Jurnal Pendidikan Hayati Vol. 1 No.2 (2015) : 17-25
ISSN : 2443-3608
MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Eko Wahyuningtyas1, Aminuddin PP2 1
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks H. Iyus Blok A No. 18 RT.23 2
Program Studi Pendidikan Biologi Unlam Banjarmasin.
Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan proses belajar, hasil belajar siswa, aktivitas siswa, aktivitas guru, dan respon siswa kelas VIIB pada konsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan empat kali pertemuan, siklus I dua kali pertemuan dan siklus II dua kali pertemuan. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB SMPN 31 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014 semester II. Data diperoleh dari hasil prestest dan postest, observasi, dan angket kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem. Kata kunci: meningkatkan proses dan hasil belajar, model inkuiri terbimbing.
Published: Juni 2015
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi segalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai aspirasi kepentingan masa depan (Trianto,2009:1). Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Sehingga sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan dalam belajar mengajar akan dilibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetepkan dapat dicapai (Djamarah dan Zain, 2014:44) Berdasarkan informasi guru mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIIB SMPN 31 Banjarmasin, diperoleh keterangan bahwa hasil belajar siswa secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 85%. Ketuntasan klasikal untuk materi IPA Terpadu hanya 60% dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 65. Kemungkinan penyebab hasil belajar siswa belummencapai KKM antara lain proses pembelajaran yang masih 17
Wahyuningtyas, Eko & Aminuddin PP / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.2 (2015) : 17-25
terfokus pada guru. Kemampuan guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan memberikan motivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran sangatlah penting. Guru yang kurang mampu menggunakan model-model pembelajaran berdampak pada rendahnya hasil belajar pada saat proses pembelajaran. Kemampuan kognitif dan psikomotor siswa masih kurang dan kemampuan afektif juga masih perlu diarahkan kembali sehingga tiga aspek tersebut dapat berjalan seimbang sesuai dengan tuntutan pembelajaran kita saat ini. Terutama dalam pembelajaran IPA Terpadu yang menuntut keaktifan serta pemahan yang lebih mendalam, selain itu pembelajaran IPA Terpadu yang sangat erat hubungannya dengan keseharian siswa menuntut siswa untuk mengamalkan apa yang telah mereka peroleh. Pada hakikatnya pelajaran IPA mencakup produk, proses, dan sikap. Namun, kalau kita cermati, pengajaran IPA di Indonesia sampai saat ini cenderung menekankan produk IPA, yang mana fakta, hukum dan teori mendapat porsi dominan, sehingga aspek proses dan sikap kurang mendapat porsi cukup (Sumaji, 2003:146). Sehubungan dengan permasalahan diatas maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan proses dan hasil belajar biologi pada materi ekosistem di kelas VII B SMPN 31 Banjarmasin. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti mencoba melakukan kegiatan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran “Inkuiri Terbimbing”. Model pembelajaran ’Inkuiri Terbimbing’ merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar serta mengembangkan sikap percaya terhadap diri sendiri tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri. Model pembelajaran ‘Inkuiri Terbimbing’ diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang selama ini masih belum terlaksana dengan maksimal.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah Penelitinan Tindakan (PTK) dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMPN 31 Banjarmasin pada konsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMPN 31Banjarmasin tahun pelajaran 2014. Subjek penelitiannya berjumlah 33 orang,yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 4 kali pertemuan, yaitu siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan.
18
Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Rincian prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian berikut: a. Perencanaan 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), termasuk di dalamnya bahan diskusi sebagai Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). 2. Menyususn lembar penilaian pretest dan postest beserta kunci jawabannya. 3. Menyusun lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, yaitu: 1. Kegiatan awal yaitu memulai pelajaran dengan kegiatan memberikan apersepsi dan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan inti yaitu pelaksanaan tindakan dari tahap-tahapan model pembelajaran inkuiri, sebelum itu siswa diberikan informasi singkat mengenai materi, pembagian kelompok siswa kemudian dilakukan tahapan model yaitu: Fase 1: Perumusan masalah, Fase 2: Menentukan hipotesis, Fase 3: Mengumpulkan data, Fase 4: Menganalisis data, Fase 5:Membuat kesimpulan 3. Kegiatan akhir yaitu membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang dipelajari. c. Tahap Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi dengan menggunakan lembar observasi dengan melibatkan observer serta melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah di tentukan. Kegiatan observasi dan evaluasi ini dilaksanakan oleh tim peneliti. d. Tahap Refleksi Hasil tindakan yang diperoleh dalam tahap observasi akan dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis. Berdasarkan data yang diperoleh selama tindakan akan direfleksi, apakah kegiatan yang dilaksanakan dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar zzsiswa. Hasil data dari refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan acuan untuk perbaikan tindakan siklus selanjutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 31 Banjarmasin pada konsep ekosistem materi memahami saling ketergantungan makhluk hidup dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan dalam 2 siklus dan 4 kali pertemuan 1. Produk Pada Gambar 1 dapat dilihat hasil belajar siswa dalam ranah kognitif produk yaitu dari hasil pre tes dan post tes. Pre tes dilakukan pada awal siklus I dan siklus II, sedangkan pos tes dilakukan di akhir siklus I dan siklus II. 19
Wahyuningtyas, Eko & Aminuddin PP / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.2 (2015) : 17-25 100% Ketuntasan Klasikal
80% 60%
Pertemuan 1
40%
Pertemuan 2
20% 0% Siklus 1 Siklus 2
Gambar 1 Grafik Hasil Belajar Ranah Kognitif Produk
Berdasarkan Gambar 1 di atas warna biru menunjukkan pertemuan 1 di siklus I dengan persentase 33% serta pertemuan 1 di siklus II dengan persentase 42%. Ini menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 pada siklus I terjadi peningkatan ke pertemuan 1 siklus II yaitu sebesar 9%.walaupun demi keduanya masih berada dalam kualifikasi jelek. Warna merah menunjukkan pertemuan 2 pada siklus I dan siklus II. Pada pertemuan 2 siklus I dengan persentase 88% meningkat menjadi 87% pada pertemuan 2 siklus II dengan kualifikasi amat baik. Menurut M. Sobry Sutikno (2009) Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan tersebut bersifat positif dalam berorientasi kearah yang maju dari pada keadaan sebelumnya. 2. Proses (LKPD) Hasil belajar siswa ranah kognitif proses dinilai setiap pertemuan selama 2 siklus dari LKPD yang berbeda-beda setiap pertemuannya. Data hasil belajar siswa dalam ranah kognitif proses disajikan dalam Gambar 2 sebagai berikut. 90% 85% 80%
Pertemuan 1
75%
Pertemuan 2
70% Siklus 1 Siklus 2
Gambar 2 Grafik Hasil Belajar Ranah Kognetif Proses Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif proses pada setiap siklusnya. Penilaian hasil belajar dalam ranah kognitif proses didapat dari mengerjakan LKPD secara berkelompok pada setiap pertemuan selama 2 siklus. Warna biru menunjukkan pertemuan 1 pada siklus I dan II. Pada siklus I pertemuan 1 dengan rata-rata 79% meningkat menjadi 85% pada siklus II pertemuan 1 dengan kualifikasi baik. Sedangkan warna merah menunjukkan pertemuan 2 pada siklus I dan II. Pada pertemuan 2 di
20
Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
siklus I rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif 81.50% meningkat menjadi 88.84% pada pertemuan 2 di siklus II dengan kualifikasi baik meningkat menjadi amat baik. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relative singkat. Hasil penelitian Schenker, dalam Joyce dan Weil (1992:198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Trianto, 2009:167). 3. Hasil Belajar Psikomotor Data tentang hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor disajikan dalam Gambar 3 Hasil psikomotor didapat dari penilaian aktivitas siswa dalam kelompok ketika menggunakan alat dan bahan pada percobaan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. 95% 90% 85% 80% 75% 70%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus 1
Siklus 2
Gambar 3 Grafik Hasil Belajar Ranah Psikomotor Berdasarkan Gambar 3 warna biru menunjukkan pertemuan 1 pada siklus I dan II. Sedangakan warna merah menunjukkan pertemuan 2 pada siklus I dan II. Hasil belajar siswa ranah psikomotor pada pertemuan 1 siklus I menunjukkan persentase 80.5% meningkat menjadi 88.75% pada pertemuan 1 siklus II dengan kualifikasi baik meningkat menjadi amat baik. Sedangkan hasil belajar siswa ranah psikomotor pada pertemuan 2 di siklus I menunjukkan persentase 87.16% meningkat menjadi 92.5% pada pertemuan 2 di siklus II sehingga tetap berada pada kualifikasi amat baik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas VII SMPN 31 Banjarmasin meningkat setiap siklusnya. Sanjaya (2011: 208) mengungkapkan kelebihan-kelebihan yang ada pada model inkuiri terbimbing salah satunya yang berkaitan dengan psikomotor siswa adalah memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka sehingga mereka lebih leluasa mengekplorasi aspek psikomotor mereka. 4. Perilaku Berkarakter Siswa Hasil belajar ranah afektif pada perilaku berkarakter siswa diamati secara 2 siklus. Data perilaku berkarakter siswa tersebut disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.
21
Wahyuningtyas, Eko & Aminuddin PP / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.2 (2015) : 17-25 100% 50%
Pertemuan 1
0%
Pertemuan 2 Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Ranah Afektif pada Perilaku Berkarakter Siswa Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa perilaku berkarakter siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 yang berwarna biru menunjukkan pertemuan 1 baik pada siklus I ke siklus II. Pada siklus I pertemuan 1 perilaku berkarakter siswa menunjukkan 61.5% meningkat menjadi 74.50% pada pertemuan 1 di siklus II. Walaupun demikian tetap saja keduanya masih berada dalam kualifikasi cukup baik. Warna merah menunjukkan pertemuan 2 pada siklus I dan siklus II. Pada pertemuan 2 disiklus I perilaku berkarakter siswa 70% meningkat menjadi 77% pada pertemuan 2 siklus II. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa hasil penilaian perilaku berkarakter siswa dalam kualifikasi baik. Hal ini juga tidak terlepas dari pendapat para ahli salah satunya yaitu Daryanto (2009:2) yang menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 5. Keterampilan Sosial Siswa Hasil belajar ranah afektif pada keterampilan sosial siswa diamati selama 2 siklus. Pada Grafik 5 dapat dilihat bahwa keterampilan sosial siswa di dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. 80% 75% 70%
Pertemuan 1
65%
Pertemuan 2
60% Siklus 1
Siklus 2
Gambar 5 .Grafik Hasil Belajar Ranah Afektif pada Keterampilan Sosial Siswa
Berdasarkan Gambar 5 grafik hasil belajar ranah afektif pada keterampilan sosial siswa ditunjukan dengan warna biru dan merah. Warna biru menunjukkan pertemuan 1
pada siklus I dan siklus II. Pada
pertemuan 1 siklus I keterampilan sosial siswa berada pada 69% meningkat menjadi 73% pada pertemuan 1 siklus II. Walaupun demikian keduanya masih berada dalam kualifikasi cukup baik. Sedangkan warna merah tua menunjukan pertemuan 2 pada siklus I dan II. Pada pertemuan 1 siklus I keterampilan sosial siswa 70% 22
Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
meningkat menjadi 77% pada siklus II pertemuan 2. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa hasil penilaian keterampilan sosial siswa meningkat dari kualifikasi cukup baik menjadi baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011:208) yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotor ini yang memang diharapkan terjadi pada setiap proses pembelajaran. Inilah salah satu kelebihan pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 6. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa secara klasikal diamati setiap pertemuan pada setiap siklusnya. Data aktivitas siswa secara klasikal tersebut disajikan dalam Gambar 6 sebagai berikut.
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.6 Grafik Aktivitas Siswa secara Klasikal Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa secara klasikal mengalami peningkatan setiap siklusnya. Warna biru menunjukkan pertemuan 1 pada siklus I dan II. Pada pertemuan 1 siklus I aktivitas siswa secara klasikal menunjukkan persentase 59.4% meningkat menjadi 73% pada pertemuan 1 siklus II. Nilai persentase tersebut menunjukkan peningkatan dari kualifikasi kurang baik menjadi cukup baik. Sedangkan batang yang berwarna merah menunjukkan aktivitas siswa secara klasikal dalam pertemuan 2 siklus I dan II. Pada pertemuan 2 di siklus I menunjukkan persentase 66.4% meningkat menjadi 77.5% pada pertemuan 2 siklus II dan termasuk dalam kualifikasi baik. Menurut Wina Sanjaya (2006:132) Belajar bukanlah menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas yang dimaksudkan tidak berbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. 7. Aktivitas Guru Data tentang aktivitas guru disajikan dalam Gambar 7 Aktivitas guru dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dilakukan sesuai dengan langkah-langkahpada model inkuiri terbimbing yang terdapat di dalam RPP.
23
Wahyuningtyas, Eko & Aminuddin PP / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.1 No.2 (2015) : 17-25 90% 85% 80%
Pertemuan 1
75%
Pertemuan 2
70% Siklus 1
Siklus 2
Gambar 7 .Grafik Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Gambar 7 grafik aktivitas guru menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Warna biru menunjukkan pertemuan 1 pada siklus I dan II. Sedangkan warna merah menunjukkan pertemuan 2 pada Siklus I dan II. Pertemuan I pada siklus I aktivitas guru menunjukkan angka 75% dan pada pertemuan selanjutnya di siklus I aktivitas guru tidak menunjukkan peningkatan yaitu tetap berada pada angka 75%. Sedangkan pada pertemuan I di siklus II aktivitas guru menunjukkan angka 84.5% dan meningkat pada pertemuan selanjutnya meningkat menjadi 93% dan termasuk dalam kualifikasi amat baik. Sejalan dengan pendapat Trianto (2009:20), optimalnya proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa guru sudah bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan berusaha agar anak didiknya terlibat tepat dalam satu pembelajaran dengan persentase waktu belajar akademis tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif, dan hukuman. 8. Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing diamati berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus II. Data respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing disajikan dalam Gambar 8 sebagai berikut.
100% 0% Ya
Tidak
Gambar 8 Grafik Respon Siswa
Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing baik. Warna biru menunjukkan jawaban ya siswa terhadap angket respon pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan persentase 80%. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan jawaban tidak siswa dengan persentase 20%. Ini menujukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing menyenangkan bagi siswa. Slameto (2010) menyatakan bahwa mengembangkan minat terhadap sesuatu yang pada dasarnya adalah 24
Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarainya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
DAFTAR RUJUKAN Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta. AV Publisher. Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana pradana Media Group. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sumaji. 2003. Pendidikan Sains Yang Humanistis. Yogyakarta. Kanisius. Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media.
25