SITUS CAGAR BUDAYA SANGHIANG MAHARAJA CIPTA PERMANA PRABU DIGALUH SALAWE SEBAGAI POTENSI WISATA BUDAYA DI DESA CIMARAGAS KECAMATAN CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS Yogi Setiawan1 (
[email protected]) H. Nedi Sunaedi2 (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT The background of this study was the potential culture tourism in Ciamis regency, exactly in Cimaragas that was The Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe Cultural Heritage Site which had a crusial meaning in history especially in Galuh historical kingdom. This study have two research questions, what are the culture potentials in The Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe Cultural Heritage Site and what are the efforts to conserve of The Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe Cultural Heritage Site. The methodology of this study was the descriptive-qualitative method used data collecting techniques such as, observation, interview, documentation, and review of the literature. The results of this study could be seen in simply summery that The Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe Cultural Heritage Site had two tourism potentials, the first, there were cultural toursm potentials like petilasan with the lists of name who had authority in Gara Tengah, and there were Wisnu Murti stone, and pangcalikan stone or pangeresan. There was misali tradition, a tradition which was often do before Ramadhan that it aimed to self-purify in order to welcome the holy of month, and also Panca Warna location, which was built by Bapak Latif as kuncen in that site in 2010. The second, there were special interest tourism potential like rafting in Ci Tanduy river. Furtherly, if both of potentials were joined as interesting tourism such as cultural toursm and special interest toursm.
Keywords :Tourism potentian and preservation 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditinjau dari segi sektor pariwisata, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang cukup menarik akan objek wisata, di Provinsi Jawa Barat beragam objek wisata dapat ditemukan. Dari mulai wisata alam sampai wisata budaya dan sejarah bisa ditemukan di Provinsi Jawa Barat. Hal ini merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi pendapatan daerah dan juga kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu situs lain yang ada di Kabupaten Ciamis adalah Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe (Situs Salawe), yang merupakan suatu situs yang terletak di
1
Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Situs ini berada di pinggir aliran sugai Ci Tanduy. Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe terus (Situs Salawe) mendapat penataan, namun terbentur akan dana jadi pengembangannya sangat minim, salah satu pengembangannya yaitu dibuat pemandian pancawarna, musola, babancong dan benteng galuh pancawarna yang terus dikerjakan. Melihat potensi Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe untuk dijadikan sebagai objek wisata di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe sebagai Potensi Objek Wisata Budaya di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis”.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui potensi wisata apa sajakah yang dimiliki Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe dan untuk mengetahui upaya apa sajakah yang bisa dilakukan untuk melestarikan Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe sebagai objek wisata.
2. METODE PENELITIAN Metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Pemilihan metode deskriptif kualitatif ini didasarkan bahwa penulis mencoba memberikan gambaran yang lebih jelas tentang potensi objek wisata yang berada di Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Karena terlalu luas masalahnya, maka dalam penelitian kualitatif, peneliti akan membatasi masalah yang disebut dengan fokus penelitian yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Fokus penelitiannya adalah potensi wisata apa sajakah yang dimiliki Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Dan upaya apa sajakah yang bisa dilakukan untuk
melestarikan Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe sebagai objek wisata? Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh Spradley dalam Sugiono (2012 : 49) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Teknik pengambilan Responden (informan) dipilih berdasarkan informan-informan terpilih yang kaya dengan pengetahuan yang bersifat mendalam tentang Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Bahkan dalam penelitian kualitatif informan tersebut terus berkembang sepanjang pertanyaan dalam penelitian belum terjawab atau terungkap. teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, kajian literature serta dokumentasi.
3. PEMBAHASAN Geografi pada hakekatnya merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya di ruangan permukaan bumi. Hubungan ini dikenal dengan relasi, yang mencakup interelasi, interaksi dan interdependensi antara manusia dengan lingkungan itu. Geografi pariwisata adalah cabang ilmu geografi regional yang mengkaji suatu wilayah atau region di permukaan bumi secara komprehensip, baik aspek fisis geografinya maupun aspek manusianya (Ahman Sya, 2005 : 1). Ruang lingkup studi geografi dalam potensi yang terdapat di situs cagar budaya yaitu tentang kepariwisataannya. Disana terjadi hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisik Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis yaitu Situs Cagar Budaya Sanghiang Mahararaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa potensi pariwisata yang berada di Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe adalah potensi wisata budaya dan potensi wisata minat khusus. Menurut Yoeti (1996 : 120) jenis dan macam wisata pembagian menurut objeknya melihat potensi yang ada di situs cagar budaya tersebut yaitu Cultural Tourism (budaya) yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau
daerah. Jadi objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang benda-benda kuno. Sebenarnya budaya biasanya ada juga yang menjadikan situs itu menjadi lokasi tempat berziarah terhadap lehuhur. Selanjutnya Sport Tourism (olahraga) biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu. Apabila telah terorganisasi dengan segala sesuatu yang baik maka minat untuk berkunjung melihat olahraga air akan pasti menyedot perhatian masyarakat luas ditambah lagi apabila masyarakat luas bisa menikmati wisata olahraga arung jeram itu. Jenis dan macam wisata menurut alasan perjalanan atau tujuan perjalanan yang biasa dilakukan orang berkunjung ke Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe adalah Edukational Tourism (pendidikan) yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharmawisata (studytour). Di situs ini bisa mempelajari pelajaran sejarah dimana tempat situs ini dulunya merupakan pusat kerajaan gara tengah dengan nama Maharaja Cipta Sanghiang (1580-1595) dengan gelar Maharaja Prabu Cipta Sanghiang Permana dan termasuk raja Galuh terakhir yang beragama Hindu dan jasadnya dilarung di Ci Putra Pinggan. Selanjutnya bahwa di situs cagar budaya ini ada beberapa hasil kebudayaan manusia, menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Soekanto (2009 : 51) mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta manusia. Di situs cagar budaya ini ada tradisi Misalin yang merupakan tradisi yang sering dilakukan di Situs Salawe sebelum memasuki bulan puasa dan juga ada paguyuban galuh midang merupakan perkumpulan orang-orang yang peduli terhadap kebudayaan sunda dan juga yang peduli terhadap Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Dikatakan paguyuban karena Menurut Soekanto (2009 : 116) paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
Dari paguyuban itu muncul beberapa unsur kebudayaan yaitu diantaranya adalah kesenian dimana dari paguyuban ini muncul seni gerak seperti pencak silat, seni suara yaitu dibuatnya lagu-lagu daerah ciptaan dari orang-orang yang berada di paguyuban ini dan sekarang sudah dijadikan kaset (sudah dipasarkan) dari beberapa lagu dan sudah mendapatkan surat dari lembaga sensor atas video klipnya. Namun kenyataannya bahwa di situs cagar budaya ini belum sepenuhnya dapat dirasakan kepariwisataannya dimana setiap sarana dan prasarana belum ada sepenuhnya di situs ini dan tanggapan dari pemerintah juga sangat lamban. Menurut Yoeti (1996 : 186) Prasarana adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan Sarana kepariwisataan menurut Salah Wahab dalam Yoeti (1996 : 194) adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memeberikan pelayanan pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak selamanya tergantung pada wisatawan. Untuk memenuhi sarana dan juga prasaran. Selanjutnya menurut Yoeti dalam Ahman Sya (2005 : 41) Untuk daerah yang dijadikan objek wisata maka darah tersebut haru memiliki kriteria yang memenuhi kebutuhan para wisatawan, antara lain daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see, di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan something to do, daerah tersebut harus memiliki apa yang disebut dengan istilah something to buy. Dari penjelasan di atas apabila Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe ingin menjadi objek wisata yang memenuhi syarat tersebut. Di Situs Cagar Budaya Salawe something to see yang dapat dilihat atau disaksikan adalah adanya tempat petilasan, lokasi panca warna, aliran sungai Ci Tanduy dan juga dapat menyaksikan tradisi Misalin yang berlangsung sebelum bulan puasa. Selanjutnya something to do yang berada di situs cagar budaya yaitu berziarah, bersantai ataupun melakukan penelitian atau pembelajaran tentang sejarah ataupun arkeologi. Dan yang terakhir adalah something to buy di kuncen sendiri disediakan sovenir berupa kaset berupa hasil seniman yang berada di paguyuban galuh midang. Namun sebenarnya apabila ada yang berjualan ada ciri khas tersendiri dari barang-barang lain seperti kerajinan dari tanah liat yang dijadikan barang-barang untuk rumah tangga yang disebut gerabah
dan ada golok yang dibuat di Dusun Papandayan Desa Raksabaya Kecamatan Cimaragas. Itu semua asli dibuat dari Kecamatan Cimaragas. Sedangkan untuk penambahan apa bila ada syarat yang biasa dijumpai di berbagai tempat adalah something to eat, untuk di situs cagar budaya ini belum adanya ciri khas dari makanan sendiri yang muncul ini menjadi salah satu kekurangan apa bila menjadi syarat-syarat yang disebutkan tadi.
