PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
SKRIPSI
Oleh: YUNITA ISMIARTI X7108794
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
OLEH YUNITA ISMIARTI NIM X7108794
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010”. Oleh Nama
: YUNITA ISMIARTI
Nim
: X7108794 Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing I
Juni 2010
Pembimbing II
Drs. AMIR, M. Pd.
Drs. MARWIYANTO, M. Pd.
NIP 19510706 197401 1 001
NIP 19591205 198303 1 002
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010”. Oleh
:
Nama
: YUNITA ISMIARTI
Nim
: X7108794
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M. Pd.
Sekretaris
: Drs. Usada, M. Pd.
Anggota I
: Drs. Amir, M. Pd.
Anggota II
: Drs. Marwiyanto, M. Pd.
......................... ....................... ..........................
Disyahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001
........................
ABSTRAK
Yunita Ismiarti, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan adalah pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika, sedangkan variabel tindakan adalah penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) dengan dua siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari. Tehnik pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan tes akhir. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis yang yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan kelas pada siklus I belum menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk analisis pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika diperoleh rata – rata 67,27 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 17 siswa atau 77,27% dari 22 siswa. Pada siklus II (perbaikan) telah menunjukkan hasil yang signifikan/ bagus. Untuk pemahaman konsep diperoleh rata – rata siswa adalah 79,32 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 20 siswa atau 90,91% dari 22 siswa. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
ABSTRACS
Yunita Ismiarti, THE APPLICATION OF COOPERATIF JIGSAW LEARNING TYPE TO IMPROVE UNDERSTANDING OF GEOMETRY CONCEPT OF LEARNING MATHEMATICS IN THE 5TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR REGENCIES ACADEMIC YEAR 2009/2010 Thesis, Surakarta: Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2010. The aim of this study is : Improve understanding of geometry concept of learning Mathematics in the 5th grade of elementary school 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar regencies Academic Year 2009/2010. Variables that became the target of change is the understanding of bangun ruang concept in learning mathematics, while the action variable is the use of the Cooperative Jigsaw Learning type. Form of research is the Classroom Action Research to the two cycles. Each cycle has four stages: planning, action, observation, and reflection. As the subject of this research is 22 students of the 5th grade elementary school 02 Karangsari. Data collection technique used observation techniques, interviews, and final test. Validation of data and trianggulation method. The analysis technique is used through three stages: data reduction, data exposure, and the inference of data. Based on the result of this research is that class actions in the cycles has not shown significant result. The score which is result draft comprehension bangun ruang in learning Mathematics for achievement analysis is 67,27 and the student who get score ≥ 60 is 17 students or 77,27% 0f 22 students. The second cycle has shown significant result. The score which is result draft comprehension bangun ruang in learning Mathematics for achievement analysis is 79,3227 and the student who get score ≥ 60 is 20 students or 90,91% 0f 22 students. The conclusion from the result are : The application of Cooperatif Jigsaw Learning type can Improve understanding of geometry concept of learning Mathematics in the 5th grade of elementary school 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar regencies Academic Year 2009/2010.
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. (Terjemahan QS. Al Insyirah: 6). Semua kejadian yang terjadi di dunia ini pastilah terkandung hikmah di dalamnya, maka belajarlah darinya. Tak ada satu pun di dunia ini yang merupakan hasil karya sendiri. Anda mencapai tujuan Anda selalu berkat bantuan orang lain.
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Ibunda (Titik Wahyuni, S. Pd.SD.), Ayahanda (Taman, S. Pd. I.) dan adiku (Muslihah Sari Aziz) yang selalu memberikan motivasi, menyayangi dan memberikan doa kepadaku. 2. Teman – teman kost Wasis dan teman – teman Neeta Narumi yang selalu menemani dan memberikan semangat. 3. Almamater dan rekan – rekan S1 PGSD UNS.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran
Matematika
Kelas
V
SDN
02
Karangsari
Jatiyoso
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”. Ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaanya yang setulus – tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Amir, M. Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini. 5. Drs. Marwiyanto, M. Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga selesainya skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbantasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vi HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI
x
........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8 A. Kajian Teoritis ................................................................................. 8 1. Hakikat Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika .... 8 a. Pengertian Pemahaman ........................................................... 8 b. Pengertian Konsep .................................................................. 10 c. Pengertian pembelajaran ......................................................... 12 d. Pengertian Matematika ............................................................ 14
e. Pengertian Pembelajaran Matematika ...................................... 16 f. Bangun Ruang......................................................................... 18 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .................. 25 a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif............................. 25 b. Ciri – Ciri dan Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ............ 27 c. Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif .............. 29 d. Macam – Macam Model Pembelajaran Kooperatif .................. 30 e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ......... 32 f. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Jigsaw .................... 34 g. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................................................................. 35 B.
Penelitian yang relevan ............................................................. 36
C.
Kerangka Pemikiran ................................................................. 36
D.
Hipotesis Penelitian .................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 39 A.
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 39
B.
Subjek Penelitian ...................................................................... 39
C.
Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 39
D.
Sumber Data ............................................................................. 40
E.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41
F.
Validitas Data ........................................................................... 43
G.
Analisis Data ............................................................................ 44
H.
Indikator Kinerja ...................................................................... 45
I.
Prosedur Penelitian ................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 50 A. Diskripsi Data Awal ...................................................................... 50 B. Diskripsi Data Tindakan ................................................................. 56 C. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 84 A. Kesimpulan ................................................................................... 84 B. Implikasi ....................................................................................... 85 C. Saran ............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88 LAMPIRAN ................................................................................................ 91
DAFTAR TABEL
Tabel no
Halaman
1. Fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .................................. 28 2. Data Sebelum Tindakan .......................................................................... 53 3. Hasil Tes Sebelum Tindakan ................................................................... 54 4. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan .................................. 55 5.
Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ........................................................... 65
6. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan dan Hasil Tes Siklus I .......... 66 7. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II ........................................................... 75 8. Perbandingan Hasil Tes Hasil tes Siklus I dan Siklus II ........................... 76 9. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan, Siklius I dan Siklus I........... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar no
Halaman
1.
Prisma tegak Segi Tiga........................................................................... 19
2.
Jaring – Jaring Prisma Tegak Segi Tiga .................................................. 19
3.
Kubus ABCD.EFGH.............................................................................. 20
4.
Jaring – Jaring Kubus ............................................................................. 20
5.
Balok OPQR.RSTU ............................................................................... 21
6.
Jaring – Jaring Balok .............................................................................. 22
7.
Limas ..................................................................................................... 22
8.
Jaring –Jaring Limas Segi Tiga dan Limas Segi Empat .......................... 23
9.
Tabung................................................................................................... 23
10. Kerucut .................................................................................................. 24 11. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................... 38 12. Bagan Siklus Model Analisis Interaktif .................................................. 45 13. Bagan Siklus Pelaksanakan Tindakan..................................................... 49 14. Grafik Hasil Sebelum Tidakan ............................................................... 54 15. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ................................................ 55 16. Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan dan Tes Siklus I .............. 65 17. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II ............................................... 75 18. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II ............ 76 19. Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Nilai Tes Siklus I, dan Nilai Tes Siklus II ................................................................................... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran no
Halaman
1. Silabus Matematika ................................................................................ 91 2. RPP Siklus I Pertemuan 1........................................................................ 92 3. RPP Siklus I Pertemuan 2........................................................................ 102 4. RPP Siklus I Pertemuan 3........................................................................ 111 5. RPP Siklus II Pertemuan 1 ...................................................................... 120 6. RPP Siklus II Pertemuan 2 ...................................................................... 130 7. RPP Siklus I Pertemuan 3........................................................................ 140 8. Soal tes Siklus I....................................................................................... 147 9. Soal tes Siklus II ..................................................................................... 152 10. Perhitungan Nilai Akhir Siklus ................................................................ 156 11. Rekapitulasi Nilai Matematika ................................................................ 158 12. Daftar Nilai Pada Siklus I ........................................................................ 159 13. Daftar Nilai Pada Siklus II ...................................................................... 160 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Sebelum Tindakan ............................ 161 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Sebelum Tindakan ................................ 163 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................................. 165 17. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................................. 167 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ............................................ 169 19. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ................................................ 171 20. Pedoman Wawancara Guru Sebelum Dilaksanakan Tindakan ................. 173 21. Pedoman Wawancara Guru Setelah Dilaksanakan Tindakan.................... 175 22. Dokumentasi penelitian ........................................................................... 177 23. Surat Keterangan ..................................................................................... 186 24. Perijinan Skripsi ...................................................................................... 188
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal di Indonesia berlangsung sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Perlu disadari bahwa pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting dan menentukan. Selain itu pendidikan di Sekolah Dasar sangat diperlukan sebagai konsep dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Suatu pendidikan dapat diibaratkan sebuah bangunan, maka pendidikan di Sekolah Dasar merupakan pondasinya. Bangunan akan tetap kokoh apabila mempunyai pondasi yang kokoh. Begitu mendasarnya pendidikan di Sekolah Dasar, maka perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat agar kualitas pendidikan semakin baik, artinya bahwa harus sejak dini disiapkan sumber daya manusia yang tangguh. Sasaran utama pendidikan di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yaitu meliputi kemampuan baca, tulis, dan hitung. Apabila tiga kemampuan dasar siswa di Sekolah Dasar lemah maka akan berdampak negatif bagi pemahaman konsep pelajaran yang lain. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur dengan keberhasilan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang diberikan oleh guru. Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman konsep dan penguasaan materi maka akan semakin tinggi keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Menurut Andi Hakim Nasution dalam Moch. Mansykur dan Abdul Halim Fathani (2005 : 36), tujuan proses kegiatan belajar mengajar secara ideal adalah bahan ajar yang dipelajari dikuasai
sepenuhnya oleh murid atau mastery learning atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas di Sekolah Dasar 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar terhadap ujian akhir semester, ternyata bidang studi Matematika memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rerata bidang studi yang lain. Pada kenyataannya, jika diperhatikan hasil belajar Matematika masih tergolong rendah, nilai 13 siswa dari 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar masih banyak yang mendapatkan nilai 50 ke bawah, sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan peserta didik terhadap pemahaman konsep
bidang
studi
Matematika
masih
rendah.
Ika
Septi
Lusiana
(http:psikologiremaja.com,2000) mengemukakan bahwa kurangnya pemahaman siswa dalam mempelajari sebuah konsep yang berhubungan dengan materi dalam pembelajaran Matematika adalah, (1) motivasi siswa rendah; (2) perhatian siswa terhadap pembelajaran Matematika rendah; (3) jumlah siswa yang terlalu besar; dan (4) partisipasi siswa yang rendah. Penyediaan waktu pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar mendapat bagian yang cukup banyak bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, tetapi dengan waktu yang cukup banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit, menjemukan bahwa terkesan tidak menyenangkan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kemauan untuk belajar Matematika yaitu disebabkan karena banyak mitos menyesatkan mengenai Matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa tidak menyukai Matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari Matematika. Menurut Moch. Mansykur dan Abdul Halim
Fathani (2009: 66) ada tujuh mitos sesat yang sudah mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap Matematika yaitu: 1) Anggapan bahwa untuk mempelajari Matematika diperlukan bakat istimewa yang tidak dimiliki setiap orang; 2) Matematika adalah ilmu hitung. Selain mengerjakan perhitungan, orang juga berusaha memahami mengapa perhitungan itu dikerjakan dengan suatu cara tertentu; 3) Matematika hanya menggunakan otak. Untuk berkembang Matematika juga memerlukan kreativitas dan intuisi seperti dalam seni dan sastra; 4) Yang penting dalam Matematika adalah jawaban yang benar. Sebenarnya yang terpenting adalah bangaimana cara mendapatkan jawaban tersebut; 5) Kebenaran Matematika adalah kebenaran mutlak. Ada anggapan bahwa tidak ada kebenaran (truth), yang ada hanyalah keabsahan (validity), yaitu penalaran sesuai dengan logika; 6) Matematika tidak berguna dalam kehidupan; dan 7) Anggapan bahwa orang yang lulusan jurusan matematika itu pasti menjadi guru. Tujuan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam suasana belajar
mengajar di lingkungan sekolah sering dijumpai beberapa
masalah. Para siswa meskipun mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam mata pelajaran, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagi informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari, cepat terlupakan. Serta kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang cenderung pasif, siswa yang mengantuk, tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa masih berbicara dengan teman sebangkunya. Ada pula siwa dalam mengikuti pembelajaran malah mengerjakan tugas rumah yang belum mereka kerjakan serta kurangnya kesadaran siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang belum mereka pahami.
Hal ini mengakibatkan pemahaman konsep siswa rendah dan banyak siswa yang memandang Matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua siswa harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa , membaca, dan menulis kesulitan belajar Matematika harus diatasi sedini mungkin. Pada dasarnya kemampuan siswa untuk menangkap isi pelajaran tidak hanya terbatas pada kemampuan mendengar saja, tetapi lebih banyak terkait dengan kemampuan visual dan kemampuan motorik, yang semua saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran tersebut mampu mengembangkan bakat dan potensi siswa secara optimal serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang lebih baik adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Dari penelitian diperoleh informasi bahwa guru yang hanya menguasai bahan bidang studi tanpa memahami model mengajar, maka akan kurang berhasil dan membosankan dalam mengajar. Djam’an Satori (2007 : 2.47) menyatakan bahwa mengenal dan sanggup menggunakan metode mengajar adalah kemampuan dasar guru yang paling utama dalam meraih sukses di sekolah. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika. Menurut Gatot Muhsetyo (2007 : 1.26) strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika yang konstruktif dan dianggap sesuai pada saat ini salah satunya adalah cooperative learning atau pembelajaraan kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan
mampu
mengantisipasi
pembelajaran
yang
menyebabkan
pemahaman konsep Matematika masih rendah adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan pemahaman konsep dari pada pengalaman pembelajaran konvensional. Nasution dalam Isjoni (2009: 12) menyatakan murid sering lebih paham akan yang disampaikan oleh temannya dari pada oleh guru. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini lebih meningkatkan kerja sama antarsiswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerjasama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan bisa membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan dapat berjalan dengan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Dengan latar belakang di atas penulis terdorong mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.
B. Identifikasi Masalah Faktor – faktor yang menyebabkan pemahaman konsep Matematika yang pada akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah sebagai berikut: 1.
Kemampuan pemahaman konsep siswa rendah pada materi sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring bangun ruang.
2.
Model
pembelajaran
yang
digunakan
menggunakan
pembelajaran
konvensional yang tidak sesuai dengan kondisi siswa. 3.
Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini efektif, efisien, dan terarah serta dapat dikaji lebih mendalam maka perlu ada pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan pada hal – hal berikut: 1. Pemahaman konsep siswa pada materi sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring bangun ruang. 2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang inovatif. 3. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, keaktifan siswa, dan meningkatnya prestasi belajar. b. Bagi Guru Membantu guru menemukan solusi yang tepat dalam pembelajaran Matematika yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang bertujuan mempermudah guru dalam mengajar dan siswa dalam menuangkan ide-ide kreatif mereka,meningkatkan pemahaman konsep. c. Bagi sekolah Meningkatnya kualitas pendidikan dan sistem pembelajaran di sekolah khususnya di SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar. d. Bagi Peneliti Peneliti
menemukan
fakta
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran Matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep. 2. Manfaat Teoretis Memberikan masukan dan wawasan tentang model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep dalam pelajaran Matematika.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika a. Pengertian Pemahaman Proses belajar - mengajar akan berhasil dengan baik, apa bila didukung faktor – faktor psikologi. Thomas F. Staton dalam Sardiman (2009: 39), menguraikan enam macam faktor psikologis itu: (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4) organisasi, (5) pemahaman, dan (6) ulangan. Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya: (1) pengertian: pengetahuan yang banyak; (2) pendapat, pikiran; (3) aliran: pandangan; (4) mengerti benar (akan): tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat me-i menajadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan): mengetahui benar; (2) memaklumi. Dan bila mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses; (2) pembuatan; dan (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik – baik supaya paham), (Winkel,1996:106). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami atau cara mempelajari baik – baik supaya paham dan mengetahui lebih banyak hal. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:115) pemahaman (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta - fakta atau konsep. Oleh sebab itu siswa diminta memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal – hal yang lain. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara hierarkis. Di antara ahli yang mempelajari
ranah-ranah
kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl dan Simpson. Hasil penelitian mereka dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom dan kawan-kawan. Salah satu jenis perilaku adalah perilaku pemahaman, yaitu yang mencakup menangkap arti dan makna yang dipelajari (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 26-27). Pemahaman merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahamai/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya, Davies dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 202-203). Perlu diingat bahwa comprehension / pemahaman, tidak sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami. Tapi dalam kenyataannya banyak peserta didik melupakan unsur comprehension. Contohnya, peserta didik belajar pada malam hari menjelang akan ujian pada pagi harinya. Belajar yang demikian merupakan sekedar mengtahui sesuatu bahan yang dituangkan dalam kertas ujian, setelah itu akan lupa dengan sendirinya. Berbeda dengan peserta didik yang mempelajari suatu konsep/ pengertian yang secara menyeluruh. Nana Sudjana, (1995: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan , mulai dari menterjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan, dan menerapkan prinsip – prinsip: b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian – bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok, dan yang tidak pokok: c. Tingkat ketiga merupakan tingkat pemahaman tertinggi. Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Menurut Machener
dalam
(http/www.teknologipendidikan.net,1987)
untuk memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: (1) Objek itu sendiri; (2) Relasinya dengan objek lain yang sejenis; (3) Relasinya
dengan objek lain yang tidak sejenis; (4) Relasi dual dengan objek lain yang sejenis; (5) Relasi dengan objek dalam teori lainnya. Menurut Sumarmo (http/www.teknologipendidikan.net,1987) ada 3 macam pemahaman, yaitu: (1) Pengubahan (translation); (2) Pemberian arti (interpretation); (3) Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Pemahaman siswa terhadap konsep Matematika menurut Munggaranti NCTM dalam (http/www.psikologiperkembangan.net.2009) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam : (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Membuat contoh dan noncontoh penyangkal; (3) Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsepkonsep. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang diberikan melalui indra. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau siswa dapat mengerjakan semua tugas. b. Pengertian Konsep Konsep adalah ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu ( Syamsu Yusuf LN, 2008: 70). Anak yang sudah memahami konsep suatu objek akan lebih mudah menerapkan dalam pemecahan permasalahan, misalnya saat anak diminta menyebutkan buah-buahan, maka anak akan menyebutkan apel, jeruk, nanas dan lain - lain tanpa harus dijelaskan terlebih dahulu. Konsep adalah penggambaran dari tentang intisari atau kesimpulan umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial (M.Toha Anggoro dkk,2007:5.2). Banyak pengertian tentang konsep yang berkembang di kalangan ahli kognitif dan pendidikan, misalnya saja Hulse, Egeth, dan Deese dalam Sardiman,(2009: 17) mendefinisikan konsep sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Konsep merupakan bayangan mental, ide dan proses. Kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian, memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan bendabenda atau kejadian-kejadian. Zacks el Tversky dan Santrock dalam Muhamad Fathoni (2007:34) mengatakan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Konsep adalah “Elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi” (Heruman, 2008: 3). Konsep warna “merah” misalnya, kita dapat mengklasifikasikan objek-objek yang berwarna merah atau tidak. Contoh yang lain adalah “buah-buahan”, kita dapat mengklarifikasikan mana yang merupakan buah dan mana yang tidak. Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda – benda atau ketika mereka saling mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Sebagai contoh peserta didik mengenal konsep segitiga sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh tugas garis lurus. Pemahaman peserta didik tentang konsep segitiga dapat dilihat pada saat anak mampu membedakan berbagai bentuk geometri lain dari segitiga. Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep (menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep Matematika baru yang abstrak), yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep Matematika ( Heruman, 2008: 3). Begitu pentingnya pemahaman konsep bagi proses berpikir kita, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat pemahaman tentang suatu konsep, yaitu : (1) Konsep membuat kita tidak perlu “mengulang-ulang pencarian arti” setiap kali kita menemukan informasi baru; (2) Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien; (3) Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas informasi, komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut; (4) Konsep konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi; (5) Konsep sangat diperlukan untuk problem solving; (6) Konsep menentukan apa yang
diketahui atau diyakini seseorang http/www.psikologiperkembangan.net 2009)
(Wang
Muba
dalam
Dari pemaparan pemahaman dan konsep di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki siswa ketika siswa tersebut mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda – benda atau ketika mereka saling mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu hal tersebut merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi, menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang serta membantu menyederhanakan dan meringkas informasi sehingga membantu proses mengingat dan membuat lebih efisien. c. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran adalah proses, perbuatan, cara pengajaran (Agus Suprijono, 2009:12). Dari pengertian tersebut menghasilkan konstruksi belajar mengajar berpusat pada guru. Perbuatan atau cara mengajar diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik sebagai pihak penerima. Guru dianggap paling dominan dan guru dipandang sebagai orang saling mengetahui. Menurut Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Banyak aktivitas yang hampir setiap orang dapat melakukanya, sebagai upaya menuju perkembangan kepribadian yang utuh. Dalam proses pembelajaran terdapat pula proses belajar yang dilakukan peserta didik. Belajar merupakan juga suatu aktivitas untuk menuju perubahan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Perumusan tentang belajar memang banyak didefinisikan oleh para pakar penelitian melalui metode ilmiah. Witerington dalam Ngalin Purwanto (1997: 84) menyimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan yang relatif mantap, harus akhir dari suatu periode yang panjang. Menurut beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut: 1) Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara almiah. 2) Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuian tingkah laku. 3) Cronbac Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). 4) Haroland Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, memcoba sesuatu, mendengarkan, dan mengikuti arah tertentu). 5) Geoch Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan perfomance sebagai hasil latihan). 6) Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). Dalam Agus Suprijono (2009: 2-3) Dari definisi di atas dapat disimpulkan dengan beberapa ciri penting dari belajar dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu: 1) Adanya suatu proses perubahan aktivitas manusia menuju pada kemajuan dan perkembangan yang positif. 2) Perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. 3) Perubahan relatif menetap pada tingkah laku. 4) Perubahan timgkah laku berupa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan kecakapan, sikap, kebiasaan, dan keterampilan.
