HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU DI SMA KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERGAI Yanti Handayani Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Sergapengui. Penelitian ini menggunakan statistik korelasional dengan responden sebanyak 84 guru SMA di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Sergai. Pengumpulan data persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi dan kinerja guru diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi sederhana, regresi, korelasi ganda dan korelasi parsial. Hasil temuan penelitian adalah terdapat hubungan yang positif antara: (1) Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru dengan ry1 sebesar 0,2381 dengan persamaan regresi Ý = 31,536 + 0,470X1, (2) Budaya organisasi dengan kinerja guru dengan ry2 sebesar 0,2670 persamaan regresi Ý = 36,450+ 0,395X2dan persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama sama dengan kinerja guru dengan ry12 sebesar 0,3096 dengan regresi Ý = 68,990 + 0,327X1 + 0,313X2. Besarnya korelasi parsial antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) bila budaya organisasi (X2) dianggap konstan adalah 0,466 dan korelasi parsial antara budaya organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) bila persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dianggap konstan adalah 0,541.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa makin tinggi persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya sekolah maka makin efektif kinerja guru di guru SMA di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Sergai. Kata kunci: Kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi dan kinerja guru
A. Pendahuluan Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kemudian lebih jelasnya tentang kompetensi tersebut dijelasakan pada pasal 10 ayat 1 bahwa Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kualitas guru akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Tugas Keprofesionalan Guru menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
64
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan penulis terhadap beberapa kepala sekolah, guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai dapat dikemukakan bahwa kondisi guru cukup menghawatirkan. Motivasi mengajar guru rendah, guru mengajar hanya melepaskan tanggung jawabnya sebagai guru tanpa memikirkan bagaimana hasil belajar yang akan dicapai siswa. Guru belum sepenuhnya menyiapkan RPP pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kurang jelas yang akhirnya berdampak pada masih rendahnya hasil siswa, seperti masih rendahnya nilai UN (Ujian Nasional) siswa dan rendahnya nilai yang diperoleh pada OSN (Olimpiade Sain Nasional) untuk seleksi pada tingkat Kabupaten. Selanjutnya guru memiliki persepsi yang kurang baik terhadap terhadap kepemimpinan dan kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kinerja guru tersebut. Kenyataan dilapangan bahwa terjadi kontroversi terhadap pelaksanan kepemimpinan kepala sekolah terutama dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sebagian guru menyikapi positif terhadap kepemimpinan kepala sekolah demi kepentingan perbaikan proses pembelajaran di sekolah, di samping itu sebagian guru kurang memberikan respon terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai macam alasan. Adapun rumusan masalah peneliti yaitu: 1. Apakah terdapat hubungan persepsi terhadap kepemimpinan transformasional Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
kepala sekolah dengan kinerja guru pada SMA di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Apakah terdapat hubungan budaya organisasi dengan kinerja guru SMA di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai? 3. Apakah terdapat hubungan secara bersama persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru pada SMA di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai?
B. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian 1. Kajian Pustaka a. Kinerja Guru Hazkew dan Mc Lendon dalam Hamzah B. Uno, (2008:15) mengatakan bahwa: “Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah seseorang profesional yang mampu menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Grambs dan McClare: “teacher are those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes places.” "(Guru adalah orang-orang yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku seorang individu sehingga terjadinya pendidikan. Hasibuan, (2005:87) menyatakan pengertian dari penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005) juga menyatakan penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan. Dale Yoder dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan penilaian kinerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Dari uraian tentang kajian teoritis kinerja guru di atas, maka penulis menggunakan instrumen untuk kinerja guru yaitu: (1) 65
perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, dan (3) penilaian hasil pembelajaran. b. Persepsi Terhadap Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Menurut Walgito (2005:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Individu kemudian melakukan pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diindera tersebut, sehingga dapat disadari dan dimengerti. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Gibson (2005:57) bahwa persepsi mencakup kognisi (pengetahuan). Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan persepsi. Fieldmen (dalam Hartini, 2009:36) menambahkan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah tanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungan dan bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi dan perilaku yang dipilihnya. Jadi, persepsi adalah proses mengorganisasikan, menafsirkan dan memandang kesan indera agar memberi makna pada lingkungan dan kemudian dapat mempengaruhi perilaku yang muncul. Dari berbagai kajian mengenai kepemimpinan transformasional, Olga Epitropaki dalam Triatna (2008:38) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi, yaitu: 1) Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi, 2) Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan, 3) Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi, 4) Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi, 5) Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
pemimpin, dan 6) Mengurangi stres para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan. Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala persepsi terhadap kepemimpinan transformasional yang meliputi aspek-aspek kognisi dan afeksi ynag dikaitkan dengan karakteristik kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang meliputi Atributed Charisma (kharisma yang disertai visi, keahlian dan tindakan mendahulukan kepentingan bersama), Idealized Influence (kemampuan mempengaruhi disertai penekanan nilai dan moral), Inspirational Motivation (kemampuan memotivasi dan menginspirasi), Intelectual Stimulation (kemampuan mengasah kreatifitas bawahan), dan Individualized Consideration (kemampuan menghargai dan memperhatikan). c. Budaya Organisasi Budaya organisasi menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan ahli maupun praktisi manajemen, terutama dalam rangka memahami dan mempraktekkan perilaku organisasi. Robbins (2008:251) mengemukakan sepuluh karateristik budaya organisasi, mencakup : (1) observe behavior: language, customs, traditions; (2) groups norms: standards and values; (3) espoused values: published, publicly announced values; (4) formal philosophy: mission; (5) rules of the game: rules to all in organization; (6) climate: climate of group in interaction; (7) embedded skills; (8) habits of thinking, acting, paradigms shared knowledge for socialization; (9) shared meanings of the group; dan (10) metaphors or symbols. Selain melalui unsur formal organisasi, budaya organisasi juga terbentuk dari hubungan yang berlangsung secara informal atau lebih dikenal dengan organisasi informal. Organisasi informal muncul karena adanya organisasi formal, yaitu interaksi sosial yang dicirikan dan dipegaruhi oleh keberadaan struktur organisasi. Apabila kita membandingkan berbagai kekuatan yang akan membentuk budaya sekolah yang 66
positif, maka sesungguhnya kita bisa menanyakan kepada para personil sekolah, dalam kondisi apa mereka merasakan nilai, keyakinan, ide, pola pikir dan berbagai unsur budaya lainnya dapat mempengaruhi para personil dengan baik. Tentu saja kondisi sekolah akan berbeda satu sama lainnya, sehingga akan berbeda pula pengaruhnya. Budaya organisasi adalah suasana lingkungan kerja di sekolah yang mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugas yaitu pembagian tugas yang jelas, hubungan interpersonal guru, lingkungan belajar dan sekolah. Dalam hal ini untuk mengukur variabel budaya sekolah menggunakan instrumen meliputi (1) pembagian tugas yang jelas, (b) hubungan interpersonal, dan (c) lingkungan belajar dan sekolah. 2. Kerangka Berpikir Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dianggap berhubungan dengan kinerja guru. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah kepemimpinan yang selalu membuka kesempatan bagi guru untuk maju dan tingkat kepercayaan guru tehadap kepala sekolah yang tinggi akan mengakibatkan guru-guru mempunyai keinginan dan tekad yang kuat untuk memberikan yang terbaik kepada organisasi sekolah dan bahkan mungkin saja kinerja yang dihasilkan oleh guru melebihi dari hasil yang diharapkan. Kepala sekolah yang menerapkan model kepemimpinan transformasional ini, akan menciptakan motivasi yang tinggi bagi guruguru untuk melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya dan dengan senang hati tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jika hal ini terjadi benar-benar diperhatikan, maka kinerja guru akan semakin meningkat. Kepemimpinan transformasional adalah salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi paradigma-paradigma baru dalam arus globalisasi. Dalam bidang pendidikan kepemimpinan transformasional berdasarkan kekayaan konseptual melalui karisma, Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
