WUJUD DAN MAKNA IMPERATIF DALAM BIOGRAFI JOKOWI SERTA PENERAPANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh DESI KOMALASARI NIM 1111013000059
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK
Desi Komalasari (1111013000059). “Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi serta Penerapannya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Pembimbing: Dr. Darsita S, M. Hum. Wujud dan makna imperatif menggunakan ancangan sosiopragmatik harus dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan makna imperatif yang terdapat dalam biografi Jokowi, dan mendeskripsikan penerapan hasil temuan pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Menengah Pertama. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ancangan sosiopragmatik dengan penyajian data kualitatif deskriptif. Ancangan sosiopragmatik melibatkan kondisikondisi dari ranah kemasyarakatan dan melibatkan berbagai konteks yang bersifat sosial dan kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam ranah sosial yang ditemukan dalam biografi Jokowi. Keenam ranah sosial tersebut adalah ranah keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan, ranah ekonomi, ranah pilkada, dan ranah pemilu. Dari enam ranah sosial tersebut, ditemukan sebanyak lima puluh delapan wujud tuturan imperatif dan sebelas makna sosiopragmatik imperatif. Sebelas macam makna imperatif tersebut diantaranya (a) makna imperatif ajakan, (b) makna imperatif harapan, (c) makna imperatif larangan, (d) makna imperatif persilaan, (e) makna imperatif suruhan, (f) makna imperatif umpatan, (g) makna imperatif perintah, (h) makna imperatif permintaan, (i) makna imperatif bujukan, (j) makna imperatif desakan, (k) makna imperatif imbauan. Penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP kelas 7 semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada aspek membaca. Dalam kurikulum tersebut, terdapat Standar Kompetensi memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai, dan Kompetensi Dasarnya adalah peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi yang dibaca secara intensif.
Kata kunci: wujud imperatif, makna imperatif, sosiopragmatik, biografi.
i
ABSTRACT
Desi Komalasari (1111013000059). “The Form and Meaning of The Imperatives in Jokowi’s Biography and it’s Application for Indonesian Language and Literature Education in Junior High School.” Departement of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Education and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016. Under the guidance: Dr. Darsita S, M.Hum. The form and meaning of the imperatives that use sociopragmatics approach must associated with the background context of the utterance’s situation. This study aims to describe the form and meaning of the imperatives which contained in Jokowi’s biography and describe application of the form and meaning of imperatives in learning Indonesian language and literature at school. The method that used in this research is based on sociopragmatics approach with qualitative descriptive method for data presentation. Sociopragmatics approach involving conditions of social domain and involving various of contexts which have the social and cultural’s qualities. The result showed that there are six social’s domains in Jokowi’s biography. The six kind of social’s domains are family’s domain, office’s domain, administration’s domain, economy’s domain, election’s domain, and general election’s domain. With these six social’s domains found that there are fifty eight and eleven kinds of imperatives’s meaning. These eleven kinds of imperatives’s meaning; include (a) the meaning of agitation’s imperative, (b) the meaning of hope’s imperative, (c) the meaning of prohibition’s imperative, (d) the meaning of permission’s imperative, (e) the meaning of order’s imperative, (f) the meaning of aspersion’s imperative, (g) the meaning of command’s imperative, (h) the meaning of demand’s imperative, (i) the meaning of persuasion’s imperative, (j) the meaning of insistence’s imperative, (k) the meaning of appeal’s imperative. This research can be apply in learning Indonesian language and literature at school with students of 7th grades in even semester based on KTSP’s curriculum with reading aspect. In this curriculum could be found the standart’s competences: comprehend write discourse by means of intensive reading activity and scanning, and the based competence is students could be reveal submissive things from the figure in the biography that they read intensively. Keywords: form imperative, meaning imperative, sociopragmatics, biography.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul “Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi serta Penerapannya terhadap Pembelajaran di Sekolah” dapat diselesaikan meskipun rintangan dan cobaan sempat dialami penulis. Atas izin-Nya lah penulis diberikan kesempatan untuk bisa melalui semua rintangan dan cobaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampakan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umatnya. Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat untuk para
pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini sulit untuk terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mempermudah dan memperlancar proses penyelesaian skripsi ini. 3. Dona Aji Karunia Putra MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
iii
4. Dr. Darsita S, M.Hum., selaku dosen pembimbing penulis. Beliau dengan sabar dan tulus meluangkan waktunya serta berbagi pemikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. 5. Dr. Nuryani, MA dan Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen penguji. 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang tua (Bapak Noin dan Ibu Marsinah) penulis, berkat doa, didikan, dukungan, dan kesabaran keduanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Purwo Sasmito yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis ketika penulis hilang semangat menyelesaikan skripsi ini. 9. Maimunah dan Fenty Yanuati teman seperjuangan skripsi yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis, dan selalu memberikan semangat kepada penulis agar tak lelah berjuang menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011, khususnya kelas B yang telah membantu penulis. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dengan ikhlas demi terwujudnya skripsi ini.
Jakarta, 13 April 2016 Penulis,
DK
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………………...
i
ABSTRACT ………………………………………………………………….....
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….....
iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………... 1 B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….. 5 C. Batasan Masalah ………………………………………………………... 5 D. Rumusan Masalah ……………………………………………………..... 5 E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………...... 6 F. Manfaat Penelitian …………………………………………………….... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Sosiopragmatik ……………………………………………………......... 7 1. Sosiolinguistik …………………………………………………….... 8 2. Pragmatik ……………………………………………………............ 9 B. Kalimat Imperatif ……………………………………………………...... 11 C. Wujud dan Makna Imperatif dalam Bahasa Indonesia …………………. 15 D. Ranah ……….……………………………………………………............ 23 E. Biografi ……….……………………………………………………........ 24 F. Penelitian Relevan …………………………………………………….... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian …………………………………………………..... 32
v
B. Metode Penelitian ……….……………………………………................. 32 C. Ruang Lingkup Penelitian .……………………………………................. 32 D. Objek Penelitian ……….…………………………………….................... 33 E. Pengumpulan Data …….…………………………………….................... 33 F. Instrumen Penelitian …….…………………………………….................. 35 G. Analisis Data ……….……………………………………......................... 36 H. Tahap Analisis Data .…………………………………….......................... 37 I. Pelaksanaan Penelitian …………………………………........................... 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sinopsis Biografi …….……………………………………...................... B. Wujud dan Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Enam Macam Ranah 1. Ranah Keluarga ……………………………………........................... 2. Ranah Tempat Kerja ……………………………………................... 3. Ranah Pemerintahan …………………………………….................... 4. Ranah Ekonomi ……………………………………........................... 5. Ranah Pilkada ……………………………………….......................... 6. Ranah Pemilu ……………………………………….......................... Tabel Frekuensi Kemunculan Makna Tuturan Sosiopragmatik
41 42 42 44 49 58 63 67
Imperatif dalam Enam Ranah …………………………............................ 70 C. Pembahasan Penelitian ……………………………………....................... 71 1. Analisis Data Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi … 71 2. Penerapan Temuan Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah ...……………………...................... 100 BAB V PENUTUP A. Simpulan …………………………………................................................. 102 B. Saran …………………………………....................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA ................................…....................................................... 104
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Gambar Sampul Depan Biografi Jokowi
Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3
: Lembar Uji Referensi
Lampiran 4
: Biodata Penulis Biografi Jokowi
Lampiran 5
: Lembar Surat Bimbingan Skripsi
vii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Bahasa merupakan suatu lambang bunyi yang arbitrer dan merupakan salah
satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Hal itu disebabkan karena manusia memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan untuk mengembangkan akalnya. Dengan kemampuan itu manusia mengembangkan dirinya untuk berkomunikasi,
guna
mengungkapkan
pikirannya,
perasaannya,
ataupun
keinginannya melalui bahasa. Tanpa adanya bahasa, seseorang tentu akan mengalami kesulitan apabila ingin menyatakan pikiran, perasaan, keinginan, atau pendapatnya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ahmad HP dan Abdullah, “bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.”1 Bahasa dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal bahasa dikaji berdasarkan struktur internal kebahasaannya, yakni dikaji sesuai aspek-aspek linguistik dan teori linguistik. Misalnya, morfologi, fonologi, dan sintaksis. Secara eksternal bahasa dikaji dengan memperhatikan unsur eksternal kebahasaannya, yakni berhubungan dengan penggunaan bahasa oleh penuturnya dalam kelompok masyarakat tertentu. Pengkajian bahasa secara eksternal tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu saja, tetapi terdiri dari dua atau lebih disiplin ilmu. Misalnya, perpaduan antara sosiologi dan linguistik menghasilkan sosiolinguistik, perpaduan antara sosiologi dan pragmatik menghasilkan sosiopragmatik. Peneliti akan mengkaji bahasa (tuturan) dengan menggunakan landasan sosiopragmatik. Penelitian yang dilandasi oleh ilmu sosiopragmatik masih jarang dilakukan oleh para peneliti, penyebabnya karena sosiopragmatik lebih kompleks dibandingkan
1
kajian
ilmu
kebahasaan
lainnya,
sehingga
pengkajiannya
Achmad HP dan Alex Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 10.
1
2
memperhatikan konteks sosiologi tuturan di luar bahasa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rahardi, yaitu “Penelitian sosiopragmatik hampir jarang dikaji dan dibicarakan oleh para linguis daripada disiplin linguistik yang lain. Hal ini disebabkan sosiopragmatik menggunakan ancangan sosiologi dan pragmatik sebagai bahan penelitiannya. Komponen penelitian sosiopragmatik tidak hanya semata bentuk bahasa tuturan, namun juga memperhatikan aspek sosiologi atau latar belakang si penutur, sehingga penelitian sosiopragmatik memiliki jangkauan yang lebih luas daripada pragmatik.”2 Berbicara tentang imperatif, pasti di pikiran setiap orang hanya menggunakan konstruksi imperatif saja, artinya hanya memikirkan aspek struktural imperatif tersebut. Padahal makna imperatif tidak hanya dapat dinyatakan dengan konstruksi imperatif saja, tetapi dapat dinyatakan dengan konstruksi-konstruksi lainnya, misalnya dapat dinyatakan dengan konstruksi deklaratif, dan interogatif. Dalam komunikasi sesungguhnya, makna imperatif tidak selalu sesuai dengan wujud konstruksinya,
melainkan
ditentukan
oleh
konteks
situasi
tutur
yang
melatarbelakanginya. Wujud imperatif selalu hadir dalam komunikasi yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, wujud makna imperatif memiliki fungsi komunikatif yang sangat penting. Sangat mustahil apabila dalam berkomunikasi tidak bertemu dengan wujud imperatif. Seperti yang dipertegas oleh Rahardi berikut ini “Dalam komunikasi sehari-hari yang memerantikan bahasa manusia sebagai media pokoknya, entitas imperatif dipastikan selalu hadir dalam tingkat keseringan yang tinggi.”3 Hal itu menunjukkan bahwa wujud imperatif akan selalu hadir dan fungsinya sangat penting dalam komunikasi antar manusia, misalnya komunikasi antara guru dengan murid, guru dengan guru, ataupun siswa dengan siswa.
2
R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 3. 3 Ibid, hlm. 1.
3
Kajian imperatif di dalam bahasa Indonesia sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, akan tetapi aspek yang diteliti hanya strukturalnya saja. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kunjana Rahardi berikut ini “ Dari pencermatan pustaka yang dilakukan selama ini, didapatkan pula bahwa kajian ihwal imperatif di dalam bahasa Indonesia yang berancangan struktural memang sudah banyak dilakukan.”4 Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji wujud makna kalimat imperatif dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker’ berlandaskan ancangan sosiopragmatik yang melibatkan dimensi sosial dan kultural. Pada biografi ini dilakukan penelitian dengan membagi tuturan imperatif ke berbagai ranah dan tingkat kedudukan yang berbeda antar penutur sehingga memiliki bentuk-bentuk tuturan imperatif yang berbeda. Tuturan yang dimaksud pada penelitian ini berdasarkan wawancara penulis biografi kepada para penutur kemudian dituangkan ke dalam sebuah buku biografi. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji wujud makna imperatif berupa teks yang berlandaskan hasil wawancara (lisan) pengarang buku. Peneliti memilih biografi sebagai objek penelitian dikarenakan biasanya kajian wujud imperatif menggunakan ancangan sosiopragmatik kebanyakan memfokuskan pada tuturan secara lisan dan terlibat langsung dalam sebuah tuturan. Ternyata dalam biografipun terdapat wujud dan makna imperatif. Kalaupun ada kajian wujud imperatif yang berupa tulisan (teks) objek kajiannya ialah berupa cerpen atau kumpulan cerpen. Oleh karena itu, peneliti berharap penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya bahwa pengkajian wujud imperatif tidak terbatas hanya pada tuturan lisan saja. Membahas biografi seorang tokoh pasti ada hal menarik yang dapat diperoleh setelah membacanya. Hal menarik tersebut misalnya saja sikap atau sifat tokoh dalam biografi yang dapat diteladani sehingga dapat membawa pembaca menjadi pribadi lebih baik lagi. Selain itu dapat juga membuat pembaca termotivasi sehingga akan melakukan hal seperti yang dilakukan tokoh pada biografi. Contoh yang sudah
4
Ibid, hal. 2.
4
disebutkan dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Siswa dilibatkan dalam pembacaan biografi tokoh sehingga dapat mengambil hal positif dari tokoh yang terdapat pada biografi sehingga membentuk karakter siswa yang baik. Peneliti memilih Presiden Republik Indonesia saat ini, yaitu Bapak Joko Widodo yang biasa akrab dipanggil Jokowi sebagai tokoh objek kajian penelitian. Seperti yang sudah diketahui, sosoknya mencuri perhatian banyak orang semenjak namanya dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah terbaik ketika memimpin Kota Solo. Namanya semakin terkenal ketika disebut sebut akan mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia. Perhatian banyak orang tetuju kepada sosoknya yang dianggap berbeda dalam memimpin. Salah satu perbedaan yang dapat dilihat yaitu kegiatannya blusukan, melihat secara langsung keadaan masyarakatnya di lapangan. Selain itu, ia juga mengubah sistem pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, dan transparan. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil objek biografi Jokowi sebagai bahan penelitian. Penelitian ini tidak hanya akan menganalisis wujud makna imperatif dalam biografi berlandaskan sosiopragmatik saja, tetapi juga menganalisis penerapan biografi tokoh terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama semester genap. Penerapan dalam pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Standar Kompetensi (SK) memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai, dan Kompetensi Dasar (KD) mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif. Penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah agar siswa lebih memahami aturan-aturan dalam berkomunikasi (bertutur) dan mengajarkan siswa agar lebih termotivasi, mengambil sisi positif, dan meneladani tokoh. Atas dasar latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penelitian ini mengambil judul “Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Jokowi serta Penerapannya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.”
5
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: 1.
Wujud makna kalimat imperatif yang terdapat dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
2.
Kajian imperatif di dalam bahasa Indonesia berancang struktural sudah banyak dilakukan, sehingga masih terbatasnya penelitian mengenai kajian entitas imperatif secara eksternal.
3.
Pengungkapan hal-hal menarik dan hal-hal yang dapat diteladani pada tokoh yang terdapat dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
4.
Penerapan temuan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
C.
Batasan Masalah Pembatasan masalah bertujuan untuk memudahkan penelti agar lebih
mendalam dan spesifik ketika meneliti. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada wujud makna kalimat imperatif dengan melakukan analisis terhadap tujuh macam ranah yang terdapat pada biografi berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana wujud makna kalimat imperatif dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker?’
2.
Bagaimana penerapan wujud kalimat imperatif yang terdapat dalam biografi
‘Jokowi
Pemimpin
Rakyat
Berjiwa
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP?
Rocker’
terhadap
6
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang sudak dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan wujud makna kalimat imperatif yang terdapat dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.‟
2.
Mendeskripsikan penerapan wujud kalimat imperatif yang terdapat dalam biografi
‘Jokowi
Pemimpin
Rakyat
Berjiwa
Rocker’
terhadap
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
F.
Manfaat Penelitian Ditinjau dari dua manfaat, yakni 1) manfaat teoretis; 2) manfaat praktis, hasil
penelitian ini diuraikan masing-masing sebagai berikut: 1.
Manfaat teoretis sebagai berikut: a.
Melakukan deskripsi wujud makna kalimat imperatif dalam biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.’
b.
Melakukan deskripsi penerapan wujud kalimat imperatif yang terdapat dalam buku “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
2.
Manfaat praktis sebagai berikut: a.
Dapat dijadikan sebagai acuan penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang akan datang.
b.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dalam pelajaran bahasa Indonesia, pada materi pelajaran mengungkapkan hal-hal menarik dan mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi.
BAB II KAJIAN TEORETIS A.
Sosiopragmatik Istilah sosiopragmatik pertama kali disampaikan di dalam buku Leech yang
sangat ternama berjudul “Prisip-prinsip Pragmatik”.
Ia menjelaskan tentang
jangkauan pragmatik umum (general pragmatics). Ia juga menyatakan mengenai sosiopragmatik, pernyataannya sebagai berikut: “Sosiopragmatik pada dasarnya adalah pragmatik yang terjadi dalam konteks sosial dan konteks kultural tertentu. Pemakaian bahasa dalam komunikasi terkait pula dengan faktor-faktor non bahasa yang merupakan kondisi sosial dan budaya “lokal” yang bersifat spesifik. Pemakaian bahasa dalam konteks yang bersifat spesifik itu menjadi bidang kajian sosiopragmatik. Sosiopragmatik didasarkan pada prinsip komunikasi bahwa proses komunikasi beroperasi secara berbeda dalam kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat yang berbeda dalam dan masyarakat bahasa yang berbeda, dalam situasi sosial yang berbeda, dalam kelas sosial yang berbeda.”1 Berdasarkan pernyataan tersebut, maka sosiopragmatik sangat berkaitan erat dengan sosiologi, termasuk sosiologi bahasa. Kondisi/ranah sosial dan budaya mayarakat menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam kajian ini. Jadi, dapat dikatakan bahwa sosiopragmatik merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, ilmu sosiolinguistik dan pragmatik. Kartomiharjo dalam Zamzani menjelaskan kajian sosiopragmatik didasarkan pada kenyataan bahwa prinsip kerja sama dan kesopanan beropersi secara berlainan dalam kebudayaan dan masyarakat bahasa yang berbeda, dalam situasi sosial yang berbeda, dalam kelas sosial yang berbeda dan sebagainya. Hal tersebut memberikan gambaran atau petunjuk kepada pamakai bahasa mengapa dapat dengan mudah
1
Geoffrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik, Terj. M.D.D Oka. (Jakarta: UI Press, 2011), hlm. 15.
7
8
terjadi kesalahpahaman di dalam komunikasi antar manusia yang berlainan latar kebudayaan, sosial dan sebagainya.2 Setiap masyarakat bahasa memiliki prinsip kerjasama dan kesopanan yang berbeda (tidak universal). Misalnya, masyarakat yang satu memandang perilaku tertentu sopan, sedangkan masyarakat yang lain memandang perilaku tersebut tidak sopan. Namun demikian, prinsip kerjasama dan kesopanan sangat diperlukan dalam komunikasi dan harus berhubungan dengan kebudayaan masyarakat pemakai bahasa itu. Penggunaan prinsip kerja sama dan kesopanan secara tepat akan menunjang keberhasilan dalam berkomunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas jelas sekali bahwa sosiopragmatik menggabungkan dua disiplin ilmu Bahasa, yakni sosiolinguistik dan pragmatik. 1.
Sosiolinguistik Kajian sosiolinguistik cenderung berfokus pada variasi bahasa yang muncul di
masyarakat yang biasanya dapat ditelusuri karena keberadaan berbagai stratifikasi sosial dalam masyarakat.3 Pernyataan tersebut kemudian dipertegas oleh I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi yang menyatakan bahwa konsepsi sosiolinguistik struktur masyarakat yang selalu bersifat heterogen (tidak pernah homogen) mempengaruhi struktur bahasa. Adapun struktur bahasa masyarakat di sini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti siapa yang berbicara (who speaks), dengan siapa (with whom), di mana (where), kapan (when), dan untuk apa (to what end).4 Jadi, jelas sekali bahwa dalam sosiolinguistik, bahasa dan masyarakat merupakan komponen utama kajiannya. Bahasa dalam masyarakat bersifat heterogen sehingga akan muncul variasi bahasa yang setiap struktur bahasanya berbeda pula. Wardhaugh dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Sociolinguistics menyatakan bahwa: 2
Zamzani, Kajian Sosiopragmatik, (Yogyakarta: Cipta Pustaka, 2007), hlm. 21. Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 230. 4 I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis, (yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 5. 3
9
“Sociolinguistics is concerned with investigating the relationships between language and society with the goal being better understanding of the structure of language function in communication.”5 [Sosiolinguistik menaruh perhatian pada penyelidikan terhadap hubungan antara bahasa dan lingkungan sosialnya yang memiliki tujuan sebuah pemahaman yang lebih baik dari sebuah struktur bahasa dan bagaimana fungsi bahasa dalam berkomunikasi]. Sosiolinguistik menyelidiki kedudukan bahasa dalam hubungannya antara bahasa dan lingkungannya. Hubungan ini menerangkan antara struktur bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural pertuturannya. Jadi, dari berbagai pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dengan faktorfaktor kemasyarakatan sebagai akibat dari keadaan masyarakat yang heterogen. Faktor-faktor kemasyarakatan itu mencakup faktor sosial, situasional dan kultural. 2.
