Volume 1, Issue 3
16 April 2016
1
VO LUM E 1, I S S UE 1
Pesan Paskah Keluarga
Romo Yohanes Agus Setiyono, SJ
JAKARTA, LENTERA – Paskah adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi Gerejawi. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Pada tahun ini sepaham dengan ajakan Gereja Katolik Internasional pesan paskah mengambil tema “Kerahiman Allah yang memerdekakan”. Dan pesan paskah yang ingin disampaikan pada tahun ini adalah kerahiman Allah yang memerdekakan dengan mengamalkan pancasila. “Pesan paskah yaitu kesepahaman dengan ajakan gereja katolik internasional dengan tema kerahiman Allah. Maka tema paskah juga tidak jauh dari itu kerahiman Allah yang memerdekakan dengan mengamalkan pancasila. Umat diajak untuk mempunyai iman yang
DAFTAR ISI
kontributif , kontributif itu mengambil bagiaan dalam berbagi, saling melayani kemudiaan juga mempunyai solidaritas dengan sesama dalam pelayanan di kehidupan sehari-hari.” Ucap Romo Yohanes Agus Setiyono, SJ. (yang biasa dipanggil Romo Agus, SJ) Tahun ini tema paskah berdasarkan pada ajakan Gereja di Indonesia menitik beratkan pada tema “Keluarga”. Hal itu di karenakan keluarga berdasarkan ajaran konsisi Vatikan II merupakan gereja mini dan persekutuan umat beriman yang terkecil. “Sebetulnya masih dalam ajakan PGI dan KWI persekutuan Gereja di Indonesia dan Konfrens wali Gereja Indonesia untuk menitik beratkan pada tema keluarga. Dimana keluarga merupakan persekutuan umat beriman yang terkecil diharapkan dari keluarga itu tumbuh pribadi – pribadi anak-anak Tuhan, murid murid Yesus Kristus yang mandiri. Dalam arti memiliki wawasan ke imanan, kemudian juga mampu mengambil bagian dalam hidup bermasyarakat secara umum. Jadi itu
dari ajakan dari PGI dan KWI untuk memperha ti aka n k ehidu pa n berkeluarga di lingkuangan umat.” Lanjut Romo Agus, SJ menjelaskan. Dengan adanya tema keluarga ini, pesan yang ingin disampaikan oleh Romo Agus SJ kepada umat di Paroki Duren Sawit “Umat di St. Anna itu yang diharapkan ya, keterlibatan. Dengan adanya semangat yang baru, keterlibatan dalam hidup menggereja semakin kuat. Perhatian kepada keluarga kita tetapi juga perhatian kepada hidup bersama menggereja itu penting. Karena keprihatinannya, masalah - masalah yang muncul berangkat dari pribadi – pribadi dan juga keluarga – keluarga. Sehingga dengan adanya kegiatan - kegiatan di Gereja, menyembuhkan mereka, kemudian menggugah iman, harapan, kegembiraan yang baru, adanya cinta kasih diantara kita yang lebih total bukan hanya sekedar superfisial, tatapi betul betul mendarat pada kebutuhan untuk memahami orang lain, memaafkan, manggangkat derajat, citra, d martabatnya” (Saras )
KOMSOS GEREJA SANTA ANNA PAROKI DUREN SAWIT
* Liputan Special : 3. Langit membelah di atas Pelataran Gereja Santa Anna * Profile : 6. Dokumentasi Kegiatan Gereja * Liputan Paskah : 8. Memeliharan kebersihan Gereja. 10. Rabu Abu 11. MInggu Palma 13. Kamis Putih 14. Jumat Agung 16. Vigili paskah 18. MInggu paskah 19. Festival Paskah Keluarga 2016
Pelindung : Romo. Fx.Widyatmaka, SJ, Romo. Yohanes Agus Setiyono, SJ, Tabah Helmi Konaka. Team : hariantoro, andrie irawan, quintasari, maria celin, maria fransiska saraswati, valentino ardyan, koko, deny kristiawan, tasia, irwan.
GEREJA SANTA ANNA PAROKI DUREN SAWIT JL. Laut Arafuru Blok A7 No. 7 Jakarta Timur 13440 Telp: (021) 861 2817, (021) 8660 2879 Fax: (021) 86602881 URL: www.gerejastanna.org Email:
[email protected] KAPEL SANTO YOAKHIM JL. Nusa Indah IV No. 4 Perumnas Klender – Jakarta Timur GEDUNG PERTEMUAN PAROKI “YOS SUDARSO” JL. Laut Arafuru Blok A7 No. 7 Jakarta Timur 13440 Telp: (021) 861 2817, (021) 8660 2879 Fax: (021) 86602881 2
Liputan Special
LANGIT MEMBELAH DI ATAS PELATARAN GEREJA SANTA ANNA
“Ya Bapa, kedalam tanganmu Kuserahkan nyawaKu!” Dialog tersebut begitu akrab dengan umat dalam keimanan Katolik. Namun tidak banyak umat yang menyadari, tatkala dialog tersebut selesai berkumandang, langit di atas Pelataran Gereja Santa Anna, membelah gumpalan awan. Menyemburatkan pendar cahaya terang dan seolah membiarkan sinar yang datang dari langit itu menyentuh sang pemeran tokoh Yesus. Effraim George Purimahua; nama lengkap dari pemeran tokoh Yesus pada pagelaran Tablo Kisah Sengsara Yesus, menangkap kehadiran itu. Sebuah sentuhan cahaya sinar yang hanya berlaku sesaat saja itu, dan hanya sebentaran saja, namun telah menorehkan kesan yang begitu mendalam pada keimanan seorang Effraim George Purimahua, sebagai kehadiran akan Yesus Kristus. Kecerahan Jum’at pagi tanggal 25 Maret 2016, berhasil mendatangkan umat Paroki Duren Sawit jadi membludak. VIVA DOLOROSA, yaitu; -- Jalan Penderitaan atau Jalan Kesengsaraan --, menjadi sebuah visualisasi terhadap Kisah Sengsara Yesus yang digelar dalam upacara Jalan Salib terakhir di gereja Santa Anna Paroki duren Sawit, dalam kemasan Tablo. Tidak satupun dari umat yang beranjak meninggalkan pelataran gereja lantaran begitu takjub dan terpukau oleh visualisasi luar biasa tersebut sebagai wujud dari kepiawaian serta ketelatenan seorang sutradara bernama Septian Gerardus Todoan Sianipar. Keberhasilan tablo tersebut juga tidak lepas dari Totalitas para pemain. Seluruh tokoh dilantunkan dengan begitu cermat dan bahkan ketotalan mereka mampu menghadirkan karakter karakter tokoh di dalam Injil dengan kuat dan nyaris sempurna.
