Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
MENIMBANG DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA (dibandingkan SINGAPURA, MALAYSIA, dan THAILAND) Vonny Setianda
[email protected] Roos Kities Andadari (
[email protected]) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Abstract Experience from many countries shows that tourism contributes greatly to the economic growth that can improve the welfare and quality of citizens’ lives. To enhance the role of the tourism sector to improve the economy, increasing the competitiveness of this sector is the key. For Indonesia, which has great potential in the tourism sector, tourism development strategies are needed to improve the competitiveness of the tourism industry. The purpose of this study is to determine the position of competitiveness in Indonesia’s tourism sector, especially compared to some major ASEAN countries, and propose appropriate tourism development strategies. After mapping the condition of Indonesia’s tourism competitiveness compared to some other major ASEAN countries, this study uses STP (segmenting, targeting, and positioning) to find appropriate tourism development strategies. This research utilizes secondary data. The results show that compared to some other major ASEAN countries (Singapore, Malaysia and Thailand), Indonesia's tourism competitiveness in some aspects is low, although this condition has improved in recent years. However, given the demands of the dynamic tourism market, the competitiveness needs to be improved continuously. This necessitates special strategies, so that the efforts match with the target. Keywords: Indonesian tourism, competitiveness of the tourism industry, tourism development strategies Abstrak Dari pengalaman di banyak negara, sektor pariwisata berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi sehingga akan dapat memperbaiki kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan peran sektor pariwisata bagi perekonomian, peningkatan daya saing sektor ini menjadi kuncinya. Bagi Indonesia yang mempunyai potensi besar dalam bidang pariwisata, dibutuhkan strategi pengembangan pariwisata yang tepat agar dapat meningkatkan daya saing pariwisatanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui posisi daya saing sektor pariwisata Indonesia khususnya dibandingkan beberapa Negara ASEAN utama serta mengusulkan strategi pengembangan pariwisata yang sesuai. Setelah memetakan kondisi daya saing pariwisata Indonesia dibanding beberapa Negara ASEAN utama, penelitian ini menggunakan STP (Segmenting, Targeting, dan Positioning) untuk menemukan strategi pengembangan pariwisata yang tepat. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan dibandingkan beberapa Negara ASEAN utama (Singapore, Malaysia dan Thailand), daya saing pariwisata Indonesia dalam beberapa aspek masih rendah walaupun kondisi ini sudah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Namun mengingat tuntutan pasar yang dinamis daya saing perlu terus ditingkatkan. Untuk itu diperlukan strategi khusus agar upaya yang dilakukan tepat sasaran. Kata kunci: Pariwisata Indonesia, Daya Saing Pariwisata, Strategi Pengembangan Pariwisata 422
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi di sebuah negara (Travel Kompas, 2014). Dari sudut ekonomi sedikitnya ada delapan keuntungan jika Negara mengembangkan pariwisata: Pertama, peningkatan kesempatan berusaha. Kedua, peningkatan kesempatan kerja. Ketiga, peningkatan penerimaan pajak. Keempat, peningkatan pendapatan nasional. Kelima, percepatan proses pemerataan pendapatan. Keenam, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan. Ketujuh, memperluas pasar produk dalam negeri. Dan kedelapan, memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian akibat transaksi yang dilakukan wisatawan maupun para investor (Yoeti, 2008). Indonesia merupakan negara berkembang berbentuk kepulauan terbesar di dunia dengan keindahan alam, warisan adat istiadat serta kebudayaan yang melimpah. Berbagai potensi tersebut apabila dikelola dengan tepat dapat mendorong meningkatnya daya saing pariwisata Indonesia secara global (Sufika, 2015). Untuk periode tahun 2014/2015, daya saing pariwisata Indonesia di kawasan ASEAN berada pada peringkat ke-4 dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand, sedangkan untuk daya saing pariwisata secara global, Indonesia berada pada peringkat ke-50 (WEF, 2015). Meskipun telah mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan periode sebelumnya dimana daya saing pariwisata global Indonesia berada pada peringkat ke-70, masih diperlukan pengembangan lebih lanjut karena potensi pariwisata Indonesia yang begitu besar belum maksimal pengembangannya. Untuk itu penting mengetahui terlebih dahulu tentang kondisi daya saing pariwisata Indonesia, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang kondisi daya saing pariwisata Indonesia khususnya di kawasan ASEAN khususnya dibandingkan dengan Negara ASEAN utama. Persoalan penelitian yang diangkat adalah (1) Bagaimana kondisi daya saing pariwisata negara Indonesia dibandingkan dengan tiga negara ASEAN utama (Singapura, Malaysia dan Thailand)? (2) Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang tepat guna meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia secara global? Kajian Pustaka Konsep Pariwisata UNWTO menggambarkan pariwisata sebagai fenomena sosial, ekonomi dan budaya yang menyebabkan seseorang/kelompok melakukan perpindahan sementara ke negara atau wilayah diluar lingkungan asalnya selama kurang dari 12 bulan, dan pariwisata juga menyebabkan aktivitas yang melibatkan pengeluaran (UNWTO, 2007). Di ASEAN, berdasarkan kawasan regionalnya, wisatawan antar Negara (wisman) dapat dikelompokkan menjadi wisman Intra-ASEAN yaitu wisman yang berasal dari negara anggota ASEAN dan wisman Extra-ASEAN yaitu wisman yang berasal dari negara bukan anggota ASEAN (Asean Tourism Forum, 2007). Daya tarik pariwisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran kunjungan wisatawan (UUD, 2009). Menurut Yoeti (2008), terdapat 4 motif perjalanan wisata oleh wisatawan: (1) motif fisik, berhubungan dengan kebutuhan fisik seperti olahraga, istirahat, kesehatan, ingin mencari suasana baru, dan sebagainya, (2) motif budaya yang merupakan sifat dari wisatawan yaitu ingin mempelajari atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain seperti kebiasaan, kehidupan sehari-hari, musik, 423
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
tarian, dan sebagainya, (3) motif interpersonal yang terlahir dari keinginan wisatawan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau orang-orang tertentu seperti artis atau tokoh politik, (4) motif status atau prestise, didasari atas anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat/daerah lain melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian akan menaikkan gengsi bahkan statusnya. Namun ada pula faktor penghambat minat wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi pariwisata antara lain kurangnya keramah-tamahan masyarakat tuan rumah terhadap wisatawan, jarak yang jauh dari domisili asal wisatawan, unsur dan biaya wisata serta waktu pelaksanaannya yang kurang sesuai dengan keadaan wisatawan, sulitnya pencapaian ke destinasi tujuan serta strategi pemasaran suatu destinasi pariwisata yang kurang tepat (Wahab, 1997). Menurut Yulia (2008) dan Wibowo (2008), pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis: (1) Berdasarkan waktu berkunjungnya dibagi menjadi Seasonal Tourism atau pariwisata berdasarkan musim dan Occasional Tourism atau pariwisata berdasarkan event. (2) Berdasarkan alat angkut yang digunakan dibagi menjadi Air Tourism, Land Tourism dan Sea or River Tourism. (3) Berdasarkan letak geografisnya dibagi menjadi Local, Regional, National, Regional-International, dan International Tourism. (4) Berdasarkan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran, digolongkan menjadi Inbound Tourism dan Outbound Tourism. (5) Berdasarkan jumlah orang yang melakukan perjalanan dibagi menjadi Individual Tourism dan Group Tourism. (6) Berdasarkan jenis kelamin wisatawan yang melakukan kegiatan pariwisata dibagi menjadi Masculine Tourism dan Feminime Tourism. (7) Berdasarkan harga dan kelas sosialnya dibagi menjadi Delux Tourism, Middle Class Tourism, dan Social Tourism. (8) Berdasarkan usia wisatawan, dibagi menjadi Youth Tourism dan Adult Tourism. (9) Berdasarkan tujuan perjalanan dibagi menjadi Bussines Tourism, Leissure Tourism, dan Education Tourism. (10) Berdasarkan objeknya dibagi menjadi Cultural Tourism, Recurrentional Tourism atau disebut juga pariwisata kesehatan, Sport Tourism, Commercial Tourism serta Religion Tourism. Tabel 1 menjelaskan jenis pariwisata berdasarkan tujuan dan objeknya. Dewasa ini hampir seluruh negara di dunia telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas untuk dikembangkan di negara masing-masing karena manfaatnya yang besar terhadap perekonomian negara (DPR, 2014). Adapun manfaat ekonomi, sosial dan budaya dari pariwisata adalah: (1) meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara, (2) membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan, (3) merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat, (4) meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan devisa negara, (5) memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam serta kebudayaan (6) membantu dan menunjang gerak pembangunan ekonomi seperti penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, serta (7) menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan (Tinambunan, 2014). Daya Saing Pariwisata Daya saing merupakan sebuah faktor yang dibutuhkan oleh sebuah negara untuk mempertahankan pangsa pasar dan mengembangkannya (Rahmana, 2009). Porter dalam Nurhaita (2013) mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan atau keunggulan yang digunakan untuk bersaing pada pasar tertentu dimana yang menjadi indikator daya saing yakni harga yang bersaing, kualitas produk yang lebih baik, dan keunggulan produk daripada produk sejenis lainnya. Guna meningkatkan daya saing, kreativitas dan inovasi sangat penting dan harus diperhatikan (Nurhaita, 2013). Suatu industri dikatakan berdaya saing tinggi (kompetitif) jika memiliki tingkat produktivitas faktor keseluruhan sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya (RMOL, 2015).
