WERACA AIR TAMAH PAOA LOXASI TWNAH LBMBAR TAMBAN6 Bl DAERWH BEKWS JAMBAH& TIMAM RIBS, TOBOAtl PULWU BBMCI(I1
oleh JUMAlDl ABBAS
A 150325
JURUSIkN A 6 R O M E T E O A O L Q B I
DSPARTBWIEH lLMU PENGETAHUAN A L I M FIIKULTAS P E R T A N I A R ! IFBST1TUT P E W T A N I A N BQOOR
1982
RINGKASAN JUNAIDI ABBAS.
Neraca Air Tanah Pada Lokagi Tanah Limbah
Tambang di Daerah Bekas Tambang Timah Rias, Toboali Pulau Bangka (Di bawah Bimbingan Dr. Ir. M. B1. de Roeari). Penelitian ini dilakukan mulai September hingga Nopember 1901. dl daermh belcaa -1;arnbangtimah, dooa Rias kecamatan .
Toboali pulau Bangka. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan air tanah berdasarkan sifat fiaika tanah; mengetahui noraca air tanah di lokasi tanah limbah tambang timah; dan mencari waktu tanam yang sesuai berdasarkan kebutuhan air tanaman.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperguna-
kan sebagai bahan pertimbangan aalam perencanaan reklamasi tanah limbah tambang timah dengan vegetasi.
Selanjutnya
sebagai bahan pertimbangan dalam usaha-usaha konservasi tanah dan pengelolaan air yang diperlukan pada daerah bekas tambang timah. Dalam penelitian ini digunakan cont0.htanah utuh dari tanah limbah tambang timah untuk dilakukan analisa fisika tanah yang terdiri dari analisa kerapatan ruah, porositas, permeabilitas, tekstur dan kurva pF yang berhubungan dengan kemampuan tanah menahan air. Evapotranspirasi potensial (PE) sebagai "output1'neraca air tanah pada penelitian ini diduga dari model persamaan gang dibuat antara nilai evapotranspirasi
p o t e n s i a l (Y) d i d a s a r k a n atas metode Thornthvraite (1948) dengan n i l a i e v a p o r a s i piche.
(x) yang
d i c a t a t d a r i evaporimeter
N i l a i rata-rata pengamatan 10 tah& dipergunakan
s e b a g a i p e r h i t u n g a n n e r a c a a i r t a n a h menurut s i s t e m t a t a buku Thornthwaite dan Mather (1957). Curah h u j a n ( P ) s e b a g a i " i n p u t " n e r a c a a i r t a n a h d i .
h i t u n g b e r d a s a r k a n n i l a i c u r a h h u j a n dengan peluang k e j a d i a n h u j a n m e l e b i h i 75 persen. rJ8.1-i h a a i l a n a l i o u tclcotur tnnnh limbah tambang un-
t u k kedalaman 0
-
60 cm menunjukkan bahwa t a n a h t e r s e b u t
termasuk k e l a s t e k s t u r tanah p a s i r (94.12 o/o p a s i r , 2.80 o/o debu dan 3.08 o/o l i a t ) .
Kemampuan t a n a h t e r s e b u t
,
menahan a i r hingga kedalaman 60 cm a d a l a h 16.11 mm. Pada t a n a h p a s i r t e r s e b u t d i p e r o l e h p o r o s i t a s t o t a l 46.7 p e r s e n dan d a r i sejumlah t e r s e b u t 39.42 o/o ( v o l ) akan merupakan p o r i d r a i n a s i . Jumlah p o r i d r a i n a s i t a n a h limbah tambang yang b e s a r menyebabkan s e b a g i a n b e s a r a i r c u r a h h u j a n akan meresap ke dalam t a n a h dan h i l a n g s e b a g a i a i r d r a i n a s i a t a u perk o l a s i d i l u a r j angkauan akar t anaman. Bulan t e r j a d i n y a d e f i s i t kaadungan a i r t a n a h d i d a e r a h bekas tambang timah R i a s adalah J u n i , J u l i , Agustus dan September, sehingga saat tanam pada l o k a s i t e r s e b u t dimu1s.i b u l a n Olctober hingga Mei t a h u n b e r i k u t n y a .
NERACA A I R TANAH PADA LOKASI TANAH LIMBAH TAMBANG D I DAERAH BEKAS TAMBANG TIMAH R I A S , TOBOALI PULAU BANGKA.
Oleh : J U N A I D I ABBAS
150325
A.
KARYA I L M I A H SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN PADA I N S T I T U T PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PERTANIAN,
JURUSAN AGROMETEOROMGI DEPARTEMEN ILMU PENGEYAHUAN ALAM FAKULTAS PERTANIAN B
O
I N S T I T U T PERTANIAN BOGOR G
O
1 9 8 2
R
NERACA A I R TANAH PADA LOKAST T A N M LIMBAH TAJYIRANG DI DAESiAH B E U S TAMBANG
TIMAH RIAS, TOBOALL.. PULAU BAN-. \
4
KARYA ILMIAH
Sebagai S a m S a t u Syara%Untuk Memperoleh Gelar Sarjana P e r t a d a n Pada F-tas
Pertadan
Oleh
JUNAZDI ABBAS A* 150325
( ~ r .SPA., Bl, De ~ o z a r i ) Dosen Pembimbing
IPA Tanggal Lulua :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangkalpinang, pulau Bangka pada tanggal 1 Januari 1958.
Putra kedua dari delapan
bersaudara bapak Abbas Abuhasan dan ibu Rokiba. Pada tnhun 1966 memasuki SD dan tamat tahun 1971. Tahun 1972 sampai dengan tahun 1974 di SMP dan tahun 1975 memasuki SMA negeri tamat tahun 1977.
Semuanya di Pang-
kal p i n a n g . Pada tahun 1978 penulis melanjwtkan pendidikan di Xastitut Fertaniau Bogor dan lulus tingkat persiapan tahun 1979.
Selanjutnya tahun 1979 memilih jurusan Agrometeoro-
logi Fakultas Pertanian IPB.
Pada tahun 1980 penulis per-
nah dipercayai sebagai asisten luar biasa untuk mata ajaran Klimatologi Dasar. Di bidang kemahasiswaan penulis aktif sebagai anggota INKAI-IPB dan tahm 1979 sebagai koordinator seksi logistik panitia hari ulang tahun INKAI-IPB ke VI.
Pada tahun 1979
terpilih sebagai ketua umum Badan Otonom INKAI-IPB periode 1979-1980.
Pada Masa Pembinaan Kemahasiswaan IPB 1980
,
menjabat sebagai penanggung jawab unit kegiatan INKAI-IPB. Tahun 1980 sebagai ketua wnum panitia Pekan Olahraga Antar Departemen, Fakultas Pertanian IPB.
Sebagai ketua umum
Panitia Masa Pembinaan Kemahasiswaan IPB 1981.
Terpilih
sebagai ketua Asrama Mahasiswa IPB Elcalokasari periode tahun 1981-1982 dan sebagai ketua panitia Penglepasan Sarjana Agrometeorologi tahap ke I1 1982.
KATA PENGANTAR
Salah satu masalah yang dihadapi oleh~pemerintah daerah kabupaten Bangka adalah terjadinya lahan-lahan kri%is di daerah tambang timah gang telah ditinggalkan.
Hal
ini menyangkut kebutuhan penduduk akan lahan pertanian, konservasi tanah dan air dan estetika daerah tersebut. Serangkaian analisa tanah dan unsur-unsur meteorologi dari daerah tersebut dilakukan dan kemudian hasilnya ditumgkan dalam bentuk karya ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada bspak Dr. 1
M. B1.
de Rozari selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan saran
sarannya dari mulai persiapan di lapang sampai selesainya karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Abdul Rachman Iiamly, Direktur Utama PT Tambang Timah dan bapak dr. Ramsey Redhani, SKM., staf Direktorat Perencanaan dan Pengembangan PT Tambang Timah di Jakarta, bapak Drs. Sumardekar, kepala biro Ekologie dan Agraria Unit Penambangan Timah Bangka di Pangkalpinang &an kepala Wilayah Produksi Toboali beserta staf di Bangka atas kesempatan dan fasili-tasyang diberikan kepada penulis selama di pemsahaan tersebut.
Ucapan yang sama juga disampai-
kan kepada bapak M. Idrus Zen, BSc., kepala biro eksplorasi V WILASI Toboali dan bapak Abubakar Bedul, petugas
pengamat Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus Rias Toboali atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan di lapang. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada bapalc Ir. Effendy Manan, Kepala Bagian Klimatologi Pertanian IPB besertia staf dan pegawainya atas fasilitas dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada Jurusan Agrometeorologi, Pakultas pertanian IPB. lo@
Kepada rekan-rekan mahasiswa Agrometeoro-
penulis juga mengucaplcan terima kasih atas bantuan
dan saran selama mengikuti pendidikan di IPB. Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada FT Koba Tin yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah di IPB. ghusus kepada ibu dan bapak beserta kakak, adik-adik yang dengan penuh pengertian memberi bantuan moril dan materiil kepada penulis, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan.
Kepada
Meitha penulis menyampaikan terima kasih atas dorongan moril yang diberikan.
,,
Penulia menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membengun dari semua pihak sangat diharapkan. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, September 1982. Penulis.
DAFTAR I S 1 Halaman
............................... 7l.i 1)AFTAfl GAMUAR .............................. v i i i PENDAHULUAN ................................ 1 DAPThll ThUl5L
I
.
............. T u j u a n clan K e g u n a a n P e n e l i t i a n ......... I1 . TINJAUAN PUSTAKA ........................... L a t a r B e l a k a n g dan M a s a l a h
1 2
4
............. 4 S i f a t - S i f a t F i s i k T a n a h ................ 10 T e k s t u r T a n a h .......................... 1 0 Struktur T a n a h ......................... 11 A i r T a n a h .............................. 1 5 T a n a h L i m b a h Tambarig T i m a h
....................... 2 1 I11. BAHAN DAN METODE ........................... 27 T e m p a t dan Waktu ....................... 27 M e t o d e P e n e l i t i a n ...................... 28 B a h a n dan A l a t ......................... 34 IV. H A S I L DAN PEMBAHASAN ....................... 36 S i f a t F i s i k dan K a d a r A i r T a n a h ........ 36 Neraca A i r Tanah
Neraca dan Penyebaran A i r T a n a h V
.
KESIBIPUWN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Lampiran
........ 4 1
....................... 5 2
............................. 54
....................................57
:
vii DAFTAR TABEL
Halaman Teks -
.........................
Analisa. Butiran Tanah Limbah Tambang Timah P.T. Koba Tin, Bangka
5
Kisaran Unsur Hara Makro, Unsur Hara Mikro, Bahan Organik dalam Tanah dan Hasil Analisa Lapisan Olah Tanah Limbah Tambang P.T. Koba Tin, Bangka
7
Analisa Kimia Tanah Limbah Tambang d a r i Suatu Daerah Bekas Tambang Timah P.T. Koba Tin, pulau Bangka
8
.........................................
...................................
Iiilai Rata-rata Analisa S i f a t F i s i k a Tanah Limbah Tambang d i Lokasi Bekas Tambang Timah TK 20 Rias, Wilayah Produksi Toboali Kabupaten Bangka
.........................................37
Jumlah Hata-rata A i r l e r s e d i a , Pori Drainasi dan Permeabilitas Tanah Limbah Tambang d i Daerah Bekas Tambang Timah Rias, Wilayah Produksi Toboali Kabupaten Bangka
.............. 40
Neraca A i r Tanah Pada Tanah Limbah Tambang Daerah Bekas Tambang Timah Rias Toboali, Pulau Bangka. Kedalaman Tinjau 60 cm
.......... 45
Rekapitulasi Neraca A i r Tanah d i Daerah Bekas Tambang Timah Kias, Toboali pulau Bangka (mm/~ahun)
..................................... 48 Lampiran
K r i t e r i a Penilaian Basil Analisa F i s i k a Tanah (Bagian Konservasi Tanah dan A i r LPT, 1974)
.... 59
Nilai Evapotranspirasi Potensial Berdasarkan liletode Thornthwaite (1948) Sebelum dan Sesudah Diduga dengan Model Regresi Linear
............. 60
Data Iklim Rata-rata Bulanan d a r i Tahun 19721981 Pada Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus Rias, Toboali Pulau Bangka
................. 62
viii DAFTAR GAMBAR
Nqmor
Halaman Teks
1.
Neraca Air Tanah dan Penyebarannya di Lokasi Tanah Limbah Tambang Rias, Toboali Pulau Bangka •• 49 Lampiran
1.
