Wanala Tambah Catatan Keberhasilan Pendakian Puncak Denali UNAIR NEWS – Pendakian oleh tim atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Wanala Universitas Airlangga menuju puncak tertinggi di belahan bumi utara telah menuai keberhasilan. Ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), berhasil mencapai puncak Denali, Kamis (15/6) lalu. Kesuksesan tim atlet AIDeX Wanala dalam menggapai Denali menambah catatan keberhasilan para pendaki yang mendaki tiang langit utara tersebut. Disampaikan oleh pemandu tim atlet AIDeX Sofyan Arief Fesa, sampai tanggal 26 Mei 2017, tercatat sebanyak 1.032 pendaki yang berusaha mencapai puncak gunung setinggi 6.194 meter di atas permukaan laut. “Menurut data di Denali, tahun ini terdaftar 1.032 pendaki. Saat ini di gunung ada 465 pendaki yang sudah selesai 131 pendaki, yang sampai puncak baru 20 orang. Berarti, hanya 15 persen tingkat kesuksesannya,” tutur pemandu yang akrab disapa Ian itu. Data tersebut diperoleh di Talkeetna Ranger Station sebelum para atlet memulai pendakian tanggal 27 Mei waktu setempat. Mereka berhasil mendaki Denali setelah mereka menempuh jarak sejauh 2,5 mil dari kamp lima di ketinggian 17.200 kaki. Waktu tempuh pendakian memakan waktu hampir 12 jam dengan kondisi cuaca snow showers (anomali cuaca cerah dan hujan salju) dan ketebalan salju mencapai 27 sentimeter. Selain itu, temperatur
di puncak Denali mencapai minus 47 derajat Celcius. Keberhasilan tersebut merupakan buah manis dari persiapan yang berlangsung selama 18 bulan. Persiapan ekspedisi telah dimulai sejak bulan Oktober 2015. Dalam persiapan tersebut, mereka melaksanakan rangkaian uji kesehatan, psikologis, hingga melatih teknik pendakian, ketahanan fisik, psikologis, dan mental. Keberhasilan dalam pendakian Gunung Denali merupakan kebanggaan tersendiri bagi tim ekspedisi. Pasalnya, Denali merupakan salah satu gunung tersulit dalam rangkaian seven summit dunia. “Trek di Denali cukup panjang. Tim harus menempuh perjalanan sejauh 79 kilometer dari base camp untuk menuju puncak. Bila ditotal mereka harus menghabiskan waktu selama 19 hari dari perjalanan base camp menuju puncak,” imbuh Wahyu Nur Wahid yang merupakan manajer ekspedisi. Faishal yang juga ketua ekspedisi menuturkan bahwa seven summits adalah wujud kecintaan organisasi Wanala kepada alam dan tanah air. “Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, maka ini adalah cara kami menunjukkan harga diri kami sebagai sebuah organisasi,” ujar Faishal. Selama persiapan hingga pendakian, tim AIDeX banyak dibantu oleh PT. PP Properti dan PT. Pegadaian Persero. Denali bukanlah puncak pertama yang berhasil didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah digapai tim adalah Puncak Carstenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika
serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits anggota UKM Wanala. Penulis: Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan
Student Week, Ajang Silaturahmi dan Gali Potensi Mahasiswa UNAIR UNAIR NEWS – Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (Forkom UKM) Universitas Airlangga akan membuat sebuah kompetisi untuk memacu kebersamaan dan sportifitas para mahasiswa di lingkungan Universitas Airlangga. Tahun ini, Forkom UKM kembali menggelar ajang Student Week yang akan berlangsung mulai tanggal 6-20 November 2016. Tujuan dari Student Week ini untuk mewadahi minat dan bakat mahasiswa menjadi sebuah prestasi. Tahun ini Student Week sengaja diadakan dua kali dalam setahun. Pada periode sebelumnya, Student Week dikemas dengan kompetisi seni antar fakultas di UNAIR dengan nama Airlangga Got Talent. Sedangkan untuk periode ini, Student Week dikemas menjadi kompetisi olah raga. Ada delapan cabang olahraga yang ditandingkan, meliputi bola voli, basket, futsal, tenis meja, tenis lapangan, badminton, silat, dan catur. “Penanggung jawab setiap cabang olahraga kita serahkan pada UKM masing-masing. Hingga saat ini, cabang olahraga dan persiapan kita sudah lancar,” ujar Muhammad Rizal Karim selaku