424
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Daya saing pariwisata adalah kemampuan suatu daerah/negara dalam mengoptimalkan daya tarik destinasi wisata yang dimilikinya, digambarkan dengan memberikan kualitas, inovasi, dan pelayanan pariwisata yang menarik bagi wisatawan (OECD, 2013). Tujuan dari penciptaan daya saing pariwisata adalah untuk mendapatkan dan memperluas pangsa pasar baik domestik maupun global dengan turut memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dalam mendukung kepariwisataan digunakan dengan efisien dan berkelanjutan (OECD, 2013). Meningkatnya daya saing pariwisata yang dimiliki oleh sebuah negara ditandai dengan meningkatnya minat wisman dalam melakukan kunjungan pariwisata di negara tersebut (Sufika, 2015). WEF didalam TTCI Report 2007-2015, yang meneliti 141 negara, melakukan pengukuran daya saing pariwisata pada negara-negara di dunia dengan menggunakan indikator yang dikelompokkan ke dalam beberapa subindex (WEF, 2015). Indikator penilaian daya saing pariwisata yang digunakan dalam laporan TTCI tersebut cukup baik untuk digunakan dalam pengukuran daya saing pariwisata pada sebuah negara, namun ada beberapa kelemahan yang menyebabkan perlunya pendekatan lain, antara lain pada kesahihan komparasi yang dilakukan, yaitu membandingkan negara kecil dengan negara besar serta secara metodologis pengukuran daya saing pariwisata. Dalam laporan TTCI tidak cukup jelas tentang hal yang diukur yaitu apakah mengukur daya saing untuk meningkatkan kunjungan wisatawan (attractiveness) ataukah daya saing untuk meningkatkan minat investasi bidang pariwisata di sebuah negara (Antara News, 2011). Untuk melengkapi kelemahan tersebut, dapat digunakan pengukuran daya saing dengan pendekatan Tourist Arrival. Pendekatan Tourist Arrival menilai daya saing pariwisata dengan menggunakan data statistik berkaitan dengan jumlah kedatangan wisman/Inbound Tourist (BPS, 2014). Semakin tinggi jumlah kunjungan wisman kedalam sebuah negara (inbound tourist) dibandingkan negara lainnya dengan luas dan potensi pariwisata yang sebanding, menggambarkan semakin tinggi daya saing pariwisata negara tersebut. Pengembangan Pariwisata Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian usaha mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dengan mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung pada keberlangsungan sektor pariwisata (Swarbrooke, 1999). Menurut The Globalization of The World’s Largest Industry, sektor pariwisata global akan menjadi industri terbesar di dunia dengan pengembangan secara terpadu (Yoeti, 2008). Dalam keberhasilan pengembangan pariwisata, terdapat beberapa komponen penting antara lain tersedianya Tourist Attraction yaitu obyek dan daya tarik wisata, Accessibility Facility yaitu sarana dan prasarana yang memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, serta Amenities Facility yaitu sarana dan prasarana kepariwisataan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan selama berada di destinasi pariwisata (Yoeti, 1996). Motif dan jenis pariwisata yang dapat dikembangkan oleh sebuah negara sangat beragam, karena pada dasarnya suatu negara dapat menyajikan berbagai jenis atraksi wisata yang menarik sesuai dengan sumber daya yang dimiliki yang dikelola dengan maksimal (Spillane, 1991). Pasar dalam industri pariwisata juga memiliki segmen (karakteristik konsumen) yang sangat beragam dimana organisasi/industri yang bergerak dalam melayani kebutuhan pasar tersebut tidak dapat memilih untuk melayani seluruh jenis segmen yang ada dengan maksimal (Yoeti, 2005). Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran strategis modern yang sesuai dengan pasar yang hendak dikembangkan dalam rangka memaksimalkan pengembangan pariwisata di sebuah negara (Yoeti, 2005).