ma sama dilanda rasa mual yang sangat sungguh di seputar luluh hati merek. Dan itu sangat sulit dijabarkan. Namun ada keharusan yang tak bisa dilanggar oleh para pemeran itu. Karena mereka harus sungguh sungguh berperan sebagai tokoh tokoh yang memiliki karakter sesuai pada Injil. Demi pencapaian pemaknaan akan simbolisasi dari sifat
KONTRA BATIN PARA PEMERAN KARAKTER TOKOH SIAPAKAH AKU? SIAPAKAH dasar kehidupan yang dimetaforakan KAMU? SIAPAKAH KITA? melalui para tokoh tersebut, pengkarakteran bukan saja hanya untuk dimainkan Totalitas dalam pemeranan telah mem- mainkan, namun justru haruslebih beri pengalaman hebat sekaligus ‘dimiliki’oleh sang pemeran sebagai bagigejolak batin yang cukup dasyat. Ada an dari dirinya. Artinya; karakter tokoh kekawatiran yang mendera. Ada rasa yang diperankannya itu menyatu takut, cemas, rasa bersalah, sekaligus seutuhnya dalam diri si pemain. Ini pertentangan batin ketika mereka harus bukanlah hal yang mudah. memainkan peran peran tersebut. Mereka, para pemeran tokoh tokoh penting Kisah Sengsara Yesus itu, sa- Sebagai Hanas, Gregorius agung Suryo
www.gerejastanna.org
Narindro, atau biasa dipanggil Suryo, harus meletakan terlebih dahulu segala atribut kediriannya. Keyakinannya, keimanannya dan kecintaannya pada Yesus Kristus harus dikebelakangkan dulu untuk mengkedepankan karakter yang bukanlah dirinya. Sebagai Hanas, Suryo seakan dihadapkan untuk menyangkal Yesus. Untuk menistakan kehadiran Yesus sebagai jalan keselamatan dan pembawa kebenaran dan hidup. Sifat licik, culas, haus akan kekuasaan, serakah dan cinta jabatan serta gencar mempertahankan reputasi sebagai orang terpandang, kini menjadi harus dipasang dalam kabin jiwa Surya. Label Imam Agung yang bengis tanpa belas kasih juga harus dipasang kuat sebagai karakternya. Hanas adalah mertua dari Kayafas; sang Imam Agung yang tengah menjabat saat peristiwa penyaliban Yesus terjadi. Meskipun Hanas tidak lagi menjabat sebagai Imam besar, namun pengaruhnya dalam bertugas di pengadilan masih sangat kuat dan diakui oleh masyarakat Yahudi. Karena sesuai tradisi hukum Yahudi, Imam besar adalah jabatan seumur hidup. Hanasnyata dan kukuh mempertahankan status quo yang diagung agungkan itu. Segala cara dihalalkan, demi mencapai tujuan pribadi. Meski itu harus menumbalkan seorang manusia tak berdosabernama Yesus, yang adalah bangsanya sendiri untuk diadili secara tidak adil dan dijatuhi hukuman paling tinggi, dan paling hina dalam adat yahudi. Disiksa, diarak dan disalib. Bagi Suryo, di satu sisi ia menentang karakter Hanas tersebut dan bahkan mem-
3
bencinya. Namun di sisi lain, Suryo harus menyampaikan pesan penting dari makna yang sesungguhnya. Bahwasannya, tokoh Hanas merupakan perwakilan dari salah satu sifat manusia yang notabene mendominasi realita dalam kehidupan di dunia. Karakter Hanas, tidak berhenti pada kisah yang ditulis dalam Injil. Namun akan tetap ada, masih ada dan terus ada di sekitar kita. Oleh karena itu, Surya harus dengan seksama memerankan tokoh Hanas sebagai bahan perenungan iman terhadap suatu pilihan akan sifat hidup. Apakah kita memiliki sifat Hanas? Apakah kita seorang Hanas? Apakah kita memilih menjadi Hanas? Hal sama juga dialami oleh Antonius Daimonda Kriswantono, atau biasa dipanggil dengan Monda, sang pemerang tokoh Pilatus. Monda harus memerankan sebuah karakter sang pemimpin yang ingin mempertahankan kedudukannya dengan cara menyenangkan kemauan orang banyak. Sebuah karakter yang bersifat mementingkan karier di atas hati nurani dan keadililan. Pontius Pilatus adalah seorang Gubernus Kekaisaran Romawi di Yerusalem. Seorang pejabat Romawi di zaman Yesus. Yesus yang saat itu dituduh dan dianggap memberontak pada kekuasan Romawi dan juga telah mengajarkan suatu konsep ajaran yang berbeda dari agama Yahudi dibawa menghadap Pontius Pilatus. Berharap pejabat ini bisa mengambil sikap terhadap masalah Yesus pada situasi harus disalibkan atau tidak. Di wilayah yang seharusnya menjadi kekuasaannya, permasalahan ini hendaknya juga menjadi tanggungjawabnya. Namun Pontius Pilatus justru cuci tangan dan tidak ingin terlibat dalam permasalahan ini. Simbol cuci tangan yang dilakukan oleh Pontius Pilatus, sesungguhnya merupakan praktik melepaskan diri dari tanggung jawab. Untuk tidak mau tahu. Pilatus tidak mampu membebaskan Yesus dan justru malah tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus. Kendati Pilatus tahu bahwa tidak didapati sebuah kesalahan yang mengancam kekaisaran Romawi dari seorang Yesus. Dal am pe merananny a, ti dakl ah mengherankan apabila Monda jadi punya rasa bersalah yang besar dalam keimanannya terhadap Yesus. Hati kecil-
www.gerejastanna.org
nya berteriak keras tatkala mendalami karakter pemimpin yang begitu plin plan, plintat plitut, tanpa pendirian sama sekali. Di lubuk hati yang paling Monda tidak berharap menjadi pemimpin seperti Pilatus. “Seharusnya sebagai Pilatus saya punya kuasa untuk membebaskannya, seharusnya sebagai Pilatus saya memiliki wewe nang pe nu h untuk tidak menyalibkannya.” Namun Monda hanyalah seorang Monda yang hanya ditugaskan sebagai pembawa pesan terkait pada pemeranannya sebagai seorang Pilatus. Sebagai Pontius Pilatus, Monda harus puas pada kenyataan, bahwa pengingkaran hati nurani di dalam
mengambil keputusan penting seorang pemimpin itu, telah terjadi, sudah terjadi dan akan terus terjadi. Tiba tiba ada pertanyaan mengganggu yang terbersit dalam sanubari Monda, akankah saya menjadi seorang Pilatus dalam realita sehari hari? Akankah kita memilih menjadi Pilatus tatkala dihadapkan pada sebuah pengadilan akan kebenaran? Pergolakan batin memang terjadi pada Suryo dan Monda lantaran harus memerankan tokoh yang bersebrangan
dengan kecintaan mereka terhadapa Yesus Kristus. Demikian pula halnya Effraim, yang justru memiliki kesempatan menjadi tokoh Yesus, justru mengalami ketakutan yang luar biasa. Betapa tidak? Yesus bagi Effraim adalah pegangan hidupnya. Tempat effraim menaruh segenap hati, iman, cinta dan pengharapannya. Yesus adalah Tuhan. Yesus Memiliki kuasa Illahi. Dia adalah Roh kudus yang memberikan jalan keselamatan. Ajaran dan tauladan Yesus akan Cinta Kasih, merupakan jalan kebenaran yang diyakini oleh Effraim. Mampukah seorang Effraim melakonkan karakter Yesus yang Suci dan Kudus itu? “Patutkah saya? Sanggupkah saya memerankan sang Kristus Tuhan?” ungkap Effraim dengan bibir bergetar. Begitu padat kesesakan hidup yang dialami oleh Effraim hingga dirinya merasa begitu kerdil dan sepele. Jiwanya berkecamuk tak kuasa mendalami pemeranannya pada karakter Yesus. Tak tega... bagi seorang Effraim yang merasa masih berlumuran dosa itu, bertindak sebagai Yesus. Lalu dalam perjalanan pemahaman k arak te r u ntuk mendapatkan spirit Roh Kudus Yesus yang begitu sulit dijangkau itu, melalui bimbingan seorang teman, Effraim mulai membuka dirinya. Rahasia hati yang selama ini disimpan Effraim sebagai manusia berdosa sampai mengganjal jiwanya itu, diletakkan sepenuhnya ke dalam nama Yesus. “Tuhan kalau memang diijinkan, berikan saya sebagian dari hatimu untuk saya bisa melakukan ini dengan penuh penuh berserah kepadamu, dan saya ingin apa yang saya lakukan ini sebagai wujud dari pertobatan dari kehidupan saya yang sebelumnya.” Setelah berpasrah pada Yesus, Effraim merasakan Tuhan Yesus memberikan hatiNya. Tuhan Yesus lalu datang kepada Effraim dalam juntaian jubah
4
putih yang bersih dan berkilau. “Benar benar saya pegang, saya masukkin ke dalam diri saya dan saya merasakan.... benar benar berbeda. Rasanya sungguh beda. Saya merasakan ada hawa yang berbeda menyentuh saya. Ketika dibelakang tubuh saya merasakan panas, tapi di depan saya ada rasa kesejukan dan rasa damai yang sulit saya gambarkan.” Demikianlah, Iman diuji dalam sebuah pemeranan akan lakon Kisah Sengsara Yesus yang mereka mainkan. Tidak hanya melulu soal keaktoran dan pemeranan saja. Tapi asahan batiniah terutama pendalaman Iman akan keyakinan mereka pun secara otomatis jadi terbina kuat. Semoga pengalaman akan kesaksian para pemain tersebut tidak hanya terealisasi kala mereka berlatih dan mementaskannya saja, namun akan bisa mengakar dan memberi pengaruh yang baik dalam perjalanan hidup sehari hari. Mungkin tidak banyak kita, yang memiliki pengalaman seperti Suryo, Monda dan terutama Effraim. Sebab Tuhan telah hadir. Dan sungguh sungguh hadir pada saat visualisasi Jalan penderitaan Yesus digelar. Awan mendung sempat berkerubung pada langit saat adegan penyaliban. Kepekatan awan kelabu itu lalu mendadak terpecah oleh hempasan sinar dengan pendaran cahayanya yang membias tajam ketika dialog akhir tokoh Yesus menyerukan penyerahan nya-
www.gerejastanna.org
wanya diselesaikan. Seorang fotografer dari Komsos berhasil membidik moment tersebut tanpa sengaja. Namun, keraguan akan anggapan si pembidik moment tadi bahwa cahaya tersebut merupakan rupa dari kehadiran Allah, menjadi dikuatkan dengan kesaksian Effraim George Purimahua. Effraim seperti meresakan Yesus dalam adegan penyaliban itu. Lalu, pada saat Effraim melagakan wafat Yesus, percaya atau tidak, ada siraman kesejukan yang begitu damai mengalir indah dalam tubuh Efraim. Seluruh rasa perih dan pedas di tubuhnya akibat cambukan cambukan dari pemeran pemeran prajurit romawi sekontong konyong jadi hilang. Begitu saja... Percaya atau Tidak??? Sebuah pertanyaan sederhana itu me-
nyeruak dari sanubari Effraim dan menggelinding untuk patut kita renungkan bersama. Bidikan atas Langit yang membelah pada gambar puitis itu bisa jadi menggambarkan kedukaan manusiawi yang menggelegak di seluruh semesta atas peristiwa tragis tak tertandingi sepanjang sejarah umat manusia. Kematian Yesus sebagai pemberian diri itu merupakan karya penyelamatan Allah atas dosa manusia. Karya keselamatan Allah memang telah hadir dalam sejarah manusia. Allah menerima salib itu di dalam Yesus bukan untuk mengekalkannya dan menyingkirkan pengharapan kita, namun demi mengakhiri semua salib di dalam kehidupan manusia. Demi solidaritas dengan semua orang yang menderita di dalam sejarah kehidupan. Peristiwa penyaliban menjadi simbol kekejaman dan kebejatan umat manusia yang menolak Kasih Sejati. Secara simbolik, Yesus yang menawarkan Kasih Sejati tidak lagi diberi tempat berpijak di Bumi yang berlumuran d o sa d an k e du rh ak a a n. Y e su s mengundang manusia agar bersolider dengan mereka yang dililit dosa baik personal maupun sosial. Untuk membela kaum lemah tersingkir, miskin tertindas, papa nelangsa sebagai korban korban ketegaran hati manusia yang congkak, angkuh, pongah, sombong, dan struktur sosial yang kaku demi status-quo kekuasaan dunia. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Aloys Budi Purnomo Pr, yakni kematian Yesus menjadi utuh, pengorban-Nya tidak purna, tetapi sempurna. Keutuhan dan kesempurnaan ini terpancar pada kata-kata terakhir Yesus di kayu salib yang melukiskan penyerahan total diriN y a . P e ny e r a ha n d i ri i tu di persembahkan secara bebas, bukan sikap menyerah pasrah pada nasib, tetapi menyerah pasrah pada Kasih. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku….” Sebagai orang yang percaya akan Penyelamatan Kristus, sudahkah kita mengimani cinta kasih Kristus secara total melalui penderitaanNya? Siapakah yang akan kita pilih dalam pergumulan hidup di dunia ini dalam keimanan akan Kristus Tuhan? Saya adalah Yesus, Saya adalah Hanas, Saya adalah Pilatus lalu... Siapakah ANDA??? (quintasari)
5
Profile
DOKUMENTASI KEGIATAN GEREJA AKSI KASIH SEORANG FOTOGRAFER Dokumentasi, seringkali merupakan bagian yang disepelekan atau tidak diperhitungkan di sejumlah acara. Padahal pembidikan seorang fotografer untuk pengdokumentasian saat momen momen di sebuah acara terjadi, dapat memberikan kontribusi positif kepada perjalanan sebuah sejarah. Oleh karena itu, sangatlah disayangkan apabila aksi penting dokumentasi sebagai rekaman kegiatan manusia menjadi suatu aspek yang kurang diperhatikan. Sebab dokumentasi bisa mengajarkan kita untuk melihat sesuatu menjadi lebih mendalam. Tidak hanya melihat sebuah realitas dari permukaannya saja, namun bisa melatih kita untuk memiliki kepekaan terhadap suatu realitas sosial yang terjadi disekitar kita. Realitas yang kita tangkap tersebut, kemudian kita rekam dalam bentuk foto dengan berbingkai pendapat yang memiliki makna tersendiri. Salah satu jenis cara pendokumentasian yang kerap kita jumpai pada suatu peristiwa adalah fotografi. Dengan fotografi banyak momen yang akan terekam dan bisa berbicara serta menjadi fakta sejarah. Banyak orang yang melakukan kegiatan fotografi dengan memotret berbagai momen entah itu dengan kamera pocket, kamera SLR (Single Lense Reflex), atau bahkan dengan kamera handphone. Tujuannya untuk www.gerejastanna.org
menghasilkan suatu dokumenter gambar foto yang membingkai setiap momen-nya. Sebagaimana yang juga dilakukan oleh Tim Komsos Paroki Duren Sawit, untuk tidak melewati momen-momen yang dilalui dari kegiatan kegiatan gereja. Salah satunya melalui fotografi. Semakin sering fotografi hadir disana, semakin menjadi penting apabila Tim Komsos dapat mengabadikan setiap momennya secara runtut. Hal tersebut akan memberikan berjuta inspirasi kelak disaat kita melihatnya kembali. Fotografi juga bisa berperan dalam perubahan sosial, dengan mengedepankan pesan yang memiliki maksud dan kepentingan untuk disampaikan. Demi menyatakan informasi atau perubahan sekaligus menggambarkan sebuah fakta aktual dalam suatu peristiwa. Terlebih lagi untuk memberikan inspirasi yang membangun kepada para pemirsa dokumentasi. Dalam hal ini Umat gereja di m a n a p u n berada. A d a begitu banyak rentetan acara di Gereja Santa Anna Paroki Duren Sawit. Apalagi saat
masa prapaskah sampai pada puncak perayaan paskah. Mulai dari bagian bagian ritual gereja, sampai pada kegiatan kegiatan pendukung yang sarat dengan pertumbuhan iman Katolik. Seperti yang telah dikemukakan di atas, Tim Komsos tidak pernah luput menyambangi setiap gelaran acara acara tersebut untuk menjadi peliput dokumenter. Banyak fotografer diterjunkan ke lapangan. Memburu setiap momen, merekamnya dan lalu menggambarkan secara artistik kejadian faktual sekaligus peristiwa di event tersebut. Seperti yang juga dilakukan oleh Bapak Gerardus Irwan Wangsa Wijaya. Salah satu fotografer dari Tim Komsos yang sangat akrab dipanggil Pak Irwan ini, memiliki dedikasi yang tinggi untuk sigap senantiasa memberikan aksi pelayanannya melalui dunia fotografi. Dibalik kesederhanaannya, Bapak Irwan tidak pernah bosan apalagi
6
merasa segan untuk menenteng sejumlah peralatan fotografinya ke sejumlah acara acara seputar gereja. Mulai dari kamera video, kamera foto, lensa, lampu penunjang, tripot, bahkan batere cadangan siap pakai juga dibawanya. Semua dikemas dengan apik dan cermat ke beberapa koper khusus anti oglek serta aman sehingga kondisi peralatannya itu terjaga dengan baik. Usia Pak Irwan bukan lagi tergolong muda. Untuk seorang kelahiran tahun 1953, pak Irwan selalu muncul dengan kondisi dan stamina yang luar biasa baik. Pandai melapisi rasa rentek serta pegal pegal dengan penampilannya yang tetap prima dan segar. Meskipun bukan tergolong orang yang suka mengkonsumsi jamu ataupun obat mujarab sebagai suplemen, namun energi Pak Irwan tidak pernah habis. Rahasia keintensitasannya hanyalah tercipta dari kesukacitaannya serta ketulusannya dalam pelayanan. Adalah Kasih, yang menjadi landasan utama pak Irwan untuk membangun suatu kegembiraan dalam bekerja. Dan ketika kegembiraan itu datang, segala sesuatu akan menjadi lebih mudah dan indah. Itulah yang membuat pak Irwan tetap tampil energik di setiap kehadirannya. Dan Itulah mengapa Pak Irwan menjadi pemberi inspirasi yang kuat terhadap loyalitas kerja Tim Komsos dalam pelayanan untuk gereja. Lantaran itu, setiap hasil foto maupun video dokumentasi pak Irwan jadi merupakan visualisasi dunia nyata yang dilakukan sekaligus ditujukan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting, untuk memberi pendapat atau komentar, yang tenwww.gerejastanna.org
tunya dimengerti oleh khalayak. Khususnya umat Katolik. Ketika pulang ke rumah, pak Irwan tidak serta merta beristirahat. Ia malah mulai merangkai setiap hasil jepretan maupun shotingannya itu. Begitu telatennya serta penuh kesabaran, rangkaian foto tersebut dikemas menjadi Video Klip yang terjalin begitu kuat sekaligus bercerita, hingga menjadi satu kesatuan pesan bermakna mendalam. Dari situ kita akan melihat bagaimana ketekunan pak Irwan berkarya dalam kebagusannya. Sebab untuk membuat sebuah dokumenter yang memikat, tentunya pak Irwan tidak hanya sekedar snapshot atau asal jepret saja. Melainkan sebagai representasi visual dari suatu keadaan yang menyentuh secara psikologi sampai melibatkan empatisnya menjadi pengalaman pribadi. Emosi yang bertumbuh atas dasar rasa empati dalam sudut pandang seorang fotografer seperti Pak Irwan menjadi mampu menghadirkan permasalahan dan realitas sosial sebagai sebuah perenungan. Kalau boleh ditarik ke belakang, sebenarnya menjadi seorang fotografer bukanlah merupakan profesi pak Irwan. Bidang pekerjaan pak Irwan sangat jauh dan bahkan bersebrangan dari dunia fotografer itu sendiri. Keterampilan pak Irwan dalam membidik suatu momen berawal dari sebuah hobi sahaja. Pak Irwan rajin melatih dirinya untuk melihat dunia melalui fotografi. Dari situ Pak Irwan mulai melihat hal-hal yang berbeda. Pak Irwan menjadi lebih bisa melihat dunia sebagai tempat yang lebih indah dalam kehidupan seharihari. “Semoga ini bisa menjadi bahan renungan kita semua umat Tu-
han.” ucap Pak Irwan sembari mengenang ngenang waktu pencurahan Roh Kudus di Couple For Chris. Saat itu Pak Irwan memohon agar dirinya dicurahkan Roh Pelayanan. “Rupanya Tuhan sungguh sungguh menuntun saya untuk benar benar melayani orang orang tersisih.” kenang pak Irwan penuh sukacita. Berangkat dari situ, aktifitas pak Irwan tidak pernah luput dari aksi pelayanan. Melayani sesama tanpa pilih kasih baik itu seiman atau tidak, karna mereka semua saudara kita. Begitulah tauladan yang diajarkan oleh Yesus untuk terus bersolider dimanapun sampai kapanpun. Pandangan sederhana itulah yang mengantarkan pak Irwan menjadi lebih meningkatkan kreatifitasnya di bidang fotografi untuk berkarya sepenuh hati dan dengan segenap kasihnya sebagai bentuk pelayanan dan doa. Kesuksesan seorang fotografer bukan karena menjadi terkenal, atau menjadi kaya, tapi bagaimana karya-karyanya mampu membuat orang banyak terinspirasi dan bahkan bisa mengubah dunia.(quintasari)
7
Liputan Paskah 2016
MEMELIHARA KEBERSIHAN GEREJA MEMELIHARA KEBERSIHAN IMAN Yesus menyucikan Bait Allah (YOHANES 2:13-17) 13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku. " Merujuk pada suatu artikel yang pernah penulis baca dari situs ; https://www.lagu-gereja.com (red) ; baiknya penulis coba jabarkan dulu suatu rangkuman mengenai Bait Suci. SEJARAH BAIT SUCI Pendahulu Bait Suci adalah Kemah Suci, kemah yang didirikan orang Israel atas perintah Allah sementara berkemah di Gunung Sinai. Setelah memasuki Tanah Perjanjian di Kanaan, Mereka tetap memakai tempat Kudus yang dapat dipindah-pindah ini hingga masa pemerintahan Raja Salomo. Sepanjang awal Masa pemerintahannya, Salomo menugaskan ribuan orang untuk ikut ambil bagian di dalam pembangunan Bait Suci ini. Pada tahun keempat pemerintahannya, dasar sudah diletakkan; tujuh tahun kemudian seluruh bangunan itu. Penyembahan kepada Tuhan, khususnya korban-korban yang dipersembahkan kepada-Nya, kini memiliki tempat yang tetap di kota Yerusalem. Sepanjang masa kerajaan, Bait Suci mengalami beberapa siklus pencemaran dan pemulihan. Hingga hima puluh tahun kemudian, Raja Koresy mengizinkan orang Yahudi kembali dari Babel ke Palestina dan mendirikan kembali Bait Suci, dan diselesaikan dan ditahbiskan tahun 516 sm. Pada permulaan zaman Perjanjian Baru, Raja Herodes menghabiskan banyak waktu dan uang untuk memperbaiki dan memperindah Bait Allah yang kedua (Yoh 2:20); inilah Bait Allah yang dibersihkan Yesus sebanyak dua kali
www.gerejastanna.org
(Lihat: Mat 21:12-13; Yoh 2:13-21). Akan tetapi, pada tahun 70 M, setelah pemberontakan berkali-kali terhadap pemerintah Roma oleh orang Yahudi, Bait Suci dan seluruh kota Yerusalem dihancurkan kembali sehingga tidak dapat dihuni. Dalam banyak hal, makna Bait Suci bagi orang Israel sama dengan makna kota Yerusalem. Bait Suci melambangkan kehadiran dan perlindungan Tuhan Allah atas umat-Nya. Ketika Bait Suci ditahbiskan, Allah turun dari sorga dan memenuhi bait itu dengan Kemuliaan-Nya dan berjanji untuk menempatkan nama-Nya di situ. Jadi, apabila umat Allah ingin berdoa k e p ad a Tu h a n , me re k a d a p a t melakukannya dengan menghadap Bait Suci dan Allah akan mendengar mereka "dari Bait-Nya" (Mazm 18:7). Bait Suci juga mewakili penebusan umat-Nya oleh Allah. Dua fungsi penti ng di l ak sanak an di dal amny a: persembahan korban-korban penghapus dosa setiap hari di atas mezbah perunggu dan Hari Raya Pendamaian, ketika Imam Besar memasuki tempat Mahakudus untuk memercikkan darah di atas tutup Tabut Perjanjian untuk mendamaikan dosa-dosa umat-Nya . Bagi Umat Kristen, peranan Bait Suci (Bait Allah) dalam Perjanjian Baru, harus dipahami berhubungan dengan lambang Bait Suci dalam Perjanjian Lama. Yesus sendiri, seperti halnya nabi-nabi PL, mengancam penyalahgunaan Bait Allah. Tindakan-Nya yang pertama dan terakhir di depan umum adalah mem-
bersihkan Bait Allah dari orang-orang yang menghancurkan maksud rohaninya. Jemaat yang mula-mula di Yerusalem sering kali memasuki Bait Allah pada saat-saat berdoa. Akan tetapi, mereka melakukan semua ini karena kebiasaan, sebab mengetahui bahwa Bait Allah bukan satu- satunya tempat di mana mereka bisa berdoa. Fokus penyembahan orang Kristen berpindah dari Bait Allah kepada Yesus Kristus sendiri. Dialah, bukan Bait Allah, yang kini mewakili kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Dia adalah Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh 1:14), dan di dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kol 2:9). S esungguhnya, Yesus sebagai Bait Allah tergenapi dalam peristiwa salib. Di atas salib, Yesus menjadi puncak dari semua persembahan di bait suci. Gereja adalah tubuh kristus karena kristus bersama roh kudus tinggal di dalamnya. Karena yesus adalah perwujudan makna bait suci, yang kini tinggal di dalam gereja, maka kita bisa juga menyebut gereja sebagai bait allah. Melalui Roh-Nya, Kristus berdiam di dalam gereja-Nya dan menuntut agar tubuh-Nya itu kudus. Sebagaimana dalam PL Allah tidak dapat membiarkan
8
kini sebagai Gereja. Sebab dalam banyak hal, sebenarnya kita tidak lebih baik daripada para penukar uang di Bait Allah pada zaman Yesus. Kita sering beranggapan bahwa akan lebih menguntungkan jika menyimpan sampah nilai-nilai kehidupan duniawi dalam benak kita. pencemaran bait- Nya, demikian pula Dia mengatakan akan membinasakan semua orang yang membinasakan gereja-Nya. Sebab Roh Kudus tidak saja berdiam di dalam gereja, tetapi juga di dalam diri orang percaya sebagai baitNya. Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus? (1 Korintus 6:19) Yesus mengusir para penukar uang dari Bait Allah karena niat mereka untuk mencari untung telah mengotori rumah Bapa-Nya. Namun yang juga sama buruknya adalah mengotori bait tubuh kita dengan pikiran dan perbuatan yang tidak semestinya. Yesus marah. Ia marah bukan karena soal orang-orang yang berjualan di bait Allah, tapi karena praktik keagamaan masyarakat Yahudi yang memperjualbelikan Allah dalam doa-doa mereka. Dengan amarahnya, Yesus mengingatkan tentang pentingnya hati yang tulus saat bersimpuh di bawah keagungaan Bapa dalam Bait Allah. Ia mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita saat masuk ke dalam tempat ibadah. Hal ini berarti, kita sebagai umat Kristiani haruslah menjaga Kebersihan Bait Allah dari polusi, pencemaran, maupun sampah sampah yang berserakan disekitar bait Allah atau yang kita sebut
www.gerejastanna.org
Setiap menjelang hari raya, biasanya umat selalu mengadakan acara bersihbersih atau kerja bhakti di gereja. Harapannya tentu, gereja yang bersih akan membantu para jemaat untuk masuk ke rumah Tuhan dengan hati yang bersih pula. Kerja bhakti juga adalah kesempatan umat untuk saling berbagi dan bekerjasama. Lidah-lidah sapu yang bergemerisik menyingkirkan dedaunan dan debu juga membersihkan hati kita saat kita bekerja bersama dalam senyum ceria, canda tawa, penuh kesukacitaan. Aksi bersih bersih atau Kerja Bakti di Gereja, juga dilaksanakan di Gereja Santa Anna paroki Duren Sawit. Yaitu pada tanggal 9 Maret 2016, dimulai dari pukul 08.00 wib sampai dengan tengah hari. Lalu dilanjutkan pada tanggal 18 Maret 2016 khusus kebersihan areal toilet dan bedeng, kemudian juga pada tanggal 19 Maret 2016 sebagai final check sekaligus cleaning dan pemasangan pambatas parkir serta lubang lubang buangan air yang menggenang di jalan jalan sehingga becek lantaran mampet. Begitu banyak areal gereja yang dibenahi dan ditata kembali. Bahkan menyangkup pada pembenahan kesiapan benda benda suci serta perangkat perangkat pendukung yang akan dibutuhkan pada rentetan kegiatan gereja dalam masa pekan suci Paskah. Mulai dari Minggu Palma sampai dengan Paskah. Segalanya dilakukan dengan seksama, teliti serta penuh ketelatenan. Tanpa keluh kesah maupun rasa lelah dari para pendukung kerja bakti tersebut. Kerja bakti tersebut dipimpin dan diprakarsai oleh ketua panitia Paskah Gereja Santa Anna; bapak Agutinus Rudi Hermawan, atas ijin dari romo Paroki Santa Anna.
