FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI PROVINSI KALIMANTAN KALIMANTAN BARAT BARAT
Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, M.H,:
Cita-cita pembangunan pertanian, kata Cornelis, mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kalbar melalui kedaulatan dan kemandirian pangan. Sasaran tersebut sangat terkait dengan visi Cornelis sebagai gubernur Kalbar, "Terwujudnya Masyarakat Kalimantan Barat yang Beriman, Sehat, Cerdas, Aman, Berbudaya dan Sejahtera." Cornelis mengungkapkan saat ini masalah pangan menjadi kepedulian PBB, bahkan perhatian serius seluruh dunia. Populasi dunia yang sudah mencapai angka lebih dari 7 miliar jiwa, dan diperkirakan terus bertambah, maka permintaan pangan juga terus meningkat. Akibat berbagai kendala, peningkatan produksi pangan dunia saat ini tidak begitu menggembirakan, bahkan sangat mungkin terjadinya krisis pangan. Jika tren ini terus terjadi, maka krisis pangan global diperkirakan terjadi dalam periode 10 tahun mendatang. Sejumlah ilmuwan bahkan berpendapat, sudah mulai tampak tandatanda gejala krisis pangan global. Banyak negara di Asia dan Afrika saat ini mengalami kekurangan pangan, karena pertanian gagal panen akibat berbagai faktor, sehingga memerlukan bantuan negara-negara lain. Di sisi lain, beberapa negara produsen sudah mulai mengurangi expor pangan mereka untuk menjaga ketahanan pangan di
Wujudkan Kemandirian Pangan Kalimantan Barat, salahsatu provinsi penyangga produksi beras nasional, karena pangan yang dihasilkan melebihi kebutuhan Kalbar yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa. Produksi beras Kalbar, tahun 2013 mencapai 900.000 ton, sedangkan kebutuhan masyarakatnya sekitar 630.000 ton. Surplus 270.000 ton setahun diharapkan mendukung ketahanan pangan nasional.
T
anaman pangan mendapat perhatian khusus Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Cornelis, M.H, karena komoditi tersebut dalam jangka panjang mencipta14
kan kedaulatan dan kemandirian pangan. "Sasaran inilah yang menjadi arah pembangunan pertanian provinsi Kalbar," kata Gubernur.
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
dalam negeri masing-masing. Karenanya, Gubernur Cornelis mengingatkan Indonesia, sebagai salahsatu negara berpenduduk terbesar dunia segera mengambil langkahlangkah strategis agar meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Mungkin Indonesia masih mampu menyediakan pangan secara nasional. Tetapi dengan rata-rata pertambahan jumlah penduduk 1,5 persen setahun,
PROVINSI PROVINSIKALIMANTAN KALIMANTANBARAT BARAT
Penyangga Beras Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi penyangga produksi beras nasional, karena pangan yang dihasilkan melebihi kebutuhan Kalbar yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa. Produksi beras Kalbar, tahun 2013 mencapai 900.000 ton, sedangkan kebutuhan masyarakatnya sekitar 630.000 ton. Maka masih terdapat surplus 270.000 ton dalam setahun, sehingga bisa membantu ketahanan pangan nasional. Cornelis mengingatkan, jangan sampai keliru memaknai konsep ketahanan pangan hanya sekedar menjaga ketersediaan pangan. Soalnya, ketersediaan pangan dapat dilakukan dengan membeli dari negaranegara lain, sehingga tidak ada upaya untuk peningkatan produksi di dalam negeri. Konsep ketahanan pangan seyogyanya dimaknai sebagai kedaulatan dan kemandirian pangan. Kedaulatan dan kemandirian pangan, menurut Cornelis, memotivasi petani untuk memproduksi pangan lebih tinggi, sehingga tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi juga bisa mengelolanya sesuai keperluan dan tidak tergantung dari negara lain. Cornelis mengakui, untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak hambatan, tantangan dan kendala yang bisa menggagalkannya. Hambatan tersebut di antaranya kualitas SDM pertanian yang relatif masih belum kuat. Tidak hanya petani, tetapi juga tenaga pendukung lain seperti penyuluh, guru, dan tenaga peneliti di bidang pertanian. Akumulasi dari seluruh elemen SDM pertanian ini menjadi penentu, apakah pertanian bisa produktif atau tidak. Di lain pihak, kepemilikan lahan
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
maka upaya peningkatan produksi pangan harus segera dilakukan," kata Cornelis.
