bahaya.
26 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Beneficience artinya bersikap baik, murah hati, kompeten, memberikan rasa aman dan penolong yang maksudnya adalah berusaha melakukan segala sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk kepentingan sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain, selain itu prinsip beneficience juga memberikan kewenangan kepada orang lain sesuai dengan wewenangnya,memberikan kontribusi yang baik untuk orang lain dalam memenuhi kebutuhan orang lain meliputi pencegahan dan menghindari dari sesuatu yang membahayakan atau mengancam. Prinsip ini juga berupaya untuk melakukan yang terbaik, tidak hanya memberikan berdasarkan kompetensi atau keterampilan dasar saja tetapi juga
meliputi pendekatan holistik meliputi kepercayaan, harapan
pasien dan keluarga dan lain-lain.Prinsip Beneficience, pada kasus An. Dr disini adalah perawat dalam melakukan pelayanan perawatan sesuai dengan standar yang ada dengan baik dan benar, penanganan segera terhadap masalah yang terjadi, selalu siap untuk pasien, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Sebagaimana disebutkan dalam Potter dan Perry, 2006bahwa, nonmalfisiensi
memberikan
standar
minimum
dimana
praktisi
selalu
memegangnya. Dalam situasi klinis sering sulit menggambarkan garis antara bahaya yang tidak berarti dan melakukan yang baik (benefisiensi). Demikian pula pada kasus An. Dr
27 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
F. ANALISA EVIDANCE BASED PRACTICE YANG TERKAIT DENGAN ALL Judul
:
Association Of Plasma Methotrexate, Neutropenia, Hepatic Dysfunction, Nausea/Vomiting And Oral Mucositis In Children With Cancer
Peneliti
:
K.K.F. Cheng, RN, PGDIP
Sumber
:
European Journal of Cancer Care,2008
Tujuan
:
Mengetahui hubungan antara pemberian plasma MTX
penelitian
dosis tinggi dengan neuropenia, disfungsi hepatic, mual/muntah dan oral mucositis pada anak dengan Cancer.
Metode
:
Penelitian
1. Desain penelitian menggunakan metode Retrospective Matched Case –Control Study dengan satu atau dua control untuk setiap kasus. 2. Semua subjek diidentifikasi berdasarkan pasien yang dirawat di unit pediatrik yang mendapatkan kemoterapi b. Karateristik usia 6 – 18 tahun c. Sedang menjalani Protocol 97 HKALL untuk yang baru terdiagnosis. d. Mendapatkan MTX kemoterapi
dengan dosis 5-12
g/m2 diberikan melalui intervena selama 24 jam. Dengan 10% dari dosis diloading sema ½ jam pertama dan sisanya diberikan selama 23,5 jam. e. Dosis
pemberian
leucovorin
adalah
15 mg/m2 IV pada 24, 42, 48, 54 dan 66 jam setelah mulaiMTX. f. Pemilihan sebagai subjek kasus berdasarkan klasifikasi mukositis oral WHO, grade > 2 mulositis oral selama 1 -14 hari mulai awal pemberian MTX. Keparahan mukositis dinilai menurut WHO : derajat I terdapat eritema, derajat 2: urserasi diserta nyeri pada saat makan, derajat 3: terjadi ulserasi disertai neyri
28 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
yang mengakibatkan pasien tidak bisa makan. Derajat 4:
Ulserasi menyakitkan dan membutuhkan terapi
anlgetik opiate g. Pemilihan kelompok control: dipilih dan dicocokan dengan kelompok usia, jenis dan tahap kanker
dan
dosis MTX. h. Sebelum dilakukan penelitian di lakukan inform concent terlebih dahulu. Hasil Penelitian
:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Anak-anak yang mendapatkan p-MTX42jam
> 1,0
mmol / l mempunyai rasio odds (OR) sebesar 4,3 mengalami Mucositis oral bila dibandingkan dengan kelompok referen anak-anak yang memiliki p-MTX42 jam<1,0 mmol / l. 2. Anak-anak
yang
mendapatkan
p-MTX66Jam >0,2 mmol / l memiliki OR sebesar 8,2 mengalami mucositis oral bila dibandingkan dengan kelompok referen 3. Anak-anak yang memiliki p-MTX66 jam<0,2 mmol / l. Anak-anak dengan ANC< 1,0 x 109 / l memiliki OR 1,2 mengalami
mucositis
bila
dibandingkan
dengan
kelompok referen 4. Anak-anak yang memeriksakan kehamilannya > 1,0x 109/l. 5. Anak-anak dengan criteria WHO grade 2 mual / muntah berisiko
tinggi
terjadinya
mucositis
oral
bila
dibandingkan dengan kelompok referen anak-anak yang memiliki
WHO
kelas
<
2
mual / muntah (OR = 8,7). Kesimpulan
:
Bahwa penelitian ini menggambarkan bahwa pemberian MTX dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya mucositis
29 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
30 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
APLIKASI PENERAPAN COMFORT THEORY KOLKABA PADA ANAK Ds DENGAN YOLK SACK TUMOR
A. Pengkajian 1. Biodata : Nama Pasien
: Anak Ds
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Agama
: Kristen
Suku
: Papua
Diagnosa Medis
: Yolk sack Tumor
Ruangan
: IKA Ruang Non Infeksi, Kamar 110 A
No RM
: 367-50-14
Tgl MRS
: 30 Maret 2012, jam 17.23 WIB
Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2012 2. Anamnesa : a) Keluhan utama : Anak di rawat di ruang non infeksi dengan rencana kemoterapi protokol Germ Cell Tumor. Nyeri di daerah bokong, terdapat benjolan di daerah bokong, dan terdapat hemoroid kemerahan yang menonjol keluar. Anak juga mengalami demam, BAK menggunakan kateter. b) Riwayat penyakit sekarang : Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit (desember 2011), pasien mengalami jatuh terduduk, pada saat itu pasien sadar, tidak ada perdarahan demam maupun BAB dan BAK normal. 2 bulan sebelum masuk rumah sakit (Januari 2012) pasien mulai tidak bisa berjalan dengan baik, berjalan di seret, bokong mulai terliat mebesar dan mengeluh sulit BAB dan BAK. 1 bulan kemudian (awal Maret 2012), anak di bawa ke RSCM bagian bedah anak kemudian dilakukan CT Scan abdomen dan didapatkan hasil terdapat masa multiple di rongga pelvis serta dilakukan biopsi tanggal 7 Maret 2012 didapatkan data bahwa ditemukan adanya yolk sac tumor dan tampak benjolan dari lubang anus (hemoroid). 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien kontrol ke poli hematologi IKA dan di rencanakan untuk di lakukan pemeriksaan AFP, kimia darah lengkap dan rontgen thorax serta kemoterapi. 1 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
c) Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya anak tidak pernah mengalami penyakit yang berat. d) Riwayat penyakit keluarga : Tidak anggota keluarga baik dari pihak ibu maupun ayah klien yang mengalami penyakit berhubungan dengan keganasan. e) Riwayat Kelahiran Anak Ds merupakan anak ke lima dari lima saudara, lahir ditolong oleh dokter secara spontan, dengan BBL 3200 gr dan PBL 50cm, menurut ibu anaknya langsung menangis segera setelah lahir, tidak ada kuning. f) Riwayat Imunisasi Menurut ibu, anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap seperti hepatitis B, BCG, DPT 1,2 dan 3, polio dan campak sesuai dengan bulan pemberian imunisasi, anak mengalami reaksi panas setelah di imunisasi campak. g) Riwayat Tumbuh Kembang Menurut ibu, anaknya tidak ada mengalami masalah/ gangguan tumbuh kembang sebelum menderita penyakit kanker dan sebelum sakit anak sudah bisa berjalan. h) Riwayat nutrisi Sebelum sakit, anak tidak ada mengalami masalah dalam nutrisi, pola makan dan nafsu makan anak baik. Anak makan 3 x sehari dengan menu makanan keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik yang terkait : a) Kesadaran komposmentis b) Tanda-tanda vital = suhu 37,7° c, pernafasan 32 x/menit reguler, kedalaman cukup, nadi 110 x/mnt reguler, isi cukup . c) Kulit: tidak ada sianosis dan ptekie. d) Kepala dan rambut : tidak ada deformitas, LK = 48 cm (normosefal). e) Mata : konjungriva tidak anemis, skelera tidak ikterik, tidak cekung, pupil isokor kanan dan kiri f) Telinga: Bentuk simetris, tidak ada nyeri pada daun telinga, tidak ada serumen/ sekret dari lubang telinga. Pendengaran baik. g) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret. h) Mulut: mukosa mulut lembab. 2 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
i) Tenggorokan : faring tidak hipereremis. j) Leher: tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid. k) Dada : bentuk tidak simetris. Paru-paru; suara nafas vesikuler, pola nafas normal,tidak ada ronkhi dan wheezing Jantung: BJ I-II normal, tidak ada murmur dan gallop l) Perut : datar, lemas, tidak terdapat pembesaran hati dan limpa. m) Punggung dan bokong : Pada regio sacrum terdapat masa ukuran 5 x4x2 cm tampak tertutup perban, terdapat nyeri tekan, tampak masa padat dan imobile. n) Anus : tampak terlihat hemoroid yang membesar dan menonjol keluar berwarna merah. o) Ekstermitas : akral hangat, CRT < 3 detik. p) Pengkajian Skala nyeri
Skala derajat 10 Tipe nyeri sangat berat. 7-9 Tipe nyeri berat. Nyeri 4-6 Tipe nyeri sedang. 1-3 Tipe nyeri ringan. Berdasarkan pengkajian skala nyeri pada anak Ds dengan menggunakan gambar diatas didapatkan anak mengalami nyeri sedang dengan skala 7, di daerah bokong.
4. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium (tanggal 29 Maret 2012) Hematologi: Hb 11,1 g/dl, Ht 35,3, MCV/VER 71 fl, MCH 22,3 g/dl, MCHC 31,4 g/dl, trombosit 307.000/ul, leukosit 12,620/ul. Hitung Jenis: Basofil 0,2 %, eosinofil 2,4 %, netrofil 53 %, limfosit 33,9 %, monosit 10,5 %, LED 60.
3 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Kimia: SGOT 24/ul, SGPT 4/ul, Protein total 6,4 , alubumin 3,11, globulin 3,29, Bilirubin total 0,45, biliribin direk 0,19, bilirubin indirek 0,26, ureum 14, creatinin 0,2. Natrium 138 mg/dl, kalium 4,4 , clorida 98,7 , Immunoserologi: Procalatonin 0,27 ng/ml Urin Lengkap: Warna: kuning, agak keruh, BJ 1,020, pH 6, Protein 1 +, glukosa, keton, darah, bilirubin negatif, urobilinogen 4, nitrit negatif, leukosit esterase negatif, epitel positif, leukosit banyak, eritrosit 1-2/lpr, silinder, kristal, bakteri, jamur negatif.
5. Terapi a. PCT b. Cefotaxime c. Diet MB 1300 Kkal + ASI
3 cth 3 x 350 mg (IV)
4 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
TAKSONOMI KOLCABA BERDASARKAN PENGKAJIAN PASIEN Context of Comfort
Fisik
Dorongan
Ketenteraman
(Relief)
(Ease)
1. Tampak balutan di daerah bokong, 1. Anak tampak gelisah. terdapat masa atau pembesaran.
2. Ekspresi wajah menahan nyeri
Transcedence
Kebutuhan pemenuhan. kenyamanan fisik (bebas dari nyeri) .
