70
3
0.521
Valid
4
0.477
Valid
5
0.513
Valid
6
0.424
Valid
7
0.576
Valid
8
0.705
Valid
9
0.603
Valid
10
0.706
Valid
Dari hasil pengujian ini, diketahui bahwa r tabel = 0.312 dan semua hasil validitas pertanyaan dari kuesioner penilaian identifikasi gaya kepemimpinan berdasarkan aspek perhatian berada di atas angka 0.312 yang berarti semuanya dinyatakan valid.
4.4 Tabel Uji Validitas kuesioner penilaian efektivitas manajemen SDM Diketahui N = 40, r = 0.312 ptanyaan
Hasil uji validitas
kesimpulan
1
0.804
Valid
2
0.768
Valid
3
0.827
Valid
4
0.738
Valid
5
0.754
Valid
6
0.826
Valid
7
0.628
Valid
8
0.666
Valid
9
0.765
Valid
10
0.782
Valid
11
0.72
Valid
12
0.79
Valid
13
0.728
Valid
14
0.788
Valid
71
Dari hasil pengujian ini, diketahui bahwa r tabel = 0.312 dan semua hasil validitas pertanyaan dari kuesioner penilaian efektivitas manajemen SDM berada di atas angka 0.312 yang berarti semuanya dinyatakan valid.
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicoba secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha, yaitu dengan membandingkan nilai koefisien alpha yang diperoleh dari SPSS dengan nilai kritis tabel korelasi untuk N = 80, dan N = 40. Dari tabel, diketahui untuk N = 80 nilai r dengan a = 0.05 adalah 0.220. Untuk N = 40 nilai r dengan a = 0.05 adalah 0.312.
Uji reabilitas kuesioner mengukur kepuasan kerja karyawan secara umum. Berikut ini adalah uji reliabilitas 19 pertanyaan dari kuesioner kepuasan kerja : R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
66.6375 65.8250 66.2250 66.0000 66.2375 66.0000 66.0125 65.7375 65.9000 66.0625
69.2214 67.8677 70.9361 66.0253 68.8163 64.4304 67.0758 68.1454 67.0785 67.8821
Corrected ItemTotal Correlation .2395 .6423 .2607 .5522 .3315 .6683 .4591 .4173 .5300 .4345
Alpha if Item Deleted .8716 .8542 .8662 .8553 .8649 .8502 .8593 .8609 .8564 .8602
72
VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019
65.3875 66.4875 65.8750 66.2625 65.6625 66.1500 65.4375 65.6875 65.2125
68.9998 68.8606 68.0854 63.7657 67.7201 66.7620 70.1226 67.9138 68.8530
Reliability Coefficients N of Cases = 80.0 Alpha =
.5782 .3019 .5168 .7132 .6079 .5865 .3856 .4481 .5167
.8567 .8669 .8572 .8482 .8547 .8544 .8617 .8596 .8577
N of Items = 19
.8653
Dari hasil diatas, telah dilihat hasil koefisien Alpha adalah 0.8653 dan nilai kritis tabel adalah 0.220. Setelah dilakukan hasil uji reliabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil koefisien Alpha sebesar 0.8653 berada diatas angka 0.220. Berarti, pertanyaan dalam kuesioner mengukur kepuasan kerja karyawan secara umum dapat dinyatakan reliabel
Uji reliabilitas kuesioner identifikasi gaya kepemimpinan berdasarkan aspek pengarahan Setelah dilakukan uji validitas, telah disimpulkan bahwa 10 pertanyaan dalam kuesioner gaya kepemimpinan berdasarkan aspek pengarahan dinyatakan valid. Langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitasnya. Berikut adalah hasil uji reliabilitas kuesioner identifikasi gaya kepemimpinan berdasarkan aspek pengarahan :
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
34.8500 35.0000 35.0000 34.9750 34.9000
21.0538 21.1282 21.4872 21.0506 21.4256
Corrected ItemTotal Correlation .6633 .6696 .5391 .5058 .5364
Alpha if Item Deleted .8254 .8253 .8356 .8396 .8359
73
VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010
35.6000 34.7000 34.8000 35.0250 34.8000
23.4256 21.2410 21.5487 19.6660 21.4974
.1945 .6503 .5830 .7092 .5564
.8699 .8268 .8322 .8186 .8342
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
40.0
N of Items = 10
.8489
Dari hasil diatas, telah diperoleh hasil koefisien Alpha adalah 0.8489 dan nilai kritis tabel adalah 0.312. Setelah dilakukan hasil uji reliabilitas diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil koefisien Alpha sebesar 0.8489 berada diatas angka 0.312. Berarti, pertanyaan dalam kuesioner identifikasi gaya kepemimpinan berdasarkan aspek pengarahan dinyatakan reliabel.
