Wacana Bahasa Jawa
H
A
D
I
I US.\ T PilM iJ I ;~ AAN DA N f ~
.:. t' ~~
B
J
' ''
:0
. ""· ·•·A·"'••• _,,_.,.,.. ,, ,...,,,....,,,•.·•r".T.-l·o '1/''r"P·Io,;,.li-.""'""''*"' :. ..... _-..,
.~ ... • .•, •• r .:.:.\.)4ol·f,:J.. .~
't
~· ,
•.
; J~4.'. ; . .. : .-· ··~
-~.· ....... ·~ ·-· .·... --
f
o.,-~
~
acana a ha a Ja a
Wedhawati Gloria Soepomo Laginem
'IIU••t.tST·AKAA" fiOSAT· PEMBINAAN DAN ~ENGEMBA~GAN BAHASA EPARTEMEN PENOIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pusat Pembinaan d n Pengembangan Bahasa Oepartemen Pendidikan dan Ke udayaan. Jakarta 1979
HAK CIPTA PADA DEPARTEMEN PENDIDIK AN D AN KEBUDAYAAN.
Redaksi : S. Effendi (Ketua) Muhadjir Djuwi taningsih bf·
No:-
Klalfr
fif, .Ut ~ t'N
T ;
Seri Bb 18 Naskah b uku ini adalah hasil Proyek Pen etitian Bahasa dan Sastra Yogyakarta 19 78/ 19 79, diedit dan diterbitkan dengan dana Proy ek Penetitian Pusat. Staf Inti Proyek Pusat : S. Effe ndi (Pem impin), Juliu s Habib ( Bendaharawan), Zulkarnain (Sekret.aris), Farid Hadi, Qend i Sugono, Muhadjir, Ayatro haedi, Koent11madi, M3JJUIJ1 Sumantri (Para Asisten), Prof. Dr. Amran Halim dan Dr. Astrid S. Susanto (Ko nsult an). Staf Inti Proyek Yogyakarta : Mudjanat t istomo (Pemimpin), Sl amet Riyadi (Bendah arawan). Seba gian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbany ak dalam bentuk a pa pun t a npa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Alamat Pen erbit : Pusat Pe mbinaan dan Pengembangan Bahasa, Jalan Diponegoro 82, JaJtar.ta.
IV
PRAKATA Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Kedua (1974/75- 1978/79) telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah termasuk sastranya tercapai, yakni berkembangnya kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan akhir ini, perlu dilakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan melalui penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan bahasa daerah, penyusunan berbagai kamus istilah, dan penyusunan buku pedoman ejaan, ·pedoman tata bahasa, dan pedoman pembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media massa, (3) penteijemahan karya kesusastraan daerah yang utama, JCesusastraan dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia, (4) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui penelitian, inventarisasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan ja'ringan informasi, dan (5) pengembangan tenaga, bakat, daP prestasi dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayem.bal:a mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah penghargaan. Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan tersebut, dibentuklah olell pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Proyek Penelitian Pusat) pada tahun 1974 dengan tugas mengadakan penelitian bhasa dan sastra Indonesia dan daerah dalam segala aspeknya, termasuk peristilahan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, mengingat luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu digarap dan luasnya daerah peneli illn yang perlu dijangkau, mulai tahun 1976 proyek ini ditunjang oleh 10 proyek yang berlokasi di 10 propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh yang dikelola olch Universitas Syiah Kuala, (2) Sumatra Barat yang dikelola oleh. IKIP Padang, (3) Sumatra Selatan yang dike lola oleh Universitas Sriwijaya, ( 4) Kaliuwntan Selatan yang dikelola oleh Universitas Larnbung Mangkurat, (5) Sulawesi Selatan yang dikelola oleh IKIP dan Balai Penelitian Bahasa Ujungpandang,
v
(6) Sulawesi Utara yang dikelola oleh Universitas Sam Ratulangi, (7) Bali yang dikelola oleh Universitas Udayana, (8) Jawa Barat yang dikelola oleh tiKIP Bandung, (9) Daerah Istimewa yogyakarta yang dikelola oleh Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta, dan (10) Jawa Timur yang dikekola oleh IKIP Malang. Program kegiatan kesepuluh proyek di daerah ini merupakan bagian dari program kegiatan Proyek Penelitia!l Pusat di Jakarta yang disusun berdasarkan rencana induk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pelaksanaan program proyekproyek daerah dilakukan terutama oleh tenaga-tenaga perguruan tinggi di daerah yang bersangkutan berdasarkan pengarahan dan koordinasi dari Proyek Penelitian Pusat. Setelah empat tahun berjalan, Proyek Penelitian Pusat menghasilkan lebih dari 250 naskah laporan penelitian tentang bahasa dan sastra dan lebih dari 30 naskah kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan setelah tiga tahun bekerja, kesepuluh proyek di daerah menghasilkan 135 naskah laporan penelitian tentang berbagai aspek bahasa dan sastra daerah. Ratusan naskah ini tentulah tidak akan bermanfaat apabila hanya disimpan di gudang, tidak diterbitkan dan disebarkan di kalangan masyaraka tluas. Buku Wacana Bahasa· Jawa ini semula merupakan naskah laporan penelitian yang disusun oleh tim peneliti dari Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta dalam rangka kerja sama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta taJiun.1978/1979 . Sesudah ditelaah dan diedit di Jakarta, naskah tersebut diterbitkan oleh Pusat Pemli.naan dan Pengembangan Bahasa dengan dana Proyek Penelitian Pusat dalam usaha penyebarluasan hasil penelitian di kalangan peneliti bahasa, peminat bahasa, dan rnasyarakat pada umumnya. !J
VI
Prof. Dr. Amran Halim Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
KAT A PENGANT AR Penelitian tentang wacana bahasa Jawa ini merupakan salah satu kegiatan penelitian yang dikelola oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Daerah Istirnewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mengingat data dan informasi mengenai wacana bahasa Jawa sangat terbatas. Data dan informasi yang lebih lengkap mengenai wacana ini bermanfaat antara lain bagi usaha pembinaan bahasa , khususnya bahasa Jawa. Penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri atas Ora. Wedhawati (Ketua), Dr. Gloria Soepomo dan Ora. l.aginem (Anggota ). dan Karsini (Sekretaris) dalam waktu cukup terbatas. Namun, tim peneliti telah berusaha melaksanakan penelitian sebaik-baiknya. Tanpa bantuan berbagai pihak. tidak mungkinlah kiranya penelitian ini dapat terlaksana dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu. ingin kami sampaikan rasa terima kasih kepada Pemimpin Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini, kepada Drs. Susanto Martadiha rdjo dan Sdr. Samid Sudiro yang telah memberikan beberapa saran, kepada anggota tim peneliti yang telah bekerja tekun melaksanakan tugas penelitian , dan kepada kawan-kawan dan siapa saja yang telah memba ntu terlaksananya penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembinaan bahasa di Indonesia.
Yogyakarta, Agustus 1979
Ketua Tim Peneliti
VII
DAFTAR lSI halaman
Prakata ................. ......................... Kata Pengantar . . ........•........... .... ........... Daftar lsi . .•.••......•....•........ , .......•....... 1.. 1.1 1.2 ~ / 1.3 1.4
2.
Pendahuluan .... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ·.. Latar Be1akang dan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tujuan dan Ruang Lingkup ·... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Teori Wacana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber Data
. . . .
v VII VIII I 1
2
6 Peran Semantik d!ln Orientasi Tokoh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1 Peran Semantik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 2.2 Orientasi Tokoh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .' . . . . . . . . . . . . .
7 8
Topikalisasi, Struktur lnformasi, dan Referensi . . . . . . . . . . . . .
12
3.l Topikalisasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2 Struktur Informasi ................................ 3.3 Referensi . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12 13 17
3.
4.
Ka~. 'iangkai
.. .. ........ .............. ·.. . . . . . . .
19
Macam Wacana dalam Bahasa Jawa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 Macam Wacana Bahasa Jawa Modern Menurut R.E. Longacre . . . . 41 Pernilahan Macam Wacana Secara Tradisional . . . . . . . . . . . . . . 43 Pernilihan Macarn Wacana Bahasa Jawa Kuno dan Tengahan Menurut Istilah Robert E. Longacre . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48 5.4 Perubahan-perubahan yang Terdapat dalam Wacana Bahasa Jawfl Modern . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , 49
( 5. 5.1 5.2 5.3
6.
Kesimpulan
. . . . . . . . ; . . . . . . . . . ·. . . . . . . . . . . . . . . . . .
50
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 Lampiran . . • • . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 IX
I. PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang dan Masalah Bahasa Jawa, yang sebagian besar penu turnya terdiri dari masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, memiliki fungsi dan kedudukan tersendiri dalam kedidupan sosial budaya masyarakat pemakaiannya. Di samping itu, kenyataan menunjukkan bahwa bahasa Jawa memainkan peranan yang besar dalam menunjang pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kelangsungan hidup bahasa Jawa perlu dibina dan dikembangkan. Salah satu usaha ke arah itu ialah melakukan penelitian yang menyeluruh, mendalam, dan terencana mengenai masalah bahasa Jawa dengan pelbagai aspeknya, termasuk penelitian mengenai struktur wacananya yang sampai saat ini belum pernah diteliti. 1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Struktur wacana merupakan cabang ilmu linguistik yang baru dalam beberapa tahun yang terakhir ini mulai diselidiki sehingga karenanya kelengkapan untuk penelitian itu pun masih mengandung banyak kekurangan, dan terasa sebagai salah satu hambatan. Sehubungan dengan itu, maka pada taraf pertama penelitian mengenai struktur wacana dalam bahasa · Jawa ini adalah untuk mencoba memerikannya ·secara lengkap, walaupun masih bersifat permulaan. Penelitian mengenai sintaksis yang dianggap mendasari wacana--· bahasa Jawa dalam pada itu sudah lebih banyak dilakukan. Salah satu di antaranya ialah penelitian mengenai topikalisasi dan struktur informasi dalam konteks kalimat (Leginem 1978) Hasil penelitian tahun 1977/1978 ten tang topikalisasi, struktur informasi, dan referensi, diuraikan lagi secara singkat ill sini. Selain itu, kata hubung telah dipelajari secara terperinci. Segi lain struktur wacana hanya digambarkan secara garis besar saja. Penelitian ini mulai dari unsur-unsur wacana yang berdasar pada sintaksis sampai dengan klasifikasi dan organisasi wacana seluruhnya.
1.3 Teori Wacana ·Robert E. Longacre (I 968) membedakan empat macam wacana pokok dan beberapa macam wacana minor. Empat macam wacana pokok ialah ' naratif, prosedural, ekspositori, dan hortatori. Wacana naratif menceritakan sebuah cerita. Wacana prosedural memberikan keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan atau menerangkan bagaimana hal itu biasanya dilaksanakan. Contoh wacana prosedural ialah uraian tentang resep masakan. Wacana hortatori berusaha untuk mempengaruhi pendapat si pendengar. Khotbah atau pidato politik biasanya berupa wacana hortatori. Selain empat macam wacana yang pokok tersebut, Longacre juga menyebut wacana dramatik, aktivitas, dan epistolari. Wacana dramatik rnenyangkut penutur yang jumlahnya lebih dari satu dan bagian naratif yang sedikit mungkin. Sandiwara atau drama macam apa pun berbentuk wacana dramatik . Suatu percakapan yang mulai dan berakhir dengan suatu kepastian juga merupakan wacana dramatik.Wacana. Aktivitas ada kesamaannya dengan wacana prosedural, tetapi wacana prosedural menerangkan bagaimana membuat sesuatu, sedangkan wacana aktivitas menerangkan apa yang harus dikerjakan. Wacana aktivitas itu dapat menerangkan aktivitas tunggal atau dapat juga bersifat jauh lebih luas, umpamanya, sebuah deskripsi tentang siklus tahunan penanaman padi. Contoh wacana epistolari terdapat pad: surat. Di samping maca.t? wacana, Longacre juga menggambarkan macam paragraf, tennasuk paragraf naratif, prosedural, eksplanatori, hortatori, dan dialog. Macam paragraf tersebut serupa denga" wacana naratif, P,rosedural, ekspositori, hortatori, dan dramatik. Tetapi biasanya, satu macam wacana terdiri dari beberapa macam pragraf. Umpamanya, wacana hortatori mungkin mulai dengan beberapa paragraf eksplanatori lalu berakhir dengan paragraf-paragraf hortatori. Contoh· lain , wacana naratif dimulai den_gan paragraf eksplanatori yang menggambarkan keadaan dan mengenalkan tokoh-tokoh, lalu terutama terdiri dari paragraf-paragraf naratif diselingi oleh beberapa paragraf dialog. Macam wacana yang digainbarkan itu semuanya terdapat dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa yang lain. Longacre tidak mengatakan bahwa semua bahasa mempunyai semua macam wacaP.a itu atau pun bahwa tidak boleh ada macam wacana lain yang belum digambarkannya. Sebaliknya dia berpendapat bahwa beberapa macam wacana yang digambarkannya masih agak baru dalam bahasa-bahasa Pilipina yang diselidikinya: Macammacam wacana tersebut muncul mungkin disebabkan karena hubungan dengan kebudayaan yang berbahasa Inggris. 2
Dalam pada itu, oleh M.A.K. Holliday dan Ruquaiya Hasan (1976) membicarakan apa yang menyebabkan sebuah wacana menjadi wacana dan bukan hanya beberapa kalimat berturut-turut tanpa hubungan apa-apa. Holliday dan Hasan menegaskan pada permulaan bahwa struktur wacana bukan struktur sintaktik. Struktur wacana itu tidak sejajar dengan struktur kalimat pada tingkat yang lebih besar. Struktur wacana itu ialah struktur semantik. Sebuah wacana menjadi wacana karena ada hubungan arti antara kalimat satu dengan kalimat berikutnya. Holliday dan Hasan tidak membuat klasifikasi macam wacana yang ada, tetapi mereka membicarakan susunan yang ke.tat dan sarat {tight fexture) dan susunan yang longgar dan bebas (loose texture). Susunan yang ketat dan sarat terjadi apabila ada banyak hubungan referensi antara anak kalimat satu dengan yang berikutnya. Susunan longgar dan bebas terjadi apabila hubungan referensi hanya sedikit. Biasanya yang terdapat ialah susunan ketat dan sarat atau banyak hubungan referensi di dalam paragraf dan -susunan longgar dan be bas atau hubungan referensi an tara paragraf sedikit. Tetapi kadang-kadang yang betul-betul terjadi malah sebaliknya. Dalam karangannya yang lebih awal, Halliday (1967) membicarakan dua macam struktur lain yang terdapat dalam kalimat tetapi berhubungan dengan struktur wacana seluruhnya. Struktur tersebut t~rdiri dari tema atau topikalisasi, dan struktur informasi. Tema ialah apa yang kita bicarakan, sedangkan struktur informasi berhubungan dengan pemotongan ujaran menjadi kesatuan informasi lama dan informasi baru, dan penempatan fokus informasi pada salah satu unsur mformasi baru. Dalam keadaan yang paling netral fokus informasi tidak jatuh pada tema, tetapi struktur tema dan struktur informasi berdiri sendiri, tidak saling mempengaruhL Mungkin terjadi kombinasi antara unsur tema dengan unsur informasi. Joseph E. Grimes (1975) menulis secara luas dan khusus tentang struktur wacana, Grimes menyingkat kebanyakan karangan orang lain tentang struktur wacana dan juga menambahkan beberapa pendapatnya sendiri. Grimes juga menyebut Longacre, tetapi dia tidak memberikan klasifikasf mac am wacana. Selain itu, Grimes menerangkan wacana naratif seperti yang dikiranya bahwa apa yang betul tentang macam wacana juga betul untuk wacana lainnya. Bab-bab pertama bukunya menguraikan peran semantik, yaitu hubungan sintaktik-semantik yang terdapat antara predikat dan frase benda yang mengikutinya dalam kalimat. Urutan hubungan tersebut merupakan satu macam struktur yang terdapat dalam wacana. Struktur tersebut dinamakannya qrientasi tokoh (participant orientation). Bab-bab
3
terakhir membicarakan referensi, topikalisasi , dan struktur informasi. Ten tang an ali sa itu, Grimes ban yak dipengaruhi oleh Holliday, tetapi dia memakai istilah-istilah yang agak lain. Juga dalam karanga·n yang lebih awal (1972), Grimes membicarakan linearisasi. Kalau kita membicarakan atau menulis tentang sesuatu, kita harus memilih perincian yang banyak sekali, yaitu hal-hal yang kira-kira paling menarik dan paling informatif untuk disajikan kepada pendengar a tau pembaca, lalu hal-hal tersebut harus diatur da.lam urutan linear. Sistem urutan yang dipakai dalam kebanyakart bahasa Indonesia disebut outline oleh Grimes. Tetapi dalam bahasa lain, terutarna dalam beberapa bahasa di Amerika Selatan, terdapat prinsip urutan yang sama sekali lain dengan sistem outlin e. Sistem urutan tersebut dinamakan overlay oleh Grimes. Secara singka t, kalau struktur outline dipakai dalam wacana naratif, kejadian digambarkan menurut urutan waktu (urutan kronologis). Urutan overlay lain sekali. Teks dibagi-bagi menjadi paragraf a tau overlay . Tiap overlay menerangkan beberapa kejadian. Sesudal1 overlay yang pertama, tiap overlay mengulang b berapa kejadian yang sudah disebut dalam overlay yang mendahuluinya, tetapi juga menambah keterangan baru. Urutan kejadian yang disebut dalam tiap overlay disusun menurut waktu (urutan kronologis ) , tetapi an tara overlay yang satu dan overlay beriku tnya uru"tannya bukanlah urutan kronologis. Grimes kagum terhadap pola organisasi ini dan nampaknya menganggapnya sebagai pola yang tidak terdapat sama sekali dalam bahasa Inggris. Tetapi nampaknya dalam tulisan jurnalistik dan juga dalam puisi sering terdapat struktur yang serupa dengan overlay. Dalam _tulisan jurnalistik, paragraf pertama biasanya mengandung fakta-fakta yang paling penting dalam cerita seluruhnya. Dalam paragraf-paragraf beriku~nya diuraikan perincian-perinciannya. Puisi sering mengandung baris yang diulang dari stanza satu ke stanza berikutnya. Wacana naratif dalam bahasa Inggris biasanya bersifat kronologis tetapi kadang-kadang juga tidak 100 persen kronologis. Terutama pada zaman modem sering terdapat flashback, yang dalam menceritakan sesuatu, orang tiba-tiba menceritakan kembali apa yang telah terjadi sebelumnya. Foreshadowing memberitakan kejadian yang akan terjadi sebelum cerita tiba pada saatnya. Foreshadowing itu tidak begitu sering terdapat seperti flashback, walaupun memang ada juga. Young Becker dan Pike (1970), juga membicarakan pemilihan dan · organisasi bahan untuk membentuk sebuah teks . Mereka menegaskan bahwa semua anggota suatu masyarakat pasti mempunyai asumsi yang sarna tentang bagaimana dunia ini disusun . Hal ini kelihatan dalam struktur
4
wacana yang dikarangnya. Asumsi yang dipegang oleh semua anggota masyarakat tidak perlu disebutkan. Orang asing yang bukan anggota masyarakat tersebut, kalau mendengarkan atau membaca wacana untuk pertama kalinya akan bingung karena orang asing itu tidak memegang asumsi yang sama dengan asumsi yang dipegang oleh masyarakat tersebut. Sebagai contoh, misalnya penutur bahasa Inggris mengharap bahwa sebuah wacana naratif disusun berdasarkan uru tan kronologis, padahal wac ana naratif dalam bahasa lnggris tidak selalu disusun berdasarkan uru tan kronoJogis. Tetapi kalau sebuah kejadian disebutkan dalam uru tan yang tidak kronologis, hal itu harus diterangkan dengan penggantian kala (tense), umpamanya past perfect menandai flashback, He had been there once before but they didn't know it. 'Dia sudah pernah ke sana tetapi mereka tidak tahu hal itu.' dan future in the past menandai foreshadowing,
He had become rich later but no one suspected it at that time. 'Dia akan menjadi kaya kemudian tetapi tidak ada orang yang dapat · meramalkannya pada waktu itu.' Dalam bahasa lain mungkin ada wacana naratif yang tidak kronologis. Mungkin dalam bahasa seperti itu kronologi tidak penting. Ide pokok dalam sebuah naratif mungkin tidak berhubungan dengan urutan kejadian . Mungkin yang penting ialah sikap tokoh sehingga kejadian dibicarakan tanpa memperhatikan urutan kronologisnya. Kejadian itu diceritakan untuk memberikan gambaran tokoh itu. Kalau penutur asli bahasa Inggris membaca atau mendengarkan wacana semacam itu tentu akan bingung karena dia akan mengharap bahwa kejadian itu diceritakan dalam urutan kronologis, dan penutur asli bahasa Inggris tidak mempunyai asumsi yang sama dengan penutur bahasa lain tentang apa yang menjadi ide pokok dalam sebuah wacana. Yang dibicarakan di atas ialah karangan-karangan tentang wacana yang tidak dibuat oleh ahli linguistik . Untuk meringkas pendapat mereka, kalau kita ingin mengerti struktur wacana dalam bahasa tertentu kita dapat belajar macam gejala yang berikut: 1) Wacana dapat dipilah menurut bentuk dan fungsinya. Jurnlah dan macam wacana, serta ciri pembeda tiap macam wacana mungkin sekali berbedabeda dalam bahasa satu dan dalam bahasa lain, tetapi ada beberapa inacam yang tertentu yang terdapat dalam banyak bahasa. 2) Masyarakat tiap kebudayaan mempunyai beberapa asumsi tentang bagaimana dunia ini dan ten tang bentuk dan fungsi tiap macam wacana
s
yang dipakainya. Asumsi ini biasanya tidak dinyatakan dengan kataka.ta. Oleh karena itu, harus digali oleh orang luaran sebelum dia dapat memulai menganalisis macam wacana. 3) Semua bahasa mempunyai kata-kata yang menghubungkan bagianbagian wacana ; kata-kata ini meliputi kata hubung yang menghubungkan anak-anak kalimat. Beberapa bahasa juga mempunyai kata-kata untuk menandai penggantian alinea, penggantian adegan, dan pembagian formal lain. 4) Semua bahasa pasti mempunyai cara untuk menyatakan referensi, topikalisasi, dan struktur informasi. Gejala ini; apabila dilacak di dalam teks, membentuk pola yang juga dapat merupakan obyek studi tentang wacana. 5) Semua bahasa mempunyai cara untuk menunjukkan peran semantik, walaupun jumlah peran permukaan (surface roles) atau kasus, berbedabeda dalam bahasa yang satu dan dalam bahasa yang lain. Salah satu macam struktur yang terdapat dalam wacana, ialah urutan peran semantik yang diduduki oleh tokoh-tokoh di dalam wacana. Jni disebut orientasi tokoh. 1.4 Sumber Data Untuk penelitian ini diusahakan mengumpulkan macam wacana baik lisan maupun tertulis. Wacana lisan berupa rekaman pidato upacara pelayatan, upcara perkawinan, upacara tukar cincin, dan khotbah di g~reja dan mesjid. Wacana tulis dikumpulkan dari majalah Jaya Baya yang terbit di Jawa Timur, majalah Melear Sari dan mingguan Jaka Lodhang yang terbit di Yogyakarta, mingguan Dharma Nyata, Dharma Kanda dan Parikesit yang terbit di Surakarta, naskah siaran pedesaan dan pembinaan bahasa Jawa RRI Stasiun Nusantara II Yogyakarta, resep masakan, dan beberapa macam surat. Data itu dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : a. merekam •pidato/sambutan dalam upacara-upacara, dan khotbah gereja dan mesjid, kemudian ditranskripsi ; dan b. memilih dan mengumpulkan macam-inacam wacana yang terdapat dalam majalah dan surat kabar, naskah siaran radio, dan wacana yang terdapat dalam buku bacaan.
6
2. PERAN SEMANTIK DAN ORIENTASI TOKOH 2.1. Peran Semantik Sebagian arti kalimat merupakan peran semantik frase benda yang berhubungan dengan kata keija, yaitu gagasan seperti pelaku a tau penderita dari suatu pekeijaan. Peran semantik harus dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu peran sebab dan akibat, meliputi pelaku, penderita, dan alat. Kelompok kedua, yaitu. peran orientasi, berhubungan dengan lokasi jasmani tokoh dalam suatu tindakan yang berhubungan satu dengan yang lain, dan dengan arah gerakan. Kelompok itu meliputi peran seperti sumber, tujuan, obyek (tokoh atau benda yang bergerak), dan jalan. Dalam kejadian yang aktual, peran sebab dan akibat bergabung dengan peran orientasi. Umpamanya, peijalanan melibatkan pelaku sebagai obyek semantik; pemberian melibatkan penderita sebagai obyek, pelaku sebagai sumber; pendapatan melibatkan pelaku sebagai tujuan, penderita sebagai obyek; perbuatan kekerasan fisik, seperti memukul, melibatkan pelaku sebagai sumber, penderita sebagai tujuan, dan seterusnya (G. Poedjosoedarmo 1974). Semua bahasa pasti mempunyai alat untuk menyatakan peran semantik, tetapi jumlah peran permukaan atau kasus berbeda-beda dalam bahasa yang satu dan dalam bahasa yang lain. Dalam bahasa Jawa, awalan Npada kata kerja biasanya menandakan bahwa subyek katl\ keija tersebut ialah pelaku. Tidak adanya akhiran pada kata keija transitif menunjukkan bahwa komplemen kata keija aktif atau subyek kata keija pasif ialah penderita. Peran orientasi tidak penting untuk kata keija semacam itu. Selanjutnya untuk kata kerja yang berakhiran, peran orientasi dari komplemen (atau dari subyek b~ntuk pasif) penting sekali. Akhiran -i menunjukkan bahwa komplemen kata keija aktif (atau subyek bentuk pasif) ialah lokasi, biasanya tujuan, tetapi mungkin juga sumber atau jalan, tergantung pada arti bentuk dasar kata keija itu. Dan ada satu macam lagi akhiran -i yang ditambahkan kepada kata keija transitif macam pertama, yaitu yang tidak berakhiran, untuk menunjukkan kejamakan penderita 7
atau ulangan tindakan. Akhiran -ake menunjukkan bahwa komplemen kata kerja aktif (atau subyek bentuk pasif) ialah obyek yang dipindahkan menuju tujuan atati unsur sekunder. Unsur sekunder itu dapat berupa pelaku sekunder a tau penyebab a tau penderita sekunder, a tau benefisiari.
2.2 · Orientasi Tokoh Dalam sebuah wacana; tokoh tertentu dapat mempunyai peran semantik yang berbeda-beda dalam anak kalimat satu dan dalam anak kalimat berikutnya . Salah satu macam struktur yang terdapat dalam wacana ialah urutan peran semantik yang dihubungkan dengan tokoh tertentu. Grimes menamakan macam struktur itu orientasi tokoh. Orientasi tokoh dapat digambarkan dengan huruf yang menandai tokoh dalam sebuah wacana menurut urutan masuknya dalam wacana tersebut. Misalnya, tokoh pertama yang disebut dalam wacana ditandai dengan huruf A, yang kedua dengan huruf B, dan seterusnya. Peran tokoh dalam tiap anak kalimat dapat ditandai oleh posisi dalam seri huruf. Dalam seri itu huruf yang pertama menandai pelaku, yang kedua menandai penderita, dan kalau ada lebih dari dua tokoh, huruf yang ketiga menandai peran semantik yang lain. Pelaku yang menjadi satu-satunya tokoh dalam satu anak kalimat ditandai oleh suatu huruf dan diikuti oleh strip. Penderita yang menjadi satu-satunya tokoh dalam anak kalimat ditandai oleh suatu huruf dan didahului oleh strip. Tokoh yang dinyatakan secara implisit dalam satu anak kalimat ditandai dengan huruf dan diletakkan dalam tanda kurung . TandH panal1 yang mendahului huruf penanda sebuah tokoh berarti bahwa perannya peran lokasi dan bukan penderita. Seri huruf dalam tanda kurung siku [ ] berarti bahwa anak kalinlat tersebut menggambarkan rencana dan bukan keia~ian. Tanda kurung kurawal ( ) menandai adegan yang tidak begitu pentmg. Kejadian pokok dalam cerita yang disampaikan dalam Siaran Pembinaan Bahasa Jawa dapat digambarkan sebagai berikut dengan formula untuk orientasi tokoh di sebelah kanannya. Teks lengkap dilampirkan di belakang. A (1) Sang brahmana mbangun tapa 'Sang brahmana bertapa'
B
AA
(2) Widadari Gretawira dhateng anggodha Baradwaja 'Bidadari Gretawira datang menggoda Baradwaja' A (3) Sang Baradwaja boten keguh
8
BA A-
'Sang Baradwaja tidak tergoda'
C
B
( 4) Angin mbekta gandanipun sang widadari [Angin membawa baunya sang bidadari] 'Angin membawa bau harum sang bidadari' A B
CB (
(5) Sang brahmana mriksani sang widadari
A)
AB
'Sang brahmana memperhatikan sang bidadari'
(6) Kamanipun sang brahmana tumetes
-A
'Air mani sang brahmana menetes'
(7) Boten wudhar tapanipun
A-
'Tidak batal tapanya'
(A)-
(8) Kamanipun kawadhahan jun (9)
'Air maninya dimasukkan jun' D
-D
dados !are
'menjadi anak' D
(IO)Drona dipun-wulang.
