Volume 1 Nomor 5, September 2006
ISSN 1907-3186
WARTA GEOLOGI MEDIA KOMUNIKASI INTERN BADAN GEOLOG I
Sosialisasi Bidang Geologi dalam Praktek Dari Sosialisasi Bidang Geologi: Geologi perlu dikenalkan sejak dini dan dikembangkan secara terintegrasi TERBIT DUA BULANAN
DAFTAR ISI
EDITORIAL 1
Dari Sosialisasi Bidang Geologi: Geologi perlu dikenalkan sejak dini dan dikembangkan secara terintegrasi
PROFIL 3
10 Mengangkat Potensi Batu Bara Peringkat Rendah
12 Teknologi Pelestarian Air Tanah dalam Perbincangan
14 Demo Aplikasi GIS untuk penilaian Sumber Daya dan Cadangan Batu Bara
FOKUS KITA 15 Sosialisasi Bidang Geologi dalam
Praktek (Sosialisasi Geologi, Badan Geologi, 17-20 September 2006)
Tokoh-tokoh di balik Komik “Mineral untuk Kehidupan”
SEPUTAR KITA 7
Tujuh Belas Agustusan Badan Geologi
7
Pertandingan Gaple
8
Badan Geologi raih Emas dan Perak
9
Workshop for Volcanic Hazard Mitigation
9
Peran Rekayasa Geofisika dalam memajukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia
AGENDA 36 Agenda Badan Geologi
Oktober - Desember 2006
Gambar Sampul Depan: Gambar karya M. Andara M. Nazar Pemenang 1 Lomba Gambar Anak-anak. Gambar Sampul Belakang: Foto “Batu Keramat” karya Agus Solihin Pemenang 2 Lomba Foto Geologi.
EDITORIAL
Dari Sosialisasi Bidang Geologi:
Geologi perlu dikenalkan sejak dini dan dikembangkan secara terintegrasi
Pembaca yang budiman, Warta Geologi (WG) kita kali ini, berbeda dari biasanya. Isinya lebih banyak menampilkan pengalaman dari sebuah praktek yang telah dijalani ketimbang wacana dan konsep atau teori, sebagaimana dalam WG nomor-nomor sebelumnya. Sebuah pengalaman yang memperteguh urgensi sosialisasi. Pengalaman itu adalah “Sosialisasi Bidang Geologi”. Ia terekam bukan saja dari pekan sosialisasi Badan Geologi (BG), 17-20 September 2006, namun sejatinya juga dari berbagai aktivitas BG sejak seminar-seminar, presentasi, acara 17 Agustusan, sampai acara khusus sosialisasi geologi, Badan Geologi. Pembaca yang budiman, Di kompleks kantor BG Jln. Diponegoro No. 57 Bandung, tanggal 17 sampai 20 September 2005 bolehlah kita sebut sebagai “pekan sosialisasi”. Karena, selama empat hari tersebut digelar acara yang menyajikan berbagai cara dan media sosialisasi bidang geologi. Pada keesokan harinya digelar acara lokakarya tentang konservasi air tanah yang diselenggarakan oleh Pusat Lingkungan Geologi (PLG), BG. Dari rangkaian acara yang telah digelar tersebut kita mendapat pengalaman penting, antara lain: bahwa antusias para pelajar di dalam mengapresiasi ilmu dan fenomena geologi sangatlah besar dan bahwa penelitian dan pelayanan bidang geologi perlu dilakukan secara terintegrasi. Antara bulan Juli-September 2006, berbagai acara seminar bertemakan disiplin geologi atau cabangnya banyak diselenggarakan atau diikuti oleh pimpinan maupun staf BG. Antara lain: seminar tentang Lower-rank Coal (kegiatan PMG), Workshop for Volcanics Hazards Mitigation (kegiatan PVG), “Lokakarya Rekayasa Konservasi Air Tanah” (kegiatan PLG), “Peran Geofisika dalam Memajukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia” (diselenggarakan oleh ITB dan Kepala Badan Geologi menjadi salah satu nara sumbernya), dll. Kegiatan-kegiatan tersebut juga merupakan salah satu bentuk sosialisasi bidang geologi. Agustus–September 2006 dapat kita pandang sebagai bulan sosialisasi ketika di bulan September yang lalu banyak dilaksanakan acara sosialisasi. Sebab, kegiatan peringatan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustusan), dari satu sisi, juga dapat dipandang sebagai kegiatan sosialisasi. Paling tidak, kehadiran insan PNS staf dari suatu instansi dalam sebuah perlombaan 17 Agustusan, apalagi jika menjuarai perlombaan tersebut, secara langsung hal itu merupakan kegiatan sosialisasi tentang eksistensi instansinya. WG kali ini juga berisi berita seputar kegiatan 17 Agustus-an seluruh insan BG, baik di lingkungan BG maupun di lingkungan DESDM.
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
1
EDITORIAL
Para pembaca yang budiman, Acara utama kegiatan sosialisasi kali ini adalah seminar mengenai kebencanaan geologi dengan menampilkan empat pembicara dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Hal itu sesuai dengan Tahun 2006 dan tahun-tahun sebelumnya ketika banyak wilayah Indonesia mengalami bencana alam terkait geologi. Juga, mengingat salah satu prioritas pembangunan Nasional Tahun 2007 berkenaan dengan mitigasi bencana. Acara lainnya dalam sosialisasi tersebut adalah: lomba gambar bertemakan geologi dan sajian Planet Sains - yang mendemonstrasikan bagaimana proses gunung meletus - untuk pelajar tingkat SD; pameran, lomba karya tulis untuk mahasiswa, lomba foto untuk karyawan intern BG, penganugerahan Geology Award, Open House BG, malam seni budaya yang juga bermuatan pesan tentang pentingnya pelaziman dalam sosialisasi. Pada hari ketiga dan keempat, digelar launching buku ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung” dan komik ”Mineral untuk Kehidupan”; kunjungan ke museum geologi, serta pemutaran film yang semuanya mendapat sambutan meriah dari para pengunjung. Untuk memutar ulang rekaman pelaksanaan sosialisasi tersebut, peristiwa tersebut sengaja kami angkat menjadi Fokus Kita WG edisi kali ini. Kesimpulan bahwa geologi perlu disosialisasikan sejak dini menggeliat dari seluruh rangkaian acara sosialisasi tersebut. Bagaimana para siswa SD dapat berinteraksi dengan geologi melalui ide sebuah gambar dalam lomba gambar, misalnya, mengukuhkan kesimpulan tersebut. Demikian pula acara launching buku menekankan pentingnya hal itu. Hal yang spektakuler yang mendukung kesimpulan tersebut adalah gairah yang menggebu-gebu untuk lebih memahami geologi yang muncul dari sekitar 1.500 siswa SMP setelah mereka menyaksikan pemutaran film bencana geologi sebagaimana terekam dalam tulisan tulisan pesan dan kesan mereka. Adapun isu penting yang mengemuka dari seminar kebencanaan geologi adalah harapan para peserta sosialisasi wakil dari 25 propinsi yang hadir agar pengelolaan informasi geologi – lebih luasnya penelitian dan pelayanan geologi – dilakukan secara terintegrasi di dalam sebuah badan nasional. Hal itu diperlukan agar terjadi koordinasi, percepatan penyediaan, dan penyebaran informasi yang efisien dan efektif tentang geologi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Para Pembaca yang budiman Di lingkungan BG, 17 Agustusan tahun 2006 diisi dengan Ceramah Agama, Bazaar, dan Pentas Musik di halaman depan Auditorium Geologi. Sementara itu, di lingkungan DESDM digelar acara PORSENI sektor ESDM dengan mempertandingkan olahraga dan live music. Pada PORSENI ESDM 2006 ini, BG berhasil meraih 1 medali emas dari cabang catur dan 3 medali perak dari cabang catur, bridge, dan live music. Selain ketiga cabang tersebut, BG juga berpartisipasi pada cabang tenis, futsal, dan gerak jalan. Dalam WG kita kali ini, bukan saja Fokus Kita yang berbeda dari biasanya, melainkan juga Profil. Jika pada WG sebelumnya rubrik tersebut menampilkan seorang tokoh staf BG, maka dalam WG Nomor ini Profil menampilkan 5 (lima) orang staf BG yang merupakan perancang buku sosialisasi dalam bentuk komik, ”Mineral untuk Kehidupan”. Selamat menikmati WG Nomor 5!
Oman Abdurahman dan Priatna
2
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
PROFIL
TOKOH-TOKOH DI BALIK KOMIK “MINERAL UNTUK KEHIDUPAN” Dalam pameran pada acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, bulan September lalu, Pusat Sumber Daya Geologi (PMG) menampilkan sebuah produk berupa Komik Pendidikan Seri Kekayaan Mineral di Indonesia untuk anak-anak berjudul “Mineral untuk Kehidupan”. Komik setebal 24 halaman ini cukup menarik perhatian karena didesain dengan ilustrasi gambar yang memikat dan disertai tokoh-tokoh dengan setting keluarga ahli geologi. Komik ini pun telah dipilih oleh Badan Geologi untuk secara resmi diluncurkan pada sesi launching buku dalam acara sosialisasi tersebut bersama-sama dengan buku ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung” karya Kelompok Riset Cekungan Bandung, terbitan Badan Geologi. Untuk itu, berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, WG dalam kesempatan ini akan menampilkan mereka yang berada langsung di balik penyusunan, penerbitan, serta pengantar launching buku Komik “Mineral untuk Kehidupan”, sebagai profil. TIDAK banyak orang yang mampu menuliskan ilmu yang diketahuinya menjadi sebuah komik yang menarik untuk dibaca oleh semua kalangan. Itulah kira-kira kesan yang ditangkap dari para penggagas Komik berjudul “Mineral untuk Kehidupan”. Pada satu kesempatan, WG berhasil mewawancarai dua orang tokoh di belakang pembuatan komik “Mineral Untuk Kehidupan”, terbitan Pusat Sumber Daya Geologi. Mereka adalah Dr. Ir. Bambang Tjahjono Setiabudi, M.Sc. (Bambang Tjahjono) dan Drs. Nandang Sumarna (Nandang). Keduanya sekaligus mewakili dua anggota tim lainnya yang tidak bisa hadir, yaitu: Sutrisno, M.Sc. dan Ir. Kusdarto. Pada kesempatan lain, WG mewawancarai pula Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T. (Rita). Beliau adalah Kepala Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik, PMG. Beliau pada acara sosialisasi bidang geologi yang lalu mewakili PMG memberikan pidato pengantar peluncuran (launching) resmi buku tersebut. Di bawah ini petikan wawancara dengan ketiga tokoh buku ”Mineral untuk Kehidupan” tersebut. Pada bagian akhir penyampaian wawancara, ditampilkan riwayat hidup ringkas dari masing-masing tokoh yang telah diwawancarai.
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
3
PROFIL Bambang Tjahjono Bambang saat ini bertugas sebagai Kepala Sub Bidang Program, Pusat Sumber Daya Geologi (PMG). Jabatan sebelumnya adalah Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi, sekaligus menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) yang memayungi kegiatan pembuatan komik mineral tersebut. Tanya (T): Bisa ceritakan mengenai latar belakang pembuatan komik ini? Jawab (J): Komik ini sebenarnya kegiatan tahun 2006 tapi luncuran, ABT 2005. Pada waktu itu yang ditugaskan menanganinya adalah Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi yang sebelum terjadi reorganisasi berada di bawah Bagian Tata Usaha. Tugas Sub Bag itu adalah pengelolaan perpustakaan, dokumentasi, pembuatan peta, dan penyediaan informasi untuk pihak luar. Saat itu saya kebetulan menangani sub bagian tersebut dan sekaligus P2Knya. Jadi, lebih mudah mengaturnya. Kita (ketika itu-red) dibebani judul, tolong buatkan (ditugaskan untuk menyusun dan menerbitkan buku- red) komik mineral untuk anak SD. T: Bagaimana cara bapak merealisasikannya? J: Segera membentuk tim. Prinsip saya adalah menjalankan sesuai batas waktu. Kalau bulan April harus selesai, maka berarti bulan Maret harus sudah naik cetak. Bentuk komik yang kita inginkan sebetulnya sudah tergambar dalam pikiran kita sebelum tahun 2006. Waktu itu kami belum terbentuk sebagai tim. Nah, ketika sudah terbentuk tim, kita semua diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide kita. Ya, demokratis lah. Ide-idenya kita tuangkan dalam bentuk naskah. Lalu kita diskusikan. Setelah naskah kita sepakati, kita bekerjasama dengan ahli gambar, rekanan dari luar, untuk membuat visualisasi yang tepat. Setelah berminggu-minggu melakukan diskusi yang intens dan konsultasi termasuk dengan bapak Direktur sendiri (Dr. Hadiyanto, sekarang Kepala Pusat, red.) akhirnya pada bulan April 2006, selesai juga. Komik ini di-launching pada acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi pertengahan September lalu oleh Bu Rita (dalam
4
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
kapasitas-red) sebagai Kepala Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik. T: Kesulitan-kesulitan apa saja yang tim hadapi selama pembuatan komik untuk anak-anak ini? J: Tim yang terbentuk terdiri dari orang-orang yang belum pernah sama sekali membuat komik, apalagi komik anakanak. Ya, jadi langkah yang paling mudah adalah pertama-tama semuanya sharing ide. Dalam tahap ini kesulitannya cukup banyak juga. Karena ternyata tidak semua orang dapat mengungkapkan idenya. Selain itu juga bentuk pengungkapan idenya beragam. Misalkan, ada yang bisa menulis tetapi tidak bisa menggambar. Ada juga yang tidak bisa menulis dan menggambar tetapi pandai dalam menangkap dan mengkritisi ide-ide teman. Disini saya Dr. Ir. Bambang Tjahjono, M.Sc. mencoba melihat teman-teman berdasarkan masing-masing pocoba berinteraksi dengan anak-anak tensinya. Semua saya tampung. Jadi dan bahkan istri pun kita mintai mabanyak coretan, banyak editing. Dan, sukannya. disini dituntut keikhlasan dari angT: Bagaimana kiat-kiat Bapak megota tim. Semua bisa menyumbang mimpin anggota tim lain untuk ide tapi juga harus siap kalau idenya menyelesaikan pembuatan komik tidak dipakai. ini? Visualisasi juga sulit. Ketika J: Saya pikir kita harus berusaha benaskah sedang disusun seringkali kerja secara profesional. Dalam arti, kita terbentur bentuk visualisasinya kita punya kemampuan apa, punya nanti. Sehingga naskah akhirnya keahlian apa, punya pengetahuan harus diperbaiki. Selain itu karena apa. Memang sengaja kita membuat yang menggambar (ilustrator bukutim yang bisa saling melengkapi. Tired) dari luar, maka kita melakukan dak semuanya dari logam, ada yang pertemuan untuk memeriksa keseberasal dari konservasi. Lalu kita suaian ide kami dengan visualisasi melakukan pertemuan. Dari awal yang mereka buat. kita memiliki komitmen bahwa kita Kesulitan lainnya adalah bahasa. berusaha agar produk kita jadi. Yang Kita harus berkomunikasi dengan penting buku jadi, itu saja. Tidak bahasa anak-anak mengenai miusah berpikir, wah ini ide saya yang neral. Mineral itu memang ilmiah, dipakai. Pokoknya, semua menulis. beda dengan komik Doraemon yang Dan yang tidak terpakai idenya bisa sekedar hiburan, misalnya. Tetapi juga menyumbang dalam bentuk lain saya ingat anak saya yang belajar misalkan mengkritisi ide. di SD sudah belajar batuan metamorf dan sedimen. Wah, ini berarti Dr. Ir. Bambang Tjahjono, M.Sc. mereka sudah belajar geologi. Jadi, dilahirkan di Surabaya, 17 Mei 1958. sebenarnya mineral itu bisa dimengBeliau beristrikan Ninuk Sundarsih erti anak-anak. Hanya, kita terbiasa dan dikaruniai dua orang putera. Pumenerangkannya di seminar-seminar tera yang pertama, Aussie Prasidha kepada orang dewasa. Untuk mengaBhaskoro, sedang menempuh penditasi kesulitan ini, setiap anggota tim dikan sarjananya di UNPAR. Sedangdengan cara masing-masing mencari kan putera yang kedua adalah Trapfeed back dari anak-anak. Kami mensilo Pramudya Bumi, pelajar SMPN 5
PROFIL Bandung. Beliau sekeluarga tinggal di Bumi Panyileukan Bandung. Pendidikan beliau setelah menyelesaikan SD, SMP, dan SMA dilanjutkan sampai tingkat S3. S1-nya ditempuh di Jurusan Geologi ITB, selesai 1984. Sedangkan S2 dan S3-nya berturutturut diselesaikan di Australia, yaitu S2 di Jurusan Geologi, University of Wollongong, Australia, selesai 1990; dan S3 di jurusan Earth Science, Australia National University, selesai pada tahun 2005. Karirnya sebagai pegawai negeri dimulai sebagai ahli geologi pada Subdit Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumber Daya Mineral (DSDM atau PMG sekarang), 1984–2001, Ahli geologi pada Subdit Konservasi, DSDM (2001–2004) Kepala Sub Ba-
Drs. Nandang Sumarna Nandang Sumarna Nandang saat ini adalah staf Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, DESDM, tepatnya di Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik. Beliau termasuk yang ikut aktif membidani terbitnya buku komik ”Mineral untuk Kehidupan”. Pada saat WG mewawancarai Bambang Tjahjono, Nandang turut menyertainya. Berikut wawancara dengan beliau. T: Menurut bapak, apa kesulitan dalam menyusun buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” itu? J: Kesulitan utamanya adalah mengenai bahasa. Terus terang saja selama
gian Dokumentasi dan Informasi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM atau PMG sekarang), 2004–2006; dan Kepala Sub Bidang Program, PMG, 2006–sekarang). Penyandang tanda jasa/kehormatan Satyalancana Karya Satya, 10 tahun dan 20 tahun ini juga adalah National Coordinator of Indonesia pada Global Resources Assessment Project Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP), tahun 2002 sampai sekarang. Beliau aktif menulis paper dan karya tulis ilmiah serta pembicara dalam berbagai seminar ilmiah terkait bidangnya. Di antara seminar dimana beliau sebagai penulis paper dan pembicara adalah: ”31st Annual
Convention, Indonesia Association of Geologist, Surabaya, 30 September – 2 Oktober 2002, ”Lecture on Ore Deposit Mineral”, Universitas Gajah Mada, 21 Desember 2002; ”1st, 2nd, dan 3rd Workshop on CCOP-USGS Mineral Resources Assessment Project” berturut-turut di Bangkok (2003), Bangkok (2004), dan Cina (2005), dll. Adapun karya tulis beliau di antaranya: 1) Geologi dan Studi Batuan Vulkanik Daerah Tulakan, Pacitan (Tesis Sarjana), 2) Porphyry Copper Deposits of North and South America (Thesis Master of Science), 3) Geochemistry and Geochronology of the Igneous Suite Associated with the Kelian Epithermal Gold Deposit, Indonesia (Thesis Philosophical Doctor).
ini kita tidak pernah kesulitan jika diminta menerangkan tentang kegunaan suatu mineral kepada orang dewasa. Namun menerangkan hal ini kepada anak-anak ya cukup sulit. Juga kami agak kesulitan dalam mencari bentuk dialog antar anakanak atau antara anak dengan orang tuanya. Untuk itu saya melakukan pengamatan langsung ke sebuah sekolah dasar yaitu SD Banjarsari dan ke supermarket-supermarket atau waktu pameran di daerah, guna mendengarkan langsung perbincangan anak-anak untuk pembuatan komik ini. Selain itu menciptakan karakter termasuk sulit. Seperti apa ayahnya? Seorang geologis berumur berapa? Isterinya seperti apa? Lalu anakanaknya berumur berapa? Mengapa kita memilih satu anak laki-laki dan satunya lagi perempuan? Semuanya ini melalui proses perdebatan antar anggota tim.
nyatakan senang dan tertarik dengan adanya komik ini.
T: Bagaimana tanggapan anakanak terhadap komik ini? J: Cukup beragam. Tetapi rata-rata menyukainya. Seusai membaca komik ini seorang anak bertanya kepada ayahnya, ”mana lanjutannya?”. Memang, komik ini dari judulnya juga Seri Komik Pendidikan Kekayaan Mineral. Jadi, kita akan mencoba membuat lanjutannya. Yang cukup mengejutkan adalah ketika kami mencoba menampilkan komik ini dalam bentuk presentasi menggunakan Microsoft Powerpoint dihadapan 60 anak SD dan 20 guru, mereka semua me-
T: Harapan ke depan? J: Ya, inginnya membuat multimedia geologi untuk anak-anak. Drs. Nandang Sumarna dilahirkan di Bandung, 2 Februari 1955, menikah dengan dua anak. Beliau menempuh pendidikan SD (lulus 1967), SMP (lulus 1970), dan SMA (lulus 1973) di Bandung, serta melanjutkan ke STIA jurusan Administrasi Negara juga di Bandung dan selesai pada Tahun 1992. Beliau tercatat sebagai pegawai negeri sipil pada Direktorat Geologi pada Tahun 1976. Sesuai reorganisasi di departemen kita, beliau berturut-turut adalah pegawai Direktorat Sumber Daya Mineral (1979-2000), Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (2000 – 2005), dan Pusat Sumber Daya Geologi (2005–sekarang). Suami dari Enen Fitriyah SE, MSi, bapak dari Rina Octavia Sumarna SE, dan Deri Hilman Sumarna, serta kakek dari Razan Aqsath R. ini tercatat sebagai pegawai yang banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) dari instansinya, baik diklat struktural, maupun teknis. Beliau juga aktif dalam berbagai seminar, simposium, kolokium yang terkait baik tugas-tugas kepemerintahan maupun teknis. Beliau, sepengetahuan penulis, termasuk PNS yang berdisiplin dan penuh dedikasi dalam melaksanakan tugastugasnya. Karena kepiawaiannya dalam mengelola pameran, beliau digelari ”Si Master Pameran”.
