VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU
8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke dalam suatu fungsi produksi. Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least Square (OLS). Faktor-faktor produksi yang diestimasi ke dalam model meliputi luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk urea (X3), pupuk kandang (X4), serta penggunaan tenaga kerja (X5). Setelah fungsi produksi dibuat, selanjutya dilakukan pendugaan dan pengujian model fungsi produksi dengan melihat R2, uji statistik F dan uji t untuk melihat faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi. Hasil pendugaan yang diperoleh dari model Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: Ln Y = 2,41 + 0,08 ln X1 + 0,22 ln X2 + 0,23 ln X3 + 0,34 Ln X4 + 0,13 ln X5+u Berdasarkan hasil pendugaan model Cobb-Douglas diperoleh koefisien determinasi terkoreksi R-squared adjusted sebesar 90,66 persen (Lampiran 5). Angka ini menunjukkan bahwa 90,66 persen keragaman dari variabel hasil produksi dapat diterangkan oleh variabel di dalam model yaitu luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk kandang, dan penggunaan tenaga kerja, sedangkan 9,34 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Uji F menyatakan bahwa model nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen (P-value uji F kurang dari α = 0,15), yang berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilakukan dengan uji t. Berdasarkan hasil uji t tersebut diketahui bahwa faktor produksi luas lahan tidak nyata. Faktor produksi bibit nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen.
64
Faktor produksi pupuk urea serta pupuk kandang nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen, sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak nyata (Lampiran 5). Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap fungsi produksi, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap asumsi OLS dengan melihat masalah kenormalan, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Model fungsi Cobb-Douglas tidak mengalami masalah multikolinearitas, hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang lebih kecil dari 10 pada seluruh variabel bebas. Nilai VIF dari kelima variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 16. Nilai VIF Model Cobb-Douglas Faktor Produksi Luas lahan (X1) Bibit (X2) Pupuk Urea (X3) Pupuk Kandang (X4) Penggunaan Tenaga Kerja (X5)
Nilai VIF 8,3 3,57 3,45 3,45 5,56
Sumber : Data Primer (diolah), 2011
Selain masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas juga perlu di uji. Berdasarkan uji glejser dengan menggunakan software E-views, tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Probabilitas chi-square yang bernilai lebih dari α sebesar
0,15. Hasil uji Glejser dapat dilihat pada
Lampiran 6. Uji kenormalan dilakukan dengan uji Jarque-Berra yang menyatakan bahwa P-value uji normalitas sebesar 0,50 lebih besar dari α sebesar 0,15. Hal ini menunjukan bahwa data menyebar normal. 8.2. Analisis Faktor Produksi Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa dalam fungsi produsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi tiap variabel merupakan elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor
65
produksi bertanda positif. Angka positif pada tiap variabel bebas menunjukan bahwa tiap variabel bebas memiliki korelasi positif dengan variabel tidak bebas. Selain itu, nilai tiap elastisitas faktor produksi sudah berada pada daerah rasional, yaitu daerah dengan elastisitas antara 0 dan 1. 8.2.1. Luas Lahan Rata-rata penggunaan luas lahan di daerah penelitian adalah 0,24 hektar. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi namun tidak nyata. Nilai elastisitas lahan dalam fungsi produksi usahatani ubi kayu sebesar 0,08 yang artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 persen akan diikuti peningkatan jumlah produksi sebesar 0,08 persen dengan faktor-faktor lain tetap. Penambahan maupun pengurangan penggunaan luas lahan pada daerah penelitian tidak mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan tanah yang digunakan oleh para petani bukan milik petani sendiri, melainkan tanah pinjaman dari sebuah perusahaan perumahan. 8.2.2. Bibit Penggunaan rata-rata bibit pada luas lahan sebesar 0,24 hektar di daerah penelitian adalah 2.498,33 batang. Faktor produksi bibit berpengaruh positif terhadap produksi yang dihasilkan dan nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Bibit yang digunakan di lokasi penelitian adalah bibit yang berasal dari sisa tanaman yang telah dipanen. Besarnya pengaruh bibit terhadap produksi adalah sebesar 0,22 yang menunjukkan bahwa penambahan penggunaan bibit sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi ubi kayu sebesar 0,22 persen dengan faktor lain tetap Elastisitas produksi yang positif antara nol dan satu menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah rasional.
66
8.2.3. Pupuk Urea Faktor produksi pupuk urea berpengaruh positif terhadap produksi yang dihasilkan dan nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Pupuk urea berguna untuk membantu pertumbuhan tanaman ubi kayu. Pemakaian pupuk urea di lokasi penelitian adalah rata-rata sebesar 101,33 kilogram dengan rata-rata luas lahan 0,24 hektar. Besarnya pengaruh pupuk urea terhadap produksi adalah sebesar 0,23 yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,23 persen dengan faktor lain tetap. Elastisitas produksi yang positif antara nol dan satu menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional. 8.2.4. Pupuk Kandang Faktor produksi pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi yang dihasilkan dan nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Kegunaan dari pupuk kandang diantaranya adalah memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur tanah dan menahan air tanah, jadi pemakaian pupuk kandang sangat diperlukan untuk tanaman ubi kayu (Sumiyati, 2006). Rata-rata penggunaan pupuk kandang pada daerah penelitian adalah sebesar 1.745,83 kg, dengan luas lahan rata-rata 0,24 ha. Besarnya pengaruh pupuk kandang terhadap produksi adalah sebesar 0,34 yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk kandang sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,34 persen dengan faktor lain tetap. Elastisitas produksi yang positif antara nol dan satu menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional.
8.2.5. Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata penggunaan tenaga kerja di Desa Pasirlaja adalah 45,66 HKP untuk luas lahan sebesar 0,24 hektar. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif
67
terhadap produksi yang dihasilkan, namun tidak nyata. Pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi adalah sebesar 0,13. Artinya setiap penambahan 1 persen penggunaan tenaga kerja, akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,13 persen dengan faktor produksi lain tetap. Tidak nyatanya pengaruh faktor produksi penggunaan tenaga kerja terhadap hasil produksi disebabkan karena penggunaan tenaga kerja relatif homogen antar petani. 8.3. Analisis Skala Usaha Jumlah elastisitas produksi dalam model adalah 1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat skala usaha berada pada skala kenaikan hasil yang konstan (Constant Return to scale) yang artinya bahwa penambahan satu persen dari masing masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ubi kayu sebesar 1 persen.
8.4. Analisis Efisiensi Ekonomi Tujuan akhir dari suatu proses produksi yang diusahakan oleh petani bukan hanya ingin mencapai tingkat produksi yang setinggi-tingginya, namun yang lebih utama adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam rangka mencapai tujuan memaksimumkan keuntungan, menurut Doll dan Orazem (1984), petani harus mampu memenuhi syarat keharusan dan syarat kecukupan. Syarat keharusan dipenuhi apabila produksi dilakukan pada daerah rasional (elastisitas antara nol dan satu), sedangkan syarat kecukupan dipenuhi apabila Nilai Produk Marginal sama dengan Biaya Korbanan Marginal atau rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. BKM sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri. Menurut Soekartawi (2002), untuk menghitung NPM diperlukan besaran Produk Marginal, karena NPM merupakan hasil kali Harga Produk (Py) dengan
68
Produk Marginal (PM). Biaya Korbanan Marginal adalah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan penggunan faktor-faktor produksi satu satuan. Tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio Nilai Produk Marginal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM) per periode produksi. Pada Tabel 17 dapat dilihat kondisi efisiensi produksi usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja, dimana produksi rata-rata sebesar 3.298,33 kilogram per periode produksi dan harga produk adalah Rp 1.200 per kilogram. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa penggunaan faktor–faktor produksi usahatani ubi kayu belum mencapai kondisi optimal. Rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai NPM-BKM lebih kecil dari satu, sedangkan untuk luas lahan, bibit, pupuk urea, dan pupuk Tabel 17. Rasio Nilai Produksi Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Produksi Usahatani Ubi Kayu Desa Pasirlaja Faktor Produksi RataKoefisien NPM BKM NPM/BKM Rata Input Luas Lahan 0,24 0,08 1.319.332 282.424 4,67 Bibit 2498,33 0,22 348,54 250 1,39 Pupuk Urea 101,33 0,23 8.983,50 3.500 2,57 Pupuk Kandang 1745,83 0,34 770,81 280 2,75 Penggunaan TK 45,65 0,13 11.268 20.000 0,56 Sumber : Data Primer (diolah), 2011