A
dening Bagawan Baradwaja
'Drona diajar oleh Bagawan Baradwaja' D E
(ll)Sang Drona pitepangan kaliyan sang Drupada
AD DE
'Sang Drona berkenalan dengan sang Drupada'
E
A
(12) Sang Drupada ugi sinau won ten . . . Begawan Baradwaja 'Sang Drupada juga belajar pada Begawan Baradwaja' E
(13)Sang Drupada kondur
'Sang Drupada pulang' D
F (14) Sang Drona krama kaliyan Dewi Krepi 'Sang Drona kawin dengan Dewi Krepi' G
(15) . . . bayi lair
AE
E-
DF -G
'bayi lahir'
,
D
(16)Sang Drona kesah
D-
'Sang Drona pergi' H (17) . . . badhe nyuwun tedha (saking Bagawan Rama Parasu) [akan meminta makan dari Bagawan Rama Parasu]
DH
9
'akan meminta makan kepada Bagawan Rama Parasu' ( 18) Bagawan Rama Parasu tuwuh welasipun dhateng Sang Drona HD ' Bagawan Rama Parasu timbul belas kasihannya kepada Sang Drona'
( 19) "Sira sun paringi ngelmu jemparing" 'Engkau kuberi ilmu panah' (20) Sang Drona nyuwun pamit dhumateng Bagawan Rama parasu 'Sang Drona minta diri kepada Bagawan Rama Parasu' D
E
H- D
DH
(2 l)Sang Drona dhateng sang Drupada ' Sang Drona pergi ke sang Drupada'
DE
(22) Sang Drona boten katampi dening Prabu Drupada 'Sang Drona tidak diterima oleh Prabu Drupada'
ED
(23) Sang Drona kadakwa 'Sang Drona didakwa'
(E)D
(24) Sang Drona katundhung saking Pancala 'Sang Drona diusir dari Parrcala'
(E)D
(25) (Drona) benjing badhe males ukum dhumateng Sang Prabu 'Drona kelak akan membalas dendam kepada Sang Prabu' D I (26) Drona sumerep para putra raja 'Drona melihat para putra raja' 1 (27) (I) badhe mendhet dhadhu 'akan mengambil dadu'
(D)E
(28) Drona mendhetaken dhadhu ' Drona mengambilkan dadu'
DI
[IJ] DJ
(29) ... dipun-cariyosaken dening para Korawa saha Pandawa 'diceritakan oleh para Korawa dan Pandawa K
dhumateng Resi Bhisma kepada Resi Bisma
K
D
(30)Resi Bhisma nimbali Sang Drona 'Resi Bisma memanggil Sang Drona' D I (31) Sang Drona mulang dhateng para .Pandhawa saha Korawa 10
KD
DI
[Sang Drona mengajar kepada para Pandawa dan Korawa] Drona mengajar para Pandawa dan Korawa'
~Sang
Penggantian adegan di atas ditandai oleh garis kosong. Beberapa keterangan kelihatan dalam adegan. Biasanya tokoh pokok dalam adegan (1) masuk, (2) memulai interaksi dengan tokoh sekunder, (3) ditanggapi oleh tokoh sekunder itu; (4) lalu tokoh pokok berterima kasih atau minta diri atau bersumpah akan membalas tokoh sekunder, lalu (5) pergi. Jadi. dalam adegan pokok yang ketiga di atas (1) Drona pergi ke Bagawan Rama Parasu, (2) dan minta makanan, (3) Bagawan Rama Parasu mengajarinya memanah, (4) Drona minta diri kepada Bagawan Rama Parasu Jalu kemungkinannya (5) pergi. Dalam adegan berikutnya (1) + (2) Drona mendekati Drupada, tetapi (3) diperlakukan dengan tidak baik oleh Drupada (atau oleh pembantunya), (4) Drona bersumpah akan membalasnya dalam masa depan, lalu kemungkinannya , (5) pergi. Adegan yang lain menunjukkan variasi dari pola ini, tetapi pola yang diterangkan di atas sering sekali terdapat dalam wacana naratif dalam bahasa Jawa dan juga dalam wacana dramatik. Dalam kedua macam wacana tersebut masuknya tokoh baru atau pemindahan tokoh pokok dari lokasi satu ke lokasi lain, (tempat pertemuan dengan tokoh baru) , merupakan batas yang penting dalam sebuah teks. Dalam menganalisis struktur lakon dalam wacana naratif dan kadangkadang juga dalam wacana dramatik orientasi tokoh penting, tetapi untuk mac am wacana yang lain, yaitu ekspositori, hortatori, prosed ural. dan epistolari, orientasi tokoh tidak begitu penting.
II
3. TOPIKALISASI, STRUKTUR INFORMASI, DAN REFERENSI
3 .1 T opikalisasi Dalam Bah 2 telah dihicarakan peran semantik. Peran semantik ialah gejala pada tingkat klausa. Tetapi urutan peran semantik yang dihuhungkan dengan sutu tokoh dalam wacana merupakan salah satu macam struktur yang ada dalam wacana itu, yaitu orientasi tokoh. Gejala yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah topikalisasi, struktur informasi, dan referensi, ·yang juga merupakan gejala yang ada dalam klausa; tetapi maknanya dalam klausa berhuhungan dengan macam hubungan yang ada dalam wacana. Oleh karena itu, ketiga gejala itu lebih banyak merupakan gejala wacana daripada gejala klausa . Topikalisasi ialah pemilihan dan penandaan topik, yaitu sesuatu yang dibicarakan; biasanya terdapat dalam beberapa klausa atau dalam beberapa kalimat yang herturut-turut. Dalam klausa yang tidak bertanda, atau klausa netral, topik sama dengan subyek, tetapi subyek selalu merupakan gejala pada tingkat klausa. Suby ek ialah sebuah frase benda dalam klausa yang mempunyai hubungan sintaktis-semantik yang khusus dengan kata predikat. Seperti yang telah diterangkan dalam Bah 2, dalam hahasa Jawa untuk kata ke rja transitif, peran semantik subyek (dan peran semantik komplerrien kalau kata kerja itu dalam bentuk aktit) ditunjukkan dengan infleksi (awalan , akhiran) kata kerja itu . Tetapi topik dalam klausa yang ditandai dengan bentuk linguistik atau klausa yang tidak netral , mungkin juga bukan suhyek. Klausa yang hertanda, yang sering sekali terdapat dalam · bal1asa Jawa , ialah klausa dengan topik yang hubungannya dengan subyek bersifat genetif. Di bawah ini beberapa contoh klausa semacam itu
Say ur wau tingkatanipun taksih kampungan. ' Sayur tadi tingkatannya masih karnpungan.' Dalam kalimat tersebut, sayur wau 'sayur tadi' ialah topik, dan tingkatanipun 'tingkatannya' ialah subyek dari predikat taksih kampungan 'masih kampungan'. Tingkatanipun di sini berarti tingkatanipun sayur
12
wau 'tingkatan sayur tadi'. Kalimat itu dapat diubah sebagai berikut. tanpa perubahan arti kognitif , Tingkata11ipun sayur wau taksih kampungan. 'Tingkatan sayur tadi masih kampungan.' Contoh lain klausa yang ditopikalisasi (yaitu klausa yang topiknya bukan subye~) dengan topik dalam hubungan genetif terhadap subyek ialah
Universitas Gajah Mada, umure genep 28 tahun. ' Universitas Gajah Mada, umurnya genap 28 tahun .' Topik dalam klausa ini ialah Universitas Gajah Mado, . sedangkan umure 'umurnya' ialah subyek predikat genep 28 tahun 'genep 28 tahun.' Umure berarti umure Univ ersitas Gajah Mada 'umur Universitas Gajah Mada' dan klausa itu justru dapat diubah seperti berikut, tanpa perubahan arti kognitif apa pun,
Umure Universitas Gajah Mada genep 28 tahwz. 'Umur Universitas Gajah Mada genap 28 tahun." Topik yang bukan subyek klausa tidak selalu dalam hubungan genetif dengan subyek. Dapat juga merupakan unsur sintaktis lain dalam klausa. Dalam klausa berikut komplemen kata kerja aktif menjadi topik,
Racun wau, caranipun ngicali mekaten. 'Racun tadi, caranya menghilangkan(nya ) begini." Topik klausa ini ialah racwz wau 'racun tadi', tetapi topik itu juga merupakan komplemen kata kerja aktif ngicali 'menghilangkan'. Subyek kata kerja, yaitu pelaku dalam tindakan, tidak disebut. Klausa ini dapat diu bah menjadi klausa dalam urutan net raJ sebagai berikut,
Caranipun ngicali raczm wau mekaten 'Caranya menghilangkan racun tadi begini." 3.2 Struktur Informasi Struktur informasi ialah struktur urutan tutur dalam fungsinya sebagai komponen sebuah berita. Struktur tersebut tidak tergantung sama sekali pada struktur sintaksis. Sebetulnya topikalisasi ialah salah satu segi dari struktur informasi dalam arti yang luas. Segi yang lain ialah struktur informasi dalam arti yang sempit. Struktur informasi terdiri dari pe· motongan ujaran menjadi kesatuan infornzasi, identiftkasi unsur informasi dalam kesatuan tersebut sebagai informasi lama dan informasi baru, dan penempatan fokus infornzasi pada satu unsur informasi baru. Dalam 13
bahasa Jawa ada tiga macam kesatuan informasi yang diidentifikasi dengan tiga macam pola intonasi. Kesatuan antisipatori ditandai dengan pola intonasi naik -- - , kesatuan .vokal ditandai dengan pola intonasi naik turun ....------..,._ , dan kesatuan suplementer ditandai dengan pola intonasi rata - - Ujaran ialah tingkat struktur informasi yang paralel dengan kalimat dalam struktur sintaktis, tetapi ujaran itu tidak selalu sama dengan kalimat. Sebuah ujaran selalu mengandung satu kesatuan .vokal dan tidak boleh mengandung lebih dari satu kesatuan vokal. Kesatuan vokal tersebut dapat didahului oleh satu atau lebih satu kesatuan antisipatori dan kesatuan vokal itu dapat diikuti oleh satu atau lebih satu kesatuan suplementer; atau ujaran juga dapat terdiri dari sebuah kesatuan vokal saja, tetapi kalau ada kesatuan antisipatori atau kesatuan vokal, urutannya selalu sama, yaitu (antisipatori) + vokal + (suplementer). Kesatuan vokal mengandung informasi baru dan fokus informasi jatuh pada akhir kesatuan itu. Kesatuan suplementer selalu mengandung informasi lama. Kesatuan antisipatori dapat mengandung informasi baru atau informasi lama atau kombinasi informasi baru dan informasi lama. Fungsi kesatuan antisipatori ialah untuk menyambut atau mengharapkan adanya kesatuan vokal yang mengikutinya. Dalam bahasa Jawa topik kalimat netral atau kalimat yang tidak bertanda sama dengan subyek, dan topik subyek itu terdapat dalam kesatuan antisipatori; adapun fokus informasi jatuh pada akhir frase predikat. Tetapi tentu saja tidak semua kalimat adalah kalimat netral. Kalau topik itu sudah begitu jelas sehingga si penutur merasa bahwa hampir tidak perlu disebut, mak.a topik itu dapat diletakkan dalam kesatuan suplementer. Keadaan begini ialah salah satu penyebab susunan inversi. Di sini diberikan contoh kalimat semacam itu dengan tanda intonasi,
-~
-------\.
Ing mangkenipun, temtu badhe minggah drajatipun. ' Nantinya , tentu akan naik derajatnya .' Sebaliknya, kalau topik merupakan informasi baru dan si penutur (atau si penulis) ingin meletakkan fokus informasi pada topik itu, maka ·susunannya juga terbalik, tetapi topik itu jatuh p-ada akhir kesatuan vokal. Dalam keadaan begini predikat dapat merupakan bagian kesatuan vokal atau juga dapat menjadi kesatuan antisipatori. Kalimat pertama pada permulaan wacana dan kalimat yang memperkenalkan tokoh baru, termasuk
14
kalimat yang menyatakan adanya sesuatu, susunannya sering demikian. Berikut ini ada beberapa contoh kalimat pertama pada permulaan wacana,
---- -
Para kadang tani, wonten ing pakempalan-pakempalan, 'Saudara-saudara tani, dalam perkumpulan-perkumpulan, ~
asring sanget dipun-rembag bab gizi. sering sekali dibicarakan tentang gizi.' Contoh kalimat yang memperkenalkan topik baru,
·-----
Ngenani asale para mahasiswa, nalika tahun 1975 'Tentang asalnya para mahasiswa, pada tahun 1975
~
diadani panaliten. diadakan penelitian,' Contoh kalimat yang menyatakan adanya sesuatu,
_________,.-
-----
~
Tekan wektu iki, ing GAMA ana 18 fakultas. 'Sampai sekarang, di GAMA ada 18 fakultas.'
Pada umumnya, susunan subyek + predikat dengan fokus informasi yang jatuh pada predikat ialah susunan netral atau susunan yang tidak bertanda. Tetapi untuk kalimat yang menyatakan adanya sesuatu, susunan inversi dengan fokus informasi yang jatuh pada subyek lebih netral daripada susunan subyek + predikat. Susunan subyek + predikat dengan fokus informasi yang jatuh pada kata kerja ana terjadi kalau penutur a tau penulis ingin menegaskan bukan hal yang ada, tetapi adanya hal itu. Contoh kalimat semacam itu ialah kalirnat pertama dalam artikel " Akeh-akehe Mahasiswa GAMA".
--
-
--------·~
Prasasat kabeh jurusan kang dumadi saka maneka warna kawruh Seperti semua jurusan yang menjadi dari aneka warna pengetahuan 15
'Hampir
semua
jurusan
dari
bermacam-macam
pengetahuan
~
ana ing GAMA kasebut. ada di GAMA tersebut. ada di GAMA tersebut.' Salah satu pola kalima't yang paling tidak netral atau yang paling bertanda, sering terdapat dalam percakapan, tetapi jarang terdapat dalam bahasa Jawa tertulis. Pola tersebut terdiri dari susunan subyek + predikat, tetapi fokus informasi jatuh pada subyek; predikatnya menjadi kesatuan informasi suplementer seperti,
- ----"'
Ugi 0tamin A kathah wonten ing ron singkong. Juga vitamin A banyak ada dalam daun ubi kayu. 'Juga vitamin A banyak terdapat dalam daun ubi kayu.'
Satu cara lagi untuk menempatkan fokus informasi pada topik. Predikat dapat dinominalkan lalu dijadikan subyek kalimat ekuatif, dan predikat kalimat ekuatif itu secara semantis sebetulnya subyek kata kerja yang dinominalkan, dan secara semantis juga menjadi topik. Contoh kalimat I . semacam 1tu,
_______,.
~
Sabanjure kang mimpin Universitas Gajah Mada yaiku 'Sesudah itu, yang memimpin Universitas Gajah Mada adalah
~
Prof Jr. H. Johannes. Prof. Ir. H. Johannes.' Menurut struktur permukaan sintaktis dan struktur semantik kalimat itu , rupanya seperti kalimat yang tidak ditandai karena kalimat itu terdiri dar\ kalimat ekuatif dengan fokus informasi yang jatuh pada predikat, tetapi menurut struktur dalam semantik, kalimat ini sangat bertanda. Cara netral untuk menyatakan arti kognitifyang sama ialah ,
~---Sabanjure, Prof Jr. H. Johannes
mimpin U11iversitas Gajaii Mada. 'Sesudah itu, Prof. Ir. H. Johannes memimpin Universitas Gajah Mada.'
16
3 .3 Referensi Tiga macam referensi yang ada dalam bahasa ialah dengan nama, dengan kata ganti, dan dengan penghilangan. Dalam bahasa Jawa referensi dengan nama dipakai untuk memperkenalkan topik baru atau untuk menegaskan bahwa topik masih sama. Biasanya topik yang sudah jelas dihapus. Oleh karena itu, dalam kalimat yang panjang yang mengandung beberapa predikat dengan subyek yang sama yang juga menjadi topik, biasanya subyek itu hanya disebut satu kali saja pada permulaan kaljmat lalu tidak disebut lagi. Dalam contoh berikut topik dicetak tegak, dan kata predikat yang subyeknya berupa topik dicetak tebal.
Kacariyos, Sang Drona sasampunipun katilar seda dening Bagawan 'Diceritakan orang, Sang Drona sesudah ditinggal mati oleh Bagawan Baradwaja, /ajeng kesah saking pertapaan, krama kalihan Dewi Krepi. Baradwaja, lalu pergi dari pertapaan, kawin dengan Dewi Krepi.' Kalau ada topik dengan beberapa predikat, topik itu tidak selalu diletakkan di permulaan kalimat. Topik itu dapat juga diletakkan sesudah predikat pertama , seperti dalam contoh berikut, Pirsa kawontenan punika, · Bagawan Ram a Paras\l tuwuh welasipun 'Mengetahui keadaan itu, Bagawan Rama Parasu timbul rasa kasihannya
dhateng Sang Drona. terhadap Sang Drona.' Kadang-kadang kalau topik lama diteruskan, topik itu tidak disebut lagi pada permulaan kalimat baru. Contoh,
Ananging sasampunipun dumugi pertapan bandha-bandha gadhahanipun 'Tetapi sesudah tiba di pertapaan, barang-barang kepmiyaan Bagawan Rama Parasu sampun kalajeng telas dipun-dumaken dhateng Bagawan Rama Parasu sudah terlanjur habis dibagi-bagikan kepada para kawu/a ing sakiwa tengenipun pertapaan. (para) rakyat di kanan kiri pertapaan_.' Topik dan subyek klausa pertama dalam kalimat di atas ialah Drona, yang menurut kalimat sebelumnya Drona itu akan pergi ke pertapaan untuk minta makanan. Pronominalisasi kadang-kadang dipakai dalam bahasa Jawa untuk mene-
17
gaskan bahwa topik tetap sama, tetapi pronominalisasi itu juga sering dipakai untuk meletakkan tingkat fokus yang lebih tinggi pada topik itu daripada yang mungkin kalau topik itu tidak disebut. Contoh,
Sasampunipun Sang Drona mumpum mg babagan ulah jemparing, 'Sesudah Sang Drona sangat cakap dalam hal panah-memanah,
~~~-
~
piyambakipun lajeng nyuwun pamit dhumateng Bagawan Rama Parasu. dia Jalu minta diri kepada Bagawan Rama Parasu.'
Bahwa Sang Drona masih tetap sebagai topik dalam klausa yang kedua sudah jelas tanpa pemakaian kata ganti piyambakipun. Oleh karena itu, dari segi pandangan identifikasi topik kata ganti itu tidak perlu. Tetapi kalau dihilangkan berarti bahwa topik itu merupakan informasi yang kurang penting daripada unsur dalam kesatuan suplementer. Kalau kata ganti dipakai, kata ganti itu dapat dijadikan kesatuan antisipatori. Dalam bahasa Jawa kata ganti orang ketiga hanya dipakai untuk orang (dan kadang-kadang. dalam cerita anak-anak untuk binatang). Kalau topik meru pakan sesuatu yang tidak hidup. kata penunjuk (Ngoko: iki, kuwi, kae; krama: punika) dapat dipakai sebagai kata ganti,
-----~~
~
Kuwi kabeh dibagi werna-werna jurusan. Itu semua dibagi macam-macam jurusan . 'Itu semua dibagi menjadi bermacam-macam jurusan.' Topik kalimat sebelumnya ialal1 18 fakultas.
18
4. KATA RANGKAI Di dalam bab-bab sebelumnya telal1 diteliti aneka gejala pada tingkat klausa yang bagaimanapun juga merupakan rangkaian klausa ke klausa yang membentuk beberapa macam struktur yang ada secara menyeluruh dalam wacana. Sekarang perhatian dialihkan pada sekelompok unsur leksikal yang fungsinya merangkaikan klausa. Unsur-unsur leksikal tersebut dapat dianggap sebagai predikat super, yang argumennya yaitu klausa. Grimes membedakan antara predikat leksikal dengan predikat retoris. Argumen predikat leksikal, termasuk di dalamnya kata kerja dan beberapa kata sifat, dibedakan menurut peran semantisnya: Sedangkan predikat retoris tidaklal1 demikian. Di dalam wacana biasanya predikat retoris mendominasi predikat leksikal, tetapi tidak selalu demikian . Grimes tidak membicarakan kata-kata tertentu di dalam bahasa-bahasa tertentu. Dia membicarakan macam-macam hubungan semantis, yang biasanya menautkan klausa bersama-sama, tetapi kadang-kadang dapat juga berada di antara unsur-unsur di dalam suatu klausa. Grimes memilah predikat retoris ; di sini dibicarakan pilahan dengan r.ingkas. Tidak semua istilahnya sesuai dengan kata rangkai dalam bahasa Jawa , tetapi sekali telah ditetapkan suatu kerangka teori dan istilah, akan lebih mudah untuk membicarakan kata rangkai dalam bahasa Jawa itu. Ada tiga macam predikat retoris yaitu, paratactic, hypotactic, dan neutral. Predikat paratactic mendominasi seluruh argumennya secara koordinatif. Ada dua macam predikat paratactic, yaitu alternative dan response. Alternative menghubungkan suatu rentetan bagian yang hanya salah satu saja yang betul atau dapat dipilih. Di dalam bahasa Indonesia alternative ini dinyatakan dengan atau seperti di dalam kalimat,
Kamu boleh memilih ini atau itu. yang berarti bahwa orang yang diajak bicara harus memilih satu dan bukan kedua-duanya dari barang-barang atau hal-hal yang ditawarkan. J(adang-kadang pilihan dinyatakan secara tak langsung dan predikat retoris tidak direalisasi dengan bentuk laur apa pun seperti dalam lagu populer, 19
Yang itu, yang ini, mana yang kaupilih? Macam predikat paratactic yang kedua, yaitu response, terdiri dari dua variasi, yaitu question dan answer serta remark ' dan reply. Dalam kebanyakan bahasa, termasuk Indonesia, tidak ada kata rangkai khusus untuk menandai salah satu hubungan predikat ini. Kesirnpulan hubungan predikat ini justru cenderung ditarik dari konteks. Predikat hypotactic mempertalikan seluruh argumennya dengan suatu proposisi yang mendominasinya. Perbedaan antara suatu predikat paratactic dengan hypotactic dapat dilukiskan dengan !iiagram berikut,
Predikat Paratactic Prop.
Pred.
Arg.
I
(Predika t Para tactic)
----Arg.
(Arg.) dsb.
Predikat Hypotactic
Pred.
I
Prop.
Arg. (prop.)
1~-----Arg . Arg. (Arg.)
Pred.
I (Predikat Hypotactic)
dsb.
Ada tiga subkelompok predikat hypotactic, yaitu supporting, setting, dan identification Predikat supporting menambah detail, menerangkan, atau memperkuat. Ada tujuh tipe predikat supporting, di dalamnya ter· masuk attributive, equivalent, specifically, explenation, evidence, analogy, dan manner. Predikat attributive menambah kualitas suatu argumen. Bila seorang tokoh dalam suatu cerita dilukiskan, pelukisannya dihubung· kan dengan tokoh tersebut secara semantis oleh sebuah predikat attributive.
20
Berik:ut \ni contoh yang diambil dari teks Siaran Pembinaan Bahasa Jawa,
Sang Drona punika satunggaling guru ingkang sejati, guru [sang Orona itu salah satu guru yang sejati, guru] 'Sang Orona itu saiah satu guru yang sejati, guru ingkang tanggel jawab minteraken para muridipun. [yang tanggung jawab memandaikan para muridnya] yang bertanggung jawab memandaikan para muridnya.• Sejati 'sejati' dan tangge/ jawab minteraken para muridipun 'bertanggung jawab memandaik:an para muridnya' merupakan argumen yang dihubungkan dengan guru 'guru' oleh predikat attributive. Di dalam bahasa-bahasa tertentu unsur semantis predikat attributive mungkin atau mungkin tidak dinyatakan dengan suatu bentuk khusus, dan bila demikian maka bentuk tersebut mungkin berupa jenis kata apa saja dari beberapa jenis kata. Dalam bahasa Inggris hal itu kadang-kadang dinyatakan dengan kata kerja to be, kadang-kadang dengan konstruksi sintaktis lainnya. Predikat attributive tidak hanya ditemui di dalam cerita-cerita untuk melukiskan tokoh-tokohnya saja, tetapi juga dalam artikel nonfiksi, misalnya dari artikel Sumber Gizi Mirah ditemukan, Ron singkong menika 'Daun singkong itu
ingkang kasebat sumber gizi mirah yang disebut sumber gizi murah
/an gampil kapanggihaken. dan mudah didapatkan.' Dalam kalimat ini mirah 'murah' dan gampil kapanggihaken 'mudah didapatkan' dihubungkan dengan sumber gizi 'sumber gizi' dengan sebuah predik:at attributive. Suatu predikat equivalent mengemukakan kembali informasi, atau memberi nama lain dari hal yang sama. Kalimat-kalimat yang setara menghubungkan predikat luar dengan subyek luar melalui sebuah predikat equivalent yang pokok. Berikut ini sebuah contoh kalimat setara yang diambil dari teks Siaran Pembinaan Bahasa Jawa,
Bagawan Drona punika anakipun brahmana nama Baradwaja. [bagawan Drona itu anak brahmana nama Baradwaja] 'Bagawan Drona itu brahmana bernama Baradwaja'. anak Dalam kalimat ini anakipun brahmana (nama Baradwaja) dihubungkan
21
dengan Bagawan Drona oleh predikat equivalent yang pokok. Predikat eq uivalent dalam bahasa-bahasa tertentu mungkin atau mungkin tidak dinyatakan dengan bentuk-bentuk luar yang khusus. Dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa yang lain kesetaraan biasanya dinyatakan dengan kata kerja to be, meskipun tidak selalu demikian. Dalam bahasa Indonesia hal itu mungkin dinyatakan dengan adalah atau ialah, atau bila argumennya merupakan frase deskriptif subordinatif, dinyatakan dengan yaitu, atau tidak dinyatakan dengan apa-apa sama sekali. Predikat specifically menghubungkan suatu argumen yang umum dengan yang khusus, seperti mislnya dalam,
. . . wonten widodari, nama Ghretawira dengan Ghretawira merupakan suatu contoh khusus dari kategori umum widodari 'bidadari'. Explanation menghubungkan suatu sebab/alasan dengan pernyataan yang lain. Dalam bahasa Indonesia hubungan ini dinyatakan dengan karena seperti di dalam,
Mesin tape itu tidak jalan karena kabel listriknya belum dipasang. Evidence menghubungkan suatu bukti dengan suatu pernyataan yang_ tegas. Di dalam dua kalimat, Jalan Sala banjir. Saya baru lewat sana. kalimat kedua dihubungkan dengan kalimat pertama melalui predikat evidence. Seperti dalam bahasa Indonesia, hubungan ini mungkin tidak ditandai dengan bentuk luar apa pun. Analogy mempersamakan satu hal dengan hal yang lain. Contoh,
Kebiasaan merokok itu seperti membakar uang. Dalam bahasa Indonesia predikat analogy dinyatakan dengan seperti. Manner menghubungkan kata tambahan luar dengan proposisi atau hal, seperti dalam kalimat,
Tono dapat menulis dengan baik. Manner sering ditandai dengan kata dengan dalam bahasa Indonesia. Subkelompok yang kedua dari predikat hypotactic ialah setting. Ada tiga macam predikat setting: location, time dan direction. Arti predikat setting tersebut tentunya cukup jelas dan kira11ya tidak memerlukan
22
contoh-contoh. Subkelompok yang ketiga dari predikat hypotactic, yaitu identification. Ada tiga macam predikat identification, yaitu representative, replacement, dan constituency. Representative mengkhususkan satu unsur dalarn suatu kelompok dan membiarkannya berdiri dalam kelompok itu se.b.agai suatu keseluruhan. Suatu strategi wacana yang demikian agak hiasa dalam bahasabahasa Indo-Eropa yang membuat bentuk tunggal dan jam~k sebagai ciri yang merupakan keharusan, yang salah satu di antaranya harus dibubuhkan pada setiap kata benda yang dapat dihitung. Jadi di dalam kalirnat bahasa Inggris,
The average voter finds it hard to make up his mind. 'Rata-rata pemilih menemui kesukaran untuk memberikan keputusaq.' disusun secara berbeda, baik secara sintaktis maupun semantis, dari
Most voters fird it hard to make up their minds. 'Kebanyakan pemilih menemui kesukaran untuk memberikan keputusan.' meskipun kedua kalimat tersebut mengungkapkan fakta ekstralinguistis yang sama. Kalirnat pertarna di atas mengandung suatu predikat retoris yang representative, sedangkan kalimat yang kedua tidak. Dalam bahasabahasa Nusantara (Indonesia), bagaimana pun juga, kategori semantik tunggal atau jamak hanyalah diungkapkan apabila si penutur merasa bahwa hal itu relevail a tau ada hubungannya, dan- di dalarn membuat generalisasi dia biasanya tidak merasa seperti itu. Bahkan sangat sukar untuk menterjemahkan kedua kalimat bahasa Inggris di atas sehingga perbedaan antara keduanya tampak jelas. Dengan demikian, predikat representative itu tidak begitu penting dalam suatu pembicaraan mengenai bahasa-bahasa di Indonesia. Macam yang kedua dari predikat identification yakni replacement, yang membatasi satu hal yang menggantikan hal yang Jain. Penutur bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa Jain di Indonesia sering melakukan hal ini bila mereka mengatur gelas atau piring atau benda-benda lainnya di atas sebuah meja untuk mewakili lokasi fisik yang tengah mereka bicarakan, seperti misalnya Jokasi beberapa' sawah, orang-orang, atau rumah-rumah dalam hubungan yang satu dengan Jainnya, tetapi tidak ada bagian leksikal khusus untuk mengungkapkan ide tersebut; artinya menjadi jelas dari konteksnya. Macam yang ketiga dari predikat identification yaitu constituency,
23
yang mengidentifikasi suatu bagian dalam hubungannya dengan suatu keseluruhan. Dalam bahasa Indonesia ide ini mungkin diungkapkan dalam beberapa cara tergantung dari sifat bagian dan keseluruhan itu. Ide itu seringkali diungkapkan dengan se- dengan suatu bandingan, seperti dalam,
Dia seorang Batak. Mangga itu semacam buah. Sebagai tambahan untuk ketiga macam predikat identification ini, maka attributive, specifically, dan equivalent mungkin juga dipilah dalam 1 identification. Kelas utama yang ketiga dari predikat retoris ialah predikat neutral. Predikat paratactic, seperti telah disebut, mendominasi seluruh argurnennya secara sederajat, sedangkan predikat hypotactic mempertalikan seluruh argumennya dengan suatu proposisi yang mendominasinya. Predikat neutral bukan paratactic dan bukan pula hypotactic, tetapi memiliki bentuk baik paratactic maupun hypotactic. ltulah predikat retoris yang paling umum terdapat dalam teks. Ada tiga macam predikat neutral, yaitu collection, covariance, dan adversative. Collection dalam bentuk paratacticnya merupakan suatu daftar dua hal atau lebih. Dalam bentuk hypotacticnya satu anggota dianggap sebagai yang terkemuka atau pokok, sedang yang lainnya bersifat subordinatif, seperti dalam kalimat ,
Tadi saya main badminton dengan Tono. Di . sini saya merupakan pusat, To no merupakan subordinasi. Kalimat itu dapat diubah untuk menyatakan collection secara paratactic seperti berikut,
Tadi saya dan Tono main badminton. Macam yang kedua dari predikat neutral yaitu covariance. Suatu predikat covaria.nce memerlukan : dua argumen yang dibedakan sebagai antecedent dan consequent. Bentuk paratactic dalam bahasa Inggris adalah X therefore Y. Dalam bahasa Indonesia hal itu mungkin X maka Y. Dalam bahasa lnggris, bentuk hypotactic dengan consequent sebagai pusat, yaitu Y because X; dalam bahasa Indonesia menjadi Y karena X. Dalam bahasa lnggris bentuk hypotactic dengan antecedent sebagai pusat adalah X which is why Y, yang dalam bahasa Indonesia sukar untuk diungkapkan. Barangkali menjadi X, dan hal itu menyebabkan Y.