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
5
PROFIL Siti Sumilah Rita Susilawati Rita saat ini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik pada Pusat Sumber Daya Geologi (PMG). Beliau – dalam kapasitasnya sebagai Kepala Subbid Penyediaan Informasi Publik dan mewakili anggota tim lainnya – menyampaikan presentasi pengantar pada saat peluncuran buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” dalam acara sosialisasi bidang Geologi, Badan Geologi, pertengahan September yang lalu. Penuturannya yang lancar dan penjelasannya yang menarik tentang buku tersebut telah melahirkan apresiasi yang tinggi dari para peserta sosialisasi yang antara lain para aparat Daerah dari dinas-dinas pertambangan wakil dari 25 provinsi. Beliau telah berhasil meluncurkan buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” kepada para peserta sosialisasi. T: Apa program ke depan Bidang Penyediaan Informasi Publik? J: Merencanakan pembuatan film animasi untuk komik “Mineral untuk Kehidupan” dan pembuatan serial komik baru berjudul “Mineral sebagai Sumber Energi” pada tahun anggaran 2008-2009. Selain itu Pusat Sumber Daya Geologi akan membuat film tentang mineral atau film mengenai proses kerja di lapangan waktu eksplorasi mineral untuk konsumsi generasi muda khususnya anak-anak SD hingga SMA. Juga kami merencanakan pembuatan Ensiklopedia Mineral untuk anak-anak (Wah, selamat Bu!, ditunggu produk-produk benchmark PMG tersebut - red). T: Apa motivasi pembuatan media informasi publik tersebut selain tanggung jawab pelaksanaan tugas kepemerintahan/institusional? J: Kami begitu consens terhadap hal ini karena sebagaimana kita tahu anak-anak kita sekarang lah yang bakal menggantikan kita nanti. Selain itu, kita mempunyai visi bahwa Pusat Sumber Daya Geologi kedepannya harus menjadi Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Geologi di Indonesia. T: Usaha-usaha apalagi yang dilakukan untuk mengenalkan mineral kepada anak-anak sekolah selain buku komik mineral tersebut?
6
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
J: Kami mengundang 60 anak SD dari kota Bandung dan 20 guru-gurunya untuk datang ke kantor kami. Waktu itu acaranya digelar oleh Tim Humas Protokol. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kepada mereka tentang Potensi Sumber Daya Mineral di Indonesia. Kami putarkan film dan juga kami kenalkan komik. Tanggapan mereka cukup bagus. Mereka sangat antusias dan luar biasa mendengarkan dan mengikuti acara kita. Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. dilahirkan di kota Bandung, 13 April 1971. Pendidikannya sejak SD sampai SMA berturut-turut ditempuh di SD Ayudia III, SMPN 2, dan SMAN 3, semuanya di Bandung. Pendidikan S1-nya, diselesaikan di jurusan geologi UNPAD, 1994, dan S2-nya di bidang Applied Geology pada University of New South Wales, Australia, 2004. Rita mulai menjadi pegawai negeri pada Tahun 1995 sebagai staf Direktorat Sumber Daya Mineral (PMG sekarang). Sebelum diangkat pada jabatan strukturalnya sekarang, Kasub Bidang Penyediaan Informasi Publik, PMG, beliau pernah menduduki jabatan fungsional Penyelidik Bumi (2000–2003). Dalam karirnya sebagai PNS, Rita sudah menyandang tanda jasa Satyalancana Karya Satya 10 tahun pada tahun 2005. Isteri dari Indrawan Maryono, seorang wirastawan, dan ibu dari tiga ”jagoan”-nya (Opal, kelas 5 SD; Jaki, kelas 1 SD, dan Aulia yang masih di play group) ini telah banyak mengikuti diklat teknis dan aktif mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar negeri. Beberapa di antaranya: 1) Kursus Cadangan Bahan Galian, 410 Desember 1995 di Bandung, 2) Pelatihan Orientasi Tugas, 17–30 September 1997, di Jakarta, 3) Course on English for Seminar and Presentation, 9–13 Juli 1999, di Bandung, 4) CBM Industry and Technology Development of New Gas Resources, 18 Maret 1998, Jakarta, 5) Training Program on Coal Geology, Exploration and Exploitation, 20 Juli–4 Agustus 2000, Bandung, 6) Seminar (sebagai presenter) ”Clean Coal Generation, Alternative Energy Technology, the Next Stage”, Thailand, 2005, 7)Seminar (sebagai presenter) ”The Society for Organic Petrology 21st Annual Meeting”, Australia, 2005. Bambang Tjahjono, Nandang, Sutrisno, dan Kusdarto (dua yang terakhir ini tidak sempat WG wawan-
Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. carai) telah memberikan contoh bagaimana misi menerbitkan sebuah buku sejenis komik tentang substansi geologi yang cukup spesifik - mineral - dilaksanakan. Sebagaimana dinyatakan Bambang Tjahjono dalam wawancara, penyusunan buku semacam itu tidaklah mudah. Namun, dengan ketekunan Bambang beserta seluruh anggota timnya, buku tentang substansi yang cukup rumit itu pun berhasil disajikan dalam bentuk komik. Rita telah menyertakan buku komik mineral itu dalam pameran resmi Badan Geologi dan mengantarkan launching penerbitannya pada acara sosialisasi bidang geologi tingkat nasional. Dengan penjelasan dan pemaparan sekitar kandungan buku tersebut yang penuh semangat, seluruh peserta sosialisasi yang hadir dalam acara launching buku tersebut menjadi terbuka visinya: bahwa komik potensial untuk dijadikan media pemasyarakatan informasi geologi. Terbitnya buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” melengkapi buku sejenis yang telah diterbitkan oleh unit di bawah Badan Geologi (komik tentang air tanah dari Pusat Lingkungan Geologi). Ke depan, semoga semakin banyak alternatif media sosialisasi substansi geologi semacam komik. (Oman Abdurahman, Priatna, Bunyamin)
SEPUTAR KITA
TUJUH BELAS AGUSTUSAN DI BADAN GEOLOGI DALAM rangka merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-61, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menggelar kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, dan olah raga. Kegiatan-kegiatan itu adalah Donor Darah, Ceramah Agama, Pertandingan Gapleh, Bazaar, dan Panggung Hiburan. Selain itu Badan Geologi mengirimkan utusan ke Jakarta untuk mengikuti beberapa pertandingan olah raga dan Kesenian (PORSENI) yang di gelar oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Panggung Hiburan memeriahkan acara Peringatan HUT Kemerdekaan RI.
Pak Bambang menjadi salah seorang peserta donor darah.
Bazaar Badan Geologi di halaman Auditorium Geologi.
Ceramah Agama dari Drs. H. Miftah Faridl.
Pak Tono sedang terlibat diskusi dengan Pak Miftah Faridl .
Pertandingan Gaple
PAK TONO- PAK SUHARI RAIH PERINGKAT DUA PASANGAN Pak Tono dan pak Suhari keluar sebagai juara kedua pertandingan gaple ala bridge pada rangkaian kegiatan Tujuh Belas Agustusan di Lingkungan Badan Geologi. Pertandingan yang digelar tanggal 8 Agustus 2006 di Auditorium Geologi Bandung ini diikuti oleh 30 pasangan dan dibuka oleh Pak Tono. Pertandingan gaple ini diselenggarakan dengan menggunakan sistem swiss 7 babak. Panitia sengaja mengadopsi sistem pertandingan dan penghitungan skor ala bridge sehingga menambah daya tarik untuk mengikuti seluruh pertandingan hingga babak terakhir. Dengan menggunakan sistem
ini pasangan Ayi–Sujono dari Pusat Lingkungan Geologi tampil sebagai juara 1 di atas pasangan SuyartonoSuhari. Urutan 5 besar juara sebagai berikut: Juara 1, Ayi – Sujono (Pusat Lingkungan Geologi), Juara 2, Suyartono (Sekretariat Badan Geologi) – Suhari (Pusat Lingkungan Geologi), Juara 3, Enjang – Yatno (Sekretariat Badan Geologi), Juara 4, Juanda – Agus S. (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Juara 5, Nana – Anjana (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Panitia juga memberi penghargaan untuk beberapa pasangan yaitu: Pasangan Oo Sudradjat – Agus S.
Pembagian Hadiah para Juara Gaple. (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sebagai Best Driver, Pasangan Tudi – Jumono (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sebagai Best Security, dan Pasangan Darwis- Mumuh dan Edi – Agung sebagai Best Office Boy. (Priatna)
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
7
SEPUTAR KITA
BADAN GEOLOGI RAIH EMAS DAN PERAK CATUR PORSENI SEKTOR ESDM, JAKARTA 2006
PECATUR-pecatur Badan Geologi mencatat hasil menggembirakan dalam PORSENI Sektor ESDM cabang olah raga catur yang digelar di Gedung Badiklat ESDM Jalan Gatot Subroto Jakarta (14-15/08). Dalam pertandingan selama dua hari itu Badan Geologi berhasil mengejutkan instansi-instansi lainnya dengan meraih 1 medali emas perorangan dan 1 medali perak beregu. Medali emas ini ternyata menjadi satu-satunya perolehan medali emas Badan Geologi dalam PORSENI tahun ini. Pecatur-pecatur PT PLN yang tahun lalu memborong dua emas terpaksa harus puas merelakan satu medali emasnya kepada Badan Geologi. Medali emas perorangan direbut oleh Master Nasional (MN) Bunyamin (Badan Geologi) setelah mencetak angka tertinggi 7 dari 8 babak, hasil dari 6 kali menang dan 2 kali remis. Juara bertahan tahun lalu MN Sugilar (PT PLN) berada di tempat kedua dengan angka 6,5 dan MN Novian Siregar (Balitbang Geologi) di tempat ketiga dengan angka 6,5. Sementara itu medali perak beregu Badan Geologi disumbangkan oleh Bunyamin dan Priatna (SBG), Aceng Sukarna dan Chairul Anas (PLG), dan Agus Sudarmanto (PMG) setelah mengumpulkan peringkat rata-rata kedua tertinggi di bawah PT PLN. Perebutan medali perak perorangan mencapai puncaknya pada babak ke-7 ketika di meja pertama bertanding MN Sugilar melawan MN Bunyamin. Dengan memegang buah catur hitam, Bunyamin melakukan langkah-langkah kurang akurat di awal permainan sehingga mengakibatkan lawannya unggul dalam perkembangan. Namun keunggulan ini tidak bisa dimanfaatkan Sugilar untuk menang. Karena bermain raguragu sejak langkah ke-24 maka pada langkah ke-35 ia melakukan kesalahan fatal dengan memajukan bidak ke petak-g4. Kesalahan ini harus
8
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
dibayar mahal karena 4 langkah kemudian ia dipaksa menyerah. Berikut jalannya partai tersebut. Putih : MN Sugilar Hitam: MN Bunyamin Serangan Hindia Raja 1.e4 e6 2.d3 d5 3.Kd2 g6 4.Kgf3 Gg7 5.g3 e5 6.exd5 Mxd5 7.Gg2 Ke7 8.0–0 0–0 9.Be1 Me6 10.Kxe5 Gxe5 11.d4 Kbc6 12.dxe5 Kxe5 13.Kf3 Kxf3+ 14.Gxf3 Mf6 15.Gh6 Be8 16.h4 Ge6 17.c3 c6 18.Gg5 Mg7 19.Ma4 Kd5 20.Be2 h6 21.Gc1 Pecatur-pecatur Badan Geologi berfoto bersaMf6 22.Gg2 Kb6 23.Mb4 Kd5 ma seusai pembagian piala. 24.Ma3 Gg4 25.Bxe8+ Bxe8 26.Gxh6 Gf3 27.c4 Gxg2 PERINGKAT AKHIR BEREGU 28.Rxg2 Kb6 29.Bc1 Rh7 30.Ge3 Kd7 1. PT PLN 31.Mc3 Mf5 32.Bd1 Me4+ 33.Rh3 2. BADAN GEOLOGI Ke5 34.Md4 Mf5+ 35.g4 Mf3+ 36.Rh2 3. BALITBANG Kxg4+ 37.Rg1 Kxe3 38.fxe3 Be4 (lihat 4. BP MIGAS diagram) 0–1 5. PERTAMINA 6. DITJEN MIGAS 7. DIKLAT ESDM 8. IKAPEDE 9. INSPEKTORAT JENDERAL ESDM 10.DJMBP
Berikut ini daftar peringkat 10 besar perorangan dan beregu: PERINGKAT AKHIR PERORANGAN
1. MN Bunyamin (BADAN GEOLOGI) 7 2. MN Sugilar (PT PLN) 6,5 3. MN Novian Siregar (BALITBANG) 6,5 4. MN Arifin Hidayat (PT PLN) 6 5. MN Deden Supriadi (PT PLN) 6 6. MN Rela Ginting SH (DIKLAT ESDM) 6 7. MP Asep Saefudin (PT PLN) 6 8. MN Yuli Suprapto (PT PLN) 5,5 9. Aceng Sukarna (BADAN GEOLOGI) 5,5 10.Suriady (PERTAMINA) 5,5
Bridge dan Live Music raih perak Pada cabang olah raga Bridge yang digelar di Gedung Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Jakarta (4-5/08), Badan Geologi hanya mampu meraih medali perak. Di peringkat pertama dan ketiga bercokol regu-regu dari PT PLN. Para pemain yang memperkuat regu Geologi adalah Anton Saboe (PMG), Rasdan A. Siregar, M.Sc. (PLG), Uchtari Chandra (PLG), Nia Kurnia Praja (PVG), Priatna (SBG), dan Dwi Agus (PSG). Dari Live Music, diperoleh satu perak tambahan lewat Ibu Syamsiyar dari PMG. (Priatna)
SEPUTAR KITA
WORKSHOP FOR VOLCANIC HAZARD MITIGATION KERJA SAMA CCOP, GSJ, DAN BADAN GEOLOGI BANDUNG, AUDITORIUM GEOLOGI 29 AGUSTUS – 3 SEPTEMBER 2006
WORKSHOP for Volcanic Hazard Mitigation diselenggarakan oleh CCOP bekerja sama dengan Geological Survey of Japan (GSJ) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) Badan Geologi. Workshop tersebut merupakan satu dari rangkaian workshop yang dikoordinir oleh CCOP sejak tahun 2004 dan merupakan salah satu program technical activities yang direncanakan berakhir pada tahun 2007. Tujuan dilakukannya kegiatan ini antara lain adalah untuk melakukan studi banding mengenai bencana akibat kegiatan vulkanis yang dihadapi oleh negara-negara anggota CCOP. Tujuan lainnya adalah untuk memprediksi letusan gunung api berdasarkan pada sejarah letusannya, serta melakukan pemetaan wilayah rawan bencana gunung api dalam rangka mitigasi. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan melakukan
peninjauan lapangan, workshop, dan pertukaran hasil penelitian. Pelatihan khusus juga dilakukan bagi ahli vulkanologi muda dari negara-negara anggota CCOP yang berminat. Selain itu makalah-makalah ilmiah dari tiap workshop juga diterbitkan dalam bentuk prosiding. Workshop yang diselenggarakan pada tanggal 29 Agustus – 3 September 2006 ini merupakan workshop ketiga, sedangkan workshop pertama dan kedua berturut-turut telah dilaksanakan pada tahun 2004 di Tsukuba, Jepang dan tahun 2005 di Yogyakarta, Indonesia. Workshop ketiga ini dibuka oleh Kepala Badan Geologi dan membahas terutama mengenai laporan kegiatan gunung api di masing – masing negara dan dilanjutkan dengan ekskursi lapangan ke Gunung Papandayan di selatan Bandung dan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Prima M. Hilman
“PERAN REKAYASA GEOFISIKA DALAM MEMAJUKAN EKSPLORASI SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA” Seminar Nasional, Bandung 22 September 2006 DALAM rangka peringatan sewindu organisasi, Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika Terra Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan sebuah seminar nasional dengan judul Peran Rekayasa Geofisika dalam Memajukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat ITB pada tanggal 22 September 2006. Seminar ini menghadirkan Bambang Dwiyanto, M.Sc. Kepala Badan Geologi, sebagai pembicara kunci pada sesi pertama. Sedangkan pada sesi kedua, hadir tiga pembicara yaitu Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc, Rektor ITB; Yani Panigoro, Komisaris MEDCO Group; Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, Dosen Teknik Geofisika ITB; dan Dr. Ir. Luluk Sumiarso, M.Sc, Direktur Jendral Migas Energi dan Sumber Daya Alam. Pada kesempatan ini Kepala Badan Geologi selaku pembicara kunci memaparkan aplikasi–aplikasi rekayasa geo-
fisika pada proses eksplorasi sumber daya mineral dan energi. Bambang Dwiyanto menyampaikan perkembangan terbaru aplikasi geofisika, mulai dari survei dan analisis dengan teknik tiga dimensi hingga metode survei udara serta menekankan bahwa di masa yang akan datang, metode–metode geofisika akan berperan penting dalam proses eksplorasi. “Karena itu, penguasan teknologi pengolahan data, baik dalam bidang perangkat lunak maupun perangkat keras, sangatlah penting” tambah Bambang. Seminar ini diikuti oleh sekitar 90 orang yang sebagian besar adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM) ITB. Panitia juga mengundang peserta dari perguruan tinggi lainnya seperti dari Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Padang dan Universitas Andalas. (Prima M. Hilman) WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
9
SEPUTAR KITA
Mengangkat Potensi Batu Bara Peringkat Rendah International Symposium on Lower Rank Coal Bandung, Hotel Horison, 7 – 8 September 2006
Batubara adalah sumber daya energi tradisionil di dunia karena ketersediaannya paling melimpah dan secara geografi tersebar luas, stabil secara kimiawi sehingga menguntungkan dalam transportasi dan menanganinya, serta harga yang sangat bersaing. Di Indonesia, batubara merupakan sumber daya energi yang paling besar dibandingkan dengan gas alam, tenaga air, minyak mentah, dan panas bumi. Namun minyak bumi saat ini masih menjadi sumber energi yang utama karena relatif mudah menanganinya, biaya produksi yang rendah, dan memberikan masalah lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan batubara. Akan tetapi apabila pada 10 sampai 15 tahun mendatang di Indonesia tidak ditemukan lagi lapangan minyak baru, maka negara akan menghadapi krisis energi nasional, dan sangat mungkin Indonesia akan bergantung kepada
10
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
minyak impor untuk memenuhi kebutuhan domestik akan bahan bakar. Karena itu, upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kestabilan pasokan dan kebutuhan dalam kebijakan energi nasional. Salah satu solusinya adalah mengarahkan perhatian pasokan energi ke batubara sebagai sumber daya energi yang paling dapat diandalkan. Seperti telah diketahui bahwa batubara peringkat rendah (‘low rank coals’ atau LRC) atau sering disebut sebagai lignit atau ‘brown coal’ memberikan proporsi yang signifikan pada sumber daya energi di Indonesia. Meskipun debat masalah rumah kaca (‘greenhouse’) berimbas juga kepada pengembangan baru batubara, berkurangnya sumber daya energi dan peningkatan yang signifikan pada pemanfaatan batubara peringkat rendah dan akan secara progresif membuat sumber daya batubara LRC lebih atraktif un-
tuk dikembangkan dan diperkirakan akan menjadi sumber daya energi di masa depan. Sumber daya batubara Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 61 milyar ton (Directorate of Mineral Resources Inventory, 2005). DMRI (2005) menentukan angka <5.100 kal/gr sebagai batubara peringkat rendah (‘low rank coal’) dan 5.100 – 6.100 kal/gr sebagai batubara peringkat sedang (‘medium rank coal’). Dengan asumsi bahwa Lower Rank Coal terdiri dari batubara dengan nilai kalori <5.100 kal/gram dan sebagian dari batubara peringkat sedang (5.100 – 6.100 kal/ gr), ‘lower rank coals’ Indonesia menyumbang lebih dari separuh total sumber daya batubara. Pemanfaatan batubara peringkat rendah berbeda dengan batubara peringkat tinggi karena kandungan energinya yang rendah sebagai akibat kandungan air yang tinggi. Lebih jauh, variasi proporsi kandungan material mineral juga secara signifikan dapat mengurangi tingkat efektivitas pemanfaatan batubara dibandingkan dengan batubara peringkat tinggi. Perbedaan ini mengarah kepada perlakuan yang spesifik pada batubara peringkat rendah, misalnya dalam merancang pembangkit listrik. Dengan demikian di satu sisi sumber daya energi dari batubara peringkat rendah di Indonesia cukup besar, namun disisi lain bermacam aspek mulai dari eksplorasi sampai pemanfaatan batubara tersebut sangat kompleks, sehingga diperlukan suatu pemahaman yang baik dengan cara melihat dari berbagai pendekatan ilmiah mengenai batubara khususnya batubara peringkat rendah. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, didukung oleh organisasi seperti Asean Forum On Coal (AFOC), Indonesian Coal Mining Association (ICMA) dan Asean Center