Kerja bhakti ini mulanya tidak direncanakan. Saat panitia paskah tengah menyiapkan berbagai perangkat pendukung, ternyata didapati sejumlah barang yang tidak terawat, kotor, bahkan rusak. Menyedihkan melihat barangbarang itu terbengkalai. Dari sana muncullah gagasan untuk melakukan kerja bhakti, tidak hanya membersihkan halaman gereja, tapi juga membersihkan berbagai barang inventaris yang teronggok begitu saja di gudang. Seluruh patung patung di sudut sudut gereja disikat bersih, pelatarannya dikuras, tanaman tanaman dirapikan, ruang ruang tambahan untuk balai kesehatan dan posko posko panitia disiapkan dengan seksama, sampah sampah disapu bersih, salib salib serta perangkat perangkat dan benda benda suci lainnya juga dibersihkan. Semua dilakukan dengan kesungguhan dan kecermatan yang luar biasa.
Memang, kerja Bakti tersebut hanyalah diikuti oleh satu wilayah saja yaitu wilayah Duren Sawit Indah. Namun dari sini, pak Rudi berharap bahwa Aksi bersih bersih gereja akan terus berlanjut dan bila perlu menjadi sebuah tradisi di Paroki Duren Sawit. Bukan hanya sebagai momentum sahaja, namun lebih sebagai sebuah kebiasaan baik yang mengakar hingga menjadi sebuah tradisi. Alangkah indahnya bila Gereja, Bait Allah, Bait Suci, selalu bersih dan tertata apik. Menjelang paskah, yang perlu dibersihkan tidak hanya halaman gereja dan aneka perangkat pendukung peribadatan, lebih dari itu, yang perlu dibersihkan adalah hati kita agar siap menyambut kebangkitan tuhan. Semoga Allah mengampuni kita, membersihkan kita, dan membantu kita membuang apa saja yang mengotori bait Allah, di mana hanya Dia yang berhak menempatiNya. (quinta)
9
Liputan Paskah 2016
Rabu abu Dari abu menjadi abu, dari debu menjadi debu Rabu Abu adalah permulaan
44 hari, termasuk hari minggu
Masa Prapaskah, yaitu masa
sebelum jumat agung.
pertobatan, pemeriksaan batin
Dalam ritual rabu abu, umat
dan berpantang guna memper-
datang ke gereja dan dahinya
siapkan diri untuk Kebangkitan
diberikan tanda salib oleh pas-
Kristus dan Penebusan dosa
makna abu. Abu adalah simbol
tur/ prodiakon dari abu yang
kita. Mengapa pada Hari Rabu
kesedihan,
dicampur air atau minyak suci.
Abu kita menerima abu di ken-
pertobatan. Romo Widi juga
Abu tersebut berasal dari pem-
ing kita? Karena Abu adalah
mengingatkan bahwa rabu abu
bakaran daun palem kering eks
simbol kematian jasmani, fisik,
adalah juga merupakan awal
perayaan minggu palma tahun
seperti ‘abu menjadi abu, debu
dari pantang dan puasa. Siapa
sebelumnya.
saja yang sudah boleh ber-
Rabu Abu tahun ini jatuh pada
pantang
tanggal 10 Februari 2016 dan
bagaimana
jadwal misa Rabu Abu di gereja
puasa menurut agama Katholik.
Santa Anna adalah:
Misa rabu abu berakhir sekitar
Jam 07.00 WIB (untuk murid
jam 21.30 WIB. Cuaca tampak
SD/ SMP Van Lith II dan
cerah dan umat kembali ke-
umum)
rumah masing-masing dengan
dahi, kita menyatakan secara
Jam 17.00 WIB (untuk umum)
teratur.(koko)
terbuka niat kita untuk mati ter-
Jam 20.00 WB (untuk umum)
hadap keinginan duniawi dan
Reporter KOMSOS mengikuti
lebih hidup dalam gambaran
misa Rabu Abu jam 20.00 WIB.
Kristus, dimana kita berfokus
Misa dipimpin oleh rm FX.
dalam masa pra-Paskah ini, ma-
Widyatmaka, SJ dan umat yang
sa kelahiran kita kembali (Lent,
datang tidak terlalu banyak.
istilah Latin yang bermakna
Tidak tampak umat yang duduk
‘bersemi kembali’).
di luar gereja. Hal ini dimung-
menjadi debu’. Kita diciptakan dari debu (eksistensi kita yang tidak ada sukacita dan hidup), dan akan kembali menjadi debu, hingga nanti kita dibangkitkan
oleh
Kristus.
Dengan
mengenakan abu di dahi dan berani membiarkan abu itu di
Rabu Abu terhitung 40
atau
berpuasa
cara
dan
dan
perpantang/
kinkan.
hari sebelum hari paskah tanpa
Dalam khotbahnya rm Widyat-
menghitung hari minggu atau
maka, SJ mengingatkan tentang
www.gerejastanna.org
penyesalan
10
Minggu palma
www.gerejastanna.org
11
Minggu palma
www.gerejastanna.org
12
KAMIS PUTIH
Liputan Paskah 2016
Ia datang untuk melayani bukan dilayani
Kamis Putih adalah hari pertama dari tiga hari suci sebelum hari raya paskah. Umat gereja Santa Anna merayakan momen Perjamuan Terakhir dan Pembasuhan Kaki yang dipimpin oleh romo Widyatmaka, SJ. Kamis Putih ditandai dengan atribut berwarna putih. Tampak bunga-bunga penghias altar didominasi dengan bunga berwarna putih, romo Widy pun mengenakan kasula berwarna putih dan hampir seluruh umat yang hadirpun mengenakan baju berwarna putih yang melambangkan kemuliaan dan kesucian. Tata ibadah pada Kamis Putih ini terbagi dalam 4 (empat) bagian, yaitu: ibadat sabda, upacara pembasuhan kaki, liturgi ekaristi dan perarakan pemindahan Sakramen Maha Kudus. Ibadat Sabda dimulai dengan perarakan masuk menuju altar yang dimulai dari depan sekretariat gereja mewww.gerejastanna.org
lalui samping timur gereja menuju pintu utama dan terus menuju altar. Perarakan didahului oleh para putra altar, para prodiakon dan dibagian belakang adalah romo Widy. Bacaan injil diambil dari Yoh 13:1-15 yang menceritakan tentang teladan Yesus membasuh kaki 12 muridNya. Tindakan Yesus ini merupakan simbolisasi dari penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kemuridan dan ibadah. Pada ritus pembasuhan kaki romo Widy berkenan turun dari altar dan mulai membasuh kaki 12 (dua belas) rasul yang dipilih dari para prodiakon yang terdiri dari 10 orang prodiakon dan 2 orang prodiakones. Ritus ini adalah simbolisasi bahwa kehadiran Yesus ke dunia adalah untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Liturgi Ekaristi dimulai
dengan persembahan, doa syukur agung yang menggunakan bel kayu sebagai pengganti bel krincingan dan gong, lagu Bapa Kami, salam damai, pemecahan roti, komuni dan doa sesudah komuni. Misa berakhir tanpa berkat dan pengutusan dari imam serta tidak ada lagu penutup. Umat pulang dengan tertib. (KOKO )
13
Liputan Paskah 2016
JUMAT AGUNG UPACARA MENGENANG PENGORBANAN SANG PUTRA atau yang lebih dikenal dengan
karena “Sang Mempelai telah
upacara Jumat Agung.
diambil”. Hal itu lebih dipertegas dalam gambaran tabernakel
Upacara Jumat Agung pertama
yang terbuka dan lampu Tuhan
pukul 14.30 ini dipimpin oleh
yang dipadamkan.
