Wealth Management Newsletter - Januari 2014
What to Expect in 2014?
Market Perspective - Januari 2014
FOREWORD
Nasabah yang terhormat, Mengawali artikel ini, perkenankan saya mewakili manajemen dan jajaran direksi PT Bank Commonwealth mengucapkan Selamat Tahun Baru beserta harapan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan akan selalu menyertai kita semua di tahun 2014 ini. Apabila kita melakukan kilas balik di tahun 2013 yang lalu, Anda tentunya melihat bahwa perekonomian global dan domestik mulai memasuki fase konsolidasi setelah terus bertumbuh agresif selama periode 3 tahun terakhir. Aksi bank sentral Amerika Serikat untuk mulai mengurangi program stimulus Quantitative Easing berdampak pada maraknya repatriasi aliran dana investasi dari negara berkembang kembali pada negara-negara maju. Hal ini tentunya mempengaruhi kinerja dari asetaset investasi pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicetuskan oleh Pemerintah Indonesia sepanjang tahun 2013 dalam rangka memperkuat stabilitas perekonomian domestik. Kenaikan suku bunga acuan serta berbagai upaya untuk menekan defisit transaksi berjalan telah mendorong fluktuasi di pasar modal maupun makro ekonomi domestik. Investor tentunya harus lebih cermat dan melakukan diversifikasi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing untuk mengoptimalkan imbal hasil yang diperoleh untuk tahun 2014 nanti. Saya percaya bahwa tim profesional dari PT Bank Commonwealth telah memberikan alternatifalternatif yang dapat Anda pilih, sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan finansial Anda. Akhir kata, kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya terhadap Anda, nasabah setia dari PT Bank Commonwealth, yang selalu menjadi bagian dari kesukesan kami. Kami berharap pelayanan profesional yang diberikan oleh tim kami dapat membantu Anda mencapai tujuan finansial Anda dan keluarga.
Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail Banking
1
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013
Global and Domestic Economy Outlook 2014
S
ecara umum, tahun 2013 merupakan sebuah tahun yang penuh kejutan bagi investor, baik dari sisi domestik maupun global. Repatriasi aliran dana investasi dari negara-negara berkembang kembali ke negara-negara maju menjadi salah satu tema utama yang terjadi di tahun 2013. Pasar modal negaranegara berkembang yang selama 4 tahun terakhir didorong oleh likuiditas agresif yang diciptakan oleh program pembelian obligasi pemerintah AS (Quantitative Easing - QE) oleh The Federal Reserve menghasilkan kinerja negatif di tahun 2013, diakibatkan ketidakseimbangan pertumbuhan fundamental ekonomi makro serta yang terutama, mulai dikuranginya program tersebut (QE Taper) atas inisiatif dari Ben Bernanke, Gubernur The Fed, dikarenakan pemulihan ekonomi yang terus berjalan di AS. Sebagai hasil dari repatriasi tersebut, kinerja dari bursa saham negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa tercatat positif di tahun 2013.
Repatriasi aliran dana investasi kembali pada negara-negara maju. Uni Eropa dan Amerika Serikat adalah penerima aliran dana terbesar di tahun 2013 (net change in $bn and %)
23.1%
300
16.8%
200
15 12 9 6
1993
1998
2003
2008
2013
Sumber : Bloomberg, 29 November 2013
9.7%
150 100
1.6%
50
-2.6%
0
DM Europe
N-Americas
N-Americas
Equities Emerging Mkts
Bonds DM Europe
-4.0% Emerging Mkts
-50 -100
U.S. S&P 500 Corporate Operating Margins (%)
350
U.S. companies’ operating margins remain strong
Sumber : EPFR (net change between end-May and mid-Dec)
Setelah The Fed memulai program QE Taper perhatian investor tertuju kepada kebijakan suku bunga rendah yang menjadi pilar utama pendorong komponen-komponen pertumbuhan ekonomi AS
Setelah The Fed secara resmi memulai program QE Taper pada pertemuan bulan Desember 2013 kemarin, perhatian investor akan tertuju pada kebijakan suku bunga rendah yang dilakukan oleh The Fed. Selama ini, kebijakan tersebut menjadi pilar utama yang mendorong komponen-komponen pertumbuhan ekonomi AS. Rendahnya suku bunga mendorong rendahnya biaya modal, pemulihan kredit macet di sektor properti, serta mendorong daya beli konsumer. Berdasarkan data inflasi AS di bawah, untuk sementara waktu investor dapat melihat bahwa potensi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya masih relatif rendah, hal ini dikarenakan tingkat inflasi AS yang relatif masih rendah dan diestimasi akan terus berlanjut dalam jangka pendek.