Cornelis memberikan perhatian besar terhadap pengembangan tanaman pangan
petani gurem rata-rata di bawah satu hektar. Kondisi ini tentu sangat menyulitkan, karena dengan lahan seluas itu tidak akan mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Padahal untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pangan diperlukan budidaya pertanian dengan skala luas. Hal tersebut terkait erat dengan kebijakan agraria nasional, karena sampai saat ini tidak ada langkah dan kebijakan untuk mengkonsolidasi lahan pertanian secara nasional. Hambatan lain, alih fungsi lahan pertanian juga mengancam kesinambungan produksi pangan di Indonesia termasuk di Kalbar. Makin banyak lahan pertanian produktif beralih fungsi, maka semakin banyak kehilangan produksi pangan. Tantangan juga terjadi pada kepedulian masyarakat. Banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa pertanian pangan menjadi kunci kesinambungan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Ini terbukti banyaknya masyarakat yang lebih suka hidup atau bekerja di luar pertanian tanaman pangan. Berbagai argumentasi menjadi alasan mereka untuk meninggalkan pertanian pangan. Mulai dari gengsi, kurang menguntungkan, kotor, rumit, dan sebagainya.
Kurangnya kepedulian masyarakat menyebabkan jumlah petani yang mengembangkan tanaman pangan berkurang, tentu akan mempengaruhi produksi pangan. Cornelis sangat menginginkan hambatan, tantangan dan kendala yang dapat melemahkan kedaulatan dan kemandirian pangan segera diatasi. SDM pertanian yang relative lemah harus segera ditingkatkan melalui berbagai bentuk program pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun nonformal, dilakukan secara berjenjang. Petani atau pengusaha tani memegang peranan terpenting dalam meningkatkan produksi pangan, karena mereka yang turun langsung melaksanakan kegiatan pertanian di lapangan. Petani, pengusaha tani dan keluarganya, harus cerdas dan berpengetahuan agar dapat menghasilkan produksi pangan yang tinggi. Cornelis berharap instansi teknis yang menangani pembinaan SDM pertanian harus bekerja secara optimal dan menyeluruh. Pembenahan dan keberpihakan politik agraria terhadap pertanian tanaman pangan merupakan langkah yang harus segera dilakukan untuk men-
15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
15
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Cornelis pada saat panen jagung
jamin ketersediaan dan kesinambungan lahan pertanian di Indonesia. Karena hanya dengan ketersediaan lahan yang cukup, petani bisa meningkatkan produksi pangan untuk mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan. Kebijakan pemerintah secara nasional untuk melakukan konsolidasi lahan pertanian juga bisa menjadi pilihan jika ingin menjaga agar lahan pertanian tersedia seterusnya. Di sisi lain, pemerintah Kabupaten semestinya sudah harus mulai mendata, mengidentifikasi lahan pertanian masing-masing agar dapat dilindungi melalui Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten atau berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan yang ada. Cornelis tetap menjadikan pembangunan pertanian tanaman pangan sebagai salah satu prioritas dalam paket kebijakannya. Gubernur selalu mendukung berbagai upaya dan program yang mengarah pada peningkatan produksi pangan di Kalbar, baik yang dilakukan individu, lembaga swasta, lembaga pemerintah maupun pihak swasta.
Food Estate Pembangunan Food Estate yang 16
merupakan upaya pembangunan produksi pangan berskala luas menjadi bukti kesungguhan Cornelis mendukung upaya peningkatan produksi pangan di Kalbar. Seluruh kabupaten Kalbar diharapkan membangun food estate. Dengan demikian masingmasing kabupaten memiliki sentra produksi pangan untuk kebutuhan masyarakat dan mendorong agar tidak tergantung dari daerah lain. Food Estate selain berperan menjadi sentra produksi pangan, juga akan mempermudah proses perlindungan lahan pertanian berkelanjutan. Karena Food Estate dirancang untuk menjadi kawasan budidaya pertanian dalam satu hamparan luas, sehingga pengelolaan dan pengawasannya lebih mudah. Cornelis juga sangat mendukung berbagai terobosan dan teknologi terapan yang mengarah pada upaya peningkatan produtivitas dan produksi pangan di Kalbar, seperti teknologi Hazton yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar. Berdasarkan informasi yang diterimanya, teknologi Hazton mampu meningkatkan produktivitas padi mencapai dua kali lipat, dan sudah terbukti di beberapa lokasi.
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
"Saya memang belum sempat melakukan panen, tetapi Wakil Menteri Pertanian dan wakil Gubernur sudah. Saya dengar panen padi Hazton mencapai 10 ton per hektar," kata Cornelis. Gubernur menjelaskan meskipun Kalbar sudah surplus pangan, produktivitas rata-rata tanaman padi masih rendah, produksi tinggi hanya didukung oleh luas panen. Menurut Cornelis penerapan teknologi Hazton yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan produksi padi di Kalbar harus didukung. Cornelis berharap, semua upaya pembangunan pertanian yang mengarah pada peningkatan produksi pangan dapat terlaksana sesuai rencana. "Kita tidak hanya ingin Kalbar surplus beras, tetapi harus berfikir jauh ke depan, yakni Kalbar yang mandiri dan berdaulat dalam hal pangan," kata Cornelis. Kata gubernur, "Jika sudah mandiri dan berdaulat, maka kemungkinan Kalbar akan menjadi lumbung pangan nasional bagi Indonesia. Pulau Kalimantan sebagai pulau pangan akan segera terwujud." Hero. • TRIAS Politika
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Ir. H.Hazairin,MS, Kadis Pertanian Kalbar (Paling Kanan)
Ir. H.Hazairin,MS, Kadis Pertanian Kalbar
Teknologi Hazton Dongkrak Produksi Padi Para petani Kalbar punya tag line, apapun jenis varietasnya, yang penting teknologinya Hazton. Tidak penting lahannya basah atau kering. Mereka bisa menanam padi di manapun, mutu dan produksi bisa meningkat, karena teknologi Hazton melipatgandakan produksi dari 4 ton menjadi 8 ton per hektar. Sedangkan produksi padi nasional rata-rata 5 ton/Ha. Hazton diyakini bisa menjawab permasalahan beras di tanah air. Karenanya, semua pihak harus mendukung pengembangan teknologi Hazton.
