WORKSHOP REGIONAL Menyambut Tantangan Koperasi dan Usaha Mikro di Masa Depan
PROCEEDING REPORT Malang, Jawa Timur, 27 Februari 2008
Didukung oleh:
Daftar Isi
LATAR BELAKANG WORKSHOP _____________________________________ 3 AGENDA _________________________________________________________ 4 PENDAHULUAN ___________________________________________________ 5 1.
Sambutan Penyelenggara__________________________________________________ 5
2.
Sambutan Pembukaan ____________________________________________________ 5
PRESENTASI NARASUMBER ________________________________________ 7 1.
Tantangan Koperasi Secara Global__________________________________________ 7
2.
Kopwan SU Setia Budi Wanita: Tantangan dan Kendala ______________________ 10
3.
Kendala-Kendala Praktis dalam Mengelola Usaha Bidang Kecantikan __________ 11
4.
Kendala-Kendala Praktis dalam Mengelola Usaha Bidang Makanan Kecil _______ 12
PANEL DISKUSI __________________________________________________ 13 KESIMPULAN ____________________________________________________ 16 LAMPIRAN: DAFTAR HADIR & KLIPPING KORAN ______________________ 17
2/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
LATAR BELAKANG WORKSHOP Peranan keuangan mikro sebagai ujung tombak dalam pengentasan kemiskinan telah mendapat pengakuan secara nasional dan internasional. Di Indonesia, pelaku usaha mikro dan kecil atau yang lebih dikenal dengan ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini terbukti telah menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi dan menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan antara lain penyediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja setempat, pemanfaatkan sumber daya alam lokal, dan penciptaan nilai tambah pembangunan ekonomi daerah. Di pihak lain, lembaga keuangan mikro dan koperasi sebagai pendukung usaha mikro berperan strategis dalam memobilisasi dana dan sumber daya lainnya guna mengembangkan usaha masyarakat tersebut. Untuk itu, pembangunan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan lembaga keuangan mikro dan koperasi sebagai penggerak ekonomi kerakyatan menjadi perhatian banyak pihak, termasuk lembaga-lembaga internasional. Dalam kerangka kerjasama Indonesia ▬ Uni Eropa dalam Program Asia Invest, pada tanggal 27 Februari 2008, bertempat di Hotel Gajah Mada, Malang, Yayasan Bina Usaha Lingkungan atas dukungan Europe Aid dan berkerjasama dengan Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita menyelenggarakan workshop regional dengan tema ”Menyambut Tantangan Koperasi dan Usaha Mikro di Masa Depan”. Tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk memperkenalkan dan memetakan kondisi pilot program skema keuangan mikro dengan: (1) melakukan inventarisasi atas berbagai tantangan yang dialami koperasi secara umum serta kendala usaha-usaha kecil dan mikro binaanya, menimbang kenaikan bahan pokok utama di pasar, (2) melakukan tindak lanjut dan adaptasi terhadap skema yang ada guna mengantisipasi tantangan di masa depan yang terus berkembang. Workshop yang dibuka oleh Bp. Agus Widianto, selaku Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan, menghadirkan Pakar Koperasi Indonesia, Bp. Prof. DR. JG Nirbito, Ketua Kopwan SU Setia Budi Wanita, Ibu Dra. Sri Untari Bisowano, serta dua nasumber yang juga pelaku usaha mikro yang cukup berhasil, yaitu Ibu Penny Setya Martiningsih dan Ibu Tri Wahyuningtyas. Peserta workshop ini tidak hanya terbatas pada anggota dan anggota potensial Kopwan SU Setia Budi Wanita, namun juga berbagai instansi terkait termasuk Dekopinda Kota Malang Koperasi Pemuda Kota Malang, para akademisi, serta pemerhati perkembangan koperasi dan usaha kecil. Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum atas pelaksanaan workshop ini serta referensi atas pandangan dan tindak lanjut yang diharapkan para peserta workshop.