konsideran individual, stimulus intelektual dan inspirasi motivasi diyakini akan mampu melahirkan pemikiran-pemikiran yang mengandung jangkauan ke depan, azas kedemokrasian dan transparansi. Karena itu, perlu diadopsi ke dalam kepemimpinan sekolah, khususnya dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh harapan dan kebutuhan para guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Persepsi dapat berpengaruh terhadap persepsi atau kecenderungan berperilaku seseorang dan harapan-harapan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi persepsinya. Gaya kepemimpinan tertentu akan memunculkan persepsi yang berbeda pula, yang selanjutnya akan mewujudkan perilaku kerja tertentu pada masing-masing bawahan. Jika gaya kepemimpinan kepala sekolah dirasakan oleh guru sesuai atau mendekati harapan dan kebutuhan guru, maka akan dipersepsikan secara positif oleh para guru tersebut, sehingga akan terwujud persepsi dan perilaku kerja yang positif pula. Namun sebaliknya, apabila gaya kepemimpinan kepala sekolah dirasakan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan guru, maka akan dipersepsikan negatif dan terciptalah persepsi dan perilaku kerja yang kurang baik. Kebijakan pimpinan organisasi merupakan salah satu karakteristik struktural organisasi yang dapat mempengaruhi komitmen terhadap organisasi. Pimpinan organisasi perlu mengembangkan perilaku transformasional agar mampu mengoptimalkan produktivitas dan pencapaian kerja yang memuaskan. Individuindividu yang mempersepsikan bahwa pemimpinnya memerankan perilaku-perilaku kepemimpinan transformasional cenderung memiliki tingkat motivasi kerja yang lebih tinggi. Budaya organisasi adalah kondisi kerja di mana terdapat suasana yang menyenangkan bagi orang bekerja di dalam organisasi tersebut. Suasana yang menyenangkan ini terjadi oleh karena adanya jalinan hubungan 67
yang akrab dan harmonis antara sesama orang yang bekerja, adanya kerjasama dan saling menghargai, adanya pembagian tugas yang jelas, lingkungan kerja yang nyaman dan adanya rasa saling memiliki terhadap organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi satuan pendidikan terdapat sejumlah guru, pegawai, kepala sekolah, pembantu kepala sekolah, peserta didik, sarana dan prasarana sekolah, membutuhkan budaya kerja yang menyenangkan atau suasana kondusif. Kerjasama guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, maupun dengan pegawai tata usaha perlu dipelihara agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Ruang belajar, kantor dan lingkungan sekolah perlu ditata dengan rapi dan bersih. semua ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi. Guru dalam melaksanakan tugasnya akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya yakni sekolah. Diduga bahwa jika budaya organisasi dalam hal ini sekolah kondusif atau menyenangkan maka hal ini dapat meningkatkan kinerja guru. Perlakuan kepala sekolah kepada guru yang disiplin dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan budaya organisasi. Pemberian izin belajar terhadap guru, mempromosikan kenaikan pangkat, memberi perlengkapan pada ruang guru, memberi pakaian dinas dan memberi cuti sakit akan meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Apabila hal yang disebutkan diatas kurang mendapat perhatian dari kepala sekolah dapat menurunkan kinerja guru. Berdasarkan uraian di atas maka diduga ada hubungan positif budaya organisasi dengan kinerja guru. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi merupakan faktor yang dianggap mempunyai hubungan dengan kinerja guru. Karena itu dianggap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan kinerja guru. Kepemimpinan sekolah menjadi faktor yang akan menghubungkan dan Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
merekonstruksi budaya organisasi sehingga pencapaian tujuan sekolah dapat dilakukan. Bilamana guru mengikuti terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat meningkatnya kinerja guru Semakin baik persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan semakin kuat nilai-nilai budaya organisasi yang positif maka akan dapat meningkatkan kinerja guru yang meliputi: kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran (kompetensi pedagogik), karakteristik kepribadian mulia yang harus dimiliki oleh seorang guru (kompetensi kepribadian), kemampuan menjalin hubungan sosial dengan masyarakat (kompetensi sosial), dan kemampuan dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya (kompetensi profesional). 3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir dan kajian teoritis, dalam penelitian ini diperoleh beberapa hipotesis yang menjadi jawaban sementara. Maka peneliti mencoba untuk merumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan budaya organisasi dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya sekolah dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
D. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan studi korelasional. Menurut Soehardi (2003:153) mengatakan bahwa penelitian korelasional kadang-kadang disebut juga dengan 68
penelitian deskriptif (descriptive research) karena penelitian ini menggambarkan atau menunjukkan adanya hubungan antara variabel-variabel sebagaimana apa adanya. Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi dan bersifat korelasional serta bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan yang berarti antara satu gejala. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi dan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah kabupaten Sergai. Paradigma penelitian tersebut dapat dikemukakan pada gambar 1 di bawah.