SEPUTAR KITA for Energy (ACE), menyelenggarakan suatu simposium yang berskala internasional pada tanggal 7-8 September, 2006 di Hotel Horison, Bandung, Jawa Barat. Maksud dari simposium ini adalah untuk membahas berbagai aspek pada batubara peringkat rendah (‘Lower Rank Coal’) terutama yang berkenan dengan revitalisasi pemanfaatan LRC sebagai energi masa depan. Sedangkan tujuannya adalah memperoleh pemahaman yang lebih baik dan luas mengenai batubara peringkat rendah Indonesia dengan melihat dari aspek geologi, prospek ekonomi (pasar), kebijakan, ilmiah (petrologi batubara, klasifikasi batubara), teknologi, studi kasus dan lingkungan serta memperkenalkan topik yang erat hubungannya dengan batubara yaitu gas metan dalam batubara (‘coal bed methane’). DMRI (2005) membagi batubara dalam 4 kategori sebagai berikut: Menurut Standar Australia (AusPERINGKAT
NILAI KALORI (kal/gr)
SUMBER DAYA (juta ton)
Kalori rendah
< 5.100
15.094,18 (24,94%)
Kalori sedang
5.100 – 6.100
35.691,72 (58,98%)
Kalori tinggi
6.100 – 7.100
9.065,56 (14,99%)
Kalori sangat tinggi
> 7.100
662,28 (1,09%)
tralian Standard AS-2096) batubara disebut peringkat rendah apabila Gross Spesifik Energi <27MJ/kg (daf). Kategori batubara ini umumnya digunakan untuk menyebut lignit dan ‘brown coal’ dengan kandungan moisture melampaui 20%. Klasifikasi yang paling baru dipublikasikan dalam ISO-11760, 2005. Standar ISO yang baru ini membagi batubara menjadi 3 kategori, ‘Low Rank, ‘Medium Rank’, dan ‘High Rank Coal’. Untuk pertama kalinya standar ini menghasilkan konsensus internasional tentang apa yang dimaksudkan dengan ‘Low Rank Coal’. ISO-11760, 2005 menetapkan bahwa LRC adalah batubara yang mempunyai nilai reflektan vitrinit < 0,5%. Setidaknya LRC mengandung > 35% moisture (Tabel 2, ISO-11760, 2005). Acara ‘International Symposium on Lower Rank Coal’ dengan mengambil tema ‘Integrating Lower Rank Coal with Industrialization in the 21st Century’, diawali dengan
suatu pertemuan ilmiah yang diadakan oleh ‘The International Committee on Coal and Organic Petrology’ (ICCP), dengan uraiannya adalah sebagai berikut: Simposium berlangsung selama 2 hari, tanggal 7 dan 8 September 2006 bertempat di Hotel Horison Bandung, Jawa Barat. ‘Opening Ceremony’ yang menandai dimulainya acara simposium dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang diwakili oleh Inspektur Jenderal DESDM, diawali dengan laporan penyelenggaraan simposium oleh Ketua Panitia dan dilanjutkan dengan sambutan selamat datang (‘Welcoming Speech’) oleh Sekretaris Daearah Propinsi Jawa Barat sebagai tuan rumah. Sejumlah 20 makalah dipaparkan secara ‘oral’ dan 7 makalah dalam bentuk poster. Sejauh mungkin makalah dikelompokkan menurut topik yang sama atau senada. Stand pameran unit di lingkungan Badan Geologi, DESDM dan satu unit di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan, DESDM (acara pemaparan, judul makalah dan pembicaranya serta judul poster dapat dilihat dalam lampiran). Sekitar 240 partisipan/peserta baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri datang sebagai pribadi atau mewakili Institusi pemerintah, DPRD Kab. Bandung, Dinas Pertambangan, dan Energi, Perusahaan Batubara, Universitas serta Organisasi Profesi (nama serta dan institusi asal peserta dapat dilihat pada lampiran) Batubara telah lama menjadi ‘kepedulian’ banyak ilmiawan dengan melihat dari bermacam aspek dan disiplin ilmu seperti metoda eksplorasi, teknologi pertambangan, pemanfaatan batubara, masalah lingkungan dsb. Tak terkecuali bagi sekelompok ilmiawan yang pada tahun 1953 mendirikan suatu organisasi nirlaba yang disebut ‘International Committee on Coal Petrology’ (ICCP) pada pertemuan di Geleen, Belanda. Anggota ICCP lebih bersifat perorangan, biasanya adalah ilmiawan atau profesional dari perusahaan swasta, institusi pemerintahan, universitas atau lembaga penelitian dari berbagai negara. Tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk senantiasa memelihara tukar-menukar informasi ilmiah berskala internasional, yang berhubungan baik langsung maupun tidak
langsung dengan petrologi organik serta untuk mengembangkan dan mempublikasi deskripsi dan metoda definitif segala sesuatu yang berkenaan dengan ilmu yang mempelajari material organik dalam batuan sedimen. Sejak didirikannya ICCP telah memainkan peranan penting dalam menyumbangkan bermacam aspek dalam sains batubara, terutama dalam menetapkan standar ‘nomenclature’ dan terminologi batubara. Untuk pertama kalinya pada tahun 1957, ICCP menerbitkan suatu buku acuan yang dikenal dengan nama ‘ICCP’s Handbook on Coal Petrology’. Pada tahun-tahun selanjutnya buku tersebut diperbarui dengan beberapa revisi dan peningkatan untuk membuat ‘handbook’ tersebut menjadi referensi yang paling dapat diandalkan. ‘ICCP’s Handbook on Coal Petrology’ saat ini menjadi buku acuan utama untuk ilmuwan batubara tapi juga aplikatif bagi perorangan maupun lembaga yang bergerak dibidang bisnis batubara. Kehadiran peserta ICCP di Bandung adalah dalam rangka melaksanakan pertemuan tahunan ICCP ke-58 yang berlangsung sejak tanggal 4 September 2006 dan berakhir pada tanggal 9 September di Hotel Horison, Bandung. Keterlibatan Badan Geologi, dalam hal ini Pusat Sumberdaya Geologi, hanya sebagai mitra profesi terutama dalam ilmu pengetahuan batubara. Sebagian dari peserta pertemuan ICCP juga berperan dalam simposium sebagai baik sebagai penyaji makalah maupun poster. Diharapkan kesimpulan akhir dari pertemuan ICCP tersebut akan memberi keuntungan bagi pengembangan batubara, khususnya di Indonesia. Hal ini dimungkinkan mengingat peserta ICCP tersebut umumnya adalah para pakar yang mempunyai pengalaman dan keahlian cukup lama dalam bidang batubara.
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
11
SEPUTAR KITA
TEKNOLOGI PELESTARIAN AIR TANAH DALAM PERBINCANGAN Loka Karya Rekayasa Konservasi Air Tanah Nasional Auditorium Geologi, Bandung, 21 September 2006 DI Indonesia, air tanah memiliki peran penting sebagai sumber air baku pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari sebagian besar penduduk, untuk fasilitas umum, dan kebutuhan industri. Kecenderungan pemanfaatan air tanah yang terus meningkat untuk berbagai keperluan tersebut, apabila tidak dikontrol dan dikendalikan akan menyebabkan terjadinya kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah. Di sisi lain, perubahan fungsi lahan di daerah imbuhan air tanah (groundwater recharge area) untuk keperluan pembangunan yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah imbuhan air tanah. Kondisi yang demikian itu menyebabkan berubahnya keseimbangan air tanah, dan jika dibiarkan terus pemanfaatannya tidak dapat dilakukan secara berkesinambungan. Hal itulah yang melatarbelakangi diselenggarakannya Lokakarya Rekayasa Konservasi Air Tanah Nasional pada Kamis, 21 September 2006, bertempat di Auditorium Geologi Bandung oleh Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi. Tujuan lokakarya adalah untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan serta mengembangkan rekayasa teknologi konservasi air tanah dari para pihak yang berkepentingan (stakeholders) baik instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat. Hasil lokakarya diharapkan dapat menjadi dasar bagi para pihak yang berkepentingan untuk melaksanakan konservasi air tanah dengan teknologi konservasi yang tepat guna dan berhasil guna. Lokakarya dihadiri oleh sebanyak 276 peserta yang mewakili para pihak yang berkepentingan (stakeholders), meliputi: Instansi pemerintah dan swasta; Perguruan tinggi negeri dan swasta; Organisasi profesi; Lembaga
12
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
Swadaya Masyarakat (LSM); Konsultan dan perusahaan di bidang air tanah; dan Pemerhati air tanah. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menyampaikan sambutan Selamat Datang mewakili Gubernur Provinsi Jawa Barat. Kepala Badan Geologi berkesempatan hadir menyampaikan membuka secara resmi loka karya sekaligus sebagai Keynote Speaker mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. PENYAJIAN MATERI Penyajian materi dalam bentuk presentasi lisan telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) makalah yang berasal dari 1) Badan Geologi, Dep. ESDM; 2) Ditjen. Sumber Daya Air, Dep. PU; 3) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat; 4) PT. Aqua Golden Mississippi, Jakarta; 5) Fakultas Teknik, UGM; 6) Fakultas Ilmu Kebumian & Tekno-
logi Mineral, ITB; 7) Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI. Penyajian di atas dibagi menjadi dua sesi, yakni Sesi Pertama untuk penyajian materi no.1) s.d. 4) dipandu oleh Prof.Dr.Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc. dan Sesi Kedua untuk penyajian materi no.5) s.d. 7) dipandu oleh Dr. Ir. Peter E. Hehanusa. Dalam sesi diskusi, umumnya para peserta cukup antusias untuk berpartisipasi, namun secara umum diskusi masih kurang menyentuh masalah rekayasa konservasi air tanah. Diskusi yang berkembang dalam sesi ini lebih mengarah kepada upaya pengendalian pengambilan air tanah, misalnya melaui perizinan dan pengurangan debit pengambilan air tanah. Hal-hal yang bersifat teknis seperti pemodelan air tanah dan pengimbuhan melalui pelbagai tipe sumur imbuhan kurang mendapat tanggapan serius. Penyajian materi dalam bentuk pameran yang terdiri atas poster (poster presentation), peta-peta kon-
SEPUTAR KITA
servasi air tanah, video klip, dan lainlain yang terkait diikuti oleh Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi, Jurusan Geologi - Fakultas MIPA Unpad, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB. PERUMUSAN HASIL LOKAKARYA Lokakarya yang telah dilaksanakan menghasilkan butir-butir kesepakatan mengenai berbagai hal tentang konservasi air tanah sebagai berikut: 1) Air tanah termasuk sumber daya alam yang terbarukan akan tetapi jika terjadi gangguan, pemulihannya memerlukan waktu yang lama. 2) Kerusakan akibat pengambilan air tanah tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi dampaknya cukup luas dan sangat sulit pemulihannya, serta memerlukan biaya tinggi. 3) Pengelolaan air tanah seyogyanya dilakukan berdasarkan konsep satu cekungan air tanah, satu perencanaan, dan satu pengelolaan terintegrasi (one groundwater basin, one planning, one integrated management). 4) Konservasi air tanah harus dilakukan dalam rangka upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan kondisi, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. 5) Keberhasilan pelaksanaan konservasi air tanah sangat ditentukan oleh keterpaduan dan koordinasi dari para fihak yang berkepentingan (stakeholders). 6) Perlu segera diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Air
Tanah dan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Cekungan Air Tanah. 7) Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada suatu wilayah sungai (WS) perlu memperhatikan kondisi air tanah pada cekungan air tanah (CAT) yang terdapat di dalam WS yang bersangkutan, termasuk bagian CAT yang berada di luar WS. 8) Upaya pemulihan air tanah yang telah kritis merupakan suatu keharusan untuk segera diimplementasikan, tidak lagi sekedar wacana, sehingga perlu adanya komitmen dari semua fihak. 9) Diperlukan kesamaan persepsi dari para fihak yang terkait dalam memahami permasalahan air tanah, agar pengelolaan air tanah dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan sesuai dengan azas-azas konservasinya. 10) Kemerosotan kondisi air tanah harus disikapi dengan memperketat izin pengambilan sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 11) Rekayasa konservasi air tanah perlu ditekankan kepada bentuk nonvegetatif, misalnya pembuatan sumur imbuhan/resapan. 12) Pembangunan di kawasan resapan air yang dilaksanakan dengan rekayasa teknologi akrab lingkungan dapat meningkatkan peresapan air secara signifikan. 13) Pemodelan air tanah, terutama model deterministik (numeric) sangat membantu fihak regulator dalam mengelola dampak negatif sumber air tanah dan kondisi alam di sekitarnya.
14) Metode penjajakan suhu air tanah menunjukkan suhu air tanah di daerah imbuhan air tanah lebih rendah dari pada suhu air tanah di daerah lepasan air tanah, sehingga dapat membedakan antara daerah imbuhan dan daerah lepasan tersebut, serta arah aliran air tanah. 15) Diharapkan pengelola air tanah dapat menyediakan data real time tentang ketersediaan air tanah di daerah yang mengalami kekeringan, guna mencari alternatif solusi pemenuhan kebutuhan akan air di daerah tersebut. Lokakarya Rekayasa Konservasi Air Tanah Nasional ditutup oleh Kepala Badan Geologi pada sekitar pukul 16.30 WIB. Dalam sambutan menjelang penutupan tersebut, Kepala Badan Geologi menegaskan bahwa upaya konservasi air tanah menjadi tanggung jawab kita bersama, yakni para fihak yang berkepentingan (stakeholders) yang meliputi regulator (pembuat kebijakan), operator (pelaksana kegiatan), dengan melibatkan peran masyarakat. Badan Geologi sebagai instansi Pusat, pada masa mendatang diharapkan perannya menonjol dalam rekayasa teknologi konservasi air tanah, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang air tanah. (Haryadi Tirtomihardjo)
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
13
SEPUTAR KITA
Demonstrasi Aplikasi GIS untuk Penilaian Sumber Daya dan Cadangan Batubara Joint Study NEDO Jepang - Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi - Badan Geologi BERTEMPAT di Ruang Rapat Lantai V Badan Geologi Jln. Gatot Subroto Jakarta pada tanggal 27 September 2006 dilaksanakan demonstrasi pre-prototype dari hasil Joint Study antara New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO)-Jepang dengan Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (Minerbapabum), dan Badan Geologi. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2005 dengan penandatanganan MOU antara NEDO dengan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral yang kemudian diperbaharui pada bulan April 2006 dengan wakil dari Indonesia adalah DJMBP melalui Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB) dan Direktorat Pembinaan Program Mineral, Batubara, dan Panas bumi (DPPMBP), selain itu Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi juga ikut dalam penandatanganan ini. Ruang lingkup kegiatan meliputi evaluasi sumber daya dan cadangan batubara di Indonesia menggunakan teknologi GIS, kegiatan utamanya adalah melakukan pembangunan database digital dari data dan informasi yang berhubungan dengan sumber daya batubara. Pihak Indonesia diwakili oleh Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral (sekarang Pusat Sumber Daya Geologi) dengan supervisi dari NEDO telah menyelesaikan pre-prototype dari sistem dengan menggunakan data dari cekungan Sumatera Selatan sebagai pilot project. Dalam kesempatan demo pre-prototype kali ini, acara dihadiri oleh 5 orang perwakilan dari Jepang dipimpin oleh Mr. Ishigaki dari NEDO. Sedangkan dari pihak Indonesia hadir wakil-wakil dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) – ESDM, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB), Direktorat Pembinaan Program Mineral, Batubara, dan Panas bumi (DPPMBP), Pusat Sumber Daya Geologi, dan Sekretariat Badan Geologi. Dalam pembahasan mengenai demo aplikasi, para peserta rapat mendapat penjelasan dan demo aplikasi dari pihak Jepang yang mengembangkan aplikasi tersebut. Mereka mengharapkan masukan untuk perbaikan aplikasi tersebut dari para peserta rapat. Tidak ada usulan atau masukan yang mendasar dalam hal ini, wakil dari DPPMBP meminta waktu untuk memberikan masukan karena akan menyampaikan hal ini terlebih dahulu kepada pejabat Eselon II di lingkungannya.
A Nasruddin membuka sebuah stand dengan tulisan di atasnya: Menjawab dua pertanyaan apa pun seharga 100 uang perak. Seorang laki-laki yang memiliki dua pertanyaan sangat penting datang menyerahkan uangnya dan berkata, “Seratus uang perak kayaknya terlalu mahal untuk dua pertanyaan, ya?” “Ya,” jawab Nasruddin, “dan silakan pertanyaan berikutnya..”
14
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
Pada agenda kedua, wakil dari PMG memaparkan usulan pihak Indonesia dalam melakukan pemeringkatan data. Banyak tanggapan mengenai hal ini, yang paling menonjol adalah belum adanya regulasi yang mengatur mengenai hal ini baik di tingkat nasional maupun sektor ESDM. Wakil dari Pusdatin memberikan informasi bahwa pemeringkatan data baru ada untuk bidang migas (dalam bentuk Permen) dan belum ada untuk bidang mineral, batubara, dan panas bumi, sehingga diusulkan untuk melakukan penyusunan peringkat tersebut dalam waktu dekat. Dalam rapat ini juga disepakati untuk mengembalikan tanggung jawab pengelolaan kerja sama ini kepada pihak Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi (Minerbapabum) melalui DPPMBP mengingat bahwa MOU awal pada tahun 2005 ditandatangani oleh Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral yang sekarang berubah menjadi Dirjen Minerbapabum dengan pihak Jepang yang diwakili oleh NEDO. Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi akan membantu dari segi teknis pengelolaan data sumber daya batubara. (Prima M. Hilman)
B Suatu hari seseorang datang kepada Nasruddin dengan sebuah pertanyaan, “Mullah Nasruddin, seperti apakah kiranya tempat asal kita dulu dan tempat kemana nanti kita pergi?” “Oh,“ kata Nasruddin, ”sebuah tempat yang amat mengerikan.” “Mengapa demikian?” orang itu bertanya. “Ya, ketika kita pergi dari sana sebagai seorang bayi, kita menangis, dan ketika seseorang datang ke sana, setiap orang menangis.”