Uji reliabilitas identifikasi gaya kepemimpinan atasan berdasarkan aspek perhatian Berikut ini adalah uji reliabilitas 10 pertanyaan dari kuesioner identifikasi gaya kepemimpinan atasan berdasarkan aspek perhatian :
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
32.5250 32.6250 33.2500 32.3000 32.7250 32.1000 32.4750 32.6750
25.9994 24.2404 25.0128 26.9846 25.5891 26.9128 25.2814 23.7635
Corrected ItemTotal Correlation .3885 .4741 .3362 .3566 .3495 .2669 .4419 .5961
Alpha if Item Deleted .7465 .7345 .7582 .7505 .7530 .7623 .7394 .7172
74
VAR00009 VAR00010
32.6000 32.5250
25.5795 23.9994
.4918 .6032
.7344 .7173
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
40.0
N of Items = 10
.7615
Dari hasil diatas, telah diperoleh hasil koefisien Alpha adalah 0.7615 dan nilai kritis tabel adalah 0.312. Setelah dilakukan hasil uji reliabilitas diatas, dapat dilihat bahwa hasil koefisien Alpha sebesar 0.7615 berada diatas angka 0.312. Berarti, pertanyaan dalam kuesioner identifikasi gaya kepemimpinan atasan berdasarkan aspek perhatian dapat dinyatakan reliabel.
Uji Reliabilitas kuesioner Efektivitas Manajemen SDM Setelah dilakukan uji validitas, telah disimpulkan bahwa 14 pertanyaan dalam kuesioner menilai efektivitas Manajemen SDM dinyatakan valid. Langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitasnya. Berikut adalah hasil uji reliabilitas kuesioner menilai efektivitas Manajemen SDM :
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
37.5250 37.6500 37.6000 37.4000 37.5750
74.8712 77.6692 75.3744 76.8615 78.9686
Corrected ItemTotal Correlation .7572 .7236 .7887 .6820 .7113
Alpha if Item Deleted .9362 .9369 .9349 .9384 .9373
75
VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014
37.2250 37.4500 37.5250 37.4000 37.5250 37.7000 37.5000 37.5000 37.6250
78.6917 80.9718 81.3327 79.9897 77.6404 79.0359 77.6410 79.7949 76.7019
.7975 .5690 .6179 .7291 .7398 .6710 .7500 .6838 .7446
.9353 .9409 .9397 .9371 .9364 .9383 .9361 .9380 .9363
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
40.0
N of Items = 14
.9415
Dari hasil diatas, telah diperoleh hasil koefisien Alpha adalah 0.9415 dan nilai kritis tabel adalah 0.312. Setelah dilakukan hasil uji reliabilitas diatas, dapat dilihat bahwa hasil koefisien Alpha sebesar 0.9415 berada diatas angka 0.312. Berarti, pertanyaan dalam kuesioner menilai efektivitas manajemen SDM dinyatakan reliabel.
4.12 Intrepetasi Data 4.12.1 Intrepetasi Data Kepuasan Kerja Dengan Menggunakan SPSS SPSS digunakan Untuk mengetahui rata-rata kepuasan kerja karyawan PT JACOLINTEX. Dengan menggunakan SPSS, data-data yang didapat dari hasil pembagian kuisioner sebelumnya dapat di intrepetasikan menjadi angka yang dapat menunjukan nilai kepuasan dengan menghitung nilai rata-rata atau mean. Nilai rata-rata kepuasan kerja dari masing-masing karyawan dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah perolehan Mean yang didapat dari analisis desktriptif : Tabel 4.5 Descriptive Statistics kepuasan kerja N KEPUASAN
80
Valid N (listwise)
80
Minimum 2.47
Maximum 4.58
Mean 3.6632
Std. Deviation .45581
76
Hasil analisis dengan mean diatas dapat diinterpretasikan rata-rata kepuasan kerja karyawan di PT JACOLINTEX berada pada nilai 3,6632 dalam skala 5. Artinya, secara keseluruhan kepuasan kerja karyawan termasuk dalam kategori puas.
