Volume 07, Nomor 02, desember 2016
Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar Menyebutkan Nama-Nama Hari Akhir pada Siswa Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015 Abstrak: Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Namun pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas VI Sekolah Dasar Khususnya di SDN 101961 Timbang Deli belum mampu menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan awal yang di lakukan di kelas VI di SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang masih banyak yang mendapat nilai rendah (kurang dari 70) dari 31 orang siswa di kelas VI baru terdapat 10 orang (32,26%) telah mencapai ketuntasan. Sebelum melakukan tindakan,
siswa diberikan pre-test, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak 10 siswa (32,26 %) telah mencapai syarat ketuntasan belajar 21 siswa (67,74 %) mendapat hasil belajar belum tuntas, sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. Hasil akhir dari penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diperoleh dari 31 jumlah siswa terdapat 28 siswa (90,32 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan, dan sebanyak 3 siswa (9,68 %) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 75, 81. Kata Kunci: Hasil Belajar PAI, Menyebutkan Nama-Nama Hari Akhir Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
PENDAHULUAN Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan
Suharianto
ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya, terkhusus pendidikan agama Islam, tidak cukup hanya dilakukan melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik yang mampu membawa peserta didik menuju kedewasaan yang optimal, berhasil memahamkan peserta didik terhadap apa yang di ajarkan, bukan hanya paham secara konsep, tetapi juga bisa membuat siswa meyakini dengan baik dan benar terhadap materi yang diajarkan dan peserta didik pun mampu mempraktikkan pengetahuan atau melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tentunya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Baik faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kecerdasan, bakat, motivasi, minat, perhatian dan harapan maupun faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya seperti kegiatan pengajaran, pengelolaan kelas dan lain sebagainya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan siswa dalam menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa sebagai hasil belajar pada materi beriman kepada hari akhir di kelas VI SD. Karena dengan mampu memyebutkan nama-nama hari akhir disertai artinya, maka peserta didik dikenalkan dengan hari akhir dan menambah keyakinan terhadap datangnya hari akhir. Dimana materi beriman kepada hari akhir merupakan materi yang sifatnya konsep dan prinsip, yang di dalamnya siswa disamping dituntut untuk mampu memahami makna beriman kepada hari akhir, siswa juga harus bisa menyebutkan dan menghafalkan nama-nama hari akhir beserta arti atau maknanya. Walaupun materi ini bersifat konsep dan prinsip dimana siswa mempelajari sesuatu yang gaib atau tidak tidak bisa dilihat tetapi harus diyakini keberadaannya, karena meyakini datangnya hari akhir merupakan rukun iman yang kelima bagi ummat Islam. Dan salah satu cara untuk menanamkan keimanan tersebut yaitu peserta didik diharapkan bisa menyebutkan nama-nama hari akhir beserta arti atau maknanya dengan baik dan benar. Namun pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas VI Sekolah Dasar Khususnya di SDN 105386 Tanjung Siporkis belum mampu menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan awal dan hasil ulangan formatif yang di lakukan di kelas VI di SDN
152
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
105386 Tanjung Siporkis Deli Kecamatan Galang, masih banyak yang mendapat nilai rendah (kurang dari 70 nilai ketuntasan minimal) dengan nilai rata-rata 59,46. Dari 31 orang siswa di kelas VI baru terdapat 10 orang (32,26%) telah mencapai ketuntasan sedangkan 21 orang (67,74 %) belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal yang menyebabkan sulitnya untuk menyebutkan atau menghafalkan hari akhir beserta artinya bagi siswa kelas VI SD diantaranya adalah nama-nama hari akhir yang disebutkan dan dihafalkan adalah menggunakan bahasa arab, sehingga selain siswa harus bisa menghafal namanamanya, siswa juga harus mengetahui arti atau maknanya serta menghafalkannya. Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa ditemukan bahwa sebagian besar siswa masih banyak yang belum bisa untuk menyebutkan namanama hari akhir beserta arti atau maknanya yang terdapat dalam soal, hal ini merupakan salah satu faktor menyebabkan siswa banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan atau menjawab soal-soal terkait nama-nama hari akhir pada saat ulangan harian. Selain itu menurut mereka dalam proses pembelajaran yang berjalan kurang menarik serta membosankan karena siswa hanya mendengarkan penjelasan singkat dari guru tanpa ada dialog, diskusi dan bantuan media. Materi pelajaran yang umumnya bersifat pemahaman dan sebagian hafalan masih diajarkan dengan sekedar diberikan catatan dan sedikit penjelasan. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan daya ingat dan daya serap siswa kurang optimal, sehingga ketika diadakan evaluasi hasil belajar yang diperoleh tidak maksimal atau kurang baik. Penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari atau sulitnya siswa untuk menyebutkan dan menghafalkan nama-nama hari akhir yang menjadikan siswa memperoleh hasil belajar yang masih rendah, diantaranya dikarenakan strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik dan membosankan, lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional sehingga mengakibatkan siswa sulit mamahami materi yang dipelajari. Penjelasan teori yang menjenuhkan menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam pembelajara. Strategi pembelajaran adalah langkah-langkah tepat yang harus ditempuh oleh seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru harus benar-benar mampu memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, yang didasarkan pertimbangan yang tepat agar mecapai hasil yang memuaskan. Dan sebaliknya ketika strategi pembelajaran digunakan dengan pemilihan, pertimbangan dan penggunaan yang kurang tepat maka hasil yang diperolehpun juga akan tidak maksimal. Oleh karena itu, jika terjadi kesalahan pemilihan strategi, maka harus segera dicari solusinya dengan memilih, mempertimbangkan, dan menggunakan strategi yang lebih tepat agar tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan baik. Dalam peraturan pemerintah No.19 pasal 5 poin (7) disebutkan bahwa pendidikan agama diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
Jurnal
153
Suharianto
menantang, mendorong kreativitas dan kemandirian, serta menumbuhkan motivasi untuk hidup sukses. Dengan demikian perlu dipilih solusi yang tepat untuk dapat membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan dan memotivasi siswa untuk mengikuti proses belajar dan mendapatkan hasil belajar yang baik, diantaranya dengan pemilihan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam membelajarkan materi hari akhir pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menuntut adanya kerja sama, disini penulis akan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan tipe Make a Match (mencari pasangan) pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, karena pada materi ini terdapat sepasang pengetahuan yaitu antara nama-nama hari akhir dan artinya, sehingga dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini peserta didik dapat bekerja sama dengan teman-teman dalam kolompok untuk mencari pasangan nama-nama hari akhir dengan artinya, dan dapat tercipta suasana kelas yang menyenangkan, karena siswa larut dalam permainan kartu yang telah disiapkan oleh guru. Secara tidak langsung peserta didik dapat mengingat pengetahuan tentang nama-nama hari akhir yang telah disajikan guru. Oleh karena itu, peneliti menganggap penting melakukan perbaikan pengajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada Kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar Menyebutkan Nama-Nama Hari Akhir pada Siswa Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015”. Adapun masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada Kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. 2) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan guru di dalam kelas masih kurang membangkitkan motivasi belajar siswa. 3) Pembelajaran cenderung menggunakan metode konvensional (ceramah). 4) Proses pembelajaran dirasakan kurang menarik dan membosankan. 5) Penggunaan alat peraga masih jarang digunakan dalam pembelajaran PAI. 6) Strategi pembelajaran yang digunakan masih menjadikan belajar kurang menarik dan membuat siswa cenderung kurang aktif. Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir pada siswa kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015?”Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan strategi 154
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir pada siswa kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A. 2014/2015. KERANGKA KONSEPTUAL Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jerome S. Bruner dalam Djamarah (2008: 15), bahwa dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: (1) tahap informasi/tahap penerimaan informasi, (2) tahap transformasi/tahap pengubahan materi, (3) tahap evaluasi/tahap penilaian materi. Dan untuk mengetahui penguasaan siswa atas berbagai hal yang telah diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar terdiri dari kata, yaitu hasil dan belajar, Pengertian hasil menurut hamaik (2007: 7) adalah suatu yang diperoleh setelah melakukan sesuatu. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dariitu, yakni mangalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes. Abdurrahman (2003: 253) mengatakan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Selanjutnya Sudjana (2009: 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut A. J. Romiszowski dalam Abdurrahman (2003: 38) mengemukakan bahwa Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut A. J. Romiszowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi, dan
Jurnal
155
Suharianto
hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam saja, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep, (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak atau motorik, (3) keterampilan beraksi atau bersikap, (4) keterampilan berinteraksi. Menurut Rosdiana (2008: 71-74) dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan pengembangan pengetahuan yang berpangkal pada kecerdasan otak atau intelektualitas yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1) Pengetahuan/Ingatan (Knowledge/C1), didefenisikan sebagai kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari. 2) Pemahaman (Comprehension/C2), didefenisikan sebagai kemampuan menangkap makna dari materi yang dipelajari. 3) Aplikasi/penerapan (Application/C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari itu ke dalam situasi baru yang konkret. 4) Analisis (Analysis/C4), merupakan kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari ke dalam unsur-unsurnya agar supaya struktur organisasinya dapat dimengerti. 5) Sintesis (Synthesis/C5), merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru. 6) Evaluasi/penilaian (Evaluation /C6), merupakan kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu. Kemampuan yang tersebut di atas sifatnya hirarkis, maksudnya kemampuan yang pertama harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai kemampuan yang kedua, kemampuan kedua harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai kemampuan yang ketiga, demikian seterusnya. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sasaran-sasaran yang berhubungan dengan sikap, perasaan, tata nilai, minat dan apresiasi, yang terdiri dari lima aspek, yakni: 1) Penerimaan (Receiving), merupakan kesediaan untuk memperhatikan. 2) Penanggapan (Responding), merupakan kemampuan aktif berpartisipasi. 3) Perhargaan (Valuing), merupakan memberikan penghargaan kepada benda, gejala, perbuatan tertentu. 4) Pengelolaan (Organization), merupakan kemampuan memadukan nilai-nilai yang berbeda dan membentuk sistem nilai yang bersifat konsisten dan internal. 5) Berpribadi (Characterization by a Value of Value Complex),
156
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan “life style” yang mantap. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotoris berkenaan dengan kategori kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik. Jadi tekanan kemampuan yang menyangkut koordinasi saraf otak, menyangkut penguasaan tubuh dan gerak. Kemampuan psikomotorik secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan psikomotorik ini menyangkut kegiatan fisik yang menyangkut berlari, meloncat, melempar dan sebagainya. Penguasaan kemampuan ini meliputi gerakan tubuh yang memerlukan koordinasi syaraf otot yang sederhana dan bersifat kasar menuju gerakan yang menuntut koordinasi syaraf otot yang lebih kompleks dan bersifat lancar. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar, bila tidak terjadi perubahan pada individu-individu yang belajar maka belajar dikatakan tidak berhasil. Dengan kata lain bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2010: 54) membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di luar individu. Faktor-Faktor Intern Di dalam pembicaraan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor fsikologis dan faktor kelelahan. Faktor Jasmaniah
Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan, kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mampengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan
Jurnal
157
Suharianto
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, mitif, kematangan dan kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktorfaktor tersebut. Faktor Kelelahan Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Faktor-Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: pertama faktor keluarga, di dalamnya termasuk cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Kedua Faktor Sekolah, termasuk di dalamnya, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan guru, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Ketiga faktor Masyarakat yaitu bagaimana kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut di atas sangat besar pengaruhnya terhadap upaya pencapaian prestasi belajar siswa. Dimana factor-faktor tersebut di atas sangat mendukung terselenggaranya kegiatan (aktivitas) belajar mengajar, sehingga dengan demikian apa yang menjadi cita-cita dan harapan dapat terwujud.
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Tentang pendidikan sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab 1 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembngkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara". Secara etimologi pengertian pengertian Agama Islam digali dari Al-qur’an dan hadits sebagai sumber pendidikan Islam, istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan Islam, misalnya: Tarbiyah, ta'lim, Ta'dib. Bertolak dari tinjauan
158
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
etemologi ini, kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam, adalah pendidikan yang berwarna Islam. Pendidikan adalah pendidikan yang didasarkan Islam. Juga terdapat dalam buku yang sama. Menurut terminologis, para ahli memberikan beragam pendapat dalam memberikan makna pendidikan Islam, diantaranya sebagaimana dikutip Ismail SM (2009:34) Bahwa Ahmadi mendefinikan agama Islam adalah segala usaha untuk mmelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insan kamil ). Pendidikan AgamaIslam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan norma Islam. Pendidikan agama merupakan pengajaran tentang keyakinan, ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan dalam kehidupan seharihari sebagai upaya pengembangan diri. Menurut Drajat (2001: 172) “pendidikan agama adalah salah satu usaha secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama”. Sedangkan dalam (Depdiknas (2001: 8) Pendidikan Agama Islam itu sendiri disebutkan sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya Kitab suci AlQur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan serta penggunaan pengalaman. Dalam suatu program sekolah umum, pengajaran dan pendidikan Islam meliputi 7 unsur/materi pokok yaitu: Al-Qur’an, Hadits, Keimanan (Aqidah), Akhlak, Bimbingan Ibadah, Syari’ah/fiqih, dan sejarah Islam. Hal tersebut merupakan perwujudan dari keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, makhluk lainnya maupun lingkungannya. Tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan Islam seperti: Al-Attas (1979: 1) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang baik, kemudian al-Abrasyi (1974: 15) menjelaskan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kemudian dalam konferensi dunia Islam pertama tentang pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: “manusia yang menyerahkan diri kepada Allah secara mutlak (Asyraf, 1989: 2) yang dikutip oleh Hidayat (2007: 2)”. Dari beberapa tujuan pendidikan Agama Islam tersebut mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang didahuluan dan dialami siswa disekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama kedalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi
Jurnal
159
Suharianto
lebih kokoh jika dilandasi dengan pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut siswa diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam dirinya dan bergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran Islam pada tahapan psikomotorik yang telah terinternalisasi dalam diri siswa. Dengan demikian akan terbentuk manusia yang beriman, bertakwa dan berangklak mulia. Tujuan pendidikan Agama di atas sejalan dengan pendapat Sardiman (2003: 29), yang menyatakan bahwa tujuan belajar itu ada tiga jenis, yakni (1) untuk mendapatkan pengetahuan, (2) penanaman konsep dan keterampilan, (3) pembentukan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI ) adalah suatu perubahan yang diperoleh setelah mengalami proses belajar mata pelajaran PAI disuatu sekolah atau lembaga pendidikan. Atau dapat dipahami sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individuindividu yang belajar, bila tidak terjadi perubahan pada individu-individu yang belajar maka belajar dikatakan tidak berhasil. Dan pada bidang studi Pendidikan Agama Islam Kelas VI SD, yaitu pada Kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. Disini siswa dituntut untuk bisa menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar, baik nama maupun artinya. Jika siswa mampu menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar setelah proses pembelajaran dan dilakukan evaluasi, maka siswa telah mendapatkan hasil belajar yang baik, namun sebaliknya jika siswa belum ada perubahan terhadap pengetahuannya, sikap maupun perilakunya yang mencerminkan beriman kepada hari akhir dan belum mampu menyebutkan nama-nama hari akhir, maka proses belajar dianggap gagal atau tidak berhasil. Materi Nama-nama Hari Akhir Kelas VI SD Hari akhir disebut juga dengan hari kiamat. Hari akhir adalah hari berakhirnya kehidupan atau kehancuran dunia. Sebagi seorang muslim tentunya harus mempercayai bahwa hari akhir pasti akan datang, karena bagian dari rukun iman yang kelima yaitu percaya pada hari akhir atau kiamat, tidak percaya adanya hari akhir bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir. Jadi tidak ada alasan lagi bagi setiap muslim untuk mengingkari adanya hari akhir. Allah telah menjelaskan dalam Q.S. Al-Haj: 7 dan Q.S. Al-Waqiah: 1-6 tentang terjadinya hari kiamat, begitu pula Allah menyebutkan beberapa nama tentang hari kiamat. Beberapa nama hari akhir adalah sebagai berikut:
160
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
Yaumul qiyamah : Hari kebangkitan Assa’ah :Waktu Yaumul Akhir : Hari Akhir Yaumuddin : Hari akhir (agama) Yaumul Fasli : Hari Keputusan Yaumuml Hisab : Hari Perhitungan Yaumul jam’I : Hari pengumpulan Yaumul Khulud : Hari kekekalan Yaumul huruj : Hari Keluar Yaumul ba’as : Hari kebangkitan Yaumul Hasrah : Hari penyesalan Yaumuttanad : Hari pemanggilan Yaumul Azifah : Hari mendekat Yaumuttaghobun : Hari terbukanya aib Yaumul Mahsyar :Hari berkumpunya manusia di padang mahsyar Yaumul Jaza’ : Hari pembalasan Yaumul Mizan : Hari penimbangan amal Al-Qoriah : Bencana yang menggetarkan Al-ghosiyah : Bencana yang tak tertahankan Ash-Shokhoh : Bencana yang memilukan Ath-thommah : Bencana yang melanda Al-haqqoh : Kebenaran besar Al-Waqiah : Peristiwa besar Itulah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an tentang nama-nama selain hari kiamat, agar kita semua dapat mempercayainya, dan menyiapkan bekal kelak di akhirat sebagai kehidupan yang kekal. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match” Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Operative Learning merupakan suatu model pembelajaran dimanasiswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Di dalam kelas kooperatif, menurut Trianto (2007: 41) siswa belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
Jurnal
161
Suharianto
membantu.Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Adapun unsur-unsur dasar dalam Cooperatif Leraning menurut Lungdren sebagaiman dikutip Isjoni (2007: 13-14) adalah sebagai berikut: 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “Tenggelam atau Berenang Bersama”. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya. 2) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 3) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok. 4) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 5) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 6) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Anita Lie (2002: 31), dalam bukunya Cooperative Learning”menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ada lima macam, yakni: Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang dibagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. (Wina Sanjaya, 2007: 246) Untuk terciptannya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakekat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. Tanggung Jawab Perorangan Prinsip ini merupakan akibat langsung dari unsure yang pertama.Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakikan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya.
162
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
Interaksi Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Komunikasi Antar Anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini. Tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Kelebihan Pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya adalah: 1) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Pembelajaram kooperatif dapat mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Di samping kelebihan menurut sanjaya (2007: 250), pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya adalah: 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
Jurnal
163
Suharianto
kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. 2) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 3) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. 4) Dalam pembelajaran kooperatif, selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match”
Pengertian Pembelajaran “Make a Match” Teknik mencari pasangan Make a Match, yaitu teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa menari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Make a Match artinya mencari pasangan merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif. Tehnik Make a Match (mencari pasangan) sebagaimana dikutip oleh Sofan amri & Iif Khoiru Ahmadi (2010:182) bahwa dalam metode ini sangat disenangi siswa karena tidak menjemukan, karena guru memancing kreatifitas siswa dengan menggunakan media Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode ini dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masingmasing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002: 30) bahwa “pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok”. Menurut Lie (2000) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar Strategi Mencari pasangan, Strategi Bertukar berpasangan, Strategi Berpikir-berpasangan-berempat, Strategi Berkirim salam dan soal, Strategi Kepala bernomor, Strategi Dua tinggal dua tamu, Strategi Keliling kelompok, Strategi Kancing gemerincing, Strategi JigSAW, Strategi Lingkaran besar lingkaran kecil, Strategi Bercerita nerpasangan, Strategi Keliling kelas. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran koopertif "Make a Match" adalah suatu pembelajaran yang menuntut
164
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
adanya kerja sama dalam mencari pasangan materi yang sudah disiapkan sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Adapun langkah-langkah pembelajaran “Make a Match” menurut Suprijono (2007: 13) adalah sebagai berikut: 1) Bagilah siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok pemegang kartu pertanyaan. 2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 3) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 4) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari yang dipegang. 5) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). 6) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7) Dalam waktu yang sudah ditentukan dan siswa telah mendapat pasangan, maka kartu pertanyaan dan jawaban ditujukan kepada kelompok penilai, kelompok penilai akan memberikan penilaian. 8) Guru memberi ulasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan melalui metode “Make a Match”. 9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match” Kelebihan Pembelajaran “Make a Match” Adapun kelebihan pembelajaran Make a Match antara lain adalah sebagai berikut: 1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu. 2) Meningkatkan kreativitas belajar siswa. 3) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. 4) Dapat menumbuhkan kreativitas berfikir siswa, sebab melalui pencocokkan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh tersendirinya. 5) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang digunakan guru. (Istarani, 2011: 65-66). Selanjutnya, penerapan metode “Make a Match” dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Kelemahan Pembelajaran “Make a Match” Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif tipe Make a Match juga mempunyai sedikit kelemahan, yaitu: 1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. 2) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran. 3) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 4) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. 5) Sulit untuk mengkonsentrasikan anak. Jurnal
165
Suharianto
Kerangka Berfikir Hasil ulangan harian pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir di SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih memperoleh hasil belajar rendah, mereka sulit untuk menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Salah satu faktornya adalah pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik dan membosankan, lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah) sehingga mengakibatkan siswa sulit mamahami materi yang dipelajari. Penjelasan teori yang menjenuhkan karena pembelajaran cenderung berjalan satu arah menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, sehingga kurang mampu memahami materi dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha dalam proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung aktif dalam pembelajaran sehingga mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas, dan menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar dan pada akhirnya siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Salah satu alternatifnya adalah proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match Menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar yang di dalamnya menanamkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan terdapat ketentuan-ketentuan dimana siswa dituntut untuk bisa menyebutkan nama-nama hari akhir dan juga menghafalkan serta memahami maknanya. Sehingga untuk mendapatkan hasil belajar yang baik terkait nama-nama hari akhir ini akan sulit dicapai oleh siswa jika hanya menggunakan metode konvensional atau ceramah, dan tidak dibantu dengan alat peraga, karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar. Namun dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran siswa akan semakin tertarik dengan materi yang diajarkan, merasa senang dan lebih memudahkan siswa menyebutkan nama-nama hari akhir, dan mudah untuk memahaminya karena selain siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa juga diajak untuk bermain dengan mencari pasangan kartu yang menunjukkan jawaban dari soal yang ada. Dimana sebagian siswa diberi kartu yang bertuliskan nama-nama hari akhir, dan sebagian lagi diberikan kartu yang bertuliskan arti atau makna dari nama-nama hari akhir tersebut. Siswa yang mendapatkan soal maka harus mencari jawaban yang sesuai, dan sebaliknya siswa yang mendapatkan jawaban harus mencari soal yang sesuai. Dengan bantuan media kartu yang telah disediakan, siswa termotivasi untuk belajar dan memudahkan siswa untuk menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, diharapkan siswa akan merasa senang dan asyik dalam mengikuti proses
