55
VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan terhadap lingkungan yang dihasilkan (Pressure), keadaan lingkungan (State), dampak yang dihasilkan dari perubahan lingkungan (Impact) dan kemungkinan adanya respon dari masyarakat (Response). Driving Force Beberapa dampak dari ekosistem lamun di Pulau Waidoba Berdasarkan hasil penelitian driving force atau faktor pemicu kerusakan ekosistem lamun di Pulau Waidoba di sebabkan oleh adanya berbagai aktivitas manusia (antropogenik), yaitu dampak langsung (direct impact) berupa: pemanfaatan yang merusak seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak (dinamit) dan bahan beracun (sianida), pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumberdaya padang lamun, pengambilan biota-biota non ikan, pembuangan jangkar motor atau perahu dan pembuangan sampah. Selanjutnya dampak tidak langsung (indirect impact) terdiri dari jalur transportasi yang mengakibatkan tingginya tingkat kekeruhan dan pencemaran akibat tumpahan minyak, penggunaan ekosistem lamun sebagai areal budidaya ikan kerapu dan napoleon, budidaya rumput laut dengan rakit apung serta udang lobster dengan keramba jaring apung. Potensi sumberdaya lamun yang melimpah menyebabkan ketergantungan tinggi masyarakat terhadap ekosistem ini, terlebih dengan kondisi lahan daratan Pulau Waidoba yang kecil serta tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat hanya mengandalkan profesi sebagai nelayan dan enggan untuk mencari profesi lainnya. Akibat dari ketergantungan tersebut, banyak dari masyarakat melakukan aktivitas-aktivitas di kawasan ini guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Banyaknya aktivitas pada ekosistem lamun ini menyebabkan kerusakan ekosistem lamun. Pressure Permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat Kecamatan Kayoa seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat kemiskinan dan pendidikan
56
rendah serta kurangnya alternatif pekerjaan lain mengakibatkan ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya lamun, ketergantungan ini menimbulkan pressure terhadap sumberdaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya lamun (perikanan, kerang dan teripang) di Pulau Waidoba tidak seimbang dengan kemampuan sumberdaya
untuk
berkembang dan melakukan regenerasi.
Masyarakat melakukan peningkatan usaha penangkapan tanpa memikirkan kelestarian ekosistem lamun State Penelitian yang dilakukan melalui hasil pengamatan persentase tutupan lamun dan wawancara dengan masyarakat menunjukkan adanya kerusakan ekosistem lamun di Pulau Waidoba. Penangkapan ikan dan penangkapan biotabiota non ikan dilakukan secara terus menerus pada wilayah ini menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem lamun dan penurunan stok ikan, biota-biota non ikan yang ada. Ikan-ikan semakin sulit ditangkap dan keanekaragamannya pun mengalami penurunan. Penangkapan yang dilakukan dengan cara destruktif juga mengakibatkan kerusakan secara fisik pada ekosistem lamun. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) di Pulau Waidoba Kondisi sumberdaya alam lainnya seperti ekosistem mangrove juga mengalami degradasi yang cukup tinggi. Sebagian besar kerusakan terjadi karena kegiatan pengambilan hutan mangrove untuk di jadikan sebagai kayu bakar, dan di jual ke konsumen. Kerusakan hutan mangrove itu mengakibatkan sedimentasi dan secara tidak langsung juga mengakibatkan kerusakan pada ekosistem lamun. Sedimentasi dari daratan yang masuk ke laut ini mengakibatkan perubahan kualitas air di perairan Pulau Waidoba. Kondisi ini juga di perparah dengan pembukaan lahan hutan mangrove untuk pelabuhan dan pemukiman penduduk. Selanjutnya ekosistem terumbu karang juga demikian, saat ini kondisi terumbu karang di perairan pulau Waidoba mengalami kerusakan yang sangat memprihatinkan akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (dinamit) dan pengambilan karang batu untuk kontruksi rumah dan jalan.
57
Saat ini masyarakat nelayan Pulau Waidoba merasakan bahwa secara umum perairan Pulau Waidoba telah mengalami berbagai perubahan seperti perubahan stok ikan, ekosistem, dan keanekaragaman organisme. Impact Kerugian akibat kerusakan sumberdaya ekositem wilayah pesisir di Pulau Waidoba sangat dirasakan para pemanfaat ekosistem lamun berupa berkurangnya pendapatan masyarakat nelayan seiring dengan rusaknya ekosistem lamun tersebut. Hasil tingkat kerusakan ekosistem lamun di Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0: 200 tahun 2004, tersaji pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat Kerusakan Ekosistem Lamun Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Stasiun I II III IV V
Luas area Kerusakan (%) 75.78 63.88 67.41 76,94 80.89
Tingkat Kerusakan Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sumber: Kepmen Negara Lingkungan Hidup dan Data Primer (Diolah), 2011.