D
ari tahun ke tahun nasib petani tidak banyak berubah, meskipun Indonesia membanggakan diri negara agraris. Penyebabnya, antara lain, produksi tidak beranjak sedangkan kebutuhan terus meningkat. Kondisi inilah yang menekan ekonomi petani semakin sulit. "Karenanya, untuk menopang perekonomian petani dibutuhkan peningkatan produksi lewat inovasi dan teknologi," kata Ir. H. Hazairin,MS,
Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, kepada TRIAS Politika. Beranjak dari pandangan pesimis, sejak Indonesia merdeka, boleh dibilang capaian produktivitas padi petani masih berkisar 3-5 ton per Ha. Laju pertumbuhan produktivitas padi masih berjalan lambat meskipun sudah dilakukan berbagai inovasi teknologi melalui perbaikan teknologi mulai dari pengolahan tanah, varietas unggul spesifik lokasi, teknologi penanaman, pemupu-
kan, dan peningkatan sistem perlindungan tanaman. Sampai saat ini ratarata produktivitas padi nasional masih sekitar 5 ton per Ha, sedangkan di Kalbar hanya 3,1 ton per Ha. Hal ini membuat Hazairan galau dan terus berfikir untuk mencari terobosan meningkatkan produktivitas padi. Di tengah kegalauannya, Hazairin tidak tinggal diam, terus mencari terobosan sampai menemukan teknologi Hazton. Teknologi ini diberi nama HAZTON, akronim hazil berton-ton,
15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
17
Wamentan RI Rusman Heryawan melakukan Panen padi Teknologi Hazton, Rabu 13 Agustus 2014 di Desa Peniraman, Kab. Mempawah-Kalbar
atau singkatan nama dua pelopornya Hazairin dan Anton Kamaruddin. Hazton merupakan teknologi penanaman padi yang ditemukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat. Hazton adalah teknik penanaman padi yang menggunakan bibit 20-30 batang per lubang tanam. Diharapkan, jumlah bibit yang banyak akan menjadi indukan produktif , karena bibit di posisi tengah dan terjepit, cenderung tidak menghasilkan anakan, sehingga akan lebih produktif. Keunggulan dengan menerapkan Teknologi Hazton antara lain produksi berlipat, penanamannya mudah, tanaman cepat beradaptasi dan tidak stres, tahan terhadap hama keong mas dan orong-orong karena menggunakan bibit tua (30-35 hari), meminimalisir penyulaman dan penyiangan, umur panen lebih cepat (lebih kurang 15 hari), mutu gabah tinggi (prosentase hampa rendah), serta menghasilkan beras berkualitas tinggi (rendemen beras kepala tinggi, presentase beras pecah 18
rendah). Namun Hazton memiliki 'kelemahan' lantaran memerlukan tambahan benih dari biasanya (keperluan benih teknologi Hazton 100-120 Kg/Ha). Jadi, perlu tambahan biaya benih sekitar Rp 800.000 ribu/Ha. Tetapi hasil panen yang didapatkan dua kali lipat dari biasa. Kemudian perlu tambahan pupuk (organik/anorganik). Karena tanaman
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
rimbun perlu dikawal dengan agencia hayati-padi harus diimunisasi agar tahan dari berbagai gangguan penyakit, lahan disterilisasi (decomposer lahan) dan bio fungisida. (lebih rinci baca: SOP Hazton). Menurut Hazairin, Hazton merupakan teknologi sederhana dan mudah diterapkan petani. Akan tetapi, dalam proses penemuannya tidak semudah membalikkan tangan. Coba dan coba lagi. Bilamana gagal cari penyebabnya. Ada hama cari cara mengatasi sampai ditemukan yang diinginkan. Pertama, coba 12 pot, lalu 40 pot di pekarangan rumah sampai coba di areal sawah berhektar-hektar. "Jangan dilihat sekarang setelah ketemu teknologinya, tetapi proses menemukan perlu ketekunan dan kesabaran," kata Hazairin. Lewat uji coba di lapangan, hasil produksi bisa meningkat seratus persen, lahan yang tadinya 4 ton bisa mencapai 8 ton per Ha. Rata-rata petani Kalbar yang menggunakan teknologi Hazton bisa mencapai 10 ton per Ha. Itu artinya, dengan teknologi Hazton, produksi nasional kini 70 juta ton, bisa meningkat dua kali lipat menjadi 140 juta ton. Sekarang, penduduk Indonesia lebih kurang 250 juta jiwa. Andaikan bertambah menjadi 500 juta jiwa, produksi padi teknologi Hazton masih bisa mencukupi kebutuhan pangan pendu-
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Panen padi Teknologi Hazton bersama perwakilan BI Kalbar, Kasdam XII Tanjungpura, Wamen Pertanian, Wagub Kalbar, Bupati Mempawah, Kadistan Kalbar dan Direktur Serelia Tanaman Pangan Kementan
bangkan program tanaman padi, bagian dari upaya mencapai kemandirian pangan, sehingga semua pihak perlu memberikan dukungan. Hazairin menghargai langkah Jokowi, presiden terpilih yang ingin membangun pertanian berawal dari peningkatan produksi beras. Pilihan itu sangat tepat, karena beras komoditi yang sangat strategis. Hazairin mengutip Badan Pangan Dunia, FAO-Food and Agriculture Organization-yang memperkirakan tahun 2025, dua miliar penduduk dunia akan mengalami rawan pangan.