166
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
pembelajaran dan memunculkan motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir pada siswa kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015”. METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK). Dalam bahasa Inggris PTK disebut dengan Clasroom Action Research, disingkat CAR. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Deli Kecamatan Galang. Penelitian ini direncanakan selama 2 siklus dan selama 3 bulan (mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014). Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang. Dengan objek penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. Operasional Variabel Penelitian Adapun yang menjadi varibel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yaitu strategi pembelajaran yang membantu memudahkan siswa untuk mengenal dan menyebutkan nama-nama hari akhir. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama hari akhir setelah melaksanakan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.
Jurnal
167
Suharianto
Desain Penelitian Penenlitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2008: 96) menjelaskan PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakuakn dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya yang berfokus pada prsoses belajar mengajar yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian ini harus tertuju atau mengenai hal-hal terjadi didalam kelas. Menurut Lewin dalam Aqib (2006: 21) menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan (Planing), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing) dan refleksi (reflecting). Prosedur Penelitian Adapun prosedur pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam menuntaskan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut: Siklus I Perencanaan (Planing), yaitu: 1) Mempersiapkan materi pembelajaran. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan strategi pembelajaran koopertif "Make a Match" terkait Kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama hari akhir yang akan diajarkan. 3) Menyiapkan sumber dan bahan Ajar. 4) Menyiapkan kertas/kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan sebagian lagi berisikan arti atau makna dari nama-nama hari akhir tersebut. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. 6) Membuat lembar observasi yang bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pelaksanaan (Acting), yaitu: 1) Memberikan appersepsi kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik terhadap materi pelajaran pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. 2) Menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. 3) Membagi siswa untuk dibuat kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu yang berisi nama-nama hari akhir. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu yang berisi arti nama-nama hari akhir. 4) Dari pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pasangan tersebut kepada teman lain sebagai penilai, kelompok ini kemudian membacakan kartu yang sudah terpasang tersebut. 5) Setelah semua terpasang antara nama-nama hari akhir dengan artinya maka guru mengacak lagi kartu-kartu itu untuk dibagikan kembali kepada masing-masing siswa pada kelompok lain. 6) Melakukan observasi di dalam kelas yang dilakukan dengan penyediaan format evaluasi. Hal yang menjadi perhatian pengamat adalah aktivitas belajar siswa. 7) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama. 8) Melakukan evaluasi belajar berupa tes, pemberian tugas baik secara kelompok mapun individu. Pengamatan (Observation), Tahap ini dilakukan oleh dua orang pengamat (peneliti dan kolaborator) adapun yang perlu diamati adalah: 1) Mengamati aktivitas
168
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif "Make a Match" menggunakan lembar pedoman observasi yang berfungsi untuk menyaring dan mencari data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian. 2) Memeriksa hasil latihan soal setelah siswa diberi tugas individu. Refleksi (Reflecting), Refleksi adalah untuk melihat apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil diselesaikan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil yang ditemukan dalam tahap observasi dianalisis, sehingga memberikan hasil yang bermakna dari data yang diperoleh untuk diambil kesimpulan sebagai tindakan penelitian. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus II. Siklus II Perencanaan (Planing), yaitu: 1) Menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi penekanan pada materi pelajaran yang belum dipahami dan kategori aktivitas yang masih rendah berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. 2) Membuat kembali lembar observasi yang bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa pada siklus kedua. Pelaksanaan (Acting), yaitu: 1) Memberikan apersepsi kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran. 2) Menyampaikan materi pelajaran yang belum dipahami siswa dan lebih menekankan pada jenis aktivitas yang masih rendah secara individual maupun kelompok melalui penerapan penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. 3) Melakukan evaluasi belajar kembali. Pengamatan (Observation), Observasi kembali dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus kedua ini. Adapun yang perlu dilakukan adalah: 1) Mengamati aktivitas siswa ketika proses pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. 2) Mengamati dan mencatat siswa yang aktif dan berani mempraktekkan hafalan nama-nama hari akhir di depan siswa lainnya. 3) Memeriksa hasil latihan soal setelah siswa diberi tugas individu. Refleksi (Reflecting), Refleksi kembali dilakukan terhadap pembelajaran siklus kedua untuk melihat apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil diselesaikan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil yang ditemukan dalam tahap observasi kembali dianalisis, untuk melihat hasil dari pembelajaran siklus kedua. Apabila dalam pembelajaran masih terdapat siswa yang masih memiliki nilai rendah atau keaktifan di bawah rata-rata maka kembali dilakukan siklus berikutnya namun apabila sudah tuntas atau hasil belajar siswa telah di atas KKM maka selesailah pada siklus kedua ini. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar, observasi aktivitas belajar siswa dan metode dokumentasi. Tes digunakan untuk
Jurnal
169
Suharianto
mengetaui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. Tes disusun dalam dalam bentuk essay tes yang mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD kelas VI semester genap. Tes yang digunakan berjumlah 10 soal. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap subjek penelitian yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran. Adapun manfaat observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi balikan guru di dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan oleh dua orang pengamat yang dilengkapi dengan lembar pedoman observasi aktivitas belajar siswa. Pengumpulan data melalui metode dokumentasi yaitu dengan mempersiapkan dokumen Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti, yang nantinya akan digunakan pada kelas yang menjadi objek penelitian. Teknik Analisa Data Analisa data yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan siswa ketika proses belajar PAI pada Kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. Dalam melaksanakan observasi, maka kita mengatahui kemampuan siswa terhadap materi pelajaran tersebut dan sebagai informasi dalam mengambil pertimbangan dan melaksanakan usaha-usaha perbaikan terhadap kelemahan-kelamahan yang ada. Data aktivitas siswa selama pembelajaran diamati oleh peneliti bersama kolabolator dan dianalisis dengan menggunakan skor. Menurut Ngalim Purwanto (2000: 112), data tersebut diperoleh pada tiap tiap siklus dianalisa secara deskriptif dengan menghitung percentages correction, dengan rumus sebagai berikut: 𝑅 𝑆 = 𝑥 100 𝑁 Keterangan: S : Nilai yang diharapkan (dicari) R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes tersebut. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi ketuntasan hasil belajar peserta didik yaitu sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang tuntas belajar yaitu memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70. Dengan penerapan strategi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada penelitian ini, diharapkan peserta didik hasil belajarnya dapat meningkat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 70 minimal 85% dari jumlah peserta didik. Alat ukurnya dengan menganalisis presentase ketuntasan belajar peserta didik dari tes siklus yang telah mereka kerjakan.
170
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
HASIL ANALISIS DATA Deskripsi Kondisi Awal Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperoleh berupa data hasil tes tertulis dan data lembar pengamatan (observasi). Data lembar observasi di ambil dari pengamatan yaitu lembar pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan pengamatan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dalam penelitian ini, penulis menyertakan data sebelum dilakukan penelitian yaitu data dari ulangan harian siswa pada pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, sebagai berikut: Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal NO
NAMA SISWA
NILAI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
ADAM MAULANA IRFAN SYAHPUTRA INDAH PURNAMA SARI RIDA KURNIASI DIMAS PANGESTU AHMAD YASIN ARIA SUMBOWO GANDA ANGGARA LUSI ARISKA RISKY PARIANDI DEPI NOPITA SARA EDI RIDWANSYAH SASWINA APRIANSYAH FRANSTIYA AGUNG WIRA PRIA SETIA ALFA HIDAYAH ABU TAHMID ANDINA SUCI RAMADANI CICI AMELIA DINDA KS EDO SAPITRI MHD.RAFLI QAMRAN HIDAYATULLAH RISKY RAHAYU SARAGIH
70 60 50 60 60 50 60 50 60 60 60 80 50 80 80 60 60 50 60 60 70 70 70 50
KRITERIA Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Jurnal
171
Suharianto
25 26 27 28 29 30 31
RIMA MELATI SANDRA PRATIWI SARAH AZHARI VANI FEBRIAN SUNDARI FEBRI PUTRAWAN ERLINA SEMBIRING JUMLAH RATA-RATA KETUNTASAN BELUM TUNTAS
40 70 70 40 40 70 40 1850 59,68
Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas 10 Orang
Belum Tuntas 21 Orang
32,26 67,74
Tabel 2. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Ujian Ulangan Harian
Nilai F 40 2 50 8 60 11 70 7 80 3 90 100 Jumlah nilai Jumlah siswa Rata-rata nilai
Persentase % 6,45 % 25,81 % 35,48 % 22,58 % 9,68 % 1850 31 59,68
Keterangan Belum tuntas Belum tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas -
Berdasarkan tabel di atas tentang hasil ulangan harian Pendidikan Agama Islam pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menyebutkan namanama hari akhir masih rendah. Terlihat dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 59,68, dari 31 siswa terdapat 21 orang (67, 74 %) yang mendapat hasil belajar belum tuntas, sedangkan hasil belajar siswa yang mecapai syarat ketuntasan baru sebanyak 10 orang siswa (32, 26 %). Hasil belajar siswa pada ulangan harian juga dapat dilihat melalui diagram di bawah ini:
172
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
80 70 60 50
Nilai Siswa
40
Frequensi
30
Persentase
20 10 0 1
2
3
4
5
Diagram1. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Ulangan Harian
Siklus I Siklus pertama yang dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014 berlangsung 3 jam pelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun yaitu pada Kompetensi Dasar (KD) menyebutkan nama-nama hari akhir dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang terdiri dari 3 indikator yaitu: (1) mampu menjelaskan pengertian hari akhir dengan benar (2) mampu menyebutkan dalil yang menjelaskan tentang datangnya hari akhir denga baik dan benar (3) mampu menyebutkan macam-macam hari akhir dengan benar. Pada pertemuan ini materi disampaikan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Kegiatan pada siklus pertama meliputi: (a) perencanaan (planing), (b) pelaksanaan (acting), pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflecting). Perencanaan (Planing) Pada tahap Ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Mepersiapkan materi pembelajaran. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. 3) Membuat alat peraga berupa kartu-kartu yang bertuliskan namanama hari akhir dan juga kartu-kartu yang bertuliskan arti atau makna nama-nama hari akhir. 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran berupa soal-soal yang dijadikan alat untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. 5) Membuat lembar observasi yang bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses belajar berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru pada saat pembelajaran di dalam kelas.
Jurnal
173
Suharianto
Pelaksanaan (Acting) Pada tahap tindakan ini peneliti bertindak sebagai guru, melakukan pembelajaran pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Dan kolaborator melakukan pengamatan. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam kepada semua siswa, lalu mengajak siswa untuk membaca do’a sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca surah-surah pendek yang menjadi kebiasaaan untuk dibaca sebelum belajar. Guru mengabsen siswa satu persatu dengan menyebutkan namanya, kemudian menertibkan kondisi belajar siswa agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Guru menyusun tempat duduk siswa dengan format setenga lingkaran atau bentuk huruf U. Guru meyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai kepada semua siswa, lalu mencoba mencari keterkaiatan dengan materimateri atau pelajaran sebelumnya dan juga menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjuntya guru menyampaikan langka-langka pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 2) Pada kegiatan inti, tahap eksplorasi guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan metode tanya jawab. Untuk menggali potensi siswa tentang materi menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberi stimulus dengan menyebutkan arti atau makna nama-nama hari akhir, agar siswa dapat merespon sesuai yang diharapkan. Guru memperlihatkan kartu (nama-nama hari akhir) dan kartu (arti nama-nama hari akhir) pada siswa yang kemudian guru membagi kelompok siswa untuk bermain kartu. 3) Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap elaborasi. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya penerapan strategi peta konsep adalah sebagai berikut: a) Dengan kartu yang sudah disiapkan guru membagikan kartu kepada masing-masing siswa dalam dua kelompok. Dengan dibatasi waktu, contoh: Yaumul Hisab dipasangkan dengan kartu yang sesuai dengan artinya yaitu hari Penimbangan amal manusia, dan seterusnya. b) Kelompok yang satu diberi kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan kelomprok kedua diberi kartu yang berisi arti dari nama-nama hari akhir. c) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan soal/jawaban yang sesuai. d) Guru menyuruh siswa mencari pasangan kartu yang dibawa untuk dipasangkan dengan kartu cocok yang dibawa siswa yang lain. e) Setelah semua kartu terpasang, siswa diminta untuk membacakan kartu nama-nama hari akhir dan arti dari nama-nama tersebut secara bergantian. f) Kartu dikumpulkan kembali kemudian diacak dan dibagikan lagi, dengan catatan siswa tidak membawa kartu yang sama dengan kartu yang dibawa sebelumnya. Begitu seterusnya sampai siswa betul-betul menguasai materi tersebut. 4) Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap konfirmasi, setelah selesai menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match guru memberi penghargaan pada siswa karena pembelajaran berjalan dengan lancar. Kemudian guru memberi penegasan materi pembelajaran dan siswa diajak untuk bersama-sama menyimpulkan meteri
174
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
pembelajaran yang telah dipelajari. Pada tahap ini siswa mulai menunjukkan antusiasnya mengikuti pembelajaran, tugas yang diberikan guru untuk mecari kartu pasangannya sebagian dapat diselesaikan dengan tepat waktu, selain itu sebagin siswa terlihat termotivasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan mulai tercipta. 5) Pada tahap akhir guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberikan soal tes berbentuk essay test yang berjumlah 10 soal. Sedangakn untuk melihat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti dan guru kolabolator mengadakan evaluasi dengan mengamati serta mencata aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang berlangsung. Pengamatan (Observation) Peneliti dan kolabolator melaksanakan pengamatan atau observasi terhdap proses pelaksanaan tindakan selama berlangsungnya siklus pertama. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui situasi kelas pada saat proses belajar mengajar serta mengamati pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Pada pelaksanaan pembelajaran sudah mendapatkan partisipasi yang cukup baik bagi siswa, hal tersebut dapat dilihat pencapaian dari nilai yang di dapat siswa secara individu. Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA SISWA ADAM MAULANA IRFAN SYAHPUTRA INDAH PURNAMA SARI RIDA KURNIASI DIMAS PANGESTU AHMAD YASIN ARIA SUMBOWO GANDA ANGGARA LUSI ARISKA RISKY PARIANDI DEPI NOPITA SARA EDI RIDWANSYAH SASWINA APRIANSYAH FRANSTIYA AGUNG WIRA PRIA SETIA
NILAI 70 60 60 70 60 50 60 60 70 60 70 80 60 80 90
KRITERIA Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas
Jurnal
175
Suharianto
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
ALFA HIDAYAH ABU TAHMID ANDINA SUCI RAMADANI CICI AMELIA DINDA KS EDO SAPITRI MHD.RAFLI QAMRAN HIDAYATULLAH RISKY RAHAYU SARAGIH RIMA MELATI SANDRA PRATIWI SARAH AZHARI VANI FEBRIAN SUNDARI FEBRI PUTRAWAN ERLINA SEMBIRING JUMLAH RATA-RATA KETUNTASAN BELUM TUNTAS
70 70 60 70 70 70 80 80 70 50 80 80 50 60 70 50 2080 67.10
Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas 19 Orang
Belum Tuntas 12 Orang
61.29 38.71
Tabel 4. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Siklus I NILAI F Persentase % Keterangan 50 4 12.90 % Belum tuntas 60 9 29.03 % Belum tuntas 70 11 35.48 % Tuntas 80 6 19.35 % Tuntas 90 1 3.23 % Tuntas 100 Jumlah nilai 2080 Jumlah siswa 31 Rata-rata nilai 67,10
Berdasarkan tabel di atas bahwa penguasaan siswa pada kompetensi dasar (KD) menyebutkan nama-nama hari akhir meningkat walaupun nilai rata-rata siswa masih di bawah ketuntasan. Terlihat dari nilai rata-rata kelas hanya mencapai 67,10 dari 31orang jumlah siswa terdapat 12 orang (38,71%) yang belum tuntas, sedangkan
176
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
hasil belajar siswa yang mencapai syarat ketuntasan sebanyak 19 orang siswa (61,29 %). Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat melalui diagram dibawah ini: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Nilai Siswa Frequensi Percentasi
1
2
3
4
5
Diagram 2. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa, bahwa pada saat pembelajaran PAI pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sebagian siswa terlihat cukup lebih senang dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran jika dibandingkan dengan metode konvensional yang sebelumnya dipakai, siswa aktif dalam permainan kartu yang disiapkan dan antusias membicarakan pelajaran dan mencari pasangannya, kerjasama kelompok yang baik, namun masih terdapat juga siswa yang bingung mencari pasangan kelompoknya dalam permainan kartu, karena belum memahami pemainan kartu sehingga tidak bisa menemukan pasangan kartunya sesuai waktu yang ditentukan. Selain itu masih terdapat juga siswa yang pasif dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran dan bahkan mengganggu temannya. (Hasil observasi kegiatan siswa dan aktivitas guru terdapat pada lampiran). Refleksi (reflecting) Dari analisis di atas, setelah tes diberikan kepada siswa kemudian di periksa ternyata masih ada siswa yang belum bisa menyebutkan dan menghafalkan namanama hari akhir dengan baik sehingga siswa tersebut tidak bisa menjawab pertanyaanpertanyaan dengan jawaban yang benar dari soal-soal yang diberikan guru setelah proses pembelajaran berakhir. Untuk itu peneliti perlu melakukan perbaikan dan perencanaan pelaksanaan yang lebih baik lagi yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Hasil observasi peneliti dan guru kolabolator terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran juga belum menunjukkan hasil seperti yang telah
Jurnal
177
Suharianto
direncanakan, beberapa siswa masih belum memahami aturan permainan sehingga ditemukan beberapa siswa yang mencari pasangan yang sama (soal-soal, jawabanjawaban). Selain itu beberapa siswa enggan bila mendapatkan pasangan kartu yang berbeda jenis kelamin. Dan masih terdapat beberapa siswa yang belum bisa menemukan pasangan kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena siswa tersebut kurang termotivasi dengan baik dalam belajar. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti dan kolabolator merencanakan perbaikan pada siklus kedua, diantaranya adalah melakukan penjelasan ulang terhadap langkah-langkah strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, lebih intensif membimbing kelompok/siswa yang mengalami kesulitan, selain itu pembelajaran dengan Make a Match paling tidak dilakukan lima babak sehingga siswa belajar secara maksimal dan memberikan pengakuan atau penghargaan (reward) kepada siswa yang lebih dahulu menyelesaikan tugasnya atau menemukan pasangan kelompoknya (kartu). Perbedaan jenis kelamin juga perlu diperhatikan agar partisipasi siswa dalam pembelajaran selanjutnya lebih maksimal. Persiapan kartu soal dan jawaban juga perlu diperhatikan agar tidak ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan (soal dan jawaban). Siklus II Siklus II dilaksanakan pada 17 September 2014. Pada tahap kedua ini meliputi: (a) perencanaan (planing), (b) pelaksanaan (acting), pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflecting). Tahap Perencanaan (Planing) Pada siklus II, mengacu pada pelaksanaan siklus I yang dilakukan sebelumnya. Mengingat target pelaksanaan tindakan belum tercapai, maka diperlukan kelanjutan dari siklus II untuk menuntaskan target tersebut. Pada tahap siklus II ini, peneliti akan menyiapkan beberapa hal: 1) Mepersiapkan sumber belajar dan bahan ajar. 2) Mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar. 3) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match disesuaikan dengan rencana perbaikanperbaikan proses pembelajaran. 4) Menyusun alat evaluasi untuk menghitung tingkat keberhasilan siswa. 5) Menyiapkan kembali alat peraga berupa kartu-kartu yang bertuliskan nama-nama hari akhir dan juga kartu-kartu yang bertuliskan arti atau makna nama-nama hari akhir. 6) Menyiapkan alat-alat bantu pembelajaran Pelaksanaan (Acting) Pada tahap tindakan ini peneliti bertindak sebagai guru, melakukan pembelajaran pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan
178
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Dan kolaborator melakukan pengamatan. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam kepada semua siswa, lalu mengajak siswa untuk membaca do’a sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca surah-surah pendek yang menjadi kebiasaaan untuk dibaca sebelum belajar. Guru mengabsen siswa satu persatu dengan menyebutkan namanya, kemudian menertibkan kondisi belajar siswa agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Guru meyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai kepada semua siswa, sebelum melakukan proses pembelajaran, guru mencoba melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, disini sudah mulai banyak siswa yang terlihat aktif dalam memberikan pertanyaan, memberikan gagasan serta aktif memberikan jawaban dari pertanyaan guru. Dimana guru mengajak siswa untuk bersama-sama mencari keterkaiatan materi ajar dengan materimateri atau pelajaran sebelumnya dan juga menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk membantu siswa agar bisa lebih aktif, maka siswa diminta untuk menyusun tempat duduknya dengan format setengah lingkaran. Selanjuntya guru menyampaikan langka-langka pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Para siswapun antusias mendengarkan penjelasan dari guru. 2) Pada kegiatan inti, tahap eksplorasi guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan metode tanya jawab, Untuk menggali potensi siswa tentang materi menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberi stimulus dengan menyebutkan arti atau makna nama-nama hari akhir, agar siswa dapat merespon sesuai yang diharapkan. Guru memperlihatkan kartu (nama-nama hari akhir) dan kartu (arti nama-nama hari akhir) pada siswa yang kemudian guru membagi kelompok siswa untuk bermain kartu. 3) Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap elaborasi. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Dengan kartu yang sudah disiapkan guru membagikan kartu kepada masing-masing siswa dalam dua kelompok. Dengan dibatasi waktu, contoh: Yaumul Jaza’ dipasangkan dengan kartu yang sesuai dengan artinya yaitu hari pembalasan, dan seterusnya. b) Kelompok yang satu diberi kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan kelomprok kedua diberi kartu yang berisi arti dari nama-nama hari akhir. c) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan soal/jawaban yang sesuai. d) Guru menyuruh siswa mencari pasangan kartu yang dibawa untuk dipasangkan dengan kartu cocok yang dibawa siswa yang lain. e) Siswa yang bisa menemukan kartu pasangannya tepat waktu, mendapatkan point. f) Setelah semua kartu terpasang, siswa diminta untuk membacakan kartu nama-nama hari akhir dan arti dari nama-nama tersebut secara bergantian. Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing tanpak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk
Jurnal
179
Suharianto
mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antara kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. g) Kartu dikumpulkan kembali kemudian diacak dan dibagikan lagi, dengan catatan siswa tidak membawa kartu yang sama dengan kartu yang dibawa sebelumnya. Begitu seterusnya sampai siswa betul-betul menguasai materi tersebut. 4) Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap konfirmasi, setelah selesai menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match guru memberi penghargaan pada siswa karena pembelajaran berjalan dengan lancar. Kemudian guru memberi penegasan materi pembelajaran dan siswa diajak untuk bersama-sama menyimpulkan meteri pembelajaran yang telah dipelajari. Pada tahap ini para siswa menunjukkan antusiasnya mengikuti pembelajaran, tugas yang diberikan guru untuk mecari kartu pasangannya sebagian besar dapat diselesaikan dengan tepat waktu, selain itu para siswa terlihat lebih termotivasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta. 5) Pada tahap akhir guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberikan soal tes berbentuk essay test yang berjumlah 10 soal. Sedangakn untuk melihat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti dan guru kolabolator mengadakan evaluasi dengan mengamati serta mencata aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang berlangsung. Observasi (observation) Observasi yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan yang dilakukan pada siklus I yaitu dilakukan oleh kolabolator kepada peneliti selama proses belajar mengajar berlangsung, dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil atau tidak. Selama proses tindakan, peneliti dan kolabolator mengamati reaksi yang timbul ketika proses belajar mengajar berlangsung, peneliti dan guru kolabolator juga memberi penilaian evaluasi yang diberikan.
180
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA SISWA ADAM MAULANA IRFAN SYAHPUTRA INDAH PURNAMA SARI RIDA KURNIASI DIMAS PANGESTU AHMAD YASIN ARIA SUMBOWO GANDA ANGGARA LUSI ARISKA RISKY PARIANDI DEPI NOPITA SARA EDI RIDWANSYAH SASWINA APRIANSYAH FRANSTIYA AGUNG WIRA PRIA SETIA ALFA HIDAYAH ABU TAHMID ANDINA SUCI RAMADANI CICI AMELIA DINDA KS EDO SAPITRI MHD.RAFLI QAMRAN HIDAYATULLAH RISKY RAHAYU SARAGIH RIMA MELATI SANDRA PRATIWI SARAH AZHARI VANI FEBRIAN SUNDARI FEBRI PUTRAWAN ERLINA SEMBIRING JUMLAH RATA-RATA KETUNTASAN BELUM TUNTAS
NILAI 80 60 70 80 70 70 70 70 80 80 80 80 70 90 100 70 70 70 80 70 70 90 100 80 70 70 90 70 60 80 60 2350 75.81
KRITERIA Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas 28 Orang 3 Orang 90.32 9.68
Jurnal
181
Suharianto
Tabel 6. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Siklus II NILAI F Persentase % Keterangan 60 3 9.68 % Belum tuntas 70 14 45.16 % Tuntas 80 9 29.03 % Tuntas 90 3 9.68 % Tuntas 100 2 6.45 % Jumlah nilai 2350 Jumlah siswa 31 Rata-rata nilai 75,81
Berdasarkan tabel di atas bahwa penguasaan siswa pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir meningkat, nilai rata-rata siswa suda di atas ketuntasan minimal. Terlihat dari nilai rata-rata kelas telah mencapai 75,81, dari 31 orang jumlah siswa hanya terdapat 3 orang (9,68 %) yang belum tuntas, sedangkan hasil belajar siswa yang telah mencapai syarat ketuntasan sebanyak 28 orang siswa (90,32 %). Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat melalui diagram dibawah ini: 120 100 80 Nilai Siswa 60
Frekuensi
40
Persentase
20 0 1
2
3
4
5
Diagram 3. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa, bahwa pada saat pembelajaran PAI pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sebagian besar siswa terlihat lebih senang dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa aktif dalam permainan kartu yang disiapkan dan antusias membicarakan pelajaran dan mencari pasangannya, kerjasama kelompok yang baik, namun masih terdapat juga siswa yang bingung mencari pasangan kelompoknya dalam permainan kartu, karena belum memahami
182
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
pemainan kartu sehingga tidak bisa menemukan pasangan kartunya sesuai waktu yang ditentukan. Selain itu masih terdapat juga siswa yang pasif dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran dan bahkan mengganggu temannya. (Hasil observasi kegiatan siswa dan aktivitas guru terdapat pada lampiran) Refleksi (Reflecting) Dalam proses pembelajaran pada siklus II ini, siswa nampak terlihat senang dan termotivasi mengikuti proses pembelajaran. Para siswa mampu membangun kerjasama yang baik serta mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksakannya. Pelaksanaan tindakan siklus II, setelah tes diberikan kepada siswa kemudian di periksa ternyata menghasilkan nilai rata-rata siswa 75,81, dimana dari 31 orang jumlah siswa sebanyak 28 orang siswa (90,32 %) telah memenuhi syarat ketuntasan, sedangkan yang belum mencapai syarat ketuntasan ada sebanyak 3 orang (9,68 %) . Temuan Penelitian Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dalam penelitian ini ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Sebelum melakukan tindakan, siswa diberikan pre test, dalam hal ini nilai pre test diambil dari nilai ulangan harian pada saat memperlajari nama-nama hari akhir, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak 10 orang siswa (32, 26 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan belajar dan dari 31 orang siswa terdapat 21 orang (67,74 %) yang mendapat hasil belajar belum tuntas, sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. 2) Berdasarkan hasil ulangan harian tersebut maka perlu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, setelah siklus I ini, peneliti memberikan post test, kemudian diperoleh dari 31 jumlah siswa terdapat sebanyak 19 orang siswa (61,29 %) yang telah memenuhi syarat ketuntasan dan sebanyak 12 orang (38,71 %) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata kelas 67,10. 3) Berdasarkan hasil post-test I upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut adalah dengan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Pemberian tindakan II diperoleh dari 31 orang jumlah siswa terdapat 28 orang siswa (90,32 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan, dan sebanyak 3 orang siswa (9,68 %) yang belum tuntas. Dengan ratarata 75,81. PEMBAHASAN Secara umum ketelibatan siswa dalam proses pembelajaran PAI pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berajalan dengan baik, hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan seperti terlihat tabel dibawah ini:
Jurnal
183
Suharianto
No 1 2 3
Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus Ulangan Siklus Pencapaian Hasil Belajar Harian I II Nilai Rata-rata 59,68 67,10 75,81 Jumlah Siswa yang mendapatkan Nilai di 10 19 28 atas KKM Persentase ketuntasan 32,26 % 61,29 % 90,32 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan atau di atas KKM pada ulangan harian pada kompetensi dasar menyebutkan namanama hari akhir sebanyak 10 orang (32,26%), selanjutnya pada siklus I yang tuntas sebanyak 19 orang siswa (61,29%), sedangkan siklus II yang tuntas sebanyak 28 orang siswa (90,32%). Dengan demikian bahwa dengan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match hasil belajar pendidikan agama Islam pada komptensi dasar siswa menyebutkan nama-nama hari akhir mengalami peningkatan, karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, selaian itu pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan, siswa mampu mengingat nama-nama hari akhir dan artinya dengan sendirinya, dengan bantuan media kartu yang digunakan dalam pembelajaran Make a Match (menemukan pasangan kartu) yang dilakukan beberapa kali dalam proses pembelajaran. Berikut disajikan data peningkatan hasil belajar PAI pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dalam tabel rekapitulasi hasil belajar sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
184
Tabel 8. Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Nilai Nama Siswa Ulangan Siklus I Siklus II Harian ADAM MAULANA 70 70 80 IRFAN SYAHPUTRA 60 60 60 INDAH PURNAMA SARI 50 60 70 RIDA KURNIASI 60 70 80 DIMAS PANGESTU 60 60 70 AHMAD YASIN 50 50 70 ARIA SUMBOWO 60 60 70 GANDA ANGGARA 50 60 70 LUSI ARISKA RISKY 60 70 80 PARIANDI 60 60 80 DEPI NOPITA SARA 60 70 80 EDI RIDWANSYAH 80 80 80 SASWINA 50 60 70
Jurnal
Keterangan Meningkat Tetap Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
APRIANSYAH FRANSTIYA AGUNG WIRA PRIA SETIA ALFA HIDAYAH ABU TAHMID ANDINA SUCI RAMADANI CICI AMELIA DINDA KS EDO SAPITRI MHD.RAFLI QAMRAN HIDAYATULLAH
RISKY RAHAYU S. RIMA MELATI SANDRA PRATIWI SARAH AZHARI VANI FEBRIAN SUNDARI FEBRI PUTRAWAN ERLINA SEMBIRING Jumlah Rata-rata Persentase ketuntasan
80 80 60 60 50 60 60 70 70 70 50 40 70 70 40 40 70 40 1850 59,68 32,26 %
80 90 70 70 60 70 70 70 80 80 70 50 80 80 50 60 70 50 2080 67,10 61,29 %
90 100 70 70 70 80 70 70 90 100 80 70 70 90 70 60 80 60 2350 75,81 90,32 %
Meningkat Meningkat Tetap Tetap Meningkat Meningkat Tetap Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat
Rata-rata 100 90 80 70 60 50
Rata-rata
40 30 20 10 0 1
2
3
Diagram 4. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Keseluruhan Siswa
Jurnal
185
Suharianto
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam upaya peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar Menyebutkan Nama-nama Hari Akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Sebelum melakukan tindakan, siswa diberikan pre test, dalam hal ini nilai pre test diambil dari nilai ulangan harian pada saat memperlajari nama-nama hari akhir, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak 10 orang siswa (32,26 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan belajar dan dari 31 orang siswa terdapat 21 orang (67,74 %) yang mendapat hasil belajar belum tuntas, sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. 2) Setelah siklus I, guru memberikan post test diperoleh dari 31 jumlah siswa terdapat sebanyak 19 orang siswa (61,29 %) yang telah memenuhi syarat ketuntasan dan sebanyak 12 orang (38,71 %) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata kelas 67,10. 3) Hasil Siklus II diperoleh dari 31 orang jumlah siswa terdapat 28 orang siswa (90,32 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan, dan sebanyak 3 orang siswa (9,68 %) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 75, 81. Saran Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti adalah: 1) Bagi pihak sekolah agar mendukung para pendidik untuk mengembangkan macam-macam strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam proses maupun hasil belajar siswa. 2) Bagi guru diharapkan dapat membuka diri untuk menerima saran dan masukan serta menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran yang menyenangkan, mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. 3) Bagi siswa dapat dijadikan bahan yang bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam khususnya pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir.
186
Jurnal
Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi et al. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, cet. VI, Jakarta: Bumi Aksara. Abdurrahman, Mulyono 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Drajat, A. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bitang. Hamaik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Hidayat, Dudung Rahmat dkk. 2007. Pendidikan Agama: Urgensi dan Tantangan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta: PT.IMTIMA Ismail SM. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem. Semarang: , Rasail Isjoni. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada Rosdiana A. Bakar, 2008. Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Citapustaka Media. Sanjaya, Wina. 2007. Stretegi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet Ke-3, Jakarta: Kencana. Sardiman A.M., 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2007. Bahan diklat metode PAIKEM. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil proses Belajar mengajar. Cet. XIII, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal
187
Suharianto
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, cet.5.Jakarta: PT. Rineka Cipta, Sofan amri, Iif Khoiru Ahmadi, 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Surabaya: Prestasi Pustaka. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publister.
188
Jurnal