Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013
PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2012 :
1. VALIDASI UJI DAYA HANTAR LISTRIK BENIH PADI 2. VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI KEASLIAN VARIETAS BENIH KEDELAI 3. VALIDASI NEMATODA TERBAWA BENIH PADI 4. VALIDASI MODIFIKASI UJI ELISA UNTUK DETEKSI VIRUS PADA KEDELAI 5. KAJIAN MASA BERLAKULABEL BENIH HIBRIDA 6. UJI VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max) DENGAN METOD PENGUKURAN PEMUNCULAN AKAR (RADICLE EMERGENCE) 7. DETEKSI BENIH PRODUK REKAYASA GENETIKA (PRG) 8. KAJIAN DAYA SIMPAN UBIJALAR BERUPA UMBI
1.
VALIDASI UJI DAYA HANTAR LISTRIK BENIH PADI Amiyarsi Mustika Yukti, Sri Rahayu Puji Lestari, Nandy Mardiansyah dan Eros Rosita
Tujuan dari validasi uji daya hantar listrik benih padi adalah Membandingkan dua metode uji DHL benih padi yaitu metode 1 yaitu tiga ulangan benih padi masing-masing 50 butir dan perlakuan perendaman selama 42 jam dalam 100 ml akuabides pada suhu 25oC dengan metode 2 yaitu tiga ulangan benih padi, masing-masing 25 butir, yang direndam selama 24 jam dalam 75 ml akuabides pada suhu 20oC, sehingga diperoleh metode uji DHL yang valid sebagai salah satu metode cepat pendugaan daya berkecambah benih padi.Validasi dilakukan dalam dua tahap, untuk repeatabilitas dilaksanakan di Balai Besar PPMB-TPH dan untuk reproducibilitas dilaksanakan di Balai Besar PMB-TPH dan enam Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari sampai Desember tahun 2012. Pada tahap repeatabilitas, hasil uji DHL dikorelasikan dengan hasil hasil uji daya berkecambah metode standar dan daya tumbuh di lapang. Setelah data korelasi didapat, dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis sebagai pendugaan nilai daya berkecambah dan daya tumbuh di lapang. Pada tahap reproducibilitas, hasil uji DHL dikorelasikan dengan hasil hasil uji daya berkecambah metode standar. Setelah data korelasi didapat, Setelah data korelasi didapat, dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis sebagai pendugaan nilai daya berkecambah sebagai pendugaan nilai daya berkecambah. Perbandingan metode 1 dan metode 2 ditentukan dengan uji T dan menghitung koefisien korelasi uji DHL metode 1 dan metode 2, kemudian dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis untuk mengetahui kemampuan metode 1 dan metode 2 dalam uji DHL benih padi.Kesimpulan yang didapat dari validasi ini adalah 1) Uji DHL metode 1 dan metode 2 mempunyai korelasi yang bagus (r=1) dan tidak berbeda nyata satu sama lainnya, sehingga dapat dikategorikan kedua metode tersebut merupakan metode yang baik untuk uji DHL benih padi. 2) Pendugaan daya berkecambah dan daya tumbuh dengan uji daya hantar listrik belum dapat digunakan pada semua varietas benih padi. 3) Pendugaan daya berkecambah benih padi melalui Uji DHL metode 1 dan metode 2 belum valid. Kata kunci : uji daya hantar litrik, benih padi
2.
VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI KEASLIAN VARIETAS BENIH KEDELAI Sri Budiarti, Tendy Wijiastuti, Umi Sri Rezeki, Alfin Widiastuti Pengembangan metode Simple Sequence Repeat (SSR) varietas kedelai dengan optimasi suhu annealing proses amplifkasi DNA dengan PCR dan modifikasi pada elektroforesis horizontal sehingga prosedur uji lebih sederhana telah dihasilkan TA 2011.Dalam rangka menunjukkan keakuratan metode SSR sebagai metode uji yang dapat memberikan reprodusibilitas hasil uji pada TA 2012 dilaksanakan validasi yang melibatkan laboratorium peserta. Persiapan pengujian dilaksanakan di laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH Cimanggis Jawa Barat dan pelaksanaan validasi metode bersama laboratorium peserta yaitu BPSB Kalbar, BPSB Sulsel, Karantina Tumbuhan Jakarta, BB BIOGEN Bogor dan PKHT IPB. Sampel uji yang digunakan adalah varietas kedelai Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan primer SSR adalah SATT 147 dan SATT 177 (SBS Gene Tech) serta bahan pereaksi PCR core (Promega), elektroforesis menggunakan agarose (Roche) dan pewarnaan DNA menggunakan Gel red (Biotium). Sebelum pelaksanaan validasi dilakukan uji stabilitas bahan uji yang menunjukkan adanya hasil stabil pada visualisasi pita DNA hasil PCR SSR pada empat sampel dengan menggunakan dua primer SSR. Analisa reprodusibilitas hasil uji dilakukan berdasarkan visualisasi pita DNA hasil PCR metode SSR yang dimodifikasi (marker DNA 50 bp Fermentes). Reprodusibilitas hasil uji dari enam peserta validasi metode SSR varietas benih kedelai dimodifikasi memberikan kesimpulan berikut: 1) Prosedur metode uji SSR dimodifikasi meliputi program PCR sebanyak 35 siklus dengan annealing 58ºC, konsentrasi agarose 3 %, running elektroforesis dengan daya yang kurang dari 2 watt, menunjukkan visual pita DNA yang dapat diinterpretasikan; 2) Pelaksana uji yang terlatih memberikan visualisasi pita DNA yang dapat diinterpretasikan; 3) Penggunaan penanda SATT 147 menunjukkan pita DNA yang sama berukuran 240 bp pada Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang di dua peserta (BB BIOGEN dan Balai Besar PPMB-TPH); 4) Penggunaan penanda SATT 177 menunjukkan pita DNA yang sama berukuran 125 bp pada Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro dan 110 bp pada Burangrang di dua peserta (BB BIOGEN dan Balai Besar PPMB-TPH) 5) Metode kebenaran varietas secara molekuler dengan penanda SSR dapat diaplikasikan sebagai pengujian setelah optimasi dan validasi metode uji Kata kunci : Validasi metode, SSR, keaslian varietas, kedelai
3.
VALIDASI NEMATODA TERBAWA BENIH PADI Munawaroh Naimatun Dafikah, Chabrinel, Siti Nurhaeni
Aphelenchoides besseyi adalah nematoda parasit daun yang terbawa benih padi. Tanaman padi yang terserang A. besseyi ujung-ujung daunnya kehilangan klorofil sehingga menjadi putih, karenanya disebut dengan penyakit “pucuk putih” (white tip disease). Prinsip pengujian nematoda terbawa benih padi adalah mendapatkan nematoda parasit Aphelenchoides besseyi dengan metode ekstraksi tertentu, misalnya dengan pembedahan jaringan (de Hulling method) menggunakan alat penghancur (Mill) dan pembedahan jaringan secara manual (pemotongan jaringan). ISTA Rules sebagai salah satu acuan internasional pada pengujian mutu benih telah mempublikasikan suatu metode deteksi nematoda parasit Aphelenchoides besseyi pada benih padi dengan menggunakan suatu alat Mill Husker TR 120 (metode Husker). Metode Husker akan diverifikasi dan divalidasi dengan metode pemotongan jaringan yang selama ini telah digunakan oleh Balai Besar PPMB-TPH. Validasi metode ekstraksi nematoda parasit pada benih padi dilaksanakan pada tahun anggaran Tahun 2012 di Balai Besar PPMB-TPH. Tujuan validasi adalah untuk mendapatkan metode yang paling efektif dan efisien untuk pengujian nematoda terbawa benih padi dalam hal jumlah Aphelenchoides besseyi yang dapat diekstraksi dan diidentifikasi. Bahan yang diperlukan terutama adalah benih padi yang diduga telah terinfeksi nematoda Aphelenchoides besseyi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah nematoda Aphelenchoides besseyi yang dapat diekstraksi dan diidentifikasi signifikan lebih banyak menggunakan metode Husker dibanding dengan metode pemotongan jaringan, sehingga metode pengujian yang efektif dan efisien untuk mendeteksi nematoda terbawa benih padi Aphelenchoides besseyi adalah metode Husker. Kata kunci : Padi, Aphelenchoides besseyi, ISTA Rules 2009
4.