Pembelajaran dalam persepti guru, biasanya dimaknai sebagai (a) berbagai pengetahuan bidang studi dengan peserta didik lain secara efektif dan efisien, (b) mencipta dan memelihara relasi antara pribadi guru dengan peserta didik, (c) menerapkan kecakapan teknis dalam mengelola sekaligus sejumlah peserta didik yang belajar (Nasibi Lapono,2008: 1.14). Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dilakukan dengan melakukan metode imposisi, dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa, Oemar Hamalik (2008:58). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik untuk belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni,2009:14). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik, isi dari kegiatannya adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dari kurikulim suatu program pendidikan dan proses kegiatannya adalah guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik sebagai pihak penerima informasi.
d. Pengertian Matematika Mata pelajaran Matematika merupakan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang saling berhubungan satu sama yang lainnya sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari – hari. Andi Hakim Nasution dalam (Moch. Mansykur dan Abdul Halim Fathani, 2009: 42) Matematika berasal dari kata Yunani mathein atau mathenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut berhubungan kata Sansekerta metha dan widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antarkonsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Menurut Kline di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252) menyebutkan Matematika merupakan bahasa simbol dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Sedangkan menurut Reseffendi dalam (Heruman, 2008:1), Matematika adalah bahsa simbol, ilmu induktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan , dan struktur yang terorganisir mulai dari unsur yang diidentifikasikan sampai pola yang tidak didefinisikan Soedjadi dalam Moch. Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2007 : 11) menyatakan bahwa definisi Matematika ada beraneka ragam dan definisi tersebut tergantung dari sudut pandang pembuat definisi. Di bawah ini beberapa definisi Matematika : 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Johnson dan Myklebus di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252) mengemukakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ke ruang yang lebih khusus, sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Demikian pula Leaner di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252) mengemukakan bahwa Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Sedangkan menurut Paling di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 :252) mengemukakan bahwa, Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban tehadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran dan menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan ilmu yang lainnya dengan bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan yang memudahkan manusia berpikir dalam memecahkan masalah kehidupan seharihari. e. Pengertian Pembelajaran Matematika Menyelenggarakan proses pembelajaran Matematika yang lebih baik dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan bukan zamannya lagi Matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini Matematika dianggap sebagai ilmu abstrak, yang terdapat rumus – rumus dan soal – soal, maka sudak saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan Matematika. Untuk itu, seorang guru harus dapat menghadirkan pembelajaran Matematika yang menarik. Siswa tertarik untuk mempelajari Matematika jika siswa tersebut dapat melihat bahwa Matematika yang dipelajari dapat dipakai dalam memenuhi kehidupanya, artinya mempelajari Matematika merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban yang dihadapi manusia. Untuk memenuhi atas jawaban atas masalah yangt dihadapi, Mulyono Abdurahman (1999: 252) mengemukakan penyelesaian masalah dengan menggunakan: (1) Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi; (2) Pengetahuan tentang bulangan, bentuk, dan ukuran; (3) Kemampuan untuk menghitung; dan (4) Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan – hunbungan. Freundenthal dan Marpaung dalam Mulyono Abdurahman (1999 : 4) menyatakan bahwa “Mathemathics is a human activity”. Dalam Matematika menemukan konsep Matematika dengan berbuat, kemudian merefleksikan
terhadap tingkah laku, lalu menemukan hasilnya berupa konsep – konsep, aturan – aturan, dan prinsip – prinsip. Mereka benar – benar mengkonstruksi pelajaran. Demikianlah seharusnya pembelajaran Matematika berlangsung. Siswa diberikan kesempatan untuk mengamati, berbuat, mengklasifikasikan, menyelesaikan masalah, dan berinteraksi dengan yang lainnya. Menurut Marpung dalam Suprayekti dkk (2008 : 6) pemebelajaran Matematika harus bermakna, artinya siswa melihat bahwa Matematika penting untuk dirinya kelak kerena dapat membantunya dalam memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya. Mengubah pembelajaran Matematika bagi siswa tidak mudah, perlu usaha keras. Tetapi, walupun sulit perubahan tersebut haruslah tetap dilakukan agar mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Langkah pembelajaran Matematika di SD: 1) penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran konsep Matematika, 2) pemahaman konsep yaitu dengan tujuan siswa memahami konsep Matematika, dan 3) pembinaan ketrampilan yaitu agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika (Heruman, 2008: 3). Faktor – faktor yang memepengaruhi belajar Matematika menurut Ngalim Purwanto (1997: 102), faktor yang mempengaruh belajar dibedakan menajadi dua, yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual dan (2) Faktor yang berada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat – alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Menurut Slamento (2003: 54–72), faktor – faktor yang mempengaruhi belajar Matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal: 1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi: fakor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor keluarga, dan faktor masyarakat. Menurut As’ari dalam Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, (2009:81-82)
syarat anak bisa bisa dikatakan mahir Matematika memiliki
beberapa potensi di bawah ini, yaitu:
1) Menguasai konsep Matematika; 2) Kelancaran prosedur : mengetahui dan memahami soal mana yang mengeluarkan penembahan, pembagian, pengalian, dan pengurangan; 3) Kompeten; 4) Penalaran yang l0gis : menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab - akibatnya secara sitematis; 5) Positiv Dispotion : sikap bahwa Matematika bermanfaat dalam penalaran kehidupan. Menurut Gatot Muhsetyo dkk (2007 : 1.26) pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari. Dari penjelasan di atas bahwa pembelajaran Matematika merupakan proses belajar Matematika dengan memperdayakan siswa untuk memberikan kesempatan secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya menjadi manusia yang mandiri, berpikir variatif, dan kritis sehingga mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
f. Hakikat Bangun Ruang Menurut GBPP 2004 materi bangun ruang disampaikan di SD pada siswa kelas V semester II meliputi : membandingkan dan mengurutkan bangun ruang menurut volumenya, menentukan volume kubus dan balok dengan menggunakan kubus satuan menentukan rumus volume tabung dan prisma tegak, mengenal dan menggunakan volume limas dan kerucut. Menggambar berbagai bentuk jaring – jaring kubus dan balok. Bangun ruang adalah bangun yang memiliki dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi (Clara Ikan Septi Budhayanti,2008:3.24). 1) Prisma Gambar bangun ruang prisma tegak segi tiga dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini.
Rusuk prisma
Gambar 1. Prisma tegak segi tiga Menurur Heruman (2008: 110), Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Dua bidang tersebut dinamakan bidang alas dan bidang atas, sedangkan bidang yang lainya dinamakan bidang tegak. Macam prisma yang dipelajari pada materi bangun ruang kelas V SD ada dua yaitu prisma segitiga dan prisma segiempat. Jaring – jaring prisma tegak segi tiga dapat digambarkan pada gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Jaring – jaring risma tegak segi tiga 2) Kubus Kubus adalah prisma siku-siku khusus. Semua sisinya berupa persegi atau bujur sangkar yang sama (RJ. Soenarjo, 2008: 233). Perhatikan gambar 3. kubus ABCD.EFGH berikut!
Gambar 3. Kubus ADCD.EFGH Keterangan: Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, BCGF
Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB, rusuk BC, rusuk AE, rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF rusuk HG, rusuk EH, rusuk CG, rusuk DC, rusuk AD, rusuk DH
Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H Kubus jika dibuat jaring – jaring dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:
Keterangan: (i) Kubus (ii) Kubus yang terbuka (iii)Jaring – jaring kubus. Gambar 4. Jaring – jaring kubus
3) Balok Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang di mana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama (RJ. Soenarjo, 2008: 233). Gambar bangun ruang prisma tegak segi tiga dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Balok OPQR.STUV Keterangan: Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: Sisi OPQR, STUV, ORSV, PQTU, OPST, RQUT,
Rusuk-rusuk pada balok OPQR. STUV adalah: ada 12 rusuk pada bangun ruang balok Rusuk OP, rusuk OR, rusuk PQ, rusuk QR, Rusuk OS, rusuk ST, rusuk SV , rusuk TU, Rusuk UV, rusuk QU , rusuk PT, rusuk RV.
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H Jika balok tersebut dibuka akan didapat jaring – jaring dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini:
Gambar 6. Jaring – jaring balok
4) Limas Limas juga disebut piramida. Menurut Clara Ika Septi Budhayanti (2008:3.29) limas adalah bangun ruang yang dibatasi sebuah segitiga atau segi banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik puncak. Limas adalah suatu benda ruang yang berbentuk segitiga- segitiga yang bertemu pada sebuah titik dan oleh suatu segibanyak (Musono dan Sudjono,2008:169). Sifat – sifat limas dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Limas Keterangan: (i) Limas segitiga (ii) Limas segiempat
Jaring – jaring limas dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8. Jaring – jaring limas segi tiga dan limas segi empat
5) Tabung Bangun ruang tabung beserta bagian – bagiannya dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini:
Gambar 9. Tabung
Sifat-sifat tabung sebagai berikut: 1. Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah, yaitu sisi atas, sisi alas, dan selimut tabung. 2. Tidak mempunyai titik sudut. 3. Bidang atas dan bidang alas berbentuk lingkaran dengan ukuran sama. 4. Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut tabung. 5. Jarak bidang atas dan bidang alas disebut tinggi tabung (Y.D.Sumanto, Heny Kusumawati dan Nur Aksin, 2008:146).
6) Kerucut Bangun ruang tabung beserta bagian – bagiannya dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini:
Gambar 10. Kerucut Kerucut mempunyai dua sisi, yaitu sebuah sisi lengkung dan sebuah sisi datar (yang berbentuk daerah lingkaran). Kerucut mempunyai sebuah rusuk
lengkung (yang berupa lingkaran). Kerucut tidak mempunyai titik sudut. Alat peraga digunakan untuk menguatkan penguasaan konsep jaring-jaring kerucut. Kerucut adalah bentuk khusus dari limas dengan alas berbentuk lingkaran,karena semua sifat yang dimiliki limas dimiliki oleh kerucut misalnya memiliki satu alas dan satu titik sudut, tetapi tidak berlaku sebaliknya (Clara Ika Septi Budhayanti dkk, 2008:3.30). 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Milles dalam (Agus Suprijono, 2009:45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi guru dalam merancang aktivitas belajar mengajar. Macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung direct instruction, model pembelajaran berbasis masalah (discovery learning), dan model pembelajaran Kooperatif (cooperatif learning). Ada beberapa istilah untuk menyebut
pembelajaran
berbasis
sosial
yaitu
pembelajaran
Kooperatif
(cooperative learning) dan pembelajaran Kolaborasi. Nurhadi dalam Isjoni (2009 : 20) berpendapat bahwa pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar dan berkeja sama untuk mencapai pada pengalaman yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pengalaman tersebut muncul karena siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbeda-beda dalam satu kelompok atau kelompok lainnya. Di dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif, siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, hal ini akan membuat mereka bisa mengembangkan keterampilan
sosial sebagaimana yang terjadi di dunia nyata. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh saling mencerdaskan sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua siswa (Sugiyanto, 2008: 37 – 38). Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008:37). Model pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran dalam kelompok kecil (4 orang), murid-murid bekerjasama, membantu baik individu maupun kelompok untuk mencapai tugas yang dibebankan masing-masing maupun kelompok oleh Anita (http//uns.ac.id/anita/wp.2009). Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
salah
satu
bentuk
pembelajaran yang diyakini keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk kerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning Koes dalam Isjoni (2009: 20), belajar kooperatif adalah didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Menurut Siti Maesuri dalam Isjoni (2009 : 1) pada dasarnya model pembelajaran kooperatif adalah suatu proses sederhana tetapi berbeda dengan pembelajaran tradisional dan operasi kelas tradisional. Dalam suatu kelas Kooperatif, guru mengorganisasikan kurikulum sekitar tugas atau proyek siswa dalam kelompok kecil. Menurut Siti Maesuri dalam Isjoni (2009 : 3) model pembelajaran Kooperatif adalah anggota-anggota kelompok memahami bahwa mereka adalah bagian dari tim dan semua anggota tim bekerja untuk tujuan bersama. Anggota-anggota
kelompok
memahami
bahwa
kesuksesan
atau
kegagalan kelompok akan ditanggung oleh semua anggota. Oleh karena itu, setiap
anggota sedapat mungkin memberi konstribusi untuk tujuan kelompok.Semua sistem membicarakan dan mendiskusikan masalah satu sama lain guna mencapai tujuan kelompok.
b. Ciri – Ciri dan Unsur Model Pembelajaran Kooperatif Pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, sikap tolong – menolong dalam beberapa perilaku sosial. Latar belakang siswa yang berbeda – beda, maka guru dalam menyajikan pembelajaran tentunya harus memahami kepribadian anak tersebut. Ciri dari model pembelajaran Kooperatif adalah; (1) tiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman – teman sekelompoknya, (d) guru membantu dalam mengembangkan keterampilan interpesonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok yang sedang menyampaikan informasi (Isjoni, 2009: 27). Model pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh saling mencerdaskan, sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua siswa (Sugiyanto, 2008: 37 – 38). Ciri – ciri model pembelajaran Kooperatif menurut Anita Lie (2009 : 32) adalah: 1) Saling ketergantungan positif Ketergantungan positif merupakan suasanan yang diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketergantungan positif dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan untuk mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan untuk menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka 3) Akuntabilitas individu Kemampuan tiap individu untuk menguasai bahan untuk disumbangkan pada kelompoknya. 4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi.
Bennet dalam Isjoni (2009: 60) menyatakan ada lima usur dasar yang dapat membedakan model pembelajar Kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: (1) Positive interdependence; (2) Interaction face to face; (3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok; (4) Membutuhkan keleluasaan; dan (5) Meningkatkan keterampilan kerja sama dalam memecahkan masalah. Unsur-unsur model pembelajaran Kooperatif sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, Muslim Ibrahim dalam Eline B Jahnson (2009 : 56) menguraikan unsur-unsur model pembelajaran Kooperatif sebagai berikut: 1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. 2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok. 6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok Kooperatif. Menurut Agus Suprijono (2009:65), Model Pembelajaran Kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase. Fase tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Enam (6) fase model pembelajaran kooperatif FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar.
mempersiapkan peserta didik. Fase 2: Present information
Mempresentasikian
informasi
kepada
Menyajikan informasi
peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into
Memberika penjelasan kepada peserta
learning teams
didik tentang tata cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik ke
belajar
dan
membantu
kelompok
dalam tim – tim belajar
melakukan transisi yang efisien.
Fase 5: Test on the materials
Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi
mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok – kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
c
Fase 6: Provide recorganition
Mempersiapkan
cara
untuk
mengakui
Memberikan pengakuan atau
usaha dan presentasi individu maupun
penghargaan
kelompok.
Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Keberhasilan proses model pembelajaran ditentukan banyak faktor di
antaranya guru. Guru terkait erat dengan kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. Siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, berpikir kritis, serta hasil belajar yang lebih baik. Menurut Anita Lie (2009: 8) ada beberapa manfaat proses model pembelajaran Kooperatif antara lain : siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan siswa lain; siswa mempunyai banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan; partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat; dapat mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri), meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif; serta dapat meningkatkan prestasi siswa. Robert E. Slavin (2009 : 16-17) mengatakan bahwa tujuan model pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran dengan seting kolompok – kelompok kecil dengan memperhatikan
keragaman
anggota
kelompok
sebagai
wadah
siswa
bekerjasama
dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebaya, memberikan kepada peserta didik untuk belajar sesuai, baik dengan waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lainnya. d. Macam-macam Model Pembelajran Kooperatif a) TAI (Teams Assisted Individualization) TAI
(Teams
Asssisted
Individualization)
adalah
metode
pembelajaran kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai assisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok Robert E. Slavin(2009: 15). Dalam hal ini pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. b) STAD ( Student Team Achievment Division ) Student Team Achievment Division (STAD) merupakan strategi belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua
anggota
menguasai pelajaran
itu.
Setelah
melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian atau
kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota
dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk mendapatkan
penghargaan,
setiap
siswa
dalam
kelompok
harus
membantu kelompoknya. c) TGT ( Teams Games Tournament ) Pembelajaran Kooperatif model TGT membagi siswa dalam tim belajar yang beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku Slavin (2009:13). Dalam metode Teams Games Tournament (TGT), untuk menambah skor perolehan tim/kelompok setelah pelaksanaan kuis, antarkelompok dipertandingkan suatu permainan edukatif (Educative Games).
d) CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition ) Pada awalnya, model CIRC diterapkan dalam pembelajaran Bahasa. Dalam kelompok kecil, para siswa diberi suatu teks/bacaan (cerita atau novel), kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan terhadap isi cerita, atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru, Robert E. Slavin (2009:13). e) GI (Groups Investigation) Menurut Shaharan dalam Robert E. Slavin (2009: 24) Pembelajaraan GI dengan perencanaan pengaturan kelas yang umum, para siswa bekerjasama dalam kelompok kecil, perencanaan, dan proyek Kooperatif. Tiap kelompok memilih topik dari unit yang telah dipelajari kemudian topik tersebut menjadi tugas pribadi dan dipresentasikan dihadapan kelas. f) NHT (Number Heads Together) Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. g) Tehnik Mencari Pasangan (Make a Mach) Merupakan teknik yang dikembangkan Loma Curran (Isjoni, 2009:112). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasanan yang menyenangkan. h) JIGSAW Pemikiran dasar dari metode ini adalah kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa untuk berbagi dengan yang lain. mengajar serta diajar oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan.