Peta Situasi Pulau
B~gka
•••••••••••••••••••••••• 58
I•
PENDA.'1ULUAN
Latar Belakang dan Masalah Penambangan timah di pulau Bangka merupakan penambangan yang dilakukan secara terbuka.
Penambangan terbuka yaj-
tu penambangan yang dilakukan dengan membongkar lapisan tanah atas (top soil) untuk mengambil endapan timah aluvial yang muncul sebagai cassiterite (Sn0 2 ) dari bahan indllic yang berada di lapisan bawah. Biji timah dengan bahan induk dari lapisan bawah tanah akan dipisahkan dengan proses pendulangan berdasarkan perbedaan gaya berat massa dalam air. ~'&ng
Sebagian besar hasil
pemisahEL~
tersebut berupa tanah
bertekstur pasir yang dikenal sebagai tanah limbah
tambang timah (tin tailing soils). Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan timah antara lain adalah terubahnya lahan bervegetasi menjadi
l~~an
perm1L~aan
yang tandus tanpa
tan2~
penutup tanah dan menjadi lahan tidak produktif sepanjang tahun.
Pemba!ll'an a,ntara tanah limbah tambang dengan tanah
asli lapisan atas (top soil) dan penutupan permukaan lahan terse but oleh tap-ah limbah tambang akan merupakan penyebab men~~ya
kesuburan fisik dan kimia tanah di daerah bekas
tambang timah. Menyadari akan terjadinya masalah kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh aktivitas
~
penambap~an
umum, ma-
l
ka menteri pertambangan Republik Indonesia mengeluarkan peraturan No. 04/P/M/Pertamb./1977 yang pelaksanaannya
2
dijabarkan dalam surat keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 07/DU/1978.
Peraturan terse but menyangkut
tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan dan pencemaran sebagai akibat penambangan terbuka. Reklamasi daerah bekas tambang adalah setiap pekerjaan yar~
bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan
yang diakibatkan oleh usaha
pertamb~~an
umum.
tar~
Dean et al
dalam Johnston et al, 1979 mengatakan bahwa teknik vegetatif dalam reklamasi tanah limbah tambang di daerah bekas t~bang
timah meruprucan metode yang relatif murah biayanya
saat ini.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan dipe-
lajari masalah neraca air
~anah
yang berker2Zn dengan ke-
tersediaan air tanah bagi vegetasi pad a tanah limbah tambang. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menentukan kandungan air tanah berdasarkan sifat fisika tanah; (2) mengetahui neraca air tanah di lokasi tanah limbah tambang timah; dan (3) mencari waktu tanam yang sesuai berdasarkan kebutuhan air tanaman.
Semua tujuan diatas adalahdalam
rangka mencari pola tanam yang dapat diandalkan pada ta-
nan limbah tambang di daerah bekas tambang timah. Hasil penelitian ini diharapkan da:gat juga diperguna-
n
kan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan rekls.maI
si tanah limbah tambang di daerah bekas tambang timah dengan vegetasi dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan
3 dalam usaha-usaha konservasi tanah dan pengelolaan air yang diperlukan pada daerah tersebut.
II.
TINJ AUAN PUSTAKA
Tanah Limbah Tambang Timah Teknik penambangan timah daratan di pulau Bangka di1akukan secara terbuka. bangan tersebut. maka di
Akibat dari aktivi tas penam~ulau
Bangka dijumpai keadaan
yang umumnya terdapat di daerah bekas tambang yakni : 1) terbentuknya ko1ong-ko1ong (gengan air), dam. dan sungai yang tercemar, dan 2) terbentuknya tanah limbah tambang timah dalam jumlah yang luas.
Tanah limbah tam-
bang tersebut menutupi p.ermukaan lahan hingga ketebalan puluhan meter.
Pertambahan 1uas wi1ayah yang disebabkan
aktivitas penambangan timah di pulau Bangka setiap tahun lebih kurang 500 ha. Tanah 1imbah tambang merupakan hasil pemisahan biji timah dari mineral-mineral dan bahan ikutan lainnya yang berasal dari bahan induk lapisan bawah tanah.
Sebagian
besar hasi1 pemisahan tersebut terdiri dari tanah pasir. Tanah pasir tersebut merupakan ciri yang dominan di daerah bekas tambang timah.
Daerah bekas tambang timah
yang ditutupi oleh tanah limbah tambang tersebut sulit untuk ditumbuhi vegetasi secara alami. Vegetasi pioner yang dijumpai di daerah bekas tambang tima.h setelah puluhan tahun adalah berbagai jenis paku-pakuan seperti Pityrogamma
~.,
Stenochlaena
~.,
5
dan semak-semak seperti harendong (Me1astoma po1yantum) dan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) serta rumputrumputan seperti Eragrostis Fymbristi1is
~.,
~.,
Andropogon
~.,
dan sebagainya (Muehlis, 1978).
Tekstur Muehlis (1978) mendapatkan bahwa tanah 1imbah tambang termasuk da1am ke1as tekstur tanah pasir (Tabe1 1). Tanah bertekstttr kasar dan pasir berkeriki1 seperti tanah 1imbah tambang akan mempunyai kapasitas infi1trasi yang tinggi. Tabe1 1.
Ana1isa Butiran Tanah Limbah Tambang Timah P.T. Koba Tin, Bangka.
F r a k s i Tekstur Keda1aman tanah Liat Kerikil Pasir Debu (em) (>2 mm)(2-0.02 mm)(0.02-0.002 «0.002 mm) mm) • • • • • • • • • • • • • • • persen • • • • • • • • • • O' - 20 20 - 40 40 - 60 60
>
16.25 16.25 15.63 15.63
94.68 95.73 95.22 95.48
3.92 3.35 3.69 3-31
1.40 0.92 1.09 1.31
Pasir Pasir Pasir Fasir
Sumber : Mueh1is (1978). Jika tanah terse but da1am serta berada pada keadaan datar (kemiringan
<9
baikan (Arsjad, 1980).
persen), maka erosi dapat diaWa1aupun tanah tersebut
6 mempunyai kapasitas infiltrasi yang cukup tinggi, apabila berada pad a kemiringan yang besar dan terjadinya aliran permukaan, maka butir-butir pasir tersebut akan terangkut. Berdasarkan analisa mineral tanah limbah tambang timah
d~
P.T. Koba Tin, dijumpai jenis pelikan mineral
terdiri dari : Cassiterite, Ilmenite, Zircon, Menotime, Monazite, Anatase, Tourmaline, dan Quartz (ii!uchlis, 1978).
Kedalaman Tanah Kedalaman tanah sampai
lapi~ankedap
air menentukan
banyaknya air yang dapat diserap tanah dan dengan demikian mempengaruhi ali ran permukaan di daerah tanah tersebut. Tanah limbah tambang menutupi permukaan lahan sampai ketinggian puluhan meter. lebih besar dari 9
%
Tanah tersebut pada kemiringan sangat peka terhadap erosi.
Hal
ini disebabkan oleh struktur tanah tersebut yang kersai dan sarang tanpa bahan pengikat. Pada tanah limbah tambang yang lapisan atasnya kersai dan tanpa bahan pengikat, tumbukan butir hujan akan mampu memecahkan struktur, dan aliran permukaan akan mengangkut butiran tanah tersebut. Kesuburan dan Bahan Organik Tanah 1iienurut liiuchlis (1978), tanah limbah tambang mempunyai kesuburan yang rendah.
Hal ini didasarkan atas
7 analisa kimia tanah tersebut.(Tabel 2). Tabel 2.
Ra r a
Kisaran Unsur Rara Makro, Unsur Rara Mikro, Bahan Organik dalam Tanah dan Rasil Analisa Lapisan Olah Tanah Limbah Tambang P.T. Koba Tin, Bangka. Kisaran yang biasa dapa;; diharapkan !I
Hasil analisa tanah limbah tambang pad a kedalaman (em) y.
oUnsur makro Nitrogen (N) Fosfor (p) Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Belerang (s) Unsur Mikro B Zn Fe Mn Cu
Mo Cl Bahan organik
••••••• •••• ••
0/0
20
•••••• •• •• • •••• •
0.01
0.02-0.50 0.01-0.20 0.17-3.30 0.07-3.60 0.12-1.50 0.01-0.20
0~00007
0.08
••••••• •• • ••
ppm
5 - 150 [LO - 250 5000 - 50000 200 - 10000 5 - 150 0.2 - 5 10 - 1000 4000 - 100000
4.00 11.03
7900
20 - 40
0.01 0.00005 0.07
••••••••••••••••
4.17 10.28
8500
- : tidak dilakukan analisa kimia tanah limbah tambang.
11
SI
Perkiraan diatas berdasarkan dari berbagai sumber, terutama R. L. Mitchell, "Trace Elements", in F. E. Beau, Chemistry of Soil (New York : Reinhold, 1955), bab 9, dalam "Sifat dan Ciri Tanah" (Bogor : Soepardi, 1979), bab 1. Hasil penelitian Muchlis (1978).di daerah bekas tambang timah P.T. Koba Tin, Bangka.
8 Bahan organik yang rendah pada tanah limbah tambang menyebabkan tanah mempunyai stabilitas struktur yang sangat rendah, sehingga tanah tersebut sangat peka terhadap erosi. Kapasitas tukar kation (KTK) mempunyai hubungan dengan tekstur (Soepardi, 1979).
Tanah limbah tambang yang
11
bertekstur kasar mempunyai KTK yang rendah.
Hal ini di-
sebabkan tanah tersebut sedikit mengandung liat koloidal dan juga miskin akan bahan organik atau humus.
Pada Ta-
bel 3 dapat dilihat hasil analisa kimia tanah limbah tambang dari suatu daerah bekas tambang timah o.i pulau Bangka. Tabel 3.
Analisa Kimia Tanah Limbah Tambang dari Suatu Daerah Bekas Tambang Timah P.T. Koba Tin, pulau Bangka. Ked.alaman (em)
S i fat 1. 2. 3. 4.
0
Kapasitas tukar kation (KTK) m.e/IOO g PH (H 2O) C-Organik (0/0) C/N
20
20 - 40
40 - 60
60
6.85
6.88
6.66
7.31
4.6 0.46 34.88
4.7 0.49 39.63
4.6 0.49 34.83
4.6 0.49 33.66
Sumber : lI1uehlis (1978). Tanah limbah tambang timah mempunyai pH rendah (Tabel 3).
PH tanah yang rendah akan menyebabkan
KTK tertinggi meneapai50 m.e/IOO g yaj.tu I,8o.a tanah lempung liat berdebu •.
9 sejumlah aluminium, besi, dan ma~an menjadi larut, sedemikian sehingga mereka merupakan racun bagi tanaman tertentu (Morris and Pierre dalam Soepardi, 1979). Akan tetapi dengan adanya hujan yang banyak mengandung basa (ion H+) dapat menaikkan pH tanah tersebut, sehingga sejumlah ion-ion yang meracuni tersebut dalam tanah dapat berkurang.
Pada titik netral atau sedikit
diatasnya tanaman tertentu dapat menderita kekurangan besi dan mangan.
Hal ini dapat terjadi bila tanah ber-
pasir masam dikapur secara berlebihan (Soepardi, 1979). Kekurangan besi dan mangan hanya dijumpai 'pada tanah pasir yang menerima kapur terlalu banyak atau di tanah alkalin di daerah kering (Soepardi, 1979).
Bila re-
aksi tanah dipertahankan pada kisaran pH 6 hingga 7 kemungkinan keracunan aluminium, besi, atau mangan dapat ditekan.
Ketersediaan tembaga dan seng dapat menurun -
bila pH tanah lebih dari 7.0. Tanah limbah tambang yang masam di tun j ukkan dengan pH tanah tanah tersebut yang rendah yaitu berkisar 4 - 5. Reaksi tanah yang masam menyebabkan kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan sedikit, dan aluminium, besi, mangan, dan boron larut banyak. yang larut sedikit.
Pada tanah demikian molibdenum
Disamping itu fosfor dan nitrogen
tersedia sedikit (Soepardi, 1979).
10, Sifat-Sifat Fisik Tanah Massa tanah terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Fase cair ada1ah air tanah yang mengisi sebagian atau seluruh ruangan kosong diantara partikel-partike1 padat. Sedangkan pada bagian ruang pori diantara partikel-partike1 tanah yang tidak terisi air akan ditempati oleh fase gas atau uap dari massa tanah (Brata, 1974). Murdiyarso (1980) mengatw{an bahwa dua sifat-sifat fisik tanah yang sangat menentukan jumlah air tanah adalah tekstur dan struktur tanah.