Saat ini, penduduk dunia sudah menembus angka 7 miliar jiwa. Ini artinya, pasokan pangan semakin perlu, dan semakin sulit. Dalam hal ini, Indonesia harus mampu mengambil keuntungan dari krisis pangan global, yaitu memproduksi pangan sebanyakbanyaknya, karena Indonesia sangat berpotensi. Pertanian padi sektor yang sangat menjanjikan dan memiliki pasar permanen. Seiring dengan meningkatnya permintaan pangan dunia, peluang dan pangsa pasar komoditi padi tidak akan pernah habis.
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
duk, dengan capaian produksi 140 juta ton. Hazairin menekankan perlunya percobaan-percobaan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, seperti mencoba menanam padi dengan teknologi Hazton. Hazairin mengungkapkan, misalnya para petani di Jawa, dengan lahan yang kian menyempit sangat tepat menggunakan teknologi Hazton. Sebab, lahan yang ada bisa dimaksimalkan dengan peningkatan mutu dan produksi yang berlipat. Para buruh tani bisa juga mengembangkan Hazton dengan cara menggunakan polibag di pekarangan rumah. Teknologi Hazton dapat mengoptimalkan lahan untuk peningkatan produksi padi. Pemerintah provinsi Kalbar menempuh langkah yang sejalan dengan visi Indonesia yang ingin berdaulat di bidang pangan. Terobosan Hazton juga selaras dengan konsep pembangunan nasional yang memprioritaskan pertanian dalam arti luas, dan mengubah ketergantungan ekonomi daerah dari SDA tak terbarukan ke SDA terbarukan. Pengembangan sektor pertanian Kalbar, termasuk rencana swasembada beras, akan berjalan lebih baik jika mendapat dukungan langsung yang mengikat pemerintah pusat. Pemprov Kalbar merespon keinginan pemerintah pusat untuk mengem-
Wakil Gubernur Kalbar Christiandi Sanjaya, Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Peniraman, Kab. Mempawah 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
19
TPID Kalbar Panen Padi Teknologi Hazton di BBI Padi Peniraman Kab. Mempawah
nan pertanian. Apalagi habitat orang Indonesia pertanian. Sejak ribuan tahun lalu, bangsa Indonesia sudah menyatu dengan sawah dan padi. Obsesinya, pematangan pengembangan teknologi Hazton terus dilakukan. Dia memantapkan teknologi Hazton dalam pertemuan kelompok tani, aparat pemerintah dan penyuluh. Petani yang sudah mencoba teknologi Hazton harus menularkan pengetahuannya kepada petani yang ingin menerapkan teknologi tersebut. Para pemula diajak mengikuti pelatihan-pelatihan, sehingga memahami teknik budidaya Hazton dengan benar. Untuk areal 'percontohan'
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
Pangsa pasar bertambah dan nilai ekonomisnya semakin tinggi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, kebutuhan pangan semakin tinggi. Mengikuti mekanisme pasar, harga meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan. Jadi, pasar pangan tidak akan pernah sepi. Dengan demikian, petani padi akan menempati posisi yang semakin strategis dan penting bagi perjalanan sebuah bangsa. Apalagi Indonesia menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, kata Hazairin, sejalan dengan amanah pembukaan UUD 1945. Kongkritnya, Indonesia sangat berpeluang untuk memainkan peran bebas aktif di dalam memenuhi kebutuhan pangan warga dunia. "Semakin bertambahnya penduduk, tentu permintaan pangan meningkat. Jadi, pasar beras tidak akan pernah lesu. Atau selama orang masih makan nasi, pangsa pasar beras tidak akan pernah habis. Jadi, seberapapun produksi beras tidak akan mubazir. Bilamana kebutuhan nasional tercukupi, sisanya dijual ke pasar internasional," kata Hazairin. Hazairin menapaki karier pertanian dari bawah, mulai dari penyuluh hingga ke puncak karier, kepala dinas pertanian. Karena itu, tidak berlebihan bila dia sangat mengidolakan pembangu-
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Petani Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Peniraman Kab. Mempawah, Kalbar
20
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
