Bab 1 Target Di Surga terdapat para malaikat berkumpul di sana. Kehidupan di Surga sedikit mirip dengan kehidupan di Bumi karena sama-sama terdapat kehidupan. Di Surga terdapat salah satu sekolah yang cukup terkenal. Sekolah tersebut berisi para malaikat yang menimba ilmu. Sekolah itu bernama Sekolah Malaikat Cinta. Di Sekolah malaikat cinta terdapat juga Guru-guru yang mengajar para murid. Semua murid dan guru mempunyai sayap karena mereka adalah malaikat cinta. Di kelas A1 merupakan kelas yang terkenal karena mayoritas murid-muridnya pintar dalam akademik. Pagi hari para murid berkumpul berbaris di depan kelas. Ketua kelas mengatur baris teman-temannya. Ketua kelas bernama Cupid Lay. Satu persatu para murid masuk menuju kelas. Pak Guru juga memasuki kelas. Pak Guru itu bernama Pak Berto Antonio. Pelajaran pertama tentang Target. Pak Berto berkata “Anak-anak, pelajaran pagi ini tentang Target.” Pak Berto berjalan menuju papan tulis dan menulis dengan penuh semangat. Pak Berto menulis kalimat “Siapakah Target kita?” di papan tulis. Semua murid tidak ada yang bisa menjawab. Suasana hening sampai tiga menit. Tiba-tiba ada Cupid mengangkat tangannya dan dengan spontan menjawab “Saya tahu, Target kita adalah hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan.” Pak Berto mendengar jawaban Cupid langsung spontan menggelengkan kepalanya. Pak Berto menjawab “Salah, jawabanmu salah total. Target kita bukan hewan bukan tumbuhan. Ingat bahwa kita adalah malaikat cinta. Coba tebak siapakah target kita jika kita di tugaskan sebagai malaikat cinta?” Kelas A1 kembali hening lagi sampai lima menit lamanya. Hanya satu murid yang berani mengangkat tangannya. Murid itu bernama Viva Livid. Viva tergolong murid yang pandai. Viva dengan yakin menjawab” Target kita adalah manusia.” Pak Berto menjawab “Viva jawabanmu benar. Kamu memang murid yang cukup pandai.” Pak Berto kembali bertanya “Di manakah tempat tinggal manusia?” “Banyak murid yang mengangkat tangan karena pertanyaannya cukup mudah. Pak Berto memilih salah satu di antara muridnya untuk menjawab yaitu Ami Denita. Pak Berto berkata “Ya, Ami. Coba kamu menjawab.” Ami menjawab “Manusia tinggal di planet Venus.” Pak Berto kembali menggelengkan kepalanya lagi menandakan jawabannya salah. Pak Berto berkata “Jawabanmu salah, Ami. Coba yang lain ada yang ingin menjawab lagi?” Satu persatu para murid yang mengangkat tangannya tadi mulai menurunkan tangan mereka karena mereka ragu menjawab. Hanya satu murid yang masih mengangkat tangannya
yaitu Gilbert Arthur. Pak Berto berkata “Coba ungkapkan jawabanmu Gilbert.” Gilbert menjawab “Manusia tinggal di salah satu Planet yang bernama Bumi.” Pak Berto bertepuk tangan dan berkata “Benar, manusia tinggal di Bumi. Manusia mirip dengan wujud kita namun mereka tanpa sayap. Sedangkan kita sebagai malaikat cinta dengan mempunyai sayap.” Ami bertanya dengan spontan “Mengapa kita mempunyai sayap sedangkan manusia tidak mempunyai sayap?” Pak Berto menjawab “Semua malaikat mempunyai sayap karena kita adalah malaikat cinta. Sayap yang kita miliki berfungsi untuk mempermudah tugas kita sebagai malaikat cinta. Sayap yang kita miliki membuat kita dapat terbang. Malaikat cinta mempunyai dua cara untuk berpindah tempat dengan berjalan dan dengan terbang. Manusia memang diciptakan tanpa Sayap karena mereka mempunyai banyak cara untuk berpindah tempat. Manusia dapat