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan – kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan – kawan. Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran Kooperatif dalam pembelajaran ini siswa ditempatkan ke dalam tim beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk mempelajari meteri pelajaran yang telah dipecah menjadi bagian-bagian untuk tiap anggota, Isjoni (2009: 29). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode pembelajaran Kooperatif. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan Bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan Anita Lie, (2009: 69) Pokok bahasan yang terdiri dari banyak sub dipastikan dapat menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, akan tetapi untuk pokok bahasan yang sedikit subtopiknya kurang cocok menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw, karena bisa terjebak pada fenomena “ free rider’ (penunggang
bebas)
atau
diffusion
of
responsibility
(menunggang
tanggungjawab), karena ada anggota kelompok yang terabaikan perannya. Sidharta dalam (http//www.artikel.us,2008). Menurut Anita Lie (2009: 69) model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran Kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Menurut Hisyam Zaini dalam Robert E. Slavin (2009:56) Jigsaw learning merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran Kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal ( Isjoni, 2009: 77) Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a) kelompok kecil, b) belajar bersama, dan c) pengalaman belajar. Esensi Cooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Eline B. Johnson (2009: 27) yang menyatakan bahwa: “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memberikan pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman bagi peserta didik sehingga siswa dapat memiliki kemampuan, baik kemampuan akademis (intelectual question) maupun kemampuan emosional (emotional question). Tujuan pembelajaran Jigsaw lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan (Robert E.Slavin, 2009:237). William Young, Roger Hadgraft dan Marianne Young (http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/Jigsaw/,2009) Jigsaw is a cooperative learning strategy that enables each student of a “home” group to specialize in one aspect of a learning unit. Students meet with members from other groups who are assigned the same aspect, and after mastering the material, return to the “home” group and teach the material to their group members. Artinya Jigsaw adalah strategi pembelajaran Kooperatif yang memungkinkan setiap siswa dari suatu kelompok untuk mengambil spesialisasi dalam satu aspek dari suatu unit belajar.siswa bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang ditugaskan aspek yang sama, dan setelah menguasai materi, kembali ke kelompok "rumah" dan mengajarkan materi kepada anggota kelompok mereka.
f. Langkah Pembelajaran Jigsaw Persiapan dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw 1) Pembentukan Kelompok Belajar Pada model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut: a) Kelompok Kooperatif Awal (Kelompok Asal). Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik. b) Kelompok Ahli Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal. 2) Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok Kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: a) Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok. c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. d) Dalam kelompok ahli ini tugas siswa adalah belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. g) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. h) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing
kelompok
menyampaikan
hasilnya
dan
guru
memberikan klarifilkasi.
g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran Kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain di antaranya: 1) Meningkatkan kemampuan siswa. 2) Mendorong siswa aktif dan saling menbantu untuk meningkatkan prestasi belajar. 3) Meningkatkan rasa percaya diri. 4) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. 5) Memperbaiki hubungan antarkelompok. Disamping keunggulan, model pembelajaran Kooperatif memiliki pula kelemahan yaitu: 1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. 2) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. 3) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka usaha dalam kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran Kooperatif di mana bukan guru yang aktif tetapi siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja
tim, keterampilan belajar Kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
B. Penelitian yang Relevan Muhamad Fathoni (2007:38-50) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Cooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari jenis Kelamin Siswa Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa kemampuan kognitif dan kemampuan afektif meningkat setelah menggunakan metode cooperatif learning tipe jigsaw. Hal tersebut dapat terbukti dari hasil perbandingan nilai rata-rata kemapuan afektif siswa pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memiliki nilai rata – rata 7,119 untuk anak siswa laki – laki dan nilai rata – rata7,426 untuk siswa perempuan, sedangkan nilai siswa yang sebelum menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
atau
dengan menggunakan
pembelajaran
yang
konvensional dengan nilai rata – rata sebesar 6,537 untuk siswa laki – laki dan nilai rata – rata untuk siswa 7,303 untuk siswa perempuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan cenderung memperoleh nilai kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan siswa laki – laki setelah menggunakan model pembelajaran cooperatif tipeJigsaw.
C. Kerangka Pemikiran Pada umumnya siswa SD mengalami kesulitan dalam memahami konsep suatu pelajaran, khususnya pelajaran Matematika. Siswa pada dasarnya hanya menghafal rumus yang diberikan oleh guru, namun tidak memahami konsep lebih dalam. Sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah jika permasalahan tersebut berbeda dengan contoh masalah yang disajikan oleh guru. Hal ini disebabkan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya
membuat siswa menghafal rumus tertentu tanpa dituntut untuk memahami konsepnya. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk memahami konsep dari materi yang dipelajari dalam satu kelompok. Dalam penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw siswa secara individu diberikan tanggung jawab untuk mengguasai suatu materi yang kemudian harus mampu menyampikan materi yang telah dipelajari kepada rekannya. Sehingga secara tidak langsung siswa harus memahami konsep agar dapat menyampikan konsep tersebut kepada rekan dalam kelompoknya. Pemahaman konsep pada siswa yang masih rendah bukan hanya disebabkan dari faktor internal siswa melainkan dari faktor ekternal yaitu dari guru, proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan setiap materi yang diajarkan. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa yang masih rendah khususnya pemahaman konsep bangun ruang. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus. Pada siklus I telah diterapkan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, hasil belajar siswa meningkat namun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 60. Kemudian dilanjutkan pada siklus II dengan menerapkan kodel pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan indikator yang berbeda. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan, hanya 2 siswa dari 22 siswa tidak mencapai KKM. Target penelitian ini adalah 85 % dari 22 siswa mencapai KKM. Karena telah melebihi batas target yang diharapkan maka penelitian dihentikan pada siklus II. Untuk melihat sejauh mana pemahaman konsep yang didapat siswa maka dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang telah mencapai KKM. Jika siswa mendapatkan nilai ≥ 60 maka siswa tersebut dianggap telah memahami konsep pelajaran yang telah dipelajari.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 11. di bawah ini: Kondisi Awal
Pembelajaran konvensional dengan ceramah
Dalam pembelajaran guru menggunakan Tindakan
model pembelajaran
Siswa: Pemahaman Konsep bangun ruang
Siklus I Siswa saling berkerja sama
Kooperatif tipe Jigsaw; membuat siswa saling asah, asih, dan asuh Kondisi Akhir
pemahaman konsep
Siklus II Siswa saling berkerja sama
bangun ruang dalam pembelajaran Matematika
Gambar 11. Skema Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai beriku: “Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”.
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar, dengan alasan : a. SD Negeri 02 Karangsari di wilayah kecamatan Jatiyoso yang belum pernah dijadikan tempat penelitian. b. Hasil penelitian nanti diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran Matematika. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010 dimulai bulan Desember 2009 sampai bulan Mei Tahun 2010. (Jadwal kegiatan pada lampiran 23 halaman 191).
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalah siswa – siswi kelas V SDN 02 Karangsasi Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Di kelas V secara umum penguasaan kosep bangun ruang pada pembelajaran Matematika masih sangat kurang. Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar terdiri dari 22 siswa, 14 siswa perempuan dan 8 siswa laki – laki. Dengan latar belakang siswa yang berbeda – beda dari segi intelegensi, sikap, lingkungan sosial, dan ekonomi.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Karena data yang akan diperoleh/dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut IGAK Wardani
dan Kuswaya Wihardit, 2007:2.31), Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action reseach yang dilakukan di kelas.
2. Strategi Penelitian Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu kelas. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 2) Membuat lembar observasi 3) Membuat alat evaluasi. b. Tindakan Melaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat. c. Pengamatan Melaksanakan observasi tehadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. d. Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis sehingga dapat diketahui seberapa jauh tindakan tersebut membawa perubahan atau dapat diketahui dimana perubahan tersebut terjadi.
D. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan Guru kelas V. 2. Arsip nilai ulangan harian dan tes akhir semester. 3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan objektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data maka diperlukan teknik wawancara. Teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi langung antara elevator dengan sumber data, Dimyati dan Mudjiono (2009: 229). Wawancara ini untuk menggali kemampuan dasar siswa pada pelajaran Matematika. Wawancara yang digunakan bersifat terbuka. Wawancara ialah alat penilaian untuk menilai hasil dan proses hasil belajar, melalui wawancara dapat kontak langsung sehingga bisa mengungkap jawaban secara lebih bebas dan mendalam (Nana Sudjana, 1995:68). Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak struktur. Wawancara tidak terstruktur, tidak dibutuhkan pedoman wawancara yang detail tetapi semacam rencana untuk menanyakan pendapat atau komentar responden tentang suatu topik sesuai tujuan pewawancara. (M. Toha Anggoro dkk, 2007:5.17). Wawancara dilakukan pada siswa dan guru kelas V SDN 02 Karangsari. (Lembar wawancara terdapat pada lampiran 20 halaman 173 dan lampiran 21 halaman 175). 2. Observasi Observasi dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara kurang merefleksikan informasi
yang diinginkan. Format observasi
hendaknya menuntut sedikit mungkin pencatat dari pengamat. Ada lima jenis
format informasi (1) Daftar riwayat kelakuan (anecdotal records), (2) catatan berkala, (3) check list, (4) rating scale, dan (5) format observasi yang standar (M. Toha Anggoro dkk, 2007:5.19 – 5.21). Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan observasi berperan atau partisipatif agar hasilnya subjektif. Observasi dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari kecamatan Jatiyoso kabupaten Karanganyar untuk mengetahui situasi dan perkembangan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika dengan metode pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Melalui kegiatan observasi dapat diketahui kekurangan dan kelebihan proses belajar mengajar yang telah berlangsung, sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya, (Nana Sudjana, 1995: 65). Dalam observasi yang diamati adalah aktifitas guru dan siswa kelas V SDN 02 Karangsari dalam proses
pembelajaran.
(Lembar
observasi
terdapat
pada
lampiran
14,15,16,17,18 dan 19 pada halaman 161 sampai halaman 172). 3. Metode Tes Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan – pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk perbuatan (Nana Sudjana, 1995: 35). Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu, berwujud pernyataan atau tugas yang diselesaikan oleh siswa, sehingga akan diketahui kuantitas dan kualitas sesuatu setelah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Metode tes merupaskan instrumen untuk mendapatkan data pemahaman konsep bangun ruang. Tes yang dalam penelitian ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi tentang materi bangun ruang yang berbentuk 10 tes objektif dan 5 tes subjektif. (Lampiran 8 pada halaman 147 dan lampiran 9 halaman 152).
F. Validitas Data Untuk informasi yang dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau kurikulum. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis
rasional
atau
lewat
professional
judgement,
Taslan
dalam
(http://digilib.unes.ac.id.2005). Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Teknik yang digunakan dalam memeriksa validitas data, peneliti lakukan dengan triangulasi. Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
validitas
data
dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu (Patton dalam St.Y.Slamet dan Suwarto, 2007:54). Macam-macam teknik trianggulasi yang digunakan peneliti : 1. Triangulasi data sumber yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda yaitu dari kepala sekolah, guru kelas, dan siswa. Data tentang informasi tentang aktifitas pembelajaran yang dilakukan. 2. Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Di sini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode penggumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemampuan informasinya. Yaitu melalui observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Misalnya untuk mengetahui rendahnya pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Matematika dan faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal – hal sebagai berikut: (1) Mengajar siswa dengan model konvensional, kemudian
menganalisis hasil belajar siswa untuk mengidentifikasi pemahaman konsep yang diterima siswa; (2) Melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan – hambatan siswa dalam mengikut proses pembelajaran Matematika serta dibandingkan dengan kegiatan observasi yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
G. Analisi Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan model interaktif Miles & Huberman. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007 : 10 ). Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Reduksi Data Reduksi data meruakan suatu bentuk analisis yang meminjamkan,
menggolongkan,
mengarahkan
membuang
yang
tidak
perlu
dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan – kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2.
Penyajian data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersususn yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian – penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara bagia penganalisian yang valid.
Untuk menampilkan data – data
tersebut agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya. 3. Kesimpulan atau verifikasi Data – data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah terakhir adalah kesimpulan – kesimpulan : penarikan/ verifikasi. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tenetang benar tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan
dapat diuji
kebenarannya,
kekokohannya
dan kecocokannya
yaitu
yang merupakan
validitasnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dengan model interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.
Bagan Siklus Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
Milles dan Hebberman (1984: 20-21).
Gambar 12. Bagan Siklus Model Analisis Interaktif Langkah-langkah analisis : 1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat dikumpulkan. 2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut. 3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kelas. 4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus. 5. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian. 6. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau patokan dalam menentuan keberhasilan/ keefektifan penelitian. Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari melalui penggunaaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber pada silabus KTSP Matematika kelas V dan KKM (kriteria ketuntasan minimal) 60. Penelitian ini akan diakhiri setelah 85% siswa telah mendapatkan nilai 60 ke atas. Sesuai perhitungan paling sedikit 19 siswa dari 22 siswa kelas V harus mengalami peningkatan mendapatkan nilai 60 ke atas. Jika batas KKM telah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan penelitian dikatakan telah memenuhi target yang telah ditetapkan peneliti.
I. Prosedur Penelitian Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Merencanakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang akan diterapkan dalam pembelajaran b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran d. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa. 2. Tahap pelaksanaan Tindakan a. Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw. b.
Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw. Siswa dibagi dalam kelompok yang disebut kelompok asal.
Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana / tugas yang sama dalam satu kelompok, disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok asal. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Yaitu menyampaikan materi yang menjadi bagianya secara lisan kepada rekan
satu
kelompoknya. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. c. 3.
Guru memantau perkembangan pemahaman konsep bangun ruang.
Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
4. Tahap Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan. Apabila hasil evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa sasaran telah tercapai maka penelitian dihentikan, namun bila sasaran pada siklus ini belum tercapai maka perlu diadakan siklus berikutnya.
Siklus II 1. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I baik yang berkaiatan dengan guru dan siswa maka diadakan perencanaan ulang yang meliputi: a. Identifikasi masalah Masalah pokok yang dihadapi dan dikaji dari hasil refleksi siklus I. b. Rencana tindakan Tindakan yang direncanakan adalah pembelajaran menggunakan bantuan media/ alat peraga dalam pembelajaran. Serta pembiasan mengerjakan soal – soal berkaitan dengan sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring bangun ruang. 2. Tindakan a. Guru melakukan semua tindakan sebagaimana pada siklus I. b. Guru menyuruh siswa menggunakan media/ alat peraga bangun ruang serta melaksanakan pembiasan mengerjakan soal – soal pada siklus II untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep tentang sifat – sifat dan jaring – jaring bangun ruang. c. Guru mengevalusasi hasil pekerjaan siswa. 3. Observasi Observasi melakukan semua langkah observasi sebagaimana siklus I. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). 4. Refleksi Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus II sebagaimana langkah yang telah dilakukan pada siklus I, selanjutnya peneliti melakukan refleksi. Refleksi pada siklus II merupakan renungan terakhir. Kegiatan ini untuk mengukur kompetensi dasar pokok bahasan Matematika. Dengan demikian pembelajaran pembiasan mengerjakan soal – soal tentang sifat – sifat dan jaring – jaring bangun ruang diharapkan
meningkatkan pemahaman konsep pada siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut :
Rencana
Refleksi
Siklus
Observasi
Rencana II
Tindakan
Refeksi
Observasi
Renana III
SiklusII
Tindakan
Rekomendasi
Gambar 13. Bagan Siklus Pelaksanakan Tindakan Model Kemmis dan MC Targgart dalam Muhamad Fathoni, (2007:42).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Karangsari Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. SDN 02 Karangsari berada di daerah pedesaan, tepatnya di bagian utara Kabupaten Karanganyar yang sudah masuk daerah pegunungan. Jumlah kelas yang dimiliki tahun 2009/2010 adalah sebanyak 6 kelas. Personalia sekolah dari I Kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru olah raga, 1 penjaga sekolah, dan 3 guru wiyata bakti. Dengan jumlah guru yang memadai seperti tersebut diatas proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses belajar mengajar tersebut, seharusnya siswa – siswa di SDN 02 Karangsari dapat tercapai prestasi belajar dengan baik pada seluruh mata pelajaran. Mata pelajaran Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Keadaan ini juga terjadi pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari khususnya pada materi bangun ruang. Banyak siswa yang mengalami kesulitan walaupun sudah diupayakan penyampaian materi dengan beberapa metode dan media yang menarik. Masih banyak sekali siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah 60. Hal ini yang menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu melalui siklus berulang, bertahap, berkelanjutan yang direncanakan dan melalui dua siklus. Pada siklus I siswa dibagi dalam beberapa kelompok (kelompok asal), anggota kelompok asal memahami materi yang berbeda, kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama bergabung menbentuk kelompok ahli. Kelompok ahli mendiskusikan materi yang diperoleh, setelah itu kembali ke kelompok asal dan menyampaikan materi kepada temannya. Pada siklus II kegiatan pembelajaran tidak jauh beda pada siklus I. Siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok. Pada siklus II dalam mengacak siswa untuk dibentuk kelompok, guru memperhatikan hasil pada siklus I. Siswa yang terlalu aktif akan
dipindahkan ke kelompok yang anggotanya kurang aktif sehingga akan terjadi transfer ilmu dari siswa yang lebih paham ke siswa yang kurang paham. Berdasarkan hasil observasi guru sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada lampiran15 halaman 163. Sebelum Tindakan, pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tentang bangun ruang adalah sebagai berikut: Pendahuluan 1. Siswa masuk kelas tepat waktu 2. Siswa sudah cukup baik menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran 3. Siswa cukup baik menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru. Kegiatan Inti 1. Siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran Matematika. 2. Siswa kurang aktif memperhatikan penjelasan guru. 3. Siswa melakukan kerjasama yang baik dengan temannya 4. Siswa cukup baik menganalisis perintah yang diberikan oleh guru. 5. Siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok dengan baik. 6. Siswa cukup baik terlibat dalam pembelajaran Matematika. 7. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru. 8. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat. Penutup 1. Siswa kurang dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran. 2. Siswa cukup baik menunjukkan kepuasan dalam pembelajaran Matematika. Rata – rata observasi dati aktivitas siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2 (cukup). Sedangkan berdasarkan lembar observasi aktivitas guru pada lampiran15 halaman 163 sebelum tindakan adalah sebagai berikut: Kegiatan awal pembelajaran 1. Guru telah baik dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru cukup baik dalam memberikan motivasi kepada siswa.