Hazairin memberi bantuan maksimal, mulai penyediaan benih, pemupukan dan pendampingan, bilamana terjadi gangguan hama. Hazairin mengharapkan, kelompok tani bisa memberikan contoh kepada petani-petani lain. Harapannya, berdampak signifikan terhadap produktivitas padi di Kalbar. Hazairin menggandeng banyak pihak bagi sosialisasi teknologi Hazton. Bank Indonesia, misalnya, memberikan dukungan penuh untuk pengembangan Hazton. Bilamana satu hektar bisa berproduksi 10 ton, maka petani sangat layak menerima saluran kredit perbankan. Bantuan nyata sudah diberikan BI bagi pengembangan padi Hazton di desa Peniraman, kabupaten Mempawah, dan beberapa kabupaten di Kalimantan Barat. Balai Benih Induk Padi Peniraman saat melaksanakan Panen Perdana Padi dengan Teknologi Hazton, hasilnya 16,78 Ton/HA GKP (Gabah Kering Panen) atau setara dengan 13 ton/ hektar GKG (Gabah Kering Giling). Panen perdana itu, dihadiri Hazairin dan Kepala Perwakilan BI Kalbar, Hilman Tisnawan. Pengembangan teknologi ini sejalan dengan keinginan BI Provinsi Kalbar yang membangun kerjasama dengan Dinas Pertanian Tanam Pangan dan Hortikultura dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan serta Tim Pengendali Inflansi Daerah (TPID)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hazairin bersama Gubernur dan Ketua TP-PKK Kalbar Panen Padi
ran dan kebenaran. Sehingga hasil yang didapatkan maksimal dan pihak perbankan bersedia menjalin kerjasama. Upaya Hazairin secara perlahan sudah membuahkan hasil. Ketika majalah TRIAS Politika berkunjung ke desa Peniraman, Mempawah, saat itu para petani sedang rapat, bertema, "upaya pemantapan Hazton." Hadir saat itu camat, penyuluh, dinas pertanian dan kelompok tani. Mereka bertukar pikiran, saling bertanya dan bermusyawarah agar Hazton sukses di daerah secara merata. Memang beberapa petani yang menerapkan Hazton sudah menuai hasil yang baik. Hazairin ingin para petani lebih luas lagi mengembangkan
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
Kalbar. Dukungan yang diberikan BI membuat Hazairin mencurahkan segala perhatiannya agar teknologi Hazton menyebar ke pelosok Kalbar. Tahun ini sudah dikembangkan 800 Ha, tahun 2015 direncanakan seluas 5.000 hektar. Kata Hazairin, sesuatu yang sangat membanggakan bilamana ada pihak memberikan jaminan kredit. Sebab, kredit tersebut jarang didapatkan para petani. Selama ini para petani sulit mendapatkan kredit lantaran pihak perbankan menilai sektor perpadian tidak prospektif. Karena dalam pengelolaan tradisional, manajemennya buruk dan tidak inovatif. Untuk mengatasi hal itu, Hazairin dan jajarannya mendorong petani berbudidaya secara kelompok, memiliki manajemen, membangun kebersamaan yang berazaskan kejuju-
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
“
Hazairin menggandeng banyak pihak bagi sosialisasi tehnologi Hazton. Bank Indonesia, misalnya, memberikan dukungan penuh untuk pengembangan Hazton. Bilamana satu hektar bisa ber-produksi 10 ton, maka petani sangat layak menerima saluran kredit perbankan. Bantuan nyata sudah diberikan BI bagi pengembangan padi Hazton di desa Peniraman, Kab. Mempawah.
Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Semparuk, Kab.Sambas, Kalbar
Hazton dengan indek pertanaman bisa dua kali setahun. Gubernur Kalbar, Bapak Cornelis, diawal menjabat mengajak Hazairin berdiskusi untuk peningkatan produksi padi. Ditanya gubernur, kenapa produksi tidak meningkat? Gubernur, sebagai orang lapangan tentu sangat memahami kondisi masyarakat yang membutuhkan pangan. Hazairin tertantang untuk pengembangan lahan sejuta hektar. Kini lahan pertanian sawah Kalbar seluas 500.000 Ha untuk sekali tanam, tetapi bila dua kali tanam, tentu menjadi sejuta Ha. Kata Hazairin, program peningkatan kesejahteraan petani lewat pelatihan, pendampingan penyuluh, kerja sama dengan pelaku bisnis dan penguatan lembaga pertanian. Juga sangat perlu pengadaan sarana dan prasarana, teknologi pertanian tepat guna, dan penerapan teknologi pertanian maju. Hazairin berangkat dari pemikiran sederhana. Bila petani terabaikan, sebagai penduduk mayoritas, tentu akan menjadi beban bagi bangsa. Sebaliknya, bila petani diberdayakan akan menjadi potensi yang sangat besar. Sebab, bila terjadi peningkatan produksi, tentu daya beli petani meningkat, dan akan berdampak positif bagi sektor riil. • TRIAS Politika
15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
21
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sukiman 'Provokator' Hazton dari Sambas Semangat Sukiman menggebu-gebu begitu mengerahkan semua perhatiannya bagi budidaya padi dengan teknologi Hazton. Awalnya, petani Sambas, Kalbar, ini ditentang keras oleh rekan-rekannya sesama petani, kenapa harus menerapkan teknologi Hazton.Namun dia tidak pernah mundur.