kandang, memiliki rasio NPM-BKM lebih besar dari satu. Rasio NPM-BKM dari lahan adalah 4,67; meskipun demikian penambahan luas lahan di Desa Pasirlaja tidak mungkin dilakukan, karena petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan tanah pinjaman dari sebuah perusahaan perumahan. Faktor produksi bibit memiliki Nilai Produk Marginal sebesar 348,54 artinya bahwa penambahan 1 batang bibit akan meningkatkan penerimaan petani sebesar Rp 348,54 dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan adalah sebesar
69
Rp 250 sehingga rasio NPM-BKM bibit sebesar 1,39. Oleh karena itu penggunaan bibit dalam usahatani ubi kayu sebaiknya ditambah agar tercapai efisiensi. Rasio NPM-BKM dari pupuk urea dan pupuk kandang masing-masing adalah 2,57 dan 2,75. Angka ini menunjukkan perlunya penambahan dalam penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang agar tercapai efisiensi. Nilai Produk Marjinal pupuk urea sebesar 8.983,50. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 kilogram pupuk urea akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 8.983,50, dengan biaya tambahan sebesar Rp 3.500. Nilai Produk Marjinal pupuk kandang adalah 770,81. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 kilogram pupuk kandang, akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 770,81 dengan biaya tambahan sebesar Rp 280. Nilai Produk Marjinal untuk penggunaan tenaga kerja sebesar 11.268. Hal ini berarti bahwa untuk setiap tambahan 1 HKP penggunaan tenaga kerja, akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 11.268 dengan biaya tambahan sebesar Rp 20.000. Rasio NPM dan BKM dari penggunaan tenaga kerja sebesar 0,56. Hal ini menunjukan bahwa untuk mencapai efisiensi, petani disarankan untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja. Kondisi ini sejalan dengan keadaan di Desa Pasirlaja bahwa penggunaan tenaga kerja sudah melebihi jumlah optimalnya sebesar 100 HKP per hektar. Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat optimal sehingga diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi, nilai NPM harus sama dengan BKM atau rasio antara NPM dan BKM harus sama dengan satu. Tabel 18 menyajikan penggunaan faktor-faktor produksi dalam tingkat optimal. Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani ubi
70
Tabel 18. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor Produksi Ubi Kayu Faktor Produksi Rata-Rata Input Input Optimal Bibit 2.498,33 3.484,04 Tenaga Kerja 45,66 25,73 Sumber : Data Primer (diolah), 2011
kayu di Desa Pasirlaja dapat dicapai apabila penggunaan bibit ditingkatkan dari 2.498,33 batang menjadi 3.484,04 batang (ceteris paribus), atau penggunaan tenaga kerja di kurangi dari 45,66 menjadi 25,73 HKP (ceteris paribus). Hasil analisis untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang optimal setelah dibagi dengan rata-rata luas lahan di desa penelitian (0,24 ha) tidak sesuai dengan literatur budidaya ubi kayu ideal. Jumlah penggunaan pupuk urea ideal untuk satu hektar lahan adalah sebesar 200 kg/ha (Prihandana, et al, 2007). Hasil ini tidak sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea sebaiknya ditambah menjadi 1.083 kg/ha. Jumlah penggunaan pupuk kandang ideal per hektar untuk satu musim tanam adalah sebesar 5.000 kg/ha (Direktorat Budidaya Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, 2008). Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil analisis yang menganjurkan adanya penambahan penggunaan pupuk kandang menjadi 20.025 kg/ha. Ketidaksesuian antara hasil analisis dengan literatur dalam hal penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang disebabkan oleh penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang pada daerah penelitian yang sudah terlalu banyak. Hal ini dikarenakan pupuk urea dan pupuk kandang digunakan oleh petani di desa penelitian untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi baik. Selain itu, penggunaan pupuk urea juga digunakan untuk menutupi kekurangan penggunaan pupuk KCl dan TSP. Pada Tabel 19 ditunjukan perbandingan hasil analisis dengan literatur.
71
Tabel 19. Perbandingan Hasil Analisis Dengan Literatur Ideal. Variabel Pupuk urea
Input Optimal Hasil Analisis 1.083 kg /ha/MT
Input Optimal Literatur Ideal 200 kg/ha/MT
Pupuk kandang
20.025 kg/ha/MT
5.000 kg/ha/MT
Sumber : Data Primer (diolah), 2011
Karena hasil analisis untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang optimal tidak sesuai dengan literatur, maka hasil analisis ini tidak bisa digunakan sebagai rekomendasi kepada petani di daerah penelitian. Rekomendasi yang diberikan kepada petani untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang ideal didasarkan pada literatur.
72