Pragmatik Istilah pragmatik berasal dari pragmatika yang diperkenalkan oleh Charles
Moris (1938). Moris menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah hubungan antar lambang dan penafsirannya.6 Pendapat lain menyatakan bahwa pragmatik mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar/pembaca.7 Yule (1996: 3) dalam Subuki menyebutkan empat macam definisi pragmatik sebagai berikut:8 1) Bidang yang mengkaji arti pembicara. 2) Bidang yang mengkaji arti bahasa menurut konteksnya. 5
Ronald Wardhaugh, An Introduction to Sociolinguistics, (Oxford: BasilBlackwell, 2002), hlm. 12. 6 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 15. 7 Fatimah Djajasudarma, Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur, (Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. Kedua, 2006), hlm. 60. 8 Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Trans Pustaka, 2012), hlm. 32.
10
3) Bidang yang melebihi kajian arti yang diujarkan, mengkaji arti yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara. 4) Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan terlibat dalam percakapan tertentu. Sejalan dengan pendapat Yule, Mey menyatakan bahwa pragmatik ialah “the study of conditions of human languages uses as these are determined by contexs of society” (kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks masyarakat).9 Pragmatik adalah telaah umum tentang cara menafsirkan kalimat dalam suatu konteks.10 Jadi, pragmatik merupakan ilmu bahasa yang menelaah ujaran berdasarkan konteks situasi tuturnya. Pragmatik merupakan disiplin ilmu bahasa yang mempelajari makna satuansatuan kebahasaan secara eksternal. Ilmu ini mengamati bagaimana satuan-satuan kebahasaan dikomunikasikan. Pandangan tersebut sesuai dengan pendapat Parker dalam I Dewa Putu Wijana yang mengemukakan bahwa “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate” „Pragmatik berbeda dengan gramatika yang mempelajari struktur bahasa secara internal. Pragmatik adalah kajian tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi.11 Dari pengertian berbagai ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang menelaah arti bahasa dengan memperhatikan konteks situasi tuturan (faktor eksternal) untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan memiliki maksud atau tujuan tertentu. Hubungan antara bahasa dan maksud tersebut bertujuan untuk mencari suatu penafsiran yang sesuai dengan konteks. Oleh karena itu, maksud tuturan yang disampaikan penutur dapat diterjemahkan oleh lawan tutur dengan baik.
9
F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 4. Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012), hlm. 3. 11 I Dewa Putu Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta: ANDI, 1996), hlm. 2. 10
11
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa pragmatik menelaah arti bahasa berdasarkan konteksnya, maka pragmatik sangat berhubungan erat dengan tindak tutur yang bertujuan untuk melakukan sesuatu bukan hanya untuk menginformasikan sesuatu. Hal itu sejalan dengan pemikiran Austin dalam bukunya yang berjudul How To Do Things With Word, ia menyatakan bahwa dalam menuturkan sebuah ujaran seseorang tidak hanya menyatakan suatu hal, tetap juga melakukan tindakan. Tuturan dalam kalimat merupakan bagian dari melakukan sesuatu, tidak hanya mengatakan sesuatu. Pada saat seseorang berkata “I name this ship….”, penuturnya tidak hanya menuturkan sesuatu tetapi melakukan sesuatu yaitu memberi nama. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif atau ungkapan performatif, atau singkatnya performatif.12 Beranjak dari pemikiran Austin, Searle mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), tindak perlokusi (perlocutionary act). 13 Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu, tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu, tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang diutarakan seseorang mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarkannya, tindak tutur ini disebut The Act of Affercting Someone.
B.
Kalimat Imperatif Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.14 Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan 12
J.L Austin, How To Do Things With Word, (Cambridge: Harvard University Press, 1962), hlm. 5-6. 13 Opcit, hlm. 17. 14 Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero), 2014, Edisi ketiga Cet. IX), hlm. 317.
12
suara naik turun, keras lembut, dan diakhiri dengan intonasi. Dalam bentuk tulisan, kalimat diawali dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, salah satunya yakni kalimat imperatif (kalimat perintah). Kalimat imperatif mengungkapkan atau menyatakan suatu perintah, perintah tersebut dapat berupa melakukan sesuatu atau melarang melakukan sesuatu. Keraf menyebut kalimat imperatif sebagai kalimat perintah ialah menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab itu perintah meliputi suruhan keras hingga ke permintaan yang sangat halus. Begitu pula suatu perintah dapat ditafsirkan sebagai mengizinkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu, sampai kepada tafsiran makna ejekan atau sindiran.15 Lebih lanjut Keraf memberikan ciri-ciri kalimat perintah, yakni kalimat perintah memiliki intonasi yang keras (terutama perintah biasa dan larangan), kata kerja yang mendukung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar, dan mempergunakan partikel pengeras –lah.16 Alwasilah memberikan pengertian imperatif sebagai jenis kalimat yang menyatakan perintah atau nasihat. Misalnya, Mari ke sini! Hati-hatilah di jalan!.17 Sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Alwasilah, Chaer menggunakan imperatif sebagai kalimat perintah atau larangan. Kalimat perintah berisi mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak berbicara (pendengar atau pembaca). Jika kalimat perintah itu mengharapkan orang lain tidak melakukan suatu tindakan atau perbuatan, maka kalimat tersebut dinamai kalimat larangan.18
15
Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas, (Ende: Nusa Indah, 1984, cet. ke 10), hlm. 159. 16 Ibid, hlm. 160. 17 A. Chaedar Alwasilah, Pengantar Sosiologi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1993, cet. ke 10), hlm. 21. 18 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011, cet. ke 3), hlm. 356.
13
Alisjahbana (1978) dalam Rahardi mengartikan sosok kalimat perintah sebagai ucapan yang isinya memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta, agar orang yang diperintah itu melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah itu.19 Imperatif merupakan kalimat atau verba untuk mengungkapkan perintah atau keharusan atau larangan melaksanakan perbuatan.20 Chaer memperinci kemungkinan kalimat perintah menjadi tujuh jenis, sebagai berikut:21 a. Perintah biasa:
1. usirlah anjing itu! 2. pergilah dari sini! 3. kerjakanlah soal ini sebaik-baiknya!
b. Permintaan: dalam permintaan sikap orang yang menyuruh lebih merendah, misalnya:
1. tolong sampaikan kepadanya, bahwa ia boleh datang besok! 2. coba ambilkan saya buku itu!
c. Ijin: memperkenankan seseorang untuk berbuat sesuatu 1. ambillah buku itu, seberapa kau suka! 2. masuklah ke dalam, kalau tuan perlu! d. Ajakan:
1. marilah kita beristirahat sebentar! 2. baiklah kamu menyusuli dia ke sana!
e. Syarat: adalah semacam perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhnya suatu hal, misalnya: tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu!. f. Cemooh atau sindiran: adalah perintah yang mengandung ejekan, karena kita yakin bahwa yang diperintah tak akan melakukannya. 19
20
21
R. Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 19. Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, Edisi Keempat, cet. kedua) Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas, (Ende: Nusa Indah, 1984, cet. ke 10), hlm. 159-160.
14
1. buatlah itu sendiri, kalau ahli! 2. pukullah dia, kalau engkau berani! g. Larangan: adalah semacam perintah yang mencegah berbuat sesuatu. 1. jangan lewat di sini! 2. jangan bicara! Berbeda dengan Chaer, Ramlan menyebut kalimat perintah dengan kalimat suruhan dan membaginya menjadi empat jenis, yakni kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilaan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan.22 Sudarno dan Rahman memvariasikan kalimat perintah menjadi kalimat melarang (ditandai dengan kata jangan atau tidak boleh), kalimat membiarkan (ditandai dengan kata biarlah atau biarkanlah), kalimat mengajak (ditandai dengan kata silakan, marilah, coba, baiklah, seyogyanya, alangkah baiknya, dan hendaknya), kalimat permintaan atau permohonan (ditandai dengan partikel –lah), dan pengharapan (biasanya ditujukan kepada yang dinggap lebih tinggi).23 Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, kalimat imperatif atau perintah dapat diperinci menjadi enam golongan, sebagai berikut:24 1.
Perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu;
2.
Perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilahkan lawan bicara sudi berbuat sesuatu;
3.
Permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara berbuat sesuatu;
22
23
24
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983, cet. ke 3), hlm. 38. Sudarno dan Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), hlm. 85. Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero), 2014, Edisi ketiga Cet. IX), hlm. 361-362.
15
4.
Ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu;
5.
Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan dilakukan sesuatu;
6.
C.
Pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilakukan.
Wujud dan Makna Imperatif dalam Bahasa Indonesia Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan yang
beragam dan dikonstruksikan dengan wujud imperatif ataupun nonimperatif. Wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya.25 Maka dari itu, makna pragmatik imperatif tuturan sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahinya. Dari penelitian yang dilakukan Rahardi, setidaknya ada tujuh belas macam makna pragmatik imperatif yan ditemukan. Ketujuh belas macam makna tersebut ditemukan di dalam tuturan imperatif langsung maupun tuturan imperatif tidak langsung. Wujud makna pragmatik imperatif tersebut diuraikan sebagai berikut:26 1.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah (1) “Monik, Lihat!” Informasi indeksial: Tuturan yang disampaikan oleh seorang pacar Monic ketika ia melihat ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota. (2) “Kerusuhan Pekalongan itu ada yang menggerakkan.” Informasi indeksial:
25
R. Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 93. 26 Ibid, hlm. 93-116.
16
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum. Pada contoh (1) tuturan mengandung makna perintah, tuturan tersebut dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis struktural. Pada contoh (2) terlihat perbedaan, tuturan tersebut merupakan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui
makna
pragmatiknya
melalui
konteks
situasi
tutur
yang
melatarbelakanginya. Dalam analisis penelitian ini yang digunakan adalah tuturan seperti yang tertuang pada contoh (2) yang melibatkan konteks situasi tuturan.
2.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh
penanda kesantunan coba seperti terlihat pada contoh tuturan berikut. (3) “Coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan” (3a)“Saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.” Informasi indeksial: Tuturan disampaikan oleh ahli pijat urat kepada seorang pasien. Pasien terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan dalam keadaan normal. Tuturan (3) diparafrasa menjadi tuturan (3a) bertujuan untuk mengetahui secara pasti apakah benar tuturan tersebut merupakan imperatif dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur sesungguhnya, makna pragmatik imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif seperti yang diungkapkan di atas. Wujud pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan interogatif seperti yang terlihat pada contoh berikut.
17
(4) Dosen : “Pagi saya akan banyak menyampaikan kuliah dengan banyak menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah disiapkan atau belum?” Mahasiswa: “Sebentar Pak, saya dating ke bagian perlengkapan dulu.” Informasi indeksial: Dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya di dalam ruangan kuliah kampus pada saat ia akan mengawali perkuliahan.
3.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya
terdapat ungkapan dengan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. (5) Totok: “Tolong pamitkan, Mbak!” Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabatnya pada saat akan meninggalkan rumahnya pergi ke kota karena keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saaat yang sama padahal ia seharusnya menghadiri sebuah acara rapat karang taruna di desanya. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa bentuk-bentuk makna imperatif dalam bertutur tidak selalu dikonstruksikan dengan konstruksi imperatif, tetapi dapat juga dikonstruksikan dengan wujud deklaratif atau interogatif.
4.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan Secara struktural, imperatif yang mengandung makna permohonan
ditandai dengan ungkapan kesantunan mohon. Selain itu partikel –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan. (6) “Mohon ampunilah segala dosa kami!” Informasi indeksial:
18
Tuturan seorang ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada Tuhan karena ia merasa telah membuat banyak kesalahan dalam hidupnya.
5.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan Lazimnya, imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau
mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap dan harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif ini, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi tuturan imperatif lain. (7) Bibi kepada Monik: “Ayo makan dulu. Nanti temanmu kamlaman pulangnya. Ayo! Ayo, makan dulu! Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh Bibinya Monik apada saat Monik bersama temannya berada di rumah sang bibi.
6.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong. (8) Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Malioboro Mall.” Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau minum susu.
7.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
19
Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya digunakan bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. (9) “Jagalah kebersihan lingkungan!” Informasi indeksial: Bunyi tuturan di sebuah taman wisata di kota Yogyakarta.
8.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya digunakan dengan
penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. (10)”Silakan Saudara Monik!” Informasi indeksial: Tuturan ini dituturkan oleh ketua senat mahasiswa yang terjadi di sebuah kampus pada saat berlangsung rapat senat mahaisiswa.
9.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan Imperatif dengan makna ajakan biasanya ditandai dengan penanda
kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan tersebut masing-masing memiliki makna ajakan. (11)”Mari makan, Tante!” Informasi indeksial: Tuturan ini dituturkan oleh seorang keponakan kepada tantenya. Tuturan ini terjadi dalam ruang makan pada sebuah keluraga, orang yang satu mengajak orang lain untuk makan bersama.
10. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Izin Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.
20
(12)”Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?” Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya, ia meminta izin untuk membersihkan dulu meja kerja direktut yang saat itu penuh dengan kertas dan berkas-berkas.
11. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Mengizinkan Imperatif yang bermakna mengizinkan lazimnya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. (13)”Silakan merokok di tempat ini!” Informasi indeksial: Tuturan ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok. Di lokasi itu orang tidak diperkenankan merokok selain di tempat itu.
12. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan. (14)”Khusus dokter dan perawat!” Informasi indeksial: Tulisan pada pintu sebuah WC rumah sakit di Yogyakarta. Tuturan ini dimaksudkan agar orang lain, seperti pasien atau tamu tidak boleh menggunakan wc tersebut.
13. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan Imperatif yang menyatakan harapan biasanya ditandai dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna harapan. (15)”Semoga cepat sembuh!”
21
Informasi indeksial: Bunyi tuturan pada kantong plastik obat dari suatu apotek.
14. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. (16) Antaranak muda: “Mampus kamu sekarang!” Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak muda yang saat itu mendengar kabar bahwa temannya dijemput polisi dan diangkut ke kantor polisi.
15. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Pemberian Ucapan Selamat Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakain Bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bahwa peristiwa-peristiwa tertentu, biasanya anggota masyarakat Bahasa Indonesia saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat lain. (17) Teman kepada teman lain yang sedang melaksanakan pesta pernikahan: “Selamat berbahagia, selamat menempuh hidup baru!” Informasi indeksial: Tuturan ini dituturkan dalam acara penutupan pesta pernikahan pada saat tamu menyalami mempelai sebelum para tamu pulang.
16. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. (18) Orang tua kepada anak: “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari.”
22
Informasi indeksial: Tuturan ini disampaikan oleh Ibu kepada anaknya yang masih kecil. Ia baru saja mendapatkan uang dari saudaranya. 17. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu” Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang, lazimnya
diungkapkan
dengan
penanda
kesantunan
jangan
seperti
disampaikan pada bagian terdahulu. Imperatif yang bermakna “ngelulu” di dalam bahasa Indonesia lazimnya tidak diungkapkan dengan penanda kesantunan itu melainkan berbentuk tuturan imperatif biasa. (19) Dosen kepada mahasiswa: “Teruskan saja menyonteknya biar nanti dapat nilai A!” Informasi indeksial: Mahasiswa itu diam-diam sambil menyembunyikan buku catatannya seolah-olah tidak mendengar suara sang dosen yang sebenarnya sudah sejak lama memperhatikannya. Dalam penelitiannya lebih lanjut, Rahardi meneliti entitas imperatif menggunakan tinjauan sosiopragmatik yang meneliti terhadap delapan ranah, yakni ranah pendidikan, ranah perkantoran, ranah kemasyarakatan, ranah keagamaan, ranah kekeluargaan, ranah media, ranah pemerintahan, dan ranah transaksional bisnis. Dari kedelapan ranah tersebut, ditemukan dua puluh enam macam makna sosiopragmatik imperatif, yakni ajakan, sindiran, permintaan, perintah, suruhan, pancingan, tawaran, imbauan, peringatan, permohonan, persilaan, saran, anjuran, harapan, instruksi, pemberian izin, petunjuk, larangan, seruan, pemberitahuan, desakan, pemberi abaaba, bujukan, penjelasan, tawaran, dan pengumuman.
23
D.
Ranah Ranah merupakan konsep yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa. Dalam
biografi digunakan penggunaan bahasa yang biasanya berhubungan erat dengan ranah sosiologi. Penggunaan ranah dalam penelitian ini dikarenakan ancangan yang diterapkan adalah ancangan sosiopragmatik. Adapun pendefinisian ranah menurut Kunjana dan Fishman hampir mirip yang membedakan hanya penyebutannya saja. Kunjana menyebutnya dengan nama ranah sedangkan Fishman menyebutnya dengan nama domain. Kunjana menyatakan bahwa sosok ranah sendiri di dalam linguistik telah didefinisikan sebagai konteks yang melembaga (institutionalized contexts), yang lazimnya merupakan konstelasi antara tiga hal, yakni (1) lokasi atau tempat, (2) topik, (3) partisipan.27 Fishman dalam Chaer menyatakan bahwa domain dipandang sebagai konstelasi faktor-faktor seperti lokasi, topik, dan partisipan.28 Jadi, ranah merupakan bentuk yang berhubungan dengan lokasi, topik, dan partisipan. Ranah dalam penelitian ditentukan berdasarkan aspek berikut: (1) Penutur dan mitra tutur (2) Tempat terjadinya tuturan/lokasi (3) Diksi/ pilihan kata yang dipakai penutur dan mitra tutur dalam berujar. Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan, ungkapan, dan sebagainya.29 Penggunaan bahasa dalam masyarakat terjadi di berbagai ranah. Fishman dalam Darsita menyebutkan empat ranah, yakni ranag keluarga, ketetanggaan, kerja 27
R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 39. 28 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 154. 29 Darsita Suparno, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Adabia Press, 2012), hlm. 96.
24
dan agama. Scmidt-Rohr dalam Darsita menyebut sembilan ranah, yakni keluarga, tempat bermain, sekolah, gereja, sastra, pers, militer, pengadilan, dan administrasi pemerintahan. Greenfield dalam penelitiannya terhadap lima orang Pucrto Rican di New York menemukan lima macam ranah, yakni ranah keluarga, kekariban, agama, pendidikan, dan kerja.30 Selain itu, Parasher dalam Rahardi menyebutkan tujuh macam ranah, yakni ranah keluarga, kekariban, ketetanggaan, transaksi, pendidikan, pemerintahan, dan kerja. 31 Jadi, ranah-ranah yang diterapkan dalam sebuah penulisan atau penelitian dapat ditentukan sendiri oleh penulis atau peneliti yang disesuaikan dengan maksud dan tujuannya. Pemaparan dari berbagai ahli mengenai berbagai macam ranah tersebut memiliki beberapa kesamaan misalnya ranah rumah, ranah kekariban, ranah pendidikan agama, dan pemerintahan. Darsita menyatakan bahwa kesamaan ranahranah ini menunjukkan adanya dua isyarat pola penggunaan bahasa yaitu (1) pemakaian bahasa resmi dan (2) pemakaian bahasa tak resmi. Dalam banyak penelitian, analisis ranah dikaitkan juga dengan konsep diglosia tentang dikotomi ragam bahasa tinggi (T) dan ragam bahasa renda (R).32 Penetapan ranah dalam kajian tentang wujud dan makna imperatif ini disesuaikan dengan hasil temuan yang ada dalam biografi Jokowi. Penentuan ranah tidak ditetapkan dari awal penelitian, tetapi disesuaikan dengan kenyataan sosial yang terdapat dalam biografi Jokowi. Sehingga ranah dapat ditentukan ketika peneliti sudah membaca dan memahami isi dari biografi Jokowi.
E.
Biografi Biografi berasal dari bahasa Yunani, yang terbentuk dari kata bios artinya
hidup dan graphia artinya tulisan. Dalam istilah sastra, biografi merupakan riwayat 30
Darsita Suparno, “Situasi Pemertahanan Bahasa Ranau,” Disertasi pada Pascasarjana Universitas Samratulangi Manado, Manado, 2012, hlm. 24, tidak dipublikasikan. 31 R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 39. 32 Darsita, op. cit. hlm. 24.