3/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
AGENDA
WAKTU
Tempat:
Lobby Meeting Room, Hotel Gajah Mada Jl. Cipto, Malang, Jawa Timur
Tanggal:
Rabu, 27 Februari 2008
ACARA
08.30 – 08.50
Registrasi & Rehat Kopi
08.50 – 09.10
Pembukaan
09.00 – 09.10
Kata Sambutan Ibu Dra. Sri Untari Bisowarno, Ketua Koperasi SU Setia Budi Wanita Bp. Agus Widianto, Direktur Eksekutif YBUL Presentasi
09.10 – 09.40
•
Tantangan Koperasi Secara Global Bp. Prof. DR. JG Nirbito, Pakar Koperasi
09.40 – 10.00
•
Kopwan SU Setia Budi Wanita, Tantangan dan Kendala Ibu Dra. Sri Untari Bisowano, Ketua Koperasi SU Setia Budi Wanita
10.00 – 10.30
•
Kendala-Kendala Praktis di Lapangan Ibu Penny Setya Martiningsih
10.30 – 11.00
•
Kendala-Kendala Praktis di Lapangan Ibu Tri Wahyuningtyas
Moderator: Bp. Deddy Satya Dewanto S. Sos 11.00 – 12.45
Diskusi & Tanya Jawab
12.45 – 13.00
Perumusan Kesimpulan
13.00 – Selesai
Makan Siang
4/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PENDAHULUAN
1. Sambutan Penyelenggara Ibu Dra. Sri Untari Bisowarno (Ketua Umum Koperasi SU Setia Budi Wanita, Malang) Kegiatan hari ini bukanlah kegiatan kerjasama yang baru sifatnya. Kerjasama YBUL dengan Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita dalam kerangka programnya Asia Invest telah terjalin sejak akhir tahun 2006, dimana pada saat itu, Kopwan SU Setia Budi Wanita menjadi salah wakil pelaku keuangan mikro Indonesia dalam pertemuan dengan lembaga-lembaga keuangan mikro Eropa di Brussel. Workshop hari ini merupakan tindak lanjut dari sesi-sesi kerjasama YBUL dengan SBW terdahulu. Kelompok Pengusaha dan Pedagang Kecil (KPPK) yang merupakan bagian dari usaha sosial SBW mendapat perhatian khusus dari YBUL dengan memberikan guliran dana serta pelatihan usaha pada akhir Januari lalu. Namun, YBUL dan SBW sepakat bahwa diperlukan assesment atas kondisi saat ini dan tantangan ke depan yang dihadapi koperasi-koperasi di Malang pada umumnya serta para UKM binaannya. Hal ini tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan SBW, namun juga untuk melakukan langkah-langkah antisipasi atas perkembangan yang begitu cepat. Untuk itu, telah hadir bersama kita, teman-teman yang berkompetensi dan selalu memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi SBW, ibu-ibu PPL yang sarat akan pengalaman dalam melakukan pembinaan dan pelatihan serta pendampingan bagi kelompok-kelompok SBW, serta tentunya narasumber kita, Bp. Nirbito, yang senatiasa mendukung dan mengarahkan SBW. Semoga dengan workshop kita hari ini, kita dapat menggalang kerjasama yang lebih erat dan nyata guna memajukan perkoperasian dan usaha kecil kota Malang pada khususnya, dan Jawa Timur pada umumnya.
2. Sambutan Pembukaan Agus Widianto (Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan)
Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro telah sejak lama terbukti sebagai sarana yang efektif dan strategis untuk mengembangkan ekonomi rakyat dan memberdayakan rakyat kecil. Melalui koperasi, masyarakat yang memiliki kegiatan mikro yang produktif dapat dengan mudah melakukan berbagai aktivitas keuangan yang memungkinkan mereka mempertahankan usaha mereka dari berbagai kendala yang mungkin timbul dan bahkan mengembangkan kegiatan usahanya. Namun, usaha untuk memperluas akses keuangan bagi masyarakat kecil produktif perlu diimbangi dengan usaha pengembangan potensi koperasi itu sendiri. Untuk itu, Yayasan Bina Usaha Lingkungan dengan Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita telah menjalin kerjasama dalam kerangka program Asia Invest dukungan Europe Aid. Salah satunya, seperti yang telah disampaikan Ibu Sri Untari, bulan lalu, YBUL diberikan kesempatan untuk memperkuat permodalan dan meningkatkan kapasitas SDM khusus bagi anggota Kelompok Pengusaha Pedagang Kecil (KPPK) Kopawan SU Setia Budi Wanita. Lebih lanjut, memperhatikan inventarisasi kendala dan tantangan koperasi dan usaha mikro binaannya dan guna pemetaan potensi kerjasama antar lembaga-lembaga terkait di masa mendatang, hari ini hari ini, bertempat di Hotel Gajah Mada, YBUL dan Kopwan SBW bersama-sama menyelenggarakan workshop sehari dengan tema ”Menyambut Tantangan Koperasi dan Usaha Mikro di Masa Depan”.
5/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Dengan berkerjasama lebih erat dengan SBW, kami menyedari bahwa koperasi ternyata tidak hanya mendukung perkebangan dari sisi ekonomi; dan bahwa pada akhirnya ada banyak aspek-aspek lain, seperti kesehatan, pemberdayaan peranan perempuan, isu gender, dan lain-lain. Koperasi bisa sangat menarik sekali untuk dipantau perkembangannya karena merupakan pintu masuk ekonomi masyarakat, sekaligus pintu bagi pemberdayaan perempuan, pembelajaran demokrasi, pendidikan kesehatan keluarga, dan hal-hal positif lainnya yang dapat mendukung kesejahteraan keluarga dan masyrakat pada umumnya. Permikiran pengurus SBW yang yang maju memacu YBUL untuk tetap menjalin kerjasama yang lebih nyata dengan memfasilitasi SBW untuk bekerjasama dengan koperasi atau lembaga keuangan mikro lainnya dalam menggali potensi yang ada. Semoga dengan peta kendala dan tantangan usaha ke depan yang kita sepakai bersama, koperasi-koperasi di malang dapat bersinergi untuk menyisati kondisi saat ini, menjawab tantangan yang akan datang, dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
6/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PRESENTASI NARASUMBER 1. Tantangan Koperasi Secara Global Bp. Prof. DR. JG Nirbito, Pakar Koperasi (Ahli Kopersi & Dosen Universitas Brawijaya, Malang) Malang merupakan tuan rumah jambore koperasi sekolah se-Jawa Timur, dan Malang merupakan proyek percontohan dalam bidang koperasi. Hal ini harus dapat kita manfaatkan sebagai momentum untuk berbenah diri guna menghadapi tantangan utama koperasi di masa depan, yaitu globalisasi. Iklim dunia usaha semakin kompetitif, mengharuskan koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi harus mampu bersaing di pasar dengan pelaku ekonomi yang lain, termasuk BUMN dan swasta. Merujuk salah satu faham koperasi, yaitu swadaya yang artinya bersama-sama menggalang kerjasama dan potensi (bukan mencari fasilitas semata-mata), seharusnya tantangan globalisasi ini dapat dihadapi bersama. Dari, oleh, dan untuk anggota merupakan inti dari swadaya. Oleh karena itu, koperasi dapat didefinisikan sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela, untuk memecahkan masalah ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, tentunya kemampuan berkompetisi ini hanya akan dapat ditampilkan apabila pengelolaan usaha koperasi dilaksanakan secara profesional, efektif dan efisien. I.