berpindah tempat dengan berjalan dan dengan mengunakan alat transportasi.” Ada salah satu murid yang mengangkat tangan dan bertanya. Murid itu bernama Jully Kelly. Kelly bertanya “Apa itu alat transportasi?” Pak Berto langsung menjawab “Alat transportasi adalah kendaraan. Kendaraan yang manusia gunakan untuk berpindah tempat. Karena manusia tidak mempunyai sayap, mereka mengunakan alat transportasi untuk pindah tempat. Kelly bertanya lagi karena ia masih bingung “Mengapa kita tidak mempunyai alat transportasi untuk berpindah termpat seperti manusia?” Apakah malaikat seperti kita dapat menggunakan transportasi?” Pak Berto menjawab “Malaikat tidak membutuhkan alat transportasi karena sudah memilki sayap untuk terbang. Malaikat di Surga tidak dapat menggunakan transportasi sedangkan Malaikat yang turun ke Bumi bisa menggunakan transportasi.” Murid yang paling gemuk mengangkat tangannya dan bertanya. Murid itu bernama Revan Novan. Revan bertanya “Bukan semua malaikat tinggal di Surga. Apakah ada malaikat turun ke Bumi? Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Bibi dan Pamanku dari dulu tinggal di Surga. Lalu siapakah malaikat yang turun ke Bumi?” Pak Berto menjawab “Pertanyaan yang sangat bagus Revan. Memang malaikat tinggal di Surga. Tetapi ada saatnya malaikat turun ke Bumi untuk melaksanakan tugasnya. Malaikat yang turun ke Bumi adalah semua murid sekolah malaikat cinta yang telah selesai menempuh pelajaran di sekolah ini. Murid-murid di sekolah lain juga akan melakukan hal yang sama. Semua orang yang lebih tua dari kalian tentu pernah turun ke Bumi, orang tuamu Revan dan orang dewasa lainnya pernah turun ke Bumi. Mereka semua
sudah lulus ujian menjadi Malaikat Cinta.” Revan berkomentar “Pak Berto, Ayah dan Ibu saya tidak pernah cerita bahwa mereka pernah turun ke Bumi? Mengapa mereka tidak menceritakan kepadaku? Teman-teman, apakah kalian pernah diceritakan oleh orang tua kalian bahwa mereka pernah turun ke Bumi?” Semua murid di kelas menjawab dengan kompak “Tidak pernah.” Revan berkomentar lagi “Pak Berto, semua teman dan Revan tidak pernah diceritakan oleh orang tua mengenai hal ini. Mengapa seperti itu Pak?” Pak Berto menjawab dengan bijak. Tentu saja orang tua kalian tidak ada yang menceritakan tentang malaikat turun ke Bumi. Jika kalian diceritakan mengenai hal tersebut maka kalian kemungkinan akan takut. Sewaktu dulu Bapak masih kecil seumuran kalian. Kebetulan waktu itu orang tua Bapak menceritakan mengenai malaikat turun ke Bumi. Dan mereka menjelaskan bahwa semua malaikat harus mengalami turun ke Bumi karena itu sudah menjadi tugas utama kita sebagai malaikat. Ini sudah menjadi tradisi turun menurun sejak jaman nenek moyang kita. Waktu Bapak diceritakan hal itu Bapak takut sekali karena harus berpisah dengan Ayah dan Ibu. Tetapi seiring waktu mengikuti pelajaran dan turun ke Bumi semua berjalan dengan lancar. Dan setelah tugas selesai Bapak kembali ke Surga.” Viva bertanya “Berarti kita semua akan kembali ke Surga setelah tugas kita selesai. Apakah kita akan cukup lama tinggal di sana?” Pak Berto menjawab “Benar, jika kalian sudah selesai tugasnya maka kalian kembali ke Surga. Lama atau tidaknya kalian di Bumi itu tergantung masing-masing. Ada yang cepat, ada yang cukup lama, dan ada yang sangat lama.” Cupid bertanya “Selama kita berada di Bumi, bisakah kita menghubungi orang tua kami?” Pak Berto