FOKUS KITA
sosialisasi bidang geologi dalam praktek (Sosialisasi Geologi, Badan Geologi, 17-20 September 2006) Oleh: Eddy Mulyadi, Oman Abdurahman, Priatna, Prima M. Hilman, Joko Parwata “Sebuah praktek adalah sebuah pengalaman penting. Sebab, teori, atau wacana, atau konsep saja - sebagus apa pun hal itu - belumlah lengkap jika tanpa prakteknya. Sebuah praktek akan lebih lama diingat dan lebih mudah ditiru dibanding konsep atau teori karena berkaitan dengan pengalaman langsung indera penglihatan dan indera lainnya. Praktek juga merupakan sumber yang penting untuk evaluasi dan perbaikan konsep dan teori”. Demikian kira-kira kesimpulan yang langsung membersit dari pelaksanaan sosialisasi bidang geologi yang baru dilaksanakan oleh Badan Geologi baru-baru ini. Badan Geologi, DESDM, pada tanggal 17-20 September 2006 menggelar Sosialisasi Bidang Geologi bertempat di Auditorium Geologi Bandung. Sosialisasi yang berlangsung selama 4 hari tersebut ditujukan bagi Para Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Propinsi di seluruh Indonesia, Instansi Pemerintah yang berkaitan dengan geologi, perguruan tinggi, para siswa, dan masyarakat umum. Fokus Kita kali ini lebih menyerupai sebuah reportase ketimbang makalah. Hal yang dilaporkannya tiada lain adalah pelaksanaan Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi tersebut. Para pembaca dapat mengikuti reportase itu dengan sebelumnya didahului pengantar, pemaparan maksud, tujuan, dan sasaran; serta materi, metode, dan agenda sosialisasi tersebut. MENGAPA SOSIALISASI? SEBUAH PENGANTAR Asal-usul Istilah dan Cakupan Pengertiannya Istilah teknis “sosialisasi” (Bahasa Inggris: socialization atau socialisation) dan istilah “mensosialisasikan” aslinya berasal dari disiplin ilmu sosiologi atau teori pembelajaran. Sumber rujukan kamus manual dan Wikipedia memperkuat hal itu. Menurut kamus “Advanced Indonesian - English Dictionary” oleh Drs. Peter Salim, dkk, edisi I, 1990, sosialisasi bermakna: 1. efforts to convert personal property into public property, 2. process of learning of a number of society to acquire the values, skills, rules and attitudes to his/her participation in the society. Sedangkan makna “mensosialisasikan”, menurut kamus yang sama, adalah: to socialize; to convert into public property. Berdasarkan kamus tersebut, sosialisasi bermakna: 1) usaha mengubah milik perorangan menjadi milik umum, dan 2) proses belajar dari suatu masyarakat untuk mendapatkan nilai-nilai, kemampuan, aturan, dan sikap dalam rangka dirinya berpartisipasi di tengah masyarakatnya. Sedangkan “mensosialisasikan” bermakna:
1) melakukan tindakan atau kegiatan sosialisasi, dan 2) menjadikan (sesuatu) sebagai milik publik. Dari kedua makna tersebut, istilah teknis “sosialisasi” - untuk suatu kegiatan yang sering dilaksanakan oleh instansi Pemerintah - bermakna: 1) menjadikan milik Pemerintah (hasil penelitian, ilmu, kemampuan) sebagai milik masyarakat umum (publik), dan 2) proses belajar masyarakat untuk mengadopsi nilai-nilai, kemampuan, aturan, dan sikap (berkenaan atau terhadap suatu substansi yang dikelola oleh Pemerintah) menjadi miliknya dalam rangka partisipasinya dalam kehidupan bermasyarakat (dan bernegara). Sebagai catatan, “milik” dalam hal ini lebih bersifat tak kasat mata alias intangible asset, seperti: nilai-nilai, kemampuan, peraturan, dan sikap. Secara ringkas, sosialisasi bermakna pemasyarakatan nilai-nilai, kemampuan, aturan, atau pun sikap Pemerintah tentang suatu hal atau substansi yang menjadi tanggung jawabnya dalam fungsinya sebagai pelayan publik. Sebaliknya, sosialisasi juga bermakna proses belajar dari masyarakat terhadap kewajibannya sebagai warga negara. Substansi yang disosialisasikan tersebut men-
cakup pula penelitian dan pelayanan bidang geologi untuk pengertian istilah “sosialisasi bidang geologi”. Sosialisasi dan Pembangunan Budaya: Perlu Perulangan Proses sosialisasi - meski maknanya sudah disederhanakan sebagaimana paparan sebelumnya - sesungguhnya tidaklah sederhana. Proses tersebut sejatinya merupakan proses belajar tentang budaya. Dalam kaitannya dengan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah bertindak sebagai agen sosialisasi, sedangkan substansi yang disosialisasikan berarti budaya yang diharapkan oleh Pemerintah tumbuh di tengah masyarakat. Pengertian “sosialisasi” dan ruang lingkupnya yang lebih mengarah kepada pembelajaran (materi pembahasan dari disiplin sosiologi, psikologi, kebudayaan, dan ilmu yang terkait) seperti disebutkan di atas, dapat dilihat misalnya dalam ensiklopedia online, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/ wiki/Socialization. Wikipedia menyebutkan definisi “sosialisasi” sebagai berikut: “Socialization is the process by which human beings or animals learn to adopt the behavior patterns of the commuWARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
15
FOKUS KITA nity in which they live. Lebih lanjut, Wikipedia memberikan keterangan bahwa proses sosialisasi tersebut, baik untuk manusia maupun hewan, berlangsung dalam masa awal kehidupannya (anak-anak), di masa ketika masing-masing secara individu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk dapat berguna (berfungsi) dalam budaya dan lingkungannya. Namun demikian, definisi dalam Wikipedia juga memberikan peluang pemahaman sosialisasi sebagai sebuah bentuk pembelajaran di masa dewasa, seperti dalam definisi berikut, “However, this (socialization-penulis) also includes adult individuals moving into an environment significantly different from one(s) in which they have previously lived and must thus learn a new set of behaviors “ (http://en.wikipedia.org/ wiki/Socialization). Sosialisasi sebagai proses belajar budaya (perubahan budaya dari budaya lama kepada budaya yang diinginkan) selanjutnya dapat dilihat dari definisi Wikipedia berikut: “Socialization is, in essence, learning…. Socialization refers to all learning regardless of setting or age of the individual. In every group one has to learn the rules, expectations, and knowledge of that group, whether the group is your family, the army, or the state (nation). Socialization is the process whereby people acquire a social identity and learn the way of life within their society. All of this amounts to the learning of culture”. Dalam lingkup sosialisasi yang dikutip terakhir di atas, mulai masuk kegiatan-kegiatan sosialisasi yang biasa diselenggarakan oleh Pemerintah. Yakni, sosialisasi adalah keharusan seseorang untuk belajar tentang peraturan, harapan-harapan, dan pengetahuan dari kelompoknya, dimana kelompok tersebut dapat berupa keluarganya, satuan tentara, atau negara (bangsa). Mengingat adanya kewajiban dalam proses sosialisasi, dan terkait dengan identitas suatu kelompok (masyarakat, bangsa), maka hak Pemerintah dalam hal ini adalah diikuti oleh masyarakat dalam proses sosialisasi yang diselenggarakannya, sedangkan kewajibannya adalah: menyelenggarakan sosialisasi. Adapun hak masyarakat adalah memperoleh sosialisasi, dan kewajibannya adalah mengikuti proses sosialisasi. Kesemuanya, tiada lain, ditujukan untuk
16
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
memperoleh identitas dan pembelajaran tentang bagaimana hidup (tertib) bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ringkasnya: membangun budaya berbangsa dan bernegara sesuai cita-cita luhur bangsa dan negaranya. Kesimpulan dalam paragraf yang terakhir di atas berkenaan dengan seluruh bidang kehidupan, termasuk implementasi geologi untuk kesejahteraan masyarakat. Mengingat hal itu, dan karena sosialisasi pada dasarnya adalah proses pembelajaran berbudaya, maka salah satu hal yang penting dalam program sosialisasi adalah perulangan. Ini bermakna bahwa sosialisasi yang baik sebenarnya tidak cukup sekali, melainkan harus diulang berkali-kali. Hal tersebut juga dikuatkan oleh pembagian jenis sosialisasi dimana sosialisasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah dapat termasuk ke dalam jenis sosialisasi development socialization (sosialisasi pembangunan) dan anticipatory socialization (sosialisasi antisipasi). Dalam kedua jenis sosialisasi tersebut, proses latihan atau program tentang suatu substansi (misalnya: geologi untuk pembangunan) perlu diulang-ulang. Implikasi lebih jauh dari hal tersebut adalah perencanaan dan penganggaran biaya. Urgensi Sosialisasi Geologi di Era Otonomi Daerah Dalam era otonomi daerah, pemerintah pusat mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menyediakan data kegeologian dalam skala yang tidak terlalu rinci. Badan Geologi sebagai institusi yang mempunyai kewenangan dalam mengidentifikasi, mengumpulkan, mengungkap, menganalisis, memberikan rekomendasi serta menyebarluaskan sebagian besar informasi kegeologian dapat dibagi dalam 4 kelompok besar: informasi dasar geologi, sumber daya geologi, lingkungan geologi, dan bahaya atau kebencanaan geologi. Sosialisasi bidang geologi dipandang sangat penting sebagai media penyebaran informasi secara langsung dari pelaksanaan kegiatan kepada instansi pemerintah dan masyarakat pengguna informasi terkait. Informasi geologi berkenaan dengan sektor-sektor mulai dari penataan ruang, identifikasi potensi dan penyusunan neraca sumber daya alam, perencanaan infrastruktur, mitigasi
bencana alam, pendidikan sains dasar, rekayasa pekerjaan umum, penyediaan air bersih, sampai kepada pemilihan tempat pembuangan sampah. Berkaitan dengan intensitas bencana alam yang melanda wilayah Indonesia akhir-akhir ini, maka dapat dipahami jika salah satu prioritas Pembangunan Nasional kita pada tahun 2007, sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah, adalah Mitigasi dan Penanggulangan Bencana. Oleh karena itu, sosialisasi bidang geologi kali ini menitikberatkan pada aspek bahaya atau kebencanaan geologi. Melalui seminar, diskusi, dan penyajian film tentang bencana geologi ini diharapkan tercapai peningkatan kesadaran dan terjalin saling pengertian, koordinasi dan kemitraan dengan para ahli, aparat, serta instansi yang terkait bidang geologi sebagai kontributor utamanya. Komunikasi: Salah Satu Aspek yang Terpenting dalam Sosialisasi Mengingat sosialisasi pada prinsipnya adalah proses belajar atau pembelajaran atau pembangunan budaya, maka sudah sepatutnya jika komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam proses sosialisasi. Ide-ide atau gagasan-gagasan tentang perubahan kebiasaan, misalnya, berkenaan dengan implementasi geologi yang merupakan sesuatu yang baru bagi suatu kelompok masyarakat, dipastikan hal itu memerlukan pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill) komunikasi yang memadai. Disamping perulangan atau latihan, sosialisasi juga memerlukan kemampuan berkomunikasi. Namun, karena kemampuan komunikasi juga hanya mungkin dicapai melalui latihan, maka latihan komunikasi menjadi penting untuk sosialisasi. Ke depan, bukan hal yang mustahil, banyak program pelatihan komunikasi diselenggarakan atau diikuti oleh para staf instansi pemerintahan yang menangani bidang teknis (teknologi fisik). Ke depan diperkirakan akan semakin banyak pegawai instansi yang TUPOKSI-nya di bidang fisik menguasai pengetahuan maupun praktek komunikasi dalam sosialisasi bidangnya. Pengetahuan dan skill komunikasi yang efektif nanti diprediksikan bukan hal yang asing lagi bagi para pegawai pemerintah
FOKUS KITA di bidang disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi fisik. Secara praktis, para penyampai materi sosialisasi bidang terapan ilmu-ilmu fisik ke depan - sebagaimana sudah dimulai saat ini oleh para teknolog yang berhasil dalam sosialisasi bidangnya - akan lebih banyak menguasai teknik-teknik komunikasi yang baik sebagaimana dalam box di bawah. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN SOSIALISASI BIDANG GEOLOGI Berdasarkan latar belakang sebagaimana disampaikan pada pengantar di muka, Badan Geologi telah menyelenggarakan Sosialisasi Bidang Geologi tingkat Nasional pada tanggal 17 - 20 September 2006, bertempat di Auditorium Geologi, Badan Geologi, di Bandung, Jawa Barat. Peserta sosialisasi ini adalah para wakil dari dinas-dinas energi dan sumber daya mineral, pertambangan atau dinas terkait lainnya di tingkat propinsi dari seluruh propinsi atau yang setingkat di Indonesia, wakil-wakil dari instansi pemerintahan lainnya di bidang terkait, perguruan tinggi dan para pakar lainnya sebagai un-
dangan. Penting kiranya untuk menyimak selintas mengenai maksud, tujuan, dan sasaran penyelenggaraan acara sosialisasi tersebut sebagaimana disampaikan di bawah ini. Maksud dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi kebencanaan geologi ini adalah: 1) Merubah perilaku hidup atau budaya masyarakat yang tidak kondusif dan tidak konstruktif menjadi perilaku hidup atau budaya yang kondusif dan konstruktif dalam upaya pencegahan kebencanaan geologi; 2) Membangun kembali kesadaran akan tanggung jawab, baik individu maupun bersama, dengan modal dasar yang dimiliki sebagai fitrah manusia, yaitu tekad, semangat, dan kebersamaan, dalam menanggulangi permasalahan kebencanaan geologi, dihadapkan pada wilayah Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana alam/bencana geologi; 3) Memberikan pemahaman untuk meningkatkan kepercayaan diri (self-confidence) dalam menghadapi permasalahan kebencanaan geologi yang harus berangkat dari pribadi dan komunitas sendiri dan tidak dapat mengandalkan orang lain; yakni: pemahaman pentingnya peng-
Tips Komunikasi Presentasi yang Baik Seorang pembicara seyogyanya mempunyai pelbagai kemampuan agar dapat melakukan public speaking dengan baik dan benar. Kemampuan-kemampuan tersebut hanya akan dapat dipunyai apabila yang bersangkutan mempunyai wawasan yang luas, karena banyak membaca, peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya, dan secara cepat merekam kejadian-kejadian yang penting. Hal-hal itu kemudian dapat diolah secara sistematis sehingga menjadi kesatuan yang relatif utuh. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka seyogyanya seorang pembicara di muka umum mempunyai kemampuankemampuan, sebagai berikut: a. menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti khalayak; b. menyajikan bahan secara sistematis; c. menguasai bahan yang disajikan dengan baik; d. memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-hari; e. menyesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat; f. tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang bersifat kontroversial; g. membentuk opini yang positif; h. berdiskusi dengan lancar; i. membimbing khalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya secara mandiri; j. mengakui keterbatasan pengetahuannya. Sumber: Soerjono Soekanto, “Sosiologi, Suatu Pengantar”, Edisi baru IV, 1990, Raja Grafindo, Persada, 1995
embangan akal budi daya dan bersikap waspada hidup di daerah rawan bencana. Tujuan dari pelaksanaan sosialisasi bidang geologi tersebut adalah: 1) Menyampaikan pengalaman dan mendorong pengembangan potensi sumber daya masyarakat di daerah masing-masing dengan mengusahakan forum kemitraan untuk saling bekerjasama dalam suasana kebersamaan; 2) Meyakinkan masyarakat bahwa setiap individu merupakan pelaku aktif dalam penanggulangan bencana dan bahwa kontribusi sekecil apa pun yang ia berikan adalah sangat berarti untuk menentukan nasibnya sendiri - bukan hanya sekedar menjadi penonton yang nasibnya ditentukan oleh orang lain - seiring dengan perubahan arus global dunia dari paradigma lifestyle employment menjadi paradigma stakeholder concept; 3) Menitipkan pesan-pesan positif tentang upaya-upaya penanggulangan bencana geologi kepada pemda, tokoh masyarakat, pelajar, dan masyarakat luas; 4) Meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana bidang kebencanaan geologi; 5) Mengajak masyarakat untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab terhadap permasalahan geologi, khususnya kebencanaan geologi. Sasaran dari Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi Tahun 2006 adalah: 1) Menyampaikan materi substansi geologi, khususnya kebencanaan geologi, kepada anggota masyarakat usia dini, dengan melibatkan minimal sebanyak 100 orang siswa SD dan 1.500 orang siswa SMP; dan partisipasi penuh kalangan intern Badan Geologi, mahasiswa perguruan tinggi, dan para pakar lainnya bersama dengan Pemerintah Daerah dalam sosialisasi bidang geologi; 2) Menyampaikan konsep dan praktek serta hasil-hasil yang dicapai Badan Geologi, khususnya mitigasi bencana alam kepada para aparat Pemda yang menangani penelitian dan pelayanan bidang geologi serta menampung aspirasi dan harapan mereka dalam bidang terkait dengan melibatkan wakil-wakil Pemda dari minimal 25 propinsi; melalui seminar dan diskusi kebencanaan geologi, dan pameran; 3) Menyerahkan dokumen penting WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
17
FOKUS KITA geologi daerah kepada Pemerintah Daerah terkait untuk dimanfaatkan bagi pengembangan geologi di daerah; 4) Memberikan penghargaan kepada dunia wartawan dan penerbitan yang berkiprah dan berkontribusi dalam sosialisasi bidang geologi melalui media cetak harian dan buku dengan penganugerahan Geology Award dan launching Buku (11 media cetak harian akan dilibatkan, dan 2 buah buku tentang/terkait geologi); 5) Mengimplementasikan berbagai metode dan cara sosialisasi, mulai dari lomba gambar, bermain sambil belajar, dan pemutaran film untuk siswa SD dan SMP, pameran, sajian seni budaya, pemberian penghargaan, Open House, launching buku, kunjungan ke museum baik untuk kalangan intern, siswa sekolah, mahasiswa, dan Pemerintah Daerah. MATERI, METODE, DAN AGENDA SOSIALISASI BIDANG GEOLOGI Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi adalah data dan
informasi kebumian, kebijakan di bidang geologi, khususnya kebencanaan geologi; informasi mengenai kelembagaan (tugas, fungsi, kegiatan pokok, dan pelayanan), dan hasil-hasil penelitian bidang geologi seluruh pusat-pusat di lingkungan Badan Geologi. Materi lain yang disampaikan dalam acara sosialisasi tersebut adalah: profil seluruh pusat-pusat di lingkungan Badan Geologi, buku komik tentang mineral, buku tentang geowisata dan sejarah, serta peragaan bermain sambil belajar. Keseluruhan materi tersebut disampaikan dengan berbagai cara dan metode sosialisasi. Antara lain: pameran, seminar, presentasi, diskusi, pemutaran film, kunjungan ke museum, dan hiburan. Bentuk-bentuk penyajian materi antara lain: leaflet, brosur, buku, CD, film, percobaan, dll. Khusus untuk materi seminar dibagikan dalam bentuk CD dan hard copy kepada seluruh peserta sosialisasi. Acara Sosialisasi Bidang Geologi dimulai hari Minggu tanggal 17 Sep-
tember 2006 dan berlangsung sampai hari Rabu, 20 September 2006. Selama 4 hari acara sosialisasi plus malamnya untuk tanggal 18 September 2006, dilaksanakan agenda acara sbb.: 1) Lomba Gambar untuk siswa SD, 2) Peragaan Belajar sambil Bermain dari ”Planet Sains” (Planet Sains), 3) Pameran Badan Geologi, 4) Lomba Karya Tulis Geologi Populer untuk mahasiswa, 5) Lomba Foto Geologi untuk karyawan Badan Geologi, 6) Geology Award, 7) Seminar Kebencanaan Geologi, 8) Malam Seni Budaya untuk Sosialiasi bidang Geologi, 9) Launching Buku, 10) Open House Badan Geologi, 11) Kunjungan ke Museum Geologi, dan 12) Pemutaran Film tentang Bencana Geologi. Pada Tabel 1 disajikan daftar acara dan kandungan materi berikut nara sumber/presenter atau mereka yang terlibat. Sedangkan Tabel 2 menyajikan peserta, waktu dan tempat penyelenggaran dari masing-masing acara sosialisasi.
Tabel 1. Materi atau Kandungan dan Nara Sumber/Presenter untuk setiap Acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, 17 – 20 September 2006 No
ACARA
MATERI / KANDUNGAN
NARA SUMBER/ PRESENTER/ FASILITATOR
1
Lomba Gambar
Lomba gambar bertema geologi untuk anak-anak SD
Sekretaris Badan Geologi Juri: ahli seni rupa dari ITB, Bandung (3 orang)
2
Planet Sains
Peragaan bermain sambil belajar, demo dan percobaan gunung api meletus; peserta ikut praktek
Planet Sains, EO Wisata Ilmiah
3
Pameran Badan Geologi
Pameran lengkap pusat-pusat di bawah Badan Geologi: sains & informasi dasar geologi, sumber daya geologi, lingkungan geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, dan kesekretariatan
PSG, PMG, PLG, PVG, dan SBG
4
Lomba Karya Tulis Geologi Populer
Karya tulis geologi populer untuk mahasiswa
Juri: Dr. M. Wafid AN (PLG), Dr. Sutikno Bronto (PSG), Ir. Igan Sutawidjaja, M.Sc., (PVG), dan Siti Sumilah Rita Susilawati, ST, MSc. (PMG)
5
Lomba Foto Geologi
Lomba foto tentang fenomena geologi untuk kalangan intern
Juri: Ir. Igan Sutawidjaja, M.Sc. dkk
6
Geology Award
Penghargaan dari Badan Geologi untuk media cetak harian yang banyak memuat berita tentang geologi
Sumber data: Biro Hukum, DESDM Panitia
7
Seminar Kebencanaan Geologi
Presentasi dan diskusi tentang kebijakan mitigasi bencana, mitigasi bencana letusan gunung api (studi kasus Merapi, 2006), bencana gempabumi dan tsunami, dan bencana gerakan tanah
Kepala Badan PVG (Dr. Surono, Dr. A Ratdomopurbo, Ir. Eka T. Putranto, dan Ir. Gatot M. Sudradjat)
8
Malam Seni Budaya untuk Sosialiasi bidang Geologi
Seni budaya untuk sosialisasi; hiburan untuk peserta sosialisasi
Yan Asmi (D’Bodor), Aci Padmo (Pasosore Edas TV Jawa Barat - Banten), Yanti (Cilapop), karyawan BG
9
Launching Buku
Peluncuran resmi buku-buku terbitan Badan Geologi: ”Mineral untuk Kehidupan” (PMG), dan ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung” (Badan Geologi); pengantar dan resensi buku
Sekretaris Badan Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc (PMG), Prof. Kusnaka A. (UNPAD), dan Dr. Budi Brahmantyo (KRCB)
10
Open House Badan Geologi
Penyerahan dokumen hasil-hasil penelitian bidang geologi kepada Daerah sesuai daerahnya masing-masing untuk dimanfaatkan
11
Kunjungan ke Museum Geologi
Mengapresiasi peragaan geologi pada Museum Geologi, BG
Badan Geologi Ir. Suyartono, MSc., Panitia Panitia UPT Museum Geologi
12
Pemutaran Film tentang Bencana Geologi
Penyajian informasi bencana geologi dengan media film untuk siswa SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Judul film: • “Understanding Volcanic Hazards” • “Di bawah Langit Merapi”
18
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
(PVG, BPPTK-PVG) Ir. Igan Sutawidjaja, M.Sc. Panitia
FOKUS KITA Tabel 2. Peserta, Waktu, dan Tempat Penyelenggaraan setiap Acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, 17 – 20 September 2006 No
PESERTA
ACARA
Asal
WAKTU
Jumlah
TEMPAT
1
Lomba Gambar
37 SD di Kota Bandung
117 orang
17 Sept. 06 (09.00 – 12.00 WIB)
Lapangan Tenis, BG
2
Planet Sains
37 SD di Kota Bandung
117 orang
17 Sept. 06 (14.00 – 15.00 WIB)
Lapangan Voli, BG
3
Pameran Badan Geologi
PSG, PMG, PLG, PVG, SBG, peserta sosialisasi, siswa SD & SMP
5 unit Mencapai 2000 orang pengunjung
18 – 20 Sept. 2006
Auditorium Geologi, BG Lantai I
4
Lomba Karya Tulis Geologi Populer
Mahasiswa UGM, ITB, UNPAD, UNHAS, ITS, dll
37 orang
5
Lomba Foto Geologi
Karyawan BG
31 foto
Juli – 15 Sept. 2006
Badan Geologi
11 media cetak harian dari: Jakarta dan Bandung
Tulisan tentang geologi sejak Januari -Agustus 2006
Juli – 15 Sept. 2006
Biro Hukum ESDM Auditorium Geologi, BG, Lantai II
> 50 orang peserta
18 Sept.2006 (09.00-17.00 WIB)
6
Geology Award
7
Seminar Kebencanaan Geologi
8
Malam Seni Budaya untuk Sosialiasi bidang Geologi
25 propinsi, PT, wakil-wakil dari DESDM, instansi lain 25 propinsi, PT, wakil-wakil dari DESDM, BG, dll
Juli – 15 Sept. 2006
Badan Geologi
Auditorium Geologi, BG, Lantai II Auditorium Geologi, Lantai II
> 50 orang peserta
18 Sept. 2006 (09.00-17.00 WIB)
> 50 orang peserta
19 Sept. 2006 (09.00-17.00 WIB)
Auditorium Geologi, Lantai II
9
Launching Buku
25 propinsi, PT, wakil-wakil dari DESDM, BG, dll
10
Open House Badan Geologi
25 propinsi, PT, wakil-wakil dari DESDM, BG, dll
Mencapai 50 orang peserta
19 Sept. 2006 (09.00-17.00 WIB)
Auditorium Geologi, Lantai II
11
Kunjungan ke Museum Geologi
20 propinsi,PT, wakil-wakil dari DESDM, BG, dll
Mencapai 30 orang peserta
19 Sept. 2006 (09.00-17.00 WIB)
Museum Geologi
12
Pemutaran Film tentang Bencana Geologi
Siswa SD & SMP dari Kota Bandung
Mencapai 5000 orang siswa + guru
20 Sept. 2006 (09.00-17.00 WIB)
Auditorium Geologi, Lantai II
Selain itu, sosialisasi bidang geologi juga dimeriahkan oleh acara bazaar yang dilaksanakan oleh Dharma Wanita Badan Geologi dan hiburan untuk anak-anak peserta lomba gambar. Kedua acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 September 2006 bertempat di lapangan voli, Badan Geologi. Susunan acara selengkapnya dapat dilihat pada box di bawah.
