1 The Dangerous Level of Landslide at the Hill Area of Maninjau Lake at Tanjung Raya District of Agam Regency. Skripsi. Study Program of Geography STKIP PGRI West Sumatera, Padang. By : Yanti Puspita Sari, 1Erna Juita,² widya prari keslan ³ 1 Geography Education College Student STKIP PGRI Western Sumatra 2,3 Education instructor Staffs STKIP PGRI'S Geographies Western Sumatras
ABSTRACT In the utilization of area by the human should pay attention the limited area exploitation due to the larger exploitation will affect to the area. For example the landslide, is a frequently natural phenomenon occurred. This research aim to know the slope, length of slope, texture, structure, permeability, rock decay, rainfall rate, area usage and the potency of landslide around the vicinity of Manainjau Lake to each existing area at the at Tanjung Raya District of Agam Regency. For each existing area in the research area consisted of six unit area and sample was taken by purposive sampling through related consideration where the sample was taken have already represented each various area unit that has already established. The data analysis used descriptive analysis that is an analysis in the form of comparative table between the slope, length, texture, structure, permeability, rock decayed, rainfall, the area usage and landslide potency in the vicinity of Maninjau lake. The result of research showed that: 1) the slope in the research area have variation, those are started from 2 fold level with the slope about (16%), 3 fold level with the slope about (35%), 4 fold level with the slope about (42%). 2) the length of slope was started from the criteria of length (140 m) up to the longest due to trigger the landslide. 3) the physical character of soil to the research area was generally sensitive to have landslide because its texture of muddy and sandy and structure granular and permeability started from the lowest, speed, rather speed, the decay level was strong decay, rainfall at the station of Manggopoh was the highest with amount about 158,72 mm/years, 4) the area usage have variation was started from the bush to the forest, agriculture area and farming area. 5) By having risky level of landslide danger which consisted of 1. Middle level to the area unit 1 (V1 Qamj.IISbl.Dyst, to the sample 2 (V1.Qamj.II.Ht.Hap) sample 3 (VI.Qamj.II.Kc.Ter) and sample 4 (VI.Qamj. IV.Ht.Hap) sample 5 (V3 Qamj.IV.Ht.Dyst) and sample 6 (V3.Qamj.IV.Sw.ter) Key words: Danger, Landslide, Slope, Maninjau Lake.
2 Tingkat Bahaya Longsor di Kawasan Perbukitan Sekitar Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam
Oleh : Yanti Puspita Sari, 1Erna Juita,² widya prari keslan ³
1 Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2,3 Staf Pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Dalam penggunaan lahan manusia harus memperhatikan batas-batas kemampuan lahan, karena jika berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada lahan tersebut. Misalnya longsor yang merupakan fenomena alam yang sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemiringan lereng, panjang lereng, tekstur, struktur, permeabilitas, pelapukan batuan, curah hujan, pengunaan lahan, dan potensi longsor di daerah kawasan sekitar danau maninjau pada setiap satuan lahan yang ada di kecamatan tanjung raya kabupaten Agam. Satuan lahan yang ada pada daerah penelitian terdiri dari 6 satuan lahan, dan sampel yang diambil dengan metode purposive sampling yaitu dengan penunjukan. Dimana sampel yang diambil sebanyak enam sampel yang mewakili dari setiap variasi satuan lahan yang terbentuk. Analisa data yang digunakan adalah deskriptif yaitu analisa berupa tabel-tabel perbandingan antara kemiringan lereng, panjang lereng, tekstur, struktur, permeabilitas, pelapukan batuan, curah hujan, penggunaan lahan, dan potensi longsor di daerah kawasan sekitar danau maninjau Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1)Kemiringan lereng daerah penelitian bervariasi yaitu mulai dari harkat 2 dengan kemiringan lereng (16%), harkat 3 dengan kemiringan lereng (35%), harkat 4 dengan kemiringan lereng (42%), 2) Panjang lereng yaitu mulai dari kriteria panjang (140m) sampai sangat panjang (320m) yang rentan terhadap longsor, 3) sifat fisik tanah pada daerah penelitian umumnya rentan terhadap longsor karena tekstur lempung berpasir dan struktur granular dan permeabilitas mulai dari sangat lambat, cepat, agak cepat, tingkat pelapukan lapuk kuat, curah hujan stasiun mangopoh sangat tinggi dengan jumlah 158,72 mm/tahun, 4) penggunaan lahan bervariasi mulai dari semak belukar, hutan, kebun campuran, dan sawah. 5) dengan Tingkat bahaya longsor terdiri dari 1 yaitu tingkat sedang pada satuan lahan 1 (V1.Qamj.II.Sbl.Dyst, pada sampel 2 (V1.Qamj. II.Ht.Hap) sampel 3(V1.Qamj.II.Kc.Ter), dan sampel 4 (V1.Qamj. IV.Ht.Hap) Sampel 5 (V3.Qamj.IV.Ht.Dyst) dan sampel 6 (V3.Qamj.IV.Sw.Ter.
3 danau
PENDAHULUAN
diindonesia
Sumatera Pertambahan penduduk selalu diiringi
meningkatnya
berbagai
kebutuhan hidup seperti pemukiman, pertanian
dan
lain
Barat
terluas
kedua
sedangkan
merupakan Dedemia
di
danau (2012).
Longsor. http:// wikipedia.org/ wiki. Longsor
sebagainya,
Longsor yang terjadi di daerah
sehingga keterbatasan lahan sering
perbukitan
menjadi hambatan oleh manusia untuk
disebabkan oleh getaran gempa 7,9
memenuhi
kebutuhannya.
skala rickter ( SR) yang terjadi pada 30
Penggunaan lahan adalah salah satu
September 2009 dan dilanjutkan hujan
contoh
terhadap
deras, longsor tahun 2009 merupakan
lingkungan tempat tinggalnya untuk
peristiwa ulangan yang pernah terjadi
melangsungkan
Dalam
pada 1980. Longsor pada awal oktober
pengguanaan lahan manusia harus
2009, menyebabkan ratusan rumah dan
memperhatikan
bangunan pada tiga kampung yakni,
semua
aksi
manusia
kemampuan berlebihan kerusakan
kehidupan.
batas-batas lahan,
karena
akan pada
jika
mengakibatkan lahan
tersebut.
Jorong
sekitar
Pandan,
danau
Maninjau
Galapung,
Batu
Nanggai mengalami rusak berat, roboh dan
tertimbun
tanah
bercampur
Misalnya longsor yang merupakan
bebatuan dan kayu glondongan. Secara
fenomena alam yang sering terjadi.
kasat mata terlihat, hutan diperbukitan
Peristiwa
menjadi
disekelilingnya selama ini berwarna
bencana apabila mengakibatkan korban
hijau setelah gempa dan tanah longsor
jiwa dan harta manusia (Anwar dalam
berubah menjadi kemerah-merahan dan
Febriyani, 2010)
gundul.
tersebut
akan
Daerah perbukitan sekitar danau
Kerusakan paling parah terdapat di
Maninjau merupakan salah satu lokasi
sekitar
rawan longsor. Danau Maninjau secara
Dedemia
administrasi
wikipedia.org/ wiki. Longsor
wilayah
termasuk
kecamatan
ke
dalam
(2012).
Tanjung Longsor.
Sani. http://
Raya
Pada tanggal 27 Januari 2013
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera
tepatnya hari Minggu bencana longsor
Barat
darikota
melanda kawasan Danau Maninjau
Padang, 36 km dari kota Bukittinggi,
yaitu di Kenagarian Tanjung Sani, pada
27 km dari Lubuk Basung, dewasa ini
pukul
tercatat sebagai danau terluas kesebelas
merupakan peristiwa ulangan
dengan
jarak
Tanjung
perbukitan
155
04.45
wib.
Longsor
ini yang
4 pernah terjadi pada 30 September 2009
Danau
yang menyebabkan puluhan rumah
Tanjung Raya Kabupaten Agam”
tertimbun
longsor.
Longsor.