PROFESIONALISME
Untuk mewujudkan kemapuan ini diperlukan kehadiran ilmu dan teknologi (iptek), karena penyerapan ilmu dan teknologi dalam pengelolaan usaha koperasi yang baik akan membuahkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan usaha koperasi, dan pada gilirannya hal tersebut akan memungkinkan koperasi mampu bersaing di pasar. Namun, proses penyerapan iptek dalam pengelolaan usaha koperasi harus susun dengan memberikan wawasan ideologi, sehingga sosok profesionalisme koperasi yang tercermin di masyarakat adalah sebuah badan usaha yang berskala besar dan modern, namun tetap memiliki jatidiri. Untuk itu, pendidikan dan pelatihan untuk seluruh sumber daya manusia koperasi memegang peranan penting, yaitu dengan menempatkan anggota sebagai basis utamanya, dan pengurus, pengawas serta manajer/karyawan sebagai penunjang. Dan dengan berakar pada jati diri penyelenggaraan diklat secara berkesinambungan akan membuahkan peningkatan kualitas dari tiaptaip katagori SDM, mulai dari anggota yang partisipatif, bersambung dengan pengurus yang visioner, dan berpuncak pada manajer/karyawan yang profesional. Dengan komposisi yang berkualitas dari ketiga katagori SDM tersebut, maka akan memungkinkan kelangsungan sinergi yang kemudian menghasilkan kekuatan untuk menciptakan usaha koperasi yang kompetitif.
BISNIS
KOMPETITIF
MANAJER/ KARYAWAN
PROFESIONAL
PENGURUS
VISIONER
ANGGOTA
PARTISIPATIF
JATI DIRI
PONDASI
7/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Namun, dengan saat ini, banyak koperasi dan pedagang pasar yang tersaingi dengan dengan keberadaan mini market maupun toko swalayan dengan pelayanan yang sangat ramah dan memikat. Untuk memenangkan kompetisi ini, maka profesionalisme dalam pengelolaan usaha koperasi sudah merupakan tuntutan yang tidak terelakkan lagi. II. DIKLAT & INTERNALISASI JATI DIRI Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas penanganan pendidikan dan pelatihan untuk sumberdaya manusia koperasi di masa depan, maka perlu adanya tuangan konsep pola program pendidikan pelatihan terpadu yang bertolak pada pijakan wacana atas sosok koperasi yang dicitacitakan, yaitu koperasi yang tumbuh secara kokoh, efektif dan efisien serta mengakar dari bawah, karena bersumber dari penggalangan potensi para anggotanya. Sosok koperasi yang ideal ini yang memiliki masa depan dan sebutannya adalah koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri. Sosok koperasi yang ideal ini secara skematis, dapat digambarkan seolah-olah berputarnya 5 (lima) lingkaran berlapis yang masing-masing lapisannya adalah sebagai berikut: a) Lapisan pertama adalah ideologi, artinya yang pertama dan utama bagi koperasi adalah soal pemahaman ideologi (jatidiri) oleh insannya. b) Lapisan kedua adalah kelembagaan, artinya dalam kaitan dengan ideologi, lembaga merupakan wadah untuk mengamalkan ideologi oleh para insannya. c) Lapisan ketiga adalah permodalan, artinya sebagai organisasi yang bergerak dibidang usaha, maka koperasi memerlukan modal. Modal koperasi dipupuk berdasarkan mekanisme kelembagaan dan dijiwai oleh ideologinya (jatidirinya). d) Lapisan keempat adalah manajemen, artinya agar secara efektif dan efisien modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, maka perlu menghadirkan manajemen yang profesional. e) Lapisan kelima adalah usaha, artinya kinerja usahanya kompetitif karena dikelola secara profesional, disamping mampu memberikan layanan yang optimal bagi para anggotanya.
1. IDEOLOGI 2. ORGANISASI
3. PERMODALAN
4. MANAJEMEN 5. USAHA
Bisnis koperasi adalah bisnis dengan watak sosial. Hal ini berarti koperasi memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi anggotanya, dan kemudian, koperasi mendapatkan keuntungan dari pelayanannya tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan “Hukum 2 Jangan Sampai”, yaitu (1) Jangan sampai ideologi mengahambat kemajuan koperasi, dan (2) Jangan sampai kemajuan usaha mengabaikan ideologi koperasi.