pantia Student Week. Student Week yang rutin diadakan tiap tahun ini juga bertujuan menjaring bakat-bakat berprestasi dari mahasiswa UNAIR untuk diikutkan di ajang kompetisi bergengsi nasional. Seperti sebelumnya, pemenang dari setiap kategori lomba Airlangga Got Talent mendapatkan kesempatan untuk melenggang ke ajang Peksiminas. Dengan digelarnya Student Week tahun ini, diharapkan dapat menemukan bibit-bibit atlet yang bisa dibina dan berkesempatan mengikuti ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA). Muhammad Aminudin Ghufron selaku Ketua Forkom menjelaskan, animo mahasiswa terhadap Student Week selalu tinggi tiap tahun. Maka dari itu, Forkom UKM terus berupaya membuat inovasi baru agar Student Week semakin diminati. “Tahun ini memang sengaja digelar dua kali. Kalau kemarin bertepatan dengan ajang Peksiminas, sekarang ini untuk mempersiapkan POMDA. Olahraga membutuhkan waktu lama untuk dibina dan latihan. Maka dari itu Student Week diadakan sekarang,” Ujar Ghufron. Ghufron juga menambahkan, selain menjadi wadah minat dan bakat, Student Week juga merupakan ajang silaturahmi mahasiswa UNAIR untuk menjalin komunikasi satu sama lain. Pendaftaran dan informasi lebih lanjut seputar Student Week bisa dilakukan di Student Centre UNAIR di setiap Sekretariat Cabang OIahraga masing-masing. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Menyaksikan Kebesaran Tuhan dari Nuruzzaman UNAIR NEWS – Hari masih gelap. Matahari belum beranjak dari peraduannya. Azan subuh dari Masjid Nuruzzaman pun juga belum dikumandangkan. Segerombolan anak muda nampak sedang berusaha masuk ke Nuruzzaman dari gerbang utama Kampus B. Belum nampak tanda-tanda gerbang utama dari arah Jalan Airlangga tersebut akan dibuka, mereka lantas memutar kendaraannya menuju gerbang samping dari arah Jalan Dharmawangsa. Mereka kemudian berhasil masuk ke Kampus B melewati Fakultas Hukum sebelum akhirnya memarkir kendaraannya bersama puluhan kendaraan lain yang sudah terparkir rapi di samping Nuruzzaman. Meski masih pagi buta, mereka nampak bersemangat. Wajar, sebab rabu (9/3) memang hari istimewa. Fenomena gerhana matahari yang tidak sering dijumpai akan dapat disaksikan dari beberapa daerah di Indonesia termasuk Surabaya. Meskipun warga Surabaya hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian, antusiasme menyaksikan salah satu tanda kebesaran Tuhan ini tidak lantas berkurang. Di Masjid Nuruzzaman, beberapa anak muda tadi ingin turut merenungkan kebesaran Tuhan. Jamaah Nuruzzaman memang mengadakan kajian keislaman sebelum kemudian menggelar shalat kusuf atau shalat gerhana matahari. Setelah shalat subuh bersama, para jamaah kemudian mendengarkan kajian yang diisi oleh Ustadz Ali Misbahul Munir. Ustadz Ali mengingatkan jamaah untuk menjadi insan yang senantiasa melakukan tafakkur, tadabbur, dan tadzakkur. Insan yang senantiasa memikirkan, mencermati, dan mengingat tandatanda kebesaran Tuhan. Jamaah yang mulanya hanya terdiri dari beberapa baris jamaah shalat subuh semakin lama semakin bertambah. Aula utama Nuruzzaman pun semakin penuh sesak hingga para jamaah yang baru datang pun kemudian menempati teras-teras masjid. Dalam
kesempatan tersebut, Ustadz Ali memuji antusiasme para jamaah untuk mengikuti shalat gerhana sebagai bagian dari semangat mereka dalam menghidupkan sunnah nabi. “Di akhirat kita tentu ingin dikenali sebagai umat Nabi Muhammad. Barangsiapa yang menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, ia kelak akan dikenali oleh Nabi. Shalat gerhana ini adalah bagian dari menghidupkan sunnah itu,” ujarnya di hadapan ratusan jamaah yang hadir. Menjelang masuk waktu terjadinya gerhana, jumlah jamaah yang hadir justru semakin bertambah. Mahasiswa dan masyarakat umum berkumpul bersama tanpa sekat. Tanpa azan, lafaz ‘asshalatu jamiah’ kemudian membangunkan para jamaah dari duduknya untuk turut melaksanakan shalat gerhana bersama. Dua rakaat, empat ruku’. Shalat gerhana di Nuruzzaman dilaksanakan dengan penuh kekusyukan. Kalam-kalam suci Ilahi yang dibacakan dalam shalat tersebut begitu syahdu hingga membuat beberapa jamaah terisak tak kuasa menahan tangis. Sejenak jiwa mereka dibawa terbang kepada Yang Maha Tinggi. Dua khotbah yang berisi nasihat-nasihat untuk semakin meningkatkan takwa menyempurnakan merenungi kebesaran Tuhan itu.