menjawab “Bisa, kalian masih bisa menghubungi orang tua kalian. Kalian bisa menggunakan telepati dengan mengunakan alat. Alat telepati akan dibahas lagi di pelajaran yang akan datang. Kalau begitu biar Bapak tuliskan di papan tulis tentang pelajaran apa saja yang akan dibahas yaitu: 1. Target, 2. Terbang, 3. Memanah, 4. Memilih target yang cocok, 5. Telepati, 6. Musuh Kalian, 7. Senjata, 8. Bela Diri, 9. Visi Malaikat Cinta, 10. Ujian: Turun ke Bumi.” Setelah selesai menulis bahan pelajaran Pak Berto berkata “Setiap pelajaran saling berhubungan satu sama lain. Jadi pahami dan ingat semua pelajaran yang bapak berikan. Jika ada yang penting di setiap pelajaran yang bapak berikan. Jika ada yang penting di setiap pelajaran sebaiknya kalian catat di buku kalian. Jika tidak mengerti kalian boleh bertanya.” Semua murid menjawab dengan kompak “Baik Pak.” Revan bertanya “Jikalau Revan turun di Bumi, Apakah
makanan di Bumi sama enaknya dengan makanan di Surga?” Pak Berto tersenyum di dalam hatinya berkata “Muridku yang satu ini di kepalanya hanya makanan.” Lalu Pak Berto menjawab “Revan, makanan di Bumi jauh lebih enak dan bervariasi macamnya. Kita di Surga hanya makan buah-buahan, sedangkan manusia makan buah, sayur dan daging.” Ami berkomentar “Pak, mengapa manusia memakan daging. Daging apa yang mereka makan? Daging hewan atau daging apakah? Atau mereka makan daging sesama mereka lalu mereka menjadi kanibal?” Pak Berto menjawab “Ami, manusia hanya makan daging hewan. Hanya manusia tidak normal yang tega makan sesamanya. Manusia normal tidak akan tega makan sesamanya.” Ami bertanya lagi “Berarti ada manusia yang kanibal?” Pak Berto menjawab “Ada namun hanya sedikit jumlahnya. Hanya manusia yang tidak normal yang makan daging sesamanya menjadi kanibal.” Ami tiba-tiba berteriak “Tidak! Ami tidak mau turun ke Bumi. Jikalau Ami bertemu dengan manusia kanibal, maka Ami dimakan olehnya.” Ami menutup wajahnya karena ketakutan. Pak Berto menjawab “Tidak ada yang perlu ditakuti. Setiap malaikat yang akan turun ke Bumi akan dibekali senjata untuk berkelahi dengan musuh dan melindungi diri kalian.” Mendengar penjelasan Pak Guru, Ami bertambah takut dan menangis. Ami berkata “Ami tidak mau turun ke Bumi. Ami tidak mau berkelahi dengan musuh dan tidak mau meninggalkan orang tuaku.” Pak Guru menjawab dan berusaha menghibur muridnya “Tenanglah Ami, dahulu Bapak juga takut turun ke Bumi. Turun ke Bumi sudah menjadi tugas para malaikat. Percayalah bahwa semua akan baik-baik saja. Jikalau kamu merasa dalam keadaan bahaya. Ami dapat mengunakan alat telepati kepada orang tua atau kepada Bapak. Jika dalam keadaan berbahaya Bapak akan ikut turun ke Bumi menolongmu.” Ami pelan-pelan berhenti menangis. Teman sebangkunya Kelly mengambilkan tissue untuk Ami. Kelly berkata “Ami, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Jika dalam kondisi bahaya Kelly akan membantumu.” Revan tiba-tiba bertanya “Jika Ami dalam kondisi bahaya. Apakah hanya Ami saja yang dilindungi lalu murid-murid yang lain bagaimana jikalau mengalami hal yang sama?” Pak Berto berpikir sejenak dan menjawab “Baiklah kalau begitu setiap murid di kelas ini dibagi menjadi kelompok. Tiap kelompok terdiri dari dua murid atau lebih. Kalian pilih teman yang kalian merasa cocok untuk bekerja sama dan saling melindungi. Kalian terus berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan orang tua serta dengan Bapak sewaktu berada di Bumi. Tidak hanya Ami saja yang dilindungi, semua murid akan dibawah