4.12.2 Interepetasi Data Identifikasi Gaya kepemimpinan Dalam menganalisa gaya kepemimpinan perusahaan, kuisioner dibagi menjadi dua bagian, dimana pada bagian yang pertama digunakan untuk mengidentifikasi pengarahan yang diberikan pemimpin kepada bawahannya, sedangkan pada bagian yang kedua di gunakan untuk mengidentifikasi perhatian yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya. Nilai rata-rata identifikasi gaya kepemimpinan dari masing-masing karyawan dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut ini adalah hasil mean
yang didapat dari
perhitungan analisis deskriptif :
Hasil Mean dari gaya kepemimpinan menurut aspek pengarahan Tabel 4.6 Descriptive Statistics gaya kepemimpinan pengarahan N KEP1
40
Valid N (listwise)
40
Minimum 2.60
Maximum 4.80
Mean 3.8850
Std. Deviation .50917
Hasil analisis dengan mean di atas dapat di intrepetasikan rata-rata penilaian identifikasi gaya kepemimpinan atasan atas dasar pengarahan berada pada nilai 3,8850 dalam skala 5. Artinya, secara keseluruhan identifikasi gaya kepemimpinan menurut aspek pengarahan termasuk dalam kategori cukup pengarahan.
77
Hasil Mean dari gaya kepemimpinan menurut aspek perhatian Tabel 4.7 Descriptive Statistics gaya kepemimpinan perhatian N KEP2
40
Valid N (listwise)
40
Minimum 2.40
Maximum 4.80
Mean 3.6200
Std. Deviation .55201
Hasil analisis dengan mean di atas dapat di intrepetasikan rata-rata penilaian identifikasi gaya kepemimpinan atasan atas dasar perhatian berada pada nilai 3,6200 dalam skala 5. Artinya, secara keseluruhan identifikasi gaya kepemimpinan berdasarkan aspek perhatian termasuk dalam kategori cukup perhatian.
4.12.3 Intrepetasi Data Penilaian Efektivitas Manajemen SDM Nilai rata-rata efektivitas manajemen SDM dari masing-masing karyawan dapat dilihat pada lembar lampiran. Berikut ini adalah hasil mean dari analisis deskriptif penilaian efektivitas manajemen SDM :
Tabel 4.8 Descriptive Statistics efektivitas MSDM
N EFEKTIV
40
Valid N (listwise)
40
Minimum 2.00
Maximum 5.00
Mean 2.8857
Std. Deviation .67894
Hasil analisis dengan mean di atas dapat di intrepetasikan rata-rata penilaian efektivitas Manajemen SDM di PT JACOLINTEX berada pada nilai 2,8857 dalam skala 5. Artinya, secara keseluruhan Efektivitas Manajemen SDM di PT JACOLINTEX termasuk dalam kategori cukup (biasa-biasa saja).
78
4.13 Hasil Pembahasan Setelah dilakukannya riset evaluasi SDM di PT JACOLINTEX, telah didapat hasil dan kesimpulan tentang gambaran SDM dan Manajemen SDM di PT JACOLINTEX. tujuan evaluasi adalah mendapatkan informasi faktual dan signifikan berupa data hasil analisa, penilaian, rekomendasi periset yang dapat digunakan oleh auditee atau manajemen untuk berbagai keperluan seperti pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan atau perubahan dalam berbagai aspek dalam upaya mengamankan kebijakan dan mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan Top Management
adalah pernyataan direktur PT JACOLINTEX tentang
kondisi SDM di PT JACOLINTEX, dan menyatakan perlunya dilakukan evaluasi dengan harapan evaluasi SDM dapat berisi laporan dan saran yang dapat meningkatkan kinerja karyawan juga efektivitas manajemen SDM. Direktur juga mengarahkan kepada para staff dan karyawannya untuk mendukung dan memberikan informasi kepada periset yang melakukan evaluasi SDM di PT JACOLINTEX. Beberapa aktivitas evaluasi SDM telah dijalankan oleh periset, guna mendapatkan gambaran yang sebenarnya, informasi yang sedetil-detilnya, serta data yang didapatkan secara langsung oleh auditee. Beberapa aktivitas evaluasi SDM yang telah dijalankan oleh periset di PT JACOLINTEX adalah : •
Mengamati kegiatan. Periset memulai evaluasi SDM dengan melakukan pengamatan aktivitas kerja di PT JACOLINTEX. Dari pengamatan tersebut telah didapat beberapa informasi, yang berisikan tentang masalah-masalah SDM di perushaan. Dari masalah tersebut, ditentukan lingkup sdm yang akan di evaluasi, yaitu kepuasan kerja karyawan, gaya kepemimpinan dan efektivitas manajemen SDM.
•
Meminta penjelasan atau menanyakan. Periset meminta penjelasan kepada Manajer Personalia di perusahaan tentang ketiga lingkup SDM yang akan di
79
evaluasi, yaitu Kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, dan efektivitas manajemen SDM. •
Menelaah dokumen. Periset meminta dokumen yang berisikan mengenai standard atau ketentuan prosedur-prosedur di perusahaan, seperti visi misi perusahaan, dan sertifikat WRAP.
•
Mencari bukti-bukti. Dalam proses evaluasi, periset mendapatkan dokumendokumen yang berisikan tentang data keluar masuknya karyawan, dokumen karyawan yang melakukan tindakan indisipliner dan replacement pegawai.
•
Memeriksa Silang. Periset juga mengumpulkan data-data dari departemen keuangan sebagai pembanding
informasi yg di dapat dari departemen
personalia. •
Mewawancarai responden. Periset mewawancarai beberapa karyawan pada sebagian unit yang akan di evaluasi, yaitu personalia, keuangan, dan buruh lapangan tetap.
•
Melakukan survei dengan angket. Periset melakukan desain riset deskriptif menggunakan kuesioner kepada ketiga lingkup SDM yang di evaluasi dan kemudian dilakukan interpretasi data.
•
Menilai Data dan fakta. Dari hasil riset deskriptif tersebut, periset mendapatkan gambaran yang berisi nilai dari ketiga lingkup SDM yang di evaluasi, yaitu tingkat kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, dan efektivitas SDM.
•
Menyimpulkan.
Setelah
evaluasi
selesai
dilakukan,
periset
dapat
menyimpulkan hasil dari evaluasi tersebut berdasarkan informasi dan pengolahan data yang dilakukan. Kemudian periset memberikan saran-saran dalam upaya perbaikan dan pengembangan dari 3 lingkup SDM tersebut.
80
4.13.1 Pembahasan Lingkup SDM Yang Telah di Evaluasi Dari beberapa permasalahan SDM yang ada di PT JACOLINTEX, telah ditentukan 3 lingkup SDM yang telah di evaluasi. 3 lingkup tersebut adalah kepuasan kerja karyawan, identifikasi gaya kepemimpinan atasan, dan efektivitas manajemen SDM. Pembahasan ini merupakan hasil evaluasi SDM yang telah dilakukan di PT JACOLINTEX.
