HUBUNGAN LAMA MOBILISASI AKTIF DENGAN PENURUNAN RESIKO TERJADINYA KOMPLIKASI LUKA PADA PASIEN POST SECTIO CESARIA (SC) DI RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Siti Haniyah 1), Iis Setiawan2), 3) 1
Prodi D3 Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto Email :
[email protected] 2 Prodi D3 Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto Email :
[email protected]
Abstract Background : Treatment given to post SC patients is aimed for preventing the risk of wound complication after the surgery. And one of the prevention is by conducting mobilisation which is hoped for improving the blood distribution so that the wound recovery process can occur faster. Purpose :This research was aimed for knowing the correlation between the length of active mobilisation and the decreasing of the risks of wound complication of post SC patients at Goeteng Hospital, Purbalingga. Method : This reseach used analytic observation technique with cross sectional approach. The samples were taken using purposive sampling technique. The respondents were 36 post SC patients. The data were taken in three-day active mobilisation treatment after the surgery. Result : The result of the research was that the average length of time of active mobilisation was in enough category (120-140 minutes). Of the 8 respondents had wound complications, whereas 28 respondents did not experience wound complications. The correlation between the length of active mobilisation and the decreasing of the risks of wound complication of post SC patients has a p value = 0.003, which means that the value of p is ≤ 0.05, and the X2 count is 11.700 and also the X2 tabel is 5.591. Conclusion : The result showed that there was correlation between the length of active mobilisation and the decreasing of the risks of wound complication of post SC patients at Goeteng Hospital, Purbalingga. Key words; active mobilisation, wound complication risk, post SC.
PENDAHULUAN Saat ini persalinan dengan SC bukan yang baru lagi bagi para ibu dan golongan menengah ke atas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan dengan SC di Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam tahun terakhir. Tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 53.7%55.3% ibu melahirkan dengan proses SC dan sisanya memilih melahirkan secara normal. Data World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa persalinan dengan SC adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Sementara di Indonesia sendiri, persentase operasi SC sekitar 5%. Adapun rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% 31 .Tindakan SC merupakan tindakan dengan pembedahan yang proses penyembuhan lukanya akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi, proliferasi, fibroblastik dan maturasi43. Operasi SC dapat menyebabkan komplikasi antara lain, infeksi, perdarahan yang meningkat dan waktu pemulihan paska persalinan yang lebih lama, kemungkinan kerusakan kandung kemih dan usus, thrombosis dan emboli serta gangguan pada proses penyembuhan luka29. Untuk mencegah terjadinya komplikasi luka, pasien SC harus melakukan mobilisasi dini sehingga diperlukanya pengetahuan tentang mobilisasi dini. Manfaat dari mobilisasi adalah peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, mencegah tromboplebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka dan meningkatkan fungsi pencernaan28. Dampak tidak dilakukan mobilisasi dini dapat terjadi pneumonia, sulit buang air besar dan buang air kecil, distensi lambung, gangguan pernafasan, gangguan kardiovaskuler 27. Faktor-faktor
yang
dapat
menghambat penyembuhan luka pasca operasi ada 2 faktor yaitu faktor intrinsik : umur, penyakit penyerta, status nutrisi, oksigenisasi dan perfusi jaringan, serta merokok. Kemudian faktor ekstrinsik : teknik pembedahan buruk, mobilisasi, pengobatan, manajemen luka yang tidak tepat, psikososial dan infeksi35. Khususnya pada pasien post operasi SC hal lain yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka pasien adalah toleransi klien terhadap proses mobilisasi dini yang dilakukan pasien post pembedahan. Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau pemulihan luka pasca bedah. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mobilisasi, salah satunya dapat melatih kekuatan otot-otot panggul serta involusi organ kandungan untuk kembali normal, sehingga klien lebih segar dan berdampak pada lama hari rawat akan berkurang 7. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada bulan Desember 2013 diperoleh data dari catatan medik pada tahun 2012 tercatat jumlah pasien yang melahirkan dengan SC sebanyak 339 orang (37,5%), dari 904 pasien yang menjalani persalinan. Adapun data yang didapat pada tahun 2013 sampai dengan bulan Juli 2013 sebanyak 215 orang yang menjalani operasi SC dari 636 persalinan. Adapun rata-rata lama hari rawat pasien post SC yang didapatkan adalah berkisar antara 3–5 hari, namun masih didapatkan beberapa pasien yang tidak segera melakukan mobilisasi dini post pembedahan SC. Hal ini akan berdampak pada semakin lama waktu perawatan di Rumah Sakit dan biaya yang perawatan serta proses penyembuhan luka lebih lama.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan lama mobilisasi