3. Guru kurang dalam menyampaikan tujuan. 4. Guru sudah baik dalam melakukan apersepsi Kegiatan inti pembelajaran 1. Guru cukup baik menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami 2. Guru sudah baik memberikan kesempatan untuk bertanya 3. Guru sudah baik mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi 4. Guru cukup baik membimbing siswa dalam kegiatan kelompok Kegiatan akhir pembelajaran 1. Guru sudah baik memberikan tes akhir 2. Guru cukup baik membantu siswa mengkonsepkan materi 3. Guru kurang dalam memberikan balikan pada siswa 4. Guru kurang dalam menyimpulkan pembelajaran. Rata – rata observasi dati aktivitas guru sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2,1 (cukup). Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan sebelum tindakan dari tes tentang bangun ruang yaitu dari 22 siswa hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai di atas batas kriteria ketuntasan belajar (KKM). Sedangkan yang lainnya di bawah KKM. Fakta hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian pemahaman konsep yang dikuasai siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar perlu ditingkatkan. Adapun nilai siswa disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Data Sebelum Tindakan
No
Nilai Siswa
Frekuensi
Persentase
1
30
1
4,55%
2
35
1
4,55%
3
40
3
13,64%
4
45
1
4,55%
5
50
5
22,73%
6
55
2
9,09%
7
60
5
22,73%
8
65
0
0%
9
70
2
9,09%
10
75
1
4,55%
11
80
1
4,55%
Jumlah
1180
22
Rata - rata
53,63
TUNTAS
9
40,91%
TIDAK TUNTAS
13
59,09%
Berdasarkan nilai pada tabel 2 dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar memiliki rata – rata kelas 53,63. Sejumlah 22 siswa hanya 9 siswa atau 40,91% yang memperoleh nilai di atas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 13 siswa atau 59,09% memperoleh nilai di bawah KKM atau mendapatkan nilai 60 ke bawah. Untuk lebih lengkapnya, lembar daftar nilai siswa yang diperoleh sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 158.
Frekuensi data nilai siswa sebelum dilaksankan tindakan dapat dilihat pada tabel 3. Di bawah ini. Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Sebelum Tindakan
NO
Nilai Interval
Nilai Tengan Interval
Frekuensi
Persentase
1
21 – 30
25,5
1
4,55%
2
31 – 40
35,5
4
18,18%
3
41 – 50
45,5
6
27,27%
4
51 – 60
55,5
6
27,27%
5
61 – 70
65,5
3
13,64%
6
71 – 80
75,5
2
9,09%
22
100%
Jumlah
Tabel 3 Jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan seperti pada gambar 14 di bawah ini: 7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 25,5
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
Nilai
Gambar 14. Grafik Frekuensi Data Nilai Sebelum Diadakan Tindakan
Tabel 4. Hasil Sebelum Tindakan
Keterangan
Sebelum Tindakan
Nilai terendah
30
Nilai tertinggi
80
Rata – rata nilai
53,63
Siswa belajar tuntas
40,91 %
Berdasarkan Tabel 4 hasil Sebelum Tindakan dapat digambarkan pada gambar 15 di bawah ini: 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata – rata nilai
Gambar 15. Grafik Hasil Nilai Sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari Sebelum Tindakan siswa diperoleh nilai rata – rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 53,63 di mana hasil tersebut masih di bawah rata – rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 60 ke atas. Sedangkan besar Persentase siswa tuntas pada materi bangun ruang sebesar 40,91 % saja sebanyak 9 siswa, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 85% pada. Dari hasil analisis Sebelum Tindakan tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada materi pokok bangun ruang.
Dari hasil Sebelum Tindakan pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa penguasaan materi bangun ruang pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum paham pada beberapa indikator belajar pada materi pokok bangun ruang. Untuk mengupayakan penyelesaian dari permasalahan – permasalahan maka peneliti berusaha untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep Matematika siswa khususnya pada materi pokok bangun ruang. Yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw.
B. Deskripsi Data Tindakan Deskripsi pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari Deskripsi tindakan siklus I dan Deskripsi tindakan siklus II. 1. Deskripsi Tindakan Siklus I Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak terhadap observasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kondisi awal. Pada tahap perencanaan peneliti membuat suatu perencanaan untuk mengkondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran Matematika tentang bangun ruang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Langkah – langkah perencanaan persiapan guru adalah sebagai berikut: Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu 8 Maret 2010 diruang guru SDN 02 Karangsari. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas V mengenai segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini. Serta menetapkan batas ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 85%. Kemudian disepakati bahwa tindakan pada siklus pertama akan
dilaksanakan dalam 3 x pertemuan,tiap 1 x pertemuan menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan siklus I belangsung pada tanggal 17 Maret 2010, 22 Maret 2010, dan 24 Maret 2010. Dengan berpedoman pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Kelas V (lampiran 1 halaman 91) , peneliti melakukan langkah – langkah perencanaan pembelajaran materi bangun ruang dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Standar Kompetensi : -
Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kompetensi Dasar : - Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. - Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator : 1. Menganalisis sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 3. Menggambar bangun
ruang kubus, balok, dan prisma tegak, limas,
tabung, dan kerucut beserta keterangannya. 4. Menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 5. Membuat jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. Rencana Tindakan : 1. Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas V yang akan melaksanakan pembelajaran (penelitian kolaboratif) supaya hasil yang pembelajaran yang dapat maksimal. Rencana tersebut akan dilaksanakan selama 3 x pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan. 2. Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Peneliti mempersiapkan lembar kerja siswa, lembar diskusi kelompok serta soal – soal yang akan digunakan dalam latihan. 4. Peneliti mempersiapkan lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. 5. Peneliti mempersiapkan lembar penilaian yang akan dipergunakan.
b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang akan ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw selama 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama Pada pertemuan ke-1 yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2010. Peneliti melakukan pembelajaran dengan menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 2 pada halaman 90) menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang. Langkah – langkah siklus I adalah sebagai berikut : Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kegiatan awal dalam pembelajaran, guru menunjukkan gambar macam – macam bangun ruang. Kemudian siswa disuruh menyebutkan nama – nama bangun ruang secara satu - persatu. Setelah itu kegiatan pembelajaran selanjutnya: a) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok,
Siswa dibagi dalam
kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa. b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang berbeda, yaitu siswa 1, mendapatkan materi sifat – sifat kubus; siswa 2 mendapatkan materi sifat - sifat balok, dan siswa 3 mendapatkan materi sifat – sifat prisma tegak.
c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. d) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya kelompok ahli kubus, maka harus mempelajari sifat – sifat kubus dan seterusnya. e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit. f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. g) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli dengan media gambar bangun ruang yang disediakan. Siswa menyampaikan materi yang berupa sifat – sifat kepada rekan kelompoknya dengan menunjukkan gambar
bangun
ruang
sebagai
media
untuk
mempermudah
menjelaskan kepada rekan kelompoknya. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit. h) Masing – masing kelompok mengerjakan lembar kerja, berupa menggambar bangun ruang serta memberikan keterangan yang berupa sisi, titik sudut, dan rusuk. i) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing
kelompok
menyampaikan
hasilnya.
Guru
menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). j) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
2) Pertemuan kedua Pada tahap ini dilaksanakan tanggal 22 Maret 2010, dilakukan tindakan kelas terhadap 22 siswa. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 3 halaman 102) untuk pembelajaran memahami sifat – sifat bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari kemaren. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: 1) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok,
Siswa dibagi dalam
kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa. 2) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang berbeda, yaitu , yaitu siswa 1, mendapatkan materi sifat – sifat limas; siswa 2 mendapatkan materi sifat - sifat tabung, dan siswa 3 mendapatkan materi sifat – sifat kerucut. 3) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. 4) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya kelompokm ahli limas, maka harus mempelajari sifat – sifat limas dan seterusnya. 5) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Siswa menyampaikan materi yang berupa sifat – sifat kepada rekan kelompoknya dengan menunjukkan gambar bangun ruang sebagai
media untuk mempermudah menjelaskan kepada rekan kelompoknya. Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit. 6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. 7) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli dengan media gambar yang disediakan. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit. 8) Masing – masing kelompok mengerjakan lembar kerja, berupa menggambar bangun ruang serta memberikan keterangan yang berupa sisi, titik sudut, dan rusuk. 9) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing
kelompok
menyampaikan
hasilnya.
Guru
menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). 10) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
3) Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga materi pembelajaran Matematika yang diajarkan adalah tentang jaring – jaring bangun ruang. Pembelajaran dilaksanakan tanggal 24 Maret 2010. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 4 halaman 111) untuk pembelajaran pemahaman konsep jaring – jaring bangun ruang. Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran, guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari kemaren. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: 1) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok, Siswa dibagi dalam kelompok
kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa. 2) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang berbeda, yaitu siswa 1, mendapatkan materi jaring – jaring kubus; siswa 2 mendapatkan materi jaring – jaring balok, dan siswa 3 mendapatkan materi jaring – jaring prisma tegak. 3) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. 4) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya ahli jaring – jaring kubus maka kelompok tersebut harus mempelajari macam jaring – jaring yang dapat dibentuk bangun ruang kubus dengan cara menggambarnya. 5) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit. 6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. 7) Pada kelompok ahli, guru telah menyediakan kardus bekas sabun mandi, pasta gigi, kotak kapur. Siswa diminta menggunting kardus tersebut sehingga membentuk sebuah jaring – jaring, kemudian mengambarnya. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya dari kelompok ahli yang berupa menyampaikan macam jaring – jaring dari bangun ruang yang dipelajari. 8) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa
dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). 9) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
c. Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V. Dalam mengadakan pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk mengetahuai keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil observasi siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 165 adalah sebagai berikut: Pendahuluan 1. Siswa masuk kelas tepat waktu 2. Siswa sudah baik menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran 3. Siswa kurang baik menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru. Kegiatan Inti 1. Siswa sudah baik dalam mengikuti pembelajaran Matematika. 2. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. 3. Siswa melakukan kerjasama yang cukup baik dengan temannya 4. Siswa sudah baik menganalisis perintah yang diberikan oleh guru. 5. Siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok dengan baik. 6. Siswa cukup baik terlibat dalam pembelajaran Matematika. 7. Siswa cukup baik menjawab pertanyaan guru. 8. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat cukup baik. Penutup 1. Siswa kurang dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran.
2. Siswa
cukup
baik
menunjukkan
kepuasan
dalam
pembelajaran
Matematika. Rata – rata observasi dati aktivitas siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2,3 (cukup). Berdasarkan hasil observasi siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 167 adalah sebagai berikut: Kegiatan awal pembelajaran 1. Guru sudah baik dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru sudah baik dalam memberikan motivasi kepada siswa. 3. Guru cukup baik dalam menyampaikan tujuan. 4. Guru sudah baik dalam melakukan apersepsi Kegiatan inti pembelajaran 1. Guru sudah baik menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami 2. Guru sudah baik memberikan kesempatan untuk bertanya 3. Guru cukup baik mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi 4. Guru cukup baik membimbing siswa dalam kegiatan kelompok Kegiatan akhir pembelajaran 1. Guru sudah baik memberikan tes akhir 2. Guru cukup baik membantu siswa mengkonsepkan materi 3. Guru kurang dalam memberikan balikan pada siswa 4. Guru sudah baik dalam menyimpulkan pembelajaran. Rata – rata observasi dati aktivitas guru sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2,7 (baik).
d. Analisis dan Refleksi Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa masih ada 5 siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian pada sikus I belum menunjukkan keberhasilan suatu proses pembelajaran sehingga peneliti
merencanakan lagi untuk siklus berikutnya. Daftar nilai siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 158 dan lampiran 12 halaman 159. Dari data yang diperoleh pada siklus I dapat dibuat tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 5. Frekusnsi Data Nilai Tes Siklus I
NO
Nilai Interval
Nilai Tengah Interval
Frekuenasi
Persentase
1
41 – 50
45,5
2
9,09 %
2
51 – 60
55,5
6
22,73 %
3
61 – 70
65,5
7
31,82 %
4
71 – 80
75,5
4
18,18 %
5
81 – 90
85,5
3
13,64 %
22
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I hasil belajar maka dapat digambarkan pada gambar grafik 16 di bawah ini. 8 7
Frrekuensi
6 5 4 3 2 1 0 45,5
55,5
65,5
75,5
Nilai
Gambar 16. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I
85,5
Tabel 6. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I Keterangan
Sebelum Tindakan
Tes Siklus I
Nilai terendah
30
50
Nilai Tertinggi
80
90
Rata – rata nilai
53,63
67,27
40,91 %
77,27 %
Siswa belajar tuntas
Berdasarkan tabel nilai perbandingan Sebelum Tindakan dan tes siklus I dapat digambarkan dalam grafik 6 sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50
Nilai terendah
40
Nilai tertinggi
30
Rata - rata
20 10 0 Sebelum Tindakan
Siklus I
Gambar 17. Grafik Perbanding Nilai Sebelum Tindakan dan Tes Siklus I
2. Tindakan siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari siklus pertama. Karena pada siklus I belum memenuhi target yang dikehendaki peneliti, yaitu target yang diharapkan peneliti sebesar 85% siswa mencapai KKM, sedangkan pada siklus I Persentase siswa yang mencapai KKM hanya 77,27% . Dari hasil siklus I tersebut maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Siklus II berlangsung mulai tanggal 26 Maret 2010. Sedangkan pelaksanaan terdiri dari 3 kali pertemuan. Pada siklus II ini, penggunaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep Matematika dilihat dari hasil belajar yang dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan pada siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep Matematika dalam materi pokok bangun ruang yang belum cukup signifikan. Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2010 diruang guru SDN 02 Karangsari. Peneliti dan guru kelas V berdiskusi menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Pelaksanakan tindakan siklus II dilakukan 3 x pertemuan, setiap kali pertemuan mendapatkan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pertemuan pertama pada pelaksanaan tindakan siklus II dimulai tanggal 29 Maret 2010, 30 Maret 2010, dan 1 April 2010. Untuk peningkatan pemahaman konsep Matematika, maka merencanakan hal – hal berikut: 1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran sesuaai dengan silabus KTSP Kelas V (lampiran 1 halaman 91). 2) Lebih mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran melalui penggunaan media yang lebih optimal dan tugas. Adapun tugas yang diberikan yaitu agar siswa mampu memahami konsep bangun ruang. 3) Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran terutama untuk siswa yang kurang aktif dalam siklus I. Adapun indiaktor yang dibuat sebagai dasar penyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Membandingkan sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 2) Membuat rusuk bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan menggunakan lidi dan karet gelang.
3) Menggambar bangun kubus, balok, dan prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya. 4) Menggambar macam jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 5) Membuat jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas untuk dirangkai menjadi bangun ruang.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada tanggal peneliti mengulangi materi pembelajaran dengan menggunakan model pembalajaran Kooperatif tipe Jigsaw Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang akan ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan model pembelajaran Kooperetif tipe Jigsaw selama 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama Pada pertemuan ke-1 yang dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2010. Peneliti menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 5 halaman 120) dengan melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang. Langkah – langkah siklus I adalah sebagai berikut : Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kegiatan awal dalam pembelajaran, guru menunjukkan gambar macam – macam bangun ruang ruang. Kemudian siswa disuruh menyebutkan nama – nama bangun ruang secara satu - persatu. Setelah itu kegiatan pembelajaran selanjutnya: a) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok, Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa. b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang
berbeda, yaitu siswa 1, mendapatkan materi sifat – sifat kubus; siswa 2 mendapatkan materi sifat – sifat balok, dan siswa 3 mendapatkan materi sifat – sifat prisma tegak. c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. d) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya kelompok ahli kubus, maka harus mempelajari sifat – sifat kubus. e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit. f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. g) Pada kelompok asal peserta didik ditugaskan membuat rusuk bangun ruang dengan menggunakan lidi dan karet gelang. Selama membuat rusuk bangun ruang, siswa yang mendapatkan materi yang sesuai menjelaskan tenyang sifat – sifat bangun ruang. Setelah selesai membuat rusuk
dari
bangun
ruang,
secara
bergantian
siswa
kembali
menyampaikan materi kepada rekan kelompoknya. h) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). i) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
2) Pertemuan kedua Pada tahap ini dilaksankan tanggal 30 Maret 2010, dilakukan tindakan kelas terhadap 22 siswa. Peneliti kembali menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 6 halaman 130) dalam pembelajari memahami sifat – sifat bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari kemaren. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: a)
Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa.
b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang berbeda, yaitu siswa 1, mendapatkan materi sifat – sifat limas; siswa 2 mendapatkan materi sifat – sifat tabung, dan siswa 3 mendapatkan materi sifat – sifat limas. c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. d) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya kelompokm ahli limas, maka harus mempelajari tentang sifat – sifat limas dan kubus, agar dapat mengetahui perbedaanya. e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit.
f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. g) Secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi berupa membandingkan sifat – sifat bangun ruang (kubus, balok, dan prisma tegak) dengan sifat – sifat bangun ruang (limas, kerucut, dan tabung) yang telah didikusikan di kelompok ahli dengan bantuan benda berbentuk bangun ruang tersebut. h) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). i) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
3) Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga materi pembelajaran Matematika yang diajarkan adalah tentang jaring – jaring bangun ruang. Dilaksankan tanggal 1 April 2010. Sebagai perencanaan tindakan, peneliti menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 7 halaman 140). Sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran guru memimpin doa, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah dipelajari kemaren. Kegiatan pembelajaran selanjutnya: a) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok, Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3 siswa, sedangkan kelompok yang terakhir beranggotakan 4 siswa. b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masingmasing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang berbeda, yaitu siswa 1, mendapatkan materi jaring – jaring limas; siswa
2 mendapatkan materi jaring – jaring tabung, dan siswa 3 mendapatkan materi jaring – jaring limas. c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. d) Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya ahli jaring – jaring kubus maka kelompok tersebut harus mempelajari macam jaring – jaring yang dapat dibentuk bangun ruang kubus dengan cara membuat polanya pada selembar kertas HVS. e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit. f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal. g) Pada kelompok asal, siswa membuat jaring – jaring bangun ruang menggunakan kertas karton dengan melihat salah satu pola untuk dirangkai menjadi bangun ruang. Hal tersebut menunjukkan apakah pola jaring – jaring yang telah dibuat dapat membentuk bangun ruang yang dikehendaki. h) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama temannya tadi. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (10 menit). i) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan.
c. Observasi Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap siswa. Pengamatan tersebut dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mengetahui aktivitas siswa dan melihat sejauh mana pemahaman konsep yang telah mereka pahami. Berdasarkan hasil observasi siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 169, adalah sebagai berikut: Pendahuluan 1. Siswa masuk kelas tepat waktu 2. Siswa sudah baik menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran 3. Siswa sudah baik menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru. Kegiatan Inti 1. Siswa sudah baik dalam mengikuti pembelajaran Matematika. 2. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. 3. Siswa melakukan kerjasama yang cukup baik dengan temannya 4. Siswa cukup baik menganalisis perintah yang diberikan oleh guru. 5. Siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok dengan baik. 6. Siswa sudah baik terlibat dalam pembelajaran Matematika. 7. Siswa sudah baik menjawab pertanyaan guru. 8. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat baik. Penutup 1. Siswa cukup dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran. 2. Siswa
sudah
baik
menunjukkan
kepuasan
dalam
pembelajaran
Matematika. Rata – rata observasi dati aktivitas siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2,8 (baik).