ritual
dalam
rangka
Usai shalat gerhana, banyak diantara para jamaah kemudian menikmati pagi di teras Nuruzzaman sambil berusaha menyaksikan sisa-sisa gerhana dengan kacamata ND5 yang dibawanya. Beberapa nampak bergantian menggunakan kacamata yang mampu melindungi mata dari bahaya menatap matahari secara langsung tersebut. Ucapan-ucapan yang mengangungkan Tuhan terdengar dari beberapa orang usai menyaksikan fenomena alam langka tersebut. “Tidak menyangka yang datang akan sebanyak ini,” celetuk Bagus Wilar, mahasiswa FEB UNAIR yang hadir mengikuti shalat gerhana di Nuruzzaman. Ia mengaku senang memiliki kesempatan untuk menyaksikan tanda kebesaran Tuhan tersebut bersama banyak orang di Nuruzzaman.
Gerhana matahari total sendiri diperkiran akan dapat disaksikan kembali di Indonesia pada 20 April 2042 dan 12 September 2053. Namun demikian, wilayah Indonesia juga akan dilintasi oleh gerhana matahari cincin dan total secara bersamaan pada 20 April 2023 dan 25 November 2049. (*) Penulis : Yeano Andhika
Mahasiswa Thailand Berkisah tentang Puasa di Indonesia UNAIR NEWS – Sebagai seorang muslim, puasa di bulan Ramadan merupakan sebuah kewajiban. Selain menjadi kewajiban yang datang di setiap tahunnya, momen Ramadan nyatanya mampu meninggalkan jejak kisah. Kali ini, UNAIR NEWS berhasil menggali sedikit kisah dari salah satu mahasiswa program Academic Mobility Exchange for Undergraduate at Airlangga (AMERTA). Mahasiswa Universitas Chulalongkorn, Amin Muhammad Musa, berkisah mengenai pengalaman perdana menjalankan ibadah puasa Ramadan di Indonesia. Berada di negara yang masih satu kawasan di ASEAN, bagi mahasiswa yang akrab disapa Amin, perbedaan puasa memang tidak begitu mencolok. “Bedanya tidak begitu mencolok karena di tempat saya juga ada tarawih berjamaah, buka bersama, hanya saja di sini waktunya lebih awal,” terang Amin. “Kalau di sana, kami baru baru buka puasa itu pukul 18.40,” imbuh Amin. Perihal makanan, Amin juga berkisah bahwa menyantap hidangan
di Indonesia tidak begitu menjadi beban. Selain tidak berbeda dengan Thailand, pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadan, Amin memilih memasak di kos bersama teman-temannya untuk santap buka puasa dan sahur. “Ini memang pertama kali saya puasa di Indonesia. Untuk makanan memang tidak ada beban, karena tidak begitu jauh dengan yang ada di negara kami. Selama puasa ini saya juga sering masak dengan teman saya di kos,” jelasnya. Mengenai hal-hal yang dirindukan, Amin mengaku menikmati puasa dengan keluarga adalah hal yang kini tidak bisa dirasakan. Meski demikian Amin mengaku bersyukur, selama berpuasa di Indonesia, ia bisa lebih maksimal dalam melakukan ibadah membaca Alquran. “Ramadan kali ini, syukur Alhamdulillah bisa membaca Alquran lebih rutin, dibanding tahun kemarin yang terlalu sibuk dengan urusan kuliah,” kenang Amin. Untuk mengisi hari-hari Ramadan selanjutnya, Amin mengaku berencana bakal berkunjung ke beberapa masjid di Surabaya untuk menikmati suasan berbuka dan tarawih bersama. “Ini kan masih 10 hari pertama puasa, jadi belum bisa menelusuri beberapa masjid di Surabaya, nanti Insya Allah tidak menutup kemungkinan bakal ke masjid-masjid di Surabaya untuk tarawih atau pun buka puasa,” jelasnya. “Untuk rakaat tarawih hampir sama lah, ada yang 20 dan 8,” imbuh Amin. Ditanya mengenai makna Ramadan di akhir wawancara, mahasiswa asal Patani, Thailand selatan tersebut mengatakan, Ramadan itu adalah kesetaraan. Pasalnya, bagi Amin, saat Ramadan datang orang kaya dan miskin semua bisa membaur, baik saat berbuka puasa atau menjalankan ibadah yang lainnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Rizky Novi Anggraini, Wisudawan Terbaik D-IV Vokasi Ingin Jadi Dosen Handal UNAIR NEWS – Butuh perjuangan untuk menamatkan studi perkuliahan, terutama untuk menjadi seorang wisudawan terbaik. Begitulah yang dirasakan Rizky Novi Anggraini, S.Tr., wisudawan terbaik D-IV Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, dari Program Studi Pengobat Tradisional (Battra). “Butuh motivasi yang besar untuk bisa mendapatkan nilai tertinggi diantara