SUSUNAN ACARA SOSIALISASI BIDANG GEOLOGI, BADAN GEOLOGI 17 – 20 September 2006 MINGGU, 17 SEPTEMBER 2006 Lapangan Tenis 08.00 – 08.30 WIB 08.30 – 08.45 WIB 08.45 – 09.00 WIB 09.00 – 12.00 WIB 12.00 – 13.30 WIB 13.30 – 14.30 WIB 08.00 – 14.30 WIB
: Pendaftaran Lomba Gambar : Penjelasan Lomba Gambar : Pembukaan Lomba Gambar oleh Sekretariat Badan Geologi : Lomba Gambar : Planet Sains : Pengumuman Pemenang dan Pembagian Hadiah Lomba Gambar : Bazaar
SENIN, 18 SEPTEMBER 2006 Auditorium Geologi Lantai 1 08.00 – 09.00 WIB : Pendaftaran Peserta Sosialisasi 09.00 – 16.00 WIB : Pameran Badan Geologi Auditorium Geologi Lantai 2 09.00 – 09.10 WIB : Laporan Panitia 09.10 – 09.25 WIB : Sambutan dan Pembukaan oleh Kepala Badan Geologi 09.25 – 09.45 WIB : Pemutaran film 09.45 – 10.00 WIB : Penyerahan ”Geology Award” 09.45 – 10.00 WIB : Rehat kopi 10.00 – 10.45 WIB : Strategi Mitigasi Bencana Geologi 10.45 – 11.30 WIB : Studi Kasus Merapi 2006 11.30 – 12.30 WIB : Diskusi Panel
12.30 – 13.30 WIB 13.30 – 14.00 WIB 14.00 – 14.30 WIB 14.30 – 15.00 WIB 15.30 – 16.00 WIB 19.00 – 20.00 WIB 20.00 – 20.15 WIB 20.15 – 22.00 WIB
: Ishoma : Mitigasi gempa bumi : Mitigasi gerakan tanah : Diskusi Panel : Rehat kopi : Ulasan Kepala Badan Geologi : Pembagian hadiah Lomba Karya Tulis dan Lomba Foto : Seni budaya untuk Sosialisasi Mitigasi Bencana
SELASA 19 SEPTEMBER 2006 Auditorium Geologi Lantai 2 08.30 – 09.00 WIB : Launching Buku: 1. Geowisata Sejarah Bumi Bandung 2. Komik ”Mineral untuk Kehidupan” 09.00 – 10.30 WIB : Open House Badan Geologi: Penyerahan dokumen geologi kepada daerah 10.30 – 11.00 WIB : Rehat Kopi 11.00 – 12.00 WIB : Kunjungan ke Museum Geologi 12.00 – 13.00 WIB : Ramah tamah RABU, 20 SEPTEMBER 2006 Auditorium Geologi Lantai 1 09.00 – 16.00 WIB : Pameran Badan Geologi Auditorium Geologi Lantai 2 09.00 – 16.00 WIB : Pemutaran Film Geologi
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
19
FOKUS KITA REPORTASE DAN CATATAN ACARA PER ACARA Lomba Gambar Geologi Lomba gambar diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 17 September 2006 bertempat di Lapangan Tenis Badan Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung. Peserta dibagi menjadi 2 Kelompok, yaitu: kelompok Kelas 13 SD dan kelompok Kelas 4-6 SD. Peserta yang mengikuti Lomba Gambar tersebut berjumlah 117 siswa berasal dari 37 Sekolah Dasar terutama dari Kota Bandung (Tabel 3). Tema lomba gambar adalah geologi, yakni: apa saja berkenaan dengan geologi menurut persepsi para peserta. Acara lomba gambar dimulai pukul 09.30 WIB setelah dibuka oleh Ir. Suyartono, M.Sc., (Sekretaris Badan Geologi) selaku ketua KORPRI Badan Geologi. Turut menghadiri acara pembukaan dan hari penyelenggaraan lomba gambar tersebut adalah: Kepala Badan Geologi, Dr. Hadiyanto, (Kepala Pusat Sumber Daya Geologi), Dr. Djajang Sukarna (Kepala Pusat Survei Geologi), Dr. Eddy Mulyadi (Kabag Rencana dan Laporan SBG) sebagai Ketua Panitia Sosialisasi Bidang Geologi, Dr. Rukmana Nugraha Adhi (Kabag Keuangan SBG), dan Ir. Dadi Mulyadi (Kabag Umum SBG) serta para pejabat eselon IV dan staf BG lainnya. Lomba gambar diikuti oleh seluruh peserta secara antusias. Meskipun mereka duduk langsung di atas karpet (tanpa meja kursi), tapi mereka tetap bersemangat menyelesaikan lomba gambar. Para pejabat dan staf Badan Geologi yang menyak-
Gambar 1. Suasana Pembukaan Lomba Gambar oleh Ir. Suyartono, M.Sc. disaksikan oleh Dr. Eddy Mulyadi dan Dr. Hadiyanto. sikan lomba tersebut pun ikut larut dalam keceriaan belajar berimaginasi tentang geologi dan menuangkannya dalam bentuk gambar dari para siswa SD itu. Sesuai jadual, acara lomba gambar selesai pukul 12.00 WIB. Sambil menunggu hasil penilaian, para peserta lomba gambar dipersilakan mengikuti hiburan dan dilanjutkan dengan menyaksikan pertunjukan bermain sambil belajar dari Planet Sains. Dalam acara lomba gambar, panitia menyediakan hadiah bagi 6 pemenang berupa Piala dan Uang Pendidikan untuk 2 kelompok pemenang. Tim penilai lomba gambar yang ditunjuk oleh panitia adalah 3 orang ahli seni rupa lulusan ITB, dosen dari Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Bandung. Mereka adalah: 1) Drs. Ramlan, 2) Drs. Boyke Arief, TF, dan 3) Drs. Bambang Arief, RRZ. Setelah melakukan penilaian dan sidang panitia penilai, keputusan juara pun ditetapkan dan diumumkan
Tabel 3. Daftar Nama Sekolah Dasar (SD) yang mengikuti Lomba Gambar NO
NAMA SEKOLAH
NO
NAMA SEKOLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sekolah Alam Bandung SD Margahayu Raya SD Muararajeun SD I Tanjung Sari SD Darul Hikam SD Tilil SD 13 Cimahi SD Darul Hikam SD Jati Endah Ujungberung SD Cihaurgeulis SD Tikukur IV SD Muhammadiyah 7 SD IGN Slamet Riyadi SD Ciujung 3 SD Garuda III SD Cijagra III SD Babakan Ciparay III SD BPK Holis SD BPK Padjadjaran
20 21 22 23 24 25 26 27 27 29 30 31 32 33 34 35 36 37
SD Priangan SD Assalam SD ADVENT SD Bina Bhakti SD Santo Paulus SD Baktis SD Langensari SD Cisaranten Kidul SD Istiqomah SD Cipta Winaya SD Agustinus SD Melong Kidul SD Dadali II SD Angkasa SD Merdeka SD Mathia’ul Khoeriyah SD K BPK Penabur SD Cipta Winaya Bale Endah
20
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
Gambar 2. Bambang Dwiyanto, M.Sc. Kepala Badan Geologi sedang berdialog dengan peserta lomba gambar. oleh panitia penyelenggara kurang lebih pada pukul 14 WIB. Daftar nama kelompok dan pemenang lomba gambar tiap kelompok dapat dilihat dalam Tabel 4. Peragaan Belajar sambil Bermain dari ”Planet Sains” Dalam acara lomba gambar geologi tersebut di atas diperagakan pula sebuah metode belajar sambil bermain untuk para peserta lomba gambar. Penyaji peragaan tersebut adalah ”Planet Sains”, sebuah event organizer bidang wisata ilmiah dan permainan untuk belajar bagi anak-
Tabel 4. Pemenang Lomba Gambar Geologi Kelompok kelas 1-3 RK
NAMA
KELAS
SEKOLAH
1 2 3 4 5
Vina Yuniar V. Dheta Kristami Khalif Fakhriza M. Azka Sitepu Asla Sonia
3 2 3 3 3
SD BPK Taman Holis SD IGN Slamet Riyadi SD Tunas Unggul Sekolah Alam Bandung SD Margahayu Raya
6
Haffiyyan Inatsan A
3
SD Ciujung
Kelompok kelas 4-6 RK
NAMA
KELAS 4
SEKOLAH
1
M. Andara M. Nazar
Sekolah Alam Bandung
2
Setyo Nur Rachman
5
SDN Cipta Winaya Bale Endah
3
Dian Dhifani A.
4
SD Assalam
4 5 6
Arlisa Sepvita C. Ashri Nurmarini Riyantio
4 4 5
SD Priangan SD Priangan SD istiqomah
FOKUS KITA
Gambar 4. Dr. Eddy Mulyadi, Ketua Panitia Sosialisasi menyerahkan Hadiah lomba gambar kepada pemenang Kelompok Kelas 1-3.
Gambar 5. Ir. Suyartono, M.Sc. Sekretaris Badan Geologi menyerahkan Hadiah lomba gambar kepada pemenang Kelompok Kelas 4-6.
Gambar 3. Hasil karya M. Andara M. Nazar dari Sekolah Alam Bandung menjadi pemenang ke-1 Lomba Gambar Kelompok kelas 4-6. anak sekolah. Seluruh peserta lomba gambar turut serta aktif dalam peragaan bermain sambil belajar dari ”Planet Sains” tersebut. ”Planet Sains” dalam peragaan mempraktekkan dua jenis permainan yang memperagakan gambaran letusan gunung api. Percobaan pertama, tabung Erlenmeyer yang ditutup dengan penutup gabus dan diberi campuran bahan-bahan kimia tertentu untuk memperlihatkan bahwa campuran bahan kimia tersebut dapat melemparkan penutup tabung Erlenmeyer tersebut cukup jauh. Dalam percobaan tersebut, tabung Erlenmeyer dengan pentupnya dimisalkan sebagai gunung api dengan lobang kawah yang tertutup. Adapun bahan kimia yang melemparkan penutup tabung gambaran dari keadaan magma yang sudah matang untuk menyembur keluar gunung api. Percobaan pertama ini kemudian dipraktekkan oleh semua siswa. Percobaan kedua, simulasi gunung api meletus, yaitu lanjutan dari percobaan pertama dengan media gunung api tiruan dari bahan tertentu, memperlihatkan bagaimana simulasi gunung api meletus secara lebih nyata. Para siswa peserta lomba gambar sangat menikmati peragaan dari ”Planet Sains” tersebut. Beberapa siswa bahkan meminta agar permainan tersebut dilanjutkan meskipun waktu
Gambar 6. Sebagian peserta lomba gambar yang menyaksikan peragaan bermain sambil belajar dari ”Planet Sains” sedang mengamati demo percobaan gunung api meletus. Sebelumnya, para siswa mencoba sendiri bermain gunung api meletus melalui tabung Erlenmeyer yang diisi campuran bahan kimia tertentu. Bahan-bahan percobaan disiapkan oleh ”Planet Sains”. penyajian ”Planet Sains” sudah selesai. Semua peserta menyatakan rasa senangnya dengan sajian dari ”Planet Sains”. Pameran Badan Geologi Pameran Geologi digelar selama 3 hari tanggal 18-20 September 2006 bertempat di Lantai I Auditorium Geologi, Badan Geologi. Acara menampilkan informasi kegiatan Pusatpusat di lingkungan Badan Geologi, Sekretariat Badan Geologi dan Gem Avia Gemstone (peminat batu-batu mulia). Keseluruhan stand pameran berjumlah 8 stand, yaitu: 4 stand dari pusat-pusat (PSG, PMG, PLG, PVG masing-masing 1 stand), 1 stand dari
Sekretariat Badan Geologi, 1 stand dari BPPTK, PVG, 1 stand dari UPT Museum Geologi, dan 1 stand dari Gem Avia Gamstone. Informasi yang ditampilkan dalam pameran terdiri atas bentuk-bentuk: leaflet, booklet, brosur, poster, bukubuku, majalah, prosiding, VCD, preparat, tiruan fosil asli dari Museum Geologi, foto-foto, peralatan, dll. Pada stand berukuran mulai dari 4 m x 3 m dan 8 m x 3 m dilakukan juga pemutaran film (VCD) dan pameran foto gambar siswa SD yang menjadi pemenang dalam Lomba Gambar Geologi tahun 2006. Pengunjung pameran terdiri atas peserta sosialisasi, yaitu aparat daeWARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
21
FOKUS KITA
Gambar 7. pameran.
Puluhan
siswa
SD
rah dari instansi yang berkaitan dengan geologi wakil-wakil dari 25 propinsi, peserta sosialisasi lainnya (instansi-instansi terkait geologi, perguruan tinggi, mahasiswa), staf Badan Geologi, para nara sumber acara-acara sosialisasi, para pelajar SD dan SMP yang menyaksikan acara pemutaran film beserta para guru pengantarnya, serta masyarakat umum yang mengetahui adanya kegiatan Sosialisasi Badan Geologi. Secara keseluruhan, pelaksanaan pameran Badan Geologi 2006 dikatakan sukses. Dengan penyelenggaraan yang paralel dengan acara lainnya selama 3 hari, pameran Badan Geologi tersebut dikunjungi oleh sekitar 5.000 orang pengunjung. Lomba Karya Tulis Geologi Populer Lomba karya tulis tingkat nasional bertemakan geologi populer dan diperuntukkan bagi para mahasiswa. Sesuai prosedur, edaran lomba telah dimulai sejak 2 bulan sebelum acara dimulai disampaikan kepada perguruan tinggi yang memiliki jurusan geologi atau jurusan terkait. Jumlah karya tulis yang masuk sebanyak 37 judul berasal dari 37 orang peserta mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia, yaitu: UGM (9 orang), ITB (7 orang), UNPAD (7 orang), UNHAS (3 orang), TRISAKTI (2 orang), UPN Yogyakarta (2 orang), IST AKPRIND (2 orang), UIN Sunan Kalijaga (1 orang), ITS (orang), IT ARNI TAMA SURABAYA (1 orang). Penjurian dilaksanakan oleh dewan juri yang ditetapkan oleh panitia. Ada 4 orang dewan juri yang be-
22
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
sedang
menyaksikan
Gambar 8. Rombongan siswa SD dengan gurunya sedang menyaksikan pameran.
rasal dari lingkungan Badan Geologi, yaitu: 1) Dr. M. Wafid AN (PLG), 2) Dr. Sutikno Bronto (PSG), 3) Ir. Igan Sutawidjaja, M.Sc. (PVG), dan 4) Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. (PMG). Dewan juri setelah memeriksa seluruh karya tulis dan penjurian melalui rapat dewan juri dengan kriteria-kriteria tertentu akhirnya memutuskan 6 pemenang lomba karya tulis tersebut. Mill Sartika Indah, mahasiswa jurusan geologi UGM, Yogyakarta, dengan karya tulis berjudul ”Bisa apa dengan Geologi?” terpilih sebagai pemenang pertama. Daftar pemenang selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Kepada para pemenang diberikan hadiah uang dan piagam. Pemberian hadiah tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 September 2006 dalam acara Malam Seni Budaya untuk Sosialisasi Bidang Geologi, bertempat di Auditorium Geologi, Badan Geologi. Lomba Foto Geologi Intern Badan Geologi Terdapat 31 buah foto yang diikutsertakan dalam lomba foto geologi pada acara sosialisasi Badan Geologi 2006. Ke-31 foto tersebut hasil jepretan para staf Badan Geologi yang berasal dari Sekretariat Badan Geologi (SBG), Pusat Survei Geologi
Tabel 5. Pemenang Lomba Karya Tulis Geologi Populer, Badan Geologi, 2006 NO
NAMA PEMENANG
PT ASAL
JUDUL KARYA TULIS
1
Mill Sartika Indah
UGM
Bisa apa dengan Geologi?
2
Ayu Trisnasih
UGM
Peranan Ilmu Kebumian terhadap Bencana Gempa Bumi bagi Perlindungan Masyarakat
3
Rizal Ambiyudo
UGM
Peran serta Pemerintah dalam Bidang Geologi bagi Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat
4
Beirunny Syam & Yanto Kambu
UNPAD
Pengaruh Proses Geologi terhadap Kandungan Biological Oksigen Demand dan Fisika Kimia pada Sungai Citarum
5
Casdira
ITB
Geomorfologi dan Penataan Ruang: Suatu Upaya meminimalisir Bencana
6
Mulyadi Azwar Sannang
UNHAS
Manajemen Bencana Geologi berbasis Masyarakat Daerah Rawan Bencana di Indonesia
FOKUS KITA
Gambar 9. Kepala Badan Geologi, Bambang Dwiyanto, M.Sc. berfoto bersama dengan dua mahasiswa pemenang Lomba Karya Tulis Geologi Populer.
(PSG), Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG). Para pemenang (Tabel 6) ditentukan oleh dewan juri dari lingkungan Badan Geologi yang ditunjuk. Geology Award, Badan Geologi, 2006 Badan Geologi mulai tahun 2006 mengukuhkan satu upaya memberikan penghargaan kepada para insan pers dan pelaku media massa yang banyak berkiprah dalam sosialisasi, penginformasian dan pemberitaan bidang geologi. Upaya tersebut diberi judul Geology Award dan mulai dilaksanakan pada acara Sosialisasi bidang Geologi, Badan Geologi, 2006. Kriteria yang ditetapkan panitia dalam Geology Award 2006 ini adalah media cetak yang paling banyak memberitakan perihal geologi (kuantitatif), Tahun 2006. Untuk keperluan tersebut, panitia sosialisasi meminta bantuan kepada Biro Hukum, DESDM yang mulai bekerja sejak 2 bulan sebelum hari-H pelaksanaan sosialisasi tiba. Berdasarkan pengamatan Biro Hukum DESDM, terdapat 11 media massa/media cetak harian yang paling produktif dalam menginformasikan geologi selama bulan JanuariAgustus 2006. Kesatu adalah harian Kompas di urutan pertama dengan jumlah pemberitaan sebanyak 346 kali. Selanjutnya berturut-turut adalah: Pikiran Rakyat (231 kali), Koran Tempo (203 kali), Republika (135
Gambar 10. ”Karavan Wedhus Gembel”, foto letusan Gunung Api Merapi, Mei yang lalu, karya Gatot Sugiharto, SBG tampil sebagai foto terbaik dalam Lomba Foto Geologi, Sosialisasi Bidang Geologi, 2006.
kali), Media Indonesia (133 kali), Suara Pembaruan (127 kali), Jakarta Post (106 kali), Sinar Harapan (103 kali), Suara Karya (77 kali), Tribun Jabar (73 kali), dan Bisnis Indonesia (61 kali). Distribusi jumlah berita per bulan per media cetak harian tersebut dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan hasil tersebut, panitia memutuskan harian Kompas sebagai pemenang Geology Award, Badan Geologi, 2006. Pemberian Geology Award dilaksanakan pada siang hari tanggal 18 September 2006 dalam acara seminar kebencanaan geologi, setelah acara pembukaan seminar. Pemberian award diawali dengan prosesi pembacaan cuplikan contoh berita-berita geologi yang dimuat pada harian Kompas selama Januari - Agustus 2006, disampaikan oleh Ir. Oman Abdurahman dan Ir. Priatna dari SBG. Geology Award diberikan langsung oleh Bambang Dwiyanto, M.Sc., Kepala Badan Geologi.