A
wal perkenalannya dengan Hazton, Sukiman menderita rugi, separuh produksinya lenyap. Salah satu biangkeroknya adalah serangan jamur dan bakteri, karena pertumbuhan padi cepat dan rimbun. Kegagalan pertama bukan akhir segala-galanya. Dia berusaha keras mencari penyebab yang sesungguhnya, kenapa angka produksi padinya merosot. Akhirnya, Sukiman menemukan sumber persoalan yang sebenarnya. Setelah itu, pada panen selanjutnya, Sukiman meraih untung, panennya naik jadi 150%, malah ada yang mencapai dua ratus persen. Tetapi secara umum teknologi Hazton bisa meningkatkan produksi dua kali lipat dari biasanya. Kisah sukses Sukiman menyebar di kalangan petani, informasinya sampai ke Singkawang. Para petani Singkawang yang tergabung dalam Kelompok 22
Tani Sinar Intan, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, ramai-ramai menerapkan Teknologi Hazton. Program Hazton dikembangkan di areal 80 hektar. Misdah, pimpinan kelompok tani tersebut, mengungkapkan, awalnya dia mendengar di Sambas ada pengembangan padi teknologi Hazton, sudah memberi bukti peningkatan produksi. Dia penasaran, lalu proaktif melakukan budidaya yang sama. Gayung bersambut. Ketika dia membangun komunikasi dengan pemerintah provinsi, dia mendapat respon yang sangat positif. Kelompok tani yang dia pimpin bergerak cepat untuk pengembangan seluas 80 hektar. Mereka mengelola lahan dengan menggunakan teknologi modern. Sukiman tak henti-hentinya didatangi rekan-rekan petani yang memin-
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
tanya berbagi pengetahuan tentang Hazton. Saung yang dibangunnya di tengah sawah dijadikan tempat diskusi untuk penerapan teknologi Hazton. Dia didatangi para petani dari Sambas dan kabupaten-kabupaten lain. Mereka tertarik melihat Sukiman yang belajar sembari menerapkan teknologi Hazton. Sukiman yang semula ragu tentang Hazton, bertanya sendiri, apakah mimpi hasil belasan ton per hektar bisa diwujudkan Hazton? Agar tidak terus bermimpi, dia terdorong untuk mencobanya. Alhasil, tanpa maksud melebih-lebihkan, dia sudah merasakan panen 12-15 ton. Tetapi dalam pengelolaan dibutuhkan disiplin yang ketat dan pengawasan aktif. Sukiman malah sempat siang-malam tidak bisa meninggalkan sawah untuk menjaga gangguan tikus. Semua upaya dilakukan agar produksi padinya naik berlipat-lipat. Hasil yang dia dapatkan sekarang 'memprovokasi' para petani di Sambas untuk menerapkan teknologi Hazton. Mereka kian bersemangat lantaran mendapat dukungan penuh dari Dinas Pertanian Kalbar. "Alhamdulillah desa-desa lain sudah banyak yang mengikuti teknologi Hazton. Waktu mendapatkan hasil di bawah 4 ton/Ha tidak membuat kami patah semangat. Malah kami semakin bersemangat untuk terus mencoba," kata Sukiman. Sukiman menekankan perlunya disiplin ketat petani dalam menerapkan teknologi Hazton. Sebab, Hazton membutuhkan penanganan yang aktif, tidak bisa sembarangan. Hasil yang didapat sangat signifikan. Ketika tiba waktu memupuk, harus dipupuk. Tidak bisa ditunda, tidak seperti pola tanam tradisional. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui tepat waktu. Karena itu, Sukiman menganjurkan kepada kelompok tani berperan aktif, tidak hanya terpampang di papan nama. Jangan hanya mendengar hasilnya, tetapi harus mencoba dengan tindakan nyata di lapangan. Kata Sukiman, Hazton mengajak para petani untuk kreatif dan disiplin.