aktif dengan penurunan resiko terjadinya komplikasi luka pada pasien post SC di Rumah Sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. METODE Penelitian ini menggunakan metode peneltian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional dilaksanakan di ruang Bougenville Rumah Sakit dr. R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada bulan Maret-April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post SC di ruang Bougenville Rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sebanyak 215 dari bulan Januari sampai dengan Juli 2013. Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan besar sampel yaitu pertimbangan praktis, pertimbangan metodologis serta pertimbangan yang lain34. Peneliti mempertimbangkan dalam menentukan besar sampel yaitu pertimbangan praktis (terkait dana, sarana, tenaga dan waktu). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan pertimbangan / pengalaman peneliti maka peneliti dalam penentuan jumlah responden mengambil 15 % dari populasi yang ada sehingga diperoleh jumlah sampel sejumlah 36 sampel. Pengambilan data primer diambil denga cara menggunakan cek list observasi untuk mengetahui penyebab terhadap responden di ruang Bougenville Rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sesuai dengan kriteria Inkslusi dan ekslusi. Data univariat dianalisis untuk menyajikan data yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable. Menurut Saryono33, data dengan skala nominal dan ordinal analisis dapat dilakukan dengan frekuensi dan persentase. Data bivariate dilakukan untuk mencari hubungan antar dua variabel yaitu variabel bebas (lama waktu mobilisasi aktif) dengan variabel terikat (penurunan resiko komplikasi luka post SC). Uji statistik yang digunakan yaitu uji ChiSquare. Analisis Chi-Square menggunakan taraf signifikansi α = 5%. Notoadmodjo (2010)
menyatakan bahwa korelasi atau hubungan signifikan apabila nilai p atau nilai probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan (p ≤ 0,05) yang artinya Ha diterima, sedangkan apabila p > α artinya Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara dua variabel yang dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Responden penelitian merupakan pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Data responden menurut umur diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden berdasarkan umur di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Maret – April 2014 (n=36). No 1 2 3
Umur 20 - 25 26 -30 31 - 35 Total
fr 7 14 15 36
Persentase (%) 19.4 % 38.9 % 41.7 % 100
Sumber : Data primer yang diolah ( April 2014 )
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui usia yang terbanyak didapat berusia 31- 35 tahun sebanyak 15 responden ( 41.7 % ) sedangkan yang paling rendah pada usia 20 – 25 tahun yaitu sebanyak 7 responden ( 19.4 % ). Hasil penelitian ini menunjukan usia yang tertua pada penelitian antara usia 31 – 35 th. Usia mempengaruhi penyembuhan luka. Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat dengan orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah. Walaupun tahap penyembuhan luka pada klien lansia terjadi secara lambat, aspek fisiologi penyembuhan luka tidak berbeda dengan klien yang berusia muda33. Pada proses penyembuhan luka, semakin tua usia seseorang akan semakin lama dalam proses penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan elastis dalam kulit dan perbedaan penggantian kolagen mempengaruhi penyembuhan luka. Begitu juga dengan status penyakit dan pengobatan. Data responden berdasar karakteristik kadar Hemoglobin ( Hb ) dapat dilihat pada table 2
Tabel 2. Distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden berdasarkan kadar Haemoglobin ( Hb ) di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Maret – April 2014 (n= 36).
No 1 2 3
Kadar Hb (g/d )
fr
10.0 – 12.0 12.1 – 13.5 13.6 – 14.5 Total
25 7 4 36
Persentase (%) 69.5 % 19.4 % 11.1 % 100
juga dipengaruhi oleh tahanan vaskuler dan kemampuan jantung dalam mempompa darah ke seluruh jaringan tubuh, sehingga dimungkinkan pertukaran oksigen sebagai zat yang dibutuhkan dalam metabolisme sel tubuh dalam proses penyembuhan luka25. Total lama waktu mobilisasi aktif dapat dilihat secara rinci pada table 3. Tabel 4.3. Distribusi frekuensi total lama waktu mobilisasi aktif responden di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Maret – April 2014 (n= 36).