24
Ada dua macam lainnya dari predikat covariance, yaitn result dan purpose. Result mengandung suatu kondisi pad a indeks waktu: antecedent harus mendahului consequent dalam waktu. Purpose serupa dengan result, kecuali bahwa consequent-nya mendominasi suatu predikat bermaksud yang bersifat mencampuri. Dalam bahasa Inggris hal ini mempunyai bentuk X so that Y. Dalam bahasa Indonesia bentuknya X supaya Y. Tipe yang ketiga dari predikat neutral yaitu adversative. Dalam bentuk paratacticnya maka apa yang telah terjadi disajikan di samping apa yang tidak terjadi,
Saya harus berenang atau mati waktu itu. Dalam bentuk hypotactic-nya maka apa yang tidak demikian merupakan subordinasi terhadap hal yang sedang ditegaskan, seperti misalnya, Saya pilih berenang daripada mati . PREDIKA T RETORIS Predikat Paratactic
Alternative--------- ResJ?Onse
~
question + answer
remark + reply
Predikat Hypotactic
---------~~-----Setting Identification
Supporting
locatio~ection time
attributive
representative replacement (attributive) (specifically) (equivalent) manner Predikat Neutral
collective
covariance
Diagram berikut ini meringkaskan pilahan predikat menurut Grimes.
Seperti telah dikemukakan dalam pennulaan bab ini, Grimes memilah suatu macam gejala semantik, dan bukan kata-kata dalam bal1asa yang terten tu apa pun. Baqmgkali tidak ada satu bahasa pun di dunia ini yang mempunyai seperangkat kata rangkai yang satu per satu modelnya cocok dengan predika t retoris menurut Grimes. Lebih jauh lagi kebanyakan bahasa barangkali mengandung kata-kata yang berfungsi untuk merangkaikan klausa , kalimat, atau bagian wacana yang lebih besar, tetapi yang tidak cocok dengan predikat retoris mana pun dari Grimes dan yang mengandung macam arti lain . Pastilah masalah ini juga terjadi pada bal1asa Jawa. Kumpulan materi yang sangat banyak, mungkin saja belum mengandung semua kata rangkai yang dipergunakan dalam bal1asa Jawa Modem. Bagaimanapun juga, materi uyang terkumpul dapat dipilih menjadi tiga kategori pokok, yaitu materi yang cocok dengan predikat neutral Grimes , materi yang cocok dengan predikat hypotactic Grimes, dan materi yang tidak cocok dengan predikat retoris mana pun dari Grimes. Kelihatannya tidak ada kata rangkai apa pun dalam bahasa Jawa yang cocok hanya dengan predikat para,tactic mana pun dari Grimes. Kata rangkai yang dipakai untuk mengungkapkan alternative juga mengungkapkan adversative. Sebetulnya perbedaan antara paratactic dan hypotactic tidak nampak sangat relevan untuk bahasa Jawa . Subordinasi logis yang sangat umum dalam teks yang ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa jarang atau bahkan tidak ada dalam bahasa-bal1asa Austronesia. Subordinasi sintaktis dire4]isasi dengan nominalisasi atau dengan pemakaian kata perangkai yang tidak cocok dengan predikat retoris mana pun dari Grimes. Bagaimana pun juga, predikat neutral dan hypotactic mempunyai perbedaan semantis lainnya yang diperlukan untuk membedakannya. Predikat neutral untuk sebagian besar menunjukkan hubungan logis antara klausaklausa, sedang predikat hypotactic berkepentingan dengan masalal1-masalah penampilan, yaitu setting dan identifikasi karakter. Dengan demikian akan tetap digunakan dua kategori ini sebagai dua kategori yang berbeda. Kata perangkai bahasa Jawa yang cocok dengan predikat neutral Grimes akan disebut perangkai logis (logical connectives); yang sesuai dengan predikat hypotactic Grimes akan disebut perangkai penampil (staging connectives), sedangkan yang tidak sesuai dengan predikat retoris mana pun akan disebut sebagai perangkai nonretoris (non-rhetorical connectives). Setiap kategori mengandung beberapa subkelas. Logical connectives dapat dibagi lebili jauh lagi menjadi perangkai covariance, collective, dan alternative (adversative Grimes). Perangkai
26
covariance jumlahnya paling banyak dan beraneka ragam. Semua perangkai covariance menghubungkan suatu antecedent dengan suatu consequent, tetapi ada beberapa yang menandai antecedent-nya dan ada beberapa lagi yang menandai consequent-nya. Ada beberapa yang biasanya muncul dengan suatu kata perangkai kedua yang menandai bagian yang lain. Dan ada beberapa yang memerlukan satu atau lain susunan dalam menyebut dua bagian itu . Satu ciri pembeda selanjutnya yaitu apakah antecedent-nya actual (Because X, nzaka Y) a tau hypo thetical ( If X, maka Y). Karena Kalau Akhirnya, haruslal1 dikemukakan di sini bahwa beberapa eks yang dikumpulkan adalah dalam bentuk Krama, ti.ngkat formal dan haluslsopan, sedangkan beberapa lainnya dalam bentuk Ngoko, tingkat informal. Dengan demikian, kata rang)
Dene menawi badan kita ngantos kekirangan salah satunggaling 'Maka kalau badan kita sampai kekurangan salah satu zat ingkang kita sebat wau, temtu badhe ngalami gangguan. zat yang kita sebut tadi, tentu akan mengalami gangguan.' 27
Pada kalimat pertama antecedent-nya adalah (yen) mekaten '(kalau) begitu', dan consequent-nya adalah (amesthi} kirang prayogi kedadosanipun '(mesti) kurang baik kejadiannya'. Pada kalimat kedua antecedent-nya adalah dene (menawi) badan kita ngantos kekirangan salah satunggaling zat ingkang kita sebat wau 'Maka (1~llau) badan kita sampai kekurangan salah satu zat yang kita sebut tadi' ; dan consequent-nya adalah (temtu) badhe ngalami gangguan '(tentu) akan mengalami gangguan'. Kadangkadang susunan. dua unsur tersebut dibalikkan , yakni consequent-nya disebut lebih dahlif'I u atau pertama kali, seperti dalam kalimat berikut,
Dene racun wau 'Maka racun tadi
mbebayani menawi kita dhahar ngantos kalau kita makan sampai membahayakan
kathahipun langkung saking 50 mgr. banyaknya lebih dari 50 mgr.' Consequent-nya di sini y.aitu Racun wau mbebay ani ' Racun membahayakan.' · Setiap ahli bahasa mimgetahui , kebanyakan kata dalam kebanyakan bahasa memiliki lebih dari satu " arti". Hal semacam ini juga terjadi pada kata rangkai dalam bahasa Jawa. Pilahan ini didasarkan pada pemakaian yang paling umum dari kata rangkai tersebut, tetapi harus juga diberikan pemakaian y ang sekunder. Dalam teks-teks yang terkumpul didapati tiga pemakaian yang merupakan perkecualian dari yen. Suatu contoh kata rangkai menawa juga terdapat dalam salah satu dari tiga pemakaian yang merupakan perkecualian tersebut. Satu-satunya contoh kata nek merupakan suatu variasi terhadap satu dari ketiga pemakaian yang me rupakan perkecualian. Bagaimana pun juga intuisi mengisyaratkan bahwa ketiga kata tersebut, yen, menawa, dan nek (dengan menawi sebagai padanan Krama dari menawa dan nek) dapat digantikan dalam pemakaian primemya sebagai penanda suatu antecedent hypothetical yang terdapat pada sebuah kalimat covariance seperti juga dalam ketiga pemakaian yang merupakan perkecualian tersebut. Pemakaian yang pertama yang merupakan perkecualian, yaitu untuk menandai bagian pertama suatu urutan sementara, terutama dalam suatu kalimat perintah. Contohnya, Yen sampun ajer kados toya, gendhis lajeng kalebetaken. 'kalau sudah hancur seperti air, gula lalu dimasukkan.' Contoh satu-satunya kata rahgkai nek dalam teks-teks yang terkumpul adalah suatu variasi pemakaian yang merupakan perkecualian, 28
.Kaya awake dhewe iki biasane mangan daging mi11g nek 'Seperti kita ini bisa(nya) makan daging hanya kalau pas gendurenan kuwi wae. waktu kenduri itu saja.' Di sini susunan klausa yang ditandai dengan suatu kata rangkai dan klausa yang dirangkaikannya dibalikkan dan hubungan sementaranya tidaklah urut (seperti ditunjukkan o!eh kata samp1111 dalam contoh pertama ), tetapi serentak (seperti ditunjukkan oleh kata pas dalam contoh ini). Pemakaian yang merupakan perkecualian yang kedua adalah untuk menandai suatu klausa subordinatif secara sintaktis (anak kalimat), yaitu suatu klausa ya ng berfungsi secara sintaktis sebagai subyek atau obyek sebuah kata predikat. Contoh ,
Tangeh y en saged adamel nzareming panggalilzipun 'Tak mungkin kalau bisa membuat puas hatinya priya ingkang kawilang pi11ter kadus panjenengan pria yang terhitung pandai seperti saudara .' Di sini seluruh klausa yang mengikut i yen berfungsi sebagai subyek dari tangeh 'tak mungkin' . Satu-satunya contoh pemakaian kata rangkai manawa yang merupakan perkecualian adalah dari suatu tipe yang serupa,
lay angmu, nampa nyaritakake manawa . . . aku wis 'saya sudah menerima suratmu (yang) menceritakan bahwa apuntltita marang Kaki Duma. kuwe saiki kamu sekarang berguru kepada Kakek Duma. Dalam kalimat ini klausa yang meng1k uti manawa berfungsi sebagai obyek kata kerja nyaritakake 'menceritakan'. Pemakaian kata rangkai yen yang ketiga yang merupakan perkecualian ialah untuk menandai bagian pertama suatu perbedaan atau kontras. (Kebanyakan bahasa mempunyai suatu partikel rangkai untuk menandai bagian yang kedua, seperti kata tetapi dalam bahasa Indonesia). Contoh pemakaian yang merupakan perkecualian yaitu,
Yen nalika nzadege tenaga kang mulang kanthi 'Kalau pada waktu mendirikannya tenaga yang mengajar dengan tetep ing GAMA mung ana 7,
saiki
wis
luwih saka 900. 2~
tetap di GAMA hanya ada 7, sekarang sudah lebih dari 900.' Kalimat ini membedakan jumlah anggota staf pengajar pada waktu GAMA didirikan dengan jumlah anggotanya sekarang. Partikel rangkai yen menandai bagian pertama dari perbedaan tersebut. Dengan demikian pemakaian partikel rangkai yang merupakan perkecualian yang umumnya menandai antecedent suatu hubungan covariance yang hypothetical termasuk (1) ur:tuk menandai suatu hubungan sementara, (2) untuk menandai suatu klausa subordinatif (anak kalimat), dan (3) untuk menandai bagian pertama suatu perbedaan atau kontras. Arti semuanya ini juga diungkapkan oleh partikel rangkai lainnya. Kelompok perangkai covariance yang kedua menandai antecedent sliatu hubungan covariance yang aktual. Kata rangkai itu kira-kira berarti 'karena', Di dalamnya termasuk awit (saking) (K, Ng) ; jalaran (K, Ng); (a)marga (Ng) I (a)margi (K); dan sebab (K, Ng); sebabe (Ng) I sebabipun (K). Dalam bahasa Jawa, seperti juga dalam banyak bahasa, meskipun susunan netral yang logis adalah antecedent diikuti oleh consequent, tetapi kalimat-kalirnat yang mengungkapkan hubungan covariance yang aktual, susunan sintaktisnya yang paling netral adalah justru kebalikan nya. Contoh,
. . . kula tansah kendel kemawon, jalaran ewed anggen 'saya selalu diam saja karena bingung (cara?) kula badhe ngaturi wangsulan. saya mau memberi jawaban.' Klausa yang ditandai dengan jalaran 'karena' mungkin merupakan suatu kalimat terpisah seperti" dalam,
Sakmenika sampun awis kita pireng kadang ingkang keracunan keracunan 'Sekarang sudah jarang kita dengar saudara yang umumipun amargi dhahar sayur ron singkong. Jalaran karena makan sayur daun singkong. Sebabnya (pad a?) umumnya sampun sami priksa caranipun ngawekani sudah . . . tahu caranya menghindari.' Di sini satu hubungan covariance membentuk consequent dari suatu hubungan covariance yang lebih luas., Antecedent dari hubungan covariance 30
yang dibubuh.kan ditandai dengan amargi, sedangkan antecedent dari h~bungan covariance yang mendominasi, yang membentuk suatu kalimat terpisah, ditandai dengan jalaran. Kelompok perangkai covariance yang ketiga menandai consequent dari suatu hubungan covariance yang aktual. Yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu dadi (Ng) I dados (K); mula (Ng) I (a)mila, pramila (K). Contohnya sebagai berikut,
Pakdhe nalika semana isih rada enom, durung pati akeh 'Paman waktu itu masih agak muda, belum begitu banyak pengalamane, dadi isih sok dhemen nesu. pengalamannya, jadi masih kadang-kadang suka marah.' Kadang-kadang kata dalam kelompok ini menandai suatu kesimpulan yang didasarkan tidak hanya pada klausa atau kalimat yang mendahului saja, tetapi juga pada suatu rentetan pengamatan atau argumen. Suatu contoh pemakaian ini ialah,
. . . Kanthi bukti kasagahanipun punika Sang Drona sanget ... 'Dengan bukti kesanggupannya itu Sang Orona sangat sinungga-sungga dening Korawa saha Pandhawa. Dar;Jos miturut oleh Korawa dan Pandawa. Jadi, menurut kitab Adiparwa . .. Sang Drona punika satunggaling guru kitab Adiparwa ... Sang Orona itu salah satu guru ingkang sejati. yang sejati.' Oalam contoh ini kesimpulan yang ditandai dengan dados 'jadi' tidak hanya didasarkan pada kalimat yang mendahuluinya saja, tetapi juga pada keseluruhan cerita yang mendahuluinya. Kelompok keempat kata rangkai covariance menandai consequent dan didominasi oleh suatu predikat _bermaksud . Termasuk dalam kelompok ini ialah amrih, supaya, dan perlu. Sebuah contoh kata rangkai yang demikian terdapat dalam kalimat,
. kowe saiki apuruhita marang Kaki Drona supaya bisa · · · 'kamu sekarang berguru kepada Kakek Orona supaya bisa 31
jumeneng ratu kang kajuwara. menjadi ratu yang terkenal.' Sebagai tambahan untuk keempat kelompok kata rangkai tadi, ada dua kata rangkai lainnya yang barangkali merupakan contoh covariance juga, meskipun keduanya mengandung arti yang lain. Yang pertama, gek, menandai consequen t dan kira-kira berarti '[bagaimana kalau] [antecedent] dan kemudian [consequent]'.
Ingkang kula kuwatosaken mangke sampun kalajeng dhaup, 'Yang saya kuatirkan nanti sudah terlanjur menikah, gek boten saged widada. terus tidak bisa selamat.' Kelompok terakhir kata rangkai covarience tersebut, yaitu ngantos yang juga menandai consequent dan kurang lebih berarti ' [an tecedent] terjadi sampai taraf tertentu hingga [consequent]' . Contohnya,
Mila nyuwun pangestu panjenengan sami, amrih lampahing 'Maka mohon restu saudara semua supayajalannya layon ngantos dumugi sak rampunging panguburanipun. jenazah hingga tiba ke akhir penguburannya.' Kelompok kedua kata rangkai lo,gis yaitu collective. Kebanyakan kata rangkai logis ini membentuk suatu kelompok yang besar yang tidak dapat dibagi lagi lebih jauh. Perangkai tersebut berfungsi urituk menghubungkan dua bagian atau lebih dari suatu grup , ditempatkan sebelum bagian yang terakhir. Dalam kebanyakan contoh yang dikumpulkan, bagian-bagian yang dihubungkan ialah frase kata benda atau kata ,kerja dan bukan klausa lengkap atau kalimat. Namun yang disebut belakangan juga terjadi. Katakata rangkai dalam kelompok ini ialah ian (Ng, K), saha (Ng, K), sarta (Ng, K), tuwin (K) / (Ng: ian) , miwah (K) I (Ng : ian), dalah (Ng , K), dan karo (Ng) I kaliyan (K). Sebuah contoh kata benda yang dihubungkan dengan kata benda untuk membentuk frase jamak ialah, .
. . . para Korawa saha Pandhawa . . . . 'para Korawa dan Pandawa. ' Sebuah contoh klausa yang dihubungkan dengan klausa yaitu,
Dipun-godhog . . . ian toya dipun-bucal. 32
'Dire bus
. . . dan air
dibuang. '
Dan berikut ini sebuah contoh kalirnat yang dihubungkan dengan kalirnat,
Saksampunipun menika singkong saged kawatan sampun boten 'Sesudah itu singkong bisa disebut sudah tidak ngemu racun malih Lan bab gizi/sari tetedhanipun mengandung racun lagi. Dan tentang gizi/sari makanan itu tetep kathah, boten ical. tetap banyak, tidak hilang.' Dari kata-kata rangkai collective yang tercantum di atas, karo/kaliyan mungkin juga dipergunakan secara hypotactical, yakni untuk mengsubordinatifkan satu bagian atau lebih dari suatu kumpulan. Di bawah ini contoh pemakaian kata rangkai tersebut,
. . . kowe krungu anggonku udur bab ... 'kamu dengar (waktu) saya ramai-ramai tentang bebener karo swargi eyang putrimu dalah ibumu apa yang benar dengan almarhum nenekmu dan ibumu pisan juga :Yang menjadi pusat di sini ialah -ku dari anggonku dan bagian-bagian yang merupakan subordinasi dari kumpulan itu adalah swargi eyang putrimu 'nenekmu almarhum' dan ibumu 'ibumu'. Satu tambahan kata rangkai collective yang berbeda dengan yang lain ialah ugi 'juga'. Kata itu juga menandai bagian terakhir dari suatu kumpulan, tetapi biasanya bagian itu disebut dalam sebuah kalirnat tersendiri atau terpisah, dengan irnplikasi bahwa bagian ini diintrodusir sebagai informasi tambahan. Biasanya ugi ditempatkan sesudah bagian dari kumpulan yang ditandainya d~ bukan sebelurnnya. Bagairnanapun juga, kata itu masuk pada akhir suatu unit informasi, baik unit yang bersifat lebih dulu maupun unit yang merupakan pusat dan dengan demikian menerirna suatu tingkatan yang lebih besar dari fokus informasi daripada kemampuan kata-kata rangkai collective lainnya karena tidak satu pun kata rangkai yang lain itu dapat berada pada akhir suatu unit informasi. Berikut ini contoh penggunaan ugi,
33
wonten ing pertapanipun
Sang Drupada punika ugi sinau 'Sang Drupada itu Ba~awan
juga belajar
di
pertapaan
Baradwaja.
Bagawan Baradwaja.' Dalam sebuah kalimat sebelum kalimat di atas disebutkan, bahwa Drona belajar pada Bagawan Baradwaja. Di sini ditambahkan bahwa Drupada juga belajar di sana . Dalam bahasa Jawa suatu hubungan adversative diungkapkan dengan utawa (Ng) / utawi (K). Contohnya ,
. . . kula nyuwun katrangan .. . 'saya
minta
sakedhik; punapa adhi sampun
keterangan sedikit
apakah adik sudah
katantun piyambak dhateng ingkang rama utawi ingkang ibu . dimintai sendiri
(oleh?)
bapak
atau
ibu
Kebanyakan co ntoh yang terdapat dalam teks yang dikumpulkan , bagaimanapun juga, mengungkapkan suatu hubungan equivalence. Dalrun hal ini contohnya,
Tembung drona ing 'Kata
basa
Jawi Kina utawi basa
drona dalam bahasa Jawa Kuno atau
Kawi
bahasa Kawi
ateges jun. berarti jun.' Di sini secara sederhana basa Kawi mcrupakan nama lain , a tau suatu padanan basa Jawi Kina. Dalam bahasa Jawa perangkai penampil (staging co nnectives) dapa! dibagi menjadi perangkai supporting (penopang) dan temporal (sementara). Perangkai supporting dapat dibagi lagi menjad i perangkai spccUi'cally-equivalent, perangkai yang mcngungkapkan analogy, dan perangkai yang mengungkapkan manner. (I) Sebagai tambahan utawa/ utawi yang disebut di atas, (2) m ekaten dapat mengungkapkan suatu macam cquimlcnt. Contoh,
Mekaten para kadang tani 'Begitu
sc.\·erctJall
sumber gizi ingkang miraft fan ga111pil. sumber gizi yang
34
sawetawis bab
para saudara petani pengctahuan bebcrapa
murah dan mudah.'
!entang
Mekaten menghubungkan suatu pernyataan yang diringkas dengan teks yang mendahuluinya dan berarti 'beginilah cara X'. Dalam bahasa Jawa, equivalent, seperti juga ide yang berhubungan dengan specifically, dapat dinyatakan dengan yaiku (Ng) I inggih punika (K). Dalam arti equivalent, yaiku/inggih punika berbeda dengan utawaj utawi. Perbedaan tersebut ialah bahwa yang disebut belakangan umumnya menghub ungkan kalimat, sedangkan yang pertama biasanya menghubungkan subyek dengan predikat dalam kalimat setara. Dalam hal ini contohnya, . .. sing sethithik dhewe mahasiswane, yaiku Fakultas ... 'yang paling sedikit nahasiswanya, ialah Fakultas Filsafat . . .. Filsafat ... .' Pemakaian yaiku untuk menunjukkan specifically dapat dilukiskan dengan kalimat berikut ,
. . . . ing GAMA ana 18 fakultas, yaiku Fakultas Biologi, ... 'di GAMA ada 18 fakultas, yaitu Fakultas Biologi, Ekonomi, Farmasi, Filsafa( . .. . Ekonomi, Farrnasi, Filsafat ... .' . Dalam bahasa Jawa specifically juga ditunjukkan dengan kaya (Ng) kados (K) atau kaya dene (Ng) I kados dene (K). Di bawah ini contohcontohnya,
tangeh yen saged adamel mareming . . . . •tak mungkin (kalau) dapat membuat puas panggalihipun priya ingkang sampun kawilang pinter hatinya pria yang sudah terhitung pandai k'ados panjenengan. seperti saudara.' . . . badan kita menika saben dintenipun mbetahaken sarining ... 'badan kita itu tiap hari(nya) memerlukan sari tetedhan kados dene hidrat arangjzat tepung, lemak, protein, makanan seperti hidrad aranglzat tepung, lemak, protein,
35
vitamin-vitamin, mineral ian sakteruse. vitamin-vitamin, mineral dan seterusnya.' Bila hal yang disebut secara specifically merupakan suatu daftar beberapa bagian, maka nampakny~ kaya dene/kados dene selalu lebih banyak dipergunakan daripada kay ajkados yang sederhana itu. Satu-satunya contoh hta rangkai yang menunjukkan analogy yang terdapat dalam data, yaitu prasasat. Contoh pemakaiannya pun hanya terdapat dalam kalimat,
Prasasat kabeh jurusan kang dumadi saka maneka seperti (hampir) semua jurusan yang terjadi · dari aneka 'Hampir semua jurusan yang terdiri dari aneka warna kawruh ana ing GAMA kasebut. warna pengetahuan ada di GAMA tersebut macam pengetahuan ada di GAMA tersebut.' Di sini sesungguhnya kalimat itu tidak dihubungkan dengan apa-apa, tetapi artinya adalah 'situasi yang senyatanya ada di GAMA nampaknya ·seperti . . . (tetapi sesungguhnya tidaklah sama sekali seperti itu).' Contoh satu-satunya kata rangkai yang dikumpulkan yang menunjukkan manner adalah krona. Contoh penggunaannya pun hanya terdapat dalam kalimat ini,
Saget saksampunipun menika krona dipun-tambah sarem. 'Dapat sesudah itu dengan jalan ditambahi garam.' Perangkai temporal menghubungkan dua klausa atau kalimat berkenaan dengan waktu yang relatif keti.ka dua kejadian yang diperikannya terjadi. Dua klausa atau kalimat itu juga bisa dilukiskan sebagai antecedent, yaitu yang terjadi pertama kali, dan consequent yakni yang terjadi kemudian. Kata ·rangkai tempo fa/ yang terdapat dalam data yang menandai antecedent-nya ialah wiwit (Ng, K), sareng (K) I (Ng: kareng), sawise (Ng) I sasampunipun (K), sabanjure (Ng) I (K: sasampunipun), sakbakdanipun (K) I (Ng: sakbakdane), sapengkeripun (K) I (Ng: sapungkure), dan sadumuginipun (K) I (Ng: satekane ). Berikut . ini contoh-contohnya,
Sasampunipun Sang Drupada saged ·nyakup sadaya ngelmi 'Sesudah Sang Drupada bisa mencakup seluruh ilrnu ingkang dipun wulangaken ·dening Bagawan Baradwaja, tumunten 36
yang
diajarkan
oleh
Bagawan Baradwaja, lalu
kundur dhateng nagari Pancala. pulang ke negara Pancala.' Resi Bhisma sareng mireng palapuranipun para wayah 'Resi Bhisma sesudah mendengar laporan para cucunya wau lajeng nimbali Sang Drona. tadi terus memanggil Sang Drona.' Perangkai temporal yang menandai consequent adalah banjur (Ng) I lajeng (K) , terus (Ng, K), dan tumunten (K) I (Ng: tumuli). Contoh-contoh tumunten dan lajeng terdapat. dalam contoh-contoh kalimat di atas. Seperti dalam kedua kalimat tersebut , dalam kasus klausa yang dihubungkan secara temporal kedua antecedent dan consequent-nya sering diberi tanda. Ada lagi satu tambahan kata yang menandai consequent, yaitu saderengipun (K) I (Ng: sadurunge). Kata ini berbeda dengan kata rangkai temporal lainnya. Perbedaannya ialah bahwa dalam kalimat yang mengandung kata tersebut, susunan antecedent dan consequent- seringkali dibalikkan .. Contohnya,
. . sakderengipun kaangkataken, sumangga sesarengan ... 'sebelum . diberangkatkan, marilah bersama-sama nyuwun wonten ngersanipun Pangeran ngeningaken cipta mohon di hadapan Tuhan mengheningkan cipta kanthi keyakinanipun piyambak-piyambak .. .. menurut keyakinannya sendiri-sendiri Ada satu kelompok tambahan untuk kata rangkai temporal yang menghubungkan klausa yang melukiskan kejadian atau kondisi yang terjadi secara serentak. Klausa yang dihubungkan dengan kata rangkai yang serentak ini tidaklah dibedakan sebagai antecedent dan consequent. Sebenarnya apa yang ditandai perangkai simultan itu sering sama sekali. bukanlah merupakan suatu klausa, melainkan sebuah kata atau frase yang menunjukkan waktu ketika kejadian yang dilukiskan dalam klausa yang dihubungkan itu berlangsung atau terjadi. Perangkai simultan yaitu dhek (Ng) I kala (K) dan nalika. Biasanya dhekjkala menandai sebuah kata atau ·rrase yang menyebut bagian hari, hari dalam minggu, bulan dalam tahun, tahun atau suatu kata benda yang menunjukkan waktu. Nalika
37
biasanya menandai suatu klausa atau suatu kata ganti yang berhubungan dengan sebuah kalimat yang mendahuluinya yang melukiskan suatu kejadian yang berlangsung pada saat yang sama seperti yang dilukiskan dalam klausa yang dihubungkan . Di bawah ini contoh kata tersebut,
kala wingi jam pitu putra kekalih menika kapundhu• kemarin jam tujuh kedua anak itu diambil sowan wontening pangayunaning Pangeran. menghadap ke pangkuan Tuhan.' Nalika lairipun ponang jabang bayi· punika, ing akasa, 'Waktu lahirnya si Gabang) bayi itu , di angkasa, wonten suwanten kados dene suwantenipun jaran. ada suara seperti suara kuda.' Kata rangkai lainnya yaitu nonretoris (non-rhetorical), yang tidak cocok dengan kategori mana pun yang dilukiskan oleh Grimes. Kata rangkai tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelas tambahan, yaitu (1) perangkai yang menandai suatu klausa yang merupakan kebalikan dari pengharapan (contrary to expectations) yang ditentukan oleh suatu klausa atau kalimat yang mendahuluinya; (2) perangkai yang menghubungkan suatu klausa subordinatif (anak kalimat), yakni perangkai subordinati/; dan (3) perangkai yang menunjukkan perubahan subyek (subject change). Sebagai tambahan untuk ketiga macam perangkai tersebut ada lagi suatu kelompok kata rangkai aneka macam (miscellaneous) yang tidak cocok dengan kata rangkai yang mana pun dari kelompok-kelompok yang disebutkan di atas dan yang tidak membentuk suatu kelompok yang mempunyai ciri-ciri tersendiri di antara kata rangkai tersebut. Kata rangkai kebalikan dari pengharapan menghubungkan satu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang mengherankan bila dipandang dari pengharapan yang diperlihatkan oleh pernyataan yang pertama. Meskipun kedua pernyataan tersebut tidaklah dihubungkan secara temporal maupun secara kausal (sebab musabab), demi baiknya dapat ditunjukkan salah satu yang menimbulkan pengharapan sebagai antecedent dan satunya lagi yang menyangkal pengharapan itu sebagai consequent. Kata rangkai kebalikan dari pengharapan mungkin dapat dibagi lagi menjadi perangkai yang menandai antecedent dan perangkai yang menandai consequent. Bagaimanapun juga, dalam semua contoh yang dikumpulkan, klausa yang ditandai oleh suatu perangkai merupakan bagian yang kedua. Kata rangkai
38
kebalikan dari pengharapan termasuk sinaosa (K), sanajan (K, Ng), kamangka (K, Ng), (a)nanging (K, Ng), jebul (K, Ng), dan mangka (K, Ng). Contohnya, Priksa kawontenan makaten wau kamanipun sang brahmana 'Melihat keadaan seperti ltu air mani sang bralunana tumetes sanalika, sinaosa boten wudhar tapanipun. menetes seketika, meskipun tidak batal bertapanya.' Dua kata rangkai yang berhubungan merangkaikan sebuah klausa yang mengherankan dengan sebuah klausa yang bahkan lebih mengherankan lagi. Dua kata tersebut ialah kepara (K, Ng) dan malah (Ng, K). Sebagai contoh,
Padosipun gampil, reginipun mirah kepara kebon 'Mencarinya mudah, ·harganya murah malah (di) kebun pekaranganipun piyambak wontcn. pekarangan sendiri ada.' Seperti dalam con~o h ini, kadang-kadang sumber pengharapan awal sama sekali bukanlah suatu kalirnat dalam teks, melainkan pengetahuan umurn atau kepercayaan. Dengan demikian, klausa satu-satunya yang muncul dalam teks merupakan kontradiksi dan bahkan merupakan pernyataan yang lebih mengherankan . Kelompok kedua kata rangkai nonretoris 1alah perangkai subordinatif Ini termasuk tambahan untuk perangkai yen, menawa/menawi, dan nek yang disebut di atas, yakni bilih dan menggah. Contoh,
kula ngaturi uninga, menggah kawontenan kula . saya memberi tahu, mengenai keadaan saya wonten ing Madiun angsal pamujinipun adhi ginanjar di Madiun berkat doa adik dikaruniai wilujeng, ing riki makatena ugi. keselamatan, di sirli begitl7 juga.' Bagaimanapun juga contoh kata terangkai menggah nampaknya dipakai untuk menandai perubahan subyek. Kelompok ketiga kata rangkai nonretoris, yaitu perangkai yang menandai perubahan subyek yang kecil/sedikit (slight subject change) dan yang 39
menandai perubahan wacana yang besar (major discourse breaks). Perangkai yang menandai perubahan subyek yang kecil ialah menggah, namung (K), rehning (K), ngenani (Ng, K), dan sakjane (Ng) I sajatosipun (K). Sebagai contoh , misalnya dalam surat undangan pernikahan anak perempuan seseorang dengan seorang kapten angkatan udara tertentu , maka tempat pernikahan itu kemudian dinyatakan ,
Menggah ijab-paningkahipun ing dinten kasebut nginggil 'Mengenai nikah-kawinnya pada hari tersebut di atas wanc1 }am 7 sonten, .. .. waktu pukul 7 sore, . ... ' Perangkai yang nampaknya menandai perubahan wacana yang besar adalah wasana (K), kacarita (Ng) I kacariyos (K), ganti jejer (Ng), gandheng (Ng, K), dan dene, wondene (Ng, K). Contohnya, sesudah pelukisan arti nama Drona ,
Kacariyos sasampunipun dewasa, Drona dipun-wulang ngelmu 'Tersebutlah sesudah dewasa , Drona diajar ilmu saking kitab-kitab Wedha dari kitab-kitab Wedha Kata rangkai lainnya tidak sesuai dengan kategori mana pun yang telah ditelaah sampai sejauh ini dan juga tidak membentuk suatu kelompok dengan ciri-ciri tersendiri. Kata rangkai tersebut termasuk tete/a (K, Ng) ' ternyata', kajaba (Ng) I kajawi (K) 'selain', langkung-langkung (K) ' lebihlebih', mbokmenawa (Ng) I mbokmenawi (K) ' barangkali', mangga (K) 'mari', saiba (Ng, K) 'alangkah', dan tumrape (Ng) 'bagi', Tidak perlu kiral)ya contoh masing-masing kata tersebut diberikan, karena contohnya dapat ditemui dalam teks yang termuat dalam lampiran. Analisis kata rangkai bahasa Jawa ini hanyalah meru~an suatu studi pendahuluan. Tak diragukan lagi pastilah ada kata rangkai lain yang belum termasuk di sini dan pilahan kata rangkai yang telah ditelaah juga masih kasar; sedangkan pemakaian yang merupakan perkecualian barangkali lebih .banyak lagi jurnlahnya daripada yang telah disebutkan di sini. Bagaimanapun juga pilihan ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang kata rangkai bahasa Jawa .