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sukiman
H.Salam
Misdah
Kenyakan petani selama ini berbudidaya seadanya, sering menunda pekerjaan dan lengah. Sementara Hazton 'memaksa' petani untuk aktif dan mengelola secara modern. Sukiman mengingatkan agar reformasi tidak hanya di birokrasi pemerintahan, tetapi para petani juga harus mereformasi diri agar hasil yang diraih optimal. Sebagai petani, Sukiman merasa malu bila mendapati gudanggudang Bulog diisi beras dari Thailand. Ke depan gudang-gudang Bulog harus diisi beras petani lokal. "Reformasi jangan hanya di birokrasi, tetapi petani juga harus direformasi. PNS masuk kerja jam 7.00 pagi, seharusnya petani juga bisa mulai bekerja dari jam 7.00 pagi. Orang-orang pintar sangat menghargai waktu, apakah petani tidak bisa menghargai waktu? kata Sukiman. H. Salam, petani Hazton dari desa Peniraman, Mempawah, mersakan hal yang sama dengan Sukiman. Pertama mendengar teknologi Hazton, dia merasa ragu untuk menerapkannya. Memang saat melihat Hazton yang tumbuh di pot sangat bagus, tetapi apakah hal yang sama bisa diterapkan di areal sawah yang rentan gangguan hama dan penyakit. Namun setelah dicoba melalui kerjasama dengan Bank Indonesia Perwakilan Kalbar, produksi yang dihasilkan meningkat 100%. Ujicoba pertama dilakukan pada lahan seluas 25 hektar, tahap kedua mencapai 80 hektar. Para petani Peniraman sangat antusias dengan keber-
hasilan penaman pertama teknologi Hazton di wilayah mereka, dan untuk tahap selanjutnya terdapat beberapa petani menanam secara swadaya. Para petani desa Peniraman telah membulatkan tekad dengan semboyan, "Apapun varietas dan jenis lahannya, Hazton teknologinya." Kebiasaan petani selama ini menggunakan benih sebanyak 25-30 kg/Ha dengan penanaman 2-5 bibit perlubang. Dengan teknologi Hazton menggunakan benih sebanyak 100 - 120 kg dengan bibit sebanyak 20-30 perlubang, sehingga petani perlu menambah benih sebnyak 75-100 kg atau dengan nominal 750 ribu - 1 juta untuk tiap hektar. "Tidak masalah keluarkan dana tambahan, karena hasil yang didapat berlipat. Kami sekarang sudah semangat menggunakan teknologi Hazton. Apalagi kami dapat dukungan penuh dari dinas pertanian Kalbar," jelas Salam. Hazairin, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, berharap, bila program Hazton ini sesuai harapan agar ditularkan ke lahan-lahan lainnya. Sebab, para petani, kata Hazairin, lebih senang diberi contoh. Kalau hasil sudah terbukti, mereka akan menerapkan pola yang sama. Teknologi Hazton dari pemerintah provinsi Kalbar sudah kita serahkan kepada kelompok tani. Mereka sudah menyanggupi memelihara dan merawat tanaman padi ini sesuai ketentuan yang telah dian-
jurkan. Kelompok tani yang menjalankan program Hazton, rata-rata sudah mendapatkan pembinaan dari dinas pertanian. Yakni bagaimana sistem kerja petani di lapangan dalam menerapkan teknologi Hazton dengan ketentuan yang telah dianjurkan dari hasil pelatihan. Hazairin meminta kepada kelompok tani yang telah menyanggupi teknologi Hazton agar menerapkannya secara serius dan berkesinambungan. Mulai dari perawatan, tahap penyemaian bibit, tahap pemupukan, hingga tahap hasil panen dilaksanakan. Menanggapi hal itu, Misdah, selaku pimpinan kelompok tani dari Singkawang, akan berupaya kuat untuk mensukseskan teknologi Hazton. Karena ini menjadi 'pertaruhan' untuk membuktikan kepada masyarakat tani bahwa Hazton solusi untuk peningkatan mutu dan jumlah produksi. Mereka pun kian terpacu karena mendapat dukungan penuh dari dinas pertanian Kalbar. "Kami dapat bantuan benih seratus persen, bantuan pupuk juga demikian dan komunikasi aktif dari pemerintah. Berikutnya, kami akan mandiri," kata Misdah kepada TRIAS Politika. Hazairin mengharapkan, Kelompok Tani Sinar Intan bisa memberikan contoh kepada petani lainnya. Sehingga berdampak signifikan terhadap produktivitas padi di Kalbar, khususnya Kota Singkawang. Target menyejahterakan petani diharapkan terwujud. • TRIAS Politika
15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
23
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Standar Operasional Prosedur (SOP)
BUDIDAYA PADI DENGAN TEKNOLOGI HAZTON
24
• TRIAS POLITIKA • 15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014
Pencabutan dan seleksi bibit padi
