I. PENDAHULUAN
A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orang tua. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (2002:24) “keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi
yang intim. Keluarga memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.”
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dinyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anak, atau ayah dan anaknya. Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga dapat didefenisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga tercipta suasana saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Mengasuh anak adalah mendidik, membimbing, memperhatikan, atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat
3
anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Mendidik anak dengan baik dan benar berati menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhankebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.
Pola asuh orang tua dalam membantu anak mengembangkan kemampuan dan potensinya sangatlah besar, di mana orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kepada anak terhadap perkembangan keperibadian anak dalam keluarga
tersebut
yang
pada
akhirnya
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan keperibadian anak dalam keluarga tersebut, dan akan berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam pendidikannya.
Perihal memilihkan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak, merupakan agenda penting bagi para orang tua. Lembaga pendidikan tidak hanya berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, di mana ia akan bersosialisasi dengan sesama teman, guru, dan lingkungan di dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka orang
4
tua hendaklah pandai-pandai dalam mengarahkan anaknya takala hendak memasuki sebuah lembaga pendidikan.
Sebagian orang tua yang tidak peduli dengan kehidupan anak-anaknya, disebabkan karena orang tuanya terlalu sibuk dalam mencari nafkah, sehingga orang tua acuh tak acuh dengan segala kegiatan belajar sang anak. Mengakibatkan anak tidak termotivasi dengan belajar di sekolah, misalnya, anak tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mau belajar, dan bahkan anak bolos sekolah. Hal ini juga berpengaruh terhadap kedisiplinan anak. Begitu juga halnya dengan orang tua yang terlalu memanjakan anak-anaknya, mengakibatkan anak selalu ingin berbuat sekehendak hatinya.
Disiplin selalu dianggap perlu untuk perkembangan anak, tetapi pandangan tentang apa yang merupakan disiplin yang baik telah mengalami banyak perubahan. Dalam mendidik, disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu
sesuai
dengan
nilai-nilai
yang
ditanamkan,
diajarkan,
dan
diteladankan. Banyak orang tua tidak mau berusaha untuk menanamkan kedisiplinan pada anak-anaknya, ketidakseriusan itulah yang mengakibatkan efektivitas kedisiplinan anak tidak optimal sehingga menyebabkan timbulnya rasa benci pada anak, yang kemudian membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi tidak menyenangkan.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa, ketika anak mereka diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak. Semua tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di
5
sekolah, apakah anak akan menjadi pandai, bodoh, nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan guru di sekolah. Sedangkan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, di antaranya adalah : 1. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. 2. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, yang meliputi : a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan. Menurut Chabib Thoha (2006:108) ada tiga pola asuh orang tua diantaranya yaitu : a. Pola asuh demokratis b. Pola asuh otoriter c. Pola asuh permissive
Berdasarkan pengamatan peneliti dapat diperoleh data pola pembinaan orang tua pada anak di SMPN 2 Negerikaton Pesawaran TP. 2012/2013 sebagai berikut :
6
Tabel 1.1 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMPN 2 Negerikaton Pesawaran TP. 2012/2013. No. Pola Asuh Orang Tua 1. Demokratis
2.
3.
Otoriter
Permissive
Perilaku Anak Di kelas a. Aktif dalam bertanya b. Selalu menyatakan pendapat c. Berani mengambil keputusan a. Merasa sungkan bila disuruh bertanya. b. Ketika proses KBM, lebih cenderung berbicara dengan teman-teman yang lain. c. Tidak berani berperan aktif dalam diskusi. a. Kurang bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas b. Tidak antusias dalam mengikuti pelajaran.
Sumber : Hasil Pra-Survei Peneliti
Tabel 1.1 menjelaskan bahwa pola asuh orang tua di rumah sangat mempengaruhi perilaku anak di kelas sehingga menimbulkan perhatian dan efek tertentu. Ada tiga bentuk pola asuh orang tua yaitu demokrasi, otoriter dan permissive. Menurut pengamatan penulis dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, ternyata pola asuh demokratis dinilai paling baik buat pendidikan anak dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Hal ini disebabkan pola asuh demokratis dapat membentuk anak yang baik, memiliki hubungan sosial yang baik, tingkat kedisiplinan yang tinggi, dan
cenderung
mempengaruhi anak menjadi dewasa dalam bersikap. Mengingat pola asuh yang dilakukan orang tua dengan disiplin anak sangat penting untuk diteliti, maka penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pola asuh Orang Tua Pada Anak Dengan
7
Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Ketidakseriusan orang tua dalam membentuk disiplin anak. 2. Rendahnya kualitas waktu antara orang tua dan anak. 3. Tingkat kedisiplinan anak cenderung menurun. 4. Komunikasi antara orang tua dengan anak belum terjalin dengan harmonis
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti, yaitu : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah Hubungan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013?
8
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui adanya Hubungan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Secara teoretis kegunaan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua pada anak dengan disiplin belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pen-didikan yang termasuk kedalam ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang upaya pembentukan kedisiplinan pada diri peserta didik. b. Kegunaan Praktis Kegunaan penelitian secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi Sekolah/Lembaga pendidikan agar berperan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi guru untuk memberikan contoh yang baik agar dapat dijadikan teladan oleh peserta didik.
9
3. Hasil Penelitian dapat dijadikan acuan untuk orang tua agar lebih memperhatikan anak dengan cara pola asuh dan pembinaan yang baik. 4. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi siswa dalam membentuk kepribadian sesuai dengan akhlak yang baik .
G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ilmu ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang berhubungan dengan Hubungan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Anak . 2. Ruang Lingkup Subyek Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Ruang Lingkup Obyek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Hubungan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. 4. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Negerikaton Pesawaran. 5. Ruang Lingkup Waktu Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.