4.13.1.1 Kepuasan Kerja Riset kepuasan kerja yang ditujukan kepada buruh-buruh karyawan pekerja pabrik yang sebagian besar berjenis kelamin wanita serta staff manajemen perusahaan. Setelah dilakukannya pelaksanaan evaluasi SDM tahap pertama, telah ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya adalah masalah indisipliner karyawan. Beberapa karyawan terdeteksi melakukan tindakan indisipliner seperti mengurangi usaha dan datang terlambat. Respon ketidakpuasan ini merupakan tanggapan neglect yang dilakukan oleh para karyawan. Manajer SDM menyatakan bahwa, perusahaan ini baru saja menyesuaikan UMP sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menyatakan bahwa kepuasan buruh meningkat. Para buruh juga mengeluhkan, bahwa target produksi yang diinginkan perusahaan terlalu tinggi, dan tidak disesuaikan dengan kemampuan mereka. Walaupun adanya ketidakpuasan terhadap sistem kerja, rasa loyalitas buruh dapat dikatakan tinggi, karena beberapa buruh ada yang telah bekerja di perusahaan ini selama belasan tahun. Dalam permasalahan ini, respon ketidak puasan kerja ditunjukkan dengan tanggapan Loyality. Loyality merupakan ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi optimis dengan menunggu kondisi untuk diperbaiki. Tetapi, beberapa bulan ini telah terdeteksi adanya beberapa buruh mengundurkan diri karena ingin bekerja di Perusahaan garmen baru yang lokasinya terletak tidak jauh dari PT JACOLINEX. Pengunduran diri ini merupakan tanggapan Exit yang oleh para karyawan khususnya buruh perusahaan. Tindakan yang cenderung negatif tersebut merupakan ancaman bagi perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Greenberg dan baron (2003,
81
p149) dalam Wibowo (2007, p314), yang menjelaskan bahwa manajer dan profesional cenderung lebih puas dari pada pekerja fisik dan pekerja pabrik. Sehingga, dalam pengamatan serta wawancara individual jarang ditemukan ketidakpuasan kerja yang dialami karyawan bagian manajerial. Walaupun pada kenyataannya banyak buruh yang merasa tidak puas, tidak sedikit indikasi akan kepuasan kerja yang juga dinyatakan oleh beberapa buruh. Para buruh menyatakan bahwa mereka cocok dengan lingkungan kerjanya, mereka menikmati pekerjaan yang dilakukannya, dan hubungan antar sesama buruh yang baik. Jika dicocokkan dalam teori Kreitner dan Kinicki (2007, p225) tentang kepuasan kerja di PT JACOLINTEX, faktor penyebab kepuasan kerja tersebut adalah Value Attainment, yaitu kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting dan juga faktor genetik yang didasarkan dari sifat pribadi karyawan. Setelah diketahuinya faktor ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja karyawan pada PT JACOLINTEX, belum dapat disimpulkan apakah tingkat kepuasan kerja di PT JACOLINTEX tinggi atau rendah. Untuk mengetahui Tinggi atau rendahnya kepuasan kerja di PT JACOLINTEX, maka dilakukan riset deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil interpretasi data dari sampel yang diambil pada PT JACOLINTEX, dapat disimpulkan bahwa Tingkat kepuasan kerja karyawan pada PT JACOLINTEX berada pada tingkat puas yaitu pada nilai 3,6632 (berdasarkan nilai range pada Tabel 4.1). Untuk meningkatkan kinerja karyawan pada PT JACOLINTEX ini, tingkat puas belum dapat mendukung sepenuhnya untuk meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan ini. Peran manajer personalia sangat dibutuhkan untuk peningkatan kepuasan kerja karyawan di PT JACOLINTEX. Jika kepuasan karyawan sudah berada pada tingkat sangat baik, tentunya akan dapat meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan, terciptanya suasana kerja yang baik cenderung akan menunjang karyawan untuk lebih optimal dan juga dapat meminimalisasi masalah indisipliner yang terjadi di PT JACOLINTEX. Hal ini disebabkan
82
karena, akan bertambahnya rasa kepuasan para karyawan terhadap pekerjaan yang ia lakukan. Dari hasil pembahasan tingkat kepuasan kerja karyawan di PT JACOLINTEX ini, diharapkan
dapat
membantu
manajer
personalia
ataupun
pimpinan
untuk
meng-
implementasikan hal-hal yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan agar terjadi peningkatan kinerja karyawan secara keseluruhan.
