Volume 04, Nomor 01, Juni 2013
Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Active learning Berkelompok, Siswa Kelas III SDN Bogempinggir Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011 Abstrak: Pembelajaran al-Qur’an adalah salah satu komponen penting, sehingga peserta didik dituntut untuk memahami pembelajaran AlQur’an ini dengan berbagai komponen di dalamnya. Melafalkan secara benar sesuai dengan kaidahnya yakni memahami ilmu tajwidnya. Peneliti dalam pembelajaran Al-Qur’an memberikan inovasi yaitu untuk menyampaikan pemahaman ilmu tajwid kepada peserta pada hukum bacaan lam ta’rif dengan model pembelajaran aktif atau active learning secara berkelompok. Dengan pembelajaran tersebut apakah tingkat pemahaman dan hasil belajar peserta didik akan mendapatkan peningkatan?. Penelitian dilakukan dengan bentuk tindakan berkelompok untuk memahami hukum bacaan lam ta’rif, melalui active learning. Pembelajaran dikemas dengan permainan kartu ajaib yang didalamnya terdapat bentuk kartu penjelasan juga tugas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik/alat yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi adalah observasi, dan tes baik pre tes ataupun pos tes. Adanya peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar yang diperoleh dari siklus I ke siklus II. Yaitu ketuntasan siklus I sebesar 63,63% dan siklus II sebesar 87,87%. Dan hasil ini menunjukkan bahwa, pembelajaran Al-Qur’an melalui active learning secara berkelompok memberi dampak yang positif. Kata Kunci: Pemahaman, Tajwid Hukum Bacaan Lam Ta’rif, dan Active Learning
PENDAHULUAN Gaya belajar masing-masing peserta didik adalah berbeda antara satu dengan yang lain begitu pula dalam pemahamannya. Kemampuan seseorang untuk
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
memahami dan menyerap pelajaran, ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada sebagian siswa yang suka dan mudah memperoleh pemahaman lewat metode ceramah, dan ada pula yang lewat metode simulasi dan lain-lain. Dengan adanya berbagai keanekaragaman ini, guru sebagai sumber pemberi informai diharapkan dapat menyampaikannya dengan baik dan dapat dipahami oleh seluruh peserta didiknya. Untuk itu guru harus benar-benar cermat dan tepat dalam memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar dan mengajar ini, sehingga peserta didik mampu memperoleh pemahaman yang baik. Tidak mudah tetapi dalam pakteknya untuk penerapan metode yang digunakan oleh guru, sehingga kadang kala dalam penggunaannya terjadi kendala atau masalah. Pendidikan agama Islam yang merupakan salah satu materi pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik juga memerlukan metode-metode efektif. Sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, pendidikan agama Islam seringkali mengalami kendala diantaranya keberadaan mata pelajaran agama Islam tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu relatif sedikit bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang mempunyai alokasi waktu lebih banyak. Di sisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama diakui sangat minim, mereka lebih suka dengan mata pelajaran berbasis tekhnologi dan informasi. Hal ini terjadi karena salah satu kelemahan pendidikan agama Islam adalah menerapkan metode atau strategi dalam proses pembelajaran, harus diakui bahwa pendidikan agama Islam pada saat mengalami berbagai problematika yang belum terurai. Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Ilmu tajwid adalah salah satu komponen materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Materi ini berhubungan dengan ketrampilan membaca al-Qur’an, dimana dalam ilmu tajwid menjelaskan cara membaca bacaan dalam al-Qur’an sehingga pelafallan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai dengan kaidahnya. Meteri tajwid ini diajarkan kepada kelas III tingkat sekolah dasar dalam stadar kompetensi mengenal “kalimat dalam al-Qur’an” dan “kompeteni dasar membaca kalimat dalam alQur’an” tentang hukum bacaan lam ta’rif yang diharapkan anak dalam mengenal kalimat al-Qur’an dapat mempraktekan cara membaca dengan benar dan fasih.
2
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir dalam pemberian materi tajwid lam ta’rif ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan masih banyak permasalahan yang dihadapi siswa dalam pemahamannya tentang hukum bacaan lam ta’rif dan penerapan hukum bacaan lam ta’rif ini dalam membaca al-Qur’an, inilah yang menjadi latar belakang permasalahannya. Hal ini tampak dari hasil yang diberikan siswa setelah mengikuti Ujian Tengah Semester. Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan, sehingga dalam pengerjaannya masih banyak kesalahan dan pemahamannya serta penerapannya belum sesuai. Kondisi yang dialami siswa semacam ini dipengaruhi beberapa faktor, yang salah satunya kurangnya pengetahuan tentang ilmu tajwid dalam aspek pembelajaran mengaji al-Qur’an, ilmu tajwid ini jarang diajarkan dan sering dikesampingkan, faktor yang lainnya, siswa sendiri kurang paham tentang kegunaan ilmu tajwid dan penerapannya dalam al-Qur’an. Menyadari adanya faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang berhasilan, maka dalam pembelajaran materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif perlu dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi siswa. Melalui kegiatan pengkajian ini diharapkan dapat ditemukan penyebab kesulitan sekaligus menentukan langkah-langkah untuk memperbaikinya. Berdasarkan adanya permasalahan yang dihadapi siswa tersebut, maka perlu mencari alternative lain untuk perbaikan dengan menggunakan inovasi-inovasi baik dalam metode penyampaian pengajaran, penggunaan fasilitas serta pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi hukum bacaan lam ta’rif. Peningkatan kualitas pemahaman siswa ini dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai literatur yang cocok untuk siswa, penyampaian dengan metode baru yang menarik siswa dan masih banyak lagi. Penguasaan materi secara teoritis diperlukan sebagai media untuk penguasaan ketrampilan serta pemahaman siswa dalam materi. Penggunaan metode dengan cara berkelompok jarang dipakai dalam pembelajaran selama ini untuk siswa tingkat sekolah dasar. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dialami, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu, 1) Bagaimanakah pengaruh penggunaan Metode Active learning Berkelompok, Siswa Kelas III SDNegeriBogempinggir Sidoarjo terhadap peningkatan pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif? 2) Apakah metode Berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?.
Jurnal
3
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Dengan metode active learning berkelompok terhadap pemahaman ilmu tajwid hukum bacaan lam ta’rif diharapkan dapat tercapai respon positif pembelajaran. Dimana pengertian pemahaman disini adalah siswa mampu memperoleh pengetahuan tentang ilmu tajwid bacaan lam ta’rif dengan baik secara teoritis serta dapat terwujud pengaplikasiannya dalam sisi teori maupun penerapan praktek dalam membaca al Qur’an. Setelah adanya latar belakang dan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh setelah penggunaan Metode Berkelompok Siswa Kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo terhadap peningkatan pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif dan mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya Metode active learning Berkelompok Siswa Kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo. Yang pada intinya tujuan melalui kegiatan penelitian ini adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif. Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasilnya nanti dapat memberikan konstribusi atau manfaat yaitu bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya untuk guru, sehingga memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi PAI yang disampaikandan siswa tidak mengalami kesulitan dalam pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif. Dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran PAI serta memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut. KERANGKA KONSEPTUAL Pemahaman Menurut kamus psykologi kata pemahaman berasal dari kata “insight” yang mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam, jadi arti dari insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yangberalasan mengenai reaksireaksi pengetahuan atau kecerdasan dankemampuan yang dimiliki seseorang. Suryadi Suryabrata menyatakan insight adalah didapatkannya pemecahan problem, didapatkannya persoalan dan mendapat pencerahan. Pemahaman dapat pula diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, maka belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud danimplikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahamisuatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Karena memahami maksud dari suatu materi menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar.
4
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Sedangkan Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan (Arikunto, 2009: 118-137). Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proposisinya.Dalam belajar unsur comprehension atau pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur psikologi yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi maka subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ideide atau skill dengan semua unsur tersebut, maka subjek belajar adalah menata halhaltersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis. Perlu diingat bahwa comperhension atau pemahaman tidaklah sedikit akan tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami kalau sudah demikian belajar itu akan bersifat mendasar. Metode Active Learning (Pembelajaran Aktif) Berkelompok Metode berasal dari bahasa latin “methodos“ yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM (pembelajaran kreatif, aktif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Sebab ruh dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting. Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa aktif semenjak awal, karena jika tidak, kemungkinna besar kepasifan siswa akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringknnya (Silberman, 2011: 61). Guru sebagai pihak yang; 1) merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas, 2) membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai adalah belajar dengan bekerja sama), membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, 3) Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan
Jurnal
5
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
seimbang, 4) Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill (biasa disebut psikomotorik), 5) Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek, 6) Membuat portofolio pekerjaan siswa. Siswa menjadi pihak yang: 1) menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, 2) melakukan riset sederhana, 3) mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang, 4) memecahkan masalah (problem solving), 5) belajar mengatur waktu dengan baik, 5) melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player), 6) mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action, 7) Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest speaker), 8) Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok. Istilah berkelompok mengandung arti siswa-siswa dalam kelas dibagi kedalam beberapa kelompok, baik kelompok kecil maupun besar. Pengelompokan didasarkan atas tujuan bersama. Dengan kata lain metode kerja berkelompok yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok atau group teretntu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan bertolong-tolongan (Yusuf dan Anwar, 1995: 58). Langkah-langkah pengelompokan yang perlu diperhatikan adalah 1) tidak mengabaikan asas individualitas, dalam kelompok pribadi masing-masing siswa dipandang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing, 2) dimaksudkan untuk memperoleh dan memperbesar peran atau partisipasi dari masing-masing siswa dalam kelompok, 3) mempertimbangkan fasilitas yang tersedia 4) pembagian jenis kerja dan tujuan khusus yang hendak dicapai. Kebaikan metode kerja berkelompok yaitu 1) menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan, 2) menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik, sehingga terjadilah persaingan yang sehat untuk mencari kemajuan dan prestasi dalam kelompok, 3) kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan antar sesama dalam kelompok masing-masing dapat saling mengisi dan melengkapi kekurngan dan kelebihan antar mereka, 4) timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok yang dilandasi motivasi kerja sama untuk kepentingan dan kebaikan bersama 5) dapat meringankan tugas guru dan pemimpin sekolah.
6
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Kekurangan dalam metode kerja berkelompok yaitu 1) memerlukan persiapan dan perencanaan yang cukup matang, 2) persaingan tidak sehat kan terjadi manakala guru tidak dapat memberikan pengertian kepada siswa, 3) bagi siswa yang tidak memiliki disiplin tinggi dan pemalas akan pasif dalam kelompoknya, 4) sifta dan kemampuan individualitas kadang terasa diabaikan, 5) jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak terdapat batas waktu maka cenderung tugas diabaikan, 6) tugas akan terbengkalai manakala tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis peserta didik (Yusuf dan Anwar, 1995: 59-60). Materi Pokok: Tajwid Hukum Bacaan Lam Ta’rif Tajwid yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan al-Qu’ran. Pengucapan huruf hija'iyah harus benar, karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang berbeda. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa pengucapan hadis-hadis Rasulullah SAW pun harus dilakukan dengan aturan-aturan tajwid, karena merupakan penjelasan dan sumber hukum kedua setelah al-Qu’ran. Masalah yang dicakup dalam ilmu tajwid adalah makharij al-huruf (tempat keluar masuk), ahkam al-huruf (hubungan antarhuruf), ahkam al-maddi wa al-qasr (masalah panjang dan pendek ucapab), ahkam al-waqf wa al-ibtida (masalah memulai dan menghentikan bacaan), dan al-katt al-Utsmani (masalah bentuk tulisan mushaf Usmani). Mempelajari tajwid sebagai disiplin ilmu merupakan fardu kifayah atau kewajiban kolektif. Namun, membaca Alquran dengan memaknai aturan-aturan tajwid merupakan fardu ain atau kewajiban individu. Di dalam ilmu tajwid alah satunya adalah mempelajari hukum bacaan lam ta’rif. Lam Ta’rif ( ) الadalah lam yang masuk pada kata benda (isim) dan didahului oleh hamzah washal. Hukum lam ta’rif membahas tentang alif lam ( )الketika menghadapi huruf hijaiyyah, baik yang tergolong huruf-hurufqomariyyah maupun huruf-huruf syamsiyyah. Hukum bacaan lam ta’rif ini dibagi menjadi dua: Idzhar Qomariyah ( ) ِإ ْظ َه ُرا ْظاا َه َه ِإ َّي ِإ, Yaitu apabila ada Lam Ta’rif yang bertemu dengan salah ك َهو َهخ ْظ satu huruf yang ada dalam kalimat: ( ف َهع ِإ ْظي َه هُر )اَهب ِإْظغ َهح َّيج َه. Cara membacanya adalah اَه ْظا َه َه ُر ْظDan dengan membaca huruf lam tersebut dengan jelas. Contoh: اَه ْظا ُر ْظ ُرآ, اا َه َّي ُرا, bacaan yang kedua adalah Idghom Syamsiyyah ( ) ِإ ْظ َه ُرا اا َّيل ْظ ِإ يَّي ِإ, Yaitu apabila ada Lam Ta’rif yang bertemu dengan salah satu huruf yang ada dalam kalimat: ( َه ْظع سُروْظ َهء َه ٍّن ُرزاْظ ) ِإ ْظ ُر َّي ِإ ْظ َهاحْظ ًف َه ُر ْظ ِإ ْظ. Cara membacanya adalah dengan َه ِإ ْظ ًف اِإ ْظ َه َه ِإا ف َه ا ِإ َه ْظ memasukkan huruf lam tersebut ke huruf sesudahnya sehingga yang terbaca hanyalah huruf sesudahnya dengan memakai Tasydid. Contoh: اَها ِّدل ُرْظن, اَها َّي َه ُرا, اَها َّيل ْظ س
Jurnal
7
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan: “Dengan menggunakan metode Active Learning Berkelompok maka pemahaman pada pembelajaran PAI akan meningkat.” METODE PENELITIAN PenelitianTindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang berbasis kelas atau sekolah untuk melakukan pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Sifat penelitian ini adalah penelitian dekriptif, karena mengambarkan suatu teknik dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengajar PAI dan untuk mengetahui sejauh mana model dan strategi pembelajaran sebagai obat berguna untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakannya dalam KBM (Sukidin, 2002: 10). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir tahun ajaran 2011-2012. Dengan jumlah siswa 33 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Dalam standar kompetensi “mengenal kalimat dalam alQur’an” dan kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester ganjil. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Desember 2011. Prosedur Penelitian Tindakan dalam penelitian ini menggunakan skenario kerja dan prosedur tindakan dengan mengadaptasi model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah (Sukidin, 2002: 48). Dan pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan (Hopkins, 1993;32) sebagai berikut:
8
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Identifikasi Masalah
Perencanaan 1
Tindakan 1 Siklus 1
Refleksi 1
Observasi 1
Perencanaan 2
Tindakan 2 Siklus 2
Refleksi 2
Observasi 2
Gambar 1: Alur PTK Perencanaan Tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru pendamping adalah merumuskan masalah, mempersiapkan jadwal penelitian, materi atau bahan pelajaran kemudian peneliti menyusun tujuan, membuat rencana tindakan dan perangkat pembelajaran dan memprsiapkan kelengkapan lain yang mendukung penelitian. Pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk membangun pemahaman konsep peserta didik, dan pelaksanaan tindakan pada dasarnya mengaju pada setting yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Observasi Kegiatan yang dilaksanakan peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, serta untuk mengetahui sejauh mana perhatian dan aktivitas proses belajar siswa dalam pemahaman materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif dengan metode secara berkelompok. Refleksi atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Kemudian peneliti membuat rancangan atau rencana yang direvisi sebagai evaluasi, berdasarkan hasil refleksi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Jurnal
9
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Instrument Penelitian Intrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi hasil pelaksanaan tindakan. Yang diantaranya merupakan perencanaan pokok bahasan yaitu: 1) Menentukan standar kompetensi yaitu “mengenal kalimat dalam al-Quran” dan kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an”. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan. 3) Membuat soal pre tes dan soal pos tes. 3) Selanjutnya membuat format obervasi pembelajaran. Instrumen untuk tindakan pembelajaran meliputi: 1) Mengadakan pre tes sebelum pembelajaran dimulai. 2) Menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran. 3) Mengamati peserta didik berdiskusi dan berkelompok tentang materi yang dibahas. 4) Mengadakan evaluasi dengan pos tes. Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah; 1) Lembar Observasi meliputi: a) Catatan penelitian berupa catatan kejadian-kejadian atau segala perubahan-perubahan yang dijumpai ketika tindakan berlangsung. b) Lembar observasi tindakan yang dilakukan guru didalam kelas. c) Lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif atau secara berkelompok. 2) Soal tes, soal tes tertulis yang disusun peneliti dalam bentuk isian mengenai materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif. Teknik Analisa Data Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan memfokuskan ,mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif, yaitu hasil belajar dianalisis dengan membandingkan hasil belajar dari nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Ketuntasan belajar terdapat 2 kategori yaitu ketuntasan belajar secara perorangan dan secara klasikal. Di SDN Bogempinggir ditentukan seorang peserta didik telah tuntas belajar bila telah sampai skor 65% atau nilai 65 atau ketuntasan perorangan, dan kelas telah disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65% atau ketuntasan klasikal, untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
10
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
P = ∑ peserta didik yang tuntas belajar X 100% ∑ peserta didik Kriteria Keberhasilan Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan berdasar pada rencana tindakan yang ditetapkan, maka kriteria yang digunakan adalah bersumber dari tujuan atau misi dilakukannya tindakan. Adapun misi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman ilmu tajwid hukum bacaan lam ta’rif dengan metode active learning berkelompok matapelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo. Kriteria yang dijadikan tolak ukur keberhasilan tindakan dimaksud adalah pencapaian ketuntasan belajar minimal sesuai isi indikator kompetensi yang ditetapkan. HASIL PENELITIAN Siklus Pertama Penelitian tindakan kelas siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12 November 2011, jumlah yang mengikuti pembelajaran adalah 33 peserta didik yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Materi Pembelajaran dengan standar kompetensi al-Qur’an “mengenal kalimat dalam al-Qur’an” dan kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester ganjil 2010-2011. Kegiatan dalam penelitian siklus I menggunakan alur sebagai berikut:
Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah 1) menentukan tindakan berupa pemahaman tajwid hukum bacaan lam ta’rif dan model pembelajaran active learning berkelompok, 2) menyiapkan kartu untuk pembentukan kelompok, 3) membagikan kartu ajaib yang dibuat guru berisi penjelasan materi dan soal-soal untuk tugas, 4) menyiapkan kertas yang beisi keterangan materi untuk ditempelkan pada papan tulis 5) menyiapkan soal pre test dan pos tes 6) memberikan penjelasan dan mengadakan kesepakatan bersama akan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menggunakan active learning secara berkelompok.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Jurnal
11
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Tabel 1: Proses Kegiatan Belajar Mengajar No. Kegiatan Guru 1. Membagikan soal pre tes 2. Menginformasikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari kepada peserta didik 3. Menjelaskan secara singkat model atau strategi pembelajaran yang akan dilakukan 4. Meminta peserta didik untuk maju sau persatu mengambil kartu untuk pembagisn kelompok 5. Guru membagikan kartu ajaib yang berisi penjelasan materi kepada masing-masing kelompok 6. Guru menjelaskan materi dan mkasud dari kartu ajaib yang berisi penjelasan materi 7. Guru meminta perwakilan salah satu peserta didik maju untuk mengambil kartu jaib kedua yang berisi soal-soal 8. Guru meminta masing-masing kelompok membahas dan menjawab soal kemudian menempelkan jawaban kartu ajaib di papan tulis 9. Mengkoreksi bersama peserta didik hasil pekerjaan masing-masing kelompok dan pemberian skor (penilaian) 10. Melakukan refleksi pembelajaran dan penguatan 11. Membagi soal pos tes
Kegiatan Peserta Didik Mengerjakan soal pre tes Mendengarkan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru Mendengarkan penjelasan guru dan mengembangkan pikiran Maju dan mengambil kartu, serta berkumpul dengan kelompok masingmasing dan memilih ketua Masing-masing kelompok mendapatkan kartu ajaib yang berisi penjelasan materi Peserta didik mendengarkan penjelasan Peserta didik dalam masing-masing kelompok mendapat kartu ajaib yang berisi soal-soal Membahas kartu ajaib soal dan menjawab dengan menempelkan dipapan tulis Ikut mengkoreksi bersama guru
Melakukan refleksi pembelajaran dan mendengarkan penguatan guru Mengerjakan soal pos tes
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai guru pada proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran active learning. Pelaksanaan test sumatif dijadikan perekam semua proses yang terjadi selama proses belajar mengajar. Dan hasil test formatif akan dijadikan acuan untuk menentukan nilai dan ketercapaian KKM individual atau klasikal, sehingga peneliti mendapatkan data hasil evaluasi yang valid untuk menetapkan siswa yang tuntas pada siklus I. siklus I dilaksanakan di kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo dengan jumlah 33 orang siswa. Dibawah ini data hasi evaluasi pada siklus I.
12
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Tabel 2: Hasil Evaluasi Siklus 1 Siswa Kelas 3 SDN Bogempinggir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Nama Peserta Didik Afny Nur Rosyidah Achmad Wildan Faris Alfiana Andika Anisatul Nur Andy Sela Achmad yusuf Bogeleo Dio Calvin M Cindy Ayu Dichi Dermawan Diajeng Canthika Jefri Ichwan Della Ayu Dian Perdana Faris Asmar Fany Hadi Habib Hasyim Irfanal Nur lailatul Abidah Lidya Nur Marcelina Mohammad Yosfir Maulidiyah Mohammad Dani Nur Asita Oktavian Rifki Bagus Ramanda Rendy Febri Shelly Wesa Tanesa Yulia Dea Jumlah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan Belajar
KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Nilai Pretest 70 90 75 10 50 25 10 60 55 85 25 0 65 55 40 60 10 0 45 40 50 30 50 25 10 70 35 50 25 40 80 25 10 1370 41,51
Nilai
Tuntas
100 100 100 35 55 70 65 70 25 100 65 0 100 40 70 100 30 0 70 55 70 75 75 65 45 100 75 65 40 55 100 70 40 2125 64,39
Belum Tuntas
21
12
63,63%
36,36%
Jurnal
13
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Dari data hasil evaluasi di atas, pembelajaran yang menerapkan model active learning didapatkan nilai rata-rata sebesar 64,39 setelah adanya pretest sebelum diterapkannya model pembelajaran active learning dengan nilai rata-rata 41,51. Dengan ketuntasan yang dicapai peserta didik mencapai 63,63% atau 21 anak dari 33 jumlah peserta didik yang mengikuti evaluasi pada siklus I sudah tuntas belajar. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar secara individual sebanyak 36,36% atau 12 peserta didik. Data ini menunjukkan bahwa secara klasikal hasil belajar pada siklus pertama belum mengalami ketuntasan, karena peserta didik yang memperoleh nilai ketuntasan ≤ 65 sebesar 63,63% kurang dari presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 65%, karena secara intelektual peserta didik memiliki homogen. Untuk mengamati setiap perkembangan pada penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan lembar observasi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel. Tabel 3: Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1. No. 1. 2. 3. 4.
Aspek yang diamati Antusiasme dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar Kelancaran siswa dalam mengemukakan ide-ide atau pendapat dalam pemecahan masalah Keaktifan siswa bertanya pada proses pembelajaran Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
BS
B
C
K
Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang Instrument kegiatan berkelompok siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel.
14
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Tabel 4: Instrumen Observasi Kegiatan Kelompok Siswa pada Siklus 1. No.
Aspek Observasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aktif berdiskusi Aktif mencari sumber belajar Partisipasi anggota Kelancaran dalam menjawab pertanyaan Kemampuan mengemukakan pendapat Kemampuan mengkoreksi antar kelompok Kemampuan menyimpulkan hasil diskusi Kekompakkan dan kerja sama dalam kelompok
1
Kelompok 2 3
4
Ket
Keterangan: Perlu penambahan waktu untuk kegiatan berdiskusi dan peserta didik masih kurang dalam kemampuan mengkoreksi antar kelompok Lembar observasi Guru, pada tabel 5. Tabel 5: Instrumen Observasi Kegiatan Guru pada Siklus 1 No. 1
2
3
Kegiatan PENDAHULUAN 1. Guru melaksanakan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4. Guru menjelaskan langkah-langkah KBM KEGIATAN INTI 1. Guru membagi siswa kedalam kelompok 2. Guru membimbing kesiapan berdiskusi dalam berkelompok 3. Guru mengamati diskusi dalam berkelompok 4. Guru mengintervensi jalannya diskusi 5. Guru melaksanakan diskusi kelas 6. Guru memberikan penguatan PENUTUP 1. Melakukan evaluasi 2. Menyimpulkan hasil diskusi dalam berkelompok
Ya
Tidak
Jurnal
15
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Berdasarkan tabel di atas aktifitas guru selama proses Kegiatan Belajar Mengajar adalah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan active learning yang disesuaikan dengan RPP. Aktifitas guru dalam pembelajaran adalah melakukan apersepsi, memberikan motivasi, menjelaskan langkah-langkah KBM, yakni bertujuan untuk membangkitkan semangat memberikan gambaran kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada proses kegiatan ini guru melakukan pembimbingan dan kontrol terhadap pelaksanaan diskusi berkelompok untuk memastikan bahwa kegiatan diskusi berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Namun, pada tahap ini masih ada beberapa hal yang terlupakan sehingga akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Refleksi Dari pengamatan selama proses pembelajaran masih menunjukkan adanya kekurangan yaitu guru kurang maksimal dalam mengelola kelas, guru kurang memberikan semangat dan motivasi pada peserta didik, dari hasil evaluasi siswa masih banyak siswa yang belum tuntas, guru masih kurang baik dalam mengatur efisiensi waktu sehingga banyalk waktu terbuang untuk mengatur siswa dalam pelaksanaan diskusi dan berkelompok. Siklus Kedua Penelitian tindakan kelas siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 19 November 2011, jumlah yang mengikuti pembelajaran adalah 33 peserta didik terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Materi Pembelajaran dengan standar kompetensi Al Qur’an “mengenal kalimat dalam al-Qur’an” dan kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester ganjil 20102011. Kegiatan dalam penelitian siklus II menggunakan alur sebagai berikut:
Tahap Perencanaan II Berdasarkan refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I untu mendapatkan hasil lebih baik. Pada tahap perencanaan ini, peneliti memepersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP 2, LKS 2, Bahan ajar 2, lembar observasi 2, untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika latihan dan kerja kelompok dilaksanakan, mendesain alat evaluasi berdasarkan perkembangan pada siklus I serta menyiapkan instrumen pendukung pembelajaran lainnya. Dan berdasarkan pada kekurangan-kekurangan pada siklus I maka peneliti perlu mempersiapkan media yang diberi nama “Kartu Ajaib” dengan memperbaiki bahan yang digunakan untuk kartu ajaib sehingga lebih menarik dan jelas. Serta diusahakan guru untuk lebih tenang dan rileks dalam memberikan penjelasan dan banyak improvisasi. Guru bisa menambahkan volume suara agar lebih keras dan bisa didengar oleh seluruh peserta didik dalam kelas, guru juga
16
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
lebih memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik untuk tidak malumalu dan aktif dalam kegiatan berkelompok pada pembelajaran active learning.
Tahap Pelaksanaan Tindakan II Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, adapun proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan RPP dan lembar observasi yang telah dibuat mengacu pada revisi siklus I, sehingga diharapkan kekeliruan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pada proses belajar-mengajar digunakan pendekatan pembelajaran active learning dengan tahapan, pemberian materi, kerja kelompok, skor pengembangan individu dan penghargaan kelompok. hasil tes formatif akan dijadikan acuan untuk menentukan nilai dan ketercapaian KKM individual atau klasikal, sehingga peneliti mendapatkan data hasil evaluasi yang valid untuk menetapkan jumlah peserta didik yang tuntas atau belum pada siklus II. Pada akhir proses belajar mengajar diberikan tes evaluasi pada siklus II dengan tujuan untuk, mengetahui bahan hasil belajar mengajar yang sudah dilaksanakan, kemudian dikomparasikan dengan hasil pada siklus I. Adapun data hasil tes evaluasi pada Siklus II. Tabel 6: Hasil Tes Evaluasi Siklus 2 Siswa Kelas 3 SDN Bogempinggir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Nama Peserta Didik Afny Nur Rosyidah Achmad Wildan Faris Alfiana Andika Anisatul Nur Andy Sela Achmad yusuf Bogeleo Dio Calvin M Cindy Ayu Dichi Dermawan Diajeng Canthika Jefri Ichwan Della Ayu Dian Perdana Faris Asmar Fany Hadi Habib Hasyim Irfana Nuril Lailatul Abidah Lidya Nur Marcelina
KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Nilai 100 100 100 60 80 80 65 100 65 100 100 50 75 100 80 100 90 0 100 70 100 90
Tuntas
Belum Tuntas
Jurnal
17
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Mohammad Yosfir Maulidiyah Mohammad Dani Nur Asita Oktavian Rifki Bagus Ramanda Rendy Febri Shelly Wesa Tanesa Yulia Dea Jumlah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan Belajar
65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
75 70 85 100 70 100 100 100 100 100 50 2755 83,48
29
4
87,87%
12,12%
Berdasarkan data dari hasil evaluasi di atas pada siklus II diperoleh Nilai ratarata sebesar 83,48, jasil ini menujukkan adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan hasil siklus I yaitu 64,39. Dari 33 peserta didik yang telah tuntas pada siklus II sebanyak 29 anak dan 4 anak yang belum tuntas. Secara klasikal ketuntasan belajar pada siklus II telah tercapai sebesar 87,87%, yaitu lebih dari ketentuan ketuntasan sebesar ≤ 65%. Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Rekaman proses belajar mengajar selama penelitian tindakan kelas siklus II, pada tabel berikut: Tabel 7: Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 No. Aspek yang diamati 1. Antusiasme dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 2. Kelancaran siswa dalam mengemukakan ideide atau pendapat dalam pemecahan masalah 3. Keaktifan siswa bertanya pada proses pembelajaran 4. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang
18
Jurnal
BS
B
C
K
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Berdasarkan tabel di atas, Dapat diketahui antusiasme siswa mengikuti pembelajaran dengan sangat baik. Bahwa telah terjadi interaksi siswa selama proses belajar mengajar interaksi antar siswa, siswa dengan guru, kemampuan siswa mengemukakan ide atau gagasannya pada diskusi kelompok yang baik. Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok juga baik. Kemampuan siswa mengemukakan, dan respon siswa terhadap berbagai pertanyaan dari kelompok lain sangat baik. Hubungan antar siswa ditinjau dari keakraban, kerjasama, dan kompetisi dengan baik. Dari penjelasan ini bahwa ada peningkatan kualitas pembelajaran dibandingkan dengan siklus I. Tabel 8: Istrumen Observasi Kegiatan Kelompok Siswa Pada Siklus 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aspek Observasi Aktif berdiskusi Aktif mencari sumber belajar Partisipasi anggota Kelancaran dalam menjawab pertanyaan Kemampuan mengemukakan pendapat Kemampuan mengkoreksi antar kelompok Kemampuan menyimpulkan hasil diskusi Kekompakkan dan kerja sama dalam kelompok
1
Kelompok 2 3
4
Ket
Berdasarkan tabel di atas terjadi peningkatan yang sangat baik terhadap perkembangan aktifitas kelompok. Dan semua kelompok telah mampu melaksanakan diskusi dengan baik dan hal ini berpengaruh pada peningkatan hasil belajar. Tabel 9: Instrumen Observasi Kegiatan Guru pada Siklus 2 No. Kegiatan 1 PENDAHULUAN 1. Guru melaksanakan apersepsi 2. Guru memberikan motivasi 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4. Guru menjelaskan langkah-langkah KBM 2 KEGIATAN INTI 1. Guru membagi siswa kedalam kelompok 2. Guru membimbing kesiapan berdiskusi dalam berkelompok 3. Guru mengamati diskusi dalam berkelompok 4. Guru mengintervensi jalannya diskusi 5. Guru melaksanakan diskusi kelas 6. Guru memberikan penguatan
Ya
Tidak
Jurnal
19
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
3
PENUTUP 1. Melakukan evaluasi 2. Menyimpulkan hasil diskusi dalam berkelompok
Berdasarkan data di atas, diperoleh bahwa hasil aktivitas guru pada model pembelajaran active learning dalam pembelajaran yang paling dominan adalah peserta didik, peserta didik terlibat secara utuh lewat diskusi kelompok, guru hanya sebagai partner yang bertugas memberi motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik memahami orientasi pembelajaran. Pemebelajaran dapat dikatakan sudah sesuai dengan RPP yang disiapkan.
Refleksi Pada tahap ini akan merefleksikan kembali apa yang telah dilaksanakan selama penelitian tindakan kelas dilakukan dari data yang diperoleh dapat diuraikan, (1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan pembelajaran dengan cukup baik dengan model pembelajaran active learning berkelompok, meskipun ada beberapa bagian yang masih belum sempurna, tetapi presentasi pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan cukup baik, (2) berdasarkan data hasil lembar observasi siswa, tingkat keaktifan, kemampuan menyampaikan ide dan merangkum hasil diskusi kelompok siswa semakin meningkat dari siklus I ke Siklus II, (3) kekurangan pada siklus I diperbaiki sehingga tidak terjadi pada siklus II, dan (4) hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara kualitatif dan kuantitatif dari siklus I ke Siklus II. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir Balong Bendo Sidoarjo selama 2 bulan, dari pemebelajaran yang telah dilaksanakan dengan dua siklus dan pembahasan seluruh proses analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan active learnig berkelompok dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan hasil belajar baik secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan ditandai naiknya nilai rata-rata pada siklus pertama pada siklus kedua. Pada Siklus pertama yaitu diperoleh nilai rata-rata 64,39 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 63,63% atau sebanyak 21 anak yang tuntas belajar dari total 33 peserta didik. Siklus kedua terjadi peningkatan hasil belajar, nilai rata-rata yang diperoleh 83,48, dengan ketuntasan belajar klasikal 87,87% sebanyak 29 peserta didik yng tuntas belajar.
20
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Saran Model pembelajaran Active Learing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga siswa mengetahui langkah-langkah pembelajaran untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran Active learning sangat cocok untuk pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam. Agar pembelajaran dengan model active learning dapat brjalan dengan baik, guru hendaknya membimbing dandan mengrahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran pada materi PAI hendaknya dilakukan secara variasi sehingga tidan monoton tidak menimbulkan kejenuhan, tetapi menark bagi siswa nya, membuta siswanya menjadi ikut aktif pembelajaran hendakya pula jangan berpusat pada guru tetapi pada siswa juga, artinya berpusat pada siswa dengan demikian siswa akan terampil, mendapatkan pengetahuan baru sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi secara mandiri.
Jurnal
21
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. I Silberman, Melvin. 1996. Active learning. Bandung: Nusamedia. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Insan Cendekia. Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2203596pengertianpemahaman/ #ixzz1eS3koZCo (diakses tanggal 14 November 2011). http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-activelearning/(diakses tanggal 14 November 2011). (http://edu-articles.com/) (diakses tanggal 21 November 2011)..
22
Jurnal