Maninjau
Kecamatan
http://
wikipedia.org/ wiki. Longsor
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut data BPBD kabupaten
Berdasarkan
latar
belakang,
Agam, longsor menimbun 15 rumah
permasalahan dan tujuan penelitian,
warga. Rumah warga yang tertimbun
maka
longsor itu terletak di kaki tebing,
digunakan adalah penelitian Deskriptif.
dimana terdapat sungai terjal yang
Penelitian deskriptif adalah penelitian
mengakibatkan
putus,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan
sehingga sekitar 30 keluarga dengan
apa yang ada saat ini berlaku dan
jumlah jiwa sekitar 52 jiwa terisolasi
didalamnya
Danau
jembatan
Maninjau
selalu
metodologi
penelitian
terdapat
mendeskripsikan
yang
upaya mencatat,
kekurangan air pada musim kemarau,
menganalisa dan menginterpretasikan
sehingga masyarakat mengeluh karena
kondisi-kondisi yang sedang atau yang
PLTA tidak berfungsi penuh. Apalagi
telah terjadi (sudjana dan ibrahim,
dalam kondisi hutannya yang sudah
2006)
gundul
kekurangan
air,
kerusakan
hutan yang mengelilingi danau rawan
HASIL DAN PEMBAHASAN
longsor. pemukiman rakyat banyak yang
berada
dibawah
tebing
ini
berjumlah 8187 kepala keluarga, hal ini menambah kekwatiran masyarakat, ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu ( BPS kabupaten
Berdasarkan kenyataan tersebut penulis
perlu
melakukan
penelitian di daerah sekitar kawasan danau Maninjau tersebut dimana dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk meneliti “ Tingkat Bahaya Longsor di
Berdasarkan garis lintang dan bujur, kecamatan Tanjung Raya terletak antara 100005’’BT – 100016’’BT dan 0012” LS – 0022” LS. Secara keseluruhan kecamatan Tanjung Raya berbatasan dengan :
Agam)
maka
1. Letak, Batas dan luas daerah
Kawasan
Perbukitan
Sekitar
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Palembayan b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Pariaman c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Basung dan kabupaten Padang Pariaman
5 d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Matur dan kecamatan
terhadap longsor dapat meningkatkan sedimentasi di perairan danau.
IV Koto. Secara
administratif
Kecamatan
3. Keadaan Iklim Iklim merupakan suatu gejala
Tanjung Raya merupakan salah satu dari 11
kecamatan
Kabupaten Tanjung
di
daerah
Agam.
Luas
Raya
adalah
tingkat
II
Kecamatan 150,76
km2.
Kecamatan Tanjung Raya yang terletak di selingkar Danau Maninjau berada pada ketinggian 471 mdpl, luas permukaan 9950 ha dengan kedalaman maksimum 157 m (Kec.Tanjung Raya Dalam Angka, 2012)
alam yang dibentuk oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, curah hujan, kelembaban
udara,
dan
penyinaran
matahari. Berdasarkan laporan akhir kegiatan Pengkajian Geografi Spesifik Produk Kabupaten Agam tahun 2010, kecamatan Tanjung Raya termasuk ke dalam
daerah
dengan
curah
hujan
mencapai 2500-3500 mm/tahun dengan 2.
bulan kering selama 1-2 bulan berturut-
Topografi Berdasarkan
pengamatan
turut.
lereng yang diperoleh dari peta topografi Kecamatan
Tanjung
raya
kabupaten
(Sumber: BPS Kabupaten Agam 2010)
agam. (sumber: BAPPEDA Kab. Agam) dapat di lihat Kawasan Danau Maninjau dan sekitarnya terletak pada ketinggian 471 mdpl, luas permukaan 9950 ha dengan kedalaman maksimum 157 m. membentang dari utara ke selatan yang terletak di tengah-tengah pegunungan Vulkanik
Massif.
Secara
umum
kemiringan lereng di Kabupaten Agam dapat dikelompokkan menjadi empat kelas lereng, yaitu : kemiringan 0-3 %, kemiringan 3-8%, kemiringan 15-30 % dan kemiringan 30-45 %. Dengan kondisi lereng yang curam, curah hujan yang tingi serta faktor tanah yang peka
4. Geologi Danau Maninjau merupakan danau tipe vulkano tektonik dengan bentuk kaldera ellips (Puslit Limnologi LIPI 2001:23) yang diduga masih terdapat aktivitas vulkanik
di
ditandai
munculnya
belerang).
daerah
Faktor
tersebut
dengan
belerang
(tubo
geologi
yang
membatasinya adalah gunung Talamau dan Sorik Marapi yang berada di sisi sebelah utara dan di sebelah selatannya terdapat Kota
Padang
(merupakan
satu
arah
melintang pada arah barat laut-tenggara) serta blok patahan yang merupakan daerah zona subduksi. (sumber: Berdasarkan peta
6 geologi Kecamatan Tanjung Rayaraya
7. Geomorfologi
kabupaten Agam 2010)
Berdasarkan aspek geomorfologi, Kabupaten Agam merupakan rangkaian
5.