Sedangkan berdasarkan hasil observasi guru pada tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 169, adalah sebagai berikut: Kegiatan awal pembelajaran 1. Guru sudah baik dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru sudah baik dalam memberikan motivasi kepada siswa. 3. Guru cukup baik dalam menyampaikan tujuan. 4. Guru sudah baik dalam melakukan apersepsi Kegiatan inti pembelajaran 1. Guru sudah baik menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami 2. Guru sudah baik memberikan kesempatan untuk bertanya 3. Guru sudah baik mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi 4. Guru sudah baik membimbing siswa dalam kegiatan kelompok Kegiatan akhir pembelajaran 1. Guru sudah baik memberikan tes akhir 2. Guru sudah baik membantu siswa mengkonsepkan materi 3. Guru sudah baik dalam memberikan balikan pada siswa 4. Guru cukup baik dalam menyimpulkan pembelajaran. Rata – rata observasi dati aktivitas guru sebelum dilaksanakan tindakan adalah 2,8 (baik).
d. Analisis dan Refleksi Dari hasil analisis dan refleksi hasil pembelajaran pada siklus II peneliti menyimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika, dengan menggunakan model Kooperatif tipe Jigsaw. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari jumlah siswa yang mencapai KKM sejumlah 17 siswa atau sebesar 77,27% menjadi 20 siswa atau sebesar 90,91%, (hasil nilai siklus II dapat dilihap pada lampiran 11 halaman 156 dan lampiran 12 halaman 157). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa meningkat dan penelitian
dihentikan sampai siklus II karena telah mencapau target KKM sebesar 85%. Adapun hasil belajar Matematika pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II
NO
Nilai Interval
Nilai Tenggah Interval
Frekuensi
Persentase
1
51 - 60
55,5
3
13, 64 %
2
61 - 70
65,5
4
18,18 %
3
71 - 80
75,5
7
31,82 %
4
81 - 90
85,5
4
18,18 %
5
91 - 100
95,5
4
18,18 %
22
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel 7 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II maka dapat digambarkan pada gambar 18. 8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 55,5
65,5
75,5
85,5
Nilai
Gambar 17. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II
95,5
Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Nilai Terendah
50
55
Nilai Tertinggi
90
100
Rata – rata Nilai
67,27
79,32
Siswa Belajar Tuntas
77,27 %
90,91 %
Berdasarkan tabel 8 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II maka dapat digambarkan pada gambar 18 di bawah ini: 120 100 80 Nilai terendah
60
Nilai tertinggi Rata-rata nilai
40 20 0 Tes Siklus I
Tes Siklus II
Gambar 18. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II
Dari data nilai yang diperoleh mulai pelaksanaan Sebelum Tindakan, Tes siklus I, dan Tes siklus II dapat dibuat tabel perbandingan dan dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Tabel 9. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan, Tes Akhir Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Tes Sebelum Tindakan
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Nilai Terendah
30
50
55
Nilai Tertinggi
80
90
100
Rata – rata Nilai
53,63
67,27
79,32
Siswa Belajar Tuntas
40,91 %
77,27 %
90,91%
Berdasarkan tabel 9 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II maka dapat digambarkan pada gambar 20 di bawah ini: 120 100 80 Nilai terendah
60
Nilai tertinggi 40
Rata-rata nilai
20 0 Tes Sebelum Tindakan
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Gambar 29. Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Tes Siklus I, dan Nilai Tes Siklus II
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SDN 02 Karangsari, baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. 1. Perkembangan Pemahaman Konsep dari Hasil Belajar Kognitif Siswa Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari didapat deskipsi data sebagai berikut : a. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Sebelum Tindakan Analisis dan hasil evaluasi dari Sebelum Tindakan sebelum dilakukan tindakan diperoleh rata – rata nilai siswa 53,63, hasil nilai siswa masih dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan oleh Guru dan Kepala Sekolah yaitu 60. Sedangkan besarnya Persentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 40,91 % (9 siswa) dan yang lainya atau sebesar 59,09 % belum mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan. Hasil tersebut belum dapat memenuhi target yang ingin dicapai yaitu siswa kelas V dapat mencapai ketuntasan sebesar 85%. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.
b. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Siklus I Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa menerima materi bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan mengacu pada: Standar Kompetensi : -
Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kompetensi Dasar : - Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
- Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator : 1) Menganalisis sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 2) Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 3) Menggambar bangun kubus, balok, dan prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya. 4) Menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak. 5) Membuat jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak. Proses pembelajaram disampaikan dengan strategi dan terencana, dimulai dari kegaitan awal, inti, dan penutup. Kegiatan inti terfokus meningkatkan pemahaman konsep siswa dan keaktifan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, diskusi, tugas individual yang diakhiri dengan evaluasi. Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep siswa yang dilihat dari nilai tes siklus I tabel 2, dapat disimpulkan besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat Sebelum Tindakan sebesar 30 dan pada siklus I menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikkan dari 80 naik menjadi 90 dan nilai rata – rata kelas yang pada Sebelum Tindakan sebesar 53,63 naik pada siklus I menjadi 67,27 nilai tersebut sudah menjadi rata – rata minimum batas ketuntasan siswa yaitu 60. Sedangkan Persentase hasil tes siswa yang belajar tuntas pada siklus I sebesar 77, 27%, naik 36,36% dari Sebelum Tindakan.
c. Data nilai Matematika Siswa Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar pada Siklus II Siklus
II
merupakan
lanjutan
dari siklus
sebelumnya
untuk
memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Materi pembelajaran yang
disampaikan adalah tentang bangun ruang dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan indikator: 1) Membandingkan sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 2) Membuat rusuk bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan menggunakan lidi dan karet gelang. 3) Menggambar bangun kubus, balok, dan prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya. 4) Menggambar macam jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 5) Membuat jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas untuk dirangkai menjadi bangun ruang. Dari hasil analisa data peningkatan pemahaman konsep siswa dari hasil Sebelum Tindakan. Siklus I, dan tes siklus II dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan adalah 30, pada tes siklus I adalah 50 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 55. 2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan sebesar 80 pada siklus I 90, kemudian menjadi 100 pada tes siklus II. 3) Nilai rata – rata kelas juga meningkat yaitu pada Sebelum Tindakan sebesar 53,63; tes siklus I 67,27; dan pada siklus II 79,32. 4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan minimum di atas 60) pada Sebelum Tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27% sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II menjadi 90,91% sebanyak 20 siswa.
2.
Perkembangan Pemahaman Konsep dari Hasil Belajar Afektif Data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut: a.
Suasana kelas tertib dan teratur sehingga kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berjalan dengan baik.
b.
Pada umumnya siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan teman kelompoknya tetapi ada beberapa siswa yang masih belum memperhatikan dengan sungguh – sungguh.
c.
Siswa aktif selama pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa sudah dapat berkomunikasi dengan baik dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari dalam kelompok untuk disampaikan secara bergantian.
d.
Siswa masih belum berani bertanya walaupun mereka belum jelas mengenai pembelajaran yang dilakukan. Data observasi pada siklus II diperoleh data hasil belajar afektif siswa
sebagai berikut: a. Siswa dapat melaksanakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan baik. b. Minat dan motivasi siswa semakin meningkat. c. Kemauan menyampaikan materi secara bergantian kepada rekan kelompoknya meningkat dan terjalin komunikasi yang semakin baik. d. Sudah banyak siswa yang berani mengajukan petanyaan dan pendapat.
3.
Perkembangan Pemahaman Konsep Dari Hasil Belajar Psikomotorik Data observasi pada siklus I dan siklus II diperoleh data peningkatan hasil belajar psikomotor siswa sebagai berikut: a. Menyiapkan alat pembelajaran dengan lengka. b. Membentuk kelompok belajar dengan tertib. c. Siswa saling berkomunikasi dengan baik. d. Mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik.
4.
Hasil Observasi Bagi Guru Selama Pelaksanaan Penelitian Dari data observasi dalam siklus I selama 3 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a. Guru membuka pelajaran dengan baik, guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa termotivasi unuk belajar. b. Guru memberikan penjelasan dengan jelas tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. d. Guru sudah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan baik. e. Guru mampu merangsang siswa untuk aktif menyampaikan materi pelajaran yang telah didapat tiap siswa untuk disampaikan secara bergantian dalam kelompok barunya. f. Guru kurang aktif untuk mengecek kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Dari data observasi dalam siklus II selama 3 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut: a. Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dan media dengan baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang. Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasanan yang menyenangkan dan menegur siswa yang kurang tanggung jawab dalam menyampaikan materi kepada rekannya. b. Guru sudah memberikan penguatan berupa pujian dan membimbing pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Guru telah memberikan bimbingan pada individu siswa dan pada kelompok yang mengalami kesulitan pada saat melakukan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (menyampaikan materi secara bergantian). Persentase hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa berinteraksi dengan temannya, saling bertukar pengalaman, berinteraksi dengan guru, mampu menjelaskan alat peraga yang telah disediakan, mampu menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan evaluasi dengan baik. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasanan kelaspun semakin hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya pemahaman konsep siswa dilihat dari hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN 02 Karangsari meningkat. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus II. Karena penelitian telah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 85% dari 22 siswa kelas V mencapai KKM sebesar ≥ 60.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan secara optimal, dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada nilai sebelum tindakan sebesar 53,63; siklus I 67,27; dan siklus II 79,32. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada nilai sebelum tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27 % sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II 90,91% sebanyak 20 siswa. Maka penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian yaitu 85% siswa mencapai nilai KKM. 2. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan proses pembelajaran yang berlangsung. Peningkatan ini dapat dilihat dari observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat keaktifan siswa dan cara guru mengajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Dalam proses pembelajaran Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan secara optimal, masih ditemukan beberapa hambatan – hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan – hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw adalah (1) siswa belum dapat berkomunikasikan dengan baik (malu) menyampaikan materi secara bergantian, (2) kurangnya tanggung jawab siswa untuk menyampaikan materi kepada orang lain. Cara mengatasi kendala
yang
ditemukan
selama
proses
pembelajaran
Matematika
menggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatan
pemahaman konsep bangun ruang maka guru harus terampil dalam menerapkan model pembelajaran Koopratif tipe Jigsaw diantaranya : (1) memahami latar belakang siswa tentang pemahaman konsep yang mereka miliki, (2) merancang pengajaran dengan membentuk kelompok atas dasar memperhatikan latar belakang prestasi siswa, (3) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa agar dapat menyampaikan materi yang telah dipelajari kepada kelompok secara bergantian, (4) melakukan pengacakan siswa untuk dibentuk kelompok yang baru agar siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (5) melakukan penilaian terhadap pemahaman konsep siswa.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Matematika materi pokok bangun ruang pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar, berdasarkan hasil tersebut maka dapat dibuat implikasi sebagai berikut ini: 1. Penggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian yang dilaksanakan di SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar dapat memotivasi guru dalam mencari mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam proses pembelajaran harus diperhatikan hal – hal yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai motivasi untuk berfikir dan memusakan perhatian, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar. Motivasi tersebut dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan – latihan/ kebiasaan – kebiasaan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat memberi hasil yang baik dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu, model
pembelajaran ini perlu diterapkan dan dikembangkan, khususnya pada pokok bahasan yang sesuai. Hasil penelitian yang dilakukan pada kelas V SDN 02 Karangari Jatiyoso Karanganyar menunjukkan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan. 2. Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran Adapun aktifitas siswa yang dapat dilihat atau diobservasi selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dalam pelajaran Matematika adalah, siswa menjadi lebih aktif yaitu siswa tidak malu menyampaikan jawaban didepan kelas, tidak malu untuk bertanya, siswa selalu berebut maju dengan mengangkat tangannya, siswa dapat berkomunikasi dengan teman-teman dalam pembelajaran yaitu mereka akan secara sadar bergabung dengan kelompoknya tanpa banyak membuang waktu, siswa juga lebih kritis dalam menerima materi, mereka dituntut untuk mengkonsepkan materi pelajaran yang mereka terima.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka saran – saran yang dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Sekolah
disarankan
menyediakan
fasilitas
pembelajaran
yang
dipergunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 2. Bagi Guru a. Guru tidak hanya mengunakan model pembelajaran konvensional tetapi dapat menggunakan pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan kebutuhan siswa. b. Guru disarankan menggunakan media yang variatif dalam pembelajaran Matematika. c. Untuk meningkatkan keaktifan dan keefektivan pembelajaran diharapkan mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
d. Untuk meningkatkan rasa tanggungjawab, saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan hasil belajar Matematika serta meningkatkan komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan penelitian, disarankan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. 3. Bagi Siswa a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. b. Peserta didik yang sudah lancar dalam menyampiakan materi secara bergantian mendengarkan pendapat teman kelompoknya.
Lampiran 1
Silabus Matematika
Standar Kompetensi
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun
Kompetensi Dasar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
Indikator
1. Menganalisis sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut. 2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak limas, tabung, dan kerucut. 3. Membandingkan sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak limas, tabung, dan kerucut. 4. Menggambar bangun ruang kubus, balok,prisma tegak limas, tabung, dan kerucut tegak beserta keterangannya. 5. Menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas . 6. Membandingkan jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 7. Membuat jaring - jaring kubus, balok , prisma tegak, dan limas.
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Pertemuan 1 Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. KOMPETENSI DASAR 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. INDIKATOR 1. Menganalisis sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak. 2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak. 3. Menggambar bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak beserta keterangannya.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menunjukkan sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan tepat. 2. Melalui kegitan berdiskusi siswa dapat menjelaskan sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan tepat. 3. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menggambar bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak beserta keterangannya dengan tepat. 4. Melalui kegitan tanya jawab siswa dapat menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan tepat.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Ruang 1. Kubus Kubus adalah prisma siku-siku khusus. Semua sisinya berupa persegi atau bujur sangkar yang sama. Sisinya = 6 buah, rusuknya = 12 buah, titik sudutnya = 8 buah
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH. Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, sisi EFGH sisi ABFE, sisi DCGH sisi ADHE, sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk A, rusuk BC , rusuk AE rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF rusuk HG, rusuk EH, rusuk CG rusuk DC, rusuk A, rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama. Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A , Titik sudut E Titik sudut B , Titik sudut F Titik sudut C , Titik sudut G Titik sudut D, Titik sudut H Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus. 2. Balok
Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: ada 6 sisi pada bangun ruang balok. Sisi ABCD, sisi EFGH, Sisi BCFG, sisi ADHE, Sisi ABFE, sisi EFGH.
Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: ada 12 rusuk pada bangun ruang balok Rusuk AB, rusuk EF, rusuk HG, rusuk DC, Rusuk BC , rusuk FG , rusuk EH, rusuk AD, Rusuk AE, rusuk BF, rusuk CG, rusuk DH.
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut E Titik sudut B, Titik sudut F Titik sudut C, Titik sudut G Titik sudut D, Titik sudut H
3. Prisma Tegak Prisma tegak adalah bangun ruang yang bagian atas dan bagian bawah sama. a. Prisma Tegak Segiempat Sisinya = 6 buah, rusuknya = 12 buah, titik sudut= 8 buah b. Prisma Tegak Segitiga Sisi = 5 buah = 2 segitiga, dan 3 persegi panjang, rusuk = 9 buah, titik sudut= 6 buah . IV.
LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
siswa untuk memimpin doa.
memimpin doa. b.Presensi
b.Guru mengadakan presensi. c. Guru mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada
c.Siswa mempersiapkan diri mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari guru tentang benda-benda di
siswa ”Sebutkan benda-
sekitarnya dan bentuk dari benda-
benda yang ada di
benda itu.
sekitarmu!” “Bagaimanakah
bentuk
dari benda-benda itu?”
2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
a.Guru memberikan materi
a.Siswa menerima materi tentang sifat- menit
tentang sifat-sifat kubus,
sifat kubus, balok, dan prisma tegak
balok, dan prisma tegak
dari guru.
beserta media gambar
5
bangun ruang untuk memperjelas materi. b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok
b.Siswa membentuk kelompok heterogen.
heterogen. c.Guru membagi bahan
c.Siswa ahli menerima bagian
materi kepada siswa (siswa
bahan/materi yang akan
ahli).
didiskusikan.Bagian pertama bahan kepada siswa yang pertama yaitu sifat – sifat kubus, bagian kedua pada siswa kedua yaitu tentang sifat – sifat balok, dan bagian ketiga yaitu 10 menit sifat – sifat prisma tegak (siswa ahli).
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian
d.Siswa mempelajari bagian materi yang didapatnya.
masing-masing. e.Guru meminta siswa-siswa
e.Siswa-siswa yang mendapat bagian
yang mendapat bagian yang
materi yang sama berkumpul dan
sama untuk berkumpul
mendiskusikan materinya yang akan
mendiskusikan materi
disampaikan pada kelompok asal.
10 menit
bagiannya. f.Guru menyuruh pakar atau
f.Siswa ahli/pakar kembali ke
ahli kembali ke kelompok
kelompok asal untuk menjelaskan
asal dan menjelaskan
materi yang didiskusikannya dalam
materi yang didapatnnya
kelompok ahli dengan menggunakan
dalam kelompok ahli
media gambar bangun ruang.
10 menit
sambil diskusi. g.Guru membimbing siswa
g.Siswa mendemonstrasikan hasil
dalam mempresentasikan
diskusi kelompoknya di depan rekan
hasil diskusi kelompoknya,
kelompoknya dengan bimbingan
10 menit
agar guru dapat
guru. Siswa berdiskusi sambil
menyamakan persepsi pada
mengerjakan lembar kerja yang
materi sifat-sifat bangun
dikerjakan secara berkelompok.
ruang yang telah
Yaitu mengambar bangun ruang
didiskusikan.
serta menjelaskan materi kepada
5 menit
rekan kelompoknya secara bergantian. h.Guru memberikan evaluasi pada siswa. i.Guru memberikan kesimpulan tentang materi
h.Siswa mengerjakan evaliasi tentang materi yang telah didiskusikan. i.Siswa menyimpulkan materi bersama guru dan melakukan refleksi.
yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. 3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan
a.Siswa memperhatikan penjelasan
menit
penguatan materi tentang
guru.
sifat-sifat kubus, balok, dan prisma tegak. b.Guru meminta hasil kerja siswa secara kelompok
b.Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah (PR). d.Guru menutup pelajaran
c.Siswa mencatat PR yang diberikan oleh guru. d.Siswa memberi salam pada guru.
dengan salam.
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
5 menit
d. Demonstrasi e.
Penugasan.
2. Media Media gambar bangun ruang 3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008. VI.
EVALIASI PEMBELAJARAN 1. Prosedur tes : Tes proses dan akhir 2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes : Subjektif 4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (terlampir).
Karangsari, 17 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Siklus I Pertemuan 1
Lembar Kerja Siswa Kerjakan Soal berikut ini. 1. Gambarlah bangun ruang balok beserta keteranganya dan tentukan pula sisi, titik sudut, dan rusuknya. 2. Gambarlah bangun ruang prisma tegas segi tiga beserta keteranganya dan tentukan pula sisi, titik sudut, dan rusuknya.
Soal Evaluasi Perhatikan gambar di bawah ini!
1. Berapa jumlah titik sudut kubus? 2. Manakah yang termasuk titik sudut dari kubus? 3. Ada berapa jumlah rusuk tegak dari kubus? 4. Manakah yang termasuk rusuk kubus? 5. Manakah yang termasuk sisi tegak kubus?
Kunci jawaban lembar kerja siswa 1. Balok
Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, sisi EFGH, sisi ABFE, sisi DCGH, sisi ADHE, sisi BCGF
Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: rusuk AB, rusuk BC, rusuk AE, rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF, rusuk HG, rusuk EH, rusuk CG, rusuk DC, rusuk AD, rusuk DH
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut B, Titik sudut C, Titik sudut D, Titik sudut E, Titik sudut F, Titik sudut G, Titik sudut H
2. Prisma tegak segi tiga
Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, sisi ACDF, sisi BCEF, sisi ABC, sisi DEF
Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB, rusuk BC, rusuk AC, rusuk AD, rusuk BE, rusuk DE, rusuk DF, rusuk EF, rusuk CF
Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut B, Titik sudut C, Titik sudut D, Titik sudut E Titik sudut F
Kunci jawaban soal evaluasi 1. 6 2. Titik sudut A, Titik sudut B, Titik sudut C, Titik sudut D, Titik sudut E Titik sudut F, Titik sudut G, Titik sudut H 3. 4 4. rusuk AB, rusuk BC, rusuk AE, rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF rusuk HG, rusuk EH, rusuk CG, rusuk DC, rusuk AD, rusuk DH 5. sisi ADEH, sisi ABEF, sisi DCHG, sisi BCGF
Kriteria Penilaian soal evalusi Nilai Tes Akhir Benar x 20 = 100
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Pertemuan 2
Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. KOMPETENSI DASAR 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. INDIKATOR 1. Menunjukkan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut 2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut. 3. Menggambar bangun ruang limas, tabung, dan kerucut tegak beserta keterangannya.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menunjukkan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut dengan tepat. 2. Melalui kegitan berdiskusi siswa dapat menjelaskan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut dengan tepat. 3. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menggambar bangun ruang limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya dengan tepat. 4. Melalui kegitan tanya jawab siswa dapat menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan tepat.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Ruang 1. Limas a. Limas Segiempat Sisi = 5 buah, rusuk = 8 buah, titik sudut = 5 buah b. Prisma Segitiga Sisi = 4 buah, rusuk = 6 buah, titik sudut = 4 buah 2. Kerucut
Sisi kerucut ada 2, yaitu lingkaran (bawah), dan bidang melengkung yang disebut selimut. Rusuk kerucut ada 1.
3. Tabung
Sisi atas
Tabung adalah bangun ruang yang bagian atas dan bagian bawahnya berbentuk lingkaran yang sama. Tabung mempunyai 3 sisi, yaitu sisi bawah, sisi atas dan bidang yang melengkung (selimut), serta 2 rusuk.
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
siswa untuk memimpin
memimpin doa.
doa. b.Guru mengadakan
b.Presensi
presensi. c. Guru mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada
c.Siswa mempersiapkan diri mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari guru
siswa ”Sebutkan benda-
tentang benda-benda di sekitarnya dan
benda yang ada di
bentuk dari benda-benda itu.
sekitarmu!” “Bagaimanakah bentuk
dari benda-benda itu?”
2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
5
a.Guru memberikan materi
a.Siswa menerima materi tentang sifat-
menit
tentang sifat-sifat
sifat limas, tabung, dan kerucut dari
limas,kerucut, dan tabung.
guru. Beserta model bangun ruang untuk memperjelas materi.
b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok
b.Siswa membentuk kelompok heterogen.
heterogen. c. Guru membagi bagian
c.Siswa ahli menerima bagian
pertama bahan kepada
bahan/materi yang akan didiskusikan
siswa (siswa ahli).
atas bimbingan guru, yang pertama yaitu sifat – sifat limas, bagian kedua pada siswa kedua yaitu tentang sifat – sifat tabung, dan bagian ketiga yaitu sifat – sifat kerucut
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian
d.Siswa mempelajari bagian materi yang
10 menit
didapatnya.
masing-masing. e.Guru meminta siswa-
e.Siswa-siswa yang mendapat bagian
siswa yang mendapat
materi yang sama berkumpul dan
bagian yang sama untuk
mendiskusikan materinya.
berkumpul mendiskusikan
10 menit
materi bagiannya yang akan disampaikan pada kelompok asal. f.Guru menyuruh pakar atau
f.Siswa ahli/pakar kembali ke kelompok
ahli kembali ke kelompok
asal untuk menjelaskan materi yang
asal dan menjelaskan
didiskusikannya dalam kelompok ahli
materi yang didapatnnya
kepada rekan kelompoknya dengan
10 menit
dalam kelompok ahli
bantuan media gambar bangun ruang.
sambil diskusi. g.Guru membimbing siswa
g.Siswa mendemonstrasikan hasil diskusi
dalam mempresentasikan
kepada rekan kelompoknya dengan
hasil diskusi
bimbingan guru. 10 menit
kelompoknya, agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi sifatsifat bangun ruang yang telah didiskusikan. h. Guru mengawasi jalannya h. Siswa mendemonstrasikan hasil diskusi
diskusi kelompoknya di depan rekan kelompoknya dengan bimbingan guru. Siswa berdiskusi sambil mengerjakan
5 menit
lembar kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Yaitu mengambar bangun ruang serta menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya secara bergantian. i.Guru memberikan evaluasi
i. Siswa mengerjakan evaluasi
pada siswa. j.Guru memberikan
j.Siswa menyimpulkan materi bersama
kesimpulan tentang materi
guru dan melakukan refleksi.
yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. 3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan
a.Siswa memperhatikan penjelasan guru.
menit
penguatan materi tentang sifat-sifat limas, tabung, dan kerucut b.Guru meminta hasil kerja
b.Siswa mengumpulkan hasil
siswa secara kelompok maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah (PR).
pekerjaannya. c.Siswa mencatat PR yang diberikan oleh guru. d.Siswa memberi salam pada guru.
d.Guru menutup pelajaran dengan salam.
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c.
Kooperatif tipe Jigsaw
d.
Penugasan.
2. Media Model – model bangun ruang 3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008.
5 menit
VI. EVALIASI PEMBELAJARAN 1. Prosedur tes
: Tes proses, dan akhir
2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes
: Subjektif
4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (terlampir).
Karangsari, 22 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Siklus I Pertemuan 2
Lembar Kerja siswa No
Nama Bangun Ruang
1
Tabung
2
Limas segi empat
3
Kerucut
Sifat - sifatnya
Soal evalusi Kerjakan dengan benar! 1. T.ABCD berupa limas segi empat beraturan. a. Berapa banyak sisi limas T.ABCD? b. Sebutkan sisi-sisi tersebut. c. Sebutkan rusuk-rusuk yang membentuk limas T.ABCD. d. Sebutkan rusuk-rusuk yang sejajar AB 2. Gambar di samping merupakan bangun limas segitiga
beraturan T.ABC. a. Sebutkan rusuk-rusuk tegaknya. b. Sebutkan sisi-sisi tegaknya. c. Berbentuk apakah sisi tegaknya? d. Di titik mana rusuk-rusuk tegaknya berpotongan? e. Sebutkan rusuk-rusuk yang sama panjang dengan AT?
Kunci jawaban Lembar kerja siswa No
Nama Bangun Ruang
Sifat - sifatnya
1
Tabung
2
Limas segi empat
3
Kerucut
Mempunyai tiga sisi, yaitu sisi alas, sisi atas, dan selimut Sisi alas dan sisi atas berbentuk lingkara dengan ukuran sama dan sejajar Sisi-sisi tegak berbentuk segitiga Rusuk-rusuk tegak bertemu di satu titik Mempunyai 5 titik sudut Sisi alas berbentuk segi emapt Sisi alas berbentuk lingkaran Selimutnya mengerucut ke atas Mempunyai 1 titik sudut
Lembar evaluasi 1. a. 5 b. Sisi ABCD, sisi ABT, sisi BCT, sisi ADT, sisi CDT c. Rusuk AB,BC,CD,AD,AT,BT,CT, dan DT d. Rusuk CD 2. a. Rusuk AT, BT, dan CT b. Sisi ABT, CBT, dan ACT c. Segi tiga d. Titik T e. Rusuk BT dan rusuk CT
Kriteria Penilaian Nilai tes akhir Benar x 10 = 100
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEBELAJARAN SIKLUS I Pertemuan 3
Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.
KOMPETENSI DASAR 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. INDIKATOR 1. Menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 2. Membuat jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menggambar jaring - jaring kubus, balok, dan prisma tegak dengan benar. 2. Melalui kegiatan demonstrasi siswa dapat menggambar jaring - jaring kubus, balok, dan prisma tegak dengan benar. 3. Melalui kegitan tanya jawab siswa dapat menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan tepat.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Sebuah kotak mempunyai rusuk. Rusuk-rusuk itu juga merupakan jaring-jaring. Jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan terbentuk jaringjaring. Jaring – jaring kubus:
Jaring – jaring balok
Jaring – jaring prisma segi tiga:
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
siswa untuk memimpin doa. b.Guru mengadakan presensi. c. Guru mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada siswa ”Kardus tempar kapur itu berbentuk apa?” “Bagaimanakah jika kardus kapur itu dibuat jaring – jaring?”
memimpin doa. b.Presensi c.Siswa mempersiapkan diri mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari guru.
2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
5
a.Guru memberikan materi
a.Siswa menerima materi tentang
menit
tentang jaring – jaring
jaring – jaring kubus,balok, dan
kubus,balok, dan prisma
prisma tegak dari guru.
tegak beserta model bangun ruang untuk memperjelas materi. b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok
b.Siswa membentuk kelompok heterogen.
heterogen. c.Guru membagi bagian
c.Siswa ahli menerima bagian
pertama bahan kepada
bahan/materi yang akan
siswa (siswa ahli).
didiskusikan atas bimbingan guru.
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian
d.Siswa mempelajari bagian materi yang didapatnya.
masing-masing. e.Guru meminta siswa-siswa
e.Siswa-siswa yang mendapat bagian
yang mendapat bagian yang
materi yang sama berkumpul dan
sama untuk berkumpul
mendiskusikan materi bagiannya
mendiskusikan materi.
yang akan disampaikan pada
10 menit
kelompok asal. f.Guru menyuruh pakar atau
f.Siswa ahli/pakar kembali ke
ahli kembali ke kelompok
kelompok asal untuk menjelaskan
asal dan menjelaskan
materi yang didiskusikannya dalam
materi yang didapatnnya
kelompok ahli.
10 menit
dalam kelompok ahli sambil diskusi. g.Guru membimbing siswa
g.Siswa mendemonstrasikan hasil
dalam mempresentasikan
diskusi kepada kelompoknya dengan
hasil diskusi kepada
bimbingan guru. Siswa
10
kelompoknya
menggunting kardus-kardus bekass
menit
yang telah disediakan guru untuk dibentuk jaring-jaring. Kemudian menggambar berbagai macam jaring – jaring yang telah mereka temukan dari menggunting kardus tersebut. h. Guru menyuruh siswa
h. Siswa bersama kelompok asal
membuat jaring – jaring
membuat salah satu macam jaring –
bangun ruang dari karton
jaring bangun ruang dari karton 10 menit
bersama dengan kelompok asalnya. i. Guru memberikan evaluasi pada siswa. j. Guru memberikan
i. Siswa mengerjakan tes tentang materi yang telah didiskusikan. j. Siswa menyimpulkan materi
kesimpulan tentang materi
bersama guru dan melakukan
yang telah didiskusikan dan
refleksi.
5 menit
melakukan refleksi.
3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan
a.Siswa memperhatikan penjelasan
menit
penguatan materi tentang
guru.
jaring – jaring kubus, balok, dan prisma tegak. b.Guru meminta hasil kerja siswa secara kelompok
b.Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah (PR). d.Guru menutup pelajaran dengan salam.
c.Siswa mencatat PR yang diberikan oleh guru. d.Siswa memberi salam pada guru.
5 menit
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode a. Ceramah b. Tanyaa jawab c. Kooperatif tipe Jigsaw d. Demonstrasi e. Penugasan
2. Media a. Model – model bangun ruang b. Gambar jaring – jaring bangun ruang
3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008.
VI. EVALUASI 1. Prosedur tes
: Tes proses dan akhir
2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes
: Subjektif
4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (terlampir).
Karangsari, 23 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Siklus I Pertemuan 3
Lembar Kerja siswa Gambarlah 3 macam jaring – jaring dari bangun ruang: 1. Kubus 2. Balok
Soal Evaluasi Tes Siklus I
Kunci Jawaban lembar kerja siswa NO 1
2
3
Jaring – jaring Kubus
Jaring – jaring balok
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Pertemuan 1
Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. KOMPETENSI DASAR 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. INDIKATOR 1.
Membuat rusuk bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan menggunakan lidi dan karet gelang.
2.
Membandingkan sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut.
3.
Menggambar bangun kubus, balok, dan prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat membuat rusuk bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan menggunakan lidi dan karet gelangdengan baik. 2. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menganalisis sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut dengan tepat.
3. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menggambar bangun kubus, balok, dan prisma tegak, limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya dengan tepat. 4. Melalui kegiatan tanya jawab siswa dapat siswa dapat menbandingkan sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan tepat.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Ruang 1. Kubus Kubus adalah prisma siku-siku khusus. Semua sisinya berupa persegi atau bujur sangkar yang sama. Sisinya = 6 buah, rusuknya = 12 buah, titik sudutnya = 8 buah
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH. Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, sisi EFGH sisi ABFE, sisi DCGH sisi ADHE, sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB, rusuk BC, rusuk AE, rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF, rusuk HG, rusuk EH, rusuk CG, rusuk DC, rusuk AD, rusuk DH. Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H. Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus. 2. Balok
Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: ada 6 sisi pada bangun ruang balok. Sisi ABCD, sisi EFGH, Sisi BCFG, sisi ADHE, Sisi ABFE, sisi EFGH.
Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: ada 12 rusuk pada bangun ruang balok Rusuk AB, rusuk EF, rusuk HG, rusuk DC, Rusuk BC, rusuk FG, rusuk EH, rusuk AD,
Rusuk AE, rusuk BF , rusuk CG, rusuk DH.
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H. 3. Prisma Tegak Prisma tegak adalah bangun ruang yang bagian atas dan bagian bawa sama. a. Prisma Tegak Segiempat Sisinya = 6 buah, rusuknya = 12 buah, titik sudut= 8 buah b. Prisma Tegak Segitiga
Rusuk prisma
Sisi = 5 buah = 2 segitiga, dan 3 persegi panjang, rusuk = 9 buah, titik sudut= 6 buah. Prisma tegas segi tiga.
IV.
LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
siswa untuk memimpin doa.
memimpin doa.
b.Guru mengadakan
b.Presensi
presensi. c. Guru mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada
c.Siswa mempersiapkan diri mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari
siswa “tunjukkan,
guru, menunjukkan mana yang
manakah yang termasuk
termasuk titik sudut.
titik sudut !” (guru menunjukkan kotak kapur). 2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
5
a.Guru memberikan materi
a. Siswa menerima materi tentang sifat-
menit
sifat kubus,balok, dan prisma tegak beserta media gambar bangun ruang untuk memperjelas materi.
b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok
b.Siswa membentuk kelompok heterogen.
heterogen. c.Guru membagi materi (siswa ahli).
c.Siswa ahli menerima bagian bahan/materi yang akan didiskusikan atas bimbingan guru, yang pertama yaitu sifat – sifat kubus, bagian kedua pada siswa kedua yaitu tentang sifat – sifat balok, dan bagian ketiga yaitu sifat – sifat prisma tegak
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian
d.Siswa mempelajari bagian materi yang didapatnya.
masing-masing. e.Guru meminta siswasiswa yang mendapat
e.Siswa-siswa yang mendapat bagian materi yang sama berkumpul dan
10 menit
bagian yang sama untuk
mendiskusikan materinya.
berkumpul mendiskusikan materi bagiannya yang akan disampaikan pada kelompok asal. f.Guru menyuruh pakar atau
f.Siswa ahli/pakar kembali ke kelompok
ahli kembali ke kelompok
asal untuk menjelaskan materi yang
asal dan menjelaskan
didiskusikannya dalam kelompok
materi yang didapatnnya
ahli.
10 menit
dalam kelompok ahli sambil diskusi. g.Siswa mendemonstrasikan hasil g.Guru membimbing siswa
diskusi kelompoknya di depan rekan
dalam mempresentasikan
kelompoknya dengan bimbingan
hasil diskusi
guru. Siswa diminta agar mampu
kelompoknya, agar guru
menunjukkan sifat – sifat bangun
dapat menyamakan
ruang, menjelaskannya,membedakan
persepsi pada materi sifat-
sifat – sifat bangun ruang, dan mampu
sifat bangun ruang yang
menggambarnya berserta
telah didiskusikan.
keterangannya. h. Siswa membuat rusuk bangun ruang
h. Guru mengawasi jalannya diskusi.
dengan menggunakan lidi dan karet
10 menit
10 menit
gelang.
i.Siswa mengerjakan evaluasi tentang i.Guru memberikan evaluasi pada siswa. j.Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi.
materi yang telah didiskusikan. j.Siswa menyimpulkan materi bersama guru dan melakukan refleksi.
5 menit
3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan
a.Siswa memperhatikan penjelasan
menit
penguatan materi tentang
guru.
sifat-sifat kubus, balok, dan prisma tegak. b.Guru meminta hasil kerja siswa secara kelompok
b.Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah (PR). d.Guru menutup pelajaran
c.Siswa mencatat PR yang diberikan
5 menit
oleh guru. d.Siswa memberi salam pada guru.
dengan salam.
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw d. Demonstrasi e.
Penugasan.
2. Media Media gambar bangun ruang 3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008.
VI.
EVALIASI PEMBELAJARAN 1. Prosedur tes : Tes proses, dan akhir 2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes : Subjektif 4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria penilaian (terlampir)
Karangsari, 29 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Siklus II Pertemuan 1
Lembar Kerja siswa Buatlah rusuk dari bangun ruang balok, kubus, dan prisma tegak bersama teman 1 kelompok!
Soal Evaluasi 1. Banyak rusuk pada kubus ada..... buah 2. Banyak rusuk pada tabung ada..... buah 3. Banyaknya titik sudut pada limas segiemapt ada ........ buah 4. Sisi pada balok berbentuk........ 5. Banyak rusuk pada kerucut ada ........ buah 6. Banyaknya titik sudut pada prisma tegak segitiga ada...... 7. Sisi pada limas segitiga berbentuk........ 8. Ada berapa jumalah sisi kerucut yang berbentuk lingkaran..... 9. Ada berapa jumlah titik sudut tabung..... 10. Ada berapa jumlah sisi prisma segitiga yang berbentuk segitiga......
Kunci Jawaban Soal Evalusasi 1. 6 buah 2. 2 buah 3. 5 buah 4. Persegi dan persegi panjang 5. 1 buah 6. 3 buah 7. Segitiga 8. 1 buah 9. Tidak ada 10. 2 buah
Kriteria Penilaian Nilai Akhir Benar x 10 = 100
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Pertemuan 2 Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. KOMPETENSI DASAR 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. INDIKATOR 1. Menunjukkan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut. 2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut. 3. Membandingkan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut. 4. Menggambar bangun ruang limas, tabung, dan kerucut tegak beserta keterangannya.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat Menunjukkan sifat – sifat bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak dengan tepat. 2. Melalui kegitan berdiskusi siswa dapat menjelaskan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut dengan tepat. 3. Melalui kegiatan tanya jawab siswa dapat siswa dapat menbandingkan sifat – sifat bangun ruang limas, tabung, dan kerucut dengan tepat. 4. Melalui kegitan demonstrasi siswa dapat menggambar bangun ruang limas, tabung, dan kerucut beserta keterangannya dengan tepat.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Ruang 1. Limas a. Limas Segiempat Sisi = 5 buah, rusuk = 8 buah, titik sudut = 5 buah b. Prisma Segitiga Sisi = 4 buah, rusuk = 6 buah, titik sudut = 4 buah 2. Kerucut
Sisi kerucut ada 2, yaitu lingkaran (bawah), dan bidang melengkung yang disebut selimut. Rusuk kerucut ada 1.
3. Tabung
Sisi atas
Tabung adalah bangun ruang yang bagian atas dan bagian bawahnya berbentuk lingkaran yang sama. Tabung mempunyai 3 sisi, yaitu sisi bawah, sisi atas dan bidang yang melengkung (selimut), serta 2 rusuk.
