Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No. 1 (2015): 7-11
ISSN:2443-3608
MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Nurul Husna Rosvita1, Rabiatul Adawiyah1 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin. Jl. Sultan Adam, Komplek H. Iyus Blok A no. 18 RT. 23. e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing materi kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan metode kuantitatif dengan subyek siswa kelas XD MAN 3 Banjarmasin, Tahun Ajaran 2013/2014. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes tertulis yang dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran. Data dianalisis secara kuantitatif dengan presentase. Hasil penelitian menunjukkan, hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap pertemuannya.Ketuntasan klasikal pada pretes siklus I yang hanya sebesar 6% meningkat menjadi 28% pada siklus II sedangkan postes siklus I ketuntasan klasikal sebesar 85% meningkat menjadi 90% di siklus II. Kata kunci: hasil belajar, inkuiri terbimbing Published: Maret 2015 PENDAHULUAN Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetesi Lulusan (SKL) menerangkan kreteria kualifikasi
kemampuan
lulusan
yang mencakup sikap,
Lulusan SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C
pengetahuan,
dalam hal pengetahuan
siswa
dan
keterampilan.
diharapakan
memiliki
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognetif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomenal dan kejadian (Permendikbud No. 56 Tahun 2013). Sedangkan menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses (SP) Pendidikan Dasar dan Menengah adalah kreteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi perserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik seta psikologi perserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pendidikan, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Untuk menyikapi penerapan Kurikulum 2013 maka sesuai dengan penerapan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Proses (SP) penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik
yaitu
pembelajaran
yang
mendorong
siswa
lebih
mampu
dalam
mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan (D irektorat PSMA, 2013:4). 7
Rosvita NH & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No 1 (2014): 7-11 Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru biologi di MAN 3 Banjarmasin. Kenyataan yang terjadi pada proses pembelajaran guru mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar yaitu dalam hal mengaktifkan siswa untuk berpikir analitis terhadap konsep-konsep pelajaran yang diajarkan. Hal tersebut menyebabkan perserta didik cendrung hanya menghapal konsep-konsep yang sudah ada pada buku pedoman yang mereka pakai tanpa memahami maksud dari bacaan yang ada di buku tersebut. Dalam hal ini, tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif dan proses. Masih ada saja siswa yang belum mencapai KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu ≥70. Penyebab permasalahan ini terjadi karena siswa kurang memahami dalam menjelaskan terhadap bentuk pembelajaran biologi.Salah satu cara untuk mencapai dan memecahkan persoalan ini maka peneliti ingin mencoba menggunakan model pembelajaran yang berbeda yaitu Inkuiri (menemukan), di mana dengan menggunakan pembelajaran seperti ini diharapkan jalannya pembelajaran dapat membuat siswa aktif dan saling berinteraksi antar siswa, siswa dengan guru, serta siswa dan sumber belajar. Penggunaan model inkuiri terbimbing juga dilakukan oleh (Rahmawati, dkk. 2012) Populasi dalam penelitian eksperimen ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Rembang. Penentuan sampel dengan sistem Cluster random sampling, dan diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan menggunakan model inkuiri terbimbing dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan menggunakan metode konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ketuntasan belajar klasikal kelompok eksperimen sebesar 88% dan kelompok kontrol sebesar 17%. Ratarata nilai postes kelas eksperimen sebesar 75,42 dan kelas kontrol sebesar 54,58. Hasil pengamatan terhadap aspek keaktifan siswa kelas eksperimen sebesar 85,88% dan pada kelas kontrol sebesar 78,70%. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).PTK terbagi menjadi empat tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XD MAN 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 39 orang.Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang diperoleh sesuai materi kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya. Tahap-tahap pembelajarannya yang dilakukan adalah: 1. Mempersiapkan siswa dalam pembelajaran. Siswa bertanyadari hal-hal yang masih dirasa kurang dipahami. (Fase 1 Inkuiri: Orientasi). 2. Dengan tanya jawab dan diskusi menggunakan gambar-gambar tentang pencemaran lingkungan. Mengarahkan siswa menemukan konsep pencemaran lingkungan. Selanjutnya, menyajikan informasi berupa rumusan masalah dengan mengacu pada LKPD. (Fase 2 Inkuiri: Penyampaian informasi dan merumuskan masalah).
8
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
3. Mengorganisasikan dalam kelompok-kelompok, setiap siswa terdiri dari 5-6 orang siswa. Selanjutnya membagikan LKPD kepada setiap kelompok. 4. Membimbing siswa merumuskan hipotesis atas rumusan masalah yang telah diberikan di LKPD dengan cara meminta siswa kerjasamadengan kelompoknya. (Fase 3 Inkuiri : Merumuskan hipotesis). 5. Membimbing kelompok melakukan pengamatan sesuai prosedur yang tertulis di LKPD dan membimbing siswa melakukan
pengisian
terhadap
tabel pengamatan.
(Fase
4
Inkuiri:
Mengumpulkan data). 6. Membimbing kelompok dalam menguji hipotesis secara teliti untuk menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data bukan hanya berdasarkan argumentasi.(Fase 5 Inkuiri : Menguji hipotesis). 7. Satu-dua kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil analisisnya dan mengkomunikasikan pekerjaannya kepada kelas dan memberi kesempatan siswa untuk menjadi pendengar yang baik, membimbing kelompok dalam menarik kesimpulanberdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan mengacu pada LKPD. Siswa diingatkan agar tetap mengutamakan sikap menghargai pendapat orang laindalam merumuskan kesimpulan tersebut. (Fase 6 Inkuiri: Menarik kesimpulan). Data hasil belajar siswa diambil melalui hasil postes pada setiap siklus.Data dianalisis secara kuantitatif dengan presentase untuk menggambarakan pencapaian hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada awal siklus 1 materi yang diujikan adalah pencemaran udara dan pada akhir siklus 1 materi yang diujikan kepada siswa adalah pencemaran air.Siklus 2 pertemuan 1 materi diujikan adalah pencemaran tanah sedangkan pertemuan 2 materi yang diujikan adalah pencemaran suara. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II.Pada pertemuan 1 siklus I dan II diadakan pretes sedangkan pada pertemuan 2 siklus I dan II diadakan postes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara individu dan klasikal pada siklus I dan II dengan KKM ≥70 pada materi kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada siswa kelas XD MAN 3 Banjarmasin.Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Siklus I Siswa yang hadir Rata-rata Tuntas Tidak tuntas Persentase tuntas Persentase tidak tuntas
P1 31 47,09 2 29 6% 94%
P2 39 79,61 33 6 85% 15%
Siklus II P1 P2 39 39 59,87 83,33 11 35 28 4 28% 90% 72% 10% 9
Rosvita NH & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No 1 (2014): 7-11 Berdasarkan Tabel 1 tentang hasil belajar siklus I dan II diketahui hasil pretes pada siklus I pertemuan 1 dari jumlah 31 siswa 2 orang siswa yang tuntas dengan nilai sesuai KKM yaitu lebih dari sama dengan 70 sedangkan 29 siswa yang lain masih belum tuntas dengan nilai masih di bawah KKM. Ketuntasan klasikal pada pretes siklus I sebesar 6% dengan rata-rata nilai 47,09. Pada postes yang diadakan pada siklus I pertemuan 2 terdapat 33 orang siswa yang tuntas dengan nilai sesuai KKM, sedangkan 6 orang siswa lainya masih belum tuntas. Ketuntasan klasikal pada postes siklus I sebesar 85% dengan rata-rata nilai 79,61. Selanjutnya berdasarkan Tabel 1 juga diketahui bahwa hasil pretes pada siklus II pertemuan 1 ada 11 orang siswa yang tuntas dengan nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang telah ditentukan sedangkan 28 siswa lainya masih berada dibawah KKM. Ketuntasan klasikal pada pretes siklus II ini sebesar 28% dengan nilai rata-rata 59,87. Untuk postes siklus II pertemuan 2 terdapat 35 orang siswa yang tuntas dan 4 orang lainya masih berada dibawah KKM. Ketuntasan klasikal untuk postes siklus II sebesar 90% dengan nilai rata-rata 83,33. Berdasarkan hasil pretes dan postes pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan klasikal pada pretes siklus I yang hanya sebesar 6% meningkat menjadi 28% pada siklus II.Sedangkan postes siklus I ketuntasan klasikalnya sebesar 85% meningkat menjadi 90% pada postes siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya pada kelas XD dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena ketuntasan klasikal yang dicapai pada akhir siklus II sebesar 90% dengan rata-rata nilai 83,33 sudah melebihi indikator keberhasilan yang hanya 85% dan nilai di atas KKM yang berlaku yaitu lebih dari atau sama dengan 70. Peningkatan hasil belajar kognitif dikarenakan pengetahuan siswa selama pembelajaran bertambah sehingga siswa mampu menjawab soal-soal postes lebih baik daripada sol-soal pretes.Meskipun masih terdapat siswa yang belum tuntas hal ini menunjukkan bahwa kemampuan setiap individu berbeda dengan individu lainnya. Selain itu suasana dalam proses pembelajaran juga memengaruhi hasil belajar seorang individu. Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila dalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.Keinginan atau dorongan belajar inilah yang disebut dengan motivasi (Sardiman, 2008). Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan, penelitian yang dilakukan Anita (2013:37) juga menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah kognitif setiap siklusnya. Dengan menggunakan model inkuiri terbimbing ketuntasan klasikal pretes pada siklus I 46,15% meningkat menjadi 57,69% pada siklus II. sedangkan untuk ketuntasan klasikal postes pada siklus I sebesar 92,3% meningkat menjadi 96,15% pada siklus II.
10
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XD MAN 3 Banjarmasin pada konsep kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya. DAFTAR PUSTAKA Anita. 2013. Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XB SMPNegeri 1 Tamban pada Konsep Hubungan Antar Komponen Ekosistem, Perubahan Materi dan Energi serta Peranan Manusia dalam Keseimbangan Ekosistem dengan Menggunakan Inkuiri. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: Program S1 STKIP PGRI Banjarmasin Jurusan Pendidikan Biologi.
Direktorat PSMA. 2013. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika (Peminatan) melalui Pendekatan Saintifik.(Online),(http://www.google.com/ . pada tanggal 10 Desember 2013). Rahmawati, U. dkk. 2012. Pembelajaran Buffer Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online).Chemistry in Education 2 (1) (2012). Urip.
2013. Salinan Permendikbud tentang Standar Kompetensi Lulusan. Diambil dari http://urip.files.wordpress.com/2013/06/01-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-54tahun-2013-ttg-skl.pdf diakses tanggal 10 Februari 2014.
Urip.
2013. Salinan Permendikbud tentang Standar Proses. Diambil dari http://urip.files.wordpress.com/2013/06/03-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-65-tahun2013-ttg-standar-proses.pdf diakses tanggal 10 Februari 2014.
Sardiman.2009.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Rajawali Pers.
11