VALIDASI MODIFIKASI UJI ELISA UNTUK DETEKSI VIRUS PADA KEDELAI Nike Fitria Wibawa, Munawaroh Naimatun Dafikah, Siti Nurhaeni, dan Mekky Kusuma Dewi Produktivitas kedelai di Indonesia baru mencapai 1,3 t/ha, lebih rendah dibanding potensi hasil beberapa varietas unggul yang dapat mencapai 2-2,5 t/ha. Salah satu sebab rendahnya produktivitas kedelai nasional adalah rendahnya mutu benih. Berbagai protokol metode pengujian kesehatan benih yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional maupun nasional memiliki beragam tingkat kesulitan, akurasi dan durasinya sehingga diperlukan sistem deteksi yang cepat dan mudah yang dapat diterima secara internasional dan terpercaya dalam sistem sertifikasi benih. Sebagai institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pengembangan metode, Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) turut mengembangkan metode uji virus sejak tahun 2006 dengan melakukan pengembangan metode uji Double Antibody Sandwich Enzyme Linkage Immunosorbent Assay (DAS ELISA/ELISA) yang biasa digunakan dilaboratorium. Dengan menggunakan uji ELISA yang dimodifikasi (Modified DAS ELISA) waktu yang diperlukan untuk pengujian ELISA menjadi lebih singkat dan bahan kimia yang digunakan pun lebih sedikit. Pada metode ini cara pengisian SAP + ekstrak buffer dan conjugate buffer + AB label dilakukan pada tahap yang bersamaan. Hasil validasi metode 2006 menunjukkan bahwa uji Modified Elisa tidak berbeda nyata dengan hasil uji reguler ELISA pada sampel/sumber inokulum CMV pada tanaman tembakau. Berdasarkan hal tersebut Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan validasi metode uji virus yang dimodifikasi dengan menggunakan benih kedelai sebagai model uji. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah hasil validasi metode modifikasi uji ELISA virus memberikan hasil yang akurat, memuaskan dan dapat diterima, sehingga dapat menggantikan metode standar dan untuk memperoleh metode pengujian virus terbawa benih yang efektif (waktu lebih singkat) dan efisien (bahan kimia yang digunakan lebih sedikit). Kegiatan validasi melibatkan beberapa laboratorium sebagai peserta pengujian. Dari 6 (enam) peserta validasi metode pengujian CMV dengan metode Modified DAS ELISA terdapat 1 (satu) laboratorium yang menunjukan hasil yang berbeda yaitu hasil negatif seharusnya positif. Seluruh hasil pengujian tidak akan terlepas dari adanya error yang sulit untuk dihindari baik pada prosedur pengujian, penanganan contoh uji ataupun personil pelaksana penyiap contoh uji. Pada hasil validasi tersebut diatas terdapat false negatif yaitu error yang terjadi dimana contoh uji yang dinyatakan negatif/tidak terinfeksi padahal terinfeksi/positif. Hasil negatif palsu bisa terjadi karena beberapa kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat pengujian atau kesalahan dalam penyiapan, atau pengujian tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, akibat terjadi kekeliruan dalam menginterpretasikan hasil yang sebenarnya. Kata Kunci : Uji ELISA, Deteksi Virus, Kedelai
5. KAJIAN MASA BERLAKULABEL BENIH HIBRIDA Sri Rahayu Puji Lestari, Rahayu Nurkartika, Dina Maryanti dan Arumasih Prijatin Handajani Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua induk (genetically-fixed varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis), terutama potensi hasilnya. Akan tetapi efek heterosis ini akan hilang pada generasi berikutnya. Oleh sebab itu, benih yang dihasilkan padi hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Hal ini menyebabkan bisnis benih hibrida menjadi menarik, karena petani akan tergantung pada pasokan benih dari produsennya. Hasil pra pengembangan metode, ternyata dari tiga (3) varietas padi hibrida yang berasal dari produsen yang berbeda, mutu benih mengalami penurunan dibandingkan dengan data pada label, meskipun baru berumur sekitar dua bulan setelah panen. Berdasarkan hal tersebut, dilaksanakan pengembangan metode berupa kajian masa berlaku label benih hibrida dengan menggunakan beberapa varietas yang beredar dan berasal dari produsen yang berbeda.Tujuan dari pengembangan metode ini mengkaji/mengevaluasi masa berlaku label benih padi hibrida dengan memantau mutu fisik, fisiologis dan patologis benih tersebut masa simpan sampai dengan 9 bulan. Kegiatan pengembangan metode ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) Tapos, Depok pada Tahun Anggaran 2012. Bahan yang digunakan benih padi hibrida varietas Hipa 14 dan Hipa 7 dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi dan SL 8 dari PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) Sukamandi, Jawa Barat. Alat yang digunakan termohygrometer digital, rak penyimpanan benih, peralatan untuk pengujian kadar air, daya berkecambah, dan cendawan terbawa benih. Metode dilaksanakan dengan mempersiapkan contoh benih padi hibrida dari beberapa varietas, mengemas contoh benih yang digunakan dengan plastik tebal yang seperti digunakan produsen benih, melakukan pengujian awal dengan parameter kemurnian, kadar air, daya berkecambah, dan cendawan terbawa benih, menyimpan contoh benih pada suhu ruang, melakukan pengujian setiap bulan simpan. Dari hasil pengembangan metode ini dapat disimpulkan bahwa untuk penyimpanan benih diperlukan daya berkecambah awal yang tinggi. Kemurnian benih padi hibrida sesuai dengan ketentuan yang berlaku menunjukkan mutu prosessing telah dilaksanakan cukup baik. Benih Hipa 14 tahan disimpan pada suhu ruang, benih SL 8 dan Hipa 7 tidak tahan disimpan pada suhu ruang. Penurunan daya berkecambah padi hibrida yang cepat disebabkan oleh kondisi morfologi benih padi hibrida yang sebagian paleanya terbuka dan tidak terisi penuh. Suhu yang disarankan untuk penyimpanan padi hibrida adalah 18 0C dengan RH 45%. Cendawan terbawa benih yang terdeteksi selama 3 bulan penyimpanan yaitu Curvularia sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp., Fusarium esculentum dan Penicillium sp.
Kata kunci : masa berlaku label, padi hibrida
6. UJI VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max) DENGAN METODE PENGUKURAN PEMUNCULAN AKAR (RADICLE EMERGENCE) Dina, Aditya Kusumawardana, Vine Egistiani S dan Ismiatun Untuk dapat mencapai produksi nasional kedelai diperlukan benih kedelai dalam jumlah dan mutu yang memadai. Pengadaan benih kedelai sering menjadi kendala karena mutunya yang cenderung cepat turun. Apabila benih yang dihasilkan akan segera ditanam atau disalurkan, maka semakin cepat benih tersebut diketahui mutunya akan semakin baik. Tanpa meniadakan pengujian daya berkecambah (yang membutuhkan waktu hingga 8 hari), dapat dilakukan uji cepat vigor (dalam waktu kurang dari 8 hari) yang dapat mengetahui mutu perkecambahan lebih awal. Metode uji vigor yang dinilai sederhana dan cepat adalah uji Radicle Emergence (RE), yaitu dengan mengukur panjang radikula pada tahap awal perkecambahan. Tujuan kegiatan ini adalah (1) menentukan metode uji RE (suhu, waktu pengamatan dan panjang radikula) untuk benih kedelai dan (2) menentukan korelasi uji RE dengan uji Accelerated Ageing (AA) untuk lot benih yang memiliki nilai DB minimal 80%. Hipotesis yang diajukan adalah (1) hasil uji RE tidak berbeda nyata dengan hasil uji vigor AA pada benih kedelai, (2) hasil uji RE memiliki korelasi yang positif dengan uji vigor AA dan (3) hasil uji RE memiliki korelasi yang tinggi dengan nilai AA. Hasil percobaan pendahuluan pada benih kedelai menunjukkan panjang radikula yang dapat terlihat dengan mata tanpa perlu bantuan alat lain, tetapi di awal perkecambahan sebagai calon metode uji RE benih kedelai adalah dilakukan pada suhu 25oC dan pengukuran radikula dilakukan setelah 30 jam. Panjang radikula yang diperhitungkan telah muncul (emerge) setidaknya 2 mm. Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap 52 lot benih kedelai yang diambil dari provinsi Jawa Barat, Banten, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, sesuai dengan ketersediaan benih. Pengujian dilakukan terhadap parameter DB, AA dan RE. Hasil pengujian menunjukkan uji RE mampu membedakan tingkat mutu lotlot benih yang memiliki nilai DB relatif sama. Uji korelasi menunjukkan nilai korelasi yang positif dengan koefisien korelasi 0,700 yang menunjukkan hubungan yang kuat antara AA dan RE dan tidak ada perbedaan antara persentase AA dan RE menurut uji-t dengan thitung 0,591 lebih kecil dibandingkan ttable 1,997. Metode uji RE untuk benih kedelai direkomendasikan dilakukan pada suhu 25oC (dapat bersamaan dengan uji daya berkecambah) menggunakan metode uji kertas filter digulung dan didirikan (between paper), dan pengukuran radikula dilakukan setelah 30 jam dengan panjang radikula yang diperhitungkan telah muncul (emerge) minimal 2 mm. Untuk melihat korelasinya dengan daya tumbuh di lapang maka disarankan di tahun 2013 dilakukan penanaman di lapang pada setidaknya 15 lot benih kedelai yang terdiri dari 3 varietas pada 3 level vigor yang berbeda. Selain itu, perlu dilakukan pula validasi metode dengan melibatkan sedikitnya enam laboratorium benih (baik BPSB maupun produsen benih) untuk menentukan reprodusibilitas metode RE ini.
Kata kunci: Glycine max, uji vigor, radicle emergence
7. DETEKSI BENIH PRODUK REKAYASA GENETIKA (PRG) Sri Budiarti, Umi Sri Rezeki dan Alfin Widiastuti Tujuan pengembangan metode ini untuk memperoleh metode dan prosedur uji deteksi PRG yang aplikatif bagi laboratorium pengujian mutu benih. Pasar global benih PRG mulai bergerak ke Indonesia, memasuki tahap pengkajian keamanan hayati dan pangan. Untuk itu Indonesia harus mempersiapkan kapasitas pengujian mutu benih tanaman PRG, untuk penandaan PRG pada label benih sebagai informasi bagi konsumen benih dan pemilik sebagai bentuk jaminan mutu. Laboratorium biomolekuler (DNA), melaksanakan pengembangan metode (PM) deteksi PRG pada kedelai dan jagung, mengingat informasi metode uji deteksi PRG bermanfaat dalam sertifikasi benih. Metode uji deteksi PRG dengan PCR mempunyai kelebihan yaitu sensitif mendeteksi pada konsentrasi rendah; selektif; sampel uji (DNA) sangat sedikit; molekul DNA relative stabil dan pereaksi yang digunakan dalam volume sangat rendah. Diharapkan metode uji deteksi PRG dapat diaplikasikan oleh laboratorium penguji di daerah yang memiliki sumber daya dan fasilitas uji DNA sehingga dapat berperan aktif dalam pengawasan benih di pasaran. Pengembangan metode di lakukan di laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH Cimanggis Jawa Barat pada TA 2012. Pengambilan sampel uji secara acak yang diduga PRG (bukan benih kedelai 11 sampel dan bukan benih jagung empat sampel) dari pasar tradisional dan swalayan di Jawa Barat. Sedangkan sampel uji diduga bukan PRG diambil secara acak pada dua varietas benih kedelai dan dua varietas benih jagung. Bahan pereaksi yang digunakan tahap isolasi DNA sesuai metode Sambrook (1987), tahap amplifikasi DNA (PCR) menggunakan Go Tag Green Master Mix (Promega), tahap elektroforesis menggunakan agarose SFR (Fermentes) dan Gel Red (Biotium) untuk pewarnaan DNA. Metode deteksi PRG yang dikembangkan adalah Polimerase Chain Reaction (PCR) menggunakan penanda PRG (produk FBCO) yaitu primer 35S; primer NOS dan primer PUbi terdapat pada jagung. Reference Materials (RM) GMO pada kedelai yang mengandung 2 % PRG (Fluka) digunakan sebagai acuan dalam uji deteksi metode PCR. Reaksi PCR menggunakan komposisi terdiri dari PCR mix, 6.3uL; primer penanda PRG (Forward + Reverse), 2 uL; DNA cetakan (sampel uji), 1 uL dan dd H2O, 15.7 uL (total 25 uL). Program PCR uji meliputi tahap berikut denaturasi awal (94ºC) selama 5 menit (1 siklus); tahap kedua terdiri denaturasi (94 ºC) annealing (60 ºC); sintesa (72 ºC) masing-masing 1 menit (35 siklus) dan tahap ketiga (72 ºC) selama 1 menit (1 siklus). Interpretasi hasil deteksi PRG yang positif terbaca dari pita DNA RM kedelai, dapat beramplifikasi dengan penanda 35S pada 195 base pair (bp) dan penanda NOS pada 180 bp. Berdasarkan hasil PM dapat disimpulkan bahwa. 1) Metode Polimerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan sebagai metode uji deteksi PRG (secara kualitatif) dengan menggunakan penanda PRG dan 2) Optimasi metode PCR deteksi PRG dalam PM memberikan prosedur deteksi uji yang aplikatif Kata kunci: Produk Rekayasa Genetik, Polimerase Chain Reaction, Primer 35S, NOS.