IV.
LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
siswa untuk memimpin doa.
memimpin doa.
b.Guru mengadakan presensi.
b.Presensi
c. Guru mempersiapkan alat
c.Siswa mempersiapkan diri
peraga yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada siswa
mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari
”Sebutkan benda-benda yang
guru tentang benda-benda di
ada di sekitarmu!”
sekitarnya dan bentuk dari benda-
“Bagaimanakah
bentuk
dari benda-benda itu?”
benda itu.
2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
5
a.Guru memberikan materi
a.Siswa menerima materi tentang
menit
tentang sifat-sifat
sifat-sifat limas, tabung, dan
limas,kerucut, dan tabung .
kerucut dari guru beserta model bangun ruang untuk memperjelas materi.
b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok heterogen. c. Guru membagi bagian
b.Siswa membentuk kelompok heterogen. c.Siswa ahli menerima bagian bahan/materi yang akan
pertama bahan kepada siswa
didiskusikan atas bimbingan guru
(siswa ahli).
yang pertama yaitu sifat – sifat limas, bagian kedua pada siswa kedua yaitu tentang sifat – sifat tabung, dan bagian ketiga yaitu sifat – sifat kerucut .
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian masing-
d.Siswa mempelajari bagian materi
10 menit
yang didapatnya.
masing. e.Guru meminta siswa-siswa
e.Siswa-siswa yang mendapat bagian
yang mendapat bagian yang
materi yang sama berkumpul dan
sama untuk berkumpul
mendiskusikan materi yang akan
mendiskusikan materi
disampaikan pada kelompok asal. 10 menit
bagiannya. f.Guru menyuruh pakar atau
f.Siswa ahli/pakar kembali ke
ahli kembali ke kelompok
kelompok asal untuk menjelaskan
asal dan menjelaskan materi
materi yang didiskusikannya
yang didapatnnya dalam
dalam kelompok ahli.
kelompok ahli sambil diskusi.
10 menit
g.Guru membimbing siswa
g.Siswa mendemonstrasikan hasil
dalam mempresentasikan
diskusi kepada rekan kelompoknya
hasil diskusi kelompoknya,
dengan menggunakan media
agar guru dapat menyamakan
bangun ruang beserta bimbingan
persepsi pada materi sifat-
guru. 10 menit
sifat bangun ruang yang telah didiskusikan. h. Guru mengawasi jalannya diskusi i.Guru memberikan evaluasi
h.Siswa mengerjakan lembar kerja dari guru. i. Siswa mengerjakan evaluasi
pada siswa. j.Guru memberikan
j.Siswa menyimpulkan materi
kesimpulan tentang materi
bersama guru dan melakukan
yang telah didiskusikan dan
refleksi.
5 menit
melakukan refleksi. 3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan penguatan
a.Siswa memperhatikan penjelasan
menit
materi tentang sifat-sifat
guru.
limas, tabung, dan kerucut b.Guru meminta hasil kerja siswa secara kelompok
b.Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah (PR). d.Guru menutup pelajaran dengan salam.
c.Siswa mencatat PR yang diberikan oleh guru. d.Siswa memberi salam pada guru.
5 menit
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode Ceramah, Tanya jawab, Kooperatif tipe Jigsaw, dan Penugasan. 2. Media Model – model bangun ruang 3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008. VI.
EVALIASI PEMBELAJARAN 1. Prosedur tes
: Tes proses dan akhir
2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes
: Subjektif
4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (terlampir)
Karangsari, 30 Maret 2010 Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Siklus II Pertemuan 2 Lembar Kerja siswa. Isilah dengan jawaban yang tepat!
Lembar Evaluasi Kerjakan soal-soal berikut. 1. Perhatikan gambar tabung di samping. a. Tentukan banyak sisinya b. Tentukan banyak rusuknya c. Tentukan banyak titik sudutnya. d. Tunjukkan sisi – sisi yang sejajar. e. Berbentuk apakah sisi-sisi yang sejajar itu?
2. Perhatikan prisma Perhatikan prisma segitiga di
samping.ABC berbentuk segitiga sama sisi. a. Sebutkan sisi-sisi yang sama luas dengan ABC. b. Sebutkan sisi-sisi yang sama luas dengan ABED. c. Sebutkan rusuk-rusuk yang sejajar dengan AD. d. Sebutkan rusuk-rusuk yang sejajar dengan AB. e. Sebutkan rusuk-rusuk yangsejajar dengan BC.
Kunci Jawaban
Kunci jawaban 1. a. 3 b. 2 c. Tidak ada d. Sisi alas dan sisi atas e. Lingkaran 2. a. Sisi DEF b.Sisi BCEF dan sisi ACDF c. BE dan CF d. DE e. EF
Kriteria Penilaian Nilai = Benar x 10 = 100
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEBELAJARAN SIKLUS II Pertemuan 3 Satuan Pendidikan
: SDN 02 Karangsari
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: V / II
Alokasi Waktu
: 2 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.
KOMPETENSI DASAR 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. INDIKATOR 1. Menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 2. Membandingkan jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. 3. Membuat jaring - jaring kubus, balok, risma tegak, dan limas. 4. Membuat bangun ruang dari kertas karton.
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan benar. 2. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat membandingkan jaring – jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan tepat. 3. Melalui kegiatan demonstrasi siswa dapat menggambar jaring - jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan benar. 4. Melalui kegiatan demonstrasi siswa dapat membuat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan kertas karton dengan benar.
II. DAMPAK PENGIRING Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Sebuah kotak mempunyai rusuk. Rusuk-rusuk itu juga merupakan jaring-jaring. Jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaring. Jaring – jaring kubus:
Jaring – jaring balok:
Jaring – jaring prisma segi tiga:
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN NO Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Wakt u
1
Kegiatan awal:
Kegiatan awal:
5
a.Guru menyuruh salah satu siswa
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
menit
untuk memimpin doa.
memimpin doa.
b.Guru mengadakan presensi.
b.Presensi
c. Guru mempersiapkan alat peraga
c.Siswa mempersiapkan diri
yang dibutuhkan. d. Guru bertanya kepada siswa ”Kardus tempar kapur itu
mengikuti pelajaran. d.Siswa menjawab pertanyaaan dari guru.
berbentuk apa?” “Bagaimanakah jika kardus kapur itu dibuat jaring – jaring?”
2
Kegiatan inti:
Kegiatan inti:
5
a.Guru memberikan materi tentang
a.Siswa menerima materi
menit
jaring – jaring kubus,balok, dan
tentang jaring – jaring
prisma tegak beserta model bangun
kubus,balok, dan prisma tegak
ruang untuk memperjelas materi.
dari guru.
b.Guru menyuruh siswa membentuk 7 kelompok heterogen. c.Guru membagi bagian pertama
b.Siswa membentuk kelompok heterogen. c.Siswa ahli menerima bagian
bahan kepada siswa yang pertama,
bahan/materi yang akan
bagian kedua pada siswa kedua,
didiskusikan atas bimbingan
dan seterusnya (siswa ahli).
guru.
d.Guru menyuruh siswa untuk membaca bagian masing-masing.
e.Guru meminta siswa-siswa yang
d.Siswa mempelajari bagian
10 menit
materi yang didapatnya.
e.Siswa-siswa yang mendapat 10
mendapat bagian yang sama untuk
bagian materi yang sama
berkumpul mendiskusikan materi
berkumpul dan mendiskusikan
bagiannya yang akan disampaikan
materinya.
menit
pada kelompok asal. f.Guru menyuruh pakar atau ahli
f.Siswa ahli/pakar kembali ke
kembali ke kelompok asal dan
kelompok asal untuk
menjelaskan materi yang
menjelaskan materi yang
didapatnnya dalam kelompok ahli
didiskusikannya dalam
sambil diskusi.
kelompok ahli.
g.Guru membimbing siswa dalam
g.Siswa mendemonstrasikan
mempresentasikan hasil diskusi
hasil diskusi kepada
kepada kelompoknya
kelompoknya dengan
10 menit
10 menit
bimbingan guru. h. Guru menyuruh siswa membuat
h. Siswa bersama kelompok asal
jaring – jaring bangun ruang dari
membuat jaring – jaring
karton bersama dengan kelompok
bangun ruang dari karton,
asalnya.
kemudian membentuknya menjadi bangun ruang.
i. Guru memberikan evaluasi pada siswa.
i. Siswa mengerjakan tes tentang materi yang telah didiskusikan.
j. Guru memberikan kesimpulan
j. Siswa menyimpulkan materi
tentang materi yang telah
bersama guru dan melakukan
didiskusikan dan melakukan
refleksi.
refleksi.
5 menit
3
Kegiatan akhir:
Kegiatan akhir:
10
a.Guru memberikan penguatan
a.Siswa memperhatikan
menit
materi tentang jaring – jaring kubus, balok, dan prisma tegak.
penjelasan guru. b.Siswa mengumpulkan hasil
b.Guru meminta hasil kerja siswa
pekerjaannya.
secara kelompok maupun individu. c.Guru memberikan pekerjaan rumah
c.Siswa mencatat PR yang
(PR).
diberikan oleh guru.
d.Guru menutup pelajaran dengan
d.Siswa memberi salam pada
salam.
guru.
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Metode a. Kooperatif tipe Jigsaw b. Tanya jawab c. Demonstrasi d. Penugasan 2. Media a. Model – model bangun ruang b. Gambar jaring – jaring bangun ruang 3. Sumber Pembelajaran a. Silabus kelas V b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005. c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit Depdiknas, Jakarta 2008.
VI. EVALUASI 1. Prosedur tes
: Tes proses, dan akhir
2. Jenis Tes
: Tertulis
3. Bentuk Tes
: Subjektif
4. Alat tes
: Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (lampiran).
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lembar Kerja Siswa Buatlah bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak segi tiga dari kertas karton berama teman 1 kelompok!
Lampiran 8
SOAL TES SIKLUS I Berikan tanda silang untuk jawaban yang paling benar! 1. Bangun di bawah ini yang merupakan tabung adalah:
a.
b.
c.
2. Bangun di bawah ini berutut – turut adalah:
a. Kubus, prisma segi tiga, tabung b. Tabung, prisma segi tiga , kubus c. Tabung, kubus, prisma segi tiga d. Limas, prisma segi tiga, kubus 3.
Dari gambar di ata manakah yang termasuk titik sudut? a.
OPQRST
c. OPQRSTUV
d.
4.
5.
6.
7.
b. OVSTUV d. STUVQR Dari gambar di atas manakah yang termasuk sisi? Kecuali. a. OPST c. PQTU b. QRUV d. SVQP Dari gambar di atas manakah yang termasuk rusuk? Kecuali. a. OR c. UV b. OQ d. PQ Bagian benda yang dapat dibuat jaring – jaring adalah: a. Isinya c. Tingginya b. Volumenya d. Rusuknya Jaring – jaring prisma segi tiga yang berbentuk persegi panjang adalah: a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
8. Berikut ini yang merupakan jaring – jaring balok adalah: a.
c.
b.
d.
9. Gambar jaring – jaring bangun runag di bawah ini adalah:
a.
c.
b.
d.
10. Bangun di bawah ini adalah jaring – jaring dai bangun ruang.
a. Limas
c. Kerucut
b. Tabung
d. Prisma segi tiga
II. Isilah dengan jawaban yang benar. 1. Gambarlah sebuah kubus kemudian berikanlah keterangan berupa sisi, titik sudut, dan rusuknya. 2. Gambarlah sebuah tabung kemudian berikanlah keterangan berupa sisi, titik sudut, dan rusuknya. 3. Gambarlah sebuah kerucut dan ada berapa jumlah sisi dari bangun ruang kerucut? 4. Gambarkanlah 2 macam jaring – jaring dari bangun ruang balok. 5. Gambarkanlah 2 macam jaring – jaring dari bangun ruang kubus. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I Pilihan Ganda
1. d 2. c 3. c 4. d 5. b 6. b 7. d 8. b 9. c 10. d
II. Esay 1.
Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: ABCD ,EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, dan BCGF Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: AB, BC, AE, EF, FG, BF, HG, EH, CG, DC, AD, DH
2.
3.
4.
5.
Kriteria Penilain Soal Siklus I Nilai akhir tes siklus I (Soal I x 1) + (Soal II x 2) = 20 x 50 = 100
Lampiran 9
SOAL TES SIKLUS II 1.Ada berapa jumlah titik sudut dari bangun ruang di samping? b.
1
c. 3
c.
2
d. 0
2.
Ada berapa jumlah sisi dari bangun ruang disamping?
3.
a. 3
c. 5
b. 4
d. 6
Bangun ruang yang semua alasnya berbentuk persegi adalah: (kecuali) a. Limas ` b. Prisma segi empat
c. Tabung
d. Kubus
4. Bangun ruang yang terdapat sisi yang berbentu dua buah lingkaran adalah: a. Lingkaran
e. Bola
b. Kerucut
d. Tabung
5.
Dari gambar di atas terdapat berapa bangun ruang? a. 2
c. 4
b. 3
d. 5
6. Jaring – jaring prisma segi tiga yang berbentuk persegi panjang adalah:
b. 1
b. 2
c. 3
d. 4
7. Jaring – jaring kubus yang berbentuk persegi ada: a. 2
b. 4
c. 5
d. 6
8. Jaring – jaring limas segi tiga yang berbentuk segi tiga ada: a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
9. Gambar di bawah ini yang sisinya berbentuk persegi panjang ada: a. 4 buah
c. 5 buah
b. 6 buah
d. 7 buah
10. Bangun yang mempunyai dua rusuk lengkung adalah: a. Kubus c. Tabung b. Balok d. Limas Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat: 1.
a. Tentukan banyak sisi dan titik sudut! b. Tentukan sisi yang sejajar dan berbentuk apakah sisi yang sejajar itu?
2.
a. Sebutkan sisi tegak bangun di
atas! b. Berbentuk apakah alas bangun di atas? 3.
a. Apa nama bangun di atas? b. Sebutkan sisi yang sejajar 4. Buatlah 2 macam jaring – jaring limas segi empat! 5.
a. Sebutkan dua limas yang dapat dibentuk bangun di atas! b. Sebutkan yang menjadi sisi dari alas limas tersebut!
Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II Pilihan Ganda 1. d 2. c 3. c 4. c 5. a 6. c 7. d 8. b 9. b 10. c II. Esay 1. a. Sisi dari bangun ruang tabung ada 2 b.Tidak memiliki titik sudut 2. a. Sisi tegak : MNO, KLO, KNO, dan LMO b.Alas berbentuk segi empat 3. a. Prisma segi tiga b.Sisi yang sejajar BCEF ACDF dan ABC DEF 4.
5.
a. Limas TABCD dan limas TEFGH b.Alas limas ABCD dan EFGH
Kriteria Penilain Soal Siklus I Nilai akhir tes siklus I (Soal I x 1) + (Soal II x 2) = 20 x 50 = 100
Lampiran 10
PENGHITUNGAN NILAI AKHIR SIKLUS
1.
Sebelum tindakan a. Nilai rata-rata tes awal Jumlah Nilai = 1180 = 53,63 Jumlah Siswa 22 b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas) Jlh siswa mencapai KKM
x 100% =
Jumlah siswa 9
x 100% = 40,91%
22 c. Siswa belum mencapai KKM Jlh siswa belum mencapai KKM
x 100% =
Jumlah siswa 13
x 100% = 59,09%
22
2.
Siklus 1 a. Nilai rata-rata tes akhir siklus I Jumlah nilai
1485 =
Jumlah siswa
= 67,27 22
b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas) Jlh siswa mencapai KKM Jumlah siswa 17 22
x 100% = 77,27%
x 100% =
c. Siswa belum mencapai KKM Jlh siswa belum mencapai KKM
x 100% =
Jumlah siswa 5
x 100% = 22,73%
22
3.
Siklus 2 a. Nilai rata-rata tes akhir siklus II Jumlah nilai
1745 =
Jumlah siswa
= 79,32 22
b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas) Jlh siswa mencapai KKM
x 100% =
Jumlah siswa 20
x 100% = 90,91%
22
c. Siswa belum mencapai KKM Jlh siswa belum mencapai KKM Jumlah siswa 2 22
x 100% = 9,09%
x 100% =
Lampiran 11
REKAPITULASI NILAI MATEMATIKA No Responden
Nilai Matematika Tes Awal
Kategori
Tes Siklus I Tes Siklus II Sebelum Siklus/S1/ S2
1
40
50
55
TT / TT / TT
2
55
60
80
TT / T / T
3
80
90
100
T/T/T
4
50
65
65
TT / T / T
5
60
70
85
6
70
90
95
T/T/T T/T/T
7
60
75
80
T/T/T
8
50
65
70
TT / T / T
9
30
55
60
TT / TT / T
10
40
55
70
TT / TT / T
11 12
50 40
60 55
75 70
TT / T / T TT / TT / T
13
50
65
75
TT / T / T
14
70
85
100
T/T/T
15
60
70
90
T/T/T
16
75
80
100
T/T/T
17
45
55
75
TT / TT / T
18
50
70
80
TT / T / T
19
55
65
80
TT / T / T
20
60
75
90
T/ T / T
21
60
75
85
T/T/T
22
35
50
55
TT / TT / TT
Jumlah
1180
1485
1745
Rata – rata
53,63
67,27
79,32
Lampiran 12
DAFTAR NILAI SISWA PADA SIKLUS I
Siklus I pada Pertemuan:
NO RESPONDEN
1
2
3
1
40
50
60
2
60
70
70
3
80
85
90
4
55
60
60
5
60
75
70
6
60
60
75
7
50
60
70
8
55
50
60
9
40
45
50
10
35
50
50
11
55
60
60
12
50
55
50
13
50
60
60
14
70
80
85
15
50
60
65
16
80
80
90
17
40
50
55
18
70
75
75
19
40
60
65
20
60
75
75
21
55
60
70
22
30
35
40
Jumlah
1185
1355
1395
Rata - rata
53,86
61,59
63,40
Lampiran 13
DAFTAR NILAI SISWA PADA SIKLUS II
NO
Siklus II pada Pertemuan
RESPONDEN
1
2
3
1
50
55
55
2
70
75
75
3
90
100
100
4
70
65
65
5
70
80
80
6
75
80
80
7
65
75
75
8
60
70
70
9
50
50
65
10
60
60
60
11
75
75
80
12
70
70
75
13
65
60
75
14
85
100
100
15
80
85
85
16
95
100
100
17
65
75
80
18
80
80
80
19
65
75
75
20
80
95
85
21
70
70
55
22
50
55
55
Jumlah
1486
1650
1715
Rata - rata
67,54
75
77,95
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SEBELUM DILAKSANKAN TINDAKAN
Nama Guru
: SURADI, S. Pd. SD
Observer
: YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester
: V / II
NO 1
2
3
Aspek Pengamatan Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran? c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru? Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang baik dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah yang diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat? Penutup a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran? b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam pembelajaran Matematika dengan
Hasil pengamatan 3 2 1
menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? Jumlah
9
Rata - rata
14
3
2
Keterangan: Baik
: Skor 3
Cukup
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 11 Maret 2010 Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 15
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SEBELUM TINDAKAN
Nama Guru
: SURADI, S. Pd. SD
Bidang Studi
: Matematika
Tanggal observasi : 11 Maret 2010
No 1
Aspek yang diamati
Hasil Pengamatan 3
2
1
Kegiatan awal pembelajaran a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan d. Melakukan apersepsi 2
Kegiatan inti pembelajaran a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi
d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok 3
Kegiatan akhir pembelajaran a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah
15
8
2
Rata - rata
2,1
Keterangan: Baik
: Skor 3
Cukup
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 11 Maret 2010 Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I
Yang diamati
: Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Nama Guru
: SURADI, S.Pd.SD
Observer
: YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester
: V / II
NO
Aspek Pengamatan
Hasil pengamatan 3
1
2
3
Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran? c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru? Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang baik dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah yang diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat?
