http://www.mb.ipb.ac.id
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang (Solalluin toberosuin L.) mempakan komoditi hortikultural yang telmasuk dalam kelompok sayur mayur . Di Indonesia kentang di tanam oleh petani secara tradisional dengan teknik budidaya yang sangat sederhana. Kultivar kentang yang selama ini ditanam oleh petani secara turun temurtln adalah Kultivar Granola. Dengan berkembangnya industri pengolahan hasil maka manfaat kentang selain sebagai sayur-mayur juga sebagai bahan baku industri pengolahan. Kentang Kultivar Atlantik yang mempakan Kultivar impor adalah kentang yang cocok sebagai bahan baku industri pengolahan yaitu bempa "keripik kentang". Untuk meningkatkan kualitas produk pada Kultivar Granola dan Kultivar Atlantik maim diperlukan adanya teknologi yang sesuai.
Kentang Kultivar Granola membutuhRan keadaan agroklilllat yang sesuai sehingga cocok untuk daerah-daerah pegunungan di Indonesia yang beriklilll tropis. Kentang Kultivar Granola yang banyak ditanam oleh petani sangat cocok dibudidayakan di daerha yang sejuk dengan suhu ideal IS° - 18° C malalll hari, dan 24° - 30° C siang hari. Tinggi tempat ideal adalah 1000 - 1300 meter di atas pennukaan laut, tetapi kentang dapat juga hidup pada daerah yang mempunyai
http://www.mb.ipb.ac.id
ketinggian 500 - 3000 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal antara 200 - 300
mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama masa
pertumbuhan. Untuk pembentukan umbl. memerlukan sulm antara 15 " - I 7,7" C dengan kelembaban sekitar 705. Syarat lain yang dibutuhkan kentang adalah kondisi tanah yang gernbur dengan daya serap air yang tinggi serta kandungan humus tinggi. Derajat keasaman (pH) paling baik ditanam pada pH 5,6 ' 5,5. Khusus untuk kentang Kultivar Atlantik suhu udara yang ideal 15° - 18° C pada mal am hari dan optimal 24° C pada siang hari. Pertumbuhan optimal untuk Kultivar Atlantik adalah 1300 meter di atas permukaan laut (Departemen Pertanian, 1996).
Kentang
Kultivar
Granola' rnernpunyai
ciri
berkualitas
rendah,
dibudidayakan dengan teknik sangat sederhana, produksi terbatas, dan terbatasnya lokasi yang sesuai untuk pernbudidayaannya. Kentang Kultivar Granola cocok dikembangkan di daerah Jawa Barat. Kentang ini sesuai untuk kentang meja atau sayur. Menurut Kantor Statistik Jawa Barat (1995), dalamkondisi optimulll hasil rata-rata yang dapat dicapai petani di Jawa Barat setiap hektar adalah 16, I ton, lebih rendah dibandingkan produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 19,2 ton per hektar dengan rnasa tanarn 100 - 115 hari (Bachrein, dkk, 1997).
Kentang Kultivar Atlantik yang merupakan kentang introduksi aclalah kultivar kentang yang cocok untuk industri pengolahan. Kultivar Atlantik
2
http://www.mb.ipb.ac.id
Illerupakan kultivar pengganti dari kultivar kentang unggul nasional yang cocok untuk bahan baku industri pengolahan yaitu kultivar Segunung (Direktorat Jenderal Tanalllan Pangan dan Hortikultular, 1996). Hasil Produksi Kentang Kultivar Atlantik sangat bergantung kepada berbagai macam faktor yaitu bibit, iklil11, tanah dan cara bercocok tanam. Dalam keadaan yang sesuai hasil rata-rata yang dicapai Kultivar Atlantik adalah kurang lebih 25 ton per hektar dengan Illasa tanam 95 - 110 hari.