pengawasan Bapak dan orang tua. Jangan khawatir anak-anak. Semua akan baik-baik saja.” Revan berkomentar “Pak Guru, Revan akan memilih kelompok Revan. Revan sekelompok dengan Cupid Lay. Kelompok Revan terdiri dua orang yaitu kamu dan Cupid. Pak Berto memberikan perintah “Revan, kamu menjadi ketua kelompokmu.” Revan menjawab “Revan juga takut kalau bertemu musuh dan manusia kanibal. Revan tidak mau menjadi ketua. Cupid saja yang menjadi ketua.” Pak Berto menjawab “Revan, Bapak percaya kamu dapat menjadi ketua. Cupid sudah menjadi ketua kelas jadi tidak boleh dua kali menjadi ketua. Revan, kamu menjadi ketua kelompokmu. “Pak Berto beralih ke murid-murid yang lain untuk membentuk kelompok. Selesai membentuk kelompok, para murid pulang ke rumah masing-masing. Cupid Lay pulang ke rumahnya. Ia menceritakan pelajaran yang ia terima di sekolah kepada Ibunya. Cupid bertanya kepada Ibunya “Apakah benar semua malaikat harus turun ke Bumi, Ibu? Apakah Ibu pernah turun ke Bumi.” Ibu menjawab “Iya, tentu saja benar dan Ibu pernah turun ke Bumi.” Cupid bertanya lagi “Sewaktu Ibu turun ke Bumi. Apakah Ibu pernah bertemu dengan manusia kanibal?” Ibu menjawab “Tidak pernah.” Ibu balik bertanya “Dari manakah kamu mendengar tentang manusia kanibal?” Cupid menjawab “Cupid mendengar tentang manusia kanibal di sekolah. Banyak hal yang kami pelajari tadi di sekolah.” Ibu berkomentar “Ya, Cupid kamu akan mempelajari banyak hal di sekolah. Sekarang kamu cicipi buah melon. Ibu bawakan buah melon, ayo dimakan.” Cupid berkata “Iya, Ibu Cupid berkata “Ibu buah melonnya masih ada lagi kah? Cupid ingin makan lagi.” Ibu berkata “Masih ada buah melonnya di kulkas. Cupid ambil sendiri saja secukupnya. Tumben Cupid makannya banyak hari ini. Buah melonnya enak ya?” Cupid menjawab “Iya buah melonnya enak dan manis.” Ibu ceritakan kepada Cupid tentang pengalaman Ibu turun ke Bumi.” Ibu menjawab “Sewaktu Ibu turun ke turun ke Bumi. Ibu bingung mengunakan busur karena Ibu belum fasih mengunakan busur karena Ibu belum fasih mengunakan busur untuk memanah. Ibu pernah sewaktu memanah tidak kena target.” Cupid berkomentar “Lalu panah meleset ke mana?” Ibu menjawab “Panahnya meleset kena pohon.” Cupid spontan tertawa. Ibu berkata “Coba nanti Ibu lihat Cupid bisa mengunakan busur atau tidak. Ibu mau melihat kemampuan memanahmu. Ibu ambilkan busur milik Ibu.” Ibu masuk ke dalam gudang mencari busur dan panah. Ibu mencarinya cukup lama dan belum ketemu juga. Ibu berkata “Ibu lupa
busur dan panah diletakkan di mana ya? Kok Ibu jadi lupa sendiri. Cupid, Ayo bantu Ibu mencari busur dan panah.” Cupid menjawab “Baik Ibu.” Mereka berdua berada di dalam gudang cukup lama. Mereka membongkar semua barang dan akhirnya ketemu juga busur dan panahnya. Busur dan panah sedikit kotor karena terkena debu. Ibu dan Cupid membersihkannya dengan tissue. Setelah membersihkan busur dan panah, Ibu dan Cupid pergi ke taman. Ibu berkata “Ibu mau melihat Cupid memanah, Ayo coba kamu lakukan. Ibu sudah pasang papan target di depan. Fokus pada Target.” Cupid mengambil busur dan menarik panah. Bidikan Cupid meleset dan tidak mengenai sasaran. Ibu berkomentar “Cupid tadi menertawakan Ibu karena mendengar kisah Ibu tidak dapat mengenai target. Nah, Sekarang Cupid juga belum dapat mengenai