8/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
III. KODE ETIK Mengacu pada hakekat koperasi dari, oIeh dan untuk anggota, maka bidang bisnis koperasi perlu dipolakan agar tidak keluar dari koridornya atau kode etiknya. Dan agar lebih terarah, diperlukan ada pemilahan yang ditinjau dari keterkaitan usaha koperasi dengan kepentingan bisnis anggota. Adapun pemilahan bisnis yang dikembangkan adalah sebagai berikut : 1) Bisnis Inti, yaitu bisnis koperasi yang terkait langsung untuk menunjang kepentingan bisnis anggota. Misalnya koperasi yang anggotanya adalah kalangan peternak sapi perah, maka bisnis intinya adalah menangani pemasaran produk susu dari usaha ternak sapi perah milik anggotanya 2) Bisnis penunjang, yaitu bisnis koperasi yang tidak terkait secara langsung dengan bisnis anggota, tetapi menunjang secara tidak langsung bisnis anggota. Misalnya untuk koperasl yang anggotanya peternak sapi perah, bisnis penunjangnya di bidang simpan pinjam (perkreditan), penyediaan pakan ternak dan obat-obatan, serta pendirian pabrik kompos yang menampung kotoran ternak dari usaha ternak sapi perah milik anggota 3) Bisnis pendukung, yaitu bisnis koperasi yang tidak ada hubungannya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bisnis anggota, tetapi peluang-peluang bisnisnya mendatangkan keuntungan yang memadahi. Misalnya untuk koperasi yang anggotanya petemak sapi perah bisnis pendukungnya bergerak di bidang perdagangan umum misalnya usaha apotik, pompa bensin, pertokoan dan lain-lain. Setelah mengenali 3 (tiga) pilahan bisnis koperasi tersebut maka strateginya terpola sebagai berikut: 1) Dari segi prioritas, bisnis inti harus menjadi prioritas utama, sedang bisnis penunjang menjadi prioritas kedua, dan bisnis pendukung menjadi prioritas ketiga. Sebagai bisnis prioritas utama bisnis inti harus dipelihara kesinambungannya dan peningkatan kemampuannya untuk melayani dan menunjang bisnis anggota. 2) Dari segi pemanfaatan keuntungan yang didapat dari bisnis pendukung digunakan untuk mengembangkan bisnis inti dan bisnis penunjang. Jangan sampai besarnya keuntungan yang diperoleh bisnis pendukung ini menjadi magnit (daya tarik yang kelebihan) dan justru karena menarik bergeser menjadi bisnis prioritas utama. 3) Dari segi pendanaan untuk bisnis inti dan penunjang sejauh mungkin didanai dari potensi yang dimiliki oleh kalangan anggota sendiri, kekurangannya ditutup dari modal pinjaman. Sedang untuk bisnis pendukung sebagian besar diperoleh dari modal pinjaman ataupun modal penyertaan (patungan), sedang sebagian kecil sisanya didanai dari modal sendiri. IV. KPPK Keberadaan KPPK atau kelompok pengusaha dan pedagang kecil di SBW sangatlah unik. Dimensi yang harus dibangun untuk kelompok ini dapat dibagi menjadi 3 dimensi: 1) Pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk menjadikan mereka produsen yg maju, yaitu dapat berproduksi dengan teknologi yang baik dan secara efisien 2) Pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk menjadikan mereka pengusaha yang handal, yaitu dapat mengatur dan mengendalikan usahanya dengan baik 3) Pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadikan mereka anggota yang loyal V. KESIMPULAN Koperasi adalah gerakan pendidikan di bidang ekonomi. Paradigma pengembangan koperasi di masa depan adalah : 1) Maju mundur koperasi adalah ditangan anggota 2) Jatuh bangunnya koperasi adalah ditangan manajemen 3) Berkembangnya koperasi ditangan adanya sinergi antara manajemen dan anggota. 9/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Untuk itu, dalam kita hendaknya memerankan diri secara bertanggung jawab untuk memelihara dan memajukan kehidupan berkoperasi saat ini dan masa mendatang perlu dengan selalu mengacu pada penggalangan potensi dan saling menghargai perbedaan. Untuk ini kuncinya adalah lewat peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya anggota melalui pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan.
2. Kopwan SU Setia Budi Wanita: Tantangan dan Kendala Dra. Sri Untari Bisowarno (Ketua I Kopwan SU Setia Budi Wanita) Setelah mengalami masa kejayaan, kejatuhan, konsolidasi, pemulihan citra, dan pengembangan, saat ini, koperasi wanita Setia Budi Wanita (kopwan SBW) berada dalam tahapan pemulihan, sebuah tahapan yang memiliki peran yang sangat vital dalam rangka menentukan arah ke depan. Untuk itu, secara internal SBW melakukan beberapa langkah, antara lain: 1) pemetaan kondisi anggota dan seluruh bidang usaha yang dilakukan Kopwan SBW serta peluang-peluang peningkatan pelayanan, sistim kerja, dan SDM guna mensinergikan seluruh sumber daya yang ada untuk menuju ke satu titik yaitu kopwan SU Setia Budi Wanita; 2) pemahaman kembali tentang sistem Tanggung Renteng dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota (pedoman khusus tanggung renteng yang telah diredefinisi); 3) pembinaan unit Kelompok Pengusaha dan Pedagang Kecil (KPPK), sebuah unit yang kecil tapi punya daya saing tinggi, yang juga merupakan bentuk komitment kepedulian SBW rakyat kecil (nilai sosial) I.