4.13.1.2 Pembahasan Indentifikasi Gaya Kepemimpinan Atasan Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi atau menggerakkan bawahan agar mau melaksanakan apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pimpinan tersebut. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang diharapkan agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hasil yang didapat setelah dilakukannya wawancara dan pengamatan, karyawan perusahaan lebih banyak mengeluh mengenai gaya kepemimpinan yang dimiliki expatriat atau sumber daya menusia dari luar indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan perbedaan kultur serta pandangan, serta kendala bahasa yang kadang menjadi hambatan karyawan dalam mengerjakan tugasnya. Namun, setelah wawancara dan pengamatan lebih lanjut, karyawan merasakan kesamaan tujuan atau visi yang dimiliki pimpinan, baik oleh expatriat, maupun pemimpin pribumi. Berangkat dari hal tersebut, kesamaan visi dan misi membuat pemimpin PT JACOLINTEX sangat memperhatikan karyawannya, seperti selalu mempertimbangkan masalah dan kesejahteraan karyawan, serta, bila merujuk kepada misi perusahaan dimana perusahaan berkeinginan memajukan SDM pribumi yang terampil membuat perusahaan sangat terdorong untuk selalu mengarahkan karyawan agar mampu memaksimalkan potensi diri masing-masing karyawan, seperti disiplin diri dan pengertian akan tugas yang di emban di jelaskan rinci. Kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa gaya kepemimpinan yang di
83
miliki oleh perusahaan adalah dengan membagikan kuisioner, dimana kuisioner tersebut dibagikan kepada karyawan bagian staff untuk diisi dan kemudian di analisa. Kuisioner yang digunakan dalam menganalisa gaya kepemimpinan dikembangkan oleh universitas Ohio, yaitu LBDQ (The Leader Behavior Description Questionnaire). Dalam kuisioner LBDQ, pertanyaan dibagi menjadi dua bagian, dimana bagian pertama menjelaskan tentang pengarahan yang diberikan oleh seorang pemimpin dan bagian kedua mengenai perhatian yang diberikan seorang pemimpin kepada bawahannya. Setelah di lakukan pembagian kuisioner, hasil kuisioner di hitung untuk mengetahui nilai mean yang dimiliki setiap bagian, dimana bagian pertama gaya kepemimpinan mengenai pengarahan menghasilkan nilai sebesar 3.8850, sedangkan untuk aspek perhatian memiliki nilai sebesar 3.6200. Kedua nilai tersebut berada pada range 3,43 – 4,22 (tabel 4.1) yang mana memiliki arti bahwa kedua nilai tersebut adalah cukup perhatian, maupun cukup pengarahan. Perlu diperhatikan bahwa, hasil kuisioner tersebut menguatkan pendapat, serta pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada karyawan perusahaan tersebut, sehingga perusahaan harus mempertahankan gaya kepemimpinan mereka dan memperbaiki kendala-kendala yang menjadi masalah dalam kepemimpinan perusahaan. Hal tersebut perlu dilakukan agar, perusahaan mampu memiliki gaya kepemimpinan yang memiliki tinggi perhatian dan juga memiliki tinggi pengarahan seperti yang tertera pada Gambar 2.2 mengenai gaya dasar kepemimpinan.
4.13.1.3 Pembahasan Penilaian Efektivitas Manajemen SDM Pada PT JACOLINTEX Efektivtas SDM merupakan proses dimana terciptanya suatu kondisi dimana pegawai dapat mencapai produktivitas yang tinggi, pegawai mampu bertahan dan tetap bekerja dalam organisasi atau perusahaan dalam waktu yang relatif lama, rendahnya tingkat ketidakhadiran dan akhirnya pegawai merasa puas dalam menjalankan tugasnya di
84
organisasi atau perusahaan. Apabila hal ini tercipta, maka dapat dikatakan bahwa lingkup pekerjaan bagian kepegawaian adalah efektif. Berikut ini adalah beberapa gambaran yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan mengenai efektivitas manajemen SDM yang berkaitan dengan sasaran-sasaran efektivitas manajemen SDM . •
Perencanaan SDM dilakukan dengan cara man power budgeting, setiap akhir tahun, masing-masing divisi merencanakan kebutuhan pekerjanya sesuai dengan kondisi divisinya pada saat itu. Man power budgeting meliputi perencanaan kebutuhan pegawai jika suatu saat divisi membutuhkan pegawai.