target. Ibu beri contoh memanah dengan benar. Lihat baik-baik.” Ibu menarik panah dan mengenai target. Cupid melihatnya dengan takjub dan bertepuk tangan. Cupid berkata “Wow, Ibu hebat. Tepat mengenai target.” Ibu berkata “Cupid, coba kamu panah lagi. Kamu harus banyak latihan. Semakin kamu sering latihan memanah semakin dekat dengan targetmu.” Cupid mencoba berkali-kali memanah namun masih belum berhasil. Cupid pantang menyerah, ia terus menerus mencoba membidik sasaran targetnya. Cupid latihan sampai lupa waktu. Hari sudah sore, Cupid masih terus latihan memanah. Ayah Cupid pulang. Ayah bingung di dalam hatinya terbesit “Cupid di mana kok tidak ada di rumah? Ayah langsung bertanya kepada Ibu “Ibu, Cupid di mana?” Ibu menjawab “Cupid sedang di taman. Ia latihan memanah.” Ayah langsung pergi menghampiri Cupid di taman. Ayah memanggil Cupid “Cupid, ayo masuk ke dalam rumah. Hari sudah sore, latihan memanahnya dilanjut besok. Ayah bawakan buah kelengkeng kesukaanmu.” Mendengar Ayahnya membawakan buah kelengkeng spontan Cupid kegirangan. Cupid langsung berlari menuju Ayahnya dan berkata “Asik, Ayah beli kelengkeng. Mana kelengkengnya? Kok tangan Ayah tidak membawa apa-apa?” Ayah berkata “Buah kelengkengnya ada di rumah. Ayah letakkan di meja makan. Ayo kita masuk ke rumah.” Cupid mengandeng tangan Ayah dan memasuki rumah. Di dalam rumah Ibu sedang menyiapkan minuman dan buah kelengkeng. Cupid langsung mengambil dan memakan buah kelengkeng dengan lahap. Ayah, Ibu dan Cupid makan bersama. Setelah selesai makan, Cupid berkata “Ayah, ternyata Ibu jago memanah. Tadi Ibu memanah tepat sekali. Apakah Ibu dulunya juara memanah?” Ayah menjawab “Iya, Ibumu jago memanah. Bahkan lebih jago dari Ayah.” Cupid
bertanya lagi “Jika Cupid sudah pandai memanah, apakah ada lomba memanah? Cupid ingin ikut lomba memanah.” Ayah menjawab “Cupid boleh ikut lomba memanah setelah Cupid selesai melakukan tugas turun ke Bumi. Jika Cupid berhasil melakukan tugasmu maka Cupid boleh ikut lomba memanah.” Cupid mendengar perkataan Ayahnya menjadi tambah bersemangat. Cupid berkata “Hore, Cupid bisa ikut lomba memanah. Ikut lomba memanah akan mendapatkan hadiah semangka berukuran besar.” Cupid bertambah semangat dan bahagia mendengar perkataan Ibunya. Cupid tiba-tiba mencium kening Ayah dan Ibunya. Cupid berkata “Terima kasih atas informasi lomba memanah yang Ayah dan Ibu berikan. Cupid akan latihan memanah setiap hari agar dapat hadiah semangka besar.” Cupid lari masuk ke kamarnya dan tidur lelap. Ayah dan Ibu saling melirik mata dan memasang wajah heran. Ayah berkata “Tidak biasanya Cupid bersemangat seperti itu. Ibu masih ingat ketika dulu Cupid mengikuti lomba naik sepeda. Waktu itu ia merengek dan menagis minta pulang. Kenapa tibatiba anak kita jadi berubah drastis seperti ini ya Ibu?” Ibu menjawab “Entahlah, mungkin Cupid semangat mengikuti lomba memanah karena hadiah semangka besar. Cupid kan suka sekali makan semangka.” Ayah berkata “Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Ibu.” Ibu menangapinya “Iya, tentu saja. Kita sebagai orang tua hanya bisa memberikan dorongan.” Ayah dan Ibu mulai mengantuk dan berhenti melakukan percakapan mereka. Mereka masuk kamar dan tidur lelap. Malam itu turun hujan deras sehingga membuat udara semakin sejuk. Bab 2 Terbang Keesok harinya Cupid berangkat ke sekolah. Cupid memasuki ruang kelas dan bel sekolah