Seminar Kebencanaan Geologi Seminar tentang kebencanaan geologi dilaksanakan pada hari kedua sosialisasi, yaitu: 18 September 2006. Peserta seminar adalah para Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral atau dinas lain yang terkait geologi dari Provinsi seluruh Indonesia, pusat-pusat di lingkungan Badan Geologi, wakil-wakil dari instansi lainnya di lingkungan DESDM, Perguruan Tinggi (PT), ikatan organisasi profesi, perusahaanperusahaan terkait geologi, tambang dan gas; Pusat Studi Kebencanaan Geologi, dan Kelompok Riset Cekungan Bandung. Acara seminar dibuka langsung oleh Kepala Badan Geologi, Ir. Bambang Dwiyanto, MSc., dan dilanjutkan dengan menampilkan materi kebencanaan geologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG). Dalam seminar tersebut, tampil empat pembicara dari PVG
Tabel 6. Pemenang Lomba Intern Foto Geologi, Badan Geologi, 2006
NO
NAMA PEMENANG
UNIT ASAL
JUDUL KARYA TULIS
1
Gatot Sugiharto
SBG
Karavan Wedhus Gembel
2
Agus Solihin
PVG
Batu Keramat
3
Yan Saut H. Simatupang
PVG
Letusan G. Semeru selang 15 Menit
4
S.R. Wittiri
PVG
Tiada Malam yang Gelap di Pulau Siau
5
Cahya Patria
PVG
Kapal Darat
6
Djaja
PVG
Perumahan di bawah Pesawahan WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
23
FOKUS KITA Tabel 7. Daftar Pemberitaan tentang Geologi dalam 11 Media Cetak/Harian Januari–Agustus 2006
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
MEDIA CETAK Kompas Pikiran Rakyat Koran Tempo Republika Media Indonesia Suara Pembaruan Jakarta Post Sinar Harapan Suara Karya Tribun Jabar Bisnis Indonesia
JAN 6 9 8 8 4 11 4 5 10 5
FEB 23 34 8 6 3 9 3 4 3 2
JUMLAH BERITA TENTANG GEOLOGI MAR APR MEI JUN JUL 30 37 79 100 47 27 24 38 65 25 8 35 47 61 25 14 21 36 36 12 5 16 37 42 18 3 24 37 24 12 1 12 36 22 23 2 20 28 25 13 3 14 18 16 12 3 19 29 17 1 2 25 15 9
AGS 24 9 11 2 8 7 5 6 1 5 2
TOT 346 231 203 135 133 127 106 103 77 73 61
Kutipan Berita-berita di Harian Kompas, Januari – Agustus 2006 Dibacakan pada acara Penganugerahan Geologi Award 2006 Kompas, 20 Februari 2006: “…Betulkah ada peta yang menunjukkan tempat rawan bencana. Peta yang lazim disebut Peta Rawan Bencana ini adalah peta tematik, artinya peta yang mengusung hanya satu atau beberapa tema…” “…Apa yang dimaksud peta geografi, jika yang ada adalah peta dasar atau peta rupa bumi, maka untuk sebagian wilayah Indonesia belum tersedia peta dengan tingkat informasi cukup rinci, akan tetapi jika yang dimaksud adalah Peta Rawan Bencana, maka kondisinya lebih parah lagi…” Kompas, 06 Maret 2006: “…Kawasan kaki Gunung Guntur Garut telah dinyatakan sebagai daerah tertutup untuk kegiatan galian golongan C, namun penggalian terus dilakukan karena belum ada kepastian kompensasi untuk para penggali…” Kompas, 22 Maret 2006: “…Perut bumi Garut merupakan Reservoir Energi Geothermal atau panas bumi yang sangat besar. Potensi Energi Geothermal itu secara teknis tergolong terbaik di dunia karena memiliki mutu baku termodinamika yang sangat ideal untuk diubah menjadi tenaga listrik…” Kompas, 25 Maret 2006: “…Bupati Ende keberatan di sekitar kawasan Gunung Kilimutu berdiri pabrik semen.Dikhawatirkan, keberadaan pabrik semen akan mengganggu keindahan alam dan bisnis pariwisata…” Kompas, 27 Maret 2006: “…Pertambangan timah illegal di kawasan kaki Gunung Mangkol menyebabkan hutan konservasi menjadi rusak parah, terdapat 128 pertambangan semacam ini sehingga mengganggu kestabilan
24
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
lahan hutan dan menciptakan bahaya longsor bagi kota Pangkal Pinang bagian selatan…” “…Penyelamatan air tanah di Jakarta saat ini sudah saatnya menjadi prioritas. Pangkal kerusakan air tanah itu sebenarnya disebabkan pula oleh tiadanya jaringan infrastruktur sanitasi kota…” “…Penambangan karst yang dilakukan di kawasan karst kab. Maros dan Pangkep Prov. Sulawesi Selatan, mengancam ketersediaan air tanah di sekitar kawasan karst…” Kompas, 12 April 2006: “…Warga dusun Pancasila, Kec. Pekat Kab. Dompu, secara tidak sengaja menemukan beberapa wadah dari keramik di hutan. Diyakini, keramik itu sisa dari peradaban saat Gunung Tambora meletus pada 11 April 1815…” Kompas, 18 April 2006: “…Dalam waktu dekat akan terbit keputusan presiden yang menetapkan Lapangan Geologi Karangsambung sebagai cagar alam nasional…” “…Lapangan Geologi Karangsambung merupakan daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Asia, merupakan jejak-jejak tumbukan yang terjadi antara 140 juta tahun – 90 juta tahun yang lalu…” Kompas, 18 April 2006: “…Lamanya pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi menjelang erupsi tidak bisa dipastikan. Jaraknya bisa beberapa hari hingga berbulan-bulan setelah kubah lava terbentuk dan mencapa kondisi maksimal, erupsi yang ditandai dengan munculnya awan panas baru akan terjadi…” Kompas, 09 Meri 2006: “…Volume pertumbuhan kubah lava baru di Gunung Merapi rata-rata mencapai 150.000 kubik setiap hari…” Kompas, 02 Juni 2006: ““…Luncuran awan panas dari Gunung Merapi terus meningkat sejak terjadinya gempa tektonik…”
FOKUS KITA
Gambar 11. Ir. Oman Abdurahman dan Ir. Priatna membacakan reputasi Kompas, penerima Geology Award.
Gambar 13. Kepala Badan Geologi sedang memberikan sambutan pembukaan Seminar Kebencanaan Geologi.
yang masing-masing membawakan satu materi berbeda tentang bencana geologi dan mitigasinya. Seminar dilanjutkan dengan diskusi dan ditutup dengan kesimpulan dari Kepala Badan Geologi. Pembukaan oleh Kepala Badan Geologi Pembukaan seminar kebencanaan geologi yang dilaksanakan pada tanggal 18 September 2006 dibuka oleh Kepala Badan Geologi. Sebelumnya, di tempat dan dengan peserta yang sama dilaksanakan penganugerahan Geology Award dan Sambutan dari Ketua Panitia Penyelenggara (Dr. Eddy Mulyadi). Dalam box di halaman selanjutnya disajikan isi sambutan dari Kepala Badan Geologi dalam acara seminar tersebut.
Gambar 12. Kepala Badan Geologi, menyerahkan Geology Award 2006 kepada wakil dari harian Kompas.
Gambar 14. Peserta Seminar Kebencanaan Geologi.
Presentasi dan Diskusi Mitigasi Bencana Geologi Sosialisasi Bidang Geologi bertemakan Mitigasi Bencana Geologi dikemas dalam bentuk seminar dengan menampilkan empat pembicara dari PVG. Berikut ini adalah para pembicara dan judul presentasi yang dibawakannya masing-masing: 1. Dr. Surono: Strategi Mitigasi Bencana Geologi, 2. Dr. A. Ratdomopurbo: Studi Kasus Merapi 2006, 3. Ir. Eka T. Putranto: Gempa bumi dan Tsunami, 4. Ir. Gatot M. Sudradjat, M.T.: Menuju Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Berbasis Masyarakat. Acara seminar diikuti dengan penuh antusias oleh seluruh peserta. Diskusi-diskusi yang berlangsung selalu hangat dan melebihi waktu
yang disediakan. Umumnya para peserta diskusi mengeluhkan masih kurang atau lambatnya penyediaan informasi geologi, khususnya kebencanaan, di daerah. Hal tersebut disebabkan masalah kekurangan akses informasi, kemampuan atau kompetensi sumber daya manusia, dan anggaran pembiayaan yang tersedia di Daerah. Dalam diskusi-diskusi yang terjadi mengemuka permintaan beberapa wakil Daerah agar Badan Geologi menjadi satu-satunya institusi yang berurusan dengan kegeologian, terutama dalam hal otoritas koordinasi bencana geologi. Berkaitan dengan masalah-masalah dan permintaan dari Daerah tersebut, Kepala Badan memberikan jawaban yang dikemukakannya dalam ulasan akhir seminar kebencanaan geologi tersebut seWARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
25
FOKUS KITA Sambutan Kepala Badan Geologi pada Seminar Kebencanaan Geologi, Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, 18 September 2006
Yang terhormat, Gubernur Propinsi Jawa Barat atau yang mewakili Para Kepala Dinas dan Pejabat dari seluruh Propinsi Para Pejabat Eselon di lingkungan DESDM Para Hadirin, seluruh undangan yang berbahagia Assalamualaikum Warahmatullahi Salam Sejahtera Bagi Kita Semua.
Wabarukatuh
”Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rakhmat dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat untuk mengikuti acara Sosialisasi Kebencanaan Geologi yang diselenggarakan oleh Badan Geologi. Tema Kebencanaan Geologi dalam sosialisasi ini sengaja kami tampilkan, karena sebagaimana dimaklumi, bahwa akhir-akhir ini negara kita telah dihadapkan pada serangkaian bencana geologi berskala nasional, mulai dari gempa bumi dan tsunami Aceh, gempa bumi Nias, letusan Gunung Merapi, tanah longsor di Sinjai, gempa bumi Yogyakarta, dan yang terakhir adalah tsunami di pantai Selatan Jawa Barat - Jawa Tengah. Apabila kita kembali ke masa lalu, sejarah mencatat terjadinya bencana geologi di Indonesia yang berdampak terhadap kehidupan umat manusia di dunia, seperti letusan Gunung Tambora tahun 1815 yang menyebabkan gumpalan debu tebal menutupi atmosfer daratan Eropa. Debu tebal tersebut menghalangi masuknya sinar matahari sehingga musim panas tidak muncul di Eropa dan sektor pertanian lumpuh total. Ratusan ribu orang tewas akibat kelaparan dan kedinginan. Peristiwa tersebut dikenal sebagai ”The Year without Summer di Daratan Eropa”. Satu setengah abad kemudian, letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda menghentak dunia, selain menyebabkan sekitar 36.000 orang tewas di Banten dan Lampung, juga menyebabkan kawasan Asia Tenggara tertutup debu volkanik setidaknya selama 1 minggu. Selanjutnya, masih lekat dalam ingatan kita ketika dunia dikejutkan oleh bencana dahsyat gempa bumi yang diikuti tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang menyebabkan ratusan ribu orang tewas di Indonesia, Thailand, Malaysia dan di beberapa negara Asia Selatan dan munculnya kesengsaraan berkepanjangan akibat bencana tersebut. Belajar dari peristiwa tersebut di atas, ke depan, sudah semestinya kita semakin mewaspadai dampak dari bencana geologi berskala besar seperti itu, khususnya di negara kita, mengingat semakin cepatnya pertumbuhan penduduk yang menempati lahan permukiman yang berada di sekitar kawasan rawan bencana. Sebagai institusi baru di lingkungan DESDM, perlu kiranya saya sampaikan bahwa Badan Geologi adalah
26
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
lembaga setingkat Eselon 1 yang belum lama dibentuk (tepatnya bulan November 2005), dengan tugas pokok dan fungsi menyediakan data dan informasi geologi guna mendukung berbagai sektor pembangunan. Badan Geologi tidak saja memberikan informasi awal dalam eksplorasi komoditi pertambangan, seperti minyak, gas bumi, mineral, dan batubara, namun juga berkewajiban untuk ikut berperan secara proaktif mendorong terciptanya pelestarian alam dan lingkungan hidup, melaksanakan mitigasi bencana geologi dan menggalakan konservasi sumber daya alam geologi. Di masa lalu, memang masalah komoditi sumber daya sepertinya lebih banyak mendapat perhatian, karena aspek ekonominya berkaitan langsung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tetapi sesungguhnya apabila kita berbicara tentang kehidupan yang aman dan nyaman di Indonesia (yang dikenal sebagai negara kaya sumber daya namun rawan bencana) maka bidang geologi mestinya juga dapat lebih berperan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai lembaga teknis kebumian, disamping berkewajiban menyediakan informasi geologi untuk memenuhi kebutuhan sektor energi dan sumber daya mineral, Badan Geologi juga telah melakukan banyak hal, diantaranya terkait dengan penyiapan data untuk pengembangan wilayah, rencana penyusunan tata ruang ataupun upaya mitigasi bencana alam geologi. Dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun, unit-unit teknis yang sekarang berada di lingkungan Badan Geologi telah menghasilkan berbagai jenis publikasi berupa peta dan laporan, seperti peta geologi dan geofisika sistematik, serta peta-peta tematik lainnya, seperti peta sebaran sumber daya mineral, hidrogeologi, geologi teknik, daerah bahaya gunungapi dan daerah rawan bencana gerakan tanah, jurnal, buletin, proceeding dan lain sebagainya. Kedepan, Badan Geologi diharapkan dapat berperan dan memfungsikan dirinya sebagaimana lembaga sejenis di negara maju yang memiliki otoritas dan keleluasaan bergerak untuk melayani seluruh sektor yang membutuhkan data dan informasi geologi. Dengan demikian, di masa mendatang permasalahan kegeologian, seperti bencana geologi (gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung api) ataupun permasalahan lingkungan geologi lainnya akan dapat ditangani oleh suatu lembaga yang berkompeten secara terintegrasi bersama instansi terkait lainnya. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa dari sudut pandang geologi, wilayah Indonesia merupakan salah satu tempat yang paling dinamis dan kompleks di muka bumi. Hal tersebut disebabkan wilayah Nusantara merupakan tempat terjadinya
FOKUS KITA pertemuan (interaksi) antara tiga mega lempeng dunia. Mekanisma pergerakan lempeng kerak bumi (dikenal dengan istilah tektonik), menyebabkan terbentuknya berbagai fenomena geologi khas busur kepulauan berupa rangkaian gunung api aktif sebagai bagian dari “Pacific` Ring of Fire” dan zona-zona retakan berupa patahan-patahan aktif Disamping memberikan potensi sumber daya geologi (geo-resources) yang melimpah dan terciptanya tataan lingkungan geologi (geoenvironment) yang unik dan khas, interaksi pergerakan lempeng tersebut menyebabkan wilayah nusantara juga rawan terhadap bencana geologi (geo-hazards). Diantara bencana geologi yang sering terjadi di sekitar kita adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, gerakan tanah, erosi, abrasi, dan sedimentasi. Kita semua memang ditakdirkan untuk hidup di wilayah tektonik aktif yang setiap saat berpotensi menimbulkan bencana geologi. Oleh sebab itu, terkait dengan bencana geologi, perlu kiranya kita mengenal berbagai fenomena geologi, yang disadari atau tidak, telah berada di sekitar kita, seperti: • Tidak kurang dari 79 gunung api aktif yang tersebar di Busur Vulkanis Sumatera-Jawa-Bali-NTTSulawesi sampai ke Maluku. Saat ini 4 (empat) diantaranya, yaitu G. Talang, G. Merapi, G. Guntur dan G. Karangetan sedang diminitor secara intensif karena aktivitasnya. • Ribuan kilometer jalur patahan regional yang membentang dari Sabang sampai Jayapura yang berasosiasi dengan ratusan patahan aktif sebagai sumber gempabumi. Beberapa patahan besar di lepas pantai juga berpotensi menimbulkan gempabumi yang dapat memicu tsunami. • Ribuan titik kawasan rawan longsor yang tidak saja berasosiasi dengan kemiringan lereng, namun juga diakibatkan oleh karakteristik sifat fisik batuan, kondisi hidrogeologi dan kehadiran jalur patahan. Karena kita semua hidup di wilayah rawan bencana, maka seyogyanya akrab dengan bencana dapat menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini kesiapan kita menghadapi bencana geologi masih menghadapi berbagai kendala, diantaranya disebabkan oleh: • Ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum mampu memprediksi kemungkinan terjadinya bencana geologi, khususnya gempabumi dan tsunami. • Luasnya sebaran wilayah rawan bencana geologi di Indonesia yang sebagian besar berada di dekat kawasan padat penduduk. • Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bencana geologi, baik diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan maupun kurangnya sosialisasi dari pemerintah. • Terbatasnya jumlah dan kemampuan sumber daya manusia, baik ahli maupun aparatur, dalam melaksanakan penelitian maupun mitigasi bencana geologi.
•
Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana untuk melakukan mitigasi di seluruh wilayah Indonesia.
Mengingat segala keterbatasan yang saya sampaikan di atas, maka bencana alam geologi seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, forum sosialisasi seperti yang kita selenggarakan hari ini, menjadi penting dan strategis guna membangkitkan kesadaran dan upaya bersama menumbuh-kembangkan budaya hidup akrab dengan bencana geologi Sampai saat ini, segenap jajaran Badan Geologi tidak pernah berhenti dalam melakukan berbagai penelitian dan pengkajian guna memahami karakteristik bencana geologi yang ada disekitar kita dan meningkatkan kesiapan dalam melakukan mitigasinya. Tekad kami untuk lebih mengenal bencana geologi dan mitigasinya diwujudkan dalam berbagai bentuk program kerja yang direncanakan secara berkesinambungan. Kerjasama dengan menghadapi bencana geologi juga terus ditingkatkan. Selanjutnya, secara proaktif kami berusaha mengimplementasikan berbagai data dan informasi kebencanaan geologi untuk mendukung perencanaan pengembangan wilayah, maupun pengembangan sistem peringatan dini (Early Warning System) yang dilaksanakan oleh intansi terkait. Dalam kesempatan ini saya mengajak kepada seluruh instansi pemerintah, swasta, dan seluruh komponen masyarakat untuk bahu membahu sesuai dengan kompetensi dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan kesiapan kita dalam menghadapi bencana alam geologi, dengan harapan dapat menciptakan negara maju yang telah berpengalaman dalam: • Kepatuhan para pihak mengikuti rencana tata ruang • Memasyarakatkan kearifan lokal yang telah terbukti mampu mengurangi dampak bencana • Memasyarakat prosedur mitigasi bencana Tidaklah berlebihan kiranya jika kami berharap bahwa sosialisasi ini dapat memberikan pencerahan kepada semua pihak, baik instansi terkait maupun masyarakat, tentang bencana geologi, sehingga pada akhirnya kita bersama akan mampu melakukan langkah-langkah antisipasi secara multisektor dan terintegrasi guna mengurangi jatuhnya korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan akibat bencana tersebut. Akhir kata, dari lubuk hati yang terdalam saya ingin mengucapkan terimakasih atas kehadiran Bapak, lbu, para undangan, dan hadirin sekalian, Selamat Mengikuti Sosialisasi Bencana Geologi yang diselenggarakan oleh Badan Geologi. Semoga Tuhan YME senantiasa meridhoi langkah kita dalam meningkatkan kesiapan menghadapi bencana geologi yang setiap saat dapat terjadi di bumi Nusantara tercinta ini.