2. Tampak di daerah anus hemoroid yang 3. Anak tampak rewel membesar dan berwarna kemerahan.
4. Posisi tidur tampak miring kanan.
3. Anak tampak meringis kesakitan saat akan merubah posisi. 4. Ibu Klien mengatakan kadang anaknya mengeluh sakit pada bokong dan nyeri bertambah bila di gerakkan 5. Skala nyeri 6 6. Anak tampak takut di dekati oleh perawat. 1. Ibu klien mengatakan anaknya belum
Infeksi pada saluran perkemihan
BAK sejak semalam. 2. Kandung kemih teraba di atas simpisis pubis. 3. Tampak terpasang kateter. 4. Pemeriksaan urin (31-3-2012) Warna urin : kuning keruh BJ
5 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
1. Anak tampak susah untuk makan
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi:
2. Tampak terpasang NGT di hidung
kurang dari kebutuhan
sebelah kanan 3. Anak masih mendapatkan ASI dari ibu. 4. Hb: 11,1 g/dl, albumin 3,11. 5. BB: 10 kg 1. Terdapat massa ukuran 5 x4 x 2 cm di
Resiko infeksi area penusukan biopsi
area bokong/sacrum 2. Biopsi di lakukan pada tanggal 7/3/12 3. Tampak balutan dia area bokong , bekas dilakukan biopsi. Psikospiritual
• Cemas pada anak dan orang tua.
•
Ketakutan kehilangan anak.
• Tegang
•
Cemas
•
menjalani
terapi
karena
kondisi
(kemoterapi)
Kebutuhan dukungan emosi dan spiritual.
anaknya yang naik turun. Lingkungan
• •
Ruangan berisi 6 orang yang dibatasi •
Kamar cukup nyaman , tidak ada Tidak masalah dengan lingkungan
dengan gorden.
bau dan bersih
Kamar 110 A ber AC dan terdapat jendela.
•
Kamar bersih dan tidak ada bau
•
Kamar di desain dengan wall paper bermotif sesuai dengan anak-anak.
6 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Sosialkultural
•
Tidak ada tradisi, adat istiadat/ budaya •
Penolakan dari ayah dan keluarga Kebutuhan akan dukungan keluarga
serta keyakinan agama yang dianut
ayah terhadap penyakit anak. Al.
bertentangan
dengan
atau orang lain yang berpengaruh
pelaksanaan
pengobatan atau terapi serta perawatan
Kebutuhan adanya informasi
pada anak dengan kanker.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan massa tumor dan luka bekas biopsy 2. Gangguan pola berkemih: retensi urin berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan 3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
7 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
C. RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Ds
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
No. DiagnosaKeperawatan
1.
Gangguan
rasa
nyaman
No MR : 367-50-14
Tujuan&Kriteria Hasil
nyeri
b.d Setelah
dilakukan
tindakan
Intervensi
keperawatan
1. Intervensi standart untuk comfort :
penekanan massa tumor dan luka bekas diharapkan nyeri dapat teratasi
a. Monitor tanda tanda vital
biopsi
b. Kaji karateristik nyeri (Lokasi, derajat, skala, Kriteria Hasil:
Data Subjektif :
1. Ibu klien mengatakan anak mengeluh 1. Nyeri dapat berkurang nyeri di daerah bokong.
faktor yang memperberat dan memperingan, radiasi dan waktu terjadi nyeri)
2. Skala dan kualitas nyeri berkurang
c. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2. Ibu klien mengatakan anaknya rewel
3. Anak tampak rileks
d. Atur suasana perawatan yang kondusif dan
3. Ibu klien anaknya
4. Anak dapat beraktivitas tanpa nyeri 5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
nyaman. e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgetik.
Data Objektif:
f. Monitoring hasil laboratorium
1. Anak tampak meringis kesakitan.
2. Coaching/ mengajak :
2. Anak tampak rewel
a. Beri dukungan emosional dan spiritual
3. Anak tampak memegangi daerah
b. Tumbuhkan
yang sakit. 4. Tampak
insisi
keyakinan
orang
tua
terhadap
pengobatan abses
di
daerah
c. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi
bokong (gluteal), tertutup verban,
dan radiasi
terdapat rembesan darah.
d. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
5. Nyeri terjadi hilang timbul 8 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
6. Anak tampak berkeringat digin bila
3. Comfort food for the soul :
sedang nyeri
a. Ajarkan teknik relaksasi
7. Skala nyeri 6
b. Ajarkan teknik distraksi
8. Tanda-tanda vital
c. Fasilitasi guided imagery
Suhu= 37,1 c, Nadi= 110x/mnt, RR=
d. Turunkan stimulus lingkungan
30x/mnt
9 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Ds
No.
2
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
DiagnosaKeperawatan
No MR : 367-50-14
Tujuan&Kriteria Hasil
Intervensi
Gangguan pola berkemih: Retensi urin
Setelah dilakukan keperawatan pada An. Ds
Tehnik
berhubungan dengan infeksi saluran
retensi urin dapat teratasi hipertermi dapat
1. Kaji pola berkemih (frekuensi, warna, bau)
perkemihan
teratasi,
2. Kaji adanya kesulitan dalam berkemih
Data Subjektif:
dengan kriteria hasil :
3. Pantau
Ibu klien mengatakan anaknya dari sore
1. Anak dapat berkemih secara normal
belum BAK.
2. Karateristik urin normal ( warna kuning
Data Obyektif :
jernih, jumlah normal, tidak ada bakteri)
1. Tampak terpasang kateter urin
3. Pemeriksaan lab dalam batas normal
2. Pemeriksaan Lab
4. Kateter tidak terpasang
Darah Lengkap tgl 29/3-12:
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
pemeriksaan laboratorium (urin lengkap,
kultur urin) 4. Pantau jumlah urin dalam 24 jam 5. Berikan terapi antibiotik sesuai program pengobatan
Coaching :
Leucosit = 12.620/ul
6. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan
Urin Lengkap 31/3-12: Warna: kuning, agak keruh, BJ 1,020,
Comfort food for the soul :
pH 6, Protein 1 +, glukosa, keton,
7. Fasilitasi anak untuk berkemih
darah, bilirubin (-), urobilinogen 4, nitrit (-), leukosit esterase (-), epitel (+), leukosit banyak, eritrosit 1-2/lpr, silinder, kristal, bakteri, jamur (-)
10 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An. Ds
No.
3.
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
DiagnosaKeperawatan
No MR : 367-50-14
Tujuan&Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tehnik kurang
dari
tubuh Status nutrisi dapat dipertahankan .
kebutuhan
1. Timbang berat badan 2. Kaji pola makan klien
berhubungan dengan anoreksia Data Subjektif :
Kriteria Hasil:
3. Kaji penyebab anak tidak mau makan
a. Nafsu makan meningkat
4. Berikan makan dalam porsi hangat
1. Ibu klien mengatakan semenjak b. Anak dapat menghabiskan makanan yang di berikan. sakit anaknya susah untuk makan.
porsi 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
anaknya c. Tidak ada mual dan muntah hanya menghabiskan makanan ± ¼ d. Berat badan dapat dipertahankan e. BB ideal anak unt usia 1-5 tahun: porsi makanan yang di sediakan.
2. Ibu
klien
mengatakan
Data Objektif:
=2n+8
1. Tampak terdapat sariawan di daerah
= 2 x 1,7 + 8= 11,4 Kg
mukosa mulut dan bibir klien 2. Anak tampak susah untuk makan dan
menolak
bila
di
makanan. 3. Anak tampak lemas
berikan
f. Kebutuhan Kalori= 80 x BB 80 x 11,4 = 912 kal Karbo = 50% x 912 = 456 kal
6. Berikan Diet sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan ahli gizi. 7. Berikan supplemen tambahan/vitamin 8. Pantau pemeriksaan Hb
Coaching : 9. Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rilek pada saat anak makan. 10. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi
Protein = 15 % x 912 = 136 kal Lemak = 35 % x 1360= 319 kal
Comfort food for the soul :
4. Diet MB 1300 kkal + ASI
g. Hb normal = 12 -14 gr/dl
11. Berikan makanan sesuai keinginan anak
5. BB saat ini 10 Kg
h. Albumin 3,11
12. Berikan lingkungan yang nyaman pada saat makan 11 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
6. Hb = 10 gr/dl
12 | P a g e Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama : An. Ds
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
Umur : 1 tahun 7 bulan
No MR : 367-50-14
No. DK 1
Tgl Jam
1/4/1 2 S0re
1.
2/4/ 12 Sore
Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:110x /mnt, reguler, isi cukup. TD = 90/50 mmHg RR: 30 x/mnt, suhu; 36,7 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri didaerah bokong yang terdapat pembesaran pasca biosi jaringan, terdapat hemoroid yang menonjol keluar dari anus berwarna kemerahan, skala nyeri 6. 3. Melibatkan ibu dalam pemberian tindakan keperawatan, karena anak menangis bila di dekati. Respon : Ibu tampak senang di libatkan dalam perawatan anak. Anak lebih senang bila di gendong oleh orang tuanya. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring yang disanggah bantal
Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah bokong terutama bila posisi bokong tertekan.
& Paraf Yeni
Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Tampak masa di daerah bokong dengan ukuran 5 x 4x 2 cm Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi
5. Memberikan Terapi : parasetamol sirup Planning : 1,5 cth (PO). 1. Kaji karateristik nyeri Respon: Obat diberikan pada anak. 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri 1. Mengkaji Tanda-tanda vital Jam 20.00 WIB Respon: Nadi:110x /mnt, reguler, isi Subjektif : cukup. RR: 30 x/mnt, suhu; 37 C, Ibu klien mengatakan anaknya 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, masih merasakan nyerinya di kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya daerah bokong terutama bila nyeri) posisi bokong tertekan. Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah bokong yang Objektif : terdapat pembesaran pasca biosi 1. Anak masih tampak
13 | P a g e
Nama
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
jaringan, terdapat hemoroid yang menonjol keluar dari anus berwarna kemerahan, skala nyeri 5. 3. Melibatkan ibu dalam pemberian tindakan keperawatan, karena anak menangis bila di dekati. Respon : Ibu tampak senang di libatkan dalam perawatan anak. Anak lebih senang bila di gendong oleh orang tuanya. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring yang disanggah bantal
1.
3/4/ 12 Pagi
kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Massa di region sacrum dengan ukuran 5 x 4 x 2 cm Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi
Planning : 5. Memberikan Terapi : parasetamol sirup 1. Kaji karateristik nyeri 1,5 cth (PO). 2. Kaji TTV Respon: Obat diberikan pada anak. 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri 1. Mengkaji Tanda-tanda vital Jam 14.00 WIB Yeni Respon: Nadi:100x /mnt, reguler, isi Subjektif : cukup. Ibu klien mengatakan anaknya RR: 28 x/mnt, suhu; 36,5 C, masih merasakan nyerinya di 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, daerah bokong terutama bila kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya posisi bokong tertekan. nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya Objektif : masih megeluh nyeri di daerah bokong 1. Anak masih tampak yang terdapat pembesaran pasca biosi kesakitan jaringan, terdapat hemoroid yang 2. Anak tampak meringis dan menonjol keluar dari anus berwarna menangis menahan sakit kemerahan , skala nyeri 5. 3. Posisi tidur anak disanngah 3. Melibatkan ibu dalam pemberian bantal. tindakan keperawatan, karena anak 4. Anak masih rewel dan menangis bila di dekati. selalu ingin ditemani oleh Respon : Ibu tampak senang di libatkan ibu. dalam perawatan anak. Anak lebih senang bila di gendong oleh Analisa: orang tuanya. Tujuan belum tercapai 4. Memberikan posisi yang nyaman pada masalah nyeri belum teratasi anak. Respon: anak nyaman dengan posisi Planning : miring yang disanggah bantal 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 5. Memberikan Terapi : parasetamol sirup 3. Anjurkan anak untuk 1,5 cth (PO). melakukan tehnik relaksasi Respon: Obat diberikan pada anak. dan distraksi
14 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
1.