wisudawan lainnya,” kata Rizky. “Saya terinspirasi oleh sebuah ayat Alquran, bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan oleh umat manusia, inilah yang senantiasa menjadi inspirasi sekaligus motivasi terbesar dalam hidupku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik,” ujar wisudawan dengan IPK 3,88 ini. Dalam skripsinya, Rizky meneliti terkait pengaruh pemberian kapsul ekstrak daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia) terhadap berat badan dan ukuran lingkar perut pada mahasiswa dengan berat badan berlebih. Berkat penelitiannya itu, perempuan kelahiran Kuala Kapuas, 6 November 1993, ini terinspirasi untuk membuat program baru penanganan obesitas, yaitu program “Slimming Diary”. “Slimming Diary” merupakan kombinasi terapi herbal, akupuntur, dan managemen diet. Program tersebut telah tersedia di klinik yang ia gunakan sebagai tempat praktik bersama sejawat lainnya. Rizky, dipercaya sebagai therapis dan konsultan di bidang akupuntur, herbal, dan nutrisi di klinik tersebut. “Saya sangat senang karena antusiasme mahasiswi yang ingin
menjadi pasien dalam penelitian ini sangat tinggi,” ujar perempuan berhobi membaca dan menulis ini. Rizky menyatakan dirinya sangat bersyukur karena mendapatkan predikat sebagai wisudawan terbaik. Namun ia menambahkan bahwa disisi lain ada tanggungjawab besar yang kelak akan dipertanggungjawabkannya. “Untuk apa ilmu yang sudah saya dapatkan ini? Sudahkan ilmu yang saya peroleh memberikan kontribusi untuk masyarakat? Semoga menjadi ilmu yang barokah ya dan memberikan banyak kebaikan dan manfaat besar untuk masyarakat,” tegasnya. Setelah wisuda, Rizky bergegas mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang magister. Selain ingin menjadi seorang tenaga medis, ia juga mempunyai mimpi menjadi seorang dosen yang handal dalam bidangnya. “Seorang dosen sangat berpotensi besar untuk menciptakan dan mendidik generasi untuk menjadi ilmuwan hebat. InsyaAllah nanti di Prodi S-2 Herbal,” katanya mengakhiri. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Quryatul Masruroh
Universitas Trisakti Kunjungi UNAIR untuk Gali Informasi Seputar Vokasi UNAIR NEWS kunjungan Perpajakan Rombongan
– Fakultas Vokasi Universitas Airlangga menerima tim dari Program Studi Diploma III Akuntansi Universitas Trisakti, Jakarta, Selasa (30/5). diterima langsung oleh Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Prof. Dr. Widi Hidayat, SE., M.Si., Ak., CA beserta jajaran pimpinan fakultas. Kunjungan tersebut diadakan dengan tujuan berbagi informasi seputar pendidikan kevokasian. Universitas Trisakti sendiri saat ini masih belum memiliki fakultas vokasi. Program Studi Diploma III Akuntansi Perpajakan di Universitas Trisakti sampai saat ini masih bernaung di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Rombangan dari Universitas Trisakti terdiri dari Abubakar Arif, SE., MM., R. Rosiyana Dewi, SE., M.Si., Ak., CA dan dipimpin oleh Wakil Dekan II FEB Universitas Trisakti Dr. Murtanto, Ak., M.Si., CA. “Sebenarnya kami sudah berkeinginan untuk datang ke UNAIR pada saat acara Workshop Nasional Finalisasi Capaian Pembelajaran Program Studi Sejenis pada tanggal 21-22 April lalu. Namun karena ada agenda internal universitas, maka kami urung untuk datang ke Surabaya,” ujar Murtanto. Dalam kunjungan itu, Murtanto berbagi tentang praktik sukses dari sertifikasi profesi yang diselenggarakan di Universitas Trisakti. “Universitas Trisakti telah mendapat kepercayaan sebagai tempat Uji Kompetensi Sertifikasi Profesi,” ujar Murtanto. Sementara itu, Ketua Departemen Bisnis Fakultas Vokasi UNAIR Dr. Sri Endah Nurhidayati, S.Sos., M.Si. mengatakan, hingga saat ini Fakultas Vokasi UNAIR tengah berupaya melekatkan sertifikasi kompetensi dengan proses pembelajaran. Sehingga, lulusan diharapkan memiliki sertifikasi kompetensi tersebut. Endah menambahkan bahwa ketersediaan assessor untuk menopang proses sertifikasi yang ada di UNAIR masih kurang. Selain itu, besarnya biaya yang harus ditanggung oleh mahasiswa untuk mengikuti proses sertifikasi juga menjadi tantangan tersendiri.