Bukit Barisan yang memanjang dari
Jenis Tanah Hapludults adalah jenis tanah yang
termasuk
ke
dalam
Ordo
baratlaut
ke
tenggara
dan
selatan.
Morfologi dataran pembentuk Danau
Ultisols. Ultisols adalah tanah yang
Maninjau
berupa
endapan
alluvium
mempunyai tingkat pelapukan lanjut
sungai dan Danau yang berupa bahan-
yang ditunjukkan oleh horison bawah
bahan lepas, berukuran dari lempung
penciri argilik atau horison akumulasi
hingga kerakal serta endapan kipas
liat. Akibat pelapukan lanjut, tanah
alluvium. (sumber: Berdasarkan peta
mempunyai tingkat kesuburan yang
satuan lahan kecamatan Tanjung Raya
rendah. Haplohumults termasuk tanah
kabupaten Agam 2010)
ordo Ultisols. (Sumber: pengamatan peta jenis tanah kecamatan Tanjung Raya kabupaten Agam 2010)
6.
potensi
data
a. penggunaan
lahan di kota Maninjau tahun 2010 yang ditunjukkan bahwa penggunaan lahan hutan masih mempunyai areal yang sangat luas yaitu 76,5 %, padi sawah menempati areal 13,4 % ladang/kebun 7,9 % dan pemukiman 2,2 %. Perubahan penggunaan lahan khususnya pada areal hutan di daerah ini mempunyai topografi yang tergolong sangat curam, ditambah faktor tanah
yang
peka
terhadap
longsor,
(sumber: pengamatan peta penggunaan lahan kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam 2010)
Longsor
di
daerah
perbukitan sekitar danau Maninjau
Penggunaan Lahan
Berdasarkan
2. Hasil Penelitian
Satuan Lahan V1.Qamj.II.Sbl.Dyst
Daerah yang berada pada satuan lahan V1.Qamj.II.Sbl.Dyst,
jenis
tanahnya
dystropets dengan jenis batuannya Qamj, topografinya
agak
landai,penggunaan
lahan semak belukar. Kemiringan lereng harkat II (16%), panjang lereng 140 m, karakteristik lempung berpasir, tanah
struktur
granular, permeabilitas sangat
lambat, pelapukan batuan sedang, curah hujan 158,72/mm/tahun.termasuk ke dalam dengan potensi longsor kelas II (sedang)
b. Satuan Lahan V1.Qamj.II.Ht.Hap Daerah yang berada pada satuan lahan V1.Qamj.II.Ht.Hap
jenis
tanahnya
7 hapludans dengan jenis batuannya Qamj, topografinya curam, penggunaan lahan hutan.
Kemiringan lereng harkat
IV
(42%), panjang lereng 200 m, karakteristik lempung berpasir, struktur tanah granular, permeabilitas cepat, pelapukan batuan sedang, curah hujan 158,72/mmtahun, termasuk potensi longsor kelas II (sedang)
e.
Satuan Lahan V3.Qamj.IV.Ht. Dyst
Daerah yang berada pada satuan lahan V3.Qamj.IV.Ht.
Dyst
jenis
dystropets dengan jenis batuannya Qamj, topografinya agak curam, penggunaan lahan hutan. Kemiringan lereng harkat IV (16%), panjang lereng 140 m, karakteristik lempung berpasir, struktur tanah granular,
c. Satuan Lahan V1.Qamj.II.Kc.Ter Daerah yang berada pada satuan lahan
permeabilitas sangat lambat, pelapukan
V1.Qamj.II.Kc.Ter jenis tanahnya tertoreh
batuan
dengan
158,72/mmtahun.termasuk
jenis
batuannya
tanahnya
Qamj,
topografinya agak landai, penggunaan
sedang,
curah
hujan kedalam
potensi longsor kelas II (sedang)
lahan kebun campuran. Kemiringan lereng harkat III (35%), panjang lereng 270 m,
f. Satuan lahan V1.Qamj.II.Ter
karakteristik lempung berpasir,
Daerah yang berada pada satuan lahan
struktur
tanah granular, permeabilitas cepat, tidak
V3.Qamj.IV.Sw.