5. MACAM WACANA DALAM BAHASA JAWA 5.1 Macam Wacana Bahasa Jawa Modem Menurut R.E. Longacre Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang wacana bahasa Jawa marilah ditelusuri lebih lanjut beberapa macam pilahan dan pandangan mengenai macam-macam wacana dalam bahasa Jawa Modern menurut Robert E. Longacre. Pacta pokoknya wacana · dalam bahasa Jawa modern dapat dibedakan menjadi: 1) Wacana naratif. wacana ini biasanya dipergunakan untuk menceritakan sebuah cerita, misalnya saja dalam siaran-siaran radio. Uraiannya ringkas, pacta bagian-b agian yang dianggap penting sering diulang atau diberi tekanan. Biasanya dimulai dengan alinea pembukaan atau pendahuluan, kemudian menginjak pacta isi, dan akhirnya alinea penutup. Contoh wacana naratif misalnya siaran Pembinaan Bahasa Jawa, Obrolane Pak Besut, dan Siaran Mbangun Desa Oihat lampiran). 2) Wacana prosedural, ialah wacana yang biasanya dipergunakan untuk menceritakan atau memberikan keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan, atau menerangkan bagaimana hal itu dilaksanakan pacta umumnya. Biasanya mengemukakan . persyaratan-persyaratan atau pun aturan-aturan tertentu agar proses/pembuatan sesuatu itu berhasil dengan baik. Yang termasuk dalam wacana prosedural ini misalnya resep masak-memasak , resep pembuatan obat-obatan dan jamu, penyelenggaraan pertanian, perkebunan , peternakan, dan sebagainya. Pacta umumnya misalnya dalam hal resep masakan disebutkan bahan-bahannya, jumlahnya, alatnya, pengolahannya, waktunya, kemudian sampai selesainya pengolahan barang 'tersebut. Dalam hal pembuatan obatobatan dijelaskan misalnya bahan-bahan atau unsur-unsurnya, alatnya, kadar unsur-unsur , cara pengolahan, lamanya waktu, dan sebagainya. Dalam bidang pertanian misalnya penanaman sesuatu jenis tanaman agar dapat hidup dan berkembang dengan sempurna selalu disebutkan per41
syaratan tertentu, umpamanya , sesuatu jenis tumbuh-tumbuhan dapat hidup di jenis tanah te rtentu, suhu serta ketinggiannya , pemeliharaan, dan lain sebagainya. Dalam wacana ini sering juga disebutkan akibatak.iba t a tau pun .kelemahan-kelemahannya bila pelaksanaan sesua tu itu tidak sesuai dengan aturan/prosedur yang telah dikemukakan. Contoh lihat lampiran . 3) Wacana ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu; ceramah dan pidato pada umumnya termasuk dalam wacana ekspositori. Biasanya berisi pendapat atau kesimpulan dari sebuah pandangan. Selain berujud pidato , sering juga berujud artikel tentang sesuatu yang ditulis dalam majalahmajalah, surat kabar, dan sebagainya. Termasuk dalam jenis wacana ekspositori, misalnya ceramah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Sebuah contoh wac ana ekspositori ialal1 artikel " Akeh-akehe Mahasiswa Gama" yang terdapat dalam majalah Joko L odang. Lihat contoh dalam lampiran. 4) Wac ana hurtatori biasanya digunakan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendengar/pembaca agar terpikat akan sesuatu pendapat yang dikemukakan, jadi selalu berusaha agar memiliki pengiku t/penganut , a tau paling tidak menye tujui pendapat yang dikemukakan itu, kemudian terdorong untuk melakukannya. Yang tem1asuk dalam wacana hortatori misalnya khotbah-khotbah di mesjid/gereja , pidato mengenai dakwah, politik , dan sebagainya. Pacta halaman lampiran diberikan contoh wacana hortatori berjudul "Sum ber Gizi Mirah" . 5) Wacana dramatik ialal1 wacana yang mencakup beberapa orang penutur (iebih dari seorang) dan bagian naratif yang sedikit mungkin. Yang te.rgolong dalam wacana ini misalnya dalam pentas wayang orang, ketoprak, drama/sandiwara, dan ludrug. Di samping itu semua percakapan yang dimulai dan berakhir dengan kepastian juga merupakan wacana c4amatik. 6) Wacana epistolari biasa dipergunakan dalam surat-surat. Pacta umumnya ada bentuk-bentuk tertentu dan sistem tertentu pula. Dimulai dengan alinea pembuka, selanjutnya menginjak pada isi, dan diakhiri dengan alinea penutup. Dalam lampiran diberikan contoh wacana epistolari , yaitu sebuah surat "Serat saking Basir". 7) Selil.in wacana-wacana tersebut di atas masih ada sebuah lagi , yaitu wacana seremonial. Mungkin dalam bahasa Jawa merupakan macam wacana tersendiri. Contoh wacana seremonial misalnya pidato pada upacara kematian, perkawinan, dan tukar cincin. Lihat -::ontoh pidato perkawinan "Sambutan perkawinan s.ecara Katolik".
42
5.2 Pemilahan Macam Wacana secara Tradisional Wacana dalam bahasa Jawa jika diperhatikan dapat dipilah menjadi pelbagai macam, an tara lain: 1) Berdasarkan bahasa yang dipakainya Berdasarkan bahasa yang dipergunakan, wacana dalam bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi tiga macam. yaitu: a. Wacana Jawa Kunajwacana Kall'i berkembang pada abad ke- 9-18. Hasil sastranya pertama-tama ditulis dengan bahasa Jawa Kuna yang dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta . Tulisan pad a batu ternyata tulisan yang tertua dalam bahasa Jawa bercampur dengan kata Sansekerta yang bercirikan angka talmn 731 Saka atau 809 Maselli. terdapat di Dieng. Semenjak itu dapat dikatakan, bal1wa bahasa Jawa itu selalu ditulis dengan huruf India yang lama-kelamaan berubal1-u bal1 hingga sampai ke bentuk yang dipakai pacta zaman sekarang ini . Tulisan pada batu. emas, dan tembaga, sudal1 barang tentu hanya .memuat karangan yang ringkas saja. Tulisan yang panjang-panjang ditulis pacta daun tal. Tetapi daun itu tidak taham hingga beratus-ratus talmn. Akan tetapi. oleh karena kitab bacaan itu biasanya berulang-ulang ditulis , maka sampai sekarang pun masi11 ada tulisan-tulisan pada daun tal. Mungkin tulisan macam itu yang asli sudah dibuat beratus-ratus tahun yang lalu. misalnya: kitab Canda-karana. ditulis pada daun tal, isinya pelajaran tembang atau nyanyian. Kitab itu serupa dengan kamus yang disusun menurut abjad India. Kalau disamakan dengan Kitab Jawa zaman sekarang, mirip dengan kitab Dasanama. Kitab ini merupakan kitab bacaan yang tertua karena di dalamnya disebutkan nama seorang raja keturunan Syailendra yang mendirikan Candi Kalasan, kira-kira pada talmn 700 Saka . Kitab lain yang termasuk kuna. yaitu Ramayana, berbahasa Jawa Kuna berbentuk tembang . Menurut penyelidikan kitab Ramayana itu dibuat pacta masa pemerintal1an raja Dyal1 Balitung yang menguasai wilayah Jawa Tengah dan Timur kira-kira pacta tahun 820832 Saka . Penyelidikan itu kecuali berdasarkan perbandingan bahasa . juga berdasarkan perbandingan tulisan pada batu dan tembaga yang kedapatan di Jawa . Adapun jalan cerita Ramayana itu bagus sekali; banyak pelajaran yang baik , bal1asanya baik, dan belu~1 ada kitab yang menyamai kitab Ramayana. Kitab lain lagi yang termasuk wacana Jawa Kuna ialal1 antara lain kitab Bharatayudda Kakawin. adipanva, Wirataparwa. dan Uttarakanda.
43
b. Wacana Jawa Tengahanfwacana Kawi Muda, berkembang abad ke15- 16. Adapun perkembangannya yang pesat terjadi pada zaman kejayaan Majapahit. Bahasa yang dipakai juga bahasa Jawa Tengahan. Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Jawa Tengahan ini misalnya: a) Tantu Panggelaran Kitab ini berbentuk prosa. lsi ceritanya demikian: Batara Guru menciptakan sepasang manusia di Pulau Jawa yang kemudian berkembang biak. Akan tetapi, mereka masih telanjang, belum dapat bertutur dan belum pandai membuat rumah . Maka Batara Guru memerintahkan seorang dewa turun ke Pulau Jawa untuk memberi pelajaran kepada manusia supaya pandai berbicara, berpakaian, membuat rumah, alat-alat , dan sebagainya. Pada waktu itu Pulau Jawa masih belum tetap letaknya, masih dalam keadaan terombang-ambing. Maka Batara Guru memerintahkan para dewa memindahkan Gunung Semeru ke Pulau Jawa supaya keadaan Pulau Jawa menjadi stabil. Dalam buku Tantu Panggelaran diceritakan pula mengenai teijadinya gerhana, dan Batara Wisnu menjadi raja yimg pertama di Pulau Jawa. b) Kitab Pararaton Kitab ini juga berbentuk prosa. Dalam kitab itu dikisahkan kehidupan Ken Angrok semenjak lahir sampai meninggal. Menurut cerita, semenjak belum lahir Ken Angrok sudah dikatakan sebagai anak yang ajaib. Setelah besar ia menjadi orang yang jahat , tetapi akhirnya dapat naik tahta kerajaan Tumapel (kemudian bernama Singasari) dengan gelar prabu Ranggah Rajasa, atau Sri Girindratanayaga. Dalam buku Pararaton ini juga diceritakan tentang Raden Wijaya. Kitab-kitab lain yang termasuk wacana Jawa Tengahan antara lain Caton Arang, Korama Srama, dan Tantri Kamandaka. c) Wacana Jawa Baru Wacana Jawa Baru ini timbul dari abad ke-16 sampai sekarang. Bahasa yang dipakai adalah baha~a Jawa Baru yang dipakai sekarang ini. Isinya sudah dipengaruhi oleh agama Islam , misalnya : a) Serat Cebolek Kitab ini mengisahkan perihal haji Matamakin ; yang terkenal dengan nama Cebolek. Ia melanggar hukum, (memelihara anjing dan sebagainya). Cebolek digugat para ulama seluruh Tanah Jawa yang dikepalai oleh Khatib Anom di Kudus. Perkara ini kemudian diajukan pada Pengadilan Negeri Kartasura, zaman 44 '
pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Putusannya K.i Cebolek diampuni sebab sudah bertobat dan kalah dalam perdebatan melawan Khatib Anom.
b) Babad Giyanti Babad Giyanti ini disebut juga babad pembagian negara . Yang diceritakan kejadian sesudah istana pindah ke Surakarta karena Kartasura dirusak orang-orang Cina. Pada waktu itu Pangeran Mangkubumi memberontak karena daerah kekuasaannya dikurangi. Beliau berperang melawan Surakarta , dibantu oleh para pangeran dan Mangkunagara. Akibat peperangan tersebut tanah Jawa dibagi dua bagian. Pangeran Mangkubumi menjadi raja di Mataram atau Yogyakarta dan bergelar Kanjeng Sultan Hamengku Buwana I. K.itab lain yang termasuk wacana Jawa Baru, yaitu antara lain Serat Arjunasasra, Serat Centhini, dan Babad Mentawis.
2) Berdasarkan bentuk gubahamzya Berdasarkan bentuk gubahannya, wacana dalam bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu prosa dan puisi. Yang berbentuk prosa dapat digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan bahasanya. yaitu: a. Prosa Jaw a Kuna, misalny a: Agastvapanva, Brahmandhapurana. Uttarakmzdha, dan kitab-kitab pa1wa . b. Prosa Jawa _Tengahan, misalnya: Pararaton, Calon Arang, dan Tantu Panggelaran. c. Prosa Jawa Baru, misalnya: Serat Riyantu, Ngulandara, dan Gerilya Solo. Bentuk puisi dalam bahasa Jawa juga dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan bahasanya : a. Puisi Jawa Kuna atau yang lazim disebut kakawin. Kakawin berasal dari kata dasar kawi 'syair' . Puisi Jawa Kuna ini mempergunakan metrum India. Sekarang lazim disebut tembang dan bentuknya mirip tembang gedhe yang biasa dilagukan oleh dalang dalam pertunjukan wayang. Beberapa contoh misalnya : Ramayana Kakawin, Bharatayudda Kakawin, dan Nagarakertagama. b . Puisi Jawa Tengal1an yang lazi.m disebut Kidung. Metrumnya sudah tidak menurut metrum puisi India. Jika dibandingkan dengan tembang mirip dengan tembang macapat. Isinya berupa cerita atau ilmu pengetahuan, misalnya Serat Dhewaruci, dan Serat Kidung Sudamala. 45
c·. Puisi J awa Baru Puisi ini ada dua rna cam, yaitu: a) Puisi yang berupa tembang yang lazim disebut tembang macapat. Puisi ini menggunakan metrum Jawa, misalnya: Babad Giyanti, Serat Cemporet, dan Serat Nayaka Lelana. b) Puisi yang berupa guritan. Puisi Jawa Baru yang berupa (guritan biasanya hanya untuk mengutarakan hal-hal (perasaan, pikiran, kehendak) yang bersifat individual. Sedangkan puisi Jawa Baru yang berupa tembang di samping dapat untuk menyatakan hal-hal yang bersifat individual dapat juga untuk memaparkan kisah, dongeng, dan sejarah. Kat a guritan berasal dari kata gurit 'tulisan/gambar' , Pad a zaman dahulu orang menulis di atas kayu, tulisan tadi disebut gurita , yang sekarang berubah menjadi guritan.
3) Berdasarkan jenisnya Jika ditinjau dari segi jenisnya wacana bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: a. Kisah Kisal1 ialah cerita tentang pengalaman seorang pengarang dalam perjalannya. Wacana yang dapat digolongkan kisah , misalnya Serat Nayaka Lelana. b. Riwayat/Biografi Wacana ini memceritakan kehidupan seseorang atau seorang tokoh yang termashur, misalnya Serat Riwayatipun Ranggawarsita. c. Dongeng Berdasarkan isinya dongeng dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : a) Fabel Fabel ialah dongeng tentang kehidupan binatang, misalnya Tantri Kamandaka dan Dongeng Sa to Kewan. b) Legende Legende ialah dongeng yang dihubungkan dengan kenyataan dalam alam . Misalnya orang mengenal nama kota Banyuwangi. Kemudian orang di sekitar kota itu membuat cerlta tentang terjadinya kota Banyuwangi. c) Mitos Mitos ialah cerita tentang dewa atau makhluk lain yang dianggap oleh masyarakat sebagai makhluk suci yang menjadi pujaannya,
46
misalnya Serat Nyai Rara Kidul dan Serat Ajisaka.
d) Babad Babad bagi orang Jawa berarti sejarah. Akan tetapi, jika ditinjau dari ilmu pengetahuan modern, buku babad sebagai sumber sejarah masih diragukan, sebab meskipun isi babad itu sebagian bersifat hlstoris ; namun, masih ada beb~rapa hal yang perlu dipertimbang: kan lebih cermat, misalnya adanya cerita yang tidak masuk aka!, dan adanya cerita mitos yang mengultuskan beberapa tokoh babad. Contoh kitab babad misalnya: Babad Mentawis, Babad Tanah Jawi, dan Babad Segaluh.
e) Pakem Pakem yaitu cerita pedalangan atau cerita wayang. Wayang ini ada beberapa macam, yaitu : (a) Wayang purwa, ceritanya bersumberkan epos Mahabarata a tau Ramayana; (b) Wayang gedog, ceritanya bersumberkan cerita Panji, dan (c) Wayang krucil, ceritanya bersumberkan cerita Menak.
f) Ketoprak dan sandiwara Ketoprak kebanyakan ceritanya diambil dari kitab-kitab babad, sedangkan sandiwara kebanyakan ceritanya diambil dari bukubuku roman. g) Roman dan Cerita pendek Sebenarnya roman dalam bahasa Jawa telah ada sejak lama. Hanya saja, tokoh roman dalam sastra silam itu ada yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh historis, misalnya di dalam Serat Kamandaka, Serat Panji, dan Serat Pranacitra-Raramendut. Ada pula yang pelakupelakunya diambil dari tokoh-tokoh wayang. Misalnya di dalam buku Kresnayana, diceritakan tentang perkawinan Kresna dengan dewi Rukmini. Adapun "roman modern" dan cerita pendek baru timbul pada tahun 20-an. Pengertian modern itu dikaitkan dengan bahasa dan sistem peno kohannya. h) Jenis wacana pengetahuan Wacana ini berujud ki tab-kitab primbon/pustaka, kitab-kitab yang berisi petunjuk kesusilaan , dan kitab pclajaran membual tembang , misalnya kitab Wrettasancaya. i) Niti
Niti ialah kitab yang memu at tuntunan atau pctunjuk kcsusilaan, misalnya kitab Nitisastra. Wacana dalam kitab ini bcrbcntuk kakawin , menguraikan tentang racun. Pengajaran ilmu adalah
47
racun bagi orang pemalas dan orang yang tidak suka belajar. Makanan yang tidak dicemakan merupakan racun karena menimbulkan penyakit. j) Sasana Sasana yaitu kitab yang memuat petunjuk/pedoman bagi pejabat/ pemimpin negara , misalnya kitab Nitipraja dan kitab Asthabrata.
k) Tutur Tutur yaitu kitab yang berisikan ajaran keagamaan dan kebatinan/ mistik. Kitab-kitab semacam ini jumlahnya relatif banyak dan jenisnya pun bermacam-macam. Ada yang digubah dalam bentuk cerita dan ada pula yang langsung berupa ajaran , tidak digubah dalam bentuk cerita. Pada umumnya kitab tutur yang baru isinya padat dan jelas, sedangkan dalam kitab-kitab tutur kuna, ajaranajaran itu disisipkan di dalam suatu cerita. Tentu saja kitab tutur yang kuna ini tidak membosankan . Contoh kitab tutur misalnya kitab Sang Hyang Kamahayanikan, yang menguraikan ajaran Buda Mahayana dan kitab Bramandhapurana yang menguraikan ajaran agama Siwa. Contoh-contoh tadi berbahasa Jawa Kuna . Kitab tutur yang menguraikan mistik, misalnya Nirarthaprakerta yang menguraikan ilmu keJ?~tinan, sedangkan yang menguraikao mistik Islam, misalnya Suluk Wujil dan Suluk Malang Sumirang. l) Eposjwiracerita Kitab-kitab yang termasuk golongan ini jumlahnya cukup banyak, baik yang berbahasa Jawa Kuna maupun Jawa Baru. Contoh yang terkenal, yaitu epos Ramayana dan Mahabarata. 5.3
Pemilahan Macam Wacana Bahasa Jawa Kuno dan Tengahan Menurut lstilah Robert E. Longacre
Wacana tradisional kiilau dipilah menurut Longacre seperti berikut: 1) Wacana naratif. misalnya pada uraian kisah, riwayat/biografi , dong eng yang merupakan fabel, legende , mitos, babad, roman dan cerita pendek, serta epos atau wiracerita . 2) Wacana hortatori, misalnya primbon , kitab-kitab niti , sasana, dan tutur. 3) Wacana dramatik, misalnya pada lakon-lakon wayang, drama, ketoprak, dan sandiwara. Selain itu, Sera! Centhini dan mungkin juga kitab Negarakertagama, walaupun mengandung cerita (naratif), tujuan seluruhnya untuk menggam48
barkan kerajaan, jadi merupakan semacam wacana ekspositori. Wacana prosedural dan wacana epistolari kemungkinan merupakan jenis yang relatif baru. Kemudian, (wacana seremonial, walaupun tidak tertulis tetapi mungkin sekali merupakan bentuk tua/lama. 5.4
Perubahan-perubahan yang Terdapat dalam Wacana Bahasa Jawa· Modem
Wacana prosedural, misalnya resep masakan dan sebagainya semula (pada bahasa Jawa Kuno) belum ada, sekarang menjadi banyak. Wacana epistolari, pada · zaman dahulu mungkin tidak ada l;lentuk wacana ini. Kalau ada hal itu masih jarang sekali. Mungkinkah piagam pada batuba tu peninggalan itu tergolong dalam rna cam wacana epistolari? Masih perlu penelitian lebih lanjut.
49
6. KESIMPULAN Laporan ini belum dapat memerikan secara lengkap wacana dalarn banasa Jawa. Penelitian ini hanya merupakan studi/penelitian pendahuluan tentang wacana dalarn bahasa Jawa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di depan dapat disimpul.kan sebagai berikut:
1) Macarn wacana dalam bal1asa Jawa Kuno dan Tengal1an jumlalmya lebi11 banyak bila dibandingkan dengan macam wacana dalam bahasa Jawa Modern. 2) Bila pemilahan macam wacana didasarkan pada pemilahan macan1 wacana Robert E . Longacre , maka macam wacana ekspositori dan naratif paling banyak terdapat dalam bentuk wacana tulis, sedangkan wacana dramatik , hortatori , dan seremonial ·terdapat dalam bentuk lisan . 3) Macam wacana prosedural dan ekspositorj mungkin merupakan macam wacana baru dalam bahasa Jawa Modern. 4) Pemilal1an mac am wacana dalam penelitian ini baru dikerjakan secara kasar , maka pe rlu diadakan penelitian yang lebih cennat dan menyeluruh sehingga dapat diperoleh ma cam wacana yang mungkin tidak ad a dalam bahasa lain . 5) Struktur tiap macam wacana , beberapa gejala yang terdapat d alam tiap macam wacana , ·yaitu topikalisasi , refe rensi . dan struktur informasi , perlu diteliti lebih lanjut. Demikian juga o rientasi tokoh yang terdapat Jalam wacana naratif dan dramatik , serta kata rangkai yang menghubungkan klausa dengan klausa dalam tiap macam wacana . 6) Bila penelitian wacana ini dapat dikembangkan lebih lanjut, maka dapat Jiketahui ciri-<.:iri dan struktur tiap macam wacana . Hal ini penting untuk pemanfaatan tujuan praktis, misalny a dapat dipakai sebagai pedoman karang-mengarang atau komposisi , berpidato. ceramah , diskusi. dan sebagainya .
50
DAFTAR PUSTAKA Becker, Alton L. 1977. "The Figure a Sentence Makes: An Interpretation of a Clastical Malay Sentence." Kertas Kerja pada Symposium on Discourse and Syntax. UCLA. - -. 1978. "Text-Building, Epistemology, and Testhetics in Javanese Shadow Theatre." Unpublished. Errington, Shelly. 1975. A Study of Genre; Meaning and Form in the Malay Hikayat Hang Tuah. Disertasi. Cornell University. Grimes, Joseph E. 1972. "Outlines and Overlays." Language. ---. 1975. The Thread of Discourse. The Hague: Mputon. Halliday, M.A.K. 1967. "Notes on Transitivity and Theme in English." Bagian 1 dan 2. Journal of Linguistics. - --. 1968. "Notes on Transitivity and Theme in English." Bagian 3. Journal of Linguistics. Halliday, M.A.K. dan Ruquaiya Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman. Longacre, Robert E. 1968. Discourse, Paragraph, and Sentence Strucure in Selected Philippine Languages. Santa Ana. California: The Summer Institute of Linguistics. Young, Richard E., dkk. 1970. Rhetoric: Discovery and Change. N.Y.: Harcourt, Brace and World, Inc.
51
Lampiran 1 Naskah Siaran Mbangun Desa RRI Stasiun Nusantara 2 Yogyakarta Babagan hal
Sumber Gizi Mirah sumber gizi murah
Para kadang tani, wonten ing pakempalan-pakempalan [para saudara tani ada di perkumpulan-perkumpulan] 'Saudara-saudara tani, dalam perkumpulan-perkumpulan' asring sanget dipunrembag bab gizi utawi teda ingkang yang ] lsering sangat dibicarakan bab gizi atau makanan 'sering sekali dibicarakan bab gizi atau makanan sehat yang' sehat nyekapi sarat-sarat kesehatan. Kados ingkang kacetha [sehat memenuhi syarat-syarat kesehatan seperti yang dinyatakan] 'memenuhi syarat-syarat kesehatan. Seperti yang dinyatakan' wonten ing ukara 4 sehat 5 sempurna. Mila badan kita menika [ada di kalimat 4 sehat 5 sempurna memang badan kita ini] 'dalam kalirnat 4 sehat 5 sempurna. Setiap hari tubuh kita ini' saben dintenipun mbetahaken sarining tetedhan kados dene [tiap harinya membutuhkan sarinya makanan seperti] 'memang membutuhkan sari makanan seperti' hidrat arang/ zat tepung, lemak, protein, vitamin-vitamin, (hidrat arang/ zat tepung, lemak protein vitamin-vitamin] 'hidrat arang/ zat tepung, lemak, protein, vitamin-vitamin! mineral, !st. Zat wau pigunanipun kejawi minongka sumber [mineral dsb. Zat tadi kegunaannya kecuali sebagai sumber] 'mineral, dsb . Kegunaan zat tadi kecuali sebagai sumber/ tenaga ugi saget nggantos perangan ing badan ingkang sampun (tenaga juga dapat mengganti bagian di badan yang sudah] 'tenaga juga dapat mengganti bagian tubuh yang rusak.' risak. Dene manawi badan kita ngantos kekirangan (rusak adapun kalau badan kita sampai kekurangan] 53
'Kalau tubuh kita sampai kekurangan'
salah
satunggaling zat ingkang kita sebat wau temtu
[salah satu zat yang kita sebut tadi pasti] 'salah satu zat yang kita sebut tadi pasti akan'
bade ngalami
gangguan utawi ingkang kasebat sakit. Kangge
[akan mengalami gangguan atau yang disebut sakit untuk] 'mengalami gangguan atau yang disebut sakit. Untuk'
nyekapi
kabetahan gizi ingkang kasebat wau -pancen
boten
diseb.ut tadi memang tidak] [mencukupi kebutuhan gizi yang 'mencukupi kebutuhan gizi yang disebut tadi memang tidak'
gampil
saha mbetahaken
bea
ingkang kathah.
A nanging menawi
banyak tetapi kalau] [mudah dan membutuhkan biaya yang 'mudah dan membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi kalau'
dipunungak bilih
pendhudhuk Indonesia menika kawontenan
[dilihat bahwa penduduk Indonesia itu keadaan] 'dilihat bahwa penduduk Indonesia itu keadaan'
ekonominipun boten sami wonten ingkang sugih wonten ingkang [ekonominya tidak sama ada yang kaya ada 'ekonominya tidak sama, ada yang kaya ada yang'
yang]
mlarat, kabetahan ingkang awujut sumber protein ingkang saking [miskin kebutuhan yang berujud sumber protein yang dari] 'miskin , kebutuhan yang berupa sumber protein yang dari'
daging temtu kemawon rekaos kasembadan langkung-langkung [daging tentu saja sukar tercapai lebih-lebih] 'dagi ng tentu saja sukar terpenuhi, lebih-lebih'
katambahan susu: menika kados dene kabiasan enggal [ditambah susu itu seperti kebiasaan baru] 'ditambah susu , itu merupakan kebiasaan baru'
ingkang boten sedaya tiyang saget ngraosaken. [yang tidak semua orang dapat merasakan] 'yang tidak semua orang dapat merasakan.'
Malah 54
sawetawis pendhudhuk/ warga dhusun wonten ingkang ngu-
[bahkan sebagian penduduk/ ~arga de sa ada yang her- j 'Bahkan sebagian penduduk/ warga desa ada yang berkata'
nandika, heemmm kaya awake dhewe iki bisane mangan [kata dalam hati heemm seperti kita ini dapatnya makan] 'dalam hati, heemmm seperti kita ini dapat makan' daging ming nek pas gendurenan, kuwi wae mesthi [daging hanya kalau kebetulan kenduri itu saja pasti] 'daging hanya kalau kebetulan ada kenduri itu saja pasti' dibotke nang anak. [diberatkan pada anak] 'diberatkan pada anak.' Namung leresipun kabetahan ingkang awujud sumber protein (hanya betulnya. kebutuhan yang berujud sumber protein] 'Sebetulnya kebutuhan yang berupa sumber protein seperti' kados dene tigan, daging, susu menika saget kagantos saking tempe, [seperti telur daging susu itu dapat diganti dari tempe 'telur, daging, susu tersebut dapat diganti dengan tempe.' tahu, Zan ingkang langkung wigatos malih inggih meniko ron tela [tahu dan yang lebih penting lagi ya itu daun ubi] 'tahu, dan yang lebih penting lagi yaitu daun ubi' pohang. Padosipun gampil, reginipun mirah kepara kebon [kayu mencarinya mudah harganya murah bahkan kebun] 'kayu. Mencarinya mudah, harganya murah,' bahkan di kebun' pekaranganipun piyambak wonten. Inggih ron singkong menika lpekarangannya sendiri ada ya daun singkortg itu] 'pekarangan sendiri ada. Sekarang ini daun singkong itulah' ingkang dados underaning rembag wekdal menika ingkang [yang menjadi inti pembicaraan. waktu ini yang ] 'yang menjadi inti pembicaraen I yang' kasebat sumber gizi mirah /an gampil kapanggihaken. [disebut sumber gizi murah 'dan mudah didapatkan] 'disebut sumber gizi murah dan mudah didapatkan.'
55
Ron
zat protein kathah 6 - 1 0~ gr
singkong menika ngemu
[daun singkong itu mengandung zat protein ban yak 6 - I 0 \6 gr] 'Daun singkong terse but mengandung zat protein sebanyak 6- 10\6 gr'
kamongko kobis menika namung
2~
gr. Sanesipun menika ugi
[padahal kobis itu hanya 2 \6 gr lainnya itu juga] 'padahal kobis hanya 2\6 gr. Kecuali itu juga banyak '
ngemu
vitamin B kathah ingkang wigatos kangge ny egah
(mengandung vitamin 8 banyak yang penting untuk. mencegah] 'mengandung vitamin 8 yang .penting untuk mencegah'
sesakit beri-beri .
J alaran vitamin B 1 ingkang wont en ing ron
[penyaki t beri-beri sebab vitamin 81 'penyakit beri-beri . Sebab vitamin 81
yang ada di daun] yang terdapat dalam daun
singkong menika kathahipun boten kawon kaliyan vitamin B 1 [singkong itu banyaknya tidak kalah dengan vitamin B 1] 'singkong tersebut banyaknya tidak kalah dengan vitamin B1'
ingkang kakandhut wonten ing kacang ijo,
wos tuton
utawi
[yang terkandung ada di kacang hijau beras tumbuk a tau] 'yang terkandung dalam kacang hijau, beras tumbuk atau'
bahan sanesipun ingkang ngemu (bahan lainnya 'bahan lainnya
vitamin B 1· Ugi vitamin A
yang mengandung vitamin 81 juga vitamin A] yang mengandung vitamin 81. Juga vitamin A'
kathah wonten ing
ron
singkong. Mituru t asiling
panaliti
[banyak ada di daun singkong menurut hasilnya peneliti) 'banyak terdapat dalam daun singkong. Menurut hasil penelitian'
singkong 100 gr ngasilaken 73 kalori dados menawi [kalau daun singkong 100 gr menghasilkan 73 kalori jadi kalau] 'kalau daun singkong 100 gr menghasilkan 73 kalori, jadi kalau'
bilih ron
kaetang tandinganipun
sami kaliyan tigan setunggal ingkang
[dihitung perbandingannya sama dengan telur satu yang] 'dihitung perbandingannya sama dengan telur satu yang'
ngasilaken
kalori 77. Ingkang boten kawon kathahipun ugi [menghasilkan kalori 77 yang tidak kalah banyaknya juga) 'menghasilkan kalori 77. Yang juga tidak kalah ba:nyaknya'
56
vitamin C, mineral, kados dene pospor, kalsium, zat besi, lsp. [vitamin C mineral seperti pospor kalsium zat besi dsb.] 'vitamin C, mineral, seperti pospor, kalsium, zat besi, dsb.'
Menika catlwtan sakilzg Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI [itu 'ltu
catatan catatan
dari dari
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI] Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI'
Tumrap dherah petegilan
Ibagi 'Di
ingkang biasanipun namung saget nanem
daerah perladangan yang biasanya hanya dapat menanam] daerah perladangan yang· biasanya hanya dapat ditanami'
tela fJ'Ihong sageta lubi kayu 'ubi kayu
manpangataken
sumber gizi ingkang
hendaknya dapat memanfaatkan sumber gizi yang] hendaknya sumber gizi murah dan mudah didapatkan'
mirah !an gampil wau. Kados upaminipun ing wilayah pareden_ [murah dan mudah tadi seperti umpamanya di daerah pegunungan] 'tadi dapat dimanfaatkan. Seperti umpamanya di daerah pegunungan' G. Kidu!. Dene bab kabetahan ingkang wujut lemak saget [G. Kidul adapun bab kebutuhan yang ujud lemak dapat] 'G . Kidul. Adapun bab kebutuhan yang berupa lemak dapat'
dip1111 cekapi saking wijen ingkang sampun kathah katanem wonten [dicukupi 'dicukupi
dari bijan yang sudah banyak ditanam ada] dari bijan yang sudah banyak ditanam'
ing pategilan,
jalaran wijen menika ngemu
[di peladangan 'di perladangan
sebab bijan itu mengandung zat lemak 51~ gr] sebab bijan itu mengandung zet lemak 51~ gr.'
Para
kadang
zat lemak 517'2 gr.
tani bab sanes ingkang boten kawon pentingipun
[para saudara tani bab lain yang tidak kalah pentingnya] 'Saudara-saudara tani, bab lain yang tidak kalah pentingnya'
inggih menika bab racun ingkang wonten ing ron [ya itu 'yaitu bab
bab racun yang' ada di racun yang terdapat dalam
Kados pundi kita sedaya saget menpangataken ron [bagaimana 'Bagaimana
singkong.
daun singkong] daun singkong.'
singkong,
kita semua dapat memanfaatkan daun singkong] kita semua dapat memanfaatkan daun singkong.'
57
ananging kita boten ngantos keracunan ? [tetapi kita tidak sampai keracunan] 'tetapi kita tidak sampai keracunan? ' Singkong menika jinisipun werni-werni, wonten ingkang kasebat [singkong itu jenisnya macam-macam ada yang disebut] 'Singkong tersebut jenisnya bermacam-macam , ada yang disebut' singkong manis fan singkong pahit. Haa, singkong pahit menika [singkong manis dan singkong pahit haa singkong pahit itu] 's ingkong manis dan singkong pahit. Ha , singkong pahit tersebut' ingkang kathah racunipun. Upaminipun tela SPP. Dene racun wau [yang banyak racunnya umpamanya ubi SPP adapun racun tadi] 'yang banyak racunnya. Umpamanya ubi SPP. Adapun racun tadi' ingkang kasebat asam sianida menika mbebayani menawi kita dahar berbahaya kalau kita makan] [yang disebut asam sianida itu disebut asam sianida, · kalau kita makan sampai banyaknya' 'yang ngantos kathahipun langkung saking 50 mgr. [sampai banyaknya lebih dari 50 mgr] 'lebih dari 50 mgr, berbahaya.' ' Sejatosipun kathah sekedhikipun racun ingkang wonten ing ron [sesungguhnya ban yak sedikitnya racun yang ada di daun] 'Sesungguhnya banyak sedikitnya racun yang terdapat dalam daun' sirigkong menika gumantung kaliyan umur taneman, iklim, !cawontergantung dengan umur tanaman iklim keadaan] [singkong itu 'singkong tersebut tergantung pada umur tanaman, iklim, keadaan' tehan siti, cara nanem /an rabuk. Ron singkong ingkang kathah tanah cara menanam dan pupuk daun singkong yang banyak] l tanah, cara menanam dan pupuk. Daun singkong yang banyak' ngemu racun umumipun ingkang tasih enem, ingkang mangke lmengand ung racun umumnya yang masih muda yang nanti J 'mengandung racun, umumnya yang masih muda, yang nantinya' menawi ron wau saya sepuh racun wau suda-suda mekaten. lkalau daun tadi makin tua racun tadi kurang-kurang demikian] 'kalau daun tadi makin tua racun tadi makin berkurang.' 58
Miturut Domat !an Van Veen menawi ron
singkong menika
[menurut Domat dan Van Veen kalau daun singkong itu] 'Menurut Domat dan Van Veen kalau daun singkong tadi'
dipundamel alum saksampunipun sawek dipungodhog, sakperangan [dibuat 'dilayukan
racunipun
layu dan
sesudahnya sesudah itu
badhe ical.
Mila
baru baru
direbus direbus,
sebagian] sebagian'
racun wau caranipun ngicali
[racunnya akan hilang maka racun tadi caranya menghilangkan 'racunnya akan hilang. ¥aka cara menghilangkan racun tadP
mekaten: [demikian] 'demikian:'
1. Dipunkwn toya rumiyen sawerawis wedal, ing IJ7riki [direndam air 'Direndam air
dahulu beberapa lama beberapa lama dahulu,
di sini] nanti pasti
ada'
mangke temru wonten sawerawis racun ingkang ical. [nanti pasti ada sebagian 'sebagian racun yang hilang.'
racun yang
hilang]
2. Dipungodhog toya ingkang benteripwz 6JO C minggah badltc [direbus 'Direbus
sager
air
nzbera
air yang panasnya 67° C naik yang panasnya 67° C lebih, akan'
raczm wau nguap,
akan]
!an toya dipwzbucal.
[dapat membawa racun tadi menguap dan air dibuang] 'dapat menyebabkan racun tadi menguap, dan air dibuang.'
3. Saget saksampunipun menika krona
dipuntambah sarem.
(dapat sesudahnya itu dengan ditambah garam] 'Sesudah itu dapat juga dengan cara ditambah garam.'
Saksampunipun menika singkong saget kawastanan sampun boten [sesudahnya 'Sesudah itu
ngemu
singkong dapat disebut sudah tidak] itu singkong tersebut dapat dikatakan tidak'
racun malih. Lan bab gizi/sari tetedhanipun tetep
[mengandung racun lagi dan bab gizi sari ma.l<:anannya tetap ] 'mengandung racun lagi. Dan bab gizi/sari makanannya tetap'
59
l
kathah boten ical. [banyak tidak hilang] 'banyak yang tidak hilang.' Ningali agengipun pigunan saking ron singkong. kita temtu lajeng [melihat besarnya manfaat dari daun singkong kita pasti lalu] 'Melihat besarnya manfaat daun singkong, 1alu kita pasti' kesengsem. Mila ron singkong menika wonten tengah-tengahing [tertarik memang daun singkong itu ada tengah-tengahnya] 'tertarik. Di dalam masyarakat daun sing~ong tersebut memang' masyarakat dereng kagolong bahan sayur ingkang tingkatanipun [masyarakat belum tergolong bahan sayur yang tingkatannya] 'beluin tergolong bahan sayur yang tingkatannya' inggil. Wonten ingkang mestani bilih sayur wau tingkatanipun [tinggi ada yang menyebut bahwa sayur tadi tingkatannya] 'tinggi. Ada yang mengatakan, bahwa sayur tadi tingkatannya' tasih kampungan. Dereng wantun dipunangge pasugatan, mila [masih kampungan belum berani digunakan hidangan maka] 'masih kampungan. Belum dapat dipakai sebagai hidangan, maka kathah ingkang tasih lingsem nyukani pasugatan kanthi bahan [banyak yang masih malu memberi hidangan dengan bahan] banyak yang masih malu memberikan hidangan bahan' ron tela pohang. Ananging kanthi mekaring ilmu tan (daun ubi kayu tetapi dengan berkembangnya ilmu dan] 'daun ubi kayu. Tetapi karena perkembangan pengetahuan dan' sangsaya kathah ingkang sampun priksa ing mangkenipun (semakin banyak yang sudah mengetahui di nantinya] 'makin banyaknya orang yang sudah me,ngetahui, nantinya' temtu badhe minggah drajatipun. naik derajatnya] [pasti akan 'pasti akan naik deraja tnya.' Para kadang sakmenika sampun awis kita pireng kadang [saudara-saudara sekarang sudah jarang kita dengar saudara] 'Saudara-saudara, sekarang sudah jarang kita dengar ada orang' 60
ingkang keracunan amatgi dhahar sayur ron singkong. Jal(Jra11 [yang · keracunan sebab makan sayur daun singkong sebab] 'yang keracunan sebab makan sayur daun singkong. Sebab' umumipun sampun sami priksa caranipun ngaweka11L [umumnya sudah (subyek jamak) mengetahui caranya mencegahnya] 'pada umumnya sudah mengetahui cara mencegahnya.' Ingkang biasa dipunrausaken tiyang kenging racun mekaten, raosip1111 [yang biasa dirasakan orang kena racun demikian rasanya] 'Yang biasa dirasakan orang yang kena tacun demikian. rasanya · mumet, muntah-muntah, kulit radi bitu. Menawi sawek mwnet [pusing muntah-muntah kulit agak biru kalau sedang pusing] 'pusing, muntah-muntah, kulit agak biru. Kalau sedang pusing' sejatosipun gampil anggenipun ngobatL Cekap [sesungguhnya mudah (tanda nomonalisasi) mengobati cukup] 'sesungguhnya cara mengobatinya mudah. Cukup' mawi ngwzjuk segelas tell legi, ananging menawi sampun kelajeng [dengan minum segelas teh manis tetapi kalau sudah terlanjur] 'minum satu gelas teh manis . tetapi kalau sudah terlanjur' inggil! saenipu11 tindak Puskesmas/Dukter. [ya sebaiknya pergi Puskesmas/Dokter] 'sebaiknya pergi ke Puskesmas/ Dokter.' Mekaten para kadang rani, seserepan sawetawis bab sumber [demikian para saudara tani pengetahuan beberapa bab sumber] 'Demikianlah Saudara tani, sedikit pengetahuan bab sumber' gizi ingkang mirah ian ga111pil, nuwzm. [gizi yang murah dan mudah terima kasih] 'gizi yang musah dan musah didapatkan, terima kasih.'
61
Lampiran 2 "Laporan lJaerah" Jaka Lodang 7.332 (25 Desember 1977--10 Januari 1978):12
Akeh-akehe Mahasiswa Gama [banyak-banyaknya mahasiswa Gama] 'Mahasiswa Gama Kebanyakan' Putra Pegawe Negri /an Pensiunan [anak pegawai negeri dan pensiunan] 'Anak Pegawai Negeri dan Pensiunan' Prasasat kabeh jurusan kang dumadi saka maneka wama kawruh [hampir semua jurusan yang terjadi dari aneka rna cam pengetahu-] 'Hampir semua · jurusan dari aneka macam ilmu pengetahuan' ana ing Gama kasebut. Tekan wektu iki ing Gama ana 18 [an ada di Gama tersebut sampai waktu ini di Gama ada 18] 'terdl).pat di Gama. Sampai sekarang ini di Gama ada 18' faku/tas, yaiku Faku/tas Biologi, Ekonomi, Farmasi, Filsafat, Geografi, [fakultas yaitu Fakultas Biologi , Ekonomi, Farmasi, Filsafat, Geografi,] 'fakultas, yaitu Fakultas Biologi, Ekonomi, Farmasi, Filsafat, Geografi,' Hukum, 1/mu Pasti A/am, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kedokteran [Hukum , llmu Pasti Alam 1 , Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kedokteran] 'Hukum, Ilmu Pasti Alam, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kedokteran' Hewan, Kehutanan, Pertanian, Peternakan, Psikologi; Sastra K ebudaya· [Hewan, Kehutanan, Pertanian, Peternakan; . Psikologi, Sastra Kebudaya-] 'Hewan, Kehutanan, Pertanian, Peternakar{, Psikologi, Sastra Kebudaya-' an, Sosial Politik, Teknik ian Teknologi Pertanian. Kuwi kabeh [an, Sosial Politik,_ Teknik dan Teknologi Pertanian itu semua] 'an, Sosial Politik, Teknik dan Teknologi Pertanian. ~semua itu' dibagi werna-werna jurusan. [dibagi macam-macam jurusan] 'dibagi menjadi bermacam-macam jurusan.'
62
. Dhek tanggal 19 Desember 1977 kepungkur, Universitas Gajah ·[pada tanggal 19 Desember 1977 yang lalu Universitas Gajah] 'Pada tanggal 19 Desember 1977 yang lalu Universitas Gajah' Mada umure genep 28 tahun, dipengeti kanthi upacara dies [Mada umurnya genap 28 tahun diperingati dengan upacaia dies] 'Mada urnurnya genap 18 tahun, diperingati dengan upacara dies' nata/is mapan ing kampus Gama, Bulaksumur kang papane [natalis bertempat di kampus Gama Bulaksumur yang tempatnya] 'natalis bertempat di kampus Gama Bulaksumur yang tempatnya' udakara patang kilometer saklore kutha Ngayogya ing Lkira-kira empat kilometer sebelah utaranya kota Yogyakarta di] 'kira-kira empat kilometer · sebelah utara kota Yogyakarta, di' kiwatengene dalan tumuju papan wisata Kaliurang. [kiri kanannya jalan menuju tempat wisata Kaliurang] 'sebelah kiri dan kanannya jalan yang menuju ke tempat wisata Kaliurang.' Manut cathetan, tengahan tahun 1977 iki Gama nduweni tahun 1977 ini Gama mempunyai] [menurut catatan tengahan 'Menurut catatan, pertengahan tahun 1977 ini Gama mempunyai' mahaszswa cacahe 16.399, akeh-akehe dumadi saka {rahasiswa jumlahnya 16.399 banyak:banyaknya terjadi dari] 'mahasiswa sebanyak 16.399, kebanyakan terdiri dari' mahasiswa priya yaiku ana 12.186 dhewe. [mahasiswa pria yaitu ada 12.186 sendiri] 'mahasiswa pria, sebanyak 12.186. ' Fakultas kang akeh dhewe mahasiswane yaiku Fakultas Teknik [fakultas yang banyak sendiri mahasiswanya yaitu Fakultas Tekmk] 'Fakultas yang mahasiswanya paling banyak, yaitu Fakultas Teknik' kanthi 3.134 mahasiswa, kasusul Fakultas Hukum kanthi 1. 752 [dengan 3.134 mahasiswa disusul Fakultas Hukum dengan 1.752] 'jumlah mahasiswanya 3.134, disusul Fakultas Hukurn dengan jumlah' mahasiswa. Dene smg sethithik dhewe mahasiswane, yaiku lmahasiswa adapun yang sedikit sendiri mahasiswanya yaitu] 63
mahasiswa 1.752. Adapun yang mahasiswanya paling sedikit, yaitu'
Fakultas Filsafat kanthi 371 mahasiswa. [Fakultas Fi!safat dengan 371 mahasiswa] 'Fakultas Filsafat dengan jumlah mahasiswa 371.' Kang rada narik kawigaten, tete/a akeh-akehe [yang agak menarik perhatian ternyata banyak-banyaknya] 'Yang agak menarik perhatian, ternyata kebanyakan ' mahasiswa Gadjah Mada iku putrane pegawe negri klebu [mahasiswa Gadjah Mada itu anaknya pegawai negeri termasuk] 'mahasiswa Gadjah Mada tersebut anak pegawai negeri termasuk' pensiunan, yaitu 7.15 6 mahasiswa utawa 43,63 persen dhewe. [pensiunan yaitu 7.156 mahasiswa a tau 43,63 persen sendiri] 'pensiunan, sebanyak 7.156 mahasiswa atau 43 ,63 persen .' Liyane putra tani (17,92 persen), kalangan dagang ( 12,86 persen) [Iainnya anak tani (17 ,92 persen) , kalangan pedagang ( 12,86 persen) 'Lainnya anak tani (17 ,92 persen), kalangan pedagang (12,86 persen) sarta putra-putra ABRJ, kalangan swasta tan sapanunggalane [serta anak-anak ABRI kalangan swasta dan sebagainya] 'dan anak-anak AHRI , kalangan swasta dan sebagainya ' kurang saka 1 0 persen. lkurang dari 10 persen] 'k urang dari 10 persen.' Ngenani asale para mahasiswa, nalika taun 19 75 diadani [mengenai asalnya para mahasiswa pada tahun 1975 diadakan] 'Pada tahun 1975 diadakan penelitian mengenai asalnya para' panaliten, manut Rektor Universitas Gadjah Mada Prof Dr. [penelitian menurut Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.] 'mahasiswa, menurut Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.' Sukadji Ranuwihardjo tete/a luwih akeh kang saka kutha [Sukadji Ranuwihardjo ternyata lebih banyak yang dari kota] 'Sukadji Ranuwihardjo ternyata lebih banyak yang dari kota,' y aiku 64
60,41 persen, dene
liyane ( .J9,59 persen) saka ndesa.
[yaitu 60,41 persen adapun lainnya (39,59 persen) dari desa] 'jumlahnya 60,41 persen, adapun lainnya (39,59 persen) dari desa.' Sejarah : [sejarah] 'Sejarah :' Universitas Gadjah Mada madeg taun 1949, pase tanggal [universitas Gadjah Mada berdiri tahun 1949 tepatnya tanggal] 'Universitas Gadjah Mada berdiri tahun 1949, tepatnya tanggal' jembar 19 Desember. Pamulangan luhur kang saiki kampunge [19 Desember perguruan tinggi yang sekarang kampungnya luas] '19 Desember. Perguruan tinggi yang sekarang daerahnya sangat' gabungan saka pamu/angan-pamuZangan banget iku mujudake [sangat itu mewujudkan gabungan dari perguruan-perguruan] 'Luas itu mewujudkan gabungan perguruan-perguruan' Zuhur kang madeg ing Klaten, Jawa Tengah yaiku Kedokteran. [tinggi yang berdiri di Klaten Jawa l'engah yaitu Kedokteran] 'berada di Klaten, Jawa Tengah, yaitu Kedokteran.' Kedokteran Gigi, Farmasi, Kedokteran Hewan Zan Pertanian, sarta [Kedokteran Gigi, Farmasi, Kedokteran Hewan dan Pertanian serta] 'Kedokteran Gigi, Farmasi, Kedokteran Hewan dan Pertanian, dan' Sekolah Tinggi l'eknik ing Ngayogya ian pamulangan-pamuZangan [Sekolah Tinggi Teknik di Yogyakarta dan perguruan-perguruan] 'Sekolah Tinggi Teknik di Yogyakarta dan perguruan-perguruan' Zuhur swasta saka Yayasan BaZai Perguruan Tinggi "Gadjah Mada" [tinggi swasta dari Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada] 'tinggi swasta dari Yayasan Balai Perguruan Tinggi "Gadjah Mada" ' ing Ngayogya kang dumadi saka SekoZah Tinggi Hukum Zan [di Yogyakarta yang terjadi dari Sekolah Tinggi Hukum dan] 'di Yogyakarta yang terdiri dari Sekolah Tinggi Hukum dan' Sekolah Tinggi Sastra. [Sekolah Tinggi Sastra] . 'Sekolah Tinggi Sastra.' 65 ·
Dhek madege,
Gama mung ndhuweni
mahasiswa kehe
483, [pada berdirinya Garna hanya mempunyai mahasiswa banyaknya 483]
'Pada waktu be5dirinya, Gama hanya mempunyai mahasiswa sebanyak'
dene
kang ngasta
dadi
pimpinan (saiki katelah Rektor)
[adapun yang memegang menjadi pimpinan sekarang disebut Rektor]
'483, adapun yang menjadi pimpinan (sekarang disebit Rektor)' swargi
yaiku
Prof Dr. M. Sardjito wiwit taun
1949 tekan
[yaitu almarhum Prof. Dr. M. Sardjito mulai tahun 1949 sampai] 'yaitu almarhum Prof. Dr. M. Sardjito mulai tahun 1949 sampai'
1962. Yen nalika madege tenaga kang mulang kanthi tetep [1962 jika ketika berdirinya tenaga yang mengajar dengan tetap] '1962. Pada waktu berdirinya tenaga yang mengajar dengan tetap' ing
Gama mung ana 7, saiki
[di Gama 'di Garna
Dene
wis
luwih saka 900.
hanya ada 7, sekarang sudah lebih dari 900] hanya 7 orang, sekarang sudah lebih dari 900 orang.'
kehing
sarjana kang kababar
dening Gama wiwit
[adapun banyaknya sarjana yang diluluskan oleh Garna mulai] 'Adapun banyakriya sarjana yang di!uluskan oleh Gama mulai'
madeg
tekan
pungkasan taun 1976 kepungkur ana 16.535.
[berdiri sampai akhir tahun 1976 yang lalu ada 16.535] 'berdiri sampai akhir tahun 1976 yang lalu sebanyak 16.535.'
Kejaba
nduweni
18 fakultas, universitas kang gawe mongkoge
[kecuali mempunyai 18 fakultas universitas yang membuat bangga-] 'Universitas yang dapat menjadi kebanggaan warga kota'
warga Ngayogyakarta mligine
ian bangsa Indonesia umume
lnya warga Ngayogyakarta khususnya dan bangsa Indonesia umumnya] 'Yogyakarta khususnya dan bangsa Indonesia umumnya'
iku uga nduweni
lembaga cacahe
pitu, yaiku Rumah Sakit
[itu juga mempunyai lembaga banyaknya tujuh yaitu Rumah Sakit] 'tersebut kecuali mempunyai 18 fakultas juga mempunyai tujuh !em-'
UGM,
Balai Pembinaan Administrasi, Lembaga Kependudukan,
[UGM Balai Pembinaan Administrasi Lembaga Kependudukan] 'baga, yaitu Rumah Sakit UGM, Balai Pembinaan Administrasi,'
66
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan, Lembaga Pengembangan (Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Lembaga Pengembangan] 'Lembaga Kependudukan, Lembaga Studi Pedesaan dan Kawas~n, Lembaga' Masyarakat, Lembaga Pengembangan Universitas, Lembaga (Masyarakat Lembaga Pengembangan Universitas Lembaga] 'Pengembangan Masyarakat, Lembaga Pengembangan Universitas, Lembaga' Penelitian !an Lembaga Pengembangan Pendidikan/Program Dokter. (Penelitian dan Lembaga Pengembangan Pendidikan/Program Dokter] 'Penelitian dan Lembaga Pengembangan Pendidikan/Program Dokter.' Sawise swargi Prof Dr. M Sardjito, sabanjure kang [sesudahnya almarhum Prof.. Dr. M. Sardjito selanjutnya yang] 'Sesudah almarhum Prof. Dr. M. Sardjito, selanjutnya yang' mimpin Universitas Gadjah Mada yaiku Prof Jr. H. Johannes [memimpin Universitas Gadjah Mada yaitu Prof. Ir. H. Johannes] 'memimpin Universitas Gadjah Mada, yaitu Prof. Ir. H. Johannes' (1962 tekan 1966), drg. Nasir Alwi (1966 tekan' 1967), Drs. Soepoyo (1962 sampai 1966 drg. Nasir Alwi 1966 sampai 1967 Drs. Soepoyo] '(1962 sampai 1966), drg. Nasir Alwi (1966 sampai 1967), Drs.Soepoyo' Padmodipoetro, Jl.£4 wiwit taun 1968 tekan 1973 !an wiwit [Padmodipoetro, MA mulai tahun 1968 sampai 1973 dan mulai] 'Padmodipoetro, MA mulai tahun 1968 sampai 1973 dan mulai' taun 1973 tekan saiki Prof Dr. Sukadji J
67
Lampiran 3 Teks Siaran Pembinaan Bahasa Jawa RRI Stasiun Nusantara 2 Yogyakarta Balai Pen eli tian Bahasa Yogyakarta Gina Selasa, 28 Februari 1978
Penyelenggara Pembawa acara Hari, tanggal Jam Bab
9.30 - 9.45 Kesusasteraan
Nuwun
para miyarsa,
sugeng pepanggihan malih
[(Salam hormat) para pendengar selamat perjumpaan lagi] 'Para pendengar, selamat berjumpa lagi'
wont en ing giyaran memetri [ada 'dalam
basa
Jawi lumantar RRI Stasiun
di siaran pembinaan bahasa Jawa lewat siaran pembinaan bahasa Jawa lewat
RRI Stasiun] RRI Stasiun'
Yogyakarta. [Yogyakarta]. 'Yogyakarta.'
Para
miyarsa ,
wonten ing giyaran punika kula badhe
[para pendengar ada di siaran itu saya akan] 'Para pendengar dalam siaran ini saya akan'
ngaturaken
rembag
bab kasusastran Jawi, kanthi
[menyampaikan pembicaraan bab kesusastraan Jawa dengan] 'menyampaikan pembicaraan bab kesusastraan Jawa dengan'
lesaning pirembag [obyek 'obyek
"Asal-usulipun Bagawan Drona dados
Bagawan Drona menjadi] pembicaraan asal-usulnya pembicaraan asal-usul Bagawan Drona menjadi'
gurunipun para Kurawa saha Pandhawa ", miturut kitab Adiparwa [gurunya para Kurawa dan Pandawa menurut kitab Adiparwa] 'guru para Kurawa dan Pandawa, meimrut kitab Adiparwa'
basa
Jawi Kina.
[bahasa Jawa Kuno] 'bahasa Jawa Kuno .'
68
Bagawan Drona punika anakipun brahmana nama Baradwaja. [Bagawan Drona itu anaknya bralunana nama Baradwaja] 'Bagawan Drona tersebut anak brahmana yang bernama Baradwaja.'
Kacariyosaken bilih
Bagawan Baradwaja punika satunggaling
[d:iceritakan bahwa Bagawan Baradwaja itu seorang] 'Diceritakan bahwa Bagawan Baradwaja tersebut seorang'
pandlzita ingkang sakalangkung sekti. Nalikanipun sang [pend eta 'pendeta
yang sangat sakti ketika yang sangat sakti. Ketika sang'
sang]
Brahmana mbangun tapa, wonten widadari nama Ghretawira [Brahmana 'Bralunana
bertapa bertapa , ada
ada bidadari nama Ghretawira] bidadari bernama Ghretawira'
dhateng anggodha tapanipun Brahmana Baradwaja wau. [datang menggoda tapanya Bralunana Baradwaja tadi] 'datang menggoda tapa Bralunana Baradwaja tadi.'
Kala samanten sang Brahmana boten keguh dening panggodha [pacta waktu sang Brahmana tidak goyah oleh godaan] 'Pacta waktu itu sang Bralunana tidak goyah oleh godaan'
punika. Dangu-dangu wonten angin silir-silir
mbekta
[itu lama-lama ada angin sepoi-sepoi membawa] 'tersebut. Lama-kelamaan bertiup angin sepoi-sepoi membawa '
ganda amrik
arum
gandanipun sang Widadari. Sang Pandhita
[bau semerbak harum baunya sang Bidadari sang Pendeta] 'bau sang Bidadari yang harum semerbak. Lalu sang Pendeta'
/ajeng mriksani mangajeng, priksa
sinjangipun sang widadari
[lalu melihat ke muka melihat kainnya sang Bidadari] 'melihat ke muka, melihat kain sang Bidadari'
Ghretawira
sumilak
katempuh angin. Priksa
kawontenan
[Ghretawira tersingkap ditiup angin melihat keadaan] 'Ghretawira tersingkap ditiup angin. Melihat keadaan'
mak.aten
wau kamanipun sang Brahmana tumetes sanalika,
[demikian tadi kamanya sang Bralunana menetes seketika] 'demikian tadi kama sang Bralunana menetes seketika'
69
sinaosa boten wudhar tapanipun. Sareng Widadari Ghretawira [meskipun tidak gaga! tapanya setelah Bidadari Ghretawira] 'meskipun tidak gaga! tapanya. Setelah Bidadari Ghretawira' kesah, kama wau lajeng kawadhahan jun (wadhah toya [pergi kama tadi lalu dimasukkan jun (tempat air] 'pergi, lalu kama tadi dimasukkan ke dalam jun (tempat air' kados dene pengaron). Jng wusana kama punika dados [seperti belanga) pada akhirnya kama itu menjadi] 'seperti belanga). Pada akhirnya kama itu menjadi' tare lajeng kaparingan nama Drona. Tembung ''drona" ing [anak lalu diberi nama Drona kata drona di] 'anak lalu diberi nama Dona. Dalam bahasa Jawa' basa Jawi Kina utawi basa Kawi ateges jun. Kajawi drona [bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi berarti jun kecuali drona] 'Kuno atau bahasa Kawi drona berarti jun. Kecuali drona' ingkang ateges jun, ing basa Kawi ugi wonten tembung [yang berarti jun dalam bahasa Kawi juga ada kata] 'yang berarti jun, dalam bahasa Kawi juga ada kata'
kumba ingkang tegesipun ugt JUn. Pramila ing padhalangan [kumba yang artinya juga jun maka dalam pedalangan] 'kumba yang artinya juga jun. Maka dalam pedalangan'
Bagawan Drona ugi sinebat Bagawan Kumbayana. [Bagawan Drona juga disebut Bagawan Kumbayana] 'Bagawan Drona juga disebut Bagawan Kumbayana.' "Kacariyos sasampunipun dewasa, Drona dipunwulang [diceritakan sesudah dewasa Drona diajar] 'Diceritakan, bahwa sesudah dewasa, Drona diajar' ngelmi saking kitab-kitab Wedha saha dipunwulang ngolahaken [ilmu dari kitab-kitab Weda dan diajar menggunakan] 'ilmu dari kitab-kitab Weda dan diajar menggunakan' sadaya dedamel perang dening Bagawan Baradwaja. Kala [segala senjata perang oleh Bagawan Baradwaja waktu] 'segala senjata perang oleh Bagawan Baradwaja. Pada waktu' 70
samanten sang Drona pitepangan kaliyan putra raja Pancala (itu sang Drona berkenalan dengan putra raja Pancalal 'itu sang Drona berkenalan dengan . putra raja Pancala' asma sang Drupada. Sang Drupada punika ugi sinau wonten (nama sang Drupada sang Drupada itu juga belajar ada] 'yang bernama sang Drupada. Sang Drupada tersebut juga belajar' ing pertapanipun Bagawan Baradwaja. Sasampunipun sang Drupada (di pertapannya Bagawan Baradwaja sesudahnya sang Drupada] 'di pertapaan Bagawan Baradwaja. Sesudah sang Drupada' saged nyakup sadaya ngelmi ingkang dipun-wulangaken dening [dapat mencakup semua ilmu y.ang diajarkan oleh] 'dapat mencakup semua ilmu yang diajarkan oleh' Bagawan Baradwaja tumunten kundur dhateng nagari Pancala. [Bagawan Baradwaja lalu pulang ke negara Pancala] 'Bagawan Baradwaja lalu pulang ke negara Pancala.' Kacariyos sang Drona sasampunipun katilar seda (diceritakan sang Drona sesudahnya ditinggal meninggal] 'Diceritakan, bahwa sesudah Bagawan Baradwaja meninggal' dening Bagawan Baradwaja lajeng kesah saking pertapan, (oleh Bagawan Baradwaja lalu pergi dari pertapaan] 'dunia, lalu sang Drona pergi dari pertapaan,' krama kaliyan Dewi K repi. Dewi K repi punika adhinipun (kawin dengan Dewi Krepi Dewi Krepi itu adiknya] 'kawin dengan Dewi Krepi. Dewi Krepi tersebut adik' Bagawan Krepa. Eaten dangu Dewi Krepi anggarbini, sareng [Bagawan Krepa tidak lama Dewi Krepi mengandung setelah]. 'Bagawan Krepa . Tidak lama kemudian Dewi Krepi mengandung, sete-' sampun wancinipun bayi ing 1 kandhutanipun Dewi Krepi lair. [sudah waktunya bayi dalam kandungannya Dewi Krepi lahir] 'lah tiba saatnya, bayi dalam kandungan Dewi Krepi lahir.' Nalika lairipun ponang jabang bayi punika, ing akasa wonten [ketika lahirnya bayi itu di angkasa ada] 'Ketika jabang bayi itu lahir, di angkasa ada' 71
suwanten kados dene suwantenipun jaran. Jaran punika ing (suara 'suara
seperti seperti suara
suara kuda kuda itu kuda. Dalam bahasa Kawi'
basa
Kawi utawi basa
Jawi Kina inggih punika aswa. Pramila
(bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno ya itu 'atau bahasa Jawa Kuno , yaitu aswa. Maka '
bay i ingkang nembe kemawon lair (bayi 'bayi
dalam]
aswa
maka]
punika dipunsukani nama
yang baru saja lahir itu yang baru saja lahir itu diberi
diberi nama'
nama]
Aswattama. (Aswattama] ' Aswattama.'
"Kacariyos sang Drona kala
samanten boten gadhah padamelan ·
[diceritakan sang Drona waktu itu tidak mempunyai pekerja-] 'Diceritakan bahwa pada waktu itu sang Drona tidak mempunyai'
ingkang gumathok. Sang Drona lajeng pados
reka day a
(an yang pasti sang Drona lalu mencari upaya] 'pekerjaan yang pasti. Lalu sang Drona mencari upaya'
sagedipun angsal
tedha,
kesah saking griyanipun.
(dap,atnya memperoleh makanan pergi dari rumahnya] 'supaya dapat memperoleh makanan , pergi dari rumahnya.'
Boten antawis dangu sang Drona angsal
kabar bilih
wonten
(tid.ak berapa lama sang Drona mendapat kabar bahwa ada] 'Tidak berapa lama sang Drona mendapat kabar , bahwa ada'
satunggaling bagawan ingkang asring remen dedana nama (seorang bagawan yang sering suka berdana nama] 'seorang bagawan yang sering suka berdana yang bernama'
Bagawan Rama Parasu. Mireng
kabar wau sang Drona lajeng
[bagawan Rama Parasu mendengar kabar tadi sang Drona lalu] ' Bagawan Rama Parasu. Setelah mendengar kabar tadi, lalu sang]
murugi
pertapanipun Bagawan Rama Parasu badhe. nyuwun tedha.
[mendatangi pertapaannya Bagawan .Rama Parasu akan meminta makan. 'Drona mendatangi pertapaan Bagawan Rama Parasu akan meminta makan.'
72 .
Ananging sasampunipun dumugi pertapan, bandha-bandha gadhahanipun [tetapi sesudah sampai pertapaan kekayaan milik] 'Tetapi sesudah sampai pertapaan kekayaan milik' Bagawan Rama Parasu sampun kalajeng telas dipundumaken [Bagawan Ram a Parasu sudah terlanjur habis dibagi-bagikan] 'Bagawan Rama Parasu sudah terlanjur habis dibagi-bagikan' dhateng para kawula ing sakiwa tengenipun pertapan.. [kepada para rakyat di sebelah kiri kanannya pertapan] 'kepada rakyat di sebelah kiri kanan pertapaan.' Pirsa kawontenan punika Bagawan Rama Parasu tuwuh [melihat keadaan itu Bagawan Rama Parasu tirnbul] 'Setelah melihat keadaan itu Bagawan Rama Parasu tirnbul' welasipun dhateng Sang Drona. Makaten wicantenipun dhumateng [belas kasihannya kepada Sang Drona demikian katanya kepada] 'belas kasihannya kepada Sang Drona. Demikian katanya kepada' Drona. "Sang Drona, sira sun paringi ngelmu jemparing. [Drona Sang Drona engkau saya beri ilmu panah] 'Drona, "Sang Drona, engkau saya beri ilmu memanah.' Kanthi kabisan iki ing besuk murid-murid sira kang [dengan kepandaian ini pada besuk murid-murid mu yang] 'Dengan kepandaian ini besuk murid-muridmu yang' bakal menehi pisungsung emas inten marang sira. [dapat memberi persembahan emas inten kepada mu] 'akan memberi persembahan emas in tan kepadamu.' Mung ngelmu iki kang bisa sun paringake marang sira kepada mu] [hanya ilmu ini yang dapat saya berikan 'Hanya ilmu ini yang dapat saya berikan kepadamu' minangka tanda welasing atiku marang sira Drona1.' [sebagai tanda belas kasihanku kepada mu Drona] 'sebagai tanda belas kasihku kepadamu, Drona.' babagan utah Sasampunipun sang Drona mumpuni ing [sesudahnya sang Drona menguasai dalam bidang olah] 'Sesudah sang Drona menguasai bidang olah' 73
jemparing, piyambakipun lajeng nyuwun pamit dhumateng Bagawan [panah dia lalu minta diri kepada Bagawan] 'panah, lalu dengan senang hati dia minta diri kepada Bagawan' Rama Parasu kanthi sukaning panggalih. [Rama Parasu dengan senang hati 'Rama Parasu. Sepeninggalnya'
Sapengkeripun sepeninggalnya]
saking pertapan, sang Drona lajeng ngajak A swattama dhateng [dari pertapaan sang Drona lalu mengajak Aswattama ke] 'dari pertapaan, lalu sang Orona mengajak Aswattama ke' nagari Pancala badhe manggihi mitranipun ingkang asma [negara Pancala akan menemui sahabatnya yang nama] 'negara Pancala akan menemui sahabatnya yang bernama: sang Drupada ingkang kabaripun sapunika sampun jumeneng [sang Orupada yang kabarnya . sekarang sudah menjadi] 'sang Drupada yang sekarang kabarnya sudah menjadi' nata ing nagari wau anggentosi kaprabonipun ingkang rama [raja di negara tadi menggantikan mahkotanya sang ayah] 'raja di negara tadi menggantikan kedudukan sang ayah' Prabu Prasada. Sadumuginipun kadhaton Pancala, Sang Drona istana Pancala sang Orona] [Raja Prasada sesampainya 'Raja Prasada. Sesudah sampai ke Istana Pancala, sang Drona' boten katampi dening Prabu Drupada malah kapanggalih [tidak diterima oleh raja Drupada malah dipikir] 'tidak diterima oleh Raja Drupada malah menurut beliau' ngucemaken asmanipun sang Prabu. SangAJfona kadakwa [memalukan namanya sang raja sang Drona didakwa] 'memalukan nama sang Raja, Sang Drona didakwa' ngaken-aken saha kirang trapsila. Kanthi makaten dengan demikian] [mengaku-aku dan kurang so pan 'mengaku-aku dan kurang sopan. Dengan demikian' sang Drona lajeng katundhung saking Pancala. Tumindakipun [sang Drona lalu diusir dari Pancala tindakannya] 'sang Drona diusir dari Pancala.. Menurut'
74
Prabu Drupada
punika kagalih sawenang-wenang dening Drona.
[raja . Drupada itu dipikir sewenang-wenang oleh :Drona] 'Drona -tindakan Raj a Drupada itu sewenang-wenang.'
Pramila kesahipun Drona wau kanthi pangancam benjang [maka perginya Drona tadi dengan pengancam besuk] 'Maka Drona pergi sambil mangancam, besuk'
badhe males
ukum
dhumateng sang Prabu.
[akan membalas dendam kepada sang raja] 'akan membalas dendam kepada sang Raja.'
Kala
sanzanten lampahipun sang Drona dumugi sapinggiring
[waktu itu jalannya sang Drona sampai tepi] 'Pada waktu itu perjalanan sang Drona sampai ke tepi'
wana
Kuru kabawah kadhaton Astina. lng ngriku Drona
[hutan Kuru di bawah istana Astina di situ Drona] 'hutan Kuru di bawah kekuasaan kerajaan Astina. Di situ Drona'
sumerep para putra raja, inggih punika Korawa saha Pandhawa [melihat para putra raja, ya itu Korawa dan Pandawa] 'melihat para putra raja, yaitu Korawa dan Pandawa'
sami
kupeng
wonten sapinggiring sumur badhe
[(subyek jamak) mengitari ·ada 'sedang mengitari tepi sumur
mendhet
tepi akan'
sumur
akan]
dlzadlzu dolananipun ingkang dliawali. Sumerep
[mengambil dadu 'mengamb il dadu
mainannya yang jatuh permainannya yang jatuh.
kawontenan punika Drona nyelaki
saha matur
melihat] Setelah rnelihat'
sagah
[keadaan itu Drona mendekati dan mengatakan sanggup 1 'keadaan itu Drona mendekati dan mengatakan bahwa ia sanggup'
mendhetaken
dhadhu ingkang dhawali ing sumur wau saha nyuwun
[mengambilkan dadu yang jatuh di sumur tadi dan minta 'mengambilkan dadu yang jatuh d1 sumur tadi dan minta'
opah
tedlia
awujud sekul salawuhipun
1
kangge nyukani
[upah makanan berupa nasi dengan lauknya untuk memberiJ 'upah makanan berupa nasi untuk makanan anaknya,'
75
Aswattama anakipun ingkang sanget kaluwen. Penyuwunipun Drona [Aswattama anaknya yang sangat kelaparan permintaannya Orona] 'Aswattama yang sangat kelaparan . Permintaan Orona' punika lajeng dipunsagahi. Sang Drona lajeng pados ujungan [itu lalu di sanggupi sang Orona lalu mencari daun] 'itu disanggupi. Lalu sang Orona mencari daun' alang-alang kapanahaken ing dhadhu, saged ngengingi. [alang-alang dipanahkan pada dadu dapat mengenai] 'alang-alang, dipanahkan pada dadu, dapat mengenainya .' Ujungan alang-alang ingknng tumancep ing dhadhu wau kapanah [daun alang-alang yang tertancap pada dadu tadi dipanah] 'Daun alang-alang yang te rtancap pada dadu tadi dipanah' malih .mawi ujungan alang-alang ugi, makaten salajengipun [lagi dengan daun alang-alang juga demikian selanjutnya] 'Jagi, juga dengan daun alang-alang, demikian seterusnya' ngantos dhadhu wau saged dipuntarik manginggil. [sampai dadu tadi dapat ditarik ke atas] 'sampai dadu tadi dapat ditarik ke atas.' Pirsa kasagedanipun sang Drona makaten wau, para Korawa [melihat kepandaiannya sang Orona demikian tadi para Korawa] 'Setelah mengetahui kepandaian sang Orona demikian itu, para saha Pandhawa ingkang taksih !are (taksih timur) sedaya [dan Pandawa yang masih anak-anak (masih muda) semua] 'Ko rawa dan Pandawa .Yang masih muda' punika sanget eram. Pramila bab punika lajeng dipun cariyosaken [itu sangat her an maka bab itu lalu diceritakan] 'itu sangat heran. Maka bab itu lalu diceritakan' den ing para Korawa saha Pandhawa dhumateng Resi Bhisma [oleh para Korawa dan Pandawa kepada Resi Bisma] 'oleh para Korawa dan Pandawa kepada Resi Bisma' ( eyangipun Pandhawa saha Korawa). Resi Bhisma sareng mireng [neneknya Pandawa dan Korawa Resi Bisma setelah mendengar] '(nenek Pandawa dan Korawa). Setelah mendengar'
76
I
palapuranipun para wayah wau lajeng nimbali
sang Drvna.
[laporannya para cucu tadi lalu memanggil sang Orona] 'lapqran para cucu tadi lalu memanggil sang Orona.'
Pungkasanipun rembag (akhirnya 'Oiputuskan,
sang Drona kajunjung dados
gurunipun
pembicaraan sang Orona diangkat menjadi gurunya] bahwa sang Orona diangkat menjadi guru'
para K orawa saha Pa1zdhawa fan sang Drona inggilz nyagahi. [para Korawa dan Pandawa dan sang Orona juga menyanggupi] 'para Korawa dan Pandhawa dan sang Orona juga menyanggupi.
Ing ngriku sang Drona tajeng ngesokaken [ di situ 'Oi situ
kasagedanipw1 mulang
menumpahkan kepandaiannya mengajar] sang Orona lalu sang Orona memberikan semua kepandaiannya'
dhateng para Pandhawa saha Kora'lm babagan utah dedamel. [kepada para Pandawa dan Korawa hal olah senjata] 'kepada para Pandawa dan Korawa hal olah senja ta'
Boren antawis dangu para K orawa saha Pandhawa sampun smni [tidak berapa lama para Korawa dan Pandawa sudah (subyek jamak)] 'Tidak berapa lama pa ra Korawa dan Pandawa sudah'
prige/-prige/
utah dedamef.
Duryudana saha Bhima mumpuni
[tangkas-tangkas olah senjata Ouryudana dan Bima menguasai] 'tangkas olah senjata. Ouryudana dan Bima menguasai'
ing
babagan utah dedamel gada, Arjuna saged monjol
(pada hal 'bidang olah
babagan
gada Arjuna dapat menonjol olah senjata se nja ta gada, Arjuna menonjol dalam'
ing pada]
utah jemparing, !an sapitzmttipzm. Kantfli bukri
olah panah dan seterusnya dengan bukti] [bidang 'bidang o lah panah, dan seterusnya. Oengan bukti'
kasagahanipun
pwlika sang Drona sanget simmgga-sungga dening
oleh] sang Orona sangat dipuja-puja [kesanggupannya itu 'kesanggupannya itu sang Orona sanga t dipuja-puja oleh' Kora~ova
saha Pandhawa. Dados, miturut kitab Adiparwa basa
[Korawa dan Pandawa jadi menurut kitab Adiparwa bahasa] 'Korawa dan Pandawa. Jadi, menu rut kitab Adiparwa bahasa' 77
Kina sang Drona punika satunggaling guru ingkang sejati, seorang guru yang sejati] [Jawa Kuno sang Drona itu 'Jawa Kuno sang Drona tersebut seorang guru yang sejati'
Jawi
guru ingkang tangge/ jawab minteraken para muridipun. [guru yang tanggung jawab memandaikan para muridnya] 'guru yang bertanggung jawab mengajar muridnya sehingga pandai.' · Wondene Drona ing cariyos padhalangan samangke /ajeng lalu] [adapun Drona dalam cerita pedalangan sekarang 'Adapun Drona dalam cerita pedalangan sekarang lalu' dipuncap awon, punika sumangga kemawon dhumateng para dhalang [di cap jelek itu terserah saja kepada para dalang] 'dicap jelek , itu terserah kepada para dalang.' /ng kitab Adiparwa (perangan I kitab Mahabarata) saestunipun [dalam kitab Adiparwa bagian I kitab Mahabarata sebetulnya] 'Dalam kitab Adiparwa (bagian I kitab Mahabarata) sebetulnya'• ingkang asring ngojok-ojoki Korawa memengsahan kalihan [yang sering membujuk:bujuki Korawa bermusuhan dengan] 'yang sering membujuk Korawa bermusuhan dengan' Pandhawa punika Harya Sangkuni dede Drona. [Pandawa itu Harya Sangkuni bukan Drona] 'Pandawa adalah Harya Sangkuni . btikan Drona.' Cekap samanten rumiyin para miy arsa mugi atur [cukup sekian dahulu para pendengar semoga pembicaraan] 'Cukup sekian dahulu 'para pendengar, semoga pembicaraan' kula punika saged kagem panglimbang- ~atawis ian manawi [saya itu dapat untuk pemikiran sementara dan kalau] 'saya terse but dapat dipakai sebagai pemikiran dan kalau' boten wonten alangan kita saged pinanggih malih wonten ing alangan kita dapat berjumpa lagi ada dalam] [tidak ada 'tidak ada alangan kita dapat berjumpa lagi.' sanes wekdal. 'lain waktu
78
Nuwun. (salam hormat)'
Lampiran 4 "Serat Saking Basir 'Surat dari Basir' " Swarganing Boedi A joe, 1923, Balai Pus taka. Serat winantu sagunging salam taklim, mugi katur [surat disertai segalanya salam taklirn moga disampaikan] 'Surat teriring salam taklirn, semoga sampai kepada' ingkang rayi Raden Rara Darmini, ingkang adalem ing Cianjur. [yang adik Raden Rara Darmini yang berumah di Cianjur] 'Adik Raden Rara Darmini, yang bertempat tinggal di Cianjur.' Sasampunipun ingkang kadya punika, wiyosipun, kula (pembuka surat) saya] (sesudahnya yang seperti ini 'Dengan ini saya beri tahukan, bahwa atas restu adik' ngaturi uninga, menggah kawontenan kula wonten ing Madiun [memberi tahu tentang keadaan saya ada di Madiun] 'saya di Madiun dalam keadaan selamat' angsal pamujinipun adhi ginanjar wilujeng, ingriki makatena [mendapat restunya adik diganjar selamat di sini semoga demikian] 'di sini semoga demikian juga.' ugi. 'juga.' Kajawi saking punika, miturut saking pirembagipun para [kecuali dari itu menurut dari pembicaraannya para] 'Kecuali itu, menurut pembicaraan para orang tua' sepuh, sampun sami sarujuk, manawi adhi badhe [orang tua sudah (subyek jamak) setuju bila adik akan] 'semua sudah setuju bila adik akan' kadhaupaken kalayan kula. Jngkang punika, kula nyuwun katarangan [dikawinkan dengan saya yang itu saya minta keterangan] 'dikawinkan dengan saya. Oleh karena itu, saya minta sedikit ke-' sakedhik, punapa adhi sampun katantun piyambak
dhateng
79
[sedikit apakah adik sudah diminta pendiriannya sendiri ke] 'terangan, sudahkah adik dirninta kesediaan adik '
ingkang rama utawi ibu, sumelang kula ambok manawi adhi [yang ayah atau ibu khawatir saya mungkin 'oleh ayah atau ibu, saya khawatir jangan-jangan adik'
namung kapurba kemawon, mangka sajatosipun
adik]
adhi kirang remen
[hanya dikuasai saja pad aha! sesungguhnya adik kurang suka] 'hanya disuruh saja, padahal sesungguhnya adik kurang sirnpati'
dhateng kula.
Yen makaten amesthi badhe kirang prayogi
[kepada saya jika demikian pasti akan kurang baik] 'kepada saya. Jika demikian pasti akan kurang baik'
kedadosanipun, amargi ingatasipun
tiyang jejodhoan
[kejadiannya karena ada pun . . . akan orang 'kejadiannya karena orang berjodohan itu'
punika kedah sampun sami
berjodohan]
condhong ing saderengipun,
[itu harus sudah (subyek jamak) cenderung di sebelumnya] 'harus mempunyai rasa kecenderungan hati sebelumnya,'
boten kenging jiyadan utawi peksan.
Bab punika kula aturi
[tidak boleh paksaan atau paksaan bab itu saya minta] 'tidak boleh dengan paksaan. Saya minta supaya bab itu di-'
anggalih
ingkang panjang.
[memikirkan yang panjang] 'pikirkan sungguh-sungguh.'