04/4/ 12 Pagi
1
05/4/ 12 Mala m
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:120x /mnt, reguler, isi cukup. RR: 30 x/mnt, suhu; 35,8 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah bokong yang terdapat pembesaran pasca biosi jaringan, terdapat hemoroid yang menonjol keluar dari anus berwarna kemerahan, skala nyeri 4. 3. Melibatkan ibu dalam pemberian tindakan keperawatan, karena anak menangis bila di dekati. Respon : Ibu tampak senang di libatkan dalam perawatan anak. Anak lebih senang bila di gendong oleh orang tuanya. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring yang disanggah bantal 5. Memberikan Terapi : parasetamol sirup 1,5 cth (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:118x /mnt, reguler, isi cukup. RR: 28 x/mnt, suhu; 36 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah bokong yang terdapat pembesaran pasca biosi jaringan, terdapat hemoroid yang menonjol keluar dari anus berwarna kemerahan , skala nyeri 4. 3. Melibatkan ibu dalam pemberian tindakan keperawatan, karena anak menangis bila di dekati. Respon : Ibu tampak senang di libatkan dalam perawatan anak. Anak lebih senang bila di gendong oleh orang tuanya. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada
4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah bokong terutama bila posisi bokong tertekan. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri Jam 07.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah bokong terutama bila posisi bokong tertekan. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi
15 | P a g e
Yeni
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
anak. Respon: anak nyaman dengan posisi miring yang disanggah bantal. 5. Memberikan Terapi : parasetamol sirup 1,5 cth (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
16 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama : An. Ds
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
Umur : 1tahun 7 bulan
No MR : 367-50-14
No. DK 2
Tgl Jam
1/4/1 2 S0re
2
2/4/ 12 Sore
Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Mengkaji karateristik urin Respon: Klien tampak terpasang kateter, urin keluar sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh, bau khas amoniak, 2. Mengkaji keluhan nyeri saat berkemih Respon: Ibu klien mengatakan anaknya menangis bila akan berkemih, kadang di sertai dengan endapan. 3. Ronde divisi hematologi Respon : konsul divisi neprologi kemungkinan adanya infeksi saluran perkemihan 4. Memberikan terapi cefotaxime 250 mg (IV) Respon: obat sudah diberikan 5. Memantau urin output Respon: Ibu klien mengatakan dari jam 14.00 sampai 18.00 = 100 cc
1. Mengkaji karateristik urin Respon: Klien tampak terpasang kateter, urin keluar sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh, bau khas amoniak, 2. Mengkaji keluhan nyeri saat berkemih Respon: Ibu klien mengatakan anaknya menangis bila akan berkemih, kadang di sertai dengan endapan. 3. Ronde Divisi Neprologi Respon : Berikan nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder kemudian klem selama 15 menit kemudian keluar. 4. Memberikan terapi cefotaxime 250
Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya BAK sedikit dari tadi siang. 2. Ibu klien mengatakan anak menangis bila BAK.
& Paraf Yeni
Objektif 1. Urin tampak sedikit, berwarna kuning pekat seperti teh. 2. Terapi antibiotik sudah diberikan sesuai program 3. Rencana konsul divisi neprologi Analisa: Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi Planning : 1. Pantau jumlah Urin 2. Kaji karateristik urin yang keluar 3. Berikan terapi sesuai program Jam 20.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya BAK sedikit dari tadi siang. 2. Ibu klien mengatakan anak menangis bila BAK. Objektif 1. Urin tampak sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh. 2. Terapi antibiotik sudah diberikan sesuai program 3.bilas nistatin sudah
17 | P a g e
Nama
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
dilakukan mg(IV) Respon: obat sudah diberikan Analisa: 5. Memantau urin output Respon: Ibun klien mengatakan dari jam Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi 14.00 sampai 18.00 = 150 cc
Planning : 1. Pantau jumlah Urin 2. Kaji karateristik urin yang keluar 3. Berikan terapi sesuai rogram 2
3/4/ 12 Pagi
2
04/4/ 12 Pagi
1. Mengkaji karateristik urin Respon: Klien tampak terpasang kateter, urin keluar sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh, bau khas amoniak, 2. Mengkaji keluhan nyeri saat berkemih Respon: Ibu klien mengatakan anaknya menangis bila akan berkemih, kadang di sertai dengan endapan. 3. Memberikan bilas nistatin Berikan nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder Respon : Bilas nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder kemudian klem selama 1-2 jam kemudian keluar 4 x/hari 4. Memberikan terapi cefotaxime 250 mg(IV) Respon: obat sudah diberikan 5. Memantau urin output Respon: Ibun klien mengatakan dari jam 07.00 sampai 18.00 = 150 cc
Mengkaji karateristik urin Respon: Klien tampak terpasang kateter, urin keluar sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh, bau khas amoniak, 2. Mengkaji keluhan nyeri saat berkemih Respon: Ibu klien mengatakan anaknya menangis bila akan berkemih, kadang di sertai dengan endapan.
Jam 14.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya BAK sedikit dari tadi siang. 2. Ibu klien mengatakan anak menangis bila BAK. Objektif 1. Urin tampak sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh. 2. Terapi antibiotik sudah diberikan sesuai program 3.bilas nistatin sudah dilakukan Analisa: Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi Planning : 1. Pantau jumlah Urin 2. Kaji karateristik urin yang keluar 3. Berikan terapi sesuai program Jam 14.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya BAK sedikit dari tadi siang. 2. Ibu klien mengatakan anak menangis bila BAK.
18 | P a g e
Yeni
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
3. Memberikan bilas nistatin Berikan nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder Respon : Bilas nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder kemudian klem selama 1-2 menit kemudian keluar. 4. Memberikan terapi cefotaxime 250 mg(IV) Respon: obat sudah diberikan 5. Memantau urin output Respon: Ibun klien mengatakan dari jam 07.00 sampai 18.00 = 150 cc
Objektif 1. Urin tampak sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh. 2. Terapi antibiotik sudah diberikan sesuai program 3.bilas nistatin sudah dilakukan Analisa: Tujuan belum tercapai masalah elum teratasi Planning : 1. Pantau jumlah Urin 2. Kaji karateristik urin yang keluar 3. Berikan terapi sesuai Program.
2
05/4/ 12 Mala m
1. Mengkaji karateristik urin Respon: Klien tampak terpasang kateter, urin keluar sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh, bau khas amoniak, 2. Mengkaji keluhan nyeri saat berkemih Respon: Ibu klien mengatakan anaknya menangis bila akan berkemih, kadang di sertai dengan endapan. 3. Memberikan bilas nistatin Berikan nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder Respon : Bilas nistatin 1ml + Nacl 100 mg bilas via intra bladder kemudian klem selama 15 menit kemudian keluar. 4. Memberikan terapi cefotaxime 250 mg (IV) Respon: obat sudah diberikan 5. Memantau urin output Respon: Ibun klien mengatakan dari jam 07.00 sampai 18.00 = 170 cc
Jam 14.00 WIB Subjektif : 1. Ibu klien mengatakan anaknya BAK sedikit dari tadi siang. 2. Ibu klien mengatakan anak menangis bila BAK. Objektif 1. Urin tampak sedikit , berwarna kuning pekat seperti teh. 2. Terapi antibiotik sudah diberikan sesuai program 3.bilas nistatin sudah dilakukan Analisa: Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi Planning : 1. Pantau jumlah Urin 2. Kaji karateristik urin yang keluar 3. Berikan terapi sesuai program
19 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
CATATAN KEPERAWATAN & PERKEMBANGAN Nama : An. Ds
Diagnosa Medis : Yolk Scak Tumor
Umur : 1tahun 7 bulan No. DK 3
No MR : 367-50-14
Tgl Jam
1/4/1 2 Sore
Tindakan Keperawatan dan Hasil
1. Menimbang berat badan Respon: BB= 10 kg 2. Mengkaji pola makan klien
Nama
Evaluasi Hasil (SOAP)
&
(Mengacu pada tujuan)
Paraf
Jam 20.00 WIB
Yeni
Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak
Respon: Klien tidak mau makan sama
susah
sekali makanan yang disediakan dari
menghabiskan
rumah sakit
makan
3. Memberikan makan dalam porsi hangat
makan.
Hanya
1
porsi
sendok
yang
di
berikan.
Respon: Anak tampak tidak mau makan 2.
Ibu
klien
mengatakan
makanan yang diberikan dari rumah
anaknya hanya minum susu
sakit
saja, itupun hanya sedikit
4. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit Objektif : tapi sering. Respon: Ibu klienmengatakan akan
1. Anak tampak tidak mau makanan.
mencoba memberikan makanan sedikit 2. Anak tampak susah untuk tapi sering
makan.
5. Memantau pemeriksaan laboratoruim: 3. Anak hanya minum susu Hb, albumin, protein total Hasil: Hb= 11,1 gr/dl.
4. Diet MB 1300 KKAL + ASI
Analisa: Tujuan
belum
tercapai
masalah nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
belum
teratasi
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan
makanan
sesuai
20 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein 3
3/4/1 2 Pagi
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 10 kg
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
1.Ibu klien mengatakan anak
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
masih mendapatkan ASI.
menghabiskan makanan 5-6 sendok 3. Memberikan makan dalam porsi hangat
Objektif :
Respon: Anak tampak tidak mau makan 1. Anak
tampak
mulai
makanan yang diberikan dari rumah
menghabiskan makanan 5-6
sakit.
sendok.
4. Menganjurkan orang tua klien untuk 2. Anak tampak susah untuk makan memberikan makanan sedikit tapi sering. 5. Menganjurkan
makan. 3. Anak tampak makan snak +
ibu
untuk
tetap
memberikan ASI Respon : Ibu mengatakan memberikan
minum susu 4. Diet ML 1300 KAL + MC 3 X 200 ML
ASI kapan saja anak mau Analisa: Tujuan
belum
tercapai
masalah nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
teratasi
sebagian
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan
makanan
sesuai
diet 3. Monitor
makanan
yang
21 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan protein 3
04/4/ 12 Sore
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 10 kg
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
1.Ibu klien mengatakan anak
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
susah
makan
menghabiskan 3-4 sendok
hanya
menghabiskan
3-4
sendok..
makan
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Ibu
klien
mengatakan
anaknya setelah mendapatkan obat
porsi
Hanya
yang
di
berikan. 2.
Respon:
makan.
Ibu
klien
mengatakan
anaknya hanya minum susu saja, itupun hanya sedikit
kemoterapi jadi muntah. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
Objektif :
Respon: Anak tampak tidak mau makan 1. Anak
tampak
tidak
makanan yang diberikan dari rumah
menghabiskan makanan.
sakit
Anak tampak susah untuk
5. Menganjurkan orang tua klien untuk
makan.
makan memberikan makanan sedikit 2. Anak tapi sering.
mendapatkan
kemoterapi
Respon
:
Ibu
anaknya
mau
klien
mengatakan 3. Diet ML 1300 KAL + MC
makan
buah-buahan
seperti pisang 6. Menganjurkan
3 X 200 ML 4. Di hidung sebelah kanan
ibu
untuk
tetap
terpasang selang NGT
memberikan ASI Respon : Ibu mengatakan memberikan Analisa: ASI kapan saja anak mau
Tujuan
belum
tercapai
7. Memasang selang NGT di hidung masalah nutrisi kurang dari kanan
kebutuhan
Respon : NGT sudah terpasang di
teratasi
tubuh
belum
hidung sebelah kanan
22 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan
makanan
sesuai
diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan protein 1
5/4/1 2
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
Respon: BB= 10 kg
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
1.Ibu klien mengatakan anak
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
susah
makan
menghabiskan
hanya
menghabiskan
3-4
sendok. Anak muntah 1 kali. 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau
makan.
Hanya
2. sendok makan porsi yang di berikan.
makan Respon:
Ibu
klien
mengatakan Objektif :
anaknya setelah mendapatkan obat 1.Anak tampak tidak kemoterapi jadi muntah.
menghabiskan makanan.
4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Anak tampak tidak mau makan
2. Anak tampak susah untuk makan.
makanan yang diberikan dari rumah 3. Anak sakit
mendapatkan
kemoterapi
5. Menganjurkan orang tua klien untuk 4. Anak muntah 1 x makan memberikan makanan sedikit 5. Terpasang selang NGT di tapi sering.
hidung sebelah kanan
Respon
:
Ibu
anaknya
mau
klien makan
mengatakan 6. Diet ML 1000 KKAL + buah-buahan
seperti pisang
entrakid 2 x 150 ml 3 x 200 ml dan asi 3 x /hari
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
Analisa:
Respon : Ibu mengatakan memberikan Tujuan
belum
tercapai
23 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
ASI kapan saja anak mau
masalah
7. Memasang selang NGT di hidung Nutrisi kurang dari kebutuhan kanan
tubuh belum teratasi
Respon : NGT sudah terpasang di hidung sebelah kanan
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan
makanan
sesuai
diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan protein
24 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
E. RESUME KLIEN Anak Ds di rawat di ruang IKA non infeksi, pada tanggal 31 Maret 2012 dengan diagnose yolk sac tumor dengan rencana akan dilakkukan kemoterapi. Dari hasil pengkajian didapatkan data terdapat benjolan di region sacrum dengan ukuran 5 x 4 x 2 cm , dan terdapat hemoroid yang menonjol keluar dan tampak berwarna merah. Anak telah dilakukan pemeriksaan biopsy jaringan tumor pada tanggal 7 Maret 12. Anak susah makan dan urin keluar sedikit, terpasang kateter. ada beberapa masalah keperawatan yang muncul yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka biopsy dan penekanan tumor 2. Gangguan pola berkemih: Retensi urin berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan 3. Resiko gangguan keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan anoreksia dan efek kemoterapi Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dari tanggal 1 – 5 april 2012 Adalah pemberian nutrisi yang adekuat pada anak dengan pemasangan NGT dikarenakan anak tidak mau makan, pemberian antibiotik dan bilas blader dengan menggunakan nistatin + nacl selama 1-2 jam. Untuk mengatasi nyeri dengan melibatkan orang tua dalam setiap melakukan tindakan pada anak. Pada tanggal 2/4/2012 anak mulai mendapatkan kemoterapi sesuai dengan program yolk sac tumor anak mendapatkan etoposide 120 mg secara IV.
Dari 3 masalah keperawatan yang muncul, masalah nyeri dan gang pola eliminasi: retensi belum teratasi sedangkan resiko ketidakseimbangan nutrisi masih terjadi, dimana pada tgl 4/4 anak dipasang NGT karena anak susah makan.
Penerapan prinsip comfort menurut kolkaba belum dapat di terapkan sesuai harapan karena pada penatalaksanan nyeri anak sangat tidak koperatif dan takut didekati oleh perawat, sehingga dalam merapkan asuhan keperawatan perawat bekerja sama dan melibatkan ibu/ orang tua.
25 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
F. ASPEK ETIK DAN LEGAL DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN Pada kasus anak Ds diatas tidak ditemukan masalah aspek etik dan legal selama pemberian asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam melakukan tindakan keperawatan maupun kolaborasi yang dilakukan pada anak Ds sesuai dengan prinsip etik dan legal. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada An Ds dan keluarganya, perawat berusaha menerapkan beberapa prinsip legal etik sebagai berikut. 1. Keadilan (justice) Ibu St, sangat kooperatif dan terlibat aktif dalam perawatan anaknya. Ibu tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya terutama setelah anaknya di diagnosa dengan leukemia. Perawat menjelaskan tentang leukemia dan terapi serta efek sampingnya dan bekerjasama dan menjadikan Ibu sebagai mitra dan bagian dalam perawatan anak. 2. Tidak merugikan (nonmaleficience) Prinsip non maleficeince yang diterapkan pada klien anak adalah dengan mengkomunikasikan semua tindakan yang dilakukan pada anak dan melibatkan orang tua sebelum dan selama melakukan prosedur pada anak. Prosedur yang dilakukan disini adalah pemeriksaan fisik, dan pemberian obat 3. Kejujuran (veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk menfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistic bahwa “doctors know best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan 26 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
27 | P a g e
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
APLIKASI PENERAPAN COMFORT THEORY KOLKABA PADA ANAK Hb DENGAN LIMFOMA NON HODGKIN
A. Pengkajian 1. Biodata : Nama Pasien
: Anak Hb
Umur
: 6 tahun 11 Bulan
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Diagnosa Medis
: Limfoma Non Hodgkin tersangka AML
Ruangan
: IKA Ruang Non Infeksi, Kamar 109 F
No RM
: 369-08-09
Tgl MRS
: 11 April 2012, jam 09.20 WIB
Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2012 2. Anamnesa : a) Keluhan utama : Anak mengalami pembesaran di daerah kelenjar getah bening dan terasa nyeri, demam naik turun, tidak mau makan. b) Riwayat penyakit sekarang : Ibu klien mengatakan pada awalnya tidak menyadari adanya benjolan di leher, awalnya sebesar kelereng, kenyal, dan tidak nyeri, demam naik turun dan mendadak demam tinggi sebelum menyadari adanya benjolan di leher, anak juga batuk dan pilek, dahak sulit keluar, nyeri pada tenggorokan dan menelan. 1 bulan sebelum masuk rumah sakit benjolan di rasa semakin membesar hingga akhirnya sebesar kepalan tinju, tidak terasa nyeri, demam dan nafsu makan menurun. 2 minggu SMRS anak mengeluh sakit didaerah benjolan, sakit kepala, kuping terasa sakit, demam naik turun, kemudian anak di bawa ke rumah Sakit Lampung dan dirawat selama 1 minggu dan kemudian dikatakan menderita tumor ganas lalu di rujuk ke RSCM. c) Riwayat Penyakit Dahulu : Dari umur 5 tahun sering sakit, 2 minggu sekali anak di bawa berobat ke bidan/dokter karena anak mengalami batuk pilek, dan mempunyai riwayat kejang demam pada usia 2 tahun, dan tidak mempunyai alergi. Page | 1
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
d) Riwayat penyakit keluarga : Tidak anggota keluarga baik dari pihak ibu maupun ayah klien yang mengalami penyakit berhubungan dengan keganasan. e) Riwayat Kelahiran Riwayat kehamilan ibu: ANC teratur ke bidan dan di katakana ketuban baanyak, ibu jg mengkosumsi jamu-januan selama hamil Anak Hb merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, lahir ditolong oleh bidan secara spontan, dengan BBL 3500 gr dan PBL 49 cm, menurut ibu anaknya langsung menangis segera setelah lahir. f) Riwayat Imunisasi Menurut ibu, anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap seperti hepatitis B, BCG, DPT 1,2 dan 3, polio dan campak sesuai dengan bulan pemberian imunisasi, anak mengalami reaksi panas setelah di imunisasi campak. g) Riwayat Tumbuh Kembang Menurut ibu,anak baru bisa duduk pada usia 1,5 tahun, berdiri 2 tahun, jalan usia 2,5 tahun, dan saat ini anak belum bersekolah. h) Riwayat nutrisi Anak mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 2 tahun, lanjut bubur susu, usia 2,5 tahun mulai makan nasi dan usia 3 tahun mulai makan makanan keluarga. 3. Pemeriksaan Fisik yang terkait : a) Kesadaran komposmentis b) Tanda-tanda vital = suhu 36,1°c, pernafasan 28 x/menit pola nafas dangkal, nadi 114 x/menit, reguler, isi cukup. c) Kulit: tidak ada anemis dan tidak ada sianosis. d) Kepala dan rambut : tidak ada deformitas, rambut tipis dan rontok, tidak ada nyeri. e) Mata : Tampak edema palpebra dextra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokorsub konjungtiva. f) Telinga: Bentuk simetris, tidak ada nyeri pada daun telinga, tidak ada serumen/ sekret dari lubang telinga. Pendengaran baik. g) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret. h) Mulut: bibir tampak kering, tampak adanya karie dan ral hyiegine kurang. i) Wajah : terdapat bengkak di pipi bagian kiri dan kemerahan j) Tenggorokan : Arkus faring simetris, uvula di tengah tonsil T2-T1 Page | 2
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
k) Leher : Terdapat benjolan di regio colli dextra dengan ukuran 15 x 15 x 3 cm, konsistensi keras, terfixir, kemerahan, venektasi dan teraba hangat. l) Kelenjar getah bening: Teraba pembesaran KGB di aksila sinistra dan inguinal dextra, multiple, ukuran 0,5 x 1 cm, mobile tidak ada nyeri, tidak ada radang. m) Dada : bentuk simetris. Paru-paru; suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing. Jantung: BJ I-II normal, tidak ada murmur dan gallop n) Perut : datar, lemas, hati teraba 3 cm di bawah arcus kosta- 6 cm di bawah prosesus xifoideus dan limfa, bising usus 8 x/mnt, umbilikus membesar dan menonjol pada saat menangis. o) Ekstermitas : akral hangat, CRT < detik, tidak terdapat ptekie, ibu klien mengatakan anaknya mengeluh nyeri di kaki. p) Pengkajian Skala nyeri
Skala derajat 10 Tipe nyeri sangat berat. 7-9 Tipe nyeri berat. Nyeri 4-6 Tipe nyeri sedang. 1-3 Tipe nyeri ringan. Berdasarkan pengkajian skala nyeri pada anak Hb dengan menggunakan gambar diatas didapatkan anak mengalami nyeri sedang dengan skala 8.
Page | 3
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium Komponen pemeriksaan Hematologi Eritosit Trombosit MCV MCH MCHC Hemoglobin Hematokrit Leukosit Hitung jenis Basofil Eusinofil Batang Segment Limfosit Monosit Blast Metamyelosit NRBC Promielosit Mielosit Prolimfosit Imuno serologi CRP Kuantitatif Kimia Protein total Albumin Globulin Bilirubin total Bilirubin direct Bilirubin Indirect SGOT SGPT Ureum Kreatinin Asam urat Natrium Kalium Klorida Glukosa sewaktu AGD pH PCO2 PO2 O2 sat BE Standard BE Standart HCO3
10/4/12
Nilai rujukan 11/3/12
124000 70,7 24,6 34,7 11,3 32,4 421000
3,0 120000 73,7 24,9 33,8 11,0 32,4 468000
4,3-6 juta/ul 100.000 – 400.000/mm3 80-90 fl 27-32 32-36gr/dl 15-24 gr% 50-82% 5000-19000/uL
0 0 12 38 7 0 31 8 0 3 1 0
0 1 11 47 18 0 15 4 0 3 1 0
0–1% 1–3% 2–6% 50 – 70% 20 – 40% 2–8%
24
< 6 mg/L
0,68 0,30 0,38 137 24 52,7 1,1 7,2 133 3,87 90 24
6-8,5 g/dL 3,5-5 g/dL 2,5-3,5g/dL < 1,5mg/L <0,3mg/L <1,1 mg/L/ < 40 U/L < 35 U/L 20-50 mg/dl 0,5-1,5 mg/dl 3,5-7,4 mg/dl 135-145 mEq/L 3,5-5,3 mEq/L 97-107 mEq/L < 140 mg/dl
7,466 16,2 113,4 98,4 -9,0 -12,1 17,2 Page | 4
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
HCO3 Total Co2
11,8 12,3
b. Pemeriksaan diagnostik Tanggal 10-4-2012
Jenis pemeriksaan CT scan leher
10-04-2012
CT Abdomen
10-04-2012
Imunohidrokimia
Kesan Adanya massa lobulated heterogen berbatas tidak tegas di region colli kanan, dengan perluasan tersebut diatas disertai destruksi sebagian kecil ramus mandibula kanan sisi posterior dan pembesaran multiple KGB colli kiri dan sub mandibula bilateral sugestif limfoma Tidak tampak kelainan organ-ortgan intra abdomen Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta maupun parailiaka Limfoma Hodgkin dengan CD 20 +
5. Terapi a. Cefotaxim
3 x 500 mg (IV)
b. PCT
3 x 250 cth
c. Allupurinol
3 x 60 mg
Page | 5
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
TAKSONOMI KOLCABA BERDASARKAN PENGKAJIAN PASIEN Context of Comfort
Fisik
Dorongan
Ketenteraman
(Relief)
(Ease)
Transcedence
1. Tampak adanya pembesan/benjolan di 1. Anak tampak gelisah.
Kebutuhan pemenuhan. kenyamanan
regio colli dextra dengan ukuran 15 x 2. Ekspresi wajah menahan nyeri bila di fisik (bebas dari nyeri) . 15 x 3 cm, konsistensi keras, terflixir, kemerahan,
venektasi
dan
pegang daerah benjolan.
teraba 3. Anak tampak rewel
hangat,
4. Posisi
2. Teraba pembesaran pada kelenjar getah
tidur
tampak
kepala
di
sanggah bantal.
bening di aksila sinistra dan inguinal dextra, multiplel, ukuran 0,5 x 1 cm, mobile. 3. Ibu
klienmengatakan
anaknya
mengeluh nyeri pada daerah yang mengalami
pembesaran/bengkak
terutama pada saat menggerakan kepala dan bila di sentuh. 4. Skala nyeri 8 1. Ibu klien mengatakan anaknya masih
Resiko peningkatan suhu tubuh
demam, panas tubuh naik turun. 2. Ibu klien mengatakan semalam anaknya demam sampai 38,8 c 3. Suhu tubuh= 37,8 c
Page | 6 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Kebutuhan
1. Tampak stomatitis/sariawan di mukosa
pemenuhan
nutrisi:
kurang dari kebutuhan
mulut. 2. Bibir tampak kering dan kemerahan karena di kelupas. 3. Sudah 1 minggu anak tampak sama sekali tidak mau sulit makan karena nyeri pada saat menelan. 4. Tampak karien dan mulut kotor
5. Terpasang IVFDN5 (490) + KCL (10) 35 ml/jam /8 tetes per menit 6. Hb: 11, g/dl, BB: 17 kg Psikospiritual
• Cemas pada anak dan orang tua.
•
Ketakutan kehilangan anak.
• Tegang.
•
Cemas
• Anak tampak takut dan tidak mau bila didekati oleh perawat karena mengalami
•
menjalani
terapi
karena
kondisi
(kemoterapi)
Kebutuhan dukungan emosi dan spiritual.
anaknya yang naik turun.
trauma saat dilakukan tindakanmedis dan keperawatan Lingkungan
• •
Ruangan berisi 6 orang yang dibatasi •
Kamar cukup nyaman , tidak ada
dengan gorden.
bau dan bersih.
Kamar 109 F ber AC dan terdapat • jendela.
•
Kamar bersih dan tidak ada bau
•
Kamar di desain dengan wall paper Page | 7
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
bermotif sesuai dengan anak-anak. Sosialkultural
•
Tidak ada tradisi, adat istiadat/ budaya
Kurangnya
serta keyakinan agama yang dianut
penyait, prognosis serta perawatan
bertentangan
anak
dengan
pelaksanaan
informasi
tentang
pengobatan atau terapi serta perawatan pada anak dengan kanker. •
Selama anak menjalani terapi anak didampingi oleh ayah dan ibunya secara bergantian.
•
Orang tua klien (ayah dan ibu klien) Sering bertanya tentang kondisi serta penyakit anaknya.
Page | 8 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA ANAK Hb 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penekanan massa tumor ke paru. 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, efek kemoterapi 3. Resiko gangguan Keseimbangan suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, neutropenia 4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan anak b.d kurang informasi.
Page | 9
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
C. RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An.Hb
No.
1.
Diagnosa Medis : Limfoma Non Hodgkin +AML
DiagnosaKeperawatan
No MR : 369-08-09
Tujuan&Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Tehnical:
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Statusnutrisi dapat dipertahankan .
1. Timbang berat badan
anoreksia
Data Subjektif :
2. Kaji pola makan klien Kriteria Hasil:
3. Kaji penyebab anak tidak mau makan
1. Nafsu makan meningkat
4. Berikan makan dalam porsi hangat
1. Ibu klien mengatakan anaknya susah 2. Anak dapat menghabiskan porsi untuk makan.
makanan yang di berikan.
2. Ibu klien mengatakan terdapat sariawan 3. Tidak ada mual dan muntah di mukosa mulut .
4. Berat badan dapat dipertahankan
3. Ibu klien mengatakan anaknya tidak 5. BB ideal anak unt usia 1-5 tahun: makan semenjak lehernya bertambah
=2n+8
besar.
= 2 x 6 + 8= 20 Kg 6. Kebutuhan Kalori= 80 x BB
5. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Berikan diet sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan ahli gizi. 7. Berikan supplemen tambahan/vitamin 8. Pantau pemeriksaan Hb
Coaching : 9. Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rilek pada
Data Objektif:
80 x20 = 1600
saat anak makan.
1. Tampak terdapat sariawan di daerah
Karbo = 50% x 1600= 800 kal
10. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi
mukosa mulut . 2. Tampak adanya karies pada gigi dan mulut tampak kotor
Protein = 15 % x 1600 = 560 kal Lemak = 35 % x 1600= 240 kal Hb normal = 13 -16 gr/dl
3. Anak tampak susah untuk makan dan Page | 10 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
menolak bila di berikan makanan.
Comfort food for the soul :
4. Anak tampak lemas
11. Berikan makanan sesuai keinginan anak
5. BB saat ini 17 Kg
12. Berikan lingkungan yang nyaman pada saat makan
6. Hb = 11 gr/dl 7. Diet ML 1600 Kal 8. Terpasang IVFD KaEn 1 B + KCL (10) 15 tpm makro.
Page | 11 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An.Hb
Diagnosa Medis : Limfoma Non Hodgkin +AML
No. DiagnosaKeperawatan
2.
Tujuan&Kriteria Hasil
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
No MR : 369-08-09
Intervensi
penekanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tehnik:
massa tumor ke paru.
diharapkan nyeri dapat teratasi
1. Monitor tanda tanda vital 2. Kaji karateristik nyeri (Lokasi, derajat, skala, faktor
Kriteria Hasil:
Data Subjektif :
Ibu klien mengatakan anak mengeluh nyeri di 1. Nyeri dapat berkurang daerah bahu kanan dan aksila kanan.
Data Objektif:
3. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
3. Anak tampak rileks
4. Atur suasana perawatan yang kondusif dan nyaman.
4. Anak dapat beraktivitas tanpa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
colli dextra dengan ukuran 15 x 15 x 3 cm, keras,
terflixir,
waktu terjadi nyeri)
2. Skala dan kualitas nyeri berkurang
1. Tampak adanya pembesan/benjolan di regio 5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
konsistensi
yang memperberat dan memperingan, radiasi dan
analgetik. 6. Monitoring hasil laboratorium
kemerahan,
venektasi dan teraba hangat,
Coaching :
2. Teraba pembesaran pada kelenjar getah bening
7. Beri dukungan emosional dan spiritual
di aksila sinistra dan inguinal dextra, multiplel,
8. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan
ukuran 0,5 x 1 cm, mobile.
9. Jelaskan tentang prosedur perawatan kemoterapi dan
3. Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada
daerah
pembesaran/bengkak
yang terutama
mengalami pada
radiasi 10. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
saat
menggerakan kepala dan bila di sentuh. Page | 12 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Skala nyeri 8
Comfort food for the soul :
5. Anak tampak meringis kesakitan.
11. Ajarkan teknik relaksasi
6. Anak tampak rewel
12. Ajarkan teknik distraksi
7. Nyeri terjadi hilang timbul
13. Fasilitasi guided imagery
8. Tanda-tanda vital
14. Turunkan stimulus lingkungan
Suhu= 37,8 c, Nadi= 100x/mnt, RR= 28x/mnt
Page | 13 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An.Hb
No.
3
Diagnosa Medis : Limfoma Non Hodgkin +AML
DiagnosaKeperawatan
Tujuan&Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah dilakukan keperawatan pada An. Hb suhu Risiko gangguan Keseimbangan suhu tubuh normal dapat teratasi, tubuh : hipertermi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, neutropenia dengan kriteria hasil : Data Subjektif: 1. Badan tidak teraba panas 2. Suhu tubuh dalam batas normal = 36-37 C Ibu klien mengatakan panasnya turun 3. Pemeriksaan lab dalam batas normal naik Leukosit = 5.000-10.000 Ibu klien mengatakan tadi pagi badan anaknya panas 38,8 c Data Obyektif :
1. 2. 3. 4.
Badan anak Hb teraba hangat Anak tampak rewel Suhu tubuh = 37,8 C Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap: (10-4-12) Leucosit = 421000, MCV=70,7, MCH= 24,6, MCHC= 34,4
No MR : 369-08-09
Tehnik: 1. Monitor TTV setiap 2 jam, terutama suhu 2. Monitor intake cairan 3. Kaji & monitor hidrasi (turgor, kelembaban, membrane mukosa, warna kulit) 4. Berikan kompres di daerah dahi, aksila dan lipatan tubuh 5. Berikan lingkungan yang nyaman 6. Beri informasi orang tua mengenai kondisi suhu badan anak. 7. Berikan antipiretik sesuai indikasi = Paracetamol , Farmadol 8. Pantau laboratorium ; Leukosit Coaching: 9. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum 10. Anjurkan orang tuan untuk memberikan anak pakaian tipis dan menyerap keringat Comfort food for the soul : 10. Beri dukungan emosional dan spiritual 11. Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap
Hitung jenis: Blas/basofil/eosinofil/batang/segmen /limfosit/ monosit = 31/0/1/12/38/27/0
pengobatan 12. Berikan lingkungan yang nyaman bagi anak 13. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
Page | 14 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
RENCANA KEPERAWATAN KENYAMANAN Nama : An.Hb No. 4
Diagnosa Medis : Limfoma Non Hodgkin +AML DiagnosaKeperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi, Keterbatasan kognitif, Tidak mengenal sumber informasi
No MR : 369-08-09
Tujuan&Kriteria Hasil Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan Tehnik 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien sehubungan dengan proses penyakitnya 2. Identifikasi kemungkinan penyebab yang sesuai 3. Jelaskan tentang perjalanan penyakit 4. Jelaskan tanda dan gejala penyakit 5. Diskusikan tentang terapi pasien 6. Berikan informasi kepada pasien yang sesuai 7. Hindari pemberian informasi yang salah
Pasien/keluarga mengerti intruksi tindakan keperawatan Pasien/keluarga memahami tentang Data Subjektif: penyakitnya mampu menjawab Ibu klien mengatakan kurang mengetahui Pasien/keluarga pertanyaan terkait penyakit pasien tentang penyakit dan perawatan anaknya, Pasien/keluarga mengenal sumber informasi pengobatan dan dampak lanjut dari Coaching: kemoterapi. 8. anjurkan pasien gabung ke kelompok/komunitas yang Data Obyektif : sama. 1. Orang tua selalu bertanya tentang kondisi anaknya. 2. Orang tua tampak cemas dengan kondisi anaknya. 3. Orang tua tidak mengerti tentang perjalanan, perawatan serta dampak lanjut diare
Comfort food for the soul : 9. Beri dukungan emosional dan spiritual 10.Tumbuhkan keyakinan orang tua terhadap pengobatan 11. Berikan lingkungan yang nyaman bagi anak 12. Dengarkan keluhan pasien dan orang tua
Page | 15 Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN ADAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
=An. Hb
Diagnosa Medis= Limfoma Non Hodgkin
Umur
= 6 Tahun
NO RM
No. DK 1
Tgl Jam
Tindakan Keperawatan dan Hasil
12/4/
1. Menimbang berat badan
12 Sore
Respon: BB= 17 kg 2. Mengkaji pola makan klien
= 369-08-09 Nama
Evaluasi Hasil (SOAP)
& Paraf
(Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB
Yeni
Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak susah
Respon: Klien tidak mau makan sama
makan. Hanya menghabiskan 1
sekali makanan yang disediakan dari
sendok makan porsi yang di
rumah sakit
berikan.
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan
2. Ibu klien mengatakan anaknya
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
hanya minum susu saja, itupun
tidak mau makan karena sakit pada saat
hanya sedikit
menelan makanan, bahkan untuk minum saja anak susah, dan tampak adanya Objektif : stomatitis/sariawan di mukosa mulut. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat
1. Anak
tidak
menghabiskan makanan.
Respon: Anak tampak tidak mau makan 2. Anak makanan yang diberikan dari rumah sakit
tampak
tampak
susah
untuk
makan.
5. Menganjurkan orang tua klien untuk 3. Anak hanya minum susu makan memberikan makanan sedikit tapi 4. Diet ML 1600 KAL sering. 6. Memantau pemeriksaan laboratoruim: Hb, albumin, protein total
Analisa:
Hasil: Hb= 11 gr/dl.
Tujuan belum tercapai masalah
7. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan
Planning :
memberikan obat kumur pada anaknya
1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan.
Page | 16
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan laboratorium Hb, albumin dan protein 1
13/4/ 12 Pagi
1. Menimbang berat badan Respon: BB= 17 kg 2. Mengkaji pola makan klien
Jam 14.00 WIB Subjektif : 1.Ibu klien mengatakan anak mulai
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
mau makan dan menagtakan
mulai makan makan tapi hanya beberapa
sering lapar.
sendok saja + susu 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan
Objektif :
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
Anak
tidak mau makan karena sakit pada saat
menghabiskan
menelan makanan, bahkan untuk minum
porsi.
saja anak susah, dan tampak adanya
Anak
stomatitis/sariawan di mukosa mulut.
makan.
4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Anak tampak tidak mau makan makanan yang diberikan dari rumah sakit 5. Menganjurkan orang tua klien untuk
tampakmulai
tampak
makanan
susah
½
untuk
3. Anak tampak makan snak + minum susu 4. Diet ML 1500 KAL + MC 3 X 200 ML
makan memberikan makanan sedikit tapi sering.
Analisa:
6. Menganjurkan orang tua untuk memberikan
Tujuan belum tercapai masalah
minosep gargle dengan cara di kumur-
nutrisi
kumur 2 x sehari.
tubuh teratasi sebagian
kurang
dari
kebutuhan
Respon: Ibu klien mengatakan akan memberikan obat kumur pada anak.
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan protein
Page | 17
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
16/4/
1. Menimbang berat badan
Jam 14.00 WIB
12
Respon: BB= 16,8 kg, berat badan turun 2 Subjektif :
Sore
ons
1.Ibu klien mengatakan anak susah
2. Mengkaji pola makan klien
makan. Hanya menghabiskan 3-
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
4 sendok makan porsi yang di
mulai makan makan tapi hanya beberapa
berikan.
sendok saja + susu 3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
2. Ibu klien mengatakan anaknya hanya minum susu saja, itupun hanya sedikit
tidak mau makan karena sakit pada saat menelan makanan, bahkan untuk minum Objektif : saja anak susah, dan tampak adanya 1. Anak stomatitis/sariawan di mukosa mulut. 4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon: Anak tampak tidak mau makan makanan yang diberikan dari rumah sakit
tampak
tidak
menghabiskan makanan. Anak
tampak
susah
untuk
makan. 2. Anak hanya minum susu
5. Menganjurkan orang tua klien untuk 3. Berat badan turun 2 ons makan memberikan makanan sedikit tapi 4. Diet ML 1500 KAL + MC 3 X sering.
200 ML
6. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-
Analisa:
kumur 2 x sehari.
Tujuan belum tercapai masalah
Respon: Ibu klien mengatakan akan
Nutrisi kurang dari kebutuhan
memberikan obat kumur pada anak.
tubuh belum teratasi
Planning : 1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan Protein
Page | 18
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
1
17/4/ 12
1. Menimbang berat badan
Jam 20.00 WIB
Respon: BB= 16,8 kg
Subjektif :
2. Mengkaji pola makan klien
1.Ibu klien mengatakan anak susah
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
makan. Hanya menghabiskan 3-
mulai nafsu makan dan sering lapar
4 sendok makan porsi yang di
setelah
berikan.
mendapatkan
menghabiskan
½
porsi
obat.
Anak
makanan
+ 2. Ibu klien mengatakan anaknya
snac/biskuit
hanya minum susu saja, itupun
3. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan
hanya sedikit
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan karena sakit pada saat Objektif : menelan makanan, bahkan untuk minum 1. Anak
tampak
saja anak susah, dan tampak adanya
menghabiskan makanan.
stomatitis/sariawan di mukosa mulut.
Anak
4. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon:
Anak
tampak
tampak
susah
tidak
untuk
makan.
menghabiskan 2. Anak hanya minum susu
makan ½ porsi makanan yang diberikan 3. Diet ML 1500 KAL + MC 3 X dari rumah sakit
200 ML
5. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi Analisa: sering.
Tujuan belum tercapai masalah
6. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan
Planning :
memberikan obat kumur pada anak.
1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan Protein
Page | 19
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
1
18/4/ 12 Pagi
4. Menimbang berat badan
Jam 20.00 WIB
Respon: BB= 16,9 kg
Subjektif :
5. Mengkaji pola makan klien
1.Ibu klien mengatakan anak susah
Respon: Ibu klien mengatakan anaknya
makan. Hanya menghabiskan 1
mulai nafsu makan dan sering lapar
porsi porsi yang di berikan.
setelah
mendapatkan
menghabiskan
1
porsi
obat.
Anak 2. Ibu klien mengatakan anaknya
makanan
+
snac/biskuit
juga menghabiskan susu yang diberikan
6. Mengkaji penyebab anak tidak mau makan Respon: Ibu klien mengatakan anaknya Objektif : tidak mau makan karena sakit pada saat 1. Nafsu makan anak meningkat. menelan makanan, bahkan untuk minum 2. Anak menghabiskan makanan saja anak susah, dan tampak adanya stomatitis/sariawan di mukosa mulut. 7. Memberikan makan dalam porsi hangat Respon:
Anak
tampak
yang diberikan 3. Anak menghabiskan susu yang diberikan
menghabiskan 4. Berat badan naik 1 ons
makan ½ porsi makanan yang diberikan 5. Diet ML 1500 KAL + MC 3 X dari rumah sakit
200 ML
8. Menganjurkan orang tua klien untuk makan memberikan makanan sedikit tapi Analisa: sering.
Tujuan belum tercapai masalah
6. Menganjurkan orang tua untuk memberikan minosep gargle dengan cara di kumur-
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
kumur 2 x sehari. Respon: Ibu klien mengatakan akan
Planning :
memberikan obat kumur pada anak.
1. Timbang Berat badan 2. Berikan makanan sesuai diet 3. Monitor
makanan
yang
dihabiskan. 4. Pantau adanya mual dan muntah 5. Pantau pemeriksaan 6. laboratorium Hb, albumin dan protein
Page | 20
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN Nama Klien Umur No. DK 2
= 6 Tahun
Diagnosa Medis= Limfoma Non Hodgkin NO RM
Tgl Jam
Tindakan Keperawatan dan Hasil
12/4/
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:100x/mnt, reguler, isi cukup. TD = 90/50 mmHg RR: 28 x/mnt, suhu; 37,8 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah leher yang membesar dan nyeri bertambah bila kepala di gerakan serta terara nyeri di selangkangan dan ketiak tapi tidak senyeri di leher, skala nyeri 8. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidakmau mengikuti anjuran perawat,dan masih rewel dan menangis bila di dekati. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kepala disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri. Respon: Ibu klien mendengarkan music sunda melalui Hp dan anak menyukainya. 6. Memberikan Terapi : parasetamol 250mg (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
12 S0re
2.
=An. Hb
13/4/ 12 pagi
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:100x/mnt, reguler, isi cukup. TD = 90/50 mmHg RR: 24 x/mnt, suhu; 37,7 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah leher yang membesar dan nyeri
= 369-08-09 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah leher dan juga lipatan paha bila di gerakan.
& Paraf
Yeni
Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah leher dan juga lipatan paha bila di gerakan. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan
Page | 21
Nama
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
2.
16/4/ 12 Sore
bertambah bila kepala di gerakan serta terara nyeri di selangkangan dan ketiak tapi tidak senyeri di leher, skala nyeri 6. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidakmau mengikuti anjuran perawat,dan masih rewel dan menangis bila di dekati. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kepala disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri. Respon: Ibu klien mendengarkan music sunda melalui Hp dan anak menyukainya. 6. Memberikan Terapi : parasetamol 250mg (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Suhu tubuh = 36,6 c
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:100x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 28 x/mnt, suhu; 36 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah leher yang membesar dan nyeri bertambah bila kepala di gerakan serta terara nyeri di selangkangan dan ketiak tapi tidak senyeri di leher, skala nyeri 6. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidakmau mengikuti anjuran perawat,dan masih rewel dan menangis bila di dekati. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kepala disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri. Respon: Ibu klien mendengarkan music sunda melalui Hp dan anak menyukainya.