Hasil dari pertemuan tersebut menyepakati bahwa lulusan vokasi yang dibekali dengan sertifikasi kompetensi lebih mudah diserap dunia kerja dari pada yang tidak. Bahasan tersebut mengantarkan pada simpulan sertifikasi kompetensi penting bagi lulusan fakultas vokasi. (*) Penulis : Okta Hartadinata Editor : Binti Q. Masruroh
Kerjakan UAS dengan Menjadi Event Organizer UNAIR NEWS – Ujian Akhir Semester (UAS) tak hanya berbentuk tugas review jurnal, praktikum, atau menjawab pertanyaan esai dan pilihan ganda dalam ruangan kelas. Buktinya, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga yang mengikuti mata kuliah Perencanaan Event (PE) berhasil menggelar acara dengan sukses. Di bawah bimbingan pengajar Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR Nurul Ratna Sari, S.IP., M.Comm, dan dosen praktisi bernama Stallon Simatauw, sebanyak 50 mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok event organizer. Ketiga kelompok EO yang dibentuk adalah SubCircle, Matcha, dan Futura. Mereka menyelenggarakan event dengan tema besar ‘Healthy and Green’. SubCircle EO telah lebih awal melaksanakan event di Ciputra World pada tanggal 1 – 5 Juni 2016. Tema yang diusung adalah ‘Green and Healthy: Urban Life Festival (ULF) 2016’. Ada tiga bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh SubCircle EO, yaitu lokakarya, gelar wicara, bazaar, dan kompetisi. Kegiatan ULF ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Surabaya untuk
tetap menjaga kesehatan dan mencintai lingkungan. Dalam lokakarya, SubCircle EO berkolaborasi dengan @mamabento_sby, mengajak audiens untuk mengkreasi makanan bento sehat. Lokakarya dan kompetisi lainnya yang digelar antara lain bertema ‘Urban Fit and Healthy Body’, ‘Urban Farming: Terrarium’, ‘Urban Seed Art Competition’, dan ‘Selfie Contest’. “Alhamdulilah. Awalnya gak ngira aja, event yang efektif digarap satu bulan bisa dilaksanakan selancar ini, dengan berbagai sponsor dan media partner pendukung. Kami juga berterimakasih ke Mbak Sari dan Koko Stallon selaku dosen mata kuliah ini, yang udah banyak membimbing dan mendukung kami,” jelas Riza, anggota kelompok SubCircle yang juga mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2013. Setelah kegiatan SubCircle selesai, Matcha EO menyelenggarakan kegiatan ‘Zumba Aerobic Glowing Night’ di area parkir Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Kegiatan yang dilaksanakan malam hari tanggal 4 Juni lalu, berhasil menarik banyak peserta untuk mengikuti olahraga yang sedang tren. Kegiatan zumba yang diikuti sekitar 200 pengunjung ini, merupakan acara zumba pertama yang diadakan pada malam hari. Acara ini menggabungkan sisi hiburan dan edukasi. Zumba dan aerobik dimeriahkan oleh instruktur profesional, penampilan beatbox, akustik, hingga seni tari modern. Dari sisi edukasi, Matcha EO bekerjasama dengan pihak World Wide Fund for Nature (WWF). Tujuannya, mengajak pengunjung untuk mendukung program baru WWF bernama New Trees dengan cara berdonasi. Setelah Matcha EO, kelompok Futura EO menjadi kelompok penutup kegiatan UAS matakuliah PE. Futura EO mengadakan Ngabuburit Healthy Market di Ciputra World Surabaya pada 6 – 12 Juni 2016.
Melalui kegiatan Ngabuburit Healthy Market, Futura EO mengajak masyarakat Surabaya untuk menjaga kesehatan melalui olahraga meski berpuasa. Ngabuburit Healthy Market diisi dengan beberapa stan kuliner, dan produk kesehatan. Ada juga beberapa mini talkshow dari Komunitas Organik Indonesia, Surabaya Sheat dan Hilo. Dengan adanya bentuk ujian semacam ini, tentu kecakapan mahasiswa akan bertambah dalam hal praktik. “So far sih, mata kuliah ini seru banget! Dosennya ada Mbak Sari yang sangat teoritis dan konseptual, plus Koko Stallon yang praktikal. Jadi, dalam prosesnya kami dapat teori dan praktik secara seimbang. Harapannya, ya, semoga Futura, Subcircle, dan Matcha tetep bisa jadi EO di luar kelas Perencanaan Event,” tutur Vita Kartika, anggota Futura EO dan mahasiswi Ilmu Komunikasi 2013. (*) Penulis: Zahrina Arum Nabilah (mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR) Editor: Defrina Sukma S.
62 Tahun, Sosial
IIDI
Tebar
Aksi
UNAIR NEWS – Perayaan ulang tahun tak selalu harus dirayakan dengan acara hura-hura. Memaknai bertambahnya usia ke-62, organisasi Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) menggelar serangkaian acara edukatif. Seperti acara penyuluhan kesehatan dengan berbagai tema dan mengajak ratusan pelajar SMA serta masyarakat Surabaya. Puncak perayaan HUT ke-62 IIDI ini sekaligus memperingati Hari Ibu ke-88, Hari Kesetia Kawanan Sosial Nasional dan Hari
Disabilitas Internasional. Berlangsung di Gedung Airlangga Medical Education Center (AMEC) FK UNAIR (18/1), keempat acara tersebut dikemas dalam sebuah acara temu silaturahmi antar anggota IIDI, Komunitas Worokawuri, Dharmawanita Persatuan, Ikatan Dokter Indonesia, Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) dan yayasan sosial. Ketua Organisasi IIDI Cabang Surabaya Ir. Heri Sri Totok Suhartoyo mengungkapkan, peringatan HUT IIDI kali ini dimeriahkan dengan serangkaian kegiatan sosial. Yaitu penyuluhan pencegahan HIV/Aids bekerjasama dengan BNN, di Grand City pada bulan November 2016 lalu. Dilanjutkan dengan acara sosialisasi Bahaya Narkoba dan obat terlarang yang diikuti oleh lebih dari 200 pelajar SMA 20 Surabaya, pada bulan Desember 2016. Setelah sukses mengagendakan kegiatan sosial, acara puncak peringatan HUT ini pun dimeriahkan dengan acara hiburan, seperti lomba kreasi menata tumpeng kue basah dengan peserta ranting kelompok IIDI, dan bazaar. Berlangsung pula penyerahan bantuan dana kepada Yayasan Anak Berkebutuhan Khusus Peduli Kasih, dan Panti Pondok Kasih Surabaya. IIDI merupakan satu-satunya wadah yang menghimpun para isteri dokter Indonesia. Organisasi ini bergerak di bidang medik sosial berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong. Selain itu, IIDI Surabaya merupakan pendamping serta mitra yang sejajar dengan organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). ‘’Karena posisi kami di Surabaya, ya mitra kita IDI Surabaya. Yang membedakan antara IIDI dengan IDI adalah, kalau IIDI Surabaya hanya ada satu cabang saja tanpa pengurus wilayah (Jatim). Sementara IDI ada Cabang Surabaya dan ada IDI pengurus wilayah Jawa Timur,” ungkapnya. Di periode kepengurusan IIDI kali ini, Sri mencanangkan tujuh program unggulan. Yaitu penyuluhan penyakit menular HIV/Aids, penyuluhan penyakit tidak menular kanker serviks dan kanker
payudara, penyuluhan narkoba dan obat-obatan terlarang, pola hidup sehat, penertiban jamban dan sanitasi, menekan angka kematian ibu melahirkan dan bayi, sekaligus program menekan kekerasan pada perempuan dan anak. “Bersyukur sekali sebagian program unggulan kami sudah terlaksana dan mendapat respon positif dari masyrakat,” ungkapnya. Sri berharap, program kegiatan tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. IIDI pun tdiak bergerak sendiri, dalam pelaksanaanya, IIDI juga melibatkan peran serta masyarakat seperti kader posyandu, dan ibu PKK. (*) Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Pejabat Pengadaan Barang yang Ditekan, Harus Berani Lapor KPK UNAIR NEWS – Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata, menegaskan para pejabat fungsional pengadaan barang/jasa (PBJ) pemerintah hendaknya berani dan mau melapor kepada penegak hukum setempat dan atau kepada KPK, jika dalam melaksanakan tugas PBJ mendapat penekanan dari mana pun dengan ancaman apapun. Sebab dari modus seperti itulah sering ditemuinya sebagai awal terjadinya tindak pidana korupsi pengadaan barang. ”Jangan takut dengan penekanan dan ancaman misalnya akan dimutasi, dipecat, dan sebagainya. Laporkan ke KPK, kami akan tindaklanjuti laporan yang seperti ini. Kita harus berani jujur, karena dengan jujur itulah yang akan menyelamatkan kita
dari jeratan hukum,” tegas Alexander Marwata, ketika tampil sebagai panelis dalam seminar nasional yang diselenggarakan DPN Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia (IFPI), di Garden Palace Hotel, Sabtu 925/3). Seminar dalam rangka HUT I (pertama) IFPI ini juga menghadirkan panelis dari BPKP Jawa Timur dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga Prof. Dr. Nur Basuki Winarno, SH., M.Hum. Seminar yang diikuti 160 pejabat pengadaan barang/jasa dari berbagai instansi dan daerah di Indonesia ini, dipandu oleh Bambang Suheryadi, SH., M.Hum, Ketua Pusat Layanan Pengadaan (PLP) UNAIR yang juga salah seorang perintis berdirinya IFPI di Surabaya tahun 2016 lalu. Akibat adanya penekanan seperti itulah sampai akhirnya banyak terajdi ketika seorang pegawai akan ditugaskan sebagai pejabat pengadaan barang/jasa (PBJ), ia tak kuasa menolak dan berusaha untuk tidak meluluskan diri dalam sertifikasi. Tujuannya untuk menghindari jabatan PBJ, padahal disatu sisi professi ini sangat diperlukan. Hal itu mengingat, seperti dilaporkan Ketua Panitia seminar, Drs. Moh Imron, MM., bahwa seminar bertajuk “Antisipasi masalah Hukum dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa” ini dilaksanakan karena kondisi di lapangan yang sangat rentan dengan resiko terkait masalah hukum. Jadi tujuannya untuk memberikan informasi, edukasi, dan professionalisme para pengelola PBJ.
meningkatkan
”Apalagi dalam APBN/APBD tahun 2016 misalnya, dari sebesar Rp 2,095 triliun yang 40% dari itu harus dibelanjakan dalam bentuk pengadaan barang dan jasa, dan 60% sisanya untuk belanja pegawai dan belanja lainnya. Dengan prosentase yang besar itu, maka kegiatan PBJ memiliki peranan sangat strategis,” kata Moh Imron dari UNAIR itu. Ditambahkan oleh Wakil Ketua KPK, yang paling rawan dalam kaitan PBJ adalah babak perencanaan. Sampai tahap ini tidak
jarang anggota DPR/DPRD juga terlibat, walau pun secara teknis tidak ada kaitannya dengan urusan legislatif. Tetapi karena ada negosiasi-negosiasi terkait APBD, juga kolusi dan fee, maka legislatif pun ikut-ikutan. Ia menunjuk kasus seperti ini pada pengadaan UPS di DKI. “Padahal dari perencanaan PBJ yang tidak benar karena adanya tekanan, hingga ada negosiasi-negosiasi, kolusi, juga ada hitungan fee, maka menjadikan lelang pengadaan PBJ menjadi tidak benar. Harga barang menjadi tidak wajar, diumumkannya terbatas pada media yang tidak bermutu, yang akhirnya pertanggungjawabannya pun juga tidak benar. Yang seperti ini mudah diungkap,” tandas Alexander Marwata. Pada sisi yang lain, sistem pemilihan umum kepada daerah (Pemilukada) yang diterapkan selama ini juga belum menghasilkan terlaksananya sistem pembelanjaan PBJ di daerah secara baik sesuai yang diharapkan. Pasalnya, tidak sedikit diantara calon-calon kepala daerah itu dimintai “mahar” oleh parpol yang