25
hidup seseorang yang dibukukan.33 Menurut KBBI biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.34 Biografi sering juga disebut sebagai memoir, profil, atau riwayat hidup.35 Banyak istilah yang digunakan yang merujuk pada biografi, seperti yang sudah diungkapkan, yakni riwayat hidup, memoir, perjalanan hidup seseorang, profil seseorang. Biografi biasanya memuat tokoh-tokoh terkenal atau berpengaruh sehingga diharapkan mampu menginspirasi pembacanya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Dwi Susanto sebagai berikut. “Biografi merupakan informasi yang penting untuk mengetahui riwayat seseorang, terutama tokoh terkenal ataupun pengarang tertentu. Biografi didefinisikan sebagai bagian dari sejarah kehidupan seseorang. Kehidupan yang dilukiskan atau dituliskan adalah aktivitasnya, karakternya, dan juga prestasinya dalam bidangnya.”36 Biografi, riwayat hidup, memoir, atau istilah lainnya didefinisikan sebagai sejarah kehidupan seseorang untuk mengetahui informasi tentang aktivitas, karakter, peristiwa, prestasinya. Biografi biasanya memuat tokoh-tokoh yang terkenal dan berpengaruh di bidangnya. Misalnya, biografi presiden, biografi ilmuwan, dan biografi sastrawan. Dari pembacaan biografi tersebut, diharapkan dapat menginspirasi dan memotivasi pembacanya. Haryanta menyatakan bahwa biografi merupakan buku yang isinya mengisahkan riwayat hidup seseorang dan memberikan informasi tentang pekembangan pribadi maupun mengenai karyanya, yang dihubungkan dengan keadaan zaman tertentu. Biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal
33
34
35
36
Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 77. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, Edisi IV Cet. keempat), hlm. 197. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, cet. ketiga), hlm. 90. Dwi Susanto, Kamus Istilah Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 91.
26
lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.37 Dari uraian yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa biografi merupakan karangan, tulisan, atau buku yang menguraikan riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Manfaat dari membaca buku biografi, yakni pertama dapat mengetahui perjalanan hidup tokoh yang ditulis dalam buku biografi. Kedua, dapat meneladani kisah hidup tokoh tersebut untuk membangkitkan semangat hidup. Ketiga, memetik pelajaran yang berharga. Keempat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
F.
Penelitian Relevan Dalam mendukung penelitian ini, akan dipaparkan beberapa penelitian
terdahulu sebagai berikut: I Gde Wayan Soken Bandana (2010) dengan penelitiannya yang berjudul “Kalimat Imperatif dan Makna Mantra Saa Caru Pangrupukan.” Penelitian ini mengkaji jenis kalimat imperatif dan maknanya yang terdapat dalam mantra saa caru pangrupukan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat lima jenis kalimat imperatif, yakni kalimat imperatif transitif, kalimat imperatif halus, kalimat imperatif permohonan, dan kalimat imperatif larangan. Sementara itu hasil kajian maknanya didapatkan makna perintah, makna permohonan, makna penghormatan, makna pengharapan, dan makna larangan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Bandana dengan penelitian yang dilakukan, yakni sama-sama meneliti kalimat imperatif beserta maknanya. Perbedaannya, yakni jika penelitian yang dilakukan Bandana hanya mengkaji secara struktural sedangkan penelitian ini mengkaji secara sosiopragmatik yang bergantung pada konteks. Bandana hanya meneliti secara sintaksis untuk jenis kalimat imperatifnya dan secara semantik untuk mengkaji maknanya. Pada penelitian yang 37
Agung Tri Haryanta, Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan, (Surakata: Aksarra Sinergi Media, 2012), hlm. 33.
27
dilakukan peneliti mengkaji wujud tuturan imperatif beserta maknanya secara sosiopragmatik, artinya situasi sosial, kultural, dan konteks sangat mempengaruhi makna imperatif yang akan terwujud. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Bandana menggunakan metode studi pustaka dan observasi, analisis datanya dilakukan dengan menelaah data, mereduksi data, dan menyusun data. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Bandan, metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti, yakni menggunakan metode simak yang dilanjutkan dengan teknik dasar sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Selanjutnya data yang sudah dianalisis oleh Bandana disajikan dengan metode formal dan metode informal, sedangkan peneliti menyajikan data yang sudah dianalisis menggunakan metode padan atau menghubungkan dengan konteks. Tahapan berikutnya Bandana menyajikan data menggunakan metode formal, dan metode informal, sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Ema Rahardian (2010) melakukan penelitian dengan judul “Makna Imperatif dalam Tuturan Rapat Panitia Khusus Bank Century”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat 31 tuturan imperatif yang terdiri atas tuturan bermakna pragmatik perintah biasa, permintaan, larangan, desakan, anjuran, persilaan, imbauan, permohonan, dan mengizinkan. Kemudian terdapat pula 61 tuturan deklaratif yang terdiri atas tuturan bermakna pragmatik imperatif perintah biasa, imbauan, larangan, anjuran, permohonan, persilaan, umpatan, harapan, dan permintaan. Selanjutnya ditemukan juga 9 tuturan interogatif yang terdiri atas tuturan bermakna pragmatik imperatif perintah biasa, desakan, dan ajakan. Metode penyediaan data yang digunakan Rahardian, yakni metode simak dengan teknik dasar sadap, dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Sama halnya dengan Rahardian, peneliti juga mengunakan metode dan teknik yang sama. Tidak hanya itu, metode penyediaan data secara kualitatif juga sama-sama digunakan oleh Rahadian dan peneliti. Hal yang membedakan dari penelitian Rahadian dengan penelitian yang dilakukan, yakni Rahadian hanya
28
mengkaji makna imperatif secara pragmatik sedangkan peneliti mengkaji makna imperatif secara sosiopragmatik yang dibagi atas berbagai macam ranah. I Wayan Gede Mega Saputra, dkk (2014) meneliti tentang kesantunan imperatif dengan judul “Kesantunan Imperatif Tuturan Guru untuk Memotivasi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja.” Ada tiga pembahasan pokok pada penelitian ini, yakni teknik-teknik motivasi guru, wujud imperatif tuturan guru untuk memotivasi siswa, dan tingkat kesantunan imperatif tuturan guru. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik motivasi guru bisa dilakukan dengan pernyataan penghargaan secara verbal, memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat, menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar, mengembangkan persaingan dengan diri sendiri, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum, menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu kebehasilan. Selain itu, hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa wujud imperatif tuturan guru untuk memotivasi siswa berupa wujud imperatif permintaan, imperatif larangan, imperatif mengizinkan, imperatif suruhan, dan imperatif imbauan. Tingkat kesantunan imperatif guru untuk memotivasi siswa ada 38 tuturan, yang terdiri dari 36 tuturan atau 95% tuturan santun, 1 tuturan atau 25% tuturan kurang santun, dan 1 tuturan atau 25% tuturan tidak santun. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Sapurta dan dilakukan oleh peneliti ialah dalam hal metode penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan oleh Saputra, yakni metode observasi nonpartisipatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode simak, dengan teknik dasar sadap, teknik lanjutan simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Perbedaan yang lainnya adalah pembahasan pada penelitian Saputra ada tiga, yakni teknik-teknik motivasi guru, wujud imperatif tuturan guru, dan tingkat kesantunan imperatif, sedangkan peneliti membahas wujud dan makna imperatif sosiopragmatik dengan berbagai macam ranah, serta implikasinya terhadap pembelajaran di sekolah. Penyajian data secara
29
garis besar sama, yakni menggunakan deskripsi kualitatif karena hanya menjabarkan menggunakan kata-kata, dan angka-angka hanya sebagai penjelas saja. Persamaan selanjutnya dalam hal pembahasannya yang menjabarkan wujud imperatif, hanya saja jika Saputra menjelaskan wujud imperatif untuk memotivasi siswa, sedangkan peneliti membahas wujud imperatif dan maknanya sesuai dengan konteks dan ranah. Anisah (2015) meneliti wujud imperatif dengan judul “Entitas Imperatif dalam Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.” Hasil penelitiannya menemukan empat belas macam makna imperatif. Keempat belas macam makna imperatif tersebut di antaranya makna imperatif perintah, makna imperatif suruhan, makna imperatif permintaan, makna imperatif permohonan, makna imperatif desakan, makna imperatif bujukan, makna imperatif imbauan, makna imperatif persilaan, makna imperatif ajakan, makna imperatif larangan, makna imperatif harapan, makna imperatif umpatan, makna imperatif anjuran, dan makna imperatif sindiran. Persamaan antara penelitiaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah menggunakan ancangan sosiopragmatik dalam menganalisis temuan. Metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dalam memaparkan hasil temuan. Pengambilan data digunakan metode simak dan diikuti dengan teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Analisis data menggunakan metode pada ekstralingual dengan memperhatikan konteks tuturan yang melatrbelakangi dan mewadahi. Perbedaannya terletak pada objek kajian yang digunakan. Objek kajian penelitian Anisah berupa tuturan imperatif yang terdapat dalam cerpen, sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji tuturan imperatif yang terdapat dalam biografi. Selain itu, implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah berbeda dalam hal aspek standar kompetensi yang dan indikator yang akan dicapai. Dalam penelitiannya, implikasinya terhadap pembelajaran di sekolah yaitu siswa dapat menemukan bentuk dan macam-macam makna imperatif serta dapat menganalisis nilai-nilai kehidupan dalm kumpulan cerpen. Dalam
30
penelitian yang dilakukan siswa diharapkan mampu meneladani sifat dan karakter tokoh dalam biografi sehingga siswa menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Bagan Konseptual Alat Komunikasi
Bahasa
Objek Kajian
Lisan
Fonologi
Tulisan
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Pragmatik
Konteks Situasi Sumber: Alwasilah (1993: 16) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti untuk keperluan riset ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.1 Metodologi dalam penelitian sangatlah penting agar proses mendapatkan data hingga pengolahan data menjadi terorganisir dengan baik. Adapun unsur-unsur metodologi dalam penelitian ini sebagai berikut. Metodologi Penelitian
Metode Kualitatif Deskriptif
Ancangan Sosiopragmatik
Sosiolinguistik
Sosiologi Ranah
Linguistik Semantik
Pragmatik
Wujud dan makna imperatif
Metode Simak
Teknik Simak Bebas Cakap
Teknik
Teknik Simak
Teknik Catat
Makna 1. Keluarga 2. Tempat kerja 3. Pemerintahan 4. Ekonomi 5. Pilkada 6. Pemilu
1
T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), cet. Kedua), hlm. 1.
31
32
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan aspek nyata yang menunjukkan cara melaksanakan penelitian. Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga cakupan metodologi penelitian, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik penelitian. Ancangan penelitian merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir. Ancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah ancangan sosiopragmatik yang melibatkan aspek eksternal. Aspek eksternal maksudnya adalah keadaan situasional, dan kultural masyarakat serta konteksnya.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desktiptif. Kualitatif karena data pada penelitian ini dikumpulkan dan disediakan bukan dalam bentuk angka-angka. Angka-angka dalam hasil penelitian di sini hanya untuk memaparkan atau memperjelas hasil temuan peneliti, sehingga lebih mudah untuk memahami hasil penelitian. Data yang sudah diperoleh kemudian dideskripsikan secara jelas dan rinci menggunakan kata-kata. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Djajasudarma “Data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka, dapat berupa katakata atau gambaran sesuatu. Hal tersebut sebagai akibat dari metode kualitatif. Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Data yang dikumpulkan mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan, lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dsb.2
C. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah wujud dan makna imperatif dalan buku biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun. Wujud imperatif tidak selalu dikonstruksikan dengan bentuk imperatif saja, tetapi dapat dikonstruksikan dengan berbagai bentuk nonimperatif dan selanjutnya makna
2
Ibid, hlm.16-17.
33
ditentukan berdasarkan konteks yang melatarbelakangi tuturan diucapkan. Pada penelitian ini makna imperatif ditentukan dengan berlandaskan pada penggolongan makna imperatif yang ditemukan oleh Rahardi, seperti yang sudah dipaparkan pada Bab II.
D. Objek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah tuturan yang bermakna imperatif dalam buku biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun. Tuturan yang bermakna imperatif tidak selalu berkonstruksi imperatif, tuturan tersebut bisa berkonstruksi deklaratif ataupun interogatif.
E. Pengumpulan Data Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan, karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.3 Menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.4 Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa metode simak berarti peneliti menyimak penggunaan bahasa yang digunakan pada objek kajian, menyimak bukan hanya dilakukan berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan saja, tetapi juga penggunaan bahasa tertulis. Seperti pada penelitian ini, digunakan metode penyimakan penggunaan bahasa secara tertulis karena objek kajian penelitian ini berupa biografi berjudul “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun. 1) Teknik dasar sadap
3
Sudaryanto, Metode Linguistik: Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), hlm. 2. 4 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 92.
34
Berdasarkan metode penyediaan data yang menggunakan metode simak, dilanjutkan dengan teknik dasar sadap. Teknik sadap pada penelitian ini dilakukan dengan tidak berpartisipasi ketika menyimak. Peneliti menangkap informasi yang terdapat dalam biografi tanpa terlibat langsung dalam percakapan. Hal tersebut dilakukan karena objek kajian penelitian ini berupa biografi. 2) Teknik simak Bebas Libat Cakap Teknik bebas libat cakap yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog atau konversi: jadi, tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara.5 Dalam penelitian ini peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak terlibat dalam peristiwa tutur karena memang objek kajiannya tertulis (biografi). Peneliti menyimak tuturan tokoh yang terdapat dalam buku bografi “Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Tayrun. 3) Teknik Catat Setelah itu, teknik bebas libat cakap diikuti dengan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Pada penelitian ini, peneliti mengamati penggunaan bahasa tertulis, kemudian data dikumpulkan dan dicatat. Data yang dikumpulkan berupa tuturan imperatif, setelah data terkumpul, peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan ranah-ranahnya. Data yang sudah diklasifikasikan di dalam setiap ranah kemudian diklasifikasikan lagi untuk menentukan makna-makna imperatif secara
sosiopragmatiknya.
Makna
sosiopragmatik
imperatif
bisa
berupa
permintaan, permohonan, bujukan, seruan, persilaan, ajakan, imbauan, dan lainnya.
5
Op Cit, hlm. 3.
35
Metode Penyediaan Data Metode Simak
Teknik Dasar Sadap
Teknik Lanjut 1. Simak Bebas Libat Cakap 2. Catat
Gambar 3.1 Metode Penyediaan Data yang sudah dimodifikasi peneliti Sumber: Mahsun (2007)
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah form data yang berbentuk tabel terdiri dari nomor data, lokasi, penutur, wujud imperatif/ tuturan, konteks tuturan menurut peneliti, dan makna imperatif. Instrumen penelitian ini dimodifikasi dari peneliti sebelumnya yaitu Rahardi (2009) agar sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Komponen-komponen tersebut akan ditampilkan dalam form tabel di bawah ini. No.
Lokasi
Wujud Imperatif / Isi
Konteks Tuturan
Makna
Data
Penutur
Tuturan
Menurut Peneliti
Imperatif
1.
Keluarga
Nah, gara-gara itu alisnya sempat hilang, karena
Dituturkan oleh seorang ibu mengenang masa kanak-kanak
‘peringatan’
36
main-main long bumbung itu. (Hal 5)
(Ibu Jokowi)
Saya ingin bertemu dengan manajemen Lamb of God ketika mereka pentas di Singapura nanti untuk membicarakan kemungkinan Lamb of God pentas di Solo dalam acara Rock in Solo. (Hal 10)
Keluarga 2. (Jokowi)
anak lelakinya. Ia menuturkan hal tersebut untuk memberikan peringatan kepada pembaca agar berhati-hati jika bermain.
Dituturkan Jokowi ketika mengemukakan keinginannya agar salah satu band rock dapat datang ke acara daerah yang dipimpinnya.
‘harapan’
dst… Sumber: Rahardi (2009) yang dimodifikasi oleh peneliti G. Analisis Data Selanjutnya metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan terbagi menjadi dua, yakni metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Pada penelitian ini digunakan metode padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.6 Jadi, peneliti memadankan atau membandingkan segala sesuatu yang sifatnya di luar kebahasaan. Di dalam penelitian ini berarti peneliti menghubungkan data yang didapatkan berupa tuturan sosiopragmatik imperatif dengan konteks, sehingga akan didapatkan makna tuturan sosiopragmatik imperatif sesuai dengan konteks situasi tuturan. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan teknik dasar hubung banding yang bersifat intralingual dan ekstralingual, teknik hubung banding menyamakan, teknik hubung banding membedakan, dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok sebagai teknik lanjutan dari metode padan ekstralingual.
6
Ibid, hlm. 120.
37
Pada penelitian ini tuturan imperatif yang diperoleh tidak bisa dilepaskan dari konteks yang mewadahinya. Jadi, pada penelitian ini tuturan imperatif yang sudah didapatkan dihubungkan dengan konteks situasi tuturnya untuk menentukan makna sosiopragmatik imperatifnya. Metode Padan
Metode Padan Intralingual
Metode Padan Ekstralingual
Teknik Hubung Banding yang Bersifat Lingual
Teknik Hubung Banding yang Bersifat Ekstralingual Teknik Hubung Banding Menyamakan Teknik Hubung Banding Membedakan
Teknik Hubung Banding Menyamakan Hal Pokok
Gambar 3.2 Metode Analisis Data yang sudah dimodifikasi peneliti Sumber: Mahsun (2007)
H. Tahap Analisis Data Rahardi (2009) mengungkapkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian imperatif yang menggunakan ancangan sosiopragmatik, ia membagi
38
tahapan tersebut menjadi tiga tahapan.7 Tahapan-tahapan tersebutsecara umum dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Mengumpulkan dan menyediakan data Peneliti mengumpulkan data dengan cara mencatat tuturan-tuturan imperatif dalam buku biografi berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker‟ yang sesuai dengan karakteristik penelitian. 2. Mengklasifikasikan data Setelah data dikumpulkan, kemudian data diklasifikasikan berdasarkan ranah sosial yang melatarbelakangi, lokasi, penutur, wujud imperatif, konteks tuturan, dan makna imperatif. Semua data diklasifikasikan dengan menggunakan form data yang sudah disebutkan pada instrumen penelitian. 3. Menganalisis data Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis berdasarkan ancangan sosiopragmatik. Data dianalisis menggunakan konteks sosial kultural yang melatarbelakanginya dan konteks situasi tutur.
I.
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan-tahapan atau urutan-urutan yang
harus dilaksanakan dalam suatu penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Peneliti mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berisi teori-teori kajian sosiopragmatik. 2. Peneliti membaca dengan teliti buku biografi berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun. 3. Peneliti membaca ulang buku biografi berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun untuk menemukan wujud imperatifnya dan implementasijnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. 7
Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 36.
39
4. Peneliti mengumpulkan data yang berwujud dan bermakna imperatif. 5. Peneliti mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan membaginya ke beberapa ranah sosial. 6. Peneliti mendeskripsikan dan menganalisis data menggunakan ancangan sosiopragmatik dengan memperhatikan konteks situasi tutur. 7. Peneliti menyimpulkan hasil penelitian
40
Bagan Pelaksanaan Penelitian Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Berjudul ‘Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker Karya Yon Tayrun. Penyediaan Data Wujud kalimat imperatif dalam biografi berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.‟ Metode Simak Teknik Dasar Sadap, Teknik Lanjut Simak Bebas Libat Cakap dan Catat Klasifikasi Data Berdasarkan Wujud dan Makna Imperatif Analisis Data dan Pembahasan
Metode dan Teknik Analisis Data
Teori Sosiopragmatik
Metode Padan Intralingual dan Ekstralingual Teknik Hubung Banding Menyamakan Teknik Hubung Banding Membedakan
Hasil Data Wujud kalimat imperatif dalam biografi s berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker.‟
Teknik Hubung Banding Menyamakan Hal Pokok Sumber: Mahsun (2011) yang telah dimodifikasi oleh peneliti
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sinopsis Biografi Jokowi namanya melesat naik ketika dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta dan dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah terbaik ketika menjadi wali kota Solo. Jokowi memimpin daerahnya dengan caranya sendiri, ia menabrak peraturan protokoler dan birokrat yang dinggapnya dapat memberikan dampak merepotkan dirinya dalam bertugas. Semua kebijakan yang dibuatnya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, bukan hanya sekadar retorika semata, tetapi terwujud sesuai dengan janjinya ketika berkampanye. Jokowi merupakan sosok yang sederhana, begitupun dengan kehidupan masa lalunya yang begitu sederhana. Ia terlahir dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Kondisi serba sulit membuat Jokowi terbiasa dengan makan sulit, tidur sulit, apapun sulit. Namun dengan keyakinannya yang sangat kuat, ia selalu berusaha untuk tidak menyusahkan kedua orangtuanya dan tidak pernah meminta apapun kepada orang tuanya. Ia selalu membantu usaha orang tuanya sebagai tukang kayu. Dalam biografi ini dipaparkan kehidupan masa lalu Jokowi hingga pencalonan dirinya sebagai gubernur DKI Jakarta. Biografi ini menceritakan masa kecil hingga kuliah, dari tukang kayu menjadi wali kota, Jokowi di mata pers dan wartawan, kisah mobil ESEMKA, pengalaman pilkada, pendapat para ajudan dan supir pribadinya mengenai sosok Jokowi, program-program pembangunan kota Solo, hingga nama Jokowi ramai dibicarakan akan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta. Semua pemaparan bersumber dari cerita-cerita orang terdekat Jokowi dan yang pernah bekerja dengan Jokowi, yakni ibu Jokowi, isteri Jokowi, anak Jokowi, temanteman ASMINDO, ajudan Jokowi, wartawan, supir. Semua terungkap dalam buku biografi berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Thayrun.