Response Respon terhadap kondisi ekosistem lamun di Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan diberikan masyarakat nelayan dan institusi adalah pengelolaan kawasan pesisir di pulau Waidoba. Pengelolaan kawasan pesisir adalah salah satu response yang dilakukan oleh institusi yang berwenang dan didukung oleh masyarakat. Response lain yang dilakukan masyarakat, khususnya nelayan untuk mengatasi dampak menurunnya produksi ikan di kawasan ekosistem lamun adalah melakukan penangkapan ikan pada kawasan terumbu karang sekitarnya dan beberapa nelayan juga melakukan pencarian atau penangkapan ikan di daerah perairan lain dengan maksud meningkatkan pendapatan mereka. Hasil analisis DPSIR ekosistem lamun di perairan Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.
58
Driving Force
Pressure
Adanya kegiatan manusia (antropogenik): - Dampak langsung (direct impact) - Dampak tidak langsung (indirect impact)
- Peningaktan Jumlah Penduduk - Intensifikasi perikanan - Peningkatan Pemukiman dan pelabuhan
State -
Response -
Pengelolaan Wilayah Pesisir Penangkapan ikan di luar kawasan ekositem lamun perairan pulau Waidoba
Perubahan ekosistem Perubahan stok ikan Perubahan kualitas air Perubahan keanekaragaman organisme
Impact -
Degradasi ekosistem pesisir dan laut Penurunan produksi perikanan Penurunan produksi kerang & teripang Penurunan pendapatan masyarakat
Gambar 14 Diagram Analisis DPSIR Ekosistem Lamun Pulau Waidoba 6.2 Keterkaitan Antara DPSIR dengan Persepsi Nilai Ekonomi Ekosistem Lamun Valuasi ekonomi sering digunakan untuk mempengaruhi kebijakan atau mengevaluasi kebijakan terhadap suatu sumberdaya. Untuk melakukan valuasi ekonomi terlebih dahulu diawali dengan membangun pola kebijakan dari pemanfaatan sumberdaya. Salah satu cara untuk membangun pola kebijakan tersebut adalah dengan menggali faktor-faktor pemicu yang mengakibatkan adanya perubahan terhadap suatu sumberdaya alam dan lingkungan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan analisis DPSIR. Tujuan dari analisis DPSIR adalah untuk memahami potensi, pola pemanfaatan dan permasalahan dari sumberdaya
ekosistem lamun yang ada di lokasi
59
penelitian. Analisis DPSIR dapat dijadikan background bagi nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dihasilkan dari analisis valuasi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dengan 60 responden diantaranya nelayan dan masyarakat umum (non nelayan), diperoleh persepsi masyarakat mengenai pentingnya keberadaan ekosistem lamun di pulau Waidoba Kecamatan Kayoa Selatan, seperti yang terlihat pada Gambar 15 Sebanyak 65% responden menyatakan bahwa keberadaan sumberdaya lamun merupakan suatu hal yang penting, 20% responden menyatakan sangat penting, 12% responden menyatakan bahwa keberadaan ekosistem lamun merupakan hal yang biasa dan 3% responden menyatakan kurang penting. Biasa 12%
Kurang penting 3%
Sangat Penting 20% Penting 65%
Gambar 15 Pentingnya Keberadaan Ekosistem Lamun Berdasarkan persepsi masyarakat memperlihatkan bahwa ekosistem lamun merupakan suatu hal yang penting tapi karena keterbatasan pekerjaan dan kurangnya pengetahuan masyarakat nelayan akan nilai-nilai keberlanjutan suatu ekosistem sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan suatu sumberdaya yang berdampak terhadap hasil produksi nelayan. Hal tersebut dapat terlihat dari Gambar 16 yang menunjukkan terjadinya penurunan hasil produksi yang diperoleh nelayan.
60
8%
Sangat Menurun
35% 57%
Menurun Tetap Meningkat
Gambar 16 Hasil Produksi Masyarakat Secara umum, persepsi masyarakat menyatakan bahwa ekosistem lamun di Pulau Waidoba saat ini berada pada kondisi rusak. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 dimana 43% responden menyatakan rusak, 47% responden menyatakan rusak parah dan hanya 10% responden yang menyatakan kondisi ekosistem lamun tetap tidak ada perubahan dari dulu hingga saat ini.
10% 47% 43%
Rusak Parah Rusak Tetap Baik Sangat Baik
Gambar 17 Kondisi Ekosistem Lamun Pulau Waidoba