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
27
FOKUS KITA
Ulasan Kepala Badan Geologi pada Seminar Mitigasi Bencana Geologi Auditorium Geologi, 18 September 2006
Klarifikasi dikotomi antara BMG dan Badan Geologi tentang otoritas informasi gempa bumi dan tsunami: Saat ini otoritas peringatan dini gempa bumi dan tsunami pada BMG dikarenakan BMG yang memiliki infrastruktur pemantauannya, sama halnya juga dengan Badan Geologi untuk pemantauan gunung api. Sedangkan jika diperlukan penjelasan tentang mekanisme dan proses terjadinya gempa bumi dan tsunami merupakan kewenangan Badan Geologi. Selanjutnya segera akan dibuat MoU antara Badan Geologi dan BMG agar mempertegas tentang otoritas informasi gempa bumi dan tsunami untuk publik. Daerah memerlukan berbagai informasi tentang geologi untuk pembangunan, tidak terbatas data umum saja, agar mudah diterjemahkan. Perlu keterlibatan tenaga ahli pusat di daerah. Badan Geologi akan berusaha mengirimkan informasi geologi dengan skala lebih besar yang sedapat mungkin disertai penjelasannya. Adanya adanya dialog dengan para tamu dari daerah mengenai keinginan untuk membuat petapeta rinci. Ini sesuai dengan hasil sinkronisasi yang telah dilakukan Biro Perencanaan dan Kerja Sama DESDM di berbagai wilayah di Indonesia. Tetapi haruslah dapat dipahami, memang tugas pusat hanya pada skala regional. Adanya spirit untuk meningkatkan peta-peta geologi hasil Badan Geologi yang saat ini dengan skala pada umumnya regional. Peta-peta tematik yang dimiliki dengan skala lebih detil, tapi baru melingkupi beberapa daerah terpilih. Peta-peta rinci menjadi salah satu target Badan Geologi ke depan. Tetapi Permen Dagri juga menyatakan kewajiban daerah untuk melakukan pemetaan dengan skala operasional. Adanya alokasi dana dekonsentrasi dapat dimanfaatkan ke depan. Kaban akan menyampaikan ke Sekjen perlunya alokasi dana dekonsentrasi untuk kegiatan penyelidikan. Diharapkan peserta juga melakukan diskusi dengan perwakilan unit di lingkungan Badan Geologi. Harapan ke depan, Badan Geologi juga akan mensosialisasikan dan mensinergiskan kegiatan jika ada program ke daerah.
bagaimana dalam box di atas. Malam Seni Budaya untuk Sosialisasi Bidang Geologi Acara seni budaya untuk sosialisasi bidang geologi menampilkan Yan Asmi dari kelompok D’Bodor, Aci Padmo pembawa acara “Pasosore Edas” TVRI Jawa Barat-Banten, dan Yanti salah satu peserta perlombaan cipta lagu populer beserta tim kesenian Badan Geologi. Sajian seni ini diselenggarakan tanggal 18 September 2006, pukul 20.00-23.00 WIB, setelah sebelumnya diawali dengan makan malam bersama seluruh peserta sosialisasi. Ide dasar dari penyelenggaraan seni budaya untuk sosialisasi geologi itu adalah memanfaatkan dan mentransformasikan tampilan seni dan budaya guna efektivitas program sosialisasi. Dalam pelaksanaannya
28
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
gagasan tersebut belum sepenuhnya terealisasi sehubungan para peserta sosialisasi juga menghendaki hiburan yang lebih populer, setelah seharian meraka mengikuti seminar. Hal lain yang meminta ruang waktu acara dimaksud adalah kesempatan yang harus dibagi (sharing) dengan jajaran staf Badan Geologi untuk tampil juga mempertunjukkan kreasinya di bidang kesenian kepada para peserta sosialisasi. Namun demikian, apa yang disampaikan oleh Yan Asmi dan kawan-kawan sedikit banyak telah berhasil mempresentasikan bagaimana suatu kesenian menyampaikan pesan-pesan kegeologian. Bahkan, seniman tersebut menggali hal yang paling mendasar dari setiap usaha – tentu saja dengan keterampilan dan bakat seni yang dikuasainya – yaitu masalah komitmen. Yan Asmi dengan diselingi “alok”
(pertanyaan pengumpan) dari Aci Padmo dan kemampuan seni musik, serta seni pertunjukan yang tinggi yang dikuasainya, menyampaikan pentingnya sebuah komitmen. Dengan komitmen, katanya, kita akan menjadi semangat untuk memanfaatkan setiap kesempatan merealisasikan apa yang menjadi cita-cita. Beliau memperbandingkan latihan mitigasi bencana dengan latihan menyanyi bagi yang belum mampu bernyanyi. Semuanya memerlukan hal yang sama: komitmen dan latihan setiap saat. Para peserta sosialisasi sangat terhibur dan sekaligus tampak tersadarkan dengan pesan pentingnya komitmen dan mempergunakan setiap kesempatan - apabila telah berkomitmen - dalam mitigasi bencana geologi. Sajian seni musik diselingi lawak dan olah kata dari Yan Asmi
FOKUS KITA
Gambar 15. Yan Asmi (D’Bodor) dan Aci Padmo (TVRI Jawa Barat-Banten) sedang menghibur para peserta sosialisasi dan secara tak terasa memasukkan pesan penting tentang perlunya komitmen untuk suksesnya sosialisasi. dkk. yang membawakan pesan pentingnya komitmen dan senantiasa berlatih apabila telah berkomitmen – dari satu sisi – dapat dikatakan berhasil sebagai sebuah sajian seni budaya untuk sosialisasi. Dalam hal ini sosialisasi yang dimaksud adalah sosialisasi bidang geologi, khususnya mitigasi bencana geologi. Launching Buku Dalam agenda Sosialisasi bidang Geologi Tahun 2006 ini diselenggarakan juga acara launching bukubuku berkenaan dengan geologi. Ada 2 buku yang baru diterbitkan dimana sebelumnya telah didiskusikan dan disimpulkan oleh jajaran pimpinan Badan Geologi beserta panitia sosialisasi untuk diluncurkan secara resmi di acara sosialisasi ini. Kedua buku tersebut adalah komik “Mineral untuk Kehidupan” terbitan PMG, Badan Geologi; dan buku “Geowisata Sejarah Bumi Bandung” tebitan PSG, Badan Geologi. Buku “Mineral untuk Kehidupan” merupakan sebuah komik yang disusun dan diterbitkan oleh tim penyusun/penerbit dari PMG, Badan Geologi. Proses penyusunan buku ini yang menarik dapat dibaca pada “Profil Kita” WG yang ada di tangan para pembaca ini. Sebagaimana dalam “Profil Kita”, buku tersebut memang merupakan sebuah wujud missi PMG untuk membuat sebuah buku berbetuk komik yang menjelaskan
Gambar 16. S.S. Rita Susilawati, S.T., M.Sc. mengantarkan launching komik ”Mineral untuk Kehidupan”.
mineral dengan gambar dan bahasa yang mudah dipahami, terutama untuk anak-anak sekolah. Dalam acara launching buku “Mineral untuk Kehidupan”, Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. (Rita), Kepala Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik, PMG, mewakili instansinya dan para penyusun buku telah tampil memberikan kata pengantar peluncuran buku tersebut. Uraian beliau yang sangat jelas dan penuh semangat telah membuka wawasan seluruh peserta sosialisasi akan pentingnya berbagai cara sosialisasi untuk memasyarakatkan topik geologi, diantaranya media buku berbentuk komik. Rita juga menyampaikan program yang ditargetkan oleh PMG berkaitan dengan penerbitan buku-buku sejenis ke depan. Beliau juga menjawab setiap pertanyaan peserta sosialisasi seputar penyusunan buku tersebut. Buku komik “Mineral untuk Kehidupan” termasuk bahan yang diikut-sertakan dalam acara pameran dan Open House Badan Geologi. Buku “Geowisata Sejarah Bumi Bandung” (GSBB) adalah sebuah buku yang mensinergikan antara informasi geologi, sejarah purbakala, dan pariwisata wisata (lingkungan). Buku tersebut adalah buah karya Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB). Empat penulis utamanya masing-masing adalah: Dr. Budi Brahmantyo, Dhian Damajani, Se-
runi Kusumawardhani, dan T. Bachtiar. KRCB bekerjasama dengan Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, menerbitkan buku tersebut pada pertengahan bulan Tahun 2006 ini. Dalam acara launching buku tersebut, Prof. Kusnaka Adimihardja, pakar dan guru besar antropologi dari UNPAD, tampil memberikan apreasiasi dan resensi terhadap kandungan dan penerbitan buku GSBB. Sementara itu, Dr. Budi Brahmantyo, dosen pada Jurusan Teknik Geologi, ITB memberikan pengantar launching mewakili tim penyusun buku GSBB dan KRCB. Prof. Kusnaka, dalam apresiasinya, memberikan penghargaan yang tinggi kepada para penulis buku GSBB. Demikian pula, beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan Geologi yang telah menerbitkan buku tersebut. Secara umum, yang dibahasakan kembali oleh penulis, beliau berpendapat bahwa buku GSBB unggul baik dalam formula maupun dalam format buku. Penyajian informasi geologi yang diramu dengan informasi kesejarahan purbakala (masa pra sejarah sampai beberapa ratus bahkan puluh tahun yang lalu) dan digabungkan dengan sajian informasi praktis untuk keperluan pariwisata lingkungan, menurut beliau, merupakan sesuatu yang baru. Hal itu, sekaligus merupakan keunggulan formula buku GSBB. Dari uraian Prof. Kusnaka, kita
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
29
FOKUS KITA
Gambar 17. Prof. Kusnaka Adimihardja menyampaikan apresiasi dan resensi terhadap buku ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung”.
menangkap bahwa sajian informasi sebagaimana yang telah dituangkan dalam buku GSBB akan menjadi trend yang kuat. Ke depan akan lebih banyak buku sejenis GSBB diperlukan oleh berbagai pihak, baik para peminat dan praktisi pariwisata, para pelajar, guru-guru di berbagai tingkatan sekolah untuk pelajaran sejarah, geografi, dll; Pemerintah Daerah, instansi-instansi terkait, dan masyarakat umum. KRCB sebagai pihak penyusun buku GSBB dengan sangat jeli telah melihat kebutuhan tersebut dan memenuhinya dalam bentuk realisasi sebuah buku yang menarik. Kesimpulan lain dari apresiasi beliau adalah bahwa buku sejenis GSBB pada akhirnya telah berkontribusi dalam apreasiasi kebudayaan. Dari segi format buku, Prof. Kusnaka sangat mengapreasi buku GSBB. Penyajian buku dalam ukuran cukup mungil (19,4 cm x 12 cm) menjadikan buku tersebut praktis untuk teman dan digunakan sepanjang perjalanan wisata. Sajian gambar-gambarnya yang ditata secara apik, full colour dengan keterangan yang rinci dan jelas menjadikan buku wisata tersebut sekaligus berfungsi sebagai buku pelajaran dari mulai sejarah, lingkungan, arkeologi, geologi, antroplogi, dan disiplin lain dari ilmu-ilmu humaniora. Demikian kurang lebih kilas balik terhadap apa yang disampaikan oleh Prof. Kusnaka dalam apresiasi buku GSBB pada sesi launching buku, acara Sosialisasi Bidang Geologi. Dr. Budi Brahmantyo dalam pen-
30
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
Gambar 18. Dr. Budi Brahmantyo, Salah satu penulis buku, menyampaikan latar belakang dan proses penulisan buku ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung”.
gantar peluncuran buku GSBB menguraikan latar belakang dan proses penyusunan buku tersebut. Presentasi beliau yang dilengkapi dengan sajian foto-foto keindahan fenomena geologi Bandung dan sekitarnya. Juga diperlihatkan fenomena geologi beberapa daerah lainnya di Indonesia yang tidak kalah keindahannya dibanding geologi Bandung. Seluruh presentasi beliau telah menarik minat sekaligus membuka wawasan para peserta acara sosialisasi. Bahwa diperlukan geologi bukan saja semata-mata untuk eksplorasi mineral, melainkan juga untuk pariwisata dan bidang kehidupan lainnya. Keseluruhan acara launching buku sangat bermanfaat dan mencerahkan, bukan saja bagi para peserta sosialisasi yang berasal dari daerah, melainkan juga untuk kalangan intern staf Badan Geologi. Dengan sajian buku-buku yang diluncurkan beserta apresiasi dan kata pengantar peluncurannya, kita disadarkan dan dibangkitkan semangat bahwa terbuka luas potensi dan peluang geologi untuk berkiprah lebih banyak di berbagai lapangan kehidupan guna memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Open House Badan Geologi: Penyerahan Dokumen Geologi kepada Daerah Gagasan Open House Badan Geologi, sebagaimana Geology Award, adalah gagasan brilian dari Kepala Badan Geologi. Beliau sekitar 5 bu-
lan yang lalu saat rapat-rapat awal kepanitiaan sosialisasi dimulai, mengusulkan agar dalam acara sosialisasi diselenggarakan acara pemberian Geology Award dan Open House Badan Geologi. Jika Geology Award lebih bersifat membangkitkan semangat insan pers untuk senantiasa mencari dan memberitakan informasi yang bermanfaat tentang geologi kepada masyarakat, maka Open House ditujukan guna mengoptimalkan manfaat hasil-hasil penelitian Badan Geologi selama ini untuk masyarakat di Daerah. Kepala Badan Geologi tidak menginginkan hasil-hasil penelitian seluruh pusat-pusat di bawah Badan Geologi hanya tersimpan di gudang atau perpustakaan. Seluruh dokumen hasil penelitian yang berisikan laporan dan peta-peta geologi dari daerah-daerah di seluruh provinsi di Indonesia, di luar keperluan arsip dan dokumentasi masing-masing pusat, menurutnya, seyogyanya diberikan kepada daerah untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin. Sisa-sisa laporan kegiatan penelitian geologi tersebut akan lebih baik diberikan kepada daerah terkait untuk dimanfaatkan, baik manfaat langsung sebagai sumber informasi maupun manfaat sebagai model penelitian dan laporan. Untuk itu, dirancang acara Open House dalam sosialisasi yang berisikan sessi pemberian dokumen geologi kepada Kepala Dinas atau wakil daerah sesuai masing-masing lokasi penelitian yang dilaporkan dalam dokumen tersebut. Melalui pendistribusian doku-
FOKUS KITA
Gambar 19. Ir. Suyartono, M.Sc., Sekretaris Badan, mewakili Kepala Badan, menyerahkan dokumen geologi kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi wakil dari Daerah. men geologi tersebut infomasi geologi dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak terutama daerah. Panitia merancang acara tersebut dalam format satu sesi khusus pada hari ketiga acara sosialisasi (19 September 2006) satu hari yang sama dengan pelaksanaan launching buku. Dalam pelaksanaanya, dokumen-dokumen yang diberikan kepada daerah tidak saja hasil-hasil laporan, melainkan juga brosur-brosur informasi dan buku baru yang diluncurkan pada acara sosialisasi tersebut. Hal tersebut dapat berlangsung demikian karena kerjasama semua pihak bertugas di bagian dokumentasi dan perpustakaan di seluruh pusatpusat, Badan Geologi. Melalui acara Open House, seluruh wakil-wakil dari dinas pertambangan atau dinas terkait dari propinsi-propinsi yang hadir dalam acara Open House mendapatkan bingkisan dari Badan Geologi. Sebuah bingkisan berisikan dokumen-dokumen laporan penelitian geologi terkait daerahnya masing-masing plus buku ”Mineral untuk Kehidupan” dan buku ”Geowisata Sejarah Bumi Bandung”. Kunjungan Ke Museum Geologi Dalam kegiatan sosialisasi bidang geologi seluruh peserta diajak mengunjungi museum geologi. Acara kunjungan ke museum geologi memang menjadi salah satu agenda kegiatan sosialisasi. Betapa tidak, museum yang terbesar se-Asia Tenggara di bidang geologi ini kehadirannya merupakan media sosialisasi itu sen-
Gambar 20. Peserta Sosialisasi mengunjungi museum geologi.
diri yang efektif. Kehadiran museum tersebut merupakan sumber informasi dan media pendidikan tentang geologi yang efektif karena kelengkapannya, cara penyajian informasinya dan penyelenggaraannya yang dilaksanakan setiap hari, kecuali di hari libur tertentu. Para peserta sosialisasi mengikuti acara kunjungan ke museum geologi Bandung dengan penuh minat. Dalam Gambar 20 tampak bagaimana para peserta sosialisasi antusias mengamati, mencatat dan berdiskusi saat melakukan kunjungan ke museum Geologi tersebut. Acara kunjungan ke Museum Geologi merupakan acara terakhir yang ditujukan bagi peserta sosialisasi yang berasal dari wakil-wakil Daerah. Melalui acara tersebut diharapkan tumbuh kepedulian para wakil daerah bahwa keberadaan museum sejenis museum geologi adalah penting sebagai pusat informasi ilmu kebumian, sarana pendidikan, dan aset pariwisata di daerahnya masingmasing. Pemutaran Film Gunung Api Judul dan Tema Film Acara pemutaran film tentang gunungapi dilaksanakan pada hari keempat acara sosialisasi, yaitu: 20 September 2006, bertempat di Lantai II Auditorium Geologi, Badan Geologi. Pemutaran Film Geologi merupakan acara paling diminati oleh pengunjung pameran. Hal tersebut dapat dibuktikan begitu banyaknya pengunjung yang memenuhi ruangan. Film
yang diputar pada acara tersebut adalah: 1.“Understanding Volcanic Hazards” 2. “Di bawah Langit Merapi” Film “Understanding Volcanic Hazards”, sesuai judulnya, berisi rekaman kejadian tentang bahaya dan bencana yang ditimbulkan oleh gunung api yang meletus atau produk dari letusan sebuah gunung api. Film bernarasi dalam bahasa Inggris ini merupakan produksi dari UNESCO yang ditujukan khusus guna keperluan penerangan tentang bahaya dan bencana geologi, khususnya letusan gunung api. Film yang kedua berjudul “Di bawah Langit Merapi”, merupakan produksi PVG, Badan Geologi. Film tersebut merupakan film yang dibuat khusus oleh PVG guna sosialisasi tentang bencana letusan gunung api, khususnya Gunung Api Merapi, Jawa Tengah. Pembuatan film tersebut di lapangan dikoordinasikan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Yogyakarta, PVG. “Di bawah Langit Merapi” merupakan sebuah film yang indah dan informatif. Film tersebut mendapat apreasiasi yang tinggi dari Bapak Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada suatu kesempatan beliau menyaksikan film tersebut. Pengunjung Acara Pemutaran Film Para pengunjung acara pemutaran film adalah siswa-siswa TK, SD, SMP, SLA, para guru pendamping, mahasiswa, dan masyarakat umum yang berada di Kota Bandung dan WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
31
FOKUS KITA
Gambar 21. Siswa SD sedang menyaksikan pemutaran film gunung api.
Gambar 22. Siswa SLTP sedang menyaksikan pemutaran film gunung api.
Gambar 23. Potret pandangan burung suasana pemutaran film gunung api dilihat dari pintu depan Lantai II gedung Auditorium Geologi.
