Volume 07, Nomor 01, Juni 2016
Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Makna Akhlak Tercela dengan Menggunakan Metode Role Playing di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah AL-Hidayah Margorejo Surabaya Abstrak: Dalam memahami makna akhlak tercelah pada pembelajaran Akidah Akhlak terutama pada materi menghindari sifat kikir dan serakah, Guru sering menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu peneliti menggunakan Metode role playing karena metode ini sangat menyenangkan dan melibatkan semua siswa dalam pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan memahami makna akhlak tercela dengan menggunakan metode role playing di kelas V MI AL-Hidayah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Makna Akhlak Tercela Dengan Menggunakan Metode role playing di kelas V MI AL-Hidayah. Penelitihan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin yang terdiri dari beberapa tahap: tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. PTK ini dilakukan hanya dengan satu siklus dikarenakan pada siklus I tersebut sudah berhasil. Sasaran penilitian ini adalah siswa kelas V di MI AlHidayah. Instrumen yang digunakan yaitu tes (pre-test dan post-test). Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) secara klasikal meningkat dari 3% (pre-test pada pra-siklus) ke 74% (post-test pada siklus I). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode role playing dapat berpengaruh positif. Kata Kunci: Memahami Makna Akhlak Tercela, Role Playing.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam sekolah sangat penting untuk menanamkan dalam penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditunjukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya Tuhan lalu di biasakan melakukan perintah-perintahnya dan meninggalkan laranganya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (Budiningsih, 2004: 10). Mata pelajaran pelajaran Aqidah Akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman kehidupannya. Peran dan kedudukan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh, karena guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena Gurulah yang akan melatih, mengembangkan, dan membentuk tingkah laku siswa. Seorang guru juga merupakan tauladan bagi anak didiknya. Apa yang dilakukan oleh Guru akan ditiru, dan dicontoh oleh anak didiknya. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka mencakup dua hal; (a) mendidik siswasiswi untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) Mendidik siswa siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam. Pada kenyatannya dari hasil yang dilakukan peneliti bahwa anak-anak sekolah dasar kelas V di MI Al-Hidayah Maregorejo Surabaya tidak dapat memahami akhlak tercela dengan baik terutama pada materi Menghindari sfat kikir dan serakah dan hasil belajar di bawah nilai ketuntasan minimal. Menurut hasil wawancara dari guru oleh peneliti, kelas V MI Al-Hidayah Maregorejo bahwa kemampuan memahami mata pelajaran akidah Akhlak dari 11 peserta didik hanya rata-rata 30% yang memilki ketuntasan dalam meteri Menghindari sift kikir dan serakah dan yang belum tuntas mencapai rata-rata 70%. Rata-rata siswa kelas V di MI Al-Hidayah ini merupakan siswa yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, pendidikan yang keras, yatim piatu, broken
Jurnal
59
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
home, dan orang tua banyak yang merantau sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Selain itu, motivasi yang dimiliki oleh siswa ini termasuk motivasi kategori rendah karena sebenarnya dari guru sudah menyampaikan berbagai motivasi, akan tetapi orang tua tidak memberi penguatan atau kurang memberikan perhatian. Pada dasarnya pembelajaran harus sebisa mungkin terwujud dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan peserta didik, agar peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna dan benar-benar memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan metode role playing. Melalui kegiatan role playing, pebelajar mencoba mengekspresikan hubunganhubungan antar manusia dengan cara memperagakannya, bekerja sama dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama pembelajar dapat mengeksplorasi perasaan, sikap , nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Pada PTK ini, role playing merupakan pembelajaran yang menghadirkan peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi sebelum pembelajarn dimulai. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam sebuah pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Dalam role playing siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Berdasarkan paparan di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Makna Akhlak Tercela dengan Menggunakan Metode role playing di Kelas V MI AL-Hidayah, Margorejo, Surabaya”. Rumusan masalah dalam penelitin ini adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan memahami makna akhlak tercela dengan menggunakan metode role playing di kelas V MI AL-Hidyah, Margorejo, Surabaya, yang bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan memahami makna akhlak tercela dengan menggunakan metode role playing di kelas V MI AL-Hidayah, Margorejo, Surabaya. Adapun manfaat dari penelitian ini khususnya; (1) Bagi Penulis: Penelitian ini mampu memberikan pengalaman bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menganalisis permasalahan terutama dalam dunia pendidikan; (2) Bagi Siswa: Penelitian ini diharapkan dapat memahami makna akhlak tercelah yaitu menghindari sifat kikir dan serakah terutama bagi siswa MI AL Hidayah Margorejo Surabaya; (3) Bagi Guru: Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi guru untuk selalu bersemangat dalam mengarahkan siswa-siswinya, untuk selalu memahami makna akhlak tercelah yaitu menghindari sifat kikir dan serakah; (4) Bagi
60
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
Lembaga: Penelitian ini merupakan informasi bagi lembaga pendidikan, khususnya bagi MI AL Hidayah Margorejo berkenaan dengan peranan Guru dalam mendidik Siswa Siswi nya sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam agama Islam KERANGKA KONSEPTUAL Pemahaman sebagai Hasil Belajar Pemahaman (understanding) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan dan menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan (Suparman, 2012: 80). Pemahaman atau penilaian tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi pengembang potensi yang ada padanya (developmental) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya berbedabeda dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacam-macam cara. Kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu; menerjemahkan (pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain), menafsirkan (kemampuan untuk mengenal dan memahami), mengekstrapolasi (menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi). Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran. Penilaian dalam proses menjadi hal yang seharusnya diprioritaskan oleh seorang guru. Agar penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Taksonomi Bloom ranah kognitif ada enam tingkatan, yaitu; pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap, terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangakan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, ada enam aspek yaitu gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketapatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan antara lain; tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, suasana evaluasi, bahan dan alat evaluasi. Adapun faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa antara lain; faktor internal (faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor pematangan fisik atau
Jurnal
61
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
psikis), faktor eksternal (faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual). Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa antara lain; memperbaiki proses pembelajaran, adanya kegiatan bimbingan belajar, menumbuhkan waktu belajar, pengadaan umpan balik dalam belajar, motivasi belajar, pengajaran perbaikan, dan keterampilan mengadakan variasi. Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang. Sedangkan akhlak adalah bentuk jama’ dari bentuk dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabbiat. kalimat tersebut mengungkap segi-segi persesuaian dengan perkataan kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq yang berartipencipta dan makhluk yang berarti diciptakan (Tatapangarsa, 1984: 32). Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Cipayung, 2003: 1). Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah SWT). Sedangkan moral berasal dari maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda antara moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah SWT. Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral. Dan Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu Khurairah, “Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.” Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya
62
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Akan tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu ujub/berbangga diri, kikir, serakah takabur, putus asa, berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki (Mushtafa, 1976: 37). Metode Role Playing Model Pembelajaran role playing adalah suatu tipe model pembelajaran pelayanan (Sercvice Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang di perankan (Komalasari, 2010: 76). Langkah langkah model pembelajaran role playing adalah; (1) Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; (2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm; (3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang; (4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; (5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; (6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masingmasing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan; (7) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas; (8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; (9) Guru memberikan kesimpulan secara umum; (10) Evaluasi;11) Penutup. Kelebihan Metode role playing antara lain; (a) Siswa melatih dirinya untuk malatih memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan; (b) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif; (c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di sekolah; (d) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya; (e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; (f) Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang. Kekurangan dari Metode role Playing antara lain; (a) Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak; (b) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid; (c) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu; (d) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai; (e) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini, dSebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif; (f) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadangkadang bertepuk tangan (Komalasari, 2010: 78).
Jurnal
63
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian pembelajaran di kelas untuk meningkatkanmutu pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti.Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan atau observasi (observing) dan refleksi (reflecting) (Badrujaman, 2010: 20). Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas yang artinya; (1) Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang diminati; (2) Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik; (3) Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitihan yang bersifat reflektif dengan melalukan tindakan- tindakan tertentu agar memperbaiki dan atau meningkatkan praktikpraktik pembelajaran yang dilakukan secara bersama dikelas secra profesional. Penelitian ini dilakukan di kelas V MI AL Hidayah Margorejo Surabaya pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu pada bulan Mei 2015.Penelitian ini difokuskan pada siswaV MI AL Hidayah Margorejo Surabaya, yang berjumlah 11 orang yang terdiri dari 5 lakilaki dan 6 perempuan. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang waktu palajarannya 1 jam dalam 1 minggu. Model Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini di rancang dengan menggunakan model siklus, dan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu: tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi, mengadakan refleksi. Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklussiklus selanjutnya sampai apa yang di inginkan peneliti tercapai. Jika sampai pada siklus dua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Siklus dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari gambar berikut:
64
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
Identifikasi Masalah
Perencanaan Refleksi
Tindakan Siklus 1 Observasi
Perencanan Ulang
Siklus II