425
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Pemasaran Pariwisata Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, dan ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi (Swastha, 2000). Tujuan utama dilakukannya pemasaran yaitu untuk memperoleh kepuasan pelanggan (Utama, 2008). Sedangkan pemasaran pariwisata merupakan implementasi dari peningkatan mutu produk pariwisata guna mencapai tujuan dari industri pariwisata yaitu memperoleh kepuasan wisatawan sehingga mampu menarik pasar yang lebih besar dan berkelanjutan (Siahaan, 2008). Oleh karena itu, pemasaran pariwisata memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing pariwisata sebuah negara sebagai destinasi pariwisata. Untuk memperoleh kepuasan wisatawan, sebuah destinasi dalam melakukan pemasaran pariwisata harus memahami basic wants & needs serta travel behaviors target pasar (Yoon & Uysal, 2005). Ada 3 jenis pemasaran yang dapat digunakan dalam pengembangan produk yaitu pemasaran massal (mass marketing), pemasaran aneka produk, dan pemasaran sasaran (differentiated marketing). Dalam pengembangan pariwisata, pemasaran sasaran merupakan pemasaran yang tepat untuk dilakukan guna menganalisis segmentasi yang paling relevan untuk dikembangkan yang didasarkan pada tingginya permintaan wisman terhadap jenis pariwisata tertentu. Dalam menerapkan pemasaran sasaran, ada tiga tahap khusus yang harus diperhatikan, yaitu STP atau segmentasi pasar/Segmenting, penetapan pasar sasaran/Targeting, dan penempatan produk/Positioning (Lubis, 2004). Segmentasi adalah suatu pengetahuan guna memahami struktur pasar, dilakukan dengan membagi-bagi pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok yang lebih homogen, yang responsif terhadap produk yang ingin ditawarkan pemasar (Kasali, 2007). Segmentasi pasar dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni segmentasi geografis dan segmentasi demografi (Kotler et al, 2002). Dalam industri pariwisata, segmentasi pasar adalah membagi pasar pariwisata ke dalam kelompok-kelompok wisatawan secara tegas sehingga mampu diperoleh pasar yang potensial untuk dikembangkan (Yoeti, 2005). Targeting adalah suatu tindakan tentang bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar (Kasali, 2007). Dalam industri pariwisata, targetting dilakukan dengan menetapkan pasar wisatawan yang akan dilayani dengan maksimal dan bagaimana memenuhi kebutuhan dari wisatawan berdasarkan pasar tersebut (Yoeti, 2005). Sedangkan Positioning adalah tindakan yang dilakukan pemasar untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan pemasar kepada pasarnya agar berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya (Kotler & Armstrong, 2001). Dalam melakukan positioning produk pariwisata dilakukan dengan menanamkan keunggulan produk pariwisata tertentu di benak wisatawan sebagai konsumen, berdasarkan persepsi manajemen/ pengelola objek wisata (Yoeti, 2005). Dalam memperoleh keberhasilan dalam positioning pada produk pariwisata, strategi yang telah ada harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan (Yoeti, 2005). Pariwisata ASEAN Dalam kawasan ASEAN, terdapat berbagai perjanjian yang mengatur tentang hubungan kerjasama antar anggota yang dibuat agar dapat memberi kemudahan dalam berbagai bidang dengan menghilangkan hambatan antar negara. Tujuan utamanya yakni untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi negara anggota (Asean Up, 2012). Dalam bidang pariwisata, berbagai kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai tujuan pariwisata tunggal di dunia (single destination). Berbagai strategi dan perjanjian antar anggota ASEAN dilakukan 426
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
guna menarik lebih banyak wisman agar melakukan kunjungan pariwisata ke negara-negara ASEAN, khususnya dengan mengutamakan upaya pengembangan wisata budaya dan sejarah sebagai produk unggulan dalam menarik kunjungan wisman baik intra maupun ekstraASEAN, pembebasan visa, pembentukan kawasan MEA dengan berbagai kesepakatan yang saling menguntungkan, kemudahan arus tenaga kerja profesional dalam bidang pariwisata (Asean Tourism Forum, 2007). Kehadiran MEA tidak hanya memberikan peluang bagi sektor pariwisata di kawasan ASEAN untuk berkembang dan menarik lebih banyak kunjungan wisman bagi masingmasing negara anggota ASEAN, akan tetapi juga dapat memunculkan tantangan berupa persaingan yang semakin ketat antar anggota ASEAN. Apabila tidak mampu meningkatkan daya saingnya, negara yang satu dapat tertinggal dengan negara yang lain dan dapat berpengaruh terhadap rendahnya kondisi perekonomian negara mengingat sektor pariwisata merupakan salah satu sektor dengan kontribusi yang besar terhadap perekonomian. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur dengan metode analisis deskriptif yang menganalisis pengukuran daya saing pariwisata negara Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari jurnal, artikel media massa, laporan statistik dari organisasi bidang pariwisata dan ekonomi dunia. Data yang menjadi sumber utama pada penelitian ini adalah data statistik kepariwisataan negara Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia tahun 2014. Pemilihan data tahun 2014 sebagai data utama disebabkan karena data terbaru yakni data tahun 2015 belum tersedia dengan lengkap (Januari-Desember). Pengukuran daya saing dilakukan dengan menggunakan indikator daya saing pariwisata TTCI Report dan pendekatan Tourist Arrival digunakan untuk melengkapi kelemahan yang ada. Hasil penelitian berupa kondisi daya saing pariwisata negara Indonesia dibandingkan dengan negara Singapura, Malaysia, dan Thailand serta strategi pengembangan pariwisata yang tepat dalam meningkatkan daya saing pariwisata negara Indonesia. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pariwisata Indonesia dalam konteks ASEAN Sektor pariwisata ASEAN berpotensi meningkatkan perekonomian anggotanya (UNWTO, 2015). Pada tahun 2009, sektor pariwisata Indonesia menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditas minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit (Kemenparekraf, 2014). Berdasarkan pengukuran tingkat daya saing pariwisata dengan jumlah kunjungan wisman (International Tourist Arrivals), Indonesia menempati posisi ke-4 di ASEAN berada dibawah Malaysia, Thailand dan Singapura. Jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014 didominasi oleh wisman Ekstra-ASEAN sebanyak 5.751.600 dan sisanya sebanyak 3.683.800 merupakan wisman Intra-ASEAN (Asean Tourism Statistics Database, 2015). Berdasarkan pengukuran tingkat daya saing pariwisata dengan indikator pada TTCI Report, Indonesia juga menempati posisi ke-4 di ASEAN berada dibawah negara Singapura, Malaysia, dan Thailand.
427
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Kondisi Daya Saing Pariwisata Indonesia 1. Pendekatan International Tourist Arrival Dari table 1 nampak bahwa diantara 10 negara anggota ASEAN, Indonesia menduduki posisi ke-4 dalam perolehan International Tourist Arrival terbesar berada dibawah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia masih kecil berada pada posisi ke-4. Singapura dengan luas wilayah dan potensi pariwisata yang lebih kecil mampu memperoleh total kunjungan wisman 1,6 kali dari Indonesia. Sementara itu Thailand dan Malaysia dengan luas wilayah yang lebih kecil, memiliki potensi pariwisata yang mirip dengan Indonesia, mampu mendatangkan kunjungan wisman 2,6 dan 2,9 kali lebih besar. Tabel 1. International Tourist Arrival to ASEAN Country, 2014 2014
Country 1/
Brunei Darussalam
Intra-ASEAN
Extra-ASEAN
3.662,2
223,4
Cambodia
1.991,9
2.510,9
Indonesia
3.683,8
5.751,6 934,6
Lao PDR
3.224,1
Malaysia
20.372,8
7.064,5
Myanmar
1.598,3
1.483,2
461,5
4.371,9
Singapore
6.113,0
8.982,1
Thailand
6.620,2
18.159,5
Viet Nam
1.495,1
6.379,2
49.223,0
55.860,8
The Philippines
ASEAN
Total
Rank
3.885,5 9 4.502,8 7 9.435,4 4 4.158,7 8 27.437,3 1 3.081,4 10 4.833,4 6 15.095,2 3 24.779,8 2 7.874,3 5 105.083,8
Sumber : (Asean Tourism Statistics Database, 2015) Dari Tabel 1, nampak bahwa kemampuan Indonesia dalam menarik kunjungan wisman secara global masih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia dan Thailand. Table tersebut juga memperlihatkan bahwa Malaysia sangat berhasil dalam menarik wisman IntraASEAN, sedangkan Thailand sangat berhasil dalam menarik wisman Extra-ASEAN. Strategi Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Malaysia Pada tahun 2014, sebanyak 27.437.300 wisman melakukan kunjungan ke Malaysia (Tourism Malaysia, 2014), dimana 74,25 persen-nya merupakan wisman Intra-ASEAN. Sumber wisman utama Malaysia berasal dari Singapura dengan jumlah delapan kali lebih besar dari wisatawan Singapura yang berkunjung ke Indonesia pada periode yang sama. Jarak antar negara dan mudahnya akses masuk ke Malaysia bagi wisatawan Singapura merupakan keunggulan utama Malaysia. Kemudahan akses bagi wisman Singapura yang hendak berkunjung ke Malaysia diwujudkan dengan penyediaan beragam transportasi yang terjangkau, aman dan nyaman. Namun kedua faktor tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh dari sektor kepariwisataan Malaysia terhadap pengembangan pariwisatanya.
