TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia Branding: Tourism Destination Marketing Strategy Rakhman Priyatmoko Peneliti Pada Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan Gd. Sapta Pesona, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110 Email:
[email protected] PENDAHULUAN
Indonesia sedang bersaing ketat dengan negara lain dalam mempromosikan destinasi pariwisatanya, karena itu Indonesia juga harus mempunyai branding pariwisata yang merepresentasikan keunggulan produkproduk pariwisata kepada calon wisatawan baik mancanegara (wisman) maupun nusantara (wisnus). Pemilihan sebuah brand dalam promsi pariwisata Indonesia bukanlah hal mudah. Karena brand yang digunakan haruus merepresentasikan keindahan destinasi wisata yang dimiliki Indonesia secara keseluruhan. Branding Wonderful Indonesia kemudian dukukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia terutama untuk promosi ke mancanegara pada tahun 2014 bersanding dengan Pesona Indonesia untuk branding pariwisata nusantara.
Sektor pariwisata Indonesia menargetkan kunjungan 20 juta kunjungan wisman dan 275 juta perjalanan wisnus pada tahun 2019 (Kemenpar, 2015). Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan strategi pemasaran pariwisata yang tepat sehingga efektif menarik lebih banyak wisman untuk berkunjung. Selain strategi pemasaran yang tepat, kebijakan lain seperti penguatan infrastruktur pariwisata, memperbanyak produk wisata (diversifikasi), dan menjaga stabilitas keamanan juga perlu terus ditingkatkan. Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai branding pariwisata diharapkan akan didukung oleh semua pemangku kepentingan bidang pariwisata di Indonesia termasuk pelaku usaha (bisnis), dan pemerintah daerah. Dalam strategi pengembangan pe-
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
83
masaran pariwisata Indonesia, hadap pariwisata Indonesia para pemangku kepentingan dapat diperoleh dari pramuyang terdiri dari lima aktor wisata yang mendampinginya. utama yaitu pemerintah, pelaku Karena itu, pramuwisata harus Industri, akademisi, mamempunyai pengetahuan yang syarakat, dan media (pentabaik tentang branding. Gamhelix), diharapkan dapat baran awal mengenai branding berperan aktif dalam memmerupakan informasi yang promosikan pariwisata perlu diketahui oleh wisatawan Indonesia. Semua aktivitas untuk menambah pengetahuan kepariwisataan baik offline ten-tang destinasi pariwisata maupun online seyogyanya negara yang dikunjungi. Mitra dapat menyertakan logo brand tour and travel yang Wonderful Indonesia atau berinteraksi langsung dengan Pesona Indonesia di dalamnya. wisatawan, pramuwisata idealTujuan penelitian ini nya mempunyai tingkat brand adalah untuk mengetahui awareness yang tinggi tingkat brand awareness terhadap branding pariwisata pramuwisata di Provinsi DIY Indonesia. Jika penyedia jasa terhadap branding Wonderful tidak memahami identitas dari Indonesia dan Pesona produk-produk tersebut maka Indonesia. Branding merupapemasaran pariwisata kan alat untuk menanamkan Indonesia akan cenderung kesan kualitas (quality image) bergerak dengan lambat dan dari produk-produk pariwisata dikhawatirkan dapat dikalahkan kepada wisatawan, oleh oleh negara pesaing. karena itu pramuwisata diHarapan akan tingkatan harapkan dapat berperan aktif brand awareness yang tinggi dalam mempromosikan branddari para pramuwisata sangat ing pariwisata Indonesia mungkin tidak sesuai dengan kepada para wisatawan kenyataan yang ada, mengtersebut. Untuk dapat meingat porsi budget untuk nyampaikan pesan dari sebuah strategi penguatan branding di branding dengan baik, maka masa lalu porsinya tidak tingkat brand awareness yang sebesar seperti pada masa tinggi dari para pramuwisata sekarang. Oleh karena itu, sangat diperlukan. Hal ini juga diperlukan sebuah penelitian sebagai bagian dari upaya pendahuluan yang dapat untuk memperkuat strategi pememberikan gambaran memasaran pariwisata Indonesia. ngenai tingkat brand Kesan pertama (first awareness pramuwisata impression) wisatawan terIndonesia terhadap branding 84 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Dari uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat brand awareness pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai strategi pemasaran destinasi pariwisata? Pemilihan Provinsi DIY memang belum dapat mewakili kondisi umum pramuwisata Indonesia secara keseluruhan, tetapi diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi dalam melaksanakan kajian yang berkaitan dengan brand awareness khususnya tehadap pramuwisata di Indonesia. Selain itu juga untuk menyosialisasikan branding tersebut kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata di daerah, serta menanamkan kesadaran kepada para pramuwisata pentingnya penggunaan brand dalam kegiatan kepariwisataan, sekaligus memberikan gambaran kepada pihak terkait mengenai efektivitas penggunaan brand Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia di daerah. Provinsi DIY dipilih menjadi lokasi penelitian, karena provinsi ini yang mempunyai atraksi wisata yang cukup lengkap dan beragam baik berbasis alam (nature), maupun berbasis budaya
(culture). Provinsi ini juga merupakan salah satu pintu masuk menuju Candi Borobudur sebagai salah satu kekayaan sejarah Indonesia dan terdaftar sebagai World Cultural Heritage di UNESCO. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan utama kenapa Provinsi DIY menjadi lokus penelitian, selain karena database mengenai pramuwisata cukup tersedia dan terwadahi dengan baik melalui asosiasi profesi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi DIY. Secara statistik, Provinsi DIY bukan merupakan penyumbang kunjungan wisman terbesar di Indonesia, bahkan secara peringkat tidak masuk dalam tiga besar kawasan great pariwisata yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepri (Batam), meski demikian, data statistik kunjungan wisman ke provinsi ini terutama yang tercatat pada Pintu Masuk Bandara Adi Sucipto menunjukkan trend positif terutama dalam lima tahun terakhir (2010-2014). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1.
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
85
Kunjungan Wisman Melalui Bandara Adi Sucipto 2010-2014 Sumber: BPS, 2015 (diolah kembali oleh Kemenpar)
Dari grafik diatas terlihat bahwa angka kunjungan wisman ke Provinsi DIY dari tahun 2010 s.d 2014 pertumbuhannya cenderung positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 45,98% atau naik sebesar 27.094 kunjungan dibanding tahun 2012 yang sebesar 58.926 kunjungan. Untuk tahun 2014 pertumbuhannya tetap positif meski hanya mengalami peningkatan sebesar 3.136 kunjungan atau hanya 3,65%. Brand awareness atau kesadaran merek merupakan bagian dari brand equity atau ekuitas merek. Ekuitas merek diartikan sebagai: a set of asstets (and libilities) linked to a brand’s name and symbol that adds to (or substract from) the value provided by a product or service to a firm or that fims’s customer (Rangkuti 2009:39). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ekuitas merek berkaitan erat dengan liabilitas yang dimiliki sebuah merek dan terdiri dari sejumlah aset. Aset-aset dari ekuitas merek yaitu, brand awareness yang merupakan tingkatan kesadaran pelanggan terhadap merek, perceived quality (kesan kualitas) yaitu persepsi 86
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas produk, brand association (asosiasi merek) yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek, dan brand loyalty (loyalitas merek) yaitu ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek (Rangkuti 2009:39-60) Brand awareness diartikan sebagai kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk 2007:54). Brand awareness terbagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan paling rendah dari brand awareness adalah una ware of brand (tidak menyadari merek), level kedua adalah brand recognition (pengenalan merek), atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided recall). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek), atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall). Tingkatan yang terakhir dalah top of mind (kesadaran puncak pikiran) dari konsumen terhadap merek tertentu (Durianto dkk, 2007:55-56). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Gambar 2. Piramida Brand A wareness Sumber: Duriant o dkk, (2009)
Wonderful Indonesia dan pesona Indonesia dikukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia melalui Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/2014 tentang Logo Wonderful Indonesia dan/atau Logo Pesona Indonesia. Logo Wonderful Indonesia atau logo Pesona Indonesia terdiri dari komponen logo burung yang disebut logogram, dan tulisan “Wonderful” dan “Indonesia” atau “Pesona” dan “Indonesia” yang disebut logotype. (Kemenpar, 2014) Dalam penerapannya di berbagai media, kedua komponen logo ini tidak boleh dipisah. Aspek fisik dibentuk dari unsur logo berupa gambar yang terinsipirasi dari burung garuda dan tulisan atau wording “Wonderful Indonesia” dan “Pesona Indonesia”. Aspek filosofis dibentuk dari makna
dibalik logo dan tulisan yang digunakan. Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah janji pariwisata Indonesia kepada dunia. Kata “Wonderful” atau “Pesona” mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan ketakjuban, dari segala aspek manusia maupun alamnya, yang mengusik kalbu dan menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan. Konsep logo terinspirasi dari burung yang suka berkelompok melambangkan hidup damai antar sesama di alam sentosa. Burung juga satwa dengan populasi terbesar di Indonesia dan menjadi lambang bangsa. Rentangan sayap berarti keterbukaan, hasrat untuk terbang jauh, melintas batas. Sifatnya semesta, dikenali oleh semua. Tulisan “Indonesia” berwarna hitam yang lebih besar daripada “Wonderful” atau “Pesona” mengedepankan dan memperkuat Indonesia diantara persaingan pariwisata internasional. Filosofi bentuk logo luwes, serba lengkung, tanpa sudut persegi ataupun garis lurus, memaknakan besarnya arti keseimbangan dan keselarasan manusia dengan alam dan antar sesama di bumi (Kemenpar, 2014). Bentuk desain pada logo masih menggunakan lima
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
87
komponen warna yang masingmasing memiliki makna berbeda. Warna biru melambangkan kesemestaan. Hijau melambangkan kreativitas, ramah pada alam, dan keselarasan. Jingga berarti inovasi, keterbukaan, dan semangat pembaruan. Ungu menjadi daya imajinasi keimanan, serta kesatuan lahir dan batin. Magenta merupakan berarti keseimbangan akal sehat dan sifat praktis (Kemenpar, 2014). Logo branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Logo Wonderful Indonesia dan Peson Indonesia
Beberapa penelitian tentang brand awareness yang pernah dilakukan diantaranya adalah “Tinjauan Kesadaran Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia”. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2014 oleh peneliti Asdep Litbangjakpar tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana brand pariwisata Wonderful Indonesia dikenali 88
oleh para wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia. Penelitian ini memberikan gambaran (deskripsi) brand awareness atau kesadaran merek wisman yang berkunjung ke Indonesia. Penelitian tersebut mengambil sampel wisman yang berkunjung melalui pintu masuk Bandara Soekarno Hatta, Jakarta sebagai responden atau subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 44% responden belum mengenal brand pariwisata Indonesia, sedang-kan 56% menyatakan sudah mengenal brand pariwisata Indonesia (Maulana, 2014). Meskipun sama-sama meng-angkat tema mengenai brand awareness, perbedaan men-dasar dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian dimana wisman menjadi subyek penelitian, dan bukan pramu-wisata. Penelitian selanjutnya berjudul: “Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity”. Penelitian ini dilakukan oleh dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 2014. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana merek (brand) Simpati dapat mempengaruhi segala keter-
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
tarikan konsumen terhadap merek Simpati. Metode penelitian kuantitatif dengan instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner. Responden untuk penelitian ini adalah pengguna kartu prabayar Simpati yang masih aktif menggunakan produk tersebut di kota Semarang dengan jumlah responden sebanyak 148 orang. Metode kuantitatif meliputi validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis melalui uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier. Dan pada penelitian ini menggunakan uji sobel untuk mendeteksi variabel interveningnya yaitu brand loyalty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brand Image dan Brand Awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Loyalty, selanjutnya Brand Loyalty diterima sebagai media intervening dalam memediasi brand image dan brand awareness terhadap brand equity (Andrologi, 2014). Perbedaan mendasar dari penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu konsumen dari provider layanan komunikasi dan bukan pramuwisata. Tujuan utama dari penelitian bukan mengukur tingkat brand awareness tetapi mengukur
sejauh mana pengaruh variable brand image dan brand awareness terhadap brand loyalty. METODE Subyek penelitian ini adalah pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY dan variable yang diukur adalah tingkat brand awareness atau tingkat kesadaran merek terhadap dua branding pariwisata yaitu Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel dalam penentuan responden. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2013: 174). Penentuan sampel (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling (sampling insidental). Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015:67). Pertimbangan menggunakan teknik ini adalah minimnya waktu pengumpulan data di lapangan.
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
89
Penentuan ukuran sampel dengan rumus Slovin yaitu: n = N 1+N (e)2 n = Sampel N = Populasi e = Marjin eror (error tolerance) yang diperkenankan dengan besaran 5-10% (www.spssstatistik.com, 2016) Jumlah populasi pramuwisata yang tergabung dalam HPI Provinsi DIY adalah 400 orang. Marjin eror yang digunakan adalah 10%. Dengan rumus tersebut maka didapat jumlah sampel sebagai berikut:
Level Brand Awareness
2 Unaware of Brand 3 4 5 6 7 Brand Recall
8 9
Top of Mind
90
400 1+400 (10%)2
= 80
Sampel untuk penelitian ini ditentukan sebanyak 80 orang responden. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibangun dari empat tingkatan brand awareness yaitu brand unaware, brand recall, brand recognition, dan top of mind. Terdapat sepuluh pertanyaan dalam kuesioner dengan pilihan lima jawaban sesuai tingkatan skala Likert sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Dalam Kuesioner No Pertanyaan 1
Brand Recognition
n=
10
Anda mengetahui bahwa Indonesia mempunyai branding Pariwisat a. Anda mengetahui ada dua jenis branding pariwisata Indonesia. Anda mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara. Anda mengetahui branding promosi pariwisata nusantara. Anda mengetahui logo/gambar dari branding pariwisata Indonesia. Anda mengetahui tag line at au kalimat branding pariwisata Indonesia. Anda mengenali branding pariwisata Indonesia ketika melihat logo atau membaca tag linebranding tersebut. Menurut anda logo (gambar) branding pariwisata Indonesia mudah diingat. Menurut anda tag line atau kalimat dari branding pariwisata Indonesia mudah diingat. Ketika mendengar kata branding pariwisat a, pertama yang anda ingat adalah branding pariwisata Indonesia.
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016