Sumber : Data primer yang diolah ( April 2014 ) No
Berdasarkn Tabel 2 menunjukan kadar Haemoglobin responden yang terbanyak mempunyai kadar Hb antara 10.0 - 12.0 g / dl sebanyak 25 responden ( 69.5 % ). Hasil penelitian karakteristik dari 36 responden di RSUD dr. R. Goeteng taroenadibrata Purbalingga berdasarkan kadar haemoglobin menunjukan kadar haemoglobin responden yang terbanyak mempunyai kadar HB antara 10.0 - 12.0 gr/dl yaitu sebanyak 25 responden (69.5 %). Pada penelitian ini pemeriksaan kadar Hb dilaksanakan setelah pasien dilaksanakan tindakan operasi pada H-0 untuk menentukan dan mengetahui nilai kadar Hb. Jika nilai kadar Hb kurang dari normal akan diberikan tindakan berupa pemberian tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan dengan harapan proses penyembuhan luka akan lebih cepat dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi luka. Pada orang anemia secara fungsional dapat diartikan bahwa kemampuan darah yang salah satu fungsinya membawa oksigen yang cukup ke jaringan perifer juga akan mengalami penurunan. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh dalam metabolisme sel khususnya regenerasi sel dalam masa penyembuhan pada pasien post operasi SC. Proses penyembuhan luka akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi, profelirasi, fibroblastik dan maturasi43. Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplay oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan20. HB merupakan suatu substansi dalam sel-sel merah yang terdiri dari zat besi dan berfungsi sebagai alat transport bagi oksigen yang sangat baik guna membantu penyembuhan luka. Aliran darah yang membawa oksigen yng terlarut dalam HB
1 2 3
Kategori total lama waktu Mobilsasi aktif (menit) Kurang(< 120 ) Cukup (120 - 240) Baik ( > 240 ) Total
fr
Persentase (%)
2 20 14 36
5.6 % 55.6 % 38.9 % 100
Sumber : Data primer yang diolah ( April 2014 ) Berdasarkan Tabel 3. dapat dikatakan bahwa dari 36 responden yang dijadikan subyek penelitian mayoritas mempunyai total lama waktu mobilisasi aktif dengan kategori cukup ( 120 – 240 menit ) yaitu sebanyak 20 responden ( 55.6 % ). Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki total lama waktu mobilisasi aktif yang berbeda- beda. Hasil penelitian terhadap responden di RSUD dr. R. Goeteng taroenadibrata Purbalingga menunjukan bahwa mayoritas responden mempunyai total lama waktu mobilisasi aktif dengan kategori cukup yaitu 120 menit sampai dengan 240 menit dengan jumlah responden sebanyak 20 (55.6%). Penghitungan total lama waktu mobilisasi aktif dihitung dari H-0 post operasi setelah 6 jam post operasi sampai dengan hari ke 3 post operasi SC, yang selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah total waktu mobilisasi yang dilakukan oleh responden sampai hari ke 3 post operasi SC . Menurut Koizer Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi. Menurut Manuaba26 melakukan mobilisasi dini memiliki 5 keuntungan yaitu dapat memperlancar pengeluaran lokia dan mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dibutuhkan luka terpenuhi dan mempercepat kesembuhan luka, mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Beberapa masalah fisik akan muncul karena kurangnya mobilisasi, sebagai contoh pada pasien post operasi SC apabila terlambat ataupun kurang dalam melakukan mobilisasi akktif akan berakibat terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan19. Dampak dari kurangnya mobilisasi akan berakibat pula terjadinya gangguan suplai oksigen dan metabolisme sel pada jaringan post operasi tersebut yang secara tidak langsung berpengaruh pada proses penyembuhan luka dan memungkinkan terjadinya komplikasi pada luka tersebut. Distribusi responden berdasarkan ada tidakya komplikasi luka dapat dilihat pada table 4. Tabel 4. Distribusi frekuensi gambaran responden berdasarkan ada tidaknya resiko komplikasi luka post SC di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Maret - April 2014 (n= 36). No