Data dari Biro Pusat Statistik tahun 1996, menunjukan bahwa kebutuhan. kOnSLll11si kentang setiap tahun meningkat. Pada periode tahun 1992 - 1995 konsLllllsi per kapita mengalami pertumbuhan sebesar 6,6%, tahun 1995 - 1997 pertllmbuhan konsumsi per kapita meningkat sekitar 7,04%, sedangkan konsumsi nasional tahun 1992 - 1995 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,41 %, dan tahLIn 1995 - 1997 pertumbuhannya meningkat sekitar 8,80%. Produksi kentang dari tahun 1992 - 1995, mengalami peningkatan sebesar 12,60%, peningkatan produktivitas hanya 1,76%, sedangkan peningkatan luas panen adalah 10,94%. Tahun 1995 - 1997 produksi kentang meningkat sebesar 12,72%. Peningkatan produktivitas hanya 0,12%, sedangkan luas panen meningkat sal11pai 12,79'Yc,. Perkembangan dan proyeksi luas panen, produksi dan produktivitas kentang tahun 1992 - 1997 dapat dilihat pada Tabel 1. Dan data tersebut dapat diambil
3
http://www.mb.ipb.ac.id
kesilllpulan bahwa meningkatnya produksi disebabkan oleh meningkatnya IU
Perkembangan
Tabel 1
dan
Proyeksi
Luas
Panen,
Prodllksi
dan
Prodllktivitas Kentang Tahun 1992 - 1997
%
Tahun
Luas Panen (Ha)
1992
48.853
1993
51.122
4.65
809.457
1994
56.057
9,65
1995
66.442
1996 1997
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
%
14.382
10.10
15,21
15.834
(1.18)
877.146
8,36
15.647
(3.63)
18,53
1.001.926
14.23
15.080
0,12
75.337
13,39
1.137.378
13,52
15.097
0,12
84.529
12,20
1.277.622
12,33
15.115
%
702.584
92 - 95
10,94
12,60
95 - 97
12,79
12.92
1.76
I
0.12
Sumber
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultural (1996)
Keterangan
1996 - 1997 angka proyeksi
Perkembangan pertumbuhan permintaan
dan penawaran pada tahun
1995 - 1997 mengalami peningkatan. Permintaan pada tahun 1995 - 1997 meningkat rata-rata 20,78%, sedangkan penawaran hanya meningkat rata-rata
4
http://www.mb.ipb.ac.id
12,93%. Perkembangan dan proyeksi penawaran dan pel111intaan ken tang tahun 1992 - 1997 dapat dilihat pada Tabel 2. Agra dapat mengimbangi lajunya peningkatan permintaan maka produktivitas kentang perlu ditingkatkan.
Tabel
2.
: Perkembangan dan proyeksi penawaran - Permintaan Kentang Tahun 1992 -1997
Tahun
Penawaran (Ton)
%
Permintaan (Ton)
%
572.342
(~I
Selisih (Ton)
1992
702.698
175.355
1993
809.496
15,20
612.200
16,90
197.296
12,51
1994
877A78
8,40
624.467
2,00
253.011
28.24
1995
1.002.066
14,20
649.292
3,98
352.774
39,43
1996
1.137.570
13,52
781.259
20,32
356.311
1,00
1997
. 1.277.937
12,34
947.216
21,24
330.721
(7.18)
92 - 95
12.60 ,
7,36
26.73
95 - 97
12.93
20,78
(3.09)
Sumber
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortiku1tural (1996)
Keterangan
Diolah oleh Pusat Data Pertanian (1996)
5
http://www.mb.ipb.ac.id
Kebutuhan komoditi kentang meningkat setiap tahun terutama untuk rumalHangga,
dan
industri.
Meningkatnya
,-
kebutuhan
disebabkan
oleh
...".
meningkatnya jumlah penduduk, adanya perubahan pola makan dan diversi fikasi pangan masyarakat Indonesia, serta memenuhi kebutuhan luar negeri.
Menurut sumber Pikiran Rakyat, 1998, Jawa Pos, 1992, Suara Karya, 1993, dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura,
1996,
pemlasalahan yang dihadapi oleh petani kentang selama musim menanam kentang lokal adalah ; a.
Kualitas produksi rendah. Kentang mudah busuk karen a kanpungan air tinggi sehingga tidak sesuai sebagai bahan baku industri pengolahan.
b.
Kualitasn dan kuantitas bibit lokal sangat rendah sehingga kualitas dan ' kuantitas pproduksi juga rendah.
c.
Petani sulit untuk memperoleh tei<nologi baru karen aterbatasnya modal untuk memiliki teknologi tersebut ; kurangnya pengetahuan dan kemampuan.
d.
Terbatasnya lokasi lahan yang dapat ditanami kentang.
e.
Adanya serangan organisme pengganggu tanaman terutama penyakit.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah; a.
Memanfaatkan lahan yang ada di dataran medium (sedang) yang mempunyai ketinggian 300 - 800 meter atas permukaan laut yang masih cukup luas dengan menyediakan bibit yang sesuai.,
6
http://www.mb.ipb.ac.id
b. Menemukan kultivar unggul baru yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta mempunyai produktivitas tinggi. c. Mengembangkan teknik kultur jaringan. d. Mengintroduksi bibitkentang dari luar negeri.
Akan tetapi llpaya-upaya tersebut masih belum dapat memenuhi kebutuhan permintaan, baik kebutuhan rumah tangga mallpun industri nasion'll dan intemasi on'll.