KONDISI KE DEPAN & HARAPAN
Dengan naiknya BBM, saat ini terasa bahwa kemampuan beli masyarakat berkurang. Dan walaupun ada kenaikan UMK bagi pekerja, namun pendapatan pelaku usaha kecil dan mikro makin turun karena biaya upah pekerja makin tinggi dan harga bahan baku usaha semakin tinggi. Terlebih lagi. semakin banyak pesaing dimana-mana. Minimarket menyebar makin mendekati rumah-rumah penduduk dan semakin banyak masyarakat yang turun ke jalan dengan berbagai jenis usaha untuk bisa menambah penghasilan keluarga. Untuk itu, secara umum, pelaku usaha mikro mengharapkan: 1) adanya stabilitas ekonomi dan stabilitas pasar, sehingga mereka dapat berproduksi atau berusaha dengan lancar dan aman, serta dapat memasarkan produk usahanya dengan harga yang terjangkau. 2) ketersediaan permodalan yang tidak menjerat leher, serta 3) adanya pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mengelola usaha dengan baik sehingga bisa hidup bertahan dan stabil II. KENDALA USAHA & UPAYA KOPWAN SBW Kendala praktis yang dihadapi koperasi dalam membantu usaha anggotanya yang memiliki umumnya terkait erat dengan kendala yang dihadapi anggota dalam menjalankan usahanya, yaitu: 1) tidak stabilnya usaha anggota akibat faktor faktor eksternal, yaitu stabilitas harga dan daya beli masyarakat. 2) tidak stabilnya usaha akibat faktor internal pelaku usaha, yaitu kurangnya ada motivasi untuk maju, tidak punya jiwa entrepreneur, minder dan tidak terampil. 3) tidak mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis yang lebih besar, karena kalah modal, kalah tempat, kalah kualitas, kalah pasar, dll. Keadaan ini diperburuk dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha mikro mengenai pengelolaan usaha dengan benar, pencatatan keuangan usaha, and proses produksi yang
10/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
efisien. Akibatnya, banyaknya pelaku usaha kecil dan mikro yang terjebak dalam hidup gali lobang tutup lobang, berhutang di sana sini. Menghadapi kondisi ini, Kopwan Setia Budi Wanita berusaha melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) menganalisa kondisi usaha untuk keperluan penguatan permodalan berdasarkan survey usaha dan keterangan dari pelaku usaha. 2) memantau perkembangan usahanya dengan membentuk kelompok-kelompok kecil (KPPK) yang terdiri dari 5 orang. 3) Memberikan dampingan mingguan terhadap kelompok untuk bisa menjaga stabilitas usaha dan berupaya memberikan pendidikan dan pelatihan ketrampilan usaha dan manajemen. Selain ke tiga hal di atas, Kopwan Setia Budi Wanita juga menanamkan nilai-nilai kedisiplinan bagi anggota2nya melalui tanggung renteng. Namun, mengapa unit KPPK Kopwan Setia Budi Wanita sepertinya kurang berkembang? Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) modal yang dipinjamkan kepada anggota (antara Rp. 200.000 s/d Rp. 400.000) tidak sesuai lagi dengan kebutuhan untuk modal kulakan, karena harga-harga barang yang melambung; oleh karena itu, banyak anggota yang mundur tidak bisa mengangsur. (2) anggota tidak mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis. Selain itu, dengan mengaplikasikan metode jemput dan antar, yaitu uang diantar ke anggota sebagi bentuk pinjaman dan uang dijemput secara berkala sebagai bentuk angsuran, administrasi KPPK membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Akibatnya bunga pinjaman KPPK tidak murah. Lalu bagaimana upaya Kopwan Setia Budi Wanita selanjutnya? KPPK haruslah dicarikan cannelling dana murah untuk menekan biaya modal. Untuk itu, Kopwan Setia Budi Wanita bekerjasama dengan salah satunya, YBUL, menjalankan pilot project KPPK untuk memperkuat permodalan usaha serta meningkatkan kapasitas anggota KPPK.
3. Kendala-Kendala Praktis dalam Mengelola Usaha Bidang Kecantikan Ibu Tri Wahyuningtyas (Anggota Kopwan SU Setia Budi Wanita) BIODATA Lahir: Desember 1955 di Surabaya Anggota SBW sejak: tahun 1997 Jenis usaha yang digeluti: Jasa Salon “Ika Puspita” Telah lebih kurang 25 tahun, Ibu Tri menggeluti usaha kecantikan, tepatnya ketika ia membuka salon “Ika Puspita” pada tahun 1983. Sesuai dengan karakteristik usaha kecantikan yang tidak tetap, usaha salon Ibu Tri juga mengalami pasang surut. Namun, resesi ekonomi pada tahun 1997 memperburuk kondisi usaha salon Ibu Tri. Akibatnya, Ibu Tri mengalami kesulitan untuk membiayai ke dua anaknya yang pada saat itu menginjak perguruan tinggi. Di tengah kesulitan itu, Ibu Tri bertemu dengan salah satu pengurus koperasi SBW, Ibu Tin Wardoyo, dan mengajaknya untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Sejak itulah, Ibu Tri mendapatkan bantuan pinjaman untuk membayar uang kuliah ke dua anaknya sampai dengan selesai. Anak pertama Ibu Tri saat ini telah bekerja menjadi pegawai BRI di Temanggung, Jawa Tengah, dan anak ke duanya menjadi guru SMKK Negri 3 di Samarinda. Usaha salon “Ika Puspita” pun sampai saat ini masih berjalan, dan selanjutnya Ibu Tri juga mendapat tambahan modal untuk innovasi usahanya agar dapat tetap hidup dan mampu bersaing. Skema pinjaman yang ditawarkan koperasi SBW sangatlah bermanfaat bagi pengusaha yang pendapatannya berfluktuasi, seperti Ibu Tri, terutama untuk menopang keperluan keluarga yang berjumlah besar, seperti pembayaran uang sekolah/kuliah, biaya pengobatan, pembelian keperluan sekolah, dan lainnya. Dengan pinjaman SP misalnya, anggota dapat mengkredit uang semesteran 11/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
anak dengan pembayaran cicilan 10x. Dengan kemudahan ini, kemudian melahirkan banyak “mahasiswa SBW” yang sukses berkat skema pinjaman ini. Saat ini, disamping sebagai pengusaha salon, Ibu Tri juga berpartisipasi memajukan usaha-usaha anggota SBW lainnya dengan mengkoordinir anggota KPPK yang memiliki usaha kripik pisang dan singkong yang masih dalam pengembangan usaha untuk mendapatkan bantuan permodalan dan bimbingan dari Deperindakop. Selanjutnya, Koperasi SBW memberikan skema kredit minyak dengan pembayaran dua mingguan dan skema kredit bahan baku pisang/singkong yang langsung didapat dari petani dengan pembayaran mingguan.