Bahkan indeks S&P 500 di AS mencapai kinerja tahunan terbaik, semenjak tahun 1997, yakni di level 30%. Di sisi lain, kinerja indeks S&P 500 telah mendorong valuasi indeks tersebut mencapai level tertinggi selama 3 tahun terakhir pada level 17,4x rasio P/E, namun dengan tetap agresifnya tingkat profitabilitas emiten-emiten S&P 500, dapat dikatakan bahwa investasi pada indeks S&P 500 di AS memiliki tingkat risiko dan imbal hasil yang masih seimbang. 2
Consumer Price Index YoY (%)
U.S. Inflation is below trend and will likely remain modest in the near future 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Realized Inflation
Sumber : Bloomberg, 29 November 2013
Average Inflation (11/2003-11/2013)
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013 The Fed akan sangat berhati-hati dalam memperketat kebijakan moneternya, terutama setelah misinterpretasi yang terjadi di pertengahan tahun 2013 di mana investor memperkirakan program QE Taper akan dilanjutkan oleh pemangkasan suku bunga acuan. The Fed tentunya mempertimbangkan kondisi pertumbuhan ekonomi global yang juga relatif lambat saat ini, serta indikator ekonomi makro AS yang saat ini telah membaik, namun belum mencapai level sebelum krisis di tahun 2008. Meski demikian, program QE Taper diestimasi akan terus berlanjut di tahun 2014. Dengan terus membaiknya data pertumbuhan ekonomi serta data tenaga kerja di AS, investor mengestimasi The Fed akan memangkas USD10 miliar dari program QE setiap bulannya pada setiap pertemuan reguler The Fed. Berdasarkan estimasi tersebut, The Fed diprediksi akan menghentikan secara total program QE pada akhir tahun 2014 (Sumber: Bloomberg). Hal ini yang menjadi dasar bahwa pasar modal global di masa yang akan datang akan kembali ke situasi ‘normal’ dimana investor akan kembali selektif dan melakukan penilaian aset investasi berdasarkan kualitas fundamental dari aset yang bersangkutan, dikarenakan turunnya tingkat likuiditas global. Masih dari negara-negara maju, wilayah Uni Eropa menunjukkan pemulihan ekonomi yang signifikan di tahun 2013, hal ini juga tercermin dari pertumbuhan yang pesat pada pasar saham dan obligasi di negara-negara tersebut, terutama di negara-negara yang menjadi episentrum krisis di tahun 2011 kemarin seperti Yunani, Italia, Spanyol, Irlandia, Portugal. Hal ini didorong oleh dukungan tak terbatas yang dilakukan oleh bank sentral Eropa (ECB) serta pemulihan yang terjadi pada transaksi berjalan negara-negara bermasalah. Namun di sisi lain, aktivitas ekonomi riil di wilayah Uni Eropa masih relatif lambat dan belum menunjukkan pemulihan berarti. Salah satu potensi risiko terbesar yang dialami wilayah Uni Eropa adalah deflasi, pertumbuhan kredit yang lambat, dan meningkatnya non-performing loan di sektor perbankan. Hal ini diestimasi investor akan mendorong kebijakan moneter dan fiskal yang tetap longgar dari ECB di semester pertama tahun 2014.
Deflation is a rising risk to major Eurozone countries 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 12/2012
2/2013
Germany CPI YoY% Sumber : Bloomberg, 29 November 2013
4/2013
6/2013
France CPI YoY%
8/2013
10/2013
Italy CPI YoY%
Sementara di Jepang, kebijakan ekonomi yang longgar oleh Perdana Menteri Shinzo Abe, yang juga dikenal dengan nama Abenomics, diperkirakan masih akan terus berlanjut, mengingat kondisi deflasi yang masih dialami oleh negara tersebut. Kebijakan yang oleh investor juga dikenal dengan nama Quantitative and Qualitative Easing (QQE) berhasil mendorong kinerja indeks Nikkei dan pertumbuhan ekonomi Jepang secara agresif di tahun 2013. Salah satu risiko utama yang dilihat oleh investor di Jepang, adalah rencana kenaikan pajak konsumsi yang dikhawatirkan akan menghambat konsumsi domestik yang baru mulai bertumbuh. Namun selain hal tersebut, kebijakan pemerintah yang cenderung berimbas pada melemahnya nilai tukar Yen, akan mendorong kenaikan profitabilitas emiten dan meningkatkan aktivitas investasi domestik. Hal ini diestimasi masih akan menarik minat investor asing untuk berinvestasi di pasar modal Jepang dalam jangka menengah. Dapat dilihat pada diagram di bawah, bahwa melemahnya yen akan memberikan dampak positif bagi ekonomi makro Jepang yang mayoritas emitennya adalah eksportir. Weak JPY
Cut export price?
Yes
No
Export volume rises
Raise dividends wages?
No
Expand Capacity? Yes
Corporate profit rises
Positive feedback loop
Investment rate rises
Yes
Consumption rises
Higher GDP, CPI; smaller OP gap
No
Invest overseas?
Yes
No Corporate cash holding rises
Limited Impact
FDI rises
Sumber : ING, 2 Januari 2014
Selanjutnya kami akan membahas situasi dan analisa kondisi ekonomi dan pasar modal negara-negara berkembang. Tahun 2013 merupakan tahun yang sulit bagi negara-negara berkembang dengan adanya repatriasi aliran investasi kembali ke negara-negara maju. Selain hal tersebut, negara-negara berkembang juga dipersulit oleh aktivitas perdagangan global yang masih relatif rendah, dipicu oleh kontraksi ekonomi China selama beberapa tahun terakhir. Namun arah positif bagi perekonomian China mulai terlihat pada semester kedua tahun 2014, di mana indikator aktivitas bisnis dan manufaktur (Purchasing Managers Index) konsisten berada di zona ekspansi, serta konsumsi domestik yang meningkat secara bertahap, telah mendorong pertumbuhan ekonomi China kembali merangkak naik 3
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013 di semester kedua tahun 2013. Tentunya yang menjadi salah satu kendala bagi perekonomian China adalah fluktuasi suku bunga yang seringkali memicu hambatanhambatan secara temporer, mengingat mayoritas perbankan skala menengah di China berada dalam kategori ‘highly leverage’ atau memiliki rasio hutang yang relatif tinggi.
Indikator PMI (garis putih) dan pertumbuhan ekonomi china (bar oranye) mengindikasikan peningkatan di semester kedua 2014 12/31/2012 1D 3D 1M
12/31/2013 6M YTD 1Y
11)Compare Security/Study
5Y Max Daily
Local CCY
Last Price CPMINDX Index (R1) 51.0 -.4
7.90
51.4
CNGDPYOY Index (L1) 7.8 +.3
7.85
51.2
7.8 51.0 7.75 50.8
7.70
50.6
7.65 7.60
50.4
7.55 50.2 7.50 50.0 1/31
2/28
3/31
4/30
5/31
6/30
7/31
8/31
9/30
10/31
11/30
12/31
Sumber : Bloomberg, 31 December 2013
Permasalahan likuiditas perbankan di China menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pemulihan laju pertumbuhan ekonomi di China. Di samping itu, ancaman dari bubble sektor properti akan mendorong pemerintah untuk sangat berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya guna memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Fluktuasi suku bunga antar bank di China (tahun 2013) menjadi salah satu kendala likuiditas bagi perbankan china 12/31/2012 12/31/2013 1D 3D 1M 6M YTD Mid Price High on 06/20/13 Average Low on 03/26/13
11)Compare
Mid Line Line 1Y 5Y Max Daily
Movs. Avgs
No Lower Chart Security/Study Event
CNY
Apr
May
Sumber : Bloomberg, 31 December 2013
4
Brazil (5 Oct)
Jun
2013
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Parliamentary / Congressional
8.000
Thailand (2 Feb)
6.000
Indonesia (9 Apr)
4.000
India (May)
2.000
Mar
Indonesia (9 Jul)
12.000
3.1480
Feb
Stabilitas politik adalah agenda berikutnya di tahun 2014. Di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia , akan diadakan pemilihan umum, baik untuk parlemen maupun presidensial. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi wait and see untuk berinvestasi di pasar modal mengingat suhu politik yang tinggi dan rentan akan konflik domestik.
Presidential
10.000
Jan
Negara-negara seperti India dan Indonesia memikul beban yang berat dengan kondisi rendahnya aktivitas perdagangan global saat ini. Setelah terbiasa menambal defisit transaksi berjalan dengan aliran Foreign Direct Investment dan Portfolio Investment selama beberapa tahun terakhir akibat minimnya surplus neraca perdagangan, repatriasi aliran dana akibat program QE Taper dari The Fed menyebabkan membengkaknya defisit transaksi berjalan. Apalagi ditambah beban subsidi yang tinggi di kedua negara tersebut. Pulihnya sektor ekspor akan meringankan beban defisit di negaranegara tersebut dan negara-negara berkembang pada umumnya.
Global – Major Election In 2014
14.000
1.1480 13.4440 3.3266 1.6740
Berlanjutnya reformasi ekonomi dan liberalisasi sistem finansial di negara Tirai Bambu tersebut akan menjadi kunci bagi perekonomian China di tahun 2014. Pulihnya pertumbuhan ekonomi China di tahun 2014 akan menstimulasi aktivitas perdagangan global dan memberikan imbas positif bagi harga komoditas serta negara-negara eksportir. Hal ini akan sangat krusial mengingat negara-negara berkembang (yang notabene mayoritas adalah eksportir) saat ini mengalami defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan dan membutuhkan peningkatan dalam aktivitas eksporimpor.
Brazil (5 Oct) United States midterm (4 Nov) Sumber : IFES Election Guide
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013
P
erekonomian Indonesia dapat dikatakan memasuki fase konsolidasi di tahun 2013. Selain defisit pada transaksi berjalan yang menjadi isu paling krusial di tahun 2013 kemarin, kenaikan harga BBM bersubsidi serta kenaikan Upah Minimum yang juga signifikan turut mempengaruhi kondisi ekonomi baik secara makro maupun mikro. Untuk mengatasi tingginya defisit transaksi berjalan maupun derasnya aliran dana investasi yang keluar dari pasar modal domestik, pemerintah telah melakukan tindakan preventif baik yang berorientasi jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, pemerintah bermaksud menekan impor dan memperlambat aktivitas ekonomi domestik, dengan cara menaikkan suku bunga acuan dan membiarkan nilai tukar rupiah bergerak sesuai dengan mekanisme pasar (minim intervensi). Hal ini tentunya berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, pemerintah terus memberikan insentif untuk menstimulasi kembali ekspor serta secara perlahan memangkas beban subsidi. Tentunya faktor-faktor tersebut mempengaruhi keyakinan investor untuk kembali berinvestasi di pasar modal Indonesia, pelemahan nilai tukar rupiah yang masih berlanjut juga turut mempengaruhi aliran investasi ke pasar domestik. Salah satu hal ekstrim yang mungkin dilakukan oleh pemerintah untuk meringankan beban defisit dan mengembalikan keyakinan investor adalah kembali menaikkan harga BBM bersubsidi, meskipun hal tersebut kemungkinan belum akan dilakukan di tahun 2014 mengingat nuansa politis yang disebabkan oleh Pemilu 2014.
Suku bunga acuan telah dinaikkan 1,75% oleh bank indonesia sebagai upaya memperlambat aktivitas ekonomi domestik dan meredam inflasi Indonesia Interest Rate Benchmark Interset Rate 8
8
7.5
7.5
7
7
6.5
6.5
6
6
5.5 Jan/12
Apr/12
Jul/12
Oct/12 Jan/13
Apr/13
Jul/13
5.5
Oct/13
17%
Sumber : www.tradingeconomics.com | Bank Indonesia
impor barang-barang modal yang saat ini berkontribusi terhadap total impor
Pertumbuhan ekonomi domestik relatif melambat (bar biru), namun aktivas ekonomi riil tetap solid (tercermin melalui tingkat pengangguran yang terus menurun) 6.5
%
12 11
6.0
10
5.5
9 5.0
8
4.5 4.0
7 2005 2006
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 GDP growth (LHS)
Sumber : CEIC, Citi Research; Grey area reprsents Citi forecasts
Perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik akan lebih banyak didorong oleh menurunnya aktivitas sektor investasi, sementara konsumsi domestik diestimasi masih akan terus bertumbuh. Tingginya biaya modal akibat kenaikan suku bunga acuan, naiknya biaya upah serta tingginya harga bahan baku akibat depresiasi rupiah, akan menurunkan aktivitas investasi domestik. Hal ini dapat dilihat dari penjualan lahan industri yang melambat sepanjang tahun 2013 serta peningkatan kapasitas produksi (yang umumnya disebabkan oleh meningkatnya investasi) yang juga relatif datar pada periode yang sama.
Unemployment rate
6
Mempertimbangkan hal tersebut, pemulihan defisit transaksi berjalan akan lebih banyak didorong oleh menurunnya impor secara drastis sebagaimana yang terlihat pada Q4 2013. Dengan asumsi aktivitas investasi yang melambat sebagaimana dijelaskan sebelumnya, impor barang-barang modal (yang saat ini berkontribusi 17% terhadap total impor) akan mengalami penurunan yang lebih tajam apabila dibandingkan dengan impor bahan baku. Hal ini telah terlihat pada grafik di bawah, dengan membandingkan tingkat impor di periode Januari – Agustus 2012 dan 2013. 5
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013 Komposisi impor dan pertumbuhan selama periode 2012 – 2013 (Januari – Agustus), impor barang modal mengalami penurunan paling signifikan dibandingkan bahan baku, barang konsumsi, dan BBM 70
kenaikan, terlepas dari kenaikan harga 30% yang sudah dilakukan oleh pemerintah pada pertengahan tahun lalu. Neraca perdagangan meski telah mengalami surplus, namun hal ini lebih dikarenakan oleh menurunnya impor barang modal, sementara impor BBM bersubsidi terus mengalami kenaikan dan memberatkan defisit neraca perdagangan serta transaksi berjalan.
60 50 40
Impor minyak mentah terus mengalami kenaikan, sementara rasio diantara harga BBM bersubsidi dan tidak bersubsidi kembali meningkat
30 20 10 0 Consumption goods
Raw materials (excl. fuel) Jan-Aug 2012
Fuel
Capital goods (excl. aircrafts)
kgmn 4000
120 %
3800 3600 3400 3200 3000 2800 2600 2400 2200 Oct-13
100
Jan-Aug 2013
80 60
Sumber : BPS, Ministry of Trade, Citi Research
40 20 0
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, pemulihan aktivitas perdagangan global akan membantu mendorong kinerja ekspor dan menurunkan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. 50% dari total ekspor Indonesia adalah ekspor komoditas utama seperti batu bara, minyak sawit, karet, bijih besi, minyak dan gas. Ekonomi Indonesia mengalami fase ekspansi yang agresif pada tahun 2002-2007 yang didorong oleh booming harga komoditas pertambangan pada periode tersebut, di mana China sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat agresif. Sebaliknya pada masa ekonomi China mengalami perlambatan, sektor pertambangan di Indonesia mengalami kinerja yang paling buruk dibandingkan sektor lainnya pada periode 2010-2012.
-20 Oct-08
Oct-09
Oct-10
Oct-11
Fuel Price Ratio: Subsidized vs Mkt
Oct-12
Net oil import volumes
Sumber : CEIC, Citi Research
Neraca perdagangan indonesia menunjukkan indikasi pemulihan, namun lebih disebabkan oleh melambatnya impor 20000
US$mn
US$mn
4000 3000 2000
15000
1000 0
60
10000
-1000
% of total exports
55
-2000
50
5000
45
6MMA
40 35
Oct-08
Oct-09
Trade Balance
Oct-10
Oct-11
Exports: fob
Oct-12
-3000 Oct-13
Imports: cif
Sumber : CEIC, Citi Research
30 25 20 Aug-95
Aug-98
Aug-01
Aug-04
6M Mov Avg
Aug-07
Aug-10
Aug-13
Key commodity exports
Sumber : CEIC, Citi Research, *Coal, CPO, rubber, ores, oil and gas
Namun meningkatnya ekspor bukan merupakan skenario yang dipercaya oleh investor akan terjadi dalam jangka pendek. Impor BBM bersubsidi terus mengalami 6
Dari sisi makro ekonomi domestik lainnya, tekanan inflasi relatif telah mereda dengan stabilisasi harga bahan pangan akibat relaksasi impor bahan pangan yang dilakukan oleh pemerintah. Meskipun tingkat inflasi diestimasi masih akan relatif tinggi di semester pertama 2014 akibat penyesuaian harga barang jadi oleh emiten akibat kenaikan harga bahan baku (akibat depresiasi IDR), tidak demikian halnya di semester kedua tahun 2014.
Market Perspective - Januari 2014
Review 2013 Aktivitas investasi yang cenderung melambat juga berpengaruh terhadap melambatnya tingkat inflasi. Hal ini mendorong beberapa investor mengestimasi penurunan tingkat inflasi dan suku bunga acuan di semester kedua tahun 2014.
menjadi salah satu hal yang krusial untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi domestik, mengingat sektor investasi diestimasi akan melambat sebagaimana analisa yang telah dijabarkan di atas.
Inflasi relatif telah melambat dan potensi penurunan suku bunga acuan dapat terjadi di semester kedua 2014
Tingkat konsumsi domestik umumnya mengalami peningkatan signifikan di tahun pemilu (sebagaimana terlihat pada tahun 2009)
% YoY
Headline CPI (LHS)
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2
BI policy rate (RHS)
%
F’cst
03
05
07
09
11
13
15
14 13 12 11 10 9 8 7 6 5
Sumber : The Bloomberg Professional TM service, Credit Suisse estimates
8
% YoY
7 6 5 4 3 2 1
Sep-05 Sep-07
Sep-08 Sep-09
Sep-10 Sep-11
Sep-12 Sep-13
Consumption: Non-Food
Consumption: Food
Sumber : CEIC, Citi Research; Grey area represents election campaign period
Faktor lain yang menjadi pertimbangan investor adalah suhu politik yang memanas menjelang Pemilu tahun 2014. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang bersifat populis akan sering terjadi pada semester awal tahun 2014, salah satu contoh terdekat yang telah terjadi adalah pembatalan kenaikan harga LPG di awal tahun 2014 akibat intervensi pemerintah. Keseimbangan kebijakan moneter dan fiskal, serta akomodasi kepentingan investor dan pemerintah akan menjadi kunci untuk menarik minat investor asing kembali ke pasar domestik. Yang menarik untuk disimak adalah kepercayaan investor asing dan kinerja IHSG tidak banyak dipengaruhi oleh faktor Pemilu, hal ini terbukti dari 3 Pemilu sebelumnya di era reformasi dimana IHSG justru mencatat kinerja positif yang signifikan serta aliran dana asing yang positif di tahun-tahun tersebut.
Pemilu
Kinerja IHSG
Foreign Inflow to IHSG (USD Million)
1999
70.06%
1554
2004
44.56%
2126
2009
86.98%
1383
Sumber : Bloomberg
Faktor musiman lain yang mungkin terjadi adalah meningkatnya konsumsi domestik pada masa kampanye pemilu. Sektor-sektor tertentu seperti media, tekstil, dan telekomunikasi umumnya mengalami kinerja yang positif pada periode pemilu. Meningkatnya konsumsi domestik
Jadwal aktivitas politik dan pemilu indonesia tahun 2014 Date
Event
30-Aug-13
Partai Demokrat announced 11 nominees for its presidential candidates convention
15-Sep-13
11 nominees in Partai Demokrat convention present mission statements to public
4-Nov-13
Election Commission (KPU) published final voters list: 186.6m eligible to vote
11 Jan - 5 Apr 14
Official campaign period
9-Apr 14
Legislative election
9-Jul-14
1st round of Presidential election
Sep-14
2nd round of Presidential election if needed
21-Oct-14
New president takes office
Sumber : Citi Research
Hasil survey calon presiden menjelang pemilu 2014 PDB
LIPI
CSIS Kompas
Average
Joko Widodo (PDI-P)
26.0 22.6 28.6
32.5
27.4
Prabowo Subianto (Gerindra)
19.8 14.2 15.6
15.1
16.2
Aburizal Bakrie (Golkar)
11.6
9.4
7.0
8.8
9.2
Megawati Soekarnoputri (PDI-P) 13.1
9.3
5.4
8.0
8.9
Jusuf Kalla
5.5
4.2
3.7
4.5
4.5
Wiranto (Hanura)
3.6
3.4
NA
NA
3.5
Mahfud MD
1.2
1.9
2.4
NA
1.8
Dahlan Iskan (Demokrat)
1.1
NA
NA
NA
1.1
Others
2.2
7.1
9.3
18.2
9.2
16.0 27.9 28.0
12.9
21.2
Undecided voters Sumber : PDB, LIP, CSIS, Kompas
7
Market Perspective - Januari 2014
ANALISA VALUTA ASING
K
eputusan The Fed untuk memulai pemotongan program QE berdampak pada penguatan USD terhadap mata uang lainnya. Major currency termasuk IDR mengalami koreksi. Fokus pasar masih akan terpusat pada data ketenagakerjaan AS yang akan menentukan besaran pemotongan lebih lanjut pada program QE. Diperkirakan pada bulan January 2014, pergerakan mata uang akan relative lebih stabil.
USD/IDR Data neraca perdagangan bulan November 2014 dirilis diluar prediksi pasar. Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar $700 juta. Ini adalah salah satu dampak positif dari dinaikannya suku bunga pada bulan November 2013 lalu. Kenaikan suku bunga dari 7,25% ke 7,50% pada tanggal 12/11/2013 lalu berdampak pada persepsi pasar yang memprediksikan tentang melemahnya pertumbuhan perekonomian di tahun 2014. Terlebih lagi borrowing cost untuk ekspansi bisnis juga menjadi semakin mahal. Dengan demikian para pelaku pasar menahan ekspansi bisnis. Ekspansi yang melambat mengakibatkan turunnya impor, dan berdampak akhir pada membaiknya neraca perdaganan Indonesia pada bulan November tersebut. Apabila neraca perdagangan tetap membaik di kuartal IV 2013 dan target current account defisit tercapai di 0,5% - 2,5%, BI tidak akan menaikan suku bunga. Akan tetapi, apabila data neraca perdagangan kembali terkoreksi defisit, kemungkinan BI untuk kembali melakukan pengetatan kebijakan moneter. Situasi politik di Indonesia menjelang pemilu 2014 juga akan turut mewarnai pergerakan USD/IDR, pasalnya IDR 8
sensitif terhadap perubahan kondisi politik. Diharapkan situasi politik di Indonesia bisa membawa dampak positif terhadap IDR dan sanggup kembali menarik kembali investor asing ke Indonesia Diperkirakan USD/IDR akan bergerak dalam rentang 12,000-12,500 pada bulan Januari 2014 ini dengan kecenderungan penguatan IDR terhadap USD.
AUD/USD Beberapa data ekonomi yang dirilis pada bulan Desember 2013 merefleksikan perekonomian di Australia yang melambat dan terkesan negatif. Turunnya GDP Y/Y dari 2,6% ke 2,3% adalah salah satu penyebab dari awal turunnya AUD terhadap mata uang lainnya. Ditambah lagi dengan melebarnya defisit neraca perdagangan dari $271 juta menjadi defisit $529 juta, membuat RBA lebih gencar lagi dalam memberikan stimulus dan berpotensi untuk mengintervensi pasar untuk melemahkan AUD dengan tujuan memperbaiki kinerja sektor ekspor Australia.
Market Perspective - Januari 2014
ANALISA VALUTA ASING Secara technical, AUD/USD cenderung dalam trend bearish dengan level support di 0,8750 dan level resistance di 0,9080 area.
Secara technical, GBP/USD masih dalam trend bullish untuk bulan Januari meskipun ada koreksi di awal Januari 2014. GBP/USD diperkirakan akan bergerak dengan rentang 1,6325-1,6675 pada bulan Januari 2014.
EUR/USD Masih rendahnya tingkat inflasi di zona Eropa merupakan kendala yang dihadapi oleh ECB saat ini. Penurunan suku bunga pada bulan November 2013 lalu diharapkan bisa membangkitkan kegiatan ekonomi di Zona Eropa tersebut. Secara technical, penurunan EUR/USD akan tertahan di level 1,3600 sebagai major support EUR/USD. Apabila support level 1,3600 tidak sanggup menahan penurunan EUR/USD, pasangan ini berpotensi test ke level support berikutnya di level 1,3400, akan tetapi, apabila level 1,3600 berhasil menahan penurunan EUR/ USD, pasangan ini cenderung bergerak dengan rentang 1.3600-1.3800.
GBP/USD Kenaikan GBP selama bulan Desember 2013 ditunjang oleh beberapa data ekonomi yang mendukung untuk penguatan GBP, antara lain kenaikan di data manufaktur Inggris dari 56,0 ke 58,4 dan kenaikan GDP Y/Y naik dari 1,5% ke 1,9%.
USD/JPY Data perekonomian Jepang menunjukan pertumbuhan dari segi inflasi yang tercermin dari naiknya National CPI dari 1,1% ke 1,5%. Hal ini adalah hasil dari stimulus yang diberikan oleh BOJ sehingga meningkatkan daya beli di pasar domestik Jepang. Kendati demikian, neraca perdagangan Jepang masih mengalami permasalahan yang sama. Defisitnya neraca perdagangan masih perlu diperbaiki oleh pemerintah Jepang. Pelemahan JPY dengan melakukan intervensi pasar berpotensi untuk dilakukan BOJ dalam rangka mencapai surplus di neraca perdagangan. Salah satu risiko yang dihadapi oleh pemerintah Jepang adalah kondisi perekonomian global yang fluktuatif. Pada saat pasar kehilangan optimisme normalnya para pelaku pasar akan kembali mengalokasikan asset nya ke safe haven, dan dalam hal ini JPY adalah salah satu safe haven. Penguatan JPY berpotensi kembali berdampak negatif pada neraca perdagangan Jepang. Diperkirakan USD/JPY akan bergerak dengan rentang 103,00-106,30 pada bulan Januari 2014 dengan kecenderungan pelemahan JPY terhadap USD.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD AUD/USD USD/JPY
Expected buying level
12.000 - 12.100
1.3320 - 1.3380
1.6300 - 1.6350
0.8750 - 0.8800
103.00 - 103.30
Expected selling level
12.400 - 12.500
1.3750 - 1.3800
1.6675 - 1.6725
0.9000 - 0.9080
105.70 - 106.00
Long profit taking @
12.350 and above
1.3625 and above
1.6500 and above 0.8950 and above
Short profit taking @
12.200 and below
1.3500 and below
1.6525 and below 0.8875 and below 104.00 and below
Long cut loss @
11.850 - 11.900
1.3175 - 1.3225
1.6200 - 1.6250
0.8675 - 0.8725
102.00 - 102.50
Short cut loss @
12.575 - 12.625
1.3875 - 1.3925
1.6800 - 1.6825
0.9120 - 0.9175
106.75 - 107.25
105.30 and above
Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
9
Market Perspective - Januari 2014
COMM INSIGHT
TEMA INVESTASI DAN SOLUSI YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN DI TAHUN 2014
T
ahun berjalan 2013, kinerja IHSG ditutup melemah 0,98% dengan hampir semua sektor mengalami kinerja negatif. Dengan investor asing membukukan penjualan bersih senilai USD1,8 miliar sepanjang tahun. Di sisi lain, beberapa sektor konsumer, perdagangan, infrastruktur, dan konstruksi masih mampu bertahan di zona positif, terlepas kinerja IHSG yang negatif sepanjang tahun 2013. Sektor pertambangan dan aneka industri (yang mayoritas dihuni oleh emiten industri otomotif) menjadi sektor yang memiliki kinerja terendah di tahun 2013, diikuti oleh sektor industri dasar dan perbankan yang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga yang agresif dan berimbas akan melambatnya pertumbuhan kredit perbankan.
All Group Performances
-1.77 -8.70 -9.84 -23.31
1) Jakarta CONSUMER GOODS 2) Jakarta TRD, SVC & INVMT 3) Jakarta AGRICULTURAL IDX 4) Jakarta CNSTR PRP RL EST 5) Jakarta INFRA UTIL TRANS 6) Jakarta FINANCE INDEX 7) Jakarta BASIC IND & CHEM 8) Jakarta MISC INDUSTRIES 9) Jakarta MINING INDEX
Valuasi IHSG – rasio P/B saat ini di level 2,36x – di bawah rata-rata 3 tahun terakhir di level 2,85x
13.81 4.84 3.73 3.20 2.52
6M
YTD
1Y
3Y
5Y
7Y
10Y
Max
Daily
Field/Securities
Options
Index : JCI Return : -.98 Start Date End Date 12/28/12 - 12/30/13
3.20
3.00
2.80
Sumber : Bloomberg, 31 Desember 2013
Salah satu hal positif yang dapat dipertimbangkan oleh investor dari apa yang terjadi di pasar modal di tahun 2013 adalah valuasi, di mana rasio P/E dan P/B dari IHSG masing-masing telah berada dalam level terendah selama 3 tahun terakhir. Mayoritas emiten, terutama sektor konsumer dan aneka industri yang terkena imbas negatif dari depresiasi IDR yang berpengaruh pada profitabilitas emiten-emiten tersebut, telah menyesuaikan harga jual guna meningkatkan kembali pendapatan perusahaan. Profitabilitas emiten-emiten IHSG (yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Operating Margin) telah mengalami pelemahan pada kisaran 15%-20% semenjak 3 tahun terakhir, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah.
2.60
2.40
2.3658
2.20
P/B 2.3658
Mar 31
Jun 30
Sep 30
Dec 30 2011
Mar 30
Jun 29
Sep 28
Dec 31
Mar 29
Jun 28
Sep 30
Dec 31 2013
Sumber : Bloomberg, 31 Desember 2013
Valuasi IHSG – rasio P/E saat ini di level 14,15 – di bawah rata-rata 3 tahun terakhir di level 15,3x 6M
YTD
1Y
3Y
5Y
7Y
10Y
Max
Daily
Field/Securities
Options
JCI Index
18.00
17.00
16.00
Operating margin dari emiten-emiten IHSG : mengalami pelemahan pada kisaran 15%-20% semenjak 3 tahun terakhir JCI Index
15.00
14.1586
14.00
12.00 13.00 11.50 Adjusted Positive Price/Earnings 14.1586
11.00 10.50
Mar 31
Jun 30
Sep 30
Dec 30 2011
Mar 30
Jun 29
Sep 28
Dec 31
Mar 29
Jun 28
Sep 30
Dec 31 2013
Sumber : Bloomberg, 31 Desember 2013
10.00 9.50
9.3399
9.00
Mar 31
Jun 30
Sep 30
Dec 31 2011
Sumber : Bloomberg, 31 Desember 2013
10
Mar 31
Jun 30
Sep 30
Dec 31 Mar 31 2012
Jun 30
Sep 30
Dec 31 2013
Mar 31
8.50
Menarik juga untuk disimak bahwa aktivitas investor asing dan domestik sangat berlawanan selama 5 tahun terakhir, hal ini sekaligus menunjukkan dominasi investor asing terhadap pasar saham domestik masih relatif besar. Perhatikan grafik di bawah ini :
Market Perspective - Januari 2014
COMM INSIGHT investor domestik membukukan penjualan bersih pada periode IHSG memiliki valuasi rendah, meski hal ini dapat terjadi akibat dorongan pemerintah bagi BUMN, Dana Pensiun, dan korporasi untuk melakukan buyback dalam rangka menjaga fluktuasi dan menahan arus keluar investasi asing (Source: Bloomberg).
Aktivitas jual – beli investor asing dan domestik pada pasar saham domestik Foreign net buy (Rp tn) Nov-13 Jul-13 Mar-13 Nov-12 Jul-12 Mar-12 Nov-11 Jul-11 Mar-11 Nov-10 Jul-10 Mar-10 Nov-09 Jul-09 Mar-09 Nov-08 Jul-08 Mar-08 Nov-07 Jul-07
Kontradiktif dengan investor saham, investor asing yang berinvestasi di pasar obligasi pemerintah domestik (IDR) justru membukukan pembelian bersih selama Q4 2013. Sebagaimana terlihat pada grafik di bawah. Net changes in IDRtn (left); 10y bond yield, % inverted scale (right) 40
4
30
5
20
6
10
(21)
(16)
(11)
(6)
(1)
(4)
(9)
(14)
(19)
0
7
-10
8
-20
9
-30
Sumber : CEIC, Credit Suisse estimates
SBls Bonds 10y IDR
-40 -50
Domestic net buy (Rp tn)
Nov-07
Nov-13 Jul-13 Mar-13 Nov-12 Jul-12 Mar-12 Nov-11 Jul-11 Mar-11 Nov-10 Jul-10 Mar-10 Nov-09 Jul-09 Mar-09 Nov-08 Jul-08 Mar-08 Nov-07 Jul-07 (19)
Nov-10
Nov-11
Nov-12
10 11 Nov-13
Sumber : The Bloomberg Professional TM service, Credit Suisse estimates
Mengapa investor asing terus membukukan pembelian bersih selama 3 tahun terakhir terhadap obligasi pemerintah berdenominasi IDR? Jawabannya jelas, valuasi. Berbeda dengan investor domestik yang menggunakan inflasi dan BI Rate sebagai indikator aset bebas risiko, investor asing menggunakan imbal hasil obligasi pemerintah AS sebagai indikator aset bebas risikonya. Mari kita perhatikan rata-rata spread historis diantara imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (IDR) dengan obligasi pemerintah AS, yang keduanya bertenor 10 tahun (sebagai tenor acuan). (14)
(9)
(4)
(1)
(6)
(11)
(14)
(21)
Sumber : CEIC, Credit Suisse estimates
Buy
USGG10YR Index
Data Field
Mult. 1.0 Constant 1D
Dapat dilihat bahwa pada periode IHSG memiliki valuasi yang rendah (siklus bearish, awal periode recovery – 2008-2009), investor domestik justru membukukan penjualan bersih pada periode tersebut, berbanding terbalik dengan investor asing yang membukukan pembelian bersih. Namun di saat pasar memiliki valuasi yang relatif tinggi (2013 awal dan investor asing membukukan penjualan bersih, investor domestik justru membukukan pembelian bersih. Namun hal ini mulai mengalami perubahan pada akhir tahun 2013 di mana
22.000
3D
-
Last Price
1M
Sell
GUDN10YR Index
Data Field 0.0
6M YTD
Mult. 1Y
Last Price
1.0 Constant
5Y Max
96) Actions 01/07/2004
0.0
Normalize by
97) Spread Analysys Regression
100.0 Calc.
Percent
Security/Study 5.500
20.000 Last Price USGG10YR Index (R1) DIDN10YR Index (L1)
2.9595 9.163
16.000
-30.238
10.000 -23.138
6.000
Event
Spread SUMMARY -620.3463
4.500
Mean
-626.9747
Off Avg
-6.6284
Median
-589.3925
StDev
202.9158
2.9595
2.500
9.163 8.000
120
Local CCY
Last
3.500
12.000
Corr.
5.000
4.000
14.000
4.000
Factor
Daily
Hi: 5.2928 Hi: 20.955
18.000
97) Edit 01/07/2014
2.000
StDev from mean Percentile
0.0327 44.7145
High 02/09/12
-301.0452
Low 10/27/08
-1726.7504
1.500 Low: 5.047 Low: 1.3875
Sumber : Bloomberg, 7 Januari 2014
11
Market Perspective - Januari 2014
COMM INSIGHT
9,6% Imbal hasil konstan yang diperoleh investor (sesuai dengan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 30 tahun saat ini) selama 30 tahun ke depan
Dari grafik korelasi selama periode 10 tahun terakhir di atas, diperoleh rata-rata spread diantara kedua obligasi tersebut adalah 6,26%. Namun investor tidak dapat langsung menggunakan spread ini sebagai komponen premi risiko, dikarenakan Indonesia telah mengalami perkembangan fundamental ekonomi makro yang signifikan dalam periode 10 tahun terakhir. Contoh yang paling sederhana adalah dinaikannya rating kredit obligasi pemerintah Indonesia menjadi BBB (kategori investment grade), yang mana hal ini belum terjadi pada 10 tahun yang lalu. Sehingga rata-rata spread di atas sebaiknya dikurangi dengan 1 standar deviasi* untuk mencapai akurasi yang lebih baik, dan didapatlah angka 4,71% (6.26% - 1,55%). Kemudian investor akan menambahkan angka ini dengan imbal hasil US Treasury saat ini (tenor 10 tahun) –sebagai indikator aset bebas risiko- di level 2,95%. Investor akan memperoleh imbal hasil wajar sebesar 7,66% (2,95 + 4,71). Tentunya amatlah wajar jika investor asing terus melakukan pembelian obligasi pemerintah Indonesia mengingat imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun saat ini berada di level 9,16% (di atas imbal hasil wajar sebesar 7,66%). Namun apabila investor berpikir untuk perkembangan portofolio jangka panjang, berinvestasi pada obligasi pemerintah berdenominasi IDR mungkin merupakan suatu pilihan yang sangat tepat untuk horison waktu investasi 20-30 tahun ke depan. Mengapa mengambil horison waktu investasi sedemikian panjang? Investor harus mengetahui bahwa semakin berkembang makro ekonomi sebuah negara, semakin rendah suku bunga dan imbal hasil yang ditawarkan, dikarenakan kredibilitas dan kepercayaan investor yang semakin tinggi ke negara tersebut. Tentunya berdasarkan seluruh
*standar deviasi yaitu suatu ukuran yang menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata-rata.
12
fakta yang pernah dijabarkan dalam edisi CommInsight, investor seharusnya melihat bahwa dalam 20-30 tahun ke depan Indonesia secara perekonomian akan semakin berkembang dan semakin mendekati perekonomian negara-negara maju. Dan hal ini dapat diartikan bahwa dalam 20-30 tahun ke depan suku bunga akan semakin rendah. Apabila investor dapat memperoleh imbal hasil konstan sebesar 9,6% (sesuai dengan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 30 tahun saat ini) selama 30 tahun ke depan, tidakkah hal tersebut jauh lebih menarik dibandingkan hanya mengincar imbal hasil tinggi untuk jangka pendek namun memiliki tingkat risiko lebih tinggi?
Suku bunga acuan di amerika serikat selama 30 tahun terakhir – semakin berkembang makro ekonomi suatu negara, semakin rendah suku bunga acuan yang ditawarkan 01/31/1984 01/06/2014 1D 3D 1M 6M YTD Last Price High on 08/31/84 Average Low on 12/31/08
Mid Yield 1Y 5Y Max
11)Compare
Movs. Avgs
Monthly
No Lower Chart Security/Study Event
0.250 11.750 4.322 0.250
USD
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.250 0.000 1984
1985-1989
1990-1994
Sumber : Bloomberg, 7 Januari 2013
1995-1999
2000-2004
2005-2009
2010-2014
Market Perspective - Januari 2014
COMM INSIGHT
FOKUS :
TEMA INVESTASI DAN SOLUSI YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN DI TAHUN 2014 AKUMULASI INVESTASI PADA OBLIGASI PEMERINTAH BERDENOMINASI IDR YANG SAAT INI MEMILIKI IMBAL HASIL TINGGI, NAMUN MEWASPADAI INVESTASI PADA OBLIGASI PEMERINTAH BERDENOMINASI USD (PERHATIKAN DURASI OBLIGASI)
Obligasi pemerintah berdenominasi IDR telah dijabarkan di atas, namun untuk obligasi pemerintah berdenominasi USD yang berpotensi terkena dampak langsung dari program QE Taper, investor lebih disarankan untuk memilih obligasi dengan tenor rendah maupun reksa dana pendapatan tetap USD yang memiliki dampak minimal terhadap fluktuasi pasar.
HASILKAN PENDAPATAN REGULAR JANGKA PENDEK SEMAKSIMAL MUNGKIN DALAM SITUASI SUKU BUNGA TINGGI, NAMUN TETAP BERPIKIR UNTUK MENCARI POTENSI IMBAL HASIL LEBIH TINGGI DALAM JANGKA PANJANG Di saat suku bunga deposito berada di level tinggi seperti saat ini, adalah merupakan hal yang wajar untuk melakukan diversifikasi pada aset kas untuk mengincar potensi imbal hasil tinggi dalam jangka pendek. Namun hal ini tetap harus diseimbangkan dengan mewaspadai faktor inflasi dan depresiasi nilai tukar yang dapat menggerus portofolio Anda dengan cara mecari potensi imbal hasil lebih tinggi dalam jangka panjang yang ditawarkan oleh instrument pasar modal.
MANFAATKAN INVESTASI PADA REKSA DANA SAHAM DI SAAT VALUASI PASAR RENDAH UNTUK MEMPEROLEH IMBAL HASIL OPTIMAL, NAMUN WASPADAI FLUKTUASI TINGGI DENGAN STRATEGI PORTOFOLIO YANG SEIMBANG Valuasi rendah di pasar saham saat ini jelas merupakan hal yang menarik bagi investor. Namun pilihan yang terlalu berfokus pada sektor maupun saham tertentu secara spesifik sebaiknya dihindari dalam kondisi yang rentan fluktuasi di semester pertama tahun 2014. Memilih reksa dana saham dengan strategi diversifikasi yang menyeluruh dan melakukan strategi bottom up akan lebih memberikan hasil yang optimal dan menjaga fluktuasi portofolio investor.
13
Market Perspective - Januari 2014
COMM INSIGHT PORTFOLIO IDR JANUARY 2014* Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada portofolio Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah
Danareksa Mawar – New Product
Schroder Dana Istimewa
Shroder 90 Equity Plus
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus
Batavia Dana Saham Optimal – New Product
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund
FR68 / FR65 / FR58
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah
Schroder Dana Andalan 2
FR66 / 63
40%
10%
25%
25%
PORTFOLIO USD JANUARY 2014* Konsep Portofolio Alternatif Reksa Dana Alokasi pada portofolio Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 21/22/23 New
40%
*Subject to disclaimer
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 62,21 7917 6000 atau email kami di
[email protected].
14
Investments Bancassurance Business and Strategy Dwi Kisniarti Head of Wealth Management Services Telp. +62 21 5296 8305 Email:
[email protected]
Sugito Head of Investment Bancassurance Business & Strategy Telp. +62 21 5296 8519 Email:
[email protected]
Research & Portfolio Management Steven Satya Yudha Head of Portfolio Management Telp. +62 21 5296 8530 Email:
[email protected]
Dewi Huta Djaja CFP® Senior Financial Market Analyst Telp. +62 21 5296 8924 Email:
[email protected]
Business & Sales Strategy Gerald Wuhanbino CFP® Unit Head of Bancaasurance Business and Strategy Telp. +62 21 5296 8663 Email:
[email protected]
Magdalena Affandi Investments Business and Strategy
Support & Service Coordinator Yunita Guntari Telp. +62 21 5296 8534 Email:
[email protected]
Global Markets Liliawati Gunawan Chief of Global Markets
Michael Wenas Head of Business Development
Indratno Head of Global Markets Sales
Vicky Hartono Head of Global Markets Branch Dealers
Bank teraman di dunia
Peringkat 17 dari daftar 50 bank teraman di dunia versi Global Finance 2013
Bank terbesar di Australia
Berdasarkan kapitalisasi pasar dan jaringan cabang
Bank ritel terbaik di Asia Pasifik The Asian Bankers 2011
Bank of The Year Money Magazine Awards 2011
Ranked 7th in Best Banks in Indonesia in Customer Service Excellence (Infobank Magazine - May 2013)
91 Kantor di 32 Kota
41.000 Jaringan ATM • ATM Commonwealth Bank • ATM Bersama • ATM Prima/BCA
Internet Banking
Aplikasi Mobile Banking
www.commbank.co.id
Social Network facebook.com/CommbankID twitter.com/Commbank_ID