X1 Y X2
Gambar 1 . Skema Paradigma Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan angket lansung tertutup dengan sklala Likert, dimana responden diberi sebuah pertanyaan kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih jawaban dari butirbutir yang telah disediakan oleh penulis. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Perhitungan korelasi product moment diperoleh korelasi antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,2381 sedangkan rTabel N= 84 pada taraf 5% sebesar 0,213. Dengan harga rhitung 0,2381
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
diperoleh thitung=2,2196. Harga thitung untuk N=84 pada taraf 5% adalah 1,660. Hasil perhitungan korelasi antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru dapat dikemukakan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil perhitungan korelasi antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru
Korela si
Koefisi en Korelas i (r)
Koefisien Determin an (r2)
ry1
0,2381
0,0567
thitung
tTabel
2,219 6
1,66 0
Dari perhitungan diketahui harga rhitung>rTabel (0,2381>0,213). Selanjutnya dilakukan uji keberartian dengan menggunakan uji- t. Harga thitung>tTabel (2,2196>1,660), oleh karena itu Ho dapat ditolak dan Ha diterima. Dengan demikianperhitunga hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan yang positif dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Selanjutnya untuk melihat hubungan murni tanpa variabel bebas lainnya, dilakukan uji korelasi parsial yang memberikan korelasi antara X1 dengan Y=0,224, sedangkan rTabel taraf 5% N=84 sebesar 0,213. Selanjunya dilakukan uji keberartian korelasi parsial dengan menggunakan uji-t. Dengan harga rhitung 0,224 diperoleh thitung = 2.2782. Harga tTabel N=84 taraf 5% adalah 1,660. Karena harga thitung>ttabel (2,2782>1,660) maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru. 2. Hubungan Budaya organisasi (X2) dengan Kinerja guru (Y) Dari perhitungan korelasi product moment diperoleh korelasi antara budaya 69
organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,2670 sedangkan rTabel N= 84 pada taraf 5% sebesar 0,213. Dengan harga rhitung 0,2670 diperoleh thitung=2,5091. Harga thitung untuk N=84 pada taraf 5% adalah 1,660. Hasil perhitungan korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja guru dapat dikemukakan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja guru Koefisien Korel Koefisien thitung tTabe Korelasi Determinan asi l
ry2
0,2670
0,0713
2,50 91
1,6 60
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa harga rhitung>rtabel (0,2670>0,213). Selanjutnya dilakukan uji keberartian dengan menggunakan uji- t. Harga thitung>tTabel (2,5091>1,660), oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan yang positif dan berarti antara budaya organisasi dengan kinerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Selanjutnya untuk melihat hubungan murni tanpa variabel bebas lainnya, dilakukan uji korelasi parsial yang memberikan korelasi antara X2 dengan Y=0,244, sedangkan rtabel taraf 5% N=84 sebesar 0,213. Selanjunya dilakukan uji keberartian korelasi parsial dengan menggunakan uji-t dengan harga rhitung 0,244 diperoleh thitung = 2,6146. Harga tTabel N=84 taraf 5% adalah 1,660. Karena harga thitung>tTabel (2,6146>1,660) maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan berarti antara budaya organisasi dengan kinerja guru. 3.
Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya organisasi dengan Kinerja Guru Dari perhitungan korelasi ganda antara variabel persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) dengan kinerja guru Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
(Y) diperoleh koefisien korelasi Ry(1,2) = 0,8446, sedangkan rTabel dengan N=84 taraf 5% sebesar 0,213. Hasil perhitungan korelasi antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru dapat dikemukakan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil perhitungan korelasi antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru
Korela si
Ry12
Koefisi Koefisien en Determin Korelas an (R2) i (R) 0,8446
0,7134
Fhitung
Ftabel
100,8 22
3,09 0
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui rhitung>rtabel (0,8446>0,213. Selanjutnya dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan uji-F dengan harga rhitung = 0,8446 diperoleh Fhitung = 100,822. Harga Ftabel untuk N=84 pada taraf 5% adalah 3,090, berarti Fhitung>Ftabel (100,822>3,090), oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan yang positif dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. D. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pengajuan hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan demikian persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai pengaruh dengan kinerja guru. Semakin baik persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala 70
sekolah maka semakin baik juga kinerja guru di sekolah. 2. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara budaya organisasi dengan kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Semakin baik budaya organisasi maka semakin baik pula kinerja guru di sekolah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Semakin baik persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi maka semakin baik juga kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Implikasi Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, diantaranya: 1. Dengan diterimanya hipotesis pertama, maka upaya untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan meningkatkan persepsi yang baik oleh guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Upaya kepala sekolah untuk menumbuhkan persepsi positif dari guru yang baik dari guru adalah dengan berusaha untuk memperhatikan, memberikan arahan membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah secara umum dan khususnya bagi kebutuhan guru dalam bekerja. Persepsi yang baik oleh guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah jika kepala sekolah selalu berusaha untuk menjalin hubungan dan komunikasi yang baik, selalu memperhatikan guru sekaligus memberikan pengarahan bagi peningkatan kinerja dalam mengajar. 2. Dengan diterimanya hipotesis kedua, maka upaya meningkatkan kinerja guru adalah dengan menciptakan budaya organisasi yang mendukung terhadap Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
3.
kinerja guru di sekolah. Untuk menciptakan budaya organisasi yang baik adalah dengan menciptakan situasi nyaman dan menyenangkan bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya di sekolah. Upaya dalam menciptakan budaya organisasi yang baik adalah menjalin kerjasama, saling memperhatikan dan membantu dalam melaksanakan tugas untuk mencapai peningkatan pendidikan di sekolah. Dengan diterimanya hipotesis ketiga, maka upaya meningkatkan kinerja guru adalah dengan meningkatkan sikap terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi. Kinerja yang dilakukan oleh guru tentu dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah melalui kepemimpinan yang dilaksanakannya. Semakin baik kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah melalui kebijakan, pengarahan serta pengambilan keputusan yang tepat dalam organisasi sekolah tentu mendukung bagi peningkatan kinerja guru. Kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan sesama guru di sekolah dengan selalu memberikan perhatian, pengarahan yang benar sehingga meningkatkan kinerja guru di sekolah.
4. Saran Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat diberikan beberapa saran antara lain: 1. Kepala sekolah lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kepemimpinannya melalui perilaku stimuli intelektualnya dengan memahami tugas profesionalnya, tugas inovatif, self asessment, pengembangan ide, paham terhadap tipe kepemimpinan dengan senantiasa berusaha untuk mengedepankan kejujuran dalam menjalankan tugas kepemimpinan. 2. Para guru hendaknya memiliki sikap kepekaan yang tinggi dan membuka diri
71
terhadap perubahan kemajuan yang terjadi dalam pendidikan. 3. Para peneliti yang tertarik dalam bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel prediktor dan responden, sehingga aspek lain yang diduga memiliki hubungan dan sumbangan yang lebih berarti bagi perkembangan dunia pendidikan.
