VISIT INDONESIA YEAR 2008 : SUATU TINJAUAN DARI PERSPEKTIF PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA Oleh : Sinthon L. Siahaan Dosen STIE – ISM, Jakarta
Abstract Visit Indonesia Year 2008 is a strategic program designed by Government in order to increase tourist volume to this country. As integrated program involving all tourism stakeholders in the country, it is encompasses all events to be carried out in all regions. The objective of this article is to study the Visit Indonesia Year 2008 from tourist destination marketing perspective. Each of all 146 events has core attraction-basis (es) i.e. culture, sport, exhibition and religion. Many events are designed in the form of combination of two or more attraction-bases. From the perspective of tourism destination marketing this strategy is aiming to push national tourism awakening and to increase the role of this sector in developing public prosperity. The implementation of product development done by combining two or more attraction-bases in one event; the implementation of market development done by segment enlargement mainly in geographical aspect. While diversification strategy is still not developed that most of the events are those regularly organize in the regions year by year. Keywords: tourism attraction, tourism destination, event, tourism image.
PENDAHULUAN Dalam dekade 1991–2000, pemerintah Indonesia mencanangkan Visit Indonesia Years. Karena program tersebut mencakup kurun waktu 10 tahun, maka setiap tahun kunjungan digelari dengan menambahkan nama sektor tertentu. Misalnya Tahun Lingkungan Hidup, Tahun Teknologi, dan lain-lain. Dari penamaan tahun-tahun kunjungan dekade lalu seperti diuraikan di atas, pemerintah ingin mengajak seluruh pihak agar secara sinergis ikut berperan serta dalam mengembangkan dan mempromosikan pariwisata Indoensia ke dunia Internasional. Ternyata program tersebut sukses dengan indikator-indikator berupa meningkatnya jumlah kunjungan rata-rata wisatawan mancanegara ke Indonesia tiap tahun meningkat secara signifikan dibarengi degan peningkatan lama tinggal rata-rata wisatawan serta jumlah pengeluaran rata-rata wisatawan yang signifikan pula. Demikian juga kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) setiap tahun meningkat secara signifikan. Kemajuan yang dimaksud di atas berjalan hingga tahun 1997 karena tahun 1998 Indonesia diterpa oleh krisis moneter yang kemudian merambat menjadi krisis multidimensi. Untuk tahun 2008 ini pemerintah telah menetapkan ”Visit Indonesia Year 2008”. Sebagai suatu strategi yang diharapkan dapat
mendongkrak jumlah wisman dan tentu juga wisnus. Pemerintah c.q Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah mengadakan soft launcing tanggal 30 November 2008 melalui Metro TV yang kemudian didisseminasi melalui media-media lain baik media cetak, elektronik dan online. Sedangkan grand launching diadakan akhir Desember 2007. Kerjasama dilaksanakan dengan berbagai instansi seperti Departemen Pendidikan Nasional melalui Jardiknasnya. Kerja sama sinergis ini dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan dan kecintaan para siswa dan mahasiswa terhadap objek-objek dan daya tarik wisata yang terdapat di seantero nusantara. Dengan demikian diharapkan minat para siswa dan mahasiswa sebagai segmen pasar wisnus akan meningkat untuk berwisata di dalam negeri. Kerjasama juga dilakukan dengan industri pariwisata dan komunitas-komunitas yang terkait dengan pembangunan pariwisata serta dengan Pemerintah-pemerintah Daerah, serta lembaga-lembaga dan organsasi-organisasi regional dan internasional. Pembangunan pariwisata sangat kental dengan sifat lintas sektoralnya. Oleh karena itu pembangunan dan promosi pariwisata harus menjadi tugas semua komponen bangsa secara proporsional sesuai dengan portofolio masing-masing.
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
7
Kesungguhan Indonesia dalam pembangunan pariwisata perlu ditunjukkan oleh semua komponen bangsa ini melalui program-program yang dikelola. Dari perspektif pemasaran, meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara secara signifikan ke suatu negara merupakan suatu indikasi semakin membaiknya citra negara itu di mata dunia. Hal ini dapat berimplikasi pada ekonomi dan investasi. Tulisan ini membahas program Visit Indonesia Year 2008 dilihat dari perspektif pemasaran destinasi. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif berdasarkan strategi pengembangan produk dan strategi promosi yang tercakup dalam program tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Visit Indonesia Year 2008 dirancang sebagai suatu strategi pemasaran terpadu untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di Indonesia. Tabel 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Di Indonesia 2000-2007 Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jumlah Wisataw an Mancan egara 5.06421 7 5.153.62 0 5.033.40 0 4.467.02 1 5.321.16 5 5.002.10 1 4.871.35 1 5.505.75 9
Rata-Rata Pengeluaran Per Orang (Usd) Per Per Kunjungan Hari 1.135,18 92,59
Rata-Rata Lama Tinggal (Hari) 12,26
TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Pariwisata dapat dipandang secara abstrak yakni, sebagai suatu fenomena yang menyangkut gerakan manusia dalam negerinya sendiri (pariwisata dalam negeri) atau melintasi batas nasional (pariwisata internsional) (Salah Wahab, 1975). Sementara Mc Intosh dan Goldner (1990) mendefinisikan pariwisata sebagai sejumlah fenomena dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, pemasok bisnis, pemerintah, tuan rumah, dan komunitas tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan dan pengunjung lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa pariwisata merupakan campuran kegiatan, jasa, dan industri yang menjadikan pengalaman perjalanan seperti transportasi, akomodasi, perumahan, makanan dan minuman, toko, fasilitas kegiatan, dan pelayanan jasa yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang sedang dalam perjalanan di luar tempat tinggalnya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas pariwisata terdapat negara sumber wisatawan dan negara tujuan wisata. Penerimaan Devisa Pariwisata sebagai suatu produk yang (Juta ditawarkan kepada konsumen potensial Usd) dan aktual perlu memiliki diferensiasi 5.748,80 agar mampu bersaing dengan produk5.396,26 produk yang ditawarkan oleh para kompetitor. Kotler, et. al juga 4.305,56 mengemukakan lima diferensiasi produk 4.037,02 yaitu diferensiasi atribut fisik, diferensiasi pelayanan, diferensiasi 4.797,88 karyawan, diferensiasi lokasi, dan 4.521,89 diferensiasi citra.
1.053,36
100,42
10,49
893,26
91,29
9,79
903,74
93,27
9,69
901,66
95,17
9,47
904,00
99,86
9,05
913,09
100,48
9,09
4.447,98
970,98
107,70
9,02
5.345,98
Daya Tarik Wisata Secara esensial, daya tarik Sumber : Statistik Report on Visitors Arrivals to wisata terdiri atau semua unsur yang dimiliki Indonesia suatu tempat yang menarik pengunjung yang memiliki kebebasan memilih untuk pergi dari Tabel 2 tempat tinggalnya. Unsur-unsur ini meliputi Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara lansekap untuk dilihat, kegiatan untuk diikuti, (Wisnus) Total Pengeluara dan pengalaman untuk diingat. Namun RataWisnus Perjalanan Pengeluara n kadang-kadang sulit untuk membedakan Rata Tahun (000 (000 n Per Perjalan antara daya tarik dan bukan daya tarik. Orang) Orang) (Trilyun Perjalanan an Rp) (Ribu Rp) Transportasi (misalnya kapal pesiar), 2001 103.884 195.770 1,88 58,71 324,58 akomodasi (misalnya resort), dan jasa-jasa 2002 110.030 200.589 1,90 68,82 343,09 lainnya (misalnya restoran) dapat menjadi 2003 110.030 207.119 1,88 70,87 373,56 2004 111.353 202.763 1,82 71,70 373,85 bagian atribut daya tarik. Pada suatu ketika 2005 112.701 213.303 1,89 74,72 394,43 para wisatawan sendiri bahkan dapat 2006* 114.391 216.503 1,92 78,67 400,35 menjadi daya tarik (MacCannel, 1976). 2007** 116.107 219.751 1,95 79,85 406,35 Sumber : Pusat Pengelolaan Data dan Sistem jaringan Lebih jauh MacCannel mengemukakan (P2DSJ) bahwa suatu fenomena harus memiliki tiga komponen untuk dianggap sebagai suatu daya tarik : wisatawan, suatu tempat untuk
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
8
dilihat, dan suatu tanda atau citra (image) yang menjadikan suatu tempat menjadi berarti. Kriteria inilah yang sesungguhnya menjadikan suatu menjadi daya tarik wisata. Dengan demikian, ”daya tarik” dalam konteksnya yang lebih luas tidak hanya mencakup tempat-tempat bersejarah, tempat-tempat hiburan yang secara umum dihubungkan dengan kata, tetapi juga semua pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan setiap hari. Demikian juga lembaga-lembaga sosial yang membentuk dasar bagi eksistensi habitat manusia. Hal-hal yang bukan hiburan yang berorientasi daya tarik dapat dianggap menjadi daya tarik yang menyenangkan (Lew, 1986) ”unsur-unsur kondisional” (Jansen-Verheke, 1986), atau jasajasa dan akomodasi (Mcintosh and Bolednere, 1984). Setiap daerah tujuan wisata mempunyai citra (image) tertentu yaitu mental maps seseorang terhadap suatu destinasi yang mengandung keyakinan, kesan dan persepsi. Menurut Lawson dan Band Bovy (1977) pada Mathison dan Wall (1982), citra adalah suatu ekspresi tentang seluruh pengetahuan, kesan, prasangka, imaginasi dan pandangan emosional yang dimiliki seseorang atau kelompok terhadap sesuatu objek atau tempat tertentu. Sementara itu menurut pandangan Buck (1993) pariwisata adalah industri yang berbasis citra, karena citra mampu membawa calon wisatawan ke dunia simbol dan makna. Sedangkan menurut Gallarza, Saura, dan Garcia (2002) citra (image) lebih penting daripada sumber-sumber daya yang berwujud (tangible), semuanya karena persepsilah dan bukan realitas yang memotivasi konsumen untuk bertindak atau tidak. Menurut Middleton (1988) terdapat lima komponen utama dalam total tourism product yaitu daya tarik destinasi, fasilitas dan jasa destinasi dan harga yang dibayar konsumen. Sedangkan daya tarik destinasi meliputi daya tarik alam, daya tarik yang dibangun, daya tarik budaya dan daya tarik sosial. Fasilitas dan jasa destinasi meliputi sarana akomodasi, restauran, bar dan kafe, transportasi di destinasi, aktivitas olah raga, retail outlets, dan fasilitas serta jasa-jasa lainnya. Aksebilitas mencakup infrastuktur, peralatan, faktor-faktor operasional, dan regulasi pemerintah. Pemasaran Destinasi Pariwisata Destinasi adalah tempat yang memiliki beberapa bentuk batas aktual atau yang dipersepsikan seperti batas fisik suatu pulau, batas-batas politis, atau bahkan batas-batas yang diciptakan oleh pasar (Kotler, et.al., 1996).
Sedangkan pemasaran destinasi menurut Kotler et.al (2006) merupakan bagian integral dalam kegiatan membangun dan memelihara popularitas suatu lokasi tertentu. Dikemukakan pula bahwa para perencana pariwisata kerap kali hanya berfokus pada pembangunan destinasi tanpa memberi perhatian pada pemeliharaan dan menjaga atribut-atribut yang menarik pengunjung ke destinasi. Untuk menarik pengunjung ke suatu lokasi terdapat dua jenis strategi utama yaitu event dan atraksi. Berbagai jenis event dapat dirancang dan diselenggarakan untuk memberi kontribusi bagi upaya pemasaran destinasi. Agar suatu event dapat berjalan baik dan lancar memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata baik pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Event yang menarik bagi suatu pasar yang diinginkan dan sesuai dengan budaya masyarakat dapat memberikan hasil yang menguntungkan, terutama bila event tersebut berlangsung secara reguler selama bertahuntahun. Event yang hanya bisa terjadi satu kali atau yang memerlukan investasi modal besar bagi suatu masyarakat tidak memberikan keuntungan ekonomis yang memadai. Inskeep (1991) mengemukakan bahwa pendekatan perencanaan pemasaran merefleksikan hubungan antara produk pariwisata dan pasar wisata. Selanjutnya dikemukakan bahwa strategi pemasaran pariwisata meliputi tiga elemen yaitu 1) diversifikasi pasar; 2) peningkatan mutu; dan 3) perpanjangan musim (kedatangan wisatawan). Dari kedua uraian pakar pariwisata tersebut dapat dikembangkan bahwa pemasaran destinasi merupakan upaya pemberdayaan semua unsur daya tarik yang tersedia dan merancang event yang dapat menarik wisatawan secara reguler dan berulang, selama bertahun-tahun. Pemasaran destinasi pariwisata merupakan implementasi peningkatan mutu produk pariwisata guna menarik pasar yang lebih besar dan berkelanjutan. Dari sudut pandang pemasaran, citra merupakan aspek penting suatu daya tarik wisata. Citra juga memiliki dampak besar terhadap pengalaman kognitif atas suatu daya tarik. (Britton, 1997) telah mengadakan studi dengan tema-tema yang dipakai untuk memajukan citra negara-negara di Dunia Ketiga sebagai destinasi wisata. Melalui analisis induktif atas iklan di Karibian, terdapat enam tema dominan yang diidentifikasi. Tematema ini dan hubungannya dengan kerangka dan daya tarik yang dikemukakan, meliputi: 1) Pempesonaan dan fantasi yang
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
9
menggambarkan tempat-tempat wisata sebagai surga (paradise) yang eksotik dan tak disentuh dari penggambaran realistis, daya tarik (pespektif ideografik, infrstruktur pemukiman) terbatas, tetapi bertumbuh melalui upaya-upaya untuk membersihkan sesuatu dari dampak sosial negatif pariwisata Dunia Ketiga. Perspektif kognitif, perspektif ideografik, sebagian besar yang bersifat alamiah dan kategori-ketegori alamiah wajah manusia); 2) Minimisasi keasingan di tempat-tempat yang dianggap asing dan kemungkinan tidak nyaman bagi wisatawan (perspektif kognitif, pengalaman). Dalam hal iklan acapkali secara eksplisit mencoba mengembangkan resiko dengan pengalaman keamanan, seperti dengan menujukkan foto sebuah hotel mewah yang mendekati penekanan pada eksotisme suatu tempat; 3) Rekreasi, hiburan, dan kesenangan dengan sedikit acuan atraksi budaya (perspektif ideografik, parsipatori) dan superstruktur waktu senggang. Aspek kesenangan tipe atraksi seperti ini merupakan persepktif kognitif, kategori pengalaman wisatawan, dengan lebih memberikan penekanan pada keamanan daripada resiko pengalaman; 4) Romantisasi, atas hal-hal tradisional dan gaya hidup (perspektif ideografik, infrastruktur pemukiman). Perspektif kognitif, aktivitas wisatawan dapat termasuk di dalamnya jika iklan dimaksudkan untuk mempromosikan arti eksplorasi; 5) Ketidakadaan tempat, dalam hal ini citra ditransfer dari yang lain, yang tidak lebih dikenal daya tariknya dan dihubungkan dengan tempat yang diiklankan ketimbang menggunakan tempat itu sendiri. Jenis daya tarik ini diklasifikasikan dalam perspektif kognitif, kategori karakter daya tarik karena basisnya pada daya tarik yang terkenal; 6) Aktivitas wisatawan dapat termasuk di dalamnya kalau iklan untuk mempromosikan arti pendidikan. PEMBAHASAN Program Visit Indonesia Year 2008 Program ini merupakan tindak lanjut pernyataan presiden RI dalam Rakornas Kebudayaan dan Pariwisata 27 Maret 2007 yang dilatarbelakangi oleh dua hal pokok yaitu: 1) Sebagai upaya untuk mendorong kebangkitan pariwisata nasional terkait dengan peringatan 100 tahun kebangkitan nasional; dan 2)
Menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor yang secara optimal dapat menyejahterakan rakyat. Sedangkan tujuan program ini adalah: 1) Meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di skala regional (ASEAN); 2) Meningkatkan citra pariwisata nasional sebagai negara yang aman, nyaman dan menarik untuk dikunjungi; 3) Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan (target wisman 7 juta dengan rata-rata lama tinggal 11 – 13 hari dan pembelanjaan sebesar USD 100 – 120); 4) Memeratakan distribusi kunjungan wisatawan secara proporsional ke berbagai daerah di Indonesia; dan 5) Meningkatkan peran dan partisipasi Pemerintah (Pusat dan Daerah), dunia usaha dan masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata. Guna mencapai tujuan tersebut program telah dirancang kegiatan berbasis Progrowth, Projob dan Propoor. Progrowth berarti upaya peningkatan devisa karena meningkatnya jumlah kunjungan, lama tinggal dan belanja wisata mancanegara dengan target 12 pasar utama dan destinasi utama; serta peningkatan jumlah wisatawan nusantara dengan menyebarnya ke luar Jawa. Projob berarti perluasan dampak langsung/tidak langsung terhadap penyediaan lapangan kerja akibat kunjungan yang meningkat. Propoor berarti prioritas pada penyediaan ruang usaha bagi UKM seperti homnestay, warung, cinderamata, dan lain-lain. dan community-based tourism development (pembangunan pariwisata berbasis masyarakat). Dalam konsep pemasaran pariwisata, salah satu strategi efektif untuk menarik wisatawan berkunjung ke suatu destinasi adalah dengan mengembangkan supporting products. Strategi ini dapat diimplementasikan dalam bentuk penyelenggaraan berbagai kegiatankegiatan yang menarik baik berbasis kebudayaan, olah raga, pameran, festival, dan lain-lain. Dalam rangka Visit Indonesia Years 2008, pemerintah bersama pemerintah daerah dan masyarakat telah merencanakan 146 event dalam Tahun 2008. Tabel 3. Distribusi Event Menurut Wilayah Dan Basis Atraksi Keterangan: A = agama; B = budaya; O= olah raga; P = pameran dan konvensi Sumber : Diolah dari Depbudpar
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
10
Basis Atraksi Event Wilayah Sumatera Jakarta Jawa di luar Jakarta Bali Nusa Tenggara (NTB dan NTT) Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua
Jumlah
A
B
O
P
A-B
1 0
8 6
4 4
1 9
2 0
BO 10 0
2
11
8
1
2
0
3
4
2
0
2
1
1 1
2 4
0 5
2 42
B-P
O-P
A-O-B
B-O-P
3 1
2 3
1 1
4 0
4
2
0
0
0
1
6
1
0
0
0
1
2
0
0
6 0
0 1
0 0
1 4
2 3
0 0
0 0
2 25
0 14
0 4
1 22
2 21
0 6
0 2
Sebenarnya bila dilihat secara substansial kebanyakan event tersebut merupakan event-event yang telah dilakukan secara berulang-ulang di daerah-daerah. Namun demikian, event-event tersebut masih memiliki bobot yang memadai untuk membangun citra pariwisata Indonesia dan sekaligus menarik wisnus dan wisman sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Ke-146 event yang dimaksud menyebar di seluruh kawasan Indonesia meliputi 36 di kawasan Sumatera; 23 di Jakarta; 30 di Pulau Jawa tidak termasuk Jakarta; 17 di Bali; 6 di Nusa Tenggara (NTB dan NTT); 12 di Kalimantan;15, di Sulawesi; dan 7 di kawasan Maluku dan Papua (Tabel 3). Dari uraian tersebut tampak 103 (70,5%) event masih terkonsentrasi di tiga kawasan utama yaitu Jawa, Bali dan Sumatera. Berdasarkan basis atraksi kegiatannya, event tersebut ada yang berbasis atraksi agama, olah raga tradisional dan modern, budaya dan kerajinan, serta berbagai pameran dan festival. Ada juga event yang memuat program campuran seperti olah raga dan budaya; agama dan budaya; pameran berbagai produk, dan bahkan campuran lebih dari dua jenis basis atraksi kegiatan. Sebagian event melibatkan pihak asing baik melalui kegiatan olah raga, budaya, pameran dan festival. Semuanya dirancang agar Visit Indonesia Year 2008 ini dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan demi pembangunan di tanah air. Kegiatan yang paling banyak adalah berbasis atraksi budaya sebanyak 42; diikuti kegiatan berbasis olah raga berjumlah 25. Kegiatan dengan tema campuran budaya dan olah raga dengan campuran budaya dan pameran sama-sama berjumlah 21 kegiatan. Sementara kegiatan berbasis tunggal pameran 14 buah kegiatan; diikuti oleh kegiatan berbasis agama, campuran olah raga dan pameran; dan campuran budaya, olah raga, dan pameran masing-masing 6 buah kegiatan. Terdapat pula kegiatan berbasis campuran agama dan budaya
Jumla h 36 23
sebanyak 3 buah serta campuran agama, olah raga dan budaya 2 buah.
Event Berbasis Atraksi Budaya Dari 146 buah event 0 6 terdapat 105 (72%) kegiatan yang memiliki atraksi 0 12 berbasis budaya baik secara 0 15 tunggal maupun campuran 0 7 dengan basis atraksi lainnya 6 146 seperti agama, olah raga, dan pameran/festival. Bahkan ada dengan campuran tiga basis atraksi sekaligus seperti agama, olah raga dan budaya, atau budaya, olah raga dan pameran. 0
30
0
17
Tabel 4 Distribusi Kegiatan Menurut Waktu Pelaksanaan Bulan
Jumlah
Januari 3 Februari 4 Maret 5 April 8 Mei 16 Juni 14 Juli 16 Agustus 29 September 18 Oktober 15 Nopember 12 Desember 6 Jumlah 146 Sumber : Diolah dari Depbudpar Kegiatan-kegiatan tersebut hanya yang tercakup dalam program Visit Indonesia Year 2008. Sementara masih banyak event lain terutama berbasis budaya yang dilaksanakan dengan ruang lingkup lokal dan regional. Pada hakekatnya sebagian potensi budaya Indonesia adalah berupa aktivitas kehidupan budaya masyarakat (living culture) yang dalam hal ini akan bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai subjek yang ada di dalamnya (Kementerian Budpar, 2002). Penampilan ke – 105 cultural attraction events yang terdapat dalam Visit Indonesia Year 2008 memiliki kekuatan sebagai faktor penarik (pull factor) dalam mempromosikan pariwisata Indonesia pada umumnya dan wisata budaya khususnya. Dari perspektif pemasaran, atraksi budaya yang dikemas dalam suatu event apakah
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
11
secara tunggal atau dikombinasikan dengan atraksi berbasis lain dapat dijadikan produk yang memiliki unigue selling point. Hal ini dimungkinkan karena atraksi wisata budaya memiliki sifat khusus dibandingkan dengan yang terdapat di destinasi atau negara lain. Dari sisi lokasi pelaksanaan kegiatan, dari 105 event yang mengandung atraksi budaya, 55 buah dilaksanakan dengan menggunakan jasa alam. Lokasi-lokasi yang dimaksud adalah pantai, laut, sungai, danau, bukit, gunung, lintas alam, dan alam terbuka. Strategi produk wisata seperti ini dianggap efektif karena bagi Indonesia unsur alam dan budaya merupakan dua unsur pariwisata utama baik secara potensial maupun secara aktual. Perpaduan unsur budaya dan faktor alam dapat membentuk diferensiasi dalam suatu produk wisata. Hal ini pada akhirnya akan menambah daya pikat produk tersebut. Perpaduan event budaya-alam dapat juga berimplikasi pada pengembangan objek wisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena lokasi tempat penyelenggaraan event akan mendapat berkah atas kegiatan tersebut baik berupa perbaikan sarana dan prasarana prakegiatan maupun melalui kedatangan pengunjung ke lokasi tersebut. Pemberdayaan unsur-unsur budaya dengan berbagai atributnya dalam suatu event di suatu sisi dapat memacu pelestarian dan pengembangan budaya bila dilakukan secara arif; namun sebaliknya dapat menyebabkan kerugian bila terjadi komersialisasi. Keseluruhan event berbasis atraksi budaya baik secara tunggal maupun dalam bentuk campuran, secara nasional terdistribusi di seluruh wilayah secara bervariasi. Jumlah terbanyak terdapat di Pulau Sumatera sebanyak 26 kegitan; kemudian diikuti oleh Pulau Jawa di luar Jakarta sejumlah 19 kegiatan. Sementara di Jakarta sendiri terdapat peristiwa budaya sebanyak 8 kali; dan di Bali sebanyak 5 kali. Dengan terdapatnya lebih separuh dari kegiatan berbasis atraksi budaya di kawasan-kawasan utama menunjukkan bahwa kreativitas pengembangan produk wisata berbasis budaya di kawasankawaasan lain belum tampak. Pada hal pengelolaan pariwisata dengan memanfaatkan unsur-unsur budaya sebagai daya tarik merupakan salah satu strategi yang efektif dalam merealisasikan pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism). Pemasaran destinasi pariwisata melalui produk berbasis budaya dapat menggerakkan modal budaya dan modal sosial yang terdapat dalam suatu komunitas.
Event Berbasis Atraksi Olah Raga Setelah atraksi berbasis budaya, basis atraksi yang berikutnya yang mendominasi ke146 event tersebut adalah atraksi olah raga, yang mencapai 61 buah baik secara tunggal maupun campuran dengan basis atraksi lain. Jenis olah raga yang ditampilkan dan dikompetisikan terdiri atas jenis olah raga tradisional dan olah raga nontradisional. Sebagian besar melibatkan masyarakat lokal atau regional, tetapi ada juga yang berskala nasional dan internasional. Atraksi olah raga tradisional tentu juga memiliki unsur budaya. Dari 61 event yang melibatkan atraksi olah raga 39 buah (64%) berupa olah raga tradisional. Dari sejumlah tersebut sebagian besar masih berskala lokal atau regional, dan hanya sebagian kecil yang berskala nasional dan internasional. Jenis kompetisi yang berskala internasional antara lain adalah interntional dragon boats races di Sumatera Barat. Sesuai dengan namanya atraksi olah raga tradisional mengandung unsur-unsur budaya dan sebagian besar memanfaatkan jasa alam seperti sungai, danau, pantai, laut, dan alam terbuka. Sementara itu terdapat 22 event (26,7%) berbasis olah raga nontradisional seperti balap mobil, golf, diving, sailing, surfing, kite festival, dan lari maraton massal. Dari ke-22 event tersebut sebagian besar melibatkan orang asing sebagai peserta. Dari pespektif pemasaran destinasi keterlibatan orang asing dalam kegiatan wisata berbasis olah raga baik tradisional maupun nontradisional berimplikasi pada publisitas. Promosi destinasi pariwisata melalui kegiatan ini semakin efektif melalui proses words of mouth. Diseminisasi informasi melalui para peserta akan berjalan secara estafet di negara asal peserta. Sebagai peserta kompetisi mereka juga tercatat sebagai wisatawan mancanegara yang membawa devisa bagi negara kita. Di samping itu event berbasis atraksi olah raga yang dilakukan di alam sekaligus berfungsi sebagai alat promosi bagi keindahan alam di objek yang bersangkutan. Event Berbasis Pameran dan Fetival Event lain yang terdapat pada Program Visit Indonesia Year 2008 yang memiliki daya tarik besar adalah event pameran dan kadangkadang dikombinasikan dengan festival dalam bidang tertentu. Dari 146 event terdapat 47 buah yang berbasis pameran. Namun, dari jumlah tersebut hanya 14 buah yang berupa pameran murni. Sisanya dikombinasikan dengan kegiatan budaya (21 buah); kegiatan olah raga (6 buah); dan campuran budaya olah raga (6 buah). Dalam konteks yang lebih luas pameran merupakan bagian dari kegiatan MICE
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
12
(meeting, incentive tour, convention, exhibition). Pameran (exhibition) dalam aplikasi teknisnya memiliki berbagai sebutan seperti expo exposition, industrial show, trade fair trade show, scientific/technical atau professional/scientific exhibition (Pendit, 1999). Dari sisi produk kegiatan ini akan menjadi bagian dari atribut produk. Sedangkan bagi wisatawan, baik yang ikut berpartisipasi maupun bagi wisatawan lainnya, event semacam ini akan meningkatkan nilai (value) produk yang mereka beli. Pada akhirnya kemasan event berbasis olah raga yang ditampilkan di alam dapat menciptakan suatu produk yang memiliki dimensi produk inti (core prosuct), produk nyata (tangible product) dan produk tambahan (augmented product). Pameran merupakan suatu usaha menyebarluaskan informasi dan promosi hasil produksi. Penyelenggara pameran dapat dikaitkan dengan kegiatan konvensi yang ruang lingkupnya meliputi nasional, regional dan internasional. Pada dasarnya kegiatan penyelenggaraan konvensi dan pameran sangat erat kaitannya dengan industri akomodasi dan restoran. Satu sama lain saling mengisi dalam menyukseskan bisnis mereka masing-masing. Negara-negara di dunia ini berusaha menarik wisatawan ke negaranya melalui kegiatan konvensi dan pameran karena dapat memicu dan meningkatkan pemasukan devisa dan membuka lapangan kerja dan usaha. Dalam perspektif strategi pemasaran destinasi pariwisata, event berbasis pameran dan konvensi yang tercakup dalam Visit Indonesia Year 2008 dapat berfungsi menambah volume wisatawan mancanegara dan nusantara. Di satu sisi pameran merupakan bagian dari produk pariwisata tetapi di sisi lain menjadi alat promosi bagi produk-produk lain termasuk produk industri pertanian, kehutanan, perindustrian, kelautan, pertambangan dan lainlain. Suatu kegiatan pameran akan mendatangkan peserta dan pengunjung dengan jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan jenis wisata lainnya. Dalam konteks bauran promosi, kegiatan pameran dapat berupaya menarik minat konsumen termasuk konsumen pariwisata melalui sales promotion yang dilakukan. Kontak bisnis melalui suatu pameran dapat lebih efektif karena bertemunya pihak penjual dan calon pembeli. Pada umunya peserta wisata konvensi menurut karakteristik demografik adalah orangorang yang memiliki pendapatan sedang ke atas, berpendidikan lumayan hingga tinggi. Sementara menurut karakteristik psikografik mereka pada umumnya berminat pada berbagai jenis objek dan daya tarik wisata. Sehubungan
dengan faktor-faktor tersebut di atas kehadiran pengunjung dan wisatawan pada suatu pameran akan menambah jumlah pengunjung ke objekobjek lain. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pendapatan yang cukup serta menaruh minat pada berbagai jenis objek dan daya tarik wisata dalm suatu destinasi. Namun bila dilihat distribusi tempat pameran dalam Visit Indonesia Year 2008 tampak masih menumpuk di wilayah-wilayah tertentu. Dari 14 event khusus pameran, 9 event berada di Jakarta ditambah 4 buah event campuran pameran dengan atraksi berbasis budaya dan olah raga. Sementara di kawasan lain terdapat 10 event, yang satu di antaranya khusus pameran, kemudian di Bali terdapat 7 event, dan dua di antaranya adalah khusus pameran. Sisanya merupakan event campuran dengan atraksi lainnya. Ketimpangan distribusi ini dalam perspektif strategi pemasaran destinasi kurang efektif dalam upaya menjual Indonesia sebagai destinasi pariwisata. Di samping itu bila hanya mengandalkan pameran di tempat-tempat atau daerah-daerah tersebut inovasi dan kreativitas kurang berkembang dalam merancang dan menghasilkan jenis-jenis pameran menjadi produk yang kompetitif. Dengan lebih menyebarnya lokasi penyelenggaraan pameran di seluruh wilayah nusantara memungkinkan peningkatan volume wisatawan, baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Berbagai potensi dan beragam objek dan daya tarik wisata dapat diperkenalkan kepada wisatawan bila pameran diselenggarakan di seluruh kawasan Indonesia dengan distribusi yang lebih merata dan frekwensi yang lebih besar. Event Berbasis Atraksi Agama Sebagai negara yang religius, kegiatan keagamaan di Indonesia juga dimasukkan dalam calender of event dalam rangka Visit Indonesia Year 2008. Ada terdapat lima kegiatan berbasis khusus keagamaan. Di samping itu terdapat pula kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikombinasikan dengan atraksi budaya, agama, dan olah raga. Pada umumnya event berbasis agama bentuknya seremonial dengan pameran terbatas dan sebagian besar mengharapkan pengunjung dari dalam negeri. Namun ada juga jenis event ini yang berskala internasional seperti Waisak Ceremony yang mengambil tempat di pelataran Candi Borobudur Magelang. Secara esensial, event berbasis agama mengandung nilai-nilai spiritual yang secara emosional dapat menarik pengunjung baik dari dalam maupun dari luar negeri. Event
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
13
seperti ini dapat menarik pengunjung secara massal dalam jumlah yang besar. Dari perspektif strategi pemasaran destinasi, event berbasis agama apalagi dikombinasikan dengan jenis atraksi lain akan menambah kekuatan promosi suatu destinasi pariwisata. Hal ini dimugkinkan oleh karena event seperti ini memiliki segmen pasar tersendiri yang sulit di terobos oleh event berbasis atraksi lain. Dari perspektif pengembangan produk, event seperti ini memberi distinctiveness bagi Indonesia, sebagai sebuah destinasi. Di samping itu dari sudut perilaku konsumen, segmen pasar seperti ini biasanya mengadakan kunjungan secara berulang untuk jenis event yang sama atau yang sejenis. Oleh karena itu event berbasis agama dapat dijadikan sebagai pemicu dan pemacu untuk mengadakan kunjungan ke objek-objek wisata lain, terutama di lokasi yang tidak terlalu jauh dari lokasi perayaan. Untuk itu agar event berbasis agama ini dapat memberi peran yang lebih besar bagi promosi destinasi pariwisata Indonesia perlu dikemas event-event yang inovatif dan kreatif tanpa mengabaikan esensi keagamaan sebagai core benefitnya. Event-event yang berbasis atraksi agama dan yang dikombinasikan dengan atraksi lain adalah: Festival Tabot (Bengkulu), Festival Arak Tabuik (Sumatera Barat), Maulid Maayum Anak (Kalimantan Selatan), Festival Sekaten (Yogyakarta), Mandu Lompoa Cikoang (Gorontalo), Festival Candi Muarojambi (Jambi), Upacara Waisak (Jawa Tengah), Festival Dugderan Warak Ngendog (Jawa Tengah), Upacara Grebeg Syawal (Yogyakarta) dan Peringatan 4 tahun Tsunami (Aceh). PENUTUP Visit Indonesia Year 2008 merupakan suatu program yang dikemas oleh pemerintah sebagai upaya strategis untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Program ini melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) pariwisata. Program yang dikemas meliputi 146 kegiatan (event) dalam berbagai bentuk. Setiap event mengandung satu atau lebih basis atraksi seperti budaya, olah raga, pameran, agama atau kombinasi atas dua atau lebih atraksi-atraksi tersebut. Atraksi yang paling banyak digunakan adalah atraksi berbasis budaya meliputi 42 event berbasis tunggal budaya; 22 event kombinasi dengan atraksi berbasis olah raga; 21 event kombinasi dengan atraksi pameran; 6 event
kombinasi dengan olah raga-pameran dan 2 event kombinasi agama-olah raga. Kemudian diikuti oleh event dengan atraksi berbasis olah raga baik tradisional maupun nontradisional sebanyak 25 event ditambah dengan event-event yang dikombinasi dengan basis atraksi lain baik budaya, pameran dan agama. Sementara event berbasis pameran terdapat 14 kegiatan ditmbah dengan event-event yang dikombinasi dengan basis-basis atraksi tersebut di atas. Sedangkan event berbasis agama hanya 5 buah ditambah dengan berbagai event-event yang dikemas dengan basis-basis atraksi lain. Dari sudut kewilayahan, event-event masih menumpuk di tiga kawasan pulau utama yaitu 53 di Pulau Jawa, 30 di Kawasan Sumatera, dan 17 event di Bali. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Inskeep (1991) seperti diuraikan sebelumnya, pihak perencana Visit Indonesia Year 2008 berupaya melakukan pendekatan diversifikasi pasar, peningkatan mutu, dan perpanjangan musim kedatangan wisatawan. Diversifikasi pasar dilakukan melalui pengemasan event dengan kombinasi dua atau lebih basis atraksi sehingga diharapkan dapat memperkuat pull-factor bagi destinasi. Oleh karena event-event dikemas sedemikian rupa, maka dapat menarik berbagai segmen pasar baik dilihat secara demografik maupun psikografik. Strategi diversifikasi pasar juga dilakukan melalui kegiatan massal terutama event yang berbasis agama sehingga dapat menarik pengunjung yang lebih bervariasi baik dari dalam maupun luar negeri. Pelibatan peserta dari luar negeri dalam event kompetisi dan festival bernuansa tradisional juga diperkirakan dapat menarik segmen pasar tertentu dari luar negeri. Sementara peningkatan mutu dilakukan melalui kemasan acara yang semakin menarik dan bervariasi dan dengan pemberdayaan unsurunsur budaya dengan berbagai atributnya dalam suatu event. Event-event yang direncanakan baik berbasis budaya, olah raga, pameran, dan agama atau yang campuran beberapa basis atraksi dikemas melalui strategi diferensiasi sehingga tampak lebih menarik. Dengan demikian para calon wisatawan memiliki bayangan nilai (value) atas suatu event yang akan dilihat dan dinikmati. Sedangkan perpanjangan musim kedatangan wisatawan untuk sementara dapat dilihat dari jadwal pelaksanaan keseluruhan rangkaian event mulai dari Januari hingga Desember; kendatipun belum merata. Ketidakmerataan waktu pelaksanaan event dalam bulan-bulan sepanjang tahun kemungkinan karena banyak event yang terikat dengan tuntutan tradisi terutama event yang
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
14
berbasis agama dan budaya. Event berbasis budaya terikat dengan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam event yang kadang-kadang mengandung unsur magis. Sedangkan event berbasis agama secara formal terikat dengan ketentuan kelembagaan.
Inskeep, E., 1991, Tourism Planning, An Integrated and Sustainable Development Approach, Van Nontrand Reinnold. New York. Kotler, P., et. Al., 2006, Marketing for Hospitality and Tourism, Person Prentice Hall, New Jersey.
DAFTAR PUSTAKA Annal Statistical Report, 2005, Pacific Asia Travel Association, Bangkok Buck, E., 1993, Paradise Remade : The Politics of Culture and History in Hawai, Philadelphia : Temple University Press.
Kotler, P., et.al, 1993, Marketing Places, The Free Press, A Division of Aacmillan, Inc., New York Lovelock, C.H., 1996, Service Marketing, Prentice Hall Internasional, New York
Craven, D.W, 1994, Strategic Marketing, Richard D. Irwin, Inc.
Mathieson, A dan G. Wall, 1982, Tourism : Economic, Physical and Social Impacts, New York, Longman
Departemen Kebudayaan dan pariwisata 2006, Statistical Report on Visitors Arrivals to Indonesia.
Middle ton, V.T.C., 1988, Marketing in Travel & Tourism, Heinemann Profesison Publishing, Oxford
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Visit Indonesia Years 2008, Celebrating 100 Years of Nations Awakening
Pearce, P.L., et.al., 1998, Tourism, Bridges Across Companies, Inc, Sidney
Gunn, C.A., Tourism Planning, Taylor & Francis, New York Hartajaya, H dan Yuswohady, 2005, Attracting Tourist, Traders, Investors, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Heath, E., and Geoffrey Wall, 1992, Marketing Tourism Destination, Strategic Planning Approach, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Pendit, N.S, 1999, Wisata Konvensi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Wahab, S. 1975, Tourism Management, Tourism International Press, Turin Walker, O.C. Jr., et.al., 1999, Marketing Strategy, Planning and Implementation, Irwin Mc Graw-Hill Companies, Boston
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
15