3.1 Potensi wisata Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Digaluh Salawe Kecamatan Cimaragas merupakan kecamatan yang tidak mempunyai banyak tentang kepariwisataan terbukti dilihat dari profil Kecamatan Cimaragas, kecamatan ini hanya mempunyai satu potensi wisata yaitu wisata budaya lebih tepatnya adalah sebuah situs cagar budaya yang berada di Desa Cimaragas Dusun Tunggalrahayu. Namun setelah penulis melakukan penelitian di daerah situs tersebut maka potensi wisatanya bukan hanya potensi wisata budaya namun disana terdapat juga potensi wisata minat khusus yaitu berupa petualangan alam yaitu menyusuri aliran sungai Ci Tanduy. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat penjelasan dibawah : 3.1.1 Potensi Objek Wisata Budaya 3.1.1.1 Petilasan Petilasan adalah suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang yang penting. Tempat yang layak disebut petilasan biasanya adalah tempat tinggal, tempat beristirahat dalam pengembaraan yang relatif lama, tempat pertapaan, tempat terjadinya peristiwa penting, atau terkait dengan legenda. Di dalam petilasan ini seperti ruangan rumah yang di bagi-bagi atas beberapa ruangan dan pemisah antara ruangan tersebut adalah batu yang ditumpuk dengan menggunakan teknik tertentu sehingga sampai sekarang bisa masih ada. Luas dari petilasan ini kurang lebih 9800 m2. Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe terdapat beberapa petilasan di antaranya
yaitu di Kasepuhan ada Singa Derpa, Syeh Manahrasa/Prabu Siliwangi, Nyiratna Inten, Derpa Santana, Raden Jaya Kusumah, Raden Suta Derpa Cipta Permana Umbu Salawe, Syeh Abdul Kodir, terus di tempat Pamidangan Raden Jaya Kusumah, Sunan Rangga Lawe, Syeh Muhidin, Ki Galuh Pamungkas. Terus di tempat kuta ada Siti Umaliah, Nata Dikusumah, Maha Patih Anggra Sena, Dewi Sulung Manis, Dewi Umayah dan Adipati panaekan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat penjelasan dibawah menurut pembagian tempatnya. Selain tempat-tempat petilasan di dalam terdapat batubatu zaman dahulu yang umurnya diperkirakan ribuan tahun, salah satunya adanya batu entog wisnumurti batu ini merupakan batu yang melambangkan bahwa zaman dahulu di kerajaan ini pernah beragama Hindu. Dan satu ada batu pancalikan atau batu pangeresan merupakan batu pengesahan menjadi raja, jadi jaman dahulu itu ada adat yang mengharuskan pengesahan orang menjadi raja harus duduk di batu pangcalikan atau pangeresan tersebut. Dan menurut cerita bahwa batu pangcalika atau pangeresan itu pernah mengesahkan Ciung Wanara menjadi raja.
3.1.1.2 Tradisi Misalin Tradisi Misalin merupakan tradisi tahunan yang rutin digelar menjelang bulan puasa dan diikuti bukan hanya orang tua dan dewasa, tetapi juga anak-anak. Menurut juru kunci situs ini Tradisi "Misalin"
sendiri merupakan sebuah tradisi untuk
membersihkan diri menyongsong bulan suci. "Manusia harus suci saat memasuki bulan suci, tradisi ini sebagai upaya menyucikan diri menjelang bulan suci. Kegiatan tradisi diawali dengan pagelaran tradisi sunda pencak silat, kemudian dilanjut dengan prosesi lainnya. Inti kegiatanya dipusatkan di lokasi situs Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe dengan
menggelar tawasulan. Semua warga yang hadir berdoa bersama untuk leluhur yang telah dulu meninggal, termasuk berdoa untuk "karuhunnya" masing-masing. Pada tradisi ini warga secara sukarela bergotong-royong membuat pontrang, yakni makanan yang disajikan di atas anyaman daun kelapa yang dibentuk segi empat menyerupai bentuk kapal. Pontrang itu kemudian dibagikan kepada warga yang hadir dalam ritual untuk selanjutnya dimakan bersama-sama. Pontrang itu wadah makan zaman dulu ketika acara atau hajat masyarakat digelar seperti di acara khitanan ataupun pernikahan.
3.1.1.3 Lokasi Panca Warna Di dalam wilayah Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe terdapat beberapa bangunan yang bernama pancawarna yang mulai dibangun pada tahun 2010 diantaranya Babancong Pancawarna, mushola, dan banyu urip pancawarna sedangkang benteng galuh panca warna mulai dibuat pada tahun 2011. Babancong
Panca
Warna,
Babancong
merupakan
bangunan kecil menyerupai panggung. Bangunan ini merupakan tempat serbaguna untuk dipakai apa saja, diantaranya dimana juru pelihara Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe menyambut tamu, bisa dibilang kalau dirumah adalah ruang tamu namun tidak hanya itu di babancong ini juga sering digunakan aktivitas lain. Mushola, Musola merupakan bangunan kecil yang di buat oleh juru pelihara Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana melambangkan bahwa warga galuh taat menjalankan perintah agama. Banyu Urip Panca Warna, Banyu urip pancawarna merupan mata air yang dibendung sehingga menjadi seperti bak ukuran besar. Menurut bapak Latif mengatakan bahwa Banyu
artinya air, urip artinya kehidupan dan pancawarna artinya lima rupa. Merupakan air yang dahulunya yang dipakaioleh raja-raja dalam pertapaan di tempat petilasan.
