VALUE CHAIN ANALYSIS UNTUK PERANCANGAN REKOMENDASI KEBIJAKAN INDUSTRI PERIKANAN DI KOTA TARAKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Indah Kresnawati, Imam Baihaqi, Niniet Indah Arvitrida Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected];
[email protected] Abstrak Tarakan merupakan sebuah kota di Provinsi Kalimantan Utara yang strategis karena merupakan gerbang perdagangan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina. Selain itu, Tarakan juga memiliki potensi perikanan berpeluang besar untuk dikembangkan menjadi suatu industri yang mampu memberikan nilai tambah pada komoditas perikanan yang ada. Sampai saat ini Tarakan dinilai masih belum dapat memanfaatkan potensi perikanan yang ada. Pengelolaan komoditas perikanan di Tarakan cenderung dilakukan dengan cara pengeringan dan penggaraman. Selain itu masih sedikit industri pengolahan ikan di Tarakan yang memberikan nilai tambah baik pada produk maupun prosesnya. Penelitian ini akan dilakukan analisis value chain dari suatu komoditas perikanan unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas tersebut. Penambahan nilai pada komoditas perikanan unggulan tersebut diharapkan dapat meningkatkan profit dari stakeholder yang terkait dan membuka peluang terbentuknya suatu industri baru. Kemudian dari hasil analisis value chain, akan dilakukan perancangan dan pengembangan model sistem dinamik dari komoditas perikanan unggulan yang digunakan untuk merancang rekomendasi kebijakan pada industri perikanan yang ada dan mengetahui kondisi sistem yang ada apabila muncul suatu industri pengolahan ikan baru. Kata kunci: Komoditas Perikanan Unggulan, Value Chain Analysis, System Dynamics Abstract Tarakan is a strategic town in North Borneo because it is a trade lane for Indonesia, Malaysia and Philippines. In addition, Tarakan also has a potential fishery that is waiting to be developed as an added value industry for its kind of commodities. Unfortunately, Tarakan has not been using its fishery potency properly yet. In Tarakan, the control of fishery commodities is still done by drying and salting. Besides, there is only a few fishery industry giving an added value for its product or process. Thus, in this research, a value chain analysis is conducted for potential fishery commodities in order to increase its added value. By increasing the added values, it will help the fishery commodities to gain more profit from related stakeholder and open opportunities for some new industries. From the value chain analysis result, a system dynamic model for the potential fishery commodities is also designed and developed. It aims to help in designing some recommended policy for existing fishery industry and information about the system condition when a new fishery industry happens to exist. Keywords: Potential Fishery Commodities, Value Chain Analysis, System Dynamics 1. Pendahuluan Tarakan merupakan kota yang strategis, sebagai gerbang transit perdagangan kedua setelah Balikpapan yang menghubungkan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina. Selain itu, Kota Tarakan juga memiliki peluang untuk menarik investor yang sangat besar dari segi wisata alam dan perikananannya. Tarakan memiliki potensi perikanan yang cukup besar baik dari segu perikanan tangkap dan budidayanya. Gambar 1.1 menunjukkan prosentase potensi produksi perikanan Tarakan pada tahun 20002005
Persentase Potensi dan Produksi Perikanan Tarakan (ton) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Penangkapan dilaut Budidaya Air Payau (tambak) Budidaya ikan tawar (tambak) 2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 1.1 Prosentase Potensi dan Produksi Perikanan Tarakan (ton) 2000-2005 (Tarakan dalam Angka, 2006)
1
balik dari kegiatan industri untuk menunjukkan bagaimana suatu struktur organisasi, kebijakan dan pengambilan keputusan berinteraksi untuk mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan adanya metode system dynamics pada penelitian ini maka kebijakan yang akan diatur dalam komoditas perikanan unggulan di Tarakan dapat diformulasikan dan disimulasikan untuk mengetahui bagaimana kebijakan tersebut berdampak pada perikanan Tarakan dimasa sekarang maupun masa mendatang dan juga untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem apabila terdapat industri yang dimunculkan.