Jumlah air yang dapat
ditahan oleh suatu jenis tanah dalam volume tertentu tergantung kepada distribusi ukuran partikel utama tanah (tekstur) dan susunan daripada partike1-partike1 tersebut (struktur). Tekstur Tanah Tekstur
~anah
adalah suatu pencerminan perbandingan
berbagai ukuran partikel mineral dan bahan organik (humus) yang menyusun tanah,(Murdiyarso, 1980).
Kelompok
ukuran partike1 tanah adalah pasir, debu dan liat. Menurut Baver (1956) fraksi 1iat dapat meningkatkan kapasitas me nahan air dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
Koloid liat juga merupakan salah satu zat pengi-
kat (cementing agent) yang penting da1am proses agregasi tanah.
11
Daubencire (1967) dalam.Brata (1974) mengatakan bahwa tekstur tanah mempunyai peranan yang penting dalam menentukan penetrasi akar, infiltrasi air ke da1am tanah, laju pergerakan air dan udara dalam dalam tanah.
Black
(1964) menambahkan bahwa tekstur tanah dapat juga mempengaruhi penyediaan dan ketersediaan nitrogen dalam tanah.
Struktur Tanah Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan partikel-partikel tanah.
Pengertian partikel-partikel tanah
ini meliputi partikel primer (pasir, debu, dan liat) dan juga partikel sekunder (Agrega~).
Dengan demikian
struktur tanah menunjukkan suatu susunan partike1-partikel primer dan sekunder ke dalam suatu pola struktur tertentu (Baver, 1956). Murdiyarso (1980) menambahlcan bahwa struktur tanah merupakan susunan individu-individu partikel tanah dalam suatu bentuk tertentu.
Dalam kaitannya dengan kemampuan
menahan air dan produktivitas tanah, yang terpenting dalam struktur tanah ialah adanya pori yang cukup yang dibentuk oleh susunan partike1 tersebut. Sifat fisik yang .berkaitan erat dengan struktur tanah antara lain adalnh kerapatan ruah (bulk density) dan jumlah serta distribusi ukuran pori tanah (Murdiyarso, 1980) •
12 Kerap;-,tan
llu~l,h
(Bulk Density)
Korcl.patan ruah adfllah berat leering ,tanah pada suatu volume tertentu da111m lceadaan lapang.
Beru,}; leering ta-
n;),h ditet;:plw,n setelah tanah tersebut dilceringlcan pada suhu l05 0 C snmpai beratnya tetap, sedanglean volumenya adal:::h volume contoh tanah pada saat pengambilan di 12.p,en!,; (tcrm1.:,sule ruang pori yan,c; tordapat diantara partilw1) . Struktur trmah merupc1Kan faletor utama yang menentulmn perubah,1U l(erapatan ruell tanah dari waktu lee WaKtu 2,tC.iU dari lctpinan lee l::.pisan di dalam profil tanah ( Brata, 1974).
Kerapatan ruah tanah banyak diperguna.l{an
ora,ng seba,c;ai indelw ker2p[',tan tanah, dapat berkorelasi den,c;ciU kekuntan tclnah, kecepatcm difusi udara, serta sif2.t-sifc:t trnnsmisi air (Pearson dalam Brata, 1974). Dari segi pengairn,n ker,:patan ruah tanah sangat penting artinY2, dCllam perhitunean leapasi tas air tersedia di d[\l",m SU8,tU kcdalDman tanah tertentu ('i'lilliam dsm Joseph dalam Brata, 1974).
Dit:::lmbahlcan bahwa lcerapatan
ruah tCcnah juga bergunu dulom perhi tungml leebutuhan pupule 8.tas dcts:.1' be1'at suatu satuan luas tanah. Telah b::mY,lk dile-"killeen peneli tian tentang pengaruh ;(erllp2.t:,~n
rw::h tcm[,h terhadap pcnet1'usi alear tanamcm,
sehine,c;p Voonhces, Anemiya, AllmeT[).s, dcm Larmon dalam Brata (1974.) menyatulcan b[l.hwa nilr\i kerapatan ruah tlmah 1.80 [;/Cm 3 mcrupak!.n b[:.t;::s tertinggi bae;i penetrasi
eJG1T
13 l?orosi tas 'fa.nah
Porosi t~".s tanah didefinisikan sebagai persentase volUJ1lG tmwh YC'.ng tidl1k tcrisi olch pnrtikel-pnrtike1 p2.dat (Baver, 1956).
IVlenurut Buckman dan Brady da1am
Brata (J'J'{/!) ]l'lri "\;('n".h d"TW:t chgolonly,lcan lee dalO1U pori r:!'.
kro el"n porj. wiler 0
frt-c IncmlJcri air G(.!c::r;, fl, .f;:
}(;8(-:"H!1p~d:;pn COll::"!;,
::l(;nt~h:'!Jll)'l,t
"L
Pori rnakro yui tu pori yang bersi-
•
•. err::er'
scc1{Jnr~k:
lc,'Yl ucl.nrFl d8n perkolc.si
11 110ri mikro yni tu pori ynng
pcrt:~ur;'lc n
Llci:!,r:'
d:ID
r:il' lllcnj['di per[,(c-
;jchW!l:'ci(cr (Dewcr, 1056), scjulc t21mn 1064 te1ah !:J.cm:::-)(;rl:cn; 11".> n ]-:01113°11 pOTosi "1.;; , G L:~ :piler (cc,pil l ar;!
lJOrO-
fji ty) 0.:.-'.n porooit: s non-leI 1)i],or ( nonc"pil1ary porosity). })orosi t:c,s le".pi1er o.clr:1ah jumlah pori kecil yang d9.pat
t:api1cr s.do.l:.h jum1ah pori bes:,lr yong tid2_k dapat meni"han air dcne;nn
k<~l.pilari tas
.
Perbandingan re18.tif antara pori
b.pi1er clem non-lw.pi1er daps.t mencntulwn sifat-sifat struktura1 tamll, serta kapasitas air tomah optimum (Brata, 1974). Tekstur dan struktur tanah merupakan faktor-faktor uta.ma yane mempengaruhi jumlah rU20ng pori, sedangkan bahan organik berpengaruh secara tidak langsung me1alui pembentukan struktur tanah yang baik (Tan dalam Brata, 1974).
lilenurut Baver (1956) porositas tanah mempunyai
hubungan yang erat dengan aerasi, infiltrasi air ke dalam tanah, serta permeabilitas udara dan air di da1am tanah.
14 De Boodt dan de LeBnheer da1am Brata (1974) mengajulw,n penr;golon"an pori tr\llnh lee dal',lm pori ber€;una ( usoful poror;) dnn pori tole bergum, (non usef'ul pores) donC:[ll1 be,tD,s diameter pori sebesar 0.2 u yang setaro. (lr~n{~:!n j
l'{:f~:!J'I/:'in
nil"
nCll0.,Q;lT
fJr:1f)ok:k. i'J'] 1: t,i lee. drt~L..
1.5 hnr.
Pori bcrt?U-na dike-
rn pori dr8.inLLSi (drainage pores)
llnn pori pcru,h,.n air (water holding pores) dengan batas por.i
scbc;s::1.r 8.6 u yanp," sct8r2 dengE1n 0.337 bar
trcr7,n,,;,,n air.
;oedi.lnglcan pori drainnsi dilcelompoklcan 10.-
rjj.:nncd:.(!r
C;i lee dalam pori drainasi eepat (c!uiekly draining pores) dEm pori drainasi lambert (slowly draining pores) dengan b8,tas diameter pori sebes[,r
28.8 u yang setaro. dengan
tegangan 0.1 bar atau tegangan 100 em tinggi kolom air. 'J!anah yang ideal harus mempunyai porosi tas total yang eulcup tinggi dimana pori lcapiler dan non-lcapiler terbagi dals,m jumlah yang eulcup seimbang (Daubeneire dalam Brata, 1974).
Doiarenko (Baver, 1956) menemukan
hubungo.n o.ntara porositas non-lcapiler dengan berbago.i sifat tanah.
Derkurangnya besar butiran tanah dari 5
So.1flI,,!i O. ') em mc,nurUl1lcan porositas total tanah lcira-kirEl, <'4 person, teto.pi perubahan yang nyo.ta adalah pad a porosi tclS non-kapiler yang berkurong kira-kira 93 persen sehingGa kapOlsi tas udara berkurang d[;n kapasi tas air bertam bah. Didapatkan bo.hwo. tiap species tanaman dapat berbeda kemE'cffipUannya untuk tumbuh pada tingkat porosi tas udara
15 terendah dan tertinggi yang berbeda pula.
Vomocil dan
F10cker (Brat a , 1974) nlendapatkan kisaran umum porositas udara sebesar 10 - 15 persen ada1ah cu1>:up bagi pertumbuhan beberapa tarutman pertanian yang penting. Air Tanah Air tanah ialah air yang terdapat di dalam tanah karena adanya gaya adesi antara tanah dan air atau karena gaya kapi1er yang disebabkan oleh pori-pori tanah dan tegang an permukaan air (Murdiyarso, 1980).
Tegangan ini
terjadi karena tekanan hidrostatik air tanah lebih kecil dari tekanan atmosfir.
Hal inilah yang dapat membedakan
antara air tanah dan air bumi. Dalam suatu siklus hidrologi, air yang jatuh pada permukaan tanah sebagian besar akan masuk ke dalam tanah (infi1trasi).
Sebagian dari air yang masuk melalui pro-
ses infiltrasi tersebut akan dipegang diantara pori-pori tanah dan yang lainnya akan meresap melalui pori-pori tersebut ke bagian bawah dengan proses perkolasi.
Air yang
ditahan diantara pori-pori tanah tersebut akan kembali
ke udara dengan proses evaporasi dan atau evapotranspirasi.
Laju pergerakan dari proses-proses diatas diten-
tukan oleh sifat fisik tanah, intensitas radiasi mat ahari, kelembaban relatif udara, kecepatan angin serta faktor-faktor lainnya (Tadjang, 1980).
16 Di dalam profil tanah zona air tanah sering disebut juga zona aerasi.
Hal ini disebabkan pada zona tersebut
pori-pori teneh tidak seluruhnya terisi air tetapi terdapat juga uclera. m1}Y',.:.m
Air tanah tersebut terdapat diantara per-
!;un,,.}', 'J'm mulen nir burni (lVIurcliyarso, 1980).
Hussel dan Russel dalam Brata (1974) menambahkan bahVia air yanG m:',suk ke dalam tanuh melalui proses infil trasi akan terilw,t oleh adanya proses adsorsi pada permuleaan partikel liat dan humus, serta adunya gayo\ kapiler. mena kapiluritas tersebut disebabkpn
Feno-
knrena adanya dua
CO-yu YO-kni : (',ay["- adesi antnra permukaan partikel-partikel tanah dan molekul-molekul air, serta gaya kohesi antara molekul-molelcul air satu dengan yang lai=ya.
Karena ada-
nya gejala-gejala tersebut air dapa,t bergeralc ke atas sebagai suatu kolom air yang kontinue di dalam pori tanah. Kenaikan air lcapiler dilawan oleh gaya gravi tasi yang dinyatakan dalam be rat kolom air, juga dihambat oleh gaya tegangan permuleaan cairan. Satuan Air Tanah Kandungan air dalam tanah dapat dinyatalcan dalam satU::ln f!lutluk al;uu sebagai uleuran potensial dalam sa'tuan tegangan air tanah.
Menurut Kutilelc dalam Tadjang (1980) ,
carn pertama terutarna diguna1can dalam bidang Hidrologi dan lceperlucl.l'l Neraca air, sedromgkan cara kedua penting d81arn fisiologi tanaman, dalam pralctek irigasi dan dalam ffi(lsalclh-masnl:.l,h hidrnulik yang bersangkutan dengan aliran
17 air dalal!l tanah tidctk j enuh. Kelengasan tanah dalEJfi satuan mutlak ninyatakan dala.'ll persentase berat Viw (dids.sarkan pe.da berat tanah yang telah dikeringkan dale.m oven pada suhu 105 0 C selal!l2. lebih kurang 24 jam) atau dalam persente.se isi Viv (didasarken pada volUl!le tanah). Kedua nilai sa.tuan ini d<,~pat di-
hubu~,gkan dengan l!lelalui kerapatan rueJl tanah P
b
(g.Cm- 3 )
seb8,g2,i berikut :
.... ... . .. . .. . . .. (2.1)
Vi
v
Kerapatan air Pw Ciianggap sama dengan satu (dalam g.Cm- 3 ), dan dimasukkan dalam persamaan (2.1) hanya karena alasan dimensi saja (Tadjang, 1980).