berbunyi. Cupid memimpin baris di depan kelas. Satu persatu murid masuk ke dalam kelas. Hari ini yang mengajar adalah Ibu Debora Star. Ibu Debora memasuki kelas. Ia mengambil buku absen dan memanggil murid satu persatu. Semua murid kelas A1 masuk semua hari ini. Ibu Debora memulai memberikan pelajaran. Ibu Debora berkata “Murid-murid, siapa yang tahu hari ini kita membahas pelajaran apa?” Semua murid menjawab dengan kompak “Belajar terbang.” Ibu Debora heran dan berkata “Kok murid-murid sudah tahu hari ini kita belajar terbang?” Stacy Amber menjawab “Semua murid sudah tahu kok Ibu karena kemarin Pak Berto memberitahukan semua judul pelajaran kepada kami.” Ibu Debora berkata “Kalau begitu kita langsung keluar ke lapangan dan langsung praktek.” Semua murid berlari keluar menuju ke
lapangan. Ibu Debora memberikan instruksi dan berkata dengan tegas “Ayo semua berbaris yang rapih. Kita pemanasan dulu dengan olah raga senam.” Ibu Debora mengambil laptop dan memutar musik senam. Semua murid bersemangat mengikuti instrruksi senam dari Ibu Debora. Kira-kira tiga puluh menit senam berlangsung. Setelah selesai senam murid-murid istirahat sepuluh menit setelah itu kita langsung belajar terbang.” Murid-murid beristirahat dengan duduk di dekat pohon. Waktu sepuluh menit telah berlalu. Ibu Debora berkata “Istirahat sudah selesai. Ayo murid-murid kita langsung belajar terbang. Kepakkan sayap kalian.” Murid-murid mulai mengepakkan sayap mereka. Pelan-pelan secara otomatis mereka bisa terbang. Hanya satu murid yang tidak bisa tebang yaitu Revan. Revan kebingungan karena ia tidak bisa terbang. Revan kebingungan karena ia tidak bisa terbang. Revan berkata kepada Ibu Debora “Ibu, Revan tidak bisa terbang. Bagaimana ini?” Ibu Debora menghampiri Revan. Ibu Debora berkata “Revan, kepakkan sayapmu. Ayo, dicoba terus pasti bisa.” Revan akhirnya bisa terbang namun hanya berjarak satu setengah meter dari tanah. Ibu Debora berpesan kepada Revan “Revan sepertinya kamu harus mengatur pola makanmu. Revan coba kamu diet. Dengan diet kamu bisa terbang lebih tinggi.” Revan menjawab “Iya, Ibu nanti Revan coba diet. Murid-murid yang lain sengat menikmati suasana pelajaran hari ini. Mereka terbang ke sana ke mari. Nampaknya mereka sangat senang bisa terbang. Wajah mereka ceria sekali dan tersenyum simpul sewaktu terbang. Revan masih sedih karena tidak bisa terbang. Revan masih sedih karena tidak bisa terbang setinggi teman-temannya. Ibu Debora menghiburnya dan berkata “Revan, kamu jangan sedih. Kalau kamu berhasil diet dan bisa terbang sempurna seperti teman-temanmu. Ibu akan memberimu sesuatu.” Revan mendengar perkataan Ibu Debora langsung berubah raut mukanya. Mata Revan berseri-seri mendengar kalimat “Ibu akan memberimu sesuatu.” Dengan sopan Revan bertanya “Ibu akan memberi sesuatu. Sesuatu apa itu Ibu?” Ibu Debora berkata “Sesuatunya masih rahasia. Tentunya akan menjadi kejutan untukmu Revan. Tetapi jika kamu tidak berhasil ya sesuatunya buat Ibu sendiri.” Ibu Debora berkata seperti itu sambil mengedip-ngedipkan matanya. Revan merengek dan berkata “Ah Ibu pelit, tidak seru nih. Masa pakai rahasiarahasiaan?” Ibu Debora berkata “Iya dong, biar kejutan.” Revan langsung cemberut, mulutnya maju kedepan alias manyun. Ibu Debora berkata “Revan, kalau kamu cemberut seperti itu nanti mirip gajah yang mempunyai belalai panjang.” Revan bingung dan bertanya “Apa itu gajah?”