Untuk itu sangat disayangkan apabila kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Akan tetapi, potensi yang baik tersebut akan sia-sia apabila tidak terdapat industri yang mampu mengelola komoditas perikanan yang terdapat di Kota Tarakan. Industri tersebut tidak hanya diharapkan untuk mengelola komoditas yang ada di Tarakan, selain itu juga untuk meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditas sehingga dengan meningkatnya nilai tambah dari suatu komoditas maka akan menambah pendapatan bagi stakeholder yang terkait. Sampai saat ini industri perikanan di Tarakan cenderung pada industri pengeringan dan pembekuan, masih sedikit industri perikanan di Tarakan yang memberikan nilai tambah pada produknya dengan cara mengolah suatu komoditas perikanan menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual lebih dan menghasilkan keuntungan yang besar. Dari penelitian ini diharapkan teridentifikasi peluang industri pengolahan komoditas unggulan yang memiliki nilai jual lebih dan berdaya saing tinggi. Dengan adanya peluang industri yang dapat dikembangkan, diharapkan dapat meningkatkan potensi perikanan yang ada di Tarakan, selain itu juga diharapkan untuk meningkatkan roda perekonomian wilayah pesisir Kota Tarakan dan mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Agar semua pelaksanaanya berjalan dengan lancar maka perlu dirancang suatu kebijakan untuk memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas mengenai ruang lingkup dan kekuasaan masing-masing stakeholder agar dapat mencapai tujuan bersama. Dalam penelitian ini komoditas perikanan yang digunakan sebagai objek penelitian, baik yang merupakan hasil penangkapan laut atau budidaya akan dianalisa dari data-data yang ada sehingga terpilih komoditas unggulan yang cocok untuk dikembangkan. Dari komoditas unggulan tersebut akan dilakukan pemetaan value chain untuk mengidentifikasi value yang ada dari masing-masing stakeholder sehingga dapat digunakan untuk merancang value chain rekomendasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tambah dan mengetahui peluang industri baru yang dapat dikembangkan. Dalam perancangan kebijakan dibantu dengan metode sistem dinamik atau system dynamics. Menurut Forrester (1969), dinamika sistem mempelajari mengenai karakteristik informasi umpan
2. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pendahuluan, pengumpulan dan pengolahan data, perancangan dan pengembangan model serta perumusan simpulan. Pada tahap pendahuluan dilakukan studi literatur dan studi lapangan untuk mengetahui konsep value chain analysis, system dynamics dan juga kondisi eksisting dari komoditas unggulan Kota Tarakan. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Berikut ini merupakan data-data yang dikumpulkan untuk mendukung tahapan pengolahan data. Gambar 3.1 dan 3.2 menunjukkan produktivitas dari komoditas unggulan, volume ekspor maupun antar pulau. Tabel 3.1 Produktivitas Komoditas Unggulan
Tabel 3.2 Volume Penjualan Ekspor maupun Antar Pulau 2012
2
3.1 Pemilihan Komoditas Unggulan Komoditas unggulan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan perbandingan antar komoditas, berdasarkan data-data sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga terpilih komoditas unggulan yang akan dijadikan objek penelitian. Berikut ini merupakan hasil dari pemilihan komoditas unggulan Kota Tarakan:
4. Pedagang Grosir dan Pengecer Berperan untuk menjual ikan kepada IKM/UMKM yang ada di Tarakan dan juga menjual langsung kepada warga di Kota Tarakan. 5. Unit Pengolahan Ikan Unit Pengolahan Ikan merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri cold storage, mengekspor ikan bandeng ke berbagai negara.
Tabel 3.3 Pemilihan Komoditas Unggulan
Value Chain ikan bandeng yang diteliti difokuskan pada produk olahan ikan bandeng dari IKM-IKM. Produk olahan ikan bandeng yang terdapat di Tarakan antara lain: bandeng cabut duri, bandeng cabut duri bakar, kerupuk/amplang bandeng, abon ikan bandeng, bandeng presto dan kriuk ikan bandeng. Berikut ini merupakan nilai tambah dari produk olahan ikan bandeng yang didapat dari perhitungan nilai tambah sederhana yaitu ππππππππππ π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘β = ππππππππππ ππππππππππππ β ππππππππππ πΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌ Dimana nilai output merupakan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan 1 kg produk olahan atau dapat dilihat berdasarkan harga jual produk olahan per kg. Sedangkan nilai input adalah estimasi biaya yang digunakan untuk membuat 1 kg produk olahan yang terdiri dari biaya pembelian kebutuhan ikan bandeng untuk 1 kg produk dan estimasi biaya bumbu yang dibutuhkan untuk membuat 1 kg produk olahan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan nilai tambah produk ikan bandeng yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Dari hasil pemilihan komoditas unggulan Kota Tarakan didapatkan ikan bandeng sebagai objek penelitian yang akan dianalisa lebih lanjut. 4.1 Pemetaan Value Chain Komoditas Unggulan Dalam value chain komoditas ikan bandeng dimulai dari proses input sampai konsumsi.