428
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Tabel 2. Perbandingan International Tourist Arrivals – Malaysia vs Indonesia (juta wisman) Country of Residence Singapura China Australia Japan Korea Filipina USA UK Taiwan
Int'l Tourist Arrivals Malaysia Indonesia 13,93 1,74 1,62 0,93 0,58 1,13 0,55 0,53 0,39 0,37 0,62 0,26 0,26 0,25 0,45 0,25 0,28 0,25
Sumber : BPS, 2014; Tourism Malaysia, 2014 Selain itu, dibandingkan Indonesia, Malaysia juga unggul dalam menarik wisman dari pasar yang sama. Satu-satunya pasar wisman yang lebih banyak memilih melakukan kunjungan pariwisata ke Indonesia daripada Malaysia adalah Australia. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat daya saing pariwisata Indonesia masih rendah dibandingkan dengan tingkat daya saing pariwisata yang dimiliki Malaysia. Itu berarti pengembangan pariwisata di Indonesia masih perlu diperbaiki guna meningkatkan daya tarik pariwisatanya agar memperoleh angka kunjungan wisman yang lebih besar. Tingginya daya saing pariwisata Malaysia dalam menarik kunjungan wisman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor berikut: a. Infrastruktur yang baik yang mampu mendukung kenyamanan dan kemudahan wisman dalam melakukan kunjungan pariwisata (Okezone, 2014). b. Pengembangan Tourist Attraction yang baik serta gencarnya promosi pariwisata yang didukung dengan anggaran promosi pariwisata yang besar (ETN, 2015). c. Dukungan pajak yang besar dari pemerintah bagi sektor pariwisata di Malaysia (Harian Nasional, 2015). Strategi Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Thailand Pada tahun 2014, jumlah International Tourist Arrivals di Thailand sebanyak 24.779.800 orang, 73,3 persen-nya merupakan wisman Ekstra-ASEAN, sisanya 26,3 persen merupakan wisman Intra-ASEAN. Wisman yang paling banyak mengunjungi Thailand adalah wisatawan China. China merupakan pasar yang penting bagi pariwisata dan perekonomian di Thailand, untuk itu Thailand menaruh perhatian yang besar pada wisatawan asal China tersebut. Guna menarik kunjungan dari pasar China, negara Thailand melakukan promosi pariwisata yang bertemakan “Thailand’s Lifestyle” yang dikemas dalam bentuk film, dan strategi tersebut berhasil membuat kunjungan wisman dari China melonjak sebesar 68% pada tahun 2013 (China.org.cn, 2015). Kementrian Pariwisata di Thailand menggaris bawahi beberapa tindakan dibawah ini sebagai strategi penting dalam kesuksesan pariwisata Thailand pada tahun 2013 (Muqbil, 2012) : a. Pemerintah Thailand memiliki perhatian yang besar pada sektor pariwisatanya karena sektor pariwisata merupakan sektor utama penggerak perekonomian Thailand (WEF, 2015). Pengembangan pariwisata diutamakan pada infrastruktur dan fasilitas pariwisata, situs pariwisata, produk dan pelayanan pariwisata, serta pada promosi pariwisata (Melanie, 2013). 429
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
b. Mengembangkan pemasaran pariwisata yang menekankan pada Creative Tourism, dimana wisatawan yang datang diajak untuk turut berpartisipasi (Thai boxing, Thai massage, Thai cooking, Thai classical dancing, dan sebagainya). Selain itu, juga dilakukan promosi pariwisata dengan menggunakan media digital sebagai fokus perhatian khusus (Melanie, 2013). c. Meningkatkan jumlah first-time visitors dan high spenders (luxury product). Untuk jenis niche product ditawarkan aktivitas pada jenis pariwisata Golf, Health & Wellness, Wedding & Honeymoon, and Green Tourism sebagai daya tarik (TAT statistic, 2014). d. Mengembangkan akses penerbangan direct flights ke berbagai negara guna mendukung kenyamanan wisman dan penekanan biaya perjalanan (Yahya, 2015). e. Menggunakan seluruh sarana media global yang dimiliki untuk mempromosikan pariwisata Thailand, terutama TV Channels bidang olahraga dan minat khusus, dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh perhatian eksekutif bisnis di dunia. Celebrity Marketing juga merupakan strategi yang dilakukan dalam menarik perhatian wisman (Melanie, 2013). Pendekatan TTCI Report Kondisi pariwisata Indonesia juga dapat dilihat melalui laporan TTCI nampak dalam Table 4: Tabel 3. Ranking Summary of Singapore, Malaysia, Thailand, and Indonesia, TTCI Report 2007-2014 (World Ranks) YEAR 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015
Singapura 8 16 10 10 10 10 10 11
RANKING Malaysia Thailand 31 43 32 42 32 39 35 39 35 41 35 41 35 43 25 35
Indonesia 54 80 81 81 74 74 70 50
Sumber : TTCI Report 2007-2015 (WEF) Pada periode tahun 2014-2015, Indonesia mengalami peningkatan peringkat DSP yang cukup baik dari yang sebelumnya berada pada peringkat ke-70, naik 20 peringkat menjadi peringkat ke-50. Ini merupakan peningkatan terbesar yang pernah dialami Indonesia, dan memberikan bukti bahwa usaha pemerintah dalam meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia mulai membuahkan hasil. Upaya untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia masih sangat dibutuhkan mengingat posisi pariwisata Indonesia masih terendah diantara ketiga negara lainnya, serta terdapat beberapa potensi pariwisata Indonesia yang belum memperoleh pengembangan dengan maksimal. Meningkatnya daya saing pariwisata Indonesia dipengaruhi oleh membaiknya daya saing pada pilar Price Competitiveness (3rd), Prioritazion of T&T (15th), dan Natural Resources (19th). Sementara itu kelemahan daya saing pariwisata Indonesia ditampilkan pada Tabel 4.
430
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Tabel 4. Indonesia’s Weakness on TTCI (Compare to Singapore, Malaysia, & Thailand) Pillar no Weakness Value 12 Tourist Service Infrastructure 3,07 9 Environmental Sustainability 3,11 11 Ground & Port Infrastructure 3,27 Sumber : TTCI Report (WEF, 2015) Terkait dengan pilar Tourist Service Infrastructure, kualitas dan ketersediaan hotel dan jasa transportasi dirasa masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan kualitas dan ketersediaan hotel dan jasa transportasi bagi wisman di Indonesia sebagaimana yang dimiliki oleh Singapura, serta melakukan pengembangan pada perjalanan bisnis yang direkomendasikan serta ATM yang menerima kartu Visa di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh Thailand. Buruknya daya saing Environmental Sustainability Indonesia terutama dipengaruhi oleh buruknya penanganan terhadap jumlah spesies langka yang terancam punah dan serta buruknya tingkat pengelolaan air limbah. Indonesia perlu melakukan pengembangan pada kedua indikator tersebut. Lemahnya daya saing pilar Ground & Port Infrastructure Indonesia terutama disebabkan oleh buruknya kualitas infrastruktur pelabuhan dan pengelolaan kepadatan transportasi berbasis kereta. Pemasaran Sasaran Pariwisata Indonesia Mengingat banyak sekali factor yang mempengaruhi kedatangan wisman di Indonesia, upaya pemasaran perlu terfokus dengan menetapkan Negara sasaran. Terkait dengan pemasaran sasaran pariwisata Indonesia, ada 3 tahapan yang disebut STP (Segmenting, Targeting dan Positioning) yang perlu dilakukan. (1)Segmenting Menurut data kedatangan wisman, jika diambil sepuluh Negara dengan angka kedatangan tertinggi, sepuluh Negara yang perlu mendapat perhatian adalah Negara berikut ( table 5). Tabel 5. Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Indonesia Country Singapore Malaysia Australia China Japan Korea Filipina USA UK Taiwan
Tourist Arrivals (000) 2013 2014 1643 1431 998 807 492 344 246 234 229 245
Change (%)
1740 1486 1129 927 525 370 253 251 249 244
5,90 3,84 13,13 14,87 6,71 7,56 2,85 7,26 8,73 -0,52
Sumber : BPS, 2014
431
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Berdasarkan Pertumbuhan Terbesar Pasar China merupakan pasar dengan pertumbuhan terbesar di Indonesia. Pertumbuhan pasar China dalam pariwisata Indonesia pada tahun 2014 yaitu sebesar 14,87 persen. Pada tahun 2014, diketahui jumlah Chinese Outbound Tourist mencapai 117 juta wisman dimana 77,7 persennya memilih untuk melakukan kegiatan pariwisata di Asia (WTCF, 2014). Namun dari 117 juta wisatawan China yang melakukan perjalanan pariwisata internasional pada tahun 2014, hanya 0,8 persen (927.000 wisatawan) yang memilih Indonesia sebagai tujuan pariwisatanya (BPS, 2014). Jumlah tersebut merupakan angka yang sangat kecil, oleh karena itu, Indonesia perlu mengembankgan pariwisata berkelanjutan dengan menyasar pasar China. (2)Segmenting Berdasarkan Kelayakan Memperoleh Pengembangan Khusus Apabila menggunakan dasar 10 negara dengan tourist arrival terbesar di Indonesia, pasar Taiwan merupakan negara ke-10 yang termasuk dalam pasar prioritas dalam pariwisata Indonesia. Namun pengamatan juga perlu diberikan pada Negara diluar Negara daftar sepuluh besar tourist arrival, yaitu India. Dari tahun ke tahun, angka pertumbuhan pasar India lebih besar daripada angka pertumbuhan pasar Taiwan, meskipun pasar India belum memperoleh pengembangan khusus dalam pariwisata Indonesia dan pasar Taiwan telah memperoleh pengembangan khusus (BPS, 2014). Kunjungan dari pasar India juga selalu mengalami pertumbuhan yang positif, sedangkan kunjungan dari pasar Taiwan setiap tahunnya tidak selalu mengalami pertumbuhan yang positif (The Economic Times, 2013). Selain itu, wisatawan India rata-rata melakukan kunjungan pariwisata ke Indonesia dalam jangka waktu yang lama, yaitu selama 7-8 hari (BPS, 2014). Tabel 1. Pertumbuhan Pasar Taiwan vs India (2010-2014)
Year
Taiwan Number of Change Tourist Arrival (%)
India Number of Tourist Arrival
Change (%)
2009
203239
-
110 658
-
2010
213442
5,02
137 027
23,83 12,56
2011
221877
3,95
154 237
2012
216535
-2,41
168 187
9,04
2013
245288
13,28
201 009
19,52
2014
244003
-0,52
223 607
11,24
Sumber : BPS, 2014 Oleh karena itu, pasar India merupakan pasar yang lebih layak untuk memperoleh prioritas dalam pengembangan 10 pasar pariwisata khusus di Indonesia dibandingkan dengan pasar Taiwan. Dengan memperoleh pengembangan khusus, pasar India berpotensi dapat menyaingi jumlah kunjungan dari pasar Taiwan dan mengalami pertumbuhan yang besar.
432
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Berdasarkan Sumbangan Devisa & Lama Tinggal : Hal lain lagi yang perlu mendapat perhatian dalam pemasaran pariwisata Indonesia adalah sumbangan devisa dan lama tinggal (Tabel 7). Tabel 2. Pasar Australia vs Pasar Singapura
Negara Australia Singapura
Jumlah Wisman yang berkunjung ke Indonesia 1.129.000 1.740.000
Rata-rata Rata-rata Sumbangan Devisa lama Pengeluaran per 1 tahun wisman tinggal 1.802 juta USD 1.596 USD 9 hari 1.145 juta USD 658 USD 4 hari
Sumber : BPS, 2014 Meskipun wisatawan Singapura merupakan wisman yang tertinggi dalam jumlah International Tourist Arrivals di Indonesia, wisatawan Australia merupakan pasar yang memberikan pemasukkan devisa terbesar. Karena pasar Australia merupakan pasar dengan potensi yang besar dalam sumbangan devisa maka pasar ini layak untuk mendapat perhatian lebih dalam pengembangan pasar pariwisata Indonesia. Sementara itu beberapa factor lain yang perlu mendapat perhatian Berdasarkan Pertumbuhan Terbesar Tabel 3. Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Indonesia Country Singapore Malaysia Australia China Japan Korea Filipina USA UK Taiwan
Tourist Arrivals (000) 2013 2014 1643 1431 998 807 492 344 246 234 229 245
Change (%)
1740 1486 1129 927 525 370 253 251 249 244
5,90 3,84 13,13 14,87 6,71 7,56 2,85 7,26 8,73 -0,52
Sumber : BPS, 2014 Pasar China merupakan pasar dengan pertumbuhan terbesar di Indonesia. Pertumbuhan pasar China dalam pariwisata Indonesia pada tahun 2014 yaitu sebesar 14,87 persen. Pada tahun 2014, diketahui jumlah Chinese Outbound Tourist mencapai 117 juta wisman dimana 77,7 persennya memilih untuk melakukan kegiatan pariwisata di Asia (WTCF, 2014). Namun dari 117 juta wisatawan China yang melakukan perjalanan pariwisata internasional pada tahun 2014, hanya 0,8 persen yang memilih Indonesia sebagai tujuan pariwisatanya, yaitu sebanyak 927.000 wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014 (BPS, 2014). Jumlah tersebut merupakan angka yang sangat kecil, oleh karena itu, Indonesia memerlukan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan pada pasar China yang begitu berpotensi.
433
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Berdasarkan Moda Angkutan Hal penting yang harus mendapat perhatian adalah moda angkutan (lihat Tabel 9). Tabel 4. Kedatangan Wisman Menurut Moda Angkutan Year 2012 2013 2014
Mode of Transport Air (%) Sea (%) Land (%) 71,54 27,87 0,6 73,04 26,41 0,55 73,95 25,42 0,63
Sumber : BPS, 2014 Moda angkutan udara merupakan yang paling banyak digunakan oleh wisman ketika melakukan kunjungan ke Indonesia. Hambatan yang perlu diatasi terkait dengan moda angkutan udara dalam mendorong daya saing pariwisata Indonesia yakni masalah konektivitas, terutama direct flight (Yahya, 2015). Pengembangan pariwisata melalui moda angkutan laut juga layak dilakukan melihat jumlah kunjungan menggunakan jalur laut cukup banyak yaitu sebesar 25,42 persen dari total wisman yang datang. Pengembangan pada moda angkutan laut dapat dilakukan dengan penambahan armada sehingga dapat mengangkut lebih banyak wisman, juga perlu dilakukan pengembangan dalam penyediaan fasilitas untuk tujuan wisata kapal pesiar di Indonesia. Berdasarkan Pengeluaran Harian Terbesar Wisman menurut pengeluaran rata-rata. Tabel 5. Rata-rata Pengeluaran Wisman Top 10 Pasar Pariwisata Indonesia (USD) N0
Negara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Australia Singapura Malaysia China Jepang Korea AS Inggris Taiwan Filipina
Rata-Rata Pengeluaran wisman per hari 177 165 142 176 163 190 147 161 174 140
Sumber : BPS 2014, diolah Wisman asal Korea merupakan wisman dengan pengeluaran per hari terbesar diantara 10 pasar utama pariwisata Indonesia, yaitu sebesar US$190 per hari tinggal. Jumlah wisatawan Korea yang melakukan kegiatan pariwisata internasional pada tahun 2014 yaitu sebanyak 16.080.700, namun dari 16 juta wisatawan Korea tersebut sangat disayangkan bahwa yang memilih untuk berkunjung ke Indonesia sebagai destinasi pariwisata hanya sebesar 2,2 persen (KTO, 2015). Wisatawan Korea yang datang ke Indonesia pada tahun 2014 berjumlah sebanyak 352.004 orang wisman. Angka kunjungan wisman dari pasar tersebut perlu ditingkatkan. 434
