Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NURUL FALAH PEKANBARU *Raudhah Awal **Masparingga *Dosen Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning **Alumni Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning ABSTRACT: The purpose of this research is to know effect of implementation of model cooperative learning of jigsaw to improve the student achievement of grada XI IPA SMA Nurul Falah Pekanbaru on the concept human ekskresi. This research conducted of even semester on 28 March-11 April 2012. The method of this research used was experiment quasi of Pretest-Posttest Control Group Design. The sample of this research was student of XI IPA1 and XI IPA2 with amount of each class were 42 students, who whice was taken with simple random sampling technique. The data was analyzed in the from of t-test if data is normal and homogeneous, and U Mann-Whitney if the data distribution is not normal or not homogeneous. The mean of pretest for control class was 9,33, while experiment class was 9,36. After conducted by cooperative learning of jigsaw at experiment class the mean of posttest for experiment class was 23,38 and at control class was 21,00. The mean of N-Gain at experiment class was 0,78 categorized high at level while at control class was 0,56 categorized at medium level. Thereby can be concluded that the implementation of cooperative learning type jigsaw on the concept of human ekskresi can improve the achievement of students class XI IPA SMA Nurul Falah Pekanbaru. Keyword: Study of cooperative learning type of jigsaw, result of learning and human ekskresi ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMA Nurul Falah Pekanbaru kelas XI IPA pada konsep sistem ekskresi manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Maret s/d 11 April 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen PretestPosttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dengan jumlah siswa masing-masing 42 orang siswa yang diambil teknik simple random sampling. Teknik analisa data penelitian ini dapat berupa t-test apabila data normal dan homogen dan U Mann-Whitney test apabila data tidak normal atau tidak homogen. Rerata pretest pada kelas kontrol 9,33, sedangkan pada kelas eksperimen 9,36. Setelah dilakukan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas eksperimen diperoleh data posttest 26,38, sedangkan pada kelas kontrol 21,00. Rerata N-Gain pada kelas eksperimen 0,78 kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol 0,56 dikategorikan sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas XI IPA SMA Nurul Falah Pekanbaru. Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, hasil belajar, dan sistem ekskresi manusia.
54
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62
PENDAHULUAN Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma di dalam pendidikan (Sardiman, 2007). Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah berusaha mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain: mengadakan perubahan kurikulum, perubahan buku paket, penataran dan pelatihan guru-guru. Salah satu usaha yang tidak kalah penting adalah perbaikan proses pembelajaran, mengenai proses pembelajaran terdapat dua hal yang penting yaitu belajar dan mengajar, yang merupakan inti proses pendidikan. Belajar dan mengajar yang efektif adalah dalam proses pembelajaran siswa bukanlah dipandang sebagai objek tetapi dipandang sebagai subjek didik yang harus aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru sebagai fasilisator membantu siswa memiliki keterampilan yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif dan mampu mengembangkan potensinya
yang merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran yang terjadi di sekolah khususnya di kelas lebih bersifat teacher center, dimana guru sebagai pusat ilmu dan siswa hanya menerima apa yang di berikan guru. Sehingga potensi yang besar yang ada pada siswa tidak bisa di optimalkan dan di kembangkan, ditambah lagi dengan metode guru yang hanya bersifat ceramah, padahal metode ini tidak bisa diterapkan seutuhnya dalam proses pembelajaran dan harus dipadukan dengan metodemetode yang mampu mengoptimalkan potensi siswa dengan menyesuikan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru bidang studi biologi yang ada di SMA Nurul Falah khususnya yang mengajar di kelas XI IPA pada dasarnya pelajaran biologi bukanlah pelajaran yang sulit seperti matematika dan fisika tetapi dilihat hasilnya ternyata dari latihan dan ulangan yang diberikan masih dibawah KKM(Kriteria Ketuntasan Minimum), yakni 73 dengan 65% siswa tidak tuntas. Mengingat begitu pentingnya mata pelajaran biologi di SMA serta melihat aktivitas dan hasil belajar yang telah mereka capai selama ini, maka perlu adanya upaya dalam pencarian solusi yang tepat dan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat meningkatkan minat siswa
55
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 dalam proses belajar mengajar dengan cara melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih aktif. Untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa agar lebih aktif, salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama yang positif.Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Disini masingmasing siswa mempunyai tanggung jawab dalam menguasai sebuah materi yang diperoleh dari kelompok ahli yang akan disampaikan kepada kelompok asalnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mempunyai kelebihan yaitu dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan pada orang lain (Hesti, 2009). METODE PENELITIAN
Penelitian inidilaksanakan pada semester genap di bulan April 2012 di kelas XI IPA SMA Nurul Falah Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012. Populasi adalah siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 3 kelas.Sampel diambil 2 kelas dengan teknik simple random sampling sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA2 dan kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA1dengan jumlah siswanya masing-masing 42 siswa. Parameter yang diamati pada penelitian ini ialah hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk metode pengumpulan data digunakan 4 jenis instrument, yakni silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, dan lembar tes. Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dijalani, yakni: a. tahap persiapan (observasi, penyusunan proposal dan penyususnan instrument), tahap pelaksanaan (pemberian pretest, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pemberian posttest) dan tahap penyusunan laporan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol maka diperoleh N-Gain sebagai berikut:
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen.Perolehan data dianalisis dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group Desaign (Fraenkel & Wallen, 1993).
56
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62
Kelas Eksperimen Kontrol
n Nilai Ideal 42 1,00 42 1,00
Tabel 1 Hasil N-Gain N-Gain Nilai Minimum Nilai Maksimum 0,50 0,95 0,37 0,74
Berdasarkan Tabel 1 nilai minimum N-Gain pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen nilai minimum sebesar 0,50 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,37. Begitu juga dengan nilai maksimum pada kelas eksperimen sebesar 0,95 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,74. Adapun nilai idealnya yaitu 1,00.
N-Gain 0,78 0,56
Nilai rerata N-Gain kelas eksperimen sebesar 0,78 sedangkan pada kelas kontrol 0,56. Maka dapat disimpulkan bahwa N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan NGain pada kelas kontrol. Perbandingan hasil N-Gain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol ini dapat dilihat dari diagram batang di bawah ini:
1 0,78
Rerata
0,8 0,6
0,56
0,4 0,2 0 kontrol
eksperimen
Gambar 1. Diagram batang perbandingan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat di lihat rerata N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rerata N-Gain kelas kontrol. Rerata kelas eksperimen 0,78, sedangkan rerata kelas kontrol 0.56.
Perbandingan data N-Gain persiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang digambarkan dengan diagram garis sebagai berikut:
57
Rerata
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0,95 0,94 0,91 0,87 0,86 0,86 0,85 0,85 0,83 0,86 0,85 0,85 0,820,86 0,84 0,83 0,82 0,810,80 0,81 0,80 0,81 0,79 0,79 0,770,76 0,76 0,75 0,74 0,74 0,73 0,73 0,73 0,72 0,71 0,71 0,68 0,71 0,70 0,67 0,70 0,70 0,68 0,68 0,68 0,65 0,68 0,670,68 0,64 0,64 0,64 0,60 0,600,57 0,60 0,60 0,57 0,560,56 0,56 0,55 0,55 0,55 0,55 0,52 0,50 0,50 0,50 0,50 0,48 0,46 0,47 0,45 0,43 0,42 0,42 0,40 0,39 0,39 0,39 0,37 0,90
kontrol eksperimen
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 42 Gambar 2. Diagram garis N-Gain persiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Gambar di atas dapat di dan apabila data tidak berdistribusi lihat nilai N-Gain yang tertinggi yaitu normal dan homogen maka dilakukan pada kelas eksperimen dengan nilai perhitungan statistik denagn 0.78, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan non parametrik yaitu 0.56.nilai terendah N-Gain dikelas salah satunya dapat menggunakan U eksperimen adalah 0.50 sedangkan Mann Whitney test. pada kelas kontrol 0.37. Di lihat secara Uji normalitas dilakukan untuk keseluruhan nilai N-Gain persiswa mengetahui apakah data berdistribusi pada kelas eksperimen lebih tinggi dari normal atau yang menjadi syarat untuk kelas kontrol. menentukan langkah pengujian dengan Dari hasil N-Gain yang menggunakan uji statistik parametrik diperoleh pada kelas eksperimen dan atau non parametrik. Pada penelitian kelas kontrol selanjutnya dilakukan uji ini diuji normalitas dengan normalitas, uji homogenitas dan uji menggunakan rumus Kolmogorov lanjut, dimana jika data berdistribusi Smirnov (KS-21). Hasil data uji normal dan homogen maka uji lanjut normalitas pretest pada kelas dengan menggunakan statistik eksperimen dan kontrol dapat di lihat parametrik yaitu menggunakan uji-t pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas N-Gain Jenis Data Kelas Uji Normalitas Asym. Sig α Keputusan Keterangan N-Gain Eksperimen 0,577 0,05 Terima H0 Normal Kontrol 0,854 0,05 Terima H0 Normal
58
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 Uji normalitas N-Gain pada asym. sig < 0,05 maka keputusan tolak kelas eksperimen diperoleh H0 berarti data tidak berdistribusi asym.sigsebesar 0,577 data normal, normal. sedangkan pada kelas kontrol sebesar Selanjutnya dilakukan uji 0,854 data normal. Taraf signifikan (α) homogenitas untuk menentukan ke yaitu sebesar 0,05 (5%), apabila asym. homogenan sampel. Data yang telah Sig >0,05 maka keputusan terima H0 dianalisis, dapat di lihat di bawah ini: berarti data berdistribusi normal, jika Tabel 3 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Jenis Data Based On Trimed Mean α Keputusan Keterangan N-Gain
2,191
Uji homogenitas N-Gain dapat di lihat pada tabel di atas.Based On Trimed Mean pada N-Gain sebesar 2,191. Taraf signifikan (α) 0,05 (5%), apabila based on trimed mean > 0,05 maka keputusan terima H0 berarti data berasal dari varian yang homogen, jika
Jenis Data N-Gain
Nilai t -9,857
0,05
Terima H0
based on trimed mean < 0,05 maka keputusan tolak H0 berarti data berasal dari varian yang tidak homogen. Data uji-t N-Gain yang telah dianalisis, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Hasil Uji-t N-gain Sig. (2 tailed) α Keputusan 0,000 0,05 Tolak H0
Berdasarkan uji-t pada independent hitung pada N-Gain sebesar -9,857, sig. (2 tailed) sebesar 0,000, dan taraf signifikan (α) 0,05. Apabila sig. (2 tailed)> 0,05 maka keputusan terima H0 berarti data tidak berbeda signifikan, jika sig. (2 tailed)< 0,05 maka keputusan tolak H0 berarti data berbeda signifikan. PEMBAHASAN Hasil analisis pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Homogen
Keterangan Berbeda signifikan
menunjukkan bahwa tidak dapat perbedaan yang signifikan yang artinya siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang hampir sama pada materi sistem ekskresi manusia dengan rerata sebesar 31,19 dan 31,11. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas data pretest tersebut berdistribusi normal dan homogen. Maka untuk uji lanjut digunakan rumus uji-t.Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan Sugiono (2007) data hasil
59
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 pretest jika berdistribusi normal dan homogen maka dianalisisdengan menggunakan statistik uji t. Hasil analisis posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh rerata sebesar 85,32 dan 70,00. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen proses belajar mengajarnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol H0 diterima, berarti data berdistribusi normal.Uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data varian homogen.Maka untuk uji lanjut digunakan rumus uji-t. Data analisis N-Gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh rerata sebesar 0,78 dan 0,56. N-Gain kelas eksperimen 0,78 dikategorikan tinggi, 0,56 pada kelas kontrol dikategorikan sedang. Pada kelas kontrol ada satu orang siswa memperoleh nilai minimum N-Gain sebesar 0,37, hal ini disebabkan siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran karena strategi yang digunakan guru hanya ceramah dan mencatat. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas, data N-Gain tersebut berdistribusi normal dan homogen.Maka untuk uji lanjut digunakan rumus uji-t. Data posttest dan N-Gain setelah dilakukan uji lanjut menggunakan uji-t diperoleh keputusan data yang diperoleh berbeda signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini dilihat dari Sig. (2 tailed).
Apabila Sig. (2 tailed)> 0,05 maka keputusan terima H0 berarti data tidak berbeda signifikan, jika Sig. (2 tailed)< 0,05 maka keputusan tolak H0 berarti data berbeda signifikan. Setelah dilakukan analisis data dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sistem ekskresi manusia.Disini terlihat bahwa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dari pada kelas kontrol, hal ini terlihat dari hasil N-Gain pada kedua kelas.Dari hasil NGain tersebut dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.Pada aktivitas siswa dan guru pada kelas eksperimen lebih tinggi. Hal ini di sebabkan dikelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw dimana dalam proses pembelajaran siswa bekerjasama dalam kelompok yang memiliki kemampuan berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti juga menilai aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi. Observasi ini bertujuan untuk melihat sikap siswa dan sikap guru melalui aktivitas yang dilakukan siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Lembar observasi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan juga perlakuan yang dilakukan pada kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dengan adanya lembar observasi tersebut pembaca dapat melihat perubahan tingkah laku siswa dan kegiatan guru saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Aktivitas siswa yang dilihat pada kelas eksperimen, pada saat siswa bergabung pada kelompok asal sebesar 60
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 52,38%, siswa membahas topik bahasan yang diberikan guru sebesar 52,38%, siswa bergabung pada kelompok ahli sebesar 66,67%, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan topik pembahasan kepada teman satu kelompok sebesar 66,67%, siswa memberi tanggapan pertanyaan guru sebesar 76,19%. Aktivitas siswa pada kelas kontrol pada saat mengikuti proses pembelajaran sebesar 54,76%, siswa belajar dengan sungguh-sungguh sebesar 23,80%, siswa yang aktif bertanya 19,04%, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru sebesar 66,67%, siswa memberikan tanggapan 23,80%. Dengan melihat lembar observasi tersebut bahwa siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem ekskresi manusia melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran (berpusat pada siswa), sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran berpusat pada guru. Sementara itu untuk aktivitas guru dilihat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ada 10 poin.Dari observasi ini dapat dilihat pada kelas eksperimen aktivitas guru sebesar 100%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 70%.Dari hasil aktivitas guru pada kedua kelas dapat dikatakan bahwa aktivitas guru kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.Disebabkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berdasarkan penjelasan di atas terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar dan aktivitas siswa pada sistem
ekskresi manusia yang menerapkan model pembelajran kooperatif tipe Jigsaw dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas XI IPA SMA Nurul Falah Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012.Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari niali rerata NGain. Nilai rerata N-Gain kelas eksperimen 0,78dikategorikan tinggi, 0,56 pada kelas kontrol dikategorikan sedang. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis uraikan, maka penulis menyampaikan saran, kepada guru agar dapat menerapkan model pembelajaran kooperati tipe jigsaw sebagai variasi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi peneliti dan pembaca yang ingin melaksankan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebaiknya melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai sintaks kooperatif agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
61
Lectura Volume 04, Nomor 01, Februari 2013, hlm 54- 62 DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2008.Guru Profesional. Alfabeta, Bandung. Arends, 1997.Classroom intruction management. New York. The MC. Grow Hill Company. Aronson, Elliot. 2005. JigsawClasroom. (online). http://www.jigsaw/org. Diakses 22/5/2012. Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.PT. Bumi Aksara. Jakarta. Aryoso. 2009. Uji T Berpasangan. Tersedia http://statistik4life.blogspot.com/ 2009/11/uji-t-berpasangan.html. Akses (April 2011) Dimyanti & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fraenkel & Wallen. 1993. How To Design And Evaluate Research In Education. MC Ggaw- Hill. Singapura. Hamalik, O. 2006.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hemenway. 2012. The Use of the Jigsaw in Hypothesis Testing. [online], Tersedia: http ://www. Jurnal penelitian Jigsaw.org. -05. Akses [22 Maret 2012]. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kencana. Jakarta. Meltzer, D.E. 2002.The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physic : A Possible Hidden Variable In Diagnostic Pretest Scores. American Journal Of Physic. Pratiwi, Maryati. S, Suharno, Bambang. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta. Sardiman, A,M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Surapranata Cipta. Jakarta. Slavin, E,R. 2005. Cooperative Learning.Theory Research and Practice. Allymand Bacon. London. Slavin, E,R. 2008. Cooperative Learning.Theory Research and Practice. Allymand Bacon. London. Sudjana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Remaja. Rosdakarya. Bandung Sudjana. 2002. Metode Tarsito. Bandung.
Statistika.
62