Ibu Debora menjawab “Gajah itu hewan yang mempunyai belalai panjang dan kaki empat. Kamu akan bisa melihat hewan tersebut jika kamu sudah pernah ke Bumi.” Revan menjawab “Wah, sepertinya seru juga di Bumi. Di sana banyak hewan dan manusia yang unik untuk dilihat.” Ibu Debora berkata “Revan, kok bisa bilang manusia itu unik. Revan tahu dari mana manusia itu unik?” Revan menjawab “Revan tahu dari pelajaran kemarin, sewaktu pelajaran dengan Pak Berto, kami membahas manusia itu makan buah, sayuran dan daging. Manusia juga ada yang normal dan ada yang kanibal.” Ibu Debora semakin bingung mendengar cerita Revan tadi. Ibu Debora berkata “Revan, memangnya ada manusia kanibal. Apa itu manusia kanibal?” Revan menjawab “Ah, Ibu tidak gaul nih. Masa manusia kanibal saja tidak tahu sih?” Ibu Debora menjawab “Ibu tidak tahu, ayo maka dari itu jelaskan dong apa itu manusia kanibal!” Revan tersenyum dan di dalam hatinya berkata “Wah, Ibu Debora kalah gaul dengan muridnya. Semua murid saja tahu manusia kanibal. Masa Ibu Debora tidak tahu.” Ibu Debora berkata “Ih, Revan disuruh menjelaskan malah senyum-senyum.” Revan akhirnya menjawab “Manusia kanibal itu manusia yang memakan daging sesama manusia.” Ibu Debora berkomentar “Wah mengerikan. Sewaktu dulu Ibu Debora turun ke Bumi tidak pernah bertemu dengan manusia kanibal. Revan berkata “Ibu Debora, sepertinya teman-teman menghilang.” Ibu Debora terkejut dan langsung terbang mencari muridmuridnya. Ibu Debora akhirnya menemukan murid-muridnya. Nampaknya murid-murid sangat senang bisa terbang sehingga terbang terlalu jauh dari lokasi sekolah. Ibu Debora berkata “Ayo murid-murid, kita berkumpul. Ayo ikuti Ibu ke lapangan sekolah.” Semua murid mengikuti Ibu Debora sampai ke lapangan sekolah. Di sana terdapat Revan yang sedang sendirian latihan terbang. Murid-murid turun ke lapangan dan berbaris. Ibu Debora memimpin barisan. Ibu Debora berkara “Murid-murid karena hampir semua bisa terbang. Ibu berikan kalian bonus. Coba tebak apa bonusnya?” Thomas Aqua menjawab “Bonusnya ice cream. Thomas suka ice cream.” Elga Salma menjawab “Hadiahnya buah durian. Elga senang dengan durian. Gilbert Arthur menjawab “Bonusnya makan buah pisang, Gilbert suka sekali makan pisang.” Jully Kelly ikut menjawab “Hadiahnya dapat busur dan panah.” Kelly ingin mendapatkan busur dan panah agar jago memanah.” Viva Livid juga menjawab “Viva ingin buah manggis. Ibu Debora, hadiahnya buah manggis saja ya?” Ibu Debora
menjawab “Murid-murid, tebakan kalian semua salah. Ibu memberikan bonus kesempatan berenang di kolam renang sekolah." Semua murid merasa senang mendegar dapat bonus untuk berenang di kolam renang. Mereka semua berteriak dengan seru “Hore… Hore… Berenang”. Mereka semua berjalan menuju kamar ganti. Murid-murid menganti baju mereka dengan baju renang. Sangking senangnya mereka berlari menuju kolam renang. Kira-kira dua puluh menit mereka berenang. Setelah