41
42
B. Wujud dan Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Enam Macam Ranah 1. Ranah Keluarga Apabila seseorang penutur berbicara di rumah dengan salah satu anggota keluarga yang lain tentang suatu topik, maka penutur tersebut dikatakan berada dalam ranah keluarga. Ranah keluarga yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri dari anggota keluarga, isteri, dan anak. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah keluarga. Pada Tabel 1 diuraikan sejumlah wujud dan makna imperatif dalam ranah keluarga yang dilontarkan oleh anggota keluarga Jokowi. Wujud dan makna imperatif dalam ranah keluarga didapatkan dari biografi berjudul „Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker‟ karya Yon Thayrun. Di dalam ranah keluarga ini peneliti menemukan lima tuturan yang mengandung makna-makna sosiopragmatik
imperatif.
Dari
lima
tuturan
yang
ditemukan
dapat
diklasifikasikan bahwa satu tuturan makna sosiopragmatik ajakan, satu tuturan makna sosiopragmatik harapan, dua tuturan makna sosiopragmatik larangan, dan satu tuturan makna sosiopragmatik persilaan. Tabel 1 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Keluarga No.
Lokasi
Wujud Imperatif / Isi
Konteks Tuturan
Makna
Data
Penutur
Tuturan
Menurut Peneliti
Imperatif
Musik rock adalah kebebasan. Musik rock itu liriknya liar, tegas, semangat, dan mampu mendobrak perubahan. (Hal 10)
Dituturkan oleh Jokowi ketika mengungkapkan pendapatnya mengenai musik rock. Secara tersirat ia mengajak pembaca agar mendengarkan musik rock dan setuju dengan pendapatnya.
Saya ingin bertemu dengan manajemen Lamb of God1
Dituturkan Jokowi ketika mengemukakan keinginannya
Rumah ibu 1.
Jokowi (Jokowi)
2.
Rumah ibu 1
Nama grup musik metal asal Amerika Serikat
„ajakan‟
„harapan‟
43
Jokowi (Jokowi)
ketika mereka pentas di Singapura nanti untuk membicarakan kemungkinan Lamb of God pentas di Solo dalam acara Rock in Solo. (Hal 10)
Rumah Jokowi
Saya nggak pengen Bapak jadi wali kota, untuk apa?. (Hal 31)
3. (Anak Jokowi)
Rumah Jokowi 4. (Iriana/ isteri Jokowi) Rumah Jokowi 5. (Iriana/ isteri Jokowi)
Kita kan sudah berkecukupan, untuk apa lagi harus mencalonkan diri sebagai wali kota. (Hal 31)
Sebagai seorang istri saya tentu memberikan masukan yang baik untuk Bapak, tapi saya percaya dengan Bapak. Feelingnya2 itu lho, selalu tepat. Dari dulu. (Hal 31)
agar salah satu band rock dapat datang ke acara daerah yang dipimpinnya.
Tuturan ini dikemukakan oleh seorang anak laki-laki kepada Bapaknya yang saat ini menjabat sebagai wali kota. Tuturan ini bermaksud tidak mendukung dan melarang ayahnya ketika ingin menyalonkan diri sebagai wali kota. Dituturkan oleh isteri Jokowi (Iriana) mencoba untuk menjelaskan tentang keinginannya agar Jokowi tidak mencalonkan diri menjadi wali kota.
Tuturan ini dikemukakan oleh Iriana ketika ditanyakan pendapatnya tentang pencalonan diri suaminya menjadi wali kota Solo. Tuturan ini disampaikan setelah Iriana awalnya tidak menyetujui pencalonan Jokowi.
„larangan‟
„larangan‟
„persilaan‟
Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam tuturan “Sebagai seorang istri saya tentu memberikan masukan yang baik untuk Bapak, tapi saya percaya dengan Bapak. Feelingnya itu lho, selalu tepat. Dari dulu.” Dalam tuturan tersebut Iriana menggunakan kata feelingnya untuk menyebut perasaan. Jika ditelusuri lebih dalam tentang Iriana, ternyata ia pernah kuliah di Universitas Muhamadiyah Surakarta, dalam civitas akademik perguruan tinggi biasanya sering menggunakan bahasa Inggris. Ia juga selalu mendampingi 2
Perasaan, kepekaan perasaan.
44
Jokowi pada berbagai kesempatan termasuk dalam hal bisnis kayunya yang sering terlibat bertransaksi dengan pembeli dari luar negeri yang pastinya menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan jika Iriana melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Jika diwujudkan dalam bentuk persentase, maka angka-angka frekuensi kemunculan setiap tuturan menjadi sebagai berikut. Makna sosiopragmatik imperatif larangan sebesar 40%. Makna makna sosiopragmatik imperatif ajakan, makna sosiopragmatik imperatif harapan, dan makna sosiopragmatik imperatif persilaan masing-masing sebesar 20%. Persentase makna sosiopragmatik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah Keluarga No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik ajakan
1
20
2.
Makna sosiopragmatik harapan
1
20
3.
Makna sosiopragmatik larangan
2
40
4.
Makna sosiopragmatik persilaan
1
20
Jumlah Tuturan
5
100,00
2.
Ranah Tempat Kerja Ranah tempat kerja yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri dari organisasi
pengusaha mebel Solo, dan kantor wali kota Solo. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah tempat kerja.
45
Di dalam ranah tempat kerja peneliti menemukan enam tuturan yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Tuturan yang ditemukan mengandung empat macam makna sosiopragmatik imperatif dapat diuraikan sebagai berikut: (1) makna sosiopragmatik imperatif suruhan, (2) makna sosiopragmatik imperatif harapan, (3) makna sosiopragmatik imperatif umpatan, (4) dan makna sosiopragmatik perintah. Jika diuraikan dengan bentuk angka, maka dapat diuraikan bahwa ditemukan satu tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif suruhan, satu tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif harapan,
dua tuturan yang
bermakna sosiopragmatik imperatif umpatan, dan dua tuturan yang bermakna sosiopragmatik perintah. Tabel 2 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Tempat Kerja No.
Lokasi
Wujud Imperatif/
Konteks Tuturan
Makna
Data
Penutur
Isi Tuturan
Menurut Peneliti
Imperatif
Sebagai eksportir mebel senior di kota Solo, teman-teman pengusaha mebel yang tergabung dalam Asmindo pun mendaulat dirinya untuk menjadi ketua Komda Solo Raya. (Hal 23)
Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi. Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud dari tuturan temantemannya. Maksud tuturannya ialah untuk mendorong atau menyuruh Jokowi agar mau menjadi ketua perkumpulan pengusaha mebel di Solo, dan secara otomatis berarti Jokowi harus mampu
1.
Persatuan pengusaha mebel (Penulis buku)
„suruhan‟
46
membangun usaha mebel di Solo menjadi lebih baik lagi.
2.
Persatuan pengusaha mebel (Penulis buku)
3.
Persatuan pengusaha mebel (Jokowi)
4.
Persatuan pengusaha mebel (Jokowi) 3
diatur
Dia diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan peluang ekspansi bisnis dan meningkatkan produksi usaha kecil menengah di Solo. (Hal 24)
Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi. Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud dari tuturan temantemannya. Tuturan ini bermaksud mengharapkan Jokowi agar dapat meningkatkan usaha kecil menengah di Solo ketika menjabat sebagai ketua Asmindo.
„harapan‟
Dari dulu wali kota Solo tidak bisa mengatur kota dengan baik. dari tahun ke tahun semakin tidak baik. Hotel juga tidak laku, kota semakin tidak teratur, semakin tidak rapi, di manamana ada PKL yang tidak di-manage3 dengan baik. Itu yang kelihatan mata. (Hal 25)
Tuturan ini dituturkan oleh Jokowi ketika mengemukakan pendapatnya tentang pemerintahan kota Solo sebelum dirinya menjabat. Tuturan ini ditunjukan untuk memberikan kritikan kepada pemerintahan kota Solo yang dianggapnya tidak baik dari segi apapun.
„umpatan‟
Dia dan temantemannya di Asmindo juga merasa gemas, kenapa Solo tak maju-maju. Padahal, kota Solo memiliki potensi besar untuk
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dan temantemannya sesama pengusaha mebel. Tuturan ini ditunjukkan untuk pemerintah Solo yang selama ini dirasa belum
„umpatan‟
47
5.
Kantor wali kota Solo (Jokowi)
6.
Kantor wali kota Solo (Jokowi)
dikembangkan. (Hal 25)
mampu memanfaatkan potensi yang ada di Solo.
Saya mencopot lurah maupun camat yang tidak bisa mengikuti pola sistem kerja saya. Karena mereka tidak punya niat menolong masyarakat dalam percepatan waktu pembuatan KTP. Selain itu, ruang pelayanan pembuatan KTP maupun pelayanan perizinan saya buat seperti bank, biar masyarakat nyaman. Masak dari dulu tempat pelayanan hanya itu-itu terus. (Hal 30)
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dengan maksud untuk memerintahkan para lurah dan camat agar bisa mengikuti pola pemerintahannya yang pro rakyat dengan melayani masyarakat dengan cepat dan fasilitas yang nyaman.
„perintah‟
Untuk apa sih berpanjang-panjang? Kalau memang sudah setuju semua dan sudah bisa ditindaklanjuti, yang harus disiapkan bukan pidato panjang, tapi memikirkan bagaimana menindaklanjuti dengan segera rencana pemerintah agar bermanfaat bagi rakyat. Kalau untuk rakyat saya tidak bisa berlama-lama. (Hal 32)
Dituturkan oleh Jokowi setelah rapat dengar pendapat dengan anggota Dewan Perwakilam Rakyat Kota Solo. Tuturan ini memerintahkan para anggota DPR Kota Solo harus bisa bekerja dan bermanfaat untuk rakyat.
„perintah‟
48
Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam tuturan “Dari dulu wali kota Solo tidak bisa mengatur kota dengan baik. dari tahun ke tahun semakin tidak baik. Hotel juga tidak laku, kota semakin tidak teratur, semakin tidak rapi, di mana-mana ada PKL yang tidak di-manage dengan baik. Pada mulanya Jokowi bertutur menggunakan bahasa Indonesia, tetapi ditengah-tengah tuturan Jokowi secara tidak sadar menggunakan bahasa Inggris manage yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu diatur. Hal ini dapat terjadi karena faktor pendidikan Jokowi yang merupakan lulusan dari sebuah universitas yang biasa menggunakan bahasa Inggris dan sebagai wali kota biasanya sering bertemu dengan pemimpin-pemimpin daerah dari berbagai dunia sehingga mengharuskannya mengerti bahasa Inggris dan menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Sehingga wajar jika Jokowi menyelipkan bahasa Inggris ketika melakukan tuturan. Frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif dalam ranah tempat kerja dapat diwujudkan dalam angka persentase. Tuturan yang bermakna sosiopragmatik suruhan, dan tuturan yang bermakna harapan masing-masing sebesar 16,67%. Tuturan yang bermakna sosiopragmatik imperatif umpatan dan perintah masing-masing sebesar 33,33%. Agar lebih mudah dipahami data frekuensi kemunculan makna sosiopragmatik imperatif dari setiap tuturan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah Tempat Kerja No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik suruhan
1
16,67
2.
Makna sosiopragmatik harapan
1
16,67
49
3.
Makna sosiopragmatik umpatan
2
33,33
4.
Makna sosiopragmatik perintah
2
33,33
Jumlah Tuturan
6
100,00
3.
Ranah Pemerintahan Ranah pemerintahan yang dirujuk dalam penelitian ini terdiri dari Jokowi
sebagai wali kota Solo, gubernur Jawa Tengah, juru bicara presiden . Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah pemerintahan. Di dalam ranah pemerintahan peneliti menemukan dua puluh tiga tuturan yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari dua puluh tiga tuturan itu ditemukan tujuh makna sosiopragmatik imperatif. Tujuh makna sosiopragmatik itu dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) makna sosiopragmatik imperatif larangan,
(2)
makna
sosiopragmatik
imperatif
perintah,
(3)
makna
sosiopragmatik imperatif harapan, (4) makna sosiopragmatik imperatif umpatan, (5) makna sosiopragmatik imperatif permintaan, (6) sosiopragmatik imperatif suruhan, (7) makna sosiopragmatik imperatif desakan. Makna sosiopragmatik imperatif yang paling dominan dalam ranah pemerintahan ini adalah makna sosiopragmatik imperatif perintah, yakni sebanyak enam tuturan dan makna sosiopragmatik imperatif harapan sebanyak enam tuturan. Makna sosiopragmatik larangan, makna sosiopragmatik imperatif umpatan, makna sosiopragmatik imperatif permintaan dan makna sosiopragmatik umpatan masing masing tiga tuturan.. Makna sosiopragmatik imperatif suruhan, anjuran, dan desakan masing-masing sebanyak satu tuturan. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif dalam ranah pemerintahan dengan menggunakan tabel agar lebih mempermudah membacanya.
50
Tabel 3 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Pemerintahan Lokasi
No.
Imperatif/ Isi
Data
1.
Wujud
Penutur Kantor wali kota Solo
Tuturan
Kantor wali kota Solo
Pemerintahan/ 4
Tidak
Menurut Peneliti
Imperatif
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan penggantian mobil dinasnya. Ia mengganti mobil dinasnya dari Toyota Camry menjadi mobil bermerek Esemka. Ia bermaksud untuk melarang pajabat yang suka mengganti mobil dinasnya menjadi mobil dinas yang mewah padahal mobil dinas yang lama masih bisa digunakan.
„larangan‟
Saya tidak mau mencolok, ndak4 enak sama masyarakat. (Hal 57)
Dituturkan oleh Jokowi sambil mencopot jas warna hitam yang digunakannya ketika bekerja di balai kota. Ia meminta kepada supirnya untuk mengganti nomor polisi mobil dinasnya ke nomor polisi yang berwarna hitam. Maksud tuturan itu adalah untuk memerintahkan supirnya mengganti plat nomor mobil dinasnya.
„perintah‟
Gue butuh pemimpin yang seperti ini,
Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pengguna
„harapan‟
(Jokowi)
3.
Makna
Kenapa harus diganti jika mobil itu masih bisa digunakan?. (Hal 55)
(Jokowi)
2.
Konteks Tuturan
51
Media Sosial (Pengguna
bukan seperti pemimpin di Jakarta. (Hal 59)
facebook menanggapi kinerja Jokowi sebagai kepala daerah. Secara tidak langsung orang itu mengharapkan pemimpin daerahnya, yakni Jakarta bisa melakukan kinerja yang baik seperti Jokowi.
Sudah sepantasnya pemimpin-pemimpin lain meniru Jokowi menggunakan produk dalam negeri. (Hal 59)
Tuturan ini disampaikan oleh salah satu pengguna facebook mengomentari kinerja Jokowi. Tuturan ini bertujuan untuk mengharapkan pemimpin lain bisa mencontoh Jokowi.
„harapan‟
Maju terus, Pak Jokowi. (Hal 61)
Dituturkan oleh salah satu pembaca di sebuah laman berita terkenal. Tuturan ini dimaksudkan mengaharapkan dan mendukung Jokowi untuk selalu memberikan kinerja yang baik.
„harapan‟
Jangan cari muka deh. (Hal 65)
Dituturkan oleh salah satu pejabat daerah mengomentari kinerja Jokowi dan mobil Esemka. Tuturan ini bermaksud mencibir Jokowi.
„umpatan‟
Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye5?(Hal 65)
Tuturan ini dilontarkan oleh gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengomentari produksi mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mencibir produksi mobil Esemka.
„umpatan‟
Saya katakan kepada Pak Dubes, saya tidak
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika
„permintaan‟
facebook)
4.
Pemerintahan/ Media sosial (Pengguna facebook)
5.
Pemerintahan/ Media sosial
6.
Pemerintahan (Pejabat daerah)
7.
Pemerintahan (Pejabat daerah)
8.
Pemerintahan 5
Bagaimana?
52
9.
(Jokowi)
minta duit atau investor. Saya minta teknisi yang bisa membantu penyempurnaan mobil Esemka. (Hal 66)
menceritakan infrastruktur untuk memproduksi mobil Esemka. Ia menuturkannya kepada Dubes Jerman, berarti ia meminta bantuan teknisi untuk penyempurnaan mobil Esemka.
Pemerintahan
Saya tidak butuh investor luar. Saya butuh investor lokal. (Hal 67)
Tuturan ini dilontarkan Jokowi menegaskan ke pada pemerintah untuk meminta investor dari dalam negeri.
„permintaan‟
Jadi kami berharap pemerintah mau membantu kekurangan dana yang kami butuhkan untuk pengembangan pabrik Esemka di Solo Technopark. (Hal 69)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada pemerintah. Tuturan ini bertujuan meminta bantuan dana pengembangan pabrik Esemka.
„harapan‟
Tentu Bapak Presiden telah mendengar kreasi dan inovasi yang positif dari anak bangsa di Jawa Tengah. Perakitan mobil nasional ini patut diapresiasi. (Hal 79)
Dituturkan oleh juru bicara presiden kepada pers bahwa presiden sangat mengapresiasi karya anak SMK. Secara tersirat sebenarnya tuturan ini bertujuan untuk menyuruh semua pihak untuk bisa mengapresiasi karya anak SMK.
„perintah‟
Kami gabungkan keduanya. Harus cepat, tapi prosedur tetap terpenuhi. (Hal 111)
Dituturkan oleh Jokowi kepada pejabat untuk mendesak agar cepat dalam melayani masyarakat, cepat dalam mengikuti perubahan sistem yang berlaku.
„desakan‟
Jika realistis, 10 miliar pun saya
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada kepala
„perintah‟
(Jokowi)
10.
Pemerintahan (Jokowi)
11.
Pemerintahan (Juru bicara presiden)
13.
Pemerintahan (Jokowi)
12.
Pemerintahan
53
13.
(Jokowi)
setujui asal jumlah PSK bisa berkurang di Solo. (Hal 114)
dinas untuk membuat proposal rehabilitasi PSK yang realistis agar program rehabilitasi berjalan dengan baik.
Pemerintahan
Silakan berinvestasi di sini, tapi jangan coba-coba menyuap staf saya dan perangkat pemerintahan di Solo untuk mendapatkan izin. (Hal 114)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada investor agar tidak menyuap para pejabatnya untuk melancarkan urusan perizinan pembuatan hotel di Solo. tuturan ini bertujuan memperingatkan para investor agar bersikap baik dan harus sesuai prosedur untuk mendapatkan izin pendirian hotel.
„peringatan‟
Kasus pabrik es Sari Petodjo yang merupakan bangunan bersejarah dan dilindungi adalah salah satu bukti tata cara investasi kotor yang menghalalkan segala cara. (Hal 115)
Dituturkan oleh Jokowi menjelaskan salah satu bangunan bersejarah yang dirobohkan untuk dibuat mall. Jokowi tidak mau kasus seperti itu terjadi lagi ketika dirinya menjabat. Oleh karena itu, tuturan ini bermaksud untuk mengumpat pemimpin atau pejabat terdahulu.
„umpatan‟
Undang-undang melarang merusak cagar budaya di Solo. saya tidak melawan Gubernur, tapi saya menjalankan amanat undang-undang. (Hal 122)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi menceritakan tentang perobohan salah satu benda cagar budaya. Ia masih mempertahankan sebagian bangunan bersejarah itu. Tuturan ini bertujuan untuk melarang semua pihak merobohkan bangunan cagar budaya hanya untuk kepentingan pribadi (pembuatan mal).
„larangan‟
(Jokowi)
14.
Pemerintahan (Jokowi)
15.
Pemerintahan (Jokowi)
54
16.
Pemerintahan (Jokowi)
17.
Pemerintahan (Jokowi)
18.
Pemerintahan (Jokowi)
19.
Pemerintahan (Jokowi)
6
…coba saja crosscheck6 pada ajudan saya. (Hal 151)
Ditutukan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagai wali kota. Tuturan ini bermaksud untuk memerintahkan yang bertanya untuk langsung bertanya kepada ajudannya.
„perintah‟
…yang penting saya tidak pernah ambil gaji. Kalau tidak percaya, tanya saja kepada sekretaris atau ajudan saya. (Hal 151)
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagi wali kota. Ia menegaskan bahwa ia tidak pernah mengambil gajinya sebagai wali kota, ia menyuruh si pemberi pertanyaan untuk langsung memeriksa kebenaran tersebut ke sekretaris atau ajudannya.
„suruhan‟
Kenapa orang-orang di Eropa bisa menata kotanya dengan baik? kita juga pasti bisa. Sistem harus dibuat dan dijalankan dengan benar. Komunikasi dengan siapa saja harus dibangun agar semua bisa berjalan dan Solo bisa menjadi pionir perubahan. (Hal 168)
Dituturkan oleh Jokowi kepada semua pihak agar bisa bekerjasama membangun kota Solo. Secara tidak langsung Jokowi memerintahkan untuk membuat dan menjalankan sistem dengan benar agar terbentuk kota Solo yang baik dan menjadi pionir perubahan.
„perintah‟
Saya ingin di periode terakhir kepemimpinan saya ini, Solo bisa menjadi kota dalam kebun. Dan satu waktu nanti
Dilontarkan oleh Jokowi sebagai wujud harapannya kepada pemerintahannya untuk membangun kota Solo menjadi kota dalam kebun.
„harapan‟
Memeriksa kembali
55
dapat menjadi kota dalam hutan. (Hal 174)
20.
Pemerintahan (Jokowi)
21.
Pemerintahan (Jokowi)
22.
Pemerintahan (Jokowi)
23.