Penggunaan rumus ini dila-
kukan setelah ditentukan lebih dahulu kerapatan ruah tanah yang bersangkutan bersamaan pada pengukuran kelenga-
san tanah. Satuan kadar air berdasarkan persen volume diatas dapat dirubah menjadi satuan penyimpanan air tanah WS ( dalam milimeter) yang satuannya sama dengan
sat~n ev~po
rasi dan presipitasi (Tadjang, 1980), dengan persamaan sebagai berikut : Y/S
= 0.1 h
\yv .....................
.( 2 !I' 2)
dimana h adalah ketebalan lapisan tanah da18111 sentimeter. ;:;atuan potensial air tanah biasanya dinyatakan dalam satuan atmosfir, bar, centibar dan milibar serta dapat juga dinyatakan dalam satuan tinggi kolom air raksa atau
18 air yang akan memberikan tekanan ekuivalen.
Secara nume-
rik tegangan satu sentimeter air hampir sama dengan satu milibar (tadjang, 1980). Kadar Air Tanah Walaupun daerah iklim tropik lembab sering mempunyai niJ.ai curah hujan yang tinggi, tetapi produksi tanaman sangat tergantung juga pada beberapa faktor seperti ketersediaan air bagi tanaman.
Sedangkan ketersediaan air ter-
sebut bagi tanaman sepanjang tahun sangat dipengaruhi oleh distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun, ketegangan di dalam tanah, konduktivitas tanah serta karakteristik dari tanaman sendir.i (Williams dan Joseph, 1973). Tidak semua air yang terdapat di dalam zone perakaran dapat diserap oleh akar tanaman secepat seperti apa yang dibutuhkan.
Untuk tiap jenis tanah tertentu mempu-
nyai bat as tertinggi dan terendah.
Batas tertinggi dan
terendah tersebut dalam tanah diterangkan dalam konsep kapasitas lapang dan titik layu permanen (Brata, 1974). Kapasitas lapang adalah jumlah air yang tertahan oleh tanah setelah air gravitasi hilang.
Titik layu permanen
adalah kandungan air tanah dimana tanah tidak dapat memberikan air yang cukup untuk menjaga sehingga tanaman layu permanen (Baver, 1956). Se1isih antara kandungan air pada kapasitas lapang dan titik 1ayu permanen disebut air tersedia.
Air yang
19 tersedia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat fisik tanah yang antara lain adalah tekstur, struktur, dan porositas tanah.
1ilenurut Soepardi (1979)
tekstur liat mempunyai kemampual, yang lebih tinggi untuk menahan air dibandingkan dengan tekstur pasir. Air Tereedia dan Kadar Air Optimum Dimuka telah dijelaskan mengenai air tersedia y.aitu kadar air yang masih memungkinkan tanaman mengabsorpsinya.
~asih
dapat
Tetapi untuk menjamin pertumbuhal> tana-
man yang normal diperlukan kadar air tanah yal>g mudah atau segera diabsorpsi oleh tanaman.
Kisaran kadar air
ini terletak antara ti tik layu permulaan (PF 3.0 hingga 3.6) dan kapasitas lapang dan disebut kadar air efektif untuk pertumbuhan tanaman atau kadar air optimum (Sastrosono dan Takeda dalam Tadjang, 1980) atau air segera tersedia (Soepardi, 1979)., Jika dijumlahkan"dari seluruh lapisan tanah hingga kedalaman akar maka air segera tersedia dinamakan air total segera tersedia.
Umumnya kadar air optimum adalah
kira-kira 50 hingga 70 persen dari air tersedia (Tadjang,
1980).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Stanhil
(dalam Buckman dan Brady, 1969) bahwa hampir semus. tanaman setahun mempunyai kelembaban optimum antara kapasitas lapang dan sedikit di atas koefisien layu.
Sejalan pula
dengan hasil penelitian irigasi oleh Richard dan Richard
20 (da1am Buckman dan Brady, 1969) menunjukkan bahwa untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik air harus ditambahkan bi1a 50 hingga 85 persen dari air tersedia te1ah habis terpakai. Jum1ah air tersedia ditentukan oleh banyaknya air yang ditahan da1am profi1 tanah yang dapat dije1ajahi akar.
Sehubungan dengan ini para pene1iti USDA (da1am
Soepardi, 1979) mengemukan bahwa banyaknya air yang dapat diambi1 tanaman tergantung dari keda1aman tanah yang dije1ajahi akar.
Mereka berpendapat bahwa jumlah air yang
dapat diserap dari perempat keda1aman akar pertama, kedua, ketiga dan keempat secara berurutan ada1ah 40, 30, 20 dan 10 persen.
21 Neraea Air Tanah
Konsep dan P('mgertian Neroea air hanyalah suatu per11.Y8.taa11. me11.detai1 dari hlJJ~\lrn
kr !,;r~k:,'-I ;In fnflor;n.
("Lnw of cOl1nnrvntion of mntter),
dih:f5ilk:.'n c:t,·u cli1'usDle tetC'pi hU1'1:fa
Gl(;!l 1:.:·.rcn:1
l'~U,
(·'i··'le1... • l •• _'~'---,J'
2.tr:u
d~, D,'
d8.p(~t
berubah d2.I'i
l(;·ndung::.n. [lir dttri SU~'ltu vol1..une t2.n~lh
018h infil t1':'si c.t:u Iccnaik!,,:11. kc.pi1er) :.·t r"en111'U11. u
+,~.· .~)
'.1- L,C1,
(m';s-111\T'-" •• <:1 -J (,.., ..1.
oleh cvrtpor;:>.si kc o.tmosfir otp:u. d.rt;.inasi lee lapisan ta-
11.:.h lollih d::L·m) (JIi1181, 1971 da1:'lm Tadja11.g, 1,)00) • .,tudi
8v[l.potra11.spir:~si
dapn.t me11.untlID pads perkem-
bange 11. telenH:: 1'181'8.ea air seb8.gr;i suatu metode pendugaan ke15ngasan tanah.
Nletode ini sangat penting dalam peren-
eO.naan peng8101aan srunber day:? air janglea panjang (Chang, 1968 dalam 'J!D.cljang, 1980). Menu1'ut Kutilek (1971) dalam 'J!adjang (1980), estimasi nerhca air eGeara tidak langsung adalah melibatlcan evaluasi presipitasi dan evaporasi sebagai faletor utama da12.rn "inflow" dan "outflow" air pad a dan dari tanah. !:lelanjutnya clileatalw.n bahwE'. selama presipi tasi dan evaporasi dianggap sebagai proses das:·.r utarna yang mengatur ke1enge.san t[lnah, maIm. selama i tu pula lce1engasa11. tanah
22
dapat diduga dari par8llleter meteorologi, disamping diperlulwn beberapa informasi dari tanah.
TetE!-pi j auh sebe-
lumnya, pemikiran ini telah diilhami oleh Thornthwaite sejc'k tahun 1944 (ThornthVlai te dan Mather,
1957;s~rla
d-a;ltiffi Tadjang, 1980), o.8.n disebut ners.ca iklim.
Cara
ini digunakan olehnya sebagai dasar dalam memperb8.iki sistem klasifikasi iklim yang dibuat pertama kali dalam tchun 1932. Dal8lll bentuk yang sederhana, neraca air hanya dinyatakan bahwa suatu volume tanah tertentu, perbedaan antara jumlah air yang dit8lllbahkan (Win) dan jumlah air yang keluar (W out ) sel8llla periode tertentu adalRh S8llla dengan perubahan kandungan air tanah (~W) sel8llla peri ode terse~ but (Hillel, 1971 dal8lll Tadjang, 1980); atau bentuk persamaan Vi in -
Vol out
=is. W ••••••••••••••.•• (2.3)
Persamaan Neraca Air Neraca air tanah adalah suatu perimbEmgan antar juml;:;,h air yEng m8.suk ke dalaill t,nah dE'.l1 :?il' y;:;ng hilang, yang dapat dinY2.takan dO-le.ill berbagai persamaan sebage_i berikut :
P = Bt + t.ST +
Fl, + hO •••••••••• (2.4)
ciime.nc P -- jJj'c:sipite.si
23 Et
=
~ST=
Pk
=
Ro
evapotranspirasi potensial perubahan cadang8.n air tanah perli:olasi
limps-san pernl'ulraan
pcorsC.mG-em (2.4) adalah perSama2J1 nerc.ca c.il' iklim oleh Thornthvlai te (dalam Thornthl';aite o.an I·.ather, 1957).
Komponen-Kom-':Jonen Persemaan
;~eraca
Air
Presipi t2.si, untuk dGel'2.h tl'opika seperti Indonesj.a, presipi t2~si pada umu.=ya berbentuk curah hujan.
Presipi-
tasi d21am bentuk embun bic:sanya cukup kecil dan sering diabaikan dalam perhitcUlgan. Curah 11ujan yang dicirikan oleh jumlah, fl'ekuensi dan intensitasnya sangat bervariasi menurut tempat dan waktu.
hienurut Dastane (1974) dalam Tadjang (1980), per-
bedaan ciri dan penyebaran curah hujan ini akan berbeda efektifnya dalam pemanfaatannya, terutama untuk memenuhi kebutcman air bagi tanaman. Pade. d,--erah dengan Clll'Eh hujan lebat dan intensi tas hUjEn cu1mp tinggi, hanya sebagi8.n yang masuk dan disim!J8.n de.lam t8.nah yang mengaki batkan rendahnya keefektifan curd, huj 8n.
'l'et<"'pi jikG clll'ah ~ujan ringen (rintik-
rintik den gerimis), maka hilangnya air sebagian besar karena intersepsi
~T2.ng
tanl"h oleh tam·man. 6.engan
sGrnpu~'na,
tergantun,:j pad3, tingkB.t penutu.pan
Pada kead&En lu,nopi menutup tanc,h
intcrsepsi dF.ri curah
hujc~n
ringan
24 ds.pat diasumsikE,n 100 persen, sebaliknya naungan ya.ng kurang menyebebkan eV5.porasi dari permukaan tsnah basah justru memegang pera,nan (Doorenbos dc.n Pruitt, 1975 dc.l2.m Tadjang, 1980). Komponen curah hujE.n yang digunakan da12m perhi tungan neraca air oleh Thornthv:ai te dan j,;ather (1957) adalah berdasarkan pada curah hujan rata-rata bulanan atau
harian. Eva :)otn',nspirGsi, eavapotranspirasi adalah jumlah evaporasi dari permukaan tanah, air atau tumbuhan dan transpirasi oleh tu.11lbuhan yang menaungi tanah tersebut ~Tag.jang,
1980).
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya
air menjadi uap dan bergerak .dari permukaan tanah dan permuka,m air ke udara, sedangkan transpirasi adalah peristiwa penguapan dari tumbuhan secara fisiologis. PeristiVia terjadi kedua-duanya disebut evapotranspirasi. 1l1enurut Tadj ang (1980), bila tanah tidal, pernah kekurangan air (kapasi tas lap2.ng) selama pertumbu.'lan tanaman mc:.ka evo.potranspir8.si mencapE,i nilai potensialnya (evf'lpotn nspirasi potensial, PE) dan besarnya sang:::t bergantung pE.da kea6.aan atmosfir (cuaca/iklim).
runr~n
eVLpotrt.nspire.si Q2.ri horg2~ pot611sial:aye.. (ev2.po-
+,"""lO"D-l ..... ' s;...... v .... ... ...,; "l.. ... ~
Dengan
~
Q1,.-tu')1 V _
Co__ ..
,
[\1~)
.:l..LZ
•
25 Perubahan Penyimpanan Air Tanah, Surplus dan Defisit. Perubahan penyimpanan air tanah adalah perbedaan kadET air tan2Jl pada SUEtU periode dengan peri ode sebelumnya.
Ke.nduuge.n 2-.ir m8.ksimum yB.ng d8.pat tersimpan atau
uc..._.l.C'. _ te _r+-~r'11
d"l'f" ...... ':
!L
~-nrlll L>c. .. _c,
(·,·-te~ ~olQ~in~ c-~aci+y) ,',0, ~.1. _.l. _ 0 t::.! .... :..... _ U
sgn~-t c~ __ GCl"
be-
,.1,.-
gantung padec tipe tan8.h, struktur dan kedalamLn profil tanah yang disesuaikan dengan kedalamEm pera..'o:a.ran tumbuhan. Kedal&m2.n ini dis2.1Y,ping di tentuJmn oleh j ems tUlnbuhan dE.n tinglmt pertumbuhan juga di tentukan oleh tipe dan struktur tanah dan kadar airnya (Tadjang, 1980). Tiap periode tertentu evapotranspirasi berlangsung dengan mengambil penyimpanan air tanah sedangkan curah hujan merupakan penambahan.