Ada tidaknya Fr Persentase resiko (%) komplikasi luka post SC 1 Ada 8 22.2 % komplikasi 2 Tidak ada 28 77.8 % komplikasi Total 36 100 Sumber: Data primer yang diolah( April 2014 )
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat dari 36 responden yang dijadikan subyek penelitian mayoritas tidak terjadi resiko komplikasi pada luka post SC sebanyak 28 responden (77.8 %). Sedangkan 8 responden ( 22.2 %) mengalami komplikasi berupa hemoraghi / perdarahan. Hasil penelitian pada responden berdasar ada tidaknya komplikasi luka menunjukan adanya komplikasi yang timbul yaitu berupa perdarahan yaitu sebanyak 8 responden (22.2%). Sedangkan jenis komplikasi luka yang lain tidak ditemukan pada penelitian ini. Pada luka post operasi kadang terjadi sedikit perdarahan di bawah kulit yang disebut hematoma (hemoraghi). Jika terjadi bekuan darah kecil, maka ia akan diserap dan tidak harus ditangani. Akan tetapi jika bekuannya besar dan luka agak menonjol maka penyembuhan akan terhambat kecuali bekuan ini dibuang. Komplikasi luka yang terjadi berdasar hasil penelitian ini adalah berupa hemoraghi yang ditandai dengan adanya responden yang masih mengalami perdarahan sekitar luka setelah post operasi hari ke 3 pada saat dilakukan perawatan luka yang berdampak pada proses penyembuhan luka akan terganggu dan lebih lama. Komplikasi berupa hemoraghi/ perdarahan sebesar 8 responden atau sekitar 22.2%, hal ini mengakibatkan bekuan darah yang sering kali terdapat pada luka dan jika bekuan darahnya besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk proses penyembuhan luka lebih lama. Perdarahan dapat menunjukan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing. Hemoraghi bisa disebabkan insufisiensi vaskuler, tekanan, kelembaban, nekrosis dan adanya benda asing dalam luka35. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka salah satunya juga disebabkan hematoma yang merupakan bekuan darah yang sering kali terdapat pada luka yang dapat di absorbsi oleh tubuh ke dalam sirkulasi secara bertahap. Tetapi jika bekuan darah itu besar, hal tersebut memerlukan waktu yang lama sehingga akan menghambat proses penyembuhan luka. Faktor lainya adalah adanya gangguan sirkulasi/ gangguan oksigenasi, dimana
kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokontriksi dan mengakibatkan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi dalam penyembuhan luka4. Hubungan lama waktu mobilisasi aktif dengan ada tidaknya resiko komplikasi luka dapat dilihat secara rinci pada table 5.
Tabel 4.5. Tabulasi silang hubungan antara lama waktu mobilisasi aktif dengan resiko ada tidaknya komplikasi luka post SC di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Maret – April 2014. N o
Ada atau tidak nya komp likasi luka 1 Ada resiko komp likasi 2 Tidak ada resiko komp likasi Jumlah
Total lama waktu mobilisasi aktif Kurang Cukup Baik
Jumlah
%
%
%
%
5.6 %
16.6 %
-
22.2 %
P Value
X2
X2 t
0.003
11. 7
5.5 91
-
38.9 %
38.%
77.8 %
5.6 %
55.5 %
38.9 %
100 %
Sumber : Data primer yang diolah ( April 2014) Dari hasil analisa data berdasarkan Tabel 5. menggunakan uji uji Chi-Square diketahui nilai p = 0.003 dengan demikian nilai p ≤ 0.05 dan X2 hitung = 11.700 lebih besar dari X2 tabel = 5.591 , sehingga sesuai dengan hipotesis awal bahwa (Ha) hipotesis kerja diterima. Hal ini berarti secara stastistik ada hubungan yang bermakna antara hubungan lama waktu mobilisasi aktif dengan penurunan resiko terjadinya komplikasi luka pada pasien post section cesarean (SC) di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdasar penghitungan total lama waktu mobilisasi sampai hari ke 3 post SC,