Ter
jenis
tanahnya
terjadi pelapukan batuan, curah hujan
tertoreh dengan jenis batuannya Qamj,
158,72/mmtahun dengan potensi longsor
topografinya agak curam, penggunaan
termasuk kedalam kelas II (sedang)
lahan sawah. Kemiringan lereng harkat IV (20%), panjang lereng 70 m, karakteristik
d.
Satuan Lahan V1.Qamj.IV.Ht. Hap
Daerah yang berada pada satuan
lempung berpasir, struktur tanah granular, permeabilitas sangat lambat, pelapukan
lahan V1.Qamj.IV.Ht. Hap jenis tanahnya
batuan
hapludand dengan jenis batuannya Qamj,
158,72/mmtahun.termasuk
topografinya curam, penggunaan lahan
potensi longsor kelas II (sedang).
hutan.
Kemiringan lereng harkat IV
tidak
lapuk,
curah
hujan kedalam
3. Pembahasan
(37%), panjang lereng 290 m, karakteristik lempung berpasir, struktur tanah granular,
Pertama
Berdasarkan
permeabilitas sangat lambat, pelapukan
kemiringan
batuan
hujan
tentang panjang lereng diketahui bahwa
kedalam
kelas kemiringan lereng daerah penelitian
sedang,
158,72/mmtahun
curah termasuk
potensi longsor kelas II (sedang)
lereng
daerah
kelas penelitian
bervariasi yaitu harkat II (16-20%) harkat
8 III (35%) dan IV (37-42%). Dengan
bumi yang mengandung mineral-mineral
topografi mulai dari curam sampai agak
selalu didapatkan di dalam batuan.
curam. Sedangkan panjang lereng daerah
Ketiga
Bentuk
Penggunaan
penelitian juga bervariasi mulai dari (70-
daerah
140) dengan kriteria panjang dan (200m-
terhadap
320m) kriteria sangat panjang.
penelitian. Lahan yang tidak mempunyai
kedua
Keadaan
tanah
di
daerah
penelitian
sangat
tingkat
longsor
lahan
berpengaruh di
daerah
tutupan lahan akan lebih rawan longsor
penelitian ini termasuk rawan terhadap
dibandingkan
longsor
semua
mempunyai tutupan lahan rapat. jenis
variabel-variabel tanah yang ada di daerah
tutupan lahan juga sangat berpengaruh
penelitian, selain itu tanah daerah tersebut
terhadap potensi longsor karena jenis
merupakan tanah yang berasal dari tanah
tutupan lahan harus memperhatikan dan
endapan
tanah
memperhitungkan keadaan topografi lahan
menjadi kurang kuat dan rentan terhadap
tersebut, tidak semua lahan bisa dengan
air. Air sangat mempunyai peran penting
tutupan lahan yang sama untuk menjaga
terhadap longsor, jika terjadi hujan air
kelestarian lingkungan seperti yang telah
akan mengisi celah-celah tanah yang
disepakati bersama.
kosong dan akan melicinkan tekstur tanah
Hermon,2009:
yang
karena
melihat
gunung
berupa
api
dari
sehingga
lempung
berpasir
dan
berstruktur granular. Daerah penelitian dengan permeabilitas
dengan
lahan
yang
penggunaan
lahan
adalah segala macam campuran tenaga manusia, baik secara menetap maupun secara berpindah yang secara keseluruhan
mulai dari cepat ( 8,10-9,41 cm/jam), agak
disebut
lahan,
dengan
cepat (8,22 cm/jam), sedang (3,46cm/jam),
mencukupi kebutuhan materil ataupun non
dan sangat lambat (1,64 cm/jam) dengan
material. Peranan manusia dapat dikatakan
pelapukan batuan mulai dari lapuk sedang,
merupakan faktor utama dalam proses
lapuk kuat, dan tidak lapuk.
terjadinya
kerusakan
tujuan
tanah.
untuk
Manusia
Lange et al (1991) dalam Hermon
memang dapat melakukan hal-hal yang
(2008) menjelaskan bahwa longsor lebih
positif akan tetapi tidak jarang juga
sering terjadi dilereng yang mempunyai
manusia melakukan hal-hal yang negatif
lapisan batuan yang kedap air maupun
seperti halnya dalam pengambilan hasil
yang tidak kedap air yang menjadi bidang
hutan secara berlebihan.
peluncur
yang mengakibatkan lapisan
Keempat
Menurut
publikasi
data
lainnya terletak diatas akan tergelincir.