Kentang selain sebagai sayur-mayur juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan, sehingga produk olahan ken tang mempunyai nilai lebih tinggi dan harga lebih mahal dari pada hanya dimanfaatkan sebagai sayur-mayur. Produk olahan kentang yang saat ini
sudah sangat digemari adalah berupa
keripik kentang yang mempunyai rasa gurih dan renyah serta banyak mengandung kalori. Kentang yang dapat diolah menjadi keripik kentang yang berkualitas adalah kentang yang benmutu tinggi. Hal ini sangat bergantung pada macam kultivar kentang yang digunakan sebagai bahan baku, karena masing-masing kultivar mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Perbedaan sifat tisik dan kimia inilah yang mempunyai olahan dan kesesuian kultivar kentang sebagai bahan baku keripik kentang. Kultivar yang saat ini dapat digunakan sebgai bahan baku adalah Kultivar Granola (dengan persyaratan tertentu) dan Kultivar Atlantik yang merupakan kultivar introduksi.
7
http://www.mb.ipb.ac.id
Sebagian besar petani kentang di daerah Kecall1atan Pcngalengan. Kabllpaten Bandllng. Jawa Barat. telah ll1elllbudidayakan kentang Kultivar Atlantik di bawah binaan pemsahaan swasta yaitu perusahaan X. Perusahaan tersebut ll1enggunakan kentang sebagai bahan baku industrinya yang berupa keripik kentang (Potato Chips). Perusahaan X Illelllberikan bibit Kultivar Atlantil<' kepada petani serta Illelllberikan pelllbinaan pelllbudidayaannya. Hasil dari prodllksi kentang tersebut langsung dijual kepada perusahaan X dengan harga yang telah ditentukan berdasarkan kontrak, sehingga dalalll hal ini harga ditentukan perusahaan X.
Keberhasilan
pelllbudidayaan
kentang
Kultivar
Atlantik
sangat
dipengamhi oleh faktor 'Iuar dan faktor dalarn dari pada petani kentang tersebut. Faktor luar yang sangat Illelllpengamhi adalah faktor agroklimat dan sosial ekonoll1i petani untuk membudidayakan Kultivar Atlantik sebagai kultivar yang baru dengan teknik budidaya bam. Hanya sebagian petani bersedia menanalll Kliitivar Atlantik . Oi samping itu petani yang telah di bina oleh perusahaan X c1engan menggunakan teknik budidaya dari alih teknologi temyata belull1 ll1encapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengamhi keputusan petani untuk lllenanall1 ken tang c1engan teknologi bam dan sampai sejauh mana proses alih teknologi berlangsung tclah dikaji dalam penelitian inL Berdasarkan kenyataan bahwa hasil
8
http://www.mb.ipb.ac.id
yang telah dicapai petani binaan saat ini belum sesuai dengan keinginan yang akan dicapai maka dari hasil penelitian ini merumuskan strategi yang sesuai untuk alih teknologi budidaya kentang, baik untuk Kultivar Atlantik maupun untuk Kultivar Granola yang merupakan kultivar lokal agar memenuhi standar mutu sebagai bahan olahan khususnya untuk keripik kentang.
1.2.
Perumusan Masalah
Dengan berlangsungnya alih teknologi budidaya kentang dari perusahaan X
kepada petani binaannya maka beberapa pertanyaan dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Sampai sejauh mana alih teknologi budidaya kentang dapat diadopsi dan dilaksanakan oleh petani kentang di daerha Kecamatan Pengalengan, kabupaten bandung, Jawa Barat. b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses alih teknologi. c.
Strategi alih teknologi yang bagaimana yang sesuai untuk petani ken tang.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mengarahkan pada kajian yang lebih jauh dalam proses alih teknologi dan pelaksanaannya dian tara petani kentang di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
9
http://www.mb.ipb.ac.id
1.3.
a.
TlIjuan Penelitian
Menganalisa proses alih teknologi blldidaya kentang dari perllsahaan X kepada petani binaan di Kecamatan Pengalengan, Kabllpaten Bandllng, Jawa Baral.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengambilan keplltusan petani untuk melakukan alih teknologi. c.
Mengusulkan proses alih teknologi yang sesuai bagi petani di Kecalllatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Baral.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan akan dapat memberikan manfaat kepada petani yang dibina oleh perusahaan X yang kelak melakukan alih teknologi, sehingga tlljuan kemitraan antara petani kentang dengan perusahaan X dapat tercapai. Manfaat tesis ini bagi penulis adalah lIntuk Illelllperluas dan Illengetahui lebih dalalll Illasalah-Illasalah yang sering tilllblil di dalalll upaya Illengelllbangkan agribisnis yang berwawasan industri.
10