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Berdasarkan Pintu Masuk utama Wisman Wisman yang berkunjung ke Indonesia sebagian besar hanya mengetahui Bali sebagai destinasi pariwisata yang menarik. Oleh karena itu Great Bali merupakan pintu masuk utama bagi wisman yang berkunjung ke Indonesia (BPS, 2014). Great Jakarta, Great Batam, dan Great Medan merupakan pintu masuk wisman lainnya yang berpotensi dan perlu diberi pengembangan agar mampu menarik lebih banyak kunjungan wisman yang terdistribusi (BPS, 2014). Dengan begitu, destinasi pariwisata Indonesia di daerah-daerah lainnya dapat dikenal dan diminati oleh wisman. Guna mendorong meningkatnya kunjungan wisman melalui pintu masuk lainnya dapat dilakukan dengan menekankan pemberian visa bagi wisman pada pintu masuk tertentu di Indonesia. Dapat juga dilakukan dengan memberikan insentif (dapat berupa pembebasan pajak dan sebagainya) kepada perusahaan penerbangan yang menggunakan pintu masuk tertentu di Indonesia pada penerbangan internasional menuju Indonesia. Berdasarkan Usia Wisman Wisman dengan karakteristik umur 25-34 tahun/ wisman kategori dewasa merupakan yang paling banyak datang di Indonesia, jumlahnya mencapai 2 kali dari wisman remaja (BPS, 2014). Sehingga pengembangan pariwisata yang diperlukan yaitu dengan lebih fokus dalam melakukan promosi pada jenis pariwisata Adult dengan konsep Middle Class hingga Deluxe Tourism. Berdasarkan Bulan High Season Kunjungan Wisman Kunjungan wisman paling tinggi ke Indonesia periode tahun 2010-2014 tercatat paling besar yaitu pada bulan Juni, Juli dan Desember serta paling kecil terjadi pada bulan Januari dan Februari (BPS, 2014). Mendorong wisman untuk berkunjung ke Indonesia di luar high season merupakan suatu hal yang penting. Dengan strategi tersebut, pariwisata Indonesia akan mampu memberikan pelayanan dengan maksimal dan memuaskan kepada wisman yang berkunjung, karena wisman yang datang akan terdistribusi pada periode kunjungan yang berbeda-beda sehingga tidak membuat para pelaku pariwisata di Indonesia merasa kerepotan dalam melayani wisman yang datang berbondong-bondong pada waktu yang bersamaan. Dengan meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia serta pelayanannya secara maksimal dapat menciptakan citra positif terhadap pariwisata di Indonesia dan pada akhirnya mampu meningkatkan daya saing dan jumlah kunjungan pariwisata di Indonesia. (3)Targeting Berdasarkan segmentasi yang telah dilakukan, pasar India, Australia, China dan Korea merupakan pasar yang layak mendapatkan fokus utama dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Pasar India Wisata alam seperti pantai, wisata budaya dan wisata belanja baik modern maupun tradisional merupakan yang digemari oleh wisatawan India ketika berkunjung ke Indonesia (Kompas Travel, 2015). Wisatawan India dewasa berumur 25-34 tahun dan dengan karakteristik pekerjaan profesional merupakan wisman yang paling banyak datang ke Indonesia, dan dari 223.607 wisatawan India yang melakukan kunjungan ke Indonesia pada tahun 2014, sebanyak 71,9 persen menggunakan mode angkutan udara, sebanyak 28,1 persen menggunakan mode angkutan laut, dan sebanyak 0,09 persen menggunakan mode angkutan 435
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
darat (BPS, 2014). Hambatan utama dalam mengembangkan potensi pasar India di Indonesia yaitu tidak adanya direct flight Indonesia-India yang meningkatkan kenyamanan wisman dan mampu menekan biaya perjalanan wisman (Yahya, 2014). Pasar Australia Wisatawan Australia sangat menggemari eksplorasi dan adventure serta jenis wisata pure relaxation (spa) dan wisata bahari seperti yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata di Bali (Allianz-Australia, 2012). Wisatawan Australia yang datang ke Indonesia sebagian besar merupakan wisatawan dengan usia dewasa dan karakteristik pekerjaan sebagai profesional, dan dari 1.128.533 wisatawan Australia yang datang ke Indonesia, paling banyak menggunakan angkutan udara yaitu sebanyak 94,6 persen dari total wisatawan Australia yang datang (BPS, 2014). Hambatan utama yang muncul dalam menarik wisatawan Australia yaitu berkaitan dengan kualitas keamanan dan kenyamanan pariwisata Indonesia yang menurun di dalam persepsi wisatawan Australia sehingga berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan dari pasar Australia ke Indonesia (Jawa Pos, 2015). Pasar China Family Tour merupakan paket wisata yang kini popular di China (WTCF, 2014). Wisata budaya merupakan tujuan kebanyakan wisatawan China ketika mengunjungi suatu negara (Tawil dan Tamimi, 2013). Wisatawan China juga merupakan wisatawan yang gemar melakukan kegiatan belanja ketika sedang berlibur di luar negeri (SCMP, 2014). Wisatawan China dengan jenis pekerjaan profesional merupakan yang paling banyak datang ke Indonesia, dan wisatawan tersebut paling banyak memilih untuk menggunakan hotel dengan fasilitas high-end daripada mid-range hotel (WTCF, 2014). Dari 926.750 wisman China yang melakukan kunjungan pariwisata ke Indonesia, sebagian besar menggunakan moda angkutan udara (84,2 persen), kemudian diikuti dengan menggunakan moda angkutan laut (15,7 persen), dan menggunakan angkutan darat (0,15 persen) (BPS, 2014). Hambatan berbahasa merupakan hambatan utama yang perlu diperhatikan oleh sektor pariwisata Indonesia dalam mengembangkan kualitas pariwisatanya bagi pasar China. Wisatawan China merupakan wisatawan yang kebanyakan tidak aktif dalam menggunakan Bahasa Inggris (WTCF, 2014). Pasar Korea Wisatawan Korea merupakan wisatawan yang menyukai jenis wisata sightseiing, shopping, mengunjungi pantai dan mengunjungi cultural/historical sites (Sangpikul, 2008). Paket Honeymoon Tourism di Bali merupakan salah satu yang paling digemari oleh wisman asal Korea karena keindahan dan kebudayaan Bali (Yahya, 2015). Wisatawan Korea yang datang ke Indonesia sebagian besar merupakan wisatawan berusia dewasa dengan jenis pekerjaan sebagai sales/karyawan. Mode angkutan yang paling banyak digunakan wisatawan Korea untuk berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014 yaitu moda angkutan udara sebanyak 76,5 persen sedangkan dengan menggunakan angkutan laut sebanyak 23,5 persen dan menggunakan angkutan darat sebanyak 0,02 persen (BPS, 2014). Ada beberapa hambatan yang perlu diatasi berkaitan dengan pengembangan pariwisata Indonesia bagi pasar Korea yaitu terkait connectivity and capacity (direct flight), dan terbatasnya promosi pariwisata Indonesia ke Korea (Yahya, 2015). (4)Positioning Positioning yang dapat dilakukan dalam pengembangan pariwisata pada keempat pasar pariwisata potensial Indonesia sbb. 436
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Pasar India Dalam melakukan promosi destinasi pariwisata Indonesia bagi pasar India, jenis pariwisata yang tepat diposisikan sebagai pariwisata unggulan yaitu Wisata Bahari, Wisata Kapal Pesiar, Wisata Budaya, dan Wisata Belanja. Sedangkan konsep pariwisata yang tepat diposisikan sebagai konsep pariwisata dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar India yaitu Deluxe Tourism. Pasar Australia Dalam melakukan promosi destinasi pariwisata Indonesia selain Bali bagi pasar Australia, jenis pariwisata yang tepat diposisikan sebagai pariwisata unggulan yang perlu dikembangkan di berbagai destinasi parwisata di Indonesia yaitu Wisata Adventure, Wisata Relaxation, dan Wisata Bahari. Sedangkan konsep pariwisata yang tepat diposisikan sebagai konsep pariwisata dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar Australia yaitu Pariwisata Middle Class dan Deluxe Tourism. Pasar China Jenis pariwisata yang tepat diposisikan sebagai pariwisata unggulan dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar China yaitu Wisata Keluarga, Wisata Belanja dan Wisata Kebudayaan. Sedangkan konsep pariwisata yang tepat diposisikan sebagai konsep pariwisata dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar China yaitu Adult & Family Tourism dan Deluxe Tourism. Pasar Korea Jenis pariwisata yang tepat diposisikan sebagai pariwisata unggulan dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar Korea yaitu Wisata Bulan Madu, Wisata Kapal Pesiar, Wisata Belanja, dan Wisata Budaya dan Sejarah. Sedangkan konsep pariwisata yang tepat diposisikan sebagai konsep pariwisata dalam memasarkan pariwisata Indonesia bagi pasar Korea yaitu Pariwisata Middle Class. Dari penjelasan diatas, upaya untuk melakukan positioning diperlukan agar pengembangan wisata dan pemasaran yang dibuat dapat menyasar secara pasar secara tepat. Penutup Kesimpulan 1.