Input
Benih Ikan Bandeng
Produksi
Pengumpulan
Ikan Bandeng
Perdagangan
Pengolahan & Pemasaran
Konsumsi
Hasil Olahan Ikan Bandeng: Abon Ikan Bandeng Kerupuk Ikan Bandeng Bandeng Cabut Duri Bandeng Presto Bandeng Beku
Tabel 3.4 Perhitungan Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Bandeng Nilai Produksi
Gambar 3.1 Proses Inti Komoditas Ikan Bandeng
Produk Olahan
Dari proses inti tersebut dilakukan oleh masing-masing pelaku. Pelaku yang terlibat dalam value chain komoditas ikan bandeng antara lain: 1. Supplier benih ikan bandeng Sebagai pemasok benih ikan bandeng 2. Nelayan/petambak Berperan sebagai supplier ikan yang ada di Kota Tarakan. 3. Pengepul Berperan untuk mengumpulkan dan juga sebagai perantara jual-beli ikan bandeng antara nelayan/petambak dengan pedagang grosir atau pasar.
Harga jual untuk 1 kg produk
Kebutuhan ikan bandeng untuk 1 kg produk (kg)
Harga ikan bandeng (Rp/kg)
Estimasi Total Estimasi Nilai Estimasi Biaya Nilai Produksi Tambah (Rp/kg) Bumbu
Bandeng Cabut Duri Rp 80,000.00 Bakar
1
Rp 15,000.00 Rp 40,000.00 Rp 55,000.00 Rp 25,000.00
Bandeng Cabut Duri Rp 40,000.00
1
Rp 15,000.00 Rp 15,000.00 Rp 30,000.00 Rp 10,000.00
Kriuk Ikan Bandeng Rp 60,000.00
1
Rp 15,000.00 Rp 30,000.00 Rp 45,000.00 Rp 15,000.00
Kerupuk/Amplang
Rp 100,000.00
3
Rp 15,000.00 Rp 30,000.00 Rp 75,000.00 Rp 25,000.00
Bandeng Presto Abon Bandeng Beku
Rp 70,000.00 Rp 130,000.00 Rp 28,000.00
1 5 1
Rp 15,000.00 Rp 30,000.00 Rp 45,000.00 Rp 25,000.00 Rp 15,000.00 Rp 40,000.00 Rp 115,000.00 Rp 15,000.00 Rp 12,000.00 Rp Rp 12,000.00 Rp 16,000.00
4.2 Pemetaan Value Chain Rekomendasi Setelah dilakukan pemetaan terhadap value chain ikan bandeng kemudian dilakukan pemetaan value chain rekomendasi untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas ikan bandeng. Gambar 3.2 menunjukkan hasil value chain rekomendasi.