•
Manajemen SDM di PT JACOLINTEX belum membuat analisis jabatan secara formal. Jika dikaitkan dengan pendapat Dessler, informasi yang dihasilkan oleh analisis jabatan merupakan dasar bagi beberapa kegiatan manajemen SDM yang saling berkaitan, yaitu rekruitmen dan seleksi, kompensasi, penilaian prestasi, pelatihan, dan menjamin penugasan secara lengkap. Analisis jabatan juga merupakan dasar untuk menyusun job description atau
Job spesification. •
Manajer SDM yang baru masih menggunakan Job description yang sudah disusun perusahaan sebelumnya. Selain itu, dinyatakan bahwa Job
Specification tidak terlalu berpengaruh untuk rekrutmen. Manajer SDM lebih memfokuskan rekrutmen eksternal dengan melihat pengajuan dokumendokumen dari para pelamar, lalu disesuaikan spesifikasinya berdasarkan permintaan divisi yang membutuhkan. •
Untuk prosedur seleksi karyawan baru, dilakukan tes psikotes terlebih dahulu untuk para pelamar. Setelah lulus psikotes, diserahkan ke divisi yang
85
membutuhkan untuk wawancara. Jika sudah di approve, maka dibuatkan kontrak kerja untuk calon karyawan tersebut. •
Perusahaan
lebih
sering
melakukan
penempatan
ulang
pada
para
pegawainya. Beberapa pegawai dinilai tidak cocok atau tidak mampu bekerja dalam lingkungan divisinya, ataupun mengisi divisi yang kosong, maka atasan melakukan pemindahan pegawai tersebut ke divisi lain sesuai dengan pertimbangan yang dilakukan. Penempatan ulang ini dimanfaatkan untuk meminimalisasikan terjadinya PHK. •
Minimnya orientasi untuk pegawai baru, khususnya pada bagian staff karena rata-rata staff sudah mempunyai pemahaman dan berpengalaman untuk masalah orientasi.
Setelah melihat beberapa informasi yang didapat dan dikaitkan dengan sasaran tahap pertama, dapat digambarkan bahwa pencapaian sasaran efektivitas MSDM tahap pertama belum dilakukan secara efektif pada PT JACOLINTEX. Sasaran efektivitas MSDM tahap pertama merupakan elemen-elemen untuk menuju ke sasaran efektivitas MSDM tahap kedua. Pencapaian sasaran tahap kedua di PT JACOLINTEX juga belum dilaksanakan di PT JACOLINTEX, dapat dilihat dari belum diadakannya pelatihan dan pengembangan untuk para pegawai secara formal. Selain pelatihan dan pengembangan, telah diketahui bahwa belum adanya jenjang karier bagi karyawan di PT Jacolintex. James W Walker menyatakan bahwa organisasi butuh untuk menggerakkan individu melalui jalur karir untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan guna mengisi tingkat dan tipe pekerjaan manajemen yang ada dalam organisasi. Jika tidak, organisasi akan mengalami stagnasi dan mencari pegawai dari luar sehingga biaya menjadi mahal. Untuk sementara ini, PT JACOLINTEX masih mengandalkan rekrutmen eksternal untuk mengisi satu posisi Top.
86
Sasaran efektivitas MSDM tahap ketiga menyinggung soal kegiatan memotivasi karyawan seperti penilaian kinerja karyawan dan pemberian imbalan. Dalam hal ini, PT JACOLINTEX juga belum melakukan penilaian prestasi kerja untuk para karyawan. Penilaian prestasi kerja karyawan diharapkan dapat mendongkrak motivasi karyawan dalam bekerja. Walaupun tidak adanya penilaian prestasi kerja karyawan, PT JACOLINTEX juga memberikan imbalan atau bonus bagi line produksi yang telah menyelesaikan perkerjaannya tepat waktu dan sesuai target yang diinginkan perusahaan. Selain penerapan bonus, PT JACOLINTEX juga memberikan benefit pada staff dan karyawannya, yaitu berupa penggantian biaya kesehatan sebesar 75% untuk diri sendiri dan 60% untuk keluarga. Benefit lainnya adalah biaya transport dan makan yang sudah termasuk dalam upah. Sasaran efektivitas MSDM tahap akhir yang ideal adalah, munculnya produktivitas yang tinggi, rendahnya jumlah pegawai yang meninggalkan pekerjaannya, rendahnya tingkat absen, dan tingginya kepuasan kerja. Semua ini dapat terwujud jika ketiga sasaran efektivitas Manajemen MSDM sudah dilakukan di perusahaan. Akan tetapi, PT JACOLINTEX belum dapat Memenuhi ketiga sasaran efektivitas tersebut,karena dilihat dari adanya beberapa lingkup efektivitas MSDM yang tidak dijalankan atau belum dijalankan. Dari gambaran dan informasi yang didapat, dapat disimpulkan bahwa efektivitas manajemen SDM di PT JACOLINTEX belum cukup efektif. Untuk memperkuat gambaran dan informasi yang didapat, maka dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Hasil dari analisis deskriptif ini dapat menggambarkan apakah efektivitas MSDM di PT JACOLINTEX berada pada tingkat baik atau buruk. Data-data yang di interpretasikan merupakan data dari kuesioner penilaian efektivitas manajemen SDM yang dibagikan kepada para staff. Dari hasil interpretasi data yang telah dilakukan periset, dapat dinyatakan bahwa efektivias manajemen SDM di PT JACOLINTEX hanya berada pada tingkat cukup yaitu jatuh pada nilai 2,8857 (berdasarkan nilai range pada tabel 4.1). Artinya, manajemen SDM di PT
87
JACOLINTEX belum dapat dikatakan efektif sehingga diperlukan langkah-langkah untuk pemenuhan kebutuhan sasaran pencapaian manajemen SDM yang efektif.