Kabupaten Bandung. Jumlah pengunjung acara pemutaran film yang mencapai 2.000 orang dibagi ke dalam beberapa kelompok pemutaran film sesuai kapasitas gedung Auditorium Geologi, Lantai II. Para pengunjung yang menyaksikan pemutaran film bencana geologi itu tampak antusias, benar-benar menikmati, dan larut dalam setiap film yang diputar dalam acara tersebut. Celoteh khas anak-anak sekolah kerap kali terlontar dalam beberapa sesi dari film tersebut yang menggugah emosi mereka. Dalam Gambar 23, tampak bagaimana keseriusan para siswa yang sedang menyaksikan film bencana
32
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
geologi. Baik mereka yang duduk di depan, maupun yang duduk di belakang sama-sama khidmat menyaksikan film bencana geologi yang sedang diputar. Dalam beberapa sessi pemutaran film, sebagaimana tampak dalam gambar, pengunjung terkadang luber tidak tertampung oleh tempat duduk yang tersedia. Kesan dan Pesan Pengunjung Pemutaran film bencana geologi telah merebut perhatian ribuan pelajar TK, SD, SMP, SLA, mahasiswa dan para guru pendamping yang berkesempatan menyaksikan film-film tersebut. Para pengunjung pemutaran film begitu terkesan dengan re-
kaman peristiwa, narasi, dan pesan yang disampaikan oleh film-film yang ditayangkan. Hal tersebut sebagaimana dapat disimak dari kesan dan pesan mereka setelah menyaksikan pemutaran film bencana geologi tersebut. Beberapa dari pesan dan kesan mereka dikutipkan berikut ini: - Widya Asoka S., mahasiswa Unpad Jurusan Teknik Geologi: ”Congratulation!!! Acaranya seru kami sangat menantikan acara serupa, jadi ga perlu imax di Keong Mas sering-sering aja... mahasiswa juga peduli koq”. - Banu Medi, mahasiswa Unpad Jurusan Teknik Geologi: ”Sangat bermanfaat khususnya bagi kami yang memang jurusan geologi, tapi durasinya kurang lama”. - Sendi, mahasiswa Unpad extention Geologi: ”Sangat bagus bermanfaat sekali bagi kami mahasiswa jurusan geologi kalau bisa sering diadakan”. - Lala, guru SMP – SMA Mutiara Bunda, Bandung: ”Film yang diputar cukup bagus dan menarik. Sayangnya di film yang kedua tidak ditranslate ke bahasa Indonesia, jadi konsentrasi anakanak saat menonton berkurang. Bagaimana kalau diputarkan film mengenai vulkanologi yang ada kisah mengenai manusia yang mengalami dan bagaimana perasaannya, sehingga yang nonton bisa lebih waspada tentang bahaya vulkanik”. - Sari Murnani, siswa SMU Mutiara Bunda, Bandung: ”Kesan subhanallah semua membuat saya
FOKUS KITA semakin takjub dan menghargai kerja para geologist. Pesan: sosialisasi bencana lebih dini”. - Aisyah, Siswa SMA Mutiara Bunda, Bandung: “Great, we can learn anything, about volcanic eruption, such as ash falls, volcanic tsunami, lava flows, ash flow, etc. But we can’t listen the audio well, the audience should be quiet when they watch the film”. - Ulfah, SD Soka, Bandung: ”Pameran lebih baik diteruskan dan pameran ini bagus untuk dipelajari dan diingat”. - Fajar Tri Kusuma, siswa SMPN I Lembang:” Saya senang datang ke Museum Geologi karena saya bisa melihat langsung benda-benda di masa purba dan bisa menonton bagaimana gempa dan letusan bersama-sama. Tolong gratiskan untuk masuk ke Museum agar semua orang bisa melihat bendabenda di Museum”. - Heni, siswa SMA Mutiara Bunda: ”Informasi yang diberikan sangat memeuaskan kita bisa mengetahui keadaan alam di bumi ini. Memberikan kepuasan kepada pengunjung, lebih ditingkatkan lagi wawasan mengenai ilmu pengetahuan alamnya”. - Deniar N.F., siswa SD Soka, Bandung: ”Pamerannya lebih baik diteruskan karena menambah wawasan dan pengetahuan. Lebih banyak lagi pameran agar lebih banyak nambah wawasan. Filmnya juga bagus dan harus diteruskan”. Acara pemutaran film bencana geologi dapat dikatakan sangat sukses. Dari makna asal sosialisasi, yaitu pembelajaran atau belajar berbudaya, acara tersebut juga merupakan suatu langkah nyata. Ke depan acara-acara seperti pemutaran film sudah saatnya ditingkatkan, baik jenis filmnya, sarananya, maupun pengunjungnya. CATATAN AKHIR DAN REKOMENDASI Setelah berakhirnya praktek sosialisasi bidang geologi dengan menampilkan sebanyak 12 kegiatan dan topik utama mitigasi bencana geologi terdapat beberapa hal yang menjadi catatan akhir dan rekomendasi atau harapan ke depan terhadap kegiatan tersebut. Catatan akhir dan
jak dini untuk perecepatan pemahaman masyarakat terhadap geologi, sehingga geologi lebih menyentuh masyarakat; b. Perlu dilakukan studi banding dengan pengalaman luar negeri dalam menangani geologi. Untuk itu dapat dirancang Kegiatan Sosialisasi Geologi Internasional dengan tambahan acara seperti: Pekan Film Geologi Internasional, Lomba Fotografi Geologi Internasional, Pameran Geologi Internasional, dan Lomba Gambar;
rekomendasi tersebut akan disampaikan dalam dua bagian: Umum dan Acara per acara sebagaimana di bawah ini. Kegiatan Sosialisasi secara Umum 1) Badan Geologi DESDM di awal tahun pertama berdirinya telah melaksanakan sosialisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Penyelenggaraan sosialisasi tersebut cukup sukses, baik dalam makna dasar sosialisasi sebagai pembelajaran atau ”learning of culture” maupun sebagai pelaksanaan fungsi Pemerintahan, yaitu: menyiapkan masyarakat untuk mengenal lebih jauh pengetahuan dan skill aplikasi geologi untuk berbagai pemanfaatannya dalam kehidupan bermasyarakat. Rekomendasi: agar kegiatan sosialisasi semacam ini dilanjutkan, baik dalam rangka penyempurnaan makna sosialisasi yang mengandung pengertian kegiatan yang diulang-ulang, maupun dalam konteks masih meningkatkan penyebarluasan informasi geologi, baik jenis maupun jumlah; 2)
Para tamu undangan perwakilan dari dinas-dinas propinsi seluruh Indonesia kelihatan amat antusias mengikuti acara sosialisasi. Demikian pula, dari pengamatan serta kesan dan pesan dari acara lain dalam sosialisasi (anak-anak TK, siswa SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa serta guru-guru pendamping) para peserta menyatakan acara sosialisasi ini penting dan agar ke depan semakin ditingkatkan. Hal tersebut antara lain sebagai impak dari banyaknya ragam sajian cara sosialisasi yang ditampilkan, dari mulai: lomba gambar, lomba karya tulis, lomba foto, seminar, pameran, malam seni budaya, launching buku, Open House Badan Geologi, dan kunjungan ke Museum Geologi.
Rekomendasi: a. Agar sosialisasi bidang geologi sebaiknya dilakukan setiap tahun. Demikian pula, agar sosialisasi tersebut dilakukan dengan berbagai metode yang menarik dan atraktif dan dilakukan se-
3)
Perwakilan dari dinasi-dinas pertambangan atau yang terkait geologi wakil dari berbagai daerah mengharapkan agar penelitian yang dilakukan oleh Badan Geologi lebih rinci sehingga mampu menjangkau skala operasional di daerah.
Rekomendasi: Haruslah dapat dipahami bahwa memang tugas pusat hanya pada skala regional. Peta-peta rinci sebagai model pembuatan peta-peta skala rinci menjadi salah satu target Badan Geologi ke depan. Tetapi, Peraturan Menteri Dalam Negeri juga menyatakan kewajiban daerah untuk melakukan pemetaan dengan skala operasional. Adanya alokasi dana dekonsentrasi dapat dimanfaatkan ke depan. Kepala Badan Geologi akan menyampaikan ke Sekjen perlunya alokasi dana dekonsentrasi untuk kegiatan penyelidikan (sesuai ulasan Kepala Badan Geologi dalam acara seminar kebencanaan). 4)
Para peserta sosialisasi wakil-wakil dari daerah juga menyatakan harapannya agar Badan Geologi menjadi satu-satunya pemegang otoritas dalam penelitian dan pelayanan bidang geologi, khususnya mitigasi bencana alam.
Rekomendasi: sebagaimana dinyatakan Kepala Badan Geologi dalam ulasan akhir pada acara seminar kebencanaan geologi: Saat ini otoritas peringatan dini gempa bumi dan tsunami pada BMG dikarenakan BMG yang memiliki infrastruktur pemantauannya, sama halnya juga dengan Badan Geologi untuk pemantauan gunung api. Sedangkan jika diWARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
33
FOKUS KITA perlukan, penjelasan tentang mekanisme dan proses terjadinya gempa bumi dan tsunami merupakan kewenangan Badan Geologi. Selanjutnya segera akan dibuat MoU antara Badan Geologi dan BMG agar mempertegas tentang otoritas informasi gempa bumi dan tsunami untuk publik; 5)
Beberapa kekurangan dan kesalahan teknis dalam pelaksanaan sosialisasi geologi ini terjadi yang agak mengganggu kelancaran acara.
Rekomendasi: Perlu evaluasi pelaksanaan sosialisasi yang telah dilaksanakan dan peningkatan persiapan serta koordinasi dari seluruh unit-unit di bawah Badan Geologi dan panitia pelaksana untuk sosialisasi yang akan dilaksanakan. Acara per Acara 1)
Lomba gambar geologi: Lomba gambar geologi untuk anak-anak SD secara umum berhasil mencapai sasaran penyelenggarannya. Sebanyak 117 peserta ikut lomba ini melebihi target peserta sebanyak 100 orang. Kualitas gambar yang dihasilkan juga bervariasi. Pelaksanaan lomba gambar menunjukkan ketertarikan yang besar dari generasi muda terhadap masalah kegeologian;
Rekomendasi: Lomba gambar agar dilaksanakan kembali pada acara sosialisasi ke depan. Jumlah peserta dan kelompok peserta dapat ditingkatkan. Kualitas pelaksanaan perlu ditingkatkan. Produk lomba gambar berguna dan dapat ditingkat untuk sosialisasi dengan pembuatan kalender, poster, dll. 2)
34
Belajar sambil Belajar Planet Sains: Acara belajar sambil bermain (demo sains) yang diperagakan oleh Planet Sains mendapat sambutan sangat baik dari peserta (anak-anak SD peserta lomba gambar). Seluruh peserta secara aktif melakukan praktek belajar sambil bermain dengan tema gunung api meletus. Hal itu menunjukkan bahwa kesempatan memperkenalkan geologi sejak dini adalah bagian yang perlu mendapat perhatian. Kekurangan kecil dalam pelaksanaan, yaiWARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
kelompok umum, tingkat SMA sampai tingkat SMP. Demikian pula kategorinya diperluas tidak hanya geologi populer. Penjurian disarankan untuk melibatkan pihak luar instansi Badan Geologi. Ke depan, dalam lomba seperti ini, dapat dilaksanakan acara presentasi masing-masing karya tulis yang masuk final. Presentasi ini termasuk aspek yang dinilai untuk menentukan pemenang.
tu lokasi penyelenggaraan yang tergeser oleh lokasi hiburan dan bazaar tidak mengurangi nilai lebih dari pelaksanaan demo sains tersebut. Rekomendasi: Penyajian acara seperti demo sains dari Planet Sains ke depan harus tetap dilakukan dalam sosialisasi, terutama jika kita membidik usia sekolah sebagai target sosialisasi. Merujuk kepada makna sebenarnya dari aktivitas sosialisasi, pengenalan geologi sejak dini sebagaimana disajikan oleh demo sains tersebut sangat relevan. Dalam pelaksanaannya ke depan, Badan Geologi dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait erat, seperti: Dinas Pendidikan di daerah, sekolah-sekolah, dll., selain dengan para spesialis di bidang demo sains tersebut. 3)
Pameran Badan Geologi: Pameran dilaksanakan dalam acara sosialisasi Badan Geologi cukup berhasil. Salah satu kekurangannya jika pun ada adalah ruangan yang kurang mencukupi sehingga stand pameran tampak agak berdesak-desakan. Beberapa bahan pameran perlu dipersiapkan lebih baik lagi.
Rekomendasi: Penyajian poster dan brosur serta media lain untuk pameran perlu ditingkatkan lagi. Pameran perlu dilaksanakan lagi pada kesempatan sosialisasi bidang geologi ke depan. 4)
5)
Lomba Karya Tulis Geologi: Peserta lomba karya tulis masih relatif kurang dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan bidang geologi. Promosi adanya kegiatan lomba karya tulis ke depan perlu ditingkatkan lagi. Lomba karya tulis sangat baik dilakukan secara rutin untuk lebih memasyarakatkan institusi geologi di kalangan universitas dan sekaligus merangsang minat dan bakat menulis mahasiswa dalam mengembangkan wawasan tentang geologi
Rekomendasi: Lomba karya tulis ke depan perlu diselenggarakan lagi dan ditingkatkan lagi penyelenggaraannya. Kelompok peserta lomba dapat diperluas mulai
Lomba foto Geologi: Lomba foto geologi yang ditujukan untuk para karyawan intern Badan Geologi perlu ditingkatkan promosinya. Hal ini terlihat dari peserta lomba yang hanya dari unit-unit tertentu. Diharapkan ke depan seluruh staf peneliti bidan geologi yang memiliki keahlian atau hobi memotret dapat mengikuti lomba sejenis. Sebab, lomba foto geologi sangat signifikan untuk mengungkapkan potensi seni dari para ahli geologi yang masih belum banyak dikembangan. Hal ini sekaligus memberikan nilai lebih pada aspek geologi, misalnya: aspek dokumentasi. Produk lomba foto juga dapat dijadikan media promosi dan sosialisasi bidang geologi seperti pembuatan kalender, poster, dll.
Rekomendasi: budaya mengabadikan fenomena geologi dalam penelitian perlu digencarkan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya seperti: mewajibkan para peneliti untuk mengambil foto objek yang ditelitinya. Hal ini akan mendukung salah satu tujuan lomba foto geologi. Dalam sosialisasi ke depan, lomba foto geologi termasuk acara yang harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan pelaksanaannya 6)
Geology Award: Merupakan acara baru dalam sosialisasi-sosialisasi bidang geologi. Sebuah acara yang potensial meningkatkan eksistensi Badan Geologi dan kemitraan dengan para wartawan atau media cetak. Acara ini ke depan perlu ditingkatkan. Pelaksanaan penganugerahan Geology Award sedikit terganggu karena koordinasi yang kurang.
Rekomendasi: Acara Geology Award perlu diselenggarakan, bahkan tidak dalam acara sosialisasi
FOKUS KITA sekalipun, dapat diagendakan menjadi kegiatan tahunan Badan Geologi. Kriteria award perlu ditingkatkan ragamnya, tidak saja semata-mata kuantitas, melainkan juga kualitas. Demikian pula media yang dinilai untuk diberikan award, bukan saja media cetak harian, melainkan tokoh (person, orang), media elektronik, dll. Untuk itu diperlukan perencanaan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait, penyebaran informasi, dan tentu saja pembiayaan (penganggaran). 7)
Seminar Kebencanaan Geologi: Pelaksanaan cukup berhasil, penyajian materi banyak menyentuh rasa ingin tahu peserta seminar. Diskusi hangat yang terjadi menunjukkan minat dan perhatian yang tinggi dari para peserta.
Rekomendasi: Acara seminar dalam sosialisasi perlu diselenggarakan kembali. Format seminar perlu dirancang agar peseta lebih aktif dalam berdikusi maupun menanggapi materi. Perlu dipertimbangkan untuk melibatkan para ahli dari luar instansi, baik sebagai nara sumber maupun moderator. 8)
Malam Seni Budaya untuk Sosialisasi: Apa yang berlangsung dalam sosialisasi yang baru lalu, meski belum optimal, namun cukup memberi gambaran tentang besarnya potensi seni dan budaya untuk sosialisasi, termasuk sosialisasi bidang geologi. Untuk optimalisasi pemanfaatan seni dan budaya dalam sosialisasi diperlukan perencanaan yang matang, penyeragaman persepsi, koordinasi, dan latihan dengan nara sumber.
Rekomendasi: Seni budaya untuk sosialisasi perlu dilaksanakan lagi di tahun-tahun berikutnya. Bahkan bila perlu diadakan satu acara khusus untuk melaksanakannya dengan format acara yang dirancang matang. Perlu diingat bahwa seni dan budaya
untuk sosialisasi bukanlah hiburan semata-mata. Penekanannya adalah bahwa setiap sajian seni dan budaya harus berisikan pesan tentang peningkatan penelitian dan pelayanan geologi. Seni semacam seni pertunjukan, seni tradisi, seni drama dan sejenisnya, potensial untuk dijadikan media sosialisasi bidang pembangunan, termasuk geologi. 9)
Launching Buku: Acara mendapat sambutan sangat baik dari para peserta sosialisasi. Acara tersebut juga mendapat apresiasi dari para ahli geologi, baik dari lingkungan Badan Geologi maupun dari luar. Karena topik dan cara penyajian buku merambah tidak saja satu disiplin ilmu, acara semacam launching buku dapat menjadi ajang diskusi yang sangat bermanfaat antara para ahli dari berbagai disiplin ilmu dengan tujuan yang sama: efektivitas sosialisasi dan lebih luasnya lagi peningkatan pembangunan.
Rekomendasi: Agar acara sejenis launching buku dilaksanakan secara rutin, baik dalam acara sosialisasi maupun acara khusus yang diagendakan untuk itu. Acara sejenis yang dapat dilakukan adalah dikusi buku tentang geologi. Untuk itu diperlukan upaya memperbanyak penulisan dan penerbitan buku serta peningkatan apresiasi terhadap publikasi-publikasi di bidang geologi. 10) Open House Badan Geologi: Agenda yang berisikan pembagian dokumen geologi untuk daerah menjadi agenda yang amat ditunggu-tunggu oleh para peserta sosialisasi dari Daerah. Hal itu mengingat pentingnya informasi hasil-hasil penelitian yang telah di lakukan oleh Badan Geologi bagi daerah. Agenda tersebut merupakan salah satu acara unggulan dan efektif dalam sosialisasi.
Rekomendasi: Agar dalam acara sosialisasi ke depan dapat diselenggarakan lagi acara open house seperti itu. Karena dirasakan oleh semua pihak betapa besarnya manfaat acara tersebut, baik untuk meningkatkan kemitraan, saling percaya, evaluasi, dan model percontohan. Isi kandungan acara tersebut ke depan tidak mesti berupa penyerahan dokumen geologi. Dalam open house selanjutnya dapat saja diselenggarakan acara sehari praktek penelitian lapangan atau laboratorium geologi bersama tim ahli dari Badan Geologi, dst. 11) Pemutaran Film Bencana Geologi: Acara yang menampilkan film ”Di bawah langit Merapi” dan ”Understanding Volcanic Hazards” ini mendapat perhatian yang luar biasa, bahkan peserta membludak hingga lebih dari 1500 orang. Hal ini menunjukkan bahwa film merupakan salah satu media yang paling efektif untuk penyebarluasan informasi dan sosialisasi. Rekomendasi: Acara pemutaran film seperti itu perlu diulang dalam setiap acara sosialisasi ke depan. Bahkan, jika diperlukan diadakan khusus pekan film geologi. Dengan demikian, tema film-nya juga perlu diperluas ke bidang geologi lainnya. Baik jam tayang maupun jumlah film perlu diperbanyak. Karena itu, program pembuatan media sosialisasi sejenis film ini sudah saatnya dilaksanakan oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Geologi. 12) Kunjungan Ke Museum Geologi Bandung: Merupakan acara yang membangkitkan kepedulian para peserta terhadap pentingnya keberadaan museum geologi di setiap daerah. Rekomendasi: Acara kunjungan ke museum perlu diselenggarakan kembali dalam acara sosialisasi ke depan. Rincian acara di museum perlu diefektifkan. **
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
35
AGENDA AGENDA BADAN GEOLOGI OKTOBER - DESEMBER 2006 Badan Geologi dalam dua bulan ke depan (November – Desember 2006) akan cukup disibukkan dengan beberapa kegiatan penting di samping kegiatan rutin pelaksanaan rencana kerjanya di Tahun Anggaran 2006. Berikut agenda dari kegiatan-kegiatan dimaksud: Pengucapan Sumpah/Janji PNS tanggal 18 Oktober 2006. Merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Badan Geologi dalam rangka pengembangan pegawai di lingkungannya. Mereka yang akan diangkat sumpah adalah para calon PNS yang sudah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai PNS penuh. Halal Bi Halal 1427 H, Badan Geologi, direncanakan tanggal 10 November 2006 di Auditorium Geologi, Bandung. Kegiatan non Pemerintahan yang rutin dilaksanakan setiap selesai melaksanakan ibadah puasa. Kegiatan yang penting untuk meningkat silaturahmi di antara staf Badan Geologi Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Mataloko, November 2006 Kegiatan PMG, Badan Geologi bekerjasama dengan PLN. Kegiatan ini merupakan puncak dari kegiatan sebelumnya di bidang pengembangan panas bumi, PMG, Badan Geologi, khususnya di daerah Mataloko, P. Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pertemuan CCOP di Daejeon, Kores, tanggal 29 Oktober sampai dengan 5 November 2006. Kegiatan kerjasama luar negeri yang diikuti oleh Indonesia, dalam hal ini Badan Geologi DESDM. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara rutin Sekretariat CCOP yang bermarkas di Thailand. Direncanakan delegasi Indonesia – dalam hal ini Badan Geologi dan instansi lain yang terkait- akan dipimpin oleh Kepala Badan Geologi, Bambang Dwiyanto, MSc. Pengukuhan professor riset bidang geologi untuk Dr. Ir. Udi Hartono, 6 November 2006. “Profesor riset” adalah jabatan tertinggi dalam karir jabatan fungsional peneliti bumi. Dr. Ir. Udi Hartono dari PSG, Badan Geologi, sudah memenuhi syarat memperoleh gelar profesor
36
WARTA GEOLOGI, SEPTEMBER 2006
riset. Pengukuhan profesornya akan dilaksanakan di Auditorium Geologi, Bandung, 6 November 2006. Dr. Udi Hartono setelah penguhan gelar profesornya nanti akan menjadi professor riset yang pertama di lingkungan Badan Geologi, yang ke enam di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan yang ke 116 di Negara Republik Indonesia. Selamat untuk Dr. Ir. Udi Hartono!. Kunjungan delegasi Vietnam (Centre for Information and Acrchieve of Geology/ CIAG), 20 – 24 November 2006. Acara kunjungan delegasi Vietnam akan menjadi kunjungan delegasi luar negeri yang pertama dalam perjalanan Badan Geologi sejak diresmikannya pada November 2006, di luar kunjungan serupa yang merupakan lanjutan kerjasama (Pusat-pusat di lingkungan Badan geologi) sebelumnya Pameran “Gelar Teknologi”, di Sabuga, ITB, 22 November 2006 Pameran ini akan diikuti oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PMG). MoU antara Pertamina dengan Badan Geologi, November 2006 MoU ini ditujukan sebagai landasan kerjasama bidang energi antara Pertamina dengan Badan Geologi. Kegiatan pertama setelah MoU ini adalah penelitian panas bumi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. MoU antara Pemerintah Jerman dengan Pemerintah Republik Indonesia yang didelegasikan kepada Badan Geologi, DESDM, Desember 2006 Merupakan MoU yang pertama antara Badan Geologi dengan wakil dari Negara luar. MoU ini merupakan payung kerjasama antara Pemerintah Jerman dengan Pemerintah Indonesoa dalam penelitian dan pelayanan bidang geologi.
FOTO-FOTO LOMBA GAMBAR