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
Benih direndam dengan air yang dicampur BactoPlus Padi selama 24 jam. 1 tablet untuk 5-10 kg gabah
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
TAHAPAN BUDIDAYA PADI DENGAN TEKNOLOGI HAZTON: 1. Persiapan Lahan: rumput/jerami dibersihkan (dipotong atau dengan herbisida) kemudian lakukan pengolahan tanah, sekaligus aplikasikan pupuk organik/kandang sebanyak 500-1.000 kg/Ha dan SP- 36 sebanyak 150 kg/ ha. 2. Aplikasi Decomposer/Sterilisasi lahan (Jerami, rumput, lahan) • 1 sachet DECOPRIMA (100 gr), dilarutkan dalam 1-2 liter air didiamkan selama 3-6 jam kemudian diencerkan untuk 100 liter air, dan disemprotkan merata menggunakan sprayer di jerami yang telah disebarkan merata di lahan. Pastikan kondisi jerami tetap lembab/berair (macak-macak) supaya proses dekomposisi berjalan optimum. Dapat juga diaplikasikan setelah pengolahan tanah selesai. • Keperluan untuk 1 ha sawah = 400 liter/ha (4 saset) 3. Persiapan Benih (100-120 kg/ha) Pilih benih unggul yang telah dilepas Menteri Pertanian RI atau benih unggul lokal. 4. Perendaman Benih. Benih direndam dengan air bersih selama 24 jam. 5. Pemeraman Benih. Setelah direndam, benih diperam dalam karung goni lembab + 24-48 jam, benih tumbuh tunas dan akar siap ditabur/disemai di pesemaian 6. Benih yang sudah diperam (sudah keluar akar) ditabur merata di bedengan pesemaian. (Agar terhindar serangan burung, benih yang telah ditabur dipukul-pukul/dibenamkan sedikit di dalam lumpur). 7. Imunisasi Padi dan Pengendalian Hama Penyakit di pesemaian (Saat umur 7-15 hari setelah semai) 2 tablet Bactoplus Padi dilarutkan 100 cc air, dibiarkan 6-12 jam, dan larutkan juga 1 sachet Bt-Plus(Bio Insektisida) kedalam 1 liter air, dibiarkan 6-12 jam, dan kedua larutan tadi dicampur air 14-17 liter (1 tangki semprot) disemprotkan merata di pesemaian. 8. Umur bibit 30-35 hari setelah semai, ditanam dengan jumlah 20-30 bibit/lubang.
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
Oleh: ANTON KAMARUDDIN, SP, M.Si DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2014
Penanaman padi teknologi Hazton di Desa Sedau Kec. Singkawang Selatan Kota Singkawang
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL PANEN PADI TEKNOLOGI HAZTON DI BEBERAPA DAERAH DI KALIMANTAN BARAT: 1. Hazton di Semparuk Sambas. Panen 2.5 ton/1600m2 atau 15 Ton/Ha 2. Hazton menggunakan varietas Cibogo, di Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Luas lahan 2.000 m2 (0,2 Ha) = 4.8 Ton atau sekitar 24 Ton/hektar. 3. Hazton menggunakan varietas Inpari 10 di desa Peniraman, Kabupaten Mempawah seluas 35 Ha panen sekitar 8 - 11,5 Ton/Ha (musim gadu, sawah tadah hujan, dan terpengaruh oleh kondisi kekeringan/kemarau). 4. Hazton di Sembora Kab. Mempawah seluas 6 Ha produksi sekitar 8,2 Ton/Ha (terpengaruh oleh kondisi kekeringan/ kemarau dan serangan wereng coklat). 5. Hazton menggunakan varietas Inpari 10 di Balai Benih Induk Peniraman produksi sekitar 16,78 Ton/Ha.
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
KONVENSIONAL
HAZTON
Perbandingan padi konvensional dengan Hazton sawah mini (sekitar 21 hst)
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
9. Jarak Tanam menggunakan Sistem Jajar Legowo (4:1, 2:1). Jarak Tanam 25x20/40 atau 25x30/50. 10. Aplikasi Pupuk Urea 50 kg dan NPK 50 kg pada umur 5-7 hari setelah tanam. 11. Aplikasikan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) pada umur 7, 17, 27 dan 37 hari setelah tanam dan dapat dicampur dengan Bio Insektisida (Bt-Plus). 12. Aplikasi Probiotik Bactoplus Padi pada umur padi: 12, 24, dan 45 hst (cara seperti teknik di pesemaian). Dapat dicampur dengan insektisida (Bahan Aktif: Abamiktin 2 cc/liter) dan PPC. 13. Aplikasi Pupuk Susulan: Pupuk Urea 50 kg, NPK 100 kg, dan KCl 50 kg pada umur 25 hari setelah tanam. 14. Padi siap panen (relatif lebih cepat 10-15 hari dari cara konvensional).
Panen Perdana Padi Teknologi Hazton di BBI Padi Peniraman Kab Mempawah oleh TPID
Inovasi Budidaya (seperti Sistem Tanam Jajar Legowo)
FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)
Hamparan padi Teknologi Hazton Siap dipanen
Sekian, Semoga bermanfaat, Jazakumullahu Khairan, Wassalam. Wallahu a'lam......
15 OKTOBER - 01 NOVEMBER 2014 • TRIAS POLITIKA •
25