Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… VARIASI FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK ANGKOLA DESA SIALAGUNDI DI DESA AEK GARUGUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN Eli Marlina Harahap1
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Variasi Fonologi Dan Leksikon dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur Kabupaten Tapanuli Selatan dengan alat bantu perekam dan wawancara langsung. Setelah data terkumpul selanjutnya peneliti mengelompokkan berdasarkan mulai dari kata benda, kata kerja, kata sifat berdasarkan rumus wajib Swadess. Kemudian dilakukan pengidendifikasian, menganalisis berdasarkan Variasi Fonologi dan Leksikon. Variasi Fonologi Dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek garugur tidak terdapat banyak perbedaan yang berarti. Variasi Leksikon Dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur terdapat perbedaan konsonan ‘KK” dan di Desa Aek Garugur menggunakan atau menyisipkan kata “ ng” .Dan penyebabnya adalah faktor geografis karena Desa Sialagundi yang lebih dekat dengan perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara yang memakai kosa kata “ Batak Toba” dan Aek Garugur yang berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Mandailing Natal yang mempergunakan kosa kata “ Mandailing “. Kata Kunci: Variasi Dialek, Fonologi, Leksikon
1
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 31
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… Barat) dan Pahae (Tapanuli Utara), Samudra
Latar Belakang Masalah Provinsi
Sumatera
yang
Hindia, dan Rokan Hulu (Riau). Batak
mayoritas penduduk atau masyarakat yang
Angkola mendiami wilayah yang dialiri dua
heterogen
mewarnai
sungai besar dan bertemu di muara Batang
keanekaragaman masyarakat. Provinsi ini juga
Gadis menuju Samudra Hindia. Kedua sungai
terdiri dari beberapa Kotamadya, kabupaten,
itu adalah sungai Batang Angkola dari Gunung
kecamatan,
Lubuk Raya, dan sungai Batang Gadis dari
yang
Utara
berbeda
dan
juga
desa.
Salah
satu
Kabupaten terbesar yaitu kabupaten Tapanuli
Gunung Kulabu.
selatan yang penduduk aslinya adalah Batak.
Subkultur Angkola ada juga yang
Anthropology mengenal Batak etnic group
menyebut diri mereka sebagai Orang Angkola,
atau suku bangsa Batak sebagai suku bangsa
atau Orang Selatan (parselatan). Budaya etnis
yang
berasal/mendiami
Angkola memadukan tradisi dan agama islam:
wilayah-wilayah yang disebut sebagai “tanah “
Hombar do adat dohot ugamo” (custom
(Land) dengan 5 Sub-culture atau sub-etnic
alongside religion). Adakalanya diungkapkan
group
Batak-Angkola-
juga dengan kata-kata: “Hombar do adat
Mandailing, Batak Toba, Batak Pakpak (dairi),
dohot ibadat” (adat dengan ibadat/ agama
Batak Karo, dan Batak Simalungun.
adalah berdampingan)”. Mayoritas penduduk
secara
geografis
sebagai
berikut:
Suku bangsa Batak secara geografis
di
Kabupaten
Tapanuli
selatan
meruoakan tuan tanah atau landlord atas
mempergunakan bahasa batak sebagai alat
wilayah-wilayah tertentu atau tanah-tanah
komunikasi, tetapi dalam instansi resmi tetap
kediaman mereka. Pemujaan atas tanah-tanah
penjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai
kediaman mereka itu dikenal lewat sebutan
Bahasa Persatuan.
Tanah
Angkola-
Mandailing,
Tanah
Simalungun, Tanah Karo, dan sebagainya. Subsuku Angkola berasal dari wilayah
Variasi atau ragam bahasa berdasarkan latar belakang geografi disebut dialek. Dialek ini lazim disebut dialek regional atau dialek
Kabupaten Tapanuli Selatan-hingga tahun
geografi.
2008 mengalami pemekaran wilayah menjadi
http/www.
5
com/2013/08/konsep-konsep
kabupaten
yakni
Kabupaten
Tapanuli
Wardhouggh
(1988)
dalam
Psychologymania. variasi bahasa
Selatan (Tapsel), Kota Padang Sidempuan
html 7 April 2014 menjelaskan bahwa
(Pasid), Kabupaten Padang Lawas (Palas),
geografi dialek adalah istilah yang digunakan
Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), dan
untuk mendeskrifsikan usaha pembuatan peta
Kabupaten Mandeling Natal (Madina) yang
padadistribusi ciri-ciri variasi linguistic yang
terletak di antara Rao (Provinsi Sumatera
menunjukkan asal lokasi bahasa tersebut.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 32
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… Geografi
dialek adalah nama
lain dari
dialeknya juga. Misalnya Bahasa Jawa dialek
dialektologi yang disebut juga dialek tregional.
Banyumas, memiliki ciri tersendiri yang
Geografi dialek mempelajari variasi-variasi
berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa jawa
bahsa berdasarkan perbedaan lokal (tempat)
dialek Pekalongan. Demikian halnya dengan
dalam wilayah bahasa (Nandra dan Reniwati
bahasa Batak Dialek Angkola khususnya
2009: 20)
dialek Sialagundi di desa Aek Garugur. sama-
Di
Kabupaten
Selatan
sama bahasa Angkola tetapi variasi dialek
khususnya Desa Sialagundi yang letaknya di
berbeda. Para penutur bahasa Angkola dialek
kecamatan Sipirok dan berdekatan dengan
Sialagundi dapat berkomunikasi dengan baik
kabupaten Tapanuli utara, sedangkan desa Aek
dengan penutur bahasa Angkola dialek Aek
Garugur berada di kecamatan sayur Matinggi
Garugur. Mengapa? karena dialek dialek
yang mendekati daerah perbatasan Kabupaten
tersebut masih termasuk bahasa yang sama
Mandailing Natal. Kedua desa ini merupakan
yaitu
sampel
kesaling-mengertian antara anggota dari satu
penelitian.
mempergunakan
Tapanuli
Karena
dialek
walaupun
Angkola
tetapi
terdapat banyak variasi, namun yang dibahas dalam penelitian ini adalah variasi dari segi Leksikon dan fonologi.
bahasa
Angkola.
Walaupun
batas
dialek dengan anggota dialek lainyang bersifat relatif. Daerah Sialagundi yang merupakan Desa yang dekat dengan perbatasan kabupaten
Karena dialek itu merupakan ciri
Tapanuli Utara, dan Aek Garugur berdekatan
dari
atau
dengan perbatasan Kabupaten Mandailing
bahasa.
Natal. Jadi jelas terlihat variasi dialek yang
Variasi berdasarkan penuturnya yang disebut
merupakan sama sama berada mendekati
juga dialek ini adalah variasi bahasa yang
daerah perbatasan.
berasal
TINJAUAN PUSTAKA
khusus
masyarakat
dari
sekelompok dalam
individu
menggunakan
sekelompok
penutur
yang
jumlahnya relatif yang berada pada suatu
Variasi Bahasa
tempat, wilayah atau area tertentu. Para
Penutur
penutur dalam suatu dialek walapun memiliki
kawasan geografis yang berbeda dari
idoleknya masing-masing, memiliki kesamaan
kelompok sosial yang berlainan akan
ciri yang menandai bahwa mereka adalah
cenderung
berada dalam suatu dialek yang sama yang
perbedaan-
berbeda dengan kelompok penutur yang lain,
Kelompok-kelompok yang demikian
yang berada dalam dialeknya sendiri, yang
dikatakan mempunyai dialek-dialek
berbeda dengan ciri lain yang menandai
yang berbeda. Dialek tidak lain dari
ISSN 2338-0306
bahasa
Indonesia
dari
memperlihatkan perbedaan
sistematik.
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 33
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… pada
satu
variasi
bahasa
yang
contoh Bahasa Angkola Dialek Angkola desa
berbeda secara konsisten dari variasi-
Sialagundi
variasi (ragam) lain dari bahasa yang
merupakan yang secara historis keduanya
sama yang digunakan di kawasan-
berasal dari bahasa Angkola tetapi banyak
kawasan geografis yang berlainan
persamaan dan juga perbedaan dalam fonologi
dan olah kelompok-kelompok sosial
maupun leksikon.
yang juga berlainan. (Paul Ohoitun:
di
Variasi
desa
Aek Garugur
bahasa
juga
yang
didefinisikan
1997: 20).
sebagai bentuk-bentuk atau bagian-bagian atau
Setiap bahasa juga memiliki variasi
varian dalam bahasa yang masing-masing
yang berbeda-beda. Variasi bahasa juga
memiliki pola yang menyerupai pola umum
merupakan seperangkat pola tuturan manusia
bahasa induknya
yanag
Aslinda 2007: 17)
mencakub
bunyi,
dan
ciri-ciri
gramatikal yang yang secara unik dapat
(Poedjosoedarmo dalam
Keadaan geografis yang berbeda-beda
dihubungkan dengan faktor eksternal seperti
telah
geografis dan faktor sosial, Wardhaugh: 1986:
kelompok-kelompok yang terdiri atas berbagai
22 (dalam Atmawati, Dwi: 2006)
bangsa. Keberagaman bangsa tersebut telah
Dalam hal variasi atau atau ragam
memisahkan
melahirkan
masyarakat
budaya
yang
menjadi
berbeda-beda,
dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
termasuk di dalamnya bahasa. Selain faktor
keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam
geografis juga faktor status sosial, faktor
masyarakat sosial. Halliday (dalam Chaer:
situasi bahasa, waktu, budaya dan individual
2010:
bahasa
telah menyebabkan munculnya variasi-variasi
berdasarkan a. Pemakainya yang disebut
bahasa. Penggunaan bahasa termasuk variasi
dialek dan b. Pemakaian (register). terjadinya
bahasa (Maya: 2014: 153)
62)
Membedakan
variasi
keragaman atau kevariasian bahasa ini tidak
Dari beberapa pendapat ahli tersebut
saja disebabkan oleh para penuturnya yang
dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa
tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
merupakan wujud pemakaian bahasa yang
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat
berbeda-beda oleh penutur yang disebabkan
beragam. setiap aktivitas memerlukan atau
oleh adanya faktor-faktor tertentu.
menyebabkan
Faktor-Faktor
terjadinya
variasi
bahasa.
keragamaan akan bertambah suatu bahasa itu digunakan oleh penutur yang banyak pula,
Penyebab
Terjadinya
Variasi Ada
beberapa
faktor
penyebab
juga wilayah/area yang luas. seperti yang
munculnya variasi ,menurut Paul Ohoiwitun
terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dalam
(1997: 48) yaitu faktor geografis, faktor
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 34
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… kedudukan sosial,
faktor
situasi bahasa.
Aek Garugur yang lokasinya sangat berjauhan
Namun yang dibahas dalam penelitian ini
sehingga
adalah
perbedaan baik leksikon ataupun fonologinya.
faktor
geografis
karena
lebih
variasi
bahasa
akan
kelihatan
berpengaruh.
Faktor geografis ini juga
a. Faktor Geografis
sebagai salah satu dasar untuk menentukan
Di masa yang telah lampau ketika teknologi
bahasa atau dialek.Semakin dekat letak suatu
dan perkembangan
daerah dengan daerah lain,maka semakin
media massa belum semaju sekarang, orang
sedikit pula perbedaan yang terdapat dalam
dapat menyaksikan gunung dan sungai yanag
bahasanya dan semakin jauh letak suatu
kelompok
–kelompok
daerah dengan daerah lain, semakin banyak
menyebabkan
munculnya
pula perbedaan yang dimilikinya.
telah
komunikasi
dapat digunakan
memisahkan
manusia
yang
perubahan-perubahanbahasa. Faktor geografis
Namun demikian, perlu diingat bahwa
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
criteria di atas juga mempunyai kelemahan-
menentukan bahasa atau dialek. Semakin
kelemahan.Penutur yang tinggal di daerah
dekat suatu daerah dengan daerah yang lain,
yang secara geografis letaknya terpencil dan
maka semakin sedikit perbedaan yang terdapat
perhubungannya relatifnya, berkemungkinan
di dalam bahasanya dan semakin jauh letak
memiliki dialek atau bahasa sendiri.Sebaliknya
suatu daerah dengan daerah lain, semakin
penutur
banyak juga perbedaanyang bahasanya.
berdekatan
yang dan
secara
geografis
tinggal
perhubungannya
relative
Tetapi dalam hal di atas banyak juga
mudah berkemungkinan memiliki bahasa atau
dijumpai kelemahan-kelemahannya. Penutur
dialek yang sama.Dalam kenyataannya, hal itu
yang tinggal di daerah yang secara geografis
juga tidak berlaku sepenuhnya.
letaknya
terpencil
dan
perhubungannya
Bisa
terjadi
daerah
yang
secara
relatifsukar, berkemungkinan memiliki bahasa
geografis letaknya berjauhan,tetapi memiliki
atau dialek sendiri. Demikian juga sebaliknya
bahasa atau dialek yang sama .Hal itu
apabila penutur yang secara geografis tinggal
disebabkan oleh faktor lain,diantaranya adalah
berdekartan
faktor
dan
perhubungannya
relatife
perhubungan,perdagangan,
mudah, kemungkinan memiliki bahasa atau
transmigrasi, dan juga penjajahan. Sebaliknya
dialek yang sama. tetapi tidak tertutup
mungkin saja daerah yang secara geografis
kemungkinan hal itu akan berlaku sepenuhnya.
letaknya berdekatan,tetapi dianggap memiliki
sukar, berkemungkinan memiliki dialek atau
bahasa/dialek yang berbeda.Keadaan ini juga
bahasa sendiri. Demikian halnya dengan
bisa
penelitian ini yaitu di desa Sialagundi dan desa
peperangan.
ISSN 2338-0306
terjadi
disebabkan
oleh
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 35
faktor
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… dialektologi sebagai kajian variasi regional
Dialek Pada dasarnya dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistic
bahasa. Demikian pula Crystal (1989: 26)
yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek
memandang
dengan memperlakukan perbedaan tersebut
sistematis mengenai dialek regional. Oleh
secara utuh (Mahsun :1995:11). Dalam
karenaitu, secara berdampingan, di samping
pengertian
umum,
sesuai
dengan
dialektologi
sebagai
kajian
ruang
dialektologi digunakan pula istilah lain, yaitu
lingkup objek yang dikaji pada awal-awal
goegrafi dialek atau geografi linguistik dan
pertumbuhannya, dialektologi adalah kajian
sarjana yang mengkaji bidangini disebut
tentang dialek atau dialek-dialek.
geografer dialek atau geografer bahasa atau
Dialektologi berkaitan dengan aspek
dialektolog (Shuy, 1967: 3). Menurut Pei
regional dan sosial bahasa (Shuy, 1967: 3).
(1966: 68), geografi dialek, linguistik area (l),
Walaupun kajian ini baru benar –benar
dangeografi linguistik merupakan istilah yang
memperoleh perhatian dari para ahli bahasa
bersinonim, yakni kajian perbedaanbahasa
menjelang akhir abad ke-19, lama sebelumnya
lokal dengan wilayah tutur tertentu. Para
telah banyak dilakukan penulisan tentang hal-
linguis atau mereka yang tertarik pada
hal
ini
dialektologi memilikimotivasi tertentu ketika
(Ayatrohaedi, 1983: 14). Penelitian yang
mengkaji objeknya. Menurut Francis (1983:
dilakukan oleh Gustav Wenker pada tahun
7), mereka yang mengkaji dialektologi (kajian
1867 di Jerman dan Jules Louis Gillieron pada
dialek) paling tidak memiliki empat sifat
tahun 1880 di Swis membuka babak baru
motivasi, yaitu (1) ingin tahu, 2) antropologis,
dalam penelitian dialektologi ini.
(3) linguistis, dan (4) praktis.
yangbertalian
dengan
masalah
Ahli lain juga berpendapat bahwa
Motivasi
pertama
tampak
ketika
dalam perkembangan berikutnya, terminologi
seseorang sering ingin mengetahui perbedaan
dialektologi
penyempitan
kata untuk sesuatu yang dikenalnya atau
pengertian, yakni sebagai kajian geografi
perbedaan makna untuk kata yang dikenalnya.
dialek. Kenyataan ini diakui pula oleh Petyt
Demikian
(1980: 30). Hal ini dapat diamati pada
perbedaan lafal yang diucapkan.
mengalami
beberapa pendapat linguis, misalnya O’grady
pula,
Motivasi
keingintahuan
kedua
berkaitan
tentang
dengan
dkk. (1997: 712) yang menyatakan bahwa
pandangan bahasa sebagai bagian penting
dialektologi merupakan kajian variasi bahasa
kebudayaan. Perbedaan bahasa dan variasinya
yang berkaitan dengan distribusi geografis
sering merupakan petunjuk terdalam bagi
penutur. Richards dkk. (1987: 80) memandang
fenomena sosial dan budaya.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 36
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… Motivasi ketiga kerkaitan dengan data
Kedua batasan bahasa di atas pada
yang diperoleh dialektologi, yang dengan data
dasarnya
ini dapat diketahui sejarah bahasa. Motivasi
samaditinjau dari sudut pandang sebagai
keempat berkaitan dengan perubahan bahasa
sebuah sistem yang memiliki fungsi praktis
dan
sehari-hari
pemakaiannya.
permasalahan
Dengan
pemakaian
data
variasi
ini,
sejalan,
dalam
batasan
bahasa
sama-
kelompok pemakainya,
bahasa,
yakni alat komunikasi. Batasan inidapat
termasuk dialek baku, dalam masyarakat
digunakan pula untuk dialek atau variasi
secara praktis dapat diketahui.
bahasa jika semata-mata dialekatau variasi
Jadi dari beberapa pengertian di atas
bahasa dilihat secara otonom sebagai sebuah
dapat disimpulkan bahwa Dialektologi sebagai
sistem yang memilikifungsi dalam kelompok
salah satu cabang linguistik memiliki andil
pemakainya karena pada hakikatnya substansi
dalam mengembangkan ilmu tersebut. Dalam
bahasadan variasinya sama saja (lihat pula
hal ini, kajiannya dapat menampilkan gejala
Richards dkk. 1987: 154). Akan tetapi, jika
variasi bahasa, yakni variasi yang terdapat di
dilihat dari sisi eksternal lain, yakni sisi
wilayah tertentu. Wilayah dalam penelitian ini
pemakainya,
adalah Desa Sialagundi dan Desa Aek Garugur
isebagai variasi sesuai dengan keberadaan
di Kabupaten Tapanuli Selatan.
kelompok pemakai tersebut.
Ragam Dialek
Dalam hal ini variasi adalah dialek, baik
Sebelum mengenai
lebih
dialek
dan
lanjut
dijelaskan
ragamnya,
akan
disinggung dahulu eksistensi bahasa. Pei
bahasadapat
diidentifikas
pemakainya yang berada di tempat tertentu dan dalam kelompok sosial tertentu maupun pada masa tertentu.
(1966: 141) memberikan batasan bahasa antara
Dialek sebagai sistem atau variasi bahasa
menggunakan bunyi, yang memanfaatkan alat
pandangan
ucap dan pendengaran di antara anggota
(Ayatrohaedi, 1983: 1, 2002: 1–2) berpendapat
masyarakat tertentu dengan menggunakan
bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang
simbol vokal secara arbitrer dan arti secara
dipergunakan oleh satu masyarakat untuk
konvensional.
21)
membedakannya dari masyarakat lain yang
membatasi bahasa sebagai sistem lambang
bertetangga yang mempergunakan sistem yang
bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
berlainan walaupun erat hubungannya.
Kridalaksana
(1993:
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
tecermin
dalam
berikut.
pandangan
–
lain sebagai suatu sistem komunikasi yang
Weijnen
dkk.
Richards dkk. (1987: 80) membatasi dialek sebagai variasi bahasa yang digunakan di bagian negeri (dialek regional). Pei (1966:
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 37
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… 67)
membatasi
ataubentuk
dialek
tertentu
sebagai
dari
cabang
bahasa
yang
digunakan di wilayah geografis tertentu. Poedjoseodarmo
menurut
peneliti
dialek
merupakan bentuk variasi bahasa, baik dalam lingkungan
sosial
maupun
lingkungan
tahun)
geografis tertentu. Tidak ada seorang pun
yang
penutur sebuah bahasa yang lepas sama sekali
walaupun berbeda masih dapat dipahami oleh
dari dialek atau variasi bahasanya Ketika
penutur dari varian lain. Kridalaksana(1993:
orang itu berbicara, saat itu pula yang
42) membatasi dialek sebagai variasi yang
bersangkutan berbicara dalam dialeknya atau
berbeda-beda menurut pemakai, apakah di
variasi bahasanya.
membatasi
tempat
dialek
tertentu
(tanpa
Jadi
sebagai
(dialek
varian
regional),
oleh
Hal ini sejalan dengan pendapat Pilch
golongan tertentu (dialek sosial), ataukah pada
(1976: 123). Bahasa, tanpa kecuali, dinyatakan
waktu tertentu (dialek temporal).
melalui dialek, berbicara dalam sebuah bahasa
Dari beberapa pandangan di atas,
berbicara dalam beberapa dialek bahasa itu.
dapat disimpulkan bahwa dialek merupakan
Meskipun terdapat variasi dalam bahasa, tidak
sistem atau variasi bahasa. Variasi ini bisa
berarti varias itersebut terpisah sendiri-sendiri
berwujud variasi regional atau geografis jika
dalam pemakaiannya (Kridalaksana, 1985: 13–
digunakan di tempat tertentu.
14). Demikian halnya dialek Angkola Desa
Dengan
demikian,
dialektologi
Sialagundi di desa Aek Garugur Kabupaten
merupakan kajian variasi bahasa. Para linguis
Tapanuli Selatan yang mempunyai variasi baik
sering
fonologi ataupun Leksikon.
menggambarkan
variasi
geografis
(variasi regional). Variasi geografis berarah horizontal.
Pembeda Dialek
Menurut Meillet (1970: 70), juga
Unsur-unsur bahasa yang
dikutip oleh Ayatrohaedi (1983: 2), dialek
memperlihatkan perbedaan atau variasi adalah:
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Unsur Fonologis
Pertama, perbedaan dalam kesatuan, kesatuan
2. Unsur morfologi
dalam
adalah
3. Unsur Leksikal
seperangkat ujaran setempat yang berbeda-
4. Unsur sintaksis
beda yang memiliki ciri umum dan lebih mirip
5. Unsur semantik
sesamamnyadibandingkan
Dalam penelitian ini unsur yang dibahas
perbedaan.
Kedua,
dialek
dengan
bentuk
ujaran lain dari bahasa yang sama. Ketiga,
adalah unsur nomor (1) dan unsur nomor (3 ).
dialek tidak harus mengambil semua bentuk
Jadi unsur yang lain tidak dibahas dalam
ujaran setempat dari sebuah bahasa.
penelitian ini.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 38
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon…
dialek
Dialek yang satu berbeda dengan
(1) perbedaan fonetis, yaitu perbedaan pada
yang
masing-masing
bidang fonologi, misalnya, ihan di Desa
kekhasanyang bersifat lingual.
Sialagundi dan gulaen (Ikan), di Desa Aek
memiliki
lain
karena
Kekhasan inilah yang menjadi pembeda bagi
Garugur.
dialek-dialek tersebut. Ayatrohaedi (1983: 3–
(2) perbedaan leksikal, yaitu perbedaan dalam
5) mengacu pada pandangan Guiraud (1970)
bentukan kata atau kosa kata misalnya sayur di
yang berpendapat bahwa pembeda dialek pada
desa Aek Garugur dan bulung gadung (daun
garis besarnya ada lima macam, tetapi yang
ubi) di desa Sialagundi.
dibahas dalam penelitian ini adalah Perbedaan Fonologi dan leksikon.
Contoh: Perbedaan variasi dialek leksikon dan fonologi desa Sialagundi di desa Aek GarugurKabupaten Tapanuli Selatan. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peneliti
Dialek Desa Sialagundi Gulai=ikkayu=Fonologi Ikan=ihan=gulaen=Fonologi Memanjat=mandakkit=Leksikon Daun Ubi=silalat=Leksikon Mencuci=manyabun=Leksikon Merobek=mamuyu=Leksikon
sendiri
berpandangan
Dialek Desa Aek Garugur Gulai=sayur=Fonologi Ikan=Ikan=Fonologi Memanjat=manaek=Leksikon Daun ubi=bulung gadung=Leksikon Mencuci=mamasu=Leksikon Merobek=manyuak=Leksikon
bahwa
geografis. Istilah lek dipahami tidak hanya
perbedaan dialek dapat terjadi pada bidang
sebagai konsep variasi yang netral, tetapi
fonetik, leksikon, dan tata bahasa, tetapi
variasi yang berkaitan dengan perbedaan
umumnya
geografis dan kelompok sosial.
perbedaan
lebih
sering
dan
menonjol pada bidang fonologi dan leksikon seperti yang ada di desa tersebut.
Geografi Dialek Pengertian Geografi dialek kadang-
(Crystal, 1989: 24). Chambers dan
kadang disebut dialektologi regional, linguistik
Trudgill(1980: 132-142) menggunakan istilah
wilayah, geografi linguistik, dan dialektologi
ini untuk mendeskripsikan beberapa perbedaan
tradisional (Walters, 1989: 120). Geografi
lafal bahasa Inggris yang ditelitinya. Istilah itu
dialek merupakan kajian dialek regional atau
digunakan penulis sebagai variasi leksikal atau
dialek geografis (McManis dkk. , 1988: 341).
variasi fonetis yang terdapat dalam variasi
Kajian ini merupakan cabang dialektologi
bahasa, terutama yang menandai variasi
yangmempelajari hubungan yang terdapat
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 39
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… dalam ragam-ragam bahasa dengan bertumpu
Geografi dialek menyajikan hal yang berkaitan
kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya
denganpemakaian unsur bahasa yang ada
ragam-ragam tersebut (Dubois dkk. dalam
sehingga dapat dibuktikan. Sebagaimana telah
Ayatrohaedi,
beberapa
disinggung sebelumnya, dua orang linguis
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagai pelopor dalam geografi dialek ini
geografi dialek merupakan kajian linguistik
sehingga hasil penelitiannya mempengaruhi
yang berobjek dialek egional atau dialek
penelitian geografi dialek di negara lain,
geografis.
adalah Gustav Wenker dan Jules Louis
Ruang Lingkup Geografi Dialek
Gillieron.
1983:
29).
Dari
Dari sisi epistimologi, geografi dialek
Pada
awal
perkembangnnya,
sebagai penerapan teori gelombang, yang
penelitian geografi dialek terutama diarahkan
diusulkan oleh Johan Schmidt pada 1872,
untuk
muncul lebih awal daripada dialektologi
kebahasaan dengan jalan mengelompokkan
(Keraf,
dan memaparkan ciri-ciri dialek. Dalam
1984:
143).
Pada
awal
menetapkan ruang lingkup
perkembangannya, geografi dialek merupakan
perkembangan
bagian dari linguistik historis (lingusitik
diarahkan untuk mencari hubungan yang ada
komparatifatau linguistik diakronis), yang
antara batas-batas dialek atau bahasa dan
secara
batas-batas
khusus
membahas
dialek
atau
perbedaan lokal. Keterkaitan geografi dialek
alam
penelitian
ataupun
ini
sejarah
(Ayatrohaedi, 1983: 30)
dengan linguistik historis ini dinyatakan pula Oleh Bloomfield (1965: 321; 1995:
selanjutnya,
gejala
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan dialektologi,
geografi
dialek
memiliki
311) bahwa geografi dialek sebagai kajian
kekhususan sebagaimana diakui Chambers
perbedaan
tutur
danTrudgill (1980: 17). Dalam kaitannya
Dalam
dengan linguistik, geografi dialek memiliki
perkembangan selanjutnya, linguistik historis
kedudukan yang penting berdasarkan alasan
dengan geografi dialek seakan-akan terpisah
praktis.
menjadi
walaupun
Ayatrohaedi (1983: 31) berpendapat bahwa
sebagai salah satu metode, terutama dalam
dengan penelitian geografi dialek, pada saat
penjaringan
yang sama telah dapat diperoleh gambaran
lokal
melengkapi
dalam
metode
kajian
yang
data,
wilayah
komparatif.
berbeda
geografi
dialek
tetap
dimanfaatkan dalam linguistik historis. Menurut Ayatrohaedi, (1983: 29), linguistik historis di dalam simpulannya
Mengutip
pendapatMeillet,
umum mengenai sejumlah dialek sehingga hal tersebut sangat menghemat waktu, tenaga, dan dana.
hampir selalu menunjuk kepada bahasa proto. ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 40
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… Menurut Bloomfield (1965: 345),
sebagai
akibat
dari
perbedaan
dalam
geografi dialek tidak hanya menyumbang kita
merefleksikan
pemahaman
terdapat dalam parabahasa atau protobahasa
faktor
ekstralinguistik
yang
memengaruhi kelaziman bentuk bahasa, juga
prafonem/protofonem
yang
(mahsun: 1995: 25).
memberikan banyak rincian mengenai sejarah
Dalam Penelitian ini yang dimaksud
setiap bentuk itu. Sedangkan tujuan penelitian
dengan bunyi adalah bunyi bahasa, yang
geografi dialek tergantung pada paham yang
dihasilkan
diikuti
banyak
manusia berbahasa. Jadi, berlainan dengan
diantaranya adalah untuk memberikan varian
pengertian bunyi yang dimaksudkan dalam
berbagai
persoalan ilmu alam Sekurang-kurangnya
peneliti.
Jadi
tataran
tujuannya
kebahasaan,seperti
oleh alat-alat
bicara
fonologi,leksikon sesuai dengan tujuan yang
pengertian bunyi
dibuat
yaitu
khusus, karena hanya membicarakan bunyi
pemerian yang berkaitan dengan pengenalan
yang keluar dari rongga mulut atau hidung
dialek yang membedakan dialek yang satu
manusia.
dengan dialek yang lainnya dalam bahasa yang
beraneka ragam. Keragaman itu disebabkan
diteliti.
oleh perbedaan cara pembentukan atau cara
Variasi Fonologi
menghasilkannya, cara menghasilkannya dapat
oleh peneliti.yang
kedua
Fonologi adalah salah
satu cabang
dalam
sewaktu
Sebenarnya
dipakai untuk ciri
tulisan ini
bunyi
lebih
bahasa
setiap bunyi
itu
bahasa.
dari linguistik, yang menyelidiki fungsi bunyi
Biarpun bunyi bahasa itu banyak ragamya,
bahasa dalam ucapan tertentu bahasa. Kedua
tapi untuk menggambarkan
defenisi tersebut sama-sama
mengandung
pengucapan salah satu bahasa, hanya perlu
pengertian pengetahuan. Tentang bunyi-bunyi
dikenal beberapa saja dari seluruhnya. Karena
bahasa.
bahwa
itu banyaknya bunyi tersebut dalam bahasa
fonologi adalah bagian- bagian dari struktur
sudah tertentu. Ada bunyi yang dalam suatu
bahasa yang mempelajari bunyi sebagai
bahasa sangat banyak dipakai, tetapi dalam
kesatuan yang membedakan arti.
bahasa lain tidak dikenal.
Jadi
dapatlah
dikatakan
Sedangkan variasi fonologis adalah
Umumnya bunyi
dan menguasai
bahasa itu terjadi
variasi bahasa yang terdapat dalam bidang
akibat getaran udara
fonologi, yang mencakup variasi bunyi dan
benapas. Bila orang hendak berbicara maka
variasi fonem.
terlebih dahulu paru-parunya terisioleh udara
Perbedaan fonologi yang terjadi di
yang
dihirup
yang keluar waktu
dari udara
bebas melalui
antara daerah-daerah pengamatan (Dialek)
hidung . Sewaktu berbicara udara itu sedikit
atau di antara bahasa-bahasa yang muncul
demi sedikit dengan teratur keluar dari paru-
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 41
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… paru melalui batang tenggorokan dan pangkal
Jadi sewaktu orang berbicara, maka
tenggorok , lalu keluar melalui hidung dan
arus udara keluar dari paru-paru melalui jalan
mulut.
yang tertentu. Seorang yang ingin berbicara
Udara
yang
keluar
itu
telah
mengakibatkan getar tertentu dan getaran ini
dengan panjang dan
dapat diterima oleh
maka terlebih dahulu ia harus menghirup
alat-alat pendengar
seseorang.
tidak terputus-putus,
udara yang banyak ke dalam paru-parunya.
Fonem-fonem Bahasa Angkola 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
A I E O U Au Oi Ai B Aj G D H Y K M N P R S L T Ng Ny C W
[a] [i] [e] [o] [u] [aw] [oy] [ay] [b] [j] [g] [d] [h] [y] [k] [m] [n] [p] [r] [s] [l] [t] [j] [n] [c] [w]
-
Abit Igung Etong Obuk Ulang Balau Apoi Lalai Baba Jeges Gogo Dege Hudon Mayup Kotok Modom Nangkin Porkis Rara Soban Loja Tutu Ngot Nyato Copat Walang
-
Kain Hidung Hitung Rambut Jangan Belau mendiamkan anak menangis Ekor Mulut cantik/bagus Kuat Pijak Periuk Hanyut Tupai Tidur Tadi Semut merah kayu api Letih tutul/benar Bangun Nyata Cepat sejenis pohon kayu
Dari penjelasan di atas dapat dilihat
bicara lainnya, Ada pulabunyi-bunyi itu
bahwa fonem-fonem bahasa Angkola ada dua
diucapkan tanpa mendapat halangan dalam
puluh enam buah.
rongga mulut. Berdasarkan inilah maka semua
Bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan
fonem yang tersebut di atas dapat diklasifikan
kerapkali mengalami rintangan dalam rongga
sebagai berikut:
mulut, misalnya oleh lidah, bibir atau alat
1. Fonem kosong :delapan belas buah
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 42
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… 2. Fonem vokal : lima buah
e. Konsonan trill
3. Fonem diftong : tiga buah
Bunyi yang terjadi karena ujung lidah
Konsonan
bergetar: [r]
Fonem konsonan dibentuk dengan
f. Semivokal
menaham aliran udara yang keluar dari paru-
Bunyi ini biasa disebut dengan bunyi
paru dengan salah satu cara. Demikianlah
antara: [w, y]
konsonan itu dapat dibagi
atas tiga cara
2. Berdasarkan dasar ucapan:
yaitu:
a. Konsonan bibir (labial)
1. Berdasarkan cara ucapan
Bila udara
2. Berdasarkan dasar ucapan
tertahan karena bertemunya bibir atas
3. Berdasarkan selaput suara bergetar atau
dan bawah disebut bilabial: [b, p, m]
tidak
keluar dari pam-pam
b. Konsonan bibir gigi (labie-dental)
1. Berdasarkan cara ucapan konsonan
Bila udara yang mengalir dari paru-
terbagi atas:
paru
a. Bunyi letus (explosif, stops) Udara yang mengalir ditutup
oleh karena bibir
disentuhkan ke ujung gigi atas: [w]
dan paru-paru
seluruhnya,
tertahan
c. Konsonan gigi (dental)
sehingga
Bila udara yang
keluar ditahan
bahasaAngkola ada delapan bunyi
dengan
letusan: [b, p, t, d, c, k;j, g]
kepada gigi sebelah atas: [d, t, s, l, r, n]
b. Bunyi geseran (fricatief, spirant)
menyentuhkan ujung lidah
d. Konsonan langit-langit (palatal)
Udara tidak tertahan seluruhnya, hanya
Terjadi bila daun lidah disentuhkan
dipersernpit,
kepada langit-langit keras, waktu udara
sehingga
udara
yang
mengalir atau keluar hanya melalui
kelu r dari paru-paru: [e, j, y, n]
celah yang sempit, terjadilah bunyi
e. Konsonan langit-langit lembut(velar)
geseran: [s, h].
Waktu udara keluar belakang
c. Bunyi sengau (nasal)
bersentuhan
Bunyi terjadi karena udara melalui
dengan
lidah
langit-langit
lembut: [k, g, j]
rongga mulut dan hidung: [m,n]
f. Konsonan pangkal tenggorok (laringal)
d. Konsonan lateral
Bila celah selaput suara dipersempit
Udara keluar dari kiri kekanan lidah,
pada saat udara keluar dari paru-paru:
karena
[h]
rongga
ditengah-tengah tersebut: [l] ISSN 2338-0306
mulut
ditutup
oleh ujung lidah
3.
Berdasarkan selaput suara bergetar atau
tidak: Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 43
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… a. Konsonan bersuara Jika
b. Konsonan tak bersuara
selaput suara turut
bergetar
Bila selaput suara tak bergetar
sewaktu mengucapkannya: [b, m, w, d,
sewaktu mengucapkannya: [p,t,s,c,k;h,
n, g, j, y]
r, l]
Kemungkinan penggunaan konsonan rangkap dalam bahasa Angkola:
1. Konsonan /b/
2. Konsonan /d/
3. Konsonan /j/
4. Konsonan/g/ 5. Konsonan /h/ 6. Konsonan /k/
7. Konsonan /l/ 8. Konsonan /m/ 9. Konsonan /n/ 10. Konsonan /r/ 11. Konsonan /s/
12. Konsonan /t/
ISSN 2338-0306
[kb] [lb] [mb] [rb] [kd] [ld]
Bekbek Balbal Jambu Horbo Dokdok Polduk
[nd] [pd1 [rd] [gd] [nj] [rj] [tj] [gj] [lg] [rg] [sg] [jg] [lk] [rk] [gk] [kl] [ml] [rl] [km] [lm] [nn] [ln] [rn] [ks] [ns] [rs] [lt] [nt] [st]
Sonduk Dapdap Tardas Dingding Ponjot Burju Jotjot Jongjong Bolgang borgo, Gasgas Pinggol Solkot Porkis Dangka Laklak Lomlom Sirlak Mokmok Jolma Sunnak Belnong Burnung Soksok Anso Marsak Pultak Antong Bustak
(cerewet) (dipukuli) (jambu) (kerbau) (berat) (suatu benda kecil/runcing masuk/kenakemata) (sendok) (pohondapdap) (jelasnampak) (dinding) (penuh) (jujur) (sering-sering) (berdiri) (rebus) (dingin) (kebunkosongtinggal) (telinga) (dekat/rapat) (semut) (dahan) (kelompok) (hitam) (bersinar / berkilat) (gemuk) (orang) (rimbun) (mata melotot) (sejenis penyakit ayam) (gatal tangan) (agar) (risau, susah) (pecah) (jadi, seterusnya) (lumpur) Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 44
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… 13. Konsonan /ng/ 14. Konsonan /ny/ 15. Konsonan /tc/ 16. Konsonan/w/
[rj] [nc] [hw]
Borngin Mencak Bahwa
Sebagai kesimpulan dari
(malam) (silat) (bukanbahasaAngkolaasli)
uraian
pembentukan vokal, posisi lidah memegang
tentang posisi yang mungkin ditempati oleh
peranan dan sekalian vokal diklasifikasikan
setiap fonem konsonan maka dibawah ini
berdasarkan letak lidah.
dicantumkan
suatuikhtisar yang berkenaan
dengan posisi fonem konsonan tersebut. Fonem
konsonan
yang
Jika diperhatikan dasar ucapannya vokal dapat dibagi atas tiga bagian
dapat
1. Vokal muka
: /i, e/
menempati posisi pada:
2. Vokal tengah
: /a/
1. Awal, tengah, dan akhirkata: /k, l, m, n. p,
3. Vokal belakang : /o, u/
r, s, i, ng/berjumlah sembilan buah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah
2. Awal dan tengahkata: /b, d, dj, g, h, nj, tj,
sewaktu melepaskan vokal dapat dibagi atas
wi delapan buah
tiga bagian pula:
3. Tengah kata saja: /y/satu buah
1. Vokal tinggi : /i, u/
Vokal dan Diftong
2. Vokal sedang : /e, o/
a. Vokal
3. Vokal rendah : /a/
Vokal adalah bunyi bahasa yang
Selanjutnya berdasarkan bentuk bibir,
dibentuk tanpa mendapat halangan dalam
vokal dapat dibagi atas:
rongga mulut, jadi udara dengan bebas rapat
1. Vokal bulat: /o, u/
keluar
2. Vokal tak bulat: /i, e, a/
dari
mulut.
mengucapkan konsonan
Sebaliknya
waktu
udara mengalami
rintangan dari alat bicara tertentu.
Sebagai
kesimpulan,
berdasarkan
keterangan di atas dapatlah dibuat klasifikasi
Vokal bahasa Angkola ada lima buah
vokal dalam bahasa Angkola sebagai berikut:
yaitu: [a, i, e, o, u]. Keanekaragaman vokal
1. a:
terutama
2. i: Vokal muka, tinggi, takbulat
disebabkan oleh perbedaan letak
Vokal tengah, rendah, takbulat
lidah dan dapat dibagi berdasarkaan:
3. e:
1. Dasar ucapan
4. o: Vokal belakang, sedang, bulat
2. Tinggi rendah lidah
5. u:
3. Kedudukan bibir
vokal
tersebut
ISSN 2338-0306
Vokal belakang, tinggi, bulat Dalam
Dalam Bahasa Angkola hanya lima buah
Vokal muka, sedang, takbulat
yang
ada.
Pada
bahasa
Angkola
tidak
dijumpai/e/pepet. Bunyi pepet dapat berubah menjad ivokal lain, yaitu a, i, u, e, o. Kata Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 45
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… enam dalam bahasa Indonesia purba menjadi
Contoh:
enam dalam bahasa Toba. Dalam
bahasa
Angkolapun
bunyi/e/pepet itu umumnya berubah menjadi
enam
onom
empat
opat
terang
torang, dan
lain sebagainya
vokal[o].
Posisi fonem-fonem vokal: 1.Fonem /a/
Awal tengah Akhir Awal tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir
2. Fonem /i/
3. Fonem /e/
4. Fonem /o/
5. Fonem /u/
Kelima fonem tersebut di atas sama-
: abit : bodat : sada : igung : piga : ligi : etong : belek : eme : obuk : dohot : oto : ulang : tulak : ulu
(kain) (beruk) (satu) (hidung) (berapa) (lihat) (hitung) (kaleng) (padi) (rambut) (ikut) (bodoh) (jangan) (tolak) (kepala)
terdengar bila kata itu
mendapat akhiran-.
sama dapat menempati posisi awal, tengah dan
Kan Jadi: bukaq-kan, tokoq-kan, cakuq-kan
akhir kata,
dengan linguistic, geografi dialek memiliki
Pada tempat-tempat tertentu fonem[ a,
kedudukan yang penting berdasarkan alasan
o, u] bila berada pada posisi akhir kata
paraktis.
kadang-kadang ditambah (kedengaran) suara
Variasi Leksikon Variasi
hamzah /q/ Contoh:
adalah
atau
a – buka
perbedaan bahasa yang terdapat dalam bidang
bukaq (buka)
leksikon. Suatau perbedaan disebut sebagai
o – took
tokoq
u – caku
variasi bentuk ajektifa yang diturunkan dari nomina leksikon (Vokabuler, kosa kata,
(ketok) cakuq
(saku) Biasanya bunyi hamja (q )itu jelas
ISSN 2338-0306
Leksikon
perbendaharaan kata). Makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifar leksem, atau bersifat kata. Jadi dalam penelitian ini
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 46
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… yang
menjadi
variasi
leksikon
adalah
mengenai kata atau kosa kata. Suatu
perbedaan
Dalam
penelitian
menggunakan
metode tersebut dapat memberikan gambaran
disebut
sebagai
yang lengkap dan akurat tentang Variasi dialek
perbedaan dalam bidang leksikon, jika leksem-
khususnya
leksem yang digunakan untuk merealisasikan
Sialagundi di desa Aek Garugur kabupaten
suatu makna yang tidak berasal dari satu
Tapanuli Selatan.
etymon prabahasa. (Mahsun: 1995: 54)
variasi
dialek
Angkola
desa
Dalam penelitian ini variabel yang
Semua perbedaan bidang leksikon
diamati adalah:
selalau berupa variasi. Contoh dalam bahasa
a. Variasi Fonologi dialek Angkola desa
Indonesia
Sialagundi di Desa Aek Garugur
1. Memanjat
b. Variasi Leksikon dialek Angkola desa
2. Daun ubi
Sialgundi di desa Aek Garugur.
3. Mencuci
Dalam penelitian ini instrument yang
4. Memasak
digunakan untuk menyaring data penelitian ini
5. Merobek, dll.
adalah dengan cara kontak langsung atau
Jadi setiap daerah akan berbeda variasi
wawancara
leksikonnya.
masyarakat Angkola di desa Sialagundi dan
METODOLOGI PENELITIAN
desa Aek Garugur yang sudah peneliti
Desain Penelitian
tetapkan sebagai sampel sebagaimana telah
Metode
digunakan
dengan
kelompok
adalah
diuraikan peneliti sebelumnya. Kemudian
metode analisis kualitatif yaitu suatu analisis
peneliti akan merekam setiap bahasa yang
yang fokus pada penunjukan makna, deskripsi,
diucapkan secara lisan dengan tape recorder.
penjernihan
Dengan mempergunakan kosa kata dasar
dan
yang
langsung
penempatan
data
pada
konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata dari
menurut Swades. Dalam
penelitian
teknik
ini
pengumpulan
penulis
pada angka-angka (Mahsun: 2006: 232).
melakukan
datanya
Metode ini juga disebut sebagai pendekatan
dengan mengutamakan observasi partisipasi
investigasi karena peneliti mengumpulkan data
yang berarti bahwa penulis mengadakan
dengan cara bertatap muka langsung dan
kontak langsung dengan para informan yang
berinteraksi dengan orang-orang di tempat
terlibat dalam suatu wawancara ataupun
penelitian Mc Millan (dalam Syamsuddin:
percakapan dan merekam langsung bahasa
2006: 73)
lisan dari para informan tersebut dengan tape recorder.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 47
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… Data
yang
dikumpul
kemudian
HASIL PENELITIAN DAN
dikelompokkan berdasarkan jenis kata yaitu
PEMBAHASAN
terdiri dari kata benda, kata kerja dan kata
1. Analisis Variasi Fonologi dan Variasi
sifat. Kemudian data tersebut dikaji dan
Leksikon
dianalisis berdasarkan variasi fonologi dan
Variasi
dialek
Angkola
desa
variasi leksikan berdasarkan Dialek angkola
Sialagundi di desa Aek Garugur dalam hal
desa
Fonologi yaitu berhubungan dengan bunyi-
sialagundi
.Kemudian
menganalisis
variasi tersebut di desa Aek Garugur .
bunyi bahasa.
Data yang dianalisis berupa variasi Fonologi dan Leksikon dialek Angkola yang
peneliti
Hal ini dapat dianalisis oleh
sesuai
dengan
kondisi
yang
sebenarnya di lapangan.
diucapkan oleh penutur batak Desa Sialagundi
Variasi Leksikon adalah perbedaan
di Desa Aek Garugur berdasarkan kosa kata
bahasa yang terdapat dalam bidang leksikon.
Swades.
dan
Suatau perbedaan disebut sebagai variasi
dikelompokkan berdasar kata benda, kata
bentuk ejektifa yang diturunkan dari nomina
kerja, kata sifat dan perbedaan leksikon
leksikon
berdasarkan 2 desa/daerah penelitian juga
perbendaharaan kata). Makna leksikal adalah
untuk melihat persamaan dan juga perbedaan.
makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem,
Kemudian
atau bersifat kata. Jadi dalam penelitian ini
Setelah
data
dilakukan
terkumpul
pengidentifikasian,
(Vokabuler,
menjadi
kosa
mengkaji dan analisis terhadap terhadap
yang
variasi Fonologi dan Leksikon dialek desa
mengenai kata atau kosa kata.
Sialagundi di desa Aek Garugur Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Kemudian
kesimpulan.
ditarik
variasi
leksikon
kata,
adalah
Adapun perbedaan yang ditemukan yaitu variasi Fonologi Dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur adalah sebagai
berikut.
Lampiran tabel KATA BENDA No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bahasa Indonesia Abu Air Akar Bangkai Bantal Benang
ISSN 2338-0306
Dialek desa Sialagundi Abu Aek Urat Bakke Battal Bonang
Dialek desa Aek Garugur Abu Aek Urat Bangke Bantal Boning
Variasi Dialek Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 48
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… No
Bahasa Indonesia
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Beras Beri Bola Brus Alis Anak Ayah Baik Banyak Bayam Belimbing Burung Cabai Cabe rawit
Dialek desa Sialagundi Dahanon Lehen Bal Bundar Salibon Popar Apa/amang Denggan Bahat Siarum Asom Pidong Lasiak Lasiak lamot
Seperti yang sudah di jelaskan pada tabel sebelumnya, Variasi
Dialek desa Aek Garugur Dahanon Lehen Bal Gundar Alis Daganak Ayak Burju Gohok Bayam Balimbing Unggas Sino Lasiak menek
Variasi Dialek Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon
dan Desa Aek Garugur, dan persamaan
Fonologi dan
fonologi ada sedikit perbedaan satu fonem
Leksikon Dialek Desa Sialagundi di Desa Aek
atau dua fonem dalam kata tersebut, contohnya
Garugur banyak persamaan secara fonologi
bola
dan juga ada perbedaan dialek secara leksikon.
Sialagundi dan Aek Garugur adalah bal,
Sebagian besar kata benda itu sudah diserap
bangkai dalam bahasa Indonesia dan dalam
dan hampir sama bunyi kata dengan bahasa
bahasa Sialagundi adalah bakke, bahasa Aek
Indonesia
Galugur
contohnya
abu
dalam bahasa
dalam
bahasa
Indonesia,
adalah
bahasa
bangke.
Indonesia tetap abu dalam bahasa Sialagundi
Lampiran tabel KATA KERJA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahasa Indonesia Adzan Berbisik Berbohong Bercanda Berdiri Berhayal Berhenti Merantau Merendam Merokok
ISSN 2338-0306
Dialek Desa Sialagundi Bahang Markusip Margabus Margiri-giri Jongjong Marangan-angan Maradian Mangaratto Mangarondam Mangidup
Dialek Desa Aek Garugur Bahang Makkusip Margabus Margiri Jongjong Marangan-angan Maradian Maranto Mangarondam Mangidup
Variasi Dialek Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 49
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… NO 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bahasa Indonesia Belajar Belanja Berbicara Berjoget Berteriak Bertinju Memanjat Memarahi Menghindar Menyembelih
Dialek Desa Sialagundi Mangapil Marpoken Makkatai Manggeot Manyokkir Martenju Mandakkit Mamuruki Manyilihon Manyambol
Dialek Desa Aek Garugur Marsiajar Balanjo Mangecet Marjoget Manjorit Martayang Manaek Manyiari Manghindar Mangkoyok
Variasi Dialek Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon
Kata kerja dalam tabel variasi dialek
Indonesia, di Desa Sialagundi dan Desa Aek
sama juga dengan sebelumnya, kebanyakan
Galugur sama-sama margabus, dalam bahasa
variasi fonologi yang sebagian besar sama
Indonesi merokok di Desa Sialagundi dan
antara
Aek Garugur sama-sama mangidup. Begitulah
Desa
Sialagundi
dan Desa
Aek
Garugur, contohnya berbohong dalam bahasa
seterusnya
Lampiran tabel KATA SIFAT NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Bahasa Indonesia Ayu Baik Benci Malas Pemalu Pendiam Penyabar Penyayang Rajin Suka dandan Dermawan Cemburu Centil Gait Iri Pelit Pemarah Ngences Rajin sholat
ISSN 2338-0306
Dialek Desa Sialagundi Lambok Burju Goyak roha Losok Parila Parsip Panyabar Parholong Ringgas Manggaya Ringgas marsidoka Holas Hetek Rogon Gut-gut Holit Parpanas Dedeon Parsumbayang
Dialek Desa Aek Garugur Lambok Burju Goyak roha Losok Parila Parsip Parsobar Parholong Ringgas Manggaya Burju marsidokah Parcimburu Urgit Gatal Iri Kikit Pargoyak Dong-dongon Ringgas sumbayang
Variasi Dialek Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Fonologi Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon Leksikon
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 50
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… NO 20.
Bahasa Indonesia Ramah
Dialek Desa Sialagundi Rama
Dialek Desa Aek Garugur Denggan
Variasi Dialek Leksikon
Dari tabel kata sifat variasi dialek sudah dibuat
dan Aek Garugur yang berdekatan dengan
apabila perbedaan secara fonologi adalah
perbatasan Kabupaten Mandailing Natal
nomor 1 s.d 10, dan secara leksikon nomor 11
yang
s.d 20, peneliti bermaksud agar lebih mudah
Mandailing “.
melihat perbedaannya di antara keduanya.
mempergunakan
kosa
kata
“
2. Saran Hasil analisis variasi Dialek Angkola
SIMPULAN DAN SARAN
Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur
Simpulan Dari hasil analisis dan pembahasan
Kabupaten
Tapanuli
meneliti
dapat
penelitian ini, maka dapatlah ditarik simpulan
dikembangkan
yaitu:
variasi Dialek pada Daerah lain, Penelitian ini
1. Variasi Fonologi Dialek Angkola Desa
diharapkan
2.
untuk
Selatan
bermanfaat
masalalah
dalam
upaya
Sialagundi di Desa Aek garugur tidak
pembinaan dan pengembangan variasi bahasa
terdapat banyak perbedaan yang berarti.
khususnya dialek Angkola dan juga dapat
Variasi Leksikon Dialek Angkola Desa
memberi kontribusi dalam bidang pendidikan
Sialagundi di Desa Aek Garugur terdapat
melalui pengajaran yaitu untuk dapat memberi
perbedaan konsonan ‘KK” dan di Desa
muatan lokal misalnya di SD, SMP, SMU
Aek
atau
dan bahkan Perguruan Tinggi tentang Bahasa
menyisipkan kata “ ng” .Dan penyebabnya
Angkola. Dari temuan penelitian ini penulis
adalah faktor geografis karena Desa
ini belumlah sempurna,mudah mudahan dapat
Sialagundi yang lebih dekat
disempurnakan oleh peneliti
Garugur
menggunakan
dengan
yang sama
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara
mengenai dialek angkola desa sialagundi di
yang memakai kosa kata “ Batak Toba”
desa
ISSN 2338-0306
Aek
Garugur.
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 65
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon…
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 51
Eli Marlina Harahap, Variasi Fonologi dan Leksikon… DAFTAR PUSTAKA Alwasilah. A. Chaer., 1985, Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistic, Bandung: Angkasa. Afifah, Nur., 2011, Analisis Konstrastif dan Interferensi Bahasa Batak Angkola Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 100090 Lobulayan Angkola Barat Tapanuli Selatan T.P 2010/2011, Medan: Program Pascasarjana UMN Al Washliyah. Atmawati, Dwi, 2005, Dalam Kumpulan Makalah Seminar Internasional Bahasa Dalam perspektif Dinamika Global: USU Medan. Chear, Abdul, 2007, Leksikologi dan Leksikografi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. Chear, Abdul, 2010, Sosiologi, Jakarta: Rineka Cipta. Laksono, Kisyani, 2004,. Kajian Dialektologis Bahasa Jawa, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Lubis, Syahron, dkk., 1995, Kamus Indonesia Angkola, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mahsun, 1997, Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Gajahmada University press. Mahsun, 2006, Metode Penelitian Bahasa, Jakarta: Raja Grafindo. Maya, Hasmita, 2014, Variasi Bahasa Dalam Masyarakat Suku Melayu dalam Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, Medan: Sekolah Pascasarjana UMN Alwasliyah. Mulyono. M. Anton., 1988, Tata Bahasa Baku Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Nandra dan Reniwati, 2009, Dialektologi Teori Dan Metode, Yogyakarta: Almatera Publishing. Nasir, Muhammad., 2005, Meode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Ohoiwutun Paul, 1997, Sosiolinguistik, Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat Dan Kebudayaan, Jakarta: Kesaint Blanc Indonesia. Sudaryanto, 1993, Metode dan Teknik Analisis Bahasa, Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sulistiyaningsih, 2005, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara linguistic”, Yokyakarta: Duta. Syamsudin, 2006, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya. Tinggi Barani, H., 2008, Bahasa Angkola, Padangsidimpuan: Pustaka Timur. Wahya, Mengenal Sekilas Dialektologi: Kajian Interdisipliner Tentang Variasi
dan Perubahan
Bahasa, Jurnal Lingua Vol.9 no.1, Maret. Bandung: Universitas Padjadjaran.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 52