Klimatologi stasiun Mangopoh
yang
Batuan merupakan bahan keras dikulit
merupakan stasiun penghitung curah hujan
9 terdekat menyatakan bahwa jumlah curah hujan
stasiun
Manggopoh
tahun
medan dapat ditunjukan oleh nilai resiko
terakhir adalah dengan total rata – rata
totalnya. Risiko total longsor adalah nilai
jumlah hujan158,72 mm/tahun.
yang mengambarkan tingkat resiko total
Menurut hermon, 2009
10
Tingkat resiko longsor dalam satuan
Curah hujan
adalah salah satu unsur iklim yang sangat besar
peranannya
terhadap
tingkat
dan
jumlah
kerugian
serta
benda(
Mardiatno, 2001) dalam Hermon, 2009 Berdasarkan
karakteristik
lahan
kemungkinan terjainya longsor. Air hujan
daerah penelitian, didapatkan 1 tingkat
yang terinfiltrasi kedalam tanah akan
bayaha longsor di perbukitan Danau
menentukan terjadinay longsor. Jika terjadi
Maninjau yaitu tingkat sedang pada satuan
curah hujan yang sama tetapi berlangsung
lahan 1 (V1.Qamj.II.Sbl.Dyst), dengan
lama > 6 jam berpotensi menyebabkan
kemiringan lereng 16% , harkat 2 kriteria
longsor, karena pada kondisi tersebut dapat
sedang, panjang lereng 140, harkat 2, kelas
terjadi penjenuahan tanah oleh air yang
rendah, tekstur tanah lempung berpasir
meningkatkan
longsor
dengan harkat 2, kelas baik, struktur tanah
ditentukan oleh kondisi jenuh tanah oleh
granular dengan harkat 2 dan kelas agak
air hujan dan keruntuhan gesekan bidnag
baik, permeabilitas TM dengan harkat 4,
luncur
kelas sangat lambat, tingkat pelapukan
Kelima
massa
Tingkat
tanah,
longsor
lapuk sedang dengan harkat 3 dengan kelas
merupakan ukuran yang menyatakan tinggi
sedang, curah hujan dengan 158,72 dengan
rendahnya
harkat
atau
bahaya
besar
kecilnya
4
kelas
sangat
tinggi
dan
kemungkinan suatu kawasan mengalami
penggunaan lahan dengan semak belukar
bencana
faktor
dengan harkat 2, kelas agak baik. Dengan
pemicu terjadinya longsor ( Hermon,
jumlah 22 termasuk kelas II (sedang) pada
2008)
sampel
longsor
ditinjau
dari
Carrara et al, 1992 alam ( Hermon, 2008)
mengemukakan
adalah
menunjukan
dengan
kemiringan lereng 42%, harkat 4, kelas
longsor
sedang, panjang lereng 200 harkat 3, kelas
kemungkinan
panjang, tektur tanah lempung berpasir,
terjadinya longsor dalam daerah tertentu
harkat 2, kelas agak buruk, struktur tanah
yang
longgsor.