Dst Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin
PTK ini menggunakan model penelitihan tindakan dari Kurf Lewin, yang berbentuk spiral dari siklus I ke siklus II. Dan setiap siklus, kegiatan yang dilakukan meliputi planing (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan yang ada.Secara keseluruhan, bagan tersebut mempunyai empat tahapan dalam PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi masalah dan memperbaiki proses pembelajaran agar lebih bermutu maka mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi; (1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; (3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK (Tim Penyusun, 2007: 5). Jurnal
65
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
Perangkat Pendukung Rencana Penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang terdiri dari; Kegiatan Pendahuluan; (1) Guru mengondisikan siswa agar tertib, dengan mengatur posisi tempat duduk siswa dan mengecek kerapian seragam siswa; (2) Guru memberikan salam, dengan mengucapkan “Assalamualaikum Warrahmatullahiwabarokatuh”; (3) Guru mengajak siswa berdo’a bersama, dengan membaca “Bismillahirahmanirrahim” secara serempak. (4) Guru menanyakan kabar siswa, dengan menanya “Bagaimana kabarnya hari ini ?”; (5) Guru mengecek kehadiran siswa, dengan absensi kelas; (6) Guru menanyakan materi pada minggu sebelumnya; (7) Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; (8) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti; (1) Eksplorasi; (a) Siswa membaca materi tentang Membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah; (b) Setelah membaca materi siswa dapat membedakan tentang materi Membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah; (2) Elaborasi; (a) Siswa membentuk menjadi 4 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 5 Orang); (b) Siswa mengambil Lembar kerja kelompok yang berupa teks drama yang sudah disiapkan oleh guru; (c) Siswa diberi kesempatan untuk latihan dengan kelomponya masing-masing; (d) Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusinya dengan menggunakan metode role playing secara bergantian; (e) Setiap kelompok memperhatikan kelompok lain yang presentasi di depan; (f) Siswaa mengumpulkan hasil diskusi sebagai tugas portofolio; (3) Konfirmasi; (a) Guru memberikan penguatan hasil diskusi setiap kelompok yang presentasi; (b) Guru dan siswa secara bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi mengenai Menghindari Akhlak Tercela; (c) Guru melakukan umpan balik terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan pertanyaan seputar materi Akhlak Tercela; Kegiatan Penutup; (1) Guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengajak mereka berfkir tentang apa yang sudah mereka dapatkan dalam proses pembelajaran; (2) Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai evaluasi individu; (3) Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya; (4) Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan “Alhamdulillah” secara bersama-sama; (5) Guru mengucapkan salam “assalamu’alaikum warahmatullahhiwabarokatuh. Teknik Analisa Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data dengan menggunakan data kualitatif yang dapat dilihat pada keberhasilan dan kegagalan dalam suatu tindakan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
66
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis (pre-test dan post-test) pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa yang telah tuntas belajar bila telah mencapai KKM nilai 70 atau 70%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) digunakan rumus sebagai berikut: Σ Siswa yang tuntas belajar Persentase = Σ siswa x 100% = Kriteria Keberhasilan Tindakan Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 30%-70%. Kondisi setelah penilaian diharapkan tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam materi memahami makna Akhlak Tercelah meningkat dari rata-rata 36 menjadi 74 dan di atasnya. Indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain; Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan kemampuan pemahaman siswa pada materi Menghindari Sifat Kikir dan Serakah meningkat. Diukur dari presentase peningkatan kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode role playing. Selain itu, diharapkan meningkatnya prosentase ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) ≥ 70% dan meningkatnya kemampuan pemahaman siswa rata-rata menjadi ≥ 70%. HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Siklus 1
Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan alat-alat pelajaran yang mendukung seperti spidol dan Naskah Drama yang digunakan dalam penerapan metode role playing
Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2015 di kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 11 yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan.
Jurnal
67
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
Pada akhir pembelajaran siswa diberi post-test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 1: Hasil Penelitian Jumlah Siswa Nilai 1 45 1 50 1 55 1 70 1 75 2 80 1 85 2 90 1 95 Jumlah 815 Nilai Rata-Rata 74.09 Prosentase Ketuntsan Belajar 74%
Keterangan Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapat nilai 45 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 55 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 75 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 85 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 95 sebanyak 1 orang. Jumlah nilai seluruhnya adalah 815 dan rata-ratanya 74.09 sedangkan prosentase yang tuntas belajar adalah 74%Dari tabel hasil data di atas diperoleh nilai rata-rata kemampuan pemahaman siswa adalah 74%. Dan ketuntasan belajar mencapai 74% atau seluruh siswa sudah tuntas belajar (kemampuan pemahaman). Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan kemampuan pemahaman secara klasikal telah mengalami peningkatan yang lebih baik daripada pra-siklus. Adanya peningkatan kemampuan pemahaman siswa ini disebabkan karena pada sebelum siklus ini, guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MI Al-Hidayah ini belum pernah menggunakan metode role playing, guru tersebut hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan yang membuat mereka jenuh untuk mempelajari materi Menghindari Sifat Kikir dan Serakah, dan setelah peneliti menggunakan Metode role playing ini siswa menjadi antusias untuk mempelajari materi ini bersama teman sekelompoknya sehingga mereka lebih cepat memahami materi.
68
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
Tahap Pengamatan Tahap ini guru mata pelajaran Akidah Akhlak melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran Akidah Akhlak materi “Menghindari sifat kikir dan serakah“ dengan menerapkan metode role playing di kelas V MI AlHidayah Margorejo Surabaya untuk pengumpulan data proses belajar mengajar yang akan dianalisis dan diolah. Hal yang dilakukan guru mata pelajaran Akidah Akhlak ini adalah: Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru dan siswa. Dalam pengamatan atau observasi tersebut, guru menggunakan instrument penelitian berupa lembar pengamatan saat proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini diisi oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut; 1) siswa sangat merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru; (2) siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan; (3) Siswa memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari; (4) Siswa antusias ketika guru menyampaikan tugas diskusi kelompok dengan metode role playing; (5) Siswa bersemangat dan tertib ketika berdiskusi; (6) Siswa memberi tanggapan saat guru mengecek pemahaman; (7) Siswa merespon kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru Dari tabel di atas diperoleh nilai terhadap pengamatan aktivitas siswa adalah 87% sehingga antusias atau keaktifan siswa ketika proses pembelajaran materi Menhindari sifat kikir dan serakah dengan menerapkan metode role playing dikategorikan baik sekali. Dari hasil data yang diperoleh dari pengamatan aktivitas guru di atas bahwa guru telah melaksanakan semua pembelajaran sesuai RPP yang telah disiapkan.
Tahap Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode role playing. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa dari pra-siklus ke siklus I telah mengalami peningkatan yang sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah diharapkan.
Jurnal
69
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
PEMBAHASAN Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Role
Playing Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa pada siklus I bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode role playing keaktifan siswa tergolong bagus sekali, mereka antusias sekali ketika berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memahami materi. Berbeda sekali ketika pra-siklus, berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak, keaktifan siswa sangat kurang, mereka sering mengeluh ketika diberi tugas oleh guru. Sedangkan mengenai aktivitas guru, guru telah melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan RPP dan melaksanakan langkah-langkah metode role playing dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan tes (pre-test dan posttest), memberikan umpan balik atau evaluasi atau tanya jawab. Dan artinya, metode role playing ini tidak sulit untuk diterapkan di MI. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa Berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa penerapan metode role playing ini bernilai positif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Hal ini dilihat dari meningkatnya kemampuan pemahaman siswa dari pra-siklus ke siklus I yaitu masing-masing 68.81 ke 74.09. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu dari 30% menjadi 74%.
70
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Role Playing
PENUTUP Kesimpulan Pembelajaran Akidah Akhlak Materi Menghindari Sifat Kikir dan Serakah dengan menggunakan Metode role playing dapat meningkatkan ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) siswa dari pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 40% (pra-siklus) ke 74% (siklus I). Jadi peningkatan secara klasikal dari pra-siklus ke siklus I adalah sebanyak 74%. Penerapan metode role playing dalam materi Menghindari Sifat Kikir dan Serakah berdampak positif terhadap aktivitas siswa, hal tersebut dilihat dari keaktifan siswa yang meningkat dari pra-siklus ke siklus I. Saran Sebagai seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Metode role playing merupakan salah satu solusi yang baik dan tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman siswa di kelas V MI AlHidayah ini. Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran seharusnya memilih dan menerapkannya agar tujuan pembelajaran berhasil dengan maksimal. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk penelitian ini, karena penelitian ini hanya dilakukan dalam 1 minggu atau 1 siklus, sehingga di dalamnya tentu masih belum sempurna atau masih banyak kekurangan. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan dan penyempurnaan agar diperoleh hasil yang lebih baik dan lebih sempurna.
Jurnal
71
Rahma Cahyani - Novi Hikmatus Tsani
DAFTAR PUSTAKA Badrujaman, A. & Hidayat, D. R. 2010. Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran. Jakarta: CV. Trans Info Media. Budiningsih, C. 2004. Pendidikan Akidah Akhlak: Yogyakarta: Rineka Cipta Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj. Moh Abdai Rathomy. Semarang: CV Toha Putra Tatapangarsa, G. 1984. Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya: PT Bina Ilmu. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Tim Penyusun. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: kampus PGMI. Tim Perumus Cipayung. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), Departemen Agama RI.
72
Jurnal