VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG PULUT HIBRIDA Zea mays L. Nursehang ̽ , Rosana Agus ̽ , Elis Tambaru ̽ , Muh. Azrai ̽ ̽ ̽ Alamat Korespondensi e-mail :
[email protected] ̽ Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Variabilitas Genetik Hasil Persilangan Dialel pada Jagung Pulut Hibrida Zea mays L. dilakukan untuk mendapatkan varietas hibrida yang unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik dan heritabilitas dari beberapa varietas Jagung pulut hibrida yaitu 7 induk galur hibrida silang dialel dan 21 hibrida hasil persilangan dialel dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Variabel karakter fenotip yang diamati adalah persentase perkecambahan biji, umur saat 50 % tanaman berbunga jantan dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman, tinggi tongkol, skoring penampilan tanaman, aspek tongkol, hasil panen biji, bobot tongkol panen, kadar air panen, rendemen biji, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji setiap baris, bobot 100 biji, jumlah tongkol, dan komponen hasil. Hasil analisis data statistik menggunakan program CropStat dari 18 karakter fenotip yang diamati menunjukkan hasil bahwa nilai variabilitas genotip tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit. Nilai heritabilitas (H) tergolong sempit (H < 20 %) yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik dan tergolong luas (50 %< H 100) yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Kata kunci: Jagung hibrida, variabilitas dan heritabilitas ABSTRACT Genetic Variability Dialel Crossing Yield at Hybrid Waxy Corn Zea mays L. conducted to obtain a superior hybrid varieties. The aims study to knowed genetic variability and heritabilities of some hybrid waxy corn variety that was 7 prime hybrid groove dialel crossing and 21 hybrid dialel crossing yield with a randomized block design method. Variable fenotype character who inspected was % sprout seed, male flowering date and female flowering date, flowering date intervals, plants high, ear high, plants aspec score, ear aspec, seed grain yields, harvest weight ear, water content, seed rendemen, ear long, ear diameter, seed row sum, seed sum every row, 100 seed weight, ear sum, and yields component. The variance analysis statistic data used Cropstats program of 18 variable fenotype character who inspected showed that genotype variability score was narrow classified and rather narrow classified while the value of phenotypic variability was wide rather classified, rather narrow classified, wide classified and narrow classified. Heritabilities score was narrow classified (H < 20 %) showed that circles factor than influence of genetic factor and was wide classified (50 %< H 100) showed that genetic factor than influence of circles factor. Key words: Hybrid corn, variability and heritabilities
1
PENDAHULUAN Jagung pulut atau jagung ketan
murni
yang biasa
disebut
dengan
merupakan salah satu jenis species
persilangan dialel. Hasil persilangan
tanaman jagung yang ada di Indonesia
tersebut menghasilkan varietas jagung
yang memiliki keunggulan tersendiri
pulut hibrida (Zainuddin, 2014).
dibandingkan dengan jenis tanaman
Varietas
jagung lainnya, seperti kandungan gizi,
generasi
kadar
antaratetua
karbohidrat,
kandungan
hibrida
merupakan
hasil
persilangan
pertama berupa
galur
amilopektin serta memiliki ciri khas
Beberapa
unggul
jenis
persilangan dialel kemudian ditanam
jagung lainnya. Jagung pulut atau
untuk mengetahui variasi genetiknya
jagung ketan memiliki kandungan gizi
dari beberapa varietas hibrida tersebut
dan karbohidrat yang lebih tinggi dari
dari segi karakter. Karakter penting
jenis
seperti
dibandingkan
jagung
lainnya,
amilopektinnya memiliki
dengan
diatas
karakter
kandungan 90
%,
pulen,
varietas
inbrida.
dan
kualitas hasil dikendalikan oleh banyak
sehingga
gen yang masing-masing mempunyai pengaruh
tekstur yang lembut (Anonim, 2010),
karakter
oleh
kuantitatif.
itu
perlu
hasil
produksi, kadar protein dan
memberi cita rasa yang gurih dan
karena
hibrida
dilakukan
kecil
pada
demikian
karakter
itu,
disebut
karakter
teori,
karakter
Menurut
pemuliaan dengan cara persilangan
kuantitatif lebih banyak dipengaruhi
untuk
sekaligus
oleh faktor lingkungan, namun sulit
unggul
untuk menentukan seberapa jauh suatu
mempertahankan
menciptakan
bibit
(Syukur et al. 2012). Pemuliaan
karakter tanaman
plant
disebabkan
oleh
faktor
genetik sebagai akibat aksi gen dan
breeding adalah perpaduan antara seni
seberapa
art dan ilmu science dalam merakit
lingkungan (Syukur et al. 2012).
keragaman
genetik
suatu
populasi
jauh
perlu
atau
mengetahui
(Syukur dilakukan
et
dari
sebelumnya
al.