granular, harkat 2, kelas agak baik,
Zonasi mengacu pada pembagian kedalam
permeabilitas 8,10, harkat 3, kelas cepat,
daerah yang homogen menurut tingkat
tingkat pelapukan lapuk sedang, harkat 4,
bahaya
kelas buruk, curah hujan 158,72, harkat 4,
berpotensi
aktual
bahwa
2.(V1.Qamj.II.Ht.Hap)
mengalami
dan
disebabkan oleh longsor
potensial
yang
kelas sangat tinggi, dengan pengggunaan
10 lahan semak belukar, harkat 1. Dengan
harkat 2, kelas agak baik, dengan curah
jumlah 23 termasuk kelas II (sedang)
hujan sama yaitu kelas sanggat tinggi, dan
sampel
penggunaan
3(V1.Qamj.II.Kc.Ter),
,
lahan
hutan,
harkat
1,
kemiringan lereng 35%, harkat 2, kelas
sehingga didapat jumlah 23 dengan kelas
sedang harkat 2, kelas agak baik, struktur
II
granular, harkat 2, kelas agak baik,
hermon,
permeabilitas 9,41, harkat 3, kelas cepat,
(V3.Qamj.IV.Sw.Ter) dengan kemiringan
tingkat pelapukan tidak lapuk, harkat 1,
lereng 20%, harkat 2, kelas sedang,
panjang lereng 270 dengan harkat 4, kelas
panjang lereng 70, dengan harkat 2, kelas
rendah, tekstur lempung berpasir, tingkat
rendah, tekstur lempung berpasir, harkat 2,
pelapukan tidak lapuk, hrkat 1, kelas
kelas agak baik, struktur granular, harkat 2,
buruk, curah hujan 158,72, harkat 4, kelas
kelas agak baik, permeabilitas 3,46, harkat
baik, penggunaan lahan dengan kebun
1, kelas baik, tingkat pelaapukan tidak
campuran harkat 3 , dengan kelas agak
lapuk, harkat 3, kelas buruk, dengan curah
buruk, sehingga di dapat jumlah 22
hujan sangat tinggi, dan penggunaan lahan
termasuk ke dalam kelas II (sedang) dan
sawah, sehingga didapat jumlah 19 dengan
sampel 4 (V1.Qamj. IV.Ht.Hap) dengan
kategori kelas II (sedang) .
(sedang)
menurut
2009.
dan
zuidam
dalam
sampel
6
kemiringan lereng 37%, harkat 3, kelas sedang, panjang lereng 290, harkat 4, kelas sedang, tekstur lempung berpasir, harkat 2, kelas agak buruk, struktur granular, harkat 2, kelas agak baik, permeabilitas 1,64, harkat 4, kelas sangat buruk, tingkat pelapukan lapuk sedang, harkat 3, kelas buruk, curah hujan sama yaitu 158,72, dengan harkat 4, kelas sangat tinggi, penggunaan lahan hutan, harkat 1, dengan jumlah 23 termasuk ke da;lam kelas bahaya longsor menurut zuidam dalam Hermon 2009 termasuk kedalam kelas II (Sedang) Sampel 5 (V3.Qamj.IV.Ht.Dyst) dengan kemiringan lereng 42%, harkat 2, kelas sedang, panjang lereng 320, harkat 2, kelas rendah, tektur lempung berpasir,
Saran 1. Diharapkan untuk masyarakat
tidak
bermukim di daerah yang rawan longsor,
pada daerah yang memiliki
tingkat longsor yang rendah dapat dibudidayakan untuk perkebunan dan pertanian, tetapi harus diperhatikan kemempuan lahan.dan tingkat bahaya longsor pada setiap satuan lahan yang tinggi seharusnya ditanami dengan tanaman
yang
mempunyai
sistem
perakaran yang dalam dan bukan tanaman semusim atau tahunan. 2. Agar pemerintah dapat menghimbau pada masyarakat nya dengan tidak
11 menebang hutan
sembarangan pada
longsor pada satuan lahan. 3. Untuk
peneliti
melanjutkan
lanjutan
penelitian
agar
ini
dengan
2006.
Proses
variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
suharsemi,
penelitian: Jakarta: rineka cipta Ade
(2013).
Longsor.
http://
Ade
woordpress.com, diakses tanggal 11 2013 Badan pusat statistik, ( 2012) kabupaten Agam Heardjowigeno,
sarwono.
1995.
Ilmu
tanah . akademik pressindo: Jakarta Hermon, dedi. 2008, Metode dan Teknik Penelitian
Geografi
Tanah,
yayasan jihadulkhair center: padang Hermon,dedi.2009, Yayasan
Geografi
jihadul
khair
Tanah. center:
Padang Hermon,dedi
2012.
Mitigasi
Bencana
Hidrometerologi: Padang Paryoto (2009). jeni-jenis longsor. http: blogspot.com. Diakses tanggal 11 juni
2013