Wasana kula ngajeng-ajeng
sanget paring
panjenengan
[akhir saya mengharap-harap sangat pemberian saudara] 'Akhirnya saya sangat mengharapkan jawaban adik,'
wangsulan,
saiba
genging
bingah kula manawi adhi pancen
Oawaban alangkah besarnya gembira saya jika 'alangkah gembiranya saya jika adik memang'
adik memang]
sampun anyondhongi ing bab punika Zan thukul saking [sudah menyondongi di bab itu dan tumbuh dari] 'sudah menyetujui bab itu dan tumbuh dari '
80
panggalihipun adhi piyambak ingkang suci. [hatinya adik sendiri yang suci1 'hati adik sendiri yang suci.' Kaserat ing Madiun kaping : 10 Juni 1912 [ditulis di Madiun ke 10 Juni 19121 'Ditulis di Madiun, 10 Juni 1912.' Saking kula pun [dari say a si1 'Dari saya,' Basir
81
Lampiran 5
"Serat Wangsulan Saking Darmini Dhateng Basir" 'Surat balasan dari Darmini kepada Basir', Swarganing Boedi Ajoe 1923 , Balai Pustaka : 32- 34 Serat saha ingkang salam taklim kula pun Darmini, mugi [surat dan yang salam taklim saya si Darmini moga] 'Surat dan salam taklirn saya si Darmini, semoga' katur ing panjenenganipun ingkang raka Mas Basir, Opzichter [disampaikan di engkaunya yang kakak Mas Basir mandor] 'sampai pad a Mas Basir , mandor' ing Madiun. [di Madiun] 'di Madiun.' Sasampunipun ingkang kadya punika, wiyosipun, kula [sesudahnya yang seperti 1m (pembuka surat) saya] 'Saya beri tahukan bahwa saya sudah menerima' sampun tampi paring panjenengan serat ingkang katiti mangsa [sudah terima pemberian engkau surat yang tertanggal] 'surat Mas Basir tanggal 10 Juni 191 2.' tanggal kaping: 10 Juni 1912, menggah suraosipun ugi sampun [tanggal ke 10 Juni 1912 tentang maksudnya juga sudah] 'Tentang maksudnya sudah saya' mangertos sadaya. [mengerti semua] 'mengerti semua' Mugi andadosna kauningan, salugunipun .kula ugi sampun [moga menjadikan ketahuan sebenarnya saya juga sudah] 'Semoga diketahui, sebenarnya bapak dan ibu sudah' katantun piyambak dhateng panjenenganipun bapak miwalz ibu, [diminta kesediaan sendiri ke engkaunya bapak dan ibu] 'meminta kesediaan saya, tetapi pada waktu itu'
82
nanging kala samanten kula tansah kendel kemawon, jalaran [tetapi waktu demikian saya selalu diam saja sebab] 'saya selalu diam saja, sebab' ewed anggen kula badhe ngaturi wangsulan, [canggung (tanda nominalisasi) saya akan memberikan jawaban] 'dalam memberikan jawaban saya merasa canggung .' Badhe matur -S.agah, manah kula taksih mamang, amargi [akan berkata sanggup hati saya masih ragu-ragu karena] 'Akan berkata sanggup saya masih ragu-ragu karena' dereng sumerep kebatosan panjenengan, jaman samangke kathah [belum mengetahui kebatinan engkau zaman sekarang banyak] 'belum mengetahui isi hati Mas Basir, zaman sekarang banyak' priya ingkang remen ugal-ugalan angremehaken dhateng wanita, yang suka kurang ajar meremehkan ,kepada wanita] [pria 'pria yang suka kurang ajar meremehkan wanita,' krama saweg sakedhap lajeng kabucal. Mangka kula punika [kawin baru sebentar lalu dibuang padahal saya ini] 'baru dikawini sebentar lalu dibuang. Padahal saya ini' rumaos tiyang bodho balilu, boten gadhah kalangkungan [merasa orang bodoh tolol tidak mempunyai kelebihan] 'orang sangat bodoh, tidak mempunyai kelebihan' punapa-punapa, tangeh yen saged adamel mareming panggalihipun [apa-apa mustahil jika dapat membuat puasnya hatinya] 'apa-apa , mustahil jika dapat memuaskan hati' priya ingkang sampun kawilang pinter kados panjenengan. [pria yang sudah tergolong pandai seperti engkau] 'pria yang sudah tergolong pandai seperti Mas Basir.' lngkang kula kuwatosaken mangke sampun kalajeng dhaup, [yang saya khawatirkan nanti sudah terlanjur kawin] 'Yang saya khawatirkan nanti sudah terlanjur kawin' gek boten saged widada, amargi saking kecuwan panggalih [barangkali tidak dapat kekal karena dari kecewa hati] 83
'jangan-jangan tidak dapat kekal karena Mas Basir kecewa,'
panjenengan, saiba badhe panalangsa kula. Amila samangke [engkau alangkah akan merana saya maka sekarang] 'alangkah akan merananya saya. Maka sekarang' kula gentos nyuwun katrangan sakedhik, punapa anggen [saya ganti minta keterangan sedikit apakah (tanda nominalisasi)] 'saya ingin minta sedikit keterangan, sungguh-sungguh' panjenengan kagungan karsa mundhuf dhateng kula punika [engkau mempunyai maksud minta kepada saya ini] 'sam pai ke lubuk hatikah Mas Basir bermaksud meminta saya ini?' temen-temen terus ing batos? Manawi pancen temen-temen [sungguh-sungguh terus di batin jika memang sungguh-sungguh] 'Jika memang sungguh-sungguh' kula inggih sandika nglampahi. [saya ya bersedia menjalani] 'saya bersedia menjalani.' Wasana sapengkeripun serat punika mugi-mugi kula pinaringan [akhir seperginya surat m1 moga-moga saya diberi] 'Akhirnya semoga saya dikaruniai' wilujeng ing ngriki makaten ugi. [keselamatan di sini demikian juga] 'keselamatan, demikian juga di sini.' Saking kula pun, [dari saya si] 'Dari saya,' Darmini (M. Ardjasapoetra, 1923, ·Swarganing Boedi Ajoe Bale Poestaka, hlm. 32- 34.)
84
L'rrmpiran 6 "Lay ang saka embah marang wayah " 'surat dari kakek kepada cucu ' Sarining Kesusastran Djawa, P.T. Jaker: 21 Layang kanthi pandonga slamet, marang putuku Abimanyu, [surat dengan doa selamat kepada cucuku Abimayu] 'Sura t teriring dengan doa selamat untuk cucuku Abimanyu' siswa Madyawiyata ing Sokaliina. [murid Madyawiyata di Sokalima] 'murid Madyawiyata di Sokalima.' Wiyose, kulup, aku wis nampa layangmu, nyaritak[(kata pembuka) buyung saya sudah menerirna suratmu mencerita-] 'Cucuku sa yang, saya sudah menerima suratmu ' yang mencerita-' apuruhita marang Kaki Duma, ake manawa kowe saiki [kan bahwa engkau sekarang berguru kepada kakek Duma] 'kan, bahwa sekarang engkau berguru kepada Kakek Duma,' supaya bisa jumeneng ratu kang kajuwara. Banget suka !an [supaya dapat menjadi raja yang termashur sangat senang dan] _'supaya dapat menjadi raja yang termashur. Saya sangat senang dan' sukurku ing Jawata, dene anggonku mrihatinake [syukurku di Dewata adapun (tanda nominalisasi) memrihatinkan] 'bersyukur kepada Dewata, karena dalam memrihatinkan' anak putu, teka wis ana ungup-ungupe bakal antuk [anak cucu datang sudah ada sembul-sembulnya akan dapat) 'anak cucu tampaknya sudah ada tanda-tanda bahwa mereka akan mene-' sihing jawata. [kasihnya dewata) 'rima kasih dewata.' Ora kendhet puji pandongaku, muga anggonmu [tidak putus puji doaku moga (ianda nominalisasi)] 'Tidak putus-putusnya saya berdoa semoga dalam menempuh' 85
sinau pinaringan gangsar, kalis ing sambekala, adoh ing godharencana. [belajar dikaruniai lekas kalis di rintangan jauh di godaan] 'p(!lajaran cepat selesai, kalis dari rintangan, dan jauh dari godaan' Sumurupa kulup, wong maguru iku abot sanggane. Kudu [ke tahuilah buyung orang berguru itu berat tanggungannya harus] 'Ketahuilah sayang, orang berguru itu berat tanggungannya.' bekti ian tresna marang dwija. Tegen mugen /an mempen. [bakti dan cinta kepada guru tabah tekun dan raj in] 'Harus berbakti dan cinta kepada guru . T abah, tekun, dan rajin.' Tata, titi ian tlaten. Tetep ian mantep ing kalbu. Dieling ian [tata . teliti dan tekun tetap dan mantap di kalbu ingat dan] 'Tertib, teliti, dan tekun. Tabah dan mantap dalam kalbu. Ingat dan' waspada. Dakrewangi kulup. [waspada saya bantu buyung] 'waspada. Saya bantu sayang.' Wasana muga kab eh diparinga widada. [akhir moga semua dikaruniai selamat] 'Akhirnya, semoga semua dikaruniai keselamatan.' Ngukiratawu, kaping : 5 September 1964 [Ngukiratawu ke 5 September 1964] 'Ngukiratawu, 5 September 1964' Embahmu, 'Kakekrnu,' (R.S. Subalidinata, 1968 Sarining Kasusas· tran Djawa Badan Penerbit PT Jaker halaman 21.)
Lampiran 7 '1,ayang ganep", (a) 'Sura t lengkap', Tata Sastra, 1967, U.P.Indonesia: 72-73
Serat saha ingkang sembah pangabekti putra pun Singasastra yang sembah pembaktian anak si Singasastra] [surat dan 'Surat dan sa1am hormat kami, si Singasastra berdua,' kekalih, kepala dhusun ing Karangkawis, kecamatan Sambireja, [berdua kepala desa di Karangkawis kecamatan Sambireja] 'kepala desa di Karangkawis, kecamatan Sambireja,' Gon.dhang, Sragen, katur ing Panjenenganipun ingkang rama uwa yang ayah paman] [Gondang Sragen kepada di saudaranya 'Gondang, Sragen, disampaikan kepada Paman Kiai Kasandinama' Kyai Kasandinama sakaliyan ibu, a.dadalem ing nagari Y ogyakarta, [kiai Kasandinama berdua ibu berumah di negeri Yogyakarta] 'berdua di Yogyakarta, Jalan Sudirman 197 .' Jalan Sudirman 197. [J alan Sudirman 197] Nuwun wiyosipun, boten saking punapa, rehning [(tanda hormat) (pembuka surat) tidak dari apa karena] 'Dengan hormat, tidak ada sebab lain, kecuali karena' dangu boten sowan saos bekti, amild angkah kula, benjing [lama tidak datang beri bakti maka maksud saya besuk] 'kami sudah lama tidak berkunjung ke mari, maka' salebetipun wulan Ruwah ngajeng punika badhe kula prelokaken [selamanya bulan Ruwah di depan ini akan saya perlukan] 'selama bulan Ruwah yang akan datang ini kami bermaksud' sowan tuwi Panjenenganipun Uwa sakaliyan,' kaliyan (datang m~nengok saudaranya paman berdua dengan] 'mengunjungi Paman berdua beserta' nyowanaken
wayah pun Siti Maryam. 87
[mendatangkan cucu si Siti Maryam] 'cucu paman si Siti Maryam.'
Nuwun kawuningana, saking pangestu panjenengan [(tanda hormat) semoga diketahui dari restu engkau] 'Mohon diketahui, karena restu Paman ' sakaliyan, pun Maryam sampun dumugi ing pangkat 3 SGA, sarta [berdua si Maryam sudah sampai di tingka t 3 SGA serta] 'berdua, si Maryam sudah duduk di kelas 3 SGA, serta' pangajeng-ajeng kula, pungkasaning taun-sekolah punika sageda [pengharap-harap saya akhirnya tahun sekolah ini semoga dapat] 'pengharapan kami semoga akhir tahun ini ia dapat' lulus ujian. Sasampuning angsal ijasah SGA kasebut, [lulus ujian sesudahnya dapat ijazah SGA tersebut] 'lulus ujian. Sesudah mendapatkan ijazah SGA tersebut,' ing pangangkah taksih badhe nglajengaken dhateng ing !KIP. [di maksud masih akan melanjutkan ke di IKIP] 'ia masih bermaksud akan melanjutkan ke IKIP.' Ingkang punika, rehning kula rumaos gadhah tiyang-sepuh [yang mt karena saya merasa punya orang tua] 'Oleh karena kami merasa mempunyai orang tua' wonten ing papan ingkang wonten sekolahanipun !KIP kasebut, [ada di tempat yang ada sekolahnya IKIP tersebut] 'yang bertempat tinggal satu kota dengan IKIP tersebut,' ami/a pisowan kula punika, badhe nyuwun angribeti. Menawi [maka kedatangan saya ini akan minta mengganggui jika] 'maka kedatangan kami ini akan mengganggu Paman. Jika' pinarengaken saged klebet ing !KIP, ingkang wayah namung badhe (diizinkan dapat masuk di IKIP yang cucu hanya akan] 'dapat diterima di IKIP, kami mohon cucu Paman.' kula caosaken ndherek ing ngarsanipun Uwa sekaliyan ing ngriki, [saya berikan ikut di luldapannya paman berdua di sini] 'dapat tinggal di sini,'
88
awit telesing raos kula Panjenengan sekaliyan kula anggep [karena dasarnya rasa saya engkau berdua saya anggap] 'karena menurut hati nurani kami Paman berdua kami anggap'
tiyang sepuh piyambak. Dados kula badhe sampung tega kemawon [orang tua sendiri jadi saya akan sudah tega saja) "sebagai orang tua kami sendiri. Jadi kami tega' masrahaken anak estri sampun kapara diwasa, boten [menyerah anak perempuan sudah agak dewasa tidak] 'menyerahkan anak perempuan kami yang sudah agak dewasa' mawi wassumelang tumraping lahir saha kebatosanipun. [dengan khawatir tentangnya lahir dan kebatinannya] 'tanpa rasa khawatir akan dirinya lahir dan batin.' Ing wasana, wigatosing serat punika; amung sasampuna [di akhir pentingnya surat ini hanya sesudahnya] 'Sebagai akhir kata, sebetulnya inti surat ini mohon' Uwa sekaliyan priksa menggah wosing prelunipun badhe [paman berdua tahu tentang intinya perlunya akan] 'agar sebelumnya Paman berdua mengetahui akan' pisowan kula ing wulan ngajeng. [kedatangan saya di bulan depan] 'kedatangan kami bulan depan.' Katur kaping [diberikan ke
16 Juni 1966 16 J uni 1966]
'Dikirimkan, 16 Juni 1966'
Ingkang putra pun [yang anak si] 'Anak,' Singasastra (R.D.S. Hadiwidjana, 1967 Tata Sastra U.P. Indonesia, halaman 72-73)
89
Lampiran 8 "Layang Ulem" (a) 'Surat Undangan,' Sarining Kesustran Djawa, 1968, P.T. Jaker Kairing sagunging pahargyan. [teriring segala kehormatan] 'Dengan hormat ,' Nuwun, kula ngaturi uninga, menawi tanpa alangan [(tanda hormat) saya memberi tahu jika tanpa alangan] 'Kami beri tahukan, jika tidak ada halangan' satunggal punapa, benjing dinten : Senen Pon, surya kaping besuk hari Senin pon bulan ke [satu apa 'satu pun, pada hari Serlin Pon, bulan'
12 12]
Besar 1896 utawi surya kapi'!g 25 Juni 1964, kula badhe nge'rnah[Besar 1896 a tau bulan ke 25 Juni 1964 saya akan menga-] 'Besar 1896 atau 25 , J uni 1964, kami akan menga-' emahaken anak kula estri nama : [winkan anak saya perempuan nama] 'winkan anak kami perempuan yang bernama:' Rr. Endhang Pratiwi angsal [dapat] 'dengan' R.B. Bambang Suhana putranipun ragil K.i Harjapustaka ing Karangasem. [anaknya bungsu Ki Harjapustaka di Karangasem] 'anak bungsu Ki Harjapustaka di Karangasem' paningkahipun kepanggih ing griya kula Wondene ijab bertemu di rumah saya] [adapun akhad nikahnya 'Adapun akhad nikahnya berlangsung di rumah kami'
90
karnpung Raganatan Kp. II/ I 0, Ngayogyakarta. ·[kam{1ung Raganatan Kp . ll/1 0 Yogyakarta] 'kampurig Raganatan Kp. II/I 0, Yogyakarta' Jngkang punika menawi ndadosaken dhanganing panggalih, [yang itu jika menjadikan senangnya hati] 'Oleh karena itu, jika berkenan di hati,' · benjing dint en Sen en Pan, kasebat nginggil wanci jam I 0 enjing. [besuk hari Senin Pon tersebut di atas waktu jam 10 pagi] 'besuk hari Senin Pon jam 10 pagi tersebut di atas.' panjenengan sekal(yan kula suwun rawuh ing gr(1•a kula, [engkau berdua saya mohon datang di rumah saya] 'engkau berdua kami mohon datang di rumah kami' ' kaparenga paring berkah pangestu wilujeng dhumateng [semoga diperkenan beri berkat restu selamat kepada] 'dan semoga berkenan memberikan berkat, restu, dan keselamatan' anak kula penganten kekalih sumrambah ing sadayanipzm. [anak saya pe ngantin berdua merata di semuanya] 'baik kepada pengantin berdua maupun keluarga kami.' Wasana sanget ing pangajeng-ajeng kula menggah rawuh [akhir sangat di pengharap-harap saya mengenai datang] 'Akhirnya kami sangat mengharapkan kedatangan' panjenengan sekal(van [engkau berdua] 'Saudara berdua.' Raganatan, I7 Juni I964 Saking kula saha sernah [dari say a dan isteri] 'Dari saya dan isteri,' R.Ng. Pujaharja (R.S. Subalidinata, 1968, Sarining Kasusastran Djawa Badan Penerbit PT Jaker halaman 21.) 91
Lampiran 9 "Layang Ulem", (b) 'Surat Undangan', Tata Sastra , 1967 , U.P. Indonesia. Nuwun, kula kekalih atur uningan ing Panjenengan[(tanda hormat) saya berdua memberi tahu di engkau] 'Dengan hormat, kam i beri tahukan kepada Saudara berdua,' paduka sekaliyan, menawi Gusti Allah Maha-murah aparing Lpaduka berdua jika Tuhan Allah mahamurah memberi] 'jika Tuhan Allah yang mahamurah mengaruniakan' lestantun, benjing ing dinten Jemuwah Legi 4 Sura Alip 1899 [lestari besuk di hari Jumat legi 4 Sura Alip 1899] 'kelestarian, besuk pada hari Jumat, 14 April 1967' utawi 14 April 1967 punika kula gadhah kajat angemah-emahsaya mempunyai hajat mengawinkan] [a tau 14 April 1967 ini 'kami berhajat mengawinkan' aken anak kula pambajeng nama Rara Hastuti, dhaup kaliyan [ anak saya sulung nama Rara Hastuti kawin dengan] 'anak kami yang sulung bernama Rara Hastuti, kawin dengan' Jaka Daryana, Kapten Penerbang ing Adisucipto Yogyakarta, putra[Jaka Daryana Kapten Penerbang di Adisucipto Yogyakarta anak-] 'Jaka Daryana, Kapten Pen,erbang di Adisucipto· Yogyakarta, anak' nipun sadherek R aden Gunakarya ing dhusun Kadipira Kalasan. [nya saudara Raden Gunakarya di desa Kadipira Kalasan] 'Saudara Gunakarya dari desa Kadipira Kalasan.' Menggah ifab-paningkahipun ing dinten kasebut nginggil [adapun akhad nikahnya di hari tersebut di atas]. 'Adapun akhad nikahnya pada hari tersebut di atas' wanci jam 7 sonten, terus panggih, wonten griya kula Jalan [waktu jam 7 sore terus temu ada rumah saya jalan] '{mkul 7 sore, kemudian upacara pertemuan mempelai di rurnah kami,'
92
Gandarasa angka 76. [Gandarasa angka 76] 'Jalan Gandarasa 76.' Ingkang punika kula nyuwun saha ngajeng-ajeng rawuh [yang 1m saya minta dan mengharap-harap datang] 'Dengan ini kami mohon dan mengharap kedatangan' Panjenengan sarimbit amangestreni saha angombyongi [engkau berdua menghadiri dan mengunjungi] 'Saudara berdua untuk rnenyaksikan dan merestui' dhaup-panggihing anak kula panganten wau. [perjamuan kawin anak saya temanten tadi] 'anak karni pengantin tadi.' lng wasana sanget atur panuwun kula kekalih. [di akhir sangat berterirna kasih saya berdua] 'Sebagai akhir kata kami berdua mengucapkan banyak terima kasih.' Katur Gandarasa kaping 26 Besar, [diberikan Gandarasa ke 26 Besar) 'Dikirirnkan, Gandarasa 7 April 1967' Jimakir 1898/7 April 1967 Atur taklim kula pun [kata taklim saya si) 'Salam taklim kami,' Jajadikara (R.D.S. Hadiwidjana, 1967 Tata Sastra U.P. Indonesia halaman 75.)
93
Lampiran 10 Surat Kepada Anak "Oh A nakku , 1966, Penerbit Keluarga Soebarno
Marang putriku, kang manis kenes [kepada putriku yang manis genit] 'Kepada putriku yang manis genit'
ing kutha Sala kanthi pandonga restu [di kota Sala dengan doa restu] 'di kota Sala dengan doa restuku'
pangestuku !an budhe-mu mawantu-wantu. [berkatku dan bibimu terus-menerus] 'dan bibimu terus-menerus.'
Wiyose
ngger, Daryati . . . rama-ibumu ing Sragen
[(kata pembuka surat) nak, Daryati 'Nak Daryati , bapak ibumu di Sragen '
bapak ibumu di Sragen]
wis nampa layangmu tan mangerti banget marang isine, [sudah menerima suratmu dan mengerti sangat kepada isinya] 'sudah menerima suratmu dan benar-benar mengerti isinya,'
malah
menawa
uga bisa
nyilemi
rasa-rasa kang sumimpen
[malah mungkin juga dapat menyelami rasa-rasa yang tersimpan] 'malah mungkin juga dapat menyelami rasa yang tersimpan'
jroning tembung-tembung· ian ukaramu
kabeh.
[dalam kata-kata dan kalimatmu semua] 'dalam kata-kata dan kalimatmu semua.'
Kaya
dene
ngreranta rasaku saklaron_. banget terima
[serupa dengan sedih rasaku berdua sangat terima kasih] 'Seolah-olah sedih rasanya, aku berdua sangat berterima kasih'
anak
manis-sayang, . . . marga
saka jroning
pangertiku
rna rang
[anak manis sayang karena dari dalamnya pengertianku kepada] 'anak manis sayang karena dalamnya pengertianku ak:. .'
karepmu 94
kang becik, bisikaning kalbumu kang suci murni,
[maksudmu yang baik bisikannya kalbumu yang suci murni] 'maksud mu yang baik, bisikan kalbumu yang suci murni ,'
kasihku
marang ucap-ucapanmu kabeh.
Daryati sayang, kowe
wis
[kasihku kepada ucap-ucapanmu semua Daryati sayang engkau sudah] 'kasihku kepada ucap-ucapanmu semua, .Daryati sayang engkau sudah'
ngerti kabeh sebabe
pakdhemu kaya dene sepi ing katresnan
seperti sepi di kasih] [tahu semua sebabnya pamanmu 'tahu semua mengapa pamanmu tampaknya kurang mengasihi'
ian
kawigaten
marang kulawargane khusus marang kowe,
[dan perhatian kepada keluarganya khusus kepada engkau] 'dan kurang perhatian kepada keluarganya khususnya kepadamu,'
kang satemene wiwit bayi cengermu wis
dadi
hakku, marga
[yang sesungguhnya mulai bayi tangismu sudah menjadi hakku karena] 'yang sesungguhnya sejak bayi sudah menjadi hakku karena'
sanajan
ming wudhu syarat ila-ilane
bae, nanging kabukti
[meskipun hanya wudu syarat saranya saja tetapi terbukti] 'meskipun syarat sarananya hanya wudu saja , tetapi dalam'
ing nyata, kowe
wis
dadi putriku. lbu ian ramamu
kudune
[di nyata 'engkau sudah jadi putriku ibu dan ayahmu harusnya] 'kenyataan terbukti engkau sudzh menjadi putriku. lbu dan Bapakmu'
mung
ngomongake bae
kanggo aku, njaluke
opah akeh
pisan
[hanya mengatakan saja untuk aku mintalah upah banyak sekali] 'seharusnya hanya berkata kepadaku , mintalah upah yang banyak,'
tingarahe,
aku sanggup mbayar
. jebul
barang
[boleh dikatakan aku sanggup membayar akhirnya pada waktunya] 'aku sanggup membayar . . . akhirnya pada waktu putriku'
wanci
putriku dijaluk, padha paling
pethentheng,
digandhuli
[waktu putriku diminta (subyek jamak) bersitegang digantungi] 'diminta, semua bersitegang, sangat tidak diperbolehkan,'
sakayange, . . . manawa kowe
krungu
anggonku
[sekuatnya jika engkau mendengar (tanda nominalisasi)] 'jika engkau mendengar'
95
udur bab bebener karo swargi eyang putrimu dalah [cekcok bab kebenaran dengan almarhum nenek putrimu dan] 'percekcokan dengan nenk serta ibumu mengenai bab kebenaran ibumu pisan 24 jam lawase tanpa putus, bisa kelakon [ibumu sekali 24 jam lamanya tanpa putus dapat terjadi] 'selama 24 jam tidak ada akhirnya, dapat terjadi ' 0
0
0
melu sedhih atimuo [ikut sedih hatimuo] 'ikut sedih hatimu.' Sumurupa Dar [ketahui Dar 'Ketahuilah Dar
0
0
pakdhe nalika semana isih rada enom, paman ketika sekian masih agak muda] paman ketika itu masih agak muda,
durung pati akeh pengalamane, dadi isih sok dhemen [belum agak banyak pengalamannya jadi masih kadang-kadang suka] 'belum begitu banyak pengalamannya , jadi kadang-kadang masih suka' nesu isih gampang tersinggung perasaane, Mula bareng [marah masih mudah tersinggung persaaannya maka pada waktunya] 'marah masih mudah tersinggung perasaannyao Maka ketika' karepku mundhut putri si Kenes manis, ora diulungake, [maksudku meminta putri si genit manis tidak diberikan] 'maksudku meminta putri si genit manis tidak diperbolehkan, gampanging atiku tan kena winatara trima ngadoh [mudahnya hatiku tidak dapat kentara terima menjauh] 'mudahnya hatiku tidak kentara lebih baik menjauh' 0
0
0
ora cecedhakan men yen perlu salawase pisan, kareben ora [tidak berdekatan biar kalau perlu selamanya sekali biar tidak] 'biar kalau perlu selamanya, biar tidak' usah padudon waeo Saya suwe saya dadi rikuh dhewe [1,1sah bertengkar saja makin lama makin menjadi segan sendiri] 'usah bertengkar sajao Makin lama makin segan' arep niliki kowe fan keluargamu sanajan kangenku saya [akan menengok engkau dan keluargamu meskipun rinduku makin]
96
'akan menengok engkau dan keluargamu meskipun aku sangat'
mbetek, meksa dakkuwat-kuwatake, wasana malah banjur saya [memasak terpaksa saya kuat-kuatkan akhir malah lalu makin] 'rindu, terpaksa saya tahan, akhirnya makin lama makin' adoh banget nganti prasasat pedhot pisan karo sedulur. Kowe ~auh sangat sehingga seperti put us sekali dengan saudara engkau] 'jauh sehingga seakan-akan putus dengan saudaranya. Engkau' ngerti Dar, pisah kita iki marga isih padha [mengerti Dar pisah kita ini karena masih (subyek jarnak) ] 'mengerti Dar, pisah kita ini karena masih saling' nggondheli gengsine dhewe.-dhewe bae, kang satemene tanpa [memegangi gengsinya sendiri-sendiri saja yang sesungguhnya tanpa] 'menjaga gengsi, yang sesungguhnya tanpa' teges tur nyilakani rasane dhewe thok ora ana benere. [arti dan mencelakakan perasaan sendiri saja tidak ada benarnya] 'arti dan mencelakakan perasaan diri sendiri dan tidak ada benarnya' Yen marga kadhung is in, isin kang mengkono iku disebut Oika karena terlanjur malu malu yang demikian itu disebut] 'Jika terlanju ~ malu, malu yang demikian itu disebut' ya "isin palu". Yen ngantepi konsekwensine ya] [mt1.lu palsu jika memegang teguh konsekuensinya , 'm;lu palsu. Jika memegang teguh konsekuensinya . · . konsekwensi ora mapan wajibe disumurupi nyatane, banjur [konsekuensi tidak mapan wajibnya diketahui nyatanya lalu] 'konsekuensi yang tidak mapan wajib diketahui kenyatannya, lalu' bareng-bareng ngulur tangan pemberesan. [bersama-sarna mengulur tangan pemberesan] 'saling mengulurkan tangan pemberesannya.' Ganti jejer, sapira bungah Zan panelangsaning atiku [ganti cerita seberapa gembira dan menderitanya hatiku J 'Ganti yang diceritakan, seberapa gembira dan penderitaan hatiku' sakeloron, dene
nak Daryati ngaku
dadi
putrine
pakdhe
97
[berdua adapun nak Daryati mengaku menjadi putrinya paman] 'berdua , karena nak Daryati mengaku putri paman'
budhe, !an arep tilik
mrana
sawetara dina. Becike
kowe
[bibi dan akan berkunjung ke sana beberapa hari baiknya engkau] 'bibi, dan akan berkunjung ke sana beberapa hari. Sebaiknya engkau'
dakdhawuhi ngenteni bae nganti
dina Sabtu awan
jam 1 - 2
[saya suruh menanti saja sampai hari Sabtu siang jam 1 - 2 ] 'saya suruh menanti sampai Sabtu siang jam satu sampai jam dua,'
mangkono, kowe
bakal dakkon
methuk
nganggo mobil,
[demikian engkau akan saya suruh menjemput memakai mobil] 'engkau akan saya suruh menjemput memakai mobil:
kanggo nggampangake lakumu. luntuk memudahkan perjalananmu] 'untuk memudahkan perjalananmu.'