didapatkan responden dengan mobilisasi baik dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk melaksanakan mobilisasi dapat mengurangi adanya resiko terjadinya komplikasi luka post operasi SC dan mempercepat adanya proses penyembuhan luka itu sendiri. Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau pemulihan luka pasca bedah. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mobilisasi, salah satunya dapat melatih kekuatan otot-otot panggul serta involusi organ kandungan untuk kembali normal, sehingga klien lebih segar dan berdampak pada lama hari rawat akan berkurang7. Fenomena mobilisasi dini telah banyak diketahui, salah satunya penelitian tentang hubungan motivasi mobilisasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca SC di RSU Mitra Sejati Medan yang mengambil sampel 86 orang yang diambil secara accidental sampling yang menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca SC33. Menurut Bariah6 di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post SC didapatkan bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka operasi. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian sejenis sebelumnya dengan hasil penelitiannya adalah adanya pengaruh mobilisasi dalam mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat. Dan berdasar penelitian ini, disarankan agar mobilisasi dini dilakukan pada pasien post pembedahan SC untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat7. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Sifat penyembuhan pada semua luka sama dengan variasinya yaitu bergantung pada lokasi, keparahan dan luasnya cedera46. Selain itu kemampuan sel dan jaringan dalam melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel juga mempengaruhi penyembuhan luka35. Beberapa dampak positif melakukan mobilisasi dini memiliki 5 keuntungan yaitu dapat memperlancar pengeluaran lokia dan mengurangi infeksi puerperium,
mempercepat involusi alat kandungan, memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dibutuhkan luka terpenuhi dan mempercepat kesembuhan luka, mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Oleh karena itu peneliti berasumsi bagi ibu post SC untuk segera mungkin melakukan mobilisasi dini sesuai tahapan yang telah diberikan sesuai prosedur26. Adapun beberapa tujuan dari mobilisasi antara lain memenuhi kebutuhan dasar manusia, mencegah terjadinya trauma, mempertahankan tingkat kesehatan, mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari, mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh. Mobilisasi dini diharapkan memperbaiki aliran darah sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka7. Mobilisasi pasca pembedahan adalah aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakan tungkai) sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar9. Beberapa mobilisasi dini dilakukan secara bertahap pada ibu pasca SC yaitu setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca SC harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk dan setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan23. Adanya mobilisasi yang baik dan tepat diharapkan pengembalian fungsi fisiologis dapat kembali normal, dengan mobilisasi yang baik secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap sistem sirkulasi dalam tubuh.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Diperoleh gambaran total lama waktu mobilisasi aktif responden yang dikategorikan dalam kategori lama waktu mobilisasi baik (>240 menit) sebanyak 14 (38.9%), dan kategori cukup (120-240 menit) sebanyak 20 (55.6%) sedangkan kategori lama waktu mobilisasi aktif yang kurang (<120 menit) sebanyak 2 (5.6%) Responden dengan resiko komplikasi luka post SC didapatkan sebanyak 8 sampel (22.2%) sedangkan responden dengan tidak terjadi resiko komplikasi luka sebanyak 23 sampel (63.9%). Komplikasi luka berupa hemoraghi / perdarahan sebanyak 8 sampel (22.2%). Dari analisa data dengan nilai P = 0.003 didapatkan X2 hitung sebesar 11.700 sedangkan X2 tabel sebesar 5.591 yang berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang dapat dimaknai terdapat hubungan antara lama waktu mobilisasi aktif dengan penurunan resiko terjadinya komplikasi luka pada pasien post SC.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Akhrita, Z.,(2011) Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan Kandung Kemih Pasca Pembedahan Dengan Anestesi Spinal Di IRNA B. Skripsi, Universitas Andalas : Fakultas Kedokteran
4.
5. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
16.
17.