Penutup a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran? b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam
2
1
pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? Jumlah Rata - rata
18
10
2
2,3
Keterangan: Baik
: Skor 3
Cukup
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 24 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 197001012005011024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 17
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS I
Nama Guru
: SURADI, S. Pd. SD
Bidang Studi
: Matematika
Tanggal observasi : 24 Maret 2010 No 1
Aspek yang diamati
Hasil Pengamatan 3
2
1
Kegiatan awal pembelajaran a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan d. Melakukan apersepsi 2
Kegiatan inti pembelajaran a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
materi d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok 3
Kegiatan akhir pembelajaran a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah
24
Rata - rata
8 2,75
1
Keterangan: Baik
: Skor 3
Cukup
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 24 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 18
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II
Yang diamati
: Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Nama Guru
: SURADI,S.Pd.SD.
Observer
: YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester
: V / II
NO
Aspek Pengamatan
Hasil pengamatan 3
1
2
3
Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran? c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru? Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang baik dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah yang diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat? Penutup a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran? b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam
2
1
pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? Jumlah Rata - rata
33
4 2,85
Keterangan: Baik
: Skor 3
Cukup
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 19
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS II
Nama Guru
: SURADI, S.Pd. SD
Bidang Studi
: Matematika
Tanggal observasi : 1 April 2010 No 1
Aspek yang diamati
Hasil Pengamatan 3
2
Kegiatan awal pembelajaran a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan d. Melakukan apersepsi 2
Kegiatan inti pembelajaran a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
materi d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok 3
Kegiatan akhir pembelajaran a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah
30
Rata - rata
4 2,83
1
Keterangan: Baik
: Skor 3
Sedang
: Skor 2
Kurang
: Skor 1
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 20
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM DITERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Nama Guru
: SURADI, S. Pd. SD
Waktu Wawancara: 15 Maret 2010 Pewawancara No 1.
: Yunita Ismiarti Pertanyaan
Ringkasan Jawaban
Bagaimanakah pembelajaran
Siswa
kurang
antusias
dan
Matematika dalam pemahaman
berpartisipasi mengikuti pelajaran
konsep bangun ruang selama ini ? 2.
Apakah
dengan
pembelajaran Pemahaman konsep siswa baru
tersebut siswa sudah dapat mengikuti 15%. pembelajaran dengan baik?
Belum
semua
siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa cenderung banyak bermain dan
berbicara
sendiri
dengan
menggunakan
model
temannya 3.
Apakah
dalam
pelaksanaan Belum
pembelajaran Matematika yang anda pembelajaran inovatif. terapkan
selama
interaksi
multiarah
dengan
guru
ini
sudah antara
dan siswa
ada siswa
dengan
siswa?. 4.
Bagaimanakah nilai yang diperoleh Masih di bawah KKM siswa dengan pembelajaran tersebut?
Kesimpulan hasil wawancara: Pemahaman konsep siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika masih rendah . Karanganyar, 15 Maret 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 21
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU SETELAH DITERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Nama Guru
: SURADI, S. Pd. SD
Waktu Wawancara: 2 April 2010 Pewawancara
No 1.
: Yunita Ismiarti
Pertanyaan
Ringkasan Jawaban
Bagaimanakah pendapat anda, setelah
Siswa lebih antusias dan
pembelajaran Matematika mengenai
partisipatif dalam pembelajaran
pemahaman konsep siswa tentang materi bangun ruang dengan diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw? 2.
3.
Menurut anda, apakah pembelajaran
Ya,
model
pembelajaran
Matematika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dapat
Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang pada
konsep siswa sehingga hasil
siswa?
belajar siswa juga meningkat.
Adakah kendala-kendala dalam
Ada sedikit kendala yaitu siswa
pelaksanaan pembelajaran dengan model
belum
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
penyelidikan
pemahaman
terbiasa
dengan
namun
seiring
waktu, dapat menyesuaikan 4.
Bagaimanakah kesan anda dengan
Model pembelajaran Kooperatif
diterapkannya model pembelajaran
tipe
Kooperatif tipe Jigsaw dalam
meningkatkan
pembelajaran Matematika materi bangun
konsep siswa sehingga hasil
ruang?
belajar siswa juga meningkat .
Jigsaw
dapat pemahaman
5.
Bagaimanakah nilai yang diperoleh siswa
Meningkat cukup tinggi
setelah diterapkan pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Kesimpulan wawancara: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sehingga hasil belajar Matematika siswa juga meningkat
siswa kelas V di SD Negeri 2 Karangasari, Jatiyoso,
Karanganyar. Karanganyar, 2 April 2010
Guru Kelas V
Peneliti
SURADI, S. Pd. SD
YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024
X7108794 Mengetahui Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 22
DOKUMENTASI PENELITIAN Konsultasi dengan Guru Kelas V Tentang Penelitian yang akan Dilaksankan.
Kelompok Ahli dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Kelompok asal dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Guru membimbing diskusi
Siswa mengerjakan Evaluasi
Lampiran 23
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar menerangkan bahwa yang tersebut di bawah ini:
Nama
: Yunita Ismiarti
NIM
: X7108794
Program Studi
: Program S1 PGSD
Jurusan
: Ilmu Pengetahuan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Mahasiswa tersebut benar – benar telah mengadakan penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”. Demikian harap menjadi periksa kepada yang bersangkutan.
Karanganyar, 5 April 2010 Kepala SDN 02 Karangsari
WIJI LESTARI, S. Pd. SD NIP 19660311 198806 2 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa: Nama
: SURADI, S. Pd. SD
NIP
: 19700101 200501 1 024
Tempat Mengajar
: SDN 02 Karangsari
Guru Kelas
: V (lima)
Menyatakan bersedia membantu dalam penelitian tindakan kelas guna penyusunan skripsi yang dilakukan oleh: Nama
: Yunita Ismiarti
NIM
: X7108794
Program Studi
: Program S1 PGSD
Jurusan
: Ilmu Pengetahuan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Karanganyar, 5 April 2010 Guru Kelas V
SURADI, S. Pd. SD NIP 19700101 200501 1 024
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 Penulis: Yunita Ismiarti (X7108794) Dosen Pembimbing: 1. Drs. Amir, M. Pd. 2. Drs.Marwiyanto, M. Pd.
ABSTRAK Yunita Ismiarti, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan adalah pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika, sedangkan variabel tindakan yang adalah penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK )dengan model siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari. Tehnik pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan tes akhir. Teknik analisis yang yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan kelas pada siklus I belum menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk analisis pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika diperoleh rata – rata 67,27 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 17 siswa atau 77,27% dari 22 siswa. Pada siklus II (perbaikan) telah menunjukkan hasil yang signifikan/ bagus. Untuk pemahaman konsep diperoleh rata – rata siswa adalah 79,32 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 20 siswa atau 90,91% dari 22 siswa. Kesimpulan yang dapat diambil darp penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Sasaran utama pendidikan di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yaitu meliputi kemampuan baca, tulis, dan hitung. Apabila tiga kemampuan dasar siswa di Sekolah Dasar lemah maka akan berdampak negatif bagi pemahaman konsep pelajaran yang lain. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur dengan keberhasilan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang diberikan oleh guru. Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman konsep dan penguasaan materi maka akan semakin tinggi keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Menurut Andi Hakim Nasution dalam Moch. Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2005 : 36), tujuan proses kegiatan belajar mengajar secara ideal adalah bahan ajar yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid atau mastery learning atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar terhadap ujian akhir semester, ternyata bidang studi Matematika memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rerata bidang studi yang lain. Pada kenyataannya, jika diperhatikan hasil belajar Matematika masih tergolong rendah, nilai 13 siswa dari 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar masih banyak yang mendapatkan nilai 50 ke bawah, sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas. Pada dasarnya kemampuan siswa untuk menangkap isi pelajaran tidak hanya terbatas pada kemampuan mendengar saja, tetapi lebih banyak terkait dengan kemampuan visual dan kemampuan motorik, yang semua saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran tersebut mampu mengembangkan bakat dan potensi siswa secara optimal serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang lebih baik adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Menurut Gatot Muhsetyo (2008 : 1.26) strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika yang konstruktif dan dianggap sesuai pada saat ini salah satunya adalah cooperative learning atau pembelajaraan Kooperatif. Salah satu
model
pembelajaran
yang
dimungkinkan
mampu
mengantisipasi
pembelajaran yang menyebabkan pemahaman konsep Matematika masih rendah adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Teknik-teknik pembelajaran Kooperatif lebih banyak meningkatkan pemahaman konsep dari pada pengalaman pembelajaran konvensional. Nasution dalam Isjoni (2009: 12) menyatakan murid sering lebih paham akan yang disampaikan oleh temannya dari pada oleh guru. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran Kooperatif. Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut: (1) Kemampuan pemahaman konsep siswa rendah pada materi sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring bangun ruang, (2) Model pembelajaran yang digunakan menggunakan pembelajaran konvensional yang tidak sesuai dengan kondisi siswa, dan (3) Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru. Dari uraian di atas maka agar siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran Matematika, salah satunya adalah dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Hal inilah yang mendorong penulis mengambil judul skripsi : ”Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahum Pelajaran 2009/2010”
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?
3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
4. Ringkasan Kajian Pustaka a. Pengertian Pemahaman Konsep. Menurut
Suharsimi
Arikunto
(2002:115)
pemahaman
(comperhension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta - fakta atau konsep. Oleh sebab itu siswa diminta dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal – hal yang lain. Konsep adalah penggambaran dari tentang intisari atau kesimpulan umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial (M.Toha Anggoro dkk,2007:5.2). Dari pemaparan pemahaman dan konsep di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki siswa ketika siswa tersebut mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan
benda
–
benda
atau
ketika
mereka
saling
mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu hal tersebut merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi, menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang serta membantu menyederhanakan dan meringkas informasi sehingga membantu proses mengingat dan membuat lebih efisien.
b. Pengertian Bangn Ruang Bangun ruang adalah bangun yang memiliki dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi (Clara Ikan Septi Budhayanti,2008:3.24). c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Nurhadi dalam Isjoni (2009 : 20) berpendapat bahwa pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar dan bekeja sama untuk mencapai pada pengalaman yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pengalaman tersebut muncul karena siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbeda-beda dalam satu kelompok atau kelompok lainnya. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode pembelajaran Kooperatif. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, Anita Lie, (2009: 69) Menurut Anita Lie (2009: 69) model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran Kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran Kooperatif di mana bukan guru yang aktif tetapi siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar Kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. d. Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja. Johnson dan Myklebus di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252) mengemukakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ke ruang yang lebih khusus, sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan ilmu yang lainnya dengan bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
yang
memudahkan
manusia
berpikir
dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan objek penelitian siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai bulan Mei 2010.
2. Desain, Variabel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Karangsari, Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini meneliti penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika. Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian sehingga penelitian ini mengunakan Penelitian Tindakan Kelas. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data primer karena peneliti memperoleh data langsung dari subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN02 Karangsari, Jatiyoso Karanganyar. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing diuraikan berikut ini : (1) Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung.
Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar untuk mengetahui minat dan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Model pembelajran Kooperatif tipe Jigsaw. (2) Kajian dilakukan pula pada arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil nilai ulangan siswa, dan daftar nilai yang diberikan kepada siswa. (3) Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SDN 02 Karangsari, yakni tes tertulis. Selain itu peneliti juga melakukan penilaian non tes yaitu dengan cara mengamati proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam mengikuti pelajaran.(4) Perekaman dengan kamera foto sehingga memperjelas berbagai diskripsi berbagai situasi dan perilaku subyek yang diteliti. (5) Analisis Dokumen dilakukan untuk mengetahui profil kemampuan siswa kelas V 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar dalam pemahaman konsep serta minat siswa terhadap pembelajaran Matematika. Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi ada 2 yaitu, trianggulasi data dan trianggulasi metode.
3. Hasil Penelitian dan Pebahasan Hasil Penelitian
Dalam
mengolah data
yang dilaksanakan
pada
lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut : a. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V sebelum tindakan Analisis dan hasil evaluasi dari Sebelum Tindakan sebelum dilakukan tindakan diperoleh rata – rata nilai siswa 53,63, hasil nilai siswa masih dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan oleh Guru dan Kepala Sekolah yaitu 60. Sedangkan besarnya Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 40,91 % (9 siswa) dan yang lainya atau sebesar 59,09 % belum mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan. Hasil tersebut belum dapat memenuhi target yang ingin dicapai yaitu siswa kelas V dapat mencapai ketuntasan sebesar 85%. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika perlu dilakukan tindakan lebih lanjut. b. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V Siklus I. Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep siswa yang dilihat dari nilai tes siklus I tabel 2, dapat disimpulkan besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat Sebelum Tindakan sebesar 30 dan pada siklus I menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikkan dari 80 naik menjadi 90 dan nilai rata – rata kelas yang pada Sebelum Tindakan sebesar 53,63 naik pada siklus I menjadi 67,27 nilai tersebut sudah menjadi rata – rata minimum batas ketuntasan siswa yaitu 60. Sedangkan Prosentase hasil tes siswa yang belajar tuntas pada siklus I sebesar 77, 27%, naik 36,36% dari Sebelum Tindakan. c. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V Siklus II Dari hasil analisa data peningkatan pemahaman konsep siswa dari hasil Sebelum Tindakan. Siklus I, dan tes siklus II dapat disimpulkan bahwa : 5) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan adalah 30, pada tes siklus I adalah 50 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 55. 6) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan sebesar 80 pada siklus I 90, kemudian menjadi 100 pada tes siklus II.
7) Nilai rata – rata kelas juga meningkat yaitu pada Sebelum Tindakan sebesar 53,63; tes siklus I 67,27; dan pada siklus II 79,32. 8) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan minimum di atas 60) pada Sebelum Tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27% sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II menjadi 90,91% sebanyak 20 siswa.
Secara rinci perkembangan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN 02 Karangsari dalam penelitian dapat dijelaskan dalam tabel 1: NO
Keterangan
Sebelum tindakan
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Terendah
30
50
55
2
Nilai Tertinggi
80
90
100
3
Rata – rata
53,63
67,27
79,32
4
Siswa Belajar Tuntas
40,91%
77,27%
90,91%
Tabel 1. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan, Tes Akhir Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan pada siklus II untuk materi bangun ruang dinyatakan berhasil, karena secara klasikal sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas V sehingga penelitian dihentikan. Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika siswa kelas V SDN 02 Karangari. Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw efektif untuk meningkatkan
pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penerapan media abakus pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/201, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pembelajaran Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan secara optimal, dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada nilai sebelum tindakan sebesar 53,63; siklus I 67,27; dan siklus II 79,32. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada nilai sebelum tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27 % sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II 90,91% sebanyak 20 siswa. Maka penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian yaitu 85% siswa mencapai nilai KKM. b. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan proses pembelajaran yang berlangsung. Peningkatan ini dapat dilihat dari observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat keaktifan siswa dan cara guru mengajar menggunakan model pembelajaran
Kooperatif
tipe
Jigsaw.
Dalam
proses
pembelajaran
Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan secara optimal, masih ditemukan beberapa hambatan – hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan – hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw adalah (1) siswa belum dapat berkomunikasikan dengan baik (malu) menyampaikan materi secara bergantian, (2) kurangnya tanggung jawab siswa untuk menyampaikan materi kepada orang lain. Cara mengatasi kendala yang ditemukan selama
proses
pembelajaran
Matematika
menggunaan
model
pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatan pemahaman konsep bangun ruang maka guru harus terampil dalam menerapkan model pembelajaran Koopratif tipe Jigsaw diantaranya : (1) memahami latar belakang siswa tentang pemahaman konsep yang mereka miliki, (2) merancang pengajaran dengan membentuk kelompok atas dasar memperhatikan latar belakang prestasi siswa, (3) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa agar dapat menyampaikan materi yang telah dipelajari kepada kelompok secara bergantian, (4) melakukan pengacakan siswa untuk dibentuk kelompok yang baru agar siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (5) melakukan penilaian terhadap pemahaman konsep siswa.
2. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka saran – saran yang dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut: a. Bagi Sekolah Sekolah
disarankan
menyediakan
fasilitas
pembelajaran
yang
dipergunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan. b. Bagi Guru 1) Guru tidak hanya mengunakan model pembelajaran konvensional tetapi dapat menggunakan pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan kebutuhan siswa. 2) Guru disarankan menggunakan media yang variatif dalam pembelajaran Matematika. 3) Untuk
meningkatkan
keaktifan
dan
keefektivan
pembelajaran
diharapkan mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. 4) Untuk meningkatkan rasa tanggungjawab, saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan hasil belajar Matematika serta meningkatkan
komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan penelitian, disarankan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. c. Bagi Siswa 1) Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. 2) Peserta didik yang sudah lancar dalam menyampiakan materi secara bergantian mendengarkan pendapat teman kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar. Anita. 2009. http//uns.ac.id/anita/wp. Diunduh 23 September 2009.
Anita Lie. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Rosda. Clara Ika Sari Budhayani dkk. 2008. Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Eline B Jahnson. 2009. Cooperatif Learning.Jakarta: MLC. (disadur oleh: Chaedar Alwasilah). Gatot Muhsetyo dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Rosda. IGAK Wardani dan Kuswaya Wihardit. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Isjoni. 2009. Cooperatif Learning Evektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfa Beta. M. Toha Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta; Universitas Terbuka. Machener.1987. http/www.teknologipendidikan.net. Diunduh 22 Januari 2010. Milles,M.B. & Hunnerman,A.H. 1984. Qualitavive Data Analysis Surce Book of a New Methde. Baverly Hills: Saga Pucication. Moch Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2007. Matematical Intelegence. Jogjakarta. Ar – Ruzz Media. Muhamad Fathoni. 2007. Efektifitas Pembelajaran Matematika Motode Jigsaw Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Ditinjau Dari jenis Kelamin Siswa Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Surakarta: FKIP. Mulyono Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Munggaranti NCTM. 2009. http/www.psikologiperkembangan.net. Diunduh 27 Desember 2009. Musono dan Sudjono. 2008. Matematika 4. Jakarta: Depdiknas. Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.
Nasibi Lapono. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika. R.J. Soenarno. 2008. Matematika 5. Jakarta: Depdiknas. Robert E Slavin. 2009. Cooperatif Learning. Jakarta: Nusa Media. Sardiman A.M. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Grafarindo Persada. Sidharta. 2008. http//www.artikel.us. Diunduh 15 Desember 2009. Slamento. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. St Y Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar – Dasar Metodelgi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 2008. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rieneka Cipta. Sumarmo. 1987. http/www.teknologipendidikan.net,1987. Diunduh 22 Januari 2010. Suprayekti dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Syamsu Yusuf LN. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda. UNS. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press. W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta. Jakarta: PT Gramedia Widiasrama. Wang Muba. 2009. http/www.psikologiperkembangan.net. Diunduh 27 Desember 2009. William Young, Roger Hadgraft dan Marianne Young http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/jigsaw/. Diunduh 28 Maret 2010.
Y.D.Sumanto, Heny Kusumawarty, dan Nur Aksin. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.