4.14 Hasil Evaluasi SDM Pada PT JACOLINTEX Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, telah didapat hasil dari lingkup SDM yang dievaluasi, yaitu tingkat kepuasan kerja karyawan yang berada pada tingkat puas, identifikasi gaya kepemimpinan yang bersifat cukup memberi perhatian dan pengarahan kepada bawahannya, dan juga tingkat efektivitas manajemen SDM yang berada pada tingkat cukup. Setelah didapat hasil evaluasi SDM tersebut, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan fungsi SDM-nya dan membuat perencanaan kedepan yang lebih matang untuk terpenuhinya kebutuhan SDM yang diinginkan dan peningkatan kinerja karyawan. Peningkatan ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat kepuasan kerja lebih dari kategori puas menjadi sangat puas, pemberian perhatian penuh dan pengarahan penuh oleh atasan terhadap bawahannya dan juga peningkatan efektivitas manajemen SDM dari kategori cukup menjadi sangat baik. Berdasarkan landasan teori yang didapat oleh periset, telah didapat beberapa hal yang diharapkan dapat meningkatkan nilai dari tiga lingkup SDM yang telah di evaluasi. Perusahaan juga dapat menerapkannya, sehingga harapan untuk meningkatkan kinerja SDM di perusahaan dapat tercapai. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah untuk meningkatkan SDM di perusahaan : •
Menyusun Job Analisys untuk kebutuhan kepegawaian. Dengan adanya Job
analysys, maka perusahaan dapat membuat Job description, dan job spesification yang jelas dan terperinci. Perusahaan juga dapat memiliki karyawan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan tiap-tiap divisi di perusahaan.
88
•
Melakukan
pelatihan
dan
pengembangan
pegawai,
sehingga
dapat
membentuk SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai untuk pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. •
Menerapkan menggerakkan
perencanaan pegawai
karier melalui
di jalur
perusahaan. karier
untuk
Perusahaan
perlu
mengembangkan
kemampuan yang diperlukan guna mengisi tingkat dan tipe pekerjaan manajemen yang ada dalam organisasi. •
Menerapkan Penilaian prestasi keja karyawan. Penilaian prestasi kerja karyawan bertujuan untuk memberikan keputusan untuk promosi dan gaji, memberikan peluang bagi karyawan itu sendiri dan supervisornya untuk meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, dan penilaian prestasi kerja karyawan merupakan pusat bagi proses perencanaan karier di perusahaan.
•
Pemberian reward bagi karyawan berprestasi, baik penilaian yang diberikan secara individu, maupun diberikan secara lini atau grup. Dengan ini, perusahaan dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan serta peningkatan
sense of belonging karyawan terhadap pekerjaannya. •
Penerapan langkah-langkah pengambilan keputusan secara sistematis oleh pimpinan, yaitu mengetahui hakikat dari permasalahan yang dihadapi, mengumpulkan fakta dan data yang relevan, mengelola data dan fakta tersebut, menentukan beberapa alternatif yang ditempuh, memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang ada, memutuskan tindakan yang dilakukan dan menilai hasil-hasil yang diperoleh dari keputusan yang diambil.