Pemerintahan (Jokowi)
12 saja sudah cukup. Itu pun sudah telanjur. (Hal 181)
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi secara singkat. Tuturan ini lontarkan ketika dirinya ditanyakan perihal permohonan izin pembangunan minimarket. Tuturan ini bertujuan untuk tidak memberikan izin atau melarang pembangunan minimarket lagi di Solo.
„larangan‟
Saya ingin menjadikan Solo sebagai kota karnaval seperti Rio de Janeiro di Brasil. (Hal 188)
Dituturkan oleh Jokowi mengharapkan kota Solo menjadi kota karnaval. Ia berharap kepada seluruh seniman agar melakukan pementasan akbar pada acara Solo Batik Carnaval.
„harapan‟
Saya prihatin Solo hanya memiliki sebuah museum, karena saya percaya peradaban sebuah negeri salah satunya diukur dari bagaimana sebuah museum dimiliki dan dirawat. (Hal 188)
Dituturkan oleh Jokowi sebagai wujud kekecewaannya kepada DPR Kota Solo karena menolak rencananya membangun museum. Secara tidak langsung, tuturan ini bermaksud meminta kepada DPR Kota Solo agar menyetujui rencananya.
„permintaan‟
Saya tidak mau bekerja dengan orang-orang yang tidak berpihak kepada masyarakat. (Hal 190)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada seluruh kepala dinas pemerintahannya. Tuturan ini dilontarkan ketika ia meminta kepala dinas pemerintahan mengajukan proposal yang
„perintah‟
56
anggarannya realistis, jika tidak mampu maka akan digeser.
Dalam tuturan “Saya tidak mau mencolok, ndak enak sama masyarakat” terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi sebagai wali kota Solo, ndak dalam bahasa Indonesia memiliki arti tidak. Seperti yang diketahui pada saat bertutur ini, Jokowi menjabat sebagai wali kota Solo yang merupakan daerah bersuku Jawa, biasa menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, mitra tutur Jokowi pada saat bertutur merupakan ajudannya yang berasal dari Solo. Dalam keseharian ketika bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat untuk mendengarkan aspirasinya pasti menggunakan bahasa Jawa. Faktor-faktor yang sudah disebutkan menjadi penyebab Jokowi secara tidak sadar mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Tuturan “Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye” dituturkan oleh gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo ketika mengomentari produksi mobil Esemka. Tuturan ini ditujukan kepada Jokowi yang selama ini sangat membanggakan mobil Esemka. Dalam tuturan ini terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Terselip kata piye yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti bagaimana. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh latar belakang Bibit sebagai gubernur Jawa Timur yang bersuku Jawa, pasti dalam kesehariannya menemui masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, ia juga mengomentari Jokowi yang seperti diketahui sangat kental dengan Jawa. Dalam tuturan “coba saja crosscheck pada ajudan saya” dan tuturan “Seharusnya pemerintah daerah memberikan fasilitas seluas-luasnya kepada PKL. Terjadi campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, crosscheck dalam bahasa Indonesia memiliki arti periksa kembali. Tuturan ini
57
disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagai wali kota Solo. Campur kode ini dapat terjadi karena latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaannya sebagai tukang kayu, dan latar belakang jabatannya. Jokowi yang merupakan lulusan Universitas Gajah Mada terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan perkuliahan, Jokowi sering bertransaksi penjualan kayu dengan pembeli dari luar negeri menuntutnya mengerti dan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, dan Jokowi merupakan wali kota Solo yang sering bertemu dengan pemimpin-pemimpin daerah dari berbagai negara tentunya menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan jika Jokowi menyelipkan bahasa Inggris ketika bertutur. Makna-makna sosiopragmatik imperatif dari setiap tuturan dapat dihitung dengan angka persentase kemunculan. Makna sosiopragmatik imperatif perintah sebesar 26,09%. Makna sosiopragmatik imperatif harapan sebesar 26,09%. Makna sosiopragmatik larangan, makna sosiopragmatik imperatif umpatan, dan makna sosiopragmatik imperatif permintaan masing-masing sebesar 13,04%. Makna sosiopragmatik imperatif suruhan, dan desakan masing-masing sebesar 4,35%. Tabel 3.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah Pemerintahan No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik larangan
3
13,04
2.
Makna sosiopragmatik perintah
6
26,09
3.
Makna sosiopragmatik harapan
6
26,09
58
4.
Makna sosiopragmatik umpatan
3
13,04
5.
Makna sosiopragmatik permintaan
3
13,04
6.
Makna sosiopragmatik suruhan
1
4,35
7.
Makna sosiopragmatik desakan
1
4,35
Jumlah Tuturan
23
100,00
4.
Ranah Ekonomi Ranah ekonomi yang dirujuk dalam penelitian ini berlokasi di pameran
mobil Esemka. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah ekonomi. Peneliti menemukan empat belas tuturan dalam ranah ekonomi yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari empat belas tuturan itu, dapat diidentifikasikan ke dalam enam jenis makna tuturan. Dari enam jenis tuturan itu, dapat diklasifikasikan bahwa enam tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif bujukan, tiga tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif ajakan, dua tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif harapan, dan masing-masing satu tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif desakan, suruhan, dan permintaan. Tabel 4 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah Ekonomi No.
Lokasi
Wujud Imperatif/
Konteks Tuturan
Makna
Data
Penutur
Isi Tuturan
Menurut Peneliti
Imperatif
Bagi Jokowi, memiliki dan menggunakan produk bangsa sendiri merupakan sebuah kebangggaan, selain
Tuturan tersebut berasal dari penulis buku yang merupakan hasil dari wawancara Jokowi, berarti tuturan tesebut berasal dari
1.
Pameran mobil Esemka
„bujukan‟
59
(Penulis buku)
2.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
3.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
4.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
itu harganya pasti lebih murah. (Hal 55)
Jokowi. Tuturan tersebut dilontarkan ketika mempromosikan mobil Esemka. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk membujuk semua orang untuk membeli produk bangsa sendiri yang lebih murah harganya.
Hal ini pantas didukung karena ini adalah awal dari kebangkitan industri mobil nasional. (Hal 55)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi ketika mempromosikan mobil Esemka. Ia mengatakan hal itu bertujuan untuk mengajak semua orang untuk mendukung produk hasil anak bangsa.
„ajakan‟
Ini sebuah kreativitas dan inovasi dari anakanak SMK untuk bangsa ini, mengapa kita harus diam? (Hal 58)
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika menceritakan keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung keberadaan mobil Esemka tuturan ini bertujuan untuk mengajak semua orang khususnya anak muda untuk selalu berinovasi dan tidak boleh diam, serta harus mendukung inovasi dari anak SMK.
„ajakan‟
Industri mobil Esemka ini harus dikembangkan bersama seluruh lapisan masyarakat dan juga dikerjakan oleh semua anak-anak Esemka dari seluruh Indonesia, bukan saja hanya di Solo. (Hal 58)
Dituturkan oleh Jokowi ketika menceritakan keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung keberadaan mobil Esemka, maka dari itu tujuan dari tuturan tersebut adalah untuk mengajak seluruh masyarakat untuk mengembangkan industri mobil Esemka.
„ajakan‟
60
5.
Pameran mobil Esemka
Nyaman, sangat nyaman, tidak kalah dengan mobil-mobil lain yang sejenis. (Hal 58)
Tuturan ini dilontarkan Jokowi saat mencoba mobil Esemka. Sebagai brand ambassador dari mobil Esemka tentu saja tuturan ini betujuan untuk membujuk masyarakat membeli mobil Esemka.
„bujukan‟
Sebagai brand ambassador7 saya juga menyediakan test drive8. (Hal 62)
Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada para pengunjung pameran mobil Esemka di pelataran rumah dinasnya. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong pengunjung mencoba mobil Esemka.
„bujukan‟
Harganya murah dan terjangkau. Mobilnya bagus dan desainnya juga bagus. Saya akan membelinya satu. (Hal 63)
Dituturkan oleh seseorang yang sengaja datang untuk melihat langsung mobil Esemka. Tuturan ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pengunjung lain agar membeli juga mobil Esemka.
„bujukan‟
Beberapa menteri dari kabinet Indonesia Bersatu jilid dua pun sudah pesan. (Hal 65)
Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Sebagai brand ambassador mobil Esemka dengan mencontohkan menteri yang membeli mobil Esemka secara tersirat sebenarnya ia mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk membeli mobil Esemka.
„bujukan‟
(Jokowi)
6.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
7.
Pameran mobil Esemka (Pengunjung pameran)
8.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
7 8
Duta dari sebuah merek Tes mengemudi
61
9.
Pameran mobil
Afgan si penyanyi itu juga sudah mesan lho. (Hal 65)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat membeli mobil Esemka.
„bujukan‟
Saya tidak peduli. Saya jalan terus. Yang penting saya akan menyelesaikan persoalan uji emisi sebelum bulan Agustus ini. Kemudian mengurus prinsipal brand Indonesianya. Tidak ada yang bisa menghalangi, ini bukan untuk kepentingan saya, mobil Esemka ini kebanggan rakyat Indonesia. (Hal 66)
Dituturkan oleh Jokowi menanggapi cibiran dari berbagai pihak. Tuturan ini di sampaikannya ketika suasan santai di rumah dinasnya. Tuturan ini dimaksudkan untuk menegaskan ke semua orang bahwa ia benarbenar serius mengurus mobil Esemka.
„desakan‟
Saat ini mobil Esemka hanya ada enam unit, bulan Agustus nanti sudah harus memproduksi 200 unit sehingga tepat di hari kemerdekaan Agustus 2012 nanti, Esemka bisa dijadikan simbol kebangkitan mobil nasional. (Hal 67)
Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang produksi mobil Esemka. Tuturan ini ditujukan kepada anak SMK yang terlibat dalam produksi mobil Esemka agar menambah hasil produksinya.
„suruhan‟
Jadi kita berharap masyarakat juga dapat berpartisipasi untuk menyediakan suku cadang Esemka lewat industri rumahan. (Hal 68)
Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada masyarakat yang hadir di pameran mobil Esemka. Tuturan ini mengharapkan masyarakat ikut telibat mendukung penyediaan suku cadang mobil
„harapan‟
Esemka (Jokowi) 10.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
11.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
12.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
62
Esemka.
13.
Pameran mobil Esemka
Semua masukan tentunya akan bermanfaat bagi kita. (Hal 72)
Tuturan ini dilontarkan Jokowi kepada semua pihak meminta saran untuk penyempurnaan mobil Esemka.
„permintaan‟
Saya ingin belajar bagaimana mereka membangun industri otomotif nasional. (Hal 73)
Dituturkan oleh Jokowi menceritakan kunjungannya ke Malaysia melihat produksi mobil nasional Malaysia. Tuturan ini merupakan harapan Jokowi agar bisa mempelajari pembangunan industri mobil nasional.
„harapan‟
(Jokowi) 14.
Pameran mobil Esemka (Jokowi)
Tuturan “Sebagai brand ambassador saya juga menyediakan test drive” disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka. Melihat latar tempat yaitu pameran mobil yang biasanya dihadiri oleh masyarakat yang memiliki taraf menengah ke atas, maka sangat dimungkinkan Jokowi memilih penggunaan brand ambassador dan test drive untuk mengatakan duta dari sebuah merek dan tes mengemudi. Latar belakangnya sebagai pengusaha kayu yang mengekspor produknya ke berbagai dunia mengharuskannya menggunakan bahasa Inggris, dan sebagai wali kota biasanya sering melakukan pertemuan dengan berbagai pemimpin daerah dari seluruh dunia, memungkinkan Jokowi secara tidak sadar melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Jika
diwujudkan
dalam
persentase,
maka
angka-angka
frekuensi
kemunculan makna sosiopragmatik imperatif sebagai berikut: tuturan bermakna sosiopragmatik
imperatif
bujukan
sosiopragmatik
imperatif
ajakan
sebesar sebesar
33,33%,
tuturan
bermakna
16,67%,
tuturan
bermakna
63
sosiopragmatik imperatif harapan sebesar 11,11%, dan masing-masing 5,56% untuk tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif tawaran, desakan, suruhan, petunjuk, permintaan, saran, dan sindiran. Tabel 4.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah Ekonomi No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik bujukan
6
42,86
2.
Makna sosiopragmatik ajakan
3
21,43
3.
Makna sosiopragmatik desakan
1
7,14
4.
Makna sosiopragmatik suruhan
1
7,14
5.
Makna sosiopragmatik harapan
2
14,28
6.
Makna sosiopragmatik permintaan
1
7,14
14
100,00
Jumlah Tuturan
5. Ranah PILKADA Ranah PILKADA yang dirujuk dalam penelitian ini membicarakan topik pemilihan wali kota Solo. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah PILKADA. Di dalam ranah PILKADA peneliti menemukan enam tuturan yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari enam tuturan itu dapat diidentifikasikan menjadi empat jenis tuturan. Dari empat jenis tuturan itu dapat diidentifikasikan bahwa dua tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif ajakan, satu tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif harapan, satu tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif imbauan, dan dua tuturan bermakna sosiopragmatik imperatif umpatan.
64
Tabel 5 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah PILKADA Lokasi No.
Imperatif/ Isi Penutur
1.
Wujud
PILKADA
Tuturan Solo Berseri Tanpa Korupsi. (Hal 84)
(Slogan)
Konteks Tuturan
Makna
Menurut Peneliti
Imperatif
Tulisan ini merupakan slogan yang diusung oleh Jokowi ketika kampanye pencalonan dirinya menjadi wali kota Solo. Tuturan ini secara tersirat mengajak masyarakat untuk memilihnya jika ingin kota Solo bersih dari
„ajakan‟
korupsi.
2.
PILKADA/Fa cebook (Anton Red
Kula dukung panjenengan dados gubernur DKI Jakarta, Pak.9 (Hal 206)
Devilz)
3.
PILKADA/Por Indonesia butuh tal berita 9
orang seperti Anda mengabdikan diri.
Tuturan ini disampaikan oleh salah satu mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di University of Mancester, Inggris dengan nama akun Facebook Anton Red Devilz. Ia meyatakan dukungannya kepda Jokowi untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tuturan ini bertujuan mengajak masyarakat yang membaca statusnya Facebooknya untuk ikut mendukung Jokowi.
„ajakan‟
Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pembaca di portal berita, ia
„harapan‟
Saya mendukung Anda (Jokowi) menjabat/menjadi gubernur DKI Jakarta, Pak.
65
4.
(otong.efendi)
Setelah no.1 di DKI, jadi menteri, kemudian RI 1. Mudah-mudahan Anda panjang umur. (Hal 207)
mengomentari berita dengan judul “Jokowi: Masalah di Jakarta dengan Solo Sama Saja.” Tuturan ini sebagai bentuk pengharapannya terhadap Jokowi. Ia berharap agar Jokowi tahap demi tahap bisa memasuki jenjang karir politik yang semakin tinggi, hingga akhirnya bisa menjadi presiden.
PILKADA
Beliau kan selain milik Solo, juga milik masyarakat Indonesia. Solo juga harus bangga kalau ada putranya yang bisa memimpin daerah lain. (Hal 212)
Dituturkan oleh Ketua DPC PDI perjuangan Solo bernama Hadi Rudyatmo (Rudy). Tuturan ini dilontarkan ketika masyarakat sedang khawatir pencalonan diri Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Masyarakat Solo menginginkan Jokowi tetap memimpin Solo saja. Tuturan ini bertujuan mengharapkan masyarakat untuk memahami keadaan Jokowi, dan harus selalu mendukung apapun keputusan Jokowi, karena Jokowi milik masyarakat Indonesia, bukan masyarakat Solo saja.
„imbauan‟
Huahhh yakin bos??. (Hal 215)
Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari pemilik akun @Puput_Sheva. Ia memberikan komentar
„umpatan‟
(Rudy)
5.
PILKADA/Tw itter (@Puput_Shev
66
sebuah berita berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Ia langsung berkomentar di akun twitter Jokowi. Tuturan ini bermaksud untuk mengumpat Jokowi, ia tidak percaya dan meremehkan Jokowi bisa mengatasi kemacetan Jakarta.
a)
6.
PILKADA/Tw itter (@j_aritra)
Hahaha ngomong ama tembok noh. (Hal 215)
Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari pemilik akun @j_aritra. Ia memberikan komentar sebuah berita berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Tuturan ini mengumpat Jokowi yang digadang-gadang akan mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mengatasi macet Jakarta. Maksud dari tuturan ini, yakni ketidak percayaan penutur terhadap Jokowi yang direalisasikan dengan tuturan yang kurang baik. Ia mengatakan „ngomong sama tembok‟, seperti diketahui tembok merupakan benda mati, tidak mungkin merespon pembicaraan manusia. Sehingga jelas bahwa tuturan ini mengumpat Jokowi.
„umpatan‟
67
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa angka persentase dari setiap makna sosiopragmatik imperatif dalam ranah PILKADA sebagai berikut: (1) makna
sosiopragmatik
imperatif
ajakan
sebesar
22,22%,
(2)
makna
sosiopragmatik imperatif pemberitahuan 11,11%, (3) makna sosiopragmatik imperatif harapan 11,11%, (4) makna sosiopragmatik imperatif imbauan sebesar 11,11%, (5) makna sosiopragmatik imperatif seruan sebesar 11,11%, (6) makna sosiopragmatik imperatif umpatan 22,22%, (8) makna sosiopragmatik imperatif sindiran sebesar 11,11%. Tabel 5.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah PILKADA No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik ajakan
2
33,33
3.
Makna sosiopragmatik harapan
1
16,67
4.
Makna sosiopragmatik imbauan
1
16,67
6.
Makna sosiopragmatik umpatan
2
33,33
Jumlah Tuturan
6
100,00
6.
Ranah PEMILU Ranah PEMILU yang dirujuk dalam penelitian ini membicarakan topik
pemilihan presiden Republik Indonesia dengan calon presidennya Jokowi. Berikut ini dipaparkan wujud dan makna imperatif yang ditemukan dalam biografi pada ranah PEMILU. Di dalam ranah PEMILU peneliti menemukan tiga tuturan yang memiliki makna sosiopragmatik imperatif. Dari tiga tuturan itu dapat diidentifikasikan menjadi dua jenis tuturan. Dari dua jenis tuturan itu diidentifikasikan menjadi
68
dua tuturan bermakna imperatif bujukan, dan satu tuturan bermakna imperatif ajakan. Tabel 6 Wujud dan Makna Imperatif dalam Ranah PEMILU No.
Lokasi
Data
1.
Penutur
PEMILU (Anggota Komisi 1
2.
PEMILU (Akun
Wujud
Konteks Tuturan
Makna
Imperatif/ Isi
Menurut Peneliti
Imperatif
Tuturan Dia (Jokowi) kontras dengan SBY yang beda antara tindakan dan pidato. (Hal 200
Dituturkan oleh salah satu anggota Komisi 1 DPR untuk membujuk masyarakat agar memilih Jokowi. Ia melontarkan pujian terhadap diri Jokowi sebagai bentuk abujukannya/rayuannya untuk memilih Jokowi jika maju dalam pemilu.
„bujukan‟
10.000.000 FB’ers10 Dukung Dahlan Iskan dan Jokowi untuk RI 1 & RI 2. (Hal 201)
Tulisan ini merupakan judul fanpage Facebook . Tidak jelas siapa yang membuat fanpage yang memajang foto Dahlan Iskan sebagai profilnya, tetapi sudah jelas bahwa fanpage ini mendukung Dahlan Iskan dan Jokowi maju dalam PEMILU. Secara tidak tersirat, mengajak para pengunjung fanpage facebook untuk ikut mendukung dan memilih Dahlan Iskan dan Jokowi.
„ajakan‟
…Saya, tentunya
Tuturan ini disampaikan
„bujukan‟
facebook
3.
PEMILU/blog 10
Para pengguna jejaring sosial facebook
69
(Linda Djalil)
masyarakat lain, juga berharap bahwa kerja berat Anda berdua kelak membuahkan hasil gemilang. Cita-cita, niatan tulus, keinginan besar memajukan Indonesia dengan cara apa pun, betul-betul dilaksanakan dengan ikhlas pula tanpa halangan maupun kontaminasi. (Hal 203)
oleh seorang mantan wartawati bernama Linda Djalil melalui akun blognya. Ia mengharapkan Dahlan Iskan dan Jokowi jika maju menjadi calon presiden dan wakil presiden memberikan dampak yang baik bagi Indonesia, bisa memajukan Indonesia.
Tabel 6.1 Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik Imperatif dalam Ranah PEMILU No.
Jenis Makna Imperatif
Frekuensi Pemakaian
Persentase Kemunculan
1.
Makna sosiopragmatik bujukan
2
66,67
2.
Makna sosiopragmatik ajakan
1
33,33
3
100,00
Jumlah Tuturan
70
Tabel Frekuensi Kemunculan Makna Tuturan Sosiopragmatik Imperatif dalam Enam Ranah No.
Jenis Makna Tuturan
Frekuensi Kemunculan R1
R2
R3
R4
R5
R6
1.
Ajakan
1
-
-
3
2
1
2.
Harapan
1
1
6
2
2
-
3.
Larangan
2
-
3
-
-
-
4.
Persilaan
1
-
-
-
-
-
5.