8. KAJIAN DAYA SIMPAN UBIJALAR BERUPA UMBI Chabrinel, Alfin Widiastuti, Aditya Kusumawardana dan Agha Margapranata Salah satu permasalahan dalam pengembangan produktivitas ubijalar adalah masalah penerapan teknologi benih unggul yang belum teradopsi dengan baik. Penyimpanan benih ubijalar dalam bentuk stek dan umbi menjadi salah satu aspek yang menarik untuk dikaji dalam rangka mendukung penerapan teknologi benih unggul ubijalar. Pengembangan metode ini bertujuan untuk mengobservasi daya simpan benih ubi jalar dalam bentuk umbi pada suhu ruang yang berbeda. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa suhu penyimpanan berpengaruh terhadap mutu umbi dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya tumbuh umbi ubijalar. Percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok dengan 2 faktor yaitu suhu dan lama penyimpanan. Suhu penyimpanan terdiri dari dua taraf yaitu pada ruangan terkendali dan suhu ruang, sedangkan lama penyimpanan terdiri dari 5 taraf yaitu 15, 30, 45, 60 dan 75 hari. Varietas yang digunakan adalah Beta 2, diulang tiga kali. Seleksi umbi dilakukan terhadap bahan yang bebas penyakit, serta sehat dan normal. Setiap ulangan terdiri dari 5 umbi yang seragam dengan ukuran berat 150 – 200 gram. Pengamatan dilakukan pada setiap taraf waktu penyimpanan dan dilihat jumlah umbi/stek yang bertunas selama pengujian. Pengujian terhadap muncul tidaknya tunas dilakukan selama rentang waktu satu bulan. Untuk melihat pertumbuhan di lapang maka pertanaman yang ada di polybag dilanjutkan dengan penanaman di lapang. Hasil penelitan menunjukkan bahwa penyimpanan benih ubijalar dalam bentuk umbi pada ruang AC sampai 75 hari dapat mempertahankan kemampuan umbi bertunas 100% di lapang dan tidak bertunas selama penyimpanan. Ruangan tidak ber-AC (suhu ruang) mempercepat tumbuhnya tunas pada ubi. Rata-rata jumlah ubi bertunas pada suhu ruang 4,73, lebih tinggi daripada suhu AC yaitu 4. Lama penyimpanan pada penelitian ini adalah 15 hari, 30 hari, 45 hari, 60 hari dan 75 hari. Tunas terpanjang terdapat pada awal penyimpanan 30 hari, baik itu pada suhu ruang maupun suhu AC. Pada suhu ruang, rata-rata panjang tunas mencapai 5,56 cm dan pada suhu AC sedikit lebih terhambat pertumbuhan tunasnya yaitu 3,93 cm. Terdapat korelasi antara suhu ruang dan suhu AC terhadap lama penyimpanan dengan nilai r = 0,945. Hal ini membuktikan bahwa suhu ruang dan suhu AC mempunyai hubungan dengan lama penyimpanan ubi dalam bentuk panjang tunas. Suhu ruang menghasilkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan suhu AC. Kata kunci: Ubijalar, penyimpanan, umbi, daya tumbuh dan tunas.