Bila curah hujan kurang dari
evapotranspirasi dan berh ngsung lama, maka terjadilah defisit air, dan sebaliknya akan terjadi scrrplus.
Pengertian
defisit dan surplus menurut metode Thornthwaite dan Idather (1957) dan Iliather (1974) adalah sebagai berikut
Defisi t
AE-PE (p
<: PEl
Surplus: (P-PE) - .t>S(p dimana P FE
= presipitasi
> PE)
(cuIah hujan)
= eV2.potr8.nspirc.si potensial
AE = evapotranspirE'.si aktual AS
= perubah£m )mdar air tomah.
Lelebihan air atau sur')lus digu..'YJ.akan untuk menaikkan ka.dar air to'mah.
c;etelah tercapE'.i kapasi tas lapang
26 Ke1ebihan air se1anjutnya akan hi1ang sebagai 1impasan permukaan atau perko1asi (Tornthwaite dan Mather, 1957; dan Chang, 1968) serta sebagai drainasi ke 1apisan 1ebih bawah.
Tetapi pada hakekatnya 1impasan permukaan dapat
saja" terjadi sebe1um tercapai kapasitas 1apang pada se1uruh 1apisan tanah, tergantung pada intensitas hujan, kapasitas infi1trasi, kapasitas penyimpanan permukaan dan keda1aman tanah.
III.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Tempat Penelitian .
.
Penelitian neraca air tanah berdasarkan metode Thornthwaite dan Mather (1957), bertempat di desa Rias Kecamatan Toboali daerah tingkat II kabupaten Bangka. Desa terse but berada di. selatan pulau Bangka, yang.berjarak kurang lebih 6 km dari ibukota kecamatan Toboali dan lebih kurang 174 km dari ibukota daerah tingkat II kabupaten Bangka. Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa di daerah itu terdapat Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) Rias, yang telah mencatat data sepanjang tahun.
Di dekat lokasi tersebut
diharap~
kan juga dapat dijumpai daerah bekas tambang timah. Lokasi SMPK diatas terletak pada 2 0 57'54" lintang selatan dan 106 0 3'51" bujur timur.
Daerah tersebut ber-
ada pada ketinggian kurang lebih 6 meter di atas permukaan laut.
Tanah limbah tambang yang berasal.Miri bekas
tambang timah dengan perjanjian karya 20 (tambang karya 20) wilayah produksi
~oboali
diambil sebagai tanah con-
toh (soil sample) untuk analisa fisiko. tanah dan analisa tekstur. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Septemcer
28 hingga Nopember Ig81.
Kegiatan yang dilakukan adalah
pengambilan eontoh tanah dari tanah limbah tambang di daerah bekas tambang timah, pengumpulan data meteorologi yang diperlukan, analisa sifat fisik tanah dan kadar air tanah limbah tambang di laboratorium. Metode Penelitian Pengambilan Contoh Tanah Untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah seperti tekstur, kerapatan ruah, porositas tanah, bobot kering volume, kadar air (0/0 volume) pada beberapa tegangan,
0/0 air tersedia, permeabilitas dan laju perkolasi dari suatu luasan tanah dilakukan pengambilan eontoh tanah. Pengambilan eontoh tanah dilakukan dengan menggunakan "ring sample" pad a kedalaman 0 - 30 em dan 30 - 60 em seeara acak dengan ulangan dua kali.
Contoh tanah terse-
but diharapkan akan dapat mewakili areal seluas 100 m persegi dari tanah limbah tambang timah yang sudah mulai ditumbuhi vegetasi pioner di daerah bekas tambang timah. Analisa Sifat Fisik Tanah Dalam hubungan dengan perhi tungan neraca air tanah, sifat fisik tanah yang akan ditentukan adalah kemampuan tanah menahan air (water holding eapasity).
Kemampuan
ini hanya ditujukan pad a batas atas (kapasitas lapang) dan batas bawah (titik layu permanen) dari air tersedia bagi pertumbuhan tanaman.
Kadar air tanah pada kedua
29 bat as ini ditentukan dari logaritma tegangan air tanah dinyatakan da1am tinggi ko1om air.
Tegangan tersebut di-
kena1 dengan pF. Da1am ana1isa ini akan ditentukan pada pF 1 (10 em), pF 2 (100 em), pF 2.54 (1/3 atm), dan pF 4.2 (15 atm). Dari ni1ai-nilai terse but yang berhubungan dengan kadar air dibuat Bebuah kurva, eehingga hanya dengan )curva tersebut kita dapat memperkirakan besarnya kadar air untuk setiap nilai pF.
Kadar air tanah pada kapasitas lapang
berada pada s'aat tegangan air tanah setaro. dengan pF 2.54 dan titik layu permanen terjadi pada saat tegangan air tanah setara dengan pF 4.2. Dalam
mengkonversikan nilai kadar air tanah dari
satuan persentase berat ke persentase volume, maka per1u ditentukan kerapatan ruah (bulk density) tanah tersebut. Menurut Daubeneire da1am Brata (1974), tekstur tanah mempunyai peranan penting da1am menentukan penetrasi akar, infi1trasi air ke da1am tanah, 1aju gerakan air dan udara da1am tanah, kapasitas menahan air, dan kesuburan tanah.
Penetapan tekstur tanah dilakukan dengan eara
hidrometer (hydrometer method) berdasarkan hukum STOKES yang berprinsip bahwa keeepatan pengendapan berhubungan dengan ukuran partike1, maka ukuran partikel tanah dapat diketahui (Murdiyarso, 1980).
Dengan cara ini, tekstur
tanah ditetapkan dalam tiga fraksi yaitu : (a) pasir
30 (2 mm - 50 JU), (b) debu (50 - 2;\1), dan (0) liat «2,u). Persentase dari ketiga fraksi ini selanjutnya digunakan ~enetapkan
untuk
tekstur tanah seoara terperinei (dalam
12 kelas tekstur) dengan bantuan segitiga tekstur USDA. Satuan dan Kadar Air Tanah Total Dari nilai kadar air tanah pada tiap lapisan yang dinyatakan dalam persentase berat, kemudian disesuaikan dengan satuan dan kedalaman tanah yang digunakan dalam perhitungan neraea air iklim oleh Thornthwaite dan W~ther
(1957).
Dalam hal ini digunakan satuan milimeter
dan kedalaman sampai 60 em. Untuk merubah nilai harga kadar air tanah menjadi satuan milimeter, persamaan dibawah ini dapat digunakan :
= dimana : WS i
,Pb. 0.1 h. ~ Ww. ~
,P w
~
..............
(3.1)
= kadar
air tanah dinayatakan dalam satuan penyimpanan air WS dari lapisan ke - i (mm).
hi = tebal lapisan ke - i (om) • fbi = kerapatan ruah tanah dari lapisan ke - i
(gram/c~3).
fw
= kerapatan air (gram/ em3 ) •
'Ww
= kadar air tanah dari lapisan ke - i
(persen
berat) • Kadar air tanah dalam satuan milimeter ini kemudian dijumlahkan dari tiap lapisan dan disesuaikan dengan .
31 kedalaman yang ditinjau untuk mendapatkan kadar air total d
=iT hi
WS
dimana di adalah seluruh atau sebagian tebal lapisan ke - i, tergantung pad a tebal masing-masing lapisan tiap profil dan kedalaman perhitungan neraca air tanah.
Perhitungan Meraca Air Tanah Perhitungan neraca air tanah pada suatu daerah secara tidak langsung dapat menduga pola penyebaran kadar air tanah.
Untulc areal tanah kering, dimana sumbernya
hanya berasal dari curah hujan, maka persamaan neraca air tanah dapat dinyatakan dalam persamaan : P = E + Ro + D + f:\.ST
••••••••••• (G.3)',
dimana : P = curah hujan E = evaporasi Ro D
= Runoff = air draina~li
liST = perubahan kandungan air tanah.
Untuk suatu lahan tertutup rapat oleh vegetasi maka ni1ai E
= FE
(evapotranspirasi potensia1) disaat P melebihi
PE, dan ni1ai E
= AE
(evapotranspirasi aktual) bila P
kurang dari PE. Prosedur perhitungan neraca air tanah pada pene1itian ini di1akukan menurut metode Thornthwaite dan Mather (1957) yang menggunakan sistem tata buku •.
32 __ ___ Hu';rn __ os! C!. • C·i.lY'2h
historiE: yang niE~n
QL:u,::pu1k~n
Lhusus
oleh Stasiun :,ceteoro1ogi Pert a-
£lie,s, Toboa1i.
ini dim:?sl).lrken Qc.lcm perhi tung::: n
nerc~ca
2,ir tEl.nab. L:enUI"1)..t
meto6.e 'rhornthv;2.i te dan i,jather (1957). EV2.potre.l1.spirEsi. Dc.lam perhi tung-F"n ner2.C8. air perte.me kec1i o.i tentulc2.n eV2.potr2nspirHsi potensia1 (PE) ~rai tu
eVEpotranspirasi yang terjadi pad8.
keada2~n
CD.leU!) a.ir (ka-
pe.si tas 12,pang) dan ho..rganya sengat ditentuJran ole11 keadaan Htmosfir (ik1im). DalEm peneli tian nBre.CC. air talle.h ini, mula-mula ctitentukEm evapotranspirasi potensiec1 bu1anan berd8.s2.rkan metoc1e Thornthwai te (1948). J;E':n~
BEnyaknYE. eVE.potre.llspirasi
didapat ad8.1c=th berdasarkan svl1.U rata-rata bulLnan,
stand,rd bu12n 30 hari dan hum:, jcmJ penyin2.r2.n ada1ah 12 jCUl1.
L:ntuJ{ cJ.aerch kh2.tulistiwe.
r"llEll.:~S
ters,eb"l1.t adale.h seba-
g[ i beT'il:tJ.t
e == 1.0,. (lTO_ t)
8
=
GVr. p'J""!:;r[,TlS~)iJ:'E.si clisesu.[';i~::f,n (C!:1)
+:::: u ~'''_~'~L).'ll':.:-_:·, _c. c. _ ,
I
a
in(_o~:~_
in;>.:>:-
potensic- 1
I ......... c.Uc.-_C,v, ·'-r: 1"'~+'
lJulcDL11. =,;-cn~
lr' "-11 ;)'U ' ••• __ • __
(QI") v
"Jen: s tbJ::..unan 8.6.r-.l::.1-1 j1...:'::'.:.l..-i: 6_::ri -Y.~l-;~ ~::1... . .1 :-:.'.::".:"l ;;i tl .!~ ( _u_ \
5
I
1. jl/~
b611...11:1
1~
33 ::::
(-~.
kO:'l~-t;2ntct
:/("l1.{5,
l)8rv['.riEsi
cl[?~ri
tem.pc--t ke-
t8r~lp;;::-t
QC.n ULpC.t (Lilli tV..l1.g 1JGrD. 2~s<:·,rl[c:n hu-
hli~ng:;.l1
berilCllt :
-7
- -5
= 6.75.10 1 3 -.7.71.10
2
r2 +
0.01792 r + 0.49239 E.'Ve:.potl"2l'lE.pirLsi
~ootensiE.,l
~TcnlG 1)elur~1
disesuc.ikal1.
dc"p2t dikoreksi o.Fri tabel-t2bel 1)2.njang hc.ri yc.ng sebenarnya dan hari dalEtln bulan untuk
mel'ldal:J2"tk2~n
eV8.potr8.l1.s-.
pil'"'8.si yang sesuai.
Kemuc1iED selanjutny8, mencEri hubu..l"1t;8.11 linear antara evs.potnmspirasi potensial bulanan (Y) pad2. d2.er2.h ter8ebut yang berdasarkan metode Thornthwai te (1S t ,S) dengan evaporasi bulanan (X) yang dicatat dari evaporimeter piche di daerah tersebut, maka dids.pEt perS8.mEan sebagc.i berikut Yi dimt?"n2~
i
:
b b
\V
o 1
i
V 1'/ + 1)1 Ai + \\i ............... (3.5)
= b0
.. . .