Daftar Pustaka Arikunto. S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Akdon dan Ridwan. 2005. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta. Bass, BM. 1990. Bass and Stogdill’s Hand Book of Leadership. New York: Free Press. Bass, Bernard M. and Avolio Bruce J. 2004. Transformation Leardership and Organization Culture. PAQ, Spring. Daft. L., Richard. 2006. Management (6thEdition). Thomson Learning. CV. Singapore. (Versi Bahasa Indonesia). Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah. Effendy Onong Uchyana. 1997. Human Relationas dan Public Relations. Bandung: Manodar Maju. Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fery Syahbana. 2008. Kontribusi Manegerial Skill Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Efektifitas Sekolah Menengah Atas Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Cimahi. Tesis Pascasarjana Pada Program Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung.
Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
Hartini, Y.2009. Komitmen Organisasi Ditinjau Berdasarkan Iklim Organisasi dan Motivasi Berprestasi. Phronesis. Bandung: Refika Aditama. Hasibuan, Malayu S.P.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno. 2008. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Haslinda. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadadp Produktifitas Sekolah Di Sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Inderagiri Hulu Provinsi Riau. Tesis Pascasarjana Pada Program Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung. Hoy, Wayne K and Miskel Cecil G. 2008. Educational Administration Theory, Research and Practice,International edition. Singapore: Mc Graw-Hill Co. Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2008. Visionary Leadership : Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Luthans F. 1995. Organizational Behaviour. New York: Mc. Graw-Hill Book Company. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mc Dowwel, M. & Newel, C. 1996. Measuring Health A Guide to Rating Scales and Questionnaires (second edition). New York: Oxford University Press McGee, G.W, & Ford, R.C. 1987. Two (or More?) Dimensions of Organizational Commitment: Reexamination of the Affective and Continuance Commitment Scales. Journal of Applied Psychology. 72. 3. 638-641 Nasution. 1991. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
72
Pidarta. 1995. Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Robbins, P., Stephen. 2005. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : PT Prenhallindo. Robbins, P., Stephen. 2008. Organizational Bihaviour (10thEdition ). New Jersey. Prentice Hall, Inc. Indeks. (Versi Bahasa Indonesia) Sallis Edward. (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited. Razik, A. Taher, & Swanson, D. Austin. 1995. Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. New Jersey. Prentice Hall. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Singarimbun, Masri. 2003. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Siagian, Sondang P. 2003. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: PT. Gunung Agung. Soehardi.S. 2003. Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Sudjana, Nana, Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukmana, O. 2003. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. Malang: Bayu Media dan UMM Press Triatna, Cepi. 2005. Kontribusi Lingkungan Eksternal, Internal dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Pembentukan Budaya Sekolah di SMPN di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Hasil Penelitian. Wahjosumidjo.2004. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013
Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Walgito, Bimo. 2005. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Ofset Yukl, Gary. 1994. Leadership in Organisazion (terjemahan): Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Buana Ilmu populer. Yusak, Burhanuddin. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Yuniarsih, Tjutju. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia Organisasi. Bandung: Alfabeta Hoy, Wayne K . (2009). Collective Efficacy. [Online]. Tersedia: http://www.waynekhoy.com/collective_e fficacy.html, diakses tanggal 3 Mei 2012 Huber, Stephan, Gerard. 2004. School Leadership and Leadership Development. Adjusting Leadership Theories and Development Programs to Values and The Core Purpose of School. Dalam Journal of Education Administration, Vol.42(6), pp.669-684. [Online],Tersedia: http/www.emeraldinsight.com/09578234.htm, diakses tanggal 3 Mei 2012. Pounder, S. James. 2006. Transformational Classroom Leardership. http/www.sagepub.com/journal Refrint.diakses tanggal 3 Mei 2012.
73