Wasana sapungkuring layang iki, aku !an budhemu ora [akhir seperginya surat 1m aku dan bibimu tidak] 'Akhirnya setelah surat ini, aku dan bibimu tidak'
kekurangan
sawiji apa, kang daksesuwun, ing kene aja
[kekurangan suatu apa yang saya minta di sini jangan] 'ada halangan suatu apa, dan saya minta, di sini jangan'
kekurangan
sawiji-wiji, ginanjar slamet
ian winantua
[kekurangan suatu-suatu diganjar selamat dan supaya terus] 'ada halangan suatu apa, dikaruniai keselamatan dan semoga'
ing begja
kayuwanarz,
tansah karungkeban ing raclunating
[di bahagia kesejahteraan selalu disungkuri di ralunatnya] 'selalu bahagia dan sejahtera , selalu disungkuri rahmat'
Pangeran, anzin. [Tuhan amin] 'Tuhan , amin'
Sragen kaping 5- 8-1966 5- 8- 1966'
'Sragen ke
98
Rama ibumu Sragen 'bapak ibumu Sragen' (Sri Hadidjaja- 1966, "Oh, Anakku . . . '' Fa. Penerbit Keluarga Soebarno Sala halaman 12-· 13)
99
Lampiran 11
''Podheng Soklat " ' Podeng Coklat' Ager-ager 2 iji, campuranipun soklat 2 sedhok dhahar, gendhis [agar-agar 2 biji campurannya coklat 2 sendok makan gula] 'Dua biji agar-agar dicampur 2 sendok makan coklat, 4 sendok makan' pasir 4 sedhok dhahar, toya wantah 4 cangkir alit. [pasir 4 sendok makan air tawar 4 cangkir kecil] 'gula pasir, dan 4 cangkir kecil air ta:war .' Pandamelipun podheng : [pembuatannya podeng] 'Pembuatan podeng' Toya wantah kagodhog ngantos umob. Yen sampun umob, [air tawar direbus sampai mendidih jika sudah mendidih] 'Air tawar direbus sampai mendidih. Sesudah mendidih' ager-ager kakumbah lajeng kacemplungaken. Yen sampun ajer [agar-agar. dicuci lalu dimasukkan jika sudah luluh] 'agar-agar dicuci lalu dirnasukkan . Jika sudah luluh' kados. toya, gendhis lajeng kalebetaken. Soklat yen sampun [seperti air gula lalu dimasukkan coklat jika sudah] 'seperti air, lalu dicampur dengan gula. Jika coklat sudah' kaejer mawi toya benter 1 cangkir, lajeng kaesok ing [diluluhkan dengan air pan as 1 cangkir lalu di tuangkan di] 'diluluhkan dengan 1 cangkir air panas, lalu dituangkan pada' ager-ager. Yen · sampun mateng, lajeng kasaring, kacithak ing citha[agar-agar jika sudah matang lalu disaring dicetak di cetak-] 'agar-agar. Sesudah rna tang, lalu disaring, dicetak di cetakan' kan podheng. Pandhaharipun mawi saos panili, dene pandamel[an pod eng memakannya dengan kuah panili ada pun pembuat-] 'podeng. Cara memakannya dengan kuah panili, adapun pembuatan'
100
ipun saos: [annya kuah] 'kuah tersebut demikian:' Jene tigqn 2 iji, gendhis pasir 4 sendhok dhahar utawi [kuning telur 2 biji gula pasir 4 sendok makan atau] 'Dua biji kuning telur, gula pasir 4 sendok makan atau' langkung, susu 2 cangk·ir ageng, panili 1 sendhok alit, mertega [lebih susu 2 cangkir besar panili 1 sendok kecil mentega] 'lebih, 2 cangkir besar susu, 1 sendok kecil panili, 2 sendok' 2 sendhok dhahar. [2 sendok makan] 'makan mentega.' Jene ligan kaublek sareng gendhis pasir kaliyan mertega. [kuning telur dikarau bersama gula pagir dengan mentega] 'Kuning telur dikarau dengan gula pasir dan mentega.' Yen sampun kaublek, sampun uwat sanget, susu kacampur, panili (Jika sudah dikarau sudah lumat sangat susu dicampur panili] 'Sesudah dikarau sampai lumat sekali, dicampur dengan susu' ugi kacampur lajeng dipunlaloni mawi lalu ingkang alit, Quga dicampur lalu diperapikan dengan api yang kecil] 'dan panili, lalu diperapikan dengan api yang kecil,' terns kaudhek sampun ngantos paling pringkil. Yen sampun jika sudah] [ terus dikarau sudah sampai berbutir-butir 'dikarau terus agar jangan sampai berbutir-butir. Jika sudah' kenthel utawi mateng lajeng kaentas. Bilih sampun asrep nembe [kental atau matang lalu diangkat jika sudah dingin baru] 'kental atau matang lalu diangkat. Jika sudah dingin baru' kasiramaken ing ager-ager, ingkang sampun kairis-iris. [dituangkan di agar-agar yang sudah diiris-iris] 'dituangkan pada agar-agar yang sudah diiris-iris.' (R.A. Soewarsi, 1967, Buku Olah-0/ah PN Balai Pustaka, Djakarta halaman 133 .) 101
Lampiran
12 ''Sate Menda Bumbu Mentah" [satai kambing rempah mentah] 'Satai Kambing dengan Rempah Mentah'
Ulam mendo ingkang nggajih 600 gram, kairis-iris [daging kambing yang berlemak 600 gram diiris-iris] 'Enam ratus gram daging kambing yang berlemak, diiris-iris' pesagen dhadhon. [persegi dadu] 'persegi berbentuk dadu.' Bumbu saha pangolahipun [bumbu dan pengolahannya] 'Bumbu dan pengolahannya.' Brambang, lombok abrit, mrica, gendis Jawi, sanim, cokak [bawang merah lombok merah !ada gula jawa garam . cuka] 'Bawang 131erah, lombok merah. !ada, gula Jawa, garam, cuka' toko, kecap, godong jeram pecel karajang lembat sadaya wau [toko kecap daun jeruk nipis diiris lembut semua tadi) 'toko, kecap, daun jeruk nipis diiris tipis-tipis, semuanya' sar.va mentah. [serba mentah) 'serba mentah.' Ulam wau dipunb umboni mrica sapucuk sendhok alit, !ada sepucuk sendok kecil] [daging tadi dibumbui dibumbui !ada satu pucuk sendok kecil,' 'Daging tadi sarem, cokak tipis sasendhok alit, lajeng punuleni radi diremas agak] [garam cuka cair satu sendok kecil lalu 'garam, cuka cair satu sendok kecil, lalu diremas agak' dangu, manawi sampun lajeng punsunduki, kaselang-seling sudah lalu disemat diselang-seling] (lama jika 'lama, sesudah itu lalu disemat, diselang-seling' 102
daging kaliyan gajih, ing dalem sasujen 5 iji. [daging dengan lemak di dalam satu semat 5 biji] 'daging dengan lemak, dalam satu semat diisi daging lima iris.' Sambelipun: brambang 5 iji, karajang bunder tipis, lombok [sambalnya bawang merah 5 biji diiris bundar tipis lombok] 'Sambalnya 5 biji bawang merah, diiris bundar tipis, lombok' abrit, godhong jeram pecel ingkang enem, sami karajang [merah daun jeruk nipis yang - muda (subyek jamak) diiris] 'merah, dan daun jeruk nipis yang muda, semuanya diiris' lembat. Manawi' sampun lajeng katata ing wadhah ingkang jegong; [lembut kalau sudah lalu ditata di tempat yang lekuk) 'tipis-tipis. Sesudah itu lalu ditata di piring yang lekuk;' mrica, gendhis sakedhik, cokak toko ingkang sampun dipuntipisaken [!ada gula sedikit cuka toko yang sudah dicairkan] '!ada, sedikit gula, satu sendok makan cuka toko yang' sasendhok dhahar, kecap Y2 cangkir, sadaya kaesok ing [satu sendok makan kecap ~ cangkir semua dituangkan di] 'sudah dicairkan , dan ~ cangkir kecap; semua dituangkan pada' rajangan bumbu wau. Manawi badhe kadhahar, satenipun saweg [irisan bumbu tadi jika a.kan dimakan satainya baru] 'irisan bumbu tadi. Satai tersebut baru dibakar jika' kabakar. [dibakar] 'akan dimakan.' (R.A. Soewarsi, 1967. Buku Olah-0/ah PN Balai Pustaka. Djakarta Halaman 10.)
103
Lampiran 13 Pidato Pelayatan di Keparakan (Rekaman)
Kaparengan
kula minangkani pamundhutipun kamas Wiramardi
[diperkenankan saya memenuhi permintaannya kakak Wiramardi) 'Perkenankanlah saya memenuhi permintaan kakak Wiramardi'
sak ahli waris, langkung rumiyin kamas Wiramardi sak ahli waris [se ahli waris lebih dahulu kakak Wiramardi se ahli waris) 'beserta ahli waris, lebih dahulu kakak Wiramardi beserta ahli waris'
ngaturaken
gunging panuwun
saha ngaturaken
sugeng
[menyampaikan besarnya terima kasih dan menyampaikan selamat) 'menyampaikan banyak terima kasih dan menyampaikan selamat'
rawuh
dhateng penjenengan sami,
ingkang siyang
[datang kepada engkau (subyek jamak) yang 'datang kepada Saudara sekalian, yang siang'
menika penjenengan sami
siang)
sampun kersa angrawuhi
wonten
[ini engkau (subyek jamak) sudah mau mendatangi ada) 'ini berkenan mendatangi rumah kakak Wiramardi'
ndalemipun kamas Wiramardi sak ahli waris, perlu paring
bela-
[rumahnya kakak Wiramardi se ahli waris perlu memberi bela-] 'beserta ahli waris, perlu menyampaikan bela-'
sungkawa dhateng kamas Wiramardi sak ahli waris anggenipun [sungkawa kepada kakak Wiramardi se ahli waris (tanda nominalisasi)] 'sungkawa kepada kakak Wiramardi beserta ahli waris yang pada'
dinten menika nampi kasisahan saha karibetan injih menika [hari m1 menerima kesusahan dan rintangan ya itu) 'hari ini ditimpa kesusahan dan rintangan ,'
tinilar
putra kekalihipun injih menika pun Widiyarna saha Widiarta.
itu si Widiyarna dan Widiarta) [ditinggal anak keduanya ya 'ditinggal kedua anaknya yaitu si Widiyarna dan Widiarta.'
Perlu kawuningan bilih 104
putra kekalih menika lahir rikala wingi
(perlu diketahui bahwa anak berdua itu lahir ketika kemarin] 'Perlu diketahui bahwa kedua anak itu lahir kemarin'
sonten wanci jam pitu wonten ing nggriyo sakit dhokter (sore waktu jam tujuh ada di rumah sakit dokter] 'sore jam tujuh di rumah sakit dokter' Harjojoyodarmo ing Pugeran. [Harjojoyodarmo di Pugeran] 'Harjojoyodarmo di Pugeran.' Para rawuh kakung saha putri ingkang minulya sepinten usaha (para datang pria dan wanita yang mulia seberapa usaha] 'Para hadirin yang mulia seberapa usaha' saha ihtiyaripun kamas Wiramardi ingkang supados putra kekalih (dan ikhtiarnya kakak Wiramardi yang supaya anak berdua] 'dan ikhtiar kakak Wiramardi supaya kedua anaknya' menika saget kaemong. Nanging gandheng sedaya pepesthen (ini dapat diasuh tetapi berhubung semua kepastian] 'itu dapat diasuh. Tetapi. berhubung semua takdir' menika sedaya wau wonten ing astane Pengeran ingkang [ini semua tadi ada di tangannya Tuhan yang] 'ini berada di tangan Tuhan yang' ,, mahakuwaos, pramila kanthi tentrem kala wingi jam pitu putra [maha kuasa maka dengan tentram waktu kemarin jam tujuh anak] 'mahakuasa, maka dengan tenang kemarin jam tujuh kedua anak' kekalih menika kapundhut sowan wonten ing pangayunaning [berdua itu diminta menghadap ada di hadapan] 'itu dipanggil menghadap Tuhan. Hanya kita berdoa kekalih menika kapundhut sowan wonten ing p'ahgayunaning [berdua itu dirninta menghadap ada di hadapan] 'itu dipanggil menghadap' Pengeran. Namung mugi-mugi kita sam i andedonga [Tuhan hanya moga-moga kita (subyek jamak) berdoa] 'Tuhan. Hanya kita berdoa moga-moga'
105
putra kekalih ingkang katimbalan ing ngarsane Pengeran menika itu] [anak berdva yang dipanggil di hadapan Tuhan ' kedua anak yang ~ipanggil ke hadapan Tuhan itu' saget katampi wonten ing ngarsane Pengeran kanthi dengan] di hadapannya Tuhan fda pat diterima ada 'dapat diterima di hadapan Tuhan dengan' papan sak mesthinipun. [tempat se-mestinya] 'semestinya.' Para rawuh kakung saha putri ingkang minulya, sepintena [para datang pria dan wanita yang mulia seberapa] 'Para hadirin yang mulia, seberapa' agenging panuwunipun kamas . Wiramardi sak ahli waris awit [besarnya terima kasihnya kakak Wiramardi se-ahli waris karena] 'besar terima kasih kakak Wiramardi beserta ahli waris karena' kerawuhan penjenengan saha awit pambiyantu penjenengan ingkang [kedatangan engkau dan karena pertolongan engkau yang] 'kedatangan Saudara dan karena pertolongan Saudara yang' awujud bondho beyo, iguh pratikel saha panggalian ingkang [berwujud kekayaan biaya aka! reka dan pemikiran yang] 'berwujud harta benda, daya upaya , dan pemikiran yang' sedaya wau katujokaken saha saget mahanani enthenging [semua tadi ditujukan dan dapat menyebabkan ringannya] 'semua tadi ditujukan dan dapat menyebabkan ringannya' sesanggenipun kamas Wiramardi sekaliyan. Kamas Wiramardi mboten [bebannya kakak Wiramardi berdua kakak Wiramardi tidak] 'beban kakak Wiramardi berdua. Kakak Wiramardi tidak' saget caos lelintu wonten ing ngarsa penjenengan kejawi kecuali] di hadapan engkau [dapat memberi ganti ada 'dapat memberikan pengganti kecuali' namung ing pengajap mugi-mugi pambiyantu penjenengan menika itu] Lhanya di pengharap moga-moga pantuan engkau 'hanya pengharapan, moga-moga bantuan Saudara'
106
sageta dados setunggaling amal ingkang sae !an amal [semoga dapat menjadi satunya amal yang baik dan amal] 'dapat . menjadi suatu amal yang baik dan amal' menika saget katampi wontening ngarsane Pengeran ingkang [itu dapat diterima ada di hadapannya Tuhan yang] 'itu dapat diterima di hadapan Tuhan yang' mahakuwaos. Lan mboten kesupen ugi, kamas Wiramardi sekal(l'an, [mahakuasa dan tidak lupa juga kakak Wiramardi berdua] 'mahakuasa. Dan tidak lupa juga , kakak Wiramardi berdua' saha ahli waris sedaya nyuwun gunging samodra pangaksami [dan ahli waris semua · minta besarnya samodra pengampunan] 'dan ahli waris mohon maaf ' mbok bilih wonten bab-bab ingkang mboten ndadosaken serjuning [barangkali ada bab-bab yang tidak menjadikan berkenannya] 'hila ada bab-bab yang tidak berkenan' penggalih tumraping cara panampi rawuh panjenengan saha paring [hati tentangnya cara penerima datang engkau dan beri] 'di hati mengenai penyambutan kedatangan Saudara dan' palenggahan dhumateng panjenengan sedaya, sedaya wau kamas [kedudukan kepada engkau semua sem ua tadi kakak] 'tempat duduk Saudara semua, Kakak' Wiramardi sekaliyan salza sak ahli waris ngaturaken !an nyuwun . [Wiramardi berdua dan se-ahli waris menyampaikan dan minta] 'Wiramardi berdua dan ahli waris minta ' gunging samodra pangaksami ingkang tanpa upami. tanpa banding) (besarnya samodra pengampunan yang 'maaf yang sebesar-besarnya.' Para rawuh kakung saha putri perlu kawuningan bilih layon bahwa jenazah] [para datang pria dan wanita perlu diketahui 'Para hadirin, perlu diketahui bahwa jenazah' menika mangke badhe kasarekaken wonten ing makam Kintelan, (ini nanti akan dimakamkan ada di makam Kintelan] 'ini nanti akan dimakamkan di makam Kintelan,' 107
ingkang menika mangga minangka paring pakurmatan ingkang [yang tm mari sebagai beri penghormatan yang] 'Ole h. karena itu , sebagai penghormatan yang' pungkasan, para rawuh kersaa sekedhap angeningaken cipta kanthi [terakhir para datang mau sebentar mengheningkan cipta dengan] 'terakhir para hadirin diharap mengheningkan cipta dengan' keyakinan saha gegebenganipun piyambak-piyambak. Wekdal [keyakinan dan perasaan hatinya sendiri-sendiri waktu] 'keyakinan dan perasaan batin masing-masing. Waktu' ngeningaken cipta kita wiwiti. Matur nuwun Zan gandheng [mengheningkan cipta kita mulai terima kasih dan berhubung] 'mengheningkan cipta kita mulai . Terirna kasih dan berhubung' wekdalipun sampun ndungkap awit saking panuwunipun [waktunya sudah hampir sampai karena dari permintaannya] 'sudah hampir waktunya atas permintaan' kamas Wiramardi sak kulawarga saha sak ahli waris, kersaa [kakak Wiramardi sekeluarga dan se-ahli waris semoga mau] 'Kak Wiramardi sekeluarga dan ahli waris; semoga' para rawuh nguntapaken lampahing layon ngantos dumugi [para datang menghantarkan jalannya jenazah sehingga sampai] 'hadirin berkenan menghantarkan perjalanan jenazah sampai' ing papan. [di tempat 'di tempat.
10$
Wasana wekdal kula sumanggakaken. akhir waktu saya serahkan] Akhirnya waktu saya serahkan.'
Lampiran 14
Upacara Kematian secara Katolik Legawaning penggalih, menapa dene inggih putra, ee bapak [murah hatinya hati demikian juga anak e bapak] 'Dengan tulus hati anak-anak dan bapak' utawi putra-putra, sampun sami ngeklasaken, pisowanipun [atau anak-anak sudah (subyek jamak) mengiklaskan menghadapnya) 'telah mengikhlaskan Kakak ·sastradiharja' mbok ayu, Sastradiharja wonten ing ngersaning Pengeran. Engkang [kakak Sastradiharja ada di hadapannya Tuhan yang] 'menghadap ke hadirat Tuhan.' mekaten menika, rawuh penjenengan sami, ingkang [demikian itu kedatangan saudara (subyek jamak) yang] 'Dengan demikian, kedatangan Saudara-saudara' ateges bela sungkawa dhateng sedanipun mbok Ayu Sastradiharja, [berarti duka cita kepada meninggalnya kakak S_astradiharja] 'berarti ikut berduka cita atas meninggalnya Kakak Sastradiharja' para kulawargo Sastradiharja ngaturaken sanget gunging [para keluarga Sastradiharja menyampaikan sangat besarnya) 'Keluarga Sastradiharja menyampaikan banyak' panuwunipun Langkung-langkung panjenengan sumbang sih [tetima kasihnya lebih-lebih saudara sumbang kasih] 'terima kasih. Lebih-lebih sumbangsih' ingkang awujud menapa kemawon, mboten saget mestani, [yang berwujud apa saja tidak dapat mengatakan] 'yang berujud apa saja, yang tidak dapat kami sebutkan, Bapak Sastradiharja sak putra-wayah, mboten saget ngaturaken [bapak Sastradiharja se anak cucu tidak dapat menyampaikan] 'Bapak Sastradiharja dengan anak cucu, tidak dapat menyampaikan' menapa-menapa kejawi namung matur sembah nuwun. [apa-apa kecuali hanya menghaturkan terima kasih] 109
'apa-apa, kecuali menyampaikan rasa terima kasih.'
Para !bu !an para Bapak tuwin para sedherek sedaya, awit [para ibu dan para bapak dan para saudara semua sebab] 'Para Ibu dan para Bapak dan Saudara sekalian, oleh' saking sedanipun Ibu Sastradiharja, para kulawargo nyuwun [dari meninggalnya Ibu Sastradiharja para keluarga minta] 'karena Ibu Sastradiharja meninggal, para keluarga mohon' dhateng panjenengan sedaya, kersaa paring pandonga, saudara semua supaya mau memberi doa) lkepada 'kepada Saudara sekalian, supaya berkenan memanjatkan doa,' pamuji Zan panuwun, amrih pisowanipun mbok ayu [pengharapan dan permohonan supaya menghadapnya kakak) 'pujian , dan permohonan semoga Kakak' Sastradiharja wonten ing ngersanipun Pangeran, katampi ian [Sastradiharj a ada di hadapan Tuhan diterima dan] 'Sastradiharja diterima di hadirat Tuhan, dan semoga' kaparingana ganjaran sak murwatipun tumraping lelabetanipun [supaya diberi ganjaran sewajarnya untuk pengorbanannya] 'diberi karunia yang sewajarnya atas pengurbanannya selama' wonten ing ndonya menika. Nanging ugi, kersaa paring [ada di dunia ini tetapi juga supaya mau memberi] 'di dunia ini. Tetapi juga, semoga berkenan' pangapunten dhateng kekathaing dosanipun, lajeng kaparingana [ampun kepada segala dosanya lalu supaya diberi] 'mengampuni segala dosanya, dan semoga diberi' katentreman langgeng. Jlfakaten ugi, mugi Pangeran kersa [ketenteraman langgeng Demikian juga semoga Tuhan mau] 'ketentraman yang kekal. Demikian juga, semoga Tuhan berkenan' paring panglipur dhateng garwa, putra tuwin wayah ingkang [memberi hiburan kepada suami anak dan cucu yang] 'mengaruniakan hiburan kepada suami, anak, dan cucu yang' sami
110
katilar.
Tumunten kabirata kasisaanipun,
(subyek jamak} ditinggal lalu supaya · dihilangkan kesusahannya] 'ditinggalkan. Semoga kesusahannya dihilangkan'
l.ajeng saget nindakaken kuwajiban ing sak mesthenipun. Mekaten [lalu dapat melakukan kewajiban di se mestinya demikian] 'sehingga dapat rnelakukan kewajiban sebagaimana mestinya. Demikian' panuwunipun para kulaw_argo Sastradiharja dhateng panjenengan [permintaannya para keluarga Sastradiharja kepada saudara ] 'permphonan keluarga Sastradiharja kepada Saudara' sedaya, ingk7mg badhe murakabi sanget dhateng marakipun akan berfaedah sangat kepada menghadapnya] lsemua yang 'sekalian, yang akan sangal berfaedah bagi kepergian' mbok Ayu Sastradiharja. [kakak Sastradiharja] 'Kakak Sastradiharja.' Para sedherek sedaya, l.ayon menika mangke badhe lpara saudara semua jenazah m1 nanti akan] 'Saudara sekalian, jenazah ini nanti akan' kasarekaken wonten ing pasareyan Krapyak, ingkang mujudaken [dimakamkan ada di makam Krapyak yang mewujudkan] 'dimakamkan di makam Krapyak, yang merupakan' oasareyanipun kulawargo. Mila nyuwun pangestu panjenengan [makam kulawarga maka mohon restu saudara] 'makam keluarga. Maka kami mohon restu· Saudara' ~ami.
amreh lampaing layon, ngantos dumugi sak [(subyek jamak) supaya jalannya jenazah sehingga sampai se] 'sekalian, supaya selama perjalanan jenazah sampai' •ampunging panguburipun, mboten wonten alangan satunggal [selesainya penguburannya tidak ada alangan satu] 'penguburan selesai, tidak ada halangan satu' menapa. Nyuwun pangestu saha berkah panjenengan sami (apa meminta restu dan berkat saudara (subyek jamak)] 'pun. Mohon restu dan berkat Saudara sekalian.'
lll
Wondene lampaing layon, menika mangke dipunsuwun kanthi [adapun jalannya jenazah itu nanti di minta dengan] 'Adapun perjalanan jenazah nanti,' sanget para sedherek ingkang kagungan kendharakan bermotor [sangat para saudara yang mempunyai kendaraan bermotor] 'Saudara-saudara yang mempunyai kendaraan bermotor' rodha kalih, kersaa ngiringi, dados foreidheripun, sak sam[roda dua mau mengmngi menjadi pemukanya se su-] 'roda dua, bersedia mengiringi jenazah, menjadi pemukanya, kemu-' punipun /ajeng, mobil jenasah, sak bakdanipun menika, bis ingkang [dahnya lalu mobil jenazah se sudahnya itu bis yang] 'dian mobil jenazah, diikuti bis yang' sampun kalajeng kersakaken. [sudah terlanjur diinginkan] 'sudah terlanjur diinginkan .' Nyuw,un pangapunten, para sedherek, mergi saking kawontenan [meminta· maaf para saudara karena dari keadaan] 'Saudara sekalian, kami mohon maaf, oleh karena' mawerni-werni, mila namung saged nyedhiyakaken kados [bermacam-macam maka hanya dapat menyediakan seperti] 'bermacam-macam keadaan, maka kami hanya dapat menyediakan se-' mekaten menika. Sakderengipun nyuwun pangapunten ian inggih [demikian itu sebelumnya meminta maaf dan ya] 'perti itu. Sebelum mohon maaf dan mohon' nyuwun berkah penjenengan sedaya, mugi lampahipun layon [meminta berkat saudara semua semoga jalannya jenazah] 'berkat Saudara sekalian semoga perjalanan jenazah' saget wilujeng ian sakderengipun kaangkataken, sumangga (dapat selamat dan sebelumnya diberangkatkan mari] 'selamat, dan sebelum jenazah diberangkatkan, marilah' sesarengan, nyuwun wonten ngersaning Pengeran, ngeninghadapannya Tuhan menghening-] (bersama-sama meminta ada 11 2
'bersama-sama mohon kehadirat Tuhan, mengheningaken cipta kanthi keyakinanipun piyambak-piyambak, amreh [kan cipta dengan keyakinannya sendiri-sendiri supaya] 'kan cipta berdasarkan keyakinan masing-masing, semoga' kawilujenganing sedaya menika wau, kawilujenganipun [keselamatannya semua itu tadi keselamatannya] 'keselamatan semua tadi , keselamatan' pisowanipun mbakyu Sastradiharfa wonten ingersaning Pengeran, [menghadapnya kakak Sastradiharja ada di hadapan Tuhan] 'kepergian Kak* Sastrad~harja ke hadirat Tuhan,' Pengeran kersaa paring pangapunten dhateng sedaya qosanipun, [Tuhan supaya berkenan memberi maaf kepada semua dosanya] 'semoga Tuhan berkenan mengampuni segala dosanya' menapa dene paring penglipur, dhateng ingkang sami (subyek jamak)] [demikian juga memberi hiburan kepada yang ~dan juga menghibur yang' katilar. [ditinggal] 'ditinggalkan.' Sumonggo dipunwiwiti ngeningaken cipta sawetawis, lmari di mulai mengheningkan cipta sebentar] 'Marilah kita mulai mengheningkan cipta sebentar,' monggo dipunwiwiti . [mari di mulai] 'marilah kita mulai.'
(diam mengheningkan cipta)
Kados sampun cekap, nyuwun pangapunten sedaya kekirangan [rupanya sudah cukup meminta maaf semua kekurangan] 'Kiranya ~udah cukup , kami minta maaf atas sem~a kekurangan' ingkang dipuncaosaken penjenengan sedaya, inggih wujud saudara semua ya wujud) [yang di berikan 'fasilitas yang kami sampaikan kepada Saudara sekalian, yang' pelenggaan
Ian sak penunggilanipun, ee, utawi anggenipun
113
[tempat duduk dan sebagainya ee atau (tanpa nominalisasi)j 'berupa tempat ducl.uk dan sebagainya, ee atau penyambutan'
ngacarani tamu, ee, para keluwarga namung nyuwun pangapunten, [menyambut tamu ee, para keluarga hanya meminta maaf] 'tamu, ee kami sekeluarga hanya mohon maaf,' ing sak lajengipun laypn tumunten badhe kabrangkataken. [di se lanjutnya jenazah lalu akan diberangkatkan] 'selanjutnya jenazah akan diberangkatkan.' Aa, wondene lampahipun, ee menika mengaler, dumugi sak [aa adapun jalannya ee itu ke utara sampai se] 'Adapun perjalanan jenazah, ee, ke ' utara, sampai ke' kilen Kepufran ngilen, --- Tamansari, mengidol. /Vjawi [barat Keputran ke barat Tamansari ke selatan luar] 'sebelah barat Keputran ke barat ----- Tamansari, ke selatan. Dari' beteng, mengidul. Terus pojok Beteng mengetan, terus [beteng ke selatan terus pojok beteng ke timur terus] 'luar Beteng, ke selatan. Selanjutnya dari pojok Beteng ke tirnur,' prapatan Nggadhing mengidul, terus ngantos dumugi pesarey an. [perempatan Gading ke selatan terus sehingga sampai makam] 'sampai ke perempatan Gading ke selatan, terus sampai ke makam.' Nyuwun pangapunten Zan nyuwun pangestu. lmeminta maaf dan meminta restu] 'Kami mohon maaf dan mohon restu.'
I ftUSTA KAAN f'VSAT PEMBINAAN DAN ENGEMBANGAN BAHASA D EPAPTEMEN PENDIDI A DA N KEBUDA YA N
114