Suruhan
-
1
1
1
-
-
6.
Umpatan
-
2
3
-
2
-
7.
Perintah
-
2
6
-
-
-
8.
Permintaan
-
-
3
1
-
-
9.
Bujukan
-
-
-
6
-
2
10.
Desakan
-
-
1
1
-
-
11.
Imbauan
-
-
-
-
1
-
Keterangan: R1
: Ranah Keluarga
R4
: Ranah Ekonomi
R2
: Ranah Tempat Kerja
R5
: Ranah Pilkada
R3
: Ranah Pemerintahan
R6
: Ranah Pemilu
71
C. Pembahasan Penelitian 1. Analisis Data Wujud dan Makna Imperatif dalam Biografi Berjudul Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker karya Yon Tayrun. a. Makna Imperatif Ajakan Makna imperatif ajakan biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Tetapi penanda kesantuan tersebut tidak selalu hadir ketika diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang berbentuk imperatif dengan ancangan sosioprgamatik. Makna imperatif ajakan bermaksud untuk mengajak mitra tutur agar mengikuti sesuatu yang diutarakan oleh penutur. Makna imperatif ajakan diperoleh sebanyak 7 tuturan. Tujuh tuturan itu ditemukan dari ranah keluarga, ranah ekonomi, ranah pilkada, dan ranah pemilu. (1) “Musik rock adalah kebebasan. Musik rock itu liriknya liar, tegas, semangat, dan mampu mendobrak perubahan.” (Hal 10) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi ketika mengungkapkan pendapatnya mengenai musik rock. Secara tersirat ia mengajak penulis buku dan pembaca agar mendengarkan musik rock dan setuju dengan pendapatnya. Tuturan (1) terdapat dalam ranah keluarga. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada penulis buku ketika diwawancarai untuk memperoleh informasi demi membuat biografi tentang Jokowi. Jokowi mengungkapkan pendapatnya tentang musik rock yang menurutnya berarti kebebasan, musik rock memberikan semangat dan mendobrak perubahan. Tuturan ini bermaksud agar penulis buku setuju dengan pendapatnya dan mengajak penulis buku untuk mendengarkan dan suka musik rock. (2) “Hal ini pantas didukung karena ini adalah awal dari kebangkitan industri mobil nasional.” (Hal 55) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi ketika mempromosikan mobil Esemka. Ia mengatakan hal itu bertujuan
72
untuk mengajak semua orang untuk mendukung produk hasil anak bangsa. Tuturan (2) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan tersebut sangat jelas memiliki makna imperatif ajakan. Tuturan ini dimaksudkan Jokowi mengajak semua orang khususnya yang berada di pameran mobil Esemka untuk mendukung produk hasil dari anak Esemka yang menjadi kebanggaan bangsa. (3) “Ini sebuah kreativitas dan inovasi dari anak-anak SMK untuk bangsa ini, mengapa kita harus diam?” (Hal 58) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika menceritakan keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung keberadaan mobil Esemka tuturan ini bertujuan untuk mengajak semua orang khususnya anak muda untuk selalu berinovasi dan tidak boleh diam, serta harus mendukung inovasi dari anak SMK. Tuturan (3) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka. Tuturan ini disampaikan dengan maksud mengajak anak-anak SMK mengembangkan bakat dan kemampuannya, selalu menumbuhkan kreativitas dan inovasi-inovasi jangan hanya berdiam diri tidak melakukan perubahan. Selain itu, tuturan ini juga mengajak agar setiap orang yang hadir pada pameran tersebut mendukung kreativitas dan inovasi anak SMK. (4) “Industri mobil Esemka ini harus dikembangkan bersama seluruh lapisan masyarakat dan juga dikerjakan oleh semua anak-anak Esemka dari seluruh Indonesia, bukan saja hanya di Solo.” (Hal 58) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi ketika menceritakan keberadaan mobil Esemka. Ia sangat mendukung keberadaan mobil Esemka, maka dari itu tujuan dari tuturan tersebut adalah
73
untuk mengajak seluruh masyarakat untuk mengembangkan industri mobil Esemka. Tuturan (4) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung dan mengembangkan industri mobil Esemka. Pengembangan industri mobil Esemka harus dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat dari seluruh kota di Indonesia, bukan hanya tanggung jawab di kota Solo saja. (5) “Solo Berseri Tanpa Korupsi.” (Hal 84) Konteks tuturan: Tulisan ini merupakan slogan yang diusung oleh Jokowi ketika kampanye pencalonan dirinya menjadi walikota Solo. Tuturan ini secara tersirat mengajak masyarakat untuk memilihnya jika ingin kota Solo bersih dari korupsi. Tuturan (5) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini terdapat dalam slogan yang diusung oleh tim kampanye Jokowi ketika Jokowi mencalonkan diri menjadi wali kota Solo. Tuturan ini bertujuan untuk mengajak warga Solo memilih Jokowi ketika mencoblos dengan janji kota Solo akan terbebas dari korupsi. (6) “Kula dukung panjenengan dados gubernur DKI Jakarta, Pak.” (Hal 206) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di University of Mancester, Inggris dengan nama akun Facebook Anton Red Devilz. Ia meyatakan dukungannya kepda Jokowi untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tuturan ini bertujuan mengajak masyarakat yang membaca statusnya Facebooknya untuk ikut mendukung Jokowi. Tuturan (6) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini berasal dari status facebook Anton Red. Tulisan ini berarti menyatakan dukungan
74
terhadap Jokowi untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. Tuturan ini bermaksud mengajak setiap orang yang membaca status facebooknya mendukung dan memilih Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. (7) “10.000.000 FB’ers Dukung Dahlan Iskan dan Jokowi untuk RI 1 & RI 2.” (Hal 201) Konteks tuturan: Tulisan ini merupakan judul fanpage Facebook . Tidak jelas siapa yang membuat fanpage yang memajang foto Dahlan Iskan sebagai profilnya, tetapi sudah jelas bahwa fanpage ini mendukung Dahlan Iskan dan Jokowi maju dalam PEMILU. Secara tidak tersirat, mengajak para pengunjung fanpage facebook untuk ikut mendukung dan memilih Dahlan Iskan dan Jokowi. Tuturan (7) terdapat dalam ranah Pemilu. Tuturan ini merupakan judul dari sebuah media sosial facebook. Tuturan ini bermaksud untuk mengajak seluruh pengguna facebook mendukung dan memilih Dahlan Iskan dan Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Makna imperatif ajakan untuk mendukung sangat jelas terlihat dalam tuturan “10.000.000 FB’ers Dukung Dahlan Iskan dan Jokowi untuk RI 1 & RI 2.” Ada kata dukung yang menjadi kata kuncinya. b. Makna Imperatif Harapan Imperatif yang menyatakan harapan biasanya ditandai dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Tetapi tidak mutlak harus menggunakan kedua penanda kesantunan tersebut dan harus dihubungkan lagi dengan konteks tuturan yang disampaikan. Tuturan yang bermakna imperatif harapan ditemukan dalam lima ranah. Kelima ranah itu yakni, ranah keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan, ranah ekonomi, dan ranah pilkada. Berikut ini dipaparkan hasil temuannya. (8) “Saya ingin bertemu dengan manajemen Lamb of God ketika mereka pentas di Singapura nanti untuk membicarakan kemungkinan Lamb of God pentas di Solo dalam acara Rock in Solo.” (Hal 10)
75
Konteks tuturan: Dituturkan Jokowi ketika mengemukakan keinginannya agar salah satu band rock dapat datang ke acara daerah yang dipimpinnya. Tuturan (8) ditemukan dalam ranah keluarga. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada penulis buku. Tuturan ini bermaksud untuk mengharapkan band/ grup musik rock kesukaannya Lamb of God bisa hadir ke Solo untuk meramaikan acara Rock in Solo. Ia berharap bisa bertemu managemen band rock tersebut ketika pentas di Singapura untuk membicarakan keinginannya. (9) “Dia diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan peluang ekspansi bisnis dan meningkatkan produksi usaha kecil menengah di Solo.” (Hal 24) Konteks tuturan: Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi. Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud dari tuturan teman-temannya. Tuturan ini bermaksud mengharapkan Jokowi agar dapat meningkatkan usaha kecil menengah di Solo ketika menjabat sebagai ketua Asmindo. Tuturan (9) ditemukan dalam ranah tempat kerja. Tuturan ini merupakan hasil wawancara dari penulis buku pada teman-teman kerja Jokowi yang tergabung dalam organisasi pengusaha mebel (ASMINDO). Tuturan ini bermaksud mengharapkan Jokowi bisa membantu sesama pengusaha karena ia merupakan orang yang dituakan sekaligus sebagi ketua ASMINDO sehingga para pengusaha dapat mengembangkan bisnis mebel dengan mendapatkan ekspansi bisnis dan meningkatkan usaha kecil menengah di Solo. (10) “Gue butuh pemimpin yang seperti ini, bukan seperti pemimpin di Jakarta.” (Hal 59)
76
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pengguna facebook menanggapi kinerja Jokowi sebagai kepala daerah. Secara tidak langsung orang itu mengharapkan pemimpin daerahnya, yakni Jakarta bisa melakukan kinerja yang baik seperti Jokowi. Tuturan (10) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh pengguna facebook dengan maksud mengharapkan pemimpin di Jakarta bisa melakukan hal positif seperti yang dilakukan oleh Jokowi. Ia berharap Jokowi bisa menjadi pemimpin di Jakarta suatu saat nanti. (11) “Sudah sepantasnya pemimpin-pemimpin lain meniru Jokowi menggunakan produk dalam negeri.” (Hal 59) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh salah satu pengguna facebook mengomentari kinerja Jokowi. Tuturan ini bertujuan untuk mengharapkan pemimpin lain bisa mencontoh Jokowi. Tuturan (11) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh pengguna facebook. Tuturan ini sangat jelas mengharapkan pemimpin-pemimpin lain bisa meniru sikap Jokowi yang bangga, mengapresiasi produk dalam negeri dengan cara menggunakan produk-produk dalam negeri. Tuturan ini sangat mengharapkan pemimpin-pemimpin yang lain bisa menghargai produk dalam negeri dan bisa membanggakan produk negerinya sendiri. (12)
“Maju terus, Pak Jokowi.” (Hal 61)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu pembaca di sebuah laman berita terkenal. Tuturan ini dimaksudkan mengaharapkan dan mendukung Jokowi untuk selalu memberikan kinerja yang baik.
77
Tuturan (12) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh salah satu pembaca di sebuah laman terkenal mengharapkan Jokowi terus sukses dan maju mengembangkan produkproduk dalam negeri khusunya mobil Esemka karena banyak yang meremehkan bahkan mencibir Jokowi yang mendukung produk mobil anak Esemka. Tuturan ini juga bermaksud mengharapkan Jokowi untuk selalu bekerja dengan baik demi masyarakatnya. (13) “Jadi kami berharap pemerintah mau membantu kekurangan dana yang kami butuhkan untuk pengembangan pabrik Esemka di Solo Technopark.” (Hal 69) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada pemerintah. Tuturan ini bertujuan meminta bantuan dana pengembangan pabrik Esemka. Tuturan (13) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi, tuturan ini bermaksud mengharapkan pemerintah dapat membantu kekurangan dana untuk mengembangkan pabrik mobil Esemka. Jokowi berharap pemerintah dapat memberikan dukungan berupa dana agar produk Esemka di Solo Technopark terus maju. (14) “Saya ingin di periode terakhir kepemimpinan saya ini, Solo bisa menjadi kota dalam kebun. Dan satu waktu nanti dapat menjadi kota dalam hutan.” (Hal 174) Konteks tuturan: Dilontarkan oleh Jokowi sebagai wujud harapannya kepada pemerintahannya untuk membangun kota Solo menjadi kota dalam kebun. Tuturan (14) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi. Tuturan ini mengungkapkan keinginan Jokowi sebagai wali kota Solo di periode terakhir kepemimpinannya. Ia berharap
78
bisa menjadikan kota Solo sebagai kota dalam kebun di periode akhir kepemimpinannya. Tidak hanya menjadi kota dalam kebun, Jokowi juga berharap suatu saat nanti Solo bisa menjadi kota dalam hutan. (15) “Saya ingin menjadikan Solo sebagai kota karnaval seperti Rio de Janeiro di Brasil.” (Hal 188) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi mengharapkan kota Solo menjadi kota karnaval. Ia berharap kepada seluruh seniman agar melakukan pementasan akbar pada acara Solo Batik Carnaval. Tuturan (15) ditemukan dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi mengharapkan kota Solo bisa menjadi kota karnaval. Ia juga mengharapkan partisipasi dari seluruh seniman agar mau mengikuti pementasan akbar pada acara Solo Batik carnival. (16) “Jadi kita berharap masyarakat juga dapat berpartisipasi untuk menyediakan suku cadang Esemka lewat industri rumahan. (Hal 68) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada masyarakat yang hadir di pameran mobil Esemka. Tuturan ini mengharapkan masyarakat ikut telibat mendukung penyediaan suku cadang mobil Esemka. Tuturan (16) terdapat dalam ranah ekonomi. Maksud dari tuturan ini yaitu berharap agar masyarakat bisa mendukung produk Esemka dengan cara menyediakan suku cadang mobil melalui industri rumahan. Tuturan ini juga mengharapkan agar masyarakat bisa mengembangkan keahlian mereka dengan memproduksi suku cadang mobil Esemka ditaraf industri rumahan. (17) “Saya ingin belajar bagaimana mereka membangun industri otomotif nasional.” (Hal 73)
79
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan kunjungannya ke Malaysia melihat produksi mobil nasional Malaysia. Tuturan ini merupakan harapan Jokowi agar bisa mempelajari pembangunan industri mobil nasional. Tuturan (17) terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi. Ia menyampaikan keinginannya agar bisa belajar membangun industri otomotif nasional seperti halnya Malaysia yang sukses membangun industri otomotif nasionalnya. Maksud dari tuturan ini ialah bahwa Jokowi berharap bisa belajar dari negara Malaysia tentang proses dan cara membangun industri otomotif nasional, sehingga nantinya bisa diterapkan dan disesuaikan untuk industri otomotif di Solo. (18) “…Saya, tentunya masyarakat lain, juga berharap bahwa kerja berat Anda berdua kelak membuahkan hasil gemilang. Cita-cita, niatan tulus, keinginan besar memajukan Indonesia dengan cara apa pun, betul-betul dilaksanakan dengan ikhlas pula tanpa halangan maupun kontaminasi.” (Hal 203) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh seorang mantan wartawati bernama Linda Djalil melalui akun blognya. Ia mengharapkan Dahlan Iskan dan Jokowi jika maju menjadi calon presiden dan wakil presiden memberikan dampak yang baik bagi Indonesia, bisa memajukan Indonesia. Tuturan (18) terdapat dalam ranah pilkada. Dari tuturan ini dapat dilihat bahwa sangat besar harapan penulis blog agar Dahlan Iskan dan Jokowi menjadi Calon presiden dan wakil presiden bisa memajukan bangsa Indonesia dengan berbagai cara yang dilakukan dengan ikhlas tanpa adanya pengaruh dari manapun dan siapapun. (19) “Indonesia butuh orang seperti Anda mengabdikan diri. Setelah no.1 di DKI, jadi menteri, kemudian RI 1. Mudahmudahan Anda panjang umur.” (Hal 207)
80
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh seorang pembaca di portal berita, ia mengomentari berita dengan judul “Jokowi: Masalah di Jakarta dengan Solo Sama Saja.” Tuturan ini sebagai bentuk pengharapannya terhadap Jokowi. Ia berharap agar Jokowi tahap demi tahap bisa memasuki jenjang karir politik yang semakin tinggi, hingga akhirnya bisa menjadi presiden. Tuturan (19) terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini disampaikan oleh pembaca di salah satu portal berita. Tuturan ini mengharapkan Jokowi bisa mengabdikan dirinya menjadi pemimpin, mulai dari menjadi pemimpin kota Solo, kemudian bisa menjadi pemimpin Jakarta, atau bisa juga menjadi menteri, dan harapannya yang paling tinggi agar Jokowi menjadi presiden Indonesia. Tuturan ini juga mengharapkan agar Jokowi diberikan umur yang panjang sehingga bisa mewujudkan semua yang sudah dicita-citakan terhadap Jokowi. c. Makna Imperatif Larangan Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan. Tetapi tidak mutlak harus menggunakan pemakaian kata jangan, dapat disesuaikan dengan konteks tuturan yang melatarbelakanginya. Makna imperatif larangan yang ada pada biografi Jokowi hanya ditemukan dalam ranah keluarga dan pemerintahan. Masing-masing dalam ranah keluarga ditemukan sebanyak 2 tuturan dan dalam ranah pemerintah sebanyak 3 tuturan. Berikut dijelaskan tuturan-tuturan yang memiliki makna imperatif larangan tersebut. (20) “Saya nggak pengen Bapak jadi wali kota, untuk apa?.” (Hal 31) Konteks tuturan: Tuturan ini dikemukakan oleh seorang anak lakilaki kepada Bapaknya yang saat ini menjabat sebagai wali kota. Tuturan ini bermaksud tidak mendukung dan melarang ayahnya ketika ingin menyalonkan diri sebagai wali kota.
81
Tuturan (20) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah keluarga. Tuturan ini disampaikan Kaesang kepada Jokowi bermaksud untuk melarang Jokowi agar tidak mencalonkan diri menjadi wali kota Solo. Kaesang mempertanyakan tujuan bapaknya yang berniat ingin mencalonkan diri menjadi wali kota Solo. (21) “Kita kan sudah berkecukupan, untuk apa lagi harus mencalonkan diri sebagai wali kota.” (Hal 31) Konteks tuturan: Dituturkan oleh isteri Jokowi (Iriana) mencoba untuk menjelaskan tentang keinginannya agar Jokowi tidak mencalonkan diri menjadi wali kota. Tuturan (21) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah keluarga. Dituturkan Iriana dengan maksud melarang Jokowi agar tidak mencalonkan diri menjadi wali kota Solo karena menurutnya keadaan keluarganya sudah berkecukupan, tidak perlu lagi menjadi wali kota. (22) “Kenapa harus diganti jika mobil itu masih bisa digunakan?.” (Hal 55) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan penggantian mobil dinasnya. Ia mengganti mobil dinasnya dari Toyota Camry menjadi mobil bermerek Esemka. Ia bermaksud untuk melarang pejabat yang suka mengganti mobil dinasnya menjadi mobil dinas yang mewah padahal mobil dinas yang lama masih bisa digunakan. Tuturan (22) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini bermaksud melarang pejabat yang suka mengganti mobil dinas dengan mobil yang mewah, padahal mobil dinasnya masih bagus dan layak digunakan. (23) “Undang-undang melarang merusak cagar budaya di Solo. saya tidak melawan Gubernur, tapi saya menjalankan amanat undang-undang.” (Hal 122)
82
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi menceritakan tentang perobohan salah satu benda cagar budaya. Ia masih mempertahankan sebagian bangunan bersejarah itu. Tuturan ini bertujuan untuk melarang semua pihak merobohkan bangunan cagar budaya hanya untuk kepentingan pribadi (pembuatan mal). Tuturan (23) merupakan tuturan yang ditemukan dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud melarang semua orang untuk merusak cagar budaya di Solo berdasarkan undang-undang yang berlaku. (24)
“12 saja sudah cukup. Itu pun sudah terlanjur.” (Hal 181)
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi secara singkat. Tuturan ini lontarkan ketika dirinya ditanyakan perihal permohonan izin pembangunan minimarket. Tuturan ini bertujuan untuk tidak memberikan izin atau melarang pembangunan minimarket lagi di Solo. Tuturan (24) merupakan tuturan yang ditemukan dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud melarang pembangunan dan pendirian minimarket di kota Solo yang saat itu sudah ada 12 minimarket. Menurutnya kedua belas minimarket tersebut juga sudah terlanjur didirikan, apabila ada yang ingin mendirikannya lagi Jokowi tidak akan memberikan izin. d. Makna Imperatif Persilaan Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Akan tetapi tidak mutlak harus digunakan penanda-penanda kesantunan tersebut, dapat dilihat dari konteks yang melatarbelakanginya. Makna imperatif persilaan ditemukan dalam ranah keluarga sebanyak 1 tuturan. Berikut pemaparan wujud dan makna tuturan tersebut.
83
(25) “Sebagai seorang istri saya tentu memberikan masukan yang baik untuk Bapak, tapi saya percaya dengan Bapak. Feelingnya itu lho, selalu tepat. Dari dulu. (Hal 31) Konteks tuturan: Tuturan ini dikemukakan oleh Iriana ketika ditanyakan pendapatnya tentang pencalonan diri suaminya menjadi wali kota Solo. Tuturan ini disampaikan setelah Iriana awalnya tidak menyetujui pencalonan Jokowi. Tuturan (25) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah keluarga. Tuturan ini disampaikan Iriana sebagai rasa dukungannya mempersilakan suaminya mencalonkan diri menjadi wali kota Solo setelah sebelumnya melarangnya.
e. Makna Imperatif Suruhan Makna imperatif suruhan berarti memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh penanda kesantunan coba. Makna imperatif suruhan dalam biografi ini tidak selalu ditandai dengan penanda kesantunan coba. Tetapi makna ditentukan dari memperhatikan konteks tuturan yang melatarbelakanginya. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan makna imperatif suruhan sebanyak 1 tuturan dalam ranah tempat kerja, 1 tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah ekonomi. (26) “Sebagai eksportir mebel senior di kota Solo, teman-teman pengusaha mebel yang tergabung dalam Asmindo pun mendaulat dirinya untuk menjadi ketua Komda Solo Raya. Konteks tuturan: Tuturan ini diungkapkan oleh penulis buku berdasarkan hasil wawancaranya kepada teman-teman Jokowi. Berarti secara tidak langsung penulis buku menyampaikan maksud dari tuturan teman-temannya. Maksud tuturannya ialah untuk mendorong atau menyuruh Jokowi agar mau menjadi ketua perkumpulan pengusaha mebel di Solo, dan secara otomatis berarti Jokowi harus mampu membangun usaha mebel di Solo menjadi lebih baik lagi.