3
Ikan Bandeng
Rp 15.000/kg
Kepala
Daging
Duri
Kulit
Isi Perut
Rp 500-3000/kg
Rp 15.000/kg
Rp 500-5.000/kg
Rp 500-5.000/kg
Rp 200-1.000/kg
T10
T11
Abon Duri Ikan Bandeng
Kerupuk Kulit Ikan Bandeng
Kerupuk Usus Ikan Bandeng
Tepung Ikan
Rp 60.000/kg
Rp 60.000/kg
Rp 40.000/kg
Rp 100.000/kg
Bandeng Beku
T14
Rp 26.000/kg
T1 Keripik Kepala Ikan Bandeng
Otak-otak Ikan Bandeng
Rp 60.000/kg
Rp 74.000/kg
Nugget Ikan Bandeng T2
T9
Rp 60.000/kg
T3
,T8
T13
T15
Rp 130.000/kg
T16
Kaki Naga Bandeng
Donat Bandeng
T4
T7
Sosis Bandeng
Rp 40.000/kg
Rp 60.000/kg
Rp 60.000/kg
Bandeng Bakar/ Asap Cabut Duri
Rp 60.000/kg
Kerupuk/Amplang Ikan Bandeng
Rp 60.000/kg
Bandeng Crispy/ Kriuk Ikan Bandeng
Pellet
Rp 100.000/kg
Rp 60.000/kg
Bandeng Tanpa Duri Crispy
Rp 60.000/kg
Abon Ikan Bandeng
Bakso Bandeng
T12
T17
Rp 120.000/kg
Bandeng Presto T5
T6
T18
Rp 80.000/kg
Bandeng Tanpa Duri (basah) T19
Gambar 3.2 Value Chain Rekomendasi Komoditas Ikan Bandeng
4
Rp 65.000/kg
kualitas dari produk olahan, penggunaan teknologi dan juga keahlian dari tenaga kerja yang digunakan yang didukung dari programprogram yang diadakan oleh Pemerintah Kota Tarakan seperti pelatihan-pelatihan dan pemberian modal usaha.
4.3 Perancangan dan Pengembangan Model Dalam perancangan dan pengembangan model terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut: 1. Identifikasi kondisi eksisting 2. Identifikasi variabel 3. Konseptualisasi model 4. Formulasi model 5. Simulasi 6. Verifikasi dan validasi model 7. Perancangan skenario kebijakan Sistem yang akan dilakukan perancangan dan pengembangan adalah sistem value chain komoditas ikan bandeng. Dimana dalam sistem tersebut masing-masing pelaku memiliki variabelvariabel yang memiliki hubungan sebab akibat. Untuk mempermudah pemahaman akan variabel yang terdapat dalam sistem maka digunakan causal loop diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.3. Setelah tahapan dalam perancangan dan pengembangan model dilakukan maka tahapan terakhir yaitu perancang skenario kebijakan. Adapun skenario kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem value chain komoditas ikan bandeng yaitu sebagai berikut: 1. Skenario 1 Pada skenario 1 dilakukan perbaikan pada sistem value chain yang diusulkan, yaitu dengan memunculkan industri pengolahan (IKM) bandeng yang baru. Industri pengolahan (IKM) ikan bandeng dipilih berdasarkan hasil value chain rekomendasi, akan tetapi tidak semua industri pengolahan (IKM) yang diusulkan dimasukkan kedalam model sistem dinamik, hanya 5 IKM yang dipilih untuk disimulasikan yaitu IKM otak-otak bandeng, IKM sosis ikan bandeng, IKM nugget ikan bandeng, IKM abon duri ikan bandeng dan IKM kaki naga ikan bandeng. 2. Skenario 2 Pada skenario 2 dilakukan perbaikan sistem value chain yang diusulkan dengan meningkatkan daya jual produk dari hasil produk olahan IKM ikan bandeng, dengan menambahkan variabel daya jual pada model sistem eksisting dan model yang terdapat pada skenario 1. Variabel daya jual merupakan gabungan dari kemampuan IKM dalam pemasaran produk, tampilan kemasan produk,
. 5 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa profit IKM yang paling baik adalah dengan menggunakan skenario daya jual 2 yaitu memunculkan IKM baru dan melakukan penambahan variabel daya jual.
Gambar 5.4 Hasil Simulasi Software Vensim Apabila skenario ini diterapkan oleh Pemerintah Tarakan maka terdapat konsekuensi yang harus ditanggung oleh Pemerintah Tarakan yaitu meningkatnya anggaran dana dari Pemerintah Kota Tarakan, hal ini disebabkan untuk dapat meningkatkan daya jual dari produk olahan Kota Tarakan maka diperlukan pelatihan-pelatihan maupun program-program pendukung yang berfungsi untuk mendorong kemajuan dari IKM Kota Tarakan. Akan tetapi biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Tarakan akan sebanding dengan dampak kedepannya dimana apabila IKM Kota Tarakan mengalami kemajuan maka akan berpengaruh pada meningkatnya pendapatan daerah dari Kota Tarakan. 6 Simpulan dan Saran 6.1 Simpulan 1. Penelitian ini telah menghasilkan komoditas unggulan yang dinilai dapat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut berdasarkan datadata yang mendukung seperti kapasitas produksi, banyaknya produk yang dikembangkan dll, komoditas unggulan yang
5
3. Pada penelitian selanjutnya, lebih diperhatikan komponen biaya yang terdapat pada nilai tambah produk olahan ikan bandeng 4. Pada penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan skenario-skenario lain dalam peningkatan nilai tambah ikan bandeng.
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut yaitu ikan bandeng. 2. Dari pemetaan value chain komoditas ikan banding didapatkan pelaku-pelaku yang terlibat didalamnya yaitu nelayan, Unit Pengolahan Ikan, pengepul, pedagang dan IKM/UMKM dimana masing-masing pelaku tersebut memiliki nilai tambah terhadap ikan bandeng yang berbeda-beda 3. Value chain rekomendasi menghasilkan 13 produk olahan ikan bandeng yang baru dimana produk olahan tersebut diharapkan dapat meningkatakan nilai tambah pada produk olahan ikan bandeng dan juga dapat meningkatkan minat pembeli terhadap produk olahan ikan bandeng. 4. Berdasarkan dari hasil simulasi sistem dinamik dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan pada industri pengolahan ikan di Tarakan yaitu Pemerintah Kota Tarakan perlu mengadakan pelatihan-pelatihan atau membuat suatu program seperti pelatihan pengemasan produk yang baik, pengolahan produk ikan bandeng, studi banding atau membuat seminar mengenai produk olahan ikan bandeng yang telah sukses di luar Tarakan. Selain itu Pemerintah Tarakan juga dituntut untuk membantu pemasaran produk olahan ikan bandeng dan peningkatan infrastruktur atau sarana prasarana yang ada sehingga produk olahan ikan bandeng yang terdapat di Tarakan dapat meningkat nilai tambahnya dan juga akan berdampak pada kesejahteraan dari IKM ikan bandeng. 6.2 Saran 1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pembobotan tiap kriteria yang terdapat dalam pemilihan komoditas unggulan agar diketahui kriteria mana yang lebih dipentingkan. 2. Pada penelitian selanjutnya komoditas unggulan yang akan dianalisa lebih lanjut tidak harus berdasarkan hasil peringkat tertinggi pada pemilihan komoditas unggulan, akan tetapi dapat dipilih berdasarkan rencana pengembangan suatu komoditas perikanan tertentu atau dari suatu komoditas yang kurang unggul sehingga diperlukan suatu analisa lebih lanjut untuk mengangkat komoditas tersebut.
7 Daftar Pustaka Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), (2012), Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak pada Kaum Miskin: Buku Pegangan bagi Praktisi Analisis Rantai Nilai. Coyle, R.G., (1996), System Dynamics Modelling, Cranfield University, UK; Chapman & Hall Forrester, J.W., (1961), Industrial Dynamics, Massachussetts, Massachussetts Institute of Technology, Cambridge Chain, PT Grasindo, Jakarta. McRobert, K, C. (2010), Rural Development Challenges: System Dynamics Ex Ante Decision Support For Agricultural Initiatives in Southern Mexico, Thesis, Cornell University Porter, Michael. (1985), Value Chain and Competitive Advantage in βCompetitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performanceβ, Free Press, p33-61 Rabelo, et.al (2007), Value Chain Analysis Using Hybrid Simulation and AHP, Orlando, USA Sterman, J. D., (2004), Systems Thinking and Modeling for a Complex World, Business Dynamics, United States of America, McGraw-Hill Tarakan, BPS, (2006), Kota Tarakan dalam Angka, Tarakan, BAPPEDA Kota Tarakan Tarakan, BPS, (2008), Nilai Tukar Nelayan, Tarakan, BAPPEDA Kota Tarakan http://www.systemdynamics.org
6
Gambar 3.3 Causal Loop Diagram Sistem Value Chain pada Komoditas Ikan Bandeng
7