3.1.2 Potensi wisata minat khusus (Petualangan alam) Karena Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe berada di pinggir aliran sungai Ci Tanduy maka potensi wisata di sana bisa dipakai menjadi wisata minat khusus. Menurut Dirjen pariwisata seni dan budaya (1998:17) wisata minat khusus
adalah
suatu
bentuk
kegiatan
dengan
memanfaatkan
sumberdayaalam dan potensi seni budaya bangsa sebagai sasaran wisata
Persiapan melakukan arum jeram
3.1.3 Upaya pelestarian yang perah dilakukan 3.1.3.1 Dibentuk Paguyuban Galuh Midang Paguyuban galuh midang merupakan sebagai pengelola Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe dan lingkungan seni yang berusaha melaksanankan program pelestarian situs cagar budaya dan mendirikan lingkungan seni sunda, yang memiliki bangunan budaya dan lokasi situs peninggalan purba. Dikatakan paguyuban karena Menurut Soekanto (2009 : 116) paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di
mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
3.1.3.2 Dibuatnya Benteng Galuh Panca Warna Benteng galuh panca warna merupakan suatu benteng yang dibuat dengan menggunakan batu yang disusun secara rapih menggunakan teknik arkeologis melihat cara yang dipakai di dalam Situs Cagar Budaya Sanghyang Maharaja Cipta Permana Digaluh Salawe,
dengan tujuan untuk menjaga keberadaan Situs Cagar Budaya Sanghyang Maharaja Cipta Permana Digaluh Salawe dari erosi aliran sungai Ci Tanduy karena situs ini berada tepat di pinggir aliran sungai
Ci Tanduy.
4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang potensi Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe sebagai objek wisata di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Potensi yang terdapat di Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Potensi objek wisata yang ada di Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe yaitu potensi wisata budaya yang teridiri dari petilasan yang merupakan potensi budaya sejarah, tradidi Misalin sebuah tradisi yang sering dilakukan sebelum bulan ramadhan, lokasi panca warna (bangunan dan tepat) yang mempunyai arti dan makna diantaranya babancong pancawarna, mushola, banyu urip panca warna dan satu lagi adalah benteng galuh pancawarna. Selanjutnya potensi pariwisata yang belum sama sekali terencanakan yaitu potensi wisata minat khusus yang termasuk petualangan alam di dalamnya yaitu berupa wisata berperahu menyususri suangai (Rafting). Karena situs ini berada tepat di pinggir aliran sungai Ci Tanduy.
2. Upaya pelestarian Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe. Melindungi, yaitu dengan membuat sistem zonasi ini situs cagar budaya dapat dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang sifatnya disengaja ataupun tidak disengaja. Dan Melakukan pemeliharaa secara terpantau. Mengembangkan, yaitu dengan penelitian dilakukan pada setiap rencana pengembangan warisan budaya Daerah untuk menghimpun informasi serta mengungkap, memperdalam dan menjelaskan nilai-nilai budaya dan revitalisasi merupakan suatu proses, cara,
perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai kegiatan kesenian tradisional diadakan dalam rangka kebudayaan lama. Dan yang terakhir pemanfaatan, Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe yaitu dilakukan untuk pemanfaatan pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial dan pariwisata yang bisa dilakukan dengan selaras.
4.2 Saran Dalam penelitian mengenai Situs Cagar Budaya Sanghyang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Segala macam bentuk potensi yang dimiliki Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Digaluh Salawe harus lebih dikembangkan dan digali lebih mendalam 2. Melakukan promosi yang lebih kreatip 3. Pentingnya diadakannya penyuluhan kepada warga masyarakat sekitar mengenai dampak positif dan negatif yang terjadi dari pengembangan potensi wisata budaya Situs Cagar Budaya Sanghiang Maharaja Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe di lingkungan tempat tinggal masyarakat. 4. Bagi peneliti lanjutan, pada hal-hal yang belum dikaji dalam penelitian ini hendaklah diteliti lebih mendalam lagi agar kajian yang dihasilkan dapat lebih bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA Ahman, Sya. (2005). Geografi Pariwisata Kabupaten Kuningan. Garut : CV. Gadjah Poleng Departemen Pariwisata, seni dan Budaya. (1998). Petunjuk Pariwisata Nusantara. Jakarta. Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. ALFABETA Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa