wahk . . kok isoo
Aku yo binunn nan
Ruang ber AC
Kapan aq sugih
Halah kok kantongku . .
1 DARI 4 ORANG INDONESIA MENGALAMI GANGGUAN JIWA 1 dari 4 orang Indonesia mengalami gangguan jiwa. Perkiraan yang mengejutkan itu baru-baru ini dirilis pendiri Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa Indonesia Pandu Setiawan. Perkiraan memprihatinkan, karena selain persoalan-persoalan kasatmata, negeri ini juga dicengkeram problema berdimensi nonfisik. Mengerikan, karena bobot masalah yang ditanggung anak bangsa ini rupanya semakin lama semakin tidak terperikan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Indonesia juga
menghadapi beban ganda
,
yaitu penyakit menular yang belum tertuntaskan (tuberkulosis,
malaria, demam berdarah dengue, dan HIV/AIDS),
dan penyakit tidak menular meningkat
stroke, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung). (
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedagang Jerman F.W.Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah
Pendekatan Idealisspiritualis
dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif. Yang menjadi prioritas adalah
Nilai-nilai Transenden
yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik bagi individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter.
1
Pertama,
keteraturan interior di mana setiap tindakan
diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter.
2
Kedua,
koherensi
yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko.
Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa
percaya satu sama lain.
Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Ketiga,
otonomi.
3
Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai
bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter.
4
Keempat,
keteguhan dan kesetiaan.
Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
mengingini apa
yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Manusia berkarakter
ialah yang perilakunya selalu
digerakkan oleh
nilai-nilai (value-driven) yang telah terinternalisasi dalam dirinya.
“Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu. Amatilah ucapanmu karena akan menjadi tindakanmu. Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Amatilah
kebiasaanmu, karena
akan menjadi karaktermu. Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu”..
Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku yang ditampilkan
.
Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau
sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan,
Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. 1. Pertama, ia menunjukkan bagaimana
seseorang bertingkah laku.
Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.
2. Selanjutnya Winnie memahami bahwa istilah karakter erat kaitannya dengan
‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang
yang berkarakter’
(a person of character) apabila
tingkah lakunya sesuai kaidah moral
.
K@rakter Injil versus Legalistik
14 (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) Mat 23:14
,
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka
mengajarkannya tetapi
tidak melakukannya (Mat 23:3)
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Mat 7:21)
6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, 7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan
tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan (Roma 2:6-7)
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak
disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17)
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2)
2. KEJUJURAN
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
Dapat
Dipercaya Dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhada diri sendiri dan orang lain
3.KECERDASAN Memiliki perkembangan akal budi yang mampu mengerti, memahami, dan merasa segala
sesuatu dengan sempurna serta dapat mewujudkannya dalam perkataan dan atau tindakan.
4.TANGGUH Sukar dikalahkan; memiliki pendirian dan daya tahan yang
kuat, andal, dan
kukuh dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama, lingkungan alam, dan diri sendiri.
5.KEDEMOKRATISAN Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai
hak dan kewajiban
orang lain sama dengan hak dan kewajiban dirinya.
6.KEPEDULIAN Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya memperhatikan, mencegah, dan memperbaiki keadaan, penyimpangan, dan kerusakan yang terjadi pada manusia, alam, dan tatanan di sekitar diri.
7. KEMANDIRIAN Sikap dan perilaku yang
tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi.
8.BERPIKIR LOGIS kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu secara
nyata dan masuk akal untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9. KEBERANIAN
-
mengambil risiko. Kesiapan
menanggung akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan.
10. BERORIENTASI PADA TINDAKAN -
Kemampuan bersikap dan berpikir yang
terarah pada
tindakan yang diyakininya.
11. BERJIWA PEMIMPIN Kemampuan untuk dapat mengarahkan dan
mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya nasional.
12. KERJA KERAS
-
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
13.Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
14. Gaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.
15. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
16. Percaya diri Sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan.
17. Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
18. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap pengetahuan.
19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/ hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
20.Kepatuhan Pada Aturan Sosial Sikap menurut dan
taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
21. Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
22. Kesantunan Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang
tata bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang
23. Nasionalisme Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
24. Menghargai
keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai
macam perbedaan,
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
MK
MB
MT BT
MEMBUDAYA (APABILA SEKOLAH/PESERTA DIDIK TERUS MENERUS MEMPERLIHATKAN PERILAKU YANG DINYATAKAN DALAM INDIKATOR SECARA KONSISTEN) MULAI BERKEMBANG (APABILA SEKOLAH/PESERTA DIDIK SUDAH MEMPERLIHATKAN BERBAGAI TANDA PERILAKU YANG DINYATAKAN DALAM INDIKATOR DAN MULAI KONSISTEN)
MULAI TERLIHAT (APABILA SEKOLAH/PESERTA DIDIK SUDAH MULAI MEMPERLIHATKAN ADANYA TANDA-TANDA AWAL PERILAKU YANG DINYATAKAN DALAM INDIKATOR TETAPI BELUM KONSISTEN) BELUM TERLIHAT (APABILA SEKOLAH/PESERTA DIDIK BELUM MEMPERLIHATKAN TANDA- TANDA AWAL PERILAKU YANG DINYATAKAN DALAM INDIKATOR).
Amatilah
kebiasaanmu,
karena itu akan menjadi karaktermu.