selesai berenang murid-murid mandi, Semua murid masuk ke dalam kelas dengan wajah gembira. Ibu Debora berkata “Murid-murid, pelajaran hari ini selesai. Sampai jumpa besok murid-murid.” Murid-murid menjawab “Sampai jumpa juga Ibu Debora.” Satu persatu murid kelas A1 dijemput oleh orang tua mereka masing-masing. Viva pulang sendiri jalan kaki karena rumahnya dekat dengan sekolah. Viva berjalan tiga menit sampai di rumah. Di dalam rumah Ibu Viva sedang tidur siang. Viva melihat Ibunya tidur, maka Viva ikut tidur. Viva tidur memasang wajah bahagia. Di dalam hatinya Viva berkata “Hari ini sungguh sangat menyenangkan karena sudah melakukan tiga hal yaitu senam, terbang dan berenang. Hari ini hari yang penuh kebahagiaan.” Viva tidur dengan cepat siang itu. Bab 3 Memanah Pagi hari Viva berangkat ke sekolah. Viva berangkat lebih awal karena ingin latihan memanah di sekolah sebelum bel masuk. Viva pergi ke lapangan dan latihan memanah. Beberapa menit kemudian Gilbert sampai di sekolah, Gilbert juga mempunyai keinginan latihan memanah. Gilbert membawa busur dan panah milik Ayahnya. Gilbert meminjamnya untuk sementara waktu karena ia belum punya sendiri. Gilbert berlari dengan cepat menuju lapangan. Gilbert berlari dengan cepat menuju lapangan. Gilbert ikut latihan memanah bersama dengan Viva. Mereka berdua terlihat latihan memanah dengan sungguh-sungguh. Panah-panah yang meluncur awalnya jauh dari target. Lama kelamaan latihan mereka berdua bisa membidik lebih dekat dengan target. Tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Semua murid berbaris seperti biasa. Satu persatu murid masuk kelas dan Ibu Debora juga ikut masuk. Ibu Debora berkata “Selamat pagi murid-murid.” Semua murid menjawab “Selamat pagi Ibu Debora.” Ibu Debora melanjutkan pembicaraanya “Murid-murid, siapa yang tahu hari ini kita membahas pelajaran apa?”
Semua murid menjawab dengan penuh semangat “Memanah.” Ibu Debora berkata “Benar. Hari ini kita belajar memanah. Nah, murid-murid ayo kita menuju ke lapangan untuk praktek memanah. Sudahkah kalian membawa busur dan panah?” Murid-murid menjawab “Sudah Ibu.” Mereka keluar menuju lapangan sekolah. Di lapangan sudah tersedia dua lingkaran target. Semua murid berbaris. Ibu Debora berkata “Bagi barisan menjadi dua barisan. Bagi murid yang berada di depan segera praktek memanah. Setelah selesai yang sudah memanah berbaris lagi di urutan paling belakang. Begitu juga murid yang berada di barisan kedua, ketiga dan seterusnya melakukan hal yang sama.” Semua murid melakukan praktek secara bergantian. Setiap murid berusaha semaksimal mungkin memanah dengan fokus. Ibu Debora pergi ke kelas mengambil busur dan panah miliknya yang tertinggal. Sewaktu Ibu Debora pergi, Revan melakukan aksi jahilnya. Revan menukar alat memanah miliknya dengan alat memanah milik Ami. Revan berpikir “Busur dan panah milik Ami bentuknya lebih keren. Revan ingin memakainya.”