2.
Daya saing pariwisata Indonesia telah mengalami peningkatan secara signifikan dalam beberapa tahun terkahir, namun secara umum dapat dikatakan bahwa daya saing itu masih rendah bila dibandingkan Negara pesaing utama seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Pasar India, Australia, China dan Korea merupakan target pasar potensial yang layak diberi perhatian dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Masing-masing pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga positioning yang dilakukan juga perlu dibedakan. Hambatan yang utama dalam meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia yaitu pada konektivitas penerbangan khususnya masalah direct flight dari Indonesia ke sebagian besar pasar potensial Indonesia serta kurangnya promosi destinasi pariwisata di Indonesia selain Bali. Selain itu, beberapa pengembangan lainnya yang 437
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
3.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
perlu dilakukan dalam meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia yakni pengembangan pada: infrastruktur dan fasilitas angkutan laut di Indonesia khususnya guna mendukung pengembangan wisata kapal pesiar; pintu masuk wisman di Jakarta, Batam dan Medan; jenis pariwisata Adult dengan konsep Deluxe Tourism dan mendorong kunjungan wisman pada non-high season month. Pertumbuhan sektor pariwisata di ASEAN yang tinggi memiliki pengaruh positif dalam mempercepat pertumbuhan perekonomian anggota. Berbagai perjanjian dan hubungan kerjasama antar anggota ASEAN khususnya dalam bidang pariwisata guna mewujudkan ASEAN sebagai tujuan pariwisata tunggal di dunia merupakan faktor utama yang telah mendorong tingginya pertumbuhan pariwisata di kawasan tersebut. Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan dengan berlakunya MEA di Indonesia yaitu dalam meningkatkan standar pekerja pariwisata profesional sehingga dapat meningkatkan kualitas pariwisata serta daya saing pariwisata Indonesia, dimana dengan berlakunya MEA akan membawa kemudahan dalam arus tenaga kerja profesional.
Saran Untuk meningkatkan daya saing pariwisata dalam menarik wisman Intra-ASEAN, Indonesia dapat melakukan benchmarking pada strategi pariwisata yang telah dilakukan oleh negara Malaysia yang memiliki daya saing tertinggi dalam menarik wisman Intra-ASEAN. Sedangkan untuk meningkatkan daya saing dalam menarik wisman Ekstra-ASEAN, Indonesia dapat melakukan benchmarking pada strategi pariwisata yang telah dilakukan oleh negara Thailand yang memiliki daya saing tertinggi dalam menarik wisman Ekstra-ASEAN. Selain itu, daya saing Indonesia dalam pilar Tourist Service Infrastructure, Environmental Sustainability, dan Ground & Port Infrastructure merupakan kelemahan utama yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang Penelitian ini hanya memanfaatkan informasi dari Tourist Arrivals dan laporan TTCI. Hasil penelitian mungkin akan lebih komprehensif jika menggunakan lebih banyak pendekatan guna mengukur daya saing pariwisata. Selain itu, penelitian dilakukan hanya terbatas pada kawasan ASEAN sehingga hasil penelitian yang didapatkan cenderung mengarah pada pola pariwisata di kawasan Asia. Hasil penelitian berupa strategi pengembangan mungkin akan lebih akurat apabila penelitian selanjutnya menggunakan data dan informasi yang berasal tidak hanya pada kawasan ASEAN dan sekitarnya saja. Daftar Pustaka A. Sufika. 2015. Potensi Wisata Arung Jeram Sei Bingei Dalam Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara. Asean
Tourism Statistics Database. 2015. ASEAN http://www.aseantourism.travel/downloaddoc/doc/2486. 13 Januari 2016
Tourism.
Allianz-Australia. 2012. Australia's Favorite International Destination. https://www.allianz.com.au/travel-insurance/news/our-favourite-internationaldestinations. 7 Januri 2016.
438
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Antara News. 2011. Daya Saing Pariwisata RI Naik, WEF Akan Revisi Indikator Penilaian. http://www.antaranews.com/print/249341/daya-saing-pariwisata-ri-naik-wef-akanrevisi-indikator-penilaian. 3 Desember 2015. Antara News. 7 Desember 2014. Digitalisasi promosi pariwisata menuju 20 juta wisman. http://www.antaranews.com/berita/467999/digitalisasi-promosi-pariwisata-menuju20-juta-wisman. 4 Februari 2016. Asean Tourism Forum. 2007. Second Asean Tourism Investment Forum. Asean Tourism Kompas. Bali. Kompas. ASEAN Up. 2012. The Asean Population. http://aseanup.com/asean-infographics-population market-economy/. 2 Januari 2016. BPS. 2014. Badan Pusat Statistik. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara (International Visitor Arrival Statistics 2014). Katalog BPS 8401011. http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Kunjungan-WisatawanMancanegara-2014.pdf. 22 September 2015. China.org.cn. 2015. Chinese films, TV Shows Boost Travel Destinations. http://www.china.org.cn/arts/2015-09/30/content_36722570.htm. 15 Januari 2016. DPR. 2014. Menjadikan Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan Penghasil Devisa. http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/biro-apbn-apbn-MENJADIKANPARIWISATA-SEBAGAI-SEKTOR-UNGGULAN-PENGHASIL-DEVISA1433409452.pdf. 20 November 2015. ETN. 24 Oktober 2015. E-Turbo News. Malaysia's Tourism Industry Receives Big Boost From 2016 Budget. http://www.eturbonews.com/65203/malaysias-tourism-industryreceives-big-boost-2016-budget. 4 Januari 2016. Harian Nasional. 3 September 2015. Malaysia Bebaskan Pajak Komponen Pesawat. http://www.harnas.co/2015/03/11/malaysia-bebaskan-pajak-komponen-pesawat. 5 Januari 2016. Jawa Pos. 2 September 2015. Wisman Australia dan Singapura Melorot, Ada Apa Ya? dari http://www.jawapos.com/read/2015/09/02/2501/wisman-australia-dan-singapuramelorot-ada-apa-ya. 7 Januari 2016. Kasali, Rhenald. 2007. Membidik Pasar Indonesia : Segmenting, Targeting, dan Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kemenparekraf. 11 April 2014. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Siaran Pers. Pertumbuhan Pariwisata di Atas Target. http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2780 20 Oktober 2015. Kompas Travel. 21 November 2015. Inilah Aktivitas Wisata di Indonesia yang digemari Turis India. http://travel.kompas.com/read/2015/11/21/100200427/Inilah.Aktivitas.Wisata.di.Indo nesia.yang.Digemari.Turis.India. 10 Januari 2016. 439
Vonny Setianda Roos Kities Andadari KTO.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
2014. Departures of Koreans. Korea Tourism Organization. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/keyFacts/KoreaMonthlyStatistics/eng/in out/inout.kto?func_name=3. 6 Januari 2016.