4. Kendala-Kendala Praktis dalam Mengelola Usaha Bidang Makanan Kecil Ibu Penny Setya Martiningsih (Anggota Kopwan SU Setia Budi Wanita) BIODATA Lahir: Maret 1965 di Malang Anggota SBW sejak: tahun 1998 Jenis usaha yang digeluti: Catering Kue “Ninieng” Ibu Penny telah menjadi anggota koperasi SBW sekitar 10 tahun atau sejak 1998; pada saat itu, Ibu Penny adalah seorang perias penganten. Namun, karena usaha rias pengantin ini tidak terus menerus sifatnya, maka timbul suatu keinginan untuk menambah jenis usaha lain untuk menutupi keluangan yang ada dan terutama untuk menutupi kebutuhan anak dan rumah tangga seorang diri. Setelah menganalisa berbagai pilihan usaha uang cocok untuk ditekuni, Ibu Penny akhirnya memutuskan untuk mengembangkan usaha yang sejalan dengan hobinya, yaitu membuat kue-kue basah. Dengan bantuan permodalan dari koperasi SBW, awalnya Ibu penny menjual kue-kue ini dengan cara menitipkannya di warung-warung atau toko-toko sekitar. Cukup berhasil dengan menitipkan kue-kuenya, Ibu Penny pun mulai mengembangkan usahannya dengan pinjaman lanjutan dari SBW. Ia kemudian melengkapi peralatan pembuatan kuenya dan memperkaya keterampilannya dengan membaca berbagi literatur bermacam-macam jenis kue. Akhirnya, berawal dari menitipkan kue-kuenya di toko-toko, dengan gigih Ibu Penny mengembangkan usahanya hingga saat ini kue Ibu Penny dikenal banyak perkantoran dan perusahaan. Skema pinjaman modal usaha dengan dukungan pendidikan & keterampilan sangatlah bermanfaat bagi kemajuan usaha kue Ibu Penny. Perkuatan modal sangat dibutuhkan untuk melengkapi peralatan memasak, menjaga kualitas dan menambah variasi kue yang akan dijual. Kendala yang saat ini dihadapi Ibu Penny adalah harga bahan baku yang tidak menentu serta daya beli masyarakat yang semakin berkurang. Sejak beberapa tahun belakang ini, toko kue semakin bertambah, sehingga persaingan usaha sejenis semakin ketat. Untuk mensiasati hal ini, Ibu Penny memiliki kiat tersendiri, yaitu jeli membaca keinginan pasar dan tetap menjaga kualitas dan rasa kuekue buatannya. Harapan Ibu Penny ke depan adalah agar Kopwan SBW dapat mengadakan pelatihan kewirausahaan secara berkala serta menyelenggarakan pendidikan keterampilan usaha sendiri untuk para anggotanya guna memperluas atau memvariasikan usahanya.
.