Romo Agus SJ dengan koor
Langit Membela Pelataran Gereja
pengiring dari Gospel dibuka
Masuk ke doa pembuka oleh
dengan perarakan yang dimu-
romo yang mengingatkan akan
lai
sekretariat
karya belas kasih Allah yang
menuju pintu utama gereja un-
telah mengorbankan putra-Nya
tuk
yang tunggal untuk menebus
dari
depan
selanjutnya
berjalan
JAKARTA, LENTERA - Ju-
menuju altar.
dosa manusia. Setelah bacaan
mat Agung adalah hari jumat
Di awal upacara Jumat Agung,
pertama dan bacaan kedua di-
sebelum minggu paskah yang
Romo Agus SJ menghormati
bacakan, tibalah bacaan injil.
juga hari terakhir pantang dan
altar dengan cara merebahkan
Bila pada misa biasa bacaan
puasa di tahun 2016 ini bagi
diri di depannya, dan diikuti
injil dilakukan oleh romo pada
umat Katholik yang dimulai
oleh seluruh umat dengan ber-
misa Jumat Agung ini di-
pada rabu abu yang lalu.
lutut dan menundukan kepala.
perankan oleh petugas passio
Hal ini melambangkan pern-
yang terdiri dari tiga orang
Siang menjelang sore hari di-
yataan
pemazmur dan koor yang ber-
tengah
hujan
“Engkau berasal dari debu dan
setelah pagi harinya disuguh-
akan kembali menjadi de-
kan dengan tablo visualisasi
bu” (Kej 3:19).
penyaliban Yesus oleh RO-
Tidak ada satupun benda diat-
MUSA (Rombongan Orang
as meja altar seperti taplak,
Muda Katolik St. Anna) umat
bunga, kitab suci dan lilin. Al-
gereja St. Anna kembali datang
tar yang kosong, tanpa hiasan,
ke gereja untuk memperingati
melambangkan kesedihan dan
Yesus wafat di kayu salib un-
kedukaan Gereja, juga meng-
tuk
gambarkan kekosongan hati
gerimisnya
menyelamatkan
umat
kefanaan
manusia:
Ampunilah mereka
manusia dari belenggu dosa www.gerejastanna.org
14
Liputan Paskah 2016
“Ini lah Ibumu”
tugas.
Passio
adalah
kisah
sengsara Yesus Kristus, mulai dari peristiwa penangkapan Yesus di Taman Getsemani, hingga wafat-Nya di gunung Golgota. Passio
dinyanyikan
dengan
melodi ala Gregorian. Passio dibawakan secara dramatisasi sehingga membantu umat merenungkan wafat Yesus di Kayu Salib. Sampai lah pada puncak kisah sengsara Yesus Kristus yaitu “Sudah selesai”, ucapan terakhir Yesus yang menandakan wafat-Nya. Seketika itu umat pun berlutut mengenang duka cita atas wafat Yesus di Kayu Salib.
yang hadir sebenarnya telah
nutupi Salib Kristus. Setelah
menandai diri dengan Tanda
selubung terbuka romo berlutut
Salib itu (dalam arti yang
dan mencium kaki Yesus yang
sebenarnya
dan
tergantung pada salib, kemudian
dalamnya)
dengan:
diikuti oleh putra altar dan para
hadirannya
prodiakon sebelum akhirnya dii-
dalam puasa, pantang dan mati
kuti oleh seluruh umat. Makna
raganya, serta dalam tindakan
dari penciuman Salib Suci ini
cinta kasihnya kepada Kristus
adalah kita ikut merasakan dan
melalui
ambil bagian dalam penderitaan
terhadap
Yesus yang di salib.
Kemudian upacara dilanjutkan
Setelah
penghormatan
dengan perarakan keluar dalam
Salib Suci dilanjutnya dengan
keheningan, tanpa iringan lagu
doa Bapa Kami dan doa Anak
penutup atau membiarkan tetap
Domba Allah. Tampak beberapa
dalam suasana “merenung dan
putra altar mulai menghias altar
berdoa”,
dengan taplak, sibori, dan dua
hingga malam paskah.
buah lilin menyala. Umat ber-
(koko)
liturgi ekaristi dil-
akukan penghormatan Salib Suci yang merupakan puncak liturgi Jumat Agung. Perayaan dipimpin oleh romo Selebran dengan seruan:
“Lihatlah
kayu
salib….” dan membuka sedikit
www.gerejastanna.org
acara
dalam
ritus
sedalamke-
Upacara,
penghormatan
salib
Kristus.
berjaga-jaga
lagi
siap menyambut komuni dengan khitmat. Upacara
ini
diakhiri
dengan romo mengulurkan kedua tangannya ke atas umat
(= Berkat, tetapi
bukan dengan tanda salib besar).
Sebelum
tiga
demi sedikit selubung yang me-
Karena
Upacara
Jumat Agung tidak diawali ataupun diakhiri dengan Berkat dambil membuat tanda salib, karena Salib Kristus itu telah nyata hadir dan di hadapkan kepada seluruh umat. Semua 15
Liputan Paskah 2016
VIGILI PASKAH Akulah Alfa dan Omega, Akulah Awal dan Akhir JAKARTA, LENTERA – Vigili Paskah merupakan malam yang sangata penting bagi umat kristiani. Mengapa? Karena seluruh tahun liturgi, baik ibadat maupun kehidupan kristiani berpusat pada misteri Paskah. (kata latin vigilia berarti: malam berjaga) atau malam tirakatan sebelum hari raya Paskah, dirayakan mulai Sabtu sore sampai menjelang atau lewat tengah malam sebelum hari minggu Paskah. Santo Agustinus, Uskup kota Hippo di Afrika Utara (354-430) menyebut malam Paskah sebagai “induk segala vigili”. Malam yang sangat meriah bagi umat Katholik dan malam ini lebih dari 3.200-an umat gereja Santa Anna menghadiri misa malam paskah. Misa yang dimulai pada pukul 17.00 tersebut dipimpin oleh Romo Thomas Ulun, Pr dengan dimeriahkan oleh koor Altisima Chorus. Malam Paskah adalah malam dimana umat Kristen merasakan suka cita besar menantikan kebangkitan Yesus dari kematian. Malam Paskah disebut juga Vigili Paskah yang artinya berjaga-jaga menantikan kebangkitan Yesus. Tatacara perayaan malam paskah dimulai dengan arakwww.gerejastanna.org
arakan oleh para putra/i altar, para rodiakon dan dibagian belakang adalah romo pemimpin misa yang berjalan dari depan secretariat menuju teras depan gereja untuk mulai dengan Upacara Cahaya. Pada upacara cahaya ini lampulampu gereja dimatikan dan imam mulai menyalakan dan memberkati api baru yang pada saat dinyalakan akan memberi suasana terang, mengusir kegelapan. Hal ini diibaratkan seperti Yesus yang merupakan cahaya terang dalam kehidupan kita umat manusia. Lilin paskah mulai dinyalakan dan apinya dibagikan kepada umat yang masing-masing sudah membawa lilin kecil ditangan dengan bantuan para putra/i altar. Bagian selanjutnya adalah LITURGI SABDA yaitu pembacaan dari ayat-ayat Perjanjian Lama dan bacaan Injil. Dalam homilinya, Romo Thomas Ulun, Pr tampak menyinggung umat yang jarang kegereja dan hanya kegereja bila saat paskah dan natal saja. Homili disampaikan dengan gaya khas Romo Ulun melalui joke dan canda ringan dan dengan ekspresi wajah datar membuat umat tampak tersenyum bahkan tertawa se-
hingga homili tidak bosankan.