Kotler, P., & Armstrong, G. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Erlangga . Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. 2002. Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan versi Bahasa Indonesia. Edisi Kedua, Jilid 1. Jakarta. Prenhallindo. Lestari, R. 2013. Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Lubis, A. N. 2004. Strategi Pemasaran Dalam Persaingan Bisnis. Universitas Sumatera utara. Program Studi Ilmu Manajemen. Fakultas Ekonomi. Marketeers. 11 November 2015. Tarik Hati Wisatawan dengan Wisata Tematik. http://marketeers.com/article/tarik-hati-wisatawan-dengan-wisata-tematik.html. 3 Februari 2016. Margi, I. K., Ariani, R. P., Widiastini, N. M., & N, S. 2013. Identifikasi Potensi Wisata Kuliner. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 ISSN: 23022898. Melanie, G. 5 Juni 2015. Thailand: Benchmark of Success in Tourism. The Freeman: http://www.philstar.com/cebu-business/2013/07/05/961935/thailand-benchmarksuccess-tourism. 15 Januari 2016. Muqbil, I. 17 Juli 2012. Full Details: Thailand’s Tourism Marketing Action Plan 2013. Dipetik. https://www.travel-impact-newswire.com/2012/07/full-details-thailandstourism-marketing-action-plan-2013/. 17 Januari 2016. Nurhaita, Tia. 2013. Pengaruh Kreativitas Dan Inovasi Produk Terhadap Daya Saing Usaha Cake Yo & Yo Bandung. Unikom. Bandung. OECD. 2013. OECD Tourism Paper. Indicators for Measuring Competitiveness in Tourism. http://www.oecd.org/cfe/tourism/Indicators%20for%20Measuring%20Competitivenes s%20in%20Tourism.pdf. 5 November 2015. Okezone. 19 Oktober 2015. Warga Australia Beberkan Alasan Negeri Kangguru Suka ke Bali. http://lifestyle.okezone.com/read/2015/10/18/406/1233683/warga-australiabeberkan-alasan-negeri-kangguru-suka-ke-bali. 7 Januari 2016. Pendit, N. S. 1994. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta. Rahmana, A. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. RMOL. 24 Juli 2015. Kantor Berita Politik RMOL. Beginilah Definisi Daya Saing Di Dunia Industri. http://www.rmol.co/read/2015/07/24/211920/Beginilah-Definisi-DayaSaing-di-Dunia-Industri-. 8 November 2015. 440
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
Sangpikul, A. 2008. Travel Motivations and Tourist Behaviors : A Case of Korean Travelers to Thailand. Dhurakij Pundit University. Bangkok. SCMP. 31 Desember 2014. South China Morning Post. Rude Awakening: Chinese Tourists Have the Money, But not the Manners. http://www.scmp.com/news/china/article/1671504/rude-awakening-chinese-touristshave-means-not-manners?page=all. 10 Januari 2016. Siahaan, S. L. 2008. Visit Indonesia Year 2008 : Suatu Tinjauan Dari Perspektif Pemasaran Destinasi Pariwisata. Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008. Spillane, J. J. 1991. Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prosepeknya. Jakarta: Kanisius. Swarbrooke, J. 1999. Sustainable Tourism Development. New York. CABI Publishing. Swastha, Basu. 2000. Azas-Azas Marketing. Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta. TAT statistic. 2014. Thailand Welcomed 26.7 Million Visitor Arrivals in 2013, Exceeding Target. http://www.tatnews.org/thailand-welcomed-26-7-million-visitor-arrivals-in2013-exceeding-target/. 16 Januari 2016. Tawil, R. F., & Tamimi, A. M. (2013). Understanding Chinese Tourists' Travel Motivations: Investigating the Perceptions of Jordan Held by Chinese Tourists. Jordan: Philadelphia University. Faculty of Administrative and Financial Series, Department Hotel and Tourism Management. The Economic Times. 2013. Outbound Tourism Market From India Grows : Four Emerging Trends. http://articles.economictimes.indiatimes.com/2013-0414/news/38529310_1_direct-flights-indians-thai-airways. 29 Januari 2016. Tinambunan H. S. 2014. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Wisata Iman (Studi Deskriptif Taman Wisata Iman Dairi). Universitas Sumatera Utara. Tourism Malaysia. 2014. Malaysia Tourism Statistics http://corporate.tourism.gov.my/statistics. 30 Desember 2015.
in
Brief.
Travel Kompas. 18 Maret 2014. Kompas.com. Menparekraf : Peran Pariwisata Semakin Penting. http://travel.kompas.com/read/2014/03/18/1128595/Menparekraf.Peran.Pariwisata.Se makin.Penting. 23 Juni 2015. UNWTO. 2007. World Tourism Organization UNWTO. http://media.unwto.org/en/content/understanding-tourism-basic-glossary. 18 Agustus 2015 UNWTO. 2015. UNWTO Tourism Highlights 2015 Edition. unwto.org/doi/pdf/10.18111/978928441689910. 10 Desember 2015.
http://www.e-
Utama, I. G. 2008. Extended Marketing Mix Sebagai Strategi Memenangkan Ceruk Pasar Wisatawan Senior Bagi Destinasi Pariwisata Bali. Bali. Program S3 Pariwisata. Universitas Udayana. 441
Vonny Setianda Roos Kities Andadari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vo. 2, Nomor 3, Juni 2015
UUD. 2009. Undang-Undang Indonesia : Pariwisata. Paten Daya Tarik wisata : UUD no 10 Tahun 2009. Indonesia. Wahab, S. 1997. Tourism, Development and Growth: The Challenge of Sustainability. London, New York : Routledge, 1997. WEF. 2015. The Global Travel and Tourism Competitiveness Report 2015 (TTCI Report). http://reports.WEForum.org/travel-and-tourism-competitiveness-report2015/economy-rankings/. 2 Juli 2015. Wibowo, L. A. 2008. Usaha Jasa Pariwisata. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. WTCF. 2013. World Tourism Cities Federation. Market Research Report on Chinese Outbound Tourist (City) Consumption (2014-2015). http://en.wtcf.travel/download/report201409en.pdf. 14 Januari 2016. WTCF. 2014 Oktober. World Tourism Cites Federation. Market Research Report on Chinese Outbound Tourist (City) Consumption (2014-2015). World Tourism Cities Federation: www.wtcf.travel Oct 2015. 12 Januari 2016. Yahya, A. 20 Oktober 2015. Meeting with Korean TO/ TA. Meeting with Korean Tour Operators, Travel Agents, and Airline at Busan Indonesia Center, Busan. Busan: Media Indonesia. Yahya, A. 2014. Gerakan Akselerasi Sertifikasi Tenaga Kerja Pariwisata dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA Peluang Memajukan Sektor Pariwisata. Jakarta. Pos Kota News. . http://poskotanews.com/2014/12/06/menteriarief-mea-peluang-memajukan-sektor-pariwisata/. 27 Desember 2015. Yoeti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Edisi Revisi. Angkasa. Bandung. Yoeti, O. A. 2005. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramita. Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Kompas. Jakarta. Yoon, Y., & Uysal, M. 2005. An Examination of the Effects of Motivational and Satisfaction on Destinaion Loyalty : A Structural Model. Tourism Management. Yulia,
C. 2008. Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan Dan Wisatawan. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/ 198007012005012CICA_YULIA/WISATA,_PARIWISATA,_KEPARIWISATAAN_DAN_WISATA WAN.pdf. 18 November 2015.
442