12/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PANEL DISKUSI Moderator: Deddy Satya Dewanto S. Sos (Kepala Pusat Belajar Tanggung Renteng SBW)
Pertanyaan ▬ Ibu Iskandar (Penanggung Jawab Kelompok 56): Bagaimana caranya agar kelompok kami dapat dicintai oleh masyarakat? Kendala yang ada adalah di lingkungan kami sudah ada PKK, Prakoperasi, dan koperasi-koperasi kecil lainnya. J: Ibu Untari: Dengan adanya Gebyar HUT 30 Koperasi Wanita Setia Budi Wanita tanggal 30 Des 2007 yang ditayangkan di Batu TV serta dimuar di beberapa media cetak, banyak tanggapan/respon dari masyarakat Malang raya baik melalui telepon/surat dan termasuk bertanya bagaimana untuk menjadi anggota SBW. Bapak Nirbito: Kita harus berpikir secara luas dan komprihensif, tidak terpenggal-penggal. Faham koperasi bermaksud untuk menyatu dengan lingkungan luar koperasi, untuk itu pihak-pihak tersebut harus menjadi mitra koperasi. PKK, Prakoperasi, dan koperasi-koperasi lainnya harus bisa bekerjasama untuk mengembangkan nilai-nilai koperasi. Boleh-boleh saja mengejar penambahan anggota, namun, yang lebih penting adalah kualitas anggota. Di bawah DEKOPINDA terdapat BKWK, Badan Koordinasi Wanita Koperasi, yang juga mulai menjalin kerjasama dengan kelompok-kelompok PKK di Malang. Namun, harus disadari bahwa kenyataan masyarakat yang kurang tertarik dengan dengan koperasi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memperbaiki citra kebersamaan koperasi. Pertanyaan ▬ Ibu Siswandi (Penanggung Jawab Kelompok 43): Melihat presentasi Bapak Nirbito, mengapa dalam kriteria manager tidak tercantum integritas? Apakah personalitas integritas seseorang?. J: Bapak Nirbito: Pengurus memilih dan mempercayai manager dengan dasar integritas. Pertanyaan ▬ Ibu Endang Ardiastuti (PPL): Banyak anggota yang suaminya menjadi korban PHK di perusahaan tempatnya bekerja. Guna membantu keuangan keluarga, mereka bermaksud untuk berusaha. Untuk itu, jika ada anggota yang akan belajar ke Ibu Penny, apa ibu bersedia/sanggup untuk mengajar mereka dan bagaimana pembayarannya? J: Ibu Penny: Pada RAT (Rapat Anggota Tahunana), telah diputuskan untuk diadakan pendidikan keterampilan yang dikelola sendiri oleh SBW dan gurunya adalah juga anggota SBW. Namun, secara umum Ibu Penny bersedia membantu upaya pendidikan keterampilan, bagi anggota SBW, khususnya pembuatan kue, dan mempersilakan teman-teman SBW untuk mengunjungi dapur kerjanya. Pertanyaan ▬ Bapak Andri Y. (Badan Komunikasi Pemuda Koperasi): 1) Bagaimana mengarahkan usaha kecil yang identik sebagai usaha rakyat untuk tidak berprilaku kapitalis yang berorientasi pada profit lebih besar? 2) Kelebihan koperasi salah satunya adalah memiliki watak sosial yang menjadi sarana untuk mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat. Tetapi, sekarang ini banyak perusahaanperusahaan di luar koperasi juga telah mengarah pada watak sosial melalui program CSRnya (corporate social responsibility). Hal ini merupakan tantangan bagi koperasi untuk bersaing guna mendapatkan dukungan masyarakat. Untuk itu, langkah-langkah apakah yang perlu dilakukan koperasi?
13/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
J: Bapak Nirbito: Hal ini sangat bergantung pada manusia itu sendiri serta dipengaruhi ideologi negara untuk membangun usaha kecil. Namun, watak sosial ini dapat ditumbuhkan dan dibangun pada tiap-tiap orang melalui kebersamaan yang merupakan landasan/ideologi koperasi. Untuk itu, kami sarankan kepada seluruh unit di SBW untuk terus menerus melakukan pelayanan yang maksimal kepada anggotanya dan juga berupaya untuk membuat usaha bersama. Kopwan Setia Budi Wanita sebagai sebuah Primer Puskowanjati di Malang mungkin bisa di tempatkan oleh Puskowanjati untuk melakukan/memfasilitasi usaha bersama tersebut. Bersama-sama DEKOPINDA, DISPERINDAG, KADINDA, SBW dapat mencoba mengevaluasi kemungkinankemungkinan untuk melakukan usaha bersama. Namun, sosialisasi awal pada koperasi-koperasi tersebut perlu dilakukan. Selanjutnya, kapitalisme janganlah dijadikan momok/musuh. Menghadapi ritel modern adalah dengan belajar memberikan pelayanan seperti yang mereka berikan kepada pelanggannya dan bahkan lebih baik, misalnya tersenyum dan menyapa pelanggan yang datang, dll. Koperasi harus bisa menjadi pelopor merambah tanggung jawab sosial kepada masyarakat dengan mengimplementasikan azas kekeluargaan. Pertanyaan ▬ Bapak Agus Irawan (Puskowanjati): Apakah terjadinya jaringan yang difasilitasi SBW bisa disebut sebagai kapitalisme di kemudian hari? J: Bapak Nirbito: Koperasi tidak perlu bersaing. Koperasi telah sejak lama melakukan CSR (corporate social responsibility) atau kepedulian sosial. Justru yang perlu kita pikirkan ke depan adalah menyusun langkah yang lebih kongkrit. Untuk itu, SBW dapat menjadi pelopor guna menyatukan beberapa kopwan untuk berkerjasama dan tidak bersaing. Pertanyaan ▬ Ibu Trisminarti Tarigan: 1) Bagaimana agar kita bisa seperti negara tetangga kita, Singapura, yang dengan kekuatan bersama dapat memiliki kebijakan yang mengatur bahwa toko swalayan/supermarket hanya dapat berlokasi di jalan-jalan protokol? 