mem-
Malam paskah tahun ini juga terdapat 33 baptisan baru yang sudah dibaptis pada sabtu pagi. Dan LITURGI BAPTIS adalah dimana umat diingatkan akan pembaharuan janji baptis. Liturgi baptis diawali dengan pemberkatan air yang ada dalam bejana baptis dengan cara pencelupkan lilin paskah ke dalam air baptis sebanyak 3 kali yang dilakukan oleh imam untuk kemudian diperciki ke seluruh umat oleh para prodiakon dan disambung dengan doa umat. Bagian terakhir dalam misa malam paskah adalah LITURGI EKARISTI yang diawali dengan Doa Syukur Agung, lagu Bapa Kami dan penerimaan Komuni. Perayaan misa malam paskah berlangsung khidmat dan meriah. Misa diakhiri dengan berkat meriah paskah. Umat bergembira dan penuh suka cita. Tampak umat saling memberi salam sambil mengucapkan Selamat Paskah sebelum akhirnya misa usai dengan suasana meriah dan penuh kegembiraan. (KOKO)
16
Liputan Paskah 2016
VIGILI PASKAH
www.gerejastanna.org
17
Liputan Paskah 2016
Minggu Paskah Jangan mecari Aku, Karena aku telah bangkit Suasana meriah dan penuh suka cita kembali menyelimuti gereja Santa Anna diminggu, 27 Maret 2016 jam 08.30 yang bertepatan dengan perayaan paskah anak. Misa dipimpin oleh Romo Widyatmaka, SJ dan diiringi oleh koor anak-anak “Pueri Cantores” pimpinan Suster Mariana Maja, MC. Hampir semua petugas liturgi adalah anak-anak bahkan pemazmur adalah seorang anak berusia 9 tahun bernama Kaila yang masih duduk di kelas III SD Tarakanita dan para penari pengiring persembahan dari BIA Santa Anna turut mengiring persembahan menuju Altar. Setelah homili seperti biasa perayaan paskah anak, Romo Wid mempunyai beberapa pertanyaan yang dilemparkan ke para anakanak dan yang bisa menjawab langsung mendapat hadiah sudah disediakan oleh para panitia. Kejutan Ultah Romo Widyatmaka, SJ, Misa paskah minggu inipun bertepatan dengan ulang tahun Romo Wid yang ke 64 ta-
www.gerejastanna.org
hun. Ada kejutan berupa ucapan selamat ulang tahun dari Romo Agus, Dewan Paroki Harian, karyawan gereja, para putra/i altar, suster MC dan ADM yang ditayangkan melalui projector. Hal ini tak lepas dari peran KOMSOS Duren Sawit. Sementara itu Romo Widi berkenan duduk di kursi putra altar dengan menghadap altar dan terlihat terharu mendapat-
kan kujutan tersebut. Tak berselang lama ada nasi tumpeng dan kue tart yang dibawa oleh salah satu putra altar dan umat tanpa dikomando langsung menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”, Semua bersuka, semua bergembira. Yesus udah bangkit untuk kita umat manusia (koko)
18
FESTIVAL PASKAH KELUARGA 2016 Daftar Pemenang Festival Paskah Keluarga 2016 Gereja St. Anna, Duren Sawit
Lomba Cerdas Cermat Anak
Juara I: Bina Iman Anak Maria Inez
Juara II: Paduan Suara Poeri Cantores
Juara III: Bina Iman Anak Buaran
Lomba Cerdas Cermat Keluarga:
Juara I: Keluarga Bapak Hendrikus (PTB)
www.gerejastanna.org
Juara II: Keluarga Bapak Viktor W.S Topayung (Wilayah DSI, Lingkungan Marthinus)
19
Festival Musik:
Juara I: Angel Voice (Wilayah DSI)
Juara III:
Harapan I :
The Friendly Army of Sanjaya, Lingkungan Sanjaya, Klender
Marisa Band, Lingkungan Malakasari I
Dewan Juri: Romo Agus, bu Thriswoyo dan Olga
www.gerejastanna.org
Juara II: Romusa, Theatre Santa Anna
Persembahan Lagu dari Para Dewan Juri
20
Lomba Photography
Juara I: Saras, Judul Photo: "Ampunilah Mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Komsos)
Juara II: Benni, Judul Photo: “Ya Bapa, Kedalam tangan Mu keserahkan nyawaku” (DSI, Lingkungan Marthinus)
Lomba mencari telur ( 3– 6 tahun) Juara I: No. 45, Stevani Patricia Jingga, Wilayah Duren Sawit Baru, Lingkungan Yohana Juara II: No. 86, Krisna Juara III: No. 91, Paskah Juara IV: No. 81, Stevan Wijaya
www.gerejastanna.org
21
Lomba menghias telur Kategori A (6-9 tahun)
Juara I: No. 21, Raphael Gilang Abicala, Pondok Kopi II Juara II: No. 26, Michelle Wijaya Juara III: No. 24, Giovanni Bathista, Pondok Bambu II
Lomba menghias telur Kategori B (9-12 tahun) Juara I: No. 6, Maria Paquita Micelangela (Pondok Bambu I) Juara II: No. 2, Fransiskus Handito (DSI, Lingkungan Marthinus) Juara III: No. 4, Dwi Handika (Bina Iman Buaran)
www.gerejastanna.org
22
Lomba Mewarnai 6-9 tahun
Juara I: No. 39, Brisita Inova Juara II: No. 13: Rufina Fidela Resa, Wilayah Pondok Kelapa I, Lingkungan St. Mikhael Juara III: No. 22: Kairi, Wilayah Duren Sawit Baru, Lingkungan Betlehem
Lomba Mewarnai 9-12 tahun
Juara I: No: 39, Laras Juara II: No: 13, Seraphina Tatiana (DSI, Lingkungan Marthinus) Juara III: No. 14, Kiska (Malakasari)
www.gerejastanna.org
23
Penghargaan Bina Iman Teladan Festival Paskah Keluarga 2016 Gereja St. Anna, Duren Sawit Penghargaan Bina Iman Teladan diberikan kepada anak-anak yang ikut berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan secara rutin.
Paduan Suara Poeri Cantores
Bina Iman Maria Inez:
1.Michelle 2.Eel 3.Radith Tony
1.Cilla 2.Berto 3.Maria
Bina Iman Buaran: 1.Christina Sri Setianingsih 2.Yoana Eka Putri Rantosa 3.Vincentius Sandi Yudhistira
www.gerejastanna.org
24
Terima kasih atas partisipasi umat Santa Anna dalam Misa Anak dan Festival Paskah Keluarga 2016. Semoga menghadirkan kegembiraan dan meningkatkan kebersamaan keluarga serta partisipasi umat dalam kegiatan gerejawi dan pelayanan di Gereja St. Anna.
Teriring Salam, Panitia Paskah 2016 Wilayah Duren Sawit Indah
www.gerejastanna.org
25
26