mengusung. “Mahar” yang sering ditemukan Marwata dalam kasus-kasus seperti ini, disebutkan antara Rp 25 M sampai Rp 30 miliar. “Kalau dihitung rasional dan disesuaikan dengan gaji seorang bupati/walikota, dana sebesar itu sulit untuk kembali. Apalagi kalau itu dana utangan. Maka yang terjadi pada kepala daerah yang menang itu bagaimana berusaha mengembalikan modalnya. Modus kolusi ini yang sering terjaring pada banyak kepala daerah, yang sampai saat ini sekitar 200 kepala daerah,” tambah Marwata. Karena itulah Marwata berharap, dengan benar-benar melaksanakan PBJ menggunakan E-planning, E-Budgetting, dan Ecatalog yang harus diadopsi oleh masing-masing daerah atau instansi, maka PBJ yang benar akan bisa terwujud dan bebas dari ancaman sanksi hukum. Apalagi peran Inspektorat di daerah dalam mencegah terjadinya korupsi juga rendah karena sifatnya yang tidak independen. (*)
Penulis: Bambang Bes
Tiga Profesor Obat Herbal
UNAIR
Bahas
UNAIR NEWS – Setelah suskes dengan gelar inovasi guru besar dengan tema “Demokrasi dan Keadilan : Mimpi yang Harus Segera Direalisasikan”, kali ini Universitas Airlangga akan menggelar acara serupa dengan tema “Back to Nature: Pengobatan Herbal sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”. Tiga guru besar UNAIR yang kompeten dalam bidangnya akan dihadirkan pada acara ini. Mereka adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Jalannya acara yang akan diselenggarakan di Ruang Kahuripan 300, Kamis (27/10) akan dipandu sepenuhnya oleh moderator Prof. Dr. Sukardiman, Apt., M.S. Ada beragam alasan yang mendasari Pusat Informasi dan Humas (PIH) untuk memilih topik obat herbal itu. Pertama, kekayaan biodiversitas Indonesia, khususnya tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Kedua, angka resistensi kuman terhadap obat-obatan produk industri farmasi yang kian meningkat. Itulah sebabnya, motto back to nature tengah digencarkan oleh para ilmuwan farmasi saat ini. “Tema ini dekat sekali dengan persoalan-persoalan kesehatan dan penyakit yang ada di Indonesia. Mari kita dekati lagi dengan kembali pada alam. Harapannya, kasus resistensi itu bisa diatasi,” ujar Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes, Sekretaris
PIH UNAIR. Persoalan back to nature akan dibahas melalui tiga aspek. Pertama, aplikasi pemanfaatan tanaman obat untuk mengatasi persoalan kesehatan. Kedua, perkembangan riset tanaman obat herbal terbaru. Ketiga, banyaknya tanaman di Indonesia yang potensial untuk dijadikan obat herbal. Melalui gelar inovasi guru besar ini, Bimo berharap guru besar di UNAIR dapat memberikan sumbangsih pengetahuan bagi persoalan kesehatan yang selama ini ada di Indonesia. Utamanya, kasus-kasus pemalsuan obat dan resistensi yang sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan obat-obat dari alam. Selain itu, ia juga berharap masyarakat semakin menyadari bahwa Indonesia memiliki beragam tanaman yang memiliki potensi besar sebagai obat. “Diharapkan melalui kegiatan ini profesor yang ada di UNAIR dapat memberikan sumbangsih bagi persoalan kesehatan, terutama terkait kasus resistensi dan kasus pemalsuan obat yang dapat didekati dengan obat dari alam. Menjadi hal penting ketika kita kembali ke alam, mungkin berbagai persoalan itu bisa kita hindari,” ujarnya. Peserta yang diundang dalam acara ini terdiri dari beragam elemen mulai dari tenaga kesehatan di RS se-Surabaya, pusatpusat riset tanaman obat alam di Surabaya, civitas perguruan tinggi di Surabaya baik dosen maupun mahasiswa yang menggeluti tema serupa, praktisi dalam bidang kesehatan, serta pengusaha jamu baik skala besar maupun tradisional. “Kita memperkenalkan back to nature, tapi tetap yang sehat dan yang bersih,” pungkas Bimo. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S