2) Terima kasih saya ucapkan atas kebijakan SBW yang tidak membubarkan KPPK, seperti yang terjadi di beberapa koperasi primer puskowanjati lainnya. J: Bapak Nirbito: Saat ini, kebanyakan masyarakat ingin bergabung ke koperasi karena ingin meminjam uang; kondisinya memang demikian. Kita masih harus banyak berbenah diri hingga mencapai kondisi seperti yang disampaikan bapak Nirbito, yaitu bergabung ke koperasi dengan motivasi untuk menggalang potensi dan kerjasama. Selain itu banyak tantangan yang harus kita hadapi bersama, salah satunya mengiplementasikan jati diri koperasi dalam bentuk-bentuk yang nyata. Ibu Untari: Sejak awal, KPPK memang kita harapkan sebagai jembatan bagi SBW dengan pedagang kecil, dengan harapan agar nantinya anggota KPPK ini dapat menjadi anggota penuh SBW. Maka secara ekonomi, anggota SBW diharapkan terangkat harkat dan martabatnya melalui kegiatan ekonomi yang diusahakannya. Pendapat ▬ Ibu Pudji (Koodinator Swalayan SBW): Kami dituntut untuk dapat menjual produk-produk dengan harga yang murah, padahal harga-harga di luar tidaklah beraturan. Untuk itu, waserda ingin mengadakan kulakan bersama dengan koperasikoperasi lainnya di Malang. Misalnya, saat ini, SBW sendiri mampu melakukan kulakan gula maksimum 8 ton. Namun, jika kita melakukan kulakan bersama, maka kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah dengan memesan langsung 20 ton ke pabrik, tentunya melalui perantara Puskowanjati. J: Ibu Untari: Usul yang sangat baik. Berhubung hari ini turut hadir beberapa koperasi dari Malang dan Surabaya, maka sya mengundang langsung pendapat dan kesediaan bapak/ibu untuk menggali kemungkinan kerjasama ini dengan Ibu Pudji. 14/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Pendapat ▬ Ibu Kusno (Pengusaha Kecil & Penanggung Jawab Kelompok 20): Saya melihat belum ada kesungguhan dari Pemerintah untuk melindungi dan memajukan pengusaha kecil. Pemerintah harus dapat mencari solusi, sekaligus memberikan perhatian dan pembinaan terhadap pengusaha di pasar-pasar tradisional. Saya melihat, contohnya, pabrik keramik di Dinoyo banyak yang telah gulung tikar karena tersaingi oleh keramik import. Untuk itu saya mohon perhatian Pemerintah kota Malang. Saya juga mengusulkan agar anggota SBW yang memiliki usaha untuk diberikan kesempatan untuk menyalurkan produknya, seperti kue & catering untuk konsumsi pertemuan K2B, rapat anggota, lebaran, dan kegiatan lainnya yang dilakukan kopwan SBW. J: Ibu Untari: Usul yang sangat baik. Saat ini beberapa nggota SBW yang miliki usaha pembuatan kue basah & catering telah diberikan kesempatan untuk mengisi keperluan konsumsi rapat/pertemuan yang dilakukan kopwan SBW. Di masa mendatang, kesempatan ini akan kami perluas di bidang-bidang lainnya. Pendapat ▬ Ibu Indung (Pengawas Kopwan SBW): Merujuk presentasi Bapak Nirbito, maka SDM anggota harus terus ditingkatkan guna memajukan Kopwan SBW. Saya juga mengusulkan agar dilakukan angket pada seluruh anggota SBW guna memetakan anggota mana yang dapat menjadi kekuatan SBW dan anggota mana yang menjadi beban SBW. Dengan hasil pemetaan ini, SBW dapat menjadikan anggota terketagori kekuatan SBW sebagai tim pemasaran produk-produk SBW. Masukan ▬ Bapak Agus Widianto (YBUL): 1) Pelatihan: perlunya topik analisa pasar dalam pelatihan yang dilaksanakan SBW. 2) Perlunya pemberian wawasan tentang yang pembinaan jaringan/networking untuk membantu memecahkan masalah. 3) Koperasi menjadi titik masuk bagi dimensi penting lainnya, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Koperasi berpotensi besar adn strategis untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan dalam perkembangan ekonomi daerah. 4) Merujuk paparan Bapak Nirbito, mengenai idealisme vs pragmatisme. Bapak Agus mencermati bahwa, idealisme dan pragmatisme haruslah seimbang. Idealisme harus diperkuat dengan pragmatisme. Begitu pula, pragmatisme harus diperkuat oleh idealisme. Ke dua kutub ini tidak saling mereduksi satu dengan yang lainnya. Pendapat ▬ Bapak Wadjidi (Disperindagkop): Peranan Pemerintah telah cukup banyak dalam pemberdayaan koperasi. Tugas disperindagkop adalah untuk memfasilitasi dan mendukung kegiatan koperasi, yang telah berkontribusi pada perekonomian kota Malang. Namun, perlu adanya koordinasi yang kuat untuk mengambil kebijakan di Pemerintah Pusat. Selanjutnya, program Disperindagkop ke depan adalah membantu Kopwan Setia budi Wanita agar dapat mebuka retail-retail ke pelosok kota Malang Raya melalui bantuan dana dari Pemerintah (Kementrian Koperasi).
15/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
KESIMPULAN 1) Tantangan ke depan adalah tanggung jawab koperasi sendiri. Untuk itu, koperasi harus berpikir secara luas, membangun jatidiri, dan saling berkerjasama. 2) Guna meningkatkan kapasitasnya, koperasi tidak hanya membutuhkan dukungan permodalan, namun juga bantuan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya. 3) Khusus bagi Kopwan Setia Budi Wanita, unit KPPK (kelompok pengusaha dan pedagang kecil) harus tetap dipertahankan dan telah terbukti membawa manfaat bagi masyarakat luas. 4) 2.5% dari dana DAPERTA diperuntukkan untuk membatu anggota KPPK yang macet kareana keterpurukan usaha. Dengan bantuan tersebut, anggota KPPK ini diharapkan dapat bangkit kembali dan dapat segera mengembalikan pinjamannya berupa angsuran berkala.
16/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
LAMPIRAN: DOKUMENTASI, DAFTAR HADIR & KLIPPING KORAN
17/25 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id