Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No.3 (2015) : 10-14
ISSN : 2443-3608
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI EKOSISTEM
Herlina1, Almira Ulimaz1 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks H. Iyus Blok A No.18 RT.23
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi ekosistem menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas X-E MAN 2 Model Banjarmasin pada tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pemberian tes berupa soal pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥85%. Pada siklus I hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari pretest sebesar 45,94% meningkat menjadi 72,97% pada posttest, dan pada siklus 2 dari 75,67% pada pretest meningkat menjadi 91,89% pada posttest. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, ekosistem
Published: September 2015
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA, khususnya pada pembelajaran ekosistem perlu tindak lanjut dalam perbaikan pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar biologi pada materi ekosistem. Untuk mengatasi kesulitankesulitan dalam pembelajaran salah satu pertimbangannya yaitu memperbaiki kemampuan siswa dalam melakukan perbaikan dan proses pembelajaran. Salah satunya adalah kurangnya motivasi belajar pada diri siswa sebagai peserta didik disebabkan oleh pembelajaran yang disajikan selama ini cenderung tekstual saja (Hamzah & Uno 2013:135). Salah satu caranya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yang berarti siswa ikut serta, atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Perlu adanya tindak lanjut dalam pembelajaran materi ekosistem dikarenakan dari hasil observasi pada kelas X-E MAN 2 Model Banjarmasin memperlihatkan masih kurangnya siswa dalam berpikir kritis dan logis pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga menganggu hasil belajar siswa juga adanya siswa yang kurang aktif saat pembelajaran berlangsung. Selain itu juga diketahui bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
10
Herlina & Ulimaz, Almira / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.3 (2015): 10-14
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkan (Trianto 2011:109). Dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing jadi siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari keingintahuan mereka dengan bimbingan guru. Dengan tahapan yang pertama orientasi yaitu membina suasana yang responsif, tahapan kedua merumuskan masalah, tahapan ketiga merumuskan hipotesis (dugaan sementara), tahapan keempat mengumpulkan data, tahapan kelima menguji hipotesis, dan tahapan keenam merumuskan kesimpulan. Inkuiri secara umum adalah strategi mengajar yang dirancang untuk mengajar siswa bagaimana menginvestigasi masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan dengan kenyataan. Inkuiri dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu mengajukan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Inkuiri dapat dilaksanakan dengan 3 tahapan, yaitu: siswa melaksanakan praktek, siswa menduga atau mencari alternatif pemecahan dan menyimpulkan (Hobri 2008:27). Penulis merasa cocok jika materi tentang ekosistem menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing, karena pada materi ini dibahas bahan yang berhubungan langsung dengan alam sekitar. Jadi, menurut penulis siswa pasti memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing jadi siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari keingintahuan mereka dengan bimbingan guru. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi ekosistem menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut (Asrori, 2007:6) penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif, artinya penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal. Penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus. Di mana siklus 1 ada 4 kali pertemuan dan siklus II ada 4 kali pertemuan dan setiap siklusnya ada 4 tahap, diantaranya perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation), evaluasi dan refleksi (reflection). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-E MAN 2 Model Banjarmasin, dengan jumlah siswa 39 orang. Berdasarkan hasil observasi pada kelas X-E masih memperlihatkan kurangnya siswa dalam berpikir kritis dan logis juga siswa yang kurang aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga menganggu hasil belajar siswa. Diketahui bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan tengah semester yaitu 52% siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum sekolah (KKM). Penelitian ini dilakukan di kelas X-E MAN 2 Model Banjarmasin, Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester genap pada tahun ajaran 2013/2014.
11
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Ekosistem
Nilai hasil belajar siswa dapat dianalisis secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Ketuntasan individual dihitung dengan menggunakan rumus:
Nilai =
x 100
Keterangan penilaian: 1.
Nilai 91-100 berarti amat baik
2.
Nilai 81-90 berarti baik
3.
Nilai 71-80 berarti cukup
4.
Nilai 60-70 berarti kurang
5.
Nilai kurang dari 60 berarti sangat kurang
(Kunandar 2013:129).
Sedangkan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: KB =
x 100%
Dimana KB = ketuntasan belajar T = Jumlah siswa yang diperoleh tuntas Tt = jumlah total (Trianto, 2012:63). Untuk mengetahui kriteria ketuntasan belajar siswa dan kualifikasi ketuntasannya dapat dilihat kategori ketuntasan klasikalnya dengan melihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria ketuntasan Persentase (%)
Kualifikasi
90-100
Baik sekali (BS)
80-89
Baik (B)
70-79
Cukup (C)
<70
Kurang (K)
Sumber : Winataputra (2008:17).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi ekosistem untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X-E MAN 2 Model Banjarmasin diambil data secara kuantitatif dilihat dari hasil pretest dan posttest. Pretest diberikan pada awal pembelajaran dan soal posttest diberikan diakhir pembelajaran dengan menggunakan soal yang sama.
12
Herlina & Ulimaz, Almira / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.3 (2015): 10-14
Hasil belajar siswa selama penelitian dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ketuntasan Belajar Pada Siklus I dan Siklus II Siklus 1
Test Pretest Posttest Pretest Posttest
2
Hasil belajar Tuntas (org) Tidak tuntas (org) 17 20 27 10 28 9 34 3
Jumlah 37 37 37 37
% Tuntas 45,94% 72,97% 75,67% 91,89%
Berdasarkan tabel di atas hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa dari hasil pretest pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan begitu juga pada siklus 2 masih belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan klasikal pada siklus 1 hanya mencapai 45,94%, sedangkan siklus 2 mencapai ketuntasan sebesar 75,67%. Pada ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil posttest pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena ketuntasan klasikalnya hanya 72,97%, namun pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan ≥85% karena ketuntasannya sebesar 91,89%. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada hasil belajar pretest maupun hasil posttest pada siklus I dan siklus 2 mengalami peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 diperoleh kenaikan sebesar 27,03% dan pada siklus 2 diperoleh 16,22%, hal ini disebabkan karena sudah ada pengetahuan awal yang berasal dari siklus 1. Selanjutnya perlu dilihat hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan pada hasil belajar siswa disebabkan karena adanya tahapan inkuiri dalam pembelajaran yaitu merumuskan masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan, sehingga siswa lebih memahami pembelajaran yang diajarkan dan hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap siklusnya. Hasil selama proses pembelajaran baik pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong baik. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada materi ekosistem dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing telah mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Hasil-hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu Setyaningsih (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada konsep Ekosistem. Syarifah (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing menujukkan hasil positif terhadap peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada konsep memahami saling ketergantungan dalam Ekosistem. Utami (2013) hasil penelitiannya menunjukkan peningkatan positif dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIC SMPN 1 Angsana pada konsep Ekosistem menggunakan model Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Berbasis Inkuiri. Kegiatan belajar mengajar yang digunakan dapat mengembangkan tingkat berfikir yang lebih tinggi, termasuk bagaimana cara belajar, dan melatih siswa untuk melakukan pengamatan di dalam belajar, dan mengembangkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
13
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Ekosistem
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Pada siklus 1 dari persentase hasil pretest 45,94% menjadi 72,97% pada posttest, dan pada siklus 2 dari persentase hasil pretest 75,67% menjadi 91,89% pada posttest. Hasil selama proses pembelajaran baik siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik.
DAFTAR RUJUKAN Asrori, M. 2007. Penelitian tindakan kelas. Bandung : CV Wacana Prima. Hamzah dan Mohamad Nurdin. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara. Hobri, 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember : Center For Society Studens (CSS). Kunandar. 2013. Penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali. Setyaningsih. 2013. Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIB SMPN 21 Banjarmasin Pada Konsep Ekosistem Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Srkipsi S1 STKIP PGRI Banjarmasin (tidak dipublikasikan). Syarifah. 2013. Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Sungai Tabuk Pada Konsep Memahami Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Srkipsi S1 STKIP PGRI Banjarmasin (tidak dipublikasikan). Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori & Praktik. Jakarta : prestasi pustakaraya. Trianto. 2011. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta : prestasi pustakaraya. Utami. 2013. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VII C SMPN Angsana Pada Konsep Ekosistem Menggunakan Model Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heat Together) Berbasis Inkuiri Srkipsi S1 STKIP PGRI Banjarmasin (tidak dipublikasikan). Winataputra, Udin S. 2008. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta. Universitas terbuka.
14