Pio Andre
Verlieben
Romeo Books
Verlieben Oleh: Pio Andre Copyright © 2014 by Pio Andre
Penerbit Romeo Books
Desain Sampul: NulisBuku.com
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Thanks To... Fiuuhhh! Akhirnya novel yang sempat mengendap 1 tahun ini kelar juga. Lega rasanya. Untuk melengkapi rasa bahagia ini, gue ingin ngucapin terima kasih sama orangorang yang selama ini ngasih spirit ke gue.
-First, buat Dyah Rini yang telah menjadi sumber inspirasi lahirnya ide untuk menulis novel ini. -Terus buat mbak Ninna Rosmina yang udah sempat meluangkan waktunya untuk mengoreksi naskahnya. -Buat teman-teman gue, baik di dunia nyata ataupun dunia maya, baik yang ada ataupun antara ada dan tiada ; Mursal Fahresi (si penulis gigih yang berjuang mati-matian demi nerbitin novelnya. Gue salut sama elo). Kamal Agusta, kali ini elo kudu beli novel gue. Nggak boleh minta gratisan, hahaha! Ziefa Natsu, kok kita jarang sharing tulisan lagi ya?
3
-Spesial buat sobat gue. Angyat Loho, “Angyaaat ... nih novelnya. Elo kudu beli minimal 100 eksemplar. Awas kalau nggak!” (piring siap melayang) -Dan pada akhirnya terima kasih yang terdalam untuk Tuhan Jesus yang telah menganugerahkan ke dua orang tua yang baik. Semoga mereka selalu diberi kesehatan dan rezeki yang cukup. Amin. -Tidak lupa buat semua pembaca dan calon pembaca gue. Semoga novel ini cukup menghibur kalian. Maaf kalau masih banyak kekurangan. Input dari kalian sangat berguna buat novel berikutnya.
With love, Pio Andre
4
Sulaiman Irawan-Jakarta “Cinta dan kasih adalah dua hal yang berdampingan, namun yang utama adalah kasih.”
U.F Csaba-Hungary To see you smile, it makes my heart beat faster When I hear you cry, I feel that I am a disaster Hair covers your shoulder, curly brown, like your eyes are I wish the time would go slower, when you lie in my arms Your scent, like dumpling, blocks my lung from breathing Innocent chatting with you has a lot of meaning Not the words I hear are chaining my thoughts around you Your voice, like fairy bell, brings me back my childhood Brightly sparkling eyes, like it would be covered by tears Whispered words of love, makes goosepbumped my skin Hand in hand to walk together, makes me proud and happy The place where I kissed you first is my sanctuary Strong and vulnerable, you can make me both No woman is better for me, around this world 5
About love: You see teenager or an old man. A middle age high school teacher is crossing the street or just the barber on the corner whistles a hit. You grandmother reads you a book under the walnut tree. It could be the pharmacist who gave you that pill, a baker with that soft, warm croissant or just a ballerina, who spins around five times. They are all the same when they fall in love. We can be the strongest man on the earth or just a weak teenage girl, when our mind is conquered by our heart, we change. You can fight it, hide it, repress it or just ignore it, but your mind will not stop thinking about that person.
Lourdes-Philipines I fell in love with someone who has familly. I don’t feel regret after he left me, I will feel regret if didn’t try to loving him. But, one think I wish that he was a single to be forever mine.
6
Dear you, Guten Morgen ... Di hari yang cerah ini aku ingin menyapamu Sehangat sinar mentari yang bersinar selembut madu Guten Tag ... Seperti teriknya matahari siang ini Akan kunyalakan api cinta Yang membara di antara kita Guten Abend ... Ketika hari mulai senja Kau dan aku akan terikat Dalam satu rasa yang sama Guten Nacht ... Satu ciuman perpisahan malam hari ini Meyakinkanku untuk mengucapkan ... “Ich liebe dich!” “Werden Sie meine freundin? Maukah kau jadi pacarku?
7
Prologue Pameran Buku Internasional, Frankurt, Jerman 15 Oktober 2009
“D
amn it!” jerit seorang gadis berambut
pendek gaya bob dengan potongan layer berponi itu kesal. Dipelototinya meja yang barusan ditinggalkan tidak kurang dari dua menit. Seingatnya di atas meja itu masih ada flashdisk hitam miliknya. “Haduuuh…, kemana larinya flashdisk gue, sih?” Perlahan, gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi empuk dengan lemas. Saat itu, suasana pameran buku Internasional Frankurt, Jerman, tampak ramai pengunjung. Semua orang sibuk dengan kegiatan masingmasing. Sementara ruangan seminar yang baru seperempat 8
jam ia masuki berubah sepi. Satu persatu peserta seminar memutuskan untuk ke luar ruangan. Seperti biasa, pameran buku Internasional di Jerman selalu menjadi ajang paling bergengsi. Acara tahun ini berlangsung singkat dari tanggal 13-18 Oktober. Pameran ini berlokasi di atas areal seluas 170 ribu meter persegi, sekitar 7000 peserta pameran dari 100 negara ikut memeriahkannya. Jadi bisa dibayangkan betapa megahnya dan meriahnya pameran buku Internasional ini. Banyak agenda yang bisa diikuti oleh para peserta maupun pengunjung selama pameran berlangsung. Seperti seminar bisnis dunia perbukuan, talkshow, workshop menulis, pertunjukan seni dan budaya negara-negara peserta pameran. Sampai acara nonformal seperti gathering para komunitas menulis. Selain dapat menemukan buku-buku asing yang langka, para pengunjung pun bisa berkonsultasi mengenai penerjemahan buku dan kontrak penerbitan di negara yang dituju. Kemeriahan ini turut dilengkapi dengan semangat para peserta pameran yang saling menghias stand mereka dengan semenarik dan semeriah mungkin, misal dengan
9
hiasan buku seukuran papan bilboard yang langsung menarik perhatian begitu memasuki gedung. Pameran buku bergengsi ini tak dilewatkan begitu saja oleh gadis manis berwajah Asia, yang saat ini setengah mati berkeliling di ruangan pameran mencari sekeping
flashdisk
berharga
miliknya.
Seperti
mendapatkan ide briliant, gadis itu berlari secepat kilat menuju pintu keluar, memelototi setiap peserta seminar yang melintas di depannya dengan tatapan menuduh. “Entschuldigen Sie, bitte.... Permisi..., Aduh! Apakah Anda melihat flashdisk saya yang berwarna hitam?” tanya gadis itu satu persatu pada peserta seminar. Sementara yang ditanya hanya menggelengkan kepala. Karena terlalu asyik bertanya banyak hal seputar ‘pasar penjualan buku’ di beberapa negara seperti di Inggris yang kabarnya sedang menurun drastis, gadis itu sampai melupakan di mana ia meletakkan flashdisknya. Belum lagi isu perang penjualan buku independen, dan kabar bahwa era penjualan buku lima hingga sepuluh tahun mendatang akan banyak author yang menawarkan penjualan buku secara elektronik.
10
Sebelumnya gadis yang bisa dibilang masih ‘bau kencur’ soal dunia buku ini begitu bersemangat ketika abangnya yang tinggal di Jerman menawarkan tiket gratis untuk bertandang ke acara pameran buku Internasional. Kesempatan itu pun langsung dimanfaatkannya, meskipun dia harus bolak-balik ketika mengurus visa dan merayu atasannya agar mengijinkannya cuti pada tanggal ini. Semua itu dilakukannya demi mengejar impiannya, menjadi penulis novel terkenal seperti J.K Rowling. Profesi author baginya adalah profesi keren dan seksi. Tak heran dia begitu antusias mendengarkan seputar isu yang berkembang di dunia perbukuan. Semua info dilahapnya tanpa terlewat sedikit pun. Tapi, sifatnya yang teledor
membawanya
pada
kondisi
seperti
orang
‘kesetanan’. Lihat saja ulahnya berjalan menerobos di antara kumpulan peserta seminar yang hendak bergegas keluar ruang. Salah seorang pengurus seminar yang sejak tadi memerhatikan barisan orang berkerumun di sekitar pintu karena dicegat oleh gadis itu, datang menghampiri.
11
“Gutten Tag. Kann ich Ihnen helfen? Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” tanya si petugas seminar. Margaret berusaha menjelaskan dengan bahasa Jermannya yang terpatah-patah perihal flashdisk-nya yang tiba-tiba raib. Ia menuturkan kalau flashdisk itu lenyap pada saat ia mengambil lembaran pembahasan seminar mengenai ide perbukuan sedunia yang dibawakan oleh AdBook. Mendengar keluhan Margaret, petugas yang menggunakan label nama “Gerald” di dada kemeja putih itu, tampak terkejut. Namun dengan sigap, Gerald memerintahkan beberapa rekannya untuk mencari di seluruh meja dalam ruangan seminar. Setengah jam berlalu, tetapi hasilnya nihil. Benda yang sangat berharga bagi Margaret itu tetap saja lenyap tak berbekas. Sambil menunggu laporan pencarian flashdisk itu, Margaret berusaha mengingat-ingat kronologi kejadian sebelumnya. “Hmmm, gue tadi sempat jalan ke meja depan untuk mengambil beberapa makalah pembahasan seminar, terus gue sempat melihat seseorang menduduki meja gue. 12
Dan orang itu.... Ya! Pasti laki-laki itu yang membawa flashdisk gue!” seru Margaret yakin. Tanpa mengucapkan terima kasih pada Gerald dan teman-teman
pengurus
seminar
AdBook,
Margaret
langsung ngeloyor meninggalkan ruangan seminar dan bergabung dengan ribuan pengunjung yang memadati arena pameran buku. Ekor matanya terus menelusuri sosok lelaki yang hanya sepintas dilihatnya. “Gue yakin lelaki itu yang membawa flashdisk gue!” gumam Margareth. Kemudian, saat ia menoleh ke samping kanan, tepat di samping dinding kaca, tampak seorang lelaki dengan ciri-ciri yang diyakini Margaret sangat mirip dengan orang itu. Lelaki tersebut tengah berjalan menuju sebuah taksi yang melintas di area parkir gedung pameran. Margaret semakin kesal, karena subjek yang bersangkutan fortfahren – pergi naik kendaraan dan meninggalkan dirinya yang kalang kabut seorang diri. Itu artinya? Sebuah naskah novel terbarunya lenyap. Hancur sudah harapan Margaret untuk mengirimkan naskah novel terbarunya itu.
13
“Oh, mein Gott! Ya Tuhan!” desis Margaret lemas. Dia pun berjalan masuk ke dalam ruangan seminar dan duduk di kursinya kembali. Kemudian,
ketika
dia
memasukkan
semua
lembaran kertas yang ada di atas meja ke dalam tasnya, tanpa disengaja tangan kanannya menyenggol sebuah flashdisk lain berwarna biru merek Kingston. Dan tanpa disadarinya, flashdisk itu masuk ke dalam tas ransel kecilnya yang berwarna ungu muda.
***
Selama
sepuluh
hari
Margaret
tinggal
di
apartement kakaknya yang bernama Leon, tidak jauh dari Jalan Sailgraben, Aachen, Germany. Dan selama itu pula dia uring-uringan. Terhitung sejak hilangnya flashdisk Verbatim hitamnya yang menjadi nyawa berarti buat Margaret. Sementara Leon malah senang melihat tingkah adiknya itu yang seperti cacing kepanasan.
*** 14