84
Tuturan (26) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat kerja. Teman-teman Jokowi bermaksud menyuruh Jokowi agar mau menjadi ketua pengusaha mebel di Solo (ASMINDO), dan juga menyuruh Jokowi agar bisa memajukan para pengusaha dalam usaha mebelnya di Solo. (27) “…yang penting saya tidak pernah ambil gaji. Kalau tidak percaya, tanya saja kepada sekretaris atau ajudan saya.” (Hal 151) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagi walikota. Ia menegaskan bahwa ia tidak pernah mengambil gajinya sebgai walikota, ia menyuruh si pemberi pertanyaan untuk langsung memeriksa kebenaran tersebut ke sekretaris atau ajudannya. Tuturan (27) merupakan tuutran yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud menyuruh si pemberi pertanyaan agar menanyakan perihal gajinya langsung kepada sekretarisnya atau ajudannya. Makna imperatif suruhan memang tidak ditandai dengan penanda
kesantunan
coba,
tetapi
dari
konteks
tuturan
yang
melarabelakangi dapat ditentukan bahwa tuturan ini bermakna tuturan imperatif suruhan. (28) “Saat ini mobil Esemka hanya ada enam unit, bulan Agustus nanti sudah harus memproduksi 200 unit sehingga tepat di hari kemerdekaan Agustus 2012 nanti, Esemka bisa dijadikan simbol kebangkitan mobil nasional.” (Hal 67) Tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang produksi mobil Esemka. Tuturan ini ditujukan kepada anak SMK yang terlibat dalam produksi mobil Esemka agar menambah hasil produksinya.
85
Tuturan (28) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Jokowi bermaksud menyuruh anak SMK yang memproduksi mobil Esemka agar menambah jumlah produksi mobilnya agar tercapai 200 unit mobil ketika hari kemerdekaan Indonesia Agustus 2012.
f. Makna Imperatif Umpatan Makna imperatif umpatan digunakan sebagai bentuk makian, cercaan, atau umpatan sebagai rasa marah atau kekecewaan..Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Makna imperatif umpatan ditemukan sebanyak 2 tuturan dalam ranah tempat kerja, 3 tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 2 tuturan dalam ranah pilkada. Berikut dipaparkan tuturan-tuturan tersebut. (29) “Dari dulu wali kota Solo tidak bisa mengatur kota dengan baik. dari tahun ke tahun semakin tidak baik. Hotel juga tidak laku, kota semakin tidak teratur, semakin tidak rapi, di manamana ada PKL yang tidak di-manage dengan baik. Itu yang kelihatan mata. “(Hal 25) Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan oleh Jokowi ketika mengemukakan pendapatnya tentang pemerintahan kota Solo sebelum dirinya menjabat. Tuturan ini ditunjukan untuk memberikan kritikan kepada pemerintahan kota Solo yang dianggapnya tidak baik dari segi apapun. Tuturan (29) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat kerja. Jokowi berusaha untuk mengkritik wali kota sebelum-sebelumnya yang tidak bisa mengatur kota dengan baik. Tuturan ini bermaksud mengumpat pemerintahan kota Solo periode sebelum Jokowi. (30) “Dia dan teman-temannya di Asmindo juga merasa gemas, kenapa Solo tak maju-maju. Padahal, kota Solo memiliki potensi besar untuk dikembangkan.” (Hal 25)
86
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dan temantemannya sesama pengusaha mebel. Tuturan ini ditunjukkan untuk pemerintah Solo yang selama ini dirasa belum mampu memanfaatkan potensi yang ada di Solo. Tuturan (30) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat kerja. Tuturan ini bermaksud menuangkan kekecewaan terhadap pemerintah Solo padahal Solo memiliki potensi yang bagus. Tuturan ini juga mengkritik kinerja pemerintah Solo yang belum bisa memanfaatkan potensi kota Solo sehingga kota Solo tidak bisa maju. (31)
“Jangan cari muka deh.” (Hal 65)
Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu pejabat daerah mengomentari kinerja Jokowi dan mobil Esemka. Tuturan ini bermaksud mencibir Jokowi. Tuturan (31) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Salah satu pejabat daerah bermaksud mengeluarkan kemarahannya terhadap Jokowi yang dinggapnya hanya cari muka saja. Ia bermaksud mengumpat Jokowi dengan cibiran Jangan cari muka deh. Cari muka memiliki arti bahwa jangan mencari simpati dari berbagai pihak. (32)
“Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye?(Hal 65)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh salah satu pejabat daerah mengomentari produksi mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mencibir produksi mobil Esemka. Tuturan (32) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Salah satu pejabat (yang tidak disebutkan namanya) mencoba untuk mencerca dan mencibir produksi mobil esemka, menurutnya
mobil
tersebut
tidak
layak
digunakan,
dan
ia
87
mempertanyakan kelayakan mobil tersebut dengan kalimat Jika ambrol di jalan terus nabrak kebo, piye?. (33) “Kasus pabrik es Sari Petodjo yang merupakan bangunan bersejarah dan dilindungi adalah salah satu bukti tata cara investasi kotor yang menghalalkan segala cara.” (Hal 115) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menjelaskan salah satu bangunan bersejarah yang dirobohkan untuk dibuat mall. Jokowi tidak mau kasus seperti itu terjadi lagi ketika dirinya menjabat. Oleh karena itu, tuturan ini bermaksud untuk mengumpat pemimpin atau pejabat terdahulu. Tuturan (33) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Jokowi menuturkan rasa kekecewaannya terhadap pemerintah sebelumnya karena menghancurkan pabrik es Sari Petodjo yang merupakan bangunan bersejarah dan dilindungi. Tuturan ini bermaksud
mengumpat
pemerintahan
yang
sebelumnya
yang
mengizinkan investor kotor masuk ke Solo dan menghalalkan segala cara agar bisa membangun gedung lain dengan mengorbankan bangunan bersejarah dan dilindungi. (34)
“Huahhh yakin bos??.” (Hal 215)
Konteks tuturan: Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari pemilik akun @Puput_Sheva. Ia memberikan komentar sebuah berita berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Ia langsung berkomentar di akun twitter Jokowi. Tuturan ini bermaksud untuk mengumpat Jokowi, ia tidak percaya dan meremehkan Jokowi bisa mengatasi kemacetan Jakarta. Tuturan (34) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini bermaksud menyangsikan dan mengumpat Jokowi yang katanya bisa mengatsi kemacetan Jakarta jika ia menjadi gubernur Jakarta. Tuturan ini bermakna imperatif mengumpat ditandai dengan
88
kalimat Huahhh yakin bos??, itu merupakan pertanyaan yang secara tidak langsung meremehkan Jokowi dengan umpatan. (35)
“Hahaha ngomong ama tembok noh.” (Hal 215)
Konteks tuturan: Tuturan ini merupakan kicauan twitter dari pemilik akun @j_aritra. Ia memberikan komentar sebuah berita berjudul “Jokowi Mampu Atasi Macet Jakarta.” Tuturan ini mengumpat Jokowi yang digadang-gadang akan mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mengatasi macet Jakarta. Tuturan (35) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pilkada. Maksud dari tuturan ini adalah ketidak percayaan penutur terhadap Jokowi yang direalisasikan dengan tuturan yang kurang baik. Ia mengatakan „ngomong sama tembok‟, seperti diketahui tembok merupakan benda mati, tidak mungkin merespon pembicaraan manusia. Sehingga jelas bahwa tuturan ini mengumpat Jokowi. Tuturan ini menyangsikan Jokowi yang katanya bisa mengatasi kemacetan Jakarta.
g. Makna Imperatif Perintah Makna imperatif perintah memiliki maksud memerintah agar mitra tutur melakukan sesuatu hal seperti yang dikehendaki oleh penutur. Makna imperatif perintah dtemukan sebanyak 2 tuturan dalam ranah tempat kerja, dan 6 tuturan dalam ranah pemerintahan. Berikut dipaparkan tuturan-tuturan tersebut. (36) “Saya mencopot lurah maupun camat yang tidak bisa mengikuti pola sistem kerja saya. Karena mereka tidak punya niat menolong masyarakat dalam percepatan waktu pembuatan KTP. Selain itu, ruang pelayanan pembuatan KTP maupun pelayanan perizinan saya buat seperti bank, biar masyarakat nyaman. Masak dari dulu tempat pelayanan hanya itu-itu terus. (Hal 30) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dengan maksud untuk memerintahkan para lurah dan camat agar bisa mengikuti pola pemerintahannya yang pro rakyat dengan melayanin masyarakat dengan cepat dan fasilitas yang nyaman.
89
Tuturan (36) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat kerja. Jokowi bermaksud memerintahkan agar seluruh lurah dan camat mengikuti pola pemerintahan Jokowi. Jokowi memerintahkan kepada mereka agar selalu melayani masyarakat dengan cepat, aman, dan nyaman. Perintah Jokowi ini cukup tegas karena ia akan mencopot lurah dan camat yang tidak mau mengikuti polanya. (37) “Untuk apa sih berpanjang-panjang? Kalau memang sudah setuju semua dan sudah bisa ditindaklanjuti, yang harus disiapkan bukan pidato panjang, tapi memikirkan bagaimana menindaklanjuti dengan segera rencana pemerintah agar bermanfaat bagi rakyat. Kalau untuk rakyat saya tidak bisa berlama-lama. (Hal 32) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi setelah rapat dengar pendapat dengan anggota Dewan Perwakilam Rakyat Kota Solo. Tuturan ini memerintahkan para anggota DPR Kota Solo harus bisa bekerja dan bermanfaat untuk rakyat. Tuturan (37) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah tempat kerja. Jokowi bermaksud memerintahkan anggota DPR kota Solo harus bisa bekerja untuk rakyat, harus bisa bermanfaat bagi rakyat. Ia memerintahkan agar segera bekerja dan menindak lanjuti keputusan yang sudah disepakati bersama, baginya tidak penting berpidato lama-lama, hal yang penting adalah bekerja untuk rakyat. (38) “Saya tidak mau mencolok, ndak enak sama masyarakat.” (Hal 57) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi sambil mencopot jas warna hitam yang digunakannya ketika bekerja di balai kota. Ia meminta kepada supirnya untuk mengganti nomor polisi mobil dinasnya ke nomor polisi yang berwarna hitam. Maksud tuturan itu adalah untuk memerintahkan supirnya mengganti plat nomor mobil dinasnya.
90
Tuturan (38) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan.
Jokowi
bermaksud
memerintahkan
supirnya
agar
mengganti plat mobil dinasnya dengan plat yang biasa saja, tidak perlu menggunakan plat khusus yang mencolok, ia merasa tidak enak dengan masyarakat, ia ingin biasa-biasa saja walaupun menjadi seorang walikota. (39) “Tentu Bapak Presiden telah mendengar kreasi dan inovasi yang positif dari anak bangsa di Jawa Tengah. Perakitan mobil nasional ini patut diapresiasi.” (Hal 79) Konteks tuturan: Dituturkan oleh juru bicara presiden kepada pers bahwa presiden sangat mengapresiasi karya anak SMK. Secara tersirat sebenarnya tuturan ini bertujuan untuk menyuruh semua pihak untuk bisa mengapresiasi karya anak SMK. Tuturan (39) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini bermaksud memerintahkan seluruh masyarakat mendukung karya anak bangsa, memerintahkan kepada seluruh pihak untuk mengapresiasi karya anak SMK di Jawa Tengah. Makna imperatif perintah ditandai dengan kalimat Perakitan mobil nasional ini patut diapresiasi. (40) “Jika realistis, 10 miliar pun saya setujui asal jumlah PSK bisa berkurang di Solo. (Hal 114) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada kepala dinas untuk membuat proposal rehabilitasi PSK yang realistis agar program rehabilitasi berjalan dengan baik. Tuturan (40) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud memerintahkan kepala dinas untuk membuat proposal anggaran dana untuk rehabilitasi PSK di kota Solo. Ia juga memerintahkan agar anggaran dana yang diusulkan harus realistis sehingga ia bisa menyetujuinya.
91
(41)
“…coba saja crosscheck pada ajudan saya.” (Hal 151)
Konteks tuturan: Ditutukan oleh Jokowi ketika ditanyakan perihal gajinya sebagai walikota. Tuturan ini bermaksud untuk memerintahkan yang bertanya untuk langsung bertanya kepada ajudannya. Tuturan (41) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Dalam tuturan ini Jokowi bermaksud memerintahkan kepada si penanya perihal gajinya untuk langsung menanyakan gajinya kepada ajudannya. Ia memerintahkan untuk mengeceknya kepada ajudannya, apakah Jokowi mengambil gajinya atau tidak. (42) “Kenapa orang-orang di Eropa bisa menata kotanya dengan baik? kita juga pasti bisa. Sistem harus dibuat dan dijalankan dengan benar. Komunikasi dengan siapa saja harus dibangun agar semua bisa berjalan dan Solo bisa menjadi pionir perubahan.” (Hal 168) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi kepada semua pihak agar bisa bekerjasama membangun kota Solo. Secara tidak langsung Jokowi memerintahkan untuk membuat dan menjalankan sistem dengan benar agar terbentuk kota Solo yang baik dan menjadi pionir perubahan. Tuturan (42) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud memerintahkan agar seluruh perangkat pemerintahan di bawah naungannya bisa membuat dan menjalankan sitem pemerintahan yang benar. Jokowi juga memerintahkan agar membangun komunikasi dengan siapa saja sehingga kota Solo bisa menjadi agen perubahan. (43) “Saya tidak mau bekerja dengan orang-orang yang tidak berpihak kepada masyarakat.” (Hal 190) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi kepada seluruh kepala dinas pemerintahannya. Tuturan ini dilontarkan
92
ketika ia meminta kepala dinas pemerintahan mengajukan proposal yang anggarannya realistis, jika tidak mampu maka akan digeser. Tuturan (43) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Jokowi bermaksud untuk memerintahkan seluruh kepala dinas pemerintahannya untuk bekerja untuk rakyat, harus berpihak kepada masyarakat. Ia tidak mau bekerja dengan orang yang tidak bisa mengikuti pola kerjanya. h. Makna Imperatif Permintaan Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan dengan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Tetapi tidak selalu ditendai dengan kedua penanda kesantunan tersebut. Makna imperatif permintaan dapat ditentukan dengan melihat konteks tuturan yang melatarbelakanginya. Dalam biografi ini ditemukan tuturan yang bermakna imperatif permintaan sebanyak 3 tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah ekonomi. Makna imperatif permintaan dijabarkan sebagai berikut. (44) “Saya katakan kepada Pak Dubes, saya tidak minta duit atau investor. Saya minta teknisi yang bisa membantu penyempurnaan mobil Esemka.” (Hal 66) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika menceritakan infrastruktur untuk memproduksi mobil Esemka. Ia menuturkannya kepada Dubes Jerman, berarti ia meminta bantuan teknisi untuk penyempurnaan mobil Esemka. Tuturan (44) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Melalui tuturan tersebut Jokowi meminta kepada Pak Dubes Jerman mengirimkan teknisi yang dapat menyempurnakan mobil Esemka buatan anak SMK kota Solo. Makna imperatif permintaan dalam tuturan ini ditandai dengan penanda kesantunan minta.
93
(45) “Saya tidak butuh investor luar. Saya butuh investor lokal.” (Hal 67) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi menegaskan ke pada pemerintah untuk meminta investor dari dalam negeri. Tuturan (45) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi bermaksud meminta ke pada pemerintah untuk mengutamakan investor dalam negeri, karena yang dibutuhkan adalah investor dalam negeri. Makna imperatif permintaan dapat ditentukan dari kata butuh, secara tidak langsung berarti kata tersebut menegaskan permintaan terhadap suatu hal. (46) “Saya prihatin Solo hanya memiliki sebuah museum, karena saya percaya peradaban sebuah negeri salah satunya diukur dari bagaimana sebuah museum dimiliki dan dirawat.” (Hal 188) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi sebagai wujud kekecewaannya kepada DPR Kota Solo karena menolak rencananya membangun museum keris, museum artefak, museum topeng. Secara tidak langsung, tuturan ini bermaksud meminta kepada DPR Kota Solo agar menyetujui rencananya. Tuturan (46) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Tuturan tersebut disampaikan oleh Jokowi dengan maksud meminta kepada DPR Kota Solo agar menyetujui rencananya membangun museum keris, museum artefak, dan museum topeng. Makna imperatif
permintaan
pada
tuturan
tersebut
ditentukan
dengan
memperhatikan konteks yang melatarbelakanginya tuturan. (47) “Semua masukan tentunya akan bermanfaat bagi kita.” (Hal 72) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi kepada semua pihak meminta saran untuk penyempurnaan mobil Esemka.
94
Tuturan (47) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini dimaksudkan untuk meminta masukan yang bermanfaat untuk menyempurnakan mobil Esemka produksi anak SMK di Solo. i. Makna Imperatif Bujukan Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong. Tetapi tidak selalu diungkapkan dengan penanda kesantunan tersebut, makna bisa dilihat dari konteks yang melatarbelakangi terjadinya sebuah tuturan. Makna imperatif bujukan bermaksud untuk meyakinkan mitra tutur bahwa yang dikatakan penutur benar, atau bisa juga untuk memikat hati mitra tutur agar mempercayai tuturan yang dilontarkan penutur. Dari biografi Jokowi, makna imperatif bujukan ditemukan dalam ranah ekonomi, dan dalam ranah pemilu. Berikut ini dipaparkan tuturan-tuturan tersebut. (48) “Bagi Jokowi, memiliki dan menggunakan produk bangsa sendiri merupakan sebuah kebangggaan, selain itu harganya pasti lebih murah.” (Hal 55) Konteks tuturan: Tuturan tersebut berasal dari penulis buku yang merupakan hasil dari wawancara Jokowi, berarti tuturan tesebut berasal dari Jokowi. Tuturan tersebut lontarkan ketika mempromosikan mobil Esemka. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk membujuk semua orang untuk membeli produk bangsa sendiri yang lebih murah harganya. Tuturan (48) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Melalui tuturan ini Jokowi meyakinkan setiap orang agar menggunakan produk dalam negeri. Jokowi membujuk agar membeli produk dalam negeri yang harganya sudah pasti lebih murah. Makna
95
imperatif bujukan sangat terlihat dari dari tuturan Jokowi yang mengiming-imingi harga yang lebih murah. (49) “Nyaman, sangat nyaman, tidak kalah dengan mobil-mobil lain yang sejenis.” (Hal 58) Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan Jokowi saat mencoba mobil Esemka. Sebagai brand ambassador dari mobil Esemka tentu saja tuturan ini bertujuan untuk membujuk masyarakat membeli mobil Esemka. Tuturan (49) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi ketika berada di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bermaksud membujuk masyarakat agar membeli mobil Esemka. Jokowi membujuk masyarakat dengan cara memikat hati masyarakat melalui perkataannya memuji kenyamanan mobil Esemka. Makna imperatif bujukan dalam tuturan ini ditentukan dari konteks yang melatarbelakanginya tuturan ini dilontarkan Jokowi saat mencoba mobil Esemka. Sebagai brand ambassador dari mobil Esemka tentu saja tuturan ini betujuan untuk membujuk masyarakat membeli mobil Esemka. (50) “Sebagai brand ambassador saya juga menyediakan test drive.” (Hal 62) Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi kepada para pengunjung pameran mobil Esemka di pelataran rumah dinasnya. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong pengunjung mencoba mobil Esemka. Tuturan (50) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi dengan maksud membujuk pengunjung pameran mobil Esemka agar mau mencoba mengendarai mobil Esemka, dan akhirnya membujuk pengunjung agar tertarik membeli mobil Esemka.
96
(51) “Harganya murah dan terjangkau. Mobilnya bagus dan desainnya juga bagus. Saya akan membelinya satu.” (Hal 63) Konteks tuturan: Dituturkan oleh seseorang yang sengaja datang untuk melihat langsung mobil Esemka. Tuturan ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pengunjung lain agar membeli juga mobil Esemka. Tuturan (51) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh salah satu pengunjung pameran mobil esemka yang tidak disebutkan namanya. Melalui tuturan ini pengunjung tersebut membujuk kepada pengunjung lain agar membeli mobil Esemka seperti dirinya. Pengunjung tersebut menyampaikan berbagai macam keunggulan dari mobil Esemka agar pengunjung lain tertarik membelinya. (52) “Beberapa menteri dari kabinet Indonesia Bersatu jilid dua pun sudah pesan.” (Hal 65) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Sebagai brand ambassador mobil Esemka dengan mencontohkan menteri yang membeli mobil Esemka secara tersirat sebenarnya ia mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk membeli mobil Esemka. Tuturan (52) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi untuk mempengaruhi masyarakat agar membeli mobil Esemka. Ia memikat hati masyarakat dengan mengatakan bahwa mobil Esemka sudah dipesan oleh beberapa menteri. Makna imperatif bujukan pada tuturan ini ditentukan dengan konteks tuturan yang melatarbelakanginya dituturkan oleh Jokowi menceritakan tentang mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka.