2012).
Pemuliaan
dengan
cara
persilangan
antara dua species Jagung pulut galur
oleh
Berdasarkan uraian di atas maka
tanaman tertentu menjadi lebih baik unggul
disebabkan
dilakukan
beberapa
penelitian
variasi varietas
untuk
genetik hibrida
dari
tersebut
menggunakan teori genetika kuantitatif dengan
cara
pendekatan
anlisis
2
sejumlah
ukuran
karakter
setiap
Persiapan dan Penanaman
individu sebagai hasil ekspresi genetik
Tahap pertama yaitu persiapan
dan lingkungan menggunakan ragam
yang meliputi pengolahan lahan dengan
fenotip
cara
individu-individu
dalam
membuat
tempat
pembuatan
lubang
populasi.
penanaman
METODE PENELITIAN
tanam. Petak penanaman dibuat dengan
Alat
yang
digunakan
pada
dan
petak-petak
ukuran 1,5 x 5 m, lubang tanam dibuat
penelitian ini adalah cangkul, tugal,
dengan
bambu, tali plastik, pita, meteran,
barisan dengan jarak antara lubang 0,20
mistar,
m,
calliper
digital,
kamera,
menggunakan
setiap
lubang
tugal
ditanam
pada
2
biji
timbangan digital, timbangan kenko,
(Azrai et al. 2015). Tahap kedua yaitu
alat pengukur kadar air (Said Mousture
tahap penanaman, sebelum melakukan
Tester) dan alat tulis.
penanaman,
Bahan yang digunakan pada
terlebih
dahulu
benih
jagung fungisida. Penanaman dilakukan
penelitian ini adalah 21 hibrida hasil
dengan jarak tanam 0,75 x 0,20 m.
persilangan dialel dan 7 hibrida sebagai
Pemeliharaan Tanaman
induk pada persilangan dialel. Bahan
Pada
tahap
pemeliharaan
lain yang digunakan adalah pupuk NPK
tanaman, hal yang dilakukan meliputi
phonska
penyiraman. Biji yang sudah ditanam
dan
urea,
fungisida,
insektisida, dan herbisida.
disiram dengan air secara teratur,
Kriteria Sampel
penyiraman dilakukan dengan tujuan
Materi genetik yang digunakan
agar biji jagung yang ditanam tidak
pada penelitian ini adalah 7 galur
mengalami kekeringan, sehingga nutrisi
hibrida silang dialel, yang merupakan
air tetap ada dan terjaga sehingga
hasil persilangan antara dua alel galur
mempermudah
murni yang berperan sebagai induk atau
perkecambahan. Kemudian pemupukan,
tetua, dan 21 hibrida hasil persilangan
biji yang sudah mulai tumbuh dan
dialel dari 7 hibrida induk atau tetua
sudah memiliki akar, batang dan daun
yang disilangkan secara berkali-kali
diberi pupuk yang berfungsi untuk
atau selfing.
mempercepat
dalam
pertumbuhan
proses
dan
menjaga agar tanaman tersebut tumbuh subur. Pemupukan pertama dilakukan
3
pada 7 hari setelah tanam dengan dosis
dilakukan setelah fase pollinasi, skoring
masing-masing
NPK
penampilan tanaman yang dilakukan
phonska/hektar dan 100 kg urea/hektar
saat tanaman berumur 75 hari setelah
dan pemupukan kedua dilakukan pada
tanam (hst).
300
kg
umur 35 hari setelah tanam dengan
Pengamatan terhadap
setelah
panen
karakter
bobot
dosis masing-masing 100 kg NPK
dilakukan
phonska/hektar dan 200 kg urea/hektar
tongkol kupasan basah, penampilan
(Azrai et al. 2015).
tongkol
Variabel Karakter Fenotipe
penampilan terbaik – skor 5 = terjelek),
setelah
panen
(skor
1=
Pada tahap pengamatan karakter
kadar air saat panen, rendemen biji pada
fenotipe, variabel yang diamati ada 18,
10 tongkol sampel, bobot 1000 biji,
yaitu : 1). Persentase perkecambahan
panjang dan diameter tongkol, jumlah
biji, 2). Umur saat 50 %
tanaman
baris pertongkol dan jumlah perbaris
berbunga jantan dan betina, 3). Selang
pertongkol, jumlah tongkol serta hasil
waktu berbunga jantan dan betina,
panen
4). Tinggi tanaman, 5). Tinggi tongkol,
dengan
6).
(Sujiprihati et al. 2006) yaitu :
Skoring
keseragaman
tanaman,
7). Keseragaman tongkol, 8). Hasil panen biji, 9). Bobot tongkol panen, 10). Kadar air biji, 11). Rendemen biji, 12). Panjang tongkol, 13). Diameter tongkol,
14).
Jumlah
baris
biji,
15). Jumlah biji setiap baris, 16). Bobot 100 biji, 17). Jumlah tongkol, dan 18). Komponen hasil. Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan
sebelum
panen
pada
kadar
air
menggunakan
15
%
persamaan
10000 (100 KaP)% x BTkPn RBj LPPn (100 15)% Keterangan :
Y
Y = Hasil panen (t/ha) LPPn = Luas petak panen (m2) KaP = Kadar air biji saat panen (%). BTkPn = Bobot tongkol kupasan basah (kg) RBj. = Rendemen bobot biji dari sampel tongkol panen Analisis data menggunakan program
CropStat
untuk
Windows
dilakukan terhadap karakter persentase
Versi 7.2.2007.3 (IRRI, 2007). Data
tanaman tumbuh, umur 50% berbunga
dianalisis
jantan
berdasarkan model persamaan linear
dan
betina,
selang
waktu
berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman
dan
letak
tongkol
rancangan
perlokasi
acak
dan
dianalisis
kelompok
yang
4
(Baihaki dan Wicaksono, 2005) sebagai
menurut Hallauer dan Miranda (1995)
berikut :
sebagai berikut : Yijk = + gi + kk + Eik
sempit
= 0-24,99%
Keterangan :
agak sempit = 25-49,99%
Yijk :Respon pengamatan dari genotipe ke-i, lokasi ke-j, ulangan ke-k : Rataan umum gi : Pengaruh dari genotipe ke-i (i = 1, 2, 3, 4,…,24) kk : Pengaruh ulangan ke-k ik : Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i, ulangan ke-k
agak luas
= 50-74,99%
luas
= 75-100%
Untuk mengetahui bahwa lokasi,
Nilai heritabilitas dalam arti luas (H) didefinisikan sebagai perbandingan antara ragam
genetik dan ragam
( 2f )
fenotip dengan
yang
diestimasi
menggunakan
formula
genotip dan interaksi genotip dan
(Darrah dan Mukuru, 1977) sebagai
lingkungan berbeda nyata, maka dapat
berikut :
dilihat nilai F hitungnya. Jika nilai
H=
F hitung > nilai F Tabel pada taraf
0.01 atau 0.05 maka perlakuan tersebut
g2 2f
Nilaiheritabilitas dikelompakkan
dinyatakan berbeda sangat nyata atau
(Petersen, 1994) sebagai berikut :
nyata. Estimasi ragam genetik, fenotipe
- heritabilitas rendah : <20 %
dan interaksi ragam genetik dengan
- heritabilitas sedang : 20 % – 50 %
lingkungan (Bernardo, 2002) adalah
- heritabilitas tinggi : 50 %< H 100
sebagai berikut :
2 g
2 e
M M1 = 2 r = M1
2f = g2 + e2
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Fenotip Dari hasil pengamatan yang dilakukan yang ditulis didalam tabel kemudain diinput kedalam program
Besaran nilai keragaman genetik dan fenotipik suatu karakter ditentukan berdasarkan ragam genetik ( g2 ) dan
Excel untuk mendapatkan nilai rata-rata dan
diolah
menggunakan
program
Cropstat untuk medapatkan nilai dan
ragam fenotip ( 2f ), koefisien ragam
hasil varians yang diinginkan dengan
genotip dan fenotip dengan kriteria
menggunakan
rumus-rumus
tertentu
dapat dilihat pada Tabel 3. 5
Tabel 3. Rekapitulasi Kuadrat Tengah Karakter Agronomi, Hasil dan Komponen Hasil Hibrida Silang Dialel Karakter % Perkecambahan biji Umur Berbunga Jantan Umur Berbunga Betina Selang Waktu Berbunga TR ASI Tinggi Tongkol Tingi Tanaman Skor. Kes. Tanaman Keseragaman Tongkol Bobot Tongkol Panen Kadar Air Biji Rendemen Hasil Panen B100BJKA Panjang Tongkol Diameter Tongkol Jumlah Baris Biji Jumlah Biji setiap Baris
db 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
KT 133.705 29.601 30.6032 1.67196 0.188443 342.261 635.721 0.0709224 0.203263 2.42115 8.10022 0.0114147 2.27107 46.5643 4.47013 0.173193 1.65962 19.3931
F.H 1.46 33.12 17.8 2.47 2.15 0.99 0.82 1.32 1.57 7.28 1.49 22.37 8.16 5.66 1.26 0.82 1.79 0.81
Galat 91.2897 0.893737 1.71957 0.985657 8.77E-02 345.455 778.828 0.199312 0.129189 0.332722 5.44695 5.10E-04 0.278467 8.22576 3.55109 0.210665 0.924969 23.9865
Probabilitas 0.116 0.000** 0.000** 0.002** 0.008** 0.496 0.713 0.192 0.078 0.000** 0.108 0.000** 0.000** 0.000** 0.232 0.706 0.034* 0.722
Total 8932.04 977.238 1058.29 81.8095 9.86514 35572.9 73479.8 0.20351 12.4881 83.5489 526.644 0.336372 76.6658 1754.04 318.7 16.1578 95.3899 1866.23
KK % 9.8 2.1 2.7 42.1 21.9 19.4 15.7 8.4 15.3 19.2 7.1 3.1 20.7 11.1 15 11.8 7.9 19.7
Keterangan : db = Derajat bebas, KT = Kuadrat tengah, F.H = F. Hitung, KK = Koefisien keragaman, ** = Berpengaruh nyata pada uji 1 %, * = Berpengaruh nyata pada uji 5 % hibrida tersebut menunjukkan Hasil analisis data statistik keragaman genetik. Keragaman yang digunakan program Cropstat yang muncul pada populasi berasal dari terlihat pada Tabel 3 menunjukkan plasma nutfah, introduksi, persilangan, bahwa umur berbunga jantan, umur mutasi, atau melalui proses transgenik berbunga betina, selang waktu (Suprapto dan Kairudin 2007). berbunga, TR selang waktu berbunga, Nilai Koefisien Keragaman bobot tongkol panen, rendemen, hasil (KK) seperti yang terlihat pada Tabel 3 panen, dan bobot 100 biji pada KA 15 menunjukkan bahwa selang waktu % berpengaruh nyata pada uji 1 % dan berbunga jantan dan betina dan nilai karakter fenotip jumlah baris biji Transformasi selang waktu berbunga berpengaruh nyata pada uji 5 %. jantan dan betina (TR ASI) memiliki Perbedaan pengaruh nyata pada uji 1 % nilai Koefisien Keragaman (KK) yang dan 5 % yang terjadi pada beberapa tinggi yaitu selang waktu berbunga karakter fenotip dari beberapa varietas 6
% dan
ragam genetik ( g2 ) dan standar deviasi
Transformasi selang waktu berbunga
ragam genetik ( 2 ) (Hallauer dan
jantan dan betina yaitu 42.1
jantan dan betina (TR ASI) yaitu 21.9 %. Semakin kecil nillai Keragaman
(KK)
Selang
berbunga jantan dan semakin
baik,
Koefisien waktu
betina maka
karena
proses
penyerbukan terjadi lebih cepat dan umur panen lebih
cepat, sehingga
potensi hasil panen lebih baik. Nilai Variabilitas dan Heritabilitas Besaran nilai variabilitas genetik
g
Miranda,
1995).
Nilai
heritabilitas
merupakan suatu petunjuk seberapa besar
suatu
karakter
atau
sifat
dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan (Poehlman, 1979). Hasil pengolahan data menggunakan program Cropstat menunjukkan nilai variabilitas genotip,
variabilitas
fenotip
dan
heritabilitas seperti pada Tabel 4.
suatu karakter ditentukan berdasarkan Tabel 4. Komponen Variabilitas Genetik, Variabilitas Fenotip dan Nilai Heritabilitas Karakter % Perkecambahan biji Umur Berbunga Jantan Umur Berbunga Betina Selang Waktu Berbunga TR ASI Tinggi Tongkol Tingi Tanaman Skor. Kes. Tanaman Keseragaman Tongkol Bobot Tongkol Panen Kadar Air Biji Rendemen Hasil Panen B100BJKA Panjang Tongkol Diameter Tongkol Jumlah Baris Biji Jumlah Biji setiap Baris
Variabilitas VG
VF 44.57 135.86 9.87 10.76 10.20 10.76 0.56 10.76 0.06 10.76 114.09 10.76 211.91 10.76 0.001 10.76 0.07 10.76 0.81 10.76 2.70 10.76 0.004 10.76 0.76 10.76 15.52 10.76 1.49 10.76 0.06 10.76 0.55 10.76 6.46 10.76
Rata-Rata
KVG
KVF
H
96.39 46.62 49.24 1.98 1.37 94.57 176.84 0.53 2.50 2.28 33.92 0.69 1.78 23.69 12.24 3.81 11.80 24.72
6.93s 6.74s 6.49s 37.65as 18.29s 11.29s 8.23s 5.58s 10.41s 39.45as 4.84s 8.94s 48.78as 16.63s 9.97s 6.31s 6.30s 10.29s
12.09s 7.04s 6.66s 165.64as 239.09al 3.47s 1.85s 618.16l 131.22s 144.06as 9.67s 475.25l 183.92al 13.85s 26.80s 86.14s 27.79s 13.27s
0.33s 0.92l 0.86l 0.36s 0.42s 0.25s 0.21s 0.004s 0.34s 0.71l 0.33s 1.00l 0.73l 0.65l 0.30s 0.22s 0.37s 0.21s
Keterangan : VG = Variabilitas genotip, VF = Variabilitas fenotip, KVG = Koefisien variabilitas genotip, KVF = Koefisien variabilitas fenotip, H = Heritabilitas (%), s = Sempit, as = Agak sempit, al = Agak luas, l = Luas
7
Nilai variabilitas genotip dan
betina 6.66, tinggi tongkol 3.47, tinggi
fenotip yang terlihat pada Tabel 4
tanaman 1.85, keseragaman tongkol
memiliki nilai yang bervariasi, mulai
131.22, kadar air biji 9.67, bobot 100
dari nilai yang tergolong sempit, agak
biji pada KA 15 % 13.85, panjang
sempit, agak luas hingga luas. Nilai
tongkol 26.80, diameter tongkol 86.14,
variabilitas
jumlah baris biji 27.79 dan jumlah biji
genotip
menunjukkan
bahwa nilai variabilitas genotip pada
setiap baris 13.27 tergolong sempit.
karakter fenotip % perkecambahan biji
Nilai Koefisien Varians Genotip
6.93, umur berbunga jantan 6.74, umur
(KVG) dan nilai Koefisien Varians
berbunga betina 6.49, TR selang waktu
Fenotip
(KVF)
berbunga 18.29, tinggi tongkol 11.29,
berdasarkan
nilai
tinggi tanaman 8.23, skor keseragaman
Varians Genotip (KVG). Nilai relatif
tanaman 5.58, keseragaman tongkol
didapatkan
10.41, kadar air biji 4.84,
Koefisien
rendemen
dengan Varians
digolongkan relatif
Koefisien
membagi Genotip
nilai (KVG)
8.94, bobot 100 biji pada KA 15 %
masing-masing karakter dengan nilai
16.63, panjang tongkol 9.97, diameter
Koefisien
tongkol 6.31, jumlah baris biji 6.30, dan
tertinggi. Penggolongannya adalah 0-
jumlah biji setiap baris 10.29 tergolong
24,99 % (sempit), 25-49,99 % (agak
sempit, sedangkan pada karakter fenotip
sempit), 50-74,99 % agak luas dan 75-
selang waktu berbunga 37.65, bobot
100
tongkol panen 39.45 dan hasil panen
penggologan Koefisien Varians Fenotip
48.78 tergolong agak sempit.
(KVF) (Bambang et al. 2015).
%
Varians
luas,
Genotip
(KVG)
begitupun
pada
Nilai variabilitas fenotip pada
Melihat seberapa besar proporsi
karakter fenotip selang waktu berbunga
variabilitas genetik terhadap ragam
165.64
183.92
fenotip, diperlukan pendugaan nilai
tergolong agak luas, TR selang waktu
heritabilitas (%) seperti yang terlihat
berbunga 239.09 dan bobot tongkol
pada Tabel 4. Nilai duga heritabilitas
panen 144.06 tergolong agak sempit,
yang
skor keseragaman tanaman 618.16 dan
berdasarkan kriteria yang dikemukakan
rendemen 475.25 tergolong luas dan %
oleh
perkecambahan
umur
tergolong rendah atau sempit (H <20 %)
berbunga jantan 7.04, umur berbunga
dan tinggi atau luas (50 %< H 100).
dan
hasil
biji
panen
12.09,
disajikan
Stanfield
pada
(1983),
Tabel
ada
3.
yang
8
Nilai heritabilitas yang tergolong sempit
Nilai Heritabilitas
(H) pada
dari karakter fenotip yang diamati
Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil
adalah
persilangan dialel tergolong luas atau
karakter
fenotip
%
tinggi
berbunga
waktu
menunjukkan bahwa faktor genetik
berbunga 0.42, tinggi tongkol 0.25,
lebih berperan dibandingkan dengan
tinggi tanaman 0.21, skor keseragaman
faktor lingkungan dan tergolong sempit
tanaman 0.004, keseragaman tongkol
atau
0.35, kadar air biji 0.33, panjang
menunjukkan bahwa faktor lingkungan
tongkol 0.30, diameter tongkol 0.22,
lebih berperan dibandingkan dengan
jumlah baris biji 0.37 dan jumah biji
faktor genetik.
setiap baris 0.21 yang menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
0.36,
TR
selang
bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik. Nilai heritabilitas yang tergolong luas dari karakter fenotip yang diamati adalah
umur berbunga jantan 0.92,
(50
%<
rendah
(H
H
perkecambahan biji 0.33, selang waktu
<
20
100) yang
%)
yang
Anonim, 2012. Pengolahan Tanaman Jagung, http://restuws.wordpress.com/20 10/06/13/teknologi-pengolahantanaman-jagung, diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 07.00 WITA.
umur berbunga betina 0.86, bobot tongkol panen 0.71, rendemen 1.00, hasil panen 0.73 dan bobot 100 biji pada KA 15 % 0.65 yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan
dengan
faktor
Azrai, M., Adriani, A., W.B., Suwarno, S.H., Sutjahjo, 2015. Pendugaan Keragaman Genetik dan Heritabilitas Jagung Hibrida Silang Puncak pada Perlakuan Cekaman Kekeringan, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Vol. 24(1) : 91-100.
lingkungan. KESIMPULAN Nilai variabilitas genetik pada Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil persilangan dialel tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit.
Baihaki, A. dan N. Wicaksono, 2005. Interaksi Genotip x Lingkungan, Adaptabilitas, dan Stabilitas Hasil dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia, Zuriat 16(1) : 1–8. Bernardo, R., 2002. Breeding for Quantitative Traits in Plants, Woodbury, Minnesota: Stemma Press.
9
Darrah, L. L. and Mukuru. 1977. Recurrent Selection Methods for Maize Improvement the East African Experience. Muguga, Nairobi, East African Agriculture and Forestry Research Organisation. 20p. Hallauer A.R. and J.B.F.O Miranda, 1987. Quantitative Genetics in Maize Breeding (2ndedition), Lowa State Univ. Press. IRRI.,
2007. CropStat for Windows Version 7.2.2007.3.
Pertanian Indonesia 9 (2) : 183-190. Syukur M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti, 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Zainuddin S., 2014. Variabilitas Genetik Penampilan Agronomis Sepuluh Genotipe Jagung Pulut, Agroteknologi, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur, vol. 2 : 21-22.
Mustofa Z., I.M Budiarsa dan G.B Samdas, 2013. Variasi Genetik Jagung Zea mays L. berdasarkan Karakter Fenotipik Tongkol Jagung yang Dibudidaya di Desa Jono Oge, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako, Vol. 1 : 33-41. Petersen, R.G., 1994. Agricultural Field Experiments. New York: Marcel Dekker, Inc. Poehlman J.M., 1979. Breeding Field Crops.Edisi ke-2. Connecticut: The AVI Publishing.Westport, 486p. Sujiprihati, S., M., Azrai, dan A., Yuliandry, 2006. Keragaan Genotip Jagung Bermutu Protein Tinggi (QPM) di Dua Tipologi Lahan yang Berbeda. Agrotropika 11(2) : 90-100 Suprapto dan N.M Kairudin, 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen Dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Ultisol, Ilmu
10
11