Ayello, E. A. (2006). Klien dengan Luka. In P. A. Potter & A. G. Perry (Eds), Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4ed., Brunner & Suddart.,(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Vol.2). Jakarta: EGC. Azzawi, F., (2002). Atlas Teknik Kebidanan.Jakarta: EGC Bariah, K. (2010). Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Seksio Cesarea. Universitas Sumatera Utara. Medan. Barid, M.(2011). Pengaruh Mobilisasi dini terhadap Proses Penyembuhan Luka dan lama Hari Rawat Pada Pasien Post pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang Brawijaya Kanjuruhan Malang.Universitas Brawijaya, Malang. Brown, D., L. (2004). Wound, Michigan Manual of Plastic Surgery, 1st ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Brunner & Suddart.,(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. EGC, Jakarta. Carpenito. (2000). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinis. EGC : Jakarta Cunningham, (2006). Obstetri Willams. Volume I, EGC, Jakarta Fawzy, M., Zalata, K. (2010). Late post-Cesarean surgical complication. Journal of Obstetric and Gynecology and Pathology. Res. Vol. 36, No. 3: 544-549 Fitriyahsari, (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC Forbeterhealth. Membantu pasien Bergerak. http : //forbetterhealth. Wordpress.Com Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pasca operasi Caesar. Jakarta : Erlangga. Hamilton, (2008). Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo kelompok Gramedia.
18.
Hayati, (2010). Faktorfaktor Yang berhubungan Dengan Penyembuhan Luka Pasca Operasi Di Irna Bedah RSUP DR. Djamil Padang Tahun 2010. Skripsi, Universitas Andalas Padang. 19. Henriati, (2010). Gambaran FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea, Karya Ilmiah, Universitas Sumatra Utara: Medan 20. Hidayat, A,A (2007), Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba Medika, Jakarta. 21. Hidayat, A.,(2010). Metode Penelitian Kesehatan ; Paradigma Kuantitatif. Edisi Pertama. Salemba, Surabaya. 22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Kartinah, (2009). Mekanisme Penyembuhan Luka. KDM 2006. Keperawatan, SI, FIK, UMS. Kasdu, (2003). Buku Ajar Medikal Bedah. Jogjakarta: Graha ILmu Kozier. (2004). Fundamental of Nursing Concepts Process and Practice. New Jersey. Inc. Sedney River Kurniawan, A. (2010). Hubungan Lama Waktu Mobilisasi Aktif Terhadap Penurunan Resiko Terjadinya Komplikasi Luka Pada pasien Post Prostatectomy Di Rumah sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi, Universitas jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan) Manuaba, I. B., (2002) Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta Mochtar, R., ( 2005). Sinopsis Obstetric. Jakarta: EGC Liu, D., 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Mundy, C.,( 2005). Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama. Muttaqin Arif, (2009). Asuhan keperawatan perioperatif, EGC, Jakarta Notoadmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novitasari, A (2011) Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Secsio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. SkripsiUniversitas Sumatera Utara, Medan. Nursalam. (2003). Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta Resha, (2010). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC
Roper. (2002). Prinsipprinsip keperawatan. Yayasan Essential Medica : Yogyakarta 38. Santjaka, A.( 2008). Biostastistik. Global Internusa : Purwokerto 39. Saifudin B. A., Adrianz G., dkk, (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi 1. YBP-SP, Jakarta. 40. Santosa, D. (2008). Efektifitas Gentamisin Anestesi dan
41.
42.
43.
44.
45.
37.
46.
47.
48.
Iodine Povidone 10 % Terhadap Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Di RSUD Purbalingga. Skripsi, Universitas jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan) Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT. Percetakan dan Penerbitan Universitas Jenderal Soedirman. Smeltzer, suzanna C, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart edisi 8 volume 1,2,3. EGC, Jakarta. Sjamsuhidayat, R., De Jong, W, (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC Sulastri, (2012). Hubungan Kadar Hemoglobin dengan penyembuhan luka Post Sectio Caesarea (SC) di Ruang Mawar I RSUD DR. Moerwadi Surakarta. Skripsi. Sugiyono. (2009). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Suriadi. (2004). Perawatan Luka, edisi 1, CV Sagung Seto, Jakarta Torre, J., D., L., Sholar, A ( 2006). Wound Healing, Chronic Wounds. e-Medicine from WebMD http://www.emedicine.com/plastic/topic 477.htm Winjosastro. (2007). Ilmu Bedah kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakarta.