Vintage, Mikrofon Soekarno Saksi Bisu Peresmian UNAIR UNAIR NEWS – Diantara benda-benda bersejarah yang menjadi “saksi bisu” seremoni peresmian Universitas Airlangga pada tanggal 10 November 1954 adalah mikrofon Vintage (lihat gambar). Inilah salah satu bukti sejarah yang masih tersimpan baik dari peristiwa monumental tersebut. Sudah tentu, mikrofon ini usianya lebih tua daripada UNAIR itu sendiri, dan benda itulah yang dipakai oleh Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia saat berpidato dalam peresmian UNAIR tersebut. Dari bentuk tampilan luarnya, mikrofon ini bertipe Shure 51 Sonodyne Dynamic Microphone Deco Mid Century. Ada juga yang menyebut mikrofon bertemakan vintage yang terkenal di era tahun 1950-an. Ditemukan di beberapa referensi, mikrofon jenis Shure ini merupakan salah satu ikon mikrofon panggung legendaris. Berpenampilan klasik, mikrofon ini dibentuk berdasarkan model legendaris dari tipe mikrofon akustik supercardioid bertemakan vintage, tentu saja dengan sentuhan kemewahan. Saat ini mikrofon “Antik” ini menjadi salah satu koleksi berharga peninggalan bersejarah dan tersimpan baik di Museum Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di kampus A. Mikrofon Vintage ini tersimpan rapi di dalam sebuah kotak kaca, sehingga terjaga kebersihannya. Merujuk dari sejarah berdirinya Universitas Airlangga, hal ini tak terlepas dari momentum sakral pada peresmiannya saat itu: 10 November 1954, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yang ke-IX. Sesuai randown acara, peresmian pada saat itu didahului dengan pembukaan selubung arca Wisnu (berwarna kuning emas dan biru) oleh Presiden Soekarno, dan barulah ditandatangani naskah peresmian, dilanjutkan dengan pidato peresmian.
Dalam kisah selanjutnya ketika universitas ini ingin memiliki bendera, maka dalam suatu rapat pimpinan, atas saran Prof. H.R.M. Soejoenoes, warna selubung Arca Wisnu itu diusulkan sebagai warna bendera Universitas Airlangga. Saran tersebut disetujui. Terwujudlah bendera Universitas Airlangga: kuning berarti agung, sedang biru tanda ksatria dan jiwa yang mendalam.
MIKROFON jenis Vintage yang dipakai Presiden Ir. Soekarno dalam pidato peresmian Universitas Airlangga pada 10 November 1954. (Repro Foto: Sefya HI) Secara singkat, sejarah Universitas Airlangga ini berawal dari lembaga pendidikan Nederlands Indische Artsen School (NIAS) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1913. Dalam perjalanan waktu, kemudian NIAS berubah menjadi Fakultas Kedokteran, sedangkan School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT) yang didirikan Belanda tahun 1928, sekarang berubah menjadi FKG. Setelah masa pergolakan kemerdekaan, tahun 1948 pemerintah pendudukan Belanda mendirikan Tandheelkunding Instituut yang merupakan cabang Universiteit van Indonesie Jakarta. Kemudian membuka kembali NIAS dengan nama Faculteit der Geneeskunde yang juga sebagai cabang Universiteit van Indonesie Jakarta. Pemerintah RI sendiri baru resmi membuka Universitas Airlangga Surabaya sebagai lembaga pendidikan tinggi pertama di kawasan timur Indonesia pada tahun 1954 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57/1954. Pada saat diresmikan itu UNAIR sudah memiliki lima fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (semula juga cabang dari Universitas Indonesia), Fakultas Hukum (semula cabang dari Universitas Gadjah Mada), Fakultas Sastra (berkedudukan di Denpasar, tetapi tahun 1962 fakultas ini memisahkan diri dari UNAIR dan menjadi cikal bakal dari Universitas Udayana). Satu lagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang berkedudukan di Malang. FKIP ini tahun 1963 memisahkan diri dari UNAIR dan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Malang yang sekarang juga berubah lagi menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Seiring berjalannya waktu, Universitas Airlangga terus berkembang. Dari tahun ke tahun UNAIR melahirkan fakultasfakultas baru yang hingga saat ini sudah terdapat 14 fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana. (*)
Penulis: Bambang Bes dan Sefya Hayu Istighfaricha