Jam 14.00 WIB Yeni Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah leher dan juga lipatan paha bila di gerakan.
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Suhu tubuh = 36,3 c Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi
Page | 22
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
dan distraksi 6. Memberikan Terapi : parasetamol 250mg (PO). 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri Respon: Obat diberikan pada anak. 2.
17/4/ 12 Pagi
2
18/4/ 12 Pagi
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:110x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 24 x/mnt, suhu; 36,4 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah leher yang membesar dan nyeri bertambah bila kepala di gerakan serta terara nyeri di selangkangan dan ketiak tapi tidak senyeri di leher, skala nyeri 4. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidakmau mengikuti anjuran perawat,dan masih rewel dan menangis bila di dekati. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kepala disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri. Respon: Ibu klien mendengarkan music sunda melalui Hp dan anak menyukainya. 6. Memberikan Terapi : parasetamol 250mg (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
1. Mengkaji Tanda-tanda vital Respon: Nadi:100x/mnt, reguler, isi cukup. RR: 26 x/mnt, suhu; 36,2 C, 2. Mengkaji karateristik nyeri (lokasi, kualitas, skala, radiasi, waktu terjadinya nyeri) Respon: Ibu klien mengatakan anaknya megeluh nyeri di daerah leher yang membesar dan nyeri bertambah bila kepala di gerakan serta terara nyeri di selangkangan dan ketiak tapi tidak senyeri di leher,
Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah leher dan juga lipatan paha bila di gerakan. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Suhu tubuh = 36,1 c 6. Skala nyeri berkurang Dari 6 menjadi 4 Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih merasakan nyerinya di daerah leher dan juga lipatan paha bila di gerakan. Objektif : 1. Anak masih tampak kesakitan 2. Anak tampak meringis dan menangis menahan sakit 3. Posisi tidur anak disanngah
Page | 23
Yeni
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
skala nyeri 4. 3. Menganjurkan anak untuk tarik nafas dalam Respon: anak tidakmau mengikuti anjuran perawat,dan masih rewel dan menangis bila di dekati. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada anak. Respon: anak nyaman dengan posisi kepala disanggah oleh bantal. 5. Mengalihkan perhatian anak dari nyeri. Respon: Ibu klien mendengarkan music sunda melalui Hp dan anak menyukainya. 6. Memberikan Terapi : parasetamol 250mg (PO). Respon: Obat diberikan pada anak.
bantal. 4. Anak masih rewel dan selalu ingin ditemani oleh ibu. 5. Suhu tubuh = 36 c
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi Planning : 1. Kaji karateristik nyeri 2. Kaji TTV 3. Anjurkan anak untuk melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 4. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri
Page | 24
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama Klien Umur No. DK 3.
3
=An. Hb = 6 Tahun
Tgl Jam 12/4/ 12 Sore
13/412
Diagnosa Medis= Limfoma Non Hodgkin NO RM
Tindakan Keperawatan dan Hasil 1. Mengukur Tanda-Tanda Vital (S, N, RR) Hasil : Suhu= 38,8 ° C, Nadi = 100x/mnt, RR= 28x/mnt. 2. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak. 3. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum Hasil: Orang tua mengatakan akan memberikan anak minum 4. Mengukur suhu tubuh Hasil = 37,8 C 5. Memberikan obat antipiretik paracetamol 1 cth Hasil: Obat telah diberikandiberikan 6. Memberikan terapi : Parasetamol 250 mg (PO) Cefotaxim 500 mg (IV) Respon: Obat telah diberikan
1. Mengukur Tanda-Tanda Vital (S, N, RR) Hasil : Suhu= 38,8 ° C, Nadi = 100x/mnt, RR= 28x/mnt. 2. Menganjurkan orang tua untuk mengompres anak dengan air hangat di dahi dan lipatan tubuh Hasil : Ibu klien tampak mengompres anak. 3. Menganjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum Hasil: Orang tua mengatakan akan memberikan anak minum
= 369-08-09 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas
Yeni
Objektif : 1. Badan klien teraba panas 2. Muka klien tampak merah 3. Anak tampak berkeringat 4. Anak tampak rewel 5. Suhu tubuh= 37,6 °C A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Hipertermi teratasi sebagian Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun. Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi Objektif : 1. Badan klien teraba tidak panas 2. Suhu tubuh= 36,6 °C A nalisa: Tujuan tercapai masalah Hipertermi teratasi
Page | 25
Nama & Paraf
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
4. Mengukur suhu tubuh Hasil = 37 C 5. Memberikan obat antipiretik paracetamol 1 cth Hasil: Obat telah diberikandiberikan 6. Memberikan terapi : Parasetamol 250 mg (PO) Cefotaxim 500 mg (IV) Respon: Obat telah diberikan
Planning : 1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam 2. Anjurkan orang tua untuk mengompres dengan air hangat 3. Anjurkan orang tua untuk memberikan antipiretik setiap 4 jam bila panas anak tidak turun.
Page | 26
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama Klien Umur No. DK 4.
4
=An. Hb = 6 Tahun
Tgl Jam 16/4/ 12 Sore
17/4/ 12 Pagi
Diagnosa Medis= Limfoma Non Hodgkin NO RM
Tindakan Keperawatan dan Hasil 1. Ronde Divisi Hematologi : O Rencana echo O Dari hasil BMP dan Immunofenotyping tgl 13/4-12 : anak didiagnosa LLA L1 B Linage. O Rencana akan dilakukan pemberian MTX intratekal O Vincristin + DNR = tgl 18/4/12 O Siklofosfamid = tgl 19/4/12 O Pemberianprednison 3 x 45 mg O Dexametason 2. Dokter menjelaskan tentang prosedur pemberian mtx intratekal Respon : orang tua tampak mendengarkan, walaupun masih bingung dengan prosedur terapi. 3. Mengobservasi pemberian MTX intratekal (10 mg) Respon : Obat masuk, anak tampak berontak dan menangis pada saat MTX di masukan.
1. Mengkaji tingkat pendidikan orang tua Hasil: Ayah dan ibu klien pendidikan terakhirnya SMA dan SMP 4. Mengkaji Pengetahuan orang tua tentang penyakit leukemia Hasil: Ibu klien mengatakan kurang mengerti dan memahami tentang penyakit leukemia dan terapi bagaimana cara perawatannya. 5. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang pengobatan dan efeksamping yang terjadi Hasil : Orang tua mengatakan kurang memahami tentang pengobatan dan
= 369-08-09 Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada tujuan) Jam 20.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan masih kurang mengerti tentang penyakit anaknya
Yeni
Objektif : 1. Orang tua klien tampak cemas dengan kondisi anaknya. 2. Ibu klien sering bertanya tentang kondisi anaknya A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Kurang pengetahuanbelum teratasi Planning : Berikan penjelasan tentang penyakit, perjananan, pengobatan, dan komplikasi serta perawatan anak dengan leukemia. Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan masih kurang mengerti tentang penyakit anaknya Objektif : 3. Orang tua klien tampak cemas dengan kondisi anaknya. 4. Ibu klien sering bertanya tentang kondisi anaknya A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Kurang pengetahuanbelum teratasi
Page | 27
Nama & Paraf
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
efek samping kemoterapi. Planning : Berikan penjelasan tentang penyakit, perjananan, pengobatan, dan komplikasi serta perawatan anak dengan leukemia.
4
18/412 Pagi
1. Menvalidasi pengetahuan orang tua tentang penyakit leukemia Hasil : Ibu klien mengatakan masih kurang mengerti tentang penyakit leukemia 2. Menjelaskan pada orang tua tentang penyakit diare (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan, perawatan, pengobatan dan komplikasi leukemia) Hasil: Ibu tampak memperhatikan apa yang di jelaskan perawat 3. Memberikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya Hasil : Ibu klien menanyakan tentang pengobatan dan terapi yang akan dilakukan pada anaknya. 4. Memberikan pujian atas jawaban orang tua Respon: Ibu klien tampak tersenyum
Jam 14.00 WIB Subjektif : Ibu klien mengatakan masih kurang mengerti tentang penyakit anaknya Objektif : 5. Orang tua klien tampak cemas dengan kondisi anaknya. 6. Ibu klien sering bertanya tentang kondisi anaknya 7. A nalisa: Tujuan belum tercapai masalah Kurang pengetahuanbelum teratasi Planning : Berikan penjelasan tentang penyakit, perjananan, pengobatan, dan komplikasi serta perawatan anak dengan leukemia.
Page | 28
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Yeni
D. RESUME KLIEN
Anak Hb di rawat di ruang IKA non infeksi, pada tanggal 11 april 2012 dengan keluhan terdapat pembesaran di leher dan di kelenjar getah bening disertai dengan nyeri , demam naik turun, anak tidak mau makan sama sekali karena nyeri saat menelan.. Anak diagnose Limfoma Non Hodgkin. Dari hasil pengkajian didapatkan ada beberapa masalah keperawatan yang muncul yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penekanan massa tumor ke paru. 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, efek kemoterapi 3. Resiko gangguan Keseimbangan suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, neutropenia 4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan anak b.d kurang informasi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dari tanggal 11 – 18 april 2012 adalah pemberian nutrisi yang adekuat anak mendapatkan diit ML 1600 kal, meenanjurkan membersihan mulut, memberikan kompre dan menganjurkan banyak minum, memberikan informasi tentang kondisi anak klien, penatalaksanaan mengurangi nyeri dengan mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, terapi yang diberikan yaitu, cefotaxim, patasetamol, allupurinol, prednisone. IVFD KaEn IB + KCL (100 Î15 tpm.
Dari hasil pemeriksaan immunofenotise anak didiagnosa LLA L1 B Linege. Pada tanggal 16/4/12 anak menjalankan protocol kemoterapi untuk LLA : pemberian MTX intratekal pada tanggal 16/4 dan rencana pemberian vicristin dan DNR tanggal 19/4/12. Dari 4 masalah keperawatan yang muncul masalah yang terasai yaitu peningkatan suhu tubuh, sedangkan masalah yang terasi sebagian yaitu nyeri dan kurangnya informasi, sedangkan untuk masalah nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh belum dapat teratasi.
Page | 29
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Penerapan prinsip comfort menurut kolkaba belum dapat di terapkan sesuai harapan karena pada penatalaksanan nyeri anak sangat tidak koperatif dan takut didekati oleh perawat, sehingga dalam merapkan asuhan keperawatan perawat bekerja sama dan melibatkan ibu/ orang tua.
Page | 30
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
E.
ASPEK
ETIK
DAN
LEGAL
DALAM
PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN Pada kasus anak Hb diatas tidak ditemukan masalah aspek etik dan legal selama pemberian asuhan keperawatan yang diberikan.Dalam melakukan tindakan keperawatan maupun kolaborasi yang dilakukan pada anak Hb sesuai dengan prinsip etik dan legal. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada An Hb dan keluarganya, perawat berusaha menerapkan beberapa prinsip legal etik sebagai berikut. 1. Keadilan (justice) bu St, sangat kooperatif dan terlibat aktif dalam perawatan anaknya. Ibu tampak banyak bertanya tentang penyakit anaknya terutama setelah anaknya di diagnose dengan leukemia. Perawat menjelaskan tentang leukemia dan terapi serta efek sampingnya dan bekerjasama dan menjadikan Ibu sebagai mitra dan bagian dalam perawatan anak. 2. Tidak merugikan (nonmaleficience) Prinsip nonmaleficeinceyang diterapkan pada klien anak adalah dengan mengkomunikasikan semua tindakan yang dilakukan pada anak dan melibatkan orang tua sebelum dan selama melakukan prosedur pada anak. Prosedur yang dilakukan disini adalah pemeriksaan fisik, dan pemberian obat 3. Kejujuran (veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk menfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistic bahwa “doctors
Page | 31
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
know best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
F. IDENTIFIKASI HAL YANG DIPELAJARI DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An Hb. “ Complementary and alternative medicine” 1. Pengertian Pengobatan komplementer dan alternatif didefenisikan oleh National Center for Complemetary and Alternative Medicine (NCCAM) sebagai sekelompok terapi yang berbeda dengan perawatan kesehatan medis pada umumnya dan bukanlah bagian dari pengobatan medis. (National Center for Complementary and Alternative Medicine, 2007).The American Society Cancer mendefinisikan pengobatan komplementer dan alternatif sebagai metoda tambahan dalam dan untuk mendukung pengobatan medis. Terapi ini bukanlah terapi utama dan bukan menjadi metoda untuk pengobatan kanker, tetapi lebih kepada kegunaanya dalam pengontrolan baik gejala penyakit ataupun efek samping pengobatan (White, Sencer & Fitzgerald dalam Boggot, et al. 2002).
2. Penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif pada pasien kanker Pada umumnya orang tua meyakini bahwa pengobatan komplementer dan alternatif bertujuan untuk mengatasi efek samping dari pengobatan, untuk mengatasi masalah emosional dan untuk menurunkan penderitaan anak (White, Sencer & Fitzgerald dalam Boggot et al, 2002). Selain itu alasan penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif oleh orang tua diantaranya adalah untuk membantu mengobati atau melawan kanker pada anak, mengurangi gejala akibat penyakit dan efek samping obat dan sebagai dukungan pada saat menjalani terapi medis (Genc et al, 2009; Bishop et al, 2010; Masky & Wallerstedt, 2006), membersihkan darah (Genc et al, 2009), meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis pasien serta ketenangan diakhir kehidupan (Masky & Wallerstedt, 2006).
Page | 32
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
3. Klasifikasi pengobatan komplementer dan alterntif NCCAM mengklasifikasikan pengobatan komplementer dan alternatif sebagai berikut: a. Sistem pengobatan alternatif (Alternative medicine systems) Sistem pengobatan alternatif diantaranya adalah obat tradisional Asia atau obat-obatan Cina, Ayurveda, homeopati dan naturopati. Obat tradisional Asia/obat-obatan Cina menekankan keseimbangan dari kekuatan energi kehidupan yang terdiri atas akupunktur, obat herbal, qigong dan pijat. Ayurveda merupakan obat tradisional India dengan tujuan untuk memperbaiki harmonisasi dari tubuh, fikiran dan kekuatan yang terdiri atas diet, olahraga, meditasi, herbal, pijat, kontrol pernafasan dan sinar matahari. Homeopati berdasarkan pada prinsip yang menyembuhkan seperti penggunaan menit dosis dari ekstrak tanaman untuk merangsang pertahanan tubuh yang sesuai dengan kondisi. Naturopati memandang penyakit sebagai perubahan dalam proses penyembuhan alamiah yang terdiri dari diet, nutrisi, homeopati, akupunktur, obat herbal, hidroterapi, manipulasi jaringan lunak dan spinal, farmakologi untuk memperbaiki proses penyembuhan alamiah.
b. Intervensi tubuh dan fikiran (Mind-body interventions) Intervensi tubuh dan fikiran diantaranya adalah perawatan standar dengan pendidikan pasien, terapi perilaku kognitif dan imaginasi atau relaksasi, meditasi, hipnosis, dance, musik, terapi seni, berdoa dan penyembuhan mental.Mind body therapy meliputi terapi yang dapat meningkatkan kapasitas fikiran dan memberikan efek terhadap fungsi tubuh diantaranya adalah: imagery, terapi musik, meditasi dan prayer.
Imagery merupakan salah satu bentuk intervensi pada tubuh dan fikiran yang menggunakan kekuatan imaginasi dan memberikan efek terhadap dimensi fisik, psikologis, dan spritual. Imaginasi dapat terjadi dengan melihat gambar, merasakan sensasi dan membuat gambar. Melalui imaginasi seseorang dapat merasa sedih, marah, bahagia dan tidak tegang (Post-White & Fitzgerald dalam
Page | 33
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Snyder
&
Lindsquit,
2006).Imagery
adalah
suatu
proses
terbentuknya gambaran mental dari suatu objek, tempat, kejadian dan situasi yang dirasakan melalui panca indra. Proses ini dapat dilakukan sendiri (self hypnosis) atau membutuhkan bimbingan profesional (guided imagery). Saat ini imagery digunakan dalam perawatan kesehatan modern untuk pengobatan penyakit akut dan kronik, menurunkan gejala penyakit dan meningkatkan kesehatan. Imagery dapat memberikan efek terapeutik terhadap beberapa kondisi seperti nyeri, nyeri kanker dan kualitas hidup pasien kanker (Post-White & Fitzgerald dalam Snyder & Lindsquit, 2006).
Terapi musik juga dapat memberikan efek terapeutik pada pasien dengan kanker. Musik adalah seni suara dengan melodi, irama, ritme dan timbre yang teratur. Terapi musik dalam keperawatan adalah menggunakan musik untuk terapi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan
dan
kesejahteraan
pasien.
Musik
merupakan hal yang komplek dan memberikan efek pada aspek fisik, psikologis dan spritual individu. Respon individu terhadap musik berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor personal, lingkungan, pendidikan dan budaya. Penggunaan musik sebagai terapi dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan mendengarkan, bernyanyi, bersenandung, menari dan mengikuti irama musik dengan
gerakan
tubuh.
Pemberian
terapi
musik
harus
memperhatikan efek terapeutik pada pasien sehingga musik yang diberikan untuk terapi haruslah memenuhi kriteria-kriteria seperti ritme, frekuensi, suara, nada, dan melodi yang lembut dan halus (Chlan dalam Snyder & Lindsquit, 2006). Efek terapeutik dari musik diantaranya adalah untuk mengorientasikan gangguan perilaku, menurunkan kecemasan, mengatasi nyeri, mengurangi stres dan relaksasi, stimulasi dan distraksi.
Meditasi juga merupakan salah satu jenis terapi mind and body therapies. Meditasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merelaksasikan
tubuh
dan
menenangkan
fikiran.
Meditasi
Page | 34
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
direkomendasikan untuk mengurangi stress, kegelisahan dan gangguan kecemasan, insomnia, meningkatkan kesadaran dan secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan individu. Meditasi bukanlah intervensi yang mudah dilakukan. Perawat harus menyadari efek dari intervensi dan siapa saja yang tidak boleh diberikan intervensi ini. Efek terapeutik dari meditasi diantaranya adalah menurunkan nyeri kronik, menurunkan kecemasan, dan stres mencegah hipertensi (Kreitzer, dalam Snyder & Lindsquit, 2006).
Berdo’a (prayer) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mendekatkan hati dan jiwa kepada tuhan yang telah menciptakan. Keyakinan dan spritual merupakan hal yang sangat sensitif. Perawat harus mengkaji kebutuhan spritual pasien dan memberikan kenyamanan pada pasien dalam melakukan ritual keagamaan dan berdoa (Snyder dalam Snyder & Lindsquit, 2006).
c. Terapi biologis (Biologic based therapy) Terapi biologi terdiri atas: intervensi dan produk yang bersifat biologis dan alamiah, dan program diet khusus dan herbal, orthomolecular (suplemen/kimia) dan terapi biologi individu.
Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai dalam proses penyembuhan kuno dengan menggunakan sari dan esktrak tumbuhan
aromatik
murni.
meningkatkan kesehatan dan
Aromaterapi
bertujuan
untuk
kesejahteraan tubuh, fikiran dan
jiwa. Aromaterapi dapat diberikan dalam bentuk minyak atau sari tumbuhan.
Penggunaan
aromaterapi
ini
dilakukan
melalui
penciuman, kompres, massase dan berendam (Halcon & Buckle dalam Snyder & Lindsquit, 2006). Kombinasi terapi analgetik ditambah dengan aromaterapi secara masase lebih efektif jika dibandingkan dengan responden yang hanya mendapatkan terapi analgetik sebagai terapi untuk menurunkan tingkat persepsi nyeri kanker (Sulistiyawati, 2009).
Page | 35
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
Obat-obatan herbal termasuk bentuk Biological based therapy. Obat-obatan herbal atau obat-obatan dari tumbuhan saat ini digunakan sebagai bentuk terapi pendukung atau alternatif dalam pengobatan berbagai penyakit. Banyak ekstrak tanaman obat yang mengandung zat antikolinergik, antikoagulan, antihipertensi dan antineoplastik.Dalam
kebudayaan
Asia,
obat-obatan
herbal
digunakan sebagai obat tradisional yang sama seperti akupunktur agar dapat meningkatkan semangat hidup dan kekuatan. Obatobatan herbal bukanlah terapi utama dalam pengobatan dan belum tentu dapat mengembalikan fungsi tubuh yang abnormal. Obat herbal bebas digunakan sebagai suplemen untuk menstimulasi, mempertahankan,
mengontrol
dan
meningkatkan
kesehatan
(Plotnikoff & Lu, dalam Snyder & Lindsquit, 2006).
Makanan dan nutracertical merupakan salah satu pengobatan komplementer yang merupakan gabungan dari nutrisi dan farmasi serta mengacu pada adanya suatu keyakinan bahwa makanan atau bagian dari makanan memberikan manfaat bagi kesehatan dan dapat digunakan sebagai obat termasuk untuk pencegahan penyakit. Nutracertical terdiri dari antioksidan yang dapat diperoleh dari sayuran dan buah, asam lemak yang ditemukan dalam ikan dan bahan-bahan lain yang mengatasi penyakit (Doyle & Frisvold dalam Snyder & Lindsquit, 2006).
d. Metoda manipulasi tubuh (Manipulative-bodybased therapy) Seperti manipulasi chiropraksi dari struktur tulang, manipulasi osteoperatif dari sistem muskuloskeletal dan manipulasi terapi pijat dari jaringan lunak.
Pijat Terapi pijat direkomendasikan oleh beberapa professional sebagai terapi komplementer, sebagai tambahan untuk terapi konvensional. Terapi pijat adalah suatu sistem terapi yang bekerja dengan cara mengusap, meremas, menepuk atau menekan jaringan lunak tubuh
Page | 36
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012
untuk merelaksasikan secara fisik dan mental. Terapi ini sudah digunakan selama berabad-abad, dapat berfokus pada otot / pada titik akupunktur. Pijat selain berguna untuk mengurangi nyeri dan kekakuan, juga untuk meningkatkan mobilitas, rehabilitasi otot yang cedera dan mengurangi nyeri kepala dan punggung (Sinclair, 2005)
e. Energy therapy Tujuannya adalah untuk mendapatkan energi yang langsung dari dalam tubuh
(biofield)
atau
sumber
energi
lain
(energi
elektromagnetik).Qigong, reiki (tindakan mempertemukan tangan untuk mendapatkan energi yang dapat meningkatkan kesembuhan), healing touch, therapeutic touch, dan terapi elektromagnetik.
Page | 37
Aplikasi comfort..., Yeni Iswari, FIK UI, 2012