Sebagai
brand
ambassador
mobil
Esemka
dengan
97
mencontohkan menteri yang membeli mobil Esemka secara tersirat sebenarnya ia mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk membeli mobil Esemka. (53)
“Afgan si penyanyi itu juga sudah mesan lho.” (Hal 65)
Konteks tuturan: Tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi sebagai brand ambassador mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat membeli mobil Esemka. Tuturan (53) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Melalui tuturan ini Jokowi bermaksud membujuk masyarakat untuk membeli mobil Esemka. Penentuan makna imperatif bujukan dalam tuturan ini dapat dilihat dari konteks tuturan yang melatarbelakanginya tuturan ini dilontarkan oleh Jokowi sebagai brand ambassador mobil Esemka ketika bertugas di pameran mobil Esemka. Tuturan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat membeli mobil Esemka. (54) “Dia (Jokowi) kontras dengan SBY yang beda antara tindakan dan pidato.” (Hal 200) Konteks tuturan: Dituturkan oleh salah satu anggota Komisi 1 DPR (Gus Choi) ketika mengadakan sebuah pertemuan diskusi Forum Alumni Kelompok Cipayung dengan jajaran redaksi harian Rakyat Merdeka. Ia melontarkan pujian terhadap diri Jokowi sebagai bentuk bujukannya/rayuannya untuk memilih Jokowi jika maju dalam pemilu. Tuturan (54) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemilu. Tuturan ini disampaikan oleh Gus Choi membujuk para peserta yang hadir dalam pertemuan untuk memilih Jokowi jika maju dalam pemilu presiden. Makna imperatif bujukan ditentukan dengan melihat konteks yang melatarbelakanginya tuturan dituturkan oleh salah satu anggota Komisi 1 DPR (Gus Choi) ketika mengadakan sebuah pertemuan diskusi Forum Alumni Kelompok Cipayung dengan jajaran redaksi harian Rakyat Merdeka.
98
j. Makna Imperatif Desakan Imperatif dengan makna desakan biasanya menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap dan harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif ini, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi tuturan imperatif lain. Tetapi makna imperatif desakan tidak harus ditandai dengan pemarkah makna tersebut, pemaknaan dilihat dari konteks yang melatarbelakanginya. Makna imperatif desakan ditemukan sebanyak 1 tuturan dalam ranah pemerintahan, dan 1 tuturan dalam ranah ekonomi. Berikut ini dijelaskan tuturan tersebut. (55) “Saya tidak peduli. Saya jalan terus. Yang penting saya akan menyelesaikan persoalan uji emisi sebelum bulan Agustus ini. Kemudian mengurus prinsipal brand Indonesianya. Tidak ada yang bisa menghalangi, ini bukan untuk kepentingan saya, mobil Esemka ini kebanggan rakyat Indonesia.” (Hal 66) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi menanggapi cibiran dari berbagai pihak. Tuturan ini di sampaikannya ketika suasan santai di rumah dinasnya. Tuturan ini dimaksudkan untuk menegaskan ke semua orang bahwa ia benar-benar serius mengurus mobil Esemka. Tuturan (55) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pemerintahan. Melalui tuturan ini Jokowi mendesak pemerintah agar mendukungnya menyelesaikan persoalan uji emisi dan merek mobil Esemka. Ia juga mendesak bahwa tidak ada yang bisa mengahalanginya untuk persoalan produksi mobil Esemka. (56) “Kami gabungkan keduanya. Harus cepat, tapi prosedur tetap terpenuhi.” (Hal 111)
99
Konteks tuturan: Dituturkan oleh Jokowi kepada pejabat untuk mendesak agar cepat dalam melayani masyarakat, cepat dalam mengikuti perubahan sistem yang berlaku. Tuturan (56) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah ekonomi. Tuturan ini disampaikan oleh Jokowi untuk mendesak pejabat agar cepat beradaptasi dan mengikuti perubahan sistem yang berlaku saat ini. Tuturan ini juga mendesak pejabat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat dan tentunya tetap memenuhi prosedur yang sudah ditetapkan. k. Makna Imperatif Imbauan Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya digunakan bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Tetapi penanda kesantunan tersebut tidak harus selalu hadir dalam makna imperatif imbauan, pemaknaan bisa ditentukan dengan cara melihat konteks yang melatarbelakangi tuturan terjadi. Makna imperatif imbauan hanya ditemukan sebanyak 1 tuturan dalam ranah pilkada. Berikut ini disampaikan pemaparannya. (57) “Beliau kan selain milik Solo, juga milik masyarakat Indonesia. Solo juga harus bangga kalau ada putranya yang bisa memimpin daerah lain.” (Hal 212) Konteks tuturan: Dituturkan oleh Ketua DPC PDI perjuangan Solo bernama Hadi Rudyatmo (Rudy). Tuturan ini dilontarkan ketika masyarakat sedang khawatir pencalonan diri Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Masyarakat Solo menginginkan Jokowi tetap memimpin Solo saja. Tuturan ini bertujuan mengharapkan masyarakat untuk memahami keadaan Jokowi, dan harus selalu mendukung apapun keputusan Jokowi, karena Jokowi milik masyarakat Indonesia, bukan masyarakat Solo saja.
100
Tuturan (57) merupakan tuturan yang terdapat dalam ranah pilkada. Tuturan ini disampakan oleh Hadi Rudyatmo bermaksud untuk mengimbau masyarakat agar memahami keadaan Jokowi dan mengimbau masyarakat agar selalu mendukung Jokowi. Melalui tuturan ini ia juga mengimbau agar masyarakat Solo bangga terhadap Jokowi.
2. Penerapan Temuan Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester genap pada kurikulum KTSP terdapat materi pelajaran yang membahas mengenai biografi tokoh. Kompetensi dasar materi pelajaran ini adalah peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif. Indikator
pencapaian
pembelajarannya,
yakni
peserta
didik
mampu
menyarikan riwayat hidup tokoh, mampu mendata keistimewaan tokoh, dan mampu mendata hal-hal yang dapat diteladani. Biografi berjudul ”Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker” karya Yon Thayrun ini dapat dijadikan contoh buku biografi yang dapat peserta didik pilih dalam pembelajaran. Penelitian ini menemukan berbagai tuturan yang berwujud dan bermakna sosiopragmatik imperatif. Dari wujud dan makna imperatif yang ditemukan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran mengungkapkan hal-hal menarik dan mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi. Implikasinya, yakni dari makna tuturan yang didapatkan secara tidak langsung dapat mengungkapkan karakter tokoh dalam biografi. Karakter-karakter yang terungkap bisa karakter baik, ataupun tidak baik. Karakter yang baik berarti masuk ke dalam hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam buku biografi. Selain itu, baik dari tuturan ataupun maknanya dapat mengungkapkan keistimewaan tokoh dalam buku biografi.
101
Pada pembelajaran, peserta didik ditugaskan untuk membaca buku biografi Jokowi. Kemudian peserta didik mengidentifikasi wujud-wujud imperatif dan makna imperatif. Setelah itu peserta didik mengungkapkan hasil identifikasinya, dan guru memberikan pelurusan serta tambahan. Di pertemuan selanjutnya peserta didik ditugaskan untuk mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang Jokowi dan hal-hal yang dapat diteladani dari Jokowi berdasarkan wujud dan makna imperatif dari biografi Jokowi yang sudah peserta didik baca. Dengan demikian, implikasi dari penelitian ini bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi orang yang berperilaku baik, dan dari pembacaan biografi dapat menumbuhkan motivasi peserta didik agar bersemangat menggapai mimpinya dengan usaha yang keras.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan temuan yang sudah dipaparkan dalam bab IV, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Dari biografi Jokowi ditemukan enam macam ranah tuturan yang bermakna imperatif, yakni ranah keluarga, ranah tempat kerja, ranah pemerintahan, ranah ekonomi, ranah pilkada, dan ranah pemilu. Makna sosiopragmatik imperatif yang ditemukan dari enam macam ranah tersebut sebanyak sebelas macam makna imperatif dan lima puluh delapan wujud tuturan. Sebelas macam makna imperatif tersebut diantaranya (a) makna imperatif ajakan, (b) makna imperatif harapan, (c) makna imperatif larangan, (d) makna imperatif persilaan, (e) makna imperatif suruhan, (f) makna imperatif umpatan, (g) makna imperatif perintah, (h) makna imperatif permintaan, (i) makna imperatif bujukan, (j) makna imperatif desakan, dan (k) makna imperatif imbauan. Selain makna impertif yang ditemukan, ditemukan pula campur kode dalam tuturan yang terdapat pada biografi Jokowi. Campur kode tersebut terjadi antara bahasa Indonesia dengan Jawa, dan terjadi antara bahasa Indonesia dengan Inggris. 2. Wujud dan makna imperatif yang ditemukan dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP kelas 7 semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum, terdapat Kompetensi Dasar yang diterapkan pada materi pelajaran ini adalah peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif. Melalui pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat terpacu mengerjar mimpi-
102
103
mimpinya melalui usaha yang maksimal dan meneladani sikap Jokowi seperti yang terungkap dalam wujud dan makna imperatif biografi Jokowi.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Penelitian
wujud
dan
makna
imperatif
menggunakan
ancangan
sosiopragmatik dapat dilakukan dengan berbagai ranah lain selain daripada ranah yang sudah ditemukan pada penelitian ini. Sehingga makna imperatif yang ditemukan lebih beragam. 2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai wujud dan makna imperatif dapat menggunakan ancangan penelitian lain sehingga penulisan wujud dan makna imperatif dalam bahasa Indonesia menjadi lengkap. Selama ini ancangan yang digunakan yaitu ancangan struktural, ancangan sosiopragmatik, dan ancangan
pragmatik,
kurang
satu
lagi
ancangan
yaitu
ancangan
sosiolinguistik. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melengkapi ancangan tersebut sehingga akan ditemukan perbedaan yang beragam. 3. Bagi peserta didik dan guru, hasil temuan ini dapat dimanfaatkan dalam dimanfaatkan pada saat berkomunikasi. Melalui wujud dan makna imperatif yang ditemukan maka peserta didik dan guru lebih memahami bagaimana bertutur kata dengan orang yang lebih tua, atau lebih muda, atau sebaya sehingga akan tercipta kesopanan bertutur.
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar Pengantar Sosiologi Bahasa. Cet. ke 10. Bandung: Angkasa, 1993. Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi ketiga Cet. IX. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero), 2014. Austin, J.L. How To Do Things With Word. Cambridge: Harvard University Press, 1962. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. ke 3. Jakarta: Rineka Cipta, 2011. ------------------.dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV Cet. Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012. Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006. ----------------------------------. Metode Linguistik, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Cet. Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009. Haryanta, Agung Tri. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakata: Aksarra Sinergi Media, 2012. Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012. HP, Achmad dan Alex Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, 2012. Keraf, Gorys. Tatabahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas. Cet. ke 10. Ende: Nusa Indah, 1984. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Edisi Keempat, cet. Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
104
105
Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. M.D.D Oka. Jakarta: UI Press, 2011. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Martinus, Surawan. Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Nadar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius, 1990. Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2005. --------------------------. Sosiopragmatik: Kajian Imperaif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya. Jakarta: Erlangga, 2009. Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Cet. ke 3. Yogyakarta: CV Karyono, 1983. Subuki, Makyun. Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Trans Pustaka, 2012. Sudarno dan Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986. Sudaryanto. Metode Linguistik:
Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988. Suparno, Darsita. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Adabia Press, 2012. ---------------------.
“Situasi
Pemertahanan
Bahasa
Ranau,”
Disertasi
pada
Pascasarjana Universitas Samratulangi Manado: 2012. tidak dipublikasikan. Susanto, Dwi. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Thayrun, Yon. Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker. Jakarta: Noura Books, 2012. Wardhaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: BasilBlackwell, 2002.
106
Wijana, I Dewa Putu. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI, 1996. -------------------------. dan Muhammad Rohmadi. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis, Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2012. Zamzani. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka, 2007.
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP DARUSSALAM CIPUTAT
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/2
Standar Kompetensi
: Aspek Membaca
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. Kompetensi Dasar
: 11.1 Mampu mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif.
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2 kali pertemuan)
A. Indikator 1. Mampu membuat inti sari riwayat hidup tokoh. 2. Mampu menemukan wujud imperatif dalam biografi. 3. Mampu mengklasifikasikan makna imperatif yang terdapat dalam biografi. 4. Mampu menyimpulkan keistimewaan tokoh. 5. Mampu menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat dalam biografi.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat membuat inti sari riwayat hidup tokoh. 2. Peserta didik dapat menemukan wujud imperatif dalam biografi. 3. Peserta didik dapat mengklasifikasikan makna imperatif yang telah ditemukan dalam biografi.
4. Peserta didik dapat menyimpulkan keistimewaan tokoh. 5. Peserta didik dapat mencatat hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh.
Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) Ketulusan ( Honesty )
C. Materi Pembelajaran 1. Pengungkapan imperatif dalam biografi tokoh Jokowi. 2. Definisi biografi dan manfaat dari pembacaan biografi tokoh. 3. Pengungkapan hal-hal teladan dari tokoh Jokowi dalam biografi.
D. Metode Pembelajaran 1. Penugasan 2. Tanya Jawab
E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku Biografi Tokoh Jokowi 2. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia
F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Tahap
Deskripsi
Pembelajaran
Kegiatan Guru dan Siswa
Pendahuluan
Alokasi Waktu
1. Guru
mengajak
peserta
didik 10 menit
berdoa/mensyukuri nikmat yg telah diberikan Allah SWT. Guru meminta ketua kelas memimpin doa sebelum pelajaran dimulai. 2. Guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapihan kelas. 3. Apersepsi/ Motivasi:
Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang tokoh yang dapat diteladani.
4. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti
Eksplorasi
5. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang definisi dan manfaat dari membaca buku biografi tokoh. 6. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang tuturan imperatif Elaborasi
7. Peserta didik diarahkan untuk membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang. 8. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi menemukan wujud-wujud imperatif yang terdapat dlam biografi Jokowi.
60 menit
9. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk menentukan makna imperatif dari wujudwujud imperatif yang sudah ditemukan. 10. Setelah
diskusi
selesai,
masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka tentang wujud dan makna imperatif yang terdapat dalam biografi Jokowi. 11. Selama
salah
satu
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain memperhatikan dengan seksama. Konfirmasi
12. Guru bersama peserta didik mengungkapkan kembali hasil presentasi yang telah dilakukan. 13. Guru meluruskan pemahaman peserta didik atas hasil diskusi yang telah dilakukan. Penutup
14. Guru bersama peserta didik menyimpulkan
10 menit
materi pelajaran yang sudah dilakukan. 15. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh Jokowi.
Pertemuan Kedua Tahap
Deskripsi
Pembelajaran
Kegiatan Guru dan Siswa
Pendahuluan
Alokasi Waktu
1. Guru
mengajak
peserta
didik 10 menit
berdoa/mensyukuri nikmat yg telah diberikan Allah SWT. Guru meminta ketua kelas memimpin doa sebelum pelajaran dimulai. 3. Guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapihan kelas. 4. Apersepsi/ Motivasi:
Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang materi pelajaran sebelumnya.
5. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti
60 menit
Eksplorasi
6. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang hal-hal menarik yang biasa terdapat dalam buku biografi. 7. Peserta didik dan Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang dapat diteladani dari seorang tokoh. Elaborasi
8. Peserta didik diarahkan untuk membentuk kelompok
dengan
anggota
4-5
orang.
(kelompok masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya) 9. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi menemukan hal-hal menarik yang terdapat
dalam
biografi
Jokowi
dan
menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh Jokowi. 10. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk
membuat inti sari dari biografi Jokowi. 11. Setelah
diskusi
selesai,
masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka tentang hal-hal menarik dan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh Jokowi. 12. Ketika salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya,
kelompok
lain
memperhatikan dengan seksama. Konfirmasi
13. Guru bersama peserta didik mengungkapkan kembali hasil presentasi yang telah dilakukan. 14. Guru meluruskan pemahaman peserta didik atas hasil diskusi yang telah dilakukan. 15. Guru bersama peserta didik menyimpulkan
Penutup
10 menit
materi pelajaran yang sudah dilakukan. 16. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
G. Penilaian Penilaian
Indikator No
Pencapaian
Teknik
Kompetensi
1.
Bentuk
Instrumen
Instrumen
Mampu
Tugas
menyarikan
individual/
biografi Jokowi!
riwayat hidup
kelompok
Kemudian buatlah
tokoh
Bobot
Proyek
Bacalah sebuah buku
laporan yang berisi:
5
1. Inti sari riwayat hidup tokoh. 2. Keistimewaan tokoh Mampu mendata
2.
3.
Tugas
Uraian/lisan
keistimewaan
individual/
tokoh
kelompok
Mampu mendata
Tugas
5 3. Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh!
Uraian/lisan
5
hal-hal yang dapat individual/ diteladani
kelompok
Penilaian Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5 Penafsiran angka : 1. Sangat kurang, 2. Kurang, 3. Cukup, 4. Baik, 5. Amat baik Nilai akhir peserta didik:
H. Rubrik Pedoman Penskoran untuk Uji Petik Produk (Kemampuan Membaca dan Bercerita) No. 1.
Kegiatan
1.1 Peserta didik dapat menjawab dengan benar. 1.2 Peserta didik berusaha menjawab, tetapi masih salah.
Skor 3
1.3 Peserta didik tidak menjawab.
1 0
2.
2.1
Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi yang sudah
30
dibacanya dengan (1) suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2) lengkap, dan (3) runtut (identitas, keunggulan, dan alasan).
2.2
Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi dengan (1)
suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2) lengkap, tetapi tidak
20
(3) runtut (identitas, keunggulan, dan ala an).
2.3
Peserta didik dapat menceritakan tokoh Jokowi dengan (1)
suara yang jelas dan intonasi yang tepat, tetapi tidak (2) lengkap,
10
dan tidak (3) runtut (identitas, keunggulan, dan alasan).
2.4
Peserta didik berusahat menceritakan tokoh idolanya, tetapi
tidak dengan (1) suara yang jelas dan intonasi yang tepat, (2) tidak lengkap, dan (3) tidak runtut (identitas, keunggulan, dan alasan). 5
2.5
Peserta didik tidak bersedia menceritakan tokoh Jokowi.
0
Skor Perolehan NILAI = ------------------------------------ x 100 Skor Maksimum (49)
Mengetahui
Tangerang Selatan, 2016
Guru Pamong
Calon Guru
Ade Irwan Setiawan, S.Pd
Desi Komalasari
NIP
NIM 1111013000059
Biodata Penulis Biografi
Yon Thayrun, seorang wartawan freelance yang lahir pada tahun 1967 di Meulaboh, Aceh. Rasa ingin tahu dan kesenangannya membaca dan berbicara mengantarnya menjadi penyiar radio selama lebih dari 15 tahun. Dia mulai terjun ke dunia wartawan pada reformasi 1998, di sebuah radio di Medan. Menjadi wartawan radio telah membawanya berkeliling Indonesia untuk membuat program feature dan documenter untuk 153 jaringan radio. Jaringan ini merupakan jaringan Internews Indonesia, sebuah lembaga yang memperkuat pemberitaan dan program radio untuk mendukung demokratisasi Indonesia. Serius menekuni dunia wartawan, Yon dan beberapa wartawan di Medan membangun Aliansi Wartawan Independen (AJI) kota Medan pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 2000-2002 AJI mempercayakan dirinya sebagai Sekretaris Jenderal AJI Jakarta. Selepas itu, waktunya dihabiskan menjadi media officer di sebuah lembaga humanitarian asal Inggris, Oxfam GB untuk program pembangunan kembali Aceh pasca tsunami 2004. Kemudian, dirinya juga sempat menjadi dosen di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta selepas pulang dari Aceh. Tak hanya itu, Yon pernah bekerja di CAPATV sebuah rumah produksi terbesar di Prancis yang memproduksi program-program televisi untuk stasiun televisi terbesar di Prancis, Canal+. Dia juga beberapa kali membantu Explorer Production, rumah produksi pembuat program Don’t Tell My Mother yang disiarkan di National Geographic TV.
BIODATA PENULIS
Desi Komalasari dilahirkan pada 31 Desember 1992 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Noin dan Marsinah. Penulis mempuh pendidikan pertama kali di SDN Semanan 06 tamat pada tahun 2005. Kemudian anak bungsu ini melanjutkan pendidikan ke SMPN 45 Jakarta tamat pada tahun 2008. Selepas SMP, melanjutkan pendidikan ke SMAN 94 Jakarta tamat pada tahun 2011. Setelah itu gadis betawi ini melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, yakni berkuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2011.