.. . .. , 1, 2, == pare.meter yanG
=
11.
clil:etE"hui
tic~2.k
;:::: parExneter y2.ng belu,.Y!l dil;:etahui
galat
r; "..2 == 0, rC::C:Fx11 B( Vi.r L) ;:::: ..
l
.1
T
.
J. "'tJ .....
Oleh
f32b~'lJ
o
...-' ..... -~ -IJ l·
\.:.{'!'..!.
i tu evc:-,potrz:l1SpirC8i potGl1.i:iicl lJulL1'lC:1-n
34 Gu.e.tu lTulctn Clctlc\lll IJeriouo beber;:pa to.hun.
Perub['.h~
n Kl',dar Air i'anah. Perubahun kadar air -[;2.n2.h
(6.ST) 0.c18.18J1 YlorbedfJan lwclar air tan2.h pe.c1a suatu perioc1e (Jrcn:O;"l"J nm:'j,orJe: ,)()llolulDnsn. (In.llnnnn). lJiln ou1'a11 hujan (1') 1(1)1'['11,":
(I''l"i ]'J.; wileo tc:rj"ilil::ch defioit air
'l'et~
(yaitu keku-
pi bilL,. P me18bihi PE mc-,ks, scb::diknya te1'j2.-
l\.clelJihen air ini dia,nggep sebagai
b8r1:::,l1GsunL~
1~)f,n;~isi8.n
kc:ndunc;cn 2.ir deUl menjo.t.1i nee;atip
:rhox'ntlr,',>[:li tG clo.n :Mather (19:5'1), limpnsan :)ermukaan baru
Dah211 dan Alg,t -' •. :) , ,I
35 i-l.lat
TabunG kUl1il1g2~n (rinG sr",uple) 32 set,. C8'y,~an alu.rnini-
urn 12 buah, kerts.s crs.fil:
1 set, piS2U to.jam den tipis, ciEn OVSl1..
IV. Sifat
HASIL DAN PEMBAHASAN FiB~dan
Kadar Air .Tanah
Tekstur Tanah Berdasarl~an
limho.h to.mhe.ng
analisa fisilca tanah (Tabel 4 ), tanah
'J~arnbang
Karya (orK) 20, Rias 'foboali terrna-
suk dalam kelas tekstur tanah pasir.
Keragaman yang ter-
dapat antara lapisan atas (0 - 30 em) dengan lapisan bawah (30 - 60 em) pad a tanah limbah tambang tersebut keeil sekali.
Fraksi liat dan debu pad a tanah tersebut me-
ngalami pengurangan dengan semrucin besarnya kedalaman tanah, sedangkan fralcsi pasir persentasenya semakin bertambah.
Kejadian ini dapat dimengerti lcarena sesungguhnya
proes pendulangan timah yang dilrucukan pada waktu penambangan timah adalah merupakan pekerjaan pemisahan biji timah dari mineral ikutannya dengan menggunakan air.
Se-
hingga massa benda yang relatif besar seperti fraksi pasir, akan cendrung berada pad a lapisan bagian bawah. Kandungan liat yang rendah pada tanah limbah tambang akan menyebabkan lcapasitas menahan air dan kapasitas tulear lea.tion (KTK) pada tanah tersebut sangat rendah.
Ka-
rena koloid liat juga merupakan salah satu zat pengikat (cementing agent) yang penting, maka dapat dikatakan bahwa laju proses agregasi yang terjadi pada tanah limbah tambang leeeil selcali (Baver, 1956).
r<)
t-
Kedalaman
~abel
4.
Poroaitaa total
Kadar air
(%
vol)
Nilai Rata-rata Analiaa Sifat Fiaika Tanah Limbah Tambang di Lokaai Bekas Tambang Timah TK 20 Riaa, Wilayah Produksi Toboali Kabupaten Bangka.
Tekatur Kerapatan ruah.
10 em 100 em 1/3 atm 15 atm
Paair
Tekstur tanah
5.61
Pasir
(%)
9.81
3·24
(gram/em3)
15.23
4.41
Liat
24.05
6.56
(%)
46.19
15.56
Paair
1.41
46.61
(%)
91·98
1.42
Debu
4.42 96.26
(%) 3.50 1.18
( em)
o - 30 2.56
(pF' 1) (pF 2) (pt 2.54) (pF 4.2)
30 - 60
38
Kerapatan Ruah (Bulk Density) Perbedaan yang terdapat antara kerapatan ruah lapisan atas dengan lapisan bawah pad a tanah limbah tambang di lokasi bekas tambang timah TK 20 Rias, Toboali adalah aarlP,ut ked.l.
Menurut Arsjad (1972) dalam Tadjang (1980)"
tanah-tanah yang sama mungkin mempunyai kerapatan ruah berlainan sesuai dengan perbedaan atau perubahan ruang pori.
Pemadatan yang terjadi pad a tanah limbah tambang
lapisan bawah yang lebih cepat dari tanah lapisan atas menyebabkan tanah lapisan bawah berkurang ruang porinya dan bertambah kerapatan ruahnya. Voonhees, Anemiya, Allmaras, dan Larmon (1971) dalam Brata (1974) mengajukan nilai kerapatan ruah tanah 1.80 gram/cm3 merupakan bat as tertinggi bagi penetrasi akar tanaman.
Apabila dibandingkan dengan nilai kerapatan
ruah tanah limbah tambang TK 20 pada kedalaman 0 - 30 cm rata-rata sebesar 1.42 gram/cm 3 , maka akar tanaman masih tergolong dapat melakukan penetrasi pad a tanah tersebut. Porositas Tanah Porositas total tanah limbah tambang TK 20 pada 1apisan atas rata-rata 46.79 persen dan lapisan bawah 46.61 persen.
Porositas total lapisan atas tanah tersebut le-
bih besar dari lapisan bawah karena kerapatan ruah lapisan atas lebih kecil daripada lapisan bawah.
Namun se-
cara umum perbedaan yang terdapat pada tanah tersebut kecil sekali.
39 Pori drainasi diartikan sebagai pori yang tidak dapat menahan air, juga diistilahkan sebagai pori makro (Buckman dan Brady, 1969),
porositas non-kapiler atau
porositas aerasi dan porositas udara (Grable, 1966 dalam Drata, J_974).
Nilai rata-rata pori drainasi tanah limbah
tambang TK 20 lapisan atas 36.98 persen dan lapisan bawah
41.87 persen.
Menurut kriteria penilaian yang diajukan
bagian konservasi tanah dan air LPT, 1974 pada Tabel Lampiran l, nilai pori drainasi tanah tersebut sangat tinggi.
Pori drainasi tanah limbah tambang sangat tinggi men,yebabkan tanah tersebut tergolong sangat sarang, sehingga daya me nahan air tanah limbah tambang sangat rendah. Hal ini berpengaruh terhadap nilai persentase air pada keadaan kapasitas lapang (pF 2.54) dan titik layu perroanen (pF 4.2) yang rendah pada tanah tersebut. Air Tersedia Kandungan bahan organik dan struktur tanah dapat juga mempengaruhi jurolah air tersedia.
Tetapi karena kan-
dungan organik tanah-tanah mineral pada uroumnya relatif kecil, maka pengaruh tekstur dan tipe liat yang dikandungnya terhadap air tersedia lebih penting dibandingkan pengaruh bahan organik dan struktur tanah (Tadjang, 1980). Jumlah air tersedia pada lapisan atas relatif lebih besar daripada lapisan bawah pada tanah limbah tambang
40 Tambang Karya 20 Rias Toboali (Tabel ~).
Perbedaan ter-
sebut disebabkan oleh perbedaan kandungan liat yang terdapat diantara lapisan atas dengan lapisan bawah tanah limbah tambang tersebut. Tabol 5.
ATT Kedalaman (em)
Jumlah Rata-rata Air Tersedia, Pori Drainasi, dan Permeabilitas Tanah Limbah Tambang di Daerah Bekas Tambang Timah Rias, Wilayah Produksi Toboali Kabupaten Bangka. Pori drainasi (0/0 vol)
(mm air) Sangat oepat
Cepat
Lambat
Permeabilitas (om/jam)
o - 30
12.42
22.74
8.82
5.42
60.77
30 - 60
3.69
31.05
9.00
1.82
60.10
Total
16.1l
Berdasarkan kriteria penialian pada Tabel Lampiran 1, maka air tersedia pada tanah limbah tambang sangat rendah yaitu sebesar 2.685
%
volume.
Hal ini disebabkan oleh
kandungan fraksi liat yang rendah pada tanah limbah tambang tersebut. Air tersedia total (ATT) pad a tanah limbah tambang untuk kedalaman hingga 60 em adalah 16.11 mm.
Kedalaman
tersebut termasuk dalam profil tanah yang dapat dijelajahi oleh akar tanaman rumput-rumputan dan tanaman setahun.
Para peneliti USDA (dalam Soepardi, 1979) mengemu-
kakan bahwa banyaknya air yang dapat diambil tanaman tergantung dari kedalaman tanah yang dijelajahi akar.
41 Mereka berpendapat bahwa jumlah air yang dapat diserap dari perempat kedalaman akar pertama, kedua, ketiga dan keempat s.eeara berurutan adalah 40, 30, 20 dan 10 persen. Kadar air optimum atau air segera tersedia yang didasarkan atas 50
%
air tersedia adalah kadar air yang
mudah atau segera diabsorpsi oleh tanaman untuk menjamin pertumbuhan yang normal (Tadjang, 1980).
Jumlah air se-
gera tersedia untuk kedalaman hingga 60 em pada tanah limbah tambang Rias sebesar 8.06 rom. Neraea dan Penyebaran Air Tanah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Pada Tabel 6 diperlihatkan rata-rata suplai air bulanan sebagai eurah hujan (p) dan keperluan air bulanan sebagai evapotranspirasi potensial (PE) pada daerah bekas tambang timah Rias Toboali.
Gambaran diata's menun-
jukkan neraea air tanah bulanan di daerah tersebut. Neraea air tanah tersebut dihitung menurut Tabel komputasi Thornthwaite dan Mather (1957). Curah hujan bulanan untul{ daerah Rias bervariasi sepanjang tahun.
Jumlah eurah hujan yang dipergunakan da-
lam perhitungan neraea air tanah Tabel 6 adalah
nilai
curah hujan d.engan peluang lcejadian hujan melebihi 75 persen dari sejumlah tahun pengamatan.
Jumlah tahunan
curah hujan dengan perhitungan tersebut ada1ah 1791 mm. Nilai eurah hujan terendah terjadi pada bulan Juli dan
42 Agustus dengan curah hujan 50 rom dan 20 rom.
Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan April dan Desember masingmasing sebesar 209 mm dan 225 mm. hvapotranspirasi adalah kombinasi antara evaporasi atau penguapan dari semua permukaan dan transpirasi atau penguapan dari vegetasi.
Nilai evapotranspirasi potensi-
al (PE) yang dipergunrucan dalam perhitungan neraca air tanah pada Tabel 6 adalah meruprucan hasil pendugaan yang diperoleh dari model persamaan.
Model persamaan terse-
but dibuat dengan mencari hubungan antara evapotranspirasi potensial (Y) yang berdasarkan metode Thornthwaite (1948) dengan nilai evaporasi (X) yang diperoleh dari hasil pencatatan evaporimeter piche.
Model-model persama-
an yang didapat merupakan model persamaan untuk setiap bulan dengan jumlah tahun pengamatan sebagai banyaknya contoh (n). Selanjutnya dengan analisis regresi sederhana untuk setiap bulan diperoleh model dalam bentuk hubungan sebagai berikut : Yi(Januari)
=
28.9941 + 1.8190 Xi
(r = yi(pebruari)
(r
0.9320 ; R2 = 86.86
= 154.8011 = 0.9635 ;
••••••••• (4.1)
0/0)
- 0.8611 Xi •••••••• (4.2) R2
= 92.83 0/0)
Y (Maret) = 201.2288 ~ 1.2184 Xi •••••••••• (4.3) i (r -0.9358 ; R2 81.51 0/0)
=
=
43 Yi (April)
Yi(Mei)
= 148.8970 (r = - 0.6520
= 134.9455
Yi (Juni)
= 153.9138
=-
(r Yi (Juli)
=
= 42.51
; R2
+ 0.1363 Xi 2
= 0.6323
(r
0.4064 Xi •••••••• (4.4)
••••••••• (4.5)
= 39.98
; R
0/0)
0/0)
- 0.3726 Xi ••••••••• (4.6)
= 77.35
0.8795 ; R2
0/0)
125.9015 + 0.1374 Xi ••••••••• (4.7)
= 0.6790
(r
; R2
= 46.10
Yi(Agustus) = 148.1211 - 0.0634 (r Yi(September)
Yi(Oktober)
= 0.6076
; R2
= 123.6018 (r = 0.8043
= 135.3647
~
0/0) ••••••
= 36.92
(4.8)
0/0)
+ 0.1209 Xi •••• . ) ; R2 = 64.69 0/0
+ 0.1450 ~ ••••••
,(4.10)
(r = 0.6868 ; R2 = 47.17 0/0) Yi(Nopember)
= 108.4946 + 0.4976 Xi ••••• ' (r = 0.9494 ; R2 = 90.13 0/0)
(4.11)
Yi(Desember)
= 108.7954
(4.12)
(r
= 0.9914
+ 0.4757 Xi •••••
; R2 = 98.28 0/0)
Koefisen korelasi (r) dari model-model diatas yang cukup tinggi menunjukkan bahwa evapotranspirasi potensial (Y) berdasarkan met ode Thornthwaite (1948) mempunyai hubungan yang erat dengan evaporasi piche (X) dari hasi1 pencatatan evaporimeter piche.
44 Harga koefisien determinastik (R2) menunjukkan bahwa model-model diatas dapat diandalkan untuk menduga evapotranspirasi potensial dari nilai-nilai evaporasi piche. Perlu dijelaskan bahwa model-model persamaan diatas hanya untuk digunakan dalam peri ode pengamatan tahun 1972 hingga tahun 1981.
Pada peri ode diluar tahun diatas per-
lu dilakukan analisis regresi lebih lanjut. Sebagai ilustrasi, hasil perhitungan evapotranspiraoj.
pot(ma1.ul uIItuk ootiap tahun clongan menggunakan model
model diatas d1.sajikan pada Tabel Lampiran 2. Harga evapotranspirasi potensial yang digunakan dalam perhitungan neraca air tanah Tabel 6 adalah nilai rata-_ rata hasil pendugaan evapotranspirasi potensial dari tahun 1972 hingga tahun 1981 (diduga dari model persamaan berdasarkan bulan masing-masing).
Neraca Air Tanah Dari gambaran neraca air tanah yang diperlihatkan Tabel 6 dan Gambar 1,bula.n:·Juni, Juli, Agustus dan September terdapat curah hujan (p) lebih kecil dari keperluan air untuk evapotranspirasi potensial (PE).
Pada
bulan-bulan kering tersebut (p
pada tanah telah terjadi kehilangan air secara
potensial dan jumlahnya akan terakumulasi pada bulan berikutnya sampai P mampu mengimbangi PE (lihat pada baris 4 Tabel 6).
""'
v
Tabel 6.
Bulan J
166 114
P
21
159 138
M
78
209 131
:A.
190 141
3!.
74 135
J
50 134
J
20 143
i
S
16 +16
55
198 143
~
133 0 73
16 0
73
206 133
N
131 0 94
16 0
94
225 131
D
.'
98 132
143 0 39
1325 286 466
1791 1611
Satahun
Naraca Air Tanah Pada. Tanah Limbah Tambang Daerah Bekaa '.i.'ambang 'rimah Rias Toboali Pulau Bangka. Kedalaman Tinjau 60 cm.
196 1,6 52
J.~o
( iluA) P (p>75 %) ., PE 60 16 0
Unsur ""-
P - PE P.W.L 16 16 0
0
78
evapotranspirasi potensia1 (diduga dari model persamaan evapotranSPiraSi~ potensia1 (Y) didasarkan a.tas metoda Thornthwaite dan evaporaai piche (X) ;
52
0
16 0
0
136 0 60
3
49 -61 -84 -123 -34 -61 -145 -268 -302 16 0.2 0 0 0 0 o -15.6 -0.2 0 141 89.8 50.2 20 98 0 45.2 83.8 123 34 0 0 0 0 49 131
ST LlST AE D
PE
114
I
138 0 21
s Katarangan
P (p> 75%) - curah hujan (dengan peluang melebihi 75 %). Acc P.W.L - Accumulation of potensial water loss yaitu akumulasi air yang hilang secara potensial. ST - storage - kandungan air tanab. AE - evapotranspirasi aktual. perubahan kadar air tanah. D ~ defisi t. S ~ surplus. ~ST ~
46 Pada bulan kering pertama (bulan JUDi) keperluan air untuk evapotranspirasi (secara aktual) akan dipenuhi dari curah hujan dan
k8.lld~an
air tanah.Pada. saat
P - PE negatip kandungan air tanah ditentukan oleh kandungan air 1;Hnah makaimum dan akumulaai air yang hilang secara potensial.
Untuk setiap penggunaan kandungan air
tanah bagi keperluan evapotranspirasi aktual, kandungan air tanah berkurang secara eksponenaial (Murdiyarso, 1979), dan dapat dinyatakan dalam persamaan berikUt i
. .. . . . . . . . . dimana : M = kandungan air tanah (rom) W ., kandungan air :t;anah maksimum (rom)
k
= konstanta
a
=
akumulasi air yang hilang secara potensial (rom)
Konstanta k merupakan fungsi dari W, adapun hubungannya adalah linear sebagai berikut : k
= po
PI +
w
•••••
dimana : po
= 1.000412351,
dan pl
= -1.073807306
Pada Tabel 6 baris 6, nilai kandungan air tanah di daerah bekas tambang timah dapat berkurang dari 16 rom (bulan Mei) menjadi 0.2 rom (bulan JUDi) dan bahkan menurun menjadi kecil selcali sehingga dapat mencapai 0 rom. Pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September terjadi
47 1) defisit air di daerah tersebut masing-masing sebesar 45.2 mm, 83.8 rom, 123 mm,.dan 34 mm (baris 8 Tabel 6). Evapotranspirasi aktual (AE) adalah evapotranspirasi yang terjadi pada saat kandungan air tanah tidak maksimum lagi dan curah hujan lebih kecil dari PE. Pada saat itu besarnya AE = P + yang lain AE
~S~),
sedang pada saat
= PE.
Pada bulan Oktober di daerah Rias terjadi P)PE, sehingga P - PE menjadi positip (198 - 143
=
55 mm), ~
dengan perkataan lain pada bulan terse but terjad1 pengisian kandungan air tanah sebesar 16 mm hingga kandungan air tanah maksimum (mencapai kapasitas lapang). saat
P~PE
Pada
di bulan-bulan yang lain, sebagian dari kele-
bihan air akan hi lang sebagai air drainasi atau perkolasi ke lapisan tanah diluar jangkauan akar. itu surplus
= S = (~ -
PE) - ~®.
Pada saat
Besarnya perkolasi
akan ditentukan oleh lajm.perkolasi yang terjadi pada tanah tersebut. Karena tanah limbah tambang yang sarang, maka tanah terse but hanya mampu menampung kelebihan air (dari selisih P dan PE positip) sebesar 16 rom (nilai kapasitas lapang tanah tersebut).
Nilai kandungan air tanah tersebut
akan merupakan cadangan air di dalam tananA
1) Defisit air adalah selisih antara PE dan AE. Jadi defisit hanya terjadi pada saat P-PE negatip.
48 Dalam unit tahun hasil perhitungan neraca air tanah dari Tabel 6 dapat diringkas menjadi Tabel T.
Evapotrans-
pirasi potensial tahunan di daerah terse but sebesar 1611 mm, sedangkan evapotranspirasi aktual hanya 1325 mm.
Hal
ini mengakibatkan defisit air tahunaa sebesar 286 mm. Jika curah hujan tahunan di daerah tersebut 1791 mm dan 1325 mm air yang hilang secara aktual melalui evapotranspirasi, maka surplus air tahunan harus sarna dengan 466 mm. Tabel 7.
Evapotranspirasi potensial (PE) • 1611
Rekapitulasi Neraca Air Tanah di Daerah Bekas Tarnbang Timah Rias, Toboali Pulau Bangka (mm./tahun). Curah hujan
Evapotranspirasi aktual
Defisit
Surplus
(p)
(AE)
(D)
(s)
1791
1325
286
466
Pola Penyebaran Kadar Air Tanah Pola penyebaran kadar air tanah dari hasil perhitungan neraca air tanah diperlihatkan pada Garnbar 1.
Pola
penyebaran kadar air tanah kumulatif mencapai kapasitas lapang (16 mm) mulai pada bulan Oktober hingga bulan Mei tahun berikutnya.
Pada bulan-bulan diatas kelebihan air
(surplus) yang terjadi akan hilang sebagai air perkolasi atau drainasi ke lapisan tanah dilaar jangkauan akar.
. ,49,
"..
:;
''';
", ...•
~'"j'
• "!
•
....•
..
- .
",
I •
~
~'
..
225
~
.
-;;
200 ,
, I
,;17:5
HO 125
"
7- ' ~
,
100
75,-,
,
Gambar 1.
Neraca Air Tanah dan' Penyebarannya di'lokasi "; Tanah Limbah Tarnbang Timah, Rias, Toboa1i, pu-'-.. ..1,., Hm Bangka. , " ., :' Nilai ke.pasi tas 1apang (KL) k 7.14 0/0 : Tltik 1ayu permanen (TLP) '" 4.46 ~/o~. . <' Air tersedia == KL - T L P . . : Kandunge.n Air Tanah OptiJFUlll '" 50 persen 'X.' air tersedia. . ;,' i , ..
.
,
"
<
50 Evapotranspirasi yang terjadi pada saat itu berlangsung seeara potensial. Setelah bulan 1iJ.ei yakni bulan Juni, Juli, Agustus dan September terjadi penurunan kadar air tanah seeara drastis, hingga tercapai nilai terendah sebesar 0 rom atau meneapai kandungan air tanah pada titik nen (pF 4.2).
la~~
perma-
Pada bulan Juni sejumlah kandungan air
tanah (15.8 rom) akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi evapotranspirasi aktual. Kejadian diatas berlangsung dari bulan Juni hingga bulan September, sehingga mengakibatkan terjadinya defisit air pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September masing-masing sebesar 45.2 rom, 83.8 rom, 123 rom, dan 34 mm. Bulan Agustus merupakan bulan yang mempunyai harga defi .... sit air tertinggi. Kandungan air tanah dengan segera akan terisi kembali pada bulan Oktober hingga meneapai kapasitas lapang. Hal tersebut terjadi disebabkan eurah hujan yang fuelebihi kebutuhan air bagi evapotranspirasi potensial. Peri ode Tumbuh Berdasarkan hasil perhitungan neraea air tanah pada kedal&.lllan 0 - 60 em ds.n eurah hujan melampaui dengan peluang 75 persen, maka dapat ditentukan kapan dan berapa lama peri ode tumbuh yang dapat diharapkan di lokasi tanah limbah tambang Rias, Toboali.
51 Tadjang (1980) mengajukan dua macam kriteria penetapan periode tumbuh yaitu disarkan atas : (1) komponen harga kadar air tanah tersedia, dan (2) saat terjadinya dan jum1ah defisit air.
Keduanya merupakan hasi1 perhi-
tungan neraca air tanah. Penetapan periode tumbuh didasarkan atas kriteria komponen harga kadar air tanah tersedia dengan menggUnakan batas 50 persen air tersedia (50
%
AT), maka peri-
ode tumbuh di 10kasi tanah 1imbah tambang Rias terjadi mulai minggu ke-3 bulan Oktober hingga minggu pertama bulan Juni tahun berikutnya.
Sedang untuk minggu kedua
bulan Juni hingga minggu kedua.bu1an Oktober terjadi defisit air tanah di 10kasi tersebut. Pada tanaman rumput-rumputan dan tanaman 1ainnya yang sudah tumbuh di 10kasi tanah terse but untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan tanaman, maka pad a saat terjadinya defisit air per1u di1akukan penyiraman. man yang diper1ukan
= kandungan
Air sira-
air tanah 50 persen AT
dikurangi kandungan air tanah (ST).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.
Tanah limbah tambang timah di daerah bekas tambang timah Rias Toboali pulau Bangka, merupakan tanah bertekstur pasir.
Pada tanah dengan kedalaman 0
60 em terdapat rata-rata kandungan liat 3.08 persen, debu 2.80 persen, dan pasir 94.12 persen. 2.
Porositas total tanah limbah tambang pada kedalaman hingga 60 em rata-rata 46.70 persen, yang terdiri dari 39.43 persen pori drainasi dan air tersedia total (ATT) sebesar 2.685 persen (volume) atau 16.11 mm air.
Jumlah air segera tersedia hingga kedalaman
60 empada tanah tersebut adalah 12.08 mm. 3.
Pada tanah limbah tambang di daerah bekas tambang timah Rias terjadi defisit air tahunan sebesar 286 mm dan jumlah surplus air 466 mm.
Tetapi disebabkan
tanah limbah tambang yang sarang, maka sebagian besar dari surplus air yang terjadi akan hilang sebagai air perkolasi atau drainasi ke lapisan tanah diluar jangkauan akar.
Sehingga menyebabkan periode tanam yang
tidak tersedia sepanjang tahun pada lokasi tersebut. 4.
Bulan terjadinya defisit air di daerah bekas tambang timah Rias adalah Juni, Juli, Agustus, dan September setiap tahun.
53 5.
Pola penyebaran kadar air tanah bulanan memperlihatkan perbedaan menyolok antara musim hujan dan kemarau. Selama satu tahun peri ode pertumbuhan tersedia 6 bulan Nopember hingga bulan 1I'iei tahun berikutnya.
Sa-
at tumbuh tersebut bersamaan dengan dekade permulaan musim hujan di daerah Rias Toboali.
Saran 1.
Kadar air tanah total pada kedalaman 0 - 60 em adalah 16.11 rom.
Kadar air tanah tersebut sangat rendah
(lihat kriteria penilaian LPT, 1974), sehingga dalam pereneanaan reklamasi perlu dipikirkan bagaimana eara memperbaiki sifat fisika tanah untuk memperbesar kandungan air tanah.
Hal ini berkenaan dengan kebutuhan
air tanaman, yang sebagian besar diperoleh dari dalam tanah melalui serapan akar.
2.
Dalam pelaksaan reklamasi tanah limbah tambang timah dengan vegetasi, tahap pertama
perl~~an
pada tanah
adalah memperbaiki sifat fisika tanah sebelum tahap berikutnya yaitu memperbaiki sifat kimia tanah dengan pemupukan.
Perbaikan sifat fisika dan kimia tanah
yang dimaksud adalah untuk menunjang pertumbuhan vegetasi, sebelum.vegetasi tersebut dapat tumbuh dan berkembEU1g seeara alami.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 1979. Klimatologi Pertanian Dasar. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 210 p. (tidak dipublikasikan). Arsjad, S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 210 p. (tidak dipublikasikan). Bagian Konservasi Tanah dan Air. 1974. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. 46 p. Baver, L. B. 1956. Soil Physics. Tuttle Co. Tokyo. 489 p.
3rd ed.
Charles E.
Black, C. A. 1964. Soil-Plant Relationships. 2nd ed. John-Wiley and Sons, Inc. New York. 567 p. Brata, K. R. 1974. Karakterisasi Sifat-sifat Fisik Tanah Areal Perkebunan Tebu Pabrik Gula Jatiroto. Tesis Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan) • Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1969. The Nature and Properties of Soils. The MachMillan Co. New York. 567 p. Chang, Jen-Hu. 1968. Climate and Agriculture. An Ecological Survey. Aldine Publ. Co. Chicago. 304 p. Gangopadhyaya, M., G. Earl Harbeck, Jr., Tor J. Norenson, III. H. Omar, V. A. Uryvaev. 1966. Measurement and Estimation of Evaporation and Evapotranspiration. Tech. Note No. 83 WMO. No. 201. TP. 105 Sec. World Met. Org. Geneva. 121 p. Herudjito, D. 1980. Bahan Kuliah Fisika Tanah. Fakul tas Pertanian, IPB. Bogor. 126 p. (tidak dipublikasikan). Hillel, D. 1971. Soil and Water : Physical Principles and Processes. Academic Press. New York. 275 p. Jackson, I. J. 'fropics.
1977. Climate, Water and Agriculture in New York. 248 p.
Johnston, W. H. and lVI. J. Cornally. 1979. Current Research and Future PrOblem in Mine Rehabilitation. In Journal of Soil Conservation Service of New South Wales. Vol. 35 No.4. New South Wales. p : 230 - 235. Kellog, C. E. 1951. The Soil that Support Us An Introduction to the Study of the Soil and Their Use by Men. The MacMillan Co. New York.
55 Kohnke, H. Ltd.
1968. Soil Physics. New York. 224 p.
McGraw-Hill Publ. Co.
Mather, J. R. 1974. Olimatology : Fundamentals And Applications. McGraw-Hill. Book Co. New York. 412 p. Muchlis, A. 1978. Percobaan 3kala Lapang Reklamasi Tanah Tahi Tambang di Nibung P.T. Koba Tin. Tesis Fakultas Pertanian, Univeraitae Gadjahmada. Yogjakarta. (tidak dipublikasikan). Murdiyarso, D. 1979. Perhitungan dan Model Neraca Air Daerah Aliran Sungai Solo Hulu. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan). •
------~F~ak~u~l~t--as
1980. Bahan Kuliah Hidrometeorologi. Pertanian, IPB. Bogor. (tidak dipublika-
sikan) • Nasir, A. A. 1977. Studi Tentang Evapotranspirasi Potensial dengan Penggunaan LisimeterDrainase di Sukamantri Bogor. Tesis Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan). •
1982.
------~t~a~s~Pertanian,
Bahan Kuliah Hidrometeorologi. FakulIPB. Bogor. (tidak dipublikasikan).
Nasoetion, A. H. dan Barizi. 1979. Metode Statistika : Untuk Penarikan Kesimpulan. P.T. Gramedia. Jakarta. 223 p. Sitorus, S. R. P., O. Haridjaja dan Kamir R. Brata. 1981. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. ;Jogor. 55 p. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pert anian, IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan). Soepraptohardjo, M. dan Arnan Barus. 1974. Laporan Prasurvey pada Beberapa Tanah Kolong PN Timah, Bangka. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. Association for Int. Tech. Promotion. 'Tokyo. 226 p. Tadjang, M. H. L. 1980. Penelitian Curah Hujan Efektif dan Neraca Air Tanah Untuk Pertanian Tanah Kering pada Dua Lokasi di Sulawesi Selatan. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 106 p. (tidak dipublikasikan) •
56 Thornthwaite, C. w. 1948. An Approach Toward a Rational Classification of Climate. Geog. Rev • • and J. R. Mather. 1957. Instruction Computing Potensial Evapotranspiration and Water Balance. Publ. in Clim. Vol. X No.3. Centerson New Jersey. 311 p.
------~a~n~d'"Tn.a~b~l'e~s~f~or
Williams, C. N. and K. T. Joseph. 1973. Climate, Soil and Crop Production in the Humid Tropios. Revised edition, Oxford University Press. Singapore. 177 p.
LAMPI RAN
IUfua~Q'"
\n §
•
Iii!
.s.
._'-'-' T •
:
J.I."
s E
..,"
L
~'r_I,.,..,.. Jill. _
Loll..; "In pllri .... yok
''''uk.f. lH •• atH
t
_.
~.I~.I..
I~ ••• t. K.~"""",, •• t..., K..u.,.f.an
r.I.~u,,".
1IA,.,..gl DI ..
"
.,.
-~
~
.,. 1. G'
1~
skala
1 1.000.000
\I
.._.~i:'-~\
Q
!~
I::"i III
'i
~1-"
§
•
I-'
(I)
IU
CIl
c+ III
c+
,""
1-"
~Ul
~
~
Il:l
i
co
\J1
Tabel Lampiran 1. CI\
Kriteria Penilaian Hasil Analisa Fisika Tanah (Bagian Konservasi Tanah dan Air LPT, 1974).
li'\
Keterangan Permeabilitas ( cmfjam) Pori drainasi (% volume) Air teraedia (% volume)
Nil a i Sangat lambat
Lambat
<'0.125
0.125 0.5
Agak lambat
0.5 - 2.0
Tinggi
Sedang
ll.endah
>15
10 - 15
":5- -' 10
Sangat tinggi
>20
Tinggi
Sedang
Agak cepat
2.0 6.25
6.23-12.5
Sangat rendah
<5
Sedang
Rendah
15 - 20 10 - 15
5 - 10
Sangat rendah
<5
Cepat
12.5 25
Sangat cepat
>
25
0
Tabel Lampiran 2.
\0
Tahun
Nilai Evapotranspirasi Potensial Berdasarkan Metode Thornthwaite (1948) Sebelum dan Sesudah diduga dengan Model Regresi Linear.
E V A POT RAN S P I R A S I
POT ENS I A L
Januari
April
(b)
(a)
Pebruari (a)
(b)
Maret Ca)
(b)
(a) . (b)
Mei Ca)
( mm )
Juni (b)
Ca)
Agustus
Juli Co)
Cb)
Ca)
Cb)
1972 173.3 168.0 116.9
97.4 121.7 135.6 126 131.4 129.8 142.1 132 130.6 139.1 139.8 137.3 140.5 1973 135.5 101.3 125.4 126.8 137.3 165.1 138 139.1 139.1 137.8 135 144.4 142.1 131.2 137.3 146.3 1974 116.6 160.0 121.7 121.3 132 121.9 132.9 142.3 126 127.7 120.5 133.4 143.5 141.9 87.6 119.7 119.1 143.5 1}1.0 138 127.7 142.1 142.1 138 140.1 129.8 130.3 143.5 145.0
1975 122.9
122.6 122.9 140.4 137.1 129 130.6 142.1 143.6 129 129.5 132.9 136.6 134.2 142.7 1976 1977 129.2 152.8 108.3 110,5 131.0 131.6 135 130.9 142.1 141.1 135 135.8 142.1 136.7 143.5 14~.6 1978 135.5 142.5 122.6 101.5 140.4 137.9 138 127.4 148.3 141.4 144 134.3 135.9 132.6 143.5 144.6 1979 1}2.3 136.3 122.6 121.4 143.5 144.2 1;8 1.33.7 148.3 141.4 138 134.9 139.1 133·5 146.6 143.5 1980 141.8 135.9 116.9 114.7 121.7 138.2 138 129.5 145.2 142.1 132 134.2 142.1 134.1 143.5 144.5 1981 129.2 135.7 121.7 113.9 131.0 135.9 138 132., 135.9 139.8 138 135.1 129.8 133.5 143.5 142·3 ,'.
Ra!a 135.1 135.6 119.6 114.2 133.2 137.8 134 130.5 140.6 141.4 135 134.7 135.3 134.2 141.6 143.4 ra a Keterangan
I
Ca) eebelum dan Cb) sesudah diduga dengan model peraamaan linear.
o-l
Lanjutan
1.0
EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (mm) Tahun
September (b)
( a)
(b)
( a)
Desember
(b)
(a)
132·3 122.9
(b)
140.8 137·7 131.6 140.8 128·5 143·8
141.8 122.7 133.7 127.1 129.7 143.5
138.6 124·4 132.3 132.7 135.5 135.7
137·7
135.9
141.8
141·4
130·9 137·3 130· 7 143.5
142.3 143.0
134.6 131.6
131·9 132.2
132.3 132.3
131.1
141.6
142.6
136.3
133·2
133.5
131·4
138 139.5 126 126.2 126 131.0 138 128·5 135 134·5 138 133.1 138 129·9 135 135
1980 1981
141 132
Rata rata
135
131.9 I
(a)
Nopember
137.3 148·7 140·4 138.7 140·4 144·3 146.6 140.9 131.0 131.0 152·9 151.2 143·5 142.4 143·5 143.7
1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979
Keterangan
Oktober
129·8 122.9
133·4
(a) sebelum dan (b) seaudah diduga dengan model peraamaan linear.
C\I
Tabel Lampiran 3.
\0
Data Iklim Rata-rata Bulanan Dari Tahun 1972 - 1981 Pada Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus, Rias Toboali Pulau Bangka. B u 1 a n
Unaur iklim Jan
Peb
Mar
A:F
Mei
Jun
30.6 20.6 25·8
30.7 21.1 26.0
31.2 21.2 26.3
31.0 21·3 26.6
31.0 21.6 26.8
31.0 21.2 26.6
Jul
Agus
Sept
Okt
30.7 20.9 26.4
31.3 21.0 26.7
31.1 20.9 26.7
31.7 21.2 26.7
Nop
Des
31.2 21.3 26.5
30.4 20.8 26.1
1. Suhu
Makaimum ~ °c ~ Minimum 0g Rata-rata ( C)
2. Lama penyinaran matahari (%)
61.09 62.65 62.64 68.72 61.15 64.19 65.04 71.43 56.27 63.32 58.83 57.13
3. Curah hujan
.212
(mm) 4. Evaporaai piche (mm)
58.4
261
226
258
232
172
183
92
179
233
266
308
46.8
49.